Anda di halaman 1dari 36

PTK Bahasa Indonesia Jenjang SMP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hasil pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis selama ini masih belum sesuai dengan
yang diharapkan. Download PTK Jenjang SMP Apalagi untuk mencapai tingkat terampil, masih
memerlukan “usaha keras” dari seorang guru untuk dapat mewujudkannya.

Pembelajaran menulis yang diberikan kepada siswa kurang bervariasi. Yang paling sering
diberikan dalam pembelajaran, siswa dilatih untuk membuat karangan dengan kerangka
karangan yang telah disediakan, mengarang bebas, atau berlatih menulis bermacam-macam
paragraf. PTK Bahasa Indonesia Untuk SMP Pembelajaran menulis pun akhirnya tetap kering
dan membosankan (Suyono, 2005: 8) sehingga siswa kurang berminat untuk berlatih menulis.

Kekurangberhasilan pembelajaran menulis tersebut disebabkan oleh banyak faktor khususnya


yang menyangkut siswa dan guru. Tidak sedikit para guru yang menganggap bahwa proses
pembelajaran yang efektif ditandai dengan suasana kelas yang tenang. Para siswa dengan tertib
duduk di kursinya masing-masing, perhatian terpusat pada guru, dan guru menjelaskan
(berceramah) di depan kelas. 

Dalam kondisi yang demikian, siswa akan semakin tenggelam dalam kepasifan. Mereka belajar
tidak lebih dari suatu rutinitas sehingga kurang tertantang terlibat secara aktif dalam proses
belajar mengajar. PTK SMP Kelas 8 Siswa cenderung belajar secara individual, menghafal
konsep-konsep yang abstrak dan teoretik, menerima rumus-rumus atau kaidah-kaidah tanpa
banyak memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran.

Sinyalemen mengenai kekurangberhasilan pembelajaran menulis di atas, disebabkan oleh sistem


pembelajaran yang masih terpusat pada guru. Siswa kurang diberi kesempatan untuk berlatih dan
mengembangkan kreativitasnya. Di samping itu, dari sisi siswa sendiri juga masih terbiasa pasif.
Siswa tampak kurang berminat mengikuti pelajaran. Akibatnya, siswa kuran gberpartisipasi aktif
dalam pembelajaran. Keadaan pembelajaran yang demikian, tentu tidak dapat menopang
terhadap keterampilan menulis siswa. Penelitian Tindakan Kelas Jenjang SMP Untuk mengatasi
hal tersebut, perlu diupayakan bentuk pembelajaran menulis yang lebih memberdayakan siswa,
yakni pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Dengan upaya tersebut,
diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Materi pembelajaran menulis pada siswa SMP kelas VIII dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
mencakup : menulis rangkuman dari beberapa teks bacaan yang memiliki kemiripan topik;
menulis laporan, menulis surat resmi; menulis ulasan biografi; menyunting tulisan teman,
menulis teks berita, menulis rangkuman isi buku ilmu pengetahuan populer, menulis slogan dan
poster untuk berbagai keperluan, menulis rencana kegiatan, menulis surat dinas, dan menulis
petunjuk (Depdiknas, 2003: 17). Pada penelitian tindakan kelas ini, penulis membatasinya
dengan memilih materi yang spesifik  yakni menulis laporan. Download PTK untuk SMP

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
Download PTK Bahasa SMP Kelas 8 Apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan
ketermapilan menulis siswa kelas VIII F SMP Negeri 2 Tanon, Kabupaten Sragen ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran bahas Indonesia
di SMP N 2 Tanon Kabupaten Sragen yang ditunjukkan dengan meningkatnya keterampilan
menulis siswa melalui pendekatan kontekstual.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk  : Pada akhir siklus kedua PTK ini, 75% siswa kelas
VIII F SMP N 2 Tanon Kabupaten Sragen tahun 2006/2007, keterampilan menulisnya dapat
meningkat.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis
Mendapatkan pengetahuan lebih mendalam mengenai teori dan langkah-langkah penerapan
pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis, sehingga pada penerapan pembelajaran
yang lain, hambatan-hambatan atau kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada penelitian dapat
diantisipai.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa  PTK Bahasa Indonesia
1) Siswa lebih menyenangi pembelajaran menulis karena materi ang diajarkan dikatikan dengan
situasi dunia nyata siswa.
2) Minat menulis siswa dapat ditumbuhkan sehingga siswa dapat mengembangkan ketermapilan
menulisnya.
3) Siswa dapat menulis dengan lebih lancar karena telah banyak berlatih menguasai teknik-
teknik menulis.
4) Hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa karena siswa diberikan kesempatan lebih
banyak praktik menulis.
b. Manfaat bagi guru
1) Guru dapat menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran khususnya pembelajaran
menulis.
2) Guru dapat menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran khususnya pembelajaran
menulis.

Download PTK untuk Jenjang SMP


BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori 
1. Keterampilan Menulis
a. Hakikat Menulis

Menulis merupakan suatu aktivitas komunikasi bahasa yang menggunakan bahasa sebagai
mediumnya. Tulisan itu terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan
lambang tulisan seperti ejaan dan pungtuasi. Download PTK SMP Seseorang bisa disebut
sebagai penulis karena memiliki kemahiran menuangkan secara tertulis ide, gagasan, dan
perasaan dengan runtut. Apa yang dituliskan mengandung arti dan manfaat yang membuat orang
lain merasa perlu membaca dan menikmatinaya (Sabarti Akhadiah, dkk., 2001: 1.3).

Menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa yang terpadu, yang ditujukan untuk
menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Sekurang-kurangnya, ada tiga komponen yang
tergabung dalam perbuatan menulis, yaitu : (1) penguasaan bahasa tulis, meliputi kosakata,
struktur, kalimat, paragraf, ejaan, pragmatik, dan sebagainya; (2) penguasaan isi karangan sesuai
dengan topik yang akan ditulis, dan (3) penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana
merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi
yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya   Haerudin
Kurniawan, http://www.ialf.edu/kpbipa/papers/ haherudinkurniawan.doc.)

Pada dasarnya, PTK SMP Kelas 8 menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi,
struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam,
meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan
seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun dan
merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan
komunikatif. Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata,
dan struktur kalimat.

b. Pembelajaran Menulis
Siswa mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi lebih daripada sekedar pengetahuan tentang
bahasa. Pembelajaran bahasa, selain meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra, juga
untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan.
Selain itu, juga diarahkan untuk mempertajam perasaan siswa. Siswa tidak hanya diharapkan
mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau langsung, tetapi juga yang
disampaikan secara terselubung atau secara tidak langsung. PTK Bahasa Indonesia Siswa tidak
hanya pandai dalam bernalar, tetapi memiliki kecakapan di dalam interaksi sosial dan dapat
menghargai perbedaan baik di dalam hubungan antarindiv idu maupun di dalam kehidupan
bermasyarakat, yang berlatar dengan berbagai budaya dan agama (Depiknas, 2003: 4).

Dalam proses pembelajaran menulis pada jenjang SMP, guru dapat menyuruh siswa menyusun
karangan singkat, menulis surat, misalnya yang berisi pemberitahuan singkat, kemudian
karangan itu dikumpulkan. Guru yang berpengalaman akan dapat mengutip beberapa kesalahan
umum dari karangan siswa itu, kemudian langsung membahasnya. Bahasan kesalahan bahasa itu
tentu saja sangat berguna bagi siswa (Badudu, 1985: 101).

Agar siswa mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk membekali
siswa terampil berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Siswa dilatih lebih banyak
menggunakan bahasa untuk berkomunikai, tidak dituntut untuk menguasai pengetahuan tentang
bahasa.
Yang perlu ditandaskan adalah pelajaran menulis haruslah dipentingkan dan diberi waktu secara
cukup dan diberikan secara tetap. Jika tidak demikian, berarti guru tidak memberikan
kesempatan kepad asiswa untuk melatih berbahasa secara tertulis, yang sangat berguna dalam
kehidupannya kelak.

Mengingat pentingnya menulis, dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu lebih
diefektifkan. Dengan diajarkan materi menulis tersebut diharapkan siswa mempunyai
keterampilan yang lebih baik. Seseorang yang dapat membuat suat tulisan dengan baik berarti ia
telah menguasai  tata bahasa, mempunyai perbendaharaan kata, dan mempunyai kemampuan
menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Dowload PTK untuk SMP Dengan
demikian, tulisan siswa dapat dijadikan sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan siswa dalam
pelajaran bahasa Indonesia (Sukmana, 2005: 30).

Gloria M Russo (dalam Rivers, 1987: 83) mengemukakan bahwa di dalam pembelajaran,
menulis bukan semata-mata bagian aktivitas yang terpisah dari seorang pengarang melainkan
secara intensif dapat berarti interaktif, yakni melibatkan guru, siswa, dan pihak lain di luar seting
kelas formal. Biasanya, suatu tulisan ditulis dengan tujuan untuk dibaca orang lain dan tulisan itu
berkembang ketika penulis merespon reaksi orang lain. Kemauan untuk menulis jug atumbuh
ketika orang lain menunjukkan perhatian kepada apa yang telah ditulisnya.

c. Penilaian Pembelajaran Menulis

Penilaian adalah suatu proses untuk mengeahui apakah proses dan hasil dari suatu program
kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan. Penilaian dapat dilakukan
secara tepat jika tersedia data yang berkaitan dengan objek penilaian. Penelitian tindakan kelas
SMP Untuk memperoleh data, diperlukan alat penilaian yang berupa pengukuran. Penilaian dan
pengukuran merupakan dua kegiatan yang saling berkaitan (Sarwiji Suwandi, 2004: 3).

Pada hakikatnya, kegiatan penilaian dilakukan tidak semata-mata untuk menilai hasil belajar
siswa saja, melainkan juga berbagai faktor yang lain, antara lain kegiatan pengajaran yang
dilakukan itu sendiri. Artinya, berdasarkan informasi yang diperoleh dari penilaian terhadap hasil
belajar siswa itu dapat pula dipergunakan sebagai umpan balik penilaian terhadap kegiatan
pengajarna yang dilakukan (Burhan Nurgiantoro, 2005: 3).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan penilaian dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui keefektifan proses pembelajaran sehingga kegiatan penilaian yang dilakukan
tidak hanya mmentingkan hasil, melainkan juga proses. Informasi yang diperoleh dari kegiatan
penilaian, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, sebagai dasar pembuatan keputusan,
selanjutnya dapat digunakan sebagai umpan-balik terhadap proses pembelajaran yang dilakukan.
PTK Bahasa indonesia kelas VIII

PTK Meningkatkan Ketrampilan Menulis


2. Pendekatan Kontekstual

a. Hakikat Pendekatan Kontekstual


Pendekatan adalah seperangkat asumsi korelasi yang menangani hakikat pengajaran dan
pembelajaran bahasa. Pendekatan memberikan hakikat pokok bahasan yang diajarkan
(Depdiknas, 2004e: 70).
Metode merupakan rencana keseluruhan bagi penyajian bahan bahasa secara rapi dan tertib, yang
tidak ada bagian-bagiannya yang dikontradiksi, dan kesemuanya itu didasarkan pada pendekatan
yang dipilih. Pendekatan bersifat aksiomatis sedangkan metode bersifat prosedural. Di dalam
satu pendekatan mungkin terdapat banyak metode. PTK Bahasa Indonesia meningkatkan
ketrampilan menulis

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi ang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan
konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
(Depdiknas, 2002a: 1).

b. Pembelajaran Kontekstual

Belajar adalah perilaku yang relatif permanen dan merupakan hasil dari pelatihan yang mendapat
penguatan. Sedangkan mengajar adalah membantu seseorang (siswa) untuk belajar mengerjakan
sesuatu, memberikan pengajaran, membimbing pembelajaran, memberikan pengetahuan agar
mengetahui atau memahami (Depdiknas, 2004e: 22).
Dalam kaitannya dengan pembelajaran kontekstual, Blancard (2001) mengembangkan strategi
pembelajaran kontekstual dengan :
1) Menekankan pemecahan masalah download ptk
2) Menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam berbagai konteks,
seperti rumah, masyarakat, dan pekerjaan
3) Mengajar siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri sehingga menjadi
siswa mandiri
4) Mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda
5) Mendorong siswa belajar dri sesama teman dan belajar bersama, dan 
6) Menerapkan penilaian autentik (dalam Depdiknas, 2004d: 45)
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual pada hakikatnya merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yakni konstruktivisme (Constructivism),
menemukan (Inguiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Community),
pemodelan (Modeling), Refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).
Pembelajaran di kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan tujuh
komponen utama (Depdiknas, 2002a: 10). download ptk ketrampilan menulis

Tujuh komponen tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :


1) Konstruktivisme (Constructivism)
Dalam pandangan ini, pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks ruang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan
kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri (Depdiknas,
2002a: 11). Pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada pada diri siswa dimanfaatkan, dan
siswa dilibatkan secara aktif, kreatif, produktif dalam proses pembelajaran dan diberikan
pengalaman memecahkan masalah yang ada dalam kehidupan nyata atau dalam konteks
bermakna (Depdiknas, 2004b: 6). 

Baca Juga

PTK BAHASA INDONESIA KELAS 7 SMP LENGKAP

Pandangan konstruktivisme berpendapat bahwa manusia mengonstruksi sendiri pengetahuan


yang diperolehnya berdasarkan pada skemata atau prior knowledge yang dimilikinya. Oleh sebab
itu, kemajemukan car amemperoleh pengetahuan dan memberikan sesuatu sah adanya.
Konstruktivisme sangat menghargai kemajemukan dan tidak menyarankan keseragaman
(Depdiknas, 2004e: 26).
Dengan dasar tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengonstruksi” bukan
“menerima”pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan
mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivis,
“strategi memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan
mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (1)
menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar
menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar (Depdiknas, 2002a: 11).
2) Menemukan (Inguiry) Donwload PTK Lengkap Bahasa Indonesia
Kata kunci dari strategi inquiri adalah “siswa    menemukan sendiri”. Langkah-langkah kegiatan
inquiri adalah: (1) Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun),            (2) Mengamati
atau melakukan observasi. Misalnya, mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya
dari sumebr atau objek yang diamati,  (3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan,
gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya,            (4) Mengkomunikasikan atau
menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain. Misalnya,
karya siswa disampaikan kepada teman sekelas atau orang banyak untuk mendapatkan masukan
(Depdiknas, 2002a: 13). Melalui inquiri, siswa diberi kesempatan untuk menggunakan proses
mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah, serta meningkatkan potensi intelektualnya
(Mulyasa, 2004: 107).
3) Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari “bertanya”. Bertanya merupakan
strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang
sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting, yaitu untuk menggali informasi,
menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang
belum diketahuinya.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk (1) menggali
informasi, (2) mengecek pemahaman siswa, (3) membangkitkan respon kepada siswa, (4)
mengetahui seberapa jauh keingin tahuan siswa, (5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui
siswa, (6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, (7) untuk
membangkitkan lebuh banyak lagi pertanyaan dari siswa, (8) untuk menyegarkan kembali
pengetahuan siswa (Depdiknas, 2002a: 14).
4) Masyarakat belajar (Learning Community)
Konsep learning community agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang
lain. Hasil belajar diperoleh dari “sharing” antar teman, antar kelompok, dan antar yang  tahu
dan yang belum tahu. “Masyarakat belajar” bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah.
Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan
dari tempat belajarnya (Depdiknas, 2002a: 15). Dalam “masyarakat belajar ditekankan bahwa
hasil belajar diperoleh siswa dari adanya kerja sama dan berbagai pengalaman dengan siswa lain
melalui dua arah atau multiarah (Depdiknas, 2004b: 6).
5) Pemodelan (Modeling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru.
Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa
Inggris, dan sebagainya. Dalam pendekatan kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model
dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Contoh pemodelan di kelas, misalnya guru bahasa
Indonesia menunjukkan teks berita dari sebuah Harian sebuah model berita (Depdiknas, 2002a:
16). Tujuan dihadirkan model bagi siswa adalah untuk membahasakan dan mendemonstrasikan
sesuatu (materi pembelajaran) sehingga apa yang dilihat dalam demonstrasi tersebut dilakukan
oleh siswa dalam belajar (Depdiknas, 2004b: 6).
6) Refleksi (Reflection) Penelitian tindakan Kels untuk jenjang SMP
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang
apa-apa yang sudah dilakukan. Siswa mendapatkan apa yang baru  dipelajarinya sebagai struktur
pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
Kunci dari refleksi adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Siswa
mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru (Depdiknas, 2002a:
18).
Refleksi merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran yang perlu dilakukan pada setiap
akhir segmen pembelajaran atau akhir pembelajaran karena dengan adanya refleksi dapat
diketahui apa yang diperoleh siswa dan bagaimana proses pemerolehannya (Depdiknas, 2004b:
7).
7) Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru
agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Karena
gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka
assessment tidak dilakukan di akhir periode (cawu/semester) pembelajaran, tetapi dilakukan
bersama secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran. Oleh karena
assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari
kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran (Depdiknas,
2002a: 190.

B. Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan dengan penelitian adalah tesis yang ditulis oleh Sri Harjani (2005)
berjudul “Pengembangna Kemampuan Membaca dan Meniulis Permulaan dengan pendekatan
Kontekstual”, pada bagian simpulan penelitian diungkapkan bahwa kondisi awal dalam
pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru aktif mentransfer ilmu pada anak, sementara anak
bagai botol kosong yang terus diisi dengan berbagai pengetahuan yang kadang sama sekali tidak
dimengerti oleh anak. Guru belum secara variatif mampu mengembangkan metode pembeljaran
untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan produktif. Metode ceramah menjadi pilihan
utama dalam pembelajaran. Peran siswa dalam pembelajaran kurang dioptimalkan.
Pelaksanaan dari tujuh prinsip dalam pendekatan kontekstual memberi pengaruh positif dalam
pembelajaran. Pada bagian akhir penelitian disarankan bahwa guru perlu melakukan tindakan
untuk mengurangi kejenuhan dan meningkatkan motivasi belajar siswa dengan metode
pembelajaran yang bervariasi. 
Tesis Nurul Fariyah (2004) berjudul “Penerapan Strategi Pembelajaran Terpadu untuk
Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Penel itian Tindakan Kelas di Kelas 1 SMA
Nefgeri 1 Ngrambe, Kabupaten Ngawi”. Pada tesis tersebut diuraikan bahwa permasalahan yang
muncul dalam proses penulisan cerpen adalah penuangan unsur-unsur intrinsik, tanda baca, dan
ejaan. Peran  guru yang berkompeten sangat diperlukan dalam penerapan sebuah metode
sehingga permasalahan yang dihadapi dapat teratasi.
Untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, guru harus berusaha mening katkan
kemampuan refleksinya. Disarankan pula bahwa untuk meningkatkan kemampuan menulis
cerpen, guru perlu mendorong dan membimbing siswa untuk menulis, misalnya mengikuti
lomba, menulis untuk media massa atau majalah dinding.

C. Kerangka Berpikir
Yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah hasil pembelajaran keterampilan
menulis rendah. Kekurangberhasilan tersebut disebabkan oleh sistem pembelajaran yang masih
berpusat pada guru. Siswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilannya.
Di samping itu, dari sisi siswa sendiri juga masih pasif. Siswa kurang berminat dan kurang
bersemangat mengikuti pembelajaran.
Pada prinsipnya, menulis adalah suatu keterampilan atau skill. Menulis adalah hal nyata yang
perlu dipelajari dengan ketekunan dan kemampuan untuk terus mempraktikkannya. Menulis
tidak cukup dengan hanya mengetahui teori-teorinya saja. Tanpa pernah berlatih, mustahil
keterampilan menulis dapat diraih. Proses pembelajaran menulis perlu dirancang dengan
mengutamakan kemampuan dan keterampilan dengan mendudukkan siswa sebagai subjek
sehingga siswa dapat mengekspresikan ide-ide kreatifnya, merasakan adanya manfaat, dan
tertarik untuk selalu mengembangkannya. Oleh sebab itu, perlu diterapkan pembelajaran menulis
yang dapat lebih memberdayakan siswa, yakni pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
kontekstual.
Dengan pendekatan kontekstual, akan terjalin suasana belajar yang mengutamakan kerja sama,
saling menunjang, menyenangkan, tidak membosankan, belajar dengan bergairah, pembelajaran
terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan teman, siswa kritis guru
kreatif.
Pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
bukan transfer pengetahuan dari guru. Siswa dapat menonstruksikan sendiri pengetahuannya,
menemukan sendiri konsep-konsep materi yang sedang dihadapi. Siswa lebih banyak diberikan
kesempatan untuk mengembangkan ide-idenya, dan menanyakan segala sesuatu yang belum
dipahami. Kepada siswa diberikan banyak kesempatan untuk berlatih dan praktik menulis.
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi ketika siswa sedang belajar menulis dapat
didiskusikan sehingga kelompok satu dapat menilai hasil pekerjaan kelompok yang lain.
Pada akhir pembelajaran, siswa dapat merefleksi terhadap apa yang dipelajarinya sehingga dapat
meningkatkan minat dan keterampilan menulis siswa. Kerangka berpikir tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut :

Download Penelitian Tindakan Kelas Jenjang SMP


DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas.2003.Kurikulum 2004 standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra


Indonesia Sekolah Menengah Pertama dan Tsanawiyah.Jakarta:Diknas.
Djamal, Chomsiah.1996.”Membantu Suami, Mengurus Rumah Tangga. Perempuan di Sektor
Formal”.Oey-Gardiner, Mayling dkk (ed).Perempuan Indonesia Dulu dan Kini.Jakarta:Gramedia
Pustaka.
Dzuhayatin,S.R.1998.”Ideologi Pembebasan Perempuan” Bainar (ed).Wacana Perempuan dalam
KeIndonesiaan Kenodernan.Jakarta:Gramedia Pustaka.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.1998.Jakarta:Depdikbud.
Quasthoff, Uta.1973.Soziales Vorurteil und Kommunikation-eine sprachwissenschaftliche
Analyse des Stereotyps.Frankfurt:Athenaum.

Terima kasih telah berkunjung di Asri Yulian Blog yang membahas Download PTK Bahasa
Indonesia untuk Jenjang SMP. Semoga PTK Bahasa Indonesia ini dapat membantu Anda
dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
PTK BAHASA INDONESIA KELAS 7 SMP ABSTRAK
Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib diikuti oleh peserta didik mulai dari
Sekolah Dasar sampai ke Perguruan Tinggi, meliputi penguasaan keterampilan berbahasa yaitu
membaca, berbicara, mendengarkan dan menulis yang dikembangkan secara terpadu dalam
laporan ptk smp.

Dalam pengembangan keterampilan berbicara di tingkat sekolah menengah pertama, diharapkan


siswa mampu memahami dan dapat mengungkapkan informasi, pikiran dan perasaannya,
sehingga terjadi interaksi yang aktif yang dinamis antara siswa dengan siswa dan antara siswa
dengan guru. Hal ini ternyata sulit sekali karena ada faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu
minimnya penguasaan kosakata, malu untuk mengemukakan pendapat, perasaan taku salah dan
pengaruh bahsa ibu yang dominan dalam sehari-hari. Ptk bahasa indonesia smp Selain itu, faktor
yang tidak kurang pentingnya dalam mempengaruhi keterampilan berbicara tersebut adalah
kurang tepatnya guru dalam menentukan/memilih metode/pendekatan yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar (KBM).

Pendekatan kontekstual dengan media gambar, diharapkan mampu meningkatkan keaktifan


siswa dalam berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM).
Pelaksanaan KBM dengan pendekatan kontekstual melalui media gambar, sesuai dengan hasil
penelitian kelas ini menghasilkan data antara lain keaktifan siswa dalam bercerita 61,80%
(Baik), keberhasilan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran 62,50% (Tinggi), keberhasilan guru
dalam KBM mencapai 78,11% (Baik) dan ketuntasan belajar siswa melalui evaluasi mencapai
64,38% (Tinggi).

Berdasarkan data tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kontekstual ternyata mampu meningkatkan keaktifan siswa berbicara selama KBM
berlangsung melalui penelelitian tindakan kelas.

PENELITIAN TINDAKAN KELAS BAHASA INDONESIA


BAB 1
A. Latar Belakang Masalah

Sejak Sumpah Pemuda dikumandangkan tanggal 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia telah
diikrarkan menjadi bahasa kesatuan dan bahasa Nasional, bahkan kedudukan bahasa Indonesia
tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV pasal 36, sebagai bahasa Negara, bahasa
resmi kenegaraan, sebagai alat pemersatu bangsa, sebagai bahasa pengantar resmi di lembaga-
lembaga pemerintahan, bahasa pengembang ilmu pengetahuan serta teknologi modern PTK SMP
kelas 7 bahasa indonesia.

Di sekolah, bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib di ikuti para siswa, dengan
materi pokok meliputi empat keterampilan berbahasa yaitu membaca, berbicara, mendengarkan
dan menulis, yang dikembangkan secara terpadu.

Setiap pembelajaran, siswa diperlukan sebagai subyek utama dan guru berperan sebagai
fasilitator. Dalam mengembangkan keterampilan berbahasa, khsusunya keterampilan berbicara,
diharapkan siswa mampu memahami dan dapat mengungkapkan informasi, pikiran dan
perasaannya, sehingga terjadi interaksi yang aktif antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru.
Setiap siswa dituntut untuk mampu berbicara secara aktif dan terlihat langsung dalam proses
pembelajaran. Namun kenyataannya, sulit sekali meningkatkan keaktifan siswa berbicara PBM.

Aktifitas siswa dalam berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia selama kegiatan
pembelajaran, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti minimnya penguasaan kosa kata, malu
untuk mengemukakan pendapat, adanya rasa takut salah, adanya pengaruh bahasa ibu yang
sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari, atau kurang tepatnya guru dalam menentukan
metoda pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mencoba untuk mengkaji upaya-upaya seperti yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan keaktifan siswa berbicara menggunakan bahasa Indonesia
selama kegiatan belajar mengajar (KBM).

B. Rumusan Masalah

Sejatinya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi sehingga terjadi interaksi. Demikian juga
belajar bahasa Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan keterampilan
berbahasa Indonesia secara baik dan benar.

Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, komunikasi dan interaksi siswa dengan siswa, ptk
lengkap smp siswa dengan guru, kerapkali terganggu karena rendahnya aktifitas siswa dalam
berbicara Indonesia. Salah satu faktor yang diduga sebagai penyebab terjadinya hal tersebut di
atas adalah kurang tepatnya pendekatan yang diterapkan guru dalam kegiatan belajar mengajar.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini kami mencoba merumuskan permasalahan sebagai berikut:
“Apakah pendekatan kontekstual dengan penggunaan media gambar dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam berbicara bahasa Indonesia selama kegiatan belajar mengajar berlangsung
di kelas VII A SMP XXX?”

C. Tindakan yang dilakukan

Dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa berbicara bahasa Indonesia secara baik dan benar
selama KBM berlangsung dengan pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan tujuan agar pembelajaran lebih
produktif dan bermakna. 

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini akan dilakukan melalui pelaksanaan pembelajaran
sesuai dengan perencanaan tindakan yang terbagi dalam tiga siklus penelitian. Setiap siklus
pelaksanaan pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap pembelajaran. Laporan PTK kelas 7 SMP

Siklus pertama, pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual melalui media


gambar. contoh ptk bahasa indonesia Guru mengabsen dan mengkondisikan kelas, bertanya
tentang pengalaman membaca cerita yang menarik melalui cerita bergambar menjelaskan tujuan
pembelajaran, membentuk kelompok diskusi dan membagikan buku-buku gambar cerita yang
menarik. Para siswa mendiskusikan tugas yang telah diterima dan setiap kelompok menunjuk
perwakilan untuk mempresentasikannya di depan kelas, kelompok lain menanggapi pokok-
pokok cerita dari gambar cerita tersebut. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tahapan-
tahapan skenario pembelajaran. Penilaian authentik dilaksanakn untuk mengukur pemahaman
dari materi yang sedang disajikan. Secara rinci tertuang dalam skenario pembelajaran pertemuan
pertama (terlampir).

Siklus kedua, sama dengan siklus pertama dimana pelaksanaan pembelajaran menggunakan
pendekatan kontekstual dengan media gambar cerita dengan tahapan-tahapan skenario
pembelarannya. Penilaianpun masih penilaian authentik. Secara rinci tertuang dalam rencana
pembelajaran pertemuan kedua (terlampir).

Siklus ketiga juga sama dengan siklus sebelumnya, di mana pelaksanaan pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual, melalui media gambar cerita, dengan tahapan-tahapan
skenario pembelajarannya. Penilaian, prosespun dilaksanakan pada siklus ketiga ini dan diakhir
kegiatan ulangan harian sebagai alat penguji daya serap terhadap materi yang sudah disajikan.
PTK mapel Bahasa indonesia Secara rinci skenario pembelajaran dijelaskan pada rencana
pembelajaran pertemuan ketiga (terlampir).

D. Hipotesa Tindakan

Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, peneliti berasumsi bahwa dengan menggunakan


pendekatan kontekstual melalui media gambar akan meningkatkan keaktifan siswa berbicara
bahasa Indonesia yang baik dan benar selama kegiatan belajar mengajar di kelas VII A SMP
XXX.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

 Meningkatkan keaktifan siswa dalam berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar
selama KBM.
 Meningkatkan keberanian siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia di berbagai
kegiatan berbahasa.
 Meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa kelas VII SMP
 Meningkatkan keterampilan guru dalam menentukan pendekatan pembelajaran sehingga
anak senang, aktif dalam berbicara selama kegiatan belajar.

1. Manfaat Penelitian

 Bagi siswa
 Memiliki kemauan dan kemampuan untuk aktif berbicara dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar selama KBM.
 Memiliki keberanian dalam menggunakan bahasa Indonesia di berbagai kegiatan
berbahasa
 Bagi Guru
 Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar
 Meningkatkan keterampilan dalam menentukan pendekatan pembelajaran
 Meningkatkan motivasi, proses dan hasil belajar siswa
 meningkatkan minat melakukan penelitian tindakan kelas

Baca Juga

DOWNLOAD PTK BAHASA INDONESIA UNTUK


JENJANG SMP
F. Lingkup Penelitian

Dalam KBM masih banyak kendala yang dihadapi guru, terutama bagaimana upaya guru dalam
memilih strategi mengajar yang baik sehingga siswa mampu belajar bahasa Indonesia dengan
baik dan menyenangkan serta memotivasi siswa untuk mau belajar lebih baik sehingga mutu
pendidikan meningkat.

Kendala-kendala yang dihadapi guru di antaranya dukungan sarana dan prasarana yang kurang
memadai, juga keterbatasan guru untuk menumbuhkan kemauan dan kemampuan siswa dalam
pelaksanaan KBM dengan model dan pendekatan yang bervariasi sehingga dalam melaksanakan
pembelajaran kurang terencana dan akibatnya hasilnya kurang baik pula.

Penulis mencoba menyajikan satu model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan


kontekstual dengan harapan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam berbicara bahasa
Indonesia yang baik dan benar selama KBM berlangsung, sehingga pada akhirnya kegiatan
berbahasa dalam keterampilan berbicara dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
PTK kelas 7 SMP lengkap

Untuk memperjelas lingkup penelitian ini, beberapa istilah yang muncul dijelaskan sebagai
berikut:

1. Belajar adalah proses perubahan perilaku dikarenakan pengalaman dan latihan. Artinya,
tujuan kegiatan-kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang meliputi segenap aspek organisasi atau
pribadi.
2. Mengajar adalah menambahkan pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam diri anak didik,
usaha menyampaikan kebudayaan, menata berbagai kondisi belajar secara pantas.
3. Metoda mengajar (pendekatan) adalah suatu pengetahuan tentang tata cara mengajar
yang dipergunakan oleh seorang guru (teknik penyajian yang dikuasai guru untuk
menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas).
CONTOH BAB 2 PTK BAHASA INDONESIA KELAS VII

KAJIAN TEORI

A. Kegiatan Belajar Mengajar

Menurut Rochman Natawijaya, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi
pada diri seseorang. Perubahan ini dapat terjadi dalam bidang keterampilan, sikap, pengertian,
pengetahuan atau apresiasi.

Dalam kegiatan belajar mengajar dengan sendirinya yang menjadi pusat kegiatan dan pusat
perhatian adalah siswa. Ketika selesai mengikuti proses belajar mengajar, seorang siswa telah
memiliki pengalaman belajar tertentu, berarti siswa tersebut telah mengalami perubahan tingkah
laku yang menandakan bahwa siswa tersebut telah memiliki pengetahuan, keterampilan atau
sikap-sikap tertentu. PTK bahasa indonesia lengkap

Pusat kurikulum Depdiknas dengan bukunya Kurikulum Berbasis Kompetensi mengemukakan


bahwa belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman.
Dengan demikian seorang guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan
otoritasnya dalam membangun gagasan.

Beberapa prinsip kegiatan belajar mengajar sebagaimana dikemukakan dalam panduan


Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah:

1. Berpusat pada siswa. KBM menempatkan siswa sebagai subyek belajar. KBM perlu
memperhatikan bakat, minat kemampuan, cara dan strategi belajar, motivasi belajar dan
latar belakang sosial siswa.
2. Belajar dengan melakukan KBM perlu memberikan pengalaman nyata dalam kehidupan
sehari-hari yang terkait dengan penerapan kaidah, konsep dan prinsip disiplin ilmu yang
dipelajari.
3. Mengembangkan kemampuan sosial. Siswa akan mudah membangun pemahaman bila
mampu mengkomunikasikan gagasannya dengan siswa lain atau guru melalui interaksi
dengan lingkungannya.
4. Mengembangkan keingin-tahuan, imajinasi, dan fitrah bertuhan agar KBM lebih
bermakna.
5. Mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah. KBM hendaknya dipilih
dan dirancang untuk mendorong dan melatih siswa untuk mampu mengidentifikasi
masalah dan memecahkannya.
6. mengembangkan kreatifitas siswa.

Banyak metode yang dapat dipilih oleh guru dengan menyesuaikan terhadap kebutuhan materi,
warga belajar, situasi dan kondisi suatu sekolah serta berbagai aspek lain yang harus
dipertimbangkannya oleh guru referensi penelitian tindakan kelas.

B. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan nyata
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Pendekatan Kontekstual; Depdiknas, 2003).
Dengan konsep itu, hasil belajar diharapkan dapat lebih bermakna bagi siswa.

Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen, yaitu kontruktivisme, bertanya, inkuiri,


masyarakat belajar, penilaian authentic, pemodelan, refleksi (Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah, 2003 ; 1-5).

Penerapan pendekatan kontekstual dalam kelas cukup mudah, secara garis besar langkah-
langkahnya sebagai berikut:

1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri, menemukan sendiri, mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompoknya)
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7. Lakukan penilaian sebenarnya dengan berbagai variasi.

DAFTAR PUSTAK PTK BAHASA INDONESIA 

Budimansah, Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Porto Folio. PT Genesindo.
Bandung 

Departemen Pendidikan Nasional R I. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and


Learning). Jakarta.

Permadi, Dadi. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan Mandiri Kepala
Sekolah. PT Sarana Panca Karya. Bandung.

Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta

Ridwan Sa’adah. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
Bandung

Suyanto, K E., Kasihani. Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Pengajaran dan
Pembelajaran Bahasa . Fakultas Sastra, Universitas Malang, Malang.

Suyanto, K E., Kasihani. 2003. Authentic Assessment. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Direktorat PLP, Depdiknas. Jakarta
Laporan PTK Sri Rahayu SMPN 17

Judul : UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI


MELALUI PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN
MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR (Penelitian Tindakan
Kelas Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 17 Tasikmalaya Tahun
Ajaran 2012/2013).

BAB I
A.    Latar Belakang masalah

Menulis puisi merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa

SMP/MTs. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia SMP/MTs kelas VII salah satu standar kompetensi dari keterampilan menulis

adalah mengungkapkan perasaan dalam puisi bebas. Yang menjadi kompetensi dasarnya adalah

menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai. Namun sayangnya tidak

banyak yang memiliki keterampilan tersebut, bahkan ada anggapan bahwa menulis puisi adalah

pekerjaan penyair atau sastrawan. Jadi hanya yang memiliki bakatlah yang bisa menulis puisi.

Mungkin seperti itulah asumsi sebagian orang tentang menulis puisi. Padahal keterampilan

dalam hal menulis pun perlu latihan dan pengajaran bukan sepenuhnya bakat atau pengaruh

bawaan lahir seseorang.

Pembelajaran menulis puisi merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa

kelas VII namun kenyataan di lapangan masih banyak di antaranya yang belum mampu menulis

puisi. Ketidakmampuan siswa dalam menulis puisi di antaranya siswa mengalami kesulitan

dalam menulis puisi karena kurang memiliki minat untuk membaca, tidak adanya ketertarikan

siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis puisi karena cara penyampaian guru

kurang menarik, dan proses pembelajarannya monoton. Siswa yang ingin terampil menulis tidak

cukup dengan mempelajari bahasa dan kemapuan tentang teori menulis, karena keterampilan

menulis merupakan suatu proses pertumbuhan melalui banyak praktik dan latihan yang teratur..

oleh karena itu, pembelajaran menulis sangat diperlukan.


Permasalahan yang penulis temukan di lapangan yaitu masih banyak siswa yang sulit

menulis puisi karena siswa kurang berpengalaman dalam membaca puisi dan siswa kurang

memiliki minat untuk membaca sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menulis puisi karena

daya bayangnya mati sedangkan sarana untuk kepuitisan adalah menghadirkan daya imajinasi.

Selain itu pengajaran menulis puisi belum terlaksana dengan baik di sekolah,

kelemahannya terletak pada cara guru mengajar yang kurang bervariasi dalam pelaksanaannya.

Berhasil tidaknya pembelajaran bahasa Indonesia khususnya untuk mencapai keberhasilan

pembelajaran menulis ditunjang beberapa faktor yang saling berkaitan, yaitu metoda teknik dan

media pembelajaran yang digunakan.

Berdasar pada permasalahan – permasalahan di atas penulis menarik untuk melaksanakan

penelitian berupa kegiatan pembelajaran. Penulis berniat melaksanakan menulis puisi dengan

menggunakan media gambar.

Media gambar menurut Suyatno (2004:147) “Media gambar bertujuan agar siswa dapat

membuat puisi dengan cepat dan benar berdasarkan gambar yang dipilihnya.” Berdasar pada

pendapat tersebut media gambar merupakan salah satu alternatif memudahkan siswa menulis

puisi. Dengan media gambar ini diharapkan siswa merasa senang dan tertarik karena guru sudah

menyediakan gambar sehingga imajinasi siswa berkembang walaupun ketika menuliskan

apersepsi melalui gambar ke dalam karya tulisnya masih sangat kurang.

Penulis bermaksud melaksanakan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan

penelitian tindakan kelas. Menurut Arikunto, dkk (2007:VII) “Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

merupakan penelitian tindakan (action research) yang bertujuan memperbaiki mutuu praktik

pembelajaran di kelas.” Hal ini sejalan dengan karakteristik PTK yang di kemukakan oleh

Kunandar (2008:41), “PTK memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk

meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.” Artinya,

pihak yang terlibat dalam PTK (Guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemapuan dalam

mendeteksi dan memecahkan masalah – masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas
melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki

situasi dan kemnudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat

keberhasilannya.

Hasil penelitian ini penulis laoprkan dalam bentuk karya ilmiah yang berjudul “ Upaya

Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Pembelajaran Menulis Puisi dengan

Menggunakan Media Gambar (Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas VII SMP Negeri 17

Tasikmalaya Tahun Ajaran 2012/2013).”

B.     Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah dapatkah media gambar meningkatkan kemapuan

menulis puisi siswa kelas VII SMP Negeri 17 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2012/2013 ?

C.    Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan landasan yang dapat memberikan pembelajaran dan

masalah yang akan dijadikan objek penelitian. Penelitian ini yaitu melaksanakan kegiatan

pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas VII SMP Negeri 17 Tasikmalaya Tahun Ajaran

2012 / 2013.

1)      Kemampuan Menulis Puisi

Menulis puisi adalah kemampuan siswa menuangkan pengalaman yang dibayangkan ke

dalam bentuk tulisan dengan menggunakan Bahasa yang ringkas dan mempunyai banyak

kekayaan Bahasa. Jadi yang dimaksud kemampuan menulis puisi dalam penelitian ini adalah

kesanggupan siswa kelas VII SMP Negeri 17 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2012 / 2013 menulis

puisi sehingga mampu menuangkan pengalaman yang dibayangkan ke dalam bentuk tulisan

dengan menggunakan bahasa yang ringkas dan mempunyai banyak kekayaan bahasa.

2)      Media Gambar

Menurut Suyatno (2004:147), “Media gambar bertujuan agar siswa dapat membuat

puisi dengan cepat dsan benar berdasarkan gambar yang dilihatnya.” Alat yang diperlukan
adalah bermacam – macam gambar yang akan dijadikan objek siswa dalam menulis puisi. Jadi,

yang dimaksud dengan media gambar dalam penelitian ini adalah media pembelajaran berupa

gambar yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi

dengan cara siswa mengamati dan menganalisis gambar kemudian membiarkan siswa

berimajinasi dengan gambar yang diamatinya. Hal pertama yang harus dilakukan oleh siswa

adalah siswa harus dapat menentukan subjek dalam gambar tersebut. Subjek ini kemudian

dijadikan ide pokok dalam sebuah puisi.

Dalam kegiatan menulis puisi siswa secara berkelompok mengamati media gambar

yang dipasang di papan tulis. Mereka mencatat hal – hal apa saja yang ada dalam gambar

tersebut untuk dituangkan dalam sebuah puisi. Dengan begitu dapat dilihat minat siswa untuk

menulis puisi cukup antusias dan hal ini merupakan salah satu modal agar siswa merasa senang

terhadap kegiatan menulis puisi.

D.    Tujuan Penelitian

Tujuan yang dapat dicapai melalui penelitian ini dapat untuk mengetahui dapat tidaknya

media gambar meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII SMP Negeri 17

Tasikmalaya Tahun Ajaran 2012 / 2013 dalam pembelajaran menulis puisi.

E.     Kegunaan Penelitian

Hasil PTK ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1.      Guru

  Mendorong guru menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dalam melaksanakan

pembelajaran.

  Memotivasi guru mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.

  Membantu guru mengembangkan kreatifitasnya dalam menerapkan inovasi pembelajaran.

2.      Siswa

  Meningkatkan kemampuan dan minat siswa dalam pembelajaran menulis kreatif puisi.
  Mengembangkan daya nalarnya secara bebas sesuai dengan tingkat pengalaman dan

pengetahuannya.

  Menimbulkan keberanian siswa dalam pembelajaran puisi.

3.      Sekolah

  Membantu sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan.

  Merupakan sumbangan positif dan bahan masulkan untuk kemajuan sekolah.

  Membantu sekolah untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB II
F.     Landasan Teoretis

Kajian Teoretis

a.      Hakikat Pembelajaran Menulis Sastra Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan

1)      Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa merupakan jalan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan bahasa dan

sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Komunikasi adalah proses pertukaran

informasi antar individu melalui sistem simbol, tanda atau tingkah laku.

Dinyatakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006:317),

“Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan dalam untuk meningkatkan kemampuan peserta

didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik lisan maupun tulis,

serta menumbuhkan apersiasi hasil karya kesusastraan Indonesia.”

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006:231) bahwa

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan

minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan keterampilan berbahasa,

dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar

bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.
Standar kompetensi merupakan kerangka mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

yang berisi seperangkat kompetensi yang harus dimiliki dan dicapai oleh siswa pada setiap

tingkatan. Kerangka itu sendiri atas empat kompetensi utama, yaitu :

1) Standar kompetensi, 2) Kompetensi dasar, 3) Indikator, dan 4) Materi Pokok.

Dengan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia ini menurut Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006:317) diharapkan :

a)      Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan kebutuhan, dan
minatnya serta menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya dan hasil intelektual bangsa
sendiri;
b)      Guru dapat memusatkan perhatian pada pengembangan kompetensi bahasa siswa dengan
menyediakan beranekaragam kegiatan berbahasa dan sumber belajar.
c)      Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar sesuai dengan kondisi lingkungan
sekolah dan kemampuan siswanya;
d)     Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program di sekolah;
e)      Sekolah dapat menyusun program pendidikan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar
yang tersedia; dan
f)       Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah.

Sejalan dengan standar kompetensi di atas, penulis berkewajiban untuk melaksanakan

kewajiban untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Jadi guru harus

sungguh – sungguh dalam mendidik siswa, artinya standar kompetensi mata pelajaran bahasa

dan sastra Indonesia yang berisi seperangkat kompetensi yang diajarakan guru harus dimiliki

siswa. Standar kompetensi yang terkait dalam penelitian ini di dalam kurikulum (Depdiknas

2006:240), “Siswa dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya dalam puisi bebas.” Standar

kompetensi tersebut bisa dicapai melalui salah satu standar kompetensi yang berkaitan dengan

penulis laksanakan adalah (1), (2), dan (3).

2)      Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Mata pelajaran bahasa Indonesia menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(Depdiknas, 2006:231) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

a)      Berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun
tulis;
b)      Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa
Negara;
c)      Memahami bahasa Indonesia dan menggunakan dengan cepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;
d)     Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematanghan
emosional dan sosial;
e)      Menikmati dan memanfaatkan karyua sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi
pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan
f)       Menghargai dan mengembangkan sastar Indonesia sebagai Khazanah budaya intelektual
manusia Indonesia.

Berdasarkan pernyataan tersebut penulis menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran

bahasa Indonesia mengharapkan agar siswa memiliki kemampuan menulis dengan baik dan

benar. Selain itu, diharapkan siswa menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia,

menikmati, dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi

pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, menghargai, dan

membanggakan sastra Indonesia.

3)      Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indoneisa

Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia menurut Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (Depdiknas, 2006:232) mencakup komponen – komponen kemampuan berbahasa

dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek – aspek sebagai berikut: (1) Mendengarkan, (2)

Berbicara, (3) Membaca, dan (4) Menulis.

4)      Kompetensi Dasar dan Indikator

Sebagaimana penulis ungkapkan di atas, penulis akan melaksanakan kegiatan

pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas VII SMP Negeri 17 Tasikmalaya Tahun Ajaran

2012 / 2013.

Kompetensi dasar yang terkait dengan penelitian ini adalah menulis puisi dengan

menggunakan pilihan kata yang sesuai dan kompetensi dasar tersebut penulis rumuskan menjadi

Indikator sebagai berikut :

a.    Menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai dengan judul.
b.   Menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai dengan tema

c.    Menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai dengan majas

d.   Menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai dengan rima
b.      Hakikat Menulis Puisi
1)      Pengertian Menulis

Menulis menurut Tarigan (1982:22), “Menurunkan lambang – lambang grafik yang

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga oarang lain dapat

membaca lambang – lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran

grafik itu.” Lebih jauh dijelaskan Tarigan (1982:9) bahwa menulis merupakan proses

perkembangan yang menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan keterampilan –

keterempilan khusus menjadi seorang penulis.” Dari kedua kutipan di atas dapat di simpulkan

bahawa menulis merupakan kegiatan menurunkan grafik yang menuntut pengalaman seorang

penulis disertai adanya waktu, kesempatan, dan latihan.

Sejalan dengan pendapat Tarigan, Rahmanto (1988:111) berpendapat bahwa tulisan yang

baik menuntut suatu penyajian pokok yang jelas pengungkapan ide secara teratur dan pokok

persoalan yang dibahas sesuai dengan minat dan pengalaman siswa. Ini membuktikan bahwa

kegiata menulis memang membutuhkan pengalaman di samping juga pengetahuan.

Tujuan dari menulis itu sendiri adalah mengungkapkan gagasan, ide melalui media

tulisan berupa memberitahukan, meyakinkan, mengajak, mempengaruhi orang lain. Hal ini

diperkuat oleh pendapat Morsey yang dikutip dari Tarigan (2004:4):

“Menulis di pergunakan oleh orang terpelajar untuk mencatat, merekam, meyakinkan dan
melaporkan / memberitahukan dan mempengaruhi. Maksud dan tujuan tersebut akan dapat
dicapai dengan baik oleh orang – orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakan
dengan jelas, kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi pemakaian kata – kata dan
struktur kalimat.”

2)      Pengertian Puisi

Muljana dalam Waluyo (1987:23) menjelaskan, bahwa puisi merupakan kesusastraan

yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya. Pendapat ini memandang puisi

berdasarkan struktur fisiknya, yaitu ditinjau berdasarkan rima, ritma, dan aspek musikalitasyang

ditimbulkan dari pengulangan bunyi itu.

Waluyo (1987:67) mengatakan hal – hal yang termasuk ke dalam hakikat puisi :

a)      Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang di kemukanan oleh penyair. Pokok persoalan itu

bagitu kuat mendesak dalam jiwa penyair sehingga menjadi landasan utama pengucapannya.

b)      Perasaan

Perasaan adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkan. Dengan kata

lain perasaan merupakan sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang dihadapi yang

diangkat menjadi sebuah puisi.

c)      Nada Suasana

Nada adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karya puisi ciptaannya

sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi akibat psikologis yang

ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana saling berhubungan karena nada puisi

menimbulkan suasana terhadap pembaca.

d)     Amanat

Amanat puisi adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan atau tujuan atau

pesan yang hendak disampaikan penyair.

3)      Pengertian Menulis Puisi

Waluyo (2005:45), “Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan,

dipersingkat dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata – kata yang kias dan

imajinatif.”

Dalam menulis puisi kata – kata harus betul – betul berkekuatan, walaupun singkat tentu

saja dalam karya sastra menjadi tidak sekedar berperan sebagai alat yang menghubungkan

pembaca dengan ide penyair pada umumnya tetapi sekaligus sebagai pendukung imajinasi dan

penghubung pembaca dengan dunia intuisi penyair. Hal ini sependapat dengan Waluyo (1987:4),

“Jika kita menghadapi sebuah puisi kita tidah hanya berhadapan dengan unsur kebahasan yang

meliputi serangkaian kata – kata indah, namun juga merupakan kesatuan bentuk pemikiran atau

struktur makna yang hendak diucapkan penyair.”


Berdasarkan pendapat di atas bahwa menulis puisi tidak sekedar menuangkan kata – kata

tetapi membutuhkan pikiran yang jernih apa yang akan dituangkan. Seorang penyair tidak akan

meremehkan pengalaman – pengalamannya. Segala sesuatu yang dilihat dan dialami selalu tidak

luput dari perhatiannya. Wujud perhatian dan usaha menjadikan pengalaman itu sebagai sesuatu

yang bermakna di antarnya dengan cara menuangkan dan menuliskan apa yang dialami dan

dilihatnya ke dalam bentuk puisi.

Dalam menulis puisi, kata – kata harus betul – betul dipilih agar memiliki kekuatan

pengucapan, penyair haruslah peka terhadap apa yang dilihat, dirasa dan didengar serta

mengolahnya. Sebagaimana di kemukakan Endaswara (2003:299).

“Untuk menjadi seorang penyair yang baik haruslah mengetahui langkah – langkah yang tepat di
antaranya ada enam langkah yang harus diketahui, yaitu (1) melatih tanggap sasmita, orang peka
mudah terangsang mengutarakan idenya melalui puisi, (2) senang memotret keadaan diri, (3)
senang membandingkan, (4) menangkap ilham, (5) memunculkan kata pertama, (6) mengolah
kata, (7) memberikan vitamin, dan (8) menyeleksi kata.”

Melalui ke delapan langkah tersebut penyair dapat menciptakan banyak karya puisi. Oleh

karena itu, kompetensi yang perlu dikuasai oleh peserta didik menurut Endraswara (2003:231)

yaitu sebagai berikut :

a)      Mampu menciptakan sebagai sebuah kebutuhan psikologis bukan sebagai beban
b)      Mampu menciptakan puisi yang mengandung makna berlapis – lapis seperti banyaknya puisi
primatis, sufistik dan profetik
c)      Mampu menciptakan puisi dengan kejujuran batin, tak ada yang menekan, tak ada yang
mengharuskan, tetapi tidak lebih dari kesadaran hati yang mendalam
d)     Mampu menciptakan puisi dengan langkah – langkah dan model proses kreatif yang jitu,
sehingga tidak asal – asalan, dan asal numpuk kata dan boros kata
e)      Mampu menciptakan puisi yang kontekstual, penuh getaran emosi, imajinasi yang indah, dan
bercerita lewat puisi yang cair.

Kompetensi dasar tersebut bisa dicapai melalui kompetensi dasar yang berkaitan dengan

penelitian yang penulis laksanakan adalah (1), (2), (3), (4) dan (5).

Endraswara (2003:232), Kompetensi semacam itu merupakan kompetensi dasar yang

berhubungan dengan kualitas puisi. Menulis puisi juga merupakan kegiatan yang menuntut

seseorang harus benar – benar cerdas, harus benar – benar menguasai bahasa, harus luas

wawasan dan peka perasaannya.”


Berdasarkan pemaparan di atas penulis menyimpulkan bahwa dalam menulis puisi yang

baik haruslah mengikuti langkah – langkah yang dipaparkan di atas.

4)      Jenis – jenis Puisi

Tjahyono (1987:74) mengungkapkan, jenis puisi menurut isinya dapat dibedakan sebagia

berikut :

a)      Puisi Epik


Puisi epik yaitu puisi yang mendukung cerita kepahlawanan yang berkaitan dengan legenda
b)      Puisi Naratif
Puisi naratif yaitu yang di dalamnya mengandung suatu adegan pelaku, perwatakan, plot, dan
latar.
c)      Puisi Dramatik
Puisi dramatik yaitu puisi yang melakukan perilaku seseorang lewat gerak, dialog maupun
monolog sehingga mengundang suatu gambaran kisah tertentu.
d)     Puisi Lirik
Puisi lirik yaitu puisi yang berisi luapan batin penyairnya dengan segala endapan pengalaman,
sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya.
e)      Puisi Epigram
Puisi pendek yang berisi nasihat tentang cara bergaul, sopan santun, ajaran agama, dan
sebagainya.
f)       Puisi Didaktis
Puisi yang secara eksplisit mengandung nilai – nilai didaktis atau pendidikan.
g)      Puisi Satirik
Puisi yang berisi tentang kritik atas kepincangan atau ketidakberesan yang terjadi dalam
masyarakat.
h)      Romance atau Roman
Puisi yang berisi luapan perasaan seseorang terhadap kekasihnya, tentunya luapan perasaan
cinta.
i)        Elegi
Puisi yang berisi ratapan seseorang tentang apa saja.
j)        Ode
Puisi yang berisi tentang pujian terhadap seseorang yang berjasa untuk bangsa, tanah air, dan
negara.
k)      Himne
Puisi himne yaitu puisi yang berisi tentang pujian terhadap kekuasaan Tuhan.

c.       Unsur Pembangun Puisi

Waluyo (1987:27) berpendapat bahwa struktur fisik puisi terdiri atas baris – baris puisi

yang bersama – sama membangun bait – bait puisi.

Struktur fisik puisi yaitu unsur yang membangun puisi yang nampak bahasannya yang

disebut metode. Sedangkan struktur batin puisi yaitu sesuatu yang menjiwai sebuah puisi atau

biasa disebut hakikat.


Waluyo (1987:71) mengatakan bahwa yang termasuk metode puisi sebagai berikut :

1)      Diksi

Diksi adalah pemilihan kata yang tepat, padat kaya akan nuansa makna sehingga mampu

mengembang dan mempengaruhi daya imajinasi pembaca. Jadi diksi mempunyai peranan

penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra.

Seorang penulis harus memahami lebih baik masalah kata dan maknanya, harus tahu

memperluas dan mengaktifkan kosakata makna, harus tahu memperluas dan mengaktifkan

kosakata, harus mampu memilih kata yang tepat sesuai situasi yang dihadapi dan harus

mengenali dengan baik corak gaya bahasa dengan tujuan penulis.

2)      Pengimajian

Pengimajian merupakan cara kerja penyair dalam menulis puisi agar puisinya dapat

menimbulkan daya sugesti terhadap pembaca. Cara ini dilakukan penyair dengan memilih kata

atau susunan kata –kata dalam puisinya yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris seperti

penglihatan, pendengaran dan perasaan.

3)      Kata Kongkret

Kata kongkret adalah kata – kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan

suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca.

Jika penyair mahir memperkongkret kata – kata maka pembaca seolah – olah melihat,

mendengar atau merasa apa yang dilakukan penyair.

4)      Bahasa Figuratif

Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu

dengan cara yang tidak biasa yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Jadi pada

umumnya bahasa figuratif dipakai untuk menghidupkan lukisan untuk lebih mengkongkretkan

dan lebih mengekspresikan perasaan yang diungkapkan.

5)      Verifikasi
Verifikasi adalah pengulang bunyi atau pertentangan bunyi yang terdapat dalam puisi.

Pengulang bunyi ada dua yakni rima dan ritma. Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi

untuk membentuk musikalisasi atau orkestrasi, sedangkan Ritma adalah pertentangan bunyi

seperti tinggi / rendah, panjang / pendek, keras / lemah, yang mengalun dengan teratur dan

berulang – ulang sehingga membentuk keindahan.

6)      Tifografi

Tifografi merupakan pembeda paling awal antara puisi dengan prosa dan drama. Fungsi

tifografi adalah untuk menciptakan keindahan visual juga dimaksudkan sebagai upaya

mengintensifkan makna, rasa dan suasana dalam puisi.

d.      Hakikat Media Gambar

Media gambar merupakan media visual. Menurut Suyatno (2004:147) menyatakan

“Media gambar bertujuan agar siswa dapat menulis puisi dengan cepat dan benar berdasarkan

gambar yang dilihatnya.” Selanjutnya dikemukakan pula Suyatno (2004:147) “Siswa melihat

gambar yang diberikan oleh guru dari melihat itu siswa menulis puisi.” Alat yang diperlukan

adalah bermacam – macam gambar atau poster. Jadi, yang dimaksu media gambar dalam

penelitian ini adalah alternatif untuk memudahkan dan menunjang siswa dalam menulis puisi

dengan hal ini siswa akan merasa senang dan mudah karena adanya kemampuan imajinatif yang

baru setelah melihat media gambar.

Dengan melihat dan mengapresiasi gambar diharapkan imajinasi siswa berkembang

walaupun ketika menuliskan apresiasi mengenai gambar ke dalam karya tulisnya dalam hal ini

puisi masih sangat kurang. Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa teknik pembelajaran dengan

media gambar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi.

Pembelajaran menulis puisi dengan media gambar ini diharapkan muncul rasa senang dan

tertarik pada gambar kemudian timbul kelancaran dan kemudahan dalam menulis puisi.
Langkah – langkah pelaksanaan yang di kemukakan oleh Suyatno (2004:147) sebagai

berikut :

1)      Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu;


2)      Siswa menerima gambar dari guru;
3)      Siswa mengidentifikasi gambar tersebut;
4)      Siswa menulis puisi berdasarkan hasil identifikasi yang dibuatnya;
5)      Siswa lain memberikan komentar dan penilaian tentang isi puisi itu; dan
6)      Guru merefleksi hasil pembelajaran hari itu.

Kegiatan belajar yang sesuai dengan langkah – langkah pembelajaran dengan

menggunakan media gambar, penulis gambarkan kegiatan belajarnya adalah pertama, guru

memberikan pengantar. Hal ini penting sekali karena pada saat itulah siswa akan mendapat

informasi tentang menulis puisi dan informasi lain yaitu apa yang harus dilakukan siswa dengan

gambar yang telah disediakan oleh guru. Langkah selanjutnya, siswa menganalisis dan juga

mengidintifikasi gambar yang telah disediakan kemudian beri waktu yang cukup untuk siswa

menuliskan sebuah puisi sebagai hasil kreativitas dan imajinasinya sesuai dengan pengalaman

yang dimiliki siswa. Berdasarkan gambar yang telah disediakan, langkah selanjutnya adalah

memberikan siswa untuk bisa menjelaskan hasil tulisan atau karya yang mereka buat dan

kegiatan selanjutnya adalah melakukan evalusai terhadap kegiatan belajar yang telah

dilaksanakan.

Media gambar / foto yang cocok untuk kegiatan pembelajaran menurut Sadiman, dkk.

(1994:29) yaitu harus memenuhi beberapa syarat yaitu :

1)      Harus autentik.


2)      Sederhana.
3)      Ukuran relatif.
4)      Gambar / foto sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan.
5)      Gambar yang bagus tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
6)      Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus.

Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai.

Dari kutipan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa media gambar merupakan media

visual yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran menulis.


Media gambar sebagai salah satu media pembelajaran menulis mempunyia kelebihan dan

kekurangan.

Kelebihan media gambar ini diungkapkan oleh Sadiman (1996:31).

1)      Sifat konkret dan lebih realitas dalam memunculkan pokok masalah, jika dibandingkan dengan
bahasa verbal.
2)      Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.
3)      Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
4)      Memperjelas masalah bidang apa saja.
5)      Harganya murah dan mudah didapatkan serta digunakan.
Adapun kelemahan media gambar :

1)      Hanya menampilkan persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat dilihat oleh
sekelompok siswa.
2)      Gambar diinterprestasikan secara personal dan subyektif.
3)      Gambar disajkan dalam ukuran yang sangat kecil, sehingga kurang efektif dalam pembelajaran
(Rahadi, 2003:207)

G.    Anggapan Dasar

Anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang diterima penyelidik

(Surakhmad, 1998:107), berdasarkan pada hal itu, maka titik tolak penelitian ini sebagai berikut :

1)      Menulis puisi merupakan salah satu indikator yang harus dimiliki siswa kelas VII berdasarkan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan;

2)      Salah satu faktor yang meningkatkan keberhasilan adalah teknik pembelajaran;

3)      Media gambar merupakan salah satu teknik pembelajaran menulis puisi; dan

4)      Keunggulan media gambar yaitu mudah diperoleh pada buku, majalah, koran, album foto dan

sebagainya.

H.    Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah hipotesis tindakan yaitu pembelajaran menulis puisi

dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa

kelas VII SMP Negeri 17 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2012 / 2013.

BAB III
I.       Prosedur Penelitian

1.      Metode Penelitian


Arikunto (2006:160) mengemukakan bahwa metode penelitian adalah cara yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode dalam suatu penelitian

diperlukan guna mencapai tujuan penelitian serta untuk menjawab masalah yang diteliti dengan

menggunakan alat –alat tertentu (Winarno Surakhmad, 1978:131). Berdasarkan kedua pendapat

tersebut, sebenarnya banyak metode penelitian yang dapat penulis gunakan, namun penelitian ini

menggunakan model penelitian tindakan kelas, maka metode yang digunakan penulis dalam

penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas.

Penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas, karena langkah – langkah

penelitian yang ditempuh oleh penulis yaitu dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Dalam metode penelitian tindakan kelas ini penulis mencoba mengatasi permasalahan yang ada

di lapangan dengan cara menerapkan suatu tindakan yaitu teknik yang di gunakan untuk

mengatasi masalah tersebut yang dilakukan secara berulang – ulang dan prosesnya diamati

dengan sunguh – sungguh sampai mendapatkan hasil yang lebih baik dari hasil sebelumnya.

2.      Variabel Penelitian

Di dalam suatu penelitian, variabel yang dipakai biasanya dari variabel bebas dan

terikat. Mengenai variabel, Moh Ali (1992:26) mengatakan bahwa variabel sebab adalah variabel

yang diasumsikan menjadi penyebab munculnya variabel lain. Sedangkan variabel akibat adalah

variabel yang kemunculannya diasumsikan oleh variabel sebab. Suharsimi Arikunto (1996:99)

mengemukakan bahwa:”...Ada variabel yang mempengaruhi dan ada variabel terikat”. Variabel

yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau idependent variabel (X).

Sedangkan variabel akibat disebut variabel tak bebas, variabel tergantung, variabel terikat atau

dependent variabel (Y).

Secara skematis hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut :
 

Gambar 1
Hubungan antara variabel X dan variabel Y

Adapun dalam penelitian ini yang menjadi variabel meliputi :

a.       Variabel bebas, yaitu menulis puisi dengan media gambar siswa SMP/MTs (Variabel X)

b.      Variabel Terikat, yaitu kemampuan menulis puisi siswa kelas VII SMP Negeri 17 Tasikmalaya

Tahun Ajaran 2012 / 2013

(Variabel Y)

3.      Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian yang penulis gunakan yaitu sebagi berikut :

a)      Teknik Observarsi

Teknik ini penulis gunakan mengamati permasalahan dalam kegiatan pembelajaran

menulis puisi. Hasilnya pengamatan tersebut penulis jadikan pedoman untuk melaksanakan

kegiatan berikutnya.

b)      Teknik Tes

Penulis akan melaksanakan tes hasil belajar dan proses selama pembelajaran ini

berlangsung.

c)      Teknik Wawancara


Teknik wawancara penulis gunakan untuk memperoleh data penelitian tentang

pelaksanaan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan media gambar yang sudah

dilaksanakan.

4.      Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, (1) Pedoman

Observasi, (2) Pedoman Tes, (3) Pedoman Penelitian, serta (4) Pedoman Wawancara.

5.      Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 17 Tasikmalaya.

6.      Desain Penelitian

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan deasin penelitian model penelitian

tindakan kelas Hopkins dalam Arikunto (2007:105). Dalam desai penelitian tindakan kelas

Hopkins ini di dalamnya berisi perencanaan tindakan (Planning), Penerapan tindakan (action),

mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasi tindakan (observation adn evaluation) dan

melakukan refleksi, dan seterusnya samapi perbaikan atau peningkatan yang di harapkan tercapat

(kriteria Keberhasilan).
Adapun desain

penelitian yang penulis gunakan sebagai berikut :

Gambar 2
Spiral Penelitian Tindakan Kelas ( Arikunto, 2007:105)
7.      Langkah – langkah Penelitian

Langkah – langkah yang penulis lakukan disesuaikan dengan metode penelitian yang

dilakukan yaitu model penelitian tindakan kelas. Langkah – langkah yang penulis ambil

berdasarkan pendapat Arikunto (2009:17) yaitu :

a)      Menyusun rancangan tindakan (Planning);

b)      Pelaksanaan tindakan (acting);

c)      Pengamatan (observing)

d)     Refleksi (reflection)

8.      Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Penelitian tindakan kelas menggunakan penelitian kualitatif. Karena itu penulis

mengolah dan menganalisis data penelitian ini mengikuti langkah – langkah sebagai berikut, (1)

mengklasifikasi data, (2) mengkoding data, (3) menganalisis dan mempresentasikan, (4)

menafsirkan data, (5) menjelaskan dan menyusun simpulan

Kriteria penilaian menurut Depdiknas (2006) yang penulis gunakan adalah kriteria

penilaian yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk menilai hasil belajar siswa, penulis

jabarkan kriteria penilaian di bawah ini :

No Kriteria Penilaian Skor Nilai

Kesesuaian pilihan kata kunci dengan tema


a.       Tepat 3
1.        5
b.      Kurang tepat 2
c.       Tidak tepat 1
Kesesuaian pilihan kata dengan judul
a.       Tepat 3
2.        5
b.      Kurang tepat 2
c.       Tidak tepat 1
Kesesuaian pilihan kata dengan majas
a.       Tepat 3
3.        5
b.      Kurang tepat 2
c.       Tidak tepat 1
Kesesuaian pilihan kata dengan rima
a.       Tepat 3
4.        5
b.      Kurang tepat 2
c.       Tidak tepat 1

BAB IV
J.      Hasil Penelitian

Pengolahan Data

Skor ideal = 60

Nilai Perolehan = x 100

Anda mungkin juga menyukai