Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penggunaan bahasa yang tepat merupakan bagian dari pendidikan. Hal ini karena
bahasa itu sendiri dapat digunakan sebagai sarana komunikasi antara manusia baik secara
lisan maupun tulisan. Dan ruang lingkup penggunaan bahasa meliputi kebijakan, hukum
dan pelaksanaannya (Ayu, 2018, Wismanto, 2017). Mata pelajaran Bahasa Inggris di
Indonesia merupakan mata pelajaran harus dipelajari oleh siswa di tingkat dasar hingga
perguruan tinggi. Terdapat empat kompetensi pokok pada pembelajaran Bahasa Inggris,
yaitu: (1) listening; kemampuan siswa dalam mendengar dan memahami pembicaraan
orang lain. (2) speaking; kemampuan siswa dalam berbicara, mengungkapkan pemikiran,
perasaan, dan kebutuhan anda secara lisan. (3) reading; kemampuan siswa dalam
memahami suatu bacaan. (4) writing; kemampuan siswa dalam bentuk tertulis
menyampaikan pemikiran, perasaan, dan kebutuhan (Susini, 2020, Yohana, dkk, 2019,
Puspasari, dkk, 2018).

Membaca adalah salah kemampuan dimana seseorang dapat mengenali sebuah


bentuk visual, mengasosiasikan bentuk tersebut dengan suara atau makna yang telah
diketahui sebelumnya, berdasarkan pengalaman masa lalu, serta memahami dan
menafsirkan makna (Kennedy, 1981:5). Martha (1982: 24) mengungkapkan bahwa
membaca adalah sebuah proses yang kompleks sehingga perlu untuk diajarkan di sekolah-
sekolah. Keterampilan membaca mempunyai peran penting dalam membantu siswa pada
study, karir maupun untuk hiburan (reading for pleasure). Mengingat pentingnya
keterampilan dalam membaca maka guru harus bisa mengembangkan kegiatan membaca
yang lebih efektif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas (Harmer, 1998:68). Membaca
merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki oleh pelajar bahasa. Menurut Grabe
(1991, dikutip dalam Zare 2011, hal.98) Pelajar asing untuk menguasai konteks akademik
harus memiliki keterampilan dalam membaca. Strategi dalam keteramoilan membaca
sangat diperlukan untuk siswa agar lebih efisien dalam memperoleh pengetahuan yang
baru. Di Indonesia, pada kurikulum 2013 pembelajaran berpusat pada siswa dimana,
menurut Wangid (2014, hal.162) siswa dituntut harus berpartisipasi aktif, terus-menerus
ditantang untuk memiliki pemikiran kritis yang tinggi, dapat menganalisis dan
menyelesaikan masalah mereka sendiri.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Progress in International Reading


Literacy Study (PIRLS), yaitu studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak
seluruh dunia yang disponsori oleh The International Association for the Evaluation
Achievment menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan membaca anak Indonesia berada
pada urutan keempat dari bawah dari 45 negara dunia (Latief, 2009). Artinya, bahwa
kemampuan membaca anak Indonesia masih tergolong rendah. Di SMP Negeri 2
Kertosono juga mengalami hal serupa yaitu kemampuan literasi siswa yang cukup rendah.
Hal ini bisa dilihat dari hasil raport mutu pendidikan. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut perlu adanya strategi dalam meningkatkan kemampuan membaca anak..

Strategi membaca penting untuk membantu siswa dalam kegiatan membaca.


Menurut Garner (1987, dikutip dalam Hatami, M. &Asl, H. D 2017, hal.1224) strategi
membaca menunjukkan cara atau tindakan yang digunakan untuk menarik makna dari teks
bacaan. Pada dasarnya, strategi membaca adalah cara bagaimana pembaca memahami apa
yang mereka baca dan apa yang mereka lakukan ketika mereka tidak mengerti. Hal ini
membantu siswa dalam membaca dan meningkatkan pemahaman terhadap bacaan.
Penggunaan strategi membaca akan membantu siswa tidak hanya untuk memahami
informasi umum dengan kecepatan tinggi tetapi juga mengingat item leksikal baru dari
teks. Selain itu, ini juga membantu siswa untuk mengatasi kesulitan membaca. Ada
beberapa masalah membaca yang biasa dihadapi siswa seperti halnya tidak memahami
maksud bacaan, lupa dengan apa yang sudah dibaca, kehilangan fokus, dll. Menurut
Richards dan Renandya (2002, dikutip dalam Chen 2015, hal.157), strategi membaca juga
dapat memberikan siswa pembelajar bahasa Inggris model yang baik untuk menulis,
memberi peluang untuk memperkenalkan topik-topik baru, dan memberikan pembelajaran
komponen linguistik seperti tata bahasa dan kosa kata.

Pada strategi penerapan pengembangan keterampilan membaca terdapat dua


aktifitas membaca yaitu intensif reading dan ekstensif reading (Brown, 2001:312). Yang
dimaksud dengan Intensif reading adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh siswa di
dalam kelas dengan dibimbing oleh guru, pada kegiatan ini berfokus pada aspek linguistic
dan semantic secara rinci pada suatu teks. Ekstensif reading kegiatan pembelajaran
membaca yang dilakukan di luaar kelas yang fokus tujuannya adalah pemahaman secara
umum mengenai sebuah teks.

Kegiatan pembelajaran keterampilan membaca umumnya dilakukan oleh guru di


dalam kelas dengan menerapkan strategi intensive reading. Intensive reading adalah
membaca teks atau beberapa bagian dalam bacaan. Pada kegiatan membaca ini siswa
memperoleh teks pendek dari guru kemudian dibaca dan dianalisis untuk memperoleh
informasi secara detail. Pada kegiatan membaca yang dilakukan di kelas ini siswa dituntut
untuk mengali struktur teks dan isi sebuah teks secara spesifik. Kegiatan membaca intensif
di dalam kelas sangat terbatas dan belum mencukupi mengingat keterbatasan jam
pembelajaran bahasa Inggris umum yang tersedia, yaitu 4 jam. Sebagai alternatif dalam
meningkatkan reading skill siswa, penulis menerapkan strategi “Double In - Talk”

Implementasi strategi “Double In – Talk” ini mempunyai beberapa kelebihan


selain dapat meningkatkan reading skill siswa pada pembelajaran Bahasa Inggris juga
mampu memfasilitasi siswa dalam pembelajaran berdeferensiasi. Strategi “Double In-
Talk” memberikan siswa kesempatan untuk memilih teks sesuai dengan minat mereka.
Strategi ini juga mencakup Pembelajaran Sosial dan Emosional yang memberikan peluang
bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial karena tahapan Independent
Reading dan Talk Show terdapat kegiatan kelompok. Kegiatan kelompok sangat bagus
untuk perkembangan siswa. Hal ini tidak terbatas hanya dalam nilai atau aspek akademik,
namun juga dalam kehidupan atau bersosialisasi. Belajar kelompok dapat membangun sifat
gotong royong atau kerja sama dalam menyelesaikan suatu masalah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam pendahuluan di atas, maka permasalahan dalam adalah


sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi strategi “Double In-Talk” sebagai alternatif dalam
meningkatkan reading skill siswa SMP Negeri 2 Kertosono.
2. Bagaimana perbedaan nilai rata-rata mata pelajaran bahasa inggris sebelum dan
sesudah penerapan strategi “Double In-Talk” pada siswa SMP negeri 2 Kertosono.
3. Bagaimana hubungan antara pretest dan postest terhadap reading skill siswa SMP
negeri 2 Kertosono.
4. Bagaimana efektifitas strategi “Double In-Talk” dalam meningkatkan reading skill
siswa SMP Negeri 2 Kertosono.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai
berikut.
1. Mengidentifikasi implementasi strategi “Double In-Talk” sebagai alternatif dalam
meningkatkan reading skill siswa SMP Negeri 2 Kertosono.
2. Menganalisis perbedaan nilai rata-rata pada pelajaran bahasa inggris sebelum dan
sesudah diterapkannya strategi “Double In-Talk” pada siswa SMP negeri 2
Kertosono.
3. Menganalisis Korelasi atau hubungan antara pretest dan postest terhadap reading
skillg skill dengan penerapan strategi “Double In-Talk” pada siswa SMP Negeri 2
Kertosono.
4. Menganalisis efektivitas penerapan strategi “Double In-Talk” dalam meningkatkan
reading skill siswa SMP negeri 2 Kertosono..
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
implementasi strategi “Double In-Talk” sebagai alternatif dalam meningkatkan
reading skill, serta juga diharapkan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan
yang secara teoritis dipelajari di bangku sekolah khususnya pada sekolah menengah
pertama.

2. Manfaat praktis
a. Bagi guru dan calon guru, penelitian ini dapat dijadikan referensi dan tambahan
pengetahuan tentang strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
membaca teks Bahasa Inggris siswa.
b. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu pembelajaran
siswa untuk meningkatkan kemampuan membaca teks Bahasa Inggris.

c. Bagi pihak sekolah, penelitian ini diharapkan dapat lebih mengembangkan


inovasi dalam pembelajaran khususnya pembelajaran Bahasa Inggris.
BAB II

METODE PEMECAHAN MASALAH

A. Deskripsi Strategi Pemecahan Masalah


Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di lapangan penulis berusaha menemukan
strategi pemecahan masalah yang tepat yaitu dengan menerapkan strategi “Double In –
Talk” dalam pembelajaran membaca. Strategi “Double In – Talk” merupakan perpaduan
antara strategi intensive reading dan extensive reading. Intensive reading merupakan
strategi dalam pembelajaran membaca yang merupakan kegiatan membaca di dalam kelas.
Kegiatan dalam intensive reading biasanya memusatkan perhatian pada memahami makna
literal dari sebuah teks (Brown, 2011:312). Sedangkan extensive reading merupakan
kegiatan membaca teks yang lebih panjang, dapat berupa buku atau artikel panjang yang
dilakukan di luar kelas (Brown, 2011:313). Extensive reading menekankan pada
pemahaman umum tentang teks dan unsur membaca untuk kesenangan (reading for
pleasure).
Strategi “Double In – Talk” merupakan gabungan dari strategi intensif, ekstensif
reading dan Talk Show. Strategi ini dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama
pembelajaran dilakukan di dalam kelas dengan strategi Intensive Reading, Tahap kedua
pembelajaran di lakukan di luar kelas dengan strategi Independent Reading, sedang tahap
ketiga adalah Talk Show. Tujuan dari strategi ini secara umum adalah memberikan bekal
cara memproses sebuah teks kepada siswa, memberi kesempatan siswa untuk membaca
mandiri, serta meminta tagihan kepada siswa berupa pelaporan apa yang telah dibaca
secara mandiri di luar kelas.
1. Tahapan Pelaksanaan
Implementasi strategi “Double In-Talk” dalam meningkatkan reading skill dilaksanakan
dalam beberapa tahapan, sebagai berikut:
a. Intensive Reading
Membaca intensif adalah membaca secara cepat dan tepat. Brooks dalam Tarigan
(2013) menjelaskan bahwa membaca intensif adalah studi seksama telaah, teliti, dan
penanganan terperici yang dilaksanakan didalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek
kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Dalam membaca intensif, yang terpenting
ialah pembaca mendapatkan informasi dari bahan bacaan dan dapat memahami isi bacaan
secara keseluruhan. Sedangkan keterampilan membaca intensif adalah kecakapan atau
kemampuan seseorang dalam membaca yang dilakukan secara cepat, cermat dan teliti
terhadap teks yang dibaca. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
Membaca intensif adalah kegiatan membaca secara sungguh-sungguh untuk memperoleh
dan memahami isi bacaan dalam waktu yang relatif singkat dan akhirnya mampu
memberikan penilaian terhadap isi bacaan tersebut.
Dalam membaca intensif, beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain:
1) Mengidentifikasi tujuan teks, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks
2) Menemukan Topik/gagasan umum teks.
3) Mengidentifikasi ide pokok pada paragraf.
4) Membedakan pikiran utama dan pikiran penjelas dalam paragraf
5) Menemukan infomasi tertentu baik yang tersurat maupun tersirat
6) Menentukan referensi/rujukan kata dalam teks
7) Menemukan makna kata dalam konteks tertentu di dalam teks.
Membaca intensif memberikan pemahaman kritis dan kreatif sehingga banyak hal yang
bisa didapatkan. Dengan pemahaman, maka akan memberikan pendapat secara kritis dan
kreatif terhadap bahan bacaan.
b. Independent reading

Independent reading atau membaca bebas adalah kegiatan membaca yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya.
Membaca bebas merupakan bagian integral dari whole language. Dalam independent
reading siswa bertanggung jawab terhadap bacaan yang dipilihnya sehingga peran guru
pun berubah dari seorang pemprakasa, model, dan pemberi tuntunan menjadi seorang
pengamat, fasilator, dan pemberi respon. Menurut penelitian yang dilakukan Anderson dkk
1988, membaca bebas yang diberikan secara rutin walaupun hanya 10 menit sehari dapat
meningkatkan kemampuan membaca pada siswa.

Dalam independent reading siswa memproses teks dalam kerja kelompok dengan teknik
peer teaching. Teks yang dipilih oleh kelompok adalah teks yang sesuai dengan minat
siswa pada kelompok tersebut. Jadi pembentukan kelompok berdasarkan pada minat baca
teks yang berbeda-beda yang sudah disiapkan oleh peneliti. Tahapan dalam kegiatan
independent reading dilakukan di luar kelas pada masing-masing kelompok. Tahapan dari
Kegiatan Independent reading antara lain:

1) Siswa bersama kelompok mencari teks sesuai dengan topik yang telah
ditetapkan teks asli atau otentik;

2) Siswa menggali beragam informasi dalam teks yang telah dipilih;

3) Siswa mempelajarai teks secara mandiri dengan langkah yang telah


dimodelkan oleh guru dalam tahap Intensive Reading;

4) Siswa menyiapkan pelaporan tentang teks yang dibaca dalam bentuk talk
show

c. Talk Show

Metode talkshow melibatkan siswa untuk menciptakan interaksi bermakna yang


ditampilkan di depan kelas dan menumbuhkan sejumlah keterampilan, yaitu keterampilan
mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, menanggapi sebuah masalah, membuka
dan menutup acara, memandu acara, serta menumbuhkan rasa percaya diri, keberanian di
depan publik, berkembangnya kreativitas seluruh siswa dalam pembelajaran, dan mampu
mengaitkan pembelajaran dengan permasalahan yang ada pada masyarakat (Badiah et al.,
2013). Tujuan dari Talk Show adalah mengetahui sejauh mana siswa telah memahami apa
yang dibaca dalam tahapan Independent Reading.

Talk Show merupakan salah satu teknik pelaporan dalam strategi “Double In – Talk”.
Dalam talk show siswa penyaji akan berbagi peran sebagai Host yang memandu acara dan
experts atau ahli yang akan membahas topic yang akan dipilih. Siswa di luar kelompok
penyaji akan berperan sebagai audience dalam Talk Show. Dalam Talk Show juga terdapat
Quiz dimana nantinya host memberikan pertanyaan kepada audiens yang bertujuan untuk
mengajak audiens menyimak Talk Show dengan lebih seksama.

Tahapan dalam Talk Show antara lain:

1) Host membuka Talk Show

2) Expert (Ahli) membahas topik yang dipilih

3) Pertanyaan dari Penonton (Audiens)


4) Quiz

2. Pembahasan dan Solusi

a. Implementasi Strategi Pemecahan Masalah


Strategi “Double IN – Talk” oleh penulis diterapkan dalam pembelajaran membaca.
Salah satu Kompetensi Dasar yang dipilih adalah berkenaan dengan Report text pada
pembelajaran Bahasa Inggris di kelas IX. Kompetensi dasar ini berbasis genre, dan
sangat potensial untuk mengembangkan kegiatan membaca. Implementasi strategi
dalam tiga tahapan adalah sebagai berikut:
1. Tahap Intensive Reading
Tahap pertama dalam strategi “Double IN – Talk” adalah Intensif Reading.
Kegiatan ini merupakan kegiatan membaca di dalam kelas yang dipandu oleh
guru. Dalam kegiatan pembuka, guru mengucapkan salam, mengecek kehadiran
siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, membuat keyakinan kelas bersama
siswa dan memberikan motivasi kepada siswa untuk mempelajari materi terkait.
Sebelum memasuki kegiatan inti guru melakukan ice breaking bersama siswa
agar siswa lebih focus pada kegiatan pembelajaran. Ice breaking merupakan
salah satu teknik STOP yang diterapkan pada kegiatan PSE yang sangat
bermanfaat bagi siswa. Dalam kegiatan inti, ada beberapa kegiatan pembelajaran
yang dilakukan di dalam kelas. Guru melakukan apersepsi dan memulai kegiatan
dengan menayangkan gambar Satellites. Setelah bertanya jawab dengan siswa
mengenai gambar yang ditayangkan, guru membagikan worksheet yang di
dalamnya terdapat teks bacaan dengan topic Satellites guru membagi siswa
dalam kelompok, satu kelompok terdiri dari empat orang siswa. Siswa akan
bekerja dalam kelompok. Guru melatih mengucapkan kata-kata (Pronunciation
Drill) secara klasikal, dilanjutkan dengan membaca teks. Dengan panduan guru,
siswa mendiskusikan tujuan, struktur, dan unsur kebahasaan dalam teks.
Kegiatan dilanjutkan dengan mempelajari isi teks bacaan. Guru memberikan
pertanyaan tentang isi bacaan untuk memandu siswa memahami isi teks. Siswa
secara aktif berdiskusi dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan dalam
lembar kerja (worksheet). Dalam diskusi ini guru dapat mengetahui seberapa
jauh pemahaman siswa tentang isi bacaan. Kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan
penutup, berupa refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran serta kesimpulan
tentang apa yang telah dipelajari. Sebelum pembelajaran ditutup, guru
memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan independent reading yang
dilakukan diluar kelas. Siswa memilih judul bacaan sesuai dengan minat
mereka. Setiap kelompok memilih judul yang berbeda dengan kelompok lain.
Guru menetapkan waktu kapan siswa harus melaporkan isi bacaan di dalam
kelas dalam bentuk talk show. Guru menjelaskan tata cara pelaksanaan Talk
Show serta apa saja yang harus dipersiapkan untuk melakukan talk show.
2. Tahap Independent Reading
Pada tahap kedua kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi “Double
In-Talk” dilakukan diluar kelas dengan mengimplementasikan strategi
Independent Reading. Independent Reading merupakan suatu kegiatan membaca
secara mandiri yang dilakukan oleh siswa yang terbentuk dari kesamaan minat
pada teks yang dipilih diawal pembelajaran. Kegiatan mandiri yang dilakukan
oleh siswa di luar kelas ini mampu menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan. Siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya
Beberapa topic yang dipilih antara lain tentang smart phone, social media,
Panda, Tsunami, Computer, Music Genre dan sebagainya.
Setelah mendapatkan teks siswa mempelajari teks bersama kelompoknya. Siswa
menerapkan cara menggali informasi dalam teks yang telah dilakukan dalam
tahap Intensif Reading. Kegiatan membaca mandiri dalam tahap Independent
Reading sangat mendukung terlaksananya pembelajaran aktif. Dengan cara ini,
guru menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab
belajar siswa. Hal ini merupakan sikap yang seyogyanya dikembangkan oleh
guru dalam pembelajaran aktif (Hamdani, 2011:51).
Setelah memahami teks, siswa mempersiapkan pelaporan dengan menggunakan
Teknik Talk Show. Siswa akan membagi tugas dalam kelompok, membagi peran
sebagai Host dan Expert. Host akan memandu jalannya Talk Show, sedangkan
expert akan memberikan penjelasan mengenai topic yang dipilih. Disamping
berbagi peran, siswa juga mempersiapkan bahan tayang yang akan mendukung
pelaksanaan Talk Show.
3. Tahap Talk Show
Talk Show merupakan tahap terakhir dalam strategi “Double In-Talk” yang mana
Talk Show adalah hasil produk siswa dalam mempelajari isi dari teks yang sudah
dipilih secara mandiri dan di diskusikan secara berkelompok pada tahapan
Independent Reading. KegiatanTalk show diawali dengan opening yang dibuka
oleh Host. Tugas host disini sebagai pemandu acara. Host memperkenakan
anggota sebagai para ahli (expert) yang nantinya akan membahasa teks secara
detail dan juga bertugas menjawab pertanyaan dari audience. Talk show ini
bersifat interaktif, audience diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan
tentang materi dalam Talk Show dan host juga memberikan Quiz untuk audience.
Pada sesi Quiz host memberikan pertanyaan kepada audience yang bertujuan
untuk mengetahui tingkat pemahaman audience terhadap topik yang disampaikan
kelompok penyaji
BAB III

PELAKSANAAN DAN HASIL YANG DICAPAI

A. Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kertosono. Adapun
pertimbangan peilihan subjek ini adalah untuk mempersiapkan mereka naik kelas IX
dengan kemampuan membaca yang meningkat sehingga persiapan ke jenjang
selanjutnya lebih terbantu.
2. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kertosono, yang secara
geografis sekolah ini terletak di Jalan Langsep Kecamatan Kertosono, Kabupaten
Nganjuk. Peneliti memilih tempat penelitian di SMP Negeri 2 Kertosono karena
SMP tersebut merupakan tempat dinas dari peneliti.
3. Waktu Penelitian
Best Practice ini dilaksanakan pada bulan November 2023. Pelaksaan Best Practice
ini menyesuaikan dengan kalender pendidikan tahun ajaran 2023/2024. Adapun
pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal pelajara Bahasa inggris di kelas IX A SMP
Negeri 2 Kertosono.
B. Design Penelitian
Selanjutnya penulis menggunakan skenario untuk mengidentifikasi perbedaan
kemampuan reading skill pada siswa dengan menggunakan metode pre-experimental.
Desain penelitian yang dipilih pada penelitian ini yaitu One-Group Pretest-Posttest
Design. Dalam desain ini hanya terdapat satu kelompok untuk eksperimen sehingga tidak
memiliki pembanding dan kelompok tersebut tidak diambil secara acak. Dalam penelitian
ini kelompok eksperimen mendapatkan pretest dan posttest. Dengan demikian hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan
sebelum dan sesudah perlakuan. Keberhasilan perlakuan ditentukan dengan
membandingkan nilai pretest dan posttest. Data yang dipakai berupa perbandingan hasil
pretest dan posttest pada konsep sel melalui strategi pembelajaran concept mapping.

Tabel 3.1 Design Penelitian One Group Pretest-Postest Design


Pre-test Perlakuan Post-Test
O1 X O2
Sumber : Sugiyono (2018)
Keterangan.
O1 : Skor pre-test
O2 : Skor pos-test
X : Perlakuan yang digunakan berupa implementasi Double in
talk untuk meningkatkan minat baca pada siswa.
C. Definisi Operasional Variabel dan Instumen Penelitian
C.1 Definisi Operasional Variabel
Selanjutnya Peneliti mendefinisikan variabel dalam penelitian ini. Dimana dalam
penelitia ini terdiri dari 2 variabel yaitu independen dan dependen. Adapun penjabarannya
adalah pada tabel berikut ini.
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel
No Variabel Konsep
1 Reading skill Nilai atau hasil yang didapatkan siswa dari ranah
(Variabel terikat) kognitif melalui tes objektif berupa soal pretest dan
postest
2 Penerapan strategi Merupakan gabungan dari metode intensive reading
Double in talk dengan independen reading dengan talk show untuk
(Variabel bebas) meningkatkan reading skill.

C.2 Instrumen Penelitian


Dalam penelitian ini pengukuran aspek kognitif dilakukan dengan intrumen tes
untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa. Penyusunan instrumen tes mengacu pada
indikator yang telah dibuat sebelumnya. Soal tes terdiri dari pertanyaan pada bahasan
materi sel dalam bentuk soal pilihan ganda sebanyak 20 soal dengan 5 pilihan jawaban.
Tes ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah
perlakuan (posttest) terhadap setiap peserta didik yang dijadikan sampel penelitian.
Perlakuan yang dimaksudkan disini adalah sebelum diterapkan strategi “Double In-Talk”
dan sesudah diterapkan strategi “Double in talk” pada pembelajaran bahasa inggris siswa
SMP Negeri 2 Kertosono.

C.3 Koefisien Korelasi


Analisis koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui arah dan kuatnya hubungan antar
dua variabel atau lebih. Arah dinyatakan dalam bentuk hubungan positif dan negatif,
sedangkan kuat atau lemahnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi
(Sugiyono, 2018:). Koefisien korelasi (r) menunjukan derajat korelasi antara variabel
independen dan variabel dependen. Nilai koefisien korelasi harus terdapat dalam batas-
batas -1 hingga +1 (-1< r ≤ +1) yang menghasilkan beberapa kemungkinan, antara lain
sebagai berikut :
1) Tanda positif menunjukan adanya korelasi positif dalam variabel-variabel yang
diuji, yang berarti setiap kenaikan dan penurunan nilai-nilai X akan diakui dengan
kenaikan dan penurunan Y. Jika r = +1 atau mendekati 1 maka menunjukkan
adanya pengaruh positif antara variabel-variabel yang diuji sangat kuat.
2) Tanda negatif menunjukan adanya korelasi negatif antara variabel-variabel yang
diuji, berarti setiap kenaikan nilai-nilai X akan diikuti dengan penurunan nilai Y
dan sebaliknya. Jika r = -1 atau mendekati -1 maka menunjukan adanya pengaruh
negatif dan korelasi variabel-variabel yang diuji lemah.
3) Jika r = 0 atau mendekati 0 maka menunjukan korelasi yang lemah atau tidak ada
korelasi sama sekali antara variabel-variabel yang diteliti dan diuji.
Adapun kriteria rentang kekuatan korelasi adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3 interval dan kriteria korelasi
Interval koefisien Koefisien korelasi
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Tinggi
0,80 – 1,000 Sangat tinggi
Sumber : Sugiyono, 2018
D. Teknik Analisa Data
Data dalam penelitian ini diperoleh informasi berupa hasil belajar siswa dan respon
siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah data didapatkan langkah
berikutnya yaitu melakukan analisis data. Berikut ini adalah uraian teknik analisis data
penelitian meliputi diantaranya adalah sebagai berikut.
D.1 Uji N-Gain
Merupakan salah satu bentuk pengolahan data kognitif dengan tujuan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa sebelum instruksi dan sesudah diberikan
perlakuan pada proses pembelajaran. Dalam penelitian ini Uji N-gain digunakan untuk
mengetahui peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep “Double in talk” pada kelas
eksperimen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada rumus dibawa ini.

Hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria N-gain yang


dapat dilihat pada tabel 3.4 dibawah ini
Tabel 3.4 Kategori tingkat N-Gain

D.2 Paired Sampel T-test


Paired sample t-test dilakukan terhadap dua sampel yang berpasangan (paired).
Sampel yang berpasangan diartikan sebagai sebuah sampel dengan subjek yang sama
namun mengalami dua instruksi atau pengukuran yang berbeda. Dalam penelitian ini
terdiri dari dua sampel yang berhubungan atau berpasangan satu dengan yang lain, yaitu
sampel sebelum diberi perlakuan dan sampel yang sudah diberi perlakuan dengan strategi
“double in talk”. Uji paired sample t-test hasil data pretest dan posttest dianalisis
menggunakan software Statistical Package For Sosial Sciences (SPSS) 23.0 for windows.
Menurut Santoso (2018) terdapat dua pedoman pengambilan keputusan yaitu berdasarkan
perbandingan thitung dengan ttabel dan berdasarkan nilai probabilitas. Dalam penelitian ini
melihat dari sisi probabilitas dengan ketentuan sebagai berikut.
(1) Jika probalilitas >0,05, maka Ho diterima
(2) Jika probalilitas <0,05, maka Ho ditolak
Sedangkan Hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Ho = Implementasi strategi “Double in talk” tidak dapat meningkatkan kemampuan baca
bahasa inggris siswa SMP Negeri 2 Kertosono.

Ha = Implementasi strategi “Double in talk” dapat meningkatkan kemampuan baca bahasa


inggris siswa SMP negeri 2 Kertosono.
E. Hasil Penelitian
E.1 Persyaratan Analisis
1) Hasil Uji Normalitas Data
Sebelum dilakukan uji paired sampel t test ada persyaratan yang harus dipenuhi yaitu
menguji normalitas data. Dalam penelitian ini uji normalitas data dilakukan dengan uji
normalitas Kolmogorov Sminorv dengan bantuan Program Software SPSS 17. Taraf
kesalahan yang digunakan adalah 5% atau 0,05. Dasar pengambilan keputusan normal atau
tidaknya suatu data pada penelitian ini adalah apabila nilai signifikansi atau nilia Asymp.
Sig. 2 tailed lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Sebaliknya
apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka data tersebut tidak berdistribusi
normal.
Tabel 3.5 Hasil Uji Normalitas Hasil Pre-test dan Post-test reading skil siswa
Data Kolmogorov smirnov Asymp Sig (2- tailed) Kesimpulan
Pretest 1.191 0.117 Berdistribusi normal
Postest 1.086 0.189 Berdistribusi normal
Sumber : Hasil olah SPSS, 2023
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa data dalam penelitian ini memiliki
distribusi normal dimana ketentuan penilaiannya adalah jika Asymp Sig. (2-tailed) > 0.05
maka data berdistribusi normal sedangkan dalam tabel tersebut terbukti bahwa kedua jenis
data yaitu pretest dan postes memiliki nilai Asymp Sig. (2-tailed) lebih dari 0.05.
2) Nilai rata-rata pretest dan postest
Berikut ini adalah nilai rata-rata pretest dan postest terkait dengan penerapan strategi
“Double in talk” pada siswa SMP negeri 2 Kertosono.
Tabel 3.6 Nilai pretest dan postest
Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

pretest 66.09 32 7.041 1.245


Pair 1
postest 79.53 32 6.998 1.237
Sumber : Hasil olah SpSS, 2023
Berdasarkan tabel 3.7 diatas dapat disimpulkan bahwa nilai postes memiliki rata
rata 66.09 sedangkan nilai postest memiliki rata-rata 79.53. artinya bahwa pemahaman
siswa terhadap mata pelajaran bahasa inggris sebelum diterapkan strategi “double in talk”
masih lebih rendh dibandingkan dengan ssetelah diterapkannya strategi “double in talk”
2) Hasil Uji Korelasi
Korelasi disini adalah keterkaitan antara pretest dan postes terhadap kemampuan
reading skill siswa SMP negeri 2 Kertosono dalam memahami pelajaran bahasa inggris
dengan penerapan strategi “Double in talk”. Adapaun hasilnya dapat dilihat pada tabel
berikut kni.
Tabel 3.7 Korelasi pretest dan postest
Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 pretest & postest 32 .518 .002


Sumber : Hasil olah SPSS, 2023
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi 0.002 < 0.05 yang
berarti terdapat hubungan antara pretest dan postest terhadap penerapan trategi “double in
talk” pada mata pelajaran bahasa inggris siswa di SMP Negeri 2 Kertosono. Sedangkan
tingkat hubungan tersebut berada pada kategori sedang yaitu 0.518.
E.2 Uji Hipotesis
Selanjutnya adalah pengujian hipotesis yang dalam penelitian ini digunakan uji paired
sampel t test. Taraf kesalahan yang digunakan adalah 5% atau 0.05. Pedoman pengambilan
keputusan dalam uji paired sample t test ini dilihat berdasarkan nilai t hitung atau nilai
probabilitas Sig. 2-tailed, apabila nilai t hitung berada pada daerah penolakan Ho dan nilai
Sig. 2 tailed < 0,05 maka terdapat perbedaan yang reratahasil pre-test dan post-test.
Pengambilan keputusan dalam penelitian ini sesuai dengan yang telah dijelaskan diatas
menggunakan nilai probabilitas (sig. 2-tailed) < 0.05 untuk kriteria H 1 diterima dan nilai
probabilitas (sig. 2 tailed) > 0.05 untuk kriteria H 0 diterima. Adapun hasilnya adalah
sebagai berikut.
Tabel 3.8 Hasil uji paired sampel t test.
t Df Sig. 2-tailed
- 11.032 31 0.000
Sumber : Hasil olah SPSS, 2023
Berdasarkan data diatas diperoleh nilai t hitung sebesar -11.032. Nilai t tabel dilihat
dari tabel distribusi t diperoleh nilai t sebesar 1,693. nilai probabilitas sebesar 0.000.
artinya dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga kesimpulannya
adalah bahwa penerapan strategi “Double in talk” dapat meningkatkan reading skill pada
mata pelajaran bahasa inggris siswa SMP Negeri 2 Kertosono.

Daerah Daerah
Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho Penolakan Ho

-11.032 - 1.693 1.693 11.032


Gambar 3.1 Kurva Uji dua pihak
Berdasarkan gambar 3.1 diatas terlihat bahwa nilai t hitung jatuh pada penolakan
Ho atau penerimaan H1. Artinya dari sisi grafik juga sudah bisa dibuktikan bahwa
keduanya adalh konsisten.

F. Pembahasan
Hasil yang dicapai dari penerapan strategi “Double In – Talk” adalah sebagai
berikut: Pada tahap Intensive Reading, kegiatan pembelajaran membaca di dalam kelas
berjalan dengan aktif. Pembentukan kelompok untuk berdiskusi dan mengerjakan lembar
kerja atau worksheet sangat sesuai dengan strategi pembelajaran aktif (active learning).
Dengan bimbingan guru, siswa memperoleh model bagaimana memproses sebuah teks.
Siswa dapat menggali beragam informasi sehubungan dengan jenis teks, yaitu tujuan,
struktur, serta unsur kebahasaan dalam Teks Report. Di samping itu, siswa juga menggali
informasi mengenai bacaan yang ada di dalam teks yang dipilih. Siswa mempelajari
tentang topik teks, pikiran utama paragraf, informasi rinci tersurat dan tersirat, rujukan kata
serta makna kata yang terdapat dalam teks. Pengalaman dalam menggali informasi dalam
teks ini akan sangat bermanfaat untuk melakukan kegiatan membaca mandiri dalam tahap
Independent Reading.
Tahap Indepent Reading merupakan tahap kedua dalam strategi “Double In –
Talk”. Hasil yang dari pelaksanaan tahap ini adalah siswa telah mampu melakukan
membaca mandiri dalam kelompoknya. Siswa memilih bacaan dengan topik yang menarik
minatnya. Siswa dalam satu kelas memilih judul yang beragam, Setelah mempelajari
secara mandiri, siswa menyiapkan bahan tayangan untuk melaporkan isi bacaan dalam
bentuk Talk Show. Siswa akan menerapkan pengalaman membaca dalam Intensive
Reading dalam menggali informasi dalam teks, menyajikannya dalam bahan tayangan. Jadi
disamping ketrampilan membaca yang meningkat, siswa juga mengembangkan
kemampuan dalam pemanfaatan teknologi.
Tahap selanjutnya adalah Talk Show. Talk Show merupakan tahap pelaporan dari
apa yang dibaca dalam Independent Reading. Dengan menyaksikan Talk Show kita dapat
melihat sejauh mana siswa berhasil menggali informasi tentang topik bacaan. Penguasaan
informasi akan teruji ketikan audiences mengajukan pertanyaan kepada penyaji yang
berperan sebagai expert. Hasil pengiring dari tahap ini adalah berkembangnya kemampuan
berbicara siswa (speaking). Talk Show merupakan sebuah teknik yang efektif untuk
melatih kemampuan berbicara siswa. Talk Show ditutup dengan Quiz, di mana penyaji
memberikan pertanyaan kepada audiences tentang isi paparan.
Secara umum, hasil yang diperoleh setelah penerapan strategi “Double In – Talk”
adalah terbentuknya kemauan untuk membaca dan secara bertahap akan terbentuk
ketrampilan membaca pada siswa. Keterampilan ini perlu dipupuk sedikit demi sedikit
sampai siswa menjadi pembaca dan pembelajar mandiri. Sedangkan dampak dari
penerapan strategi “Double In – Talk” ini adalah meningkatnya kemampuan membaca
siswa. Sampel diambil dari salah satu kelas, yaitu Kelas IX A, terlihat peningkatan nilai
membaca. Sebelum penerapan strategi “Double In – Talk” nilai rata-rata kelas adalah 60,
sedangkan setelah penerapan nilai rata-rata kelas adalah 78. Dari nilai tersebut dapat
dilihat peningkatan kemampuan dalam membaca bahasa Inggris. artinya bahwa ada
peningkatan nilai dari penerapan strategi pembelajaran melalui “double in talk” Hal ini
Sejalan dengan penelitian Tarumasely (2020) yang menemukan bahwa strategi
pembelajaran berbasis self regulated learning dapat meningkatkan hasil belajar. Meskipun
berbeda strategi namun keduanya sama-sama strategi pembelajaran untuk meningkatkan
hasil belajar siswa.

G. Kendala – Kendala Yang dihadapi


Dalam penerapan strategi “Double IN – Talk” penulis menemukan beberapa
kendala. Beberapa kendala tersebut berkenaan dengan keterbatasan waktu, komitmen
siswa, perhatian siswa, dan alat evaluasi.

1. Keterbatasan Waktu
Kendala yang dihadapi penulis adalah keterbatasan waktu. Jumlah siswa di kelas
IX A adalah sebanyak 32 siswa, yang pada awal terbagi menjadi 8 kelompok terdiri dari 4
Siswa. Namun setelah dilakukan pertimbangan mengenai kisaran waktu yang tersedia,
dimana setiap kelompok disediakan waktu tampil maksimal 10 menit, maka kelompok
diskusi talk show dirubah menjadi 6 kelompok. 4 kelompok terdiri dari 5 siswa dan 2
kelompopk terdiri dari 6 siswa. Perubahan ini disambut baik oleh anak-anak karena dengan
bertambahnya jumlah anggota kelompok menambah kepercayaan diri mereka ketika tampil
pada talk show.
Ketidaksiapan siswa merupakan salah satu kendala yang ditemukan dalam
penerapan strategi “Double In – Talk”. Sebagian siswa belum merasa siap untuk
melaporkan apa yang telah dibaca pada jadwal yang telah disepakati sebelumnya.
Ketidaksiapan tersebut disebabkan siswa tidak memenuhi kesepakatan dalam kelompok
dalam hal jadwal membaca bersama, serta kerja kelompok untuk mempersiapkan Talk
Show. Komitmen siswa untuk memenuhi jadwal yang telah ditentukan untuk melakukan
pelaporan dalam tahap Talk Show masih harus ditingkatkan, diantaranya adalah sebagai
berikut.
a. Partisipasi siswa
Partisipasi siswa untuk mengikuti presentasi penyaji dalam tahap pelaporan atau
Talk Show masih perlu ditingkatkan. Dalam suasana tertentu siswa kurang
memberikan perhatian yang maksimal terhadap penyajian teman dari kelompok
lain. Hal ini disebabkan karena topik yang kurang menarik, cara penyampaian yang
kurang menghidupkan suasana atau siswa masih sibuk mempersiapkan presentasi
kelompoknya sendiri.
b. Alat monitoring
Strategi “Double In – Talk” melibatkan kegiatan di luar kelas dalam tahap
Independent Reading. Berkenaan dengan hal tersebut perlu diterapkan sistem
monitoring dengan perangkatnya sehingga guru dapat memantau apa yang
dilakukan oleh siswa di luar kelas. Alat monitoring yang memungkinkan
diterapkan berupa checklist kegiatan mandiri yang berisi laporan kegiatan apa saja
yang telah dilakukan siswa serta tingkat partisipasi siswa dalam kegiatan tersebut.
c. Faktor Pendukung
Beberapa factor pendukung keberhasilan dari implementasi strategi “Double In-
Talk” sebagai alternatif dalam meningkatkan reading skill siswa SMP Negeri 2
Kertosono adalah:
1) Keaktifan dan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung
2) Dukungan dari rekan guru Bahasa Inggris
3) Kerjasama dan respon yang baik dari Kepala Sekolah, staff tata usaha dalam
memfasilitasi sarana prasarana di kelas dan wali kelas yang turut mendukung
usaha meningkatkan kemampuan membaca siswa dalam Bahasa Inggris.

H. Alternatif Pengembangan
Mengingat pentingnya keterampilan membaca bagi siswa, guru seyogyanya
mengembangkan kegiatan membaca yang menarik. Implementasi Strategi “Double In –
Talk” sebagai alternative dalam meningkatkan reading skill siswa perlu adanya beberapa
alternative pengembangan, antara lain:
a. Pengembangan Instrumen Monitoring
Kendala dalam hal komitmen untuk melakukan pelaporan kurang maksimal sehingga
memerlukan instrument monitoring yang mampu mengetahui perkembangan kerja
siswa dalam diskusi kelompok.
b. Pengunaan teknik pelaporan yang bervariasi
Selain menggunakan Talk Show sebagai teknik pelaporan hasil yang dipilih, guru
juga bias memberikan variasi jenis yang lain contoh dengan membuat podcast secara
online, atau membuat video proyek pembelajaran terkait topic yang dipilih siswa.
c. Sosialisasi Strategi “Double In-Talk”
Sebagai alternative strategi dalam meningkatkan kemampuan reading skill perlu
disosialisasikan di forum MGMP maupun komunitas belajar Bahasa inggris sehingga
bisa saling berbagi pengalaman dalam penenrapan di kelas.
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini merujuk pada tujuan penelitian yang kemudian dianalisis
dan menghasilkan hasil poenelitian yang kemudian dibahas secara rinci pada bab III.
Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Implementasi Strategi “Double In – Talk”yang merupakan perpaduan antara
strategi intensive reading dan extensive reading. “Double In – Talk” yang
merupakan kepanjangan dari Intensif Reading – Independent Reading and Talk
Show. Tahap kegiatan pembelajaran Intensif reading dilakukan di dalam kelas,
sedangkan tahap Independent reading dilakukan di luar kelas, dan kegiatan Talk
show kembali dilakukan di dalam kelas, yang merupakan tahap pelaporan dari apa
yang telah dibaca dalam tahap membaca mandiri (independent reading).

2. Nilai rata-rata siswa pada postest lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata
siswa pada pretest. Artinya bahwa dengan penerapan strategi “double in talk”
membuat siswa lebih bisa memahami mata pelajaran bahasa inggris.

3. Pretest dan postest memiliki hubungan yang signifikan yang berarti bahwa
pertanyaan pada pretest dan postest memang disetting untuk meningkatkan reading
skill pada siswa SMP Negeri 2 Kertosono. Sedangkan hubungan tersebut termasuk
dalam kategori sedang,

4. Terdapat perbedaan kemampuan reading siswa sebelum dan sesudah diterapkannya


strategi “Double in talk” atau dengan kata lain strategi “double in talk” dapat
meningkatkan reading skill pada isswa SMP Negeri 2 Kertosono.
B. Refleksi
Merupakan hasil pemikiran dari sebuah kajian yang telah dilakukan. terutama bagi
pendidik dalan hal ini adalah guru. Adapun refleksi dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut.

1. Guru dapat lebih menanamkan nilai kebersamaan pada semua siswa agar dapat
melaksanakan komitmenkegiatan dalam kerja kelompok, proses pembelajaran tidak
didominasi oleh siswa yang kemampuannya berada diatas rata-rata, sementara
peserta didik yang kemampuan dibawah rata-rata menjadi pasif dan kurang
melibatkan diri dalam proses pembelajaran.

2. Guru dapat menerapkan strategi Double In-talk pada mata pelajaran lain karena
strategi ini dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa secara umum.

3. Guru dapat memotivasi siswa untuk lebih percaya diri dan tertarik serta melibatkan
diri mereka selama kegiatan belajar menggunakan strategi Double IN-talk karena
strategi ini sangat menarik dan menyenangkan.

4. Siswa dapat lebih percaya diri dengan menanamkan kesadaran bahwa Bahasa
inggris tidaklah sulit dipelajari dan didasarkan pada kehidupan sehari-hari, serta
setiap partisipasi dan usaha peserta didik selama proses pembelajaran sangat
dihargai.

C. Rekomendasi

Adapun rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penelitian ini memberikan hasil yang signifikan untuk penerapan strategi


pembelajaran dalam hal ini adalah penerapan “double in talk” pada mata pelajaran
bahasa inggris. Diharapkan ini juga bisa diterapkan oleh guru lainnya pada mata
pelajaran yang berbeda misalnya saja bahasa indonesia dan ilmu pengetahuan
sosial.

2. Hasil korelasi pada tingkat yang sedang memberikan celah bagi peneliti selanjutnya
untuk mengkaji lebih dalam terkait dengan faktor penyebabnya. Salah satunya
dengan melakukan revisi dan modifikasi pertanyaan pada pretest dan postes dengan
penerapan strategi yang sama yaitu “double in talk” atau penggunaan strategi
pembelajaran yang berbeda.

3. Peneliti selanjutnya juga bisa menggunakan metode uji beda yang pasangan
kelompok yang berbeda (paired independen sampel t test) artinya membandingkan
2 kelas yang berbeda dengan penerapan strategi pembelajaran “double in talk”.
Dari sini akan terlihat efektivitas pada setiap kelas dengan strategi pembelajaran
yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai