A. Kompetensi Inti
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Project Based Learning (PBL)
dan metode diskusi dan presentasi diharapkan :
1. Peserta didik mampu menyusun kerangka teks cerita inspiratif melalui proses
pembelajaran menggunakan model PjBL dengan benar.
2. Peserta didik mampu menulis teks cerita inspiratif dengan memerhatikan struktur dan
kebahasaan melalui proses pembelajaran menggunakan model PjBL dengan benar.
G. Sumber Belajar
Sumber Belajar :
1. Trianto, Agus, dkk. 2018. Buku Peserta didik Bahasa Indonesia Kelas I X E d i s i
Revisi Tahun 2018. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Trianto, Agus, dkk. 2018. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas I X E d i s i Revisi
Tahun 2018. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
3. Internet (Peserta didik mengakses secara mandiri).
4. Youtube
5. Lingkungan sekitar
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
waktu
Pertemuan Pertama
Pendahuluan 1. Guru bersama peserta didik saling memberi dan menjawab 15 menit
salam, serta menanyakan kabarnya masing- masing.
2. Guru menyilakan peserta didik berdoa sebelum memulai
pembelajaran. (Religius)
3. Guru mengecek kehadiran peserta didik dan diminta untuk
memeriksa kerapian diri, bersikap disiplin, serta
mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan. .
(Disiplin)
4. Guru melakukan apersepsi bersama dengan mengingat
kembali pelajaran sebelumnya. (Apersepsi)
5. Peserta didik menyimak penjelasan dari guru tentang
keterkaitan materi sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari.
6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
7. Guru memberikan motivasi tentang manfaat mempelajari
materi yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
(Motivasi)
8. Peserta didik menyimak informasi dari guru tentang
kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, cakupan materi
yang akan dipelajari model, serta penilaian pada
pembelajaran yang akan dilaksanakan. (Komunikasi)
Pertemuan Kedua
Pendahuluan 1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan 15 menit
salam.
Lampiran I Materi
Sedekah
Ada seorang sahabat menuturkan kisahnya. Dia bernama Budiman. Sore itu ia menemani
istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah toko
swalayan. Usai membayar, tangan-tangan mereka sarat dengan tas plastik belanjaan.
Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita
pengemis yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata
kepada istri Budiman, ”Beri kami sedekah, Bu!” Istri Budiman membuka dompetnya, lalu
ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 1000 rupiah. Wanita pengemis itu
menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan, ia lalu menguncupkan
jari-jarinya mengarah ke mulutnya. Kemudian pengemis itu memegang kepala anaknya
dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke mulutnya, seolah ia ingin
berkata, ”Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami tambahan
sedekah untuk bisa membeli makanan!”
Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas isyarat dengan
gerak tangannya seolah berkata, ”Tidak… tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah
untukmu!” Ironisnya meski tidak menambahkan sedekahnya, istri dan putrinya Budiman
malah menuju ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli camilan. Pada kesempatan
yang sama, Budiman berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya.
Saat itu memang tanggal gajian, Budiman ingin mengecek saldo rekening dia.
Di depan ATM, Ia masukkan kartu ke dalam mesin. Ia tekan langsung tombol informasi
saldo. Sesaat kemudian muncul beberapa digit angka yang membuat Budiman
menyunggingkan senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam
rekening. Budiman menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM.
Pecahan ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Lalu ada satu
lembar uang berwarna merah juga, tetapi kali ini bernilai 10 ribu yang ia tarik dari
dompet. Uang itu kemudian ia lipat kecil untuk diberikan kepada wanita pengemis yang
tadi meminta tambahan sedekah.
Saat sang wanita pengemis melihat nilai uang yang diterima, betapa girangnya dia. Ia pun
berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Budiman dengan kalimat-
kalimat penuh kesungguhan: ”Alhamdulillah… Alhamdulillah… Alhamdulillah… Terima
kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga
Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan karunia
keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang
saleh dan salehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak
nanti di surga…!”
Deggg…!!! Hati Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh
berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian mata
Budiman masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi
dan keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini mulai berkaca-kaca dan istrinya
pun mengetahui itu. ”Ada apa, Pak?” Istrinya bertanya. Dengan suara yang agak berat
dan terbata Budiman menjelaskan, ”Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita
tadi sebanyak 10 ribu rupiah!”
Awalnya istri Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman mengatakan bahwa ia
memberi tambahan sedekah kepada wanita pengemis. Namun, Budiman kemudian
melanjutkan kalimatnya.
”Bu…, aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap
hamdalah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku,
mendoakan dirimu, anak-anak, dan keluarga kita. Panjang sekali ia berdoa! Dia hanya
menerima karunia dari Allah Swt. sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian hebatnya
bersyukur. Padahal, aku sebelumnya melihat di ATM saat aku mengecek saldo dan
ternyata di sana ada jumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 10 ribu
rupiah. Saat melihat saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Aku
terlupa bersyukur, dan aku lupa berucap hamdalah.
Bu…, aku malu kepada Allah! Dia terima hanya 10 ribu begitu bersyukurnya dia kepada
Allah dan berterima kasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas
masuk ke dalam surga Allah, apakah dia yang menerima 10 ribu dengan syukur yang luar
biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu, tetapi sedikitpun aku tak
berucap hamdalah.”
Budiman mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa bulir air
mata yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas setelah menyadari betapa selama ini
kurangbersyukur sebagai hamba. Ya Allah, ampunilah kami para hamba-Mu yang kerap
lalai atas segala nikmat-Mu.
Sumber:
http://www.kisahinspirasi.com/2012/09/10-ribu-rupiah-membuat-anda mengerti.html
Kerangka Cerita
Kerangka cerita adalah konsep yang berisi garis besar atau fokus utama dari sebuah tema
yang dijadikan karya tulis. Kerangka cerita bertujuan untuk menyusun karya tulis yang runtut,
spesifik, terukur, logis, dan sistematis. Selain itu, kerangka cerita juga mempermudah penulis
cerita ketika menghadapi kehabisan ide.
Adapun cara membuat kerangka cerita adalah sebagai berikut:
1. Memilih tema atau gagasan cerita. Tema adalah pokok permasalahan atau
pembicaraan yang mendasari cerita.
2. Menentukan judul cerita. Judul yang baik harus relevan dengan tema dan isi cerita
serta menarik perhatian.
3. Mengumpulkan data dan bahan yang dibutuhkan dalam menulis.
4. Memilih dan mengembangkan topik.
Teks inspiratif
Susi Pudjiastuti yang saat ini menjabat sebagai seorang Menteri Perikanan
DanKelautan di Tanah Air. Kesuksesan dan jabatan yang begitu penting ini tidak semata
ia dapatkan dengan mudah dan tanpa perjuangan, namun dengan kerja keras dan
ketidakputus-asaannya, membuatnya menjemput kesuksesan dan menggapai gerbang
kebahagiannyadengan tangannya sendiri. Ia lahir di Pangandaran pada tanggal 15 Januari
tahun 1965 dantergolong keluarga berkecukupan. Ayah dan ibunya, H. Ahmad Karlan
dan Hj. Suwuh Lasminahadalah sepasang suami istri yang berprofesi sebagai seorang
saudagar sapi dan kerbau yangmendatangkan hewan ternak tersebut dari Jawa Tengah
untuk dijual kembali di Jawa Barat.
Selepas menyelesaikan pendidikan SMP, Susi langsung melanjutkan pendidikan
kesekolah menengah di Jawa Tengah. Hanya saja pada saat memasuki tahun ke dua
jenjang pendidikannya, ketika itu ia barua berusia 17 tahun dirinya memutuskan untuk
berhentisekolah, keputusan yang diambilnya tentu sangat disesalkan oleh orangtuanya.
Namun, berkat keuletan dan kerja kerasnya, Susi lebih memilih kembali ke Pangandaran
dan mencarisegala peluang bisnis, mulai dari berjualan baju dan bedcover ia tekuni
dengan tanpa mengeluh. Namun pada akhirnya, potensi Pantai Pangandaran yang menjadi
salah satukawasan penghasil ikan mendorong Susi untuk memanfaatkan peluang tersebut
sebagai peluang berbisnis. Berbekal modal seadanya hanya Rp. 750.000,-, itupun adalah
hasil darimenjual perhiasaannya berupa cincin, Susi pun memulai bisnis ikan pertamanya.
Ketika baru memulai bisnis di bidang perikanan, Susi membeli ikan dari tempat
pelelangan dan mulai memasarkannya ke sejumlah restoran yang ada di
Pangandaran.Meskipun pemasaran ke sejumlah restoran tidak selalu berjalan mulus,
namun hal tersebuttidak pernah menyurutkan niat dan tekadnya untuk berjuang dan
berusaha. Hanya membutuhkan waktu satu tahun, Susi berhasil menjadi pebisnis yang
menguasai bursa pelelangan ikan di Pangandaran. Bahkan ia sendiri langsung meluncur
ke Jakarta untuk menawarkan ikan segar jualannya untuk ditawarkan ke sejumlah
restoran sekaligus untuk diekspor. Mengingat pada saat itu, jumlah permintaan stok
lobster dari luar negeri begitu besar,maka tak lantas kesempatan ini ia sia-siakan, ia
sampai rela memburu lobster ke segala penjuru Indonesia.
Kesuksesan dalam bidang perikanan ternyata turut pula mendatangkan suatu
hambatan baru untuk Susi. Stok lobster dan ikan yang melimpah yang ia dapatkan justru
malah terhambat masalah transportasi yang kurang memadai, terutama sulitnya
menemukan transportasi udara. Sementara jika dikirim melalui jalur laut dan darat
kualitas ikan danlobster akan menjadi tidak segar ketika sampai ke tangan pemesan.
RPP Bahasa Indonesia IX-1 PPG Daljab 2022
Namun, dari hambatan inilah yang ternyata memunculkan sebuah ide baru yang
cemerlang untuk seorang Susi Pudjiastuti si wanita tangguh yang tak pernah menyerah,
terlintaslah dalam benaknya untuk membeli sebuah pesawat.
Pada 2004, Susi memutuskan membeli sebuah Cessna Caravan seharga Rp 20
miliarmenggunakan pinjaman bank. Melalui PT. ASI Pudjiastuti Aviation yang ia dirikan
digunakan untuk mengangkut lobster dan ikan segar tangkapan nelayan di berbagai pantai
diIndonesia ke pasar Jakarta dan Jepang. Di saat bisnis perikanan mulai merosot, Susi
menyewakan pesawatnya itu untuk misi kemanusiaan. Selama tiga tahun berjalan, maka
perusahaan penerbangan ini semakin berkembang hingga memiliki 14 pesawat, ada 4
diPapua, 4 pesawat di Balikpapan, Jawa dan Sumatera. Menteri Susi Pudjiastuti
merupakansosok yang tegas seperti keputusan tegasnya dalam memberantas pencurian
ikan yang seringterjadi di wilayah perairan nusantara serta usahanya dalam meningkatkan
kesejahteraan nelayan.
https://id.scribd.com/document/431340909/LKPD-TEKS-INSPIRATIF
Lampiran II Media
Teknik Penilaian
a. Sikap spiritual
Contoh
Bentuk Waktu
No. Teknik Butir Keterangan
Instrumen Pelaksanaan
Instrumen
1. Observasi Lembar Terlampir Saat Penilaian untuk dan
Observasi pembelajaran pencapaian
(Catatan berlangsung pembelajaran
Jurnal) (assessment for and
of learning)
b. Sikap sosial
Contoh
Bentuk Waktu
No. Teknik Butir Keterangan
Instrumen Pelaksanaan
Instrumen
1. Observasi Lembar Terlampir Saat Penilaian untuk dan
Observasi pembelajaran pencapaian
(Catatan berlangsung pembelajaran
Jurnal) (assessment for and
of learning)
2. Penilaian Lembar Terlampir Saat Penilaian sebagai
diri Observasi pembelajaran pembelajaran
(Catatan usai (assessment as
Jurnal) learning)
3. Penilaian Lembar Terlampir Saat Penilaian sebagai
antar Observasi pembelajaran pembelajaran
teman (Catatan usai (assessment as
Jurnal) learning)
c. Pengetahuan
Contoh
Bentuk Waktu
No. Teknik Butir Keterangan
Instrumen Pelaksanaan
Instrumen
1. Tes Tulis Pilihan ganda, Terlampir Saat Penilaian untuk
benar salah, pembelajaran pembelajaran
menjodohkan, usai (assessment for
isian, dan/atau learning) dan
lainnya sebagai
pembelajaran
(assessment as
learning)