Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL

PENERAPAN METODE AUDIOLINGUAL UNTUK MENINGKATKAN


PEMBELAJARAN MUFRODAT SISWA KELAS VII MTs.
DARUNNAJAH JAKARTA

Proposal PTK ini disusun untuk memenuhi tugas individu pada mata kuliah

“Penelitian Tindakan Kelas“

Yang diampu oleh: Ubaid Ridlo, MA

Disusun Oleh :

Pendidikan Bahasa Arab

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT., karena atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas proposal PTK dengan judul
“PENERAPAN METODE AUDIOLINGUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN
MUFRODAT SISWA KELAS VII MTs. DARUNNAJAH JAKARTA”. Tugas ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas Ujian Akhir Semester (UAS) pada mata kuliah “Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)”.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ubaid Ridlo, MA selaku pembimbing


mata kuliah ini, serta teman-teman yang telah membantu menyelesaikan tugas ini. Dan kami juga
berterimakasih kepada kedua orang tua yang telah membantu kami baik berupa material maupun
spiritual.
Kami menyadari sepenuhnya dalam pembuatan proposal ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki tugas ini agar menjadi lebih sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Aamiin.

Jakarta, 25 April 2018

Penyusun

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BERLAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 3
C. TUJUAN PENELITIAN 3
D. MANFAAT PENELITIAN 3
E. HIPOTESIS TINDAKAN 4
F. RUANG LINGKUP PENELITIAN 4
G. DEFINISI OPERASIONAL 4

BAB II KAJIAN TEORI 6


A. HAKIKAT PEMBELAJARAN BAHASA 6
B. METODE AUDIOLINGUAL ( DENGAR- UCAP) 6
C. KOSAKATA (MUFRADAT) 9
BAB III METODE PENELITIAN 12
A. RANCANGAN PENELITIAN 12
B. PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS 12
C. DESAIN PENELITIAN 13
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 18
DAFTAR PUSTAKA 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Berlakang

Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Kegitan belajar


mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal-hal
yang menggali keterampilan dan potensi. Suasana belajar yang diciptakan guru harus
melibatkan siswa secara aktif, terutama guru diberikan kebebasan untuk mengelola kelas
yang meliputi metode, strategi, pendekatan, teknik pembelajarn, dan penilaian yang
efektif, disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, guru, sarana
dan prasarana yang tersedia di sekolah.

Pendidikan dapat dipahami dari sudut pandang yang berbeda. Untuk memaknai
pendidikan di Indonesia, dimaknai sesuai degan BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan :”Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pebelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara”.

Dari penjelasan di atas maka pedidikan menuntut setiap individu untuk


mengembangkan diri dalam segala bidang. Bahasa sangat berperan peting dalam
kehidupan sosial sehingga pengajaran bahasa pun menjadi penting. Pengajaran bahasa
bertujuan agar siswa memperoleh informasi dengan mudah. Pengajaran bahasa dapat
membantu peserta didik dalam mengmbangkan kemampuan berkomunikasi.

Dengan mempelajari bahasa, siswa diharapkan dapat berkomunikasi seara lisan


maupun tulisan. Terdapat empat keterampilan berbahasa. Yaitu, mencakup keterampilan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Sebagaimana yang diungkapkan Tarigan
(1979:1) sebagai berikut:”Keterampilan berbahasa ( atau language atr, language skills)
dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu : 1) Keterampilan
menyimak/mendengarkan (listening skills); 2) Keterampilan berbicara (speaking skills);
3) Ketermapilan membaca (reading skills); 4) Keterampilan menulis (writing skills)”.

1
Kosakata merupakan salah satu unsur bahasa yang harus dimiliki oleh pembelajar
bahasa asing termasuk bahasa Arab. Perbendaharaan kosakata bahasa Arab yang
memadai dapat menunjang seseorang dalam berkomunikasi dan menulis dengan bahasa
tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa berbicara dan menulis yang
merupakan kemahiran berbahasa harus didukung oleh pengetahuan dan penguasaan
kosakata yang kaya, produktif dan aktual. Tetapi pada Kenyataan yang ada dilapangan,
penguasaan kosakata bahasa Arab siswa masih sangat rendah karena belum mencapai
target yang diinginkan secara maksimal dan memadai. Hal ini disebabkan oleh kesulitan
siswa dalam mempelajari sesuatu yang baru dan asing, selain itu metode yang digunakan
dalam proses pembelajaran masih terpaku pada buku-buku pelajaran dalam suasana
formal disekolah, yang membuat siswa merasa bosan.

Pembelajar bahasa Arab terutama bagi pemula khususnya siswa Madrasah


Tsanawiyah (MTS) dan sederajat, membutuhkan metode yang dapat membantu siswa
agar lebih mudah dalam belajar dan memahami sekaligus membuat siswa tertarik dan
tidak merasa jenuh.

Berdasarakan pengamatan di lapangan, penulis menyimpulkan bahwa siswa hanya


memperhatikan penjelasan pengajar dan mencatat apa yang tertulis pada slide power
point, serta guru mengajarkan kosakata terpisah dari kalimat. Hal ini menyebabkan
frekuensi latihan siswa kurang, sehingga dalam penerapannya siswa masih membuka
catatan catatan untuk melaksanakan latihan. Guru mendominasi kegiatan di kelas
sehingga siswa kurang aktif. Siswa hanya menerima informasi isi pelajaran dan tidak
diberi kesempatan untuk menerapkannya. Oleh sebab itu, siswa mengalami kesulitan
dalam menguasai bahasa Arab. Berdasarakan permasalahan tersebut, penulis berpendapat
perlu adanya perubahan metode pengajaran yang memberikan lebih banyak kesempatan
pada siswa untuk latihan seperti metode Audiolingual. Metode Audiolingual diharapkan
dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Arab serta keaktifan siswa dalam
pembelajaran bahasa Arab. Metode Audiolingual lebih memperhatikan latihan yang
berulang-ulang. Pengulangan-pengulangan yang dilakukan lama-kelamaan akan menjadi
sebuah kebiasaan. Begitu juga dalam pembelajaran bahasa asing terutama dalam hal
melafalkan kosakata, jika hal tersebut sudah kebiasaan, siswa akan secara alami dapat
mengungkapkan apa yang sudah mereka pelajari.

2
Melalui uraian masalah tersebut, maka penulis menginginkan untuk mengadakan
penelitian mengenai “Penerapan Metode Audiolingual Untuk Meningkatkan
Pembelajaran Kosakata Di MTSN 03 Kota Bekasi”

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka
permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode Audiolingual untuk meningkatkan keberhasilan


pembelajaran mufrodat siswa kelas VII MTs. Darunnajah Jakarta?
2. Bagaimana hasil peningkatan pembelajaran mufrodat bahasa Arab siswa kelas VII
MTs. Darunnajah Jakarta?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah peneliti paparkan, maka tujuan


Penelitian Tindakan Kelas ini adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan metode Audiolingual terhadap siswa kelas VII untuk
meningkatkan pembelajaran siswa kelas VII MTs. Darunnajah Jakarta.
2. Untuk mengetahui dan mengkaji hasil peningkatan pembelajaran kosakata bahasa
Arab siswa kelas VII MTs. Darunnajah Jakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi peneliti dan pihak-pihak lain yang
terkait. Adapun manfaat dari penelitian ini, sebagai berikut :

a. Bagi Lembaga
Penerapan metode Audiolingual ini diharapkan dapat dijadikan motivasi untuk
menerapkan model atau metode yang lebih bervariasi bagi pengajar.
b. Bagi Pengembangan
Ilmu pengetahuan diharapkan penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan varian metode pengajaran bahasa Arab.
c. Bagi Peneliti

3
Dengan menerapkan metode Audiolingual ini sebagai subjek penelitian, maka
diharapkan dapat menjadikan pengalaman yang berharga bagi peneliti untuk dapat
diterapkan di dunia pendidikan.
d. Bagi Siswa
Memberikan warna dan suasana baru dalam belajar di kelas sehingga siswa merasa
senang dan tidak mudah bosan. Siswa juga termotivasi untuk menggali kreatifitas dan
wawasannya sendiri.
e. Bagi Guru
Hasil penetilian ini diharapkan bisa menjadi salah satu pertimbangan guru mata
pelajaran bahasa Arab dalam menentukan model dan metode pembelajaran yang
bervariasi dalam proses belajar mengajar yang efektif.
f. Bagi Masyarakat
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dikembangkan sebagai bentuk pengabdian
kepada masyarakat, khususnya guru MTs, untuk mencoba menerapkan pembelajaran
kosakata dengan metode Audiolingual yang bisa diterapkan pada pembelajaran
bahasa asing.

E. Hipotesis Tindakan

Rumusan hipotesis tindakan adalah memuat tindakan yang diusulkan untuk


menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Pada penelitian ini penulis memiliki hipotesa
“Dengan penerapan Metode Audio Lingual dapat meningkatkan pembelajaran kosakata
bahasa Arab siswa kelas VII MTs. Darunnajah Jakarta”.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan keberhasilan


siswa dalam pembelajaran kosakata.
2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas VII.
3. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MTs. Darunnajah Jakarta.
4. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester I.

4
G. Definisi Operasional

Variabel agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Metode Dengar Ucap (Ath-Thariqah as-Sam’iyah asy-Syafawiyah/ Audio Lingual


Method)

Adalah suatu metode pembelajaran yang yang memberikan perhatian besar


kepada pengajaran unsur/komponen bahasa, yaitu kosakata dan tata bahasa. Kosakata dan
tata bahasa diajarkan diajarkan melalui peniruan terhadap penutur asli bahasa sasaran atau
guru bahasa yang menjadi model bahasa sasaran.

2. Mufradat

Mufradah (buntuk tunggal dari mufradat ) adalah lafal atau kata yang terdiri dari
dua huruf atau lebih yang menunjukkan makna ism, fi’il atau adat (Mansyur, 1993:18).
Kata menurut mazhab tradisional adalah suatu unit bahasa yang mempunyai sutau
maksud/arti; satu rangkaiuan huruf yang dibatasi oleh dua ruang. Sementara menurut
mazhab struktural, kata adalah suatu wujud minimal yang bebas. Kata adalah sebuah unit
terkecil dari sutau bahasa dan bersifat independen (Chaer,2003:163).

Istilah mufradat dalam bahasa Araba tau kosakata dalam bahasa Indonesia adalah
istilah yang bermakna sama dengan istilah vocabulary dalam bahasa Inggris. Hornby AS(
1974;959) menguraikan; 1. Kosakata adalah daftar kata-kata di suatu buku dengan
definisi-definisi atau terjemahan-terjemahan; 2. Kosakata adalah jumlah total dari kata-
kata, yang (dengan aturan-aturan yang mnegombinasikannya) membentuk suatu bahasa.
Menurut definisi-definisi ini, kosakata berarti kumpulan kata-kata.

5
BAB II

KAJIAN TEORI

A. HAKIKAT PEMBELAJARAN BAHASA


Pembelajaran merupakan aktivitas pendidik atau guru secara terprogram melalui
desain instruksional agar peserta didik dapat belajar secara aktif dan lebih menekankan pada
sumber belajar yang disediakan. Pembelajaran juga bisa dikatakan sebagai “ penguasan atau
pemerolehan pengetahuan tentang suatu subjek atau sebuah keterampelan dengan belajar,
pengalam, dan intruksi”1
Bahasa adalah bunyi ucapan yang diungkapkan sehari-hari. Bahasa adalah apa yang
diucapkan oleh orang-orang bukan apa yang ditulis oleh orang-orang. Bahasa itu pertama-
tama adalah ujaran. Oleh karena itu, pengajaran bahasa harus dimulai dengan
memperdengarkan bunyi-bunyi bahasa dalam bentuk kata atau kalimat kemudian
mengucapkannya, sebelum pelajaran membaca dan menulis.
Belajar adalah proses perubahan dalam mental dan perilaku fisik yang tercipta dalam
organisme hidup. Asumsi ini menyiratkan bahwa pembelajaran bahasa adalah proses
pemerolehan serangkaian kebiasaan berbicara.
Belajar bahasa adalah suatu proses membentuk kebiasaan. Suatu perilaku akan
menjadi kebiasaan apabila diulang berkali-kali. Oleh karena itu, pengajaran bahasa harus
dilakukan dengan teknik pengulangan atau repitisi. Semakin sering sesuatu diulangi, semakin
kuat pembentukan suatu kebiasaan dan semakin besar kesuksesan pembelajaran. Metode ini
percaya bahwa belajar bahasa asing (ta’alum al-lughah/language learning) sama dengan

1
H. Douglas Brown. Principles of Language Learning and Teaching, terj. Noor Cholis dan Yusi Avianto,( Jakarta: Kedutaan
Besar Amerika Serikat, 2008), hal. 8

6
memperoleh bahasa ibu (iktisab al-lughah/ language acquisition).(Larsen-
Freeman,2000:43)2

B. METODE AUDIOLINGUAL ( DENGAR- UCAP)


1. Pengertian Metode Audiolingual
Istilah metode berasal dari bahasa Yunani, methodos, yakni serangkaian langkah yang
memadu ke arah pencapaian tujuan. Padanannya dalam bahasa Arab adalah kata thariqah
yang dalam al- Wasith (2004) secara harfiah berarti jalan, cara tindak, dan pendirian. 3

Metode Dengar Ucap (Ath-Thariqah as-Sam’iyah asy-Syafawiyah/ Audio Lingual


Method) adalah suatu metode pembelajaran yang yang memberikan perhatian besar kepada
pengajaran unsur/komponen bahasa, yaitu kosakata dan tata bahasa. Kosakata dan tata bahasa
diajarkan diajarkan melalui peniruan terhadap penutur asli bahasa sasaran atau guru bahasa
yang menjadi model bahasa sasaran.4

2. Ciri – Ciri Pengajaran Metode Audiolingual


Sebagaimana nama metode ini, yaitu mendengarkan dan berbicara maka dalam
aplikasinya, metode ini lebih menekankan pada dua aspek ini sebelum kedua aspek yang lain.
Jika melihat konsep dasarnya, maka ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam
penerapannya dan menjadi ciri khas tersendiri bagi metode ini, yaitu :
a. Pelajar harus menyimak, kemudian berbicara, lalu membaca dan akhirnya menulis.
b. Tata bahasa di sajikan dalam bentuk pola-pola kalimat atau dialog-dialog dengan
topik situasi sehari-hari.
c. Latihan (dril/at-tadribat) harus mengikuti operant-conditioning, dengan guru
membacakan teks bahasa Arab dan meberikan rangsangan kepada siswa untuk
mengikuti bacaan dan mengembangkan teks yang di baca guru.
d. Dalam latihan-latihan, pemberian hadiah lebih diutamakan daripada pemberian
hukuman.
e. Semua unsur bahasa harus disajikan dari yang mudah kepada yang sukar/ bertahap
f. Guru harus menghindari kemungkinan-kemungkinan untuk memuat kesalahan siswa
dalam memberi respon, sebab penguatan positif lebih efektif dari pada penguatan

2
Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyudin, Pembelajaran Bahasa Asing, (Jakarta: Bania Publishing2010), hal. 74
3
Ibid, hal. 9
4
Aziz fachrurrozi dan Erta Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing (Jakarta: Bania Publishing2010) hal.

7
negatif .perinsip ini kata nababan (1993: 3) disebut “penghindaran kesalahan” (eror
prevention/ tajannub al-khata’)5

3. Langkah-Langkah Penerepan Menggunakan Penggunaan Metode


Audiolingual
Langkah-langkah penerapan metode Audiolingual, salah satunya ialah sebagai berikut :
a. Pendahuluan, memuat berbagai hal yang berkaitan dengan materi yang akan disajikan
baik berupa appersepsi, atau tes awal tentang materi, atau yang lainnya.
b. Penyajian dialog/ bacaan pendek yang dibacakan oleh guru berulang kali, sedangkan
pelajar menyimak tanpa melihat teksnya.
c. Peniruan dan penghafalan dialog / bacaan pendek dengan teknik meniru setiap kalimat
secara serentak dan menghafalkannya. Dalam pengajaran bahasa teknik ini dikenal
dengan “peniruan-penghafalan” (mimicry-memorization/ uslub al-muhakakah wal-
hifzi)
d. Penyajian pola-pola kalimat yang terdapat dalam dialog /bacaan yang dianggap sulit
karena terdapat struktur atau ungkapan-ungkapan yang sulit. Hal ini bisa dikembangkan
dengan dril. Dengan teknik ini di latih struktur dan kosakata.
e. Dramatisasi dari dialog/ bacaan yang sudah dipelajari di atas. pelajar yang sudah hafal
disuruh mempergunakannya di muka kelas.
f. Pembentukan kalimat-kalimat lain yang sesuai dengan pola-pola kalimat yang sudah
dilatih.
g. Penutupan (jika diperlukan) misalnya dengan memberikan tugas untuk dikerjakan di
rumah. Dalam hal ini pelajar diperintahkan untuk berlatih kembali dalam menggunakan
pola-pola yang sudah dipelajarinya di sekolah.6

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Audiolingual


Aspek kelebihannya antara lain :
a. Para pelajar menjadi terampil dalam membuat pola-pola kalimat yang sudah di-drill.
b. Para pelajar mempunyai lafal yang baik atau benar .
c. Para pelajar tidak tinggal diam dalam dialog akan tetapi harus terus menerus memeri
respon pada rangsangan yang diberikan oleh guru. Dengan demikian maka siswa dapat

5
Acep hermawan, metodologi pembelajaran bahasa Arab, ( Bandung :PT REMAJA RODA KARYA,2011),
hal.188-189
6
Ibid, hal.190

8
meningkatkan dan mengembangkan kemampuan bahasanya secara bertahap sesuai
dengan rangsangan yang di berikan oleh guru dalam drill.
d. Para pelajar akan mendapat pengalaman berbaha secara langsung dalam drill-drill yang
di adakan dalam kelas, sehingga dapat memberikan modal awal bagi para siswa untuk
mencoba, berkomunikasi dengan bahasa tujuan di luar kelas.
Aspek kelemahannya antara lain :
a. Para pelajar cenderung meniru secara serentak/ individual seperti “membeo”, dan
sering tidak mengetahui makna yang diucapkannya. Respon ini terlalu mekanistis.
b. Para pelajar tidak diberi latihan dalam makna-makna selain dari kalimat yang dilatih
berdasarkan konteks. Sebagai akibatnya mereka hanya menguasai satu makna atau arti
dari sebuah kalimat, dan komunikasi hanya akan lancar apabila kalimat-kalimat yang
digunakan di ambil dari kalimat-kalimat yang sudah dilatih di dalam kelas.
c. Sebetulnya para pelajar tidak berperan aktif, tapi hanya memberikan respon dari
rangsangan yang diberikan oleh guru. Jadi, gurulah yang menentukan semua latihan
dan materi pelajran di kelas. Dengan kata lain penguasaan dalam kelas “dikuasai
sepenuhnya oleh guru”
d. Metode ini berpendirian bahwa jika pada tahap-tahap awal pelajar tidak/ belum
mengerti makna dari kalimat-kalimat yang ditirunya, tidak dianggap sebagai hal yang
meresahkan, selanjutnya dengan menyimak dengan baik apa yang dikatakan oleh guru,
memberi respon dengan benar dan menunaikan semua tugas tanpa kesalahan, pelajar
sudah dianggap belajar bahasa tujuan dengan benar. Anggapan ini membuat siswa
melakukan suatu aktifitas yang “mubazir”, karena meniru tanpa makna tidak akan
mampu meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa dalam konteks yang wajar (di
luar kelas), kecuali siswa berada dalam kondisi dan situasi yang sama ketika seperti
latihan di kelas. Oleh karena itu diperlukan bimbingan yang intensif dalam mencapai
kemampuan komunikasi ini.7

C. KOSAKATA (MUFRADAT)
1. Pengertian Kosakata (Mufradat)

Pada prinsipnya tujuan pembelajaran bahasa adalah agar para siswa terampil
berbahasa, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu penentu
kualitas keterampilan berbahasa siswa tersebut, bahkan yang paling menentukan, adalah

7
Ibid,hal.191

9
kuantitas dan kualitas kosakata yang dimiliki dan dikuasainya. Semakin kaya seorang siswa
dengan kosakata, semakin besar pula kemungkinan dia terampil berbahasa.

Mufradat merupakan salah satu unsur bahasa yang sangat penting, karena berfungsi
sebagai pembentuk ungkapan, kalimat, dan wacana. Sedemikian pentingnya kosakata,
sehingga ada yang berpendapat bahwa pembelajaran bahasa asing harus dimulai dengan
mengenalkan dan membelajarkan mufradat itu sendiri, baik dengan cara dihafal atau dengan
cara yang lain. Namun demikian, pembelajran mufradat tidaklah identik dengan belajar
bahasa itu sendiri, karena mufradat tidak akan bermakna dan memberi pengertian kepada
pendengar atau pembacanya jika tidak dirangkai atau dibingkai dalam sebuah kalimat yang
benar dan kontekstual menurut gramatika dan sistem semantic yang baku.8

Kosakata merupakan unsur penting (bahkan terpenting) dalam suatu bahasa di


samping unsur-unsur lainnya, seperti sistem bunyi (nizham shauthiy), sistem morfologi
(nizham sharfiy), sistem sintax (nizham nahwiy) dan sistem semantik (nizham dalaliy). Oleh
karena itu biasanya seseorang yang ingin belajar bahasa asing, langkah pertama kali yang ia
lakukan adalah mengetahui kata-kata bahasa asing tersebut, sebelum ia berusaha untuk
mengetahui aspek lain dari bahasa tersebut.

Selain itu, mengedepankan pengajaran kosakata, akan lebih memudahkan tercapainya


kefasihan berbahasa, baik dalam keterampilan mendengar, berbicara, membaca, maupun
menulis, karena pengajara kosakata tidak terbatas pada pengajaran kata-kata lepas, tetapi
frase-frase, idiom-idiom, pola-pola penting yang dapat dihafalkan da langsung digunakan
dalam berkomunikasi.

Mufradah (buntuk tunggal dari mufradat ) adalah lafal atau kata yang terdiri dari dua
huruf atau lebih yang menunjukkan makna ism, fi’il atau adat (Mansyur, 1993:18)9. Kata
menurut mazhab tradisional adalah suatu unit bahasa yang mempunyai sutau maksud/arti;
satu rangkaiuan huruf yang dibatasi oleh dua ruang. Sementara menurut mazhab struktural,
kata adalah suatu wujud minimal yang bebas. Kata adalah sebuah unit terkecil dari sutau
bahasa dan bersifat independen (Chaer,2003:163)10.

8
Muhbib Abdul Wahab, Epistemologi & Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,(Jakarta : LP UIN Jakarta,
2008), hal.149
9
Moh. Mansyur dan Kustiwan, Dalil al-Katib wa al- Mutarjim, ( Jakarta: PT. Moyo Segoro Agung, 2002), hal.
18
10
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hal.163

10
Sedangkan menurut Kridalaksana, kosakata memiliki beberapa pengertian yaitu: 1)
komponen bahasa yang menurut semua informasi tentang makna dan pemakaian kata, 2)
kekayaan kata yang dimiliki pembicara atau penulis suatu bahasa, dan 3) daftar kata yang
disusun seperti kamus tetapi dengan penjelasan singkat dan praktis.11

2. Tujuan Pembelajaran Mufradat

Pembelajaran mufradat harus diorientasikan kepada fungsionalisasi bahasa Arab itu


sendiri sebagai media untuk memahami dan berkomunikasi, baik dalam konteks pemahiran
keterampilan pasif (mendengar dan membaca) maupun keterampilan aktif (berbicara dan
menulis). Mufradat yang dibelajarkan bukanlah sekedar untuk dihafal di luar kepala, tetapi
harus digunakan untuk memahami teks, berbicara dan atau/ mengekspresikan ide-ide secara
tertulis (Insya’). Mufradat merupakan kekayaan bahasa yang mutlak difungsikan dalam
berbahasa Arab, baik pasif maupun aktif.12

Atas dasar itu, tujuan utama pembelajaran mufradat adalah :

1) Memperkenalkan kosakata baru kepada siswa/mahasiswa, baik melalui bacaan


maupun fahm al-masmu’
2) Melatih siswa/ mahasiswa untuk dapat melafalkan kosakata itu dngan baik dan benar
karena pelafalan yang baik dan benar mengantarkan kepada kemahiran berbicara dan
membaca secara baik dan benar pula
3) Memahami makna kosakata, baik secara denotatif atau leksikal (berdiri sendiri)
maupun ketika digunakan dalam konteks kalimat tertentu (makna konotatif dan
gramatikal)
4) Mampu mengapresiasi dan memfungsikan mufradat itu dalam berekspresi lisan
(berbicara) maupun tulisan (mengarang) sesuai dengan konteksnya yang benar.13

11
Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyudin, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Pustaka Cendekia
Utama,2011), hal. 29
12
Muhbib Abdul Wahab, Epistemologi & Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,(Jakarta : LP UIN Jakarta,
2008), hal.151
13
Rusydi Ahmad Thu’aimah, Ta’lim al-Arabiyyah li Ghair al- Nathiqina biha:Manahijuhu wa Asalibuhu,
(Rabath: Isisco, 1989), hal.22-24.

11
BAB III
METODE PENELITIAN

A. RANCANGAN PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di MTSN 03 Kota Bekasi kelas VII
yang beralamat di Jl. Mustika Jaya, Kota Bekasi.
2. Waktu Penelitian
Adapun pelaksanaan penelitian tindakan kelas akan dilaksanakan pada semester gasal
tahun ajaran 2017-2018, yaitu pada bulan September – Oktober 2017. Penentuan waktu
pelaksanaan mengacu pada kalendek akademik MTSN 03 Kota Bekasi karena PTK
memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses pembelajaran yang efektif di kelas.
3. Subjek Penelitian
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, yang akan menjadi subjek penelitian
adalah siswa kelas VII MTSN 03 Kota Bekasi dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang, yaitu
15 siswa dan 15 siswi.

B. PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Siklus 1
Pada siklus pertama peneliti melakukan: 1) identifikasi dan memformulasi
permasalahan yang dihadapi di kelas menyangkut bahan ajar yang tersedia, kegiatan
pembelajaran, serta alat dan cara evaluasi yang sering dilakukan; 2) berdasarkan hasil
identifikasi dan formulasi permasalahan ini secara bersama-sama akan disusun

12
komponen-komponen pembelajaran yang terdiri dari bahan ajar, media, alat dan cara
evaluasi, dan strategi pembelajaran yang relevan; 3) simulasi dan diskusi kegiatan
pembelajaran, 4) pelaksanaan pembelajaran yang secara bersamaan dilakukan
observasi kelas untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi komponen-komponen
pembelajaran yang dikembangkan, 5) setiap akhir kegiatan pembelajaran dilakukan
diskusi dan refleksi mengenai tindakan yang telah dilakukan, 6) mewawancarai
sejumlah siswa dan pengumpulan informasi dengan menggunakan angket, serta 7)
melakukan tes kemampuan pemecahan masalah.

Siklus 2

Peneliti mengkaji lebih lanjut komponen pembelajaran yang telah disusun sesuai
dengan hasil evaluasi dan refleksi dari siklus pertama dan selanjutnya merevisi
komponen-komponen pembelajaran sesuai dengan keperluan. Kegiatan implementasi
pembelajaran akan dilakukan bersama-sama, secara bergantian tim peneliti
direncanakan bertindak sebagai guru dalam kegiatan pembelajaran. Secara rinci pada
kegiatan ini akan dilakukan: 1) peninjauan ulang komponen-komponen pembelajaran,
2) revisi komponen-komponen pembelajaran, 3) simulasi dan diskusi kegiatan
pembelajaran, 4) pelaksanaan pembelajaran yang secara bersamaan dilakukan
observasi kelas untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi komponen-komponen
pembelajaran yang dikembangkan, 5) setiap akhir kegiatan pembelajaran dilakukan
diskusi dan refleksi mengenai tindakan yang telah dilakukan, 6) mewawancarai
sejumlah siswa dan pengumpulan informasi dengan menggunakan angket, 7)
melakukan tes kemampuan pemecahan masalah, serta 8) menganalisis sejauh mana
kegiatan yang dilakukan telah menjawab permasalahan.

C. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka prosedur penelitian
ini sesuai dengan prosedur penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam suatu proses
bersiklus. Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah desain Model kemmis &
McTaggert. Konsep pokok penelitian tindakan ini yaitu Perencanaan (planning),Tindakan

13
(Acting) Pengamatan (observing), dan Refleksi (reflecting) agar dapat melaksanakan
prosedur peneliatan dengan baik14.
Desain penelitian ini meliputi:

a. Perencanaan Tindakan

Penelitian ini memiliki rencana untuk memperbaiki efektifitas dan efisiensi


kinerja menuju proses keberhasilan belajar mengajar bahasa Arab di Kelas VII MTSN 03
Kota Bekasi, dengan menerapkan metode Audiolingual sesuai dengan materi pengajaran
yang disampaikan.

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 4 September sampai 9 Oktober 2017 yang
akan dilaksanakan dengan enam kali pertemuan tepatnya tiap-tiap hari , sebab hari Senin
adalah hari mengajar untuk mata pelajaran bahasa Arab di Kelas VII MTSN 03 Kota Bekasi.
b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan penelitian ini disesuaikan dengan rencana tindakan


pembelajaran di atas yang difokuskan pada hari Senin sebagai hari mengajar untuk mata
pelajaran bahasa Arab. Adapun kegiatan-kegiatan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai
berikut :

Pertemuan Pertama (Senin, 4 September 2017)

1. Tahap awal :
a) Salam pembukaan

2. Tahap inti :
Perkenalan antara peneliti dengan siswa :
a) Peneliti memperkenalkan diri dengan siswa yang ada di kelas, yang
dimulai dari peneliti dan dilanjutkan dengan siswa
b) Memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penulis di
Kelas VII MTSN 03 Kota Bekasi.
3. Tahap akhir :
a) Peneliti menutup pertemuan.

Pertemuan kedua (Rabu, 11 September 2017)

14
Saur M. Tampubolon, Penelitian Tindakan Kelas untuk pengembangan profesi pendidik dan keilmuan,
(PT.Gelora Aksara Pratama, 2014), hal.157

14
1. Tahap awal :
a) Mengucapkan salam
b) Membaca absensi kehadiran siswa
2. Tahap inti :
a) Penulis memulai pelajaran dengan memperdengarkan kalimat
berbahasa Arab yang baik dan benar.
b) Penulis memberikan materi kosakata langsung kedalam kalimat
sederhana dengan menggunakan bahasa Arab tanpa menggunakan
bahasa Indonesia .

3. Tahap akhir :
a) Penulis memberikan motivasi dalam pembelajaran bahasa Arab
menggunakan mahfudzat Arab.
b) Salam penutup

Pertemuan ketiga (Senin, 18 September 2017)

1. Tahap awal :
a) Mengucapkan salam
b) Membaca absensi kehadiran siswa
2. Tahap inti :
a) Penulis memulai pelajaran dengan memperdengarkan kalimat
berbahasa Arab yang baik dan benar.
b) Penulis memberikan materi kosakata langsung kedalam kalimat
sederhana dengan menggunakan bahasa Arab tanpa menggunakan
bahasa Indonesia .
3. Tahap akhir :
a) Peneliti memberikan motivasi dalam pembelajaran bahasa Arab
menggunakan mahfudzat Arab.
b) Salam penutup

Pertemuan keempat (Senin , 25 September 2017)

1. Tahap awal :
a) Mengucapkan salam

15
b) Membaca absensi kehadiran siswa
2. Tahap inti :
a) Peneliti memulai pelajaran dengan membahas materi sebelumnya,
lalu menunjuk perwakilan siswa untuk menyebutkan ulang kalimat
yang telah diajarkan.
b) Peneliti menerangkan materi pembelajaran bahasa Arab dengan
menggunakan bahasa Arab tanpa menggunakan bahasa Indonesia.
Lalu diakhir pembelajaran guru menuliskan kosakata baru yang
telah diajarkan.
c) Siswa diberikan latihan dengan membuat kalimat sederhana dari
kosakata yang telah diajarkan.
3. Tahap akhir :
a) Peneliti memberikan motivasi dalam pembelajaran bahasa Arab
menggunakan mahfudzat Arab.
b) Salam penutup

Pertemuan kelima (Senin, 2 Oktober 2017)

1. Tahap awal :
a) Mengucapkan salam
b) Membaca absensi kehadiran siswa
2. Tahap inti :
a) Peneliti memulai pelajaran dengan membahas materi sebelumnya,
lalu menunjuk perwakilan siswa untuk menyebutkan ulang kalimat
yang telah diajarkan.
b) Peneliti menerangkan materi pembelajaran bahasa Arab dengan
menggunakan bahasa Arab tanpa menggunakan bahasa Indonesia. Lalu
diakhir pembelajaran guru menuliskan kosakata baru yang telah
diajarkan.
c) Siswa diberikan latihan dengan membuat kalimat sederhana dari
kosakata yang telah diajarkan.

3. Tahap akhir :
a) Peneliti memberikan motivasi dalam pembelajaran bahasa Arab
menggunakan mahfudzat Arab.

16
b) Salam penutup

Pertemuan keenam (Senin, 9 Oktober 2017)

1. Tahap awal :
a) Mengucapkan salam
b) Membaca absensi kehadiran siswa
2. Tahap inti :
a) Peneliti menanyakan tentang materi yang telah diajarkan.
b) Guru menyimpulkan semua materi yang telah diajarkan peneliti
c) Siswa memberikan kritik dan saran kepada peneliti tentang
pembelajaran yang berlangsung selama masa penelitian di kelas.
3. Tahap akhir :
a) Peneliti memberikan motivasi dalam pembelajaran bahasa Arab
menggunakan kisah-kisah islami menggunakan bahasa Arab.
a) Peneliti mengucapkan salam perpisahan dan permohonan maaf bila
ada ketidaknyamanan yang terjadi antara beberapa pihak.
b) Salam penutup

c. Pengamatan (observasi)
Dalam kegiatan observasi sebagai sasaran pengamatan peneliti ada beberapa hal yang
diobservasi, diantaranya:
1. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Sikap siswa terhadap metode pembelajaran yang diterapkan pada saat pembelajaran
3. Kemampuan siswa dalam mengulang dan mengucapkan kosakata yang diberikan guru.
4. Kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada
topik yang sedang dibahas

d. Refleksi
Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil
15
pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan. Pada tahap ini kegiatan difokuskan pada
upaya untuk menganalisis, mensintesis, memaknai, menjelaskan dan menyimpulkan.16 Oleh
karena kegiatan penelitian dilakukan secara mandiri maka kegiatan analisis dan refleksi

15
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas,( Jakarta: Dirjen PMPTK, 2005), hal. 78
16
Nur Ali Wahidmurni, Penelitian Tindakan Kelas :Pendidikan Agama Dan Umum Dari Teori Menuju Praktek Disertai
Contoh Hasil Penelitian, (Malang: UM Press. 2008), hal. 51

17
menjadi tanggung jawab peneliti. Namun demikian, dalam pelaksanaan kegiatan analisis dan
refleksi ini peneliti akan mendiskusikannya dengan siswa yang diambil secara acak atas
pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan berdasarkan hasil pengamatan dan perasaan
mereka.
Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Menganalisis hasil pekerjaan siswa
2) Menganalisis hasil wawancara siswa
3) Menganalisis lembar observasi siswa
Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti melakukan refleksi yang akan digunakan
sebagai bahan pertimbangan apakah kriteria yang ditetapkan tercapai atau belum. Jika telah
berhasil maka siklus boleh berhenti, tetapi jika belum maka peneliti harus mengulang siklus
lagi dan seterusnya sampai sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1) Observasi
Observasi merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data penelitian. Observasi
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak
pada obek penelitian. 17
Observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar dengan menggunakan
pedoman observasi kegiatan pembelajaran, catatan lapangan, dan foto, dengan tujuan
memperoleh data tentang proses pembelajaran bahasa Arab dengan metode Audiolingual.
Instrument observasi, catatan lapangan, dan foto digunakan untuk membandingkan dan
mencocokan dengan data wawancara.
2) Wawancara
Wawancara adalah alat untuk mengumpulkan informasi dengan cara mengajukan
pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan juga. 18 Wawancara dilakukan oleh peneliti
dengan menggunakan instrument pedoman wawancara yang berisi kerangka/garis besar
pokok pertanyaan untuk memperoleh data utama. Data wawancara sebagai pembanding dan
penguat dari data observasi dan kuesioner. Petunjuk wawacara hanyalah berisi tentang

17
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Jakarta: Rineka Ciptaka. 2000), hal. 158
18
Ibid, hal. 165

18
petunjuk secara garis besar tentang isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang
direncanakan dapat tercapai seluruhnya.
Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi/data tentang
pembelajaran Bahasa Arab dengan metode Audiolingual. Selain itu, wawancara juga
digunakan untuk membandingkan dan mencocokkan kata-kata, prilaku, tindakan subyek
penelitian dengan pembelajaran yang sebenarnya.
3) Studi Dokumentasi
Metode studi dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau
hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.19 Berupa
dokumen resmi MTSN 03 Kota Bekasi untuk mengetahui:
a) MTSN 03 Kota Bekasi.
b) Foto atau gambar proses pembelajaran.
c) Struktur Organisasi MTSN 03 Kota Bekasi.

 Analisis data

Prosedur analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
sumber, yaitu wawancara, pengalaman yang telah dituliskan dalam catatan lapangan,
dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto dan sebagainya.20 Menurut Milles dan
Hubberman bahwa data dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif, meliputi tiga
unsur yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Kesimpulan merupakan
intisari dari analisis yang memberikan pernyataan tentang dampak dari penelitian tindakan
kelas.21

19
Ibid, hal. 181
20
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 190
21
FX Sudarsono, Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2001), hal. 26.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, Muhbib. 2008. Epistemologi & Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab.

Jakarta: LP UIN Jakarta

Ahmad Thu’aimah, rusydi. 1989. Ta’lim al-Arabiyyah li Ghair al- Nathiqina

biha:Manahijuhu wa Asalibuhu.Rabath: Isisco

Ali Wahidmurni, nur. 2008. Penelitian Tindakan Kelas :Pendidikan Agama Dan Umum Dari

Teori Menuju Praktek Disertai Contoh Hasil Penelitian. Malang: UM Press

Arikunto, Suharsimi. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dirjen PMPTK


Brown, H. Douglas. 2008. Principles of Language Learning and Teaching, terj. Noor Cholis

dan Yusi Avianto.Jakarta: Kedutaan Besar Amerika Serikat

Chaer, abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoritik.Jakarta : Rineka Cipta

Fachrurrozi, aziz dan Erta Mahyudin.2010. Pembelajaran Bahasa Asing. Jakarta: Bania

Publishing

Fahrurrozi, aziz dan Erta Mahyudin. 2011. Teknik Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung:
Pustaka Cendekia Utama
Hermawan, acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung :PT REMAJA

RODA KARYA

20
J. Moleong, lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mansyur, moh dan Kustiwan. 2002. Dalil al-Katib wa al- Mutarjim. Jakarta: PT. Moyo

Segoro Agung

Margono.2000. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Ciptaka

M. Tampubolon, saur. 2014. Penelitian Tindakan Kelas untuk pengembangan profesi


pendidik dan keilmuan, PT.Gelora Aksara Pratama
Sudarsono, fx. 2001. Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional.

21

Anda mungkin juga menyukai