PENDAHULUAN
Menulis adalah salah satu ketrampilan bahasa yang harus dipelajari siswa.
kepada orang lain. Salah satu kelebihan menulis dibandingkan dengan berbicara
adalah siswa memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk merangkai kata-kata
guna menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Selain itu,
kesalahan siswa tidak diketahui secara langsung oleh orang lain, sehingga siswa
kata, frasa, atau kalimat. Siswa perlu mengikuti aturan bahasa tertentu untuk bisa
memproduksi tulisan yang bisa dipahami dan diterima oleh pembaca. Menurut
rangkaian kelangsungan belajar bahasa yang diusulkan oleh Hammond, dan kawan-
kawan (2003), menulis lebih baik diberikan kepada siswa SMA pada tingkat
akhir. Namun ketrampilan menulis secara sederhana bisa diberikan kepada siswa
Tingkat literasi berbahasa Inggris bagi siswa SMP adalah tingkat fungsional.
Siswa diharapkan bisa berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan
masalah atau memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti menulis pesan singkat, kartu
yang sangat sederhana, tetapi tidak mudah bagi siswa kelas VII SMP Negeri 1
1
Jangka semester 2 Tahun ajaran 2020/2021 untuk mempraktikkannya. Banyak siswa
(16 dari 21 atau ± 76,19%) kelas VII SMP Negeri 1 Jangka Tahun ajaran
2020/2021 pada semester 2 tidak bisa mengungkapkan makna dalam teks tulis
fungsional dan esei pendek sangat sederhana berbentuk deskriptif dan prosedur
strategi Power Word Inductive Model guna membantu siswa dalam menemukan
sebanyak mungkin kosa kata untuk kemudian disusun menjadi frase, kalimat,
paragraf dan teks pendek sangat sederhana yang berbentuk dekriptif untuk
peneliti berasumsi bahwa siswa akan dapat menuliskan banyak kosa kata secara
Dari latar belakang di atas maka yang menjadi identifikasi masalah dalam
1. Rendahnya Hasil Belajar Menulis Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris khusunya
2. Kurangnya penguasaan kosa kata oleh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Jangka
berikut:
1. Seberapa besar manfaat penggunaan strategi Picture Word Inductive Model dalam
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Jangka pada
Inggris?”
berikut:
1. Untuk meningkatkan Hasil Belajar Menulis Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris
khusunya dalam Menyusun Teks Deskriptif di kelas VII SMP Negeri 1 Jangka
2. Untuk meningkatkan penguasaan kosa kata oleh siswa kelas VII SMP Negeri 1
melalui Straregi pembelajaran picture word Inductive model di kelas VII SMP
Negeri 1 Jangka.
3
Secara teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat memberikan referensi bagi
guru maupun peneliti lain untuk menerapkan atau mengembangkan strategi yang
1. Bagi siswa
menggunakan strategi Picture Word Inductive Model. Dengan strategi ini siswa akan
lebih mudah untuk menemukan kosa kata sebanyak - banyaknya untuk kemudian di
Apa yang dilakukan siswa sendiri akan diingat lebih lama, dan akhirnya
siswa akan mempelajari bahasa Inggris dengan lebih mudah, terutama dalam
2. Bagi guru:
Guru peneliti / lain bisa menerapkan metode yang sama guna meningkatkan
pembelajaran pada aspek yang sama / lainnya, dengan permasalahan yang sama /
berbeda.
3.Bagi Sekolah
Peningkatan hasil belajar siswa dalam bahasa Inggris akan ikut menaikkan
prestasi sekolah, mengingat pelajaran bahsa Inggris termasuk salah satu pelajaran
4
Secara pedagogis, penggunaan strategi Picture Word Inductive Model dalam
5
BAB II
KAJIAN TEORITIS
kurangnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris. Untuk
itu, kajian teori akan difokuskan pada segala sesuatu yang berhubungan dengan
bahasa asing pertama di Indonesia yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan
dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya, dan pembinaan
mata pelajaran wajib di sekolah lanjutan tingkat pertama. (GBPP bahasa Inggris
SLTP 1994). Seorang siswa belum bisa dikatakan menguasai bahasa Inggris kalau
nilai yang bagus pada penguasaan kosa kata dan tata bahasa. (Pedoman khusus
6
2.3 Menulis Berbahasa Inggris.
Sesuai dengan Standar Isi Bahasa Inggris SMP, Standar Kompetensi menulis
berbahasa Inggris kelas VII adalah 1) mengungkapkan makna dalam teks fungsional
mengungkapkan makna dalam teks tulis fungsional dan esei pendek sederhana yang
Sedangkan Kompetensi Dasar menulis berbahasa Inggris bagi kelas VII pada
fungsional pendek sangat sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara
sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan
dalam teks tulis fungsional pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa
tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan
sekitar, serta 4) Mengungkapkan makna dan langkah retorika dalam eseiy pendek
sangat sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan
deskriptif dan prosedur. Sesuai dengan kontinum pembelajaran bahasa seperti yang
bahasa yang “paling” lisan hingga yang “paling” tulis. Maka pembelajaran bahasa
Inggris di kelas VII sebetulnya masih ditekankan pada bahasa lisan, yaitu
mendengarkan dan berbicara. Selain itu, bahasa pada dasarnya adalah lisan (Helena,
7
dkk. 2004) Mereka menambahkan bahwa bahasa lisan adalah bahasa interaksi face-
to-face, yang terutama untuk membicarakan ‘aku dan kamu’. Namun demikian, tentu
saja siswa tidak secara tiba-tiba diberikan pembelajaran menulis apabila siswa telah
duduk di sekolah lanjutan atas. Siswa harus diajarkan bagaimana cara menulis dalam
bahasa Inggris dengan benar sejak mereka msih belajar di kelas VII SMP dengan
sangat sederhana.
Menulis dalam bahasa Inggris tidak sekedar merangkai kata-kata / frasa atau
kalimat bahasa Inggris. Di perlukan beberapa seni dan strategi agar siswa bisa
mengungkapkan makna dalam teks tulis fungsional dan eseiy pendek sederhana yang
Secara teori menulis termasuk ketrampilan yang lebih sulit dilakukan siswa
dari pada ketrampilan berbicara. Beberapa fitur bahasa tulis seperti penggunaan
huruf, tanda baca dan susunan kalimat yang benar sedikit menyulitkan siswa, apalagi
diharapkan bisa menulis dengan huruf, tanda baca, dan susunan kalimat yang benar
agar pembaca bisa memahami tulisan tanpa harus bertanya kepada penulisnya. Selain
itu, tidak banyak orang tua siswa yang mengajarkan menulis pada anaknya di rumah,
apalagi dalam bahasa Inggris. Apabila anak bisa belajar berbicara di dalam
pelajaran bahasa Inggris diberikan dalam 4 tahap, yaitu building knowledge of the
field (BKoF), modeling of the text (MoT), joint construction of the text (JCoT), dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan topik. Kemudian siswa diberikan contoh
dalam tahap MoT. Pada tahap JCoT, siswa diberi kesempatan untuk bekerjasama
dengan teman guna mengelaborasi apa yang telah dia dapatkan dari guru selama
tahap BKoF, sementara pada tahap ICoT siswa diharapkan bisa melakukan kegiatan
Menurut Wikipedia dan kamus Webster, teks deskriptif adalah sebuah teks
yang bertujuan memberikan gambaran yang jelas mengenai benda / orang / tempat
tertentu. Yang membedakan teks deskriptif dengan teks report (laporan) adalah
secara khusus, sementara teks laporan dibuat secara umum berdasarkan hasil
observasi.
menggunakan foto berisi objek yang dikenal siswa untuk memproduksi kata-kata
dari anak-anak. Model ini membantu siswa menemukan beberapa kosa kata melalui
9
apa yang mereka baca dan lihat, serta kosakata yang mereka tulis, dan juga
tentang kata-kata, kalimat dan struktur paragraf. Kekuatan menggunakan strategi ini
adalah bahwa hal itu akan membantu membangun kosakata dan kemampuan
menulis.
fonetik dan struktural, dan terlibat dalam kegiatan membaca dan menulis. Sementara
sebanyak mungkin dari gambar yang mereka lihat. Misalnya focus pada kawan-
kawan. Siswa bisa menulis beberapa kata benda baik yang terlihat di dalam
10
foto/gambar maupun tidak. Siswa bisa menuliskan ‘hat, uniform, hair, face, nose,
skin, teeth, smile, body’, atau kata benda lain misalnya ‘his mom, his brother, dll’.
bright, tall, kindhearted, generous, blonde, black’, dan lain-lain. Siswa juga bisa
menuliskan kata sifat yang muncul di dalam pikiran mereka setelah melihat gambar,
meskipun kata sifat tersebut tidak menjelaskan gambar tersebut. Misalnya mereka
mengingat ayahnya, Pangeran Charless, atau ibunya, Lady Diana, dan lain-lain.
Kemudian siswa menuliskan frase benda seperti ‘blonde hair, pointed nose, tall
body, bright skin’, dan lain-lain. Setelah menuliskan frase benda, siswa akan lebih
mudah menuliskan kalimat. Mereka bisa menulis ‘He has blode hair’, atau ‘He is
kindhearted like her mother’, dan seterusnya sehingga siswa akan terbantu menyusun
11
BAB III.
METODE PENELITIAN
langkah penelitian tindakan kelas pada model Suharsimi Arikunto, dkk. (2008:23)
yaitu yang digambarkan sebagai suatu siklus spiral yang terdiri dari empat
refleksi. Secara garis besar pelaksanaan penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
12
3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian
Kabupaten Bireuen. Sedangkan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Jangka Kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen
seperti:
1. Observasi
belajar mengajar. Data yang diungkap melalui pengamatan dalam penelitian ini
adalah hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris. Selain itu,
pengamatan juga dilakukan terhadap sikap dan perilaku siswa, baik yang tidak
yang tidak semestinya, berdiri dan duduk terlalu sering pada saat pembelajaran,
2. Wawancara.
siswa kurang berminat dan berminat dalam pelajaran bahasa Inggris. Dalam
terbuka agar subyek tidak merasa tegang sehingga jawaban yang diharapkan akan
subyek penelitian dan bahwa wawancara tersebut tidak akan mempengaruhi apapun.
mengobservasi siswa, menilai hasil belajar siswa, dan mewawancarai beberapa siswa
kelas VII/a, maka alat pengumpul data yang digunakan adalah lembar observasi,
Agar data yang disampaikan dalam penelitian valid, perlu diadakan validasi
data. Sesuai dengan tehnik dan alat pengambilan data, validasi data yang digunakan
dalam penelitian di sini digunakan Triangulasi data dan penilaian hasil belajar siswa
triangulasi waktu, dan triangulasi personil. Triangulasi yang dipakai dalam penelitian
kebahasaan serta hal-hal lain yang diperlukan dalam mendeskripsikan benda, orang,
atau tempat tertentu. Pada kesempatan ini siswa bekerja sama berkelompok empat
Analisis data dalam penelitian tindakan adalah refleksi tindakan yang telah
dilaksanakan. Dari refleksi ini akan diperoleh gambaran apakah tindakan telah
awal. Apabila telah mencapai target keberhasilan, maka tindakan boleh dihentikan,
atau dilanjutkan lagi untuk meyakinkan apakah memang strategi yang diterapkan
mengapa sesuatu harus seperti yang semestinya, melainkan apa yang kemungkinan
bisa mengubah sesuatu dalam suatu situasi tertentu (Waters- Adams, 1986). Selama
data dan penilaian hasil belajar siswa berupa tulisan dalam rangka menentukan
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau lebih sering dikenal
dengan classroom action research untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Jangka semester 2 (dua) tahun ajaran 2020/2021 dalam pembelajaran
benda / orang / tempat tertentu. Kolaborator penelitian ini adalah Sukojo, S.S,
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga (3) siklus dengan metode yang berbeda
seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Setiap siklus ditempuh dengan empat
dilakukan pembelajaran dengan empat (4) tahap, yaitu BKoF, MoT, JCoT, dan
ICoT, seperti yang telah diuraikan pada bagian 2.1.3. Berikut ini adalah penjelasan
prosedur.
3.7.1 Siklus I
a. Perencanaan (Planning)
16
benda tertentu guna pelaksanaan strategi pembelajaran (Picture Word Inductive
gambar benda tertentu. Siklus pertama diselesaikan dalam satu pertemuan. Pada
the Field (BkoF), Modeling of the Text (MoT), Joint Construction of the Text (JcoT),
b. Tindakan (Action)
empat tahap, yaitu BKoF, MoT, JCoT, dan ICoT. Berikut penjelasannya.
Contoh :
How is it?
dst.
membaca.
Siswa diminta menuliskan kata benda apa saja yang ada di dalam gambar.
17
Siswa diminta menuliskan kata apa saja yang menerangkan benda tersebut.
Guru bersama siswa menyusun kata-kata yang telah disebutkan oleh siswa
Dari beberapa frase benda yang sudah tersusun, guru mengajak siswa
tertentu.
Guru mengamati pekerjaan siswa sambil mencatat hal-hal yang penting dan
memberikan penjelasan.
c. Pengamatan (Observing)
bisa meliputi sikap dan perilaku siswa, baik yang di kehendaki (On Task), seperti
18
dengan benar sebanyak-banyaknya, menuliskan frase benda, kalimat dan paragraf
dengan benar untuk mendeskripsikan gambar, maupun yang tidak dikehendaki (Off
semestinya, berdiri dan duduk terlalu sering pada saat pembelajaran, keluar/masuk
lain, dan lain-lain. Selain itu juga diadakan penilaian terhadap tulisan siswa. Dari
hasil pengamatan digunakan untuk menentukan apakah tindakan bisa dihentikan atau
perlu dilanjutkan.
d. Refleksi (Reflection)
Pada tahap ini siswa diajak berdiskusi apakah mereka menyukai strategi
pembelajaran tersebut. Apabila siswa masih merasa belum menyukai, atau siswa
masih belum berhasil belajar aktif dalam pembelajaran, maka perlu ditanyakan apa
yang menjadi kendala mereka. Siswa juga diberitahu apa yang seharusnya dan tidak
seharusnya dilakukan selama pembelajaran. Pada tahap ini juga dilakukan untuk
mengoreksi apa yang telah dilakukan oleh guru selama tindakan, apakah sudah
sesuai dengan rencana atau belum, apakah guru cukup memberikan bantuan kepada
siswa, serta memberikan motivasi pada siswa yang kurang aktif. Refleksi dalam
3.7.2 Siklus II
Untuk tindakan ke dua dibuat rencana ulang berdasarkan hasil tindakan pada
siklus pertama. Pada siklus ini direncanakan siswa bisa mendeskripsikan orang
19
tertentu dengan lebih mudah. Selain itu, siswa diberikan sedikit penjelasan ulang
b. Tindakan (Action)
Sama seperti pada tindakan siklus I, pada tahap ini dilaksanakan pembelajaran
empat tahap, yaitu BKoF, MoT, JCoT, dan ICoT. Berikut penjelasannya.
sebelumnya.
Contoh:
Siswa diminta menuliskan kata benda yang dilihat dari dalam gambar, baik
Guru bersama siswa menyusun kata-kata yang telah disebutkan oleh siswa
20
Dari beberapa frase benda yang sudah tersusun, guru mengajak siswa untuk
tertentu.
Guru mengamati pekerjaan siswa sambil mencatat hal-hal yang penting dan
memberikan penjelasan.
c. Pengamatan (Observing)
Sama dengan tindakan siklus I, selama kegiatan ini guru mengamati siswa
d. Refleksi (Reflection)
Pada tahap ini siswa diajak berdiskusi apakah ada perbedaan suasana antara
siswa merasa ada perbedaan suasana. pada siklus ini. Siklus ke tiga tetap
21
dilaksanakan untuk membuktikan apakah peningkatan hasil belajar siswa dalam
gambar - gambar tanpa didahului dengan menuliskan kata benda dan kata sifat
Pada tahapan ini, dilaksanakan seperti pada siklus pertama maupun ke dua.
Hanya saja tidak lagi direview unsur-unsur kebahasaan maupun pendukung lainnya,
Guru mereview cara mendeskripsikan benda dan orang tertentu seperti pada
pertemuan sebelumnya.
22
3. Joint Construction of the Text (JcoT),
Guru mengamati pekerjaan siswa sambil mencatat hal-hal yang penting dan
memberikan penjelasan.
c. Pengamatan (Observing)
sebelumnya.
d. Refleksi (Reflection)
Siswa diminta memberikan masukan apa saja yang mereka sukai dalam
23
BAB IV
Sebelum diadakan tindakan, tidak banyak (5 dari 21/± 23,80%) siswa kelas
demikian ini merupkan awal yang baik apabila siswa sudah bisa menyusun frase
benda dengan benar. Ketika siswa siswa bisa memberikan respon terhadap
pertanyaan guru namun hanya berupa sebuah kata. Ketika guru meminta untuk
membuat frase, hanya 9 siswa yang meresponnya. Untuk itu perlu diadakan
penelitian guna memecahkan permasalahan yang dihadapi para siswa kelas VII SMP
Berbagai faktor mempengaruhi mengapa hal ini bisa terjadi. Namun faktor
terpenting adalah kurangnya kosa kata yang mereka miliki. Meskipun kesalahan
bahasa tulis tidak langsung diketahui oleh orang lain, namun bahasa tulis lebih
masing siklus terdiri dari 4 tahap. Tindakan dilakukan dengan metode yang
berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana penggunaan strategi
Picture Word Inductive Model bisa meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP
24
menulis berbahasa Inggris. Seperti telah disampaikan sebelumnya, tindakan siklus
hanya objek yang di diskripsikan adalah orang tertentu . Sementara pada tindakan ke
Pada bagian ini tidak lagi dibahas mengenai Perencanaan Tindakan, namun
hanya dibahas hasil Pelaksanaan, Pengamatan dan Refleksi dari masing- masing
4.2.1 Siklus I
yaitu Building Knowledge of the Text (BkoF), Modeling of the Text (MoT), Joint
Construction of the Text (JCoT), dan Independent Consrtuction of the Text (IcoT).
Namun pengamatan hanya difokuskan pada saat siswa mengikuti tahap Joint
Construction of the Text (JCoT), dan Independent Consrtuction of the Text (IcoT).
Pada tahap JcoT, siswa bekerja sama untuk menyusun sebuah teks deskriptif
b. Pengamatan (Observing)
Dari hasil pengamatan tindakan pada siklus I, didapatkan data bahwa belum
banyak siswa yang bisa mendiskripsikan benda tertentu dengan benar. Masih banyak
25
pembelajaran seperti mengobrol, saling melihat gambar, menulis dalam bahasa
Meskipun demikian, pada siklus ini telah terjadi peningkatan hasil belajar
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, yaitu 65% dari seluruh siswa mencapai
c. Refleksi (Reflection)
.Guru menyampaikan kembali bahwa yang harus dilakukan siswa pertama kali
adalah menyebutkan semua benda yang terlihat di dalam gambar . Siswa tidak perlu
terpaku harus menuliskan banyak benda apabila yang ada di dalam gambar memang
tidak terdapat banyak benda. Kemudian baru menyebutkan kata yang menerangkan
Guru masih belum banyak memberikan bantuan kepada siswa pada siklus ini.
Guru masih sibuk mengamati siswa . Dari hasil tersebut, direncanakan dalam
Seperti pada tindakan siklus satu, tindakan pada siklus ini juga dilaksanakan
the Text (BkoF), Modeling of the Text (MoT), Joint Construction of the Text (JCoT),
26
Pada tindakan siklus ke dua, siswa masih bekerja berkelompok empat
depan kelas..
Siswa bekerja berkelompok 4 pada tahap JCoT. Pada tahap ini siswa bersama
- sama menuliskan beberapa kata benda yang ada di dalam gambar maupun yang
berhubungan dengan gambar tapi tidak ada di dalam gambar. Kemudian mereka
mencoba menuliskan kata sifat apa saja yang bisa menerangkan kata benda tersebut,
untuk kemudian disusun menjadi frase kata benda, kalimat, paragraf dan dilanjutkan
b. Observasi (Observing)
Pada siklus ini, strategi menulis tidak diubah. Siswa tetap bekerja kelompok
strategi PWIM. Selama pembelajaran, hampir lebih dari 50% siswa berhasil belajar.
Tidak banyak siswa yang melakukan hal-hal yang tidak di inginkan. Ada 14 siswa (±
66,66%) berhasil belajar aktif. Masih ada siswa yang kurang berhasil belajar. Siswa
saling memberikan kontribusi tentang kata - kata yang bisa digunakan untuk
mendeskripsikan orang tertentu. Guru lebih banyak memberikan umpan balik kepada
siswa agar bisa memunculkan kosa kata sebanyak mungkin berdasarkan gambar.
c. Refleksi (Reflection)
27
Berdasarkan refleksi pembelajaran yang dilakukan sesuai kegiatan, di dapat
keterangan bahwa siswa lebih menikmati kegiatan dengan berbagi kosa kata yang
memunculkan kosa kata baru dari siswa guru memberikan umpan balik elisitasi.
Seperti pada tindakan kedua siklus sebelumnya, tindakan pada siklus ini
jugadilaksanakan dalam empat tahap, yaitu Building Knowledge of the Text (BkoF),
Modeling of the Text (MoT), Joint Construction of the Text (JCoT), dan Independent
Contoh:
Mention it.
28
How is it?, dst.
empat dengan cara yang sama seperti di dalam contoh / tahap Modeling of the
prosedur PWIM.
b. Observasi (Observing)
bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran tersebut menurun. Hanya 20 siswa
c. Refleksi (Reflexion)
29
Berdasarkan hasil refleksi, didapatkan data bahwa hasil belajar siswa dalam
mengalami penurunan karena tidak digunakan strategi Picture Word Inductive Model
Picture Word Inductive Model terbukti berhasil membantu siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Jangka pada semester 2 tahun ajaran 2020/2021 meningkatkan hasil
tindakan siklus I, ada peningkatan jumlah siswa yang berhasil belajar. 8 siswa
(38,09%) berhasil belajar dalam kegiatan dimaksud. Pada siklus ke dua, jumlah
30
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Jangka semester 2 tahun ajaran 2020/2021
Inductive Model.
Inggris, diantaranya adalah a. siswa tidak memiliki bahan apa yang harus dituliskan,
siswa dalam mendiskripsikan benda / orang / tempat tertentu. Pada siklus pertama,
siswa diminta menulis teks deskriptif tentang benda tertentu dalam kelompok
siswa (38,09%) yang bisa mendiskripsikan benda tertentu dengan benar. Masih
banyak siswa yang belum bisa melakukannya dengan benar, dan cenderung
Pada siklus ke dua, siswa diminta menyusun teks deskriptif tentang orang
(66,66%) yang berhasil mendiskripsikan orang tertentu dengan benar. Hasil sudah
31
mencapai target yang diharapkan. Namun untuk mengetahui apakah Picture Word
Pada siklus ke tiga, siswa diminta menulis teks deskriptif tentang tempat
tertentu tanpa menggunakan strategi Picture Word Inductive Model. Siswa langsung
siwa kelas VII SMP Negeri 1 Jangka pada semester 2 tahun ajaran 2020 / 2021
karena mereka terbantu dalam memunculkan kosa kata yang akan mereka gunakan.
Selain itu, kontribusi siswa dalam memunculkan kosa kata membuat siswa semakin
adalah mungkin metode ini hanya bisa meningkat kan hasil belajar siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Jangka semester 2 tahun ajaran 2020/2021, karena setiap siswa
mengalami masalah yang berbeda dan memiliki cara yang berbeda pula dalam
belajar.
5.2 Saran
Beberapa saran bagi peneliti berikut nya adalah agar guru mencoba
menerapkan metode ini di kelas nya untuk mengetahui apakah betul Picture Word
Inductive Model bisa membantu siswa kelas VII SMP Negeri 1 Jangka menulis
32
berbahasa Inggris dengan lancar dan berterima guna mendeskripsikan benda, orang
atau tempat tertentu. Selain itu, hendaknya guru mengembangkan penelitian tindakan
kelas pada aspek yang lain dengan metode yang berbeda agar segala kekurangan
33