OLEH:
JUMRAH, M.Pd
NIP. 198524052011012008
1
http://www.tribunnews.com/nasional/2016/05/21/kemampuan-bicara-bahasa-inggris-
masyarakat-indonesia-kurang, diakses tanggal 29 September 2017
2
http://ekonomi.kompas.com/read/2016/11/02/190000126/bi.kondisi.perekonomian.indonesia.2
017.mengejutkan, diakses tanggal 1 Oktober 2017
1
Terkait penguasaan speaking, beberapa masalah yang dihadapi tadris bahasa
inggris antara lain: 1). pada setiap penerimaan calon mahasiswa baru Tadris Bahasa
Inggris tidak ada tes wawancara bahasa inggris sehingga mahasiswa yang lulus
seleksi memiliki kemampuan speaking yang beragam bahkan ada mahasiswa yang
tidak dapat berbahasa inggris sama sekali, sementara Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI) bahasa inggris khusus keempat skill bahasa inggris tidak boleh
memiliki nilai C; 2). banyaknya mahasiswa yang pindah jurusan ataupun berhenti
karena merasa salah jurusan dan atau merasa tidak mampu untuk berkomunikasi
dalam bahasa inggris. Kondisi ini berdampak pada hasil akreditasi jurusan karena
jumlah mahasiswa merupakan salah satu faktor penting dalam proses tersebut
mengingat Tadris Bahasa Inggris merupakan jurusan yang baru berdiri 2 (dua) tahun;
3). pada Tadris Bahasa Inggris seluruh mahasiswa mendapatkan pelajaran tambahan
untuk meningkatkan kemampuan speaking yaitu ISCP (Intensive Speaking
Communication Practice), namun belum ada pembinaan khusus untuk mahasiswa
dengan level beginner.
Mahasiswa dengan level beginner memiliki beberapa kondisi terkait
kemampuan bahasa inggris, antara lain: 1). tidak memiliki kemampuan memahami
bahasa Inggris lisan yang digunakan dalam lingkungan akademik ataupun social; 2).
berjuang untuk memahami percakapan sederhana ataupun diskusi sederhana bahkan
saat topik sudah tidak asing lagi; 3). masih mencoba untuk mengidentifikasi dan
membedakan kata dan frase individual selama interaksi sosial dan instruksional; 4).
mereka mungkin tidak mencari klarifikasi dalam bahasa Inggris saat gagal
memahami bahasa Inggris yang mereka dengar; 5). sering berdiam diri,
memperhatikan isyarat orang lain3. Oleh karena itu, mahasiswa level beginner perlu
pembinaan khusus yang mampu memotivasi mereka untuk terus meningkatkan
kemampuan bahasa inggrisnya.
Berdasarkan uraian diatas maka Peneliti merasa sangat perlu untuk
mengembangkan konsep “Intensive English Course” khusus untuk mahasiswa Tadris
Bahasa Inggris dengan level kemampuan Speaking “Beginner”.
3
Yalden, J. The Communicative Syllabus: Evolution, Design & Implementation. (New York:
Pergamon, 1983)
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Bagaimanakah Model Intensive Speaking Course bagi mahasiswa Tadris
Bahasa Inggris level Beginner?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
menghasilkan model Intensive Speaking Course bagi mahasiswa Tadris Bahasa
Inggris level beginner.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
a. Penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian bagi pengajaran Bahasa Inggris
khususnya peningkatan kemampuan speaking mahasiswa level beginners;
b. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang pembelajaran dengan
konsep intensive course.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
a. Memberikan suatu pengalaman (baru) yang berharga bagi pengajar dan
peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar;
b. Sebagai salah satu pendekatan dan bahan acuan dalam melaksanakan
pembelajaran;
c. Pembelajaran ini diharapkan dapat memperoleh pengalaman berharga
sehingga dapat dijadikan sebagai wahana untuk belajar dan berlatih;
d. Dapat menjadi masukan dalam menentukan kebijakan tentang
pemberlakukan tes wawancara saat seleksi calon mahasiswa (khusus
untuk mahasiswa Tadris Bahasa Inggris), serta pelaksanaan konsep
intersive English course bagi mahasiswa level beginners dalam
meningkatkan kemampuan speaking mahasiswa;
e. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu dasar dan
masukan dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.
3
E. Kajian Penelitian Terdahulu
Ada beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian dengan topik intensive
course, diantaranya:
1. Putu Kerti Nitiasih (2016) yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran
‘Self Directed Learning‘ dalam Program Intensive Course untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Verbal Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja”. Riset ini menunjukkan bahwa
model pembelajaran self directed learning mampu meningkatkan kemampuan
komunikasi verbal mahasiswa4. Perbedaan riset ini dengan penelitian tersebut
terletak pada metodeloginya dimana riset ini menggunakan penelitian riset dan
pengembangan (RD) sedangkan penelitian tersebut merupakan penelitian
tindakan kelas. Selain itu, penelitian ini berfokus pada pengembangan konsep
Intensive course pada mahasiswa level beginners sedangkan penelitian tersebut
fokus pada Penggunaan Model Pembelajaran ‘Self Directed Learning‘ untuk
meningkatkan kemampuan speaking mahasiswa.
2. Raida Asfihana (2014) yang berjudul “Developing a Speaking Class Syllabus for
The Intensive English Course for The First-Year Students at IAIN Antasari
Banjarmasin”. Penelitian ini menghasilkan produk akhir berupa Silabus
“Speaking” yang diusulkan untuk pengajaran keterampilan berbicara. Silabus
yang diusulkan ini terdiri dari topik dan subtopik, tujuan instruksional umum,
tujuan instruksional yang spesifik, penjatahan waktu, sistem evaluasi, dan fungsi
bahasa5. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut terletak pada fokus
riset, dimana penelitian ini fokus pada mahasiwa level beginner sedangkan riset
tersebut fokus pada semua mahasiswa semester 1.
3. Masduki (2011), dengan judul “Studi Kemampuan Berbahasa Inggris
Mahasiswa Non-English Department Melalui Kegiatan Intensive Course Model
B”. Studi tersebut menunjukkan bahwa Program Intensive Course mampu
4
Nitiasih, P.K. Penggunaan Model Pembelajaran Self Directed Learning dalam Program
Intensive Course untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Verbal Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXXI Oktober 2016. h. 797-812
5
Asfihana, R. Developing a Speaking Class Syllabus for The Intensive English Course for The
First-Year Students at IAIN Antasari Banjarmasin. The 61 TEFLIN International Conference, UNS
Solo 2014, h. 202-207
4
meningkatkan kemampuan bahasa Inggrismahasiswa pada tingkat menengah
(intermediate)6. Perbedaan riset ini dengan penelitian diatas terletak pada
metodologinya, dimana riset ini menggunakan penelitian riset dan
pengembangan (RD) sedangkan penelitian tersebut merupakan penelitian
deskriptif. Disamping itu, riset tersebut fokus pada mahasiswa jurusan non-
bahasa inggris sedangkan penelitian ini berfokus pada mahasiswa jurusan bahasa
inggris.
F. Landasan Teori
1. Kemampuan Speaking dalam Pembelajaran Bahasa Inggris
Speaking berasal dari kata “speak” yaitu “speak is to express opinions, to
say, to converse”. Jadi Speaking disini adalah cara mengeluarkan atau
mengekspresikan pendapat, perkataan yang ingin kita utarakan. Speaking
merupakan salah satu jenis kemampuan yang paling sulit dalam pembelajaran
bahasa inggris. Kesulitan tersebut biasanya disebabkan oleh: a). Sulit
mengungkapkan ide secara lisan (speaking); b). Terbatasnya kosakata
(vocabulary); c). Terbatasnya kemampuan tata bahasa (grammar) sehingga
sulit berbicara dengan aturan yang benar; d). Terbatasnya melafazkan kata-
kata (pronounciation) sehingga sulit mengucapkan kata yang diucapkannya
dengan benar; e). Kurangnya keberanian untuk berbicara karena takut salah.
Selain itu, ada faktor-faktor terkait aspek kebahasaan, yaitu: a). Ketepatan
ucapan; b). Penekanan atau penempatan nada dan durasi yang sesuai; c).
Pemilihan kata; d). Ketepatan sasaran pembicaraan.
Kemampuan speaking dalam pembelajaran bahasa inggris sangat
diperlukan. Manfaat utama speaking yaitu tumbuhnya kepercayaan diri
terhadap pembelajar. Dengan kemampuan speaking, mereka akan percaya diri
untuk berkomunikasi dengan siapapun dalam bahasa inggris. Selain
berdampak pada kepercayaan diri, kemampuan speaking juga merupakan
faktor terpenting dalam mengembangkan keterampilan bahasa inggris yang
lain seperti writing, listening dan reading7. Uraian diatas menunjukkan bahwa
6
Masduki. Studi Kemampuan Berbahasa Inggris Mahasiswa Non-English Department Melalui
Kegiatan Intensive Course Model B. Pamator, Volume 4, Nomor 1, April 2011, h. 39-45
7
http://www.ninaagustina16.blogspot.com/2012/12/speaking, diakses tanggal 28 Maret 2017
5
speaking memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa
inggris.
8
http://eldstrategies.com/id125- English Language Proficiency Levels.html, diakses tanggal 29
September 2017
6
terhadap kata-kata frekuensi tinggi, struktur gramatikal, dan kerangka
kalimat / paragraph.
c. Intermediate
Siswa pada level ini mampu memahami dan mengkomunikasikan konten
akademis dengan kosa kata akademik yang lebih canggih dan beragam
terhadap format kata kerja. Pembelajar bahasa Inggris pada tingkat ini
sudah dapat menulis paragraf yang semakin berkembang mengenai topik
akademis dengan menggunakan kosa kata yang lebih kompleks dan
kalimat majemuk. Mereka cenderung menggunakan tata bahasa yang
konsisten dalam berbicara dan menulis sambil membuat kesalahan
sesekali. Pada tingkat ini, pembelajar bahasa Inggris sangat diuntungkan
dengan pengajaran dan pemodelan eksplisit bahasa figuratif dasar, idiom
umum, kata kerja irregular dan proses penulisan.
d. Early Advanced
Siswa di tingkat ini mampu memahami dan mengkomunikasikan konten
akademik dengan cara yang lebih kognitif. Pembelajar bahasa Inggris pada
tingkat ini mampu membaca dan memahami teks yang lebih kompleks.
Mereka mampu menulis teks yang panjang, kompleks dan abstraksi dengan
menggunakan kosa kata akademik dan struktur gramatikal yang konsisten.
Pada level ini, pembelajar bahasa Inggris sangat diuntungkan dengan
pengajaran dan pemodelan eksplisit bahasa figuratif yang maju, idiom dan
ungkapan yang canggih, serta struktur gramatikal tingkat lanjut.
Pembelajar bahasa Inggris pada tingkat ini mungkin siap untuk
direklasifikasi ke level yang lebih tinggi.
e. Advanced
Siswa pada level ini mampu berkomunikasi dan menulis dengan
kemampuan seperti penutur atau orang asli. Pembelajar bahasa Inggris
pada tingkat ini dapat membaca dan memahami teks tingkat kelas secara
mandiri. Mereka mampu menulis paragraf yang terorganisasi dengan baik
pada tingkat yang mendekati penutur atau orang asli. Pembelajar bahasa
Inggris pada tingkat ini merupakan level tertinggi bagi pembelajar bahasa
inggris.
7
Selain kelima tingkatan diatas, Common European Framework of
Reference (CEFR) membagi kemampuan pembelajar bahasa asing ke dalam 3
(tiga) tingkatan besar, yaitu A,B dan C. Kemudian, masing-masing tingkatan
tersebut dibagi 2 (dua) lagi menjadi A1, A2, B1, B2, C1 dan C2. CEFR
sendiri berfungsi sebagai garis besar yang digunakan untuk menggambarkan
pencapaian para pembelajar bahasa asing di seantero Eropa. Dalam
perkembangannya, ternyata CEFR diterapkan tidak hanya di Eropa tetapi juga
di negara-negara lainnya di luar Eropa. Hal tersebut terjadi karena CEFR
memiliki beberapa keunggulan. Pertama, CEFR dapat digunakan sebagai alat
untuk mengukur tingkat profisiensi pembelajar bahasa asing. Kedua, CEFR
dapat digunakan untuk membuat sistem pembelajaran bahasa asing menjadi
lebih transparan dalam tataran internasional. Terakhir dan yang paling
penting, CEFR dapat digunakan untuk pembelajaran bahasa asing di
masyarakat multilingual. Oleh karena itu, CEFR dapat digunakan untuk
pembelajaran bahasa asing di negara kawasan Asia Tenggara yang memiliki
masyarakat multilingual9. Tingkatan Capaian Pembelajar Bahasa Asing
menurut CEFR terlampir.
9
Council of Europe. A Common European Framework of Reference for Languages: Learning,
Teaching, Assessment. (Cambridge: Cambridge University Press, 2001). h. 24
10
http://www.litconn.com/tx_resources_english_proficiency_levels.html, diakses tanggal 27
September 2017
8
untuk belajar bahasa inggris. Dalam konteks ini, guru akan mencoba
menggunakan apa yang siswa ketahui untuk membantu siswa tersebut belajar
lebih cepat. Beberapa pilihan materi untuk siswa dengan level beginners,
ditunjukkan pada tabel 1 berikut ini11:
Tabel 1. Materi untuk mahasiswa level Beginners
No Materi Deskripsi
1 2 3
1. How to introduce yourself and Cara mengenalkan diri dan menyapa
greet others orang lain
2. How to share personal Cara berbagi informasi pribadi
information
3. How to ask for things Cara meminta sesuatu
4. New vocabulary on topics such Kosakata baru tentang topik seperti
as jobs, sport, food, clothes and pekerjaan, olahraga, makanan, pakaian
furniture dan furnitur
5. Useful grammar, including the Tata bahasa yang berguna, termasuk
present and past simple, preposisi masa kini dan masa lalu yang
prepositions, possessive sederhana, kata sifat posesif
adjectives
6. How to pronounce words Cara mengucapkan kata-kata dengan
clearly jelas
7. How to ask for clarification Cara meminta klarifikasi
8. Listen to understand Belanjar mendengarkan agar mengerti
9. Make conversation with others Percakapan dengan orang lain
10. Use everyday English in Gunakan bahasa Inggris sehari-hari
different situations dalam situasi yang berbeda
11. Learn how to use the alphabet Pelajari cara menggunakan alfabet dan
and its sounds suaranya
12. Make simple sentences Buatlah kalimat sederhana
13. Use basic punctuation Gunakan tanda baca dasar
14. Spell common words Mengeja kata-kata umum
4. Intensive Course
Intensive Course merupakan kursus atau pelatihan rutin bahasa inggris
yang diberikan kepada pembelajar bahasa inggris dengan tujuan untuk
meningkatkan kemampuan bahasa inggris (speaking, listening, reading, and
writing). Intensive course sedikit berbeda dengan pembelajaran yang dilakukan
oleh dosen di kelas. Intensive course cenderung lebih fleksibel sesuai dengan
11
Hurd, et al. Lesson Study Step by Step: How Teacher Learning Communities Improve
Instructions. (Portsmounth. Heinemann, 2012)
9
kebutuhan siswa sebagai peserta pelatihan. Demikian juga dengan model dan
gaya belajar yang disesuaikan dengan peserta pelatihan. Adapun karakteristik
intensive course dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini12.
Tabel 2. Karakteristik Intensive Course
Design from Merancang intensive course membutuhkan pola pikir yang
Scretch berbeda yang menghasilkan rencana pembelajaran yang
berbeda dan dibutuhkan variasi gaya mengajar guru
maupun gaya belajar siswa. Intensive cours yang efektif itu
adalah intensive course yang dirancang dari awal
menggabungkan berbagai pedagogies, yang tujuan dari
semua gabungan itu adalah peningkatkan hasil belajar
siswa.
Ability to Read Sebuah Intensive course yang baik itu mampu menganalisis
Audience kebutuhan siswa sebelum menentukan content yang akan
disampaikan, kemudian setelah program berlangsung,
perkembangan kemampuan siswapun terus dipantau untuk
melihat hasil dan juga penentuan content yang akan
disampaikan kemudian. Intensive course yang dirancang
secara efektif memungkinkan instruktur untuk
mengidentifikasi masalah potensial dan menyesuaikan
model pembelajaran yang akan digunakan.
Flexibility Intensive Course cenderung flexible baik dalam hal program
maupun rencana pembelajaran yang akan dilakukan.
Rencana kelas yang fleksibel memungkinkan instruktur
untuk segera menyesuaikan diri dengan gaya belajar siswa
yang berbeda. Fleksibilitas bergantung pada kemampuan
instruktur untuk melihat potensi yang dimiliki siswanya.
Instruktur yang terlibat dalam Intensive Course diharapakan
mampu membuat lebih dari satu strategi penyampaian
dalam setiap pertemuannya. Hal itu akan membantu
instruktur untuk menyesuaikan strategi pembelajaran yang
berbeda tergantung pada partisipasi siswa dan tingkat
pemahaman di kelas.
Instructor Komunikasi yang baik harus terbangun antara instruktur dan
Availability and siswa. Selain itu, seorang instruktur pada Intensive Course
Accessibility harus dapat degan mudah di akses oleh siswanya ketika
mereka ingin bertanya atau mengkomunikasikan masalah
yang mereka hadapi dalam belajar bukan hanya ketika
mereka berada dikelas namun juga diluar kelas.
Responsiveness to Memberikan umpan balik kepada siswa sangat penting
Student Work and dalam format Intensive Course apapun. Jenis umpan yang
Learning Styles bisa diberikan adalah mengajukan pertanyaan, meminta
mahasiswa membuat dialog, membuat team project dalam
12
Richards, J. C. Curriculum Development in Language Teaching. (New York: Cambridge
University Press. 2001)
10
kelas.
Creativity Adanya kombinasi antara aktivitas kelas, pekerjaan rumah,
diskusi, pembelajaran diluar kelas, bahan belajar mandiri,
proyek tim, dan cara lain yang dirancang untuk bisa
memastikan bahwa siswa terlibat dalam pembelajaran
G. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan atau Research
and Development. Menurut Sugiyono, penelitian dan pengembangan adalah
metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, menguji
keefektifan produk tersebut13.
Peneliti melakukan penelitian dan pengembangan model Intensive
Speaking Course untuk mahasiswa dengan level beginner pada kemampuan
speaking. Untuk dapat menghasilkan produk sesuai dengan tujuan penelitian ini,
digunakan tahapan-tahapan penelitian yang dikembangkan Borg & Gall yaitu
terdapat sepuluh (10) langkah penelitian pengembangan yaitu: 1) Research and
Information colletion, 2) Planning atau perencanaan, 3) Develop Preliminary
form of Product, 4) Preliminary Field Testing, 5) Main Product Revision, 6)
Main Field Testing, 7) Operational Product Revision atau revisi produk, 8)
Operational Field Testing, 9) Final Product Revision, dan 10) Disemination and
Implementation.14
13
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
(Bandung: Alfabeta, 2013). h. 407
14
Borg & Gall. Education Research. (New York : Allyn and Bacon, 2003)
11
b. Di Tadris Bahasa Inggris masih banyak mahasiswa yang masih sangat
rendah kemampuan speaking atau masih pada level beginner;
c. Belum adanya program pembinaan khusus dari Tadris Bahasa Inggris bagi
mahasiswa yang kemampuan speaking nya masih berada pada level
beginner.
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi sumber data primer dan
sumber data sekunder. Sumber data primer diperoleh dari orang-orang yang
kompeten dan paham terhadap data-data yang diperlukan dalam penelitian.
Mereka adalah Mahasiswa semester I Tadris Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan, Ketua Tadris Bahasa Inggris. Sedangkan sumber data sekunder
berasal dari dokumen-dokumen pendukung seperti profil jurusan, kurikulum
KKNI dan dokumen lain yang relevan.
5. Analisis Data
Terdapat 2 (dua) data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu:
a. Data kualitatif.
Analisis data kualitatif dilakukan dengan menggunakan teknik deskriptif
analitis, yaitu mendeskripsikan atau menarasikan hasil penelitian berupa
data kualitatif yang diperoleh melalui lembar observasi maupun angket.
12
b. Data kuantitatif.
Data kuantitatif berupa hasil pre test dan post test, dianalisis dengan uji-t
sampel berpasangan dengan bantuan program SPSS.
6. Validasi Data
Uji validitas dan reliabilitas alat pengumpul data dilakukan melalui
pembahasan dengan teman sejawat serta menggunakan pertimbangan ahli atau
expert judgement.
Bulan Ke-
No Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1. Pembuatan Proposal Penelitian
2. Pelaksanaan Penelitian
3. Penyusunan Laporan Penelitian
13
4. Transportasi 6.000.000
- Peneliti 1 org x 20 kali 20 Kali 100.000 2.000.000
- Pembantu Lapangan 2 org x 20 40 kali 100.000 4.000.000
kali
5. Honorarium 8.000.000
- Peneliti 1 org x 4 bln 4 OB 600.000 2.400.000
- Pengolah Data 1 org x 2 kgt 2 OK 1.200.000 2.400.000
- Pembantu Lapangan 2 org x 20 40 OH 80.000 3.200.000
hari
Jumlah Total (Rp) 20.000.000
J. DAFTAR PUSTAKA
Asfihana, R. 2014. Developing a Speaking Class Syllabus for The Intensive English
Course for The First-Year Students at IAIN Antasari Banjarmasin. The 61
TEFLIN International Conference, UNS Solo, h. 202-207
Borg & Gall. 2003. Education Research. New York : Allyn and Bacon
Hurd, J., Lewis, C. 2012. Lesson Study Step by Step: How Teacher Learning
Communities Improve Instructions. Portsmounth. Heinemann
Masduki, 2011. Studi Kemampuan Berbahasa Inggris Mahasiswa Non-English
Department Melalui Kegiatan Intensive Course Model B. Pamator, Volume 4,
Nomor 1, h. 39-45
Nitiasih, P.K. 2016. Penggunaan Model Pembelajaran Self Directed Learning dalam
Program Intensive Course untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Verbal Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4. h.
797-812
Richards, J. C. 2001. Curriculum Development in Language Teaching. New York:
Cambridge University Press.
14
http://www.ekonomi.kompas.com/read/2016/11/02/190000126/bi.kondisi.perekonom
ian.indonesia.2017mengejutkan, diakses tanggal 1 Oktober 2017
http://www.litconn.com/tx_resources_english_proficiency_levels.html, diakses
tanggal 27 September 2017
http://www.tribunnews.com/nasional/2016/05/21/kemampuan-bicara-bahasa-inggris-
masyarakat-indonesia-kurang, diakses tanggal 29 September 2017
15
Lampiran 1
BIODATA PENELITI
IDENTITAS DIRI
Tahun Program
Perguruan Tinggi Program Studi
Lulus Pendidikan
2007 S1 Universitas Negeri Makassar Pendidikan Bahasa
Inggris
2010 S2 Universitas Negeri Makassar Pendidikan Bahasa
Inggris
PENGALAMAN MENGAJAR
PENGALAMAN PENELITIAN
Buku/Bab Buku/Jurnal
Tahun Judul Penerbit/Jurnal
2013 Jurnal El-Midad
A New Perspective For The Integration of
Jurusan PGMI /
Skills to Reading FITK /IAIN
2014 Jurnal Tatsqif
Strategi Jitu Meningkatkan Nilai TOEFL
Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan
Keguruan / IAIN
Mataram
2015 Jurnal El-Midad
The Use Of Arts In Teaching English For
Jurusan PGMI /
Young Learners FITK /IAIN
Penyunting/Editor/Reviewer/Resensi
KONFERENSI/SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM
Panitia/
Tahun Judul Kegiatan Penyelenggara peserta/pem
bicara
2013 Workshop "Metode Riset Tingkat IAIN Mataram Peserta
Dasar IAIN Mataram"
2013 Workshop "Auditor Mutu akademik IAIN Mataram Peserta
Internal (AMAI) IAIN Mataram"