Anda di halaman 1dari 122

ANTOLOGI

PENGEMBANGAN
PEMBIAYAAN
PENDIDIKAN ISLAM
Penulis
Marjuni - Juliansyah - M. Ibnu Ahmad - Achmad Junaidi -
Ali Murfi - Mohkamad Soleh Kamit - Zulfahmi Syukri Zarkasyi
Imam Wahyudi - A. Shofi Ubaidillah

Editor
Prof. Dr. H. Baharuddin, M. Pd
Dr. Wahid Murni, M.Pd., Ak
Dr. (c). Ali Murfi, S.Pd.I., M.Sc
Dr. (c). Marjuni, S.Pd., M.Pd.I
ii

ANTOLOGI PENGEMBANGAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN ISLAM


Penulis
Marjuni - Juliansyah - M. Ibnu Ahmad - Achmad Junaidi -
Ali Murfi - Mohkamad Soleh Kamit - Zulfahmi Syukri Zarkasyi
Imam Wahyudi - A. Shofi Ubaidillah

Editor
Prof. Dr. H. Baharuddin, M. Pd
Dr. Wahid Murni, M.Pd., Ak
Dr. (c). Ali Murfi, S.Pd.I., M.Sc
Dr. (c). Marjuni, S.Pd., M.Pd.I

vi + 115 halaman, 14 x 21 cm
Cetakan Pertama, Mei 2010

Diterbitkan Oleh:
Semesta Aksara
Jalan Garuda, Kepanjen Banguntapan Bantul
Daerah Istimewa Yogyakarta
semestaksara@gmail.com
Kata Pengantar
Manajemen melakukan tugas menyatukan sumber daya fisik dan
finansial manusia untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen pembiayaan
pendidikan memiliki tiga tahapan penting yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan dan tahap penilaian (evaluasi). Kegiatan yang ada dalam
manajemen pembiayaan meliputi tiga hal utama, (1) Penyusunan anggaran
(budgeting), (2) Pembukuan (accounting), (3) Pemeriksaan (controlling).
Buku Antologi Pengembangan Pembiayaan Pendidikan Islam ini ditulis
sebagai kontribusi kecil dan sederhana untuk mendapatkan pemahaman
tentang sistem manajemen pembiayaan pendidikan Islam yang efektif dan
efisen sehingga diharapkan mampu mendukung, menjamin pengembangan
mutu dan kualitas pendidikaN, serta proses penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar.
Akhirnya penulis dan editor mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tulisan ini, semoga dapat
memberi maanfaat kepada siapapun untuk terus belajar dalam pengelolaan
pembiayaan madrasah/sekolah.

Malang, 20 Mei 2020

Prof. Dr. H. Baharuddin, M. Pd


Dr. Wahid Murni, M.Pd., Ak
Dr. (c). Ali Murfi, S.Pd.I., M.Sc
Dr. (c). Marjuni, S.Pd., M.Pd.I
iv
Daftar Isi
Halaman Sampul ................................................................................................... i
Kata Pengantar.....................................................................................................iii
Daftar Isi................................................................................................................ v
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan dan Hubungannya Dengan
Kualitas Pendidikan ...............................................................................................1
Marjuni ...............................................................................................................1
Kajian Kritis Manajemen Pendidikan dan Faktor Penentuan Kualitas Serta
Kinerja Pendidikan ............................................................................................. 23
Juliansyah ........................................................................................................ 23
Kajian Kritis Landasan Hukum Pembiayaan Pendidikan Di Indonesia ........... 39
M. Ibnu Ahmad ............................................................................................... 39
Kajian Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam: Sebuah Konsep Dasar ...... 51
Achmad Junaidi................................................................................................ 51
Manajemen Pendidikan Islam Sebagai Proses: Sebuah Tinjauan Manajemen
Pembiayaan Di Sekolah/Madrasah .................................................................... 65
Ali Murfi .......................................................................................................... 65
Model-Model Pembiayaan Pendidikan Islam ................................................... 77
Mohkamad Soleh Kamit ................................................................................. 77
Akuntansi Biaya: Konsep Dasar Perhitungan Pembiayaan Pendidikan ........... 87
Zulfahmi Syukri Zarkasyi ................................................................................ 87
Akuntansi Biaya: Teknik Perhitungan Pembiayaan Pendidikan ...................... 99
Imam Wahyudi ...............................................................................................99
Kajian Isu-Isu Pelaksanaan Anggaran Pendidikan ........................................... 107
A. Shofi Ubaidillah ......................................................................................... 107
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan
dan Hubungannya Dengan Kualitas Pendidikan

Marjuni
18731001
e-mail: marjuniwsngabar@gmail.com

Latar Belakang

Pemikiran kearah perluasan hak memperoleh pendidikan dasar di


sebagaian besar Negara-negara dunia dimulai sejak pertengahan abad ke
sembilan belas. Isu pembiayaan pendidikan dan kewajiban warga Negara untuk
menempuh pendidikan dasar didorong oleh perkembangan dan kemajuan
industri di belahan dunia Negara-negara maju yang berimplikasi pada Negara-
negara berkembang. 1 Paruh kedua abad 20 menjadi bukti bahwa bahwa
ekspansi pendidikan global menggejala di semua Negara-negara di dunia.
Persoalan yang muncul adalah bagaimana strategi pemerintah di Negara-
negara itu untuk mendorong sekaligus mewajibkan penduduknya untuk
memperoleh pendidikan dasar 2 . Persoalan yang kemudian mengiringinya
adalah bagaimana strategi Negara-negara dalam membiayai gerakan
pendidikan dasar di negaranya?

Isu ini terus berlanjut hingga kini, bahkan di sebagian besar Negara
berkembang, telah memberikan paling tidak seperlima dari total APBN nya
untuk membiayai pendidikan. Perluasan pendidikan global di abad 20
bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara warga Negara miskin dan
warga Negara kelas menengah untuk memperoleh pendidikan yang layak dan
berkualitas. Sepanjang periode tahun 1960 hingga tahun 2010 mengalami tren
penurunan kesenjangan pendidikan setiap tahun. Fenomena ini menandakan
adanya komitmen Negara-negara di dunia untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusianya melalui pendidikan.

UNESCO menginformasikan bahwa negara-negara dunia telah berusaha


untuk membangun pendidikan dengan perluasan anggaran tanpa harus
mengorbankan sector pembangunan lainnya 3 . Persoalan yang sering
mengemuka adalah terjadinya perbedaan pertumbuhan ekonomi Negara-

1 Group on Education for All EFA, Jomtien Statement (Jomtien, Thailand, 2011).
2 Max Roser and Esteban Ortiz-Ospina, ‘Financing Education’, Https://Ourworldindata.Org/,
2016 <https://ourworldindata.org/financing-education#citation/> [accessed 20 February
2020].
3 Roser and Ortiz-Ospina.
Marjuni
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan 2
dan Hubungannya Dengan Kualitas Pendidikan

negara dunia yang turut berkontribusi pada kemampuan pemerintahnya untuk


membiayai pembangunan pendidikan di negaranya.

Ekonomi didefinisikan oleh Samuelson sebagai “Suatu kegiatan tentang


bagaimana manusia dan masyarakat memilih, dengan atau tanpa
menggunakan uang, untuk memanfaatkan sumber daya produksi yang langka
untuk menghasilkan barang dan mendistribusikannya untuk kebutuhan
konsumsi, sekarang dan masa yang akan datang, oleh sekelompok orang atau
masyarakat” 4.

Sehingga, pada prinsipnya ekonomi adalah kegiatan mengenai produksi


dan distribusi segala sumber daya yang langka baik barang maupun jasa yang
dibutuhkan oleh manusia. Dengan dua kata kunci yaitu (1) Kelangkaan
(scarcity) dan (2) Kebutuhan(needs).

Pendidikan, dalam kamusWebster’s New World Dictionary, adalah


“Suatu proses pelatihan dan pengembangan pengetahuan, keterampilan,
pikiran, watak dan lain-lain, khususnya melalui sekolah formal. Kegiatan
pendidikan menyangkut produksi dan distribusi pengetahuan baik di lembaga
reguler maupun non reguler” 5 . Karena mayoritas kegiatan tersebut
berlangsung di lembaga pengajaran seperti sekolah swasta dannegeri.

Berdasarkan definisi ekonomi dan pendidikan, maka ekonomi


pendidikan adalah “Suatu kegiatan mengenai bagaimana manusia dan
masyarakat memilih, dengan atau tanpa uang, untuk memanfaatkan sumber
daya produktif yang langka untuk menciptakan berbagai jenis pelatihan,
pengembangan pengetahuan, keterampilan, pikiran, watak, dan lain-lain,
terutama melalui sekolah formal dalam suatu jangka waktu dan
mendistribusikannya, sekarang dan kelak, di kalangan masyarakat”.Intinya,
ekonomi pendidikan berkaitan dengan proses pelaksanaanpendidikan,
distribusi pendidikan di kalangan individudan kelompok yang memerlukan,
biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat atau individu untuk kegiatan
pendidikan, dan jenis kegiatan yangdibutuhkan. 6

Karena proses pendidikan melibatkan penggunaan sejumlah sumber


daya yang langka, timbulah sejumlah permasalahan yang jawabannya harus
dipandang dari sudut analisa ekonomi. Untuk dapat menemukan solusi yang

4 Paul A. Samuelson, Economics : An Introductory Analysis, 5th ed. (New York: McGraw-Hill,
1961).
5 David B. Guralnik, Webster’s New World Dictionary (New York: The Southwestern Company,
1969).
6 W P Ferdi, ‘Pembiayaan Pendidikan : Suatu Kajian Teoritis Financing Of Education : A
Theoritical Study’, Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 19.4 (2013), 565–78.
3 Marjuni
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan
dan Hubungannya Dengan Kualitas Pendidikan

memadai, diperlukan pemikiran-pemikiran Ekonomi dan kerja sama dari para


ahli pendidikan, sosiologi, psikologi dan sebagainya.

Setidaknya, terdapat lima pokok permasalahan yang berkaitan dengan


persoalan ini, yaitu: a) Identifikasi dan pengukuran nilai-nilai
ekonomipendidikan; meliputi perhitungan atau estimasi dari biaya pendidikan
yang dikeluarkan dan keuntungan pendidikan yangdiperoleh. b) Alokasi
sumber daya dalampendidikan; proses pendidikan meliputi hasil keluaran
proses pendidikan dari penetapan sejumlah input dalampendidikan. c)
Gajiguru; disesuaikan dengan tingkat dan faktor penentu kemampuan yang
dimilikinya. d) Anggaran/Keuanganpendidikan; Siapakah yang harus
membayar pendidikan? Apakah pemerintah harus mendukung pendidikan di
sektor pemerintah dan swasta? Jika ya, Pada level yang yang mana pemerintah
harus mengambil bagiannya? Jika ada subsidi, apakah harus diberikan pada
lembaga pendidikannya atau pada peserta didiknya? e)
Perencanaanpendidikan; meliputi pembahasan perencanaan pelaksanaan
pendidikan yang masuk akal, berbagai macam pendekatan terhadap
perencanaan, dan beberapa makro dan mikro dari model perencanaan yang
tersedia/disediakan.

Thomas Jones mengatakan bahwa “The economics of education deals


with relationship between educational spending and the well-being of society
as a whole or certainly social group”. 7Ada hal yang perlu diperhatikan, yaitu
pada tatanan filosofis bahwa pendidikan itu merupakan lembaga non profit,
oleh karena itu kegiatan ekonomi yang bersifat ekploitatif dengan
menempatkan kegiatan pendidikan sebagai lahan yang menghasilkan nilai
dengan uang adalah salah. 8

Rumusan Masalah

1. Isu-isu apa sajakah isu-isu pembiayaan pendidikan yang relatif sering


diperdebatkan?;

2. Bagaimana pembiayaan pendidikan bermanfaat bagi pendidikan dan


bagaimana cara mengukurnya?; dan

3. Apa sajakah model-model pengukuran efektivitas biaya dan model


pengukuran manfaat pembiayaan pendidikan?

7 Enas Dadang suhardan, Riduwan, Ekonomi Dan Pembiayaan Pendidikan, 1st edn (Bandung:
Alfabeta, 2012).
8 Elchanan Cohn, The Economics of Education, Subsequent (Lansing, Michigan, Amerika
Serikat: Ballinger Publishing Company, 1975).
Marjuni
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan 4
dan Hubungannya Dengan Kualitas Pendidikan

Tujuan

Karya tulis ini bertujuan untuk mengeksplorasi:

1. isu-isu pembiayaan pendidikan

2. manfaat pembiayaan pendidikan dan cara mengukurnya

3. model pengukuran efektivitas pembiayaan pendidikan dan manfaat


pembiayaan pendidikan.

Pembahasan

1. Isu Pembiayaan Pendidikan

Setidaknya terdapat dua proposisi yang harus diajukan untuk


mengkaji persoalan pembiayaan pendidikan dan mutu pendidikan. Kedua
proposisi dimaksud adalah 1) Setiap pemerintah/Negara hendaknya
menjadikan perencanaan mutu pendidikan sebagai bagian tak terpisahkan
dari perencanaan anggaran dan belanja Negara. 2) Peningkatan mutu
pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kondisi obyektif dan fenomena
empiris suatu Negara.

Jika setiap Negara dituntut untuk memasukkan usaha peningkatan


mutu pendidikan sebagai salah satu focus utama perencanaan
pembiayaan, maka, berkonsekuensi pada tuntutan agar masing-masing
pemerintah untuk menjamin pembiayaan pendidikan melalui APBN.
Pengalaman Indonesia, berdasar pada Pasal 31 Undang-undang Dasar 1945
menyebut bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan
dasar, dan pemerintah wajib untuk membiayainya. 9 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebut
bahwa Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu. Pasal 49 ayat (1) UU Sisdiknas menyebut bahwa
“Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan
dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)”. 10

9 DPR RI, ‘Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945’, Dpr.Go.Id, 1945
<http://www.dpr.go.id/jdih/uu1945> [accessed 3 February 2020].
10 DPR RI, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Indonesia, 2003).
5 Marjuni
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan
dan Hubungannya Dengan Kualitas Pendidikan

Biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung dan biaya tidak


langsung. Hal tersebut sesuai dengan pendapat R. Johns, Edgar L. Morphet
dan Kern Alexander yang menyatakan bahwa“Education has both private
and sicoal cost, which may be both direct and indirect, direct cost are
incurred for tuition, fees, books, room andboard. In a public school, the
majority of these costs are subsuned by the public treasury and thus become
social costs. Indirect costs of education are embodied in the earnings which
are forgone bay all persons of working age, but forgeno earnings are also a
cost to societ, a reduction in the total productivity of thenation”. 11

Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk


keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa. Kebanyakan
biaya langsung berasal dari sistem persekolahan sendiri seperti SPP, dan
Sumbangan Orang Tua murid untuk pendidikan atau yang dikeluarkan
sendiri oleh siswa untuk membeli perlengkapan dalam melaksanakan
proses pendidikannya, seperti biaya buku, peralatan dan uang saku.
Sedangkan biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang dalam
bentuk kesempatan yang hilang dan dikorbankan oleh siswa selama
belajar. 12

Menurut Cohn, biaya pendidikan dapat dikategorikan sebagai


berikut:
a. Biaya langsung, yaitu biaya yang dikeluarkan secara langsung untuk
membiyai penyelenggaraaan pengajaran, penelitian dan pengabdian
pada masyarakat, seperti gaji guru, pegawai non edukatif, buku-buku
pelajaran dana bahan perlengkapan lainnya. Hal ini berpengaruh pada
hasil pendidikan berupa nilai pengorbanan untuk penyelenggaraan
kegiatan-kegiatantersebut.

b. Biaya tak langsung (Indirect cost), yaitu meliputu hilangnya pendapatan


peserta didik karena sedang mengikuti pendidikan. Bisa juga berupa
keuntungan yang hilang (earning forgone) dalam bentuk biaya
kesempatan yang hilang (opportunity cost) yang dikorbankan oleh
siswa selamabelajar.

Perhitungan biaya dalam pendidikan akan ditentukan oleh unsur-


unsur tersebut yang didasarkan pula pada perhitungan biaya yang nyata

11 Dadang suhardan, Riduwan.


12 Nanang Fattah, ‘Pembiayaan Pendidikan: Landasan Teori Dan Studi Empiris’, Pendidikan
Dasar Universitas Pendidikan Indonesia, V.9 (2008), 1–4.
Marjuni
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan 6
dan Hubungannya Dengan Kualitas Pendidikan

sesuai dengan kegiatan menurut jenis dan volumenya. Dalam konsep


pembiayaan pendidikan ada dua hal penting yang perlu dikaji dan
dianalisis yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan dan biaya satuan per
siswa.

Biaya satuan ditingkat sekolah merupakan biaya pendidikan


tingkat sekolah, baik yang bersumber dari pemerintah, orang tua dan
masyarakat yang dikeluarkan untuk penyelenggraan pendidikan dalam
satu tahun pelajaran.Hal tersebut, dipertegas pula oleh Bowen yang
menyebutkan “Biaya biasanya muncul dalam bentuk pengeluaran uang.
Demikian pula, biaya akademi dan universitas biasanya pembayaran uang
untuk memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk mengoperasikan
institusi”. 13

Biaya satuan per murid merupakan ukuran yang menggambarkan


seberapa besar uang yang dialokasikan ke sekolah-sekolah secara efektif
untuk kepentingan murid dalam menempuh pendidikan. Hal ini
ditekankan pula oleh Bowen yang menyebutkan bahwa “Apa yang muncul
sebagai biaya per unit dihitung hanya dengan menjumlahkan
totalpengeluaran institusional untuk semua keperluan dan membaginya
dengan jumlah siswa”. 14

Dengan menganalisis biaya satuan, memungkinkan untuk


mengetahui efesiensi dalam penggunaan sumber-sumber di sekolah,
keuntungan dari investasi pendidikan, dan pemerataan pengeluaran
masyarakat.Dalam hal biaya nyata dalam suatu pendidikan,
Bowenberpendapat bahwa“Namun, biaya sebenarnya terletak di bawah
pembayaran uang. Produk-produk hasil pendidikan tinggi diperoleh melalui
penggunaan sumber daya yang langka. Biaya sebenarnya dari pendidikan
tinggi, kemudian, terdiri dari manfaat yang mungkin telah diwujudkan dari
sumber daya ini, tetapi dikorbankan, karena sumber daya ini berkomitmen
untuk pendidikan tinggi”. 15

Disamping biaya nyata, Bowen juga menjelaskan biaya keseluruhan


(unit cost) yang menyatakan bahwa “Semua yang diperlukan adalah
menambah semua pengeluaran-pastikan untuk memasukkan hanya biaya
yang dialokasikan dengan benar untuk pertanyaan tahun. Tetapi, bahkan
ketika disesuaikan untuk perubahan dalam nilai dolar, jumlah ini tidak

13 Charles Darwin, Resources in Education, Oxford University, 2nd edn (Canada: The Oryx Press,
1982), XXX.
14 Darwin, XXX.
15 Darwin, XXX.
7 Marjuni
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan
dan Hubungannya Dengan Kualitas Pendidikan

berarti untuk perbandingan dari waktu ke waktu atau di antara lembaga


kecuali terkait dengan jumlah unit layanan yang diberikan”. 16

Oleh karena itu, perencanan program biaya sekolah harus


komprehensif dan melibatkan pembuat keputusan yang kritis menyangkut
bidang pokok:
a. Program pendidikan yang didanai.

b. Sistem pajak yang digunakan untuk membiayai programtersebut.

c. Sistem alokasi dana negara untuk wilayah atau daerah persekolahan.

Dalam menetapkan biaya pendidikan yang diperlukan, harus


disusun perencanaan pembiayaan pendidikan. Maka, suatu proyeksi biaya
pendidikan yang didasarkan atas kebutuhan dalam kaitannya dengan
pembiayaan pendidikan di tingkat negara, yaitu dengan membuat
alternatif proyeksi pendidikan sekurang-kurangnya 5-6 tahun mendatang
Alternatif proyeksi biaya pendidikan harus bedasarkan pada asumsi-
asumsi:
a. Kecepatan rasiopertumbuhan.

b. Jumlah imigrasi kenegara.

c. Tipe program pendidikan untuk target populasi dengan perbedaan


kebutuhan.

d. Perbedaan biaya untuk tipe yang berbeda programpendidikan.

e. Jumlah siswa yang mungkin akan pindah darisekolah

f. Perbedaan biaya yang dibutuhkan berdasarkan pada jarang atau


padatnyapenduduk.

g. Tingkat kualitaspendidikan.

h. Kekuatan memperoleh uang.

Pembiayaan pada suatu lembaga pendidikan terpusat pada


penyaluran keuangan dan sumber-sumber pendapatan lainnya untuk
pendidikan. Dimana, distribusi atau penyaluran tersebut mencakup dua
kategori yaitu bagaimana uang itu diperoleh dan bagaimana dibelanjakan

16 Darwin, XXX.
Marjuni
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan 8
dan Hubungannya Dengan Kualitas Pendidikan

agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan
tujuan pendidikan yang diharapkan.

Aspek penting lain yang perlu dikaji adalah peraturan perundang-


undangan pendidikan, perkembangan historis pemerintah pusat,
kecenderungan termasuk masa yang akan datang.

Oleh karena itu, dalam menetapkan biaya pendidikan perlu di


dukung dengan data dan informasi mengenai siapa yang harus dididik,
berapa jumlah yang harus dididik, tujuan dan sasaran apa yang ingin
dicapai, program pendidikan apa yang akan dilakukan sebagai suatu usaha
dalam mencapai tujuan dan sasaran tersebut.

Bank Dunia dalam buku Reformasi Pendidikan Dalam Konteks


Otonomi Daerah, menyarankan bahwa dalam jangka pendek, pembiayaan
pendidikan seyogyanya diarahkan untuk melanjutkan investasi yang telah
dilaksanakan di masa lalu, dan juga untuk melindungi kelompok
masyarakat miskin dari dampak krisis. Dalam jangka menengah dan
jangka panjang, perhatian seyogyanya diarahkan kepada pencapian
pendidikan dasar yang menyeluruh dan persiapan untuk desentralisasi.

Menurut Jones dalam bukunya “Introduction to School Finance;


Technique and Social Policy”, mengungkapkan tentang prinsip-prinsip atau
model pembiayaan pendidikan yang diberlakukan oleh pemerintah, yaitu
:
a. Flat Grant, model ini mendistribusikan dana-dana negara bagian tanpa
mempertimbangkan jumlah uang yang berhasil dikumpulkan oleh
pajak lokal atau pembagian samarata.

b. Full State Funding, model ini pembiayaan ditanggung sepenuhnya oleh


negara yaitu menghapus semua perbedaan lokal, baik dalam
pembelanjaan maupun dalam perolehanpajak.

c. The Foundation Plan, model inio ditekankan pada patokan tarif pajak
property minimum dan tingkat pembelanjaan minimum untuk setiap
distrik sekolah lokal di negarabagian.

d. Guaranteed Tax Base, model ini merupakan matching plan, dimana


negara membayar presentase tertentu dari total biaya pendidikan yang
diinginkan oleh setiap distriksekolah.

e. Percentage Equalizing, model ini merupakan bentuk dari Guaranteed


Tax Base, dimana negara menjamin untuk memadukan tingkat-tingkat
9 Marjuni
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan
dan Hubungannya Dengan Kualitas Pendidikan

pembelanjaan tahun pertama di distrik lokal dengan penerimaan dari


suymber-sumber negara dan match berada pada suatu rasiovariabel.

f. Power Equalizing, model ini memerintahkan distrik-distrik yang sangat


kaya untuk membayarkan sebagian pajak sekolah yang mereka pungut
ke kantong pemerintah negarabagian.

Agar suatu lembaga pendidikan dapat berjalan dengan baik, maka


perlu diperhitungkan pola pendistribusian keuangan persekolahan dan
sumber- sumber lain untuk pendidikan. Dalam hal pendistribusian ini,
menurut Jones terdapat dua kategori yaitu “How the money will be raised
and how it will spent”. 17 Berdasarkan pendapat Jones tersebut, maka
pendapatan (revenue) untuk persekolahan dapat diperoleh melalui Pajak
yang terdiri dari pajak pendapatan, pajak penjualan dan pajak lain-lain
seperti retribusi dan sumber lainnya, yaitu fees and licenses, deficit
Financedan Intergovermental aid.

Perlu diingat pula, bahwa dalam menetapkan tarif besarnya pajak


harus pula disesuaikan dengan kemampuan seseorang dalam hal jumlah
pembayaran yang harus dibayarnya (ability to pay). Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Jones yang menyatakan bahwa “Ada kesepakatan bahwa
pajak harus dipungut berdasarkan kemampuan membayar. Ini berarti
bahwa pajak dipungut dari perorangan tanpa imbalan tetap dari manfaat
pribadi sebagai imbalan. Kemampuan membayar adalah penilaian sosial
kolektif”. 18

Sedangkan Bowen, berpendapat lain mengenai revenue,


yaitu:“Konsep dasar yang mendasari teori biaya pendapatan adalah bahwa
biaya pendidikan per unit siswa ditentukan oleh pendapatan yang tersedia
untuk tujuan pendidikan. Di sebagian besar institusi, publik atau swasta,
pendapatan pendidikan terkait erat dengan pendaftaran. Institusi publik
paling utama, pendapatan pendidikan diperoleh lebih besar dari biaya
kuliah dan dari alokasi negara berdasarkan formula “didorong oleh
pendaftaran”. Di sebagian besar lembaga swasta, pendapatan pendidikan
terutama berasal dari uang sekolah”. 19

17 G Srikanthan and John Dalrymple, ‘Developing Alternative Perspectives for Quality in Higher
Education’, International Journal of Educational Management, 17.3 (2003), 126–36
<https://doi.org/10.1108/09513540310467804>.
18 Srikanthan and Dalrymple.
19 Darwin, XXX.
Marjuni
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan 10
dan Hubungannya Dengan Kualitas Pendidikan

Bagi seorang administrator pendidikan harus dapat memahami


suatu pendanaan dari sistem-sistem penghasilan atau pendapatan pada
seluruh tingkat pemerintahan. Disamping itu, harus dapat pula
menciptakan usaha yang berguna untuk meningkatkan pendapatan agar
persekolahan dapat berjalan dan berkembang sesuai dengan yang
diharapkan.

Selain pendapatan yang diperoleh bagi suatu persekolahan, agar


pelaksanaan program pendidikan dapat terselenggara dengan baikdan
berkualitas, maka suatu lembaga pendidikan dituntut pula untuk
mengeluarkan biaya yang harus dikeluarkan selama proses pendidikan
tersebut berlangsung.

Menurut Jones, faktor atau hal-hal yang menentukan


pengeluaran/pembiayaan pembelajaran dibedakan menjadi beberapa
variabel yaitu peraturan perundangan yang mengatur, kondisi ekonomi,
kemampuan pihak sekolah, pendapatan orang tua siswa, serta komposisi
etnik lingkungan sekolah.

Dalam mengelola jenis pengeluaran yang akan dibelanjakan oleh


suatu persekolahan, setiap pengeluaran harus seimbang dengan
pendapatan yang diterimanya, karena antara pendapatan dan pengeluaran
mempunyai sumber yang berbeda. Oleh karena itu, jika pengelolaan antara
pendapatan dan pengeluaran kurang baik maka akan mengakibatkan
kerugian bagi persekolahan, jika pengelolaan dalam pengeluaran atau
pendapatan tidak diawasi secaracermat.

Berdasarkan hal tersebut, maka pengeluaran yang seimbang


dengan pendapatan harus diukur dengan baik. Jones mengatakan
bahwa:“Pemerataan pengeluaran dapat diukur dalam satuan siswa
tertimbang atau unit kelas. Tetapi pengukuran kesetaraan pengeluaran
pertama-tama membutuhkan persetujuan eksplisit tentang definisi
konsep-konsep ini. Dan seperti yang telah kita lihat, konsep seperti itu
sangat tentatif dalam operasinya. Masalah lain adalah analisis unit, seperti
keadaan siswa, wilayah dimana sekolah berada, sarana prasarana sekolah,
atau bahkan kondisi ruang kelas”.

Secara sederhana pengelolaan dana pendidikan mencakup dua


aspek yaitu:
11 Marjuni
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan
dan Hubungannya Dengan Kualitas Pendidikan

a. Dimensi Penerimaan atau Sumber dana, terdiri dari:

SPP, Hasil penerimaan dari Pemerintah, Bantuan Operasional


Sekolah, Sumbangan sukarela dari masyarakat.
b. Dimensi Pengeluaran, terdiri dari:

Untuk sekolah/madrasah negeri:Peningkatan KBM, Peningkatan


Pembinaan Kesiswaan, Peningkatan Kualitas personil, Pemeliharaan,
Kegiatan rumah tangga sekolah.

Untuk Swasta : Gaji/Kesra guru dan pegawai, PBM, Pemeliharaan


sarana dan prasarana, Pengadaan sarana dan prasarana, Kegiatan
ekstrakurikuler, Daya dan jasa, TU, Lain-lain)

Kedua dimensi tersebut dapat dilihat pada Anggaran (Budget)


Pendidikan.

2. Mengukur Manfaat Biaya Pendidikan dengan Cost Benefit Analysisdan


Cost Effectiveness

Manfaat biaya pendidikan oleh para ahli pendidikan sering disebut


dengan Cost Benefit Analysis, yaitu rasio antara keuntungan financial
sebagai hasil pendidikan (biasanya diukur dengan penghasilan) dengan
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan. 20

Dalam mengukur manfaat biaya pendidikan berdasar kepada


konsep biaya pendidikan sifatnya lebih kompleks dari keuntungan, karena
komponen-komponen biaya terdiri dari lembaga jenis dan sifatnya. Biaya
pendidikan bukan hanya berbentuk uang atau rupiah, tetapi juga dalam
bentuk biaya kesempatan. Biaya kesempatan (income forgone) yaitu
potensi pendapatan bagi seorang siswa selama ia mengikuti pelajaran atau
menyelesaikan studi. Dengan demikian, biaya keseluruhan atau Cost (C)
selama di tingkat persekolahan terdiri dari biaya langsung (DC) dan biaya
tidak langsung (IC). Dalam rumusannya digambarkan dalam rumus
sebagai berikut:

C = DC + IC

Biaya pendidikan merupakan dasar empiris untuk memberikan


gambaran karakteristik keuangan sekolah. 21

20 Fattah.
21 Fattah.
Marjuni
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan 12
dan Hubungannya Dengan Kualitas Pendidikan

Analisis efisiensi keuangan sekolah dalam pemanfaatan sumber-


sumber keuangan sekolah dan hasil sekolah dapat dilakukan dengan cara
menganalisis biaya satuan per siswa. Biaya satuan per siswa adalah biaya
rata-rata per siswa yang dihitung dari total pengeluaran sekolah dibagi
seluruh siswa yang ada di sekolah dalam kurun waktutertentu.

Sedangkan untuk menghitung biaya per siswa, dihasilkan dari tiga


keputusan sosial yang mencerminkan pengaruh gabungan dari banyak
orang dan otoritas publik yang mengendalikan aliran dana ke pendidikan
tinggi. Keputusan-keputusan ini menentukan: jumlah total yang akan
dibelanjakan untuk pendidikan tinggi, jumlah unit layanan yang akan
disediakan, dan tingkat kualitas”. 22

Dalam menentukan biaya satuan, terdapat dua pendekatan, yaitu


pendekatan makro dan pendekatan mikro. Pendekatan makro
mendasarkan perhitungan pada keseluruhan jumlah pengeluaran
pendidikan yang diterima dari berbagai sumber dana kemudian dibagi
jumlah murid. Pendekatan mikro mendasarkan perhitungan biaya
berdasarkan alokasi pengeluaran per komponen pendidikan yang
digunakan oleh murid atau menganalisis biaya pendidikan berdasarkan
pengeluaran total (total cost) dan jumlah biaya satuan (unit cost) menurut
jenis dan tingkat pendidikannya.

Dalam pendekatan makro, terdapat domain


pendidikanyangmempengaruhi biaya, yaitu:
a. Skala gaji guru dan jam terbangmengajar

b. Penataran dan latihan prajabatan

c. Pengelompokan siswa di sekolah dan di dalamkelas

d. Sistemevaluasi

e. Supervisipendidikan

Dengan mengetahui besarnya biaya satuan per siswa menurut


jenjang dan jenis pendidikan berguna untuk menilai berbagai alternatif
kebijakan dalam upaya peningkatan mutupendidikan.

Dalam mengukur manfaat pendidikan, Fattah mengemukakan


bahwa keuntungan pendidikan tidak selalu dapat diukur dengan standar
nilai ekonomi dan uang. Hal ini disebabkan manfaat pendidikan, di

22 Darwin, XXX.
13 Marjuni
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan
dan Hubungannya Dengan Kualitas Pendidikan

samping memiliki nilai ekonomi, juga memiliki nilai social. Dalam


pengukuran dampak pendidikan terhadap keuntungan ekonomi atau
pendapatan seseorang dari produktivitas yang dimilikinya, memerlukan
asumsi-asumsi. Asumsi bahwa produktivitas seseorang dianggap
merupakan fungsi dari keahlian dan keterampilan yang diperoleh
daripendidikan.

Ukuran hasil pendidikan kita gabungkan dengan data biaya


pendidikan dapat menjadi ukuran efisiensi eksternal. Ada empat kategori
yang dapat dijadikan indikator dalam menentukan tingkat keberhasilan
pendidikan yaitu :
a. Dapat tidaknya seorang lulusan melanjutkan ke pendidikan yang
lebihtinggi.

b. Dapat tidaknya seseorang memperolehpekerjaan

c. Besarnya penghasilan/gaji yangditerima

d. Sikap perilaku dalam konteks sosial, budaya danpolitik.

Dalam mengukur manfaat dari pendidikan, telah dikenal adanya


tiga pendekatan,yaitu :1) The simple corelation approach, 2) The residual
approach, and 3). The returns to education approach.

Istilah efisiensi pendidikan menggambarkan hubungan antara


input (masukan) dan output (keluaran) dari suatu pelaksanaan proses
pendidikan.Coombs dan Hallak, berpendapat bahwa “cost effectiveness as
the relationship between the inputs and corresponding immediate
educational outputs of any educational process. It is to measure of internal
efisiensi” 23

Efisiensi pendidikan menurut Fattah artinya memiliki kaitan antara


pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang terbatas sehingga
mencapai optimalisasi yang tinggi. Dalam biaya pendidikan, efesiensi
hanya akan ditentukan oleh ketepatan di dalam mendayagunakan
anggaran pendidikan dengan memberikan prioritas pada faktor-faktor
input pendidikan yang dapat memacu pencapaian prestasi belajarsiswa.

23 Ulpha Lisni Azhari and Dedy Achmad Kurniady, ‘Manajemen Pembiayaan Pendidikan,
Fasilitas Pembelajaran, Dan Mutu Sekolah’, Jurnal Administrasi Pendidikan (JAP), XXIII.2
(2016), 26–36.
Marjuni
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan 14
dan Hubungannya Dengan Kualitas Pendidikan

Untuk mengetahui efesiensi biaya pendidikan biasanya digunakan


metode analisis keefektifan biaya (cost effectiveness Analysis) yang
memperhitungkan besarnya kontribusi setiap masukan pendidikan
terhadap efektivitas pencapaian tujuan pendidikan atau prestasi belajar.

Upaya efisiensi dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu


efisiensi internal dan efisiensi eksternal. Kedua konsep tersebut satu sama
lain erat kaitannya.Efisiensi internal dapat dinilai melalui suatu system
pendidikan yang menghasilkan output yang diharapkan dengan biaya
minimum. Dapat pula dinyatakan bahwa dengan input yang tertentu dapat
memaksimalkan output yang diharapkan. Output acapkali diukur dengan
indicator-indikator seperti angka kohort, yaitu proporsi siswa yang dapat
bertahan sampai akhir putaran pendidikan, pengetahuan keilmuan,
keterampilan, ketaatan kepada norma-norma perilaku social. Karena
dengan alas an inilah persoalan-persoalan mutu pendidikan biasanya
dibahas dengan memperhatikan efisiensi internal dari system pendidikan.

Untuk menilai efisiensi internal dapat dilakukan dengan cara


membandingkan antara seleksi di dalam putaran-putaran pendidikan dan
seleksi diantara putaran pendidikan. Tingginya angka retensi di dalam
putaran-putaran pendidikan merupakan indikator yang diperlukan untuk
mengetahui efisiensi internal.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengukur efisiensi


internal adalah sebagai berikut :
a. Rata-rata lama belajar (Average studytime)

Metode ini digunakan untuk mengetahui berapa lama seorang


lulusan menggunakan waktu belajarnya dengan cara menggunakan
statistic kohort (kelompok belajar). Cara penghitungannya adalah
jumlah waktu yang dihabiskan lulusan dalam suatu kohort dibagi
dengan jumlah lulusan dalam kohort tersebut.
b. Rasio Input – Output (Input-Output Ratio(IOR))

Merupakan perbandingan antara jumlah murid yang lulus dengan


murid yang masuk awal dengan memperhatikan waktu yangseharusnya
ditentukan untuk lulus. Artinya, membandingkan antara tingkat
masukan dengan tingkat keluaran.

Sedangkan Efesiensi eksternal, sering dihubungkan dengan metode


cost benefit analysis. Efisiensi eksternal dihubungkan dengan situasi makro
yairtu pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan social sebagai dampak
15 Marjuni
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan
dan Hubungannya Dengan Kualitas Pendidikan

dari hasil pendidikan.Pada tingkat makro bahwa individu yang


berpendidikan cenderung lebih baik memperoleh pendapatan yang lebih
tinggi dan kesehatan yang baik.

Analisis efisiensi eksternal berguna untuk menentukan kebijakan


dalam pengalokasian biaya atau distribusi anggaran kepada seluruh sub-
sub sector pendidikan. Efisiensi eksternal juga merupakan pengakuan
sosial terhadap lulusan atau hasil pendidikan.

Dalam menganalisis efisiensi eksternal, dalam bidang pendidikan


dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu :
a. Keuntungan perorangan (private rate ofreturn)

Yaitu perbandingan keuntungan pendidikan kepada individu


dengan biaya pendidikan dari individu yang bersangkutan.
b. Keuntungan masyarakat (social rate ofreturn)

Yaitu perbandingan keuntungan pendidikan kepada masyarakat


dengan biaya pendidikan masyarakat

Jadi, efisiensi eksternal pendidikan meliputi tingkat balik ekonomi


dan investasi pendidikan pada umumnya, alokasi pembiayaan bagi jenis
dan jenjang pendidikan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa efisiensi internal dan


efisiensi eksternal mempunyai kaitan yang sangat erat. Kedua aspek
tersebut saling melengkapi satu sama lain dalam menentukan efisiensi
system pendidikan secara keseluruhan.

Secara konseptual efisiensi pendidikan meliputi cost-efectiveness


dan cost benefit. Cost effectiveness dikaitkan dengan perbandingan biaya
input pendidikan dan efektivitasnya dalam mendukung hasil-hasil belajar.
Efisiensi internal atau cost effectiveness sangat bergantung pada dua faktor
utama yaitu:
a. Faktorinstitusional

b. Faktor manajerial

Dalam analisanya dapat juga digunakan metode RoR (Rate of


Return) atau tingkat kembali, dimana membandingkan keuntungan
Marjuni
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan 16
dan Hubungannya Dengan Kualitas Pendidikan

moneter dengan biaya pelaksanaan program, yang mencakup perhitungan


perkiraan biaya- biaya. Rumusannya adalah:

Pedoman yang perlu diperhatikan setelah melakukan perhitungan


tersebut adalah:
a. Jika RoR-nya lebih besar dari investasi, maka proyek tersebut layak
dilaksanakan.

b. Jika RoR-nya lebih kecil dari investasi, maka sebaiknya proyek tersebut
jangandilaksanakan.

c. Jika RoR-nya = 0, maka proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi
(Break EventPoint).

Sedangkan cost benefit dikaitkan dengan analisis keuntungan atas


investasi pendidikan dari pembentukan kemampuan, sikap, keterampilan.

Terdapat dua hal penting dalam hal investasi tersebut, yaitu :


a. Investasi hendaknya menghasilkan kemampuan yang memiliki nilai
ekonomi di luarintrinsiknya.

b. Nilai guna dari kemampuan

Karena keuntungan tersebut bukan dalam bentuk uang, maka


diperlukan penyesuaian cara-cara dalam memperhitungkannya, yaitu
dengan cara menentukan nilainya berdasarkan atas biaya perbandingan
pengeluran untuk barang-barang yang tidak dapat dipasarkan.

Upaya-upaya dalam meningkatkan efisiensi pembiayaan


pendidikan perlu diarahkan pada hal-hal pokok berikut ini :
a. Pemerataan kesempatan memasuki sekolah (equality ofaccess).

b. Pemerataan untuk bertahan di sekolah (equality ofsurvival)

c. Pemerataan kesempatan untuk memperoleh keberhasilan dalam


belajar (equality of output)

d. Pemerataan kesempatan menikmati manfaat


pendidikan dalam kehidupan masyarakat (equality
ofoutcome)
17 Marjuni
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan
dan Hubungannya Dengan Kualitas Pendidikan

Konsep peningkatan efisiensi pembiayaan pendidikan akan


mempunyai makna jika dihubungkan dengan konsep efisiensi, baik secara
internal maupun secara eksternal.

3. Metode Mengimplementasikan Keefektifan Biaya dan Keuntungan Biaya


Pendidikan

Analisis efektivitas biaya mengacu pada pertimbangan alternatif


keputusan dimana keduanya.biaya dan konsekuensinya diperhitungkan
secara sistematis. Ini adalahalat yang berorientasi pada keputusan, di mana
ia dirancang untuk memastikan caramencapai tujuan pendidikan tertentu
dengan cara paling efisien. 24 Biaya pendidikan sebagai daya penggerak
sekaligus sebagai komponen esensial proses pendidikan. 25

Namun, dalam praktiknya, Konsep biaya yang digunakan dalam


studi efektivitas biaya adalah salah satu yang diambil dari teori ekonomi,
yaitu, peluang biaya. Ketika sumber daya digunakan untuk satu tujuan,
individu atau masyarakat kehilangan kesempatan untuk menggunakan
sumber daya itu dalam beberapa penggunaan alternatif. Secara umum,
konsep peluang biaya dipandang sebagai nilai sumber daya dalam
penggunaan alternatif terbaiknya. Ini mungkin berbeda dari pemahaman
sehari-hari tentang berapa biayanya. Sebagai contoh, banyak distrik
sekolah akan merujuk pada fasilitas yang tidak digunakan sebagai tidak
memiliki biaya ke daerah jika digunakan untuk program baru. Fasilitas itu,
bagaimanapun, memiliki nilai dalam penggunaan alternatif dalam arti
bahwa itu dapat dijual atau disewakan di pasar atau digunakan untuk
tujuan lain yang memiliki nilai. Dalam hal ini tidak "gratis." Jika sekolah di
daerah menggunakannya untuk program baru, ia mengorbankan potensi
pendapatan yang bisa dihasilkan oleh fasilitas di pasar atau nilai bagi
program lain yang bisa menggunakan fasilitas itu. 26

Terdapat dua model dalam memastikan efektifitas biaya


pendidikan dan keuntungan yang diperoleh dari pembiayaan pendidikan,
yaitu: Cost-Effectiveness Analysis dan Cost-Benefit Analysis. Pertama,

24 Henry M Levin, Cost-Effectiveness Analysis; in: International Encyclopedia of Economics in


Education, 2nd edn (Oxford Pergamon, 1995) <http://www.c3l.uni-
oldenburg.de/cde/econ/readings/levin95.pdf>.
25 Syaifur Rahman, ‘Humanisme, Pendidikan Dan Al-Qurâan (Menelaah Pemikiran Ki Hadjar
Dewantara)’, Humanistika : Jurnal Keislaman, Vol 3, No 2 (2017): (Juni 2017), 2017, 59–81.
26 ‘Indonesia University of Education - Digital Repository | Theses, Dissertation, Journal Article,
Proceeding -’, 2019 <http://a-
research.upi.edu/skripsiview.php?export=html&no_skripsi=13038> [accessed 21 December
2019].
Marjuni
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan 18
dan Hubungannya Dengan Kualitas Pendidikan

Analisis keefektifan biaya membandingkan dua atau lebih program


pendidikan sesuai dengan keefektifannya dan biaya dalam mencapai
tujuan tertentu. Dengan menggabungkan informasi tentang efektivitas
dan biaya, evaluator dapat menentukan program mana yang memberikan
tingkat efektivitas tertentu dengan biaya terendah atau, sebaliknya,
program mana yang memberikan tingkat efektivitas tertinggi untuk biaya
tertentu. Analisis efektivitas biaya merupakan upaya komparatif yang
fundamental. Artinya, ini memungkinkan kita untuk memilih mana dari
dua alternatif atau lebih yang relatif lebih hemat biaya, tetapi tidak
memberi tahu kita apakah suatu alternatif berharga dalam arti absolut.
Kekuatan utama pendekatan ini adalah dapat dengan mudah didamaikan
dengan desain evaluasi standar dalam pendidikan. Selain itu, berguna
untuk mengevaluasi alternatif yang memiliki sejumlah tujuan (dan ukuran
efektivitas). Namun, ketika ada beberapa langkah, analisis efektivitas biaya
menjadi sulit. Dapat menyimpulkan, misalnya, bahwa satu alternatif lebih
hemat biaya dalam meningkatkan prestasi matematika, tetapi yang lain
adalah cara yang paling hemat biaya untuk meningkatkan prestasi
membaca. Tanpa alat analisis lebih lanjut, kami tidak memiliki aturan
keputusan untuk memilih di antara alternatif.

Kedua, Analisis Manfaat Biaya, dalam analisis manfaat biaya, hasil


dari suatu alternatif pendidikan secara langsung dinyatakan dalam istilah
moneter. Menganggap bahwa manfaat moneter dapat sepenuhnya diukur,
mereka dapat langsung dibandingkan dengan biaya moneter. Dalam
konteks pendidikan, ini paling sering terjadi dengan alternatif yang
dirancang untuk mempengaruhi hasil di pasar tenaga kerja. Manfaat yang
jelas adalah peningkatan pendapatan yang dapat diperoleh peserta dari
pendidikan dan pelatihan, meskipun para peneliti telah menggunakan
teknik kreatif untuk menempatkan nilai moneter pada berbagai hasil. Hal
ini dapat digunakan untuk menilai secara langsung apakah manfaat lebih
besar daripada biaya, memungkinkan pernyataan yang jelas tentang
apakah program itu diinginkan dalam arti absolut. Hasil analisis manfaat
biaya juga dapat dibandingkan dengan hasil manfaat-biaya lainnya untuk
berbagai program alternatif, dalam pendidikan dan bidang lain seperti
kesehatan. Dengan kelebihan ini muncul keterbatasan penting. Di banyak
bidang, khususnya pendidikan, jarang layak untuk mengungkapkan hasil
dalam hal moneter. Dengan demikian, analisis manfaat biaya sering
19 Marjuni
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan
dan Hubungannya Dengan Kualitas Pendidikan

berfokus pada kisaran hasil yang sempit - seperti pendapatan pekerjaan -


dan risiko yang mengecilkan keberadaan dan besarnya manfaat lainnya. 27

Kesimpulan

Isu-isu yang relatif sering diperdebatkan dalam kajian pembiayaan


pendidikan adalah menyangkut sumber pembiayaan pendidikan, manfaat
pembiayaan pendidikan, dan efektifitas pembiyaan pendidikan. Pembiayaan
pendidikan bersumber dari dua arah, yaitu, Pemerintah dan Masyarakat.
Pembiayaan pendidikan harus dimanajemen dengan baik, mulai dari analisis
potensi dan kelemahan pembiayaa pendidikan, analisis keunggulan program
pendidikan dan kelemahannya, analisis evaluasi manfaat pembiayaan
pendidikan dalam membiayai program pendidikan. Serta tinjauan menyeluruh
atas tingkat efektifitas dan efisiensi pembiayaan pendidikan.

Pembiayaan pendidikan harus bermanfaat sebesar-besarnya untuk


pencapaian tujuan-tujuan pendidikan. Meskipun pembiayaan pendidikan
bukan satu-satunya instrument untuk mencapai tujuan pendidikan, namun
dengan pembiayaan pendidikan yang baik, mampu mendorong pencapaian
mutu pendidikan. Analisis keuntungan (manfaat) pembiayaan pendidikan,
harus dilakukan, agar sebelum penganggaran pembiayaan pendidikan, sudah
diketahui, target-terget penting, sasaran utama, dan check and balance antara
biaya dan mutu pendidikan yang dihasilkan.

Terdapat dua model dalam memastikan efektifitas biaya pendidikan dan


keuntungan yang diperoleh dari pembiayaan pendidikan, yaitu: Cost-
Effectiveness Analysis dan Cost-Benefit Analysis. Analisis keefektifan biaya
membandingkan dua atau lebih program pendidikan sesuai dengan
keefektifannya dan biaya dalam mencapai tujuan tertentu. Sedangkan analisis
manfaat biaya, berupa hasil dari suatu alternatif pendidikan secara langsung
dinyatakan dalam istilah moneter. Menganggap bahwa manfaat moneter dapat
sepenuhnya diukur, mereka dapat langsung dibandingkan dengan biaya
moneter yang telah diinvestasikan.

27 ‘Cost Effectiveness in Education - Methodology, Examples, Use of Cost-Effectiveness Analysis’


<https://education.stateuniversity.com/pages/1887/Cost-Effectiveness-in-Education.html>
[accessed 10 May 2020].
Marjuni
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan 20
dan Hubungannya Dengan Kualitas Pendidikan

Daftar Pustaka
Azhari, Ulpha Lisni, and Dedy Achmad Kurniady, ‘Manajemen Pembiayaan
Pendidikan, Fasilitas Pembelajaran, Dan Mutu Sekolah’, Jurnal
Administrasi Pendidikan (JAP), XXIII.2 (2016), 26–36
Cohn, Elchanan, The Economics of Education, Subsequent (Lansing, Michigan,
Amerika Serikat: Ballinger Publishing Company, 1975)
‘Cost Effectiveness in Education - Methodology, Examples, Use of Cost-
Effectiveness Analysis’
<https://education.stateuniversity.com/pages/1887/Cost-Effectiveness-
in-Education.html> [accessed 10 May 2020]
Dadang suhardan, Riduwan, Enas, Ekonomi Dan Pembiayaan Pendidikan, 1st
edn (Bandung: Alfabeta, 2012)
Darwin, Charles, Resources in Education, Oxford University, 2nd edn (Canada:
The Oryx Press, 1982), XXX
David B. Guralnik, Webster’s New World Dictionary (New York: The
Southwestern Company, 1969)
DPR RI, ‘Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945’,
Dpr.Go.Id, 1945 <http://www.dpr.go.id/jdih/uu1945> [accessed 3
February 2020]
———, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Indonesia, 2003)
EFA, Group on Education for All, Jomtien Statement (Jomtien, Thailand, 2011)
Fattah, Nanang, ‘Pembiayaan Pendidikan: Landasan Teori Dan Studi Empiris’,
Pendidikan Dasar Universitas Pendidikan Indonesia, V.9 (2008), 1–4
Ferdi, W P, ‘Pembiayaan Pendidikan : Suatu Kajian Teoritis Financing Of
Education : A Theoritical Study’, Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 19.4
(2013), 565–78
‘Indonesia University of Education - Digital Repository | Theses, Dissertation,
Journal Article, Proceeding -’, 2019 <http://a-
research.upi.edu/skripsiview.php?export=html&no_skripsi=13038>
[accessed 21 December 2019]
Levin, Henry M, Cost-Effectiveness Analysis; in: International Encyclopedia of
Economics in Education, 2nd edn (Oxford Pergamon, 1995)
<http://www.c3l.uni-oldenburg.de/cde/econ/readings/levin95.pdf>
Rahman, Syaifur, ‘Humanisme, Pendidikan Dan Al-Qurâan (Menelaah
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara)’, Humanistika : Jurnal Keislaman, Vol 3,
No 2 (2017): (Juni 2017), 2017, 59–81
21 Marjuni
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan
dan Hubungannya Dengan Kualitas Pendidikan

Roser, Max, and Esteban Ortiz-Ospina, ‘Financing Education’,


Https://Ourworldindata.Org/, 2016
<https://ourworldindata.org/financing-education#citation/> [accessed
20 February 2020]
Samuelson, Paul A., Economics : An Introductory Analysis, 5th ed. (New York:
McGraw-Hill, 1961)
Srikanthan, G, and John Dalrymple, ‘Developing Alternative Perspectives for
Quality in Higher Education’, International Journal of Educational
Management, 17.3 (2003), 126–36
<https://doi.org/10.1108/09513540310467804>
Marjuni
Kajian Isu-Isu Kebiajakan Pembiayaan Pendidikan 22
dan Hubungannya Dengan Kualitas Pendidikan
Kajian Kritis Manajemen Pendidikan dan Faktor
Penentuan Kualitas Serta Kinerja Pendidikan

Juliansyah
18731007
e-mail: juliansyah@gmail.com

Latar Belakang

Pendidikan yang berkualitas juga menentukan kualitas suatu bangsa,


serta berpengaruh sangat signifikan dalam mendorong proses transformasi
sosial menuju kehidupan yang maju, modern, dan bermartabat. 28

Saat ini tuntutan akan kualitas pendidikan begitu tinggi sehingga


manusia tidak pernah akan mampu memenangkan persaingan, kecuali jika
memiliki pendidikan yang telah diberdayakan secara optimal dan secepat
mungkin serta terus dikembangkan semangat kemitraan dengan stakeholders.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan serta kinerja pendidikan antara lain
diperlukan manajemen pendidikan yang berkualitas, integritas kepala sekolah
yang tinggi, dan lingkungan sekolah baik internal maupun eksternal yang
kondusif. Dan kualitas pendidikan adalah fakta tentang keunggulan dan
keandalan pendidikan yang tercermin pada kualitas siswa, kualitas lulusan,
kualitas guru, dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan.29

Dengan pemahaman yang mendalam akan prinsip-prinsip yang


diuraikan di atas, penulis akan memaparkan dalam tulisan ini berkaitan dengan
kajian kritis Manajemen pendidikan dan faktor penentuan kualitas serta kinerja
pendidikan.

Rumusan Masalah

1. Apa yang Dimaksud Hakikat Manajemen Pendidikan?

2. Bagaimana Faktor Penentuan Kualitas dalam Pendidikan?

3. Bagaimana Kinerja Pendidikan sabagai Organisasi Sistem?

28 Heri Widodo, Potret Pendidikan di Indonesia dan Kesiapannya dalam Menghadapi


Masyarakat Ekonomi Asia (MEA). Jurnal Cendikia, Vol. 13, No. 2, Juli – Desember, 2015, h. 294
29 Ali Rahim, Strategi Peningkatan Kualitas Pendidikan di Madrasah Aliyah Kabupaten Sidrap
(Tinjauan Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Jurnal Diskursus Islam, Vol
2, No. 3. Desember 2014, h. 442
Juliansyah
Kajian Kritis Manajemen Pendidikan 24
dan Faktor Penentuan Kualitas Serta Kinerja Pendidikan

Tujuan

1. Menjelaskan dan menganalisis Hakikat Manajemen Pendidikan

2. Menjelaskan dan Menganalisis Faktor Penentuan Kualitas Pendidikan

3. Menjelaskan dan Menganalisis Kinerja Pendidikan sabagai Organisasi

Pembahasan

1. Hakikat Manajemen Pendidikan

Kata manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata
manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata
itu digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani.
Managere diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja
to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang
yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau
pengelolaan. 30 George R. Terry dalam Hasibuan berpendapat bahwa
manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian
yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang
telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya. 31

Dari perbedaan pendapat di atas, akan melahirkan perbedaan


makna manajemen secara khusus (pendidikan dan lainnya), sebagaimana
perbedaan makna manajemen pendidikan,: Pertama, manajemen
pendidikan mempunyai pengertian kerja sama untuk mencapai tujuan
pendidikan. Kedua, manajemen pendidikan mengandung pengertian
proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Ketiga, manajemen pendidikan
dapat dilihat dengan kerangka berpikir sistem.

30 Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), h. 3
31 Malayu S.P. Hasibuan, Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2003), h. 2
25 Juliansyah
Kajian Kritis Manajemen Pendidikan
dan Faktor Penentuan Kualitas Serta Kinerja Pendidikan

a. Fungsi Manajemen Pendidikan

Adapun fungsi pokok manajemen pendidikan dibagi 4 yaitu:


1) Perencanaan (Planning) menurut T. Hani Handoko yaitu
“pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa
yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa”. 32
2) Pengorganisasian (Organizing) menurut Iwan Purwanto, adalah
proses mengatur, mengalokasikan dan mendistribusikan
pekerjaan, wewenang dan sumber daya diantara anggota organisasi
untuk mencapai tujuan. 33
3) Penggerakan (Actuating) adalah membuat semua anggota
organisasi mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta
bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan
usaha-usaha pengorganisasian. 34
Dari beberapa konsep manajemen di atas, bahwa betapapun
baiknya sebuah rencana, akan bisa gagal, apabila manajer tidak
melakukan pengawasan. Hubungan timbal balik antara perencanaan
dan pengawasan tersebut dapat digambarkan dengan bagan berikut:

Standar-

Perencanaa Pengawasa
Pelaksanaan

Penyempurnaa

32 T Hani Handoko. Manajemen personalia dan sumberdaya manusia, (Yogyakarta: BPFE. 2011),
h. 77
33 Iwan Purwanto. Manajemen strategi. (Bandung: IKAPI. 2008). h, 50
34 Iwan Purwanto. Manajemen Strategi.........h, 56
Juliansyah
Kajian Kritis Manajemen Pendidikan 26
dan Faktor Penentuan Kualitas Serta Kinerja Pendidikan

(Feed back)
Gambar: 1
Hubungan timbal balik antara perencanaan dengan pengawasan. 35

Tujuan pengawasan menurut konsep sistem adalah membantu


mempertahankan hasil atau out-put yang sesuai dengan syarat-syarat
sistem. Artinya dengan melakukan kerja pengawasan, diharapkan dapat
mencapai kualitas produk organisasi berdasarkan perencanaan yang
telah ditetapkan, sehingga konsumen atau stakeholders menjadi puas.
b. Prinsip Manajemen Pendidikan

Douglas dalam Kristiawan dkk, merumuskan prinsip-prinsip


manajemen pendidikan sebagai berikut: 1). Memprioritaskan tujuan
diatas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme kerja; 2).
Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab; 3) Memberikan
tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya sesuai dengan sifat-
sifat dan kemampuannya; 4). Mengenal secara baik faktor-faktor
psikologis manusia dan 5). Relativitas nilai-nilai 36

Prinsip-prinsip diatas memiliki esensi bahwa manajemen dalam


ilmu dan praktiknya harus memperhatikan tujuan, orang-orang, tugas-
tugas, dan nilai-nilai. Tujuan dirumuskan dengan tepat sesuai dengan
arah organisasi, tuntutan zaman, dan nilai-nilai yang berlaku.

Pada tingkat sekolah, kepala sekolah, wakil kepala, siswa, orang


tua siswa, masyarakat dan stakeholders duduk bersama membahas
rencana strategis sekolah dengan mengembangkan tujuh langkah MBO
(Management by objective) yaitu: 37 1). Menentukan hasil akhir apa yang
ingin dicapai sekolah. 2). Menganalisis apakah hasil akhir itu berkaitan
dengan tujuan sekolah. 3) Berunding menetapkan sasaran-sasaran yang
dibutuhkan. 4). Menetapkan kegiatan apa yang tepat untuk mencapai
sasaran. 5) Menyusun tugas-tugas untuk mempermudah mencapai
sasaran. 6). Menentukan batas pekerjaan dan jenis pengarahan yang
akan dipergunakan oleh atasan. 7). Lakukan monitoring dan buat
laporan.

35 Sarwoto dalam Baharuddin dan Moh. Makin. Manajemen Pendidikan Islam Transformasi
Menuju Sekolah Atau Madrasah Unggul..... h. 169
36 Douhglas Stephen dalam Kristiawan dkk, Manajemen Pendidikan. (Yogyakarta: Anggota
IKAPI, 2017). h. 13 -17
37 Kristiawan dkk, Manajemen Pendidikan. (Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2017). h. 14
27 Juliansyah
Kajian Kritis Manajemen Pendidikan
dan Faktor Penentuan Kualitas Serta Kinerja Pendidikan

c. Ruang Ligkup Manajemen Pendidikan

Gambaran menyeluruh tentang ruang lingkup manajemen


pendidikan sebagai proses tampak pada tabel berikut ini:
Tabel: 1
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan

Bidang Kur
Peserta TP & Sar- Layanan
Keuangan Humas &
Tugas didik TKP Pras khusus
pemb
Perencanaan V V V V V V V

Pengorganisasian V V V V V V V

Penggerakan V V V V V V V

Pengawasan V V V V V V V

Secara yuridis, ruang lingkup manajemen pendidikan yang


dilaksanakan oleh kepala sekolah di sekolah mengacu pada
Permendiknas Nomor 19 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Sekolah/Madrasah adalah: 1). Rencana program sekolah. 2).
Pelaksanaan program sekolah; 3). Kepemimpinan; 4).
38
Pengawasan/evaluasi; 5). Sistem informasi manajemen.

d. Urgensi Manajemen Pendidikan

Dalam ranah aktivitas, implementasi manajemen terhadap


pengelolaan pendidikan haruslah berorientasi pada efektivitas
(ketepatgunaan) terhadap segala aspek pendidikan baik dalam
pertumbuhan, perkembangan, maupun keberkahan (dalam perspektif
syariah). Berikut ini merupakan urgensi manajemen terhadap bidang
manajemen pendidikan antara lain:

38 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Juliansyah
Kajian Kritis Manajemen Pendidikan 28
dan Faktor Penentuan Kualitas Serta Kinerja Pendidikan

1) Manajemen Kurikulum
Ruang lingkup studi tentang manajemen kurikulum menurut
Hamalik meliputi beberapa hal, yakni: 39 a). Manajemen perencanaan
dan pengembangan kurikulum; b). Manajemen pelaksanaan kurikulum;
c). Supervisi pelaksanaan kurikulum; d). Pemantauan dan penilaian
kurikulum; e). Perbaikan kurikulum; f). Desentralisasi pengembangan
kurikulum; g). Masalah ketenagaan.
2) Manajemen Personalia
Beberapa prinsip dasar manajemen personalia menurut
Hasbullah, yang harus dijadikan pedoman kepala
40
sekolah/madrasah adalah: a). Sumber daya manusia adalah
komponen paling berharga; b). Sumber daya manusia akan
berperan secara optimal, jika dikelola dengan baik, sehingga
mendukung tercapainya tujuan institusi. c). Kultur dan suasana
organisasi sekolah/madrasah serta prilaku manajerialnya sangat
berpengaruh pada pencapaian tujuan pengembangan sekolah/
madrasah; c). Manajemen personalia di sekolah/madrasah (guru,
staf administrasi, pserta didik, orang tua, dan stakholders) dapat
bekerja sama untuk mencapai tujuan sekolah/madrasah.

1) Manajemen Peserta Didik

Fungsi manajemen peserta didik ini adalah sebagai wahana


bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin
baik dari segi individualitas, sosial, aspirasi, kebutuhan atau
potensinya. Sedangkan untuk ruang lingkupnya meliputi di
antaranya: a). Penerimaan Siswa (Daya Tampung, Seleksi); b).
Pembinaan Siswa (Pengelompokkan, Kenaikan Kelas, Penentuan
Program, Ekskul); c). Pemberdayaan OSIS 41
2) Manajemen Keuangan

Dalam keuangan pengelolaan pendidikan, manajemen harus


berlandaskan pada prinsip: efektivitas (ketepatgunaan), efisiensi
(penghematan) dan pemerataan Dalam kaitannya dengan uang dan

39 Omar Hamalik, Dasar-dasar pengembangan kurikulum. (Bandung: Remaja Rosdakarya,


2006). h. 21-22
40 Hasbullah. Otonomi Pendidikan – Oebijakan Otonomi daerah dan implikasinya terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006). h. 113
41 Baharuddin dan Moh. Makin. Manajemen Pendidikan Islam Transformasi Menuju Sekolah
Atau Madrasah Unggul. (Malang: UIN Maliki Press, 2016). h, 102
29 Juliansyah
Kajian Kritis Manajemen Pendidikan
dan Faktor Penentuan Kualitas Serta Kinerja Pendidikan

pendidikan, pegawai administrasi sekolah memiliki tugas dan


harus bertanggung jawab dalam hal-hal sebagai berikut: 42 a).
Hubungan dengan masyarakat. b). Penyusunan dan
pengembangan rencana anggaran pengeluaran belanja sekolah
(RAPBS); c). Penataran; d). Pengaturan pemasokan; e).
Perencanaan dan peningkatan fasilitas sekolah; f). Pelaksanaan apa
yang telah direncanakan; g). Evaluasi dan pertanggung jawaban
keuangan sekolah/laporan keuangan.

3) Manajemen Hubungan Masyarakat

Urgensi manajemen hubungan masyarakat bertujuan untuk


menilai dan menyimpulkan sikap-sikap publik menyesuaikan
policy dan prosedur intansi atau organisasi untuk mendapatkan
pengertian dan dukungan masyarakat. 43

Dari beberapa pernyataan di atas, menunjukkan bahwa ada


beberapa hal yang menjadi substansi manajemen pendidikan yaitu,
kurikulum, personalia, peserta didik, keuangan dan hubungan
masyarakat, yang perlu dilakukan manajemen yang baik sehinggga
tujuan organisasi akan tercapai.

2. Faktor Penentuan Kualitas Pendidikan

Pada hakikatnya kualitas merupakan sasaran yang ingin dicapai


oleh setiap sekolah, baik dari sisi masukan instruksional, proses, maupun
dari sisi keluaran yang terukur secara objektif (tangible), dan yang
berdasarkan penilaian subjektif (intangible). Sallis berpendapat bahwa
perbedaan makna dan penafsiran mengenai kualitas atau mutu pendidikan
disebabkan oleh hakikat mutu itu sendiri yang dinamis dan bernuansa
emosional serta moral. 44 Adapun terkait kualitas atau mutu pendidikan
ada dua faktor penyebab organisasi bisa berkaulitas yaitu:

42 Saiful Sagala. Manajemen Strategik dalam peningkatan Mutu Pendidikan, Pembuka Ruang
Kreativitas, Inovasi dan Pemberdayaan Potensi sekolah dalam Sistem Otonomi Sekolah.
(Bandung: Alfabeta, 2007). h. 223
43 Hasbullah. Otonomi Pendidikan – Oebijakan Otonomi daerah dan implikasinya terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006). h. 124
44 Edward Sallis. Total Quality Management in Education. (Jogjakarta: IRCiSoD,2006). h. 18
Juliansyah
Kajian Kritis Manajemen Pendidikan 30
dan Faktor Penentuan Kualitas Serta Kinerja Pendidikan

a. Faktor Pendukung

1) Manajemen Kepala Madrasah


Sebagaimana diungkapkan dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun
1990 bahwa: “kepala sekolah bertanggung jawab atas
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah,
pembinaan tenaga kependidikan lainya, dan pendayagunaan serta
pemeliharaan sarana dan prasarana.” 45
2) Kurikulum
Kurikulum menjadi penting karena disebabkan seluruh
aspek kegiatan dari substansi pengelolaan pendidikan
sesungguhnya bermuara pada pencapaian manajemen bidang
kurikulum ini. 46
3) Kompetensi Guru
Menurut E. Mulyasa bahwa kompetensi dan pengalaman
belajar dari empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dan
dosen. Keempat kompetensi tersebut, yaitu kompetensi pedagogik,
sosial, kepribadian, dan profesional.” 47

1) Anggaran pendidikan

Anggaran pendidikan pada dasarnya adalah pernyataan


system yang berkaitan dengan program pendidikan, yaitu
penerimaan dan pengeluaran yang direncanakan dalam suatu
periode kebijakan keuangan (fscal), serta didukung dengan data
yang mencerminkan kebutuhan, tujuan proses pendidikan dan
hasil sekolah yang direncanakan. 48

2) Optimalisasi kerjasama

45 E. Mulyasa dalam Baryanto. Manajemen Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kualitas


Pendidikan Di MTS Nurul Kamal Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal TADBIR, Vol 1, No. 2, 2017
p-ISSN 2580-3581; e-ISSN 2580-5037. h. 251
46 Baharuddin dan Moh. Makin. Manajemen Pendidikan Islam Transformasi Menuju Sekolah
Atau Madrasah Unggul. (Malang: UIN Maliki Press, 2016). h, 80
47 E. Mulyasa. Satandar Kompetensi dan Srtifikasi Guru. (Bandung: Rosdakarya, 2008). h. 75-113
48 Armida. Sistem Anggaran Pendidikan. Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 13 No. 2 Oktober
2012. h, 4
31 Juliansyah
Kajian Kritis Manajemen Pendidikan
dan Faktor Penentuan Kualitas Serta Kinerja Pendidikan

Optimalisasi kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial,


dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditunjukkan
untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan
saling memahami aktivitas masing-masing dengan cara yang
terbaik. 49
b. Faktor Penghambat

1) Kualitas sarana dan prasarana


Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan
dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak
agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar,
teratur, efektif dan efisien. 50
2) Kualitas guru
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan
identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh
karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu
yang mencakup tanggung jawab wibawa, mandiri dan disiplin. 51
3) Kesejahteraan guru
Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
menjamin kesejahteraan guru seperti yang disebutkan dalam Pasal
14 antara lain: 1) memperoleh penghasilan diatas kebutuhan hidup
minimum dan jaminan kesejahteraan sosial, 2) mendapatkan
promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja,
3) memperoleh perlindungan dalam menghasilkan tugas dan hak
atas kekayaan intelektual. Dengan adanya kesejahteraan guru
seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang tersebut
diharapkan guru memiliki profesional yang tinggi. 52

3. Kinerja Pendidikan (Organisaasi)


a. Kinerja Pendidikan Sebagai Sistem

Dalam konteks organisasi ini tentunya melibatkan banyaknya


orang, proses, teknologi, dan bahan bahan yang bersama-sama

49 Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara,1994). h. 156.
50 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2008), h. 273.
51 Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 37.
52 Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, Tentang
Guru dan Dosen, Jakarta: Depdiknas.
Juliansyah
Kajian Kritis Manajemen Pendidikan 32
dan Faktor Penentuan Kualitas Serta Kinerja Pendidikan

melakukan fungsi secara signifikan dan memberikan kontribusi untuk


perubahan dan pengembangan organisasi dalam konteks kinerja
pendidikan

Gambar: 2
Tiga Fungsi Model Sistem 53

Tiga fungsi model sistem secara sederhana terdiri dari Input


(masukan) untuk sistem, yang berasal dari penginderaan lingkungan,
proses pengolahan yang dilakukan oleh orang-orang yang
menggunakan teknologi dan metode untuk melakukan analisis dan
membuat keputusan, dan output merupakan respon sistem untuk
input. Infrastruktur untuk membuat sistem bekerja yang terkandung
dalam subsistem seperti perencanaan, informasi, komunikasi,
teknologi, dan proses pengendalian.

Elemen pertama, penginderaan, memberikan masukan untuk


yang sistem akan bereaksi. Masukan ini biasanya berasal dari
lingkungan luar sistem. Dalam sebuah organisasi konteks perbaikan,
mungkin berasal dari pengukuran pelanggan atau kepuasan sponsor
tentang produk dan/atau jasa atau dari pembandingan organisasi lain.

Unsur kedua, analisis dan keputusan, menganggap proses di


dalam sistem yang menghasilkan dari bertindak atas informasi dari luar
sistem. Dalam konteks perbaikan organisasi, analisis dan keputusan
meliputi kepemimpinan, karyawan keterlibatan, perbaikan proses, dan
komunikasi diperlukan untuk menyesuaikan respon tertentu.

53 Kenneth A. Potock i dan Richard C. Brocato, A System of Management for Organizational


Improvement dalam techdigest. jhuapl.edu/td/td1604/Potocki.pdf (diakses pada Selasa, 25
februari 2020).
33 Juliansyah
Kajian Kritis Manajemen Pendidikan
dan Faktor Penentuan Kualitas Serta Kinerja Pendidikan

Yang ketiga, elemen respon merupakan output dari sistem. Dalam


konteks perbaikan organisasi, outputbisa perbaikan yang berfokus pada
pelanggan dalam produk atau kinerja. Dengan demikian, sistem
manajemen untuk organisasi perbaikan memiliki lima komponen yang
saling terkait, yaitu perencanaan, informasi, komunikasi, teknologi, dan
proses kontrol (pengawasan).
b. Prinsip-prinsip Perbaikan Kinerja Pendidikan

Berdasarkan berbagai pendekatan manajemen, lima prinsip yang


digunakan untuk melakukan perbaikan yang luar biasa dalam kinerja
organisasi, yaitu pengukuran/pembandingan, kepemimpinan,
keterlibatan karyawan, perbaikan proses, dan fokus pelanggan. Namun,
tidak setiap organisasi yang mencoba menerapkan prinsip-prinsip ini
berhasil. Dalam hal ini yang diperlukan untuk sukses adalah bahwa
prinsip-prinsip ini dipahami dan diterapkan sebagai sistem manajemen
terpadu (integrated system of Management). 54

Gambar: 3
Sistem Manajemen untuk Perbaikan Pendidikan
1) Pengukuran /pembandingan
Komponen pengukuran atau pembandingan memungkinkan
organisasi untuk secara objektif mengevaluasi apakah perubahan
yang diperlukan dan apakah kegiatan yang menyebabkan hasil
kinerja yang lebih baik. Ketika digunakan untuk menilai umpan
balik (feedback), pengukuran/pembandingan dapat membantu

54 Kenneth A. Potock i dan Richard C. Brocato, A System of Management for Organizational


Improvement dalam techdigest. jhuapl.edu/td/td1604/Potocki.pdf (diakses pada Rabu, 26
februari 2020).
Juliansyah
Kajian Kritis Manajemen Pendidikan 34
dan Faktor Penentuan Kualitas Serta Kinerja Pendidikan

untuk mengidentifikasi kesenjangan antara sistem saat ini dan


sistem yang diinginkan. 55
2) Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses sistemyang bersifat strategis.
Hal ini menjadi konsepsi sebuah organisasi, yang terdiri dari visi,
misi dan tujuan organisasi. Kepemimpinan juga berfungsi untuk
membuat dan memelihara lingkungan, berbagi informasi,
komunikasi yang terbuka, integritas, dan kepercayaan.. 56

3) Keterlibatan karyawan
Keterlibatan karyawan adalah proses sistem yang
menciptakan semangat kerja sama dalam organisasi dan
memberikan kontribusi kreatif terhadap masing-masing anggota.
Kesuksesan organisasi dalam meningkatkan kinerja sangat
tergantung pada keterampilan dan motivasi tenaga kerjanya.

4) Perbaikan proses
Perbaikan proses merupakan proses sistem yang melibatkan
penghapusan tambahan dari semua hambatan untuk kinerja yang
baik. komponen ini berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas
organisasi, proses kerja administrasi dan tenaga teknis, serta
pengaruh persepsi pelanggan terhadap kualitas dari produk atau
jasa.

5) Fokus pelanggan
Komponen kelima dalam sistem manajemen untuk
perbaikan organisasi adalah fokus pelanggan. Pelanggan terpusat
pada fokus untuk memperoleh pemahaman yang mendalam
terhadap kebutuhan pelanggan, dan harapan untuk menggunakan
pemahaman bahwa untuk menyediakan produk atau layanan jauh
melebihi kepuasan, bila dilihat sebagai umpan balik (feedback),
fokus pelanggan memungkinkan organisasi untuk merespon reaksi
pelanggan ke output dari sistem dari produk atau jasa dan untuk
mengidentifikasi perbaikan dalam rangka menciptakan kinerja
pendidikan.

55 Rusmini. Psikologi Manajemen. (Jambi: Pusat Studi Agama dan Kemasyarakatan, 2017).
Cetakan 1. h. 109
56 Rusmini. Psikologi Manajemen.....h. 110
35 Juliansyah
Kajian Kritis Manajemen Pendidikan
dan Faktor Penentuan Kualitas Serta Kinerja Pendidikan

c. Wawasan dari Sistem berfikir

Kelima komponen yang menjadi prinsip perbaikan kinerja


organisasi ini merupakan sistem manajemen untuk menciptakan
kinerja organisasi yang unggul, yang dapat diterapkan melalui sistem
berpikir yakni: 57
1) Semua komponen sistem harus ada untuk menciptakan kinerja
organisasi yang unggul. Karena setiap dari prinsip-prinsip
manajemen dalam sistem memiliki bagian penting untuk berperan,
semua harus hadir untuk hasil yang sukses.
2) Keterkaitan yang tepat antara komponen-komponen sistem.
Dalam sistem, komponen-komponen ini saling terkait dalam
rangka mencapai tujuan yang sama. Jika tujuan tersebut tidak jelas,
itu akan menjadi sistem tipis. Namun, jika tujuan yang jelas dan
dikomunikasikan, sistem akan cukup menantang dan
diperbolehkan untuk merespon.
3) Kepemimpinan mengoptimalkan sistem. Kepemimpinan dilihat
dalam kerangka Baldrige digambarkan sebagai sopir, bahwa
komponen yang menetapkan arah, menciptakan tujuan dan sistem,
dan panduan mengejar nilai tambah pelanggan dan organisasi
peningkatan kinerja. Tanpa kejelasan dan konsistensi
kepemimpinan dan visi-misi, sistem manajemen organisasi tidak
akan pernah sehat dan efisien, dan upaya perbaikannya akan lebih
menarik. Untuk optimalisasi yang efektif, tujuan sistem atau tujuan
harus didefinisikan secara jelas dan dikomunikasikan kepada
semua orang. Jika ada bagian atau komponen dari sistem berubah,
seluruh sistem akan terpengaruh. Kepemimpinan merupakan
seluruh infrastruktur manajemen.

57 Rusmini. Psikologi Manajemen. (Jambi: Pusat Studi Agama dan Kemasyarakatan, 2017).
Cetakan 1. h. 112
Juliansyah
Kajian Kritis Manajemen Pendidikan 36
dan Faktor Penentuan Kualitas Serta Kinerja Pendidikan

Gambar: 4
Kepemimpinan Mengoptimalkan Sistem Baldrige 58
Goal:
Customer Satisfaction, Customer satisfaction relative to
competitor, Customer retention, Market share gain.

Measures:
Product and service quality, Productivity improvment,
Waste reduction/ elimination, Supplier performance,
Financial results

Kesimpulan

Pada hakikatnya manajemen pendidikan mempunyai pengertian.


Pertama, suatu kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Kedua,
manajemen pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai
tujuan pendidikan. Ketiga, manajemen pendidikan dapat dilihat dengan
kerangka berpikir sistem yang meliputi: fungsi, prinsip, raung lingkup, urgensi
dll.

Manajemen pendidikan merupakan hal yang harus diprioritaskan untuk


menentukan kualitas pendidikan, sehingga menghasilkan impact yang
diinginkan. Kenyataannya, banyak institusi pendidikan yang belum memiliki
manajemen yang bagus dalam pengelolaan pendidikannya. Pendidikan yang

58 Baldrige dalam Rusmini. Psikologi Manajemen. (Jambi: Pusat Studi Agama dan
Kemasyarakatan, 2017). Cetakan 1. h. 112
37 Juliansyah
Kajian Kritis Manajemen Pendidikan
dan Faktor Penentuan Kualitas Serta Kinerja Pendidikan

visioner, memiliki misi yang jelas akan menghasilkan keluaran yang


berkualitas. Dari sanalah pentingnya manajemen pendidikan diterapkan.
Tanpa adanya manajemen pendidikan yang baik, tentu saja suatu institusi
pendidikan tidak akan dapat bergerak secara maksimal dan proses pendidikan
menjadi tak seperti yang diharapkan.

Melihat dari sisi ‘terpandang sebelah mata’ manajemen pendidikan


inilah yang mendasari ketidak sesuaian cara berfikir dengan apa yang terjadi di
lapangan. Seperti yang diketahui, tanpa ada manajemen yang baik, suatu
institusi atau organisasi sekalipun akan sangat sulit untuk berkembang.
Berdasarkan berbagai pendekatan manajemen, lima prinsip yang digunakan
untuk melakukan perbaikan yang luar biasa dalam kinerja organisasi, yaitu
pengukuran/pembandingan, kepemimpinan, keterlibatan karyawan, perbaikan
proses, dan fokus pelanggan.

Daftar Pustaka
Abdulsyani, 1994. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Jakarta: Bumi Aksara
Ali Rahim, 2014. Strategi Peningkatan Kualitas Pendidikan di Madrasah Aliyah
Kabupaten Sidrap (Tinjauan Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan). Jurnal Diskursus Islam, Vol 2, No. 3. Desember
Armida. 2012. Sistem Anggaran Pendidikan. Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol.
13 No. 2 Oktober
Baharuddin dan Moh. Makin. 2016. Manajemen Pendidikan Islam Transformasi
Menuju Sekolah Atau Madrasah Unggul. Malang: UIN Maliki Press
Baryanto. 2017. Manajemen Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kualitas
Pendidikan Di MTS Nurul Kamal Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal
TADBIR, Vol 1, No. 2, p-ISSN 2580-3581; e-ISSN 2580-5037.
Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Undang-Undang Nomor 14 Tahun
Tentang Guru dan Dosen, Jakarta: Depdiknas.
E. Mulyasa, 2005. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
E. Mulyasa. 2008. Satandar Kompetensi dan Srtifikasi Guru. Bandung:
Rosdakarya
Edward Sallis. 2006. Total Quality Management in Education. Jogjakarta:
IRCiSoD,
Hasbullah. 2006. Otonomi Pendidikan – Oebijakan Otonomi daerah dan
implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Juliansyah
Kajian Kritis Manajemen Pendidikan 38
dan Faktor Penentuan Kualitas Serta Kinerja Pendidikan

Heri Widodo, 2015 .Potret Pendidikan di Indonesia dan Kesiapannya dalam


Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA). Jurnal Cendikia, Vol. 13,
No. 2, Juli – Desember
Husaini Usman, 2006. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara,
Iwan Purwanto. 2008. Manajemen strategi. Bandung: IKAPI.
Kenneth A. Potock i dan Richard C. Brocato, A System of Management for
Organizational Improvement dalam techdigest. jhuapl. edu/td/td1604/
Potocki.pdf (diakses pada Selasa, 25 februari 2020).
Kristiawan dkk, 2017. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Anggota IKAPI
Malayu S.P. Hasibuan, 2003. Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan
Produktivitas, Jakarta: Bumi Aksara
Omar Hamalik, 2006. Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Rusmini. 2017. Psikologi Manajemen. Jambi: Pusat Studi Agama dan
Kemasyarakatan PUSTAKA
Saiful Sagala. 2007. Manajemen Strategik dalam peningkatan Mutu Pendidikan,
Pembuka Ruang Kreativitas, Inovasi dan Pemberdayaan Potensi sekolah
dalam Sistem Otonomi Sekolah. Bandung: Alfabeta,
Suharsimi Arikunto, 2008. Manajemen Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media
T Hani Handoko. 2011. Manajemen personalia dan sumberdaya manusia,
Yogyakarta: BPFE.
Kajian Kritis Landasan Hukum Pembiayaan
Pendidikan Di Indonesia

M. Ibnu Ahmad
18731002
e-mail: mibnuahmad@gmail.com

Latar Belakang

Issue mengenai anggaran pendidikan merupakan salah satu elemen


penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Lembaga
pendidikan akan kesulitan mencapai target tinggi, menjadi yang terbaik,
menjadi yang bermutu, memiliki reputasi bagus dan banyak lagi label prestasi
yang ingin dicapai jika tanpa dukungan pembiayaan yang kuat. Oleh sebab itu
sumber daya uang sangat menentukan capaian dan targetnya bisa terwujud jika
dikelola dengan professional, berkeadilan, berkecukupan, dan berkelanjutan.
Pendidikan adalah salah satu elemen yang penting dalam mencetak sumber
daya manusia yang ungggul. Namun faktanya harapan tersebut masih sulit
tercapai. Mahalnya biaya pendidikan yang tidak terjangkau oleh masyarakat
dikalangan bawah menjadi masalah yang paling serius. Padahal, pendidikan
adalah hak seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang disebutkan dalam
pembukaan UUD 1945 yang salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Ini memiliki konsekuensi bahwa negara harus
menyelenggarakan dan menfasilitasi seluruh rakyatnya untuk memperoleh
pengajaran dan pendidikan yang layak. Untuk itu pemerintah harus hadir agar
pendidikan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat.

Tahun 2019 pemerintah menaruh fokus dan priortitas terhadap persoalan


pembangunan manusia sehingga arah kebijakan pemerintah diarahkan kepada
peningkatan mutu dan kualitas sumber daya manusia dan salah satunya
melalui sektor pendidikan. Tentunya perhatian pemerintah untuk sektor
pendidikan patut diapresiasi, pemerintah menyadari bahwa sumber daya
manusia Indonesia merupakan investasi besar bagi pembangunan bangsa dan
negara baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang. Untuk
mendukung kebijakan peningkatan sumber daya manusia melalui
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, pemerintah telah membuat
beberapa gebrakan kebijakan pendidikan pasca reformasi.
M. Ibnu Ahmad
Kajian Kritis Landasan Hukum 40
Pembiayaan Pendidikan Di Indonesia

Semangat peningkatan kualitas sumber daya menausia melalui


penyelenggaraan pendidikan yang bermutu tersebut, diawali pada tahun 2002
dimana pemerintah bersama dengan MPR melakukan amandemen Undang-
Undang Dasar tahun 1945 yang keempat, yang salah satu poinnya adalah
memasukkan pembiayaan pendidikan 20 persen dari APBN dan APBD.
Kemudian pada tahun 2003 lahirlah Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 yang merupakan undang-undang yang mengatur tentang
sistem pendidikan di Indonesia. Dalam UU ini, penyelenggaraan pendidikan
wajib memegang beberapa prinsip antara lain pendidikan diselenggarakan
secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai budaya, dan
kemajemukan bangsa dengan satu kesatuan yang sistemis dengan sistem
terbuka dan multimakna. Selain itu, di dalam penyelenggaraannya sistem
pendidikan juga harus dalam suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat dengan memberi keteladanan,
membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam
proses pembelajaran melalui mengembangkan budaya membaca, menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat dan memberdayakan semua
komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu layanan pendidikan. 59

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka Yang menjadi kritikal isu yang
harus disoroti dalam bahasan ini adalah: (1) bagaimana kebijakan pemerintah
terhadap pembiayaan pendidikan di Indoensia? (2) apakah penyelenggaraan
pembiayaan pendidikan di Indonesia sudah sesuai dengan amanat UUD 1945
dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional?

Tujuan Pembahasan

Dari rumusan di atas, maka tujuan pembahasan ini adalah untuk: (1)
menganalisis kebijakan pembiayaan pendidikan di Indonesia; dan (2)
menganalisis praktik penyelenggaraan pembiayaan pendidikan di Indonesia
sesuai dengan amanat UUD 1945 dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.

59 https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-
undang_Sistem_Pendidikan_Nasional_Nomor_20_tahun_2003
41 M. Ibnu Ahmad
Kajian Kritis Landasan Hukum
Pembiayaan Pendidikan Di Indonesia

Pembahasan

1. Landasan Hukum Kebijakan Pembiayaan Pendidikan di Indonesia

Penyelenggaraan pendidikan tentu memerlukan biaya yang cukup,


baik yang harus ditanggung oleh negara maupun oleh masyarakat dan
orang tua peserta didik. Pada prinsipnya negara kita telah memberikan
jaminan terhadap hak pendidikan bagi seluruh rakyat Indoensia. Hal
tersebut sebagaimana dijelaskan:
a. Pembukaan UUD 1945 (mencerdaskan kehidupan bangsa);

b. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (Amandemen


IV) 60

Pasal 31 ayat (2:


Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan; setiap warga
negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya; pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan
dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20 % dari APBN serta dari APBD
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional; pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa
untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
c. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional

pasal 11 Ayat (2):


“Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya
dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara
yang berusia tujuh sampai lima belas tahun”.
pasal 12 Ayat (1):
“Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya
tidak mampu membiayai pendidikannya dan mendapatkan biaya
pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu

60 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 amandemen IV adalah


sebagai hasil Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 2002 tanggal 1-11
Agustus 2002.
M. Ibnu Ahmad
Kajian Kritis Landasan Hukum 42
Pembiayaan Pendidikan Di Indonesia

membiayai pendidikannya. Setiap peserta didik berkewajiban ikut


menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi
peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
Pasal 34:
“Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti
program wajib belajar; pemerintah dan pemerintah daerah
menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang
pendidikan dasar tanpa memungut biaya, wajib belajar merupakan
tanggung jawab negara yang diselenggaraka oleh Lembaga
pendidikan pemerintah dan masyarakat. Dana pendidikan selain
gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan
minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20%
dari APBD. Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah
dialokasikan dalam APBN dan APBD”.
Pasal 49:
Ayat (1): Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan
kedinasan dialokasikan minimal 20 % dari Anggaran Pendapatan
Dan belanja Negara (APBN) pada sector pendidikan dan minimal
20% dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD).
Ayat (2): Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah
dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).
Ayat (3): Dana pendidikan dari pemerintah dan Pemerintah Daerah
untuk satuan pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai
dengan peraturan perundang undangan yang brlaku.
Dari paparan di atas, dapat dipahami bahwa konstitusi dan
perundang-undangan telah mengamanatkan agar pendidikan menjadi
prioritas dalam pembangunan bangsa yang dibuktikan dengan jaminan
pembiayaan penyelenggaran pendidikan secara optimal. Kebijakan
pendidikan merupakan bagian dari kebijakan public di bidang pendidikan,
hal ini dikarenakan kebijakan pendidikan tersebut memberikan aturan-
aturan dan ketentuan-ketentuan di bidang pendidikan. Mark Olsen, John
Codd dan Anne Marie O’Neil menyebutkan bahwa kebijakan pendideikan
merupakan kunci bagi keunggulan, bahkan eksistensi bagi negara-negara
dalam persaingan global, sehingga kebijakan pendidikan perlu mendapat
prioritas dalam era globalisasi. 61 Di era otonomi daerah saat ini persoalan

61 Olsen, Mark, dkk, (2000), Educational Policy: Globalization, Citizenship and Democracy,
London,]: sage. Hal. 1-2
43 M. Ibnu Ahmad
Kajian Kritis Landasan Hukum
Pembiayaan Pendidikan Di Indonesia

pendidikan menjadi suatu yang sangat krusial dengan munculnya istilah


desentralisasi pendidikan (otonomi pendidikan). 62

2. Penyelenggaraan Pembiayaan Pendidikan Di Indonesia

Undang-undang dan peraturan pemerintah di atas secara jelas


mengamanatkan bahwa pendidikan harus menjadi prioritas dalam
pembangunan bangsa bahkan dalam UUD pasal 31 ayat 2 tersebut
dinyatakan bahwa: Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan;
setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya. Artinya Undang-undang ini mengahruskan kepada negara
agar membiayai semua biaya pendidikan tingkat dasar, dengan kata lain
sekolah geratis 9 tahun harus dapat terealisasikan. Namun, dalam
pelaksanaannya menurut Ferdi 63 pemerintah belum memiliki kapasitas
finansial yang memadai, sehingga alokasi dana tersebut dicicil/dilakukan
secara bertahap dan berkesinambungan dengan komitmen peningkatan
alokasi setiap tahunnya. Karena itu anggaran pendidikan 64 sebagimana
yang termaktub dalam UUD pasal 31 tersebut hanya mengharuskan kepada
pemerintah menyediakan dana untuk membiayai pendidikan sekurang-
kuangnya adalah 20 % dari APBN dan APBD. Meskipun anggaran
pendidikan pada setiap tahun jumlahnya mengalami kenaikan, namun
dalam pelaksanaannya anggaran tersebut belum tepat sasaran dan dapat
menanggung semua biaya pendidikan. Hal tersebut berdampak pada biaya
pendidikan yang semakin mahal.

Alokasi dana pendidikan di Indonesia termasuk rendah jika


dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara. 65 Anggaran
pendidikan selama ini dialokasikan 20% dari APBN, namun sebagian besar
masih dialokasikan untuk belanja rutin dan pegawai. Padhal Pasal 31 ayat

62 Desentralisasi pendidikan lahir dalam paket UU tentang pemerintah daerah yang


pelaksanaannya dilatarbelakangi oleh keinginan segenap lapisan masyarakat untuk
melakukan reformasi dalam semua bidang pemerintah
63 Ferdi W. P. 2013. Pembiayaan Pendidikan: Suatu Kajian Teoritis Financing of Education: A
Theoritical Study. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, 565-578
64 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Pasal 1 ayat (39) mendefinisikan anggaran pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi
pendidikan yang dianggarkan melalui kementerian negara/lembaga, alokasi anggaran
pendidikan melalui transfer ke daerah dan dana desa, dan alokasi anggaran pendidikan
melalui pengeluaran pembiayaan, termasuk gaji pendidik, tetapi tidak termasuk anggaran
pendidikan kedinasan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi
tanggung jawab Pemerintah.
65 http://berita.upi.edu/9738/ diakses pada tanggal 2 Mei 2020
M. Ibnu Ahmad
Kajian Kritis Landasan Hukum 44
Pembiayaan Pendidikan Di Indonesia

(4) UUD 1945 secara jelas menyebutkan bahwa pemerintah mempunyai


kewajiban konstitusi untuk memprioritaskan anggaran pendidikan sebesar
20% dari APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan peyelenggaraan
pendidikan. Pasal 46 Undang-undang No. 20 tahun 2003 menyatakan
bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Di dalam impletasinya, anggaran pendidikan 20% sebagaimana


dimanahkan undang-undang tersebut, seringkali oleh pemerintah pusat
dan daerah diterjemahkan dengan maksud yang berbeda-beda sehingga
multi tafsir dalam memaknai serta merealisasikan anggarannya. Bahkan
yang lebih ironinya banyak kepala daerah belum mengalokasikan anggaran
pendidikan sebanyak 20%. Menurut Arwildayanto setidaknya terdapat dua
faktor yang penyebab kurangnya alokasi anggaran pendidikan yang
dilakukan pemerintah daerah; (1) jumlah pendapatan asli daerah yang
masih kecil; dan (2) komitmen untuk memenuhi alokasi 20% anggaran
pendidikan tersebut belum maksimal. 66

Perbedaan pendapatan asli daerah tersebut mengakibatkan pada


kesenjangan dan ketidakmerataanya kualitas pendidikan antar daerah. Hal
ini diperkuat dengan hasil penelitian Arainto yang menyatakan bahwa
terjadinya kesenjangan kualitas pendidikan di Indoensia salah satunya
disebabkan oleh karena implementasi anggaran 20% dari pemerintah
daerah tidak sama antara daerah satu dengan lainnya, dikarenakan
kemampuan anggaran yang berbeda-beda. Implikasinya kebijakan
terhadap pendidikan di Indonesia berbeda di setiap daerah. 67 Sementara
itu, anggaran yang diberikan oleh pemerintah pusat belum sepenuhnya
dapat mencover sumua biaya yang dibutuhkan untuk operasional
pendidikan di daerah, sehingga diperlukan tambahan dana dari pihak lain
dalam hal ini adalah masyarakat atau dunia usaha yang diajak berkerjsama
dalam memajukan pendidikan. Hal ini sedana dengan hasil penelitian
Yoyon Suryono yang menyatakan bahwa daerah masih tergantung kepada
pemerintah pusat, sumber dana dari masyarakat, orang tua dan sumber
lainnya masih terbatas. 68

66 Arwildayanto, Nina Lamatenggo, Warni Tune Sumar, 2017. Manajemen Keuangan Dan
Pembiayaan Pendidikan. (Jawa Barat: Widya Padjadjaran Anggota), h.2-4
67 Arianto, A.N., Edy, Y., Firmansyah. 2018. Budget Policy to Eradicate Education Inequality in
Indonesia, E3S Web of Conferences 73,09004
68 Sudarmanto, R. Gunawan. 2009. Pengaruh Pembiayaan Pendidikan terhadap Kualitas
Pelaksanaan Pembelajaran dan Prestasi Belajar Siswa Sekolah MenengahKejuruan Ekonomi
di Bandar Lampung. Disertasi, Program Studi Pendidikan Ekonomi, Program Pascasarjana,
Universitas Negeri Malang
45 M. Ibnu Ahmad
Kajian Kritis Landasan Hukum
Pembiayaan Pendidikan Di Indonesia

Disamping itu, pendanaan pendidikan yang harus ditanggung


APBD, telah tanpa sadar menarik pendidikan dalam kancah politik di
daerah. Karena besar kecilnya porsi biaya pendidikan tersebut akan
mempengaruhi struktur APBD, yang tentu saja perhatian terhadap
pendidikan akan sangat terpengaruh oleh kepentingan politik. Biaya
pendidikan (karena adalah masalah uang) pada gilirannya tidak lagi murni
untuk pendidikan, akan tetapi didalamnya sudah tercampur dengan
berbagai kepentingan. Akibatnya porsi pendidikan tidak lagi ditentukan
oleh seberapa besar kebutuhannya, namun seberapa strategis bidang
pendidikan dalam menjaga dukungan politis. Semakin strategis dalam
porsi tersebut maka akan semakin besar porsi pendidikan dalam APBD.
Sebaliknya apabila (ada/banyak) bidang lain yang dianggap lebih srategis,
tentu saja porsi pendidikan dalam APBD akan ‘terjepit’.

Dapat dikatakan bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan,


pembiayaan merupakan potensi yang menentukan keberhasilan layanan
pendidikan. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Sudarmanto yang
menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
biaya sosial (social cost) dan biaya pribadi (private cost) yang digunakan
untuk membiayai pendidikan terhadap kualitas pelaksanaan
pembelajaran, dan prestasi belajar siswa. 69 Senada dengan hal tersebut,
Widiyono, dkk (2020) yang telah melakukan penelitian terhadap lima
Perguruan Tinggi Budhis, menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara biaya dan prestasi langsung dan tidak langsung. 70
Dengan kata lain semakin tinggi biaya yang di keluarkan maka semakin
tinggi pula tingkat prestasinya.

Disamping itu, lahirnya RUU Badan Hukum Pendidikan,


Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pendidikan Dasar dan
Menengah, dan RPP tentang Wajib Belajar, secara jelas pemerintah
berencana memprivatisasi pendidikan. Privatisasi pendidikan ini
diperkuat dengan pasal 53 (1) UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) yang menyebutkan bahwa penyelenggara dan/atau
satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat

69 Sudarmanto, R. Gunawan. 2009. Pengaruh Pembiayaan Pendidikan terhadap Kualitas


Pelaksanaan Pembelajaran dan Prestasi Belajar Siswa Sekolah MenengahKejuruan Ekonomi
di Bandar Lampung. Disertasi, Program Studi Pendidikan Ekonomi, Program Pascasarjana,
Universitas Negeri Malang
70 Widiyono,D., Mujiyanto, Kardoyo, Surono, Kuswati, E. 2020. Analysis of the implementation
of the education cost in private buddhist higher education in Indonesia, International Journal
of Scientific and Technology Research (1), pp. 142-148
M. Ibnu Ahmad
Kajian Kritis Landasan Hukum 46
Pembiayaan Pendidikan Di Indonesia

berbentuk badan hukum pendidikan. Melalui Rancangan Undang-Undang


Badan Hukum Pendidikan. Pemerintah memprivatisasi pendidikan.
Semua satuan pendidikan kelak akan menjadi badan hukum pendidikan
(BHP) yang wajib mencari sumber dananya sendiri. Hal ini berlaku untuk
seluruh sekolah negeri, dari SD hingga perguruan tinggi.

Seperti halnya perusahaan, sekolah dibebaskan mencari modal


untuk diinvestasikan dalam operasional pendidikan. Koordinator LSM
Education Network for Justice (ENJ), Yanti Mukhtar menilai bahwa dengan
privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah melegitimasi
komersialisasi pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab
penyelenggaraan pendidikan ke pasar. 71 Dengan demikian, kedepan
sekolah memiliki otonomi untuk menentukan sendiri biaya
penyelenggaraan pendidikan. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena
sekolah akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan
mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu
untuk menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat
semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara yang kaya dan
miskin. Hasil penelitian Ghosh terhadap preferensi orang tua siswa di India
menunjukkan bahwa pemilihan sekolah sangat tergantung pada status
sosial ekonomi orang tua. Orang tua yang secara ekonomi dan
berpendidikan lebih memilih menyekolahkan anak-anak mereka di
sekolah swasta daripada sekolah negeri, meskipun sekolah swasta tersebut
lebih mahal. 72 Hal senada dituturkan pengamat ekonomi Revrisond
Bawsir. Menurutnya, privatisasi pendidikan merupakan agenda
kapitalisme global yang telah dirancang sejak lama oleh negara-negara
donor lewat Bank Dunia.

Pembiayaan pendidikan telah menjadi salah satu masalah


pendidikan yang paling kontroversial di negara maju dan dunia ketiga. Di
antara penyebab yang disoroti oleh para peneliti adalah meningkatnya
jumlah peserta yang melanjutkan pendidikan. Meningkatnya jumlah
pendaftar tanpa disertai dukungan pendanaan yang memadai akan
menyebabkan fasilitas di bawah standar dan penurunan standar akademik.
Untuk menutup kesenjangan pendanaan itu, lembaga-lembaga
pendidikan melakukan privatisasi, yang meliputi antara lain biaya sekolah
dan biaya lainnya. 73 Dalam penelitian Abankina, Vynaryk, V.A., dan
Filatova terhadap beberapa perguruan di Rusia, menunjukkan bahwa

71 Republika, 10 Mei 2005


72 Ghosh, S., Dey, S. 2020. International Journal of Child Care and Education Policy
73 Farooq, M.,Abdallah, S.S. 2020, Springer Proceedings in Complexity pp. 211-225
47 M. Ibnu Ahmad
Kajian Kritis Landasan Hukum
Pembiayaan Pendidikan Di Indonesia

dukungan publik terhadap pendidikan tinggi adalah sumber utama


pendanaan. Artinya semakin tinggi peminat suatu Lembaga pendidikan
semakin besar pula peluang meraih untung sebesar-besarnya. 74

Bagi masyarakat tertentu, beberapa Lembaga pendidikan yang


berubah status badan hukum itu menjadi momok. Jika alasannya bahwa
pendidikan bermutu itu harus mahal, maka argumen ini hanya berlaku di
Indonesia. Di Jerman, Prancis, Belanda, dan di beberapa negara
berkembang lainnya, banyak perguruan tinggi yang bermutu namun biaya
pendidikannya rendah. Bahkan beberapa negara ada yang menggratiskan
biaya pendidikan. Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah,
atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Pemerintahlah sebenarnya
yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh
pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan
pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin
berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat
dijadikan alasan bagi pemerintah untuk melarikan diri dari
tanggungjawabnya.

Bentuk dari privatisasi pendidikan juga tampak pada kebijakan


pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS
di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk
melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan
Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur
pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih
luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang
selalu berkedok, “sesuai keputusan Komite Sekolah”. Namun, pada tingkat
implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi
pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan
Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator
kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari
pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan
rakyatnya.

Berbagai kalangan, baik itu Pemerintah maupun Non-Pemerintah,


berdalih bahwa sulitnya pemenuhan anggaran pendidikan 20 persen dari
APBN dan APBD setidaknya disebabkan oleh dua permasalahan utama,
yaitu: Pertama, kesalahan konstitusi (constitusional failure) yang

74 Abankina, I.V., Vynaryk, V.A., Filatova, L.M. 2017. The State Policy of Funding Higher
Education Under Public Budget Constraints. Russian Education and Society. 59(3-4), pp. 135-
173
M. Ibnu Ahmad
Kajian Kritis Landasan Hukum 48
Pembiayaan Pendidikan Di Indonesia

menetapkan besaran angka persentase anggaran pendidikan dalam


konstitusinya (dan cukup ironis karena saat ini gaji pegawai yang berkait
dengan pendidikan tercakup dalam target 20%). Kedua, untuk pemerintah
pusat, pemenuhan anggaran pendidikan terhalang besarnya beban
pembayaran bunga dan cicilan pokok utang serta berbagai subsidi.
Menanggapi permasalah tersebut di atas, mencari kambing hitam atas
ketidakmampuan Pemerintah dalam memenuhi kewajiban konstitusi
(constitutional obligation) dengan menyalahkan ketentuan yang
tercantum pada UUD 1945 dan kondisi tragis bangsa ini adalah hal yang
tidak patut lagi dijadikan alasan, sebab hampir setiap pergantian
kepemimpinan alasan tersebut selalu dijadikan dalih. 75 Memang hingga
saat ini baru Indonesia dan Taiwan yang secara tegas mencatumkan
besaran angka persentase anggaran pendidikan di dalam konstitusinya,
akan tetapi menyesali suatu ketentuan konstitusi yang pada kenyataannya
sulit untuk dilaksanakan sehingga boleh dikesampingkan tidaklah dapat
dijadikan sebagai suatu alasan pembenar.

Kesimpulan

Dari urain di atas, dapat disempulkan bahwa: pertama, pasca-reformasi


anggaran pendidikan mendapatkan porsi 20 persen dari Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanjda Daerah (APBD).
Setidaknya itu dinyatakan dalam amandemen keempat Undang-Undang Dasar
1945 Pasal 31. Meskipun masalah pembiayaan seutuhnya tidak sepenuhnya
berpengaruh langsung terhadap kualitas pendidikan, namun pembiayaan
berkaitan erat dengan kelancaran pembelajaran di sekolah, termasuk
pengadaan sarana-prasarana dan sumber belajar. Berapa banyak sekolah yang
tidak dapat melakukan kegiatan belajar-mengajar secara optimal hanya karena
masalah keuangan baik untuk menggaji guru maupun untuk pengadaan sarana
dan prasarana pembelajaran. Dalam kaitan ini, meskipun tuntutan reformasi
menghendaki pendidikan yang murah dan berkualitas, namun pendidikan
yang berkualitas senantiasa memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Kedua, meskipun pemerintah telah menganggarkan 20 persen dari


APBN dan APBD, nyatanya yang jatuh untuk operasional dan yang dikelola
terbilang kecil. Anggaran tersebut belum mampu sepenuhnya membiayai
pendidikan dari berbagai jenjanag yang ada, sehingga mengakibatkan
mahalnya biaya pendidikan dan sulitnya menjangkau pendidikan yang
bermutu bagi masyarakat ekonomi bawah. Dari sini muncullah privatisasi
Lembaga pendidikan, dimana pembiayaan pendidikan diserahkan sepenuhnya

75 https://indonews.id/artikel/21928/Satu-Dekade-Anggaran-Pendidikan-20-Persen/
49 M. Ibnu Ahmad
Kajian Kritis Landasan Hukum
Pembiayaan Pendidikan Di Indonesia

kepada Lembaga pendidikan. Akibatnya sekolah dan perguruan tinggi akan


berlomba-lomba menaikkan biaya pendidikannya.

Daftar Pustaka
Abankina, I.V., Vynaryk, V.A., Filatova, L.M. 2017. The State Policy of Funding
Higher Education Under Public Budget Constraints. Russian Education
and Society. 59(3-4), pp. 135-173
Arwildayanto, Nina Lamatenggo, Warni Tune Sumar, 2017. Manajemen
Keuangan Dan Pembiayaan Pendidikan. (Jawa Barat: Widya Padjadjaran
Anggota)
Arianto, A.N., Edy, Y., Firmansyah. 2018. Budget Policy to Eradicate
Education Inequality in Indonesia, E3S Web of Conferences
73,09004
Farooq, M.,Abdallah, S.S. 2020, Springer Proceedings in Complexity pp.
211-225
Ferdi W. P. 2013. Pembiayaan Pendidikan: Suatu Kajian Teoritis Financing of
Education: A Theoritical Study. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol.
19, Nomor 4, 565-578
Ghosh, S., Dey, S. 2020. International Journal of Child Care and Education
Policy
Olsen, Mark, dkk, (2000), Educational Policy: Globalization, Citizenship and
Democracy, London,
Republika, 10 Mei 2005
Sudarmanto, R. Gunawan. 2009. Pengaruh Pembiayaan Pendidikan terhadap
Kualitas Pelaksanaan Pembelajaran dan Prestasi Belajar Siswa Sekolah
MenengahKejuruan Ekonomi di Bandar Lampung. Disertasi, Program
Studi Pendidikan Ekonomi, Program Pascasarjana, Universitas Negeri
Malang
Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Pasal 1 ayat (39)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
amandemen IV
Widiyono, D., Mujiyanto, Kardoyo, Surono, Kuswati, E. 2020. Analysis of
the implementation of the education cost in private buddhist higher
education in Indonesia, International Journal of Scientific and
Technology Research (1), pp. 142-148
M. Ibnu Ahmad
Kajian Kritis Landasan Hukum 50
Pembiayaan Pendidikan Di Indonesia

https://indonews.id/artikel/21928/Satu-Dekade-Anggaran-Pendidikan-
20-Persen/
https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-
undang_Sistem_Pendidikan_Nasional_Nomor_20_tahun_2003
http://berita.upi.edu/9738/ diakses pada tanggal 2 Mei 2020
Kajian Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam:
Sebuah Konsep Dasar

Achmad Junaidi
18731003
e-mail: junaidi@gmail.com

Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu karakteristik dasar manusia, di mana


pendidikan manusia dapat diajarkan untuk mengenali berbagai konsep
kelangsungan hidup mereka ke arah yang mereka inginkan. Pendidikan sangat
menuntut karena pendidikan merupakan faktor perubahan dan perubahan
tertib. Karena pendidikan adalah keseimbangan yang tepat dari orang-orang
yang perlu mempertahankan keberadaan dan keberlanjutan mereka.
Kelangsungan kegiatan lembaga pendidikan terkait erat dengan banyak faktor,
salah satunya adalah faktor biaya. Biaya adalah masalah yang sangat penting
untuk keberlanjutan lembaga pendidikan. 76

Biaya seperti darah yang mengalir ke seluruh tubuh manusia, jika orang
kekurangan darah, cepat atau lambat mereka akan siap untuk mengambilnya.
Demikian pula, dana pendidikan, tanpa biaya semua program yang
direncanakan, tidak mungkin dijalankan. Masalah biaya pendidikan tinggi
dirasakan oleh orang-orang di satu sisi, dan keinginan untuk menyediakan
layanan pendidikan yang lebih baik di sisi lain selalu menjadi masalah yang
tidak pernah diselesaikan dengan memuaskan.77

Biaya pendidikan adalah salah satu elemen terpenting dari input yang
berguna dalam manajemen pendidikan. Dalam setiap pencapaian pendidikan,
baik kuantitatif maupun kualitatif, biaya pendidikan memainkan peran yang
sangat penting. Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan
peran biaya, sehingga dapat diperdebatkan bahwa tanpa biaya proses (di
sekolah) Anda tidak akan berhasil. 78

Dalam semua upaya untuk mencapai tujuan pendidikan, biaya dan


pendanaan pendidikan memainkan peran yang sangat penting. Hampir tidak
ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peran biaya, sehingga dapat

76 Rahmawaty Rahim, Pola Pembiayaan Pendidikan Islam Pada Masa Klasik, Ta’dib, Vol. XVII,
No. 01, Edisi Juni 2012, hlm. 73.
77 Idem.
78 Badruttamam, Manajemen Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan Islam Nurul Karomah
Bangkalan, Kabilah Vol. 3 No. 1 Juni 2018, hlm. 66
Achmad Junaidi
Kajian Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam: 52
Sebuah Konsep Dasar

dikatakan bahwa tanpa biaya, proses pendidikan tidak dapat berjalan secara
optimal. Madrasah atau sekolah, setidaknya dalam bidang pendidikan,
mematuhi prinsip Pancasila Kelima yang memberikan "Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia". Prinsip kelima menunjukkan bahwa penerapan
manajemen keuangan di dunia pendidikan harus dilakukan sejauh mungkin
agar pendidikan dapat berjalan dengan baik. 79

Dalam Konstitusi Keempat 1945, frasa "Mencerdaskan kehidupan Bangsa"


disampaikan berarti bahwa setiap anggota masyarakat wajib berpartisipasi
dalam pendidikan dalam upaya mempertahankan kedaulatan Republik
Indonesia. Dalam praktiknya, penyediaan pendidikan membutuhkan dana. Hal
ini disebabkan manajemen pendidikan di madrasah dan sekolah dalam semua
kegiatannya, yang membutuhkan fasilitas dan infrastruktur untuk pengajaran,
layanan, implementasi program, dan kesejahteraan pendidik dan tenaga
kependidikan saat ini. Semuanya membutuhkan dana anggaran. Dana terbatas
membutuhkan pengelolaan lembaga pendidikan kreatif dan menyadari
peluang, membangun hubungan dan mengelola dana yang ada dengan benar. .

Rumusan Masalah

Berdasarkan konteks penelitian yang sudah disampaikan, rumusan


masalah pada kajian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian pembiayaan pendidikan islam ?

2. Bagaimana konsep pembiayaan dalam islam menurut Al-Qur’an, Hadist,


dan Pendapat Ulama’ ?

3. Apa problem pembiayaan pendidikan islam dan bagaimana solusinya.

Tujuan

Kajian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan pengertian pembiayaan islam

2. Mendeskripsikan konsep pembiayaan dalam islam menurut Al-Qur’an,


Hadits dan pendapat ulama

3. Mendeskripsikan problem dan solusinya pembiayaan dalam pendidikan


islam

79 Baharuddin dan Moh. Makin, Manajemen Pendidikan Islam, (Malang: UIN MALIKI PRESS,
2010), 125
53 Achmad Junaidi
Kajian Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam:
Sebuah Konsep Dasar

Pembahasan

1. Pengertian Pembiayaan Pendidikan Islam

Biaya menurut Usri dan Hammer adalah sebagai cost as an


exchange, a forgoing, a sacrifice made to secure benefit. 80 Biaya hanyalah
jumlah uang yang dihabiskan atau layanan yang diberikan kepada siswa.81

Biaya adalah keseluruhan pengeluaran baik yang bersifat uang


maupun bukan uang. 82 Dari beberapa pengertian biaya di atas dapat
disimpulkan bahwa biaya adalah jumlah uang atau jasa yang disediakan
(dialokasikan) dan digunakan atau dibelanjakan untuk melaksanakan
berbagai fungsi atau kegiatan guna mencapai suatu tujuan dan sasaran-
sasaran yang telah ditentukan.

Biaya pendidikan adalah salah satu elemen input penting dalam


manajemen pendidikan. Tujuan dalam setiap upaya untuk mencapai
pendidikan adalah kuantitatif dan kualitatif. Tidak ada upaya pendidikan
yang hampir mengabaikan peran biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa
tanpa biaya, proses pendidikan tidak akan berjalan dengan lancar. 83

Apabila dikontekskan dalam pendidikan, lembaga pendidikan


sebagai lembaga non profit yang bergerak di bidang jasa, maka faktor-
faktor yang menjadi pemicu biaya di antaranya jumlah jam mengajar guru,
media pengajaran, buku teks yang digunakan, fasilitas pendukung yang
sifatnya temporer. Program-program pendidikan yang ditawarkan oleh
sekolah yang secara akumulatif dapat meningkatkan dan mengembangkan
keterampilan lulusan serta dapat juga dijadikan sebagai pemicu biaya di
dalam pendidikan.

Dalam teori dan praktik pembiayaan pendidikan, baik pada tataran


makro maupun mikro, dikenal beberapa kategori biaya pendidikan.
Pertama, biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (Indirec
cost). Biaya langsung adalah segala pengeluaran yang secara langsung
menunjang penyelenggaraan pendidikan. Biaya tidak langsung adalah
pengeluaran yang tidak secara langsung menunjang proses pendidikan

80 Akadon, Dedy Achmad Kurniady dan Deni Darmawan, Manajemen Pembiayaan Pendidikan,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), 5
81 Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2010), 77
82 Matin, Manajemen Pembiayaan Pendidikan Konsep dan Aplikasnya, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2014), 7.
83 Dedi Supriyadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, (Bandung: P. Remaja Rosda
Karya, 2006), 4.
Achmad Junaidi
Kajian Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam: 54
Sebuah Konsep Dasar

tetapi memungkinkan proses pendidikan tersebut terjadi disekolah,


misalnya biaya hidup siswa, biaya transportasi ke sekolah, biaya jajan,
biaya kesehatan, dan harga kesempatan (opprotunity cost).

Kedua, biaya pribadi (Private cost) dan biaya sosial (social cost).
Adalah pengeluaran keluarga untuk pendidikan atau dikenal juga
pengeluaran rumah tangga (household expenditure). Biaya social adalah
biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk pendidikan. Baik melalui
sekolah maupun melalui pajak yang dihimpun oleh pemerintah kemudian
digunakan untuk membiayai pendidikan. Biaya yang dikeluarkan
pendidikan pada dasarnya termasuk biaya sosial. Ketiga, biaya dalam
bentuk uang (monetary cost) dan bukan uang (non-Monetary cost). 84

Pembiayaan pendidikan pada dasarnya adalah menitikberatkan


upaya pendistribusian benefit pendidikan dan beban yang harus
ditanggung masyarakat. 85 Pembiayaan pendidikan secara sederhana dapat
diartikan sebagai ongkos yang harus tersedia dan diperlukan dalam
menyelenggarakan pendidikan dalam rangka mencapai visi, misi, tujuan,
sasaran, dan strategisnya. Pembiayaan pendidikan tersebut diperlukan
untuk pengadaan gedung, infrastruktur dan peralatan belajar mengajar,
gaji guru, gaji karyawan dan sebagainya.

Jadi dapat diartikan bahwa pembiayaan pendidikan Islam adalah


merupakan aktivitas yang berkenaan dengan perolehan dana yang
diterima dan bagaimana cara penggunaan dana untuk kemaslahatan
sekolah agar tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan bisa berjalan
dengan efektif dan efisien. Pendapat penulis di atas diperkuat oleh
Mujamil Qomar bahwa pembiayaan pendidikan Islam adalah menggali
dana secara kreatif dan maksimal, menggunakan secara jujur dan terbuka,
mengembangkan dana secara produktif, dan mempertanggungjawabkan
dana secara objektif. 86

Baharuddin dan Moh. Makin juga memberikan memberikan


pernyataan bahwa manajemen pembiayaan pendidikan Islam merupakan
bagian dari kegiatan pembiayaan pendidikan, yang secara keseluruhan
menuntut kemampuan sekolah/madrasah untuk merencanakan,
melaksanakan, mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan secara
efektif dan transparan. 87 Satu hal yang perlu disadari bersama bahwa

84 Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2010), 77


85 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), 219.
86 Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Malang: Erlangga, 2007), 170
87 Baharuddin dan Moh. Makin, Manajemen Pendidikan Islam, (Malang: UIN MALIKI PRESS,
2010), 87.
55 Achmad Junaidi
Kajian Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam:
Sebuah Konsep Dasar

pembiayaan pendidikan merupakan kunci sukses penyelenggaraan


pendidikan yang pada gilirannya akan memiliki dampak terhadap negara
atau daerah otonom tertentu.

2. Konsep Pembiayaan Dalam Islam Menurut Al-Qur’an, Hadist, dan


Pendapat Ulama’

Konsep biaya dalam bahasa Inggris biasa menggunakan cost,


finansial, dan expenditur. 88 Biaya merupakan salah satu unsur yang sangat
penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Penentuan biaya akan
memengaruhi tingkat efisiensi dan efektifitas kegiatan di dalam suatu
organisasi. 89

Tanpa adanya biaya yang memadai maka sekolah/madrasah akan


berkembang secara lambat. Jadi Biaya menjadi hal yang urgen utamanya
dalam mengembangkan dan mengimplementasikan progam pendidikan.
Dalam konsep pembiayaan pendidikan ada tiga pernyataan yang terkait di
dalamnya. Seperti dikemukakan oleh Akadon dkk yaitu bagaimana uang
diperoleh untuk membiayai lembaga pendidikan, dari mana sumbernya,
dan untuk apa dibelanjakan serta siapa yang membelanjakan. 90

Matin mendefinisikan bahwa konsep biaya pendidikan adalah


seluruh pengeluaran baik yang berupa uang maupun bukan uang sebagai
ungkapan rasa tanggung jawab semua pihak yakni masyarakat, orangtua,
dan pemerintah terhadap pembangunan pendidikan agar tujuan serta cita-
cita yang sudah ditentukan bisa tercapai secara efektif dan efisien.
Selanjutnya biaya pendidikan harus digali dari berbagai sumber,
dipelihara, dikonsolidasikan, dan ditata secara administratif sehingga
dilaksanakan secara efektif dan efisien. Secara sederhana, biaya pendidikan
dapat divisualisasikan melalui gambar sebagai berikut:

88 Akadon, Dedy Achmad Kurniady dan Deni Darmawan, Manajemen Pembiayaan Pendidikan,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), 5
89 Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2010), 81.
90 Akadon, Dedy Achmad Kurniady dan Deni Darmawan, Manajemen Pembiayaan Pendidikan,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), 23
Achmad Junaidi
Kajian Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam: 56
Sebuah Konsep Dasar

Gambar. 2.1. Konsep Biaya Pendidikan


Sumber: Matin, 2014. 91

Agar dapat mengetahui lebih lanjut tentang pembiayaan


pendidikan, berikut ini ditampilkan tabel tentang istilah-istilah teknis
yang perlu diketahui dalam konsep pembiayaan pendidikan.
No Istilah Konsep Keterangan
Pembiayaan
1 Objek Biaya Objek biaya adalah akumulasi biaya dari berbagai
aktifitas. Terdapat empat jenis objek biaya yaitu:
a. produk atau kelompok produk yang saling
berhubungan.
b. Jasa
c. departemen (teknis dan SDM)
d. proyek, misal proyek penelitian, promosi
pemasaran, atau usaha jasa komunitas.
Pendidikan sebagai lembaga yang tidak berorientasi
pada laba, maka objek biayanya adalah jasa.
2 Informasi a. adalah suatu konsep yang mencakup segala
Manajemen informasi yang dibutuhkan dalam mengelola
Biaya keuangan agar berjalan secara efektif dan efisien.
b. fungsi informasi manajemen biaya adalah untuk
menentukan harga, mengubah produk atau jasa
dalam rangka meningkatkan profitabilitas,
memperbarui fasilitas layanan pada saat yang tepat
dan menentukan metode layanan.
c. informasi manajemen biaya sangat diperlukan
sebab terkait dengan empat hal. Yakni 1).
manajemen strategis, 2). perencanaan dan
pengambilan keputusan. 3). Pengendalian

91 Matin, Manajemen Pembiayaan Pendidikan Konsep dan Aplikasnya, (Jakarta: RajaGrafindo


Persada, 2014), 8.
57 Achmad Junaidi
Kajian Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam:
Sebuah Konsep Dasar

manajemen dan operasional. 4). Penyusunan


laporan keuangan.
3 Pembiayaan Bagaimana mencari dana atau sumber dana dan
(financing) bagaimana menggunakannya

4 Keuangan Seni untuk mendapatkan alat pembayaran. Dalam


(finance) dunia usaha keuangan meliputi pemeliharaan kas yang
memadai dalam bentuk uang atau kredit disesuaikan
dengan kebutuhan organisasi.
5 Anggaran Alat penjabaran suatu rencana ke dalam bentuk biaya
(bugdet) untuk setiap komponen kegiatan.

6 Biaya (cost) Jumlah uang yang disediakan atau dialokaskan dan


digunakan atau dibelanjakan untuk terlaksananya
berbagai kegiatan untuk mencapai suatu tujuan dalam
rangka proses manajemen.
7 Pemicu biaya Faktor yang memberi dampak pada perubahan biaya
(cost driver) total. Artinya jumlah total biaya sangat dipengaruhi
efek terhadap perubahan level biaya total dari objek
biaya.
Sebagai contoh dalam aktifitas pendidikan adalah
faktor-faktor yang menjadi pemicu biaya diantaranya
jumlah jam mengajar guru, media pengajaran, buku
teks yang digunakan, dan sifat pendukung yang
sifatnya temporer

Tabel. 2.1. Istilah-istilah Konsep Biaya Pendidikan


Sumber: Mulyono, 2010. 92

Pembiayaan pendidikan pada dasarnya menitikberatkan pada


upaya pendistribusian benefit pendidikan dan beban yang harus
ditanggung masyarakat. 93 Hal yang sangat penting dalam pembiayaan
pendidikan adalah berupa besar uang yang harus dibelanjakan, dari mana
sumber uang yang diperoleh dan kepada siapa uang harus dibelanjakan. Di
sisi lain, pembiayaan pendidikan adalah merupakan jumlah uang yang
dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan
pendidikan yang mencakup gaji guru, peningkatan profesionalisme guru,
pengadaan sarana ruang belajar, perbaikan ruang, pengadaan peralatan,

92 Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2010), 79-81


93 Thomas H Jhones, Introduction to School Finance Technique An Social Policy, (New York:
Macmillan Publishing Company, 1985), 12.
Achmad Junaidi
Kajian Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam: 58
Sebuah Konsep Dasar

buku pelajaran, alat tulis kantor, pendukung kegiatan ekstrakurikuler,


kegiatan pengelolaan pendidikan, dan supervisi pendidikan.

Selanjutnya untuk mengatasi masalah pembiayaan pendidikan.


Agar sekolah atau madrasah tetap eksis dalam mengembangkan
pendidikan. Sekolah dalam mengelola pembiayaan pendidikan perlu
memperhatikan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan, pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan
berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan
akuntabilitas publik. 94

Dalam pasal 49 ayat 1 dikemukakan bahwa dana pendidikan selain


gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan 20% dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah. 95 Kemudian upaya untuk
mewujudkan pendidikan yang berkualitas, perlu adanya pengelolaan
secara menyeluruh dan profesional terhadap sumberdaya yang ada dalam
lembaga Pendidikan Islam salah satu sumberdaya yang perlu dikelola
dengan baik adalah masalah keuangan. Dalam konteks ini keuangan atau
biaya adalah merupakan sumber dana yang sangat diperlukan
sekolah/madrasah sebagai alat untuk melengkapkan berbagai sarana dan
prasarana pembelajaran di sekolah/madrasah, meningkatkan
kesejahteraan guru, layanan, dan pelaksanaan program supervisi. 96

Konsep pembiayaan lembaga pendidikan Islam, secara tersirat


sudah ada sejak dahulu kala, Allah Swt berfirman dalam surat Al-
Muthaffifiin ayat 1-6:

‫ َوإِذَا َﻛﺎﻟُﻮھ ُۡﻢ أَو‬۲ َ‫ﺎس َﯾ ۡﺴﺘ َۡﻮﻓُﻮن‬ ِ ‫ﻋﻠَﻰ ٱﻟ ﱠﻨ‬ َ ْ‫ ٱﻟﱠﺬِﯾﻦَ إِذَا ٱ ۡﻛﺘَﺎﻟُﻮا‬۱ َ‫ﻄ ِﻔّﻔِﯿﻦ‬ َ ‫ﻞ ِﻟّ ۡﻠ ُﻤ‬ٞ ‫َو ۡﯾ‬
ٓ
‫ َﯾ ۡﻮ َم‬٥ ‫ ِﻟ َﯿ ۡﻮ ٍم َﻋ ِﻈ ٖﯿﻢ‬٤ َ‫ﻈ ﱡﻦ أ ُ ْو ٰﻟَﺌِﻚَ أَ ﱠﻧ ُﮭﻢ ﱠﻣ ۡﺒ ُﻌﻮﺛُﻮن‬
ُ ‫ أَ َﻻ َﯾ‬۳ َ‫ﱠوزَ ﻧُﻮھ ُۡﻢ ﯾ ُۡﺨﺴ ُِﺮون‬
٦ َ‫ﺎس ِﻟ َﺮبّ ِ ٱ ۡﻟ ٰﻌَﻠَ ِﻤﯿﻦ‬
ُ ‫َﯾﻘُﻮ ُم ٱﻟ ﱠﻨ‬
1. Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curan
2. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain
mereka minta dipenuhi
3. dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain,
mereka mengurangi
4. Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya
mereka akan dibangkitkan

94 Manahan Tampubolon, Perencanaan dan Keuangan pendidikan, (Jakarta: Mitra Wacana


Media, 2015),189.
95 Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), 26.
96 Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Surabaya: elKAF, 2006), 98.
59 Achmad Junaidi
Kajian Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam:
Sebuah Konsep Dasar

5. pada suatu hari yang besar


6. (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta
alam
Makna muthaffifîn Kata wail (‫)و ْﯾ ٌﻞ‬ َ artinya adzab yang dahsyat di
akherat. Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhuma berkata, “Itu adalah satu jurang
di Jahannam, tempat mengalirnya nanah-nanah penghuni neraka.”
Sementara kata ‫ِﯿﻒ‬ ُ ‫ﻄﻔ‬ ْ ‫( اﻟﺘﱠ‬at-tathfîf) bermakna pengurangan. Kata ini
berasal dari kata ‫ْﻒ‬ ‫ ﱠ‬yang artinya sesuatu yang sedikit. (Pelakunya-red)
ُ ‫اﻟﻄ ِﻔﯿ‬
disebut mutathaffif karena tidaklah ia mencuri (mengambil) milik orang
lain melalui proses penakaran dan penimbangan kecuali kadar yang
sedikit. Menurut Ulama Lughah (Bahasa Arab), al-muthaffifûn adalah
orang-orang yang mengurangi takaran dan timbangan, tidak memenuhi
dan menyempurnakannya.

Bertolak dari ayat di atas, Allah Swt tidak serta merta


memerintahkan kita melakukan langkah manajemen modern. Allah Swt
juga tidak secara implisit mengajarkan kepada manusia tentang definisi
manajemen pembiayaan pendidikan. Tetapi dengan ayat di atas, Allah
seakan-akan mengatakan bahwa umat manusia harusnya bisa sukses
dengan perbuatan yg amanah tanpa melakukan kecurangan. Untuk lebih
menguatkan lagi, rasulullah Saw bersabda: “barang siapa yang berbekal
dalam dunia, maka hal itu akan memberikannya manfaat di akhirat kelak”.
(H. R. Jarir Ibnu Abdillah).

Secara lebih eksplisit lagi, konsep manajemen pembiayaan


pendidikan adalah perkataan Ali bin Abi Thalib bahwa:

“Ingatlah bahwa kamu akan memperoleh ilmu kecuali dengan memenuhi


enam syarat ayang akan aku terangkan secara ringkas. (1). Cerdas. (2).
Rajin. (3). Sabar. (4). Mempunyai bekal. (5). Petunjuk guru. (6). Waktu
yang lama atau panjang”. 97

Secara jelas, syair di atas mengungkapkan betapa pentingnya arti


kata biaya dan manajemennya dalam dunia pendidikan. Biaya sangat
menentukan terhadap terlaksananya kegiatan suatu lembaga atau
organisasi. Tanpa biaya suatu perencanaan progam sekolah/madrasah
yang sudah ditentukan maka kegiatan kegiatan tersebut tidak akan
terlaksana dengan baik.

97 Baharuddin dan Moh. Makin, Manajemen Pendidikan Islam, (Malang: UIN MALIKI PRESS,
2010), 118.
Achmad Junaidi
Kajian Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam: 60
Sebuah Konsep Dasar

3. Problem Pembiayaan Pendidikan Islam dan Solusinya.

Pada umumnya, masalah yang dihadapi madrasah, dalam hal ini


sekolah yang berbasiskan agama, adalah persoalan pembiayaan
pendidikan. Apabila dilihat dari aspek penyebabnya, hasil penelitian
Puslitbang Pendidikan Agama Dan Keagamaan tahun 2006 tentang
pembiayaan pendidikan di madrasah menyebutkan bahwa kesulitan yang
dihadapi madrasah dalam pengelolaan pembiayaan pendidikan ternyata
berawal dari persoalan penggalian dana itu sendiri.

Kendala utamanya adalah karena terbatasnya sumber dana yang


dapat digali. Selama ini sumber dana utama operasional madarasah, rata-
rata diperoleh dari iuran SPP siswa. Sumber dana ini merupakan sumber
dana tetap, meskipun secara nominal sebenarnya jumlah dana yang dapat
dikumpulkan tidak seberapa, mengingat kebanyakan madrasah berada di
pinggiran kota/pedesaan dan melayani pendidikan bagi siswa yang berasal
dari keluarga tingkat ekonomi kurang mampu; seperti petani, buruh, dan
pegawai rendah lainnya. 98

Pendeknya, madrasah memperoleh pemasukan dari komponen


SPP dalam jumlah yang tidak besar karena madrasah sendiri harus
menetapkan besaran biaya SPP yang sesuai dengan kondisi sosial ekonomi
masyarakat di mana ia berada. Namun hal ini sudah mengalami perubahan
seiring dengan kebijakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang
diberikan kepada seluruh Sekolah Dasar dan Menengah. Namun hal ini
tetap saja tidak bisa menutup pembiayaan pendidikan yang diperlukan.

Sumber dana lainnya adalah bantuan yang diberikan masyarakat


berupa zakat, infak, dan shadaqah (ZIS) serta amal usaha (kewirausahaan).
Sumber dana ini terbilang tidak tetap. Selain itu, jumlah dan
keberadaannya tidak dapat dipastikan. Ini dapat dimengerti, mengingat
masalah pengelolaan zakat dan peruntukannya sendiri. Bantuan lain yang
bersifat insidental adalah bantuan yang diberikan oleh pemerintah dan
pemerintah daerah. Sebagaimana halnya dengan ZIS, bantuan pemerintah
dan pemerintah daerah. seperti Dana Alokasi Khusus, Dana Imbal

98 Ahmad Munir, Manajemen Pembiayaan dalam Perspektif Islam (Jurnal At-Ta’dib Vol.8 No 2,
2013), 234
61 Achmad Junaidi
Kajian Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam:
Sebuah Konsep Dasar

Swadaya, BOMM, BOP, BKG, dan BKS, selain lebih bersifat insidental dan
tidak menyeluruh, juga tidak seluruh madrasah memperolehnya. 99

Dalam hal ini, faktor kedekatan unsur penyelenggara madrasah


dengan pihak pemerintah daerah sangat berpengaruh terhadap kelancaran
bantuan tersebut. Adapun madrasah yang tidak memiliki akses kepada
pihak-pihak tertentu sangat sulit mendapatkannya.

Di sisi lain, persoalan SDM yang bisa dikatakan belum memadai,


selain keterbatasan pengetahuan mengenai sirkulasi dan pengaturan
mengenai anggaran dalam pembiayaan, merupakan suatu kekurangan
yang menyebabkan tidak adanya analisis yang panjang mengenai,
bagaimana, mengapa, dan seperti apa pembiayaan itu dilakukan. Masalah
lain yang biasanya muncul ialah daya dukung masyarakat sekitar yang
rendah. Padahal, hal ini sangat penting mengingat masyarakat sebagai
partisipan dan pendorong ke arah suksesi program lembaga pendidikan.
Keberadaannya sangat penting guna menunjang pembiayaan pendidikan.
Kenapa hal ini terjadi? Karena masyarakat tidak dilibatkan langsung dalam
proses penganggaran, sehingga tingkat perhatian mereka terhadap
lembaga berhenti pada wilayah memasrahkan anak didiknya saja. 100

Selanjutnya untuk solusi Perbaikan Pengelolaan Pembiayaan


Pendidikan Islam adalah menelaah problem yang cukup dilematis di atas,
maka diperlukan langkah-langkah satrategis dalam pemecahannya. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Pertama, persolan pembiayaan adalah hal yang sangat sensitif


keberadaannya. Hal ini karena bisa membawa kemajuan lembaga jika
dikelola dengan baik, sebaliknya akan membawa lembaga menjadi
terpuruk, apabila komponen/pihak di lembaga tidak mengelola secara
professional, tidak berprinsip pada keterbukaan, tidak berorientasi pada
perbaikan, kepentingan yang sifatnya personal untuk membangun
lembaga sehingga mencari peluang hanya untuk personal dirinya. Oleh
karena itu, seluruh komponen yang ada dalam lembaga pendidikan,
kaitannya dengan proses penyusunan pembiayaan pendidikan, harus
dilibatkan. Hal ini dilakukan sebagai wujud asas keterbukaan,
kebersamaan, serta bertanggung jawab atas amanah kelembagaan yang

99 Ahmad Nunu, Pembiayaan Pendidikan di Madrasah dan Peranan Pemerintah Daerah di Era
Otonomi, (Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Dan Keagamaan, Bandung, Volume 5 Nomer
2 April-Juni 2007).
100 Ahmad Munir, Manajemen Pembiayaan dalam Perspektif Islam (Jurnal At-Ta’dib Vol.8 No 2,
2013), 235.
Achmad Junaidi
Kajian Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam: 62
Sebuah Konsep Dasar

harus dipikul bersama. Baik dan buruknya lembaga menjadi akuntabilitas


bersama.

Kedua, terkait dengan penempatan alokasi dana, pihak di


dalamnya diupayakan mampu menyusun dan mengelola dengan baik,
berapa anggaran yang ada, bagaimana anggaran itu dibelanjakan atau
dialokasikan, serta bagaimana sistem pelaporannya. Apabila komponen di
dalamnya ada yang kurang mengerti, perlu dilakukan Diklat tentang
bagaimana menyusun anggaran yang baik. Bisa dengan pelatihan
penyusunan anggaran atau hal lain yang sejenis.

Ketiga, kepala sekolah sebagai motor penggerak, diharapkan


mempunyai keterampilan entrepreneurship (keterampilan
kewirausahaan) dan kemampuan manajerial serta kesupervisian.

Keempat, madrasah hendaknya melibatkan masyarakat dalam


pengangaran pembiayaan pendidikan, melalui rapat rutin ataupun bisa
diselipkan pada rapat musyawarah kenaikan sekolah/kelulusan. Hal
demikan dilakukan sebagai wujud asas keterbukaan.

Kelima, lembaga pendidikan Islam, dalam hal ini madrasah,


sebagai lembaga yang berbasiskan agama yang di dalamnya terdapat nilai-
nilai luhur, diharapkan memegang teguh prinsip keadilan, prinsip amanah,
kejujuran, musyawarah, keterbukaan, kedisiplinan, dan sebagainya.
Prinsip-prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh seluruh elemen
lembaga.

Dengan demikan, diharapkan ada solusi manajemen pembiayaan


pendidikan Islam, sehingga akan terbentuk suatu lembaga pendidikan
Islam yang baik, khususnya dalam persoalan pembiayaan pendidikannya.

Kesimpulan

Pembiayaan pendidikan Islam adalah merupakan aktivitas yang


berkenaan dengan perolehan dana yang diterima dan bagaimana cara
penggunaan dana untuk kemaslahatan sekolah agar tujuan pendidikan yang
sudah ditetapkan bisa berjalan dengan efektif dan efisien.

Matin mendefinisikan bahwa konsep biaya pendidikan adalah seluruh


pengeluaran baik yang berupa uang maupun bukan uang sebagai ungkapan
rasa tanggung jawab semua pihak yakni masyarakat, orangtua, dan pemerintah
terhadap pembangunan pendidikan agar tujuan serta cita-cita yang sudah
ditentukan bisa tercapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya biaya
63 Achmad Junaidi
Kajian Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam:
Sebuah Konsep Dasar

pendidikan harus digali dari berbagai sumber, dipelihara, dikonsolidasikan,


dan ditata secara administratif sehingga dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Secara lebih eksplisit lagi, konsep manajemen pembiayaan pendidikan


adalah perkataan Ali bin Abi Thalib bahwa:

“Ingatlah bahwa kamu akan memperoleh ilmu kecuali dengan memenuhi


enam syarat ayang akan aku terangkan secara ringkas. (1). Cerdas. (2). Rajin.
(3). Sabar. (4). Mempunyai bekal. (5). Petunjuk guru. (6). Waktu yang lama atau
panjang”.

Problem biaya pendidikan Islam kendala utamanya adalah karena


terbatasnya sumber dana yang dapat digali. Selama ini sumber dana utama
operasional madarasah, rata-rata diperoleh dari iuran SPP siswa.

Menelaah problem yang cukup dilematis di atas, maka diperlukan


langkah-langkah satrategis dalam pemecahannya.

Daftar Pustaka
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010).
Akadon, Dedy Achmad Kurniady dan Deni Darmawan, Manajemen
Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015)
Ahmad Munir, Manajemen Pembiayaan dalam Perspektif Islam (Jurnal At-
Ta’dib Vol.8 No 2, 2013)
Ahmad Nunu, Pembiayaan Pendidikan di Madrasah dan Peranan Pemerintah
Daerah di Era Otonomi, (Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Dan
Keagamaan, Bandung, Volume 5 Nomer 2 April-Juni 2007).
Badruttamam, Manajemen Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan Islam Nurul
Karomah Bangkalan, Kabilah Vol. 3 No. 1 Juni 2018.
Baharuddin dan Moh. Makin, Manajemen Pendidikan Islam, (Malang: Uin
Maliki Press, 2010).
Dedi Supriyadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, (Bandung: P.
Remaja Rosda Karya, 2006).
Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya
Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2006).
Manahan Tampubolon, Perencanaan dan Keuangan pendidikan, (Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2015).
Matin, Manajemen Pembiayaan Pendidikan Konsep dan Aplikasnya, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2014).
Achmad Junaidi
Kajian Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam: 64
Sebuah Konsep Dasar

Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Malang: Erlangga, 2007).


Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010).
Rahmawaty Rahim, Pola Pembiayaan Pendidikan Islam Pada Masa Klasik,
Ta’dib, Vol. XVII, No. 01, Edisi Juni 2012.
Thomas H Jhones, Introduction to School Finance Technique An Social Policy,
(New York: Macmillan Publishing Company, 1985).
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Surabaya: elKAF, 2006).
Manajemen Pendidikan Islam Sebagai Proses:
Sebuah Tinjauan Manajemen Pembiayaan Di
Sekolah/Madrasah

Ali Murfi
18731008
e-mail: alimurfi1@gmail.com

Latar Belakang

Sebagai suatu proses, manajemen mengacu pada serangkaian fungsi yang


saling terkait. Ini adalah proses dimana manajemen menciptakan,
mengoperasikan dan mengarahkan organisasi yang bertujuan melalui upaya
manusia yang sistematis, terkoordinasi dan bekerja sama, menurut George R.
Terry, “Manajemen adalah proses yang berbeda yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, penggerak dan pengendalian, yang dilakukan untuk
tentukan dan selesaikan tujuan yang dinyatakan dengan menggunakan
manusia dan sumber daya lainnya ”. Sebagai suatu proses, manajemen terdiri
dari tiga aspek: (1) Manajemen adalah proses sosial - Karena faktor manusia
paling penting di antara faktor-faktor lain, oleh karena itu manajemen
berkaitan dengan pengembangan hubungan di antara orang-orang. Adalah
tugas manajemen untuk membuat interaksi antara orang-orang - produktif dan
berguna untuk mendapatkan tujuan organisasi. (2) Manajemen adalah proses
yang terintegrasi - Manajemen melakukan tugas menyatukan sumber daya fisik
dan finansial manusia untuk mencapai tujuan organisasi. Karena itu,
merupakan fungsi penting untuk menghadirkan harmoni antara berbagai
faktor. (3) Manajemen adalah proses yang berkelanjutan - Ini adalah proses yang
tidak pernah berakhir. Berkenaan dengan mengidentifikasi masalah secara
konstan dan menyelesaikannya dengan mengambil langkah-langkah yang
memadai. Ini adalah proses yang sedang berlangsung (Juneja, 2020).

Penelitian sebelumnya, Kurniady, Setiawati, dan Nurlatifah (2017). Hasil


penelitiannya menunjukkan bahwa manajemen pembiayaan pendidikan di
SMK berada pada kategori sangat tinggi, artinya kepala sekolah pada SMK telah
mampu melaksanakan manajemen pembiayaan pendidikan secara maksimal
mulai dari perencanaan pembiayaan dan penganggaran, implementasi
Ali Murfi
Manajemen Pendidikan Islam Sebagai Proses: Sebuah Tinjauan Manajemen Pembiayaan 66
Di Sekolah/Madrasah

pembiayaan, pengawasan dan pengendalian pembiayaan dan pertanggung


jawaban atau akuntabilitas 101.

Azhari & Kurniady (2016) juga menyampaikan bahwa pengaruh


manajemen pembiayaan pendidikan dan fasilitas pembelajaran terhadap mutu
sekolah secara bersama-sama memberikan pengaruh yang kuat dan signifikan.
Berdasarkan temuan tersebut maka direkomendasikan untuk sekolah agar
memperhatikan tahapan manajemen pembiayaan pendidikan terutama pada
saat perencanaan dan pengawasan pembiayaan. Sedangkan pada prinsip
pemanfaatan fasilitas perlu diperhatikan efisiensi terhadap penggunaan
fasilitas pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran dan
meningkatkan mutu sekolah 102.

Sementara itu, Budaya (2016) menyampaikan bahwa Pembiayaan


pendidikan sangat dibutuhkan untuk kebutuhan operasional, dan
penyelenggaraan sekolah yang didasarkan kebutuhan nyata yang terdiri dari
gaji, kesejahteraan pegawai, peningkatan kegiatan proses belajar mengajar,
pemeliharaan dan pengadaan sarana dan prasarana, peningkatan pembinaan
kesiswaan, peningkatan kemampuan profesional guru, administrasi sekolah
dan pengawasan 103.

James, King, Suryadi (1996). Paper tersebut menyelidiki dampak


keuangan publik vs swasta pendidikan dan publik vs manajemen swasta
sekolah tentang biaya dan efisiensi sekolah, menggunakan data tingkat sekolah
tentang pendapatan, pengeluaranalokasi, pendaftaran, nilai ujian dan
karakteristik siswa dari sekolah dasar Indonesia. Kitam enemukan bahwa di
Indonesia, di mana sekolah umumnya beroperasi pada tingkat pendanaan yang
sangat rendah, kemungkinan lebih banyak uanguntuk membawa kualitas
sekolah yang lebih baik. Manajemen swasta lebih efisien daripada manajemen
publik dalam mencapaikualitas akademik. Pendanaan swasta juga
meningkatkan efisiensi apakah sekolah-sekolah itu publik atau pribadidikelola,
tetapi efek tambahan menurun dengan meningkatnya porsi pendanaan local 104.

101 Linda Setiawati, Siti Nurlatifah Dedy Achmad Kurniady, “MANAJEMEN PEMBIAYAAN
PENDIDIKAN TERHADAP MUTU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,” Jurnal Penelitian
Pendidikan 17, no. 13 (2016): 263–69.
102 Ulpha Lisni Azhari and Dedy Achmad Kurniady, “MANAJEMEN PEMBIAYAAN
PENDIDIKAN, FASILITAS PEMBELAJARAN, DAN MUTU SEKOLAH,” Jurnal Administrasi
Pendidikan 23, no. 2 (2016), doi:10.17509/JAP.V23I2.5631.
103 Budi Budaya, “MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN PADA SEKOLAH DASAR YANG
EFEKTIF,” Jurnal Likhitaprajna 18, no. 1 (2016): 42–59.
104 Estelle James, Elizabeth M. King, and Ace Suryadi, “Finance, Management, and Costs of Public
and Private Schools in Indonesia,” Economics of Education Review 15, no. 4 SPEC. ISS.
(October 1, 1996): 387–98, doi:10.1016/S0272-7757(96)00035-0.
67 Ali Murfi
Manajemen Pendidikan Islam Sebagai Proses: Sebuah Tinjauan Manajemen Pembiayaan
Di Sekolah/Madrasah

Bagaimanapun juga, dalam paper ini harus mampu menganalisis


manajemen pendidikan Islam sebagai proses ditinjau dari perspektif
manajemen pembiayaan di Sekolah/Madrasah (manajemen adalah proses yang
terintegrasi). Manajemen melakukan tugas menyatukan sumber daya fisik dan
finansial manusia untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen pembiayaan
pendidikan memiliki tiga tahapan penting yaitu perencanaan, tahap
pelaksanaan dan tahap penilaian (evaluasi), Kegiatan yang ada dalam
manajemen pembiayaan meliputi tiga hal, yaitu penyusunan anggaran
(budgeting), pembukuan (accounting), pemeriksaan (controlling). Inilah state
of the art dalam penelitian ini, sehingga penelitian ini sangat penting dilakukan
untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang memahami
sistem manajemen pembiayaan pendidikan yang efektif dan efisen sehingga
diharapkan mampu mendukung, menjamin pengembangan mutu dan kualitas
pendidikan dan proses penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

Implikasi dari penelitian ini dapat membantu kepala sekolah/madrasah


untuk memahami sistem manajemen pembiayaan pendidikan yang efektif dan
efisen sehingga diharapkan mampu mendukung, menjamin pengembangan
mutu dan kualitas pendidikan dan proses penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah kegiatan yang ada dalam
manajemen pembiayaan meliputi tiga hal, yaitu

1. Bagaimana pelaksanaan penyusunan anggaran (budgeting) di sekolah atau


madrasah?

2. Bagaimana pelaksanaan pembukuan (accounting) di sekolah atau


madrasah?

3. Bagaimana pelaksanaan pemeriksaan (controlling) di sekolah atau


madrasah?

Tujuan

Penelitian ini berupaya untuk melakukan kajian manajemen pendidikan


Islam sebagai proses ditinjau dari perspektif manajemen pembiayaan di
Sekolah/Madrasah (manajemen adalah proses yang terintegrasi). Manajemen
melakukan tugas menyatukan sumber daya fisik dan finansial manusia untuk
Ali Murfi
Manajemen Pendidikan Islam Sebagai Proses: Sebuah Tinjauan Manajemen Pembiayaan 68
Di Sekolah/Madrasah

mencapai tujuan organisasi. Manajemen pembiayaan pendidikan memiliki tiga


tahapan penting yaitu perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap penilaian
(evaluasi), Kegiatan yang ada dalam manajemen pembiayaan meliputi tiga hal,
yaitu (1) penyusunan anggaran (budgeting), (2) pembukuan (accounting), (3)
pemeriksaan (controlling).

Pembahasan

1. Penyusunan Anggaran (Budgeting)

Penganggaran merupakan langkah penyusunan anggaran yang


amat penting dalam bidang pendidikan, karena pada dasarnya termasuk
jasa yang langka sehingga untuk memperolehnya diperlukan pengorbanan.
Jamaluddin menyatakan “anggaran adalah sejenis rencana yang
menggambarkan rangkaian tindakan atau kegiatan dalam bentuk angka-
angka dari uang dalam bentuk angka-angka dari uang unuk jangka waktu
tertentu”. Pada dasarnya, penyusunan anggaran merupakan negosiasi atau
perundingan/kesepakatan antara puncak pimpinan dengan pimpinan
dibawahnya dalam menentukan besarna alokasi biaya suatu
penganggaran. Fungsi anggaran disamping sebagai alat untuk perencanaan
dan pengendalian, juga merupakan alat bantu bagi manajemen dalam
mengarahkan suatu lembaga menempatkan organisasi dalam posisi yang
kuat atau lemah (Atmaja, 2016). Harjanto menyebutkan bahwa
perencanaan proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis
yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara itu,
dalam proses penyusunan perencanaan pembiayaan sekolah, sekolah telah
sepenuhnya melakukan kegiatan yang dalam perencanaan pembiayaan
sekolah sebagaimana diungkapkan oleh Mulyasa bahwa perencanaan
pembiayaan sekolah sedikitnya mencakup dua kegiatan, yakni penyusunan
anggaran dan pengembangan Rencana Anggaran Belanja Sekolah (RAPBS)
(Susilawaty, 2016).

Penyusunan anggaran merupakan visualisasi atau gambaran


terhadap kegiatan- kegiatan yang akan dilaksanakan oleh lembaga
pendidikan yang dapat diketahui pula penentuan satuan biaya untuk tiap-
tiap kegiatannya. Anggaran berfungsi sebagai alat untuk perencanaan dan
pengendalian juga merupakan alat bantu bagi manajemen untuk
mengarahkan lembaga pada pelaksanaan kegiatan-kegiatannya. Selain itu
pula anggaran mempunyai manfaat atau berfungsi yang dapat digolongkan
menjadi tiga jenis (Fattah, 2012), yaitu:
69 Ali Murfi
Manajemen Pendidikan Islam Sebagai Proses: Sebuah Tinjauan Manajemen Pembiayaan
Di Sekolah/Madrasah

a. Sebagai alat penafsir yaitu untuk memperkirakan besarnya pendapatan


dan pengeluaran, sehingga dapat dilihat kebutuhan dana yang
diperlukan untuk merealisasikan kegiatan pendidikan di lembaga.

b. Sebagai alat kewenangan yaitu dapat memberikan kewenangan untuk


pengeluaran dana, sehingga melalui anggaran dapat diketahui besarnya
uang atau dana yang boleh dikeluarkan untuk membiayai kegiatan
berdasarkan perencanaan anggran sebelumnya.

c. Sebagai alat efisiensi yaitu dapat diketahuinya realisasi sebuah kegiatan


yang kemudian dapat dibandingkan dengan perencanaan, sehingga
dapat dianalisis ada tidaknya pemborosan atau bahkan adanya
penghematan anggaran.

2. Pembukuan (Accounting)

Peran dan fungsi akuntansi dalam dunia pendidikan adalah


menyediakan Peran dan fungsi akuntansi dalam dunia pendidikan adalah
menyediakan
a. Kepala Sekolah

Kepala sekolah menggunakan akuntansi untuk menyusun


perencanaan sekolah yang dipimpinnya, mengevaluasi kemajuan yang
dicapai dalam usaha mencapai tuuan, dan melakukan tindakan-
tindakan koreksi yang diperlukan. Keputusan yang diambil oleh kepala
sekolah berdasarkan informasi akuntansi adalah menentukan peralatan
apa sebaiknya dibeli, berapa persediaan ATK yang harus ada dibagian
perlengkapan, dan lain- lain.
b. Guru dan Karyawan

Guru dan karyawan mewakili kelompok yang tertarik pada


informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas di institusi pendidikan
(sekolah).
c. Kreditor

Kreditor atau pemberi pinjaman tertarik dengan informasi


keuangan yang memungkinkan untuk memutuskan apakah pinjaman
serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. (hal ini berlaku
apabila ada kasus sekolah yang memerlukan kreditor).
d. Orang Tua Siswa
Ali Murfi
Manajemen Pendidikan Islam Sebagai Proses: Sebuah Tinjauan Manajemen Pembiayaan 70
Di Sekolah/Madrasah

Para orang tua siswa berkepentingan dengan informasi mengenai


kelangsungan hidup institusi pendidikan.
e. Pemasok

Pemasok tertarik dengan informasi tentang kemungkinan jumla


yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
f. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah


kekuasannya berkepentingan terhadap alokasi sumber daya dan karena
itu, berkepentingan dengan aktivitas sekolah. informasi dasar ini
dibutuhkan untuk mengatur aktivitas sekolah, menetapkan kebijakan
anggaran, dan mendasari penyusunan anggaran untuk tahun-tahun
berikutnya.
g. Masyarakat

Institusi pendidikan mempengaruhi anggota masyarakat dengan


berbagai cara. Laporan keuangan institusi pendidikan dapat membantu
masyarakat dengan menyediakan informasi tentang kecendrungan dan
perkembangan terakhir pengelolaan keuangan institusi pendidikan
serta rangkaian aktivitasnya.
h. Akuntansi untuk Badan Hukum Pendidikan Dasar dan Menengah
(BHPDM)

Tujuan penyelenggaraan akuntansi dalam Badan Hukum


Pendidikan Dasar Dan Menengah (BHPDM) adalah untuk
menyediakan gambaran tentang keadaan keuangan pada lembaga
pendidikan.

Menurut Bastian ada 3 anggaran publik dalam anggaran


pendidikan yang harus kita perhatikan, yaitu:
1) APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) yang dikelola
oleh pemerintah.
2) APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) yang dikelola
oleh pemerintah daerah.
3) APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) yang dikelola
oleh pemerintah daerah.
71 Ali Murfi
Manajemen Pendidikan Islam Sebagai Proses: Sebuah Tinjauan Manajemen Pembiayaan
Di Sekolah/Madrasah

Anggaran-anggaran itulah yang harus dipertanggungjawabkan


kepada masyarkat. Mulai dari proses perencanaan sampai dengan
pelaksanaan, masyarakat harus mengetahui penggunaan/alokasi dana-
dana tersebut.

Siklus akuntansi merupakan proses akuntansi mulai dari


pencatatan transaksi keuangan sampai dengan penyusunan laporan
keuangan pada akhir suatu periode. Pada dasarnya siklus akuntansi dapat
dibagi sebagai berikut:
a. Membuat atau menerima bukti pencatatan dimana biasanya sebuah
entitas mempunyai form voucher (bukti pencatatan) sendiri atau bukti
lain yang bisa berupa kwitansi atau lainnya.

b. Mencatat dalam buku jurnal

c. Memindahkan data jurnal ke buku besar

d. Menyusun laporan keuangan. Siklus akuntansi dalam BHPDM dapat


dikelompokkan dalam tiga tahap;

No Tahapan Kegiatan
1 Pencatatan Kegiatan pengidentifikasian dan pengukuran bukti
transakasi serta bukti pencatatan.
Kegiatan pencatatan bukti transaksi ke dalam buku
harian atau jurnal.
Memindahbukukan (posting) dari
jurnalberdasarkan kelompok atau jenisnya kedalam
akun buku besar
2 Pengikhtisaran Penyusunan neraca saldo (trial balance)
berdasarkan akun-akun buku besar.
Pembuatan ayat jurnal penyesuaian (adjusting entries)
Penyusunan kertas kerja (work sheet) atau
neraca lajur.
Pembuatan ayat jurnal penutup (closing
entries)
Pembuatan neraca saldo setelah penutupan
(post closing trial balance).
Pembuatan ayat jurnal pembalik (reversing
entries).
3 Pelaporan Laporan surplus defisit
Laporan arus kas
Neraca
Catatan atas laporan keuangan
Ali Murfi
Manajemen Pendidikan Islam Sebagai Proses: Sebuah Tinjauan Manajemen Pembiayaan 72
Di Sekolah/Madrasah

3. Pemeriksaan (Controlling)

Pengawasan keuangan sekolah harus dilakukan melalui aliran


masuk dan keluar uang yang dibutuhkan oleh bendahara. Hal itu
dilakukan mulai dari proses keputusan pengeluaran pos anggaran,
pembelanjaan, perhitungan dan penyimpanan barang oleh petugas yang
ditunjuk. Secara administrasi pembukuan setiap pengeluaran dan
pemasukan setiap pengeluaran dan pemasukan setiap bulan ditangani
sebagai berita acara. Kepala sekolah sebagai atasan langsung bertanggung
jawab penuh atas pengendalian, sedangkan pengawasan dari pihak
berwenang, melalui pemeriksaan yang dilaksanakan oleh instansi vertical,
seperti petugas dari Dinas Pendidikan dan BAWASDA.

Evaluasi merupakan tahap terakhir setelah tahap perencanaan,


pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi. Evaluasi didefinisikan oleh
Nanang Fattah sebagai proses pembuatan pertimbangan menurut suatu
perangkat criteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan.
Fattah juga mengemukakan bahwa diantara tujuan evaluasi adalah untuk:
a. Memperoleh dasar bagi pertimbangan akhir suatu periode kerja, apa
yang telah dicapai, dan apa yang perlu mendapat perhatian khusus.

b. Menjamin cara kerja yang efektif dan efisien yang membawa organisasi
kepada penggunaan sumber daya pendidikan (manusia atau tenaga,
sarana dan prasarana, biaya) secara efisien dan ekonomis.

c. Memperoleh fakta tentang kesulitan, hambatan, penyimpanan dilihat


dari aspek tertentu seperti program tahunan, kemajuan belajar.

Pengawasan tersebut relatif dilihat dari tugas rutinitas atas dasar


kewenangan pengawasan pembiayaan yang masuk dan diserap di sekolah.
Prosedur pengendalian penggunaan alokasi anggaran sifatnya sangat
normatif administratif artinya pemenuhan pengendalian masih terbatas
pada angka kuantitatif yang terdokumentasi. Dengan demikian aspek-
aspek realistis penggunaan sulit diukur secara obyektif. Persoalan tersebut
sering terjadi disetiap sekolah. Hal tersebut disebabkan belum berjalannya
fungsi administrasi keuangan dimana aliran uang dan barang
teridentifikasi sesuai dengan peran dan fungsi.

Fungsi evalusai pada masing-masing tahap berbeda satu sama


lainnya. Evaluasi sering dilihat sebagai upaya pencegahan. Ia bertujuan
untuk menemukan apa yang benar dan apa yang salah, serta menggunakan
hasil evalusi untuk meningkatkan kinerja dimasa yang akan datang.
73 Ali Murfi
Manajemen Pendidikan Islam Sebagai Proses: Sebuah Tinjauan Manajemen Pembiayaan
Di Sekolah/Madrasah

Pencegahan dari kesalahan agar tidak terulang kembali merupakan fungsi


evaluasi yang valid, namun ia memiliki kekurangan yang mendasar.

Evaluasi dan pertanggung jawaban keuangan sekolah dapat


diidentifikasi ke dalam tiga hal, yaitu pendekatan pengendalian
penggunaan alokasi dana, bentuk pertanggung jawaban keuangan sekolah,
dan keterlibatan pengawasan pihak eksternal sekolah.

Monitoring dan evaluasi harus sesuai dengan sekolah standar


nasional yang salah satunya yaitu membahas tentang standar pembiayaan
sekolah antara lain
No Komponen Aspek Jenis Dokumen SNP
1 Biaya Penyusunan Dokumen keterlibatan
Investasi RAPBS stakeholders dalam menyusun RKS
dan RKAS untuk pengembangan
investasi sekolah
Sarana dan Dokumen catatan tahunan berupa
Prasarana dokumen nilai aset sarana dan
prasarana secara menyeluruh
Pengembangan Dokumen pembelanjaan biaya
Pendidik dan untuk pengembangan pendidik
Tenaga dan tenaga kependidikan
Kependidikan berdasarkan RKAS untuk
pemenuhan SNP
Modal Kerja Dokumen modal kerja
(operasional) untuk membiayai
seluruh kebutuhan pendidikan
selama satu tahun terakhir untuk
pemenuhan SNP
2 Biaya Gaji Pendidik Dokumen pembayaran gaji,
Operasional insentif, transport, dan tunjangan
lain-lain pendidik pada tahun
berjalan untuk pemenuhan SNP
Gaji Tenaga Dokumen pembayaran gaji,
Kependidikan insentif, transport, dan tunjangan
lain-lain tenaga kependidikan pada
tahun berjalan untuk pemenuhan
SNP
Kegiatan Dokumen pengalokasian biaya
Pembelajaran untuk menunjang pelaksanaan
kegiatan pembelajaran selama tiga
tahun terakhir untuk pemenuhan
SNP
Kegiatan Dokumen pengalokasian dana
Kesiswaan untuk kegiatan kesiswaan untuk
pemenuhan SNP
Ali Murfi
Manajemen Pendidikan Islam Sebagai Proses: Sebuah Tinjauan Manajemen Pembiayaan 74
Di Sekolah/Madrasah

ATK Dokumen pengeluaran


biaya
pengadaan alat tulis
untuk
kegiatan pembelajaran
dalam
pemenuhan SNP
Bahan Habis Pekai Dokumen pengeluaran
biaya
pengadaan habis pakai
untuk
kegiatan pembelajaran
Alat Habis Pakai Dokumen pengeluaran
biaya
pengadaan habis pakai
untuk
kegiatan pembelajaran
Kegiatan Rapat Dokumen pengeluaran
pengadaan rapat
Transport dan Dokumen pengeluaran biaya
Perjalanan Dinas transport dan perjalanan dinas
Penggandaan Soal- Dokumen pengeluaran
Soal Ujian biaya
penggandaan soal ujian
3 Biaya Kegiatan Dokumen pengalokasian
Operasional operasional anggaran untuk mendukung
Pendidikan tidak kegiatan operasional
langsung tidak
langsung selam tiga
tahun
terakhir
Sumbangan Dokumen bukti penggunaan
Pendidikan sumbangan pendidikan atau dana
dari masyarakat untuk
peningkatan mutu pendidikan
Uang Sekolah Dokumen pemungutan
atau sumbangan uang
sekolah
Subsidi Silang Dokumen subsidi silang untuk
membantu siswa kurang mampu
Biaya Operasional Dokumen penggalangan biaya
Lain operasional lain disamping iuran
komite rutin dan fisik sekolah
Penetapan Biaya Dokumen pengambilan keputusan
Operasional dalam penetapan danadari
masyarakat sebagai
biayaoperasional dilakukan
denganmelibatkan berbagai pihak
75 Ali Murfi
Manajemen Pendidikan Islam Sebagai Proses: Sebuah Tinjauan Manajemen Pembiayaan
Di Sekolah/Madrasah

Pengelolaan Biaya Dokumen pengelolaan dana


Operasioanl darimasyarakat
4 Transparansi Pedoman Dokumen pedoman pengelolaan
Dan pengelolaan keuangan sebagai dasar dalam
akuntabilitas keungan penyusunan RKAS (RAPBS)
Pembukuan biaya Dokumen pembukuan
operasional operasional
Laporan Dokumen laporan pertanggung
pertanggung jawaban pengelolaan keuangan dan
jawaban menyampaikannya pada
pemerintah atau yayasan dokumen
hasil audit penggunaan dana

Kesimpulan

Manajemen melakukan tugas menyatukan sumber daya fisik dan


finansial manusia untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen pembiayaan
pendidikan memiliki tiga tahapan penting yaitu perencanaan, tahap
pelaksanaan dan tahap penilaian (evaluasi), Kegiatan yang ada dalam
manajemen pembiayaan meliputi tiga hal, yaitu penyusunan anggaran
(budgeting), pembukuan (accounting), pemeriksaan (controlling). Hasil
penelitian memberikan implikasi pemahaman yang komprehensif tentang
memahami sistem manajemen pembiayaan pendidikan yang efektif dan efisen
sehingga diharapkan mampu mendukung, menjamin pengembangan mutu dan
kualitas pendidikan dan proses penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

Referensi
Azhari, U. L., Kurniady. E. A. (2016). Manajemen Pembiayaan Pendidikan,
Fasilitas Pembelajaran, dan Mutu Sekolah. Jurnal Administrasi
Pendidikan. 23 (2). 26-36.
Budaya. B. (2016). Manajemen Pembiayaan Pendidikan Pada Sekolah Dasar
Yang Efektif. LIKHITAPRAJNA. Jurnal Ilmiah Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. 18 (1). 42-59.
Fattah, N. (2012). Standar Pembiayaan Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
James, E. King. E. E & Suryadi. A. (1996). Finance, Management, and Costs of
Public and Private Schools in Indonesia. Economics of Education Review,
15 (4), 387-398.
Kurniady, D. A., Setiawati, L., & Nurlatifah. S. (2017). Manajemen Pembiayaan
Pendidikan Terhadap Mutu Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal
Penelitian Pendidikan, 17 (3). 263-269.
Ali Murfi
Manajemen Pendidikan Islam Sebagai Proses: Sebuah Tinjauan Manajemen Pembiayaan 76
Di Sekolah/Madrasah

Mulyasa, E. (2005). Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja


Rosdakarya.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan.

Susilawaty, Harun, C. Z. & Khairuddin. (2012). Manajemen Berbasis Sekolah


Dalam Pengelolaan Pembiayaan Sekolah di SD Negeri 4 Kota Banda Aceh.
Jurnal Administrasi Pendidikan. 1 (2), 34-47.
Model-Model Pembiayaan Pendidikan Islam

Mohkamad Soleh Kamit


18731006
e-mail: kamit@gmail.com

Latar belakang

Pembiayaan Pendidikan adalah merupakan hal yang vital dalam rangka


terlaksananya sebuah pendidikan yang ada. Karena segala aktifitas kegiatan
tersebut memerlukan sebuah penanganan dalam segi finansial yang memadai
pula. Pembiayaan dalam konteks ini dalam berupa uang atau barang dalam
rangka menunjang proses pendidikan tersebut.

Kemudian upaya untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, perlu


adanya pengelolaan secara menyeluruh dan profesional terhadap sumberdaya
yang ada dalam lembaga Pendidikan Islam salah satu sumberdaya yang perlu
dikelola dengan baik adalah masalah keuangan. Dalam konteks ini keuangan
atau biaya adalah merupakan sumber dana yang sangat diperlukan sekolah
Islam sebagai alat untuk melengkapkan berbagai sarana dan prasarana
pembelajaran di sekolah Islam, meningkatkan kesejahteraan guru, layanan, dan
pelaksanaan program supervisi. 105

Dalam sejarah kejayaan Islam dulu, dalam hal pendidikannya menjadi


mercusuar dunia yang kemudian melahirkan tokoh-tokoh yang ahli dalam
berbagai cabang bidang keilmuan yang dimiliki. Dan tentunya mereka juga
terlahir dari sebuah tempat/lembaga pendidikan yang juga sangat baik pada
zamanya. Sebut saja madrasah Nidhomiyah yang merupakan prakarsa dari
penguasa waktu itu yaitu Nizham al-Mulk yang kemudian tersebar di berbagai
wilayah, antara lain, Baghdad, Naisapur, Isfahan, Bashra, dan Mosul. 106

Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian biaya pendidikan

2. Bagaimana sejarah pembiayaan pendidikan dalam islam

3. Bagaimana pembiayaan pendidikan dalam islam klasik

105 Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Surabaya: elKAF, 2006), 98.


106 Mahmud Arif, Pendidikan Islam Transformatif, (Yogyakarta: LKiS, 2008), 135.
Mohkamad Soleh Kamit
Model-Model Pembiayaan 78
Pendidikan Islam

Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian biaya pendidikan

2. Untuk mengetahui sejarah pembiayaan pendidikan dalam islam

3. Untuk mengetahui pembiayaan pendidikan dalam islam klasik

Pembahasan

1. Pengertian Biaya Pendidikan

Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen masukan


insrumental (instrumen input) yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pendidikan. Dalam setiap upaya pencapaian pendidikan
baik tujuan-tujuan yang bersifa kuantitatif maupun kualitatif—biaya
pendidikan memilki peranan yang sangat menentukan. Hampir tidak ada
upaya pendidikan yang mengabaikan peranan biaya, sehinga dapat
dikatakan bahwa tanpa biaya, proses pendidikan tidak akan berjalan.

Biaya (cost) dalam pengertian ini memiliki cakupan yang luas,


yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelengaraan
pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga yang
dapat dihargakan dengan uang. Dalam pengertian ini, misalnya iuran siswa
adalah jelas merupakan biaya, tetapi sarana fisik, buku sekolah dan guru
juga adalah biaya. Bagaimana biaya-biaya itu direncanakan, diperoleh,
dialokasikan, dan dikelola adalah merupakan persoalan pembiayaan atau
pendanaan pendidikan (educational finance). 107

Dalam teori dan praktek pembiayaan pendidikan, baik pada tataran


makro maupun mikro, dikenal beberapa kategori biaya pendidikan.
Pertama, biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (Indirec
cost). Biaya langsung adalah segala pengeluaran yang secara langsung
menunjang penyelenggaraan pendidikan. Biaya tidak langsung adalah
pengeluaran yang tidak secara langsung menunjang proses pendidikan
tetapi memungkinkan proses pendidikan tersebut terjadi disekolah,
misalnya biaya hidup siswa, biaya ranportasi ke sekolah, biaya jajan, biaya
kesehatan, dan harga kesempatan (opprotunity cost).

Kedua, biaya pribadi (Private cost) dan biaya sosial (social cost).
Adalah pengeluaran keluarga untuk pendidikan atau dikenal juga
pengeluaran rumah tangga (household expenditure). Biaya social adalah

107 Dedi Supriyadi, Satuan Biaya PEndidikan Dasar dan Menengah, (Bandung: P. Remaja Rosda
Karya, 2006), 3.
79 Mohkamad Soleh Kamit
Model-Model Pembiayaan
Pendidikan Islam

biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk pendidikan., baik melalui


sekolah maupun melalui pajak yang dihimpun oleh pemerintah kemudian
digunakan untuk membiayai pendidikan. Biaya yang dikeluarkan
pendidikan pada dasarnya termasuk biaya sosial. Ketiga, biaya dalam
bentuk uang (monetary cost) dan bukan uang (non-Monetary cost). 108

2. Sejarah Pembiayaan Pendidikan dalam Islam

Dalam Islam, pembiayaan pendidikan untuk seluruh tingkatan


sepenuhnya merupakan tanggung jawab negara. Seluruh pembiayaan
pendidikan, baik menyangkut gaji para guru/dosen, maupun menyangkut
infrastruktur serta sarana dan prasarana pendidikan, sepenuhnya menjadi
kewajiban negara. Ringkasnya, dalam Islam, pendidikan disediakan secara
gratis oleh negara. 109

Mengapa demikian? Sebab negara berkewajiban menjamin tiga


kebutuhan pokok masyarakat, yaitu pendidikan, kesehatan, dan
keamanan. Berbeda dengan kebutuhan pokok individu, yaitu sandang,
pangan, dan papan, di mana negara memberi jaminan tak langsung.
Sementara itu, dalam hal pendidikan, kesehatan, dan keamanan, jaminan
negara bersifat langsung. Maksudnya, tiga kebutuhan ini diperoleh secara
cuma-cuma sebagai hak rakyat atas negara. 110 Nabi SAW bersabda: “Imam
adalah bagaikan penggembala dan dialah yang bertanggung jawab atas
gembalaannya itu.” 111 Lebih dari itu, setelah perang Badar, sebagian
tawanan yang tidak sanggup menebus pembebasannya, diharuskan
mengajari baca tulis kepada sepuluh anak-anak Madinah sebagai ganti
tebusannya. 112 Ini menunjukkan perhatian pemimpin Islam pada masalah
pendidikan umat Islam.

Ijma’ sahabat juga telah menunjukkan kewajiban negara menjamin


pembiayaan pendidikan. Khalifah Umar dan Utsman memberikan gaji
kepada para guru, muadzin, dan imam sholat jama’ah. Khalifah Umar
memberikan gaji tersebut dari pendapatan negara (Baitul Mal) yang

108 Dedi Supriyadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, (Bandung: P. Remaja Rosda
Karya, 2006), 4.
109 Shiddiq Al-Jawi, Pembiayaan Pendidikan Dalam Islam, Jurnal House of Khilafah, 2007, hlm.
1.
110 Al-Maliki, Abdurrahman, As-Siyasah Al-Iqtishadiyah Al-Mutsla, (Hizbut Tahrir : t.t.), 1963.
111 HR Muslim.
112 Al-Mubarakfuri, Adiwarman (Ed.), Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: IIIT).
Mohkamad Soleh Kamit
Model-Model Pembiayaan 80
Pendidikan Islam

berasal dari jizyah, kharaj (pajak tanah), dan usyur (pungutan atas harta
non muslim yang melintasi tapal batas negara). 113

Sejarah Islam pun telah mencatat kebijakan para khalifah yang


menyediakan pendidikan gratis bagi rakyatnya. Sejak abad IV H para
khalifah membangun berbagai perguruan tinggi dan berusaha
melengkapinya dengan berbagai sarana dan prasarananya seperti
perpustakaan. Setiap perguruan tinggi itu dilengkapi dengan “Diwan”
(auditorium), asrama mahasiswa, juga perumahan dosen dan ulama. Selain
itu, perguruan tinggi tersebut juga dilengkapi taman rekreasi, kamar
mandi, dapur, dan ruang makan. 114

Di antara perguruan tinggi terpenting adalah Madrasah


Nizhamiyah dan Madrasah Al-Mustanshiriyah di Baghdad, Madrasah Al-
Nuriyah di Damaskus, serta Madrasah An-Nashiriyah di Kairo. Madrasah
Mustanshiriyah didirikan oleh Khalifah Al-Mustanshir pada abad VI H
dengan fasilitas yang lengkap. Selain memiliki auditorium dan
perpustakaan, lembaga ini juga dilengkapi pemandian dan rumah sakit
yang dokternya selalu siap di tempat. 115 Pada era Khilafah Utsmaniyah,
Sultan (Khalifah) Muhammad Al-Fatih (w. 1481 M) juga menyediakan
pendidikan secara gratis. Di Konstantinopel (Istanbul) Sultan membangun
delapan sekolah. Di sekolah-sekolah ini dibangun asrama siswa, lengkap
dengan ruang tidur dan ruang makan. Sultan memberikan beasiswa
bulanan untuk para siswa. Dibangun pula sebuah perpustakaan khusus
yang dikelola oleh pustakawan yang cakap dan berilmu. 116

Namun perlu dicatat, meski pembiayaan pendidikan adalah


tanggung jawab negara, Islam tidak melarang inisiatif rakyatnya,
khususnya mereka yang kaya, untuk berperan serta dalam pendidikan.
Melalui wakaf yang disyariatkan, sejarah mencatat banyak orang kaya yang
membangun sekolah dan universitas. Hampir di setiap kota besar, seperti
Damaskus, Baghdad, Kairo, Asfahan, dan lainlain, terdapat lembaga
pendidikan dan perpustakaan yang berasal dari wakaf. 117 Di antara wakaf

113 Quthb Ibrahim Muhammad, Kebijakan Ekonomi Umar bin Khaththab (As-Siayasah Al-
Maliyah Li ‘Umar bin Khaththab), Penerjemah Ahmad Syarifuddin Shaleh, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2002).
114 Khalid, Abdurrahman Muhammad, Soal Jawab Seputar Gerakan Islam, (Bogor: Pustaka
Thariqul Izzah, 1994)
115 Ibid,
116 Ash-Shalabi, Ali Muhammad, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah (Ad-Dawlah Al-
Utsmaniyah Awamil al- Nuhudh wa Asbab as-Suquth), Penerjemah Samson Rahman,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2004)
117 Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif (Al-Waqf Al-Islami Tathawwuruhu Idaratuhu
Tanmiyatuhu), Penerjemah Muhyiddin Mas Rida, (Jakarta: Khalifa, 2005)
81 Mohkamad Soleh Kamit
Model-Model Pembiayaan
Pendidikan Islam

ini ada yang bersifat khusus, yakni untuk kegiatan tertentu atau orang
tertentu. Seperti wakaf untuk ilmuwan hadits, wakaf khusus untuk dokter,
wakaf khusus untuk riset obat-obatan, wakaf khusus guru anak-anak,
wakaf khusus untuk pendalaman fikih dan ilmu-ilmu Al-Qur‘an. Bahkan
sejarah mencatat ada wakaf khusus untuk Syaikh Al-Azhar atau fasilitas
kendaraannya. Selain itu, wakaf juga diberikan dalam bentuk asrama
pelajar dan mahasiswa, alat-alat tulis, buku pegangan, termasuk beasiswa
dan biaya pendidikan.118

Walhasil, dalam Islam, rakyat harus memperoleh pendidikan


formal yang gratis dari negara. Sedangkan melalui inisiatif wakaf dari
anggota masyarakat yang kaya, rakyat akan memperoleh pendidikan non
formal yang juga gratis atau paling tidak murah bagi rakyat.

Bertolak dari pemahaman di atas, pada dasarnya konsep


pembiayaan pendidikan dalam Islam, secara historis telah dilaksanakan
dengan baik pada masa Rasul, kemudian dikembangkan pada waktu masa
khalifah. Sistem pendidikan formal yang diselenggarakan negara khilafah
memperoleh sumber pembiayaan sepenuhnya dari negara (Baitul Mal).
Dalam sejarah, pada masa Khalifah Umar bin Khaththab, sumber
pembiayaan untuk kemaslahatan umum (termasuk pendidikan), berasal
dari jizyah, kharaj (pajak tanah), dan usyur (pungutan atas harta non
muslim yang melintasi tapal batas negara). 119 Setidaknya terdapat dua
sumber pendapatan Baitul Mal yang dapat digunakan untuk membiayai
pendidikan, yaitu:
a. Pos fai’ dan kharaj yang merupakan kepemilikan negara, seperti
ghanimah, khumus (seperlima harta rampasan perang), jizyah, dan
dharibah (pajak);

b. Pos kepemilikan umum, seperti tambang minyak dan gas, hutan, laut,
dan hima (milik umum yang penggunaannya telah dikhususkan).
Sedangkan pendapatan dari pos zakat, tidak dapat digunakan untuk
pembiayaan pendidikan, karena zakat mempunyai peruntukannya
sendiri, yaitu delapan golongan mustahik zakat. 120

118 Ibid,
119 Quthb Ibrahim Muhammad, Op.Cit.
120 Abdul Qadim Zallum, Al-Amwal fi Daulah Al-Khilafah, (Beirut: Darul ‘Ilmi lil Malayin, 1983)
dan Taqiyuddin An Nabhani, An-Nizham Al-Iqtishadi fi Al-Islam, (Beirut: Darul Ummah,
1990).
Mohkamad Soleh Kamit
Model-Model Pembiayaan 82
Pendidikan Islam

Jika dua sumber pendapatan itu ternyata tidak mencukupi, dan


dikhawatirkan akan timbul efek negatif (dharar) jika terjadi penundaan
pembiayaannya, maka negara wajib mencukupinya dengan segera dengan
cara berhutang (qardh). Hutang ini kemudian dilunasi oleh negara dengan
dana dari dharibah (pajak) yang dipungut dari kaum muslimin. Biaya
pendidikan dari Baitul Mal itu secara garis besar dibelanjakan untuk 2
(dua) kepentingan. Pertama, untuk membayar gaji segala pihak yang
terkait dengan pelayanan pendidikan, seperti guru, dosen, karyawan, dan
lain-lain. Kedua, untuk membiayai segala macam sarana dan prasana
pendidikan, seperti bangunan sekolah, asrama, perpustakaan, buku-buku
pegangan, dan sebagainya. 121

3. Pembiayaan Pendidikan dalam Islam Klasik

Pada masa Dinasti Umayah ini belum ada pendidikan formal,


dimana putra-putra kholifah Bani Umayyah biasanya akan disekolahkan
ke Badiyah, gurun Suriah, untuk mempelajari bahasa Arab murni, dan
mendalami puisi. Kesanalah Muawiyah mengirimkan putra-puranya yang
kemudian menjadi putranya. Yazid. Seorang guru (mu'addib) pada masa ini
– biasanya seorang mantan budak dan beragama Kristen- merupakan figur
penting istana. Guru putra khalifah ini menerima perintah dari ayah
murid-muridnya agar, mengajarkan mereka berenang dan membiasakan
mereka untuk agar tidak tidur. Umar II demikian keras menghajar anaknya
jika melanggar tata bahasa Arab, sehinga ia diriwayatkan menerapkan
hukuman cambuk padanya.

Pada masa ini juga belum dikenal sistem pendidikan madrasah


sehingga dalam proses pendidikan ini berlangsung akan mengunakan
masjid sebagai sarana untuk mempelajari Al-Quran dan al-Hadits. Karena
itu, guru, guru-guru paling pertama dalam Islam adalah para pembaca al-
Quran (Qurra'). Pada awal 17 H. 638 M. Kholifah Umar mengirimkan para
qurra' keberbagai tempat, dan mengintruksikan agar masyarakat belajar
kepada mereka di masjid setiap hari Jum'at. Umar II mengutus Yazid bin
Al-Habib ke Meisir sebagai hakim agung, yang diriwayatkan menjadi orang
yang pertama manjadi guru di sana. Di Khufah kita mengenal al-Dhahak
ibn Muzahim (w.723) yang mendirikan sekolah dasar (kuttab) dan tidak
memungut bayaran dari para siswa. Kemudian pada abad kedua Hijriyah
ditemukan seorang Badui yang mendirikan sekolah dengan memungut
bayaran dari para siswa. 122

121 Ibid,
122 Philip K. Hitti, History of Arabs, (Jakara: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2002), 317-318
83 Mohkamad Soleh Kamit
Model-Model Pembiayaan
Pendidikan Islam

Dari gambaran realitas sejarah di atas, dapat di ketahui bahwa


dalam kekhalifahan Dinasti Umayyah ini ada dua macam sistem, yaitu :
a. Dimana pada awalnya dalam segi pendidikan ini tidak dikenakan biaya
atau digratiskan, sehingga pembiayaan lebih menjadi tanggungan
penguasa waku itu.

b. Istilah penarikan biaya ini dikenal kemudian pada abad kedua yakni
pada kelompok Badui dengan memungut biaya pendidikan pada para
siswanya.

Kemudian pada waktu berdirinya madrasah pada era berikutnya,


yakni madrasah Nizhamiyah (yang didirikan oleh Nizam al-Mulk),
memberikan gagasan tentang pembiayaan pendidikan dilembaga tersebut
dengan melakukan kontrol pada semua madrasah Nizamiyyah, dimana
pada masa ini pembiayaan pendidian melalui program wakaf pemerintah.
Kontrol atas madrasah itu dimuat di dalam dokumen weakaf madrasah
Nizamiyah, substansi dari dokumen tersebut, adalah sebagai berikut :
a. Madrasah Nizamiyyah adalah wakaf yang disediakan untuk
kepentingan madzab Syafi'i.

b. Harta benda yang diwakafkan kepada Madrasah Nizamiyyah adalah


demi kepentingan penganut madzab Syafi'i.

c. Pejabat-pejabat utama madrasah Nizamiyyah harus bermadzhab Syafi'i.

d. Madrasah Nizamiyyah harus memiliki seorang tenaga pengajar


dibidang kajian al-Quran dan bahasa Arab.

e. Setiap staf menerima bagian tertentu atas penghasilan yang bersumber


dari harta wakaf madrasah Nizamiyyah. 123

Sebagai suatu lembaga pendidikan, madrasah Nizamiyyah


memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap, antara lain ruang
belajar dalam jumlah banyak, ruang perpustakaan yang cukup besar,
sejumlah asrama untuk pelajar, staf dan para gurunya, dan juga satu masjid
yang terletak tidak jauh dari lokasi madrasah.

123 Abdullah Idi dan Toto Suharto, Revitalisasi pendidikan Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana,
2006), 25.
Mohkamad Soleh Kamit
Model-Model Pembiayaan 84
Pendidikan Islam

Kesimpulan

Bentuk pembiayan pendidikan pada masa Islam klasik paling tidak ada
tiga hal yang perlu dicatat yaitu :

1. Biaya pendidikan ditanggung oleh pemerintah, seperti halnya pada


pemerintahan Dinasti Bani Umayyah.

2. Biaya Pendidikan digratiskan bagi para siswanya, model ini dikenal dalam
pendidikan yang dilakukan oleh kaum badui dengan melakukan penarikan
dana kepada peserta didiknya.

3. Pada masa madrasah Nizamiyah, pendanaan pendidikan dilakukan


melalui wakaf pemerintah.

Daftar Pustaka
Arif, Mahmud, Pendidikan Islam Transformatif, Yogyakarta: LKiS, 2008
Al-Jawi, Shiddiq. 2007. Pembiayaan Pendidikan Dalam Islam, Jurnal House of
Khilafah.
Al-Maliki, Abdurrahman. 1963. As-Siyasah Al-Iqtishadiyah Al-Mutsla, Hizbut
Tahrir.
Al-Mubarakfuri. 2005. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: IIIT.
An-Nabhani, Taqiyuddin. 1990. An-Nizham Al-Iqtishadi fi Al-Islam. Beirut:
Darul Ummah.
Ash-Shalabi, Ali Muhammad, Bangkit dan Runtuhnya Khilafa Utsmaniyah (Ad-
Dawlah Al-Utsmaniyah Awamil al- Nuhudh wa Asbab as-Suquth).
Penerjemah Samson Rahman. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
HR Muslim.
Hitti, Philip K., History of Arabs, Jakara: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2002.
Idi, Abdullah dan Suharto, Toto, Revitalisasi pendidikan Islam, Yogyakarta:
Tiara Wacana, 2006
Khalid, Abdurrahman Muhammad. 1994. Soal Jawab Seputar Gerakan Islam.
Bogor: Pustaka Thariqul Izzah.
Muhammad, Quthb Ibrahim. 2002. Kebijakan Ekonomi Umar bin Khaththab
(As-Siayasah Al-Maliyah Li ‘Umar bin Khaththab), Penerjemah Ahmad
Syarifuddin Shaleh. Jakarta: Pustaka Azzam.
Qomar, Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam, Surabaya: Erlangga, 2007
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, Surabaya: elKAF, 2006.
85 Mohkamad Soleh Kamit
Model-Model Pembiayaan
Pendidikan Islam

Supriyadi, Dedi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, Bandung: P.


Remaja Rosda Karya, 2006
Mohkamad Soleh Kamit
Model-Model Pembiayaan 86
Pendidikan Islam
Akuntansi Biaya: Konsep Dasar Perhitungan
Pembiayaan Pendidikan

Zulfahmi Syukri Zarkasyi


18731004
e-mail: zulfahmi@gmail.com

Latar belakang

Pembiyaan pendidikan sebgai sebuah kajian sekiranya tidak dapat di


pahami secara komprehensif tanpa mengkaji konsep-konsep yang
mendasarinya.Ada anggapan bahwa membicarakan pembiyaan pendidikan
tidak lepas dari persoalan”ekonomi pendidikan”.Bahkan secra tegas Mark
Blugh mengatakan bahwa :the economich of education is a branch og
economich”Jadi,dapat dikatakan menurut pandangan ini bahwa pada dasarnya
pembiyaan pendidikan merupakan bagian atau cabang dari ilmu
ekonomi.Sebab pembiyaan pendidikan menurut Blaugh sebagai the costing and
financing of school places,yaitu bagian dari permasalahan ekonomi pendidikan
pada bagian lain Mark Blaugh mengemukakan the economic of education is only
part of the story of any educational issue124,Menurut pandangan iini mengkaji
ilmu ekonomi pendidikan maupun pembiyaan pendidikan hanya merupakan
salah satu isu penting dalam dunia pendidikan.Oleh sebab itu,M.Blaugh
menyarankan agar dalam mengkaji ilmu ekonomi pendidikan lebih mendalam.

Menurut Nanang Fattah, pembiayaan pendidikan merupakan jumlah


yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan
pendidikan yang mencakup gaji guru, peningkatan professional guru,
pengadaan sarana ruang belajar, perbaikan ruang, pengadaan peralatan/mobile,
pengadaan alat-alat dan buku pelajaran, ATK, kegiatan ekstrakulikuler,
kegiatan pengelolaan pendidikan, dan supervisi pendidikan. 125
Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 No. 20 tahun 2003
tentang system pendidikan Nasional disebutkan bahwa sumber daya
pendidikan adalah merupakan pendukung dan penunjang pelaksanaan
pendidikan yang berwujud tenaga, dana, sarana dan prasarana yang tersedia

124 Dalam Moch.Idoschi Anwar,Adminstrasi pendidikan Dan Manajeman dan manjeman biaya
[endidikan (Teori konsep dan isi),(Bandung:Alfabeta,2004)hlm,138
125 Matin, Manajemen Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: Rapwal Pers, 2014), h. 78
Zulfahmi Syukri Zarkasyi
Akuntansi Biaya: 88
Konsep Dasar Perhitungan Pembiayaan Pendidikan

atau diadakan dan didayagunakan oleh keluarga, masyarakat, peserta didik dan
pemerintah, baik berdiri sendiri maupun bersama-sama. 126

Biaya pendidikan, termasuk dari mana sumber-sumbernya diperoleh,


sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan. Biaya sebagai komponen yang
berpengaruh terhadap proses pendidikan tampaknya tidak dapat disangkal.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dan keadaan ekonomi
dunia yang tidak stabil akan berdampak kepada pembiayaan pendidikan.
Pemerintah memilki keterbatasan dalam hal ketersediaan dana dan daya untuk
membiayai pendidikan, dan ini menuntut para administrator dan manajer
pendidikan untuk berpegang pada efisiensi dan efektivitas dalam administrasi
dan pengolahan keuangan, yaitu dapat memanfaatkan biaya untuk pendidikan
tanpa harus mengabaikan mutu pendidikan itu sendiri, dan memiliki
kreativitas dalam memanfaatkan biaya yang tersedia sehingga tidak
menimbulkan keresahan masyarakat. 127

Jadi, pembiayaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi


proses kinerja pendidikan sebagai proses pengalokasian berbagai macam
kebutuhan sekolah (sarana prasana) demi tercapainya program operasional
pendidikan dan KBM mulai dari perencanaan hingga pengawasan anggaran
pendidikan. Anggaran yang kita bahas kali ini adalah unit sekolah, bagaimana
dana terpakai dalam lingkup sekolah.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana dasar pembiyaan pendidikan ?

2. Apa Konsep teori perhitungan pembiyaan pendidikan ?

3. Bagaimana Efektifitas perhitungan dalam Pembiayaan Pendidikan?

Tujuan

1. Mengetahui dasar pembiyaan pendidkan

2. Memahami cara perhitungan pembiyaan pendidikan

3. Mencari konsep dasar yang tepat dalam perhitungan pembiyaan


pendidikan

126
Mulyono, Konsep Pembiayaan pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h.8
127 Matin, Manajemen Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: Rapwal Pers, 2014), h. 82
89 Zulfahmi Syukri Zarkasyi
Akuntansi Biaya:
Konsep Dasar Perhitungan Pembiayaan Pendidikan

Pembahasan

1. Dasar Pembiyaan pendidikan


a. Pengertian pembiyaan pendidikan

Biaya pendidikan adalah seluruh pengeluaran baik yang berupa


uang maupun bukan uang sebagai ungkapan rasa tanggung jawab
semua pihak (masyarakat, orang tua, pemerintah) terhadap
pembangunan pendidikan agar tujuan pendidikan yang dicita-citakan
tercapai secara efisien dan efektif, yang harus terus digali dari berbagai
sumber, dipelihara, dikonsolidasikan, dan ditata secara administrative
sehingga dapat digunakan secara efisien dan efektif. 128

Dalam pembiyaan pendidikan semua berperan penting guna


meningkatkan kualitias pendidikan dari orang tua sisiwa sampai
pemerintah semua bersinegri dalam pendidikan pembiyaan pendidikan
bukan hanya nominal uang saja namun berbentuk barang bisa di
katakan pembiyaan pendidikan.
b. Konsep pembiyaan pendidikan

Konsep biaya menurut Tilaar (1989:7) merupakan keseluruhan


dana dan upaya yang diserahkan oleh masyarakat untuk mendapatkan
pendidikan merupakan bentuk dari pelayanan masyarakat. 129

Istilak konsep pembiyaan pendidikan


No Istilah Keterangan
konsep
pembiyaan
1. Objek Biaya Objek biaya adalah akumulasi bniaya dari berbagi
aktivitas terdapat empat jenis objek biaya yaitu:
Produk atau kelompok produk yang saling
berhubungan
Jasa
Departeman(teknis,departeman SDM)
Proyek,seperti proyek penelitian,promosi
pemsaran,atau usaha jasa komunitas
Pendidikan sebagai lembaga yang tidak berorentasi
pada laba,maka objek biayanya adalah jasa

128 Matin, Manajemen Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: Rapwal Pers, 2014), h. 83
129 Matin, Manajemen Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: Rapwal Pers, 2014), h. 87
Zulfahmi Syukri Zarkasyi
Akuntansi Biaya: 90
Konsep Dasar Perhitungan Pembiayaan Pendidikan

2 Informasi Adalah suatu konsep yang mencakup segala informasi


Biaya yang dibutuhkkan dalam mengelola keungan agar
berjalan secara efektif dan efesian
Fungsi informasi manajeman biaya adalah untuk
menetukan harga,mengubah produk atau jasa dalam
rangka menigkatkan forbilalitas,memperbaharui
fasilitas layanan pada saat yang tepat dan menetukan
metode layanan.
Informasi manajeman biaya sangat di perlukan sebab
terkait dengan empat hal
Manajemen strategis, yaitu untuk membuat
keputusan-keputusan strategis yang tepat untuk
pemilihan produk, metode proses, teknik dan saluran
pemasaran, dan hal-hal yang bersifat jangka panjang
Perencanaan dan pengambilan keputusan, yaitu
untuk mendukung keputusan yang terus menerus
dilakukan
Pengendalian manajeman dan operasional, yaitu
memberikan dasar yang wajar dan efektif untuk
mengidentifikasi operasi yang tidak efisien
Penyusunan laporan keuangan, yaitu memberikan
catatan yang akurat tentang persediaan dan asset
lainnya
3 Pembiyaan Adala bagaimana mencari dana atau sumber dana dan
bagaimana menggunakannya
4 Keuangan Adalah seni untuk mendapatkan alat pembayaran.
(finance) Dalam dunia usaha keuangan meliputi pemeliharaan
kas yang memadai dalam bentuk uang atau kredit
disesuaikan dengan kebutuhan organisasi
5 Biaya (cost) Adalah jumlah uang yang disediakan (dialokasikan)
dan digunakan atau dibelanjakan untuk terlaksananya
berbagai kegiatan untuk mencapai suatu tujuan dalam
rangka proses manajemen
6 Pemicu - Adalah faktor yang memberi dampak pada
Biaya (cost perubahan biaya total. Artinya, jumlah total biaya
driver) sangat dipengaruhi efek terhadap perubahan level
biaya total dari obyek biaya
- Sebagai contoh dalam aktivitas pendidikan adalah
faktor-faktor yang menjadi pemicu biaya yang
diantaranya jumlah jam mengajar guru, media
pengajaran, buku teks yang digunakan, dan sifat
pendukung yang sifatnya temporer. Selain itu, pemicu
biaya dalam pendidikan dapat juga berupa program-
program yang ditawarkan sekolah yang secara
akumulatif dapat meningkatkan dan mengembangkan
keterampilan lulusan.
7 Anggaran Adalah alat penjabaran suatu rencana ke dalam bentuk
(Budget) biaya unt uk setiap komponen kegiatan
2. Konsep teori perhitungan pembiyaan pendidikan
91 Zulfahmi Syukri Zarkasyi
Akuntansi Biaya:
Konsep Dasar Perhitungan Pembiayaan Pendidikan

a. Jenis Teori Perhitungan Biaya Pendidikan

Beberapa jenis dan golongan biaya pendidkan yang dikaji dalam


hal pembiyaan pendidikan yang ada :

Pertama,biaya langsung(direct cost) yaitu sebagai pengeluaran


uang yang secara langsung membiayai penyelenggaraan pendidikan,
pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. 130 Biaya
langsung juga diartikan sebagai biaya yang secara langsung menyentuh
aspek dan proses pendidikan. Sebagai contoh biaya untuk gaji guru dan
pengadaan fasilitas belajar-mengajar. Biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar peserta
didik berupa pembelian alat-alat pelajaran, sarana belajar, biaya
transportasi, dan gaji guru, baik yang dikeluarkan oleh Pemerintah,
orang tua, maupun peserta didik sendiri .

Selanjutnya, berikut ini jenis-jenis biaya-biaya yang merupakan


bagian dari biaya langsung (direct cost), yaitu: 1) Biaya rutin
(recurrent cost), merupakan biaya yang digunakan untuk membiayai
kegiatan operasional pendidikan selama satu tahun anggaran. 131 Biaya
ini digunakan untuk menunjang pelaksanan program pengajaran,
pembayaran gaji guru, dan personil sekolah, administrasi kantor,
pemeliharaan dan perawatan sarana dan prasarana.

Biaya rutin dihitung berdasarkan “per student enrolled”.


Menurutnya, biaya rutin dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor utama, yaitu:
1) rata-rata gaji guru per tahun; 2) ratio guru, murid dan proporsi gaji
guru terhadap keseluruhan biaya rutin; dan 3) biaya pembangunan
(capital cost), merupakan biaya yang digunakan untuk pembelian
tanah, pembangunan ruang kelas, perpustakaan, lapangan olah raga,
konstruksi bangunan, pengadaan perlengkapan mobelair, biaya
penggantian dan perbaikan. Lebih lanjut, Biaya pembangunan dihitung
atas dasar “per student place” 132 .Dalam menghitung biaya
pembangunan ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu
pertama: tempat yang menyenangkan untuk murid belajar, biaya lokasi
atau tapak (site) , dan biaya perabot dan peralatan. Kedua: biaya tidak

130
Anwar, M. Idochi. 1991. Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan.
Mimbar Pendidikan, No. 1 Tahun X, 1991: 28-33
131
Cohn, Elchanan. 1979. The Economic of Education Revised Edition. Cambridge: Ballinger
Publishing Company.
132
Coombs, Philip. H. 1982. Apakah Perencanaan Pendidikan Itu (terj), Bhatara Karya Akasara,
Jakarta.
Zulfahmi Syukri Zarkasyi
Akuntansi Biaya: 92
Konsep Dasar Perhitungan Pembiayaan Pendidikan

langsung (indirect cos t) dapat dimaknai sebagai biaya yang maupun


antara Pemerintah dengan masyarakat dan masyarakat dengan
masyarakat itu sendiri dapat ditumbuhkan.
b. Komponen perhitungan pembiyaan pendidikan

Komponen Biaya Pendidikan Dalam menghitung biaya


pendidikan di sekolah, Hallak menjelaskan bahwa banyak komponen
yang mesti dipertimbangkan oleh pembuat anggaran. Komponen-
komponen yang dimaksud adalah:
1) Peningkatan KBM
2) Peningkatan pembinaan kegiatan siswa
3) Pembinaan tenaga kependidikan
4) Rumah tangga sekolah
5) Pengadaan alat-alat belajar
6) Kesejahteraan
7) Pengadaan bahan pelajaran
8) Perawatan
9) Sarana kelas
10) Pengadaan alat-alat belajar
11) Sarana sekolah
12) Pembinaan tenaga kependidikan
13) Pembinaan siswa
14) Pengadaan bahan pelajaran
15) Pengelolaan sekolah,
16) Pemeliharaan dan penggantian sarana dan prasarana pendidikan
17) Biaya pembinaan, pemantauan, pengawasan dan pelaporan.
18) Peningkatan mutu pada semua jenis dan jenjang pendidikan
19) Peningkatan kemampuan dalam menguasai iptek.
Pentingnya pembiyaan bagi lembaga pendidikan dalam hal itu
sekolah di tuntut untuk melakukan pengelolaan sumber dana secara
efektif dan efesien serta dapat di pertanggung jawabkan kepada pihak-
93 Zulfahmi Syukri Zarkasyi
Akuntansi Biaya:
Konsep Dasar Perhitungan Pembiayaan Pendidikan

pihak yang berkepenitingan, 133 dalam Undang Undang sistem


pendidikan Nasional nomor 20 Tahun 2003 pasal 47 ayat 2 di nyatakan
sumber pembiyaan pendidikan adalah dari pemerintah
pusat,pemerinyah daerah sumber dana dari masyarakat

3. Pendekatan Dalam Menghitung Satuan Biaya Pendidikan

Ada dua pendekatan dalam menentukan satuian biaya


pendidikan,yaitu dengan pendekatan baiaya mikro dan dan
makro. 134 Dalam pendekatan makro perhitungan keseluruhan jumlah
pengeluaran pendidikan yang di dapatkan dari berbagai sumber dana dan
kemudian dialokasikan kepada sejumlah murid dengan ketentuan yang
sudah di tetapkan.Pendekatan perhitungan pembiyaan pendidikan mikro
mendasarkan perhitungan biaya oleh murid .dalam hal ini dapat kita
jelsakan;
a. Pendekatan Makro

Faktor utama yang menetukan dalam sebuah perhitungan biaya


pendidikan adalah kebijakan dalam menegalokasikan anggaran
pendidikan di setiap negara.Dalam pengalokasikan biaya pendidkan
terutama yang bersumber dari pemerintah meningkatkan pengaruh
berdasarkan kebutuhan yang ada.
b. Pendekatan Mikro

Dalam hal mikro untuk menganalosa biaya pendidikan


berdasarkan pengeluaran total(total cost)dan jumlah biaya
satuan(biaya cost)menurut jenis dan tingkat pendidikan.Biaya total
merupakan gabungan biaya-baiay perkomponen input
135
pendidikan. Dalam satuan biaya pendidikan merupakan biaya rata
rata yang dikeluarkan untuk melaksanakan pendidikan di sekolah
permurid pertahun anggaran.Daengan demikian,satuan biaya ini dapat
diketahui dengan jalan membagi sejumalh dana pengeluaran sekolah
denhgan jumlah murid.

133 Indrawati, Novy Karmelita. 2016. Penerapan Activity Based Costing dalam Penentuan
Minimum Biaya Operasional Lembaga Pendidikan.
134 Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengalz, (Bandung: PT.Rosda Karya,
2003)
135 Idochi Anwar, M (1991), Biaya Pendidikalz dan Metode Penetapan Biaya Pezdidikan, Dalam
Mimbar Pendidikan No. 1 Tahun X - April 199 1.
Zulfahmi Syukri Zarkasyi
Akuntansi Biaya: 94
Konsep Dasar Perhitungan Pembiayaan Pendidikan

Dalam hal makro dan mikro bisa di guanakan semua namun


melihat kebutuhan dalam penghitungan proses pem,biyaan pendidikan
yang di tuju namun semua itu di pakai dengan teori yang benar dan sesuai
dengan SOP yang ada.

4. Efisiensi dalam Pembiayaan Pendidikan

Efisien yang dimaksud mengenai segala aspek, mulai dari input,


proses, serta output yang didapatkan. Dikatakan efisien apabila output
yang dihasilkan sesuai dengan tujuan diawal. Menurut 136 efisiensi
pendidikan merupakan pemberdayaan sumber-sumber untuk mencapai
optimalisasi. Dalam pembiayaan pendidikan efisien itu ditentukan dari
ketepatan dalam mengunakan anggaran pendidikan dengan membuat
prioritas. 137

Untuk dapat mengetahui apakah pembiayaan pendidikan tersebut


efisien atau tidak makanya digunakan metode analiis keefektifan biaya.
Upaya efisiensi dibagi menjadi dua jenis ,yaitu :
a. Efisiensi eksternal, biasanya menggunakan metode cost benefit
analysis, atau dengan mngukur berapa biaya yang dikeluarkan.

b. Efisiensi internal, yaitu apabila dapat menghasilkan output yang


maksimal dengan biaya yang minimum.

Efisiensi dalam pembiyaan pendidikan sangat berpengaruh pada


proses manajemen yang baik dalam sebuah proses pasti adanay sebuah
pengawalan yang matang.

5. Efektifitas perhitungan dalam Pembiayaan Pendidikan


a. Efektifitas perhitungan pembiyaan pendidikan

Efektifitas bukan hanya sekedar keuntungan semata, tetapi


berkaitan dengan barapa pencapaian yang dapat dicapai dengan adanya
pembiayaan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan cara
melihat output dan input yang ada, makanya sudah bias menjadi acuan
ukuran sesuatu dikatakan efektif atau tidak. 138

136 Ansar Rahman, “EFISIENSI DALAM PEMBIAYAAN PENDIDIKAN UNTUK


MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN,” Jurnal Elektika 5, no. 2 (2017): 17.
137 Rahman,A.(2017)EFESIENSI DALAM PEMBIYAAN PENDIDIKAN UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN jurnal elektika,17
138 Fironika, R. (n.d.). PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DI INDONESIA. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Dasar, 22.
95 Zulfahmi Syukri Zarkasyi
Akuntansi Biaya:
Konsep Dasar Perhitungan Pembiayaan Pendidikan

Berikut beberapa kriteria yang minimal harus dipenuhi untuk


mencapai efektifitasan dalam pembiayaan Pendidikan :
1) Prioritaskan yang harus didahulukan dalam pembiayaan.
2) Alokasi pembiayaan dilakukan secara transparan
3) Sesuaikan dengan target yang ingin dicapai
Ada beberapa prinsip dalam menilai efektivitas pembiayaan
pendidikan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Menilai efektivitas yang berkaitan dengan problem tujuan dm alat
untuk memproses input menjadi output.
2) Sistem yang dibandingkan hams samd honlogen, misalnya tingkat
pendidikan, kecakapan, social ekonomi dll.
3) Mempertimbangkan semua output, seperti jumlah siswa lulus dan
kualitas kelulusan.
4) Korelasi diharapkan bersifat kualitas, hubungan antara alat proses
dan output hams berkualitas. 139
Dalam memproses pembiyaan pendidikan di perlukan
manajeman yang bagus dan tertata rapi garis koordinasi yang jelas dan
tujuan pengeluaran yang jelas kemana arah tujuan biaya bermuara
sesuai kebutuhan karena administrasi yang rapi mutlak untuk menjaga
kepercayaan.

6. Permasalahan perhitungan pembiayaan pendidikan

Permasalahan pendidikan nasional tak pernah usai. Lebih khusus


lagi jika menyangkut masalah pembiayaan pendidikan, siapa pun
mengakui makin mahalnya biaya untuk memasuki jenjang pendidikan saat
ini. Memang tidaklah salah jika dikatakan pendidikan bermutu
membutuhkan biaya. Namun persoalannya, daya finansial sebagian
masyarakat di negeri ini masih belum memadai akibat sumber pendapatan
yang tak pasti.

Fenomena pendidikan yang menyedot biaya begitu besar dari


masyarakat ini juga sempat terlihat saat pendaftaran siswa baru (PSB)
beberapa waktu lalu. Orangtua siswa pun dibuat meradang mengenai biaya

139 Al kadri,H.(2011).Efektifitas dan Efesiensi pembiyaan pendidikan .FIP UNP,23


Zulfahmi Syukri Zarkasyi
Akuntansi Biaya: 96
Konsep Dasar Perhitungan Pembiayaan Pendidikan

yang harus ditanggung dalam menyekolahkan anaknya. Memang harus


diakui jika Pemerintah tak lepas tangan membiayai pendidikan. Untuk
bidang pendidikan khusus siswa SD-SMP, Pemerintah telah menggulirkan
program bantuan operasional sekolah (BOS) untuk BOS tetaplah terbatas.
Apalagi jika bicara dana BOS khusus buku yang masih minim untuk
membeli satu buku pelajaran berkualitas. Dengan masih terbatasnya dana
BOS itu mungkin ada yang berdalih jika Pemerintah sekadar membantu
dan meringankan beban masyarakat miskin. Jika benar demikian, maka
Pemerintah bisa dikatakan tidak peka. Bukti konkret adalah angka drop
out anak usia sekolah antara usia 7-12 tahun pada 2005 lalu. Hasil survei
menyebutkan 185.151 siswa drop out dari sekolah. Padahal, siapa pun tahu
jika program BOS mulai dirintis sejak 2005. 140

Dalam hal ini, kita perlu memikirkan bersama persoalan


pembiayaan pendidikan. Di lihat dari konstitusi, Pemerintah bertanggung
jawab mutlak membiayai anak-anak usia sekolah untuk menempuh
jenjang pendidikan dasar. Dalam UUD 1945 Pasal 31 (2) ditegaskan
mengenai kewajiban pemerintah membiayai pendidikan dasar setiap
warga negara. Kita tentu melihat ketidak taatan Pemerintah terhadap
konstitusi. Jika mengacu pada UUD 1945 Pasal 31 (2), anak usia sekolah
berhak mendapatkan pendidikan dasar tanpa biaya. Lalu muncul
pertanyaan, atas dasar apa pula pihak sekolah sering kali menarik
pungutan-pungutan kepada siswa dan orang tua siswa. UU No 20/2003
Pasal 34 (2) tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pun
menggariskan agar Pemerintah menjamin terselenggaranya wajib belajar
minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa pemungutan biaya.

Ditinjau lebih jauh, Pemerintah tampak tak memiliki komitmen


politik terhadap pendidikan. Sebut saja misalnya ketentuan anggaran
pendidikan sebesar 20 % dalam APBN. Putusan Mahkamah Konstitusi
(MK) terkait uji materi UU No 18/2006 tentang APBN 2007 yang
mengalokasikan anggaran pendidikan 11,8 % bertentangan dengan UUD
1945 malah ditanggapi dingin Pemerintah. Tidak jauh berbeda pada 2006
lalu, dimana Pemerintah tidak merespon positif putusan MK yang
memutuskan UU No 13/2005 tentang APBN 2006 dengan alokasi anggaran
pendidikan 9,1 % bertentangan dengan UUD 1945.

Bagaimana pun, kita tidak bisa menutup mata terhadap mahalnya


biaya menempuh jenjang pendidikan di negeri ini. Ketika disinggung

140
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
97 Zulfahmi Syukri Zarkasyi
Akuntansi Biaya:
Konsep Dasar Perhitungan Pembiayaan Pendidikan

tentang anggaran pendidikan sebesar 20 % dari APBN/APBD sebagaimana


amanat UUD 1945 dan UU No. 20/2003 Tentang Sisdiknas, pemerintah
selalu mengatakan tidak memiliki anggaran yang cukup. Ada sektor
kebutuhan non-pendidikan yang semestinya juga harus diperhatikan
disamping terus mengupayakan secara bertahap anggaran pendidikan
menuju 20 %.

Melihat kenyataan pengelolaan anggaran negara di republik ini,


tampaknya terjadi ketidakefektifan di samping mentalitas korupsi yang
masih akut. Pemerintah tidak bisa tidak memang perlu memikirkan lebih
serius lagi pembiayaan pendidikan di Indonesia. Anggaran negara
seyogianya dikelola lebih hemat dan efektif agar benar-benar memberikan
kontribusi signifikan terhadap penyelenggaraan pendidikan.

Kesimpulan

Dalam perhitungan pembiyaan pendidikan di Indonesia merupakan


salah satau masalah yang dirasakan masih krusial, Meskipun masalah
pembiayaan seutuhnya tidak sepenuhnya berpengaruh langsung terhadap
kualitas pendidikan, namun pembiayaan berkaitan erat dengan kelancaran
pembelajaran di sekolah, termasuk pengadaan sarana-prasarana dan sumber
belajar

Dengan melihat semua konsep dasar pembiyaan pendidikan pembiayaan


merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses kinerja pendidikan
sebagai proses pengalokasian berbagai macam kebutuhan sekolah (sarana
prasana) demi tercapainya program operasional pendidikan dan KBM mulai
dari perencanaan hingga pengawasan anggaran pendidikan.Dalama hal
pe,biyaayan lembaga pendidikan tidak boleh mengadnalkan saja dari sisi
pemerintah namun mencari dana di luar BOS atau lainnya ekonomi proteksi
itu mutlak di lakjukan apalagi lembaga pendididkan swasta,setiap pembiyayan
pendidikan di fungsikan dengan baik semua masyarakat sekolah merasakan
hasil dari biaya agar tidak ada tumpang tindih dalam pemakaianya.

Dalam perhitungan pembiyaan di laporkan dengan semua dengan jelas


di lakukan dengan transparan dan terbuka agar terhindar dari sebuah fitnah
namun se ua tehitung dengan rapiu sesuai teori apa yang di pakai dalam
menghiutung ,di lakukan denga rapi dan rinci agar semua tahu kemana saja
keuangan bermuara,hasil keuuangan lembaga pendidikam berasal dari SPP
siswa, unit usaha sekolah,BOS,bantuan sekolah atau donatur namun semua itu
di daya gunakan dengan sebaiknya lemabag maju bbukan hanya kualtias
Zulfahmi Syukri Zarkasyi
Akuntansi Biaya: 98
Konsep Dasar Perhitungan Pembiayaan Pendidikan

pendidikan yang bagus saja namun manajemana yan tertata rapi dan berjalan
sesuai visi dan misi.

Daftar Pustaka
Dalam Moch.Idoschi Anwar,Adminstrasi pendidikan Dan Manajeman dan
manjeman biaya [pendidikan Teori konsep dan
isi),(Bandung:Alfabeta,2004)hlm,138
Matin, Manajemen Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: Rapwal Pers,
2014), h. 78
Mulyono, Konsep Pembiayaan pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010),
h.8
Matin, Manajemen Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: Rapwal Pers,
2014), h. 82
Matin, Manajemen Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: Rapwal Pers,
2014), h. 83
Matin, Manajemen Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: Rapwal Pers,
2014), h. 87
Rahman,A.(2017)EFESIENSI DALAM PEMBIYAAN PENDIDIKAN UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN jurnal elektika,17
Fironika, R. (n.d.). PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DI INDONESIA. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dasar, 22.
Al kadri,H.(2011). EFEKTIVITAS DAN EFESIENSI PEMBIYAAN
PENDIDIKAN.FIP UNP,23
Anwar, M. Idochi. 1991. Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya
Pendidikan. Mimbar Pendidikan, No. 1 Tahun X, 1991: 28-33
Cohn, Elchanan. 1979. The Economic of Education Revised Edition. Cambridge:
Ballinger Publishing Company.
Coombs, Philip. H. 1982. Apakah Perencanaan Pendidikan Itu (terj), Bhatara
Karya Akasara, Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
Akuntansi Biaya: Teknik Perhitungan Pembiayaan
Pendidikan

Imam Wahyudi
18731005
e-mail: imamwahyudi@gmail.com

Latar Belakang

Dari semua sumber daya pendidikan yang dianggap penting adalah uang.
Pendidikan tidak akan berjalan tanpa adanya biaya atau uang. Uang ini
termasuk sumber daya yang langka dan terbatas. Sehingga, uang perlu dikelola
dengan efektif dan efisien agar membantu pencapaian tujuan pendidikan.

Pendidikan yang berkualitas merupakan suatu investasi yang mahal.


Kesadaran masyarakat untuk menanggung biaya pendidikan pada hakikatnya
akan memberikan suatu kekuatan pada masyarakat untuk bertanggungjawab
terhadap penyelenggaraan pendidikan. Organisasi pendidikan dikategorikan
sebagai organisasi publik yang non profit. Oleh karena itu, manajemen
pembiayaan memiliki keunikan sesuai dengan misi dan karakteristik
pendidikan.

Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah perencanaan anggaran dan belanja lembaga pendidikan?

2. Bagaimanakah pelaksanaan anggaran pendidikan?

3. Bagaimanakah pengawasaan pembiayaan pendidikan?

Tujuan

1. Untuk mengetahui perencanaan anggaran dan belanja Lembaga


pendidikan.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan anggaran pendidikan.

3. Untuk mengetahui pengawasaan pembiayaan pendidikan.


Imam Wahyudi
Akuntansi Biaya: 100
Teknik Perhitungan Pembiayaan Pendidikan

Pembahasan

1. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan

Pengertian perencanaan pembiayaan pendidikan adalah suatu


usaha melihat ke masa depan dalam menentukan kebijakan, prioritas dan
biaya pendidikan dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang
ada dalam bidang ekonomi, sosial dan politik untuk mengembangkan
potensi sistem pendidikan nasional, memenuhi kebutuhan bangsa dan
anak didik yang dilayani oleh sitem tersebut.

Bagi semua jenis sekolah, setiap tahun harus membuat


perencanaan anggaran yang disebut Rencana Anggaran Pendapatan dan
Biaya Sekolah. Tujuan penyusunan anggaran ini di samping sebagai
pedoman pengumpulan dana dan pengeluarannya, juga sebagai
pembatasan dan pertanggungjawaban sekolah terhadap uang-uang yang
diterima. Dengan adanya RAPBS ini maka sekolah tidak dapat semuanya
memungut sumbangan dari orang tua siswa (BP3) dan sebaliknya BP3
menjadi puas mengetahui arah pengguanaan dana yang mereka berikan.

Sekolah swasta tidak terikat oleh dana pemerintah terlalu banyak.


Oleh karenanya, mereka lebih leluasa menyusun RAPBS-nya. RAPBS
disusun dengan melalui proses tertentu, yang besar kecilnya didasarkan
atas kebutuhan minimum setia tahun, dan perkiraan pendapatannya
berpedman pada penerimaan tahun yang lalu.

Dalam perencanaan pembiayaan, terlebih dahulu harus memahami


jenis-jenis biaya dalam istilah pembiayaan. Jenis-jenis biaya tersebut yaitu:
a. Biaya langsung (direct cost)

Merupakan biaya pendidikan yang diperoleh dan dibelanjakan


oleh sekolah sebagai suatu lembaga meliputi biaya yang dikeluarkan
untuk pelaksanaan proses belajar mengajar, sarana belajar, biaya
transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang
tua, maupun siswa sendiri.
b. Biaya tidak langsung (indirect cost)

Biaya tidak langsung merupakan keuntungan yang hilang


(earning forgone) dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang yang
dikorbankan oleh siswa selama belajar.

Istilah lain yang berkenaan dengan dua sisi anggaran yakni


penerimaan dan pengeluaran. Anggaran penerimaan merupakan
101 Imam Wahyudi
Akuntansi Biaya:
Teknik Perhitungan Pembiayaan Pendidikan

pendapatan yang diperoleh rutin setiap tahun oleh sekolah dari berbagai
sumber resmi. Anggaran dasar pengeluaran merupakan jumlah uang yang
dibelanjakan setiap akhir tahun untuk kepentingan pelaksanaan
pendidikan di sekolah.

Untuk menyusun suatu perencanaan pembiayaan atau yang biasa


disebut dengan rencana anggaran, hal-hal yang harus diperhatikan:
a. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama
periode anggaran.

b. Mengidentifikasikan sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang,


jasa, dan barang.

c. Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang sebab uang pada


dasarnya merupakan pernyataan financial.

d. Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui


dan dipergunakan oleh instansi tertentu.

e. Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan pihak yang


berwenang.

f. Melakukan revisi usulan anggaran

g. Persetujuan revisi anggaran

h. Pengesahan anggaran

2. Pelaksanaan Pembiyaan Pendidikan

Dalam melaksanakan anggaran pendidikan, hal yang perlu


dilakukan adalah kegiatan membukukan atau accounting. Pembukuan
mencakup dua hal yaitu: pengurusan yang menyangkut kewenangan
menentukan kebijakan menerima atau mengeluarkan uang, serta tindak
lanjutnya yaitu menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang. Jenis
pengurusan kedua disebut juga dengan pengurusan bendaharawan.

Ada beberapa komponen yang perlu dibiayai dengan menggunakan


uang dari dana belajar. Komponen‑komponen tersebut meliputi:
a. Honorium untuk pemimpin/penanggung jawab edukatif.

b. Honorium untuk sumber belajar.


Imam Wahyudi
Akuntansi Biaya: 102
Teknik Perhitungan Pembiayaan Pendidikan

c. Honorium untuk pemimpin umum lembaga diklusemas.

d. Honorium untuk pinata usaha dan pembantu‑pembantunya.

e. Biaya perlengkapan dan peralatan.

f. Biaya pemeliharaan prasarana dan sarana.

g. Biaya sewa/kontrak.

h. Dana untuk pengembangan usaha lembaga diklusemas.

i. Biaya‑biaya lain untuk pengembangan dan biaya tak teduga.

Selain itu terdapat usaha‑usaha yang bersifat pengabdian terhadap


masyarakat yang menbutuhkan dana, kegiatan itu antara lain:
a. Pemberian keringanan uang kursus bagi warga belajar yang kurang
mampu.

b. Usaha‑usaha untuk meningkatkan kemampuan mengajar tenaga


sumber belajar

c. Kegiatan‑kegiatan yang bersifat pengabdian bagi kepentingan


masyarakat sekitar.

d. Kesediaan mengelola kejar usaha atau magang diklusemas.

Strategi suatu lembaga pendidikan secara administrasi dengan


bagaimana seseorang memimpin melakukan upaya pengelolaan sumber
daya dan sumber biaya yang terdapat di lingkungan suatu lembaga.
Pengelola pendidikan harus mampu sebaik mungkin mencari pemasukan
keuangan guna memenuhi kebutuhan dalam pendanaan pendidikan.

Strategi tersebut diatas dapat direalisasikan melalui


penyelenggaraan berbagai kegiatan seperti:
a. Melakukan analisis internal dan eksternal terhadap potensi sumber
dana,

b. Mengidentifikasi, mengelompokan dan memperkirakan


sumber‑sumber dana yang dapat digali dan dikembangkan,

c. Menetapkan sumber dana melalui musyawarah dengan orangtua


peserta didik pada tahun ajaran
103 Imam Wahyudi
Akuntansi Biaya:
Teknik Perhitungan Pembiayaan Pendidikan

d. Menggalang partisipasi masyarakat melalui komite sekolah

e. Menyelenggarakan olahraga dan kesenian peserta didik untuk


mengumpulkan dana dengan memanfaatkan fasilitas sekolah

3. Pengawasan Pembiayaan Pendidikan


a. Pengawasan

Untuk menjamin suatu kegiatan tidak menyimpang dari rencana,


tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka diperlukan pengawasan
yang berkesinambungan. Pengawasan sebagai salah satu aspek yang
penting dalam pelaksanaan rencana. Pengawasan ini merupakan suatu
upaya agar pelaksanaan pembangunan berjalan sesuai dengan yang
direncanakan. Pengawasan dilakukan untuk mencegah penyimpangan
keuangan dan mengoreksi kesalahan pencatatan yang mungkin terjadi.
Pengawasan dapat secara internal maupun internal, dapat pula
dilakukan secara struktural maupun fungsional yang mencakup
pemeriksaan, pembinaan dan evaluasi
b. Pengendalian

Dalam rangkaian kegiatan perencanaan, pengendalian


merupakan salah satu langkah yang dilakukan sebagai upaya
memastikan kegiatan program yang telah direncanakan. Melalui
pengendalian dapat diidentifikasikan kemajuan, perkembangan,
hambatan dan penyimpangan yang timbul agar dapat diminimalisir.
pengendalian merupakan langkah penting dalam upaya memastikan
terselenggaranya kegiatan pengelolaan biaya sesuai dengan aturan
kebijakan yang telah dilakukan. Pengendalian cenderung dilakukan
pimpinan atau atasan langsung sebagai upaya kreatif dan antisipatif
terhadap pelaksanaan tugas pengelola.
c. Pemeriksaan dalam Pembayaran

Pengelolaan biaya menyangkut penggunaan sejumlah dana yang


diamanatkan untuk membiayai program dan kegiatan. Setiap kegiatan
yang dilakukan oleh pengelola harus dapat dipertanggungjawabkan,
baik pertanggungjawaban program maupun dana yang digunakan. Oleh
karena itu, pengelolaan biaya harus bersifat akuntabel.

Menurut Nanang Fatah, pengawasan pembayaran pendidikan


bertujuan untuk mengukur, membandingkan, menilai alokasi biaya dan
Imam Wahyudi
Akuntansi Biaya: 104
Teknik Perhitungan Pembiayaan Pendidikan

tingkat penggunaannya. Secara sederhana proses pengawasan terdiri


dari:
1) Memantau (monitoring)
2) Menilai
3) Malampirkan hasil temuan, baik pada kinerja aktual maupun
hasilnya
Langkah atau tahapan yang harus dilakukan dalam proses
pengawasan adalah sebagai berikut:
1) Penetapan standar atau patokan, baik berupa ukuran kuantitas,
kualitas, biaya maupun waktu.
2) Mengukur dan membandingkan antara kenyataan yang sebenarnya
dengan standar yang telah ditetapkan.
3) Menentukan tindak perbaikan atau koreksi yang kemudian
menjadi materi rekomendasi.

Kesimpulan

Pembukuan mencakup dua hal yaitu: pengurusan yang menyangkut


kewenangan menentukan kebijakan menerima atau mengeluarkan uang, serta
tindak lanjutnya, yakni menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang.

Kegiatan pengawasan pembiayaan dikenal dengan istilah auditing yaitu


kegiatan yang berkenaan dengan kegiatan pertanggungjawaban penerimaan,
penyimpanan, dan pembayaran atau penyerahan uang yang dilakukan
bendaharawan kepada pihak-pihak yang berwenang.

Daftar Pustaka
Amirin, M. Tatang, dkk. 2013. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Dosen, Tim AP. 2010. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Fathah, Nanang. 2000. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Andira.
Fattah Nanang, 2002. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Hadari, Nawawi. 1981. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT. Gunung Agung.
Muljani A. Nurhadi. 1983. Administrasi Pendidikan Di Sekolah. Yogyakarta: Andi
Offset.
105 Imam Wahyudi
Akuntansi Biaya:
Teknik Perhitungan Pembiayaan Pendidikan

Mulyana, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya
Subroto, Suryo, B. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Sukirman, Hartati, dkk. 2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.
Yogyakarta: UNY Press.
Imam Wahyudi
Akuntansi Biaya: 106
Teknik Perhitungan Pembiayaan Pendidikan
Kajian Isu-Isu Pelaksanaan Anggaran Pendidikan

A. Shofi Ubaidillah
18731009
e-mail: shofi@gmail.com

Latar belakang

Pendidikan berperan sangat strategis dalam berbagai level kehidupan.


Pendidikan memberi banyak peluang untuk meningkatkan mutu kehidupan.
Pendidikan yang baik akan memberikan potensi kemanusiaan yang begitu kaya
pada diri seseorang, agar dapat terus dikembangkan. Pada tataran social,
pendidikan dapat mengantarkan seseorang pada pencapaian dan strata social
yang lebih baik. Secara akumulatif pendidikan dapat membuat sesuatu
masyarakat yang lebih beradab. Dengan demikian, pendidikan dalam
pengertian lebih luas sanagat berperan dalam proses transformasi individu dan
masyrakat.

Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang diharapkan ini tidak


mungkin terjadi secara alamiah dalam arti tanpa usaha dan pengorbanan. Mutu
dari keluaran yang diharapkan banyak dipengaruhi oleh besarnya usaha dan
pengorbanan yang diberikan. Semakin tinggi tuntutan mutu, akan berdampak
pada jenis dan pengorbanan yang harus direlakan. Pengorbanan yang
diterjemahkan menjadi biaya, merupakan faktor yang tidak mungkin diabaikan
dalam proses pendidikan. 141

Biaya pendidikan merupakan komponen instrumental(instrument input)


yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Dasar pemikirannya
adalah pendidikan merupakan sumber kunci pembangunan ekonomi, sumber
ekonomi internasional menerangkan bahwa investasi disuatu Negara dapat
diarahkan untuk pendidikan bangsa. Melalui investasi pendidikan dapat
berpengaruh secara signifikan terhadap pembangunan ekonomi dan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia suatu bangsa. 142

Tanpa pembiayaan proses pembelajaran tidak akan dapat berjalan


dengan baik, pembiayaan dan keuangan merupakan salah satu koponen yang
sangat menentukan, merupakan komponen produksi yang menentukan

141 Asrori Pasla, .2015. Isu pembiayaan pendidikan(pendidikan Gratis di Indonesia).


http://Kompasiana.com diakses pada 25 April 2020.
142 Mulyono. Konsep Pembiayaan Pendidikan. (Jogjakarta: AR-Ruzz Media,2016), hal, 92-93.
A. Shofi Ubaidillah
Kajian Isu-Isu 108
Pelaksanaan Anggaran Pendidikan

terlaksananya kegiatan-kegiatan dalam dalam proses pembelajaran bersama


komponen yang lain. 143

Undang-undang dasar 1945 pasal 31 mengamanatkan pendidikan


merupakan hak setiap warga Negara dan kewajiban pemerintah untuk
mebiayai kegiatan tersebut, sehingga dialokasikan 20% dari anggaran
pendapatan dan belanja Negara serta dari anggran pendapatan belanja daerah
untuk memenuhi penyelenggaraan pendidikan nasional. 144 Hal tersebut
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia telah bertekad untuk memajukan dunia
pendidikan, terutama pendidikan dasar.

Faktanya banyak sekolah yang tidak dapat melakukan kegiatan belajar


mengajar secara optimal, hanya karena masalah keuangan,baik menggaji guru
maupun untuk mengadakan sarana prasarana pembelajaran. Dalam hal ini,
maupun tuntutan reformasi adalah pendidikan yang murah dan berualitas,
namun pendidikan yang berkualitas senantiasa memerlukan dana yang cukup
banyak. 145

Pada tahun 1994, pemerintah merencanakan program wajib belajar


pendidikan dasar Sembilan tahun sebagaimana tercantum dalam Inpres no.1.
tahun 1994 tentang pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar, dan pada 2006
tentang gerakan nasional percepatan penuntasan wajib belajar dasar Sembilan
tahun dan pemberantasan buta aksara .Selanjutnya Undang Undang no 20
tahun 2003 tentang system pendidikan nasional mengamantkan bahwa setiap
warga berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Konsekuesnsi dari
hal tersbut, maka pemerintah wajib memberikan layanan pendidikan bagi
seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs
serta satuan pendidikan yang sederajat). 146

Standart pembiayaan sebagai standart Nasional pendidikan yang


berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pendidikan nasional. Uraian standar
pembiayaan pendidikan dapat ditelusuri dari peraturan pemerintah republic
Indonesia no 19 tahun 2005 tentang standar nasioal pendidikan(PP RI SNP).
“Pada Bab IX pasal 62 dari PP tersebut disebutkan bahwa standart peraturan
pemerintah nomor 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan telah
menegaskan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama
antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. Agar

143 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2004), hal. 47.
144 Rida Fironika. Pembiayaan Pendidikan Di Indonesia, Jurnal Pendidikan dasar no 21 april 2018.
145 E. Mulyasa. Menjadi kepala sekolah Profesional,(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 193
146 Mulyono. Konsep Pembiayaan Pendidikan. (Jogjakarta: AR-Ruzz Media,2016), hal, 189.
109 A. Shofi Ubaidillah
Kajian Isu-Isu
Pelaksanaan Anggaran Pendidikan

penyelenggaraan pendidikan disekolah dapat berjalan dengan baik,maka harus


ada ketersediaan dana yang mencukupi. Ketidak mampuan sekolah dalam
menyediakan dana dikawatrikan dapat menghambat proses penyelenggaraan
pendidikan. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat harus
menyadari serta melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya dalam hal
pembiayaan pendidikan agar dapat terselenggara dengan baik. 147

Bos merupakan salah satu bentuk pendanaan personalia bagi satuan


pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Hal ini membantu
menjawab kenyataan bahwa masyarakat membutuhkan pendidikan yang gratis
dan berkualitas. Oleh karenanya kajian mengenai pelaksaan Pembiayaan
pendidikan BOS perlu dikaji .

Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat kami uraikan rumusan permasalahan


diantaranya:

1. Apa pengertian pembiayaan pendidikan dana BOS?

2. Bagaimana Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan model BOS?

Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari makalah iniadalah:

1. Berupaya menganalisis pembiayaan pendidikan Model BOS

2. Berupaya menganalisis pelaksanaan pembiayaan pendidikan Model BOS

Pembahasan

1. Pengertian Pembiayaan pendidikan BOS

Bos merupakan Program pemerintah untuk penyediaan pendanaan


biaya non personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana
program wajib belajar. Sebagaimana tertuang dalam PP no 48 tahun 2008
tentang pendanaan pendidikan, pendanaan pendidikan menjadi tanggung
jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah,masyarakat. Biaya
pendidikan dapat dibagi menajadi tiga jenis, biaya satuan pendidikan,

147 Masditou. Manajmen pembiayaan pendidikan menuju pendidikan yang bermutu. Dalam Jurnal
Ansiru PAI vol 1 no 2 juli – desember 2017, hal 122.
A. Shofi Ubaidillah
Kajian Isu-Isu 110
Pelaksanaan Anggaran Pendidikan

biaya penyelenggaraan atau pengelolaan pendidikan dan biaya pribadi


peserta didik. 148
a. Biaya satuan pendidikan adalah biaya penyelenggaraan pendidikan
pada tingkat satuan pendidik yang meliputi hal-hal beikut:

4) Biaya Investasi adalah biaya penyediaan sarana dan prasarana,


pengembangan sumber daya manusia dan modal kerja tetap.
5) Biaya Oprasional, terdiri dari biaya personalia dan biaya non
personalia.
Biaya personalia terdiri dari gaji pendidik dan tenaga
kependidikan serta tunjangan tunjangan yang melekat pada gaji.
Biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai dan biaya tidak langsung berupa daya, air,
jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang
lembur, transpirtasi, komunikasi, pajak, asuransi, dan lain-lain.
6) Bantuan biaya pendidikan yaitu dana pendidikan yang diberikan
kepada peserta didik dan orang tua atau walinya tidak mampu
membiayai pendidikannya.
7) beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada
peserta didik yang berprestasi
b. Biaya Penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan adalah biaya
penyelenggaran dan pengelolaan pendidikan oleh pemerintah,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota atau
penyelenggara/satuan pendidikan yang didirikan masyrakat.

c. Biaya pribadi peserta didik adalah biaya personal yang meliput biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik utuk bisa
mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

Bantuan oprasional sekolah (BOS) yang dimaksud dalam PKPS


BBM bidang pendidikan ini mencakup komponen untuk biaya
oprasional non personal. Biaya oprasional non personal inilah yang

148 Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan menengah Departemen Pendidikan
Nasional, Buku Panduan Bantuan Oprasioan Sekolah Untuk pendidikan Gratis dalam rangka
wajib belajar 9 tahun yang bermutu (2009) hal. 8.
111 A. Shofi Ubaidillah
Kajian Isu-Isu
Pelaksanaan Anggaran Pendidikan

diprioritaskan, bukan biaya kesejahteraan guru, dan bukan untuk biaya


investasi. Secara umum program BOS bertujuan untuk
meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan
dalam rangka program wajib belajar Sembilan tahun yang bermutu.
Secara khusus program BOS bertujuan untuk: 149
1) Mengratiskan seluruh siswa miskin ditingkat pendidikan dasar dari
badan biaya oprasional sekolah, baik disekolah negeri maupun
swasta.
2) Mengratiskan seluruh siswa SDN,SMPN terhadap biaya oprasional
sekolah, kecuali pada rintisan sekolah bertaraf internasional(RSBI)
dan sekolah bertaraf internasional(SBI).
3) Meringankan beban biaya oprasional sekolah bagi siswa disekolah
swasta.
Model pembiayaan pendidikan BOS mengadopsi model
pembiayaan pendanaan Negara sepenuhnya, hal ini sebagaimana
dikatan jones Pembiayaan pendanaan sekolah akan dikumpulakan
ditingkat Negara dan didistribusikan ke sekolah distrik dengan dasar
yang sama yang bertujuan pemerataan mutu pendidikan nasioanl. 150

Adapun fungsi dana BOS secara ringkas


SEKOLAH NEGERI (SD/SMP) SEKOLAH SWASTA (SD/SMP)
Menggratiskan seluruh siswa miskin Menggratiskan seluruh siswa
miskin
Menggratiskan seluruh siswa SDN dan Meringankan beban biaya oprasi
SMPN terhadap biaya oprasi sekolah. sekolah bagi siswa di sekolah
swasta
Sekolah negeri kategori RSBI dan SBI Pemda wajib mengendalikan
diperbolehkan memungut dana dari pungutan biaya oprasional di
orang tua siswa yang mampu dnegan SD/SMP swasta sehingga siswa
persetujuan komite sekolah. miskin bebas dari pungutan
tersebut.
Pemda wajib memnuhi kekurangan Tidak ada pungutan berlebihan
biaya oprasional dari APBD bila bos kepada siswa mampu.
dari DEPDIKNAS belum mencukupi.

149 Program bantuan Oprasional sekolah(BOS) dalam peraturan perundang-undangan di


Indonesia,” dalam acp.ahkn@2008, diakses pada jumat 1 mei 2020.
150 Jones Thomas H. introduction to school Finance technique and social policy, (new york:
Macmilland publishing company and London,1985). hal 102.
A. Shofi Ubaidillah
Kajian Isu-Isu 112
Pelaksanaan Anggaran Pendidikan

Semua sekolah Negeri wajib menerima Sekolah penerima bos adalah


dana BOS. Bila sekolah tersebut semua sekolah swasta yang telah
menolak BOS, maka sekolah dilarang memiliki izin oprasional.
memungut biaya dari peserta didik,
orang tua, dan wali peserta didik
Biaya investasi menjadi tanggung Biaya investasi bisa mendapatkan
jawab pemerintah dan pemerintah bantuan dari pemerintah dan
daerah. pemerintah daerah.
Biaya personal (sepatu,tas,seragam,dan Biaya personal
lain-lain) menjadi tanggungan peserta (sepatu,tas,seragam,dan lain-lain)
didik. menjadi tanggungan peserta
didik.
Memberi sanksi pihak yang Memberi sanksi pihak yang
melanggarnya. melanggarnya.
Dalam pelaksanaan program BOS sekolah negeri maupun swasta
yang menerima dana BOS serta pihak lain yang terkait dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan program ini harus memperhatikan peraturan
per undang undangan yang berkaitan, di andataranya:
1) Pasal 4 ayat 1 undang-undang 1945.
2) Undang –undang nomer.17 tahun 1965 tentang pembentukan
badan pemeriksa keuangan.
3) Undang undang nomer 8 tahun 1974 sebagaimana telah diubah
dengan undang undang noomer 43 tshun 1999
4) Undang undang nomer 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan
Negara yang bersih dan bebas korupsi, polusi dan nepotisme
5) Undang undang nomer17 tahun 2000 tentang bendaharawan wajib
memungut pajak penghasilan
6) Undang undang nomer 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara.
7) Undang undang nomer 20 tahun 2003 tentang system pendidikan
nasional.
8) Undang undang nomer 1 tahun 2001 tantang pembndaharaan
Negara.
9) Undang nomer 15 tahun 2004tentang pemeriksaan, pengeleloaan
dan tanggung jawab keuangan Negara.
10) Undang undang nomer 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah,
113 A. Shofi Ubaidillah
Kajian Isu-Isu
Pelaksanaan Anggaran Pendidikan

11) Peraturan pemerinta nomer 106 tahun 2000 tentang pengelolaan


dan pertanggung jawaban keuangan dalam pelaksanaan
dekonsentrasi dan pembantuan.
12) Peraturan pemerintah nomer 25 tahun 2000 tentang kewenangan
pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom
13) Peraturan pemerintah PERMEN tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan
14) PERMEN no. 43 tahun 2008 tentang wajib belajar
15) PERMEN no. 47 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan
2. Pelaksanaan Dana BOS

Dalam mekanisme palaksanaan pembiayaan bantuan dana


sekolah(BOS) pengalokasian dana BOS dilaksanakan sebagai berikut:
a. Tim manajemen BOS pusat mengumpulkan data jumlah siswa setiap
sekolah melalui tim manajemen BOS provinsi, kemudian menetapkan
alokasi dana BOS setiap provinsi

b. Atas dasar data jumlah siswa tiap sekolah, tim manajmen bos pusat
membuat alokasi dana bos tipa provinsi yang dituangkan dalam DIPA
provinsi.

c. Tim manajemen BOS provinsi dan tim manajemen BOS


kabupaten/kota melakukan ferivikasi ulang data jumlah siswa tiap
sekolah sebagai dasar dalam menetapkan alokasi ditiap sekolah.

d. Tim manajemen bos kabupaten/kota menetapkan sekolah yang


bersedia menrima bos melalui surat keputusan(SK). SK penetapan
sekolah yang menerima BOS ditandatangi oleh kepala dinas
kabupaten/kota dan dewan pendidikan. SK yang telah ditandatangani
dilampiri daftar sekolah dan besar dana bantuan dana yang diterima
(format BOS-02A dan format BOS-02B).sekolah yang bersedia
menerima bos harus menandatangani surat perjanjian pemberian
bantuan(SPBB).

e. Tim manajemen BOS kabupaten/kota mengirim SK alokasi BOS dengan


melampirkan daftar sekolah ke tim manajmen BOS provinsi tembusan
ke Bank atau Pos penyalur dana dan sekolah penerima bos.
A. Shofi Ubaidillah
Kajian Isu-Isu 114
Pelaksanaan Anggaran Pendidikan

Dalam menetapkan alokasi dana BOS setiap sekolah, perlu


dipertimbangkan bahwa dalam satu tahun anggaran terdapat dua periode
tahun pelangajaran yang berbeda sehingga perlu acuan sebagai berikut:
a. Alokasi BOS untuk periode Januari-Juni didasarkan pada 2009 jumlah
siswa tahun pelajaran 2008/2009.

b. Alokasi BOS periode Juli-Desember 2009 didasarkan pada data jumlah


siswa tahun pelajaran 2009/2010. Oleh karena itu setiap sekolah
diminta agar mengrim data jumlah siswa ketim manajmen BOS
Kabupaten/Kota Segera setelah masa pendaftaran siswa baru tahun
2009 selesai. 151

Dalam program BOS dana diterima oleh sekolah secara utuh dan
dikelola secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan dewan guru dan
komite sekolah. Dengan demikian, program BOS dangat mendukung
implementasi penerapan Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) yang secara
umum bertujuan memberdayakan sekolah melalui pemberian
kewenangan (otonom), pemberian fleksibilitas yang lebih besar untuk
mengelola sumber daya sekolah, dan mendorong pastisipasi warga sekolah
dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah.

Melalui program BOS, warga sekolah diharapkan dapat lebih


mengembangkan dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Sekolah mengelola dana secara professional, tranparan dan dapat
dipertanggung jawabkan.

b. Bos harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan pemberdayaan


sekolah dalam rangka peningkatan akses,mutu, dan manajmen
sekolah. 152

Kesimpulan

Pada pasal 31 UUD 1945 mengamanatkan bahwa pendidika merupakan


hak bagi setiap warga Negara, tetapi pendidikan dasar merupakan kewajiban
yang harus diikuti oleh setiap warga Negara dan pemerintah wajib membiayai
kegiatan tersebut.

151 Mulyono. Konsep Pembiayaan Pendidikan. (Jogjakarta: AR-Ruzz Media,2016), hal 218.
152 Moch. Idochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen BIaya Pendidikan(Teori
Konsep Dan Isu), (bandung: Alfabetha,2004), hal.184
115 A. Shofi Ubaidillah
Kajian Isu-Isu
Pelaksanaan Anggaran Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan


dalam jangka menengah dan jangka panjang. Namun, sampai saat ini masih
banyak orang miskin yang memiliki keterbatasan akses untuk memperoleh
pendidika bermutu. Program Bantuan Oprasional sekolah(BOS) adalah
bantuan dana yang berasal dari realokasi/kompensasi pengurangan subsidi
BBM dibidang pendidikan sebagai salah satu layanan pendidikan yang
diberikan oleh pemerintah kepada sekolah setingkat SD SMP, baik negeri
maupun swasta.

Program BOS bertujuan Untuk membebaskan biaya pendidikan bagi


siswa yang tidak mampu dan meringankan bagi siswa lain. Secara konseptual,
pembiayaan pendidikan model BOS mengacu pada model pendanaan Negara
sepenuhnya(Full state founding) yang mewujudkan pendidikan bermutu
secara general

Daftar Pustaka
Asrori Pasla, .2015. Isu pembiayaan pendidikan(pendidikan Gratis di Indonesia).
http://Kompasiana.com diakses pada 25 April 2020.
Mulyono. 2016. Konsep Pembiayaan Pendidikan. Jogjakarta: AR-Ruzz Media.
E. Mulyasa, 2004. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rida Fironika. 2018. Pembiayaan Pendidikan Di Indonesia, Jurnal Pendidikan
dasar no 21 april 2018.
E. Mulyasa. Menjadi kepala sekolah Profesional, Bandung:Remaja Rosdakarya.
Masditou. Manajmen pembiayaan pendidikan menuju pendidikan yang bermutu.
Dalam Jurnal Ansiru PAI vol 1 no 2 juli – desember 2017.
Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan menengah Departemen
Pendidikan Nasional, Buku Panduan Bantuan Oprasioan Sekolah Untuk
pendidikan Gratis dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu
(2009).
Program bantuan Oprasional sekolah(BOS) dalam peraturan perundang-
undangan di Indonesia,” dalam acp.ahkn@2008, diakses pada jumat 1
mei 2020.
Jones Thomas H. introduction to school Finance technique and social policy,
(new york: Macmilland publishing company and London,1985).
Moch. Idochi Anwar, 2008. Administrasi Pendidikan dan Manajemen BIaya
Pendidikan(Teori Konsep Dan Isu), Bandung: Alfabetha.
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai