BAB I
PENDAHULUAN
Hasil pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis selama ini masih belum sesuai dengan
yang diharapkan. Download PTK Jenjang SMP Apalagi untuk mencapai tingkat terampil, masih
memerlukan “usaha keras” dari seorang guru untuk dapat mewujudkannya.
Pembelajaran menulis yang diberikan kepada siswa kurang bervariasi. Yang paling sering
diberikan dalam pembelajaran, siswa dilatih untuk membuat karangan dengan kerangka
karangan yang telah disediakan, mengarang bebas, atau berlatih menulis bermacam-macam
paragraf. PTK Bahasa Indonesia Untuk SMP Pembelajaran menulis pun akhirnya tetap kering
dan membosankan (Suyono, 2005: 8) sehingga siswa kurang berminat untuk berlatih menulis.
Dalam kondisi yang demikian, siswa akan semakin tenggelam dalam kepasifan. Mereka belajar
tidak lebih dari suatu rutinitas sehingga kurang tertantang terlibat secara aktif dalam proses
belajar mengajar. PTK SMP Kelas 8 Siswa cenderung belajar secara individual, menghafal
konsep-konsep yang abstrak dan teoretik, menerima rumus-rumus atau kaidah-kaidah tanpa
banyak memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran.
Materi pembelajaran menulis pada siswa SMP kelas VIII dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
mencakup : menulis rangkuman dari beberapa teks bacaan yang memiliki kemiripan topik;
menulis laporan, menulis surat resmi; menulis ulasan biografi; menyunting tulisan teman,
menulis teks berita, menulis rangkuman isi buku ilmu pengetahuan populer, menulis slogan dan
poster untuk berbagai keperluan, menulis rencana kegiatan, menulis surat dinas, dan menulis
petunjuk (Depdiknas, 2003: 17). Pada penelitian tindakan kelas ini, penulis membatasinya
dengan memilih materi yang spesifik yakni menulis laporan. Download PTK untuk SMP
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
Download PTK Bahasa SMP Kelas 8 Apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan
ketermapilan menulis siswa kelas VIII F SMP Negeri 2 Tanon, Kabupaten Sragen ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran bahas Indonesia
di SMP N 2 Tanon Kabupaten Sragen yang ditunjukkan dengan meningkatnya keterampilan
menulis siswa melalui pendekatan kontekstual.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : Pada akhir siklus kedua PTK ini, 75% siswa kelas
VIII F SMP N 2 Tanon Kabupaten Sragen tahun 2006/2007, keterampilan menulisnya dapat
meningkat.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Mendapatkan pengetahuan lebih mendalam mengenai teori dan langkah-langkah penerapan
pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis, sehingga pada penerapan pembelajaran
yang lain, hambatan-hambatan atau kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada penelitian dapat
diantisipai.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa PTK Bahasa Indonesia
1) Siswa lebih menyenangi pembelajaran menulis karena materi ang diajarkan dikatikan dengan
situasi dunia nyata siswa.
2) Minat menulis siswa dapat ditumbuhkan sehingga siswa dapat mengembangkan ketermapilan
menulisnya.
3) Siswa dapat menulis dengan lebih lancar karena telah banyak berlatih menguasai teknik-
teknik menulis.
4) Hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa karena siswa diberikan kesempatan lebih
banyak praktik menulis.
b. Manfaat bagi guru
1) Guru dapat menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran khususnya pembelajaran
menulis.
2) Guru dapat menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran khususnya pembelajaran
menulis.
A. Kajian Teori
1. Keterampilan Menulis
a. Hakikat Menulis
Menulis merupakan suatu aktivitas komunikasi bahasa yang menggunakan bahasa sebagai
mediumnya. Tulisan itu terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan
lambang tulisan seperti ejaan dan pungtuasi. Download PTK SMP Seseorang bisa disebut
sebagai penulis karena memiliki kemahiran menuangkan secara tertulis ide, gagasan, dan
perasaan dengan runtut. Apa yang dituliskan mengandung arti dan manfaat yang membuat orang
lain merasa perlu membaca dan menikmatinaya (Sabarti Akhadiah, dkk., 2001: 1.3).
Menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa yang terpadu, yang ditujukan untuk
menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Sekurang-kurangnya, ada tiga komponen yang
tergabung dalam perbuatan menulis, yaitu : (1) penguasaan bahasa tulis, meliputi kosakata,
struktur, kalimat, paragraf, ejaan, pragmatik, dan sebagainya; (2) penguasaan isi karangan sesuai
dengan topik yang akan ditulis, dan (3) penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana
merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi
yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya Haerudin
Kurniawan, http://www.ialf.edu/kpbipa/papers/ haherudinkurniawan.doc.)
Pada dasarnya, PTK SMP Kelas 8 menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi,
struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam,
meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan
seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun dan
merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan
komunikatif. Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata,
dan struktur kalimat.
b. Pembelajaran Menulis
Siswa mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi lebih daripada sekedar pengetahuan tentang
bahasa. Pembelajaran bahasa, selain meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra, juga
untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan.
Selain itu, juga diarahkan untuk mempertajam perasaan siswa. Siswa tidak hanya diharapkan
mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau langsung, tetapi juga yang
disampaikan secara terselubung atau secara tidak langsung. PTK Bahasa Indonesia Siswa tidak
hanya pandai dalam bernalar, tetapi memiliki kecakapan di dalam interaksi sosial dan dapat
menghargai perbedaan baik di dalam hubungan antarindiv idu maupun di dalam kehidupan
bermasyarakat, yang berlatar dengan berbagai budaya dan agama (Depiknas, 2003: 4).
Dalam proses pembelajaran menulis pada jenjang SMP, guru dapat menyuruh siswa menyusun
karangan singkat, menulis surat, misalnya yang berisi pemberitahuan singkat, kemudian
karangan itu dikumpulkan. Guru yang berpengalaman akan dapat mengutip beberapa kesalahan
umum dari karangan siswa itu, kemudian langsung membahasnya. Bahasan kesalahan bahasa itu
tentu saja sangat berguna bagi siswa (Badudu, 1985: 101).
Agar siswa mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk membekali
siswa terampil berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Siswa dilatih lebih banyak
menggunakan bahasa untuk berkomunikai, tidak dituntut untuk menguasai pengetahuan tentang
bahasa.
Yang perlu ditandaskan adalah pelajaran menulis haruslah dipentingkan dan diberi waktu secara
cukup dan diberikan secara tetap. Jika tidak demikian, berarti guru tidak memberikan
kesempatan kepad asiswa untuk melatih berbahasa secara tertulis, yang sangat berguna dalam
kehidupannya kelak.
Mengingat pentingnya menulis, dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu lebih
diefektifkan. Dengan diajarkan materi menulis tersebut diharapkan siswa mempunyai
keterampilan yang lebih baik. Seseorang yang dapat membuat suat tulisan dengan baik berarti ia
telah menguasai tata bahasa, mempunyai perbendaharaan kata, dan mempunyai kemampuan
menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Dowload PTK untuk SMP Dengan
demikian, tulisan siswa dapat dijadikan sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan siswa dalam
pelajaran bahasa Indonesia (Sukmana, 2005: 30).
Gloria M Russo (dalam Rivers, 1987: 83) mengemukakan bahwa di dalam pembelajaran,
menulis bukan semata-mata bagian aktivitas yang terpisah dari seorang pengarang melainkan
secara intensif dapat berarti interaktif, yakni melibatkan guru, siswa, dan pihak lain di luar seting
kelas formal. Biasanya, suatu tulisan ditulis dengan tujuan untuk dibaca orang lain dan tulisan itu
berkembang ketika penulis merespon reaksi orang lain. Kemauan untuk menulis jug atumbuh
ketika orang lain menunjukkan perhatian kepada apa yang telah ditulisnya.
Penilaian adalah suatu proses untuk mengeahui apakah proses dan hasil dari suatu program
kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan. Penilaian dapat dilakukan
secara tepat jika tersedia data yang berkaitan dengan objek penilaian. Penelitian tindakan kelas
SMP Untuk memperoleh data, diperlukan alat penilaian yang berupa pengukuran. Penilaian dan
pengukuran merupakan dua kegiatan yang saling berkaitan (Sarwiji Suwandi, 2004: 3).
Pada hakikatnya, kegiatan penilaian dilakukan tidak semata-mata untuk menilai hasil belajar
siswa saja, melainkan juga berbagai faktor yang lain, antara lain kegiatan pengajaran yang
dilakukan itu sendiri. Artinya, berdasarkan informasi yang diperoleh dari penilaian terhadap hasil
belajar siswa itu dapat pula dipergunakan sebagai umpan balik penilaian terhadap kegiatan
pengajarna yang dilakukan (Burhan Nurgiantoro, 2005: 3).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan penilaian dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui keefektifan proses pembelajaran sehingga kegiatan penilaian yang dilakukan
tidak hanya mmentingkan hasil, melainkan juga proses. Informasi yang diperoleh dari kegiatan
penilaian, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, sebagai dasar pembuatan keputusan,
selanjutnya dapat digunakan sebagai umpan-balik terhadap proses pembelajaran yang dilakukan.
PTK Bahasa indonesia kelas VIII
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi ang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan
konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
(Depdiknas, 2002a: 1).
b. Pembelajaran Kontekstual
Belajar adalah perilaku yang relatif permanen dan merupakan hasil dari pelatihan yang mendapat
penguatan. Sedangkan mengajar adalah membantu seseorang (siswa) untuk belajar mengerjakan
sesuatu, memberikan pengajaran, membimbing pembelajaran, memberikan pengetahuan agar
mengetahui atau memahami (Depdiknas, 2004e: 22).
Dalam kaitannya dengan pembelajaran kontekstual, Blancard (2001) mengembangkan strategi
pembelajaran kontekstual dengan :
1) Menekankan pemecahan masalah download ptk
2) Menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam berbagai konteks,
seperti rumah, masyarakat, dan pekerjaan
3) Mengajar siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri sehingga menjadi
siswa mandiri
4) Mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda
5) Mendorong siswa belajar dri sesama teman dan belajar bersama, dan
6) Menerapkan penilaian autentik (dalam Depdiknas, 2004d: 45)
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual pada hakikatnya merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yakni konstruktivisme (Constructivism),
menemukan (Inguiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Community),
pemodelan (Modeling), Refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).
Pembelajaran di kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan tujuh
komponen utama (Depdiknas, 2002a: 10). download ptk ketrampilan menulis
Baca Juga
C. Kerangka Berpikir
Yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah hasil pembelajaran keterampilan
menulis rendah. Kekurangberhasilan tersebut disebabkan oleh sistem pembelajaran yang masih
berpusat pada guru. Siswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilannya.
Di samping itu, dari sisi siswa sendiri juga masih pasif. Siswa kurang berminat dan kurang
bersemangat mengikuti pembelajaran.
Pada prinsipnya, menulis adalah suatu keterampilan atau skill. Menulis adalah hal nyata yang
perlu dipelajari dengan ketekunan dan kemampuan untuk terus mempraktikkannya. Menulis
tidak cukup dengan hanya mengetahui teori-teorinya saja. Tanpa pernah berlatih, mustahil
keterampilan menulis dapat diraih. Proses pembelajaran menulis perlu dirancang dengan
mengutamakan kemampuan dan keterampilan dengan mendudukkan siswa sebagai subjek
sehingga siswa dapat mengekspresikan ide-ide kreatifnya, merasakan adanya manfaat, dan
tertarik untuk selalu mengembangkannya. Oleh sebab itu, perlu diterapkan pembelajaran menulis
yang dapat lebih memberdayakan siswa, yakni pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
kontekstual.
Dengan pendekatan kontekstual, akan terjalin suasana belajar yang mengutamakan kerja sama,
saling menunjang, menyenangkan, tidak membosankan, belajar dengan bergairah, pembelajaran
terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan teman, siswa kritis guru
kreatif.
Pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
bukan transfer pengetahuan dari guru. Siswa dapat menonstruksikan sendiri pengetahuannya,
menemukan sendiri konsep-konsep materi yang sedang dihadapi. Siswa lebih banyak diberikan
kesempatan untuk mengembangkan ide-idenya, dan menanyakan segala sesuatu yang belum
dipahami. Kepada siswa diberikan banyak kesempatan untuk berlatih dan praktik menulis.
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi ketika siswa sedang belajar menulis dapat
didiskusikan sehingga kelompok satu dapat menilai hasil pekerjaan kelompok yang lain.
Pada akhir pembelajaran, siswa dapat merefleksi terhadap apa yang dipelajarinya sehingga dapat
meningkatkan minat dan keterampilan menulis siswa. Kerangka berpikir tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut :
Terima kasih telah berkunjung di Asri Yulian Blog yang membahas Download PTK Bahasa
Indonesia untuk Jenjang SMP. Semoga PTK Bahasa Indonesia ini dapat membantu Anda
dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
PTK BAHASA INDONESIA KELAS 7 SMP ABSTRAK
Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib diikuti oleh peserta didik mulai dari
Sekolah Dasar sampai ke Perguruan Tinggi, meliputi penguasaan keterampilan berbahasa yaitu
membaca, berbicara, mendengarkan dan menulis yang dikembangkan secara terpadu dalam
laporan ptk smp.
Berdasarkan data tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kontekstual ternyata mampu meningkatkan keaktifan siswa berbicara selama KBM
berlangsung melalui penelelitian tindakan kelas.
Sejak Sumpah Pemuda dikumandangkan tanggal 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia telah
diikrarkan menjadi bahasa kesatuan dan bahasa Nasional, bahkan kedudukan bahasa Indonesia
tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV pasal 36, sebagai bahasa Negara, bahasa
resmi kenegaraan, sebagai alat pemersatu bangsa, sebagai bahasa pengantar resmi di lembaga-
lembaga pemerintahan, bahasa pengembang ilmu pengetahuan serta teknologi modern PTK SMP
kelas 7 bahasa indonesia.
Di sekolah, bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib di ikuti para siswa, dengan
materi pokok meliputi empat keterampilan berbahasa yaitu membaca, berbicara, mendengarkan
dan menulis, yang dikembangkan secara terpadu.
Setiap pembelajaran, siswa diperlukan sebagai subyek utama dan guru berperan sebagai
fasilitator. Dalam mengembangkan keterampilan berbahasa, khsusunya keterampilan berbicara,
diharapkan siswa mampu memahami dan dapat mengungkapkan informasi, pikiran dan
perasaannya, sehingga terjadi interaksi yang aktif antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru.
Setiap siswa dituntut untuk mampu berbicara secara aktif dan terlihat langsung dalam proses
pembelajaran. Namun kenyataannya, sulit sekali meningkatkan keaktifan siswa berbicara PBM.
Aktifitas siswa dalam berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia selama kegiatan
pembelajaran, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti minimnya penguasaan kosa kata, malu
untuk mengemukakan pendapat, adanya rasa takut salah, adanya pengaruh bahasa ibu yang
sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari, atau kurang tepatnya guru dalam menentukan
metoda pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mencoba untuk mengkaji upaya-upaya seperti yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan keaktifan siswa berbicara menggunakan bahasa Indonesia
selama kegiatan belajar mengajar (KBM).
B. Rumusan Masalah
Sejatinya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi sehingga terjadi interaksi. Demikian juga
belajar bahasa Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan keterampilan
berbahasa Indonesia secara baik dan benar.
Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, komunikasi dan interaksi siswa dengan siswa, ptk
lengkap smp siswa dengan guru, kerapkali terganggu karena rendahnya aktifitas siswa dalam
berbicara Indonesia. Salah satu faktor yang diduga sebagai penyebab terjadinya hal tersebut di
atas adalah kurang tepatnya pendekatan yang diterapkan guru dalam kegiatan belajar mengajar.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini kami mencoba merumuskan permasalahan sebagai berikut:
“Apakah pendekatan kontekstual dengan penggunaan media gambar dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam berbicara bahasa Indonesia selama kegiatan belajar mengajar berlangsung
di kelas VII A SMP XXX?”
Dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa berbicara bahasa Indonesia secara baik dan benar
selama KBM berlangsung dengan pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan tujuan agar pembelajaran lebih
produktif dan bermakna.
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini akan dilakukan melalui pelaksanaan pembelajaran
sesuai dengan perencanaan tindakan yang terbagi dalam tiga siklus penelitian. Setiap siklus
pelaksanaan pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap pembelajaran. Laporan PTK kelas 7 SMP
Siklus kedua, sama dengan siklus pertama dimana pelaksanaan pembelajaran menggunakan
pendekatan kontekstual dengan media gambar cerita dengan tahapan-tahapan skenario
pembelarannya. Penilaianpun masih penilaian authentik. Secara rinci tertuang dalam rencana
pembelajaran pertemuan kedua (terlampir).
Siklus ketiga juga sama dengan siklus sebelumnya, di mana pelaksanaan pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual, melalui media gambar cerita, dengan tahapan-tahapan
skenario pembelajarannya. Penilaian, prosespun dilaksanakan pada siklus ketiga ini dan diakhir
kegiatan ulangan harian sebagai alat penguji daya serap terhadap materi yang sudah disajikan.
PTK mapel Bahasa indonesia Secara rinci skenario pembelajaran dijelaskan pada rencana
pembelajaran pertemuan ketiga (terlampir).
D. Hipotesa Tindakan
1. Tujuan Penelitian
Meningkatkan keaktifan siswa dalam berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar
selama KBM.
Meningkatkan keberanian siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia di berbagai
kegiatan berbahasa.
Meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa kelas VII SMP
Meningkatkan keterampilan guru dalam menentukan pendekatan pembelajaran sehingga
anak senang, aktif dalam berbicara selama kegiatan belajar.
1. Manfaat Penelitian
Bagi siswa
Memiliki kemauan dan kemampuan untuk aktif berbicara dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar selama KBM.
Memiliki keberanian dalam menggunakan bahasa Indonesia di berbagai kegiatan
berbahasa
Bagi Guru
Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar
Meningkatkan keterampilan dalam menentukan pendekatan pembelajaran
Meningkatkan motivasi, proses dan hasil belajar siswa
meningkatkan minat melakukan penelitian tindakan kelas
Baca Juga
Dalam KBM masih banyak kendala yang dihadapi guru, terutama bagaimana upaya guru dalam
memilih strategi mengajar yang baik sehingga siswa mampu belajar bahasa Indonesia dengan
baik dan menyenangkan serta memotivasi siswa untuk mau belajar lebih baik sehingga mutu
pendidikan meningkat.
Kendala-kendala yang dihadapi guru di antaranya dukungan sarana dan prasarana yang kurang
memadai, juga keterbatasan guru untuk menumbuhkan kemauan dan kemampuan siswa dalam
pelaksanaan KBM dengan model dan pendekatan yang bervariasi sehingga dalam melaksanakan
pembelajaran kurang terencana dan akibatnya hasilnya kurang baik pula.
Untuk memperjelas lingkup penelitian ini, beberapa istilah yang muncul dijelaskan sebagai
berikut:
1. Belajar adalah proses perubahan perilaku dikarenakan pengalaman dan latihan. Artinya,
tujuan kegiatan-kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang meliputi segenap aspek organisasi atau
pribadi.
2. Mengajar adalah menambahkan pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam diri anak didik,
usaha menyampaikan kebudayaan, menata berbagai kondisi belajar secara pantas.
3. Metoda mengajar (pendekatan) adalah suatu pengetahuan tentang tata cara mengajar
yang dipergunakan oleh seorang guru (teknik penyajian yang dikuasai guru untuk
menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas).
CONTOH BAB 2 PTK BAHASA INDONESIA KELAS VII
KAJIAN TEORI
Menurut Rochman Natawijaya, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi
pada diri seseorang. Perubahan ini dapat terjadi dalam bidang keterampilan, sikap, pengertian,
pengetahuan atau apresiasi.
Dalam kegiatan belajar mengajar dengan sendirinya yang menjadi pusat kegiatan dan pusat
perhatian adalah siswa. Ketika selesai mengikuti proses belajar mengajar, seorang siswa telah
memiliki pengalaman belajar tertentu, berarti siswa tersebut telah mengalami perubahan tingkah
laku yang menandakan bahwa siswa tersebut telah memiliki pengetahuan, keterampilan atau
sikap-sikap tertentu. PTK bahasa indonesia lengkap
1. Berpusat pada siswa. KBM menempatkan siswa sebagai subyek belajar. KBM perlu
memperhatikan bakat, minat kemampuan, cara dan strategi belajar, motivasi belajar dan
latar belakang sosial siswa.
2. Belajar dengan melakukan KBM perlu memberikan pengalaman nyata dalam kehidupan
sehari-hari yang terkait dengan penerapan kaidah, konsep dan prinsip disiplin ilmu yang
dipelajari.
3. Mengembangkan kemampuan sosial. Siswa akan mudah membangun pemahaman bila
mampu mengkomunikasikan gagasannya dengan siswa lain atau guru melalui interaksi
dengan lingkungannya.
4. Mengembangkan keingin-tahuan, imajinasi, dan fitrah bertuhan agar KBM lebih
bermakna.
5. Mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah. KBM hendaknya dipilih
dan dirancang untuk mendorong dan melatih siswa untuk mampu mengidentifikasi
masalah dan memecahkannya.
6. mengembangkan kreatifitas siswa.
Banyak metode yang dapat dipilih oleh guru dengan menyesuaikan terhadap kebutuhan materi,
warga belajar, situasi dan kondisi suatu sekolah serta berbagai aspek lain yang harus
dipertimbangkannya oleh guru referensi penelitian tindakan kelas.
B. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan nyata
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Pendekatan Kontekstual; Depdiknas, 2003).
Dengan konsep itu, hasil belajar diharapkan dapat lebih bermakna bagi siswa.
Penerapan pendekatan kontekstual dalam kelas cukup mudah, secara garis besar langkah-
langkahnya sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri, menemukan sendiri, mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompoknya)
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7. Lakukan penilaian sebenarnya dengan berbagai variasi.
Budimansah, Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Porto Folio. PT Genesindo.
Bandung
Permadi, Dadi. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan Mandiri Kepala
Sekolah. PT Sarana Panca Karya. Bandung.
Ridwan Sa’adah. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
Bandung
Suyanto, K E., Kasihani. Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Pengajaran dan
Pembelajaran Bahasa . Fakultas Sastra, Universitas Malang, Malang.
Suyanto, K E., Kasihani. 2003. Authentic Assessment. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Direktorat PLP, Depdiknas. Jakarta
Laporan PTK Sri Rahayu SMPN 17
BAB I
A. Latar Belakang masalah
Menulis puisi merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa
SMP/MTs. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia SMP/MTs kelas VII salah satu standar kompetensi dari keterampilan menulis
adalah mengungkapkan perasaan dalam puisi bebas. Yang menjadi kompetensi dasarnya adalah
menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai. Namun sayangnya tidak
banyak yang memiliki keterampilan tersebut, bahkan ada anggapan bahwa menulis puisi adalah
pekerjaan penyair atau sastrawan. Jadi hanya yang memiliki bakatlah yang bisa menulis puisi.
Mungkin seperti itulah asumsi sebagian orang tentang menulis puisi. Padahal keterampilan
dalam hal menulis pun perlu latihan dan pengajaran bukan sepenuhnya bakat atau pengaruh
Pembelajaran menulis puisi merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa
kelas VII namun kenyataan di lapangan masih banyak di antaranya yang belum mampu menulis
puisi. Ketidakmampuan siswa dalam menulis puisi di antaranya siswa mengalami kesulitan
dalam menulis puisi karena kurang memiliki minat untuk membaca, tidak adanya ketertarikan
siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis puisi karena cara penyampaian guru
kurang menarik, dan proses pembelajarannya monoton. Siswa yang ingin terampil menulis tidak
cukup dengan mempelajari bahasa dan kemapuan tentang teori menulis, karena keterampilan
menulis merupakan suatu proses pertumbuhan melalui banyak praktik dan latihan yang teratur..
menulis puisi karena siswa kurang berpengalaman dalam membaca puisi dan siswa kurang
memiliki minat untuk membaca sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menulis puisi karena
daya bayangnya mati sedangkan sarana untuk kepuitisan adalah menghadirkan daya imajinasi.
Selain itu pengajaran menulis puisi belum terlaksana dengan baik di sekolah,
kelemahannya terletak pada cara guru mengajar yang kurang bervariasi dalam pelaksanaannya.
pembelajaran menulis ditunjang beberapa faktor yang saling berkaitan, yaitu metoda teknik dan
penelitian berupa kegiatan pembelajaran. Penulis berniat melaksanakan menulis puisi dengan
Media gambar menurut Suyatno (2004:147) “Media gambar bertujuan agar siswa dapat
membuat puisi dengan cepat dan benar berdasarkan gambar yang dipilihnya.” Berdasar pada
pendapat tersebut media gambar merupakan salah satu alternatif memudahkan siswa menulis
puisi. Dengan media gambar ini diharapkan siswa merasa senang dan tertarik karena guru sudah
penelitian tindakan kelas. Menurut Arikunto, dkk (2007:VII) “Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
merupakan penelitian tindakan (action research) yang bertujuan memperbaiki mutuu praktik
pembelajaran di kelas.” Hal ini sejalan dengan karakteristik PTK yang di kemukakan oleh
Kunandar (2008:41), “PTK memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk
meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.” Artinya,
pihak yang terlibat dalam PTK (Guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemapuan dalam
mendeteksi dan memecahkan masalah – masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas
melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki
situasi dan kemnudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat
keberhasilannya.
Hasil penelitian ini penulis laoprkan dalam bentuk karya ilmiah yang berjudul “ Upaya
Menggunakan Media Gambar (Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas VII SMP Negeri 17
Rumusan masalah penelitian ini adalah dapatkah media gambar meningkatkan kemapuan
menulis puisi siswa kelas VII SMP Negeri 17 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2012/2013 ?
masalah yang akan dijadikan objek penelitian. Penelitian ini yaitu melaksanakan kegiatan
pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas VII SMP Negeri 17 Tasikmalaya Tahun Ajaran
2012 / 2013.
dalam bentuk tulisan dengan menggunakan Bahasa yang ringkas dan mempunyai banyak
kekayaan Bahasa. Jadi yang dimaksud kemampuan menulis puisi dalam penelitian ini adalah
kesanggupan siswa kelas VII SMP Negeri 17 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2012 / 2013 menulis
puisi sehingga mampu menuangkan pengalaman yang dibayangkan ke dalam bentuk tulisan
dengan menggunakan bahasa yang ringkas dan mempunyai banyak kekayaan bahasa.
Menurut Suyatno (2004:147), “Media gambar bertujuan agar siswa dapat membuat
puisi dengan cepat dsan benar berdasarkan gambar yang dilihatnya.” Alat yang diperlukan
adalah bermacam – macam gambar yang akan dijadikan objek siswa dalam menulis puisi. Jadi,
yang dimaksud dengan media gambar dalam penelitian ini adalah media pembelajaran berupa
gambar yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi
dengan cara siswa mengamati dan menganalisis gambar kemudian membiarkan siswa
berimajinasi dengan gambar yang diamatinya. Hal pertama yang harus dilakukan oleh siswa
adalah siswa harus dapat menentukan subjek dalam gambar tersebut. Subjek ini kemudian
Dalam kegiatan menulis puisi siswa secara berkelompok mengamati media gambar
yang dipasang di papan tulis. Mereka mencatat hal – hal apa saja yang ada dalam gambar
tersebut untuk dituangkan dalam sebuah puisi. Dengan begitu dapat dilihat minat siswa untuk
menulis puisi cukup antusias dan hal ini merupakan salah satu modal agar siswa merasa senang
Tujuan yang dapat dicapai melalui penelitian ini dapat untuk mengetahui dapat tidaknya
media gambar meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII SMP Negeri 17
1. Guru
pembelajaran.
2. Siswa
Meningkatkan kemampuan dan minat siswa dalam pembelajaran menulis kreatif puisi.
Mengembangkan daya nalarnya secara bebas sesuai dengan tingkat pengalaman dan
pengetahuannya.
3. Sekolah
BAB II
F. Landasan Teoretis
Kajian Teoretis
sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Komunikasi adalah proses pertukaran
informasi antar individu melalui sistem simbol, tanda atau tingkah laku.
didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik lisan maupun tulis,
dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar
bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.
Standar kompetensi merupakan kerangka mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
yang berisi seperangkat kompetensi yang harus dimiliki dan dicapai oleh siswa pada setiap
Dengan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia ini menurut Kurikulum
a) Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan kebutuhan, dan
minatnya serta menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya dan hasil intelektual bangsa
sendiri;
b) Guru dapat memusatkan perhatian pada pengembangan kompetensi bahasa siswa dengan
menyediakan beranekaragam kegiatan berbahasa dan sumber belajar.
c) Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar sesuai dengan kondisi lingkungan
sekolah dan kemampuan siswanya;
d) Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program di sekolah;
e) Sekolah dapat menyusun program pendidikan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar
yang tersedia; dan
f) Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah.
kewajiban untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Jadi guru harus
sungguh – sungguh dalam mendidik siswa, artinya standar kompetensi mata pelajaran bahasa
dan sastra Indonesia yang berisi seperangkat kompetensi yang diajarakan guru harus dimiliki
siswa. Standar kompetensi yang terkait dalam penelitian ini di dalam kurikulum (Depdiknas
2006:240), “Siswa dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya dalam puisi bebas.” Standar
kompetensi tersebut bisa dicapai melalui salah satu standar kompetensi yang berkaitan dengan
(Depdiknas, 2006:231) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a) Berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun
tulis;
b) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa
Negara;
c) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakan dengan cepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;
d) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematanghan
emosional dan sosial;
e) Menikmati dan memanfaatkan karyua sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi
pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan
f) Menghargai dan mengembangkan sastar Indonesia sebagai Khazanah budaya intelektual
manusia Indonesia.
bahasa Indonesia mengharapkan agar siswa memiliki kemampuan menulis dengan baik dan
benar. Selain itu, diharapkan siswa menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia,
menikmati, dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi
dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek – aspek sebagai berikut: (1) Mendengarkan, (2)
pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas VII SMP Negeri 17 Tasikmalaya Tahun Ajaran
2012 / 2013.
Kompetensi dasar yang terkait dengan penelitian ini adalah menulis puisi dengan
menggunakan pilihan kata yang sesuai dan kompetensi dasar tersebut penulis rumuskan menjadi
a. Menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai dengan judul.
b. Menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai dengan tema
c. Menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai dengan majas
d. Menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai dengan rima
b. Hakikat Menulis Puisi
1) Pengertian Menulis
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga oarang lain dapat
membaca lambang – lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran
grafik itu.” Lebih jauh dijelaskan Tarigan (1982:9) bahwa menulis merupakan proses
keterempilan khusus menjadi seorang penulis.” Dari kedua kutipan di atas dapat di simpulkan
bahawa menulis merupakan kegiatan menurunkan grafik yang menuntut pengalaman seorang
Sejalan dengan pendapat Tarigan, Rahmanto (1988:111) berpendapat bahwa tulisan yang
baik menuntut suatu penyajian pokok yang jelas pengungkapan ide secara teratur dan pokok
persoalan yang dibahas sesuai dengan minat dan pengalaman siswa. Ini membuktikan bahwa
Tujuan dari menulis itu sendiri adalah mengungkapkan gagasan, ide melalui media
tulisan berupa memberitahukan, meyakinkan, mengajak, mempengaruhi orang lain. Hal ini
“Menulis di pergunakan oleh orang terpelajar untuk mencatat, merekam, meyakinkan dan
melaporkan / memberitahukan dan mempengaruhi. Maksud dan tujuan tersebut akan dapat
dicapai dengan baik oleh orang – orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakan
dengan jelas, kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi pemakaian kata – kata dan
struktur kalimat.”
yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya. Pendapat ini memandang puisi
berdasarkan struktur fisiknya, yaitu ditinjau berdasarkan rima, ritma, dan aspek musikalitasyang
Waluyo (1987:67) mengatakan hal – hal yang termasuk ke dalam hakikat puisi :
a) Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang di kemukanan oleh penyair. Pokok persoalan itu
bagitu kuat mendesak dalam jiwa penyair sehingga menjadi landasan utama pengucapannya.
b) Perasaan
Perasaan adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkan. Dengan kata
lain perasaan merupakan sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang dihadapi yang
Nada adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karya puisi ciptaannya
sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi akibat psikologis yang
ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana saling berhubungan karena nada puisi
d) Amanat
Amanat puisi adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan atau tujuan atau
Waluyo (2005:45), “Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan,
dipersingkat dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata – kata yang kias dan
imajinatif.”
Dalam menulis puisi kata – kata harus betul – betul berkekuatan, walaupun singkat tentu
saja dalam karya sastra menjadi tidak sekedar berperan sebagai alat yang menghubungkan
pembaca dengan ide penyair pada umumnya tetapi sekaligus sebagai pendukung imajinasi dan
penghubung pembaca dengan dunia intuisi penyair. Hal ini sependapat dengan Waluyo (1987:4),
“Jika kita menghadapi sebuah puisi kita tidah hanya berhadapan dengan unsur kebahasan yang
meliputi serangkaian kata – kata indah, namun juga merupakan kesatuan bentuk pemikiran atau
tetapi membutuhkan pikiran yang jernih apa yang akan dituangkan. Seorang penyair tidak akan
meremehkan pengalaman – pengalamannya. Segala sesuatu yang dilihat dan dialami selalu tidak
luput dari perhatiannya. Wujud perhatian dan usaha menjadikan pengalaman itu sebagai sesuatu
yang bermakna di antarnya dengan cara menuangkan dan menuliskan apa yang dialami dan
Dalam menulis puisi, kata – kata harus betul – betul dipilih agar memiliki kekuatan
pengucapan, penyair haruslah peka terhadap apa yang dilihat, dirasa dan didengar serta
“Untuk menjadi seorang penyair yang baik haruslah mengetahui langkah – langkah yang tepat di
antaranya ada enam langkah yang harus diketahui, yaitu (1) melatih tanggap sasmita, orang peka
mudah terangsang mengutarakan idenya melalui puisi, (2) senang memotret keadaan diri, (3)
senang membandingkan, (4) menangkap ilham, (5) memunculkan kata pertama, (6) mengolah
kata, (7) memberikan vitamin, dan (8) menyeleksi kata.”
Melalui ke delapan langkah tersebut penyair dapat menciptakan banyak karya puisi. Oleh
karena itu, kompetensi yang perlu dikuasai oleh peserta didik menurut Endraswara (2003:231)
a) Mampu menciptakan sebagai sebuah kebutuhan psikologis bukan sebagai beban
b) Mampu menciptakan puisi yang mengandung makna berlapis – lapis seperti banyaknya puisi
primatis, sufistik dan profetik
c) Mampu menciptakan puisi dengan kejujuran batin, tak ada yang menekan, tak ada yang
mengharuskan, tetapi tidak lebih dari kesadaran hati yang mendalam
d) Mampu menciptakan puisi dengan langkah – langkah dan model proses kreatif yang jitu,
sehingga tidak asal – asalan, dan asal numpuk kata dan boros kata
e) Mampu menciptakan puisi yang kontekstual, penuh getaran emosi, imajinasi yang indah, dan
bercerita lewat puisi yang cair.
Kompetensi dasar tersebut bisa dicapai melalui kompetensi dasar yang berkaitan dengan
penelitian yang penulis laksanakan adalah (1), (2), (3), (4) dan (5).
berhubungan dengan kualitas puisi. Menulis puisi juga merupakan kegiatan yang menuntut
seseorang harus benar – benar cerdas, harus benar – benar menguasai bahasa, harus luas
Tjahyono (1987:74) mengungkapkan, jenis puisi menurut isinya dapat dibedakan sebagia
berikut :
Waluyo (1987:27) berpendapat bahwa struktur fisik puisi terdiri atas baris – baris puisi
Struktur fisik puisi yaitu unsur yang membangun puisi yang nampak bahasannya yang
disebut metode. Sedangkan struktur batin puisi yaitu sesuatu yang menjiwai sebuah puisi atau
1) Diksi
Diksi adalah pemilihan kata yang tepat, padat kaya akan nuansa makna sehingga mampu
mengembang dan mempengaruhi daya imajinasi pembaca. Jadi diksi mempunyai peranan
penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra.
Seorang penulis harus memahami lebih baik masalah kata dan maknanya, harus tahu
memperluas dan mengaktifkan kosakata makna, harus tahu memperluas dan mengaktifkan
kosakata, harus mampu memilih kata yang tepat sesuai situasi yang dihadapi dan harus
2) Pengimajian
Pengimajian merupakan cara kerja penyair dalam menulis puisi agar puisinya dapat
menimbulkan daya sugesti terhadap pembaca. Cara ini dilakukan penyair dengan memilih kata
atau susunan kata –kata dalam puisinya yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris seperti
Kata kongkret adalah kata – kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan
suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca.
Jika penyair mahir memperkongkret kata – kata maka pembaca seolah – olah melihat,
Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu
dengan cara yang tidak biasa yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Jadi pada
umumnya bahasa figuratif dipakai untuk menghidupkan lukisan untuk lebih mengkongkretkan
5) Verifikasi
Verifikasi adalah pengulang bunyi atau pertentangan bunyi yang terdapat dalam puisi.
Pengulang bunyi ada dua yakni rima dan ritma. Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi
untuk membentuk musikalisasi atau orkestrasi, sedangkan Ritma adalah pertentangan bunyi
seperti tinggi / rendah, panjang / pendek, keras / lemah, yang mengalun dengan teratur dan
6) Tifografi
Tifografi merupakan pembeda paling awal antara puisi dengan prosa dan drama. Fungsi
tifografi adalah untuk menciptakan keindahan visual juga dimaksudkan sebagai upaya
“Media gambar bertujuan agar siswa dapat menulis puisi dengan cepat dan benar berdasarkan
gambar yang dilihatnya.” Selanjutnya dikemukakan pula Suyatno (2004:147) “Siswa melihat
gambar yang diberikan oleh guru dari melihat itu siswa menulis puisi.” Alat yang diperlukan
adalah bermacam – macam gambar atau poster. Jadi, yang dimaksu media gambar dalam
penelitian ini adalah alternatif untuk memudahkan dan menunjang siswa dalam menulis puisi
dengan hal ini siswa akan merasa senang dan mudah karena adanya kemampuan imajinatif yang
walaupun ketika menuliskan apresiasi mengenai gambar ke dalam karya tulisnya dalam hal ini
puisi masih sangat kurang. Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa teknik pembelajaran dengan
Pembelajaran menulis puisi dengan media gambar ini diharapkan muncul rasa senang dan
tertarik pada gambar kemudian timbul kelancaran dan kemudahan dalam menulis puisi.
Langkah – langkah pelaksanaan yang di kemukakan oleh Suyatno (2004:147) sebagai
berikut :
menggunakan media gambar, penulis gambarkan kegiatan belajarnya adalah pertama, guru
memberikan pengantar. Hal ini penting sekali karena pada saat itulah siswa akan mendapat
informasi tentang menulis puisi dan informasi lain yaitu apa yang harus dilakukan siswa dengan
gambar yang telah disediakan oleh guru. Langkah selanjutnya, siswa menganalisis dan juga
mengidintifikasi gambar yang telah disediakan kemudian beri waktu yang cukup untuk siswa
menuliskan sebuah puisi sebagai hasil kreativitas dan imajinasinya sesuai dengan pengalaman
yang dimiliki siswa. Berdasarkan gambar yang telah disediakan, langkah selanjutnya adalah
memberikan siswa untuk bisa menjelaskan hasil tulisan atau karya yang mereka buat dan
kegiatan selanjutnya adalah melakukan evalusai terhadap kegiatan belajar yang telah
dilaksanakan.
Media gambar / foto yang cocok untuk kegiatan pembelajaran menurut Sadiman, dkk.
Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni sesuai dengan tujuan
Dari kutipan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa media gambar merupakan media
kekurangan.
1) Sifat konkret dan lebih realitas dalam memunculkan pokok masalah, jika dibandingkan dengan
bahasa verbal.
2) Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.
3) Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
4) Memperjelas masalah bidang apa saja.
5) Harganya murah dan mudah didapatkan serta digunakan.
Adapun kelemahan media gambar :
1) Hanya menampilkan persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat dilihat oleh
sekelompok siswa.
2) Gambar diinterprestasikan secara personal dan subyektif.
3) Gambar disajkan dalam ukuran yang sangat kecil, sehingga kurang efektif dalam pembelajaran
(Rahadi, 2003:207)
Anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang diterima penyelidik
(Surakhmad, 1998:107), berdasarkan pada hal itu, maka titik tolak penelitian ini sebagai berikut :
1) Menulis puisi merupakan salah satu indikator yang harus dimiliki siswa kelas VII berdasarkan
2) Salah satu faktor yang meningkatkan keberhasilan adalah teknik pembelajaran;
3) Media gambar merupakan salah satu teknik pembelajaran menulis puisi; dan
4) Keunggulan media gambar yaitu mudah diperoleh pada buku, majalah, koran, album foto dan
sebagainya.
H. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah hipotesis tindakan yaitu pembelajaran menulis puisi
dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa
BAB III
I. Prosedur Penelitian
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode dalam suatu penelitian
diperlukan guna mencapai tujuan penelitian serta untuk menjawab masalah yang diteliti dengan
menggunakan alat –alat tertentu (Winarno Surakhmad, 1978:131). Berdasarkan kedua pendapat
tersebut, sebenarnya banyak metode penelitian yang dapat penulis gunakan, namun penelitian ini
menggunakan model penelitian tindakan kelas, maka metode yang digunakan penulis dalam
penelitian yang ditempuh oleh penulis yaitu dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Dalam metode penelitian tindakan kelas ini penulis mencoba mengatasi permasalahan yang ada
di lapangan dengan cara menerapkan suatu tindakan yaitu teknik yang di gunakan untuk
mengatasi masalah tersebut yang dilakukan secara berulang – ulang dan prosesnya diamati
dengan sunguh – sungguh sampai mendapatkan hasil yang lebih baik dari hasil sebelumnya.
Di dalam suatu penelitian, variabel yang dipakai biasanya dari variabel bebas dan
terikat. Mengenai variabel, Moh Ali (1992:26) mengatakan bahwa variabel sebab adalah variabel
yang diasumsikan menjadi penyebab munculnya variabel lain. Sedangkan variabel akibat adalah
variabel yang kemunculannya diasumsikan oleh variabel sebab. Suharsimi Arikunto (1996:99)
mengemukakan bahwa:”...Ada variabel yang mempengaruhi dan ada variabel terikat”. Variabel
yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau idependent variabel (X).
Sedangkan variabel akibat disebut variabel tak bebas, variabel tergantung, variabel terikat atau
Secara skematis hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 1
Hubungan antara variabel X dan variabel Y
a. Variabel bebas, yaitu menulis puisi dengan media gambar siswa SMP/MTs (Variabel X)
b. Variabel Terikat, yaitu kemampuan menulis puisi siswa kelas VII SMP Negeri 17 Tasikmalaya
(Variabel Y)
Teknik pengumpulan data penelitian yang penulis gunakan yaitu sebagi berikut :
menulis puisi. Hasilnya pengamatan tersebut penulis jadikan pedoman untuk melaksanakan
kegiatan berikutnya.
Penulis akan melaksanakan tes hasil belajar dan proses selama pembelajaran ini
berlangsung.
pelaksanaan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan media gambar yang sudah
dilaksanakan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, (1) Pedoman
Observasi, (2) Pedoman Tes, (3) Pedoman Penelitian, serta (4) Pedoman Wawancara.
Sumber data dari penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 17 Tasikmalaya.
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan deasin penelitian model penelitian
tindakan kelas Hopkins dalam Arikunto (2007:105). Dalam desai penelitian tindakan kelas
Hopkins ini di dalamnya berisi perencanaan tindakan (Planning), Penerapan tindakan (action),
mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasi tindakan (observation adn evaluation) dan
melakukan refleksi, dan seterusnya samapi perbaikan atau peningkatan yang di harapkan tercapat
(kriteria Keberhasilan).
Adapun desain
Gambar 2
Spiral Penelitian Tindakan Kelas ( Arikunto, 2007:105)
7. Langkah – langkah Penelitian
Langkah – langkah yang penulis lakukan disesuaikan dengan metode penelitian yang
dilakukan yaitu model penelitian tindakan kelas. Langkah – langkah yang penulis ambil
mengolah dan menganalisis data penelitian ini mengikuti langkah – langkah sebagai berikut, (1)
mengklasifikasi data, (2) mengkoding data, (3) menganalisis dan mempresentasikan, (4)
Kriteria penilaian menurut Depdiknas (2006) yang penulis gunakan adalah kriteria
penilaian yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk menilai hasil belajar siswa, penulis
BAB IV
J. Hasil Penelitian
Pengolahan Data
Skor ideal = 60