PENDAHULUAN
Penggunaan bahasa yang tepat merupakan bagian dari pendidikan. Hal ini karena
bahasa itu sendiri dapat digunakan sebagai sarana komunikasi antara manusia baik secara
lisan maupun tulisan. Dan ruang lingkup penggunaan bahasa meliputi kebijakan, hukum
dan pelaksanaannya (Ayu, 2018, Wismanto, 2017). Mata pelajaran Bahasa Inggris di
Indonesia merupakan mata pelajaran harus dipelajari oleh siswa di tingkat dasar hingga
perguruan tinggi. Terdapat empat kompetensi pokok pada pembelajaran Bahasa Inggris,
yaitu: (1) listening; kemampuan siswa dalam mendengar dan memahami pembicaraan
orang lain. (2) speaking; kemampuan siswa dalam berbicara, mengungkapkan pemikiran,
perasaan, dan kebutuhan anda secara lisan. (3) reading; kemampuan siswa dalam
memahami suatu bacaan. (4) writing; kemampuan siswa dalam bentuk tertulis
menyampaikan pemikiran, perasaan, dan kebutuhan (Susini, 2020, Yohana, dkk, 2019,
Puspasari, dkk, 2018).
B. Rumusan Masalah
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
implementasi strategi “Double In-Talk” sebagai alternatif dalam meningkatkan
reading skill, serta juga diharapkan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan
yang secara teoritis dipelajari di bangku sekolah khususnya pada sekolah menengah
pertama.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru dan calon guru, penelitian ini dapat dijadikan referensi dan tambahan
pengetahuan tentang strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
membaca teks Bahasa Inggris siswa.
b. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu pembelajaran
siswa untuk meningkatkan kemampuan membaca teks Bahasa Inggris.
Independent reading atau membaca bebas adalah kegiatan membaca yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya.
Membaca bebas merupakan bagian integral dari whole language. Dalam independent
reading siswa bertanggung jawab terhadap bacaan yang dipilihnya sehingga peran guru
pun berubah dari seorang pemprakasa, model, dan pemberi tuntunan menjadi seorang
pengamat, fasilator, dan pemberi respon. Menurut penelitian yang dilakukan Anderson dkk
1988, membaca bebas yang diberikan secara rutin walaupun hanya 10 menit sehari dapat
meningkatkan kemampuan membaca pada siswa.
Dalam independent reading siswa memproses teks dalam kerja kelompok dengan teknik
peer teaching. Teks yang dipilih oleh kelompok adalah teks yang sesuai dengan minat
siswa pada kelompok tersebut. Jadi pembentukan kelompok berdasarkan pada minat baca
teks yang berbeda-beda yang sudah disiapkan oleh peneliti. Tahapan dalam kegiatan
independent reading dilakukan di luar kelas pada masing-masing kelompok. Tahapan dari
Kegiatan Independent reading antara lain:
1) Siswa bersama kelompok mencari teks sesuai dengan topik yang telah
ditetapkan teks asli atau otentik;
4) Siswa menyiapkan pelaporan tentang teks yang dibaca dalam bentuk talk
show
c. Talk Show
Talk Show merupakan salah satu teknik pelaporan dalam strategi “Double In – Talk”.
Dalam talk show siswa penyaji akan berbagi peran sebagai Host yang memandu acara dan
experts atau ahli yang akan membahas topic yang akan dipilih. Siswa di luar kelompok
penyaji akan berperan sebagai audience dalam Talk Show. Dalam Talk Show juga terdapat
Quiz dimana nantinya host memberikan pertanyaan kepada audiens yang bertujuan untuk
mengajak audiens menyimak Talk Show dengan lebih seksama.
N Correlation Sig.
Daerah Daerah
Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho Penolakan Ho
F. Pembahasan
Hasil yang dicapai dari penerapan strategi “Double In – Talk” adalah sebagai
berikut: Pada tahap Intensive Reading, kegiatan pembelajaran membaca di dalam kelas
berjalan dengan aktif. Pembentukan kelompok untuk berdiskusi dan mengerjakan lembar
kerja atau worksheet sangat sesuai dengan strategi pembelajaran aktif (active learning).
Dengan bimbingan guru, siswa memperoleh model bagaimana memproses sebuah teks.
Siswa dapat menggali beragam informasi sehubungan dengan jenis teks, yaitu tujuan,
struktur, serta unsur kebahasaan dalam Teks Report. Di samping itu, siswa juga menggali
informasi mengenai bacaan yang ada di dalam teks yang dipilih. Siswa mempelajari
tentang topik teks, pikiran utama paragraf, informasi rinci tersurat dan tersirat, rujukan kata
serta makna kata yang terdapat dalam teks. Pengalaman dalam menggali informasi dalam
teks ini akan sangat bermanfaat untuk melakukan kegiatan membaca mandiri dalam tahap
Independent Reading.
Tahap Indepent Reading merupakan tahap kedua dalam strategi “Double In –
Talk”. Hasil yang dari pelaksanaan tahap ini adalah siswa telah mampu melakukan
membaca mandiri dalam kelompoknya. Siswa memilih bacaan dengan topik yang menarik
minatnya. Siswa dalam satu kelas memilih judul yang beragam, Setelah mempelajari
secara mandiri, siswa menyiapkan bahan tayangan untuk melaporkan isi bacaan dalam
bentuk Talk Show. Siswa akan menerapkan pengalaman membaca dalam Intensive
Reading dalam menggali informasi dalam teks, menyajikannya dalam bahan tayangan. Jadi
disamping ketrampilan membaca yang meningkat, siswa juga mengembangkan
kemampuan dalam pemanfaatan teknologi.
Tahap selanjutnya adalah Talk Show. Talk Show merupakan tahap pelaporan dari
apa yang dibaca dalam Independent Reading. Dengan menyaksikan Talk Show kita dapat
melihat sejauh mana siswa berhasil menggali informasi tentang topik bacaan. Penguasaan
informasi akan teruji ketikan audiences mengajukan pertanyaan kepada penyaji yang
berperan sebagai expert. Hasil pengiring dari tahap ini adalah berkembangnya kemampuan
berbicara siswa (speaking). Talk Show merupakan sebuah teknik yang efektif untuk
melatih kemampuan berbicara siswa. Talk Show ditutup dengan Quiz, di mana penyaji
memberikan pertanyaan kepada audiences tentang isi paparan.
Secara umum, hasil yang diperoleh setelah penerapan strategi “Double In – Talk”
adalah terbentuknya kemauan untuk membaca dan secara bertahap akan terbentuk
ketrampilan membaca pada siswa. Keterampilan ini perlu dipupuk sedikit demi sedikit
sampai siswa menjadi pembaca dan pembelajar mandiri. Sedangkan dampak dari
penerapan strategi “Double In – Talk” ini adalah meningkatnya kemampuan membaca
siswa. Sampel diambil dari salah satu kelas, yaitu Kelas IX A, terlihat peningkatan nilai
membaca. Sebelum penerapan strategi “Double In – Talk” nilai rata-rata kelas adalah 60,
sedangkan setelah penerapan nilai rata-rata kelas adalah 78. Dari nilai tersebut dapat
dilihat peningkatan kemampuan dalam membaca bahasa Inggris. artinya bahwa ada
peningkatan nilai dari penerapan strategi pembelajaran melalui “double in talk” Hal ini
Sejalan dengan penelitian Tarumasely (2020) yang menemukan bahwa strategi
pembelajaran berbasis self regulated learning dapat meningkatkan hasil belajar. Meskipun
berbeda strategi namun keduanya sama-sama strategi pembelajaran untuk meningkatkan
hasil belajar siswa.
1. Keterbatasan Waktu
Kendala yang dihadapi penulis adalah keterbatasan waktu. Jumlah siswa di kelas
IX A adalah sebanyak 32 siswa, yang pada awal terbagi menjadi 8 kelompok terdiri dari 4
Siswa. Namun setelah dilakukan pertimbangan mengenai kisaran waktu yang tersedia,
dimana setiap kelompok disediakan waktu tampil maksimal 10 menit, maka kelompok
diskusi talk show dirubah menjadi 6 kelompok. 4 kelompok terdiri dari 5 siswa dan 2
kelompopk terdiri dari 6 siswa. Perubahan ini disambut baik oleh anak-anak karena dengan
bertambahnya jumlah anggota kelompok menambah kepercayaan diri mereka ketika tampil
pada talk show.
Ketidaksiapan siswa merupakan salah satu kendala yang ditemukan dalam
penerapan strategi “Double In – Talk”. Sebagian siswa belum merasa siap untuk
melaporkan apa yang telah dibaca pada jadwal yang telah disepakati sebelumnya.
Ketidaksiapan tersebut disebabkan siswa tidak memenuhi kesepakatan dalam kelompok
dalam hal jadwal membaca bersama, serta kerja kelompok untuk mempersiapkan Talk
Show. Komitmen siswa untuk memenuhi jadwal yang telah ditentukan untuk melakukan
pelaporan dalam tahap Talk Show masih harus ditingkatkan, diantaranya adalah sebagai
berikut.
a. Partisipasi siswa
Partisipasi siswa untuk mengikuti presentasi penyaji dalam tahap pelaporan atau
Talk Show masih perlu ditingkatkan. Dalam suasana tertentu siswa kurang
memberikan perhatian yang maksimal terhadap penyajian teman dari kelompok
lain. Hal ini disebabkan karena topik yang kurang menarik, cara penyampaian yang
kurang menghidupkan suasana atau siswa masih sibuk mempersiapkan presentasi
kelompoknya sendiri.
b. Alat monitoring
Strategi “Double In – Talk” melibatkan kegiatan di luar kelas dalam tahap
Independent Reading. Berkenaan dengan hal tersebut perlu diterapkan sistem
monitoring dengan perangkatnya sehingga guru dapat memantau apa yang
dilakukan oleh siswa di luar kelas. Alat monitoring yang memungkinkan
diterapkan berupa checklist kegiatan mandiri yang berisi laporan kegiatan apa saja
yang telah dilakukan siswa serta tingkat partisipasi siswa dalam kegiatan tersebut.
c. Faktor Pendukung
Beberapa factor pendukung keberhasilan dari implementasi strategi “Double In-
Talk” sebagai alternatif dalam meningkatkan reading skill siswa SMP Negeri 2
Kertosono adalah:
1) Keaktifan dan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung
2) Dukungan dari rekan guru Bahasa Inggris
3) Kerjasama dan respon yang baik dari Kepala Sekolah, staff tata usaha dalam
memfasilitasi sarana prasarana di kelas dan wali kelas yang turut mendukung
usaha meningkatkan kemampuan membaca siswa dalam Bahasa Inggris.
H. Alternatif Pengembangan
Mengingat pentingnya keterampilan membaca bagi siswa, guru seyogyanya
mengembangkan kegiatan membaca yang menarik. Implementasi Strategi “Double In –
Talk” sebagai alternative dalam meningkatkan reading skill siswa perlu adanya beberapa
alternative pengembangan, antara lain:
a. Pengembangan Instrumen Monitoring
Kendala dalam hal komitmen untuk melakukan pelaporan kurang maksimal sehingga
memerlukan instrument monitoring yang mampu mengetahui perkembangan kerja
siswa dalam diskusi kelompok.
b. Pengunaan teknik pelaporan yang bervariasi
Selain menggunakan Talk Show sebagai teknik pelaporan hasil yang dipilih, guru
juga bias memberikan variasi jenis yang lain contoh dengan membuat podcast secara
online, atau membuat video proyek pembelajaran terkait topic yang dipilih siswa.
c. Sosialisasi Strategi “Double In-Talk”
Sebagai alternative strategi dalam meningkatkan kemampuan reading skill perlu
disosialisasikan di forum MGMP maupun komunitas belajar Bahasa inggris sehingga
bisa saling berbagi pengalaman dalam penenrapan di kelas.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini merujuk pada tujuan penelitian yang kemudian dianalisis
dan menghasilkan hasil poenelitian yang kemudian dibahas secara rinci pada bab III.
Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Implementasi Strategi “Double In – Talk”yang merupakan perpaduan antara
strategi intensive reading dan extensive reading. “Double In – Talk” yang
merupakan kepanjangan dari Intensif Reading – Independent Reading and Talk
Show. Tahap kegiatan pembelajaran Intensif reading dilakukan di dalam kelas,
sedangkan tahap Independent reading dilakukan di luar kelas, dan kegiatan Talk
show kembali dilakukan di dalam kelas, yang merupakan tahap pelaporan dari apa
yang telah dibaca dalam tahap membaca mandiri (independent reading).
2. Nilai rata-rata siswa pada postest lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata
siswa pada pretest. Artinya bahwa dengan penerapan strategi “double in talk”
membuat siswa lebih bisa memahami mata pelajaran bahasa inggris.
3. Pretest dan postest memiliki hubungan yang signifikan yang berarti bahwa
pertanyaan pada pretest dan postest memang disetting untuk meningkatkan reading
skill pada siswa SMP Negeri 2 Kertosono. Sedangkan hubungan tersebut termasuk
dalam kategori sedang,
1. Guru dapat lebih menanamkan nilai kebersamaan pada semua siswa agar dapat
melaksanakan komitmenkegiatan dalam kerja kelompok, proses pembelajaran tidak
didominasi oleh siswa yang kemampuannya berada diatas rata-rata, sementara
peserta didik yang kemampuan dibawah rata-rata menjadi pasif dan kurang
melibatkan diri dalam proses pembelajaran.
2. Guru dapat menerapkan strategi Double In-talk pada mata pelajaran lain karena
strategi ini dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa secara umum.
3. Guru dapat memotivasi siswa untuk lebih percaya diri dan tertarik serta melibatkan
diri mereka selama kegiatan belajar menggunakan strategi Double IN-talk karena
strategi ini sangat menarik dan menyenangkan.
4. Siswa dapat lebih percaya diri dengan menanamkan kesadaran bahwa Bahasa
inggris tidaklah sulit dipelajari dan didasarkan pada kehidupan sehari-hari, serta
setiap partisipasi dan usaha peserta didik selama proses pembelajaran sangat
dihargai.
C. Rekomendasi
2. Hasil korelasi pada tingkat yang sedang memberikan celah bagi peneliti selanjutnya
untuk mengkaji lebih dalam terkait dengan faktor penyebabnya. Salah satunya
dengan melakukan revisi dan modifikasi pertanyaan pada pretest dan postes dengan
penerapan strategi yang sama yaitu “double in talk” atau penggunaan strategi
pembelajaran yang berbeda.
3. Peneliti selanjutnya juga bisa menggunakan metode uji beda yang pasangan
kelompok yang berbeda (paired independen sampel t test) artinya membandingkan
2 kelas yang berbeda dengan penerapan strategi pembelajaran “double in talk”.
Dari sini akan terlihat efektivitas pada setiap kelas dengan strategi pembelajaran
yang berbeda.