Oleh :
Dr. Dewi Sadiah, S.Ag., M.Pd. NIP : 197203031999032001
Buku ini hadir dalam upaya menjembatani para mahasiswa semester akhir atau yang masih
kebingungan melakukan research (skripsi).
Penulis ingin para mahasiswa dan para dosen senang meneliti tentang problem sosial yang
sekarang lagi booming sehingga masalahnya tersolusikan, dan jadi temuan yang sangat
berharga bagi kehidupan manusia dalam mencari makna hidup.
Buku ini menjelaskan cara-cara melakukan penelitian, dari pengertian sampai penerapannya
tentang metode penelitian yang dilengkapi dengan teori, model, latihan, dan contoh-contoh
penelitiannya.
KATA PENGANTAR
Buku Metode Penelitian Dakwah (Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif) ini berasal dari pikiran dan
pengalaman kongkret penulisnya sebagai sumber pengetahuan bagi manusia. Buku ini idealnya bermaks
ud memberikan inspirasi dan bimbingan praktis melalui tahapan-tahapan penelitian yang penting
disosialisasikan kepada para mahasiswa dalam melakukan penelitian kelak diakhir perkuliahan.
Secara subtantif buku yang ditulis oleh Dr. Dewi Sadiah, S.Ag, M.Pd. dosen Metodologi Penelitian ini
menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan research dakwah yang dilengkapi dengan contoh proposal
penelitian. Gejala sosial dapat dianalisis melalui berbagai metode dan pendekatan dalam penelitian
sebagai cara kerja yang rasional, empiris, dan sistematis.
Pembahasannya cukup komprehensip, terutama dengan memberikan teori-teori penelitian yang
dilengkapi dengan contoh-contoh yang berhubungan dengan prosedur penelitian.
Dengan menghadirkan contoh-contoh tersebut, buku ini menberikan kemudahan bagi para pembacanya
dalam memahami hakikat penelitian dan dapat menerapkannya dalam kegiatan penelitian.
Semoga buku Metode Penelitian Dakwah ini, dapat mengembangkan kualitas keilmuan secara optimal
dan bermanfaat bagi para pembaca semua. Semoga Allah Swt., senantiasa melindungi kita semua dan
memberikan kesuksesan, hidayah, dan ampunan-Nya. Amiin.
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi, atas perkenan-Nya, penulis dapat menyelesaikan buku “ Metode Penel
itian Dakwah”.
Penulisan buku ini berdasarkan pada kebutuhan mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Buku ini, disusun dalam
upaya membantu peningkatan mutu pembelajaran metode penelitian sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas akhir atau skripsi sehingga menemukan solusinya dan sebagai buku pegangan bagi para dosen.
Adapun materi-materi yang disajikan yaitu : Bab I Pengantar penelitian, Bab II Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, Bab
III Konsep dasar penelitian, Bab VI Teori dan model penelitian, Bab V Prosedur penelitian, dan Bab VI Penulisan hasil
penelitian, Bab VII Contoh proposal penelitian para mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SGD Bandung.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada suami tercinta Mustofa Hasan, M.
Ag. dan anak tersayang Yusuf Aziz Mustofa yang senantiasa memberikan inspirasi yang berharga dalam penulisan buku ini.
Secara khusus ucapan banyak terima kasih saya sampaikan kepada Prof. Dr. KH. Asep Saepul Muhtadi, MA, Guru Besar
UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang telah memberikan kontribusi dan memberikan pengantar dalam buku ini. Terima
kasih juga penulis sampaikan pula kepada rekan-rekan dosen UIN SGD Bandung yang senantiasa mendorong penulis untuk
menyelesaikan buku ini. Terima kasih juga saya sampaikan kepada PT Remaja Rosdakarya Bandung yang telah bersedia
menerbitkan buku ini, semoga kerjasama yang baik ini menjadi wasilah dalam upaya mencerdaskan bangsa.
Akhirnya penulis dengan segala kerendahan hati mengharapkan kritikan dan masukan yang bersifat konstruktif untuk
perbaikan dan penyempurnaan buku ini yang akan dijadikan sebagai salah satu referensi dalam penelitian.
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
Kualitatif.......................................................... 18
dan Kualitatif................................................... 27
Komunikasi..................................................... 36
I. Latihan-latihan................................................. 38
I. Konsep.............................................................. 52
II. Konstruk........................................................... 52
III. Variabel............................................................ 53
IV. Hipotesis........................................................... 55
V. Pengukuran....................................................... 56
VI. Teori.................................................................. 60
VII. Istilah Penelitian............................................... 62
VIII. Latihan-latihan................................................. 63
I. Teori Behavioral......................................... 64
II. Teori Manajemen........................................ 66
III. Teori S-O-R................................................ 67
IV. Teori Komunikasi....................................... 68
V. Teori Pemberdayaan................................... 69
VI. Model Jarum Hipodermik........................... 70
VII. Model Difusi Informasi...................... ........ 74
VIII. Model Agenda Setting................................ 76
IX. Model Uses and Gratification.................... 78
X. Model Skema Kerangka Berpikir dari
1. Model BKI.......................................... 81
2. Model KPI........................................... 83
3. Model MD........................................... 84
4. Model PMI........................................... 85
5. Model Jurnalistik.................................. 86
6. Model Humas....................................... 87
XI. Latihan-latihan........................................... 88
BAB VI PROSEDUR PENELITIAN................................ 89
V. Tinjauan Pustaka.......................................... 95
Pustaka.......................................................... 140
I. Pengetikan Skripsi......................................... 148
I. Metode Historis digunakan dalam evaluasi untuk merekonstruksi masa lampau secara
sistematis dan objektif, melalui kegiatan pengumpulan, verifikasi, dan sintesis bukti-bukti dengan
maksud untuk menegakkan fakta dan informasi sehingga diperoleh kesimpulan yang akurat.
II. Metode Survei digunakan dalam evaluasi untuk membuat pencanderaan secara sistematis,
faktual dan akurat terhadap fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
III. Metode Kasus (case study) digunakan untuk mempelajari secara intensif tentang latar
belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan dapat digunakan baik untuk semua unit sosial
seperti individu, kelompok, lembaga, komunitas maupun untuk peristiwa, keadaan, dan sebagainya.
IV. Metode Korelasional digunakan dalam evaluasi untuk mendeteksi sejauhmana variasi pada
suatu faktor berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefesian korelasi.
hubungan sebab-akibat dengan cara pengamatan terhadap akibat yang ada dengan mencari faktor-
faktor penyebabnya.
VI. Metode Eksperimen Sungguhan, digunakan dalam evaluasi untuk mengkaji kemungkinan
saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan satu atau lebih kondisi perlakuan kepada
satu atau lebih kelompok eksperimen serta membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih
merupakan perkiraan yang dapat diperoleh data sebenarnya dalam kondisi yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan variable yang relepan.
VIII. Metode Tindakan, digunakan dalam evaluasi untuk mengembangkan upaya pemecahan
masalah situasional di lapangan yang dilakukan secara partisipatif, kolaboratif, berdaur, dan evaluasi
diri dengan penerapan langsung di lapangan atau dalam dunia kehidupan nyata.
IX. Metode Deskriptif yaitu suatu rumusan masalah yang memadu penelitian untuk
mengeksplorasi atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam
(Sugiono, 2007: 209). Metode ini bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau
karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.
X. Analisis Isi (Content Analysis) yaitu sistem formal untuk melakukan sesuatu yang sering kita
lakukan secara informal, dengan mengambil kesimpulan dari pengamatan isi. Kita menyatakan
pendapat tentang kecermatan bermacam-macam lingkupan surat kabar, majalah, pemancar radio,
dan stasiun televisi. Pendapat-pendapat tersebut didasarkan pada apa yang kita amati sebagai
pembaca atau pendengar (Jalaluddin Rakhmat & Arko Kasta dalam bukunya Analisis Isi, 1983:7).
Berelson (Jalaluddin Rakhmat & Arko Kasta, 1983:8) memberikan definisi klasik analisis isi adalah
teknik penelitian untuk melukiskan isi komunikasi yang nyata secara obyektif, sistematik, dan
Dengan pendekatan ilmiah orang berusaha untuk memperoleh kebenaran ilmiah, yaitu
pengetahuan benar yang kebenarannya terbuka untuk diuji oleh siapa saja yang berkehendak untuk
mengujinya. Pendekatan ilmiah akan menghasilkan kesimpulan yang serupa bagi hampir setiap orang,
Perlu juga disinggung bahwa kebenaran yang diperoleh melalui penelitian terhadap fenomena yang
fana adalah suatu kebenaran yang telah ditemukan melalui proses ilmiah, karena penemuan tersebut
dilakukan secara ilmiah. Sebaliknya banyak juga kebenaran terhadap fenomena yang fana diterima
Gambar 1.1
(proses) (hasil)
Gambar 1.2
Umumnya, suatu kebenaran ilmiah dapat diterima dikarenakan oleh tiga hal, yaitu : 1. Adanya koheren,
2. Adanya koresponden, dan 3. Pragmatis.
Suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan tersebut koheren atau konsisten dengan
pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya, suatu pernyataan bahwa si Badu akan mati
dapat dipercaya, karena pernyataan tersebut diprakarsai oleh matematika misalnya, didasarkan atas
sifat koheren, karena dalil matematika disusun berdasarkan beberapa aksioma yang telah diketahui
kebenarannya lebih dahulu.
Dasar lain untuk mempercayai kebenaran adalah sifat koresponden yang diprakarsai oleh (Betrand R
ussel, 1872-1970). Suatu pernyataan dianggap benar, jika materi pengetahuan yang terkandung dalam
pernyataan tersebut berhubungan atau mempunyai korespondensi dengan objek yang dituju oleh
pernyataan tersebut. Pernyataan bahwa ibu kota Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Jika orang
mengatakan bahwa ibu kota Republik Indonesia adalah Kuala Lumpur, maka orang tidak akan percaya
karena tidak terdapat objek yang mempunyai korespondensi dengan pernyataan tersebut. Secara
faktual, ibu kota Republik Indonesia adalah Jakarta, bukan Kuala Lumpur. Sifat kebenaran yang
diperoleh dalam proses berpikir secara ilmiah umumnya mempunyai sifat koheren dan sifat
koresponden. Berpikir secara deduktif adalah menggunakan sifat koheren dalam menentukan kebenaran
sedangkan berpikir secara induktif, peneliti menggunakan sifat koresponden dalam menentukan
kebenaran.
Kebenaran lain dipercaya karena adanya sifat pragmatis. Dengan perkataan lain, pernyataan dipercayai
benar karena pernyataan tersebut mempunyai sifat fungsional dalam kehidupan praktis. Suatu
pernyataan atau suatu kesimpulan dianggap benar jika pernyataan tersebut mempunyai sifat pragmatis
dalam kehidupan sehari-hari. Teori kebenaran dengan sifat pragmatis ini dikembangkan oleh Ch.S.
Pierce (1839-1914) dan dianut oleh banyak ahli seperti John Dewey (1859-1952), C.H. Mead (1863-
1931), C.I. Lewis (1883) dan sebagainya. Misalnya, ada sebuah teori X dalam Ilmu Genetika
dan dengan teori X ini telah dapat dikembangkan teknik Z untuk
membuat tanaman tahan terhadap serangan penyakit. Secara ilmiah telah dibuktikan bahwa teknik Z
memang mampu membuat tanaman tahan terhadap penyakit. Dari penemuan tersebut dapat
disimpulkan, bahwa teori X juga benar, karena teori X adalah fungsional dan mempunyai kegunaan.
Secara pragmatis orang percaya kepada agama, karena agama bersifat fungsional dalam memberikan
pegangan dan aturan hidup pada manusia (Moh. Nazir, 2005:16).
Adapun tugas ilmu dan penelitian sebagai kriteria untuk menentukan bobot sesuatu karya keilmuan
yaitu :
terjadinya peristiwa-peristiwa.
III. Menyusun teori artinya bertugas mencari dan merumuskan hukum-hukum atau tata-tata
mengenai hubungan antara kondisi yang satu dan kondisi yang lain atau hubungan antara satu
IV. Prediksi artinya bertugas membuat prediksi (ramalan), estimasi/perkiraan dan proyeksi
mengenai peristiwa-peristiwa yang bakal terjadi atau gejala-gejala yang bakal muncul.
dan keingintahuan terhadap hasil suatu aktivitas. Penelitian dasar dikerjakan tanpa memikirkan ujung
praktis atau titik terapan. Hasil dari penelitian dasar adalah pengetahuan umum dan pengertian-
pengertian tentang alam serta hukum-hukumnya. Pengetahuan umum ini merupakan alat untuk
untuk tiap masalah tersebut. Tugas penelitian terapkan yang akan menjawab masalah-masalah
praktis tersebut.
Penelitian murni tidak dibayang-bayangi oleh pertimbangan penggunaan dari penemuan tersebut
untuk masyarakat. Perhatian utama adalah kesinambungan dan integritas dari ilmu dan filosofi.
Penelitian murni bisa diarahkan ke mana saja, tanpa memikirkan ada tidaknya hubungan dengan
mana saja, tanpa memikirkan sudut apa dan arah mana yang akan dituju (Hogben, 1938:648-649).
Charters (1920) menyatakan bahwa penelitian dasar terdiri atas halnya pemilihan sebuah masalah
khas dari sumber mana saja dan secara hati-hati memecahkan masalah tersebut tanpa memikirkan
kehendak sosial atau ekonomi ataupun masyarakat. Contoh penelitian murni, penelitian tentang gene,
Penelitian terapan (applied research, praktical research) adalah penyelidikan yang hati-hati,
sistematik, dan terus-menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan
yang telah ada. Peneliti yang mengerjakan penelitian dasar atau murni tidak mengharapkan hasil
penelitiannya digunakan secara praktik. Peneliti-peneliti terapanlah yang akan memerinci penemuan
penelitian dasar untuk keperluan praktis dalam bidang-bidang tertentu. Tiap ilmuwan yang
mengerjakan penelitian terapan mempunyai keinginan agar dengan segera hasil penelitiannya dapat
Penelitian terapan memilih masalah yang ada hubungannya dengan keinginan masyarakat serta
untuk memperbaiki praktik-praktik yang ada. Penelitian terapan harus dengan segera mengumumkan
hasil penelitiannya dalam waktu yang tepat supaya penemuan tersebut tidak menjadi kadaluarsa.
Charters (1925) dalam Whitney (1960) memberikan lima buah langkah dalam melaksanakan
IV. Kemudian dilakukan modifikasi sehingga penyelesaian dapat dilakukan untuk diterapkan.
Tiap peneliti segera tahu bahwa istilah penelitian “murni” dan penelitian “terapan” hanya
mendefinisikan area yang hanya berbeda dalam konsep. Dalam praktik, yang satu membayangi yang
penerapan terapan, penelitian tentang pengaruh traktorisasi terhadap penyerapan tenaga kerja,
pengaruh pemupukan daun terhadap tanaman jagung, dan sebagainya (Moh. Nazir, 2005: 26-27).
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data,
tujuan, kegunaan tertentu (Sugiono, 2006). Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada
ciri-ciri keilmuan, yaitu :
1. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga
terjangkau oleh penalaran manusia; 2. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh
indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan.
(Bedakan cara yang tidak ilmiah misalnya, mencari anak yang hilang saat memanjat gunung, atau ingin
mencari mobil yang hilang datang ke para normal, atau ingin menjadi kepala sekolah datang ke dukun
dan sejenisnya); 3. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan
langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Walaupun langkah-langkah penelitian antara metode
kuantitatif, kualitatif, dan R & D berbeda, tetapi semuanya sistematis.
Penelitian Kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel
pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian
analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Filsafat Positivisme memandang realitas/ gejala/ fenomena dapat diklasifikasikan, relatif tetap,
konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Penelitian pada umumnya
dilakukan pada populasi atau sampel tertentu
yang representatif. Proses penelitian bersifat deduktif, dimana
untuk menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskanhipotesis.
Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan data lapangan. Untuk mengumpulkan data
digunakan instrumen penelitian. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif
dengan menggunakan statistik deskriptif atau inferensial sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang
dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan pada sampel yang
diambil secara random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi di
mana sampel tersebut diambil.
Contohnya :
Pertama, Korelasional. Korelasional ini, merupakan kelanjutan dari metode deskriptif. Tujuannya
adalah untuk mencari hubungan di antara variabel-variabel yang diteliti, atau meneliti sejauhmana
variabel satu berhubungan dengan variabel lainnya. Dengan metode korelasional misalnya kita ingin
meneliti hubungan antara penguasaan ilmu komunikasi dengan keterampilan berkomunikasi. Apakah
mahasiswa yang nilai ilmu komunikasinya istimewa cenderung lebih terampil dalam berkomunikasi ?
Atau kita ingin meneliti apakah ada hubungan antara kuliah di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam dengan keterampilan bertabligh. Hubungan yang dicari dalam penelitian tersebut dinamakan
korelasi. Bila variabel yang dicari hubungannya hanya terdiri atas dua variabel, korelasinya disebut
korelasi sederhana (simple correlation). Lebih dari dua, kita menggunakan korelasi ganda (multiple
correlation) (Jalaluddin Rakhmat, 1985:37-38).
Kedua, Eksperimental-Sungguhan. Eksperimen-sungguhan adalah untuk menyelidiki kemungkinan
saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok
eksperimental satu atau lebih kondisi perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih
kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan (treatment). Atau ditujukan untuk meneliti
hubungan sebab-akibat dengan memanipulasikan satu atau lebih pada saat atau lebih kelompok
eksperimental, dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kantrol yang tidak mengalami
manipulasi. Manipulasi artinya mengubah secara sistematis sifat-sifat (nilai-nilai) variabel bebas.
Setelah dimanipulasikan, variabel bebas itu disebut garapan. Misalnya : Kita ingin meneliti efek
pendekatan dialogis dalam bertabligh pada tingkat pemahaman jamaah terhadap pesan tabligh. Di sini
kita menyuguhkan dua pendekatan tabligh. Kepada satu kelompok dilakukan pendekatan dialogis yang
disebut kelompok eksperimen dan kepada kelompok lain dilakukan pendekatan monologis yang
disebut kelompok kontrol. Pendekatan dialogis dalam bertabligh kita sebut garapan, sebab kelompok
eksperimen kita garap dengan variabel yang dimanipulasikan. Kemudian dalam waktu tertentu tingkat
pemahaman jamaah kita ukur setelah mereka mengikuti tabligh. Terbukti, misalnya, bahwa kelompok
jamaah yang diberi pendekatan dialogis lebih tinggi pemahamannya terhadap pesan tabligh daripada
kelompok jamaah yang diberi pendekatan monologis.
Dalam penelitian eksperimen tentu saja dalam pelaksanaannya tidak itu, perlu juga diperhatikan
apakah tidak ada variabel lain yang ikut serta menimbulkan efek. Misalnya, secara kebetulan pada
kelompok eksperimen terdapat lebih banyak jamaah mahasiswa, sementara kelompok kantrol lebih
banyak jamaah masyarakat biasa. Boleh jadi yang menjadi sebab tingginya pemahaman mereka
terdapat pesan tabligh adalah latar pendidikan mereka, bukan karena pendekatan dialogisnya. Oleh
karena itu sedapat mungkin peneliti mengusahakan agar hasil pengamatan tidak disebabkan oleh hal-hal
lain di luar variabel bebas yang diteliti. Upaya ini
dinamakan kontrol. Kontrol merupakan kunci penelitian eksperimental,
tanpa kontrol, manipulasi dan observasi akan menghasilkan data yang meragukan (confounding).
Dengan demikian secara singkat penelitian eksperimen ditandai tiga hal yaitu : 1) manipulasi,
mengubah secara sistematis keadaan tertentu, 2) observasi, mengamati dan mengukur hasil
manipulasi, dan 3) kontrol, mengendalikan kondisi penelitian ketika berlangsungnya manipulasi, (Jalalu
ddin Rakhmat, 1985:44-45).
Ketiga, Quasi-Eksperimental Research. Tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk
memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan
eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau
memanipulasikan semua variabel yang relevan. Quasi Eksperimen adalah cara yang paling tepat untuk
melakukan prediksi. Namun persoalannya, kita tidak selalu dapat melakukan eksperimen. Sebab dalam
kenyatannya kita sulit mengelompokkan orang sekehendak kita.
Keempat, Penelitian Tindakan (action research) yang bertujuan mengembangkan keterampilan-
keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan
langsung di dunia kerja atau dunia aktual yang lain (Sumadi Suryabrata, 1998:35).
Kelima, Penelitian Analisis Isi (Content Analysis) adalah suatu teknik penelitian untuk membuat
inferensi-inferensi yang dapat ditiru dan sahih data dengan memerhatikan konteksnya (Klaus
Lrippendrorff, 1993:15). Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi,
baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun bahan dokumentasi lain. Ada tiga langkah strategis
penelitian analisis isi Klaus Lrippendrorff, 1993:23 yaitu :
1. Penerapan desain atau model penelitian. Di sini ditetapkan berapa media, analisis korelasi,
banyak atau sedikitnya objek dan sebagainya.
2. Pencarian data pokok atau data primer yaitu teks, sebagai analisis isi, teks merupakan objek
yang pokok. Pencarian dapat dilakukan dengan menggunakan lembar formulir pengamatan tertentu
yang sengaja dibuat untuk keperluan pencarian data tersebut.
3. Pencarian pengetahuan kontekstual agar penelitian yang dilakukan tidak berada di ruang
hampa, tetapi terlihat kait-mengkait dengan faktor-faktor lain.
Analisis isi berkaitan dengan penelitian kuantitatif, prosedur dasar pembuatan rancangan penelitian dan
pelaksanaan studi analisis isi terdiri dari enam tahapan sebagai berikut :
Kemudian penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara
purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Contoh pendekatan penelitian kualitatif yaitu :
1. Deskriptif. Deskriptif yaitu suatu rumusan masalah yang memadu penelitian untuk
mengeksplorasi atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam
(Sugiono, 2007:209). Metode ini bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau
karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Ia tidak mencari atau
menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Dalam proses pengumpulan
datanya ia lebih menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah (naturalistic setting). Sedangkan
praktiknya peneliti terjun ke lapangan : gejala-gejala diamati, dikategori, dicatat, dan sedapat mungkin
menghindari pengaruh kehadirannya untuk menjaga keaslian gejala yang diamati, (Jalaluddin
Rakhmat, 1985:34-35). Misalnya : Penelitian propil mubaligh dan mubaligah di Kota Bandung,
persepsi masyarakat terhadap mubaligh yang menjadi politisi, gaya kepemimpinan majelis taklim di
Jawa Barat, retorika tabligh K.H. Miftah Farid, karakteristik jamaah peminat K.H. Abdullah Gymnastiar,
respon masyarakat terhadap acara “menembus batas” Nurcahyo di ANTV, dan lain-lain.
focus is on learned patterns of actions, language, beliefs, rituals, and ways of life. As a process,
ethnography involves prolonged fieldwork, typically employing observation and casual interviews with
participants of shared group activity and collecting group artifact. A documentary style is employed,
focusing on the mundane details of every day life. The final product is comprehensive, holistic narrative
Etnografi merupakan suatu deskripsi dan interpretasi mengenai sistem budaya atau sistem kelompok
sosial atau suatu sistem. Fokusnya adalah pada perilaku, bahasa, kepercayaan, ritual, dan cara hidup
yang dipelajari. Sebagai suatu proses, etnografi melibatkan penelitian yang luas, khususnya dalam
melakukan observasi dan wawancara dengan partisipan dan mengumpulkan sekumpulan artifak. Cara
membuat dokumenter dilakukan dengan fokus kebiasaan sehari-hari yang rinci. Produk akhirnya
merupakan suatu deskripsi naratif dan interpretasi luas dan menyeluruh berkenaan dengan seluruh
3. Histories. Tujuannya adalah merekonstruksi masa lalu secara sistematis dan objektif dengan
mengumpulkan, menilai, memverifikasi, dan mensintesiskan bukti untuk menetapkan fakta dan
mencapai kongklusi yang dapat dipertahankan. Misalnya : Penelitian strategi tabligh Nabi Muhammad
Saw., pada periode Makkah, sejarah perkembangan lembaga-lembaga dakwah di Indonesia, dan lain
sebagainya.
4. Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan (case study and field research). Tujuan
penelitian kasus dan penelitian lapangan adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar
belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga,
atau masyarakat (Sumadi Suryabrata, 1998:22).
5. Analisis Isi (Content Analysis) yaitu suatu teknik penelitian untuk membuat rumusan
kesimpulan-kesimpulan dengan mengidentifikasi karakteristik
spesifik secara sistematis dan objektif dari suatu teks (Asep S. M.
dan Agus A.S., 2003:112).
I. Analisis Wacana adalah analisis isi yang lebih bersifat kualitatif dan dapat menjadi salah satu
alternatif untuk melengkapi dan menutupi kelemahan analisis isi kuantitatif, pertanyaan lebih
ditekankan untuk menjawab “apa” (what) dari pesan atau teks komunikasi, pada analisis wacana,
pertanyaan lebih difokuskan untuk melihat pada “bagaima” (how) yaitu bagaimana isi teks berita dan
juga bagaimana pesan itu disampaikan, (Klaus Lrippendrorff, 1993:23). Analisis wacana terdiri dari
yaitu :
1. Analisis Semiotik (Semiotic Analysis), pengertian semiotika secara terminologis adalah ilmu
yang mempelajari sederetan objek, peristiwa, kebudayaan sebagai tanda. Semiotika di bidang
komunikasi pun juga tidak terbatas, misalnya mengambil objek penelitian seperti pemberitaan di media
massa, komunikasi periklanan, tanda-tanda nonverbal, film, komik kartun, dan sastra sampai pada
musik.
2. Analisis framing adalah bagian dari analisis isi yang melakukan penilaian tentang wacana
persaingan antarkelompok yang muncul atau tampak di media. Analisis wacana hanya berupaya
menerangkan kandungan isi naskah dan jika perlu beserta konteks atau historisnya tentang sebuah tema
atau isu yang dimuat dalam naskah tersebut, maka hasil penelitian analisis wacana bersifat ideografis.
Wujud bentuk wacana dapat dilihat dalam beragam karya pembuat wacana yaitu :
1. Text (wacana dalam wujud tulisan/grafis), antara lain dalam wujud berita, features, artikel
opini, cerpen, novel.
2. Talk (wacana dalam wujud ucapan) antara lain dalam wujud rekaman, wawancara, obrolan,
pidato.
3. Act (wacana dalam wujud tindakan) antara lain dalam wujud lakon drama, tarian, film, defile,
demontrasi.
4. Artifact (wacana dalam wujud jelek) antara lain dalam wujud bangunan, lanskap (tata ruang
di luar gedung), fashion, puing.
II. Analisis isi terhadap Pemberitaan perlu disertai penguasaan pengetahuan teoretis konseptual
dan metodologi penelitian analisis isi. Analisisi isi dapat dilihat sifatnya yang khas yaitu :
1. Pesan media bersifat otonom sebab peneliti tidak bisa memengaruhi objek yang dihadapinya.
Perhatian peneliti hanya terletak pada pesan yang sudah lepas dari penyampaiannya sehingga
kehadiran peneliti tidak menganggu atau berpengaruh terhadap penyampai dalam mengeluarkan
pendapatnya.
2. Materi yang tidak berstruktur dapat diterima, tanpa mengharuskan penyampai untuk
memformulasikan pesannya sesuai dengan struktur peneliti. Penyampai telah mengeluarkan
pernyataannya sesuai dengan strukturnya.
I. Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and researcher is the
key instrument.
II. Qualitative research is descriptive. The data collected is in the form of words of pictures
rather than number.
III. Qualitative research are concerned with process rather than simply with outcomes or
products.
IV. Qualitative research tend to analyze their data inductively.
V. “Meaning” is of assential to the qualitative approach.
Berdasarkan karakteristik tersebut dapat dikemukakan di sini bahwa penelitian kualitatif itu :
I. Dilakukan pada kondisi yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) langsung ke
sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.
II. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau
gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.
III. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome.
IV. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.
V. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).
No Kuantitatif Kualitatif
1. A. Desain
a. Spesifik, jelas, rinci;
b. Ditentukan secara mantap
sejak awal;
c. Menjadi pegangan
langkah demi langkah;
A. Desain
a. Umum
b. Fleksibel
c. Berkembang dan muncul
dalam proses
penelitian
2. B. Tujuan B. Tujuan
a. Menunjukkan hubungan antar a. Menemukan pola hubungan
variabel
b. Menguji teori yang bersifat interaktif
c. Mencari generalisasi yang
mempunyai nilai prediktif b. Menemukan teori
c. Menggambarkan realitas
yang kompleks
d. Memperoleh pemahaman
makna
3. C. Teknik Pengumpulan Data C. Teknik Pengumpulan Data
a. Kuesioner a. Participant observation
b. Observasi dan wawancara b. In depth interview
terstruktur c. Dokumentasi
d. Triangulasi
4. D. Instrumen Penelitian D. Instrumen Penelitian
a. Test, angket, wawancara a. Peneliti sebagai instrumen (hu
terstruktur man instrument)
b. Instrumen yang telah b. Buku catatan, tape recorder,
terstandar camera, handycam dan lain-lain
5. E. Data E. Data
a. Kuantitatif a. Deskriptif kualitatif
b. Hasil pengukuran variabel b. Dokumen pribadi, catatan
yang dioperasionalkan dengan lapangan, ucapan dan tindakan
menggunakan instrumen responden, dokumen dan lain-
lain
6. F. Sampel F. Sampel
a. Besar a. Kecil
b. Representatif b. Tidak representatif
c. Sedapat mungkin random c. Purposive, snowball
d. Ditentukan sejak awal d. Berkembang selama proses
penelitian
7. G. Analisis G. Analisis
a. Setelah selesai pengumpulan a. Terus menerus sejak awal
data sampai akhir penelitian
b. Deduktif b. Induktif
c. Menggunakan statistik untuk c. Mencari pola, model, thema,
menguji hipotesis teori
8. H. Hubungan dengan Responden H. Hubungan dengan Responden
a. Dibuat berjarak, bahkan a. Empati, akrab supaya
sering tanpa kontak supaya memperoleh pemahaman yang
obyektif mendalam
b. Kedudukan peneliti lebih b Kedudukan sama bahkan
tinggi dari responden sebagai guru, konsultan
c. Jangka pendek sampai c. Jangka lama sampai datanya
hipotesis dapat dibuktikan jenuh dapat ditemukan hipotesis
atau teori
9. I. Usulan Desain
a. Luas dan rinci
b. Literatur yang berhubungan
dengan masalah dan variabel
yang diteliti
c. Prosedur yang spesifik dan
rinci langkah-
langkahnya
d. Masalah dirumuskan dengan
spesifik dan jelas
e. Hipotesis dirumuskan dengan
jelas
f. Ditulis secara rinci dan jelas
sebelum terjun ke lapangan
I. Usulan Desain
a. Singkat umum bersifat
sementara
b. Literatur yang digunakan
bersifat sementara tidak menjadi
pegangan utama
c. Prosedur bersifat umum
seperti akan merencanakan tour/
piknik
d. Masalah bersifat sementara
dan akan ditemukan setelah
studi pendahuluan
10. J. Kapan penelitian dianggap J. Kapan penelitian dianggap
selesai ? selesai ?
Setelah semua kegiatan yang Setelah tidak ada data yang
direncanakan dapat diselesaikan dianggap baru/jenuh
11. K. Kepercayaan terhadap Hasil K. Kepercayaan terhadap Hasil
Penelitian Penelitian
Pengujian validitas dan Pengujian kredibilitas,
reliabilitas instrumen dependabilitas, proses dan hasil
penelitian
Adapun perbedaan penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif menurut Lexy J. Moleong
(1989:16-21) yaitu :
a. Teknik yang Digunakan
Pada dasarnya, baik teknik kuantitatif maupun teknik kualitatif dapat digunakan bersama-sama. Namun,
penekanannya diletakkan pada teknik tertentu. Paradigma ilmiah memberi tekanan pada teknik
kuantitatif, sedangkan paradigma alamiah memberi tekanan pada penggunaan teknik kualitatif.
b. Kriteria Kualitas
Dalam menentukan penelitian yang “baik”, paradigma ilmiah sangat percaya pada kriteri rigor, yaitu
kesahihan
eksternal dan internal, keandalan, dan objektivitas. Pada dasarnya,
menurut Guba dan Lincoln (1981:66), penekanan pada kriteria tersebut terang membawa eksperimen
pada penyusunan desain yang bagus, tetapi sering sempit cakupannya. Hal ini bersumber pada
kenyataan bahwa kebanyakan eksperimen memasukkan situasi yang kurang dikenal, buatan, dan masa
hidupnya singkat, dan hal itu membuat latar-tak-biasa sukar digeneralisasikan pada latar lainnya.
Sebaliknya, paradigma alamiah menggunakan criteria relevansi. Relevansi di sini adalah signifikansi
dari pribadi terhadap lingkungan senyatanya. Usaha menemukan kepastian dan keaslian merupakan hal
yang penting dalam penelitian alamiah.
c. Sumber Teori
Sebagian besar pengetahuan tentang perilaku social diarahkan pada verifikasi hipotesis yang
diturunkan dari teori a priori. Kebanyakan teori yang disusun pada hakikatnya adalah deduktif dan
logis dalam pengetahuan perilaku social. Proses penyusunan teori berputar-putar pada proses deduksi
yang bisa diverifikasi dari dunia nyata atas dasar asumsi a priori. Cara lainnya yang lebih
bermanfaat adalah menemukan teori dengan cara menariknya sejak awal dari alam, yaitu dari data
yang berasal dari dunia nyata. Metode yang digunakan adalah metode menemukan dengan
menganalisis data yang diperoleh secara sistematis. Penyusunan teorinya dimulai dari dasar. Teori
demikian akan cocok dengan situasi empiris dan penting untuk meramalkan, menerangkan,
menafsirkan, dan mengaplikasikan. Jadi, teori ini memenuhi dua kriteria, yaitu meramalkan,
menerangkan, dan menafsirkan.
d. Pertanyaan tentang Kausalitas
Penelitian biasanya dihadapkan pada penentuan hubungan sebab-akibat. Jawaban terhadap pertanyaan
hubungan sebab-akibat penting untuk keperluan meramalkan,
kontrol di satu pihak, dan verstehen di lain pihak. Kedua paradigma
ilmiah maupun alamiah menggunakan pertanyaan-pertanyaan tersebut, namun dengan cara yang
berbeda.
Paradigma ilmiah biasanya bertanya: dapatkah X menyebabkan Y? Untuk itu maka mereka
mendemonstrasikan di laboratorium bahwa Y sesungguhnya dapat disebabkan oleh X. Di pihak lain
paradigma alamiah kurang tertarik dengan apa yang diusahakan terjadi dalam situasi yang dirancang
terlebih dahulu, namun lebih tertarik pada apa yang terjadi pada latar alamiah.
e. Tipe Pengetahuan yang Digunakan
Ada dua macam atau tipe pengetahuan; yaitu pengetahuan proposisional dan pengetahuan-yang-
diketahui-bersama, yang diketahui dan disepakati juga oleh subjek. Kedua tipe pengetahuan tersebut
dapat dijelaskan perbedaannya. Pengetahuan proposisional adalah pengetahuan yang dapat dinyatakan
dalam bentuk bahasa. Pengetahuan-yang-diketahui-bersama (tacit knowledge) ialah instuisi,
pemahaman, atau perasaan yang tidak dapat dinyatakan dengan kata-kata yang dalam hal-hal
tertentu diketahui oleh subjek.
Paradigma ilmiah membatasi diri pada pengetahuan proposisional. Pengetahuan demikian
merupakan esensi metode untuk menyatakan proposisi secara eksplisit dalam bentuk hipotesis yang
diuji untuk menentukan validitasnya. Teori-teori terdiri atas pengumpulan hipotesis semacam itu.
Sebaliknya, paradigma alamiah mengizinkan dan mendorong pengetahuan-yang-diketahui-bersama
guna dimunculkan untuk keperluan membantu pembentukan teori dari-dasar maupun untuk
memperbaiki komunikasi kembali kepada sumber informasi dengan cara peristilahan mereka.
f. Pendirian
Paradigma ilmiah berpendirian reduksionis. Dalam hal ini mereka menyempitkan penelitian pada focus
yang relatif kecil dengan jalan membebankan kendala-kendala, baik pada
kondisi anteseden pada inkuiri (untuk keperluan mengontrol) maupun
pada keluaran-keluaran. Jadi, pencari-tahu-ilmiah mulai dengan menyusun pertanyaan atau hipotesis,
kemudian hanya mencari informasi yang akan memberikan jawaban pada pertanyaan atau menguji
hipotesis-hipotesis itu.
Pencari-tahu-alamiah mempunyai pendirian ekspansionis. Mereka mencari perspektif yang akan
mengarahkan pada deskripsi dan pengertian fenomena sebagai keseluruhan atau akhirnya dengan jalan
menemukan sesuatu yang mencerminkan kerumitan gejala-gejala itu. Mereka memasuki lapangan,
membangun dan melihat pembawaannya yang tampak dari arah mana pun titik masuknya. Setiap
langkah inkuiri didasarkan atas sejumlah pengetahuan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit
berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Jadi, pencari-tahu-ilmiah mengambil sikap terstruktur,
terarah, dan tunggal, sedangkan pencari-tahu-alamiah berpendirian terbuka, menjajagi, dan kompleks.
g. Maksud
Paradigma ilmiah mempunyai maksud dalam usahanya menemukan pengetahuan melalui verifikasi
hipotesis yang dispesifikasikan secara a priori. Pencari-tahu-alamiah, di pihak lain, menitikberatkan
upayanya pada usaha menemukan unsur-unsur atau pengetahuan yang belum ada dalam teori yang
berlaku.
h. Instrumen
Untuk mengumpulkan data, paradigma ilmiah memanfaatkan tes tertulis (tes-pinsil-kertas) atau
kuesioner atau menggunakan alat fisik lainnya seperti poligraf, dan sebagainya. Pencari-tahu-alamiah
dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul data. Hal itu
mungkin disebabkan oleh sukarnya mengkhususkan secara tepat pada apa yang akan diteliti. Di
samping itu, orang-sebagai-instrumen memiliki senjata “dapat-memutuskan” yang secara luwes dapat
digunakannya. Ia
senantiasa dapat menilai keadaan dan dapat mengambil keputusan.
i. Waktu untuk Mengumpulkan Data dan Aturan Analisis
Pencari-tahu-ilmiah dapat menetapkan semua aturan pengumpulan dan analisis data sebelumnya.
Mereka sudah mengetahui hipotesis yang akan diuji dan dapat mengembangkan instrumen yang cocok
dengan variabel. Instrumen ditetapkan sebelumnya tentang ukuran terhadap ciri yang diketahui
sehingga memungkinkan menetapkan waktu melakukan analisis.
Paradigma alamiah sebaliknya, tidak diperkenankan memformulasikan secara a priori. Datanya
dikumpulkan serta dikategorisasikan dalam bentuk kasar dan diunitkan oleh peneliti/analis. Di samping
itu, pencari-tahu-alamiah kurang dibimbing oleh aturan dibandingkan dengan paradigma ilmiah. Tentu
saja langkah-langkah tertentu perlu diambil untuk memastikan adanya aturan yang tidak ambigius
(meragukan) dan ditetapkan secara sistematis dan seragam. Teknik demikian bermanfaat dalam hal
dapat membangun atas dasar pengetahuan yang muncul.
j. Desain
Bagi paradigma ilmiah, desain harus disusun secara pasti sebelum fakta dikumpulkan. Sekali desain
digunakan, maka tidak boleh mengubahnya dalam bentuk apa pun. Sebab, jika diadakan perubahan,
maka perubahan itu akan mengaburkan variabel sehingga penafsiran yang bermakna menjadi tidak
mungkin dilakukan.
Bagi paradigma alamiah, desain dapat disusun sebelumnya secara tidak lengkap. Apabila sudah
mulai digunakan, maka desain itu malah mulai dilengkapi dan disempurnakan. Desain itu dapat
senantiasa diubah dan disesuaikan dengan apa yang diperoleh dan disesuaikan pula dengan
pengetahuan baru yang ditentukan.
k.
Paradigma ilmiah yang menggunakan gaya dengan menerapkan intervensi. Variabel bebas dan terikat
diisolasikan dari konteksnya, diatur sedemikian rupa sehingga hanya variabel ini yang muncul untuk
diukur, dan kemudian dikonfirmasikan dengan hipotesis. Sebaliknya, paradigma alamiah bergantung
pada seleksi. Dari pelbagai peristiwa yang terjadi secara alamiah akhirnya dipilih sesuatu gejala tanpa
mengadakan intervensi. Jadi, pencari-tahu-alamiah tidak mengelola situasi, tetapi memanfaatkannya.
Mungkin diperlukan waktu yang lama untuk memilih kombinasi unsur-unsur yang sesuai, namun hal
itu diperlukan guna mengkaji gejala-gejala dalam latar yang benar-benar ilmiah.
l. Latar
Pencari-tahu-ilmiah bersandar pada latar laboratorium untuk keperluan mengadakan kontrol,
mengelola intervensi, dan sebagainya. Sebaliknya, pencari-tahu-alamiah cenderung mengadakan
penelitian dalam latar alamiah.
m. Perlakuan
Bagi paradigma ilmiah, konsep perlakuan sangat penting. Pada setiap eksperimen, perlakuan itu harus
stabil dan tidak bervariasi. Jika tidak demikian, maka sukar menentukan pengaruh yang berkaitan
dengan suatu penyebab tertentu.
Untuk paradigma alamiah, konsep perlakuan tersebut asing karena perlakuan menyertakan beberapa
cara manipulasi atau intervensi. Jika pun hal itu terjadi dengan mempertimbangkan terjadinya gejala
secara alamiah, maka “perlakuan” itu merupakan penyebab yang dikehendaki untuk beberapa
pengaruh yang diamati. Tentu saja mereka tidak mengharapkan adanya stabilitas karena perubahan
secara berkesinambungan sebenarnya adalah esensi dari situasi nyata. Barangkali bermanfaat bagi
peneliti alamiah untuk menstabilkan sebanyak mungkin situasi ketika inkuiri sedang terjadi. Jadi, bagi
peneliti alamiah diperlukan lebih banyak keluwesan.
n. Satuan Kajian
Satuan kajian bagi paradigma ilmiah adalah variabel dan semua hubungan yang dinyatakan di antara
variable atau system variabel. Sebaliknya, paradigma alamiah berpendirian agar satuan kajian lebih
sederhana. Selain itu, mereka lebih menekankan kemurnian sistem pola yang diamati secara alamiah.
o. Unsur-unsur Kontekstual
Peneliti ilmiah senantiasa berusaha mengontrol seluruh unsur yang mengganggu yang dapat
mengaburkan unsur-unsur itu dari fenomena yang menjadi pusat perhatian atau yang mengacu pada
pengaruh terhadap fenomena itu.
Peneliti alamiah bukan hanya tidak tertarik pada kontrol, melainkan malah mengundang adanya ikut
campur sehingga mereka secara lebih baik dapat mengerti peristiwa dalam dunia nyata dan merasakan
pola-pola yang ada di dalamnya. Konsep “mengundang-ikut-campur” merupakan hal yang sangat
penting bagi peneliti alamiah. Biasanya mereka tidak ingin mengetahui bagaimana suatu keutuhan
yang ditelaah bekerja secara sangat baik dalam seluruh dunia kemungkinan, tetapi dalam keadaan yang
paling jelek sekalipun.
D. Latihan-latihan :
Wilayah penelitian dakwah adalah seluruh sektor kehidupan keberagamaan manusia yang
merupakan realitas dakwah. Realitas dakwah meliputi proses internalisasi, transmisi, difusi, dan
transformasi ajaran Islam. Dari segi elemennya, realitas dakwah itu meliputi kegiatan da’i. Respon
madu, ragam manhaj (metode) dakwah, pemanfaatan wasa’il (media) dakwah, dan pencapaian ghaya
h (tujuan) dakwah. Dari sisi macamnya, realitas dakwah meliputi tabligh (komunikasi dan penyiaran), i
rsyad (bimbingan, penyuluhan, konseling, psikoterapi), tadbir (manajemen), dan tamkin (pengembang
an masyarakat). Sedangkan dari sisi konteksnya (kuantitas interaksi da’i dengan mad’u) realitas
dakwah meliputi dakwah nafsiyah, dakwah fiah, dakwah hizbiyah (jamaah), dakwah umah, dan
dakwah syu’ubiyah-qabailiyah. Wilayah penelitian dakwah ini dapat diturunkan secara spesifik
Wilayah penelitian Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) dapat meliputi setiap kegiatan dakwah
dalam bentuk irsyad (kegiatan pemberian bimbingan), tawjih (konseling atau penyuluhan), dan isytisyf
a (psikoterapi). Perbedaannya dilihat dari tingkat permasalahannya yaitu : bimbingan lebih bersifat
umum baik ada masalah ataupun tidak, lebih kearah pemberian informasi, konsultasi biasa, bimbingan
karir, bimbingan keagamaan dan lain-lain. Sedangkan konseling dilakukan kepada klien apabila
dianggap telah ada permasalahan (psikologis) tertentu tetapi masih bersifat ringan, tidak cukup
memiliki berbagai permasalahan spesifik dari ringan sampai yang berat, telah memiliki berbagai
gangguan dan penyakit kejiwaan sehingga tidak cukup dengan konseling. Dilihat dari sisi jumlah
sasaran klien (mursyad bih)nya irsyad, tawjih, dan isytisyfa dapat meliputi nafsiyah, fardiyah, dan fiah
qalilah.
Bimbingan (irsyad) dapat mengambil bantuk nafsiyah dan fardiyah. Irsyad nafsiyah yaitu apabila
seorang konselor (mursyid) membimbing dirinya sendiri. Berbagai model, konsep dan teknik tentang
Irsyad/tawjih fardiyah yaitu apabila seorang konselor membimbing seorang klien baik dalam suasana
tatap muka langsung atau melalui media bimbingan/konseling dengan kata lain irsyad/tawjih fardiyah
disebut juga bimbingan/konseling individu. Berbagai model, konsep dan teknik tentang bimbingan/
Apabila seorang konselor memberikan bimbingan atau konseling terhadap klien dengan jumlah lebih
dari satu orang terutama dalam bentuk kelompok kecil (maksimal 20 orang), maka kegiatan tersebut
menjadi bimbingan atau konseling kelompok kecil atau iryad/tawjih fiah qalilah. Berbagai model,
konsep, teknik dan kasus tentang bimbingan/konseling kelompok dapat menjadi kawasan penelitian irs
Bentuk yang mirip dengan bimbingan/konseling kelompok adalah penyuluhan lapangan, misalnya
penyuluhan pertanian, penyuluhan kesehatan dan berbagai kegiatan yang secara jelas menggunakan
kata penyuluhan. Sulit dibedakan dengan bimbingan kelompok, tetapi istilah penyuluhan biasanya
lebih dekat dengan pemberian informasi dari pemerintah. Karena itu, berbagai hal yang terkait
Istisyfa atau psikoterapi yaitu segala proses pemberian bantuan terhadap klien yang diduga telah
memiliki berbagai gangguan atau penyakit kejiwaan dan sudah tidak dapat ditangani oleh konseling.
Perbedaan dengan psikoterapi umumnya, wilayah penelitian psikoterapi yaitu yang terkait dengan
Psikoterapi Religius khususnya Psikoterapi Islam. Berbagai model, metode, teknik psikoterapi yang
berdasarkan kepada pendekatan keagamaan (Islam) baik dikembangkan atas nama pribadi maupun
lembaga dapat menjadi wilayah penelitian BKI. Saat ini beberapa aspek yang telah dapat dikaji seperti
terapi yang dikembangkan dari shalat, puasa, do’a, wudhu, berbagai metode hikmah, tashawuf dan
tharikat. Berbagai penanganan terhadap berbagai patalogi sosial, korban bencana, recovery atau
pemulihan asal ada keterkaitan sisi penanganan dan terapinya dengan agama itupun dapat menjadi
wilayah penelitian BKI, misalnya trauma healing/ konseling pasca trauma dengan basis agama
Bentuk penelitian yang dapat dikembangkan dapat meliputi tiga hal yaitu : (1) penelitian lapangan, (2)
studi tokoh dan (3) penelitian literatur. Penelitian lapangan dapat dilakukan khususnya pada berbagai
lembaga dan instansi baik milik pemerintah maupun swasta, berbagai perusahaan, lembaga
pelayanan kesehatan, panti rehabilitasi pokoknya berbagai tempat yang memberikan pelayanan
bimbingan, konseling, penyuluhan dan psikoterapi. Fokus penelitian dapat meliputi lima unsur
terpenting dalam irsyad yaitu segala hal yang terkait dengan yaitu; (1) konselor, (2) klien, (3) metode,
(4) media dan (5) materi, dapat juga meneliti unsur-unsur respons, pengaruh, efektifitas dan aspek-
aspek lain.
Studi tokoh dapat meneliti beberapa aspek seperti sepak terjang personal (konselor) atau tokoh yang
dianggap memiliki kaitan dengan konsep, pemikiran, praktik pelayanan terhadap masyarakat yang
secara spesifik terkait dengan irsyad, tawjih maupun psikoterapi. Misalnya penelitian terhadap model
terapi seorang tokoh dengan metode hikmah, tashawuf atau tharikat. Fokus kajian terutama ditujukan
kepada aspek psikoterapi (terapi spiritual-kejiwaannya) bukan kepada terapi fisik atau herbal atau
ramuannya.
Penelitian literaturnya dapat mencakup berbagai kajian tentang konsep dan teori irsyad, tawjih dan is
ytisyfa dengan sumber dari Al-Quran, Hadits dengan berbagai turunannya, berbagai hasil ijtihad, hasil
riset, berbagai karya tulis ilmuwan muslim atau non muslim baik dalam maupun luar negeri. Dapat
juga berupa kajian terhadap berbagai konsep-konsep atau metode mutakhir dari berbagai disiplin ilmu
terutama bagaimana metode tersebut diterapkan, dikembangkan, model bimbingannya seperti apa,
Dilihat dari beberapa bidang yang telah berkembang saat ini khususnya yang terkait dengan studi
keislaman, bidang-bidang yang dapat diteliti oleh BKI yaitu: (1) pendidikan Islami, (2) kerja dan karir, (3
bidang sosial, (4) bidang keagamaan, (5) bidang keluarga. Hal-hal yang harus diperhatikan terkait
dengan bidang-bidang di atas adalah fokus kajian penelitiannya yang harus dijaga untuk tidak
tumpang tindih dengan disiplin ilmu lain. Misalnya bidang Pendidikan Islami tertentu berbeda dengan
kajian Tarbiyah. Fokus BKI kepada pelayanan bimbingan dan konseling dengan basis sekolah sampai
Bidang keluarga dapat juga meneliti di Kantor Urusan Agama (KUA) terutama terkait dengan
penyuluhan agama dan konseling rumah tangga dengan berbagai pernak-perniknya, yang penting
berbagai bidang di atas adalah berbagai persoalan yang ada dibalik kelima aspek di atas terutama
yang menyangkut bimbingan, konseling dan psikoterapi di luar sekolah atau Counseling for All yang
Wilayah penelitian komunikasi dan penyiaran Islam adalah segala macam kegiatan dakwah yang
melibatkan interaksi da’i dan mad’u dan berorientasi pada sosialisasi ajaran Islam. Sasaran tabligh (difu
si). Tabligh merupakan kegiatan dakwah yang melibatkan interaksi da’i dan mad’u dan berorientasi
pada sosialisasi ajran Islam. Sasaran tabligh adalah mad’u yang bersifat massa (ummah) yang
membutuhkan informasi mendalam sekitar pesan-pesan Islam. Metode yang digunakannya adalah
khithabah (diniyah dan ta’tsiriyah) secara tatap muka atau bermedia, baik bersifat monologis
maupun dialogis (mujaddalah). Media yang digunakan dapat berupa media cetak atau media
elektronik (audio atau video). Tujuan tabligh adalah membuka pemahaman mad’u terhadap ajaran
Islam, yang pada gilirannya dapat mendorong mad’u untuk menerima dan berperilaku sesuai dengan
ajaran Islam.
Wilayah penelitian tabligh ini meliputi wilayah literatur dan wilayah lapangan. Oleh karena itu,
peneliti di bidang komunikasi dan penyiaran Islam dapat memilih wilayah literatur atau wilayah
lapangan sesuai dengan kesediaan peneliti dan ketersediaan data. Wilayah penelitian literatur tabligh
mencakup kajian konsep-konsep dan teori-teori tabligh dengan segala turunannya. Khazanah yang
berpeluang diteliti untuk perumusan konsep dan teori tabligh ini dapat berupa Al-Quran, Hadits, turats
, dan berbagai buku karya tulis ilmuwan Muslim ihwal tabligh, dapat berupa buku-buku komunikasi
dan ilmu
sosial lain yang relevan dengan tabligh dan dapat juga berbagai laporan penelitian tertulis dalam
Di lapangan, penelitian komunikasi dan penyiaran Islam dapat mengambil salah satu aspek tabligh untu
k dijadikan fokus penyelidikannya. Ia bisa memusatkan penelitiannya pada salah satu unsur tabligh seb
agaimana berlangsung dalam proses tabligh, seperti mengenai metode tabligh yang digunakan,
mengenai efisiensi dan efektifitas pemanfaatan media, mengenai topik-topik yang dikembangkan,
atau aspek-aspek lain yang berkaitan dengan mubaligh. Ia juga bisa memokuskan penelitiannya pada
mad’u, mengenai derajat pemahaman mustami, mengenai efisiensi dan efektifitas kegiatan tabligh ter
tentu dalam mencapai tujuannya atau sekedar respons mustami terhadap muballigh, terhadap isi tabli
Peneliti bidang komunikasi dan penyiaran Islam seyogyanya waspada memelihara fokus
penelitiannya agar tidak memasuki kavling program studi lain dalam kajian dakwah. Dalam meneliti
majelis ta’lim misalnya, ia harus memastikan bahwa kegiatan yang menjadi fokus penelitiannya di
majelis ta’lim tersebut adalah kegiatan tabligh bukan kegiatan lainnya yang menjadi wilayah studi lain
dalam lingkungan kajian dakwah. Peneliti bidang komunikasi dan penyiaran Islam juga dapat saja
mengambil sekolah atau pesantren sebagai lokasi penelitian, tetapi ia membatasi diri pada kegiatan
Di luar podium ceramah, wilayah penelitian komunikasi dan penyiaran Islam dalam hal kegiatan
tabligh bermedia kini terbuka lebar. Seorang calon sarjana komunikasi dan penyiaran Islam dapat
meneliti kegiatan tabligh di media massa, cetak atau elektronik. Tulisan-tulisan tabligh di surat kabar
Hanya sekali lagi, tidak semua program keagamaan di media massa itu merupakan kegiatan tabligh,
sehingga peneliti bidang komunikasi dan penyiaran Islam dituntut untuk cermat membedakan
Selain yang telah dikemukakan di atas, termasuk wilayah penelitian komunikasi dan penyiaran Islam
ini adalah aktivitas dakwah antarbudaya. Dalam kenyataannya, masyarakat (mad’u) yang menjadi
sasaran dakwah memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi. Dari segi sosio-kultural, mereka hidup
dengan latar budaya yang beragam yang melewati batas-batas wilayah, etnis, ras, agama, dan lain-
lain. Mereka juga memiliki karakter masing-masing yang khas, sejak yang rural hingga urban,
tradisional hingga modern, agraris hingga industrial, bahkan masih terdapat beberapa komunitas
mad’u di dunia ini yang masih terasing. Kenyataan keragaman latar budaya ini menuntut pendekatan
dakwah yang khas dan beragam pula, dan sekaligus hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kajian
Wilayah penelitian manajemen dakwah adalah realitas dakwah yang termasuk dalam kategori
tadbir. Tadbir merupakan kegiatan dakwah berupa pengelolaan kelembagaan Islam yang melibatkan
interaksi antara da’i dan tujuan dakwah, serta berorientasi pada pengelolaan dan administrasi. Da’i
dalam konteks tadbir adalah subyek dakwah yang memegang fungsi tertentu dalam manajemen
dakwah (manajer umat). Tujuan tadbir adalah selain memfasilitasi dakwah dengan perangkat
manajemen dan administrasi untuk mencapai tujuan tadbir, juga pengurusan kehidupan beragama
Wilayah penelitian tadbir ini meliputi wilayah literatur dan wilayah lapangan. Oleh karena itu,
peneliti bidang manajemen dakwah dapat memilih wilayah literatur atau wilayah lapangan sesuai
dengan kesediaan peneliti dan ketersedian data. Wilayah penelitian literatur tadbir mencakup kajian
konsep-konsep dan teori-teori tadbir dengan segala turunannya. Khazanah yang berpeluang diteliti
untuk perumusan konsep dan teori tadbir ini bisa berupa Al-Quran, Hadits, turats dan berbagai buku
karya tulis ilmuwan Muslim ihwal tadbir, dapat berupa buku-buku manajemen dan ilmu sosial lain
yang relevan dengan tadbir dan dapat juga berbagai laporan penelitian tertulis dalam bidang tadbir ata
Di lapangan, penelitian manajemen dakwah dapat mengambil salah satu aspek tadbir sebagai fokus
risetnya. Ia bisa memusatkan penelitiannya pada salah satu fungsi tadbir di atas seperti; mengenai
dakwah atau evaluasi program dakwah. Peneliti bidang manajemen dakwah juga dapat memusatkan p
erhatiannya pada figur pimpinan, relasi atasan-bawahan atau program-program lembaga dakwah.
Dunia politik juga bisa menjadi lahan penelitian manajemen dakwah sepanjang menyangkut
Peneliti bidang manajemen dakwah juga dapat memokuskan diri pada efisiensi dan efektifitas
kegiatan dakwah tertentu dalam mencapai tujuannya. Maka, terbuka bagi peneliti manajemen
dakwah untuk mengukur efektifitas dan efisiensi proses kegiatan dakwah lain, seperti kegiatan tabligh,
irsyad atau tathwir. Hanya saja, peneliti bidang manajemen dakwah mesti waspada memelihara
fokus penelitiannya agar tidak memasuki kavling program studi lain dalam lingkungan ilmu dakwah.
kegiatan yang menjadi fokus penelitiannya di majelis ta’lim tersebut adalah aspek manajemen dan
administrasi majelis ta’lim tersebut, bukan substansi kegiatan lainnya yang menjadi wilayah studi lain
dalam lingkungan kajian dakwah. Pendek kata, peneliti bidang menajemen dakwah dapat mengambil
obyek penelitiannya dalam berbagai kegiatan atau lembaga dakwah yang memuat proses manajemen
(tadbir).
Selain yang sudah diungkapkan di atas, peneliti bidang manajemen dakwah juga dapat menjadikan
kegiatan pengelolaan ekonomi Islam (seperti; zakat, infaq, shadaqah) dan kegiatan pengelolaan wisata
ziarah-ibadah (seperti; haji, umrah, ziarah) sebagai lahan penelitiannya. Ia dapat meneliti dua
kegiatan pengelolaan tersebut dari aspek manajerialnya; misalnya, ia dapat meneliti efektifitas dan
Wilayah penelitian pengembangan masyarakat Islam adalah realitas dakwah yang termasuk dalam
kategori tamkin. Tamkin merupakan kegiatan dakwah berupa pemberdayaan sumberdaya insani,
sumberdaya lingkungan, dan ekonomi umat yang melibatkan interaksi antara unsur dakwah dan
tujuan dakwah dan berorientasi pada pembinaan dan pengembangan masyarakat mad’u agar
mendekati tujuan tamkin. Da’i dalam konteks tamkin adalah subyek dakwah yang lebih berperan
sebagai pendorong mad’u (pengembang umat) untuk mencapai tujuan tamkin. Tujuan tamkin adalah
membangun khair ummah melalui kegiatan-kegiatan community development, yang pada gilirannya
dapat menciptakan sinergi proses penyelenggaraan dakwah yang melibatkan tiga profesi dakwah
lainnya.
Wilayah penelitian tamkin ini meliputi wilayah literatur dan wilayah lapangan. Oleh karena itu,
peneliti bidang pengembangan masyarakat Islam dapat memilih wilayah literatur atau wilayah
lapangan sesuai dengan kesedian peneliti dan ketersediaan data. Wilayah penelitian literatur tamkin
mencakup kajian konsep-konsep dan teori-teori tamkin dengan segala turunannya. Khazanah yang
berpeluang diteliti untuk perumusan konsep dan teori tamkin ini bisa berupa Al-Quran, Hadits, turats,
dan berbagai buku karya tulis ilmuwan Muslim ihwal tamkin, dapat berupa buku-buku sosiologi,
antropologi, dan ilmu sosial lain yang relevan dengan tamkin, dan dapat juga berbagai laporan
penelitian tertulis dalam bidang tamkin atau bidang lain sepanjang bertitik-singgung.
Berkenaan dengan wilayah lapangan, peneliti bidang pengembangan masyarakat Islam dapat
mengambil salah satu aspek tamkin sebagai fokus risetnya. Ia bisa memusatkan penelitiannya pada
unsur da’i dalam proses kegiatan tamkin di lapangan, unsur metode dan teknik pengembangan
masyarakat, unsur program-program tamkin, baik yang diselenggarakan secara individual maupun
institusional, dan unsur perwujudan khair ummah sebagai tujuan puncak tamkin.
Peneliti bidang pengembangan masyarakat Islam juga dapat memusatkan perhatiannya pada analisis
sosial ihwal berbagai kebijakan dakwah. Di sini ia dapat memokus pada environmental impacts (dampa
k lingkungan) atau sosial impacts (dampak sosial) dari berbagai program kemasyarakatan atau
kebijakan politik. Berbagai laju perubahan sosial dalam berbagai sektor kehidupan sosial, juga
merupakan lahan penelitian pengembangan masyarakat Islam yang kaya dan menarik untuk
dilakukan.
Peneliti bidang pengembangan masyarakat Islam juga dapat memokus pada proses kegiatan dakwah
lain, seperti kegiatan tabligh, irsyad, atau tadbir. Hanya saja, peneliti bidang pengembangan
ilmu dakwah. Peneliti bidang pengembangan masyarakat Islam dapat saja mengambil majelis ta’lim,
misalnya, sebagai lokasi penelitiannya. Namun, ia harus memastikan bahwa kegiatan yang menjadi
fokus penelitian di majelis ta’lim tersebut adalah posisi dan peranan majelis ta’lim tersebut dalam
kerangka pengembangan masyarakat Islam bukan substansi kegiatan lainnya yang menjadi wilayah
Wilayah penelitian komunikasi adalah setiap kegiatan kehidupan manusia secara individual dan
sosial yang merupakan realitas komunikasi meliputi setiap kegiatan penyampaian pesan, yang unsur-
unsurnya yaitu : Kegiatan komunikator, respons komunikan, ragam metode komunikasi, pemanfaatan
komunikasi terbagi dua kegiatan yaitu ; kegiatan jurnalistik dan hubungan masyarakat.
1. Kajian Jurnalistrik
Wilayah penelitian jurnalistik adalah lembaga pers dan setiap bidang kehidupan yang terkait dengan
pers. Lembaga pers meliputi jurnalistik cetak dan elektronik. Jurnalistik cetak meliputi surat kabar,
tabloid, majalah, jurnal, buletin, newsletter, dan persebaran informasi lain dalam bentuk catakan. Jurn
alistik elektronik meliputi berbagai kegiatan pewartaan berupa tayangan televisi, siaran radio, atau
situs internet. Perlu dicatat bahwa tidak semua hal yang tercetak dalam media cetak itu merupakan
kegiatan jurnalistik. Tidak pula seluruh tayangan televisi, siaran radio, dan situs internet itu merupakan
program jurnalistik.
Wilayah penelitian jurnalistik meliputi wilayah literatur dan wilayah lapangan. Wilayah literatur
mencakup kajian konsep-konsep dan teori-teori jurnalistik dengan segala turunannya. Khazanah yang
berpeluang diteliti untuk perumusan konsep dan teori jurnalistik ini bisa berupa Al-Quran,
Hadits, turants, dan berbagai buku jurnalistik, bisa juga berupa buku-buku komunikasi dan ilmu sosial
lain yang relevan dengan jurnalistik, dan bisa juga berbagai laporan penelitian tertulis dalam bidang
Penelitian lapangan bidang jurnalistik dapat mengambil salah satu lembaga jurnalistik sebagai
fokus penelitiannya. Berkenaan dengan lembaga pers ini, ia bisa memusatkan penelitiannya pada
aspek kebijakan redaksi, manajemen, atau aspek-aspek keredaksian lain. Masyarakat pembaca juga
merupakan wilayah penelitian jurnalistik yang potensial. Dalam hal ini, peneliti jurnalistik bisa mengana
lisis respons pembaca terhadap berbagai jurnalistik, sejak bentuk perwajahan hingga substansi isinya.
Bisa juga diteliti tingkat serapan sidang pembaca atas pesan tertentu dari sebuah terbitan,
sebagaimana juga bisa diteliti dampak isi pemberitaan atau keberadaan sebuah lembaga pers.
Wilayah penelitian hubungan masyarakat meliputi lembaga humas dalam birokrasi pemerintahan
dan lembaga humas dalam berbagai institusi non-pemerintah. Public relation meliputi yaitu : lembaga
perbankan, firma industri, perhotelan, perkantoran, organisasi sosial, lembaga dakwah, pusat bisnis,
Wilayah penelitian public relation ini meliputi wilayah literatur dan wilayah lapangan. Wilayah
literatur untuk public relation mencakup kajian konsep-konsep dan teori-teori public
relations dengan segala turunannya. Khazanah yang berpeluang diteliti untuk perumusan konsep dan
teori public relation ini bisa berupa Al-Quran, Hadits, turats dan berbagai buku public relation, bisa
juga berupa buku-buku komunikasi dan ilmu sosial lain yang relevan dengan public relation dan bisa
juga berbagai laporan penelitian tertulis dalam bidang public relations atau bidang lain sepanjang
bertitik-singgung.
Penelitian lapangan bidang public relation dapat mengambil salah satu lembaga humas sebagai fokus
penelitiannya. Berkenaan dengan lembaga humas ini, ia bisa memusatkan penelitiannya pada aspek
program humas, manajemen humas atau aspek-aspek kehumasan lain. Wilayah penelitian public
relation yang potensial juga meliputi publik pengguna jasa lembaga, sejak pelanggan, nasabah, hingga
konsumen. Termasuk dalam hal ini komunitas sosial di lingkungan lembaga, baik sebagai tetangga
maupun sebagai pengamat. Dalam hal ini, peneliti public relation bisa menganalisis kepuasan
pengguna jasa atau respons komunitas sekitar dan pengamat terhadap lembaga. Di sini titik
I. Latihan-latihan
3. Apakah yang Saudara ketahui tentang wilayah kajian dakwah dan komunikasi pada jurusan, je
5. Jelaskan secara lengkap wilayah kajian penelitian sesuai dengan jurusan masing-masing ?
BAB IV
KONSEP DASAR PENELITIAN
Adapun yang termasuk konsep dasar penelitian yaitu : Konsep, konstruk, variabel, hipotesis, dan
pengukuran (Jalaluddin Rakhmat, 2002:11).
I. Konsep
Peneliti bekerja dari tahap konseptual ke tahap operasional. “Doa menimbulkan kesejahteraan pada
orang yang didoakannya. Ini adalah hipotesis yang terdiri dari dua konsep, “doa” dan “kesejahteraan”,
disambungkan dengan kata yang menunjukkan hubungan di antara dua konsep itu, yakni
“menimbulkan” Semua konsep itu bersifat abstrak. Kemudian, peneliti mengalihkan konsep abstrak itu
menjadi variabel yang dapat diamati.
Konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khususi (Karlinger,
1971:28). Misal; Merah, hijau, hitam, digeneralisasikan sebagai “warna”. Membaca buku,
mendengarkan kuliah, mengerjakan pekerjaan rumah, disebut “belajar”. Warna dan belajar adalah
konsep. Bila konsep ini secara sengaja dan secara sadar dibuat serta dipergunakan untuk tujuan ilmiah,
ia disebut konstruk. “Kecerdasan” adalah “konsep”, tetapi setelah pengertiannya dibatasi secara khusus
sehingga dapat diamati, ia berubah menjadi konstruk.
I. Konstruk
Konstruk adalah konsep yang dapat diamati dan di ukur. “Kesejahteraan” sebagai konstruk, menurut
Galton, karena jumlah yang dapat di ukur disebut operasionalisasi. Kata kerjanya
mengoperasionalisasikan. Popularitas dioperasionalisasikan sebagai jumlah pilihan sosiometris (teknik
penelitian yang umumnyabertujuan untuk meneliti
hubungan sosial dan psikologis antara individu di dalam suatu
kelompok) yang diterima seorang dari individu yang lain dari kelompoknya. Terpaan media (media
exposure) dioperasionaliasikan sebagai frekuensi individu dalam menonton TV, film, membaca surat
kabar atau majalah, dan mendengarkan radio. “Lapar” dioperasionalisasikan sebagai perasaan sakit
setelah tidak makan selama 24 jam.
Suatu konstruk mempunyai sifat yang berlainan. Ada dua sifat buat konstruk jenis kelamin; laki-laki
dan perempuan. Lima sikap untuk sikap pada pemerintah; sangat suka, suka, tidak tahu, benci, sangat
benci. Bila nilai-nilai tertentu kita berikan pada sifat-sifat suatu konstruk, konstruk itu sekarang menjadi
variabel.
I. Variabel
Variabel adalah dapat berubah-ubah, berbeda-beda, bermacam-macam (tt mutu, harga, dsb); sesuatu
yang dapat berubah; faktor atau unsur yang ikut menentukan perubahan; peubah di penelitian itu
sebaliknya diperhatikan berbagai—spr guru, usia, dan pendidikan (Departemen Pendidikan Nasional,
2001:258). Pendeknya variabel adalah konstruk yang sifat-sifatnya sudah diberi nilai dalam bentuk
bilangan. Untuk mengukur variabel “pemarah”, kita dapat membuat skala dari 1 ke-5, di mana (1)
sangat tidak pemarah dan (5) sangat pemarah. Berdasarkan banyaknya nilai, ada variabel dikotomi
(dua nilai) atau politomi (banyak nilai). Dalam penelitian, variabel dibagi dalam tiga kategori :
1. Variabel bebas (independent variabel) dan variabel tak bebas/terikat (dependent variabel).
Penelitian mencari sebab dan akibat dalam suatu gejala atau mencari hubungan di antara berbagai
faktor. Variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel yang lain disebut variabel
bebas. Variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya
disebut variabel tak bebas. Jika kita menyatakan, “bila X, maka Y”,
X adalah variabel bebas dan Y variabel tak bebas (Karlinger, 1971:35). Dalam suatu penelitian diduga
bahwa status sosial seseorang ada hubungannya dengan kecepatan orang itu menerima idea-idea baru.
Dalam penelitian lain diduga bahwa situasi rumah menentukan prestasi anak di sekolah. Perasaan
kesepian menyebabkan orang banyak menonton televisi. Status sosial, situasi rumah, dan perasaan
kesepian dalam contoh di atas disebut variabel-variabel bebas, sedangkan kecepatan menerima idea
baru, prestasi akademis, dan frekuensi menonton televisi adalah variabel-variabel tak bebas. Klasifikasi
variabel dalam variabel bebas dan variabel tak bebas bergantung pada maksud penelitian. Pengertian
lain tentang variabel ialah karakteristik (ciri) yang dimiliki satuan pengamatan keadaanya berbeda-
beda (berubah-ubah). Lebih tegas Harun Al-Rasyid menegaskan bahwa variabel adalah setiap
karakteristik yang bisa diklasifikasikan sekurang-kurangnya dua klasifikasi yang berbeda atau bisa
memberikan sekurang-kurangnya dua hasil pengukuran atau perhitungan yang berbeda. Contoh : 1.
Jenis kelamin : dua klasifikasi; 2. Pekerjaan : lebih dari dua klasifikasi; 3. Nilai ujian : lebih dari dua
klasifikasi.
2. Variabel aktif dan variabel atribut
Dalam penelitian eksperimental, kita berhadapan dengan variabel yang dapat kita manipulasikan
dan variabel yang sudah jadi dan tidak dapat kita kendalikan. Kita dapat mengendalikan temperatur
ruangan, atau tingkat hukuman yang diberikan guru pada murid, atau jumlah frekuensi kekerasan
dalam acara televisi, atau jumlah insentif dalam kompanye Keluarga Berencana. Tetapi kita tidak dapat
mengendalikan umur, tingkat kecerdasan, status sosial, atau jenis kelamin. Variabel dalam kelompok
contoh pertama disebut variabel aktif; dalam contoh kedua variabel atribut. Satu-satunya cara meneliti
variabel atribut tertentu ialah mengelompokkan subjek
penelitian dalam kategori variabel atribut tertentu dan
membandingkannya dengan subjek penelitian dalam kategori variabel atribut yang lain.
3. Variabel kontinyu dan variabel diskret
Dalam statistik dibedakan pula antara variabel kontinyu dan variabel diskret. Variabel kontinyu
adalah variabel yang secara teoretis dapat mempunyai nilai yang bergerak tak terbatas antara dua nilai.
Tinggi orang boleh jadi 1,5 m, 1,53 m, 1,534 m, 1,5348 m, dan seterusnya, bergantung pada
kecermatan pengukuran. Variabel diskrit hanya mempunyai satu nilai tertentu saja. Jumlah anak yang
dimiliki adalah variabel diskrit yang mempunyai nilai 1, 2, 3, 4, dan seterusnya dan tidak mungkin 1,5,
1,37, atau 2,5. Dalam variabel diskret tidak ada nilai pecahan.
I. Hipotesis
Hipotesisis adalah sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori,
proposisi, dsb) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan; anggapan dasar (Departemen
Pendidikan Nasional, 2001:404). Teori supaya dapat diuji harus dirinci menjadi proposisi-proposisi.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2001:899) bahwa proposisi adalah “1. rancangan usulan, 2.
ling ungkapan yang dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya.”
Proposisi seperti ini disebut hipotesis. Hipotesis sering disebut statement of theory in testable form,
atau tentative statements about reality (Champion, 1981:125).
Dengan demikian, hipotesis menghubungkan teori dengan dunia empiris. Human relations yang efektif
membantu keberhasilan hubungan masyarakat adalah teori. Dari teori ini dapat dijabarkan beberapa
hipotesis. 1. Makin puas pegawai dengan perlakuan atasan terhadap dirinya, makin baik citra
perusahaan dalam persepsinya; 2. Makin sering publik melakukan kontak dengan perusahaan, makin
positif sikap
mereka terhadap perusahaan; 3. Terdapat perbedaan antara
produktifitas pegawai yang dimotivasi dengan ancaman dan pegawai yang dimotivasi dengan insentif.
Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Hipotesis yang abstrak bukan
saja membingungkan prosedur penelitian, tetapi juga sukar diuji secara empiris. Hipotesis yang abstrak
biasanya “dibuktikan” kebenarannya, bukan dengan data empiris, tetapi dengan interpretasi subjektif.
Good (1952:67-73) menjelaskan ciri-ciri hipotesis yang baik sebagai berikut : “1. Hipotesis harus jelas
secara konseptual, 2. Hipotesis harus mempunyai rujukan empiris, 3. Hipotesis harus bersifat spesifik, 4
Hipotesis harus dihubungkan dengan teknik penelitian yang ada, 5. Hipotesis harus berkaitan dengan
suatu teori. “
I. Pengukuran
1. Tingkat Pengukuran (Scales of Measurement)
Pengukuran adalah penggunaan aturan untuk menetapkan bilangan pada objek atau peristiwa. Dengan
perkataan lain, pengukuran menandai nilai-nilai variabel dengan notasi bilangan. Notasi bilangan ini
dilakukan secara sistematis dan taat asas. Peraturan penggunaan notasi bilangan dalam pengukuran
disebut skala atau tingkat pengukuran (levels of measurement).
Misalnya dalam lomba lari, tiga petugas merekam pertandingan. Petugas pertama mencatat pelari
berdasarkan nomor pada kausnya. Petugas kedua mencatat peserta berdasarkan urutan keberhasilannya
mencapai garis finish. Petugas ketiga mencatat waktu yang dicapai setiap pelari. Ketiga pencatat itu
menulis dalam bukunya sebagai berikut:
Petugas 1 Petugas 2 Petugas 3
6 1 4:98
8 2 5:00
5 3 5:20
2. 4 5:42
Skala Nominal. Petugas kesatu menggunakan skala nominal. Bilangan 6, 8, 5, dan 2 tidak
menunjukkan jumlah, tetapi hanyalah pengganti nama pelari saja. Pelari nomor 8 tidak memiliki berat
badan 4 x lebih berat dari pelari nomor 2. Skala nominal hanya mengelompokkan peristiwa dalam
kategori tertentu. Perbedaan bilangan itu hanyalah menunjukkan perbedaan kualitatif, dan bukan
kuantitatif. Banyak variabel dalam penelitian sosial menggunakan skala nominal. Agama, jenis
kelamin, tempat lahir, partai politik, jenis media yang dipergunakan, dikelompokkan berdasarkan skala
nominal. Skala ini mempunyai dua ciri yaitu : 1. Kategori data bersifat mutually exclusive (satu objek
masuk hanya pada satu kelompok saja); 2. Kategori data tidak disusun secara logis.
Skala Ordinal. Petugas kedua dalam contoh di atas menggunakan skala ordinal, yakni bilangan yang
menunjukkan tingkat. Nomor yang lebih kecil menunjukkan lebih dahulu sampai pada garis finish.
Guru menggunakan skala ordinal ketika mengelompokkan murid dari nilai tertinggi sampai nilai
terendah (ranking). Ketika kita mengurutkan jawaban atas pertanyaan: “Berapa kali Saudara menonton
televisi ?” Kita menggunakan skala ordinal bila jawabannya kita susun sebagai berikut : 1. Sering kali,
2. Agak sering, 3. Jarang atau kadang-kadang, 4. Jarang sekali, 5. Hampir tidak pernah. Bilangan 1, 2,
3, 4, 5 dalam jawaban itu tidak menunjukkan jarak yang sama. Dalam contoh di atas, jarak antara juara
kesatu dengan kedua tidak sama dengan jarak antara juara kedua dengan ketiga. Pada dua ciri skala
nominal, skala ordinal hanya menambahkan satu ciri: kategori data disusun berdasarkan urutan logis
dan sesuai dengan besarnya karakteristik yang dimiliki.
Skala Interval. Skala interval mempunyai satu ciri tambahan pada skala ordinal : urutan katagori data
mempunyai jarak yang sama. Skala interval mempunyai ciri matematis
additivity, artinya kita dapat menambah atau mengurangi. Skala temperatur Fahrenheit mempunyai
interval yang sama. Perbedaan di antara 80 0 F dan dan 1000 F sama dengan perbedaan di antara 400 F dan 600 F. Tetapi salah satu kelemahan
Fahrenheit ialah tidak memiliki nilai nol mutlak. Nol mutlak menunjukan tidak adanya sifat-sifat yang diukur sama sekali. Dengan begitu, skala interval tidak memungkinkan kita
melakukan proses pembagian atau perkalian. Untuk itu kita harus menggunakan skala rasio.
Skala Rasio. Skala rasio menghimpun semua sifat skala interval ditambah adanya titik nol mutlak (fixed
zero point). Berat, misalnya, mempunyai titik nol, yakni tidak memiliki berat sama sekali. Waktu–jam,
menit, detik–yang digunakan oleh petugas ketiga mempunyai nilai nol sehingga petugas dapat
menghitung berapa cepat pelari nomor 6 dibandingkan dengan pelari nomor 2. Dalam penelitian sosial
sukar sekali kita mencapai skala rasio. Beberapa data seperti pendidikan, pendapatan, umur atau
jumlah kesalahan yang dibuat seseorang dalam suatu tes dapat menggunakan skala rasio. Ada yang
meragukan penggunaan skala rasio disini. Mereka menyatakan bahwa orang yang berpendapan Rp 300.
000,00 secara kuantitatif dua kali lebih banyak dari yang berpendapan Rp 150.000,00 tetapi kualitatif
tidak demikian. Kita tidak akan mengulas argumentasi ini. Cukuplah di sini dikatakan bahwa tiap skala
tersebut menyebabkan penggunaan tes statistik yang berlainan.
2. Kecermatan Pengukuran
Dalam penelitian ilmiah mempunyai dua syarat alat ukur yang sangat penting yaitu reliabilitas dan
validitas.
Reliabilitas. Reliabilitas artinya memiliki sifat dapat dipercaya. Suatu alat ukur dikatakan memiliki
reliabilitas apabila dipergunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama atau oleh peneliti yang lain tetap
memberikan hasil yang sama
(Forcese dan Richer, 1973:71). Meteran kain reliabel bila satu meter
kain yang diukurnya selalu sama. Meteran dari logam lebih reliabel daripada meteren karet karena
meteran karet mungkin terlalu fleksibel. Jadi, reliabilitas mengandung makna stabilitas (tidak berubah-
ubah), konsistensi (ajeg), dan dependabilitas (dapat diandalkan). Ada tiga cara untuk menentukan reliab
ilitas : antaruji, antarbutir, dan antarpenilai. Cara pertama untuk menguji relibilitas ialah
membandingkan beberapa hasil pengukuran dari populasi yang sama pada waktu yang berbeda atau
oleh peneliti yang berlainan. Perbandingan itu dihitung untuk mencari angka korelasinya. Bila
perbedaan itu hanya secara kebetulan saja, pengukuran memiliki korelasi yang signifikan. Pada cara
yang kedua, alat ukur yang terdiri dari sekian butir tes dibagi dua. Ini disebut metode belah dua (split-
half-procedure). Skor responden pada kelompok butir tes yang pertama dikorelasikan dengan kelompok
butir tes yang kedua. Atau skor responden pada butir-butir tes bernomor ganjil dikorelasikan dengan
kelompok butir tes bernomor genap. Pada cara yang ketiga, responden yang sama diukur, diuji, dan
diamati oleh beberapa orang penguji. Skor yang diberikan oleh setiap penguji kemudian dikorelasikan.
Reliabilitas antarpeneliti biasanya dinyatakan dengan angka kesepakatan di antara penilai.
Validitas adalah sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika, berpikir, atau kekuatan hukum; sifat
valid; kesahihan, (Departemen Pendidikan Nasional, 2001:1258). Sebenarnya kita tidak pernah
mengukur objek. Yang kita ukur adalah sifat-sifat objek. Dengan menggunakan alat ukur tertentu,
betulkah kita mengukur sifat yang kita teliti atau mengukur sifat yang lain ? Pertanyaan ini
mempersoalkan validitas pengukuran. Dengan contoh skala pemarah di muka, kita dapat bertanya
apakah skala itu mengukur tingkat kemarahan atau tingkat kekerasan. Kita tentu melihat hal-hal apa
yang dapat kita kelompokkan sebagai indikator pemarah
dan hal-hal apa yang menunjukkan kekerasan. Atau hasil pengukuran
itu kita bandingkan dengan pendapat anak tentang kemarahan ibu mereka (alat ukur yang lain). Bila
ternyata hasilnya tidak berbeda, skala pemarah tersebut memiliki validitas.
Usaha pertama meneliti validitas isi (content validity), yaitu menunjukkan bahwa pokok-pokok pada
alat ukur mewakili sifat-sifat yang kita ukur. Soal tentamen yang hanya mancakup satu dari sepuluh
pokok persoalan yang dibicarakan dalam satu semester jelas tidak memiliki validitas isi.
Kedua validitas prediktif disebut juga validitas –sehubungan-dengan-kriteria (criterion-related-validity)
Bila nilai-nilai dalam buku rapor murid dibandingkan dengan nilai-nilai ujian menunjukkan kesamaan,
kita dapat meramalkan hasil ujian dari nilai pada buku rapor. Di sini tes harian memiliki validitas
prediktif.
Ketiga validitas konstruk, menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur mengukur konstruk teoretis yang
tertentu (yakni, suatu keadaan yang dihipotesiskan mempunyai hubungan sebab-akibat). Validitas
konstruk biasanya diteliti bila penguji tidak memiliki ukuran kriteria yang pasti untuk nilai yang
bersangkutan. Kecemasan, misalnya, adalah konstruk yang abstrak. Kecemasan dapat disebabkan oleh
berbagai pengalaman seperti menghadapi ujian, menunggu kejutan listrik, atau bertengkar dengan
teman. Kecemasan juga ditunjukkan dengan gejala-gejala seperti rasa resah, perubahan psikofisiologis,
atau getaran tangan yang kelihatan. Untuk menentukan apakah konstruk “kecemasan” itu valid,
dilakukan penelitian saling-kaitan (jaringan hubungan) di antara berbagai di atas. Jaringan hubungan
ini disebut jaringan nomologis (nomological net).
I. Teori
Teori adalah pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan
argumentasi
(Departemen Pendidikan Nasional, 2001:1177). Sedangkan menurut
Kerlinger (1973:9) bahwa teori adalah “himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang
mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel,
untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.” Definisi Kerlinger di atas melukiskan ciri-ciri
teori ilmiah yaitu :
1. Teori terdiri dari proposisi-proposisi. Proposisi adalah hubungan yang terbukti di antara
berbagai variabel. Proposisi ini biasanya dinyatakan dalam bentuk “jika, maka”. Salah satu teori agresi
(drive theory of aggression) menyatakan bahwa jika individu mengalami frustasi, ia akan melakukan
tindakan yang menimbulkan gangguan pada benda atau orang lain.
2. Konsep-konsep dalam proposisi telah dibatasi pengertiannya secara jelas. Frustasi, misalnya,
dibatasi sebagai hambatan terhadap tingkah laku untuk mencapai tujuan (goal oriented behavior). Pemb
atasan konsep ini menghubungkan abstraksi dengan dunia empiris.
3. Teori harus mungkin diuji, diterima atau ditolak kebenarannya. Pembatasan pengertian
konsep yang dipergunakan menyiratkan kemungkinan pengujian teori. Teori Newton tentang cahaya
ditolak pada tahun 1850 setelah Faucault dapat mengukur kecepatan cahaya secara langsung. Bahwa
cahaya terbukti berjalan lebih lambat pada medium yang “padat”, menolak teori Newton yang
menyatakan sebaliknya.
4. Teori harus dapat melakukan prediksi. Teori agresi dapat meramalkan bahwa bila guru selalu
menghambat tingkah laku anak, frekuensi agresi akan bertambah. Teori disonansi kognitif (festiger)
dapat meramalkan bahwa dalam suasana disonansi, orang akan mencari pembenaran (justifikasi) terhada
p tingkah lakunya.
5. Teori harus dapat melahirkan proposisi-proposisi tambahan yang semula tidak diduga.
Adapun fungsi teori yaitu : 1. Teori merupakan alat untuk mencapai satuan pengetahuan yang
sistematis; 2. Teori membimbing penelitian.
I. Istilah Penelitian
1. Data ialah keterangan yang benar dan nyata; keterangan sebagai bahan yang dapat dijadikan dasar
kajian (analisis atau kesimpulan), (Departemen Pendidikan Nasional, 2001:239). Terdiri dari dua
macam data yaitu :
I. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari rekaman, pengamatan, wawancara atau bahan
tertulis dan tidak berbentuk angka-angka.
II. Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka (numerik) yang diperoleh dari
perhitungan data kualitatif atau pengukuran, seperti melalui penyebaran angket. Misalnya: Tentang
nilai suatu mata kuliah, skor jawaban angket dan lainnya.
2. Fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan, sesuatu yang benar-benar ada atau
terjadi (Departemen Pendidikan Nasional, 2001:312). Contoh :
3. Postulat adalah asumsi yang menjadi pangkal dalil yang dianggap benar tanpa perlu
membuktikannya; anggapan dasar; aksioma, (Departemen Pendidikan Nasional, 2001:890).
4. Aksioma adalah pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian
(Departemen Pendidikan Nasional, 2001:22).
5. Dalil adalah keterangan yang dijadikan bukti atau alasan suatu kebenaran (terutama
berdasarkan ayat al-Quran); pendapat yang dikemukakan dan dipertahankan sebagai suatu kebenaran
(Departemen Pendidikan Nasional, 2001:233).
Latihan-latihan
1. Apakah yang dimaksud dengan konsep, konstruk, dan variabel, sehingga jelas dan berikan
contohnya ?
2. Apakah yang dimaksud dengan pengukuran dan sebutkan perbedaan istilah-istilah di bawah
ini serta contohnya ?
Teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan
sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan
meramalkan gejala, (Kerlinger, 1973:9). Sedangkan model adalah gambaran yang dirancang untuk
mewakili kenyataan. Model didefinisikan pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan
dibuat atau dihasilkan (Departemen Pendidikan Nasional, 2001:751). Sementara Fisher, 1978:64
berpandangan bahwa model adalah “an analogy that abstract or selects parts from the whole, the
significant elements or properties or components of that phenomenon that is being modeled”. Jadi
model adalah tiruan gejala yang akan diteliti; menggambarkan hubungan di antara variabel-variabel
atau sifat-sifat atau komponen-komponen gejala tersebut. Tujuan utama model ialah mempermudah
pemikiran yang sistematis dan logis.
I. Teori Behavioral
Pendekatan behavioral merupakan sebuah pendekatan dalam konseling yang secara umum masih dipergunakan
oleh para konselor. Tokoh pendekatan ini antara lain adalah Bandura, Pavlov, Skinner dan masih banyak yang
lainnya. Pendekatan ini berasumsi bahwa perilaku manusia merupakan serangkaian hasil belajar. Apa yang dilaku
kan oleh seseorang merupakan hasil produksi dari lingkungan yang dominan seperti orang tua, sekolah,
masyarakat atau orang lain yang berpengaruh (significant other). Manusia dianggap sebagai mahkluk yang tidak
mempunyai daya apa-apa (determinitif). Manusia identik dengan robot, yang tidak memiliki inisiatif dan hanya
bisa melakukan sesuatu karena merespon sebuah perintah.
Walaupun teori ini (klasik) sudah banyak ditentang oleh aliran-aliran baru dalam konseling, tetapi teori ini tetap
saja eksis
dengan melakukan beberapa modifikasi. Skinner (dalam Soedarmadji dan Sutujono, 2005) menyatakan bahwa
pandangan teori behavioristik terhadap manusia adalah (1) perilaku organisme bukan merupakan suatu fenomena
mental, lebih ditentukan dengan belajar, sikap, kebiasaan dan aspek perkembangan kepribadian, (2)
perkembangan kepribadian bersifat deterministik, (3) perbedaan individu karena adanya perbedaan pengalaman, (
4) dualisme seperti pikiran dan tubuh, tubuh dan jiwa bukan merupakan hal yang ilmiah, tidak dapat diperkirakan
dan tidak dapat mengatur perilaku manusia dan (5) walaupun perkembangan kepribadian dibatasi oleh sifat
genetik, tetapi secara umum lingkungan dimana individu berada mempunyai pengaruh yang sangat besar.
Sehingga, tujuan konseling dalam pendekatan ini adalah mengajak konseli untuk belajar perilaku baru, yaitu
perilaku yang dikehendaki oleh lingkungan yang dominan. Terapi perilaku sangat berbeda dengan pendekatan-
pendekatan konseling yang lain. Perbedaan mencolok ditandai pada (a) pemusatan perhatian pada bentuk
perilaku yang nampak dan spesifik, (b) kecermatan dan penguraian tujuan treatment, (c) perumusan prosedur trea
tment yang spesifik yang sesuai dengan masalah dan (d) penafsiran yang obyektif terhadap hasil terapi (Corey,
2005).
The task of cognitive-behaviour therapy is to relieve emotional distrurbance by helping people change
their maladaptive beliefs and behaviours.Tugas terapi prilaku kognitif adalah untuk meringankan
gangguan emosional dengan membantu orang mengubah kenyakinan maladaptif dan perilakunya. Whil
st the cognitive-behavioural approach to anxiety and depression and other emotional disorders has
concentrated on changing cognitions and behaviours there has been a shift to include emotions as a
port of entry when it comes to the treatment of personality disorders (Ray Woolfe and Windy D. Sebaga
imana pernyataan di atas, dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 5.1
The cognitive-behavioural paradigma
cognition
physiology emotions
behaviour
I. Teori Manajemen
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan
suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organissasional atau maksud-maksud yang nyata
(George R. Terry, 2010:1). Sedangkan fungsi-fungsi manajemen pandangan George R. Terry, (2010:9-
10) sebagai berikut :
1. Planning atau perencanaan ialah menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama
suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.
2. Organizing atau pengorganisasian meliputi pembagian dan pengelompokkan kegiatan,
penyusunan staf untuk melaksanakan kegiatan, motivasi, dan pengarahan. Pengorganisasian
berhubungan erat dengan manusia, sehingga pencaharian dan penugasannya ke dalam unit-unit
organisasi dimasukan sebagai bagian dari unsur organizing. Di dalam setiap kejadian pengorganisasian
melahirkan peranan kerja dalam struktur formal dan dirancang untuk memungkinkan manusia bekerja
sama secara efektif guna mencapai tujuan bersama.
3. Staffing menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengerahan, penyaringan,
latihan, dan pengembangan tenaga kerja.
4. Motivating yaitu mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan-tujuan. Dilen
gkapi dengan Actuating atau pelaksanaan disebut juga “gerakan aksi” mencakup kegiatan yang
dilakukan seorang menajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur
perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai. Actuating mencakup penetapan
dan pemuasan kebutuhan manusia dari pegawai-pegawainya, memberi penghargaaan, memimpin,
mengembangkan dan memberi kompensasi kepada mereka.
5. Controlling atau pengawasan mencakup kelanjutan tugas untuk melihat apakah kegiatan-
kegiatan dilaksanakan sesuai rencana. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi dan penyimpangan-
penyimpangan yang tidak diinginkan diperbaiki supaya tujuan-tujuan dapat tercapai dengan baik.
Menyangkut juga tentang inovasi, koordinasi, dan pelayanan.
I. Teori S-O-R
Teori Stimulus Organisme Response yang menitikberatkan pada penyebab sikap yang mengubahnya
tergantung kepada kualitas rangsangan yang berkomunikasi dengan organisme, sampai menjelaskan
pada mulanya perilaku digambarkan sebagai sebuah rangkaian Stimulus-Respon, kemudian
dimodifikasi dengan memberikan tekanan terhadap Organisme sehingga menjadi S-O-R yang
menegaskan bahwa manusia sebagai organisme adalah subjek yang aktif dan bukan semata-mata
penerima pasif. Pendekatan teori S-O-R bahwa tingkah laku sosial dapat dimengerti melalui suatu
analisa dari stimuli yang diberikan dan dapat mempengaruhi reaksi yang spesifik dan didukung oleh
hukuman atau penghargaan sesuai
dengan reaksi yang terjadi. Menurut Mar’at (1981:27) untuk
mempelajari sikap yang baru, ada tiga variabel penting dalam menunjang proses belajar yaitu : “1.
Perhatian, 2. Pengertian, dan 3. Penerimaan.” Apabila digambarkan sebagai berikut :
Gambar 5.2
Teori S-O-R
I. Teori Komunikasi
Menurut Harold Lasswell (1972) dalam karyanya, The Structrure and Function of Communication
in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab
pertanyaan yaitu : Who says What in channel to Whom with What effect ? Paradigma Lasswell di atas,
menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan
itu yakni : (1) Komunikator (communicator, source, sender); (2) Pesan (message); (3) Media (channel,
media); (4) Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient); (5) Efek (effect, impact,
influence).
Maka komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui
media yang menimbulkan efek tertentu. Komunikasi dijadikan objek studi ilmiah, bahwa setiap unsur
diteliti secara khusus. Studi mengenai komunikator dimanakan control analysis; penyelidikan
mengenai pesan dinamai content analysis; audience analysis adalah studi khusus tentang komunikan;
sedangkan effect analysis merupakan penelitian mengenai efek atau dampak yang ditimbulkan oleh
komunikasi.
I. Teori Pemberdayaan
Pemberdayaan (empowerment) menurut Djohani dalam Oos M. Anwas, (2014:49) adalah suatu
proses untuk memberikan daya/kekuasaan (power) kepada pihak yang lemah (powerless), dan
mengurangi kekuasaan (disempowered) kepada pihak yang terlalu berkuasa (powerful) sehingga
terjadi keseimbangan. Adapun pemberdayaan masyarakat menurut Edi Suharto, (2010:57) yaitu: (1) M
emenuhi kebutuhan dasarnya sehingga memiliki kebebasan, dalam arti bukan saja bebas
mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari
meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang jasa yang mereka perlukan. (3) Berpart
posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala
bidang dan sektor kehidupan. Kehidupan dan realitas dalam masyarakat sangat heterogen. Begitu
pula dalam masyarakat, keragaman karakter akan mempengaruhi terhadap keberhasilan proses dan
hasil dari kegiatan pemberdayaannya. Dalam hal ini, Brenda Dubois dan Karla Krogsrud Miley (1992) m
enjelaskan empat cara dalam melakukan pemberdayaan masyarakat yaitu: (1) Membagun relasi
pertolongan yang diwujudkan dalam bentuk merefleksikan respon rasa empati terhadap sasaran,
menghargai pilihan dan hak klien/ sasaran untuk menentukan nasibnya sendiri (selft determination),
diri klien/ sasaran, mempertimbangkan keragaman individu, berfokus pada klien, serta menjaga
kerahasiaan yang dimiliki oleh klien/ sasaran. (3) Terlibat dalam pemecahan masalah yang dapat
diwujudkan dalam bentuk; memperkuat partisipasi klien dalam semua aspek peoses pemecahan
serta melibatkan klien/ sasaran dalam membuat keputusan dan kegiatan evaluasinya. (4) Mereflesikan
sikap dan nilai profesi pekerjaan sosial yang diwujudkan dalam bentuk; ketaatan terhadap kode etik
profesi; keterlibatan dalam pengembangan profesional, melakukan riset, dan perumusan kebijakan;
penerjemahan kesulitan-kesulitan pribadi ke dalam isu-isu publik, serta penghapusan segala bentuk
Model secara sederhana adalah gambaran yang dirancang untuk mewakili kenyataan. Model menurut
Runyan (1977:57) “a replica of the phenomena it attempts to explain”. Sementara Burch dan Strater
(1974:117) “a verbal or mathematical expression describing a set of relationships in a precise
manner”. “An analogy that abstract or selects parts from the whole, the significant elements or
properties or components of that phenomenon that is being modeled” Fisher (1978:64). Maksudnya
bahwa model adalah tiruan gejala yang akan diteliti, model menggambarkan hubungan di antara
variabel-variabel atau sifat-sifat atau komponen-komponen gejala tersebut. Dengan demikian model
bukan teori walaupun bisa menerapkan atau melahirkan teori. Model hanyalah taxonomy yang merinci
komponen-komponen secara cermat. Adapun tujuannya untuk mempermudah pemikiran yang
sistematis dan logis, di samping membantu orang berfikir rasional.
Adapun menurut Burch dan Strater (1974:120) menyebutkan keuntungan dan kerugian model.
Keuntungannya : (1) Model memberikan informasi yang berorientasi pada tindakan, (2) Model
menyajikan informasi yang berorientasi ke masa depan, (3) Model menunjukkan alternatif arah
tindakan untuk dievaluasi sebelum dilaksanakan, (4) Model menyajikan pemberian situasi masalah
yang kompleks secara formal dan berstruktur, (5) Model mencerminkan pendekatan ilmiah untuk tidak
menggantungkan diri pada intuisi dan spekulasi. Kerugiannya : (1) Yang menggunakan model sering
kali lupa bahwa model hanyalah abstraksi kenyataan, bukan kenyataan itu sendiri, (2) Faktor
kuantitatif seperti pengalaman dan penilaian diminimalkan atau dihilangkan, (3) Proses membuat model
sering sukar dan mahal, (4) Yang menggunakan model sering enggan mengubah modelnya sehingga
mengalami kesukaran dalam melaksanakannya, (5) Banyak model yang menganggap situasi dunia
nyata itu selalu “linier”.
Penelitian model jarum hipodermik ini dilakukan Hovland dkk., untuk meneliti pengaruh propaganda
sekutu dalam mengubah sikap. Model ini mempunyai asumsi bahwa komponen-komponen komunikasi
(komunikator, pesan, media) amat perkasa dalam mempengaruhi komunikasi. Disebut model jarum
hipodermik karena dalam model ini dikesankan seakan-akan komunikasi “disuntikan” langsung ke
dalam jiwa komunikan. Sebagaimana obat disimpan dan disebarkan dalam tubuh sehingga terjadi
perubahan dalam sistem fisik, begitu pula pesan-pesan persuasif mengubah sistem psikologis. Model ini
sering disebut “bullet theory” (teori peluru) karena komunikan dianggap secara pasif menerima
berondongan pesan-pesan komunikasi. Bila kita menggunakan komunikator yang tepat, pesan yang
baik, atau media yang benar, komunikan dapat diarahkan sekehendak kita. Karena behaviorisme amat
mempengaruhi model ini, DeFleur menyebutnya sebagai “the mechanistic
S-R theory” DeFleur (1970). Model komunikasi dari Hovland, dkk (1959) tentang jarum hipodermik bis
a digambarkan sebagai berikut :
Gambar 5.3
Model Jarum Hipodermik
Penelitian difusi adalah satu jenis penelitian komunikasi yang khas, tetapi penelitian ini dimulai di luar
bidang komunikasi, (Rogers, 1978:207). Penelitian difusi informasi berasal dari sosiologi. Rogers,
tokoh difusi yang kemudian menjadi peneliti komunikasi, membuat disertasinya dalam sosiologi
pedesaan. Tidak mengherankan bila terjadi beraneka ragam tradisi penelitian difusi dengan fokus
penelitian yang berlainan juga. Difusi adalah suatu proses komunikasi yang menetapkan titik-titik
tertentu dalam penyebaran informasi melalui ruang dan waktu dari satu agen ke agen yang lain.
Menurut Savage (1981:103) “We may define diffusion as the adoption of communicable element,
symbolic or artifactual, over time by decision-making entities linked to some originating source by
channls of communication within some sociocultural systems”. Salah satu saluran komunikasi yang
penting ialah media massa. Karena itu, model difusi mengasumsikan bahwa media massa mempunyai
efek yang berbeda-beda pada titik-titik waktu yang berlainan, mulai dari menimbulkan tahu sampai
mempengaruhi adopsi atau rejeksi (penerimaan atau penolakan). Untuk lebih jelasnya Savage (1981)
menggambarkan dipusi informasi sebagai berikut :
Gambar 5.4
Model Difusi Informasi
Operasionalisasi. Dengan menggunakan model difusi informasi, peneliti meneliti bagaimana inovasi
atau informasi baru tersebar pada unit-unit adopsi (penerima inovasi). Inovasi berupa berita, peristiwa,
pesan-pesan politik, gagasan baru dan sebagainya. Sejauhmana media massa atau saluran interpersonal
mempengaruhi efek difusi ditentukan oleh variabel antara, yang dalam model ini disebut anteseden.
Dimensi inovasi menunjukkan faedah relatif, komtabilitas, kompleksitas dan lain-lain. Faedah relatif
menunjukkan tingkat kelebihan inovasi dibandingkan dengan gagasan yang mendahuluinya.
Komtabilitas (compability) adalah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai-nilai yang ada.
Kompleksitas berarti tingkat kesukaran untuk memahami atau menggunakan inovasi.
Variabel efek difusi dapat berupa temporal, spasial, struktural, dan fasal. Istilah temporal menunjukkan
pola adopsi gagasan-gagasan baru dalam jangka waktu. Ini biasanya digambarkan dengan kurva S:
dimulai dengan jumlah kecil adopter, sejumlah besar adaptor di tengah-tengah, dan sejumlah kecil lagi
di belakang. Istilah spasial menunjukkan keteraturan tertentu dalam pola sapsial distribusi inovasi.
Misalnya, inovasi itu mula-mula dikenal di pusat, kemudian ke daerah-daerah yang berdekatan,
selanjutnya ke daerah-daerah yang jauh. Istilah struktural menunjukkan penyebaran informasi melalui
struktur-struktur komunikasi: bisa jadi dua tahap (two-step) atau banyak tahap (multistep). Istilah
terakhir fasal mengacu pada fase-fase dalam proses adopsi; yang terkenal ada lima fase: pengenalan,
informasi, evaluasi, percobaan, dan keputusan Bohlen (1977).
Contoh penelitian The Saucio Study adalah penelitian yang pertama kali menerapkan metode
penelitian difusi di Amerika pada negara berkembang. Deutschman dan Fals Borda melakukan
penelitian adopsi enam macam cara bertani di Saucio, sebuah desa di Columbia. Dari 79 petani lokal,
71
orang diwawancara untuk mengetahui sejarah adopsi keenam cara
bertani yang ditanyakan. Indeks perilaku inovatif dibuat dengan menggunakan analisis skala Guttman.
Di antara penemuan penelitian ini adalah 1. Sumber-sumber interpersonal adalah yang paling efektif
untuk menyebarkan informasi dan pengaruh–hanya 17 % menyebutkan media massa sebagai sumber
informasi; 2. Sejumlah besar petani memutuskan melakukan adopsi (penerimaan cara bertani) segera
setelah mendengarnya; 3. Sikap inovatif petani seperti diukur dengan skala inovatif, berkorelasi tinggi
dengan kepemimpinan adopsi, ukuran tanah pertanian, pendidikan, kedinian pengenalan, terpaan
media massa, dan sikap kosmopolit; 4. Adapter awal lebih cenderung menggunakan semua media
massa (radio, surat kabar, buku) dari pada adopter terakhir.
Penelitian yang menggunakan model difusi informasi pada umumnya merupakan studi korelasional
karena mengambil sampel dari masyarakat. Studi ini pernah merupakan “paragdima” yang paling
populer baik kalangan ilmu komunikasi maupun ilmu-ilmu sosial yang lain.
Model agenda setting menghidupkan kembali model jarum hipodermik, tetapi dengan fokus penelitian
yang telah bergeser kepada efek pada sikap, efek pada kesadaran dan pengetahuan; dari efek afektif ke
efek kognitif (Jalaluddin, 2002:68). Pandangan Cohen (1963:13) bahwa “agenda setting adalah the
press is significantly more than a surveyor of information and opinion. It may not be succesfull much
of the time in telling the people what to think, but it is stunningly succesfull in telling readers what to
think abaut”. To tell waht to think abaut artinya membentuk persepsi khalayak tentang apa yang
dianggap penting. Dengan teknik pemilihan dan penonjolan, media memberikan cues tentang mana
issue yang lebih penting (Becker, 1982:530). Karena itu, model agenda
setting mengasumsikan adanya hubungan positif antara penilaian yang
diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak pada persoalan itu.
Singkatnya apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting pula oleh masyarakat.
Operasionalisasi. Efek media massa diukur dengan membandingkan dua pengukuran. Pertama,
peneliti mengukur agenda media dengan analisis isi yang kuantitatif atau peneliti menentukan batas
waktu tertentu, mengkoding berbagai isi media, dan menyusun (meranking) isi itu berdasarkan panjang
(waktu dan ruang), penonjolan ukuran headline, lokasi dalam surat kabar, frekuensi pemunculan,
posisi dalam surat kabar, dan konflik (cara penyajian bahan). Selanjutnya peneliti mengukur agenda
masyarakat dengan menganalisis self-report khalayak. Ia menghitung topik-topik yang penting
menurut khalayak, merangkingnya, dan mengorelasikannya dengan ranking isi media. Ia juga
menganalisis kondisi-kondisi antara (contingent conditions) yang mempengaruhi proses agenda setting
dengan meneliti sifat-sifat stimulus dan karakteristik khalayak. Kedua, variabel yang baru saja disebut, b
erikut efek dan efek lanjutan, perlu diterangkan lebih rinci sebagaimana pendapat Becker (1982) pada
gambar di bawah ini yaitu :
Gambar 5.5
Model Agenda Setting
Stimulus
Khalayak
Konflik - Prioritas
Sifat-sifat stimulus menunjukkan karakteristik issues, termasuk
jarak issue (apakah issue itu langsung atau tidak langsung dialami oleh individu), lama terpaan (apakah
issue itu baru muncul atau mulai pudar), kedekatan geografis (apakah issue itu bertingkat lokal atau
nasional) dan sumber (apakah disajikan pada media yang kredibel atau media yang tidak kredibel).
Sifat-sifat khalayak menunjukkan variabel-variabel psikososial, termasuk data demografis, keanggotaan
dalam sistem sosial, kebutuhan, sikap, diskusi interpersonal, dan terpaan media.
Agenda masyarakat dapat diteliti dari segi apa yang dipikirkan orang (intrapersonal), apa yang
dibicarakan orang itu dengan orang lain (interpersonal), dan apa yang mereka anggap sedang menjadi
pembicaraan orang ramai (community salience). Efek langsung berkaitan dengan issues: Apakah issues
itu ada atau tidak ada dalam agenda khalayak (pengenalan); dari semua issues, mana yang dianggap
paling penting menurut khalayak (salience); bagaimana issues itu di ranking oleh responden dan
apakah rankingnya itu sesuai dengan ranking media (prioritas). Efek lanjutan berupa persepsi
(pengetahuan tentang peristiwa tertentu) atau tindakan (seperti memilih kontestan pemilu atau
melakukan aksi protes).
Model ini, tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri orang, tetapi ia pada apa yang
dilakukan orang terhadap media. Anggota tertarik khalayak dianggap secara aktif menggunakan media
untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sini timbul istilah uses and gratification, penggunaan dan
pemenuhan kebutuhan. Dalam asumsi ini tersirat pengertian bahwa komunikasi massa berguna (utility);
bahwa konsumsi media diarahkan oleh motif (intentionality); bahwa perilaku media mencerminkan
kepentingan dan preferensi (selectivity); dan bahwa khalayak sebenarnya kepala batu (stubborn)
(Blumler, 1979:265). Karena penggunaan media hanyalah salah satu
cara untuk memenuhi kebutuhan psikologi, efek media dianggap sebagai situasi ketika kebutuhan itu
terpenuhi.
Konsep dasar model ini diringkas oleh para pendirinya (Katz, Blumler, dan Gurevitch, 1974:20).
Dengan model ini yang diteliti ialah 1. sumber sosial dan psikologis, 2. Kebutuhan yang melahirkan, 3.
Harapan-harapan, 4. Media massa atau sumber-sumber yang lain yang menyebabkan, 5. Perbedaan pola
terpaan media (keterlibatan dalam kegiatan lain) dan menghasilkan, 6. Pemenuhan kebutuhan dan 7.
Akibat-akibat lain, bahkan sering kali akibat-akibat yang tidak dikehendaki.
Operasionalisasi. Ketika sampai pada operasionalisasi, model ini telah menimbulkan berbagai macam
penjabaran. Di bawah uses and gratifications, grand theory, bermacam-macam teori berlindung dan
berdebat satu sama lain, maka (Blumler, 1980:203) menjelasnya dengan gambar sebagai berikut :
Gambar 5.6
Model Uses and Gratification
Individual
Lingkungan
Dengan menggunakan model ini, peneliti berusaha menemukan hubungan di antara variabel-variabel
yang diukur.
Sering kali ia hanya meneliti sebagian dari komponen-komponen dalam
gambar di atas.
Anteseden meliputi variabel individual yang terdiri dari data demografis seperti usia, jenis kelamin dan
faktor-faktor psikologis komunikan, serta variabel lingkungan seperti organisasi, sistem sosial, dan
struktur sosial. Motif dapat dioperasionalisasikan dengan berbagai cara: unifungsional (hasrat
melarikan diri, kontak sosial atau bermain), bifungsional (informasi-edukasi, fantasistescapist atau
gratifikasi segera-tertangguhkan), empat-fungsional (diversi, hubungan personal, identitas personal, dan
surveillance; korelasi, hiburan, transmisi budaya dan multifungsional (Katz, Blumler, Gurevitch, 1974;
Greenberg, 1974).
Daftar motif memang tidak terbatas. Tetapi operasionalisasi Blumler (1980:209) agak praktis untuk
dijadikan petunjuk penelitian. Blumler menyebutkan tiga orientasi : orientasi kognitif (kebutuhan bukan
informasi, surveillance, atau eksplorasi realitas), diversi (kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan
kebutuhan akan hiburan), serta identitas personal (yakni, menggunakan isi media untuk memperkuat/
menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri).
Penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media jenis isi media
yang dikomsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rosengren, 1974:277). Efek media dapat
dioperasionalisasikan sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan, misalnya;
sampai sejauhmana surat kabar membantu responden memperjelas suatu masalah; sebagai dependensi
media, misalnya: kepada media mana atau isi yang bagaimana responden amat bergantung untuk
tujuan informasi; dan sebagai pengetahuan, misalnya: apa yang diketahui responden perihal persoalan
tertentu.
I. Model Skema Kerangka Berpikir dari Panduan Penyusunan Skripsi Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN SGD Bandung 2013
1. Model BKI (Bimbingan Konseling Islam)
Gambar 5.7
Skema Sistem Dakwah
Pertama, sistem merupakan suatu keseluruhan dan suatu kesatuan yang terintegrasi terdiri atas
beberapa komponen : Penyuluh, materi, metode, waktu, tujuan, media, dan mad’u.
Kedua, masing-masing komponen menempati kedudukan tersendiri, dan memiliki fungsi tertentu
dalam seluruh kesatuan sistem. Komponen manusia di dalam sistem ini penyuluh dan masyarakat
Desa Jatisari.
Ketiga, antarkomponen memiliki hubungan secara fungsional baik antar manusia, maupun antara
manusia dengan yang lainnya. Di samping itu, antara komponen yang satu dengan yang lainnya saling
bergantung. Jika salah satu komponen kurang berfungsi, maka akan berpengaruh terhadap komponen
lainnya.
kepribadian meliputi : aspek rohani, akal, emosional, sosial, dan jasmani. Maka, untuk lebih jelasnya m
enurut Panduan Skripsi (2013:65) dapat dilihat dalam gambar di bawah ini :
Gambar 5.8 Pengaruh Kepribadian Penyuluh terhadap
Penyiaran Islam yang juga disebut tabligh terdiri dari beberapa komponen yaitu: Mubaligh
disampaikan melalui bahasa. Bahasa yang baik dalam proses tabligh adalah bahasa yang efektif
digunakan sesuai dengan bahasa mubalagh, situasi dan kondisi. Sehingga bahasa tersebut bisa
bahasa yang digunakan dapat mempengaruhi effek yang dihasilkan dari proses tabligh. Oleh karena
itu penting bagi seorang mubaligh untuk memperhatikan aspek bahasa yang akan digunakan ketika
tabligh. Jika tidak diperhatikan, maka bahasa bisa jadi hambatan yang kemudian dikenal sebagai
hambatan semantis. Untuk lebih jelasnya, uraian di atas menurut Panduan Skripsi (2013:66) terlihat
Masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam, ditunjang oleh beberapa sumber daya yang merupakan
elemen penting dalam perwujudan fungsinya. Elemen sumber daya tersebut adalah : 1. Sumber daya
Jamaah, 2. Sumber daya pengurus, 3. Sumber daya program, 4. Sumber daya administrasi, 5. Sumber
daya prasarana, 6. Sumber daya dana, dan 7. Sumber daya sarana. Seluruh sumber daya tersebut
terintegrasi dalam mewujudkan kegiatan masjid, yang merupakan wujud berfungsinya suatu masjid.
Proses integrasi tersebut jika digambarkan menurut Panduan Skripsi (2013:67) maka akan tampak
Gambar 5.10
Karakteristik suatu masyarakat merupakan hasil pergulatan kreatif masyarakat dengan realitas. Setiap
melatari suatu kehidupan masyarakat. Prasangka itu berupa prasangka keagamaan, intelektual dan
cultural (Rahman, 1985:193). Prasangka keagamaan mengacu kepada doktrin teologis yang diyakini
masyarakat yang berfungsi memilah dan memilih nilai, yang akhirnya menentukan pandangan
Suatu masyarakat lahir dalam suatu lingkungan intelektual tertentu dan tidak bisa lepas dari mata
rantai sebelumnya. Mata rantai intelektual dimaksud mengacu kepada guru-guru dari masyarakat,
sistem sosial, dan entitas kehidupan tempat masyarakat itu hidup dan berinteraksi. Sistem budaya dan
sistem sosial suatu masyarakat mempunyai kecenderungan tertentu yang diseleksi dan diadopsi oleh
suatu masyarakat. Semua itu kemudian mempengaruhi kepada pandangan hidup. Sementara
pandanagn hidup itu, berpengaruh pada pembentukan karakteristik masyarakat itu sendiri. Proposisi-
proposisi tersebut dapat dikerangkakan menurut Panduan Skripsi (2013:68) sebagai berikut :
Gambar 5.11
5. Jurnalistik
Teori dasar S-O-R (Stimulus-Organism-Response) yang berasal dari psikologi komunikasi. Objek
material dari teori ini yaitu manusia pada aspek sikap, opini, perilaku, afektif dan konasi. Menurut
teori iin bahwa : Efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga
seseorang dapat mengharapkan dan kognisi memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi
komunikasi.
Ketika teori S-O-R dikaitkan dengan penelitian, maka stimulus dalam penelitian ini adalah pesan atau
informasi yang terdapat dalam Majalah Media Pembinaan yang keberadaannya ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan informasi bagi karyawan Kemenag. Sedangkan Organismenya adalah Karyawan
karakteristik majalah Media Pembinaan yang biasa mereka terima. Untuk lebih jelasnya menurut
Panduan Skripsi (2013:69) dapat dilihat gambar di bawah ini sebagai berikut :
Gambar 5.12
Teori S-O-R
//
Penelitian Hubungan Klarifikasi terhadap opini publik dengan sikap konsumen terhadap produk,
memakai teori model S-M-C-R-E dari Everett M. Rogers. Model tersebut merupakan singkatan dari
istilah source, massage, chanel, receiver, dan effect. Dengan kata lain, model ini melibatkan kegiatan
komunikasi dengan unsur sumber, pesan, media, komunikan dan efek.
Dalam penelitian ini terdapat sumber jalur pemberi pesan. Jalur pertama, source salah satunya
adalah FPI kemudian membentuk pesan tentang anti Amerika yaitu membaikot produk-produk
Amerika menggunakan media massa cetak maupun elektronik serta selembaran-selembaran. Pesan
itu disampaikan kepada komunikannya, yaitu public sehingga menimbulkan effek yaitu berkurangnya
pemasaran produk-produk PT. Coca Cola.
Jalur kedua, dipihak lain selanjutnya PT. Coca-Cola, yang diwakili oleh humasnya melakukan klarifikasi.
Humas PT. Coca-Cola sebagai source, pesannya klarifikasi atas anjuran pemboikotan, disampaikan
melalui berita berbentuk release maupun adventorial, serta membuat even-event tertentu, ditujukan
kepada public, serta effek-nya baru hendak diketahui melalui penelitian ini. Jika uraian di atas menurut
Panduan Skripsi (2013:70) dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 5.13
Teori S-M-C-R-E
I. Latihan-latihan
1. Apakah yang dimaksud dengan teori Manajemen, SOR, dan komunikasi ?
2. Coba pilihlah satu teori atau model yang cocok dengan penelitian Saudara dan bagaimana
tanggapan Saudara terhadap teori tersebut ?
3. Apakah kelebihan dan kelemahan dari model Jarum Hipodermik, Agenda Setting, dan Difusi
Informasi ?
4. Apa yang Saudara ketahui tentang teori model S-M-C-R-E ?
5. Buatlah model skema kerangka berpikir yang Saudara mampu sesuai dengan judul
penelitian Saudara ?
BAB VI
PROSEDUR PENELITIAN
1. Data dasar yang dapat dijadikan acuan atau alasan munculnya masalah penelitian.
atau kesenjangan-kesenjangan.
4. Pengungkapan pernyataan, sebaiknya dilakukan secara deduktif, berawal dari yang bersifat
5. Dari pernyataan yang umum hingga yang khusus itu memunculkan adanya masalah.
6. Pada bagian pernyataan-pernyataan khusus yang disusun secara konsisten dan sistematik itu
Gambar 5.1
Proses Deduksi Perumusan Latar Belakang Masalah Penelitian
Tim Fakultas Dakwah, 2004:51
Latar belakang masalah berbicara masalah penelitian bukan sekedar sesuatu yang muskil saja,
melainkan juga
“sesuatu yang tidak wajar” atau “sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan”. “Harapan” ini bukan
harapan menurut pengertian umum (karena menyenangkan/menguntungkan), melainkan harapan
yang terkandung arti atau pengertian konsep /variabel, fakta, teori atau hukum. Misalnya “harapan”
dari konsep “miskin” adalah serba kurang. Jika ada pernyataan bahwa ada orang miskin makan tiga
kali sehari, itu tidak sesuai dengan harapan. Jadi orang miskin makan tiga kali sehari itu dinyatakan
bahwa masalah adalah kesenjangan (gap) antara kenyataan dan harapan (antara “Das Sein” dan “Das
Solen”).
Dalam menentukan masalah ada lima hal yang harus dilakukan, yaitu :
1. Tunjukkan kenyataan (fenomena) yang ditangkap atau dijadikan pikiran itu, misal ; dari kata
sekunder (laporan-laporan).
2. Tunjukkan “harapan” yang bersangkutan dengan kenyataan itu, misal ; ketentuan-
ketentuan, patokan-patokan, fakta-fakta, teori, hukum, dan sebagainya ; dari referensi-referensi
tertentu.
3. Tunjukkan kesenjangan antara kenyataan dan harapan.
4. Tunjukkan bahwa alternatif jawaban atau pemecahan kesenjangan itu lebih dari satu
alternatif (jika hanya satu alternatif, tidak merupakan masalah).
5. Tunjukkan tentang pentingnya masalah itu untuk dipecahkan (jika tidak dipecahkan akan
mengganggu apa?).
Setelah menunjukkan kelima hal tersebut disusun perumusan masalah dari yang telah
ditetapkan. Caranya dengan menyatakan masalah yang ditetapkan itu dengan kalimat pernyataan (stat
ement). Oleh karena itu disebut pernyataan masalah (problem statement) sedangkan penetapan
masalah disebut “problem setting”. Pernyataan masalah ini dinyatakan secara singkat, jelas, dan
tegas.
B. Merumuskan Judul Penelitian
Judul penelitian merupakan sosok yang pertama kali kelihatan. Ia merupakan identitas atau cermin
dari jiwa seluruh pemikiran yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu ia harus ditulis
secara tepat dan mampu menggambarkan isi tulisan. Terdapat beberapa cara dalam menulis judul
skripsi.
Pertama, ditulis selengkap mungkin, sehingga dengan membaca judul dapat diketahui kehendak
peneliti dengan kegiatannya itu. Menurut Suharsimi Arikunto (1992) “Judul penelitian skripsi yang
lengkap mencakup: 1. sifat dan jenis penelitian, 2. objek yang diteliti, 3. subjek penelitian, 4. lokasi
penelitian, dan 5. waktu terjadinya peristiwa.”
Contoh: Studi Komparasi antara Strategi Dakwah NU dan Muhammadiyah di Indonesia pada Masa
Penjajahan Belanda Tahun 1940.
Kedua, judul ditulis singkat. Bila judul ditulis secara singkat ia harus dirumuskan dengan jelas, tegas,
tepat dan mencerminkan batasan-batasan masalah dan variabel-variabel yang ditelitinya.
Sementara menurut Cik Hasan Bisri (1997:17) “Judul skripsi ditulis dengan menggunakan kalimat-
kalimat yang jelas, lugas, menarik, dan mencerminkan isi skripsi.” Selain itu penulisan judul skripsi juga
dapat dilengkapi dengan kalimat tambahan sebagai penjelasan, baik yang menunjukkan pembatasan
waktu, lokasi maupun metode yang digunakan.
jelas, terhadap masalah itu. Meminjam pemikiran Cik Hasan Bisri (1997:22-26) “Pertanyaan penelitian
berfungsi untuk membatasi cakupan masalah penelitian dan menjadi patokan dalam menentukan
macam-macam data yang akan dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut.”
Pertanyaan penelitian yang dibuat harus mencerminkan ke-apa-an (pribadi atau objek yang diteliti)
ke-mengapa-an (alasan sesuatu terjadi), dan ke-bagaimana-an (bagaimana suatu proses terjadi) yang
dengan apa. Dalam membuat perumusan masalah biasanya menggunakan kalimat pertanyaan seperti ;
penelitian yang dirumuskan, baik dalam bentuk “Problem Statement” maupun dalam bentuk “Research
Question” itu masih bersifat umum, maka perlu diidentifikasi secara jelas dan tegas serta operasional.
Mengidentifikasikan masalah berarti merinci rumusan masalah yang bersifat umum itu kepada bagian-
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berhubungan secara fungsional dengan rumusan masalah penelitian, yang dibuat
secara spesifik, terbatas dan dapat diperiksa dengan hasil penelitian. Ia merupakan muara dari suatu
seperti untuk menemukan, untuk mengetahui, untuk menjelaskan, untuk membandingkan, untuk
menilai, dan untuk menguraikan. Selain itu dapat dirumuskan dalam kalimat pasif, seperti agar dapat
diketahui, agar dapat dijelaskan, agar dapat dibandingkan, dan sebagainya tetapi ini jarang digunakan
masalah yang relevan, dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara. Hal demikian mengacu
pada kebenaran ilmiah, baik kebenaran koherensi (acuan teori), kebenaran korespondensi (yang
didukung oleh data), dan atau kebenaran pragmatis (yang memiliki kegunaan).
Sementara Skripsi: Diarahkan pada usaha pengembangan ilmu, terutama dalam bidang ilmu Agama
Islam yang melingkupi masalah penelitian. Ia bersifat monodisipliner dan diidentifikasi sebagai
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka (literature review) adalah proses penelusuran bahan pustaka untuk memilih dan
menentukan teori yang akan digunakan dalam penelitian. Bahan pustaka ini dapat berupa buku-buku,
jurnal-jurnal hasil penelitian, atau apa saja yang menjadi khazanah pengetahuan ilmiah. Untuk
30 buah.
Dari penelusuran terhadap bahan pustaka ini kelak ditemukan sejumlah konsep, teori, atau teori-teori
yang akan digunakan dalam penelitian. Lalu konsep-konsep dan teori-teori ini diuraikan secara
Menurut Senn (dalam Cik Hasan Bisri, 2w001:389), tinjauan pustaka memberi jalan tentang langkah
apa yang akan ditempuh dalam merumuskan kerangka penelitian, mendekati hipotesis yang akan
dirumuskan, dan pilihan cara yang tepat dalam pengumpulan data. Oleh karena khazanah
pengetahuan ilmiah sangat luas dan beragam, maka diperlukan cara kerja yang cermat dan tepat
dalam pemilihan dan penggunaan teori, sehingga apa yang diperoleh memenuhi kebutuhan dalam
penelitian. Sedangkan pandangan Cik Hasan Bisri (2001:389-390) terdapat beberapa tahapan dalam
masalah penelitian. Ia dapat berupa buku daras, antologi (bunga rampai atau kapita selekta, laporan
penelitian, ensiklopedi, jurnal ilm iah, tulisan lepas, atau makalah-makalah yang disampaikan dalam
Menurut Mely G. Tan (dalam Cik Hasan Bisri, 2001:390), penelusuran bahan pustaka dalam proses
penulisan tinjauan pustaka memiliki beberapa manfaat, khususnya bagi peneliti sebelum
melaksanakan penelitian yaitu :
Di samping itu Cik Hasan Bisri (2001:391) menambahkan, penelusuran dan pengkajian bahan
pustaka berguna untuk menghindarkan pernyataan bahwa masalah penelitian “belum pernah diteliti”
oleh orang lain, atau “baru” sama sekali. Boleh jadi masalah itu telah sering diteliti namun,
laporannya belum pernah dibaca oleh peneliti berikutnya. Bila hal ini terjadi, di satu pihak
menunjukkan kadangkala wawasan ilmiah peneliti tentang masalah tersebut dan di pihak lain
penelitian tentang masalah itu akan berjalan di tempat, bahkan mungkin mengalami kemunduran.
Jadi, penelitian ilmiah selayaknya dilakukan dengan memnfaatkan hasil penelitian sebelumnya,
tentang masalah yang sama atau serupa, sehingga perkembangan ilmu dan penelitian tetap
terpelihara.
E. Kerangka Berpikir
Penggunaan istilah kerangka berpikir dalam penelitian cukup bervariasi. Ada yang menggunakan
istilah kertangka teori. Ada yang menggunakan istilah kerangka pemikiran dan kerangka pikir. Ada
pula yang menggunakan istilah landasan berpikir dan landasan konseptual, atau kerangka konseptual
atau model konseptual. Ketujuh istilah itu memiliki fungsi yang sama dengan kerangka berpikir, yakni
sebagai tulang punggung penelitian yang dideduksi dari teori atau hanya berupa kerangka pernyataan
Kerangka berpikir berawal dari pengkajian pustaka dan dari pengkajian itu dapat ditemukan
berbagai konsep dan terutama teori atau teori-teori yang dibutuhkan dalam penelitian yang akan
dilaksanakan. Teori biasanya berhubungan dengan subyek tertentu dalam cakupan bidang ilmu
tertentu, dan dihubungkan dengan nama perumus teori itu. Teori merupakan serangkaian pernyataan
sistematik yang bersifat abstrak tentang subyek tertentu. Subyek itu dapat berupa pemikiran,
Kerangka berpikir adalah penjelasan sementara yang bersifat logis dan sistematis terhadap gejala
yang diteliti. Ia dapat berupa kerangka teori atau dapat pula berbentuk kerangka penalaran logis.
Kerangka teori ini merupakan uraian ringkas tentang teori yang digunakan dan cara menggunakan
teori itu dalam menjawab pertanyaan penelitian. Kerangka berpikir yang dirumuskan dalam bentuk
kerangka teori ini mensyaratkan bahwa teori-teori yang digunakan sepenuhnya harus dikuasai dan
mengikuti perkembangan teori yang muktakhir. Sementara kerangka berpikir dalam bentuk
penalaran logis adalah sebuah urutan berpikir logis sebagai suatu ciri cara berpikir ilmiah yang akan
digunakan dan cara menggunakan logika tersebut dalam memecahkan masalah penelitian. Kerangka
berpikir itu bersifat operasional, diturunkan dari satu atau beberapa teori atau dari pernyataan-
pernyataan yang logis. Ia berhubungan dengan masalah penelitian dan menjadi pedoman dalam
perumusan hipotesis yang akan diajukan, (Cik Hasan Bisri, 1997:41; Husaini Usman dan Purnomo
atas. Ia harus ditulis secara sistematis dengan alur logika yang jelas dan untuk semakin memperjelas
penulisan kerangka berpikir tersebut dapat dibuat skema sesuai jurusan ada pada Bab IV.
Adapun langkah-langkah penyusunan kerangka berpikir menurut Dadang Kuswana (2011:64-65) sebag
ai berikut :
3. Menganalisis secara komprehensif terhadap teori dan hasil penelitian; analisis komperatif
dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori yang lain dan hasil penelitian
4. Melakukan pemahaman sintesis dan penarikan kesimpulan. Peneliti melakukan sintesis atau
kesimpulan sementara. Perpaduan sintesis antara variabel satu dan variabel yang lain akan
berpikir. Kerangka berpikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka berpikir yang asosiatif/hubungan
atau komperatif/perbandingan.
IV. Mengemukakn dlm bentuk diagram sehingga pihak lain dapat memahami proses kerangka
Adapun pemikiran lain, bahwa menyusun kerangka pikiran adalah menjawab secara rasional masalah
yang telah dirumuskan dan diidentifikasikan itu, dengan mengalirkan jalan pikiran dari pangkal pikir
berdasar pada patokan pikir menurut kerangka logis. Kerangka logis adalah kerangka logika silogisme (S
yllogism), yaitu suatu argumen (penalaran) deduktif yang valid. Silogisme kerangkanya ada 2, yaitu :
2. Satu kesimpulan.
Kesimpulan adalah hasil argumentasi kedua premis tersebut (premis mayor dan premis minor).
Pemis adalah keterangan dalam suatu pembahasan yang menjadi landasan untuk menurunkan
keterangan lain atau bahan bukti untuk mendukung kebenaran suatu kesimpulan, yang berpatokan
pada patokan pikir (postulat/asumsi/aksioma). Keterangan yang bersifat general adalah premis major,
keterangan bersifat khusus adalah premis minor.
Postulat/asumsi/aksioma adalah keterangan yang kebenarannya dapat diterima tanpa pembuktian
lebih lanjut, untuk dijadikan awal atau pegangan dalam suatu pembahasan, jadi merupakan patokan
bagi premis. Patokan pikir, premis dan kesimpulan adalah hasil kegiatan berpikir yang terdiri dari 3
tahapan, yaitu :
Tahap conceptioning adalah tahap kegiatan pikir dalam mengkaji pengertian-pengertian dari
konsep-konsep atau variabel yang tersusun dalam bangun teori atau fakta, untuk menentukan
patokan pikir dan pangkal-pangkal pikir. Pekerjaan ini dilakukan dengan penelaahan kepustakaan. Pega
ngan penelaahan pustaka adalah memperoleh keterangan yang telah teruji kebenarannya.
I. Tahap Judgement
Diartikan sebagai kegiatan pikir dalam menimbang untuk menerima atau menolak kesesuian
antara pokok dan sebutan dari suatu keterangan dalam suatu pembahasan. Pada berpikir deduktif
kegiatan ini adalah menerima atau menolak bahwa konsep/ variabel khusus merupakan “bagian “
dari konsep/ variabel umum.
I. Tahap Reasoning
Diartikan sebagai kegiatan dalam menarik kesimpulan dari premis-premis yang telah dikonsepsikan
pada tahap conceptioning, dan diputuskan pada tahap judgement.
Kerangka reasoning, yaitu : 1. Premis major, 2. Premis minor, dan 3. Kesimpulan.
Kesimpulan ini didasarkan pada hukum deduktif bahwa segala kejadian yang muncul pada hal-hal
umum, berlaku pula bagi hal-hal khusus, asal saja hal-hal yang khusus itu merupakan bagian dari yang
umum.
Pada berpikir deduktif kesimpulan itu disebut deduksi, kesimpulan rasional atau hipotesis.
Rumusannya disusun dalam bentuk proposisi, yaitu kalimat yang terdiri dari dua variabel atau lebih
yang menyatakan hubungan kausalitas. Menurut Departemen Pendidikan Nasional, (2001:899)
bahwa proposisi adalah rancangan usulan; Ling ungkapan yang dapat dipercaya, disangsikan,
disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya. Proposisi biasanya disajikan dalam bentuk ungkapan atau
kalimat pernyataan yang menunjukkan hubungan antara dua konsep. Misalnya hubungan antara
konsep partisipasi dan konsep pembangunan dinyatakan dalam satu proposisi. “partisipasi kyai dalam
pembangunan masyarakat desa” (Asep Saepul Muhtadi dan Agus Ahmad Safei, 2003:83). Kadang-
kadang di akhir kerangka pikiran digambarkan skema alur yang disebut model penelitian.
Nilai informatif dari proposisi adalah nilai yang bersangkutan dengan interprestasi terhadap
proposisi. Artinya proposisi tidak mengandung hal-hal yang akan menyebabkan terjadinya kesalahan
interprestasi dari yang memahainya.
Hal-hal yang menyebabkan rendahnya nilai informatif dari suatu proposisi itu, yaitu :
1. Luas abtraksi dari konsep/ variabel yang menyusun proposisi, yaitu konsep/ variabel yang
terdiri dari sejumlah dimensi. Contoh : Status sosial.
2. Proposisi yang menunjukkan makna ketergantungan pada ruang dan atau waktu, atau pada
jumlah variasi situasi dan atau kondisi. Hal ini disebabkan oleh kesalahan “Sampling” yang tidak repren
sentatif.
I. Kharisma kyai berpengaruh terhadap sikap dan perilaku santri dalam bergaul.
II. Keteladanan kyai berpengaruh terhadap sikap dan perilaku santri dalam bergaul.
Hipotesis ini biasanya digunakan jika jenis penelitiannya adalah kuantitatif (jenis penelitian dengan
menggunakan angka-angka statistik), sedangkan anggapan dasar biasanya digunakan dalam jenis
penelitian kualitatif (penelitian dengan menggunakan statemen-statemen atau pernyataan-pernyataan).
Pada dasarnya hipotesis dapat muncul dari diri kita sendiri sebagai hasil pemikiran kita tentang hal-hal
yang terjadi di sekitar kita. Ia juga dapat timbul atau berkembang pada saat kita mengadakan diskusi
atau percakapan dengan teman, konsultasi dengan pembimbing, saat kita seorang diri merenungkan
masalah penelitian kita, atau hipotesis juga dapat diturunkan dari teori, terutama dari teori-teori yang
masih membutuhkan pengujian tentang kebenarannya. Sebab, biasanya suatu teori jarang secara
langsung diuji kebenarannya, yang diuji adalah hipotesisnya, yakni hipotesis yang diturunkan dari teori
itu. Dengan demikian, segala pernyataan yang diturunkan dari suatu teori dalam bentuk yang dapat diuji
validitasnya disebut hipotesis (S. Nasution, 2000:39-40).
Fungsi hipotesis dalam penelitian adalah membuka kemungkinan untuk menguji kebenaran suatu teori.
Akan tetapi ia juga masih dapat memperluas fungsi-fungsimya, misalnya memberikan ide-ide untuk
mengembangkan suatu teori, termasuk memperluas wawasan pengetahuan seorang peneliti
mengenai gejala-gejala yang tengah ditelitinya (S. Nasution, 2000:
40). Sementara menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar (1998: 38) secara spesifik
hipotesis berguna untuk :
1. memfokuskan masalah, 2. mengidentifikasi data-data yang relevan untuk dikumpulkan, 3.
menunjukkan bentuk desain penelitian, termasuk teknis analisis yang akan digunakan, 4. menjelaskan
gejala sosial, 5. mendapatkan kerangka penyimpulan, dan 6. merangsang penelitian lebih lanjut.
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis merupakan perkiraan kebenaran atau dugaan sementara yang ditentukan oleh seorang
peneliti. Dalam mengajukan hipotesis yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Dinyatakan dengan kalimat atau ungkapan faktual (berdasarkan kenyataan), yang benar-benar
menjawab pertanyaan penelitian
d. Jenis Hipotesa
Hipotesa dapat dibedakan atas :
1. Hipotesa major adalah hipotesa induk yang menjadi sumber dari sub hipotesa (hipotesa
minor)
2. Hipotesa minor adalah sub hipotesa yang dijabarkan dari hasil hipotesa major.
Bila hipotesis hanya berbentuk pernyataan sementara tentang sesuatu hal, tampaknya tidak sulit
merumuskannya. Tetapi kalau untuk suatu kegiatan penelitian, terlebih penelitian yang mendalam,
merumuskan hipotesis bukan perkara yang mudah. Kesulitan ini terutama terjadi bila penelitian tersebut
tidak berangkat dari teori yang jelas. Tanpa teori yang jelas, dengan sendirinya tidak dapat dirumuskan
suatu hipotesis yang tajam. Dengan demikian, dapat dipahami bila Cik Hasan Bisri (2001:396)
menyatakan bahwa “Merumuskan hipotesis mesti bersumber kepada teori dan kerangka berpikir yang
jelas.” Dari teori dan kerangka berpikir yang jelas inilah lalu dirumuskan hipotesis yang relevan,
tentunya dengan fokus masalah yang akan diselidiki dalam kegiatan penelitian. Sedangkan menurut S.
Nasution (2000:41-42) terdapat beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan untuk memenuhi
perumusan hipotesis yang benar memenuhi syarat sebagai berikut :
Pertama, hipotesis harus bertalian dengan teori tertentu. Langkah ini ditempuh dengan cara
mempelajari literature tentang topik atau masalah penelitian yang telah dipilih. Dari kajian
kepustakaan itu lalu disaring sejumlah prinsip atau pokok pikiran, dilihat kepustakaan itu lalu
disaring sejumlah prinsip atau pokok pikiran, dilihat hubungan antara satu dengan lainnya
untuk menemukan teori yang mendasarinya, baru kemudian kita kaitkan hipotesis kita dengan
teori itu.
Kedua, hipotesis harus dapat diuji secara empirik. Untuk dapat menguji hipotesis yang kelak
diterima atau ditolak, maka harus dikumpulkan sejumlah data yang bersifat empirik.
Karenanya, hipotesis harus menghindari pernyataan-pernyataan yang mengandung makna
metafisik, moral, sikap, atau nilai-nilai. Kalau ternyata sulit menghindari ungkapan-ungkapan
yang mengandung makna-makna tadi, maka
bagaimana pernyataan itu diubah menjadi empirik. Misalnya, “orang
tua yang tidak baik”, diubah menjadi “orang tua yang memanjakan anaknya” atau “orang tua
yang otoriter.” “Anak durhaka”, diubah menjadi “anak yang melawan orang tua”, dan
sebagainya.
Ketiga, hipotesis harus bersifat spesifik. Maka konsep-konsep yang digunakan harus jelas dan
sedapat mungkin dapat diolah secara statistik, atau dibuat penggolongan pada kategori-kategori
tertentu. Misalnya : Status sosial, kategori pendapatan, tingkat pendidikan, kelompok usia, jenis
kelamin, dan lain-lain. Penelitian yang rumusan hipotesisnya spesifik lebih mungkin dilaksanakan dan
validitas hasil penelitiannya akan lebih tinggi.
4. Jenis-jenis Hipotesis
Menurut Mardalas (1999:50-52) secara umum hipotesis dapat dikelompokan ke dalam dua kelompok
besar, yaitu :
Pertama, hipotesis yang bertujuan melihat hubungan di antara variabel-variabel yang digunakan
Hipotesis seperti ini biasanya digunakan dalam penelitian korelasional. Kedua, hipotesis yang
bertujuan mencari perbedaan di antara dua variabel tertentu pada dua kelompok yang berbeda.
Perbedaan itu biasanya disebabkan pengaruh perbedaan yang terdapat pada satu atau lebih
variabel yang lainnya. Hipotesis seperti ini biasanya digunakan dalam penelitian komparatif.
Kemudian secara lebih spesifik jenis hipotesis dapat dibagi kepada empat macam yaitu :
a. Hipotesis Nol (Ho)
Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan adanya persamaan atau tidak adanya perbedaan di
antara variabel-variabel penelitian. Misalnya :
Tidak terdapat perbedaan antara mahasiswa fakultas dakwah dengan mahasiswa fakultas
lainnya di lingkungan UIN dalam hal keterampilan komunikasi.
Terdapat persamaan antara mahasiswa fakultas dakwah dengan mahasiswa fakultas lainnya di
lingkungan UIN dalam hal keterampilan komunikasi.
Hipotesis nol dinamakan juga hipotesis statistik, karena bila hipotesis kita memakai hipotesis statistik
(yang hasil observasinya dalam bentuk data kuantitatif) maka pengujian hipotesis nolnya dilakukan
melalui statistik. Dalam praktiknya, apabila hipotesis kita hipotesis alternatif, maka harus diubah
menjadi hipotesis nol. Misalnya :
Perkelahian antara remaja umumnya disebabkan oleh mereka yang rumah tangganya pecah.
Rumah tangga yang pecah menyebabkan remaja mengkonsumsi narkoba sebagai pelarian.
Dua hipotesis minor di atas tampak terlihat bahwa ia diturunkan dari hipotesis mayor.
G. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian, menurut Panduan Penyusunan Skripsi Dakwah dan Komunikasi (2007:80-8
8) bahwa prosedur penelitian atau metodologi penelitian, secara garis besar mencakup kegiatan
penentuan : Lokasi penelitian, metode penelitian, jenis data, populasi dan sampel, sumber data, teknik
pengumpulan data, pengolahan atau analisis data yang akan ditempuh, dan tahap pelaksanaan penelitian
Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel. Populasi dalam
penelitian harus disebutkan secara tersurat, yakni yang berkaitan dengan besarnya anggota populasi
serta wilayah penelitian yang dicakup. Tujuan ditegaskannya populasi adalah agar peneliti dapat
menentukan besarnya sampel yang diambil dari populasi dan membatasi berlakunya daerah
generalisasi. Pada kenyataannya, populasi adalah sekumpulan kasus yang berkaitan dengan masalah
penelitian. Kasus ini dapat berupa orang, barang, binatang, hal, atau peristiwa. Bila populasi relatif
besar maka dilakukan sampling, yakni pengambilan sebagian anggota populasi untuk kemudian
dijadikan sampel
penelitian. Sampel dalam penelitian banyak jenisnya, antara lain : ran
dom sampling, stratified sampling, cluster sampling, purposive sampling, quota sampling, dan lain-lain.
Jenis sampel yang digunakan harus disebutkan secara tersurat berikut alasan-alasan kenapa sampael
tersebut yang digunakan. Pemilihan jenis sampel mana yang akan digunakan, tentunya disesuaikan
dengan jenis, masalah, dan tujuan penelitian.
Secara ideal, sebaiknya meneliti seluruh anggota populasi, dan hal itu berarti kita melakukan sensus.
Tetapi, seseringkali populasi penelitian cukup besar sehingga tidak mungkin untuk diteliti seluruhnya
dengan waktu, biaya, dan tenaga yang tersedia. Dalam keadaan demikian, maka penelitian hanya dapat
dilakukan dengan sampel. Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang
dianggap dapat menggambarkan populasinya. dua syarat sampel yang baik, yaitu sampel harus represen
tatif (mewakili) dan besarnya sampel harus memadai (Atherton & Klemmack, 1982 ; Goode &
Hatt, 1952).
Ciri-ciri sampel representatif berkaitan dengan tujuan penelitian sama atau dengan tujuan dengan
ciri-ciri populasinya. Sedangkan teknik sampling adalah setiap satuan dari populasi yang merupakan
sasaran akhir pengambilan sampel di sebut sebagai unsur sampling (sampling element). Suatu unit
sampling dapat berupa unsur sampling tunggal atau suatu kumpulan unsur. Suatu kerangka sampling (s
ampling frame) adalah daftar lengkap semua unit tempat mengambil sampel (Bailey, 1982).
Cara pengambilan sampel atau teknik sampling secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu probality dan non-probality sampling. Dalam sampel yang di dapat dengan teknik probality
sampling, peluang atau kemungkinan terpilihnya setiap anggota sampel dapat ditentukan. Sedangkan
dalam non-probality sampling, peluang terpilihnya setiap anggota sampel tidak di ketahui. (lihat
metodologi survei,
metodologi kualitatif, dan metode kuantitatif). Adapun untuk menentukan
ukuran sampel dari sejumlah populasi ditentukan formulanya menurut Yamane (1967:99) dan
Jalaluddin Rakhmat (1999:82) sebagai berikut :
N1
n = -------------------------------
N1d2 + 1
Keterengan :
n = Besarnya ukuran sampel
N = Besarnya populasi
d = Presisi atau kemungkinan kesalahan sampel diambil 5 %
Contohnya :
Kita ingin menduga proporsi pembaca surat kabar dari populasi 5.000 orang. Presisi ditetapkan di
antara + 5 % dengan tingkat kepercayaan 95 %. Berapa besar sampel yang diperlukan ?
Jawabannya :
5000 5000
n = ----------------------- = ------------------------- = 370
(5000)(0,05)2 + 1 (5000 x 0,0025) + 1
Yamane memberikan tabel khusus sehingga kita tidak perlu menghitung lagi, sebagaimana lampiran di
bawah ini sebagai berikut :
Pandangan Taro Yamane dalam bukunya Elementry Sampling Theory, (1967:398-399) bahwa: Ukuran s
ampel untuk tingkat kepercayaan dan presisi tertentu jika menyampel atribut dalam persen.
I. Perjelas lagi hubungan antara metode dengan masalah dan hipotesis. Buatlah matriks yang
menghubungkan antara masalah, hipotesis, variabel, indikator, dan pertanyaan.
a. Rumuskan pertanyaan dengan memperhatikan hal-hal berikut :
I. Sesuaikan bahasa dengan tingkat pengetahuan responden. Untuk daerah pedesaan, misalnya
lebih baik kita menggunakan bahasa daerah. Untuk orang kebanyakan, kata persepsi sebaiknya diganti
dengan kata tanggapan.
II. Gunakan kata-kata yang mempunyai arti yang sama bagi setiap orang.
III. Hindari pertanyaan yang panjang karena pertanyaan panjang sering kali mengaburkan dan
membingungkan.
IV. Janganlah beranggapan bahwa responden memiliki informasi faktual. Seorang ibu mungkin
melaporkan acara televisi yang disenangi anak, tetapi pendapat ibu tidak selalu sesuai dengan pendapat
anak.
V. Bentuklah kerangka pemikiran yang ada dalam benak Anda. Janganlah bertanya: Berapa
majalah yang Anda baca ? Bertanyalah: Apa saja majalah yang Anda baca ?
VI. Sarankanlah semua alternatif atau tidak sama sekali.
VII. Lindungi harga diri responden. Janganlah bertanya: Sebutlah kalimat-kalimat yang benar
di antara kalimat yang tercantum di bawah ini. Katakanlah: Saya ingin tahu pendapat Bapak, manakah
di antara kalimat-kalimat di bawah ini yang menurut Bapak benar.
VIII. Jika Anda terpaksa menanyakan hal yang kurang mengenakkan responden, mulailah
bertanya tentang hal-hal yang positif.
IX. Tentukan apakah Anda memerlukan pertanyaan langsung, tak langsung, atau pertanyaan tak
langsung disusul dengan pertanyaan langsung.
X. Hindari kata-kata yang bermakna banyak, kata-kata seperti “partisipasi”, “pengaruh”,
“solidaritas”, “rasa bangga”, harus diganti dengan kata-kata yang lebih spesifik seperti :
“menyumbangkan uang” dan “menyimpan piagam penghargaan”.
XI. Hindari pertanyaan yang bersifat mengarahkan responden pada jawaban tertentu. Janganlah
bertanya: Apakah Anda selalu berperan serta dalam program pembangunan ? Bertanyalah: Apakah
Anda menganjurkan orang lain untuk menjadi akseptor KB ?
XII. Pertanyaan harus dibatasi pada satu gagasan saja. Janganlah bertanya:Apakah Anda
membaca surat kabar/majalah/buku ?
Setelah try out dilakukan dan daftar pertanyaan telah terkumpul kembali, kemudian dilakukan
pemeriksaan kepada setiap item pertanyaan. Di sinilah saat mengoreksi yang bila perlu dilakukan
revisi terhadap daftar pertanyaan tersebut. Selanjutnya dilakukan penggandaan dan distribusi angket
kepada responden.
I. Studi Dokumentasi
Proses pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Ia berupa; buku, catatan, arsip,
surat-surat, majalah, surat kabar, jurnal, laporan penelitian, dan lain-lain. Ragam teknik pengumpulan
data yang digunakan peneliti dalam kegiatan penelitiannya harus sebutkan secara tersurat. Hanya
ragam jenis teknik pengumpulan data mana yang dipilih (digunakan) disesuaikan dengan jenis,
masalah, dan tujuan penelitian.
Adapun mengenai jenis histories studi dokumenter, yaitu :
1. Peninggalan material meliputi: fosil, piramida, senjata, alat atau perkakas, hiasan, bangunan,
dan benda-benda lainnya.
2. Peninggalan tertulis meliputi: payrus, daun lontar bertulis, kronik, relief candi, catatan
khusus, buku harian, arsip negara dan lain-lain.
3. Peninggalan tak tertulis seperti: adat, bahasa, dongeng, dan kepercayaan (Winarno Surachmad
1975: 124-125).
Kita dapat menyimpulkan bahwa studi dokumentasi bukan berarti hanya
studi histories, melainkan studi dokumen berupa data tertulis yang mengandung keterangan dan
penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih aktual. Studi dokumentasi berproses dan
berawal dari menghimpun dokumen, memilih-milih dokumen sesuai dengan tujuan penelitian,
menerangkan dan mencatat serta menafsirkannya serta menghubung-hubungkannya dengan fenomena
lain. Dilengkapi dengan studi pustaka yaitu menurut Subino Hadisubroto (1982: 28): Studi pustaka
dipergunakan untuk mendapatkan teori-teori, konsep-konsep sebagai bahan pembanding, penguat atau
penolak terhadap temuan hasil penelitian untuk mengambil kesimpulan.
7. Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan data adalah data yang sudah terkumpul dari hasil teknik pengumpulan data baik
hasil wawancara, observasi, angket dan dokumentasi serta literatur pustaka, kemudian disusun secara
jelas. Sedangkan a nalisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah
dipahami dan temuannya dapat di informasikan kepada orang lain (Sugiono , 2006:244). Penelitian ini
menggunakan analisis data kualitatif, dimana analisa data tersebut dilakukan secara interaktif dan
berlangsung terus menerus sehingga datanya sudah jenuh. (Miles dan Huberman, 1984 338). Langkah
langkah yang dilakukan dalam penelitian boleh memilih salah satu tahapan di bawah ini sebagai
berikut :
I. Memeriksa semua data yang terkumpul, baik melalui observasi, wawancara, angket, atau
dokumentasi, termasuk dilakukan editing dan penyortiran terhadap data yang tidak diperlukan. Hal ini,
dilakukan untuk memastikan bahwa data yang akan dianalisis benar-benar sesuai dengan kebutuhan;
II. Membuat kategori-kategori data sesuai dengan jenis masalah yang akan dijawab dalam
penelitian;
III. Membuat kode terhadap pertanyaan yang diajukan untuk mempermudah proses pembuatan
tabulasi data;
IV. Membuat tabulasi data, yakni membuat tabel-tabel dan memasukan data ke dalam tabel-
tabel tersebut sesuai dengan variabel-variabel pertanyaan dan item-itemnya;
V. Pembahasan data (hasil penelitian) sesuai dengan pendekatan penelitian yang dilakukan,
kuantitatif atau kualitatif. Penelitian kuantitatif tentu pembahasan hasil penelitiannya dilakukan dengan
menggunakan tes-tes uji statistik, dan penelitian kualitatif pembahasan hasil penelitian dengan
menggunakan prosedur kerja analisis kualitatif.
VI. Penafsiran terhadap hasil pembahasan data penelitian, sehingga dapat diperoleh jawaban
terhadap masalah-masalah penelitian yang diajukan (Panduan Penyusunan Skripsi, 2013:85-86).
Pandangan Suharsimi Arikunto, (2010:279) penelitian yang menggunakan studi kasus aktivitas
analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut:
I. Klasifikasi Data
Data yang telah diperoleh melalui proses pengumpulan data kemudian diklasifikasikan kedalam
beberapa kategori, Klasifikasi data sangat diperlukan dalam memilah data sesuai dengan kategori
penelitian untuk kemudian memudahkan dalam pengintrepretasian data.
I. Interpretasi Data
Setelah data yang telah terkumpul diklasifikasikan dan diinterpretasikan, langkah selanjutnya
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Tahap ini dilakukan untuk mempermudah menguasai
data.
Sementara analisis data secara kualitatif menurut M.B. Milles & A.M. Huberman (1984:21-23)
memiliki langkah-langkah sebagai berikut : “a. Mereduksi data, b. Display data, c. Menyimpulkan
Gambar 6.2
Analisis Data Penelitian
Ketiga macam kegiatan analisis yang disebut di atas saling berhubungan dan berlangsung terus
menerus selama penelitian dilakukan. Jadi analisis adalah kegiatan yang kontinyu dari awal sampai
akhir penelitian.
Sementaran analisis kuantitatif adalah cara analisis data kuantitatif dilakukan dengan uji statistik,
sesuai dengan ukuran variabel penelitian yang digunakan (ukuran nominal, ordinal, interval, internal,
dan rasio).
Langkah ini merupakan langkah terakhir dari kegiatan penelitian. Dalam menarik kesimpulan dari
hasil analisis tidak boleh mendorong atau mengerahkan agar hipotesisnya terbukti. Adapun tekniknya an
alisis kuantitatif yaitu :
Cara analisis data kuantitatif dilakukan dengan uji statistik, sesuai dengan ukuran variabel
penelitian yang digunakan (ukuran nominal, ordinal, interval, internal, dan rasio). Dalam
menarik kesimpulan hasil analisis tidak boleh mendorong atau mengerahkan agar hipotesanya
terbukti. Di sini peneliti harus bersifat jujur dan konsisten dalam menganalisis data penelitian
dengan secara seobjektif. Adapun prosedur yang digunakan adalah :
- Jika salah satu dari kedua variabel berdistribusi tidak normal atau regresinya tidak linier, maka
koefisien korelasi dicari dengan rumus korealsi rank, Djamaludin dalam Masri Singarimbun dan
Sofyan Efendi (1981).
Untuk menentukan derajat korelasi, maka hasil korelasi akan dicocokkan dengan tingkat
korelasi sebagai berikut :
Uji signifikansi koefisien korelasi dengan menggunakan nilai t yang diperoleh dengan rumus
sebagai berikut :
Z=
Untuk menentukan besaran hubungan antara variabel, maka digunakan uji determinasi dengan
rumus sebagai berikut :
K=
E = 100 ( 1 – K )
Keterangan :
E = Indek prestasi ramalan
K = Derajat tidak adanya korelasi
1 = Bilangan konstan
R = Koefisien korelasi yang dicari
Adapun pedoman interpretasi koefisiensi determinasi sebagaimana pada tabel sebagai berikut :
Manusia senantiasa berusaha mencari kesempurnaan dan kebenaran, didorong oleh hasrat ingin
tahunya yang selalu ada dan tidak pernah padam. Namun, banyak masalah belum juga terpecahkan ; di
samping itu muncul masalah-masalah baru. Oleh karena itu, penelitian akan terus dilakukan guna
mengabdi umat manusia berhubung penelitian lahir dari masalah kehidupan manusia itu sendiri yang
memerlukan pemecahan.
Jadwal penelitian
kepustakaan
Usulan Penelitian
Tugas Lapangan
Mengumpulkan informasi sesuai dengan rencana :
H. Latihan-latihan
1. Apakah yang dimaksud dengan Latar Belakang Masalah, dan bagaimana tahapannya membuat Latar
Belakang Masalah ?
2. Apakah yang Saudara ketahui tentang Kerangka Berpikir sesuai dengan judul penelitian masing-
masing ?
3. Apakah yang dimaksud dengan hipotesis dalam pendekatan kuantitatif dan metode penelitian apa yan
g digunakan dalam penelitian Saudara ?
4. Bagaimana Saudara menentukan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Yamane, jika
diketahui populasi jumlahnya 4000 orang dengan presisi + 5 % dengan tingkat kepercayaan 95 % . Berapa
besar sampel yang diperlukan ?
5. Bagaimana perbedaan anatara analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif ?
BAB VII
Penyajian hasil penelitian dapat menggunakan tiga macam menurut Tajul Arifin (2005:1) yakni 1.
Penyajian verbal, 2. Matematis, dan 3. Penyajian visual. Adapun uraian lengkapnya yaitu :
1. Penyajian Verbal
Penyajian verbal adalah penyajian hasil penelitian dalam bentuk kata-kata. Penyajian
a. Tajam, artinya kata-kata yang dipakai secara tegas menyatakan yang dimaksud dalam konsep
sehingga tidak memberikan kemungkinan tafsiran yang berbeda-beda. Jadi harus menyatakan apa
adanya.
b. Objektif, artinya kata-kata yang dipakai terhindar dari pernyataan-pernyatan yang subjektif dari
penulis. Menerangkan apa adanya tentang objek penelitian ditunjang dengan informasi secukupnya.
c. Ringkas, artinya kalimatnya tidak berbelit-belit dan terlalu panjang. Tapi kalimat dan alinea dalam
penulisan hendaknya ringkas, tetapi padat.
d. Kata ganti orang seperti “aka”, “saya”, atau “kami” sebaiknya diganti dengan perkataan penulis.
2. Penyajian Matematis
Penyajian matematis adalah penyajian hasil penelitian dalam bentuk angka-angka atau
simbol-simbol bilangan matematis lainnya. Angka-angka ini dapat diperoleh dari pembilangan,
tabulasi, atau perhitungan-perhitungan statistika. Penyajian matematis sering menggunakan tabel-
tabel. Tabel adalah penampilan sistematis hasil pembilangan atau pekerjaan matematis lainnya dalam
bentuk kolom-kolom atau lajur-lajur yang disusun sesuai kebutuhan. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan tabel ialah :
a. Tidak usah memberikan uraian atau penjelasan panjang lebar tentang isi tabel karena tabel karena
tabel merupakan pemadatan sejumlah besar data sehingga memudahkan cara melihat keseluruhan
data. Jika tabel memerlukan komentar atau penjelasan, berikan sesingkat dan sejelas mungkin.
b. Hindarkan pemotongan suatu tabel dengan terpisah pada halaman yang berbeda.
c. Penukilan atau perujukan tabel hendaknya menggunakan nomor tabel, bukan menggunakan
halaman naskah tempat tabel tercantum.
d. Perkataan “tabel” beserta nomornya diketik di tengah halaman 3 spasi bawah kalimat yang
mendahuluinya, kemudian judur tabel diketik 2 spasi bawah judul/nomor tabel.
e. Keterangan atau catatan kaki ditulis 2 spasi di bawah garis harizontal terbawah tabel.
f. Garis horizontal teratas dan terbawah pada tabel sama dengan garis-garis vertikel dari garis
horizontal lainnya berupa garis tunggal.
g. Ukuran, keterangan, atau simbol matematis dapat disingkat, umpamanya: % untuk persen, No.
untuk nomor, tgl. Untuk tanggal, f untuk frekuensi, dan sebagainya.
3. Penyajian Visual
Penyajian visual adalah penyajian hasil penelitian dengan menampilkan grafik, peta, gambar,
dan sebagainya. Penyajian visual dimaksudkan sebagai kombinasi, pelengkap, atau konkretisasi sajian
matematis dan verbal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian visual sebagai berikut :
a. Sajian visual hendaknya ditempatkan di belakang uraian matematis yang relevan serta masih dalam
teks. Tidak seperti dalam tabel, nomor dan judul gambar dalam sajian visual hendaknya ditempatkan
di bawah sajian visualnya.
b. Sajian visual dapat menggunakan beberapa bentuk antara lain :
1) Grafik garis atau poligon. Pada grafik garis disajikan nilai kuantitatif variabel dengan garis
mendatar yang disebut sumbu X dan garis vertikal yang disebut sumbu Y. Poligonnya adalah garis yang
menghubungkan titik yang menyatakan kuantitas dalam hubungan dengan kedua sumbu.
2) Grafik frekuensi kumulatif atau ogive. Dalam grafik sumbu Y dipakai sebagai sumbu frekuensi
kumulatif yang sering dinyatakan dalam bentuk persentasi.
3) Grafik balok atau bar grap. Dalam grafik, kuantitas digambarkan dengan balok atau persegi empat
atau persegi panjang.
4) Grafik lingkaran atau pie chart. Sajian kuantitas atau proporsi antarbagian dari kerseluruhan
digambarkan dalam bentuk gambar lingkaran.
5) Piktogram. Sajian kuantitas besar disederhanakan menjadi kuantitas kecil dalam bentuk gambar
grafis tertentu, umpamanya untuk tiap seribu ekor gajah digambarkan dengan satu ekor gajah.
6) Bagan. Penggambaran unit-unit atau fungsi-fungsi suatu sistem atau badan, umpamanya dalam
bentuk susunan atau struktur suatu lembaga/organisasi.
Kemudian pengetikan nomor, tanda baca dan simbol menurut Dadang Kuswana,
(2011:272) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
I. Nomor-nomor halaman bagian muka laporan hasil penelitian (sebelum Bab I) ditulis dengan
angka Romawi kecil ditempatkan di kaki halaman persis di tengah-tengah, 1 cm tepi bawah;
II. Nomor-nomor halaman bagian utama laporan hasil penelitian ditulis dengan angka-angka
Arab diketik di sudut kanan atas halaman, 2 cm dari tepi atas dan kanan, kecuali
untuk halaman judul (Bab) diketik di kaki halaman persis di tengah-tengah, 1 cm dari tepi bawah;
III. Dalam laporan hasil penelitian tidak boleh terdapat kesalahan menempatkan tanda-tanda
baca: titik, koma, tanda penghubung, tanda kutip, tanda kurung, titik-titik, dan titi koma;
IV. Angka-angka di awal kalimat hendaknya diketik secara verbal. Misalnya: “8 anggota
Koperasi Pesantren Annur...” seharusnya diketik: “Delapan anggota Koperasi Pesantren Annur...”;
V. Simbol-simbol seperti; akar, sigma, alpa, dan sebagainya yang tidak terdapat pada mesin tik
bisa ditulis dengan pena yang menggunakan tinta berwarna hitam.
Pengutipan pada sumber bacaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengutipan langsung dan
tidak langsung diperlukan kecermatan penulis untuk memahami isi kutipan tersebut. Sehingga
pengutip dapat menggambarkan secara persis maksud yang sebenarnya dari bahan bacaan yang
dikutip (Cik Hasan Bisri, 1997:126). Menurut Tim Penyusun Fak. Dakwah dan Komunikasi (2007: 124)
bahwa kutipan adalah :
I. Kutipan langsung dapat digunakan apabila sangat diperlukan, seperti kutipan ayat al-Quran,
definisi, dan perbandingan arti bahasa. Dalam melakukan kutipan langsung, penulis tidak boleh
melakukan perubahan apapun baik diri susunan kalimat, ejaan, dan tanda-tanda baca yang digunakan
dari apa yang dikutip, misalnya, penulis tidak boleh menghilangkan sakal ayat al-Quran yang
dikutipnya, tidak boleh menambah sakal pada hadis yang dikutip apabila dalam rujukan yang
dikutipnya tidak terdapat sakal.
Kutipan langsung terdiri atas kutipan yang kurang dari lima baris dan yang lebih dari lima baris.
Kutipan kurang dari lima baris, tidak ditulis secara terpisah dalam satu paragraf tersendiri, tetapi
menjadi satu rangkaian dalam kata-kata dari suatu kalimat. Cara penulisannya diberi dua tanda petik
(“__”) pada awal dan akhir kutipan dan diketik dua spasi. Awal kutipan diketik pada ketukan keenam,
sedangkan baris berikutnya dimulai pada ketukan pertama. Kutipan diberi petunjuk dalam kurung
ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman pada tempat terdapat
kutipan tersebut.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam penulisan rujukan sumber yang dikutip.
Pertama, ditulis nama penulis, tahun terbitan, dan nomor halaman yang dikutip, diletakkan di
dalam kurung, contoh :
Hambatan menulis bagi para penulis pemula lebih merupakan dugaan, khayalan atau mitos semata
(Aep Kusnawan, 2004:29).
Kedua, ditulis nama penulis dan diletakan di luar kurung, sedangkan tahun penerbitan dan nomor
halaman diletakan di dalam kurung, contoh : Aep Kusnawan (2004:29) menyatakan bahwa
“hambatan menulis bagi para penulis pemula lebih merupakan dugaan, hayalan atau mitos semata.”
Ketiga, sumber rujukan ditulis pada catatan kaki, yaitu tiga spasi di bawah naskah dengan menyebut
nama penulis, judul buku atau artikel, nama penerbit, tempat penerbitan, tahun penerbitan, dan
halaman tulisan yang dikutip, contoh : Hambatan menulis bagi para penulis pemula lebih merupakan
dugaan, hayalan atau mitos semata. Memang mitos itu muncul bukan tanpa alasan. Alasan yang
paling umum biasanya guna menutupi kemalasan mereka untuk berlatih. Sehingga dengan alasan
mitos itu, maka mereka
mendapatkan legitimasi atas keengganannya untuk berlatih menulis. 1
Tiga spasi
1 Aep Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan, Bandung: Mujahid Press, 2004, h. 29.
I. Kutipan tidak langsung, penulis skripsi memiliki keleluasaan dalam merumuskan kutipan itu.
Baik gaya bahasa maupun pandangannya. Oleh karena itu, perubahan ungkapan dari teks aslinya
merupakan sesuatu yang wajar dilakukan. Cara penulisan kutipan tidak langsung ialah: Kutipan
diintegrasikan langsung dengan teks; jarak antara baris dengan baris dua spasi (normal); kutipan tidak
diapit dengan tanda petik (“---“), kutipan diberi petunjuk dalam kurung ditempatkan nama singkat
pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman pada tempat terdapat kutipan tersebut; untuk kutipan
pada catatan kaki dilakukan bila kutipan tersebut panjang.
2. Catatan Kaki
Model Turaiban menggunakan catatan kaki (footnote) untuk menunjukkan referensi yang dikutip
(Irawan Soehartono, 2000:98). Catatan kaki merupakan keterangan yang dipandang tidak layak
dimasukan di dalam naskah. Ia berisi keterangan tentang rujukan yang digunakan dan catatan
tambahan yang sangat penting. Catatan tambahan itu dapat berupa komentar penulis yang
berhubungan dengan isi naskah atau keterangan tambahan yang berhubungan dengan isi naskah.
Antara isi naskah dengan isi catatan kaki dibatasi oleh garis pemisah, yang terletak tiga spasi di bawah
isi naskah terakhir. Jarak antara garis pemisah dengan isi catatan kaki adalah satu spasi. Sedangkan
akhir isi catatan kaki diletakan pada garis naskah terakhir, yaitu tiga sentimeter dari tepi bawah kertas.
Garis pemisah antara naskah dengan catatan kaki, diketik 13 atau 15 ketukan. Isi catatan kaki ditulis
satu baris di bawah garis pemisah. Jarak pengertian isi catatan kaki adalah satu spasi dan dimulai
pada ketukan keenam. Sedangkan nomor catatan kaki ditulis secara berurutan, masing-masing dimulai
pada ketukan keenam. Penomoran urutan catatan kaki dan penulisan isinya dalam skripsi sebaiknya
ditulis pada halaman yang sama dengan isi naskah, kecuali apabila terpaksa dilanjutkan pada halaman
berikutnya. Hal itu dapat terjadi apabila isi catatan kaki itu sangat padat dan banyak.
Pada catatan kaki (footnote) juga menggunakan istilah-istilah ibid, op cit, dan loc cit, (Irawan
Soehartono, 2000:98). Ibid, berasal dari bahasa Latin ibidem (sama dengan di atas atau pada tempat
yang sama). Pada umumnya ibid, ditulis dengan huruf miring atau diberi garis bawah. Singkatan ibid,
digunakan apabila sumber kutipan pertama diikuti dengan kutipan berikutnya yang sumbernya sama
tanpa diselingi dengan sumber kutipan lain. Bila nomor halaman yang dikutip sama dengan di atasnya,
kata ibid, tidak perlu diikuti nomor halaman. Tapi bila nomor halaman yang dikutip berbeda, nomor
halaman harus disebutkan (Djarwanto PS., 1984:111).
Op. cit., berasal dari bahasa Latin opera citato, artinya dalam karya yang telah dikutip (dikutip terlebih
dahulu). Singkatan op.cip. digunakan bila suatu kutipan berasal dari sumber yang pernah dikutip
tetapi telah diselingi dengan pengutipan dari sumber lain. Penulisannya dimiringkan atau diberi garis
bawah. Kata op.cit. ditulis setelah nama pengarang, dan setelah kata op.cit. ditulis nomor
halamannya (Djarwanto PS., 1984:111).
Loc. cit., berasal dari bahasa Latin loco citato, artinya tempat yang pernah dikutip. Singkatan loc. cit.
digunakan seperti pada op. cit, tetapi menunjukkan pada tempat atau halaman yang sama dengan
sumber yang pernah dikutip.
Sebelum kata op. cit. nama pengarang harus disebutkan terlebih dahulu, dan nomor halaman tidak
perlu dicantumkan (Djarwanto PS., 1984:111). Baik pada op. cit., maupun loc. cit., bila kebetulan
seseorang telah menulis lebih dari satu buku dan semuanya digunakan sebagai sumber kutipan, maka
di samping nama pengarang harus disebutkan pula judul karangannya, baru kemudian ditulis op. cit.
atau loc. cit. berikut ini akan diberikan contoh dalam membuat footnote.
3 spasi
(13-15 Ketukan)
1. Syukriadi Sambas, Filsafat Dakwah (Bandung: KP-HADID Fakultas Dakwah 1999), h. 25.
2. Ibid.
3. Ibid., h. 27.
4. Nanih Machendrawaty, Identitas dan Eksperimentasi Management Dakwah (Bandung:KP-
HADID Fakultas Dakwah, 1999),h. 95.
5. Sambas, op. cit., h. 29.
6. Syukriadi Sambas, Konstruksi Keilmuan DakwahIslam Perspektif Filsafat Ilmu (Bandung:KP-
HADID Fakultas Dakwah, 1995), h.35.
7. Sambas, Filsafat Dakwah, loc. cit.
8. Sambas, Kontruksi Keilmuan Dakwah Islam Perspektif Filsafat Ilmu, loc. cit.
3. Rujukan dan Daftar Pustaka
A. Rujukan
Model APA (American Psychological Association) menunjukan referensi oleh nama penulis tahun
1. Ditulis nama pen ulis, tahun penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip diletakan di
dalam kurung.
2. Ditulis nama penulis dan diletakan di luar kurung. Sedangkan tahun penerbitan dan nomor
halaman diletakan di dalam dua tanda kurung.
3. Ditulis dalam catatan kaki, tiga spasi di bawah naskah dengan menyebutkan nama penulis,
judul buku, nama penerbit, tempat penerbitan, tahun penerbitan, dan halaman tulisan yang dikutip.
Jika kutipan merupakan kutipan langsung, artinya kata demi kata diambil dari sumbernya,
ditunjukkan juga nomor halaman sumbernya. Jika nama penulis sudah termasuk dalam uraian, maka
untuk menunjukkan referensi dicantumkan tahun penerbitan dalam tanda kurung langsung setelah
nama penulis tersebut. Jika nama penulis tidak termasuk dalam uraian, maka referensi ditunjukkan
oleh nama penulis dan tahun penerbitan dalam tanda kurung yang dibatasi oleh koma. Pada akhir
kutipan langsung, dicantumkan nomor halaman dalam tanda kurung. Jika nama penulis tidak
disebutkan dalam uraian, pada akhir kutipan langsung, referensinya ditunjukkan dengan menyebut
nama, tahun terbitan, dan nomor halaman yang semuanya ditulis dalam tanda kurung (Dewi Sadiah,
2014:98).
b. Daftar pustaka atau daftar bacaan memuat keterangan tentang bacaan yang dijadikan rujukan
dalam proses penulisan skripsi, ia dapat berupa buku, majalah, jurnal, artikel, kumpulan karangan,
hasil (laporan) penelitian, dan lain-lain. Penyusunan daftar pustaka dapat dilakukan dengan beberapa
cara. Cara pertama, dengan susunan: Nama penulis, tahun penerbitan, judul tulisan, volume atau jilid
(apabila ada), nama penerbit, dan tempat penerbitan. Cara kedua, dengan susunan: nama penulis,
tahun penerbitan, judul tulisan, volume atau jilid (apabila ada), tempat penerbitan dan nama
penerbit. Cara ketiga, dengan susunan : Nama penulis, judul
tulisan, volume atau jilid (apabila ada), tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahun penerbitan (Cik
Hasan Bisri, 1997:95-101).
Contoh pertama :
Asep Saepul Muhtadi
2014 Metode Penelitian Dakwah: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Rosdakarya: Bandung.
Contoh kedua :
Asep Saepul Muhtadi. 2014. Metode Penelitian Dakwah. Bandung: Rosdakarya.
Contoh ketiga :
Asep Saepul Muhtadi. Metode Penelitian Dakwah. Bandung: Rosdakarya. 2014.
I. Pengetikan Skripsi
1. Jenis dan Ukuran Kertas
I. Kertas yang digunakan untuk mengetik skripsi adalah kertas HVS 70 gram atau 80 gram
berukuran 28 x 21,5 cm (kwarto) dengan warna putih.
II. Kertas yang digunakan untuk sampul luar setelah laporan penelitian lulus dalam sidang
munaqasah adalah jenis kertas karton buffalo atau linen dengan bahan hard cover berwarna coklat
muda.
III. Kertas yang digunakan antara bab yang satu dengan bab yang lain diberi pembatas dengan
jenis kertas dorslah (doorslag) dengan warna coklat muda sesuai dengan warna sampul (kulit luar).
a. Teknik Pengetikan dan Jenis Huruf
A. Pengetikan Naskah
a. Pengetikan naskah skripsi dengan menggunakan komputer adalah :
A. Pinggir atas : 4 cm dari tepi kertas
B. Pinggir kiri : 4 cm dari tepi kertas
C. Pinggir bawah : 3 cm dari tepi kertas
D. Pinggir kanan : 3 cm dari tepi kertas
b. Pengetikan hanya dilakukan pada satu muka kertas atau tidak boleh bolak balik.
c. Jenis huruf yang digunakan adalah Times New Roman atau huruf yang setara.
d. Ukuran huruf yang digunakan adalah :
A. Untuk isi naskah menggunakan ukuran font 12;
B. Untuk judul menggunakan ukuran font 16;
C. Untuk nama penulis menggunakan ukuran font 14;
D. Untuk nama lembaga menggunakan ukuran font 16.
e. Spasi dalam pengetikan naskah adalah :
A. Jarak antara baris yang satu dengan baris berikutnya adalah 2 (dua spasi);
B. Jarak antara petunjuk bab (misalnya, BAB 1) dengan tajuk bab (misalnya,
PENDAHULUAN) adalah 2 (dua) spasi;
C. Jarak antara tajuk bab (judul bab) dengan teks pertama yang ditulis atau antara tajuk
bab dengan tajuk anak bab adalah 4 (empat) spasi;
D. Jarak antara tajuk anak bab dengan baris pertama teks adalah dua spasi dan paragraf
teks diketik menjorok ke dalam 1.27 cm;
E. Jarak antara baris akhir teks dengan tajuk anak bab berikutnya adalah empat spasi.
F. Jarak antara teks dengan tabel, gambar, grafik, diagram adalah 3 spasi;
G. Paragraf baru diketik menjorok ke dalam 1.27 cm dari margin kiri teks, dan jarak
antara alinea satu dengan paragraf yang lain 2 (dua) spasi;
H. Penulisan petubjuk bab dan tajuk bab ditempatkan pada tengah dan halaman baru.
f. Jumlah halaman dalam penulisan laporan penelitian (skripsi) minimal berjumlah 60
halaman, terhitung mulai Bab I (Pendahuluan).
g. Lampiran ditempatkan pada bagian akhir penulisan laporan.
B. Pengetikan Abstrak
a. Jarak spasi dalam pengetikan abstrak adalah satu spasi;
b. Jarak antara judul abstrak dengan teks pertama abstrak adalah 4 (empat) spasi;
c. Jarak antara paragraf satu dengan yang lain adalah satu spasi;
d. Paragraf baru diketik menon jol 1.27 dari margin kiri teks.
e. Panjang abstrak maksimal satu halaman;
f. Penulisan abstrak sekurang-kurangnya berisi hal-hal sebagai berikut :
A. Latar belakang penelitian (masalah) yang diteliti sebanyak-banyaknya satu paragraf;
B. Tujuan penelitian ditulis sebanyak-banyaknya satu paragraf;
C. Kerangka pemikiran sebanyak-banayknya satu paragraf;
D. Metode, pendekatan, dan teknik pengumpulan data sebanyak-banyaknya satu
paragraf;
E. Hasil penelitian sebanyak-banyaknya satu paragraf;
F. Kesimpulan penelitian sebanyak-banyaknya satu paragraf.
c. Sistem Penomoran
Ada dua cara dalam pemberian tanda penomoran pada daftar isi dan pembahasan sebagai berikut :
Pertama, alphameric (campuran) yaitu penomoran dengan menggunakan angka romawi, angka
Arab, huruf besar dan huruf kecil, seperti :
BAB I
I. Sub Bab
a. Sub-sub bab
A. .................
i. ..................
1. .................
1. ................
a. ................
2. Sub-sub bab
I. ..................
a. ................
A. ................
i. ..............
1. ................
BAB I
1. Sub bab
a. Sub-sub bab
i. ...............
1. ..................
1. Sub bab
a. Sub-sub bab
i. ............
1.2.1.1.1 .............
Menurut Djarwanto PS. (1984:88) sistem penomoran pada halaman-halaman skripsi terdapat
beberapa cara yang dapat digunakan antara lain sebagai berikut :
I. Nomor halaman diletakkan di pusat halaman, bagian atas atau bagian bawah.
II. Nomor halaman diletakkan di tepi, biasanya sebelah kanan atas.
III. Mengkombinasikan penempatan nomor halaman di tepi dan di tengah. Di tepi untuk
halaman-halaman biasa dan di tengah untuk halaman judul bab baru.
Namun, untuk keseragaman penulisan nomor halaman pada skripsi, dapat diikuti cara-cara seperti
berikut :
I. Untuk bagian awal (preliminary section) nomor halaman diletakkan di tengah halaman bagian
bawah. Nomor halaman ini diketik dua spasi dari batas ruang ketikan bagian bawah. Nomor halaman
pada halaman judul skripsi tidak dicantumkan tetapi diperhitungkan. Angka yang digunakan pada
bagian ini adalah angka Romawi kecil, seperti: i, ii, iii, iv, v, vi, vii, dan seterusnya.
II. Untuk bagian tengah (contents) dan bagian akhir (reference section) nomor halaman
ditempatkan di tepi sebelah kanan atas, dua spasi di atas baris pertama, lurus dengan tepi kanan
naskah. Angka yang digunakan adalah angka Arab, seperti : 1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya. BAB
PENDAHULUAN yang ditempatkan pada halaman pertama naskah utama skripsi tidak dibubuhi nomor
1 (angka Arab). Baru pada halaman berikutnya diberi nomor 2 dan seterusnya, sampai akhir halaman
LAMPIRAN. Setiap halaman judul bab baru (selain BAB PENDAHULUAN), nomor halaman ditempatkan
di tengah halaman bagian bawah.
III. Nomor-nomor halaman pada bagian muka, bagian tengah, dan bagian akhir skripsi
hendaknya dibiarkan berdiri sendiri, tidak dibubuhi tanda-tanda lainnya, seperti: -i-, -ii-, -iii-, -iv-, v; (i),
(ii), (iii), (iv), (v); -1-, -2-, -3-, -4-, -5-; (1), (2), (3), (4), (5), dan lain-lain (Djarwanto PS., 1984:89; Cik
Hasan Bisri, 1997:144).
IV. Latihan-latihan
1. Bagaimana penyajian hasil penelitian menurut Tajul Arifin dalam menyusun skripsi jelaskan
?
2. Berikan contoh masing-masing tentang Kutipan, Rujukan dan Daftar Pustaka ?
3. Apa yang Saudara ketahui tentang pemahaman abstrak ?
4. Apa yang dimaksud dengan alphameric dan system decimal jelaskan dan berikan contohnya
?
5. Apakah yang Saudara ketahui tentang ibid, loc cit, dan op cit jelaskan dan berikan contohnya
?
BAB VIII
CONTOH PROPOSAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SGD
BANDUNG
Ghazali.
Syamsul Ma’arif.
Judul Penelitiannya :
PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KETENANGAN JIWA WARGA
BINAAN LAPAS KELAS I SUKAMISKIN
PROPOSAL PENELITIAN
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang Allah ciptakan dibandingkan dengan lainnya,
karena manusia memiliki pikiran dan perasaan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Allah
menurunkan agama Islam sebagai penuntun jalan bagi manusia agar mereka tidak mudah tersesat.
Agama merupakan tolak ukur bagi seseorang untuk melakukan suatu perbuatan, karena di dalam
agama terkandung aturan yang Allah berikan dalam menjalani hidup. Aturan tersebut
bukan sebatas hubungan manusia dengan Allah, akan tetapi aturan hubungan antara manusia dan
Gejala-gejala tidak tenang jiwa seseorang adalah mudah cemas, takut, emosi yang meluap-luap
dan tidak terkendali, sehingga ia tidak dapat bersahabat dengan diri sendiri ataupun dengan orang
lain. Seseorang membutuhkan pembimbing dalam proses pengenalan diri dan agama. Dibutuhkan
berbagai proses untuk mengenal agama Islam, yakni dengan bantuan pembimbing yang memberikan
pemahaman yang dapat diterima oleh orang tersebut sehingga dijadikan acuan dalam hidup. Maka,
seseorang yang memiliki jiwa tenang terhindar dari gejala gangguan-gangguan jiwa. Menurut Wiryo
Setiana (2012) bahwa manusia yang mempunyai kelainan jasmani dan mental, biasanya mereka
memiliki perilaku abnormal seperti sosiapatik (tidak dapat menyesuaikan diri), penyimpangan sosial
yang dapat melakukan hal-hal kriminal atau melanggar aturan dan norma. Seseorang yang melanggar
aturan dan norma seperti di Indonesia dapat dikenakan hukuman dan sanksi sesuai undang-undang
yang telah ditetapkan. Seseorang yang telah terbukti bersalah seperti judi, mencuri, membunuh,
korupsi, dan tindakan kriminal lainnya akan mendapatkan hukuman dipenjara dan orang tersebut
Bimbingan agama Islam merupakan salah satu bimbingan yang tepat untuk seseorang yang
kurang mendapatkan ketenangan jiwa. Melalui bimbingan agama, seseorang akan mendapatkan
Lapas kelas I Sukamiskin merupakan tempat bagi warga binaan yang telah terbukti melakukan tindak
pidana korupsi dan tindak kriminal lainnya untuk dewasa muda. Pada tanggal 22 Juni 2010 telah
dilakukan penandatanganan Prasasti oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Barat, Lapas Kelas I Sukamiskin mempunyai tugas
melakukan pembinaan guna meningkatkan kualitas narapidana, meliputi kualitas ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa; kualitas intelektual, kualitas sikap dan perilaku; kualitas profesionalisme; dan
kualitas kesehatan jasmani dan rohani serta kualitas keamanan dalam pelayanan.
Misi Lapas Kelas I Sukamiskin melaksanakan pembinaan sekaligus mempersiapkan warga binaan
agar siap kembali ke masyarakat dan menjadi manusia yang berperan aktif dalam pembangunan
Terdapat dua kategori yang menjadi warga binaan di Lapas yaitu, orang yang sengaja melakukan
tindakan kriminal, sehingga dia menjadi warga binaan Lapas dan orang yang tidak sengaja melakukan
hal yang dianggap kriminal sehingga menyebabkan dia menjadi warga binaan di Lapas.
Lapas Kelas I Sukamiskin mengadakan program bimbingan agama Islam untuk warga binaan yang
beragama Islam. Awalnya program mini wajib diikuti setiap warga binaan yang beragama Islam, akan
tetapi saat ini program tersebut hanya diwajibkan tiga bulan pertama masuk menjadi warga binaan. Ag
ar mengetahui proses yang terjadi serta mengetahui metode dan materi yang diberikan dan hasil dari
Meningkatkan Ketenangan Jiwa Warga Binaan Lapas Kelas I Sukamiskin Bandung”, (Studi Deskriptif di
I. Rumusan Masalah
I. Tujuan Penelitian
3. Untuk mengetahui hasil dari kegiatan bimbingan dengan sebelum mengikuti kegiatan bimbingan
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoretis
Manfaat teoretis dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi keilmuan tentang bimbingan agama
islam mengenai proses, metode, dan materi yang diberikan kepada warga binaan di Lapas serta dapat
menjadi salah satu karya ilmiah yang dapat menambah koleksi kepustakaan Islam dan bermanfaat
2. Kegunaan Pratis
Penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat dalam pelaksanaan bimbingan agama islam bagi
peneliti mengenai proses, materi, dan metode di Lapas Kelas 1 Sukamiskin yang menghasilkan baik
pada pemahaman dan kesadaran warga binaan. Dapat bermanfaat pula bagi Lapas Kelas 1 Sukamiskin
sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan bimbingan agama Islam khususnya pada pembina
pesantren Lapas dalam melaksanakan kegiatan bimbingan agama Islam guna meningkatkan
kesadaran diri dalam beragama Islam terhadap warga binaan Lapas Kelas 1 Sukamiskin.
I. Tinjauan Pustaka
Skripsi Badriyatul ‘Ulya dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul “Bimbingan Agama Islam
Bagi Narapidana Anak di LPA Blitar” pada tahun 2010. Skripsi ini, menjelaskan bahwa bimbingan
agama Islam adalah bentuk tindakan, usaha pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok
orang dalam membuat pilihan secara bijaksana, serta mengarahkan kembali sikap, pandangan dan
tata cara kehidupan seseorang yang karena suatu hal, menyebabkan dia melakukan perbuatan-
perbuatan yang bertentangan dengan norma masyarakat yang menyebabkan dia masuk lembaga
permasyarakatan agar dapat kembali menjalani tata cara kehidupan secara wajar dan mampu
menghadapi terhadap tuntutan-tuntutan hidupnya yang dimana bantuan itu bersifat psikologis serta
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan bimbingan agama Islam bagi Narapidana anak di
LPA Blitar menggunakan beberapa metode diantaranya: Metode Bimbingan Kelompok meliputi;
metode praktik, metode menghafal/pemberian tugas. Sedangkan materi yang digunakan dalam
pada tahun 2009. Skripsi ini menjelaskan bahwa bentuk pembinaan yang dilakukan di Lembaga
pembinaan keagamaan tersebut, diharapkan para narapidana sadar akan perbuatannya dan bertaubat
sehingga kembali pada jalan yang benar serta tegar dalam menjalani kehidupan.
Salah satu Lembaga Pemasyarakatan berperan membina narapidana di wilayah Jawa Tengah yaitu;
Ngaliyan Kota Semarang. Sebagai kota yang sedang berkembang dan merupakan ibu kota Jawa
Tengah, Semarang tercatat sebagai kota yang memiliki tingkat kriminalitas yang cukup tinggi. Oleh
sebab itu, Lembaga Pemasyarakatan ikut turut andil dalam memberikan pembinaan bagi narapidana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Pembinaan bagi narapidana yang diberikan di Lapas Kelas 1
Madrasah Diniyah sebagai sarana pembelajaran dan penanaman nilai-nilai agama. Meskipun
narapidana merupakan para pelanggar hukum, karena mereka tetap mendapat hak untuk
I. Kerangka Berpikir
Berawal dari pemikiran bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun
dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri,
dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan
norma-norma yang berkalu, (Prayitono, 2004:99). Pelaksanaan bimbingan agama Islam di Lapas
merupakan serangkaian kegiatan yang mengarahkan secara sistematis dengan tujuan membantu
warga binaan untuk meningkatkan kesadaran warga binaan dalam beragama agar menjadikan
ketenangan jiwa bagi warga binaan. Seperti yang terkandung dalam Q.S. Ar-Rad:11 yang artinya :
Bagi manusia ada manusia ada malaikai-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka
dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada perlindungan bagi
Maksud ayat di atas, menjelaskan bahwa Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
kecuali dia mengubah keadaan hidupnya oleh usahanya sendiri. Misalnya seseorang menjadi warga
binaan karena sebelumnya ia tidak sadar akan keharusannya berpegang teguh pada agama sehingga
ia melakukan tindakan kriminal. Pada keadaan itu Allah tidak akan mengampuni dosanya dan
merubah kesadaran dirinya terhadap beragama kecuali dirinya sendiri mau bertaubat dan sadar akan
Seseorang yang membutuhkan bimbingan agama Islam adalah orang yang selalu mengeluh,
merasa tidak cocok dengan orang lain, tidak bersemangat dalam memikul tanggung jawab, hidupnya
dipenuhi dengan kegelisahan, cemas dan mudah diserang oleh penyakit-penyakit yang jarang diobati.
Di samping itu pula orang yang dalam hidupnya suka mengganggu, melanggar hak dan ketenangan
ketenangan dalam semuanya kebahagiaan dalam hidup. Semua orang akan berusaha mencarinya,
meskipun tidak semuanya dapat mencapai yang diingininya itu. Bermacam sebab dan rintangan yang
mungkin terjadi, sehingga banyak orang yang mengalami kegelisahan, kecemasan, dan ketidakpuasan.
Sesungguhnya ketenangan hidup ketentraman jiwa atau kebahagian batin, tidak banyak tergantung
kepada faktor-faktor luar seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan, dan sebagainya,
akan tetapi lebih tergantung kepada cara dan sikap menghadapi faktor-faktor tersebut (Zakiah
Daradjat, 1983:15).
Jadi yang menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah kesehatan mental. Kesehatan
mental itulah yang menentukan tanggapan seseorang terhadap suatu persoalan dan kemampuannya
menyesuaikan diri. Kesehatan mental pulalah yang menentukan apakah orang akan mempunyai
kegairahan untuk hidup atau akan pasif dan tidak bersemangat (Zakiah Daradjat, 1983:15).
Proses membantu warga binaan untuk meningkatkan ketenangan jiwa dalam diri warga binaan
yang dilakukan oleh Lapas Kelas 1 Sukamiskin merupakan bagian dakwah Islam. Dakwah adalah
segala aktivitas dan kigiatan mengajak orang untuk berubah dari suatu situasi yang mengandung nilai
yang Islami. Aktivitas dan kegiatan tersebut dilakukan sebagai wujud perilaku keislaman muslim yang
melibatkan unsur da’i pesan, media, metode, mad’u, dan respons. Tujuannya tidak terlepas dari upaya
untuk merubah pemahaman, sikapdan perilaku mad’u ke arah yang sesuai dengan pesan dakwah
Ada beberapa metode yang Al-Quran sampaikan kepada kita dalam pelaksanaan mengajak pada
kebaikan yaitu; Q.S. An-Nahl:125 yang artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
Program bimbingan agama Islam di Lapas Kelas 1 Sukamiskin dilakukan oleh pembimbing
dengan sarana dan prasarana yang memadai dan didukung dengan praktisi pembimbing yang ahli
diharapkan dapat menghasilkan warga binaan yang mampu mengenal diri dan sadar akan fitrahnya
sebagai makhluk Tuhan yang beragama sehingga warga binaan mendapatkan ketenangan jiwa dalam
hidup.
Islam diharapkan dapat menjadi sebuah prinsip warga binaan dalam beragama untuk memberikan
pemahaman warga binaan mengenai prinsip dalam beragama. Pertama, yang bersifat doktrin, yaitu
prinsip yang berupa yang harus diajarkan dan diterima apa adanya. Dasar penerimaannya ialah
keyakinan bahwa itu benar karena datang dari yang Mahabenar. Kedua, prinsip-prinsip yang bukan
doktrin. Ia merupakan butiran-butiran ajaran agama Islam yang khilafiahnya adalah ajaran Islam yang
ditunjuk oleh dalil ghayr muhkam atau yang disebut juga dalil-dalil mutasyabihat. Ajaran-ajaran yang
berasal dari dali-dalil yang ghayr muhkam berupa prinsip-prinsip yang diperdebatkan oleh para ulama.
Pemahaman mengenai ajaran Islam yang didapat oleh warga binaan diharapkan dapat menjadi
bahan pemikiran agar warga binaan dapat menyelesaikan masalah dan melaksanakan ibadah dengan
suasana ati yang tenang dan ikhlas. Menurut Abu Ahmadi (2009:83) memberikan pemahaman
merupakan gejala kognisi. Gejala kognisi adalah memberikan hal yang dapat ditanggapi sehingga
diingat dan dipikirkan oleh seseorang. Berpikir adalah aktivitas psikis yang intensional dan terjadi
apabila seseorang menjumpai masalah yang harus dipecahkan. Dengan demikian, dalam berpikir itu
seseorang
menghubungkan pengertian satu dengan pengertian lainnya dalam rangka mendapatkan pemecahan
Selanjutnya setelah pemahaman tersebut menjadi bahan pemikiran maka, diharapkan akan
mempengaruhi pada gejala perasaan (afektif). Gejala perasaan kita menurut Abu Ahmadi, 2009:102 ter
gantung pada :
I. Keadaan jasmani; misalnya; badan kita dalam keadaan sakit, perasaan kita lebih mudah
tersinggung daripada kalau badan kita dalam keadaan sehat dan segar.
II. Pembawaan; ada orang yang mempunyai pembawaan berperasaan halus, sebaiknya ada
III. Perasaan seseorang berkembang sejak ia mengalami sesuatu. Karena itu, mudah
dimengerti bahwa keadaan yang pernah mempengaruhinya dapat memberikan corak dalam
perkembangan perasaannya.
Klasifikasi perasaan Ketuhanan menurut Konhnstamm (Abu Ahmadi, 2009:103) bahwa perasaan ini
berkaitan dengan kekuasaan Tuhan. Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Tuhan adalah
dianugerahkannya kemampuan mengenal Tuhan. Perasaan ini digolongkan pada peristiwa psikis yang
paling mulia dan luhur. Oleh karena itu, pemilihan pola hidup religius adalah keputusan pribadi paling
asasi dan memberikan kekuatan dalam menghadapi segala badai topan kehidupan.
Gambar 1.1
Skema Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam dalam Meningkatkan Ketenangan Jiwa Warga Binaan
Feed Back
Adapun penjelasan skema di atas, adalah bimbingan agama islam di Lapas Kelas 1 Sukamiskin
merupakan kebijakan pemerintah untuk warga binaan di Lapas binaan. Input dari bimbingan agama
agama yang memiliki latar belakang berbeda. Pada program bimbingan agama Islam dilakukan dengan
pelaksanaan dan lain-lain. Enviromental input dari bimbingan agama di Lapas merupakan dukungan
dari keluarga, pembimbing, kawan, dan lingkungan Lapas, sehingga dapat menjadi feed back yang baik
I. Langkah-langkah Penelitian
1. Menentukan Lokasi
Lokasi penelitian ini, di Lapas Kelas 1 Sukamiskin di Jalan A.H. Nasution No. 114 Bandung.
IV. Praktisi pembimbing agama Islam yang ahli seperti dari kemenag UIN Sunan Gunung Djati
Bandung, Unisba, guru pembantu dan relawan dari warga sekitar Sukamiskin.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu rumusan
masalah yang memadu penelitian untuk mengeksplorasi atau memotret situasi sosial yang akan
diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam. Sugiono (2007: 209). Penelitian ini, berkaitan dengan
fakta-fakta yang ditemukan dalam pelaksanaan bimbingan agama Islam dalam meningkatkan
3. Jenis Data
Jenis data merupakan jawaban terhadap pertanyaan penelitian yang diajukan maka, jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
I. Program bimbingan agama Islam di Lapas 1 Sukamiskin;
III. Hasil dari bimbingan agama Islam kepada warga binaan di Lapas Kelas 1 Sukamiskin.
4. Sumber Data
I. Sumber data primer yaitu ketua rohani, 1 pembimbing, dan 3 warga binaan sebagai contoh
kasusnya;
II. Sumber sekunder didapatkan dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi di Lapas Kelas 1
I. Observasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja, serius dan sistematis yang
mempunyai ciri spesifik terhadap fenomena sosial dan gejala alam dengan cara pengamatan dan
pencatatan bila dibandingkan dengan teknik wawancara dan kuesioner yang selalu berkomunikasi
dengan orang.
II. Wawancara adalah tanya jawab peneliti dengan responden. Hal ini, dilakukan untuk
mendapatkan jawaban-jawaban sesuai dengan kebutuhan peneliti. Wawancara ini dilakukan kepada
petugas Lapas, pembimbing agama di Lapas dan warga binaan di Lapas Kelas 1 Sukamiskin.
III. Dokumentasi teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang
6. Analisis Data
Data yang terkumpul selanjutnya secara keseluruhan dianalisis sesuai dengan kelompok data, untuk
menganalisis data-data hasil penelitian digunakan pendekatan kualitatif. Data-data yang diperoleh
II. Mengklasifikasikan data-data yang sudah terkumpul sesuai dengan jenis data masing-
masing.
III. Setelah data diklasifikasikan menurut jenisnya dan dihubungkan antara data yang satu
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, credibility (validitas interbal), transferability
meningkatkan ketekunan untuk melakukan triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus
1. Studi Komparasi antara Strategi Dakwah NU dan Muhammadiyah di Indonesia pada Masa
7. Analisis Pesan Dakwah Rubrik “Mutiara Ramadhan pada HUT Pikiran Rakyat.
Judul Penelitiannya :
METODE DAKWAH DRS. K.H. MUHAMMAD FAUZAN JAERNURI, M.A,g. PADA PENGAJIAN KITAB KU
PROPOSAL PENELITIAN
Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim di Dunia. Kewajiban ini erat kaitannya dalam upaya
penyadaran dan pembinaan pemahaman, keyakinan dan pengamalan ajaran Islam. Sehingga bisa
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan berdampak positif bagi kehidupan manusia yang
sebelumnya mampunyai sifat negatif. Dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 125 Allah berfirman:
ْنَع َّلَض ْنَمِب ُمَلْعَأ َوُه َكَّبَر َّنِإ ُنَسْحَأ َيِه ْيِتَّلاِب ْمُهْلِداَجَو ِةَنَسَحْلا ِةَظِعْوَمْلاَو ِةَمْكِحْلاِب َكِّبَر ِلْيِبَس ىَلِإ ُعْدُا
Artinya:
Serulah manusia kepada jalan Tuhan-Mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
merekan dengan cara yang baik pula. Sesungguhnya Tuhan-mu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari Jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.
Maksud hikmah dalam ayat di atas ialah perkataan tegas dan benar yang dapat membedakan antara
yang hak dengan yang batil. Karena berdakwah merupakan kewajiaban setiap umat Islam. Namun,
yang paling penting dalam berdakwah ialah proses yang harus dilalui oleh setiap da’i agar bisa
Dakwah merupakan bagian dari tugas suci (ibadah) umat Islam. Apapun bentuknya dan konteksnya
akan dibutuhkan oleh umat dalam rangka manumbuhkan dan mewujudkan keshalehan individual dan
keshalehan sosial, yaitu pribadi yang memiliki kasih sayang terhadap sesamanya dan mewujudkan
tatanan masyarakat marhamah yang dilandasi oleh kebenaran tauhid, persamaan drajat, semangat
persaudaraan kesadaran akan arti penting kesejahtraan bersama dan penegakkan keadilan di tengah-
Kemudian, kegiatan dakwah pun tidak hanya dipahami sebagai proses penyampaian ajaran Islam
melalui mimbar belaka, akan tetapi melahirkan kesadaran bahwa masyarakat sebagai sasaran atau
objek dakwah (mad’u) tidak bersifat pasif dan dianggap tidak memiliki pemahaman dan harapan
terhadap kegiatan dakwah, yang menyebabkan para prilaku (da’i) merasa bebas untuk menyampaikan
apapun sesuai dengan keyakinan, ideologi dan kebenaran perspektif pribadinya dan bisa jadi merasa
puas apabila mustami telah dibuat terbahak-bahak sampai skit kulit atau merasa bangga malihat
Pendapat Ibnu Taimiyah yang dikkutif dari buku Dasar-dasar Ilmu Dakwah (Enjang As, 2009:5),
menyeru atau seruan yang dimaksudkan dari kata dakwah adalah seruan kepada al-Islam, yaitu
untuk beriman kepada-Nya dan ajaran yang dibawa para Rasul-Nya, membenarkan berita yang
mereka samapaikan, serta mentaati perintah mereka. Hal itu yang tercantum dalam Rukun Islam
Dalam dakwah terdapat dua dimensi besar, pertama, mencakup penyampaian pesan kebenaran yaitu
dimensi
kerisalahan (bi ahsan al-qawl), dan dimensi kerisalahan terdapat dua bentuk tuturan yaitu bentuk
tabligh dan irsyad kedua bentuk tersebut merupakan penjabaran dari dimensi kerisahalan. Kedua,men
cakup pengaplikasian nilai kebenaran yang merupakan dimensi kerahmatan (bi ahsan al-amal).
Bagian kerahmatan itu tadbir dan tathwir yang mengupayakan konsep kehidupan yang sesuai dengan
nilai-nilai keislaman dapat dengan mudah diterapkan dalam keghidupan sehari-hari. Oleh sebab itu,
dakwah harus dikemas dengan cara dan metode yang sesuai dengan kebutuhan mad’u yaitu dakwah
harus aktual, faktual dan kontekstual. Faktual dala arti relevan dan menyangkut problema yang
sedang dihadapi oleh masyarakat. Sedangkan aktual dalam arti memecahkan masalah kekinian dan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan nonformal yang telah ada sejak lama, pengaruh
dari adanya pesantren sangat terasa hingga sekarang, ini semua merupakan perjuangan dari para
waliullah yang berjuang keras dan ikhlas untuk menyebarkan syari’at Islam. Banyak sekali lembaga
pesantren di Indonesia khususnya daerah Bandung, salah satunya yaitu Pondok Pesantren Al-
Muhajirin yang merupakan sebuah lembaga yang membina santrinya dalam pembelajaran melalui
khithabah dalam sebuah pengajian yang disampaikakan oleh Drs. K.H. Muhammad Fauzan Jaenuri, M.
Ag dan dewan guru lainya. Pondok Pesantren Al-Muhajirin terletak di Jalan Raya Cimekar Cinunuk
Bandung Timur No. 84/85. Santri yang menimba ilmu di Pondok Pesantren Al-Muhajirin ini 100%
adalah mahasiswa.
Santri di pesantren ini mendapatkan materi yang berisikan syari’at Islam melalui pengajian rutin
harian. Pengajian dilaksanakan mulai dari malam Senin hingga Sabtu sore, sedangkan untuk malam
Minggu diisi kegiatan marawisan dan Minggu pagi di isi dengan Mingsih (minggu bersih) atau kegiatan
ustadz salah satunya yaitu K.H. Muhammad Fauzan Jaenuri, M.Ag yang biasa dipanggil Kang Fauzan
oleh para santrinya. Pengajian beliau untuk para santrinya dilaksanakan setiap pagi hari untuk para
santrinya kelas A dan Kelas B bertempat di masjid. Sedangkan untuk malam harinya beliau mengajar
hanya di kelas B saja yang bertempat di aula asrama, karena kelas A dipisah di Masjid dengan ustad yan
g lain.
Seiring dengan perkembangan zaman, pasilitas dan berbagai kemudahan di pesantren telah hadir
seperti para santri diperbolehkan membawa Handphone dan Notebook karena mereka sebagai
dengan adanya benda tersebut bukan hanya membantu para santri dalam belajar tetapi membantu
juga untuk menimbulkan rasa malas untuk mengikuti pengajian di Pondok Pesantren Al-Muhajirin.
Padahal para santri terdahulu sebelum adanya teknologi yang masuk ke pesantren, para santri
antusias dalam mengikuti pengajian walaupun tempat tinggal mereka sangat jauh. Santri terdahulu di
tempatkan di daerah Goyang belakang pesantren yang sangat jauh dan banyak santri juga yang
dititipkan ke rumah-rumah warga, kerena pasilitas tinggal belum memenuhi dan serba kekurangan.
Namun, antusias mangikuti pengajiannya sangat tinggi dan mereka tidak pernah putus asa walaupun
tidak ada teknologi bahkan tempat yang mereka butuhkan juga tidak terpenuhi yang penting mereka
mengikuti pengajian dengan sungguh-sungguh. Tetapi, berbeda dengan santri zaman sekarang
pasilitas sudah terpenuhi bahkan tempat yang mereka butuhkan sudah sangat memadai. Bahkan jika
dibandingkan dengan pesantren lainnya di pesantren ini sudah sangat baik dalam masalah tempat,
sebab sekamar hanya di isi dua, tiga orang di asrama 1. Jika dengan alsan menginginkan tempat
untuk ketenangan dalam mengerjakan tugas itu sudah cukup. Namun, dalam kenyataannya mereka
Selain itu banyaknya kegiatan di luar pesantren menjadi alasan mereka untuk tidak mengikuti
pengajian dan berjamaah. Hal ini sangat tidak diharapkan, karena tugas utama seorang santri yang
hidup pesantren ialah mengaji dan berjama’ah serta mamatuhi aturan yang sudah ditetapkan di
pesantren tersebut. Tetapi pada kenyataannya agak bertolak belakang dengan realita yang ada dan
Di samping itu setiap pengajian yang ada sesuai dengan jadwal dan dilaksanakan dipesantren
merupakan kewajiban bagi santri untuk mengikutinya. Namun, pada kenyataannya hampir
kebanyakan santri suka memilih kegiatan yang tidak seharusnya santri lakukan pada saat pengajian
telah dimulai. Ketika pengajian di Pondok Pesantren Al-Muhajirin yang di ajarkan oleh Drs. K.H.
Muhammad Fauzan Jaenuri, M.Ag. Hanya sebagian santri yang mengikuti pengajian tersebut. Mereka
yang tidak mengikuti pengajian beralasan karena banyak tugas dari kampus kalau mengikuti
Selain dari itu, mereka sebagian beralasan karena lapar kemudian makan, dan sebagiannya lagi ada
yang tidur, mengerjakan yang seharusnya tidak dikerjakan, tidak mengerti dengan pengajian kitab
kuning, bercanda dengan temannya dan masih banyak alasan lainnya. Padahal pengajian paling lama
hanya 1½ jam. Namun, ada sebagian yang antusias dalam mengikuti pengajian Drs. K.H. Muhammad
Fauzan Jaenuri, M.Ag. Karena mereka merasa senang mengikuti pengajian kitab kuning sebab Drs. K.H.
Muhammad Fauzan Jaenuri, M.Ag. dalam menjelaskan bahasanya dapat dimengerti oleh para santri.
Sebab kitab kuning merupakan salah satu buku yang pada era modern ini hampir hilang dikarenakan
pesantren zaman sekarang berbeda dengan pesantren salafi yang pengajiannya fokus hanya mengkaji
kitab kuning saja. Oleh sebab itu Drs. K.H. Muhammad Fauzan Jaenuri, M.Ag. Merubah citra psantren
pada era modern ini dengan menjadikan Pesantren Modern yang di dalamnya terdapat pengajaran
bahasa tetapi tidak menghilangkan citra pesantren salafi yaitu tetap mengkaji kitab kuning, dan para
santrinya bisa sekalian belajar bahasa Asing agar tidak menjadi santri yang tertinggal pada zaman
sekarang. Sedangkan kitab kuning yang dibahas dalam pengajian di Pondok Pesantren Al-
Muhajirin antara lain: 1) Bidang Fiqih, 2) Bidang Tafsir, 3) Bidang Nahwu Shorof, 4) Bidang Hadits 5)
Bidang Aqidah Akhlaq, 6) Dalam bidang Bahasa, 7) Belajar tambahan yaitu: Tahfidz Al-Quran, 2)
Qira’at.
Dengan demikian terjadi interaksi antara santri dan bapak Drs. K.H. Muhammad Fauzan Jaenuri, M.Ag
Dengan metode dakwahnya. Disaat pengajian berlangsung ada santri yang bertanya mengenai
materi yang kurang dimengarti dan kurang memahami apa yang disampaikan kepada bapak Fauzan,
bahkan ada beberapa santri yang suka menambahkan keterangan tentang materi yang disampaikan.
Sehingga menimbulkan suatu respon santri terhadap metode dakwah bapak Fauzan, akan tetapi
respon santri terhadap metode dakwah bapak Fauzan tidak semuanya positif. Hal ini masih bisa
dilihat dari masih banyak santri yang jarang mengikuti pengajian bahkan ada selama santri tinggal di
pesantren tidak pernah mengikuti pengajian dan jarang shalat berjamaah di Masjid. Peneliti
menganggap bahwa fenomena ini sebagai kasus yang menarik untuk diteliti, karena di Pondok
Pesantren Al-Muhajirin peneliti ingin mengkhususkan pada aspek “Metode Dakwah Drs. K.H.
I. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan bahwa inti dari permasalahan yang akan di
analisis dalam penelitian ini adalah bagaimana Respon Santri terhadap Metode Dakwah Bapak Drs. K.H
Muhammad Fauzan Jaenuri, M.Ag. Pada Pengajian Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-
Muhajirin. Selanjutnya pokok masalah itu dirinci dalam beberapa permasalahan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana perhatian santri terhadap metode dakwah Bapak Drs. K.H. Muhammad Fauzan
2. Bagaimana pemahaman santri terhadap metode dakwah Bapak Drs. K.H. Muhammad
Fauzan Jaenuri, M.Ag dalam pengajian kitab kuning di Pondok Pesantren Al-Muhajirin?
3. Bagaimana penerimaan santri terhadap metode dakwah Bapak Drs. K.H. Muhammad
Fauzan Jaenuri, M.Ag dalam pengajian kitab kuning di Pondok Pesantren Al-Muhajirin?
I. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perhatian santri terhadap metode dakwah Bapak Drs. K.H. Muhammad
Fauzan Jaenuri, M.Ag dalam pengajian kitab kuning di Pondok Pesantren Al-Muhajirin.
2. Untuk mengetahui pemahaman santri terhadap metode dakwah Bapak Drs. K.H.
Muhammad Fauzan Jaenuri, M.Ag dalam pengajian kitab kuning di Pondok Pesantren Al-Muhajirin.
3. Untuk mengetahui penerimaan santri terhadap metode dakwah Bapak Drs. K.H.
Muhammad Fauzan Jaenuri, M.Ag dalam pengajian kitab kuning di Pondok Pesantren Al-Muhajirin.
I. Kegunaan Penelitian
khasanah keilmuan khususnya dalam bidang Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan
Komunikasi. Dalam menyebarkan ajaran-ajaran Islam yang sesuai syari’at agama sehingga
pengetahuan kitapun akan berkembang sesuai dengan zamannya dan tidak menghilangkan ciri khas
2. Kegunaan Praktis, yaitu sebagai sarana untuk mengetahui proses kegiatan keagamaan yang
dilakukan oleh para ilmuan khususnya di kalangan pendidikan non formal sebagai salah satu
penyebaran ajaran keagamaan. Serta dapat memberi masukan dan sumbangan pemikiran dalam
meningkatkan metode dakwah dan menyebarkan syariat Islam di Pondok Pesantren Al-Muharin
serta segenap umat Islam pada umumnya. Di samping itu dapat dijadikan titik tolak untuk penelitian
yang lebih mendalam baik di lokasi yang sama maupun yang dilokasi yang berbeda.
I. Tinjauan Pustaka
a. Muhammad Auliya Ul Hakim. 2014. Respon Jama’ah Terhadap Metode Tabligh Pada
Pengajian Rutin di Masjid Al-Quranul Imami Gatot Subroto Bandung.
Respon jama’ah yang mengikuti pengajian di Masjid Al-Quranul Imami Gatot Subroto Bandung,
sebanyak 35
responden jama’ah yang meler. Tetapi ada sebagian besar jama’ah yang aktif mengikuti pengajian
yaitu sebanyak 88,5% atau sebanding dengan 4,2 dan sebagian besanyanya lagi sebanyak 87,4%
sebanding dengan 4,1. Namun ada sebagian kecil yang mengikuti pengajian yaitu 81% atau sebanding
dengan 4,0 jama’ah. Oleh sebab itu, pengajian di Masjid Al-Qur’anul Imami responnya sangat baik
2. Abdul Qahar. 2014. Metode Tabligh K.H Satibi dalam Meningkatkan Kualitas Ketauhidan
Tauhid merupakan suatu perkara yang tidak disangkal bahwa alam semesta ini pasti ada yang
menciptakan yang mengingkari hal tersebut hanyalah segelintir orang. Itu pun mereka tidak
menggunakan akal sesuai dengan fungsinya. Sesungguhnya tauhid tertanam pada jiwa manusia
secara fitrah. Namun, asal fitrah ini rusak oleh bujuk rayu syethan yang memalingkan dari tauhid dan
menjerumuskan ke dalam syirik. Para syethan baik dari kalangan jin dan manusia bahu membahu
untuk menyesatkan umat dengan ucapan-ucapan yang indah. Oleh sebab itu K.H Satibi dalam
meningkatkan ketauhidan santrinya beliau mengadakan dzikir bersama sesudah shalat fardu
terutama pada malam Jum’at dengan tujuan untuk meningkatkan ketauhidan santrinya dalam
memahami alam ciptaan-Nya dan menguatkan hatinya agar tidak tergoda oleh bujuk rayu syetan.
Sebab dengan berdzikir manusia akan mendapatkan hati yang tenang dan menyerahkan jiwa raganya
Dengan adanya tinjauan pustaka tersebut peneliti dapat melakukan penelitian di lapangan. Namun,
dengan kasus yang berbeda. Peneliti mengadakan penelitiannya mengenai metode dakwah Drs. K.H
I. Kerangka Pemikiran
Dakwah dalam implementasinya, merupakan kerja dan karya besar manusia baik secara personal
maupun sosial yang dipersembahkan untuk Tuhan dan sesamanya adalah kerja sadar dalam rangka
kebahagiaan atas dasar ridha Allah Swt (Enjang dan Aliyudin, 2009:11).
Dakwah secara sederhana dapat diartikan sebagai transformasi nilai-nilai ke Islaman dengan
melibatkan berbagai unsur. Unsur-unsur tersebut meliputi da’i sebagai komunikator, Maudhu (pesan)
Ushlub (metode), Washilah (media) dan Mad’u (Objek). Salah satu bentuk transformasi tersebut bisa
dilakukan dengan mengadakan kegiatan dakwah dengan tujuan untuk menginformasikan pesan-pesan
ajaran ke-Islaman. Tentunya kegiatan tersebut harus saling berkaitan satu sama lainnya agar
Namun, seorang da’i harus mengetahui karakteristik mad’unya agar pesan dakwah dapat diterima tanp
a adanya penolakan. Seorang da’i harus bisa menempatkan bahasa yang digunakannya sesuai
kebutuhan masyarakat, yaitu dengan menggunakan bahasa Qaulan Baligha (bahasa yang tegas, keras,
dan membekas), Qaulan Maisura (bahasa yang ringan), Qaulan Layyina (bahasa lemah lembut), Qaula
n Karima (penuh kebajikan, mudah dan lembut). Ini termasuk dakwah secara persuasif, yakni dengan
menggunakan cara berpikir dan cara merasa masyarakat yang didakwahinya, (Faizah dan Lalu
Mubaligh adalah orang yang menyampaikan, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik
melakukan perubahan ke jalan yang lebih baik sesuai dengan syari’at Islam.
Dalam kegiatan dakwah, peranan khithabah sangatlah penting untuk meningkatkan perilaku
seseorang atau sekelompok orang bahkan khalayak umum. Karena khithabah merupakan salah satu
cara yang bisa digunakan oleh setiap orang untuk menyampaikan dakwah yang berisi ajaran-ajaran
Islam, tentunya seorang da’i harus mempunyai sifat simpati dan empati terhadap mad’unya agar
terjalin komunikasi yang baik. Sasaran khithabah adalah semua golongan termasuk santri melalui
sebuah pengajian kitab kuning, maka proses penyampaian pesan-pesan Islam yang terdapat di dalam
kitab kuning tersebut perlu adanya penjelasan yang sesuai dengan pemahaman santri tentunya
Banyak sekali metode dakwah yang bisa digunakan dalam sebuah pengajian. Namun, ketika kita
berbicara tentang sebuah metode yang baik, maka salah satu ayat Al-Quran yaitu Quran Surat An-
Nahl: 125. Menjelaskan, bahwa metode dakwah yang baik itu ada tiga cara: pertama yaitu dengan hikm
ah (pelajaran yang baik), kedua mauidzatilhasanah, dan yang ke tiga mujadalah bilati hiya ahsan. Ketik
a pengajian di Pondok Pesantren Al-Muhajirin bisa menggunakan salah satunya atau lebih bagus
menggunakan ke tiga cara tersebut tentunya akan menghasilkan respon yang baik pula dari santrinya.
Respon merupakan umpan balik yang dimiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam menentukan
baik atau tidaknya suatu komunikasi. Respon sangat diperlukan adanya komunikasi yang baik, sebab
dengan berkomunikasi akan tersampaikan pesan dari seorang da’i terhadap mad’unya. Khususnya
dalam pengajian kitab kuning di Pondok Pesantren Al- Muhajirin, sejauh mana kita akan mengetahui
respon santri
terhadap pengajian tersebut tentunya dengan adanya komunikasi yang efektif.
Manusia tidak bisa hidup sendirian, ia tidak secara kodrati harus hidup bersama manusia lain, baik
demi kelangsungan hidupnya dan keamanannya, maupun demi keturunanya. Komunikasi merupakan
fenomena sosial, kemudian manjadi ilmu yang secara akademik berdisiplin mandiri, ini dianggap
penting sehubungan dengan dampak sosial yang menjadi kendala bagi kemaslahatan umat manusia
akibat perkembangan teknologi, (Onong Uchjana, 1993:27). Khususnya bagi santri yang tinggal di
Pondok Pesantren Al-Muhajirin. Santri adalah mahasiswa yang tinggal di pesantren, dengan tujuan
untuk mengiuti segala aktivitas dan peraturan yang sudah ditetapkan di Pondok Pesantren Al-
Muhajirin. Selain dari itu santri yang tinggal di pondok pesantren dituntut untuk bisa memahami
kegiatan serta mengikutinya dengan penuh khidmat terhadap ilmu yang di ajarkan oleh para da’i-nya. S
ebab bisa dikatakan berhasil kegiatan pengajian apabila santrinya mengikuti sesuai jadwal yang sudah
ditetapkan dan ajaran Islam juga ditentukan oleh keberhasilan seorang da’i/mubaligh dalam
mengemas materi khithabahnya. Dalam hal ini yang menjadi subjek khithabahnya adalah bapak Drs.K.H
Fauzan Jaenuri, MA.g dan objek khithabahnya adalah santri Pondok Pesantren Al-Muhajirin dalam
Khithabah (oratori) dan komunikasi media surat (risalah) selalu menjadi sumber komunikasi, bahkan
sejak awal Islam. Semuanya itu bentuk komunikasi Persuasif yang digunakan oleh Nabi Muhammad
saw dan para pengembara muslim (savants) untuk propaganda dan menyebarluaskan akidah Islam (al-
da’wah al-Islamiyyah) melalui bicara yang disampaikan ke berbagai jemaah dan melalui
komunikasi bermedia surat berbagai raja dan pemimpin Arab (Bambang S. Ma’arif: 2010: 35).
Penelitian ini mengacu pada komunikasi, kemudian dikembangkan dengan menggunakan teori dasar
S-O-R yang berasal dari Psikologi Komunikasi. Objek material dari teori ini yaitu manusia pada aspek
sikap, opini, prilaku, kognisi, afeksi,dan konasi. Efek yang ditimbulkan adalah reaksi ksusu terhadap
stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian anatara
Untuk mengetahui sejauh mana respon dari proses khithabah dan respon mad’u terhadap aktivitas khi
thabah tersebut, maka seorang da’i harus mengetahui kondisi yang menjadi objek dakwahnya. Oleh
sebab itu, penulis ingin mengupas permasalahan yang terjadi ini dengan menggunakan teori S-O-R (Stim
ulus-Organism-Response) yang berasal dari psikologi komunikasi. Objek material dari teori ini adalah
manusia, pada aspek sikap, opini, prilaku, kognisi afeksi dan konasi. Ketika teori S-O-R dikaitkan
dengan penelitian ini, maka stimulus ini adalah metode dakwah Drs. Fauzan Jaenuri, M.Ag. dan
organismenya adalah santri pondok pesantren Al-Muhajirin. Adapun responnya merupakan respon
dari santri terhadap metode dakwah yang dipakai Drs. Fauzan Jaenuri, M.Ag. dan untuk lebih jelasnya
Out Put
Berdasarkan metode dakwah Drs. Fauzan Jaenuri, M.Ag sebagai stimulus terhadap perhatian,
yang disampaikan Drs. Fauzan Jaenuri, M.Ag pada pengajian kitab kuning di Pondok Pesantren Al-
Muhajirin.
Metode dakwah yang dipakai Drs. Fauzan Jaenuri, M.Ag ialah metode yang ada dalam Q.S An-Nahl:
125
ْنَع َّلَض ْنَمِب ُمَلْعَأ َوُه َكَّبَر َّنِإ ُنَسْحَأ َيِه ْيِتَّلاِب ْمُهْلِداَجَو ِةَنَسَحْلا ِةَظِعْوَمْلاَو ِةَمْكِحْلاِب َكِّبَر ِلْيِبَس ىَلِإ ُعْدُا
125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah [845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
”.
mendapat petunjuk
[845]. Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak
Dari segi kegiatan dakwah tersebut bisa menimbulkan beberapa aspek, yaitu bisa aspek positif atau
aspek negatif. Tetapi tergantung dengan penyeruan, ajakan seorang da’i untuk memenuhi perintah
Allah, dan tergantung juga respon santri di pondok pesantren tersebut. Dakwahnya dapat diterima
atau tidak diterima. Manfaat dengan adanya dakwah atau pengajian tersebut santri akan
Manfaat dengan adanya dakwah di Pondok Pesantren Al-Muhajirin tersebut Allah menyeru umat
manusia melalui pelantara Bapak Drs. K.H. Muhammad Fauzan Jaenuari, M.Ag. Sebagian santri
merasa mendapat pencerahan, baik dalam masalah ketauhidan, maupun hubungan dengan
otomatis tidak bisa mendapatkan pencerahan tersebut sehingga para santri tidak mengikuti
pengajian. Selain dari itu Bapak Fauzan ini dalam menyampaikan dakwahnya menggunakan berbagai
metode, diantaranya:
II. Ta’lim Santri, metode ini biasanya di pakai kepada santri-santri, yang sudah mengetahui
sedikit demi sedikit tentang keagamaan salah satunya menggunakan kitab kuning sebagai mediah
dakwahnya.
III. Metode hikmah dan pelajaran yang baik serta memberi tahu kepada santri jika santri berbuat yang tidak sesuai dengan syar’i (bantahlah).
Sesungguhnya perhatian, pemahaman dan penerimaan santri terhadap metode dakwah Drs. K.H.
Muhammad Fauzan Jaenuri, M.Ag cukup baik namun tidak semua santri dapat mengamalkan apa yang
telah meraka dapatkan pada saat pengajian berlangsung. Namun, karena lingkungan dan latar
belakang dari santri berbeda dan kemajuan zaman juga mempengaruhi sehingga membuat para
santri berat untuk mengamalkan apa yang telah mereka dapatkan pada pengajian tersebut.
Respon yang diberikan santri terhadap metode dakwah Drs. K.H. Muhammad Fauzan Jaenuri, M.Ag
cukuplah baik, hal ini terlihat dengan kehadiran beberapa santri pada waktu pengajian pagi dan
malam. Namun yang menjadi permasalahan dalam kasus ini sejauh mana respon santri terhadap
metode dakwah Drs. K.H. Muhammad Fauzan Jaenuri, M.Ag dalam pengajian kitab kuning di Pondok
Pesantren Al-Muhajirin. Karena disisi lain semakin majunya perkembangan zaman sedikit banyaknya
memberikan pengaruh negatif kepada para santri begitupun dengan lingkungan disekeilingnya. Maka
dari
itu disinilah letak peranan da’i dalam membimbing dan membina santri dalam berakhlakul karimah
dan sejauh mana respon santri dalam memahami dan menerima serta mengamalkan apa yang mereka
dapatkan pada saat mengikuti pengajian. Sehingga mengikuti pengajiannya menjadi salah satu
kewajiban santri dalam menimba ilmu selain diperguruan tinggi. Sehingga sebagai mahasiswa dan juga
santri bisa mempunyai tridarma perguruan tinggi disaat mereka terjun kemasyarakat.
Dengan demikian peneliti mengambil teori respon menurut Onong Uchjana Effendy (2003:254)
penelitian yang akan dilakukan. Teori ini semula berasal dari teori psikologi kemudian menjadi teori
komunikasi sebab objeknya sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen opini,
Berdasarkan pengertian respon yang diartikan oleh Onong Uchjana Effendy (2003:254) bahwa respon
adalah sikap atau perilaku seseorang dalam proses komunikasi ketika menerima suatu pesan yang
ditunjukan kepadanya. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai respon, maka kita harus mengetahui
konsep tentang sikap ma’rifat dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya” (26-2
7) mengutip pendapat Hovland, Jennis, Killey yang mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang
baru ada tiga variabel penting yaitu: perhatian, pemahaman, dan penerimaan.
Dari gambar tersebut menunjukan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi
1. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin
ditolak. Komunikan akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Ini berarti bahwa stimulus
tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi organism, maka tidak ada perhatian dari komunikan.
3. Setelah komunikan dapat menerima secara baik apa yang telah diolah sehingga terjadi
memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Ketika seorang mad’u mengalami permasalahan
dalam beribadah, pengajian, dan aktivitas yang berkaitan dengan kebaikan, akibat dari pengaruh
teknologi dan lingkungan yang bersifat negatif dalam menggunakannya mereka membutuhkan nasihat
yang dari seorang mubaligh, maka seorang mubaligh atau yang menyampaikan khutbah harus bisa
memberikan nasihatnya dengan menggunakan bahasa yang dapat di pahami dan baik. Tentunya
terdapat pada usaha prepentif dari penyakit santri yang bersifat psikis dengan cara mengajak,
memotivasi, memberi stimulus serta membimbing individu atau kelompok agar sehat, sejahtera jiwa
dan raganya, sehingga mereka dapat menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran dan dapat
Disini letak dialektika respon antara mad’u dengan kegiatan khuthbah dalam arti mempunyai reaksi
yang positif atau negatif. Dengan diberikannya nasihat melalui kegitan pengajian kitab kuning para
santri dapat ikut andil berbondong-bondong pergi ke mesjid untuk melaksanakan pengajian, dan
shalat berjamaah. Namun, ini bisa terjalin dengan cara menggunakan komunikasi yang baik dalam
menyampaikannya. Karena terkadang orang diajak untuk berbuat kebaikan dengan menggunakan
I. Langkah-langkah Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Muhajirin Jl. Cinunuk Cimekar No. 84/85 RT
01 RW 01
Cileunyi Bandung Timur 40393. Alasan memilih tempat ini adalah sebagai berikut:
2. Lokasinya terjangkau oleh peneliti sehingga dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini manggunakan metode deskriptif adalah untuk memaparkan situasi dan peristiwa
(Jalaludin Rahmat, 2005:24). Dengan metode ini dimaksudkan untuk menuturkan dan menafsirkan
data mengenai respon santri terhadap metode dakwah Drs. K.H. Muhammad Fauzan Jaenuri, M.Ag.
pada pengajian kitab kuning di Pondok Pesantren Al-Muhajirin. Alasan menggunakan metode ini dapat
I. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data tentang respon santri terhadap metode dakwah Drs.K.H.
Muhammad Fauzan Jaenuri, M.Ag. untuk mengetahui perhatian santri dalam mengikuti pengajian.
Untuk mengetahui pemahaman dan penerimaan serta keaktifan santri dalam mengikuti pengajian
kitab kuning sebagai materi yang disampaikan oleh beliau dalam kehidupan sehari-hari dan yang
1. Sumber data primer, diperoleh dari Drs. K.H. Muhammad Fauzan Jaenuri, M.Ag. dan 32 santr
2. Sumber data sekunder dapat diperoleh dari dokumentasi pondok pesantren al-Muhajirin.
Untuk pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
sebagai berikut:
I. Observasi (Pengamatan)
Sudarmayanti dan Syarifudin Hidayat (2002:74) berpendapat bahwa “Observasi adalah suatu cara
untuk mengumpulkan data penelitian” teknik ini dapat memberikan gambar kondisi yang memuaskan,
artinya memberikan gambaran menyeluruh apa adanya. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui
kondisi objektif santri Pondok Pesantren Al-Muhajirin, respon santri pada pengajian kitab kuning
yang dipimpin oleh Drs. K.H. Muhammad Fauzan Jaenuri, M.Ag dengan metode dakwahnya.
Pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan tertutup dengan alasan untuk
mengamati seobjektif mungkin mengenai respon santri Pondok Pesantren Al-Muhajirin terhadap
metode dakwah Drs. K.H. Muhammad Fauzan Jaenuri, M.Ag. penelitian ini dilaksanakan pada Bulan
Oktober.
I. Wawancara
Menurut Riduwan (2003:56) wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Teknik wawancara yang digunakan yaitu teknik
wawancara terpimpin dan teknik wawancara bebas., jenis wawancara terpimpin ditujukan kepada
Drs. K.H. Muhammad Fauzan Jaenuri, M.Ag. sedangkan wawancara bebas ditujukan kepada santri
Pondok Pesantren Al-Muhajirin. Tujuan wawancara adalah untuk melengkapi data dari hasil observasi
dan angket yang disebarkan kepada para santri Pondok Pesantren Al-Muhajirin.
5. Analisis Data
Analisis data bersifat kualitatif yang secara tepat dan mendalam digunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
I. Memeriksa semua data yang terkumpul, baik melalui observasi, wawancara, angket, atau
dokumentasi, termasuk dilakukan editing dan penyortiran terhadap data yang tidak diperlukan. Hal ini,
dilakukan untuk memastikan bahwa data yang akan dianalisis benar-benar sesuai dengan kebutuhan;
II. Membuat kategori-kategori data sesuai dengan jenis masalah yang akan dijawab dalam
penelitian;
III. Membuat kode terhadap pertanyaan yang diajukan untuk mempermudah proses pembuatan
tabulasi data;
IV. Membuat tabulasi data, yakni membuat tabel-tabel dan memasukan data ke dalam tabel-
tabel tersebut sesuai dengan variabel-variabel pertanyaan dan item-itemnya;
V. Pembahasan data (hasil penelitian) sesuai dengan pendekatan penelitian yang dilakukan,
kuantitatif atau kualitatif. Penelitian kuantitatif tentu pembahasan hasil penelitiannya dilakukan dengan
menggunakan tes-tes uji statistik, dan penelitian kualitatif pembahasan hasil penelitian dengan
menggunakan prosedur kerja analisis kualitatif.
VI. Penafsiran terhadap hasil pembahasan data penelitian, sehingga dapat diperoleh jawaban
terhadap masalah-masalah penelitian yang diajukan (Panduan Penyusunan Skripsi, 2013:85-86).
I. HUBUNGAN MASYARAKAT
b. Peranan Majalah Internal PT. Pindad dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Karyawan.
f. Hubungan antara Klarifikasi terhadap Opini Publik dengan Sikap Konsumen kepada
Produk.
Judul Penelitiannya :
MENINGKATKAN PENUMPANG KERETA API ARGO PARAHYANGAN (Studi Deskriptif di PT. Kereta Api
PROPOSAL PENELITIAN
Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa transportasi pada saat ini telah menunjukkan perkemban
gan yang pesat. Berkembang pesatnya perusahaan-perusahaan bisnis, termasuk yang bergerak dalam
bidang jasa tranportasi menunjukan bahwa, transportasi merupakan salah satu kebutuhan yang
penting, bagi setiap individu maupun masyarakat pada umumnya. Secara langkung dengan
mendorong mereka untuk meningkatkan jumlah konsumennya. Penentuan harga, pelayanan, serta
kualitas jasa adalah beberapa unsur yang umumnya dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan pada
Salah satu faktor bagi konsumen mengenai kebutuhan jasa transportasi adalah kenyamanan,
keamanan dan keselamatan. Ketiga faktor tersebut dapat menjadi unsur yang
menentukan kepuasan konsumen, sehingga jumlah konsumen meningkat dengan sendirinya.
Menurut Ristiyanti Prasetijo & John Ihlauw, (2004:6), perusahaan masa kini pun tidak bisa lagi
terhindar dari imbas globalisasi bisnis, termasuk melayani konsumen global. Globalisasi bisnis yang
berkembangnya perubahan dalam hal kebutuhan, keinginan, dan selera konsumen. Hal ini menuntut
pemasar untuk tetap berusaha mengikuti dan memahami perilaku beli konsumen yang bergejolak
Para perencana perusahaan pun tidak hanya merumuskan strategi pokok perusahaan bisnis untuk
mencapai tujuan-tujuan, tetapi juga harus merencanakan strategi dan taktik-taktik pemasaran untuk
produk-produk yang spesifik. Strategi pemasaran merupakan prinsip pokok atau dasar bagi
manajemen pemasaran untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan dalam suatu pasar sasaran.
Strategi pemasaran terdiri atas pengambilan keputusan tentang biaya pemasaran, bauran pemasaran
Manajemen pemasaran harus dapat memutuskan berapa biaya pemasaran yang diperlukan dan
bagaimana harus mengalokasikan biaya pemasaran tersebut dalam bauran pemasaran yang akan
dimanfaatkan. Bauran pemasaran terdiri dari produk, harga, distribusi dan promosi (Saladin, 2010:24).
Perencanaan dan taktik-taktik pemasaran pada pelaksanaaannya berperan dalam berbagai tujuan
pemasaran. Strategi pemasaran tersebut juga tidak hanya dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan
produk, tetapi juga dilaksanakan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam berbagai jasa, salah
Strategi dalam pemasaran yang pada umumnya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan jasa
penting bagi perusahaan yang bergerak pada bidang jasa ini, dalam upayanya meningkatkan jumlah
konsumennya. Salah satu perusahaan jasa transportasi yang giat dalam meningkatkan jumlah
konsumennya, yaitu PT Kareta Api Indonesia (Persero). PT. Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyelenggarakan jasa angkutan Kereta Api penumpang
dan barang. Salah satu daerah operasional yaitu daerah operasional II Bandung.
Pelayanan jasa transportasi kereta api penumpang di PT Kereta Api Indonesia (Persero) daerah
operasional II Bandung, salah satunya adalah kereta api Argo Parahyangan yang merupakan kereta
api penumpang dengan jurusan Bandung-Jakarta dan sebaliknya. Kereta api ini merupakan peleburan
dari kereta api Eksekutif Argo Gede dan kereta api bisnis Parahyangan yang telah dihentikan
pengoperasiannya. Awalnya pada tahun 1995, PT Kereta Api Indonesia (Persero) meluncurkan kereta
api Argo Gede, jurusan Bandung-Jakarta dan sebaliknya. Kereta ini adalah kereta eksekutif andalan PT
Kereta Api Indonesia (Persero) namun, dalam perkembangannya kereta api tersebut tidak ada
peningkatatan yang berarti. Jumlah penumpangnya sedikit. PT Kereta Api Indonesia (Persero) namun,
dalam perkembangaanya kereta api tersebut tidak ada peningkatan yang berarti. Jumlah
penumpangnya sedikit. PT Kereta Api Indonesia (Persero) lalu melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan jumlah penumpangnya, seperti memberi diskon. Upaya tersebut ternyata masih
menunjukan jumlah penumpang yang rendah, baik untuk pemberangkatan Bandung maupun untuk
pemberangkatan Jakarta. Sebagai gantinya, PT Kereta Api Indonesia Persero) meluncurkan kereta api
Parahyangan.
Mengenai jumlah penumpang kereta api Argo Parahyangan setiap tahunnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 1.1
Tahun 2009-2012
No Tahun Jumlah
1. 2009 637.296
2. 2010 592.434
3. 2011 436.249
4. 2012 398.980
Sumber: Pemasaran Angkutan Penumpang PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah
Operasional II Bandung.
Berdasarkan tabel di atas jumlah tertinggi penumpang kereta api Argo Parahyangan ada pada tahun
tahun 2013 sedangkan kereta api Argo Parahyangan yang mengalami kenaikan dan penurunan
tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam aspek. Promosi yang dilakukan oleh PT Kereta Api
Indonesia (Persero) hari libur kenaikan tarif kereta api Argo Parahyangan dan berbagai macam aspek
lainnya adalah contoh aspek yang mempengaruhi kenaikan dan penurunan jumlah penumpang kereta
api Argo Parahyangan dan berbagai macam aspek lainnya adalah contoh aspek yang mempengaruhi
kenaikan dan penurunan jumlah penumpang kereta api Argo Parahyangan. Ketidaksignifikan tersebut
mendorong PT Kereta Api Indonesia (Persero) daerah operasional II Bandung giat melakukan upaya
Salah satu upaya yang dilaksanakan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) daerah operasional II
Bandung giat
melakukan upaya untuk menumbuhkan minat konsumen menggunakan jasa transportasi kereta api.
Salah satu upaya yang dilaksanakan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) seperti yang dikutip oleh
penulis melalui salah satu Harian Umum media cetak sebagai berikut :
Bandung, Pelita
Para pemudik yang akan melakukan perjalanan pulang kampung, dapat bergembira. Pasalnya, PT KAI
Daop 2 Bandung, memberikan tarif promo super murah kepada para pemudik, hanya Rp 10.000.
“Ini adalah tarif promo bagi parta pemudik. PT KAI menyediakan 10 tempat duduk untuk setiap kelas
perjalanna kereta api,” ujar Kepala Humas PT KAI Daop 2 Bandung kepada Harian Pelita di kantornya
Bandung, kemarin. Dia melanjutkan, tarif promo berlaku untuk KA lodaya pagi kelas eksekutif.
“Pemesanan sendiri bisa dilakukan mulai 1 Juni. Pembelian bisa secara langsung ataupun online.
Dengan adanya tarif super murah ini, diharapkan bisa menarik pelanggan kereta api yang akan
menggunakan jasanya untuk mudik. Tentunya tarif super murah ini akan menarik pelanggan, karena
Uraian tersebut menjelaskan bahwa PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah melaksanakan promosi
potongan tarif pada tiket kereta apai, sehingga bisa menarik minat konsumen untuk menggunakan
jasa transportasi kereta api. Promosi tersebut dilaksanakan pada kereta api penumpang jarak
menengah dan jauh, sehingga dengan dilaksanakannya promosi potongan tarif pada tiket kereta api
Upaya lainnya yang dilaksanakan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam menarik minat
konsumen, yaitu dalam hal pelayanan. Misalnya, Kereta Api Argo Parahyangan mempunyai gerbong
eksekutif yang sangat nyaman bagi konsumennya yang melakukan perjalan dari Bandung menuju
Strategi lainnya yang dilaksanakan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) adalah melalui pelaksanaan
strategi marketing public relations yang berperan dalam mendukung upaya strategi pemasaran
perusahaan, khususnya dalam menumbuhkan minat konsumen untuk menggunakan jasa transportasi
kereta api. Pelaksanaan strategi marketing public relations yang dilaksanakan oleh PT Kereta Api
Indonesia (Persero) dilakukan oleh bagian PR/Humas di PT Kereta Api Indonesia (Persero).
Pelaksanaan strategi marketing publik relation yang dilaksanakan oleh RP/Humas di PT KAI (Persero)
memegang peranan langsung untuk membantu program promosi atau pemasaran, khususnya dalam
menumbuhkan minat konsumen untuk menggunakan jasa transportasi kereta api. Luasnya konsumen
yang dituju oleh perusahaan, serta strategi dalam promosi dan publikasi, menjadi faktor penting
dilibatkannya peran PR/Humas di PT KAI (Persero) dalam pemasaran perusahaan, dengan demikian
dapat dilihat disini bahwa pelaksanaan strategi marketing publik relations yang dilaksanakan oleh PR/
Humas di PT KAI (Persero) adalah salah satu upaya yang efektif dalam mendukung strategi pemasaran
perusahaan. Pelaksanaan market publik relation tersebut, yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan,
yaitu merupakan perpaduan (sinergi) antara pelaksanaan program dan strategi pemasaran dengan
Program marketing public relation tersebut disatu sisi merupakan upaya untuk merangsang (push)
pembelian dan sekaligus dapat memberikan nilai-nilai atau kepuasan bagi pelanggan yang telah
menggunakan produknya. Disisi lain melalui kiat PR dalam menyelenggarakan komunikasi dua arah
yang didasari oleh informasi dan pesan-pesan yang dapat dipercaya, diharapkan dapat menciptakan
kesan-kesan positif terhadap lembaga yang diwakilinya. Hal ini merupakan “sinergi”, dari taktik pull
strategi untuk membujuk) untuk mendukung (back up), demi mencapai tujuan dari marketing public
relations. Semua itu dilengkapi dengan upaya mendorong (push strategi) baik segi perluasan
Target dan tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan strategi marketing public relations yang
dilaksanakan oleh suatu perusahaan, yaitu harus sejalan dengan bagian pemasaran dan tujuan
pemasaran, misalnya melalui upaya untuk memuaskan bagi pelanggannya (customer satisfaction). Unt
uk mendapatkan customer satisfaction tersebut, terlebih dahulu dibutuhkan suatu customer trust
(kepercayaan) melalui pembinaan dan pemeliharaan, agar konsumen tetap loyal dan tidak berpaling
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dan penjelasan strategi marketing public relation menjadi
salah satu alasan yang melandasi penulis untuk meneliti mengenai strategi marketing public relation ya
ng dilaksanakan oleh PT KAI (Persero) dalam upaya meningkatkan penumpang Kareta Api Argo
Parahyangan, selain itu melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran, khususnya
pada program studi ilmu komunikasi public relations atau Humas, mengenai pelaksanaan strategi mark
melandasi penulis meneliti mengenai strategi marketing public relation yang dilaksanakan oleh PT KAI
I. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan bahwa inti dari permasalahan yang akan di
analisis dalam penelitian ini adalah Bagaimana strategi marketing public relation di PT KAI (Persero)
dalam upaya meningkatkan penumpang keretA api Argo Parahyangan, berdasarkan perumusan
dalam menumbuhkan minat konsumen untuk menggunakan jasa transportasi kereta api Argo
Parahyangan ?
dalam upaya meningkatkan penumpang Kereta Api Indonesia (Persero) dalam upaya meningkatkan
I. Tujuan Penelitian
(Persero) dalam menumbuhkan minat konsumen untuk menggunakan jasa transportasi kereta api
Argo Parahyangan.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan marketing publik relation di PT Kereta Api Indonesia
(Persero) dalam menciptakan opini publik yang menguntungkan.
3. Untuk mengetahui pengevaluasi marketing publik relations di PT Kereta Api Indonesia
(Persero) dalam upaya meningkatkan penumpang Kereta Api Indonesia (Persero) dalam upaya
I. Kegunaan Penelitian
1. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti lainnya yang ingin meneliti masalah yang
sama dan bisa dikembangkan lagi dengan permasalahan penelitian yang berbeda. Penelitian ini,
diharapkan dapat memperkaya literatur kajian mengenai strategi marketing public relations.
2. Secara Praktis
Marketing dan public relation memiliki peran yang penting. Marketing dapat menciptakan elemen-
elemen promosi untuk meningkatkan awareness dan publisitas, sementara public relations mampu
menciptakan komunikasi yang positif antara stakeholders, baik pada level internet maupun eksternal
perusahaan, sehingga memicu terjadinya hubungan yang positif. Strategi marketing public relation mer
upakan salah satu strategi yang efektif dalam upaya mencapai tujuan strategi pemasaran perusahaan.
Di samping itu, melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi PT KI (Persero)
serta terus meningkatkan mutu dan pelayanan yang lebih baik kepada konsumen.
I. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini memiliki kemiripan yang serupa dengan beberapa penelitian terdahulu. Berikut ini
beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh
I. Kerangka Berpikir
Marketing Mix adalah serangkaian dari variabel pemasaran yang dapat dikuasai oleh perusahaan dan
digunakan untuk mencapai tujuan dalam pasar sasaran. Rangkaian atau unsur-unsur dalam marketing
mix adalah :
2. Harga : Jumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau
A. Tempat : Tempat produk atau jasa tersebut bisa didapat dan bagaimana
didistribusikan;
Sementara marketing public relation merupakan proses perencanaan dan pengevaluasian program
yang merangsang penjualan dan pelanggan hal tersebut, dilakukan melalui pengkomunikasian
informasi yang kredibel dan kesan-kesan yang dapat menghubungkan perusahaan, produk dengan
kebutuhan serta perhatian pelanggan.
Marketing mix yang dikemukakan oleh Philip Kotler (dalam Rosady Ruslan, 2005:243) menampilkan
gagasan
megamarketing. Ia memasukan unsur dua “P” baru, yakni power dan public relations ke dalam
marketing mix (bauran pemasaran), yang terdiri dari product, price, placement, dan promotions. PR
memegang peranan dalam pemasaran (market mix), dalam hal ini berperan dalam membantu
program promosi (pemasaran), selain itu memastikan bahwa pesan yang tepat disajikan kepada publik
dengan mempertimbangkan kinerja, perusahaan dan etika, kesehatan keuangan perusahaannya, serta
citra (image) yang baik dari perusahaannya. Bauran PR jika dijabarkan secara rinci dalam korelasinya
Fungsi dan tugas public relations salah satunya adalah menyelenggarakan publikasi atau
Peran public relations jika dikaitkan dalam event/acara perusahaan adalah sebagai media
komunikasi dan sekaligus untuk mendapatkan publikasi, sehingga media massa atau publik sebagai
target sasarannya akan memperoleh pengenalan, pengetahuan, pengertian yang mendalam dan
diharapkan dari acara tersebut dapat menciptakan citra positif terhadap perusahaan/lembaga atau
produk yang diwakilinya. Semua kegiatan promosi dan publikasi dikaitkan dengan event tersebut.
I. Calender Event : Event rutin yang dilaksanakan pada waktu tertentu, yaitu pada hari, bulan,
tahun secara periodik (rutin) diselenggarakan sepanjang tahun, seperti menyambut hari raya idul fitri,
acara rutin. Event ini terdapat tiga jenis yaitu acara suatu peresmian, acara peringatan tertentu, dan
acara komersial (new product launching) atau non komersial (social community relations).
III. Moment Event : Event yang sifatnya momentum atau lebih khusus lagi dan dilaksanakan
pada momen-momen tertentu di luar acara rutin, misalnya acara 100 tahun (satu abad)
memperingati Bung Karno, menyambut millennium ke-3 dan sebagainya yang dianggap sebagai
momen oleh pihak lembaga ataupun Humas untuk mengadakan suatu acara istimewa yang perlu
Public relations berperan dalam pembuatan press release, newsletter, bulletin, dan lainnya yang
biasa mengacu teknik penulisan 5 W + 1 H (who, where, when, why, dan how).
Peran public relation salah satunya terlibat dalam kontak sosial dengan kelompok masyarakat tertentu
untuk menjaga hubungan baik (community relations dan humanity relations) dengan pihak
Aspek tanggung jawab dalam dunia PR sangat penting. PR tidak hanya memikirkan keuntungan materi
bagi lembaga atau organisasi serta tokoh yang diwakilinya, tetapi juga kepedulian kepada masyarakat.
sehingga bisa menimbulkan citra masyarakat/konsumen terhadap produk/jasa atau perusahaan. Baura
mempertahankan citra perusahaan, produk/jasa, baik segi kuantitas maupun kualitas pelayanan yang
diberikan kepada konsumennya, sehingga hal tersebut membantu minat konsumen terhadap produk
barang/jasa perusahaan. Dikaitkan dengan teori manajemen merupakan sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara
efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,
sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai
mengawasi segala kegiatan (program), guna memperoleh tingkat pertukaran yang menguntungkan
dengan pembeli sasaran dalam rangka mencapai tujuan organisasi (Kotler dan Armstrong, 1999:11). Un
tuk mencapai suatu tujuan dalam teori manajemen G.R. Terry, (2010:9-10) menyeb utkan bahwa
prosesnya berlangsung melalui tahap-tahap yang dikenal dengan POAC sebagai singkatan dari Planing
. Dari fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan oleh Terry dapat dilihat contoh penerapannya di
dalam marketing. Misalnya, planning. Planning ini dibuat berdasarkan data yang ada di perusahaan,
misalnya planning dalam bauran pemasaran atau marketing mix, yang terdiri product (komoditas/jasa
1. Men (Manusia), merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam
manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan
manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses
kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja, oleh karena itu manajemen timbul karena
adanya orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan, http:wikipedia.org/wiki/Manajemen
diakses 5 April 2014 Pkl. 10.20.
2. Material (Bahan), dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia
yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu
sarana, sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang
dikehendaki.
3. Machines (Mesin), yakni digunakan untuk memberi kemudahan atau alat-alat atau mesin-
mesin yang diperlukan dan menciptakan efesiensi kerja.
4. Methods (Metode), Cara dan atau sistem kerja dalam usaha mencapai tujuan itu. Metode
dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai
ppertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia, waktu, serta keuangan
dan kegiatan usaha, meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti
atau tidak mempunyai pengalaman, maka hazsilnya tidak akan memuaskan dengan demikian peranan
utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
5. Markets (Pasar), tempat menyalurkan hasil produksi kepada masyarakat. Penguasaan pasar
dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar
dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli
(kemampuan) konsumen.
Pada penerapannya manajemen pemasaran ialah proses untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh individu atau oleh perusahaan. Dari definisi
tersebut ialah apabila seseorang atau perusahaan ingin mermperbaiki pemasarannya, maka ia harus
melakukan kegiatan pemasaran itu sebaik mungkin (Buchari Alma, 2007:130). Adapun model yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu model hirarki efek merupakan upaya komunikator (pemasar)
dalam menetapkan apa yang dihadapkan dari khalayak sasaran, selanjutnya berupaya bagaimana
caranya agar khalayak sasaran bersedia membeli produk atau jasanya, (Djaslim Saladin, 2010:192). Tah
apan-tahapan dalam model hirarki efek yaitu meliputi :
Pertama Kesadaran, komunikator (pemasar) membangunkan kesadaran terhadap konsumen
tentang produk
dan jasa. Pada tahapan ini, PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam
menarik minat konsumen menggunakan jasa transportasi kereta api, perusahaan mengandalkan
pelayanan dan melaksanakan program tiket promo atau potongan tarif tiket kereta api. Upaya
perusahaan dalam mempromosikannya yaitu melalui brosur, internet, karyawan, dan PR/Humas.
Kedua Pengetahuan, komunikator (pemasar) memutuskan untuk memilih pengetahuan tentang
produk/jasa sebagai tujuan komunikasi. Pada tahapan ini, PT Kereta Api Indonesia (Persero)
menyediakan gerbong eksekutif yang sangat nyaman bagi konsumennya pada kereta apa Argo
Parahyangan, sehingga perusahaan bisa menarik minat konsumen. Upaya perusahaan dalam
mempromosikannya, juga dilakukan melalui internet, karyawan, dan brosur.
Ketiga Menyukai, tahap untuk mengembangkan suatu kampanye komunikasi untuk mendorong
perasaan konsumen terhadap produk/jasa. Pada tahapan ini, PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam
menarik minat konsumen menggunakan jasa transportasi kereta api Argo Parahyangan, perusahaan juga
melaksanakan program tiket promo setiap harinya. Upaya perusahaan dalam mempromosikannya,
dilakukan melalui internet.
Keempat Preferensi, tahap komunikator (pemasar) berupaya membangun preferensi konsumennya,
yaitu salah satunya dengan mempromosikan kualitas, nilai, kinerja, dan keistimewaan lain produk itu.
Pada tahapan ini, PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam menarik minat konsumen, perusahaan
mengendalikan pelayanan dan mengadakan program tiket promo , sehingga perusahaan bisa
membangun preferensi konsumennya. Pelaksanaan promosi dalam mempromosikan pelayanan
perusahaan dan program tiket promo, juga dilakukan melalui internet, brosur, karyawan, dan PR/
Humas.
Kelima Keyakinan, tahap komunikator (pemasar) berupaya membangun keyakinan bahwa produk
tersebut pilihan yang terbaik. Upaya-upaya PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam memberikan
pelayanan yang terbaik pada konsumennya dan mengadakan program tiket promo, diharapkan bisa
mendorong minat konsumen dan kembali untuk menggunakan jasa transportasi kereta api.
Keenam Membeli, tahap komunikator (pemasar) mengarahkan konsumen agar mengambil langkah
untuk melakukan pembelian. Pada tahapan ini, upaya-upaya PT Kereta Api Indonesia (Persero) seperti
perusahaan mengandalkan kenyamanan, keamanan dan pelayanan, mengadakan program tiket promo,
serta mempromosikan pada konsumen, diharapkan bisa mendorong minat konsumen menggunakan
jasa transportasi kereta api dan membeli tiket kereta api. Adapun gambaran skema kerangka berpikir
sebagai berikut :
Gambar 1.1
Skema Strategi Marketing Public Relations PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam Upaya
Meningkatkan Penumpang Kereta Api Argo Parahyangan :
I. Langkah-langkah Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di PT Kereta Api Indonesia (Persero) daerah operasional II Bandung, beralamat di
Jln. Stasiun Selatan No. 25 Bandung. Alasan peneliti karena tersedianya data, lokasi yang strategis, dan
mudah dijangkau.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode derkriptif. Metode deskriptif
diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan subjek/objek penelitian, pada saat sekarang berdasarkan kafta-fakta yang
tampak atau sebagaimana adanya (Hadari Nawawi, 1998:63). Penelitian ini, bertujuan
menggambarkan atau mendeskripsikan strategi marketing publik relations di PT Kereta Api Indonesia
(Persero) dalam menarik minat konsumennya menggunakan jasa transportasi kereta api Argo
I. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif, yaitu data yang berkaitan dengan
perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dibuat sebelumnya oleh penulis yaitu :
1) Perencanan marketing publik relation di PT Kareta Api Indonesia (Persero) dalam menumbuhkan
minat konsumen untuk menggunakan jasa transportasi kereta api Argo Parahyangan.
2) Pelaksanaan marketing publik relation di PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam menciptakan
b. Sumber Data
1) Sumber data primer dalam penelitian ini dikumpulkan melalui in depth interview atau wawancara
dengan pihak marketing dan pihak PR/Humas di PT Kereta Api Indonesia (Persero) daerah operasional
II Bandung. Data primer yang dimaksud ialah data yang berkaitan dengan perumusan masalah dan
2) Sumber data sekunder dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tinjauan literatur, seperti buku-
buku, jurnal, internet, dan skripsi, selain itu dokumentasi-dokumentasi yang diperoleh melalui objek
penelitian.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui teknik sebagai berikut :
I. Observasi nonpartisipan adalah jenis metode observasi dimana seorang peneliti hanya
berperan sebagai “penonton” saja tidak terjun sebagai pemain seperti dalam observasi partisipan (Elvin
aro Ardianto, 2010:180). Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-
aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat.
Observasi ini dilakukan peneliti selama dua Minggu, dengan mengamati berbagai langkah atau strategi
marketing public relation di PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam upaya meningkatkan
II. Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu, (Sugiyono, 2012:231). Jenis
wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur yaitu digunakan sebagai teknik pengumpul
tertulis yang telah disiapkan oleh peneliti. Wawancara terstruktur yang dibuat oleh peneliti bertujuan
untuk mengumpulkan data-data atau berbagai langkah mengenai strategi marketing public relation di
PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam upaya meningkatkan penumpang kereta api Argo
Parahyangan. Hal-hal yang ditanyakan antara lain berkaitan dengan marketing mix, yaitu product,
price, placement dan promotions. Wawancara ini akan ditujukan kepada pihak marketing dan PR/
III. Studi Dokumentasi adalah penelusuran berbagai sumber informasi yang berhasil dari
tempat penelitian. Studi dokumentasi digunakan oleh peneliti untuk menggali data-data sekunder.
Dalam penelitian ini, data dokumentasi yang diperoleh dari tempat penelitian, yaitu PT Kereta Api
Indonesia (Persero) meliputi media promosi atau brosur, media publikasi, serta photo-photo, dan
dokumentasi-dokumentasi lainnya.
5. Analisis Data
Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah teknik analisis data. Analisis data dalam penelitian
kualitatif menurut Sugiyono (2012:247) yaitu dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan
setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai terasa
belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu diperoleh
data yang dianggap kredibel. Analisis data dalam penelitian kualitatif yaitu data reduktion (data
reduksi), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification (membuat kesimpulan
yang penting, dicari tema dan polanya. Data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila
diperlukan (Sugiyono, 2012:247). Dalam penelitian ini, peneliti mereduksi data-data yang dikumpulkan
melalui objek penelitian, yaitu mengenai berbagai langkah atau strategi marketing public relations di
PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam upaya meningkatkan penumpang kereta api Argo
Parahyangan.
II. Display data (penyajian data) bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan
antara kategori, flowchart dan sejenisnya. Tujuan mendisplaykan data yaitu memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami
tersebut (Sugiyono, 2012:249). Dalam penelitian ini penyajian data yang dilakukan oleh peneliti
dilakukan dalam bentuk uraian singkat agar mudah dipahami. Penyajian data tersebut adalah data-
data yang dikumpulkan dari objek penelitian, yaitu mengenai berbagai langkah atau strategi
marketing public relations di PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam upaya meningkatkan
III. Membuat kesimpulan dan verifikasi. Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut
Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2012:252) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dalam
penelitian ini peneliti melakukan penarikan kesimpulan terhadap data-data yang diperoleh dari
lapangan, peneliti juga memastikan bahwa data-data atau informasi tersebut merupakan data-data
yang kredibel.
I. MANAJEMEN DAKWAH
I. Sistem Pengorganisasian Gedung Dakwah dan Urusan Haji Kab. Sukabumi dalam Upaya
5. Keefektifan Metode Pengawasan Pimpinan terhadap Laporan Keuangan Masjid Jami Baiturrohim
6. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Manajer terhadap Kualitas Pelayanan Kopontren Ilman di Pesantren
7. Wanita Karir dalam Perspektif Manajemen Keluarga Muslim: Studi Deskriptif terhadap Dosen
(Studi Deskriptif di KBIH AL-Falah Jl. Raya Barat Cicalengka no 245 Bandung)
PROPOSAL PENELITIAN
Ibadah haji merupakan puncak ritual dari rukun Islam yang kelima yang wajib dilaksanakan oleh umat I
slam yang memenuhi kriteria istitha’ah, antara lain mampu secara materi, fisik dan mental. Ibadah haji
dahsyat. Hal ini terefleksi dalam prosesi Wukuf, Thawaf, Sa‟i dan Jamarat.
Secara kuantitas jamaah haji Indonesia merupakan yang terbesar bila dibandingkan negara-negara lain, B
erdasarkan keputusan rapat menteri luar negeri negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI)
tahun 1978 disepakati pembatasan jumlah jemaah haji setiap negara sebesar 1:1000 dari total jumlah
penduduk (yang bergama Islam). Kuota jemaah haji Indonesia yang disepakati dalam MOU Persiapan
Haji 1434 H/2013 M sebanyak 211.000 orang berdasarkan jumlah penduduk Republik Indonesia yang
tercatat di PBB. Namun pada tanggal 6 Juni 2013 Pemerintah Indonesia mendapat surat
pemberitahuan dari Pemerintah Arab Saudi tentang kebijakan pengurangan kuota haji sebesar 20%
untuk seluruh negara tanpa terkecuali karena adanya proyek perluasan tempat tawaf yang memakan
waktu penyelesaian selama 3 (tiga) tahun.
Besarnya minat masyarakat untuk menunaikan ibadah haji, tentunya menuntut berbagai perubahan dan
perbaikan dari berbagai pihak penyelenggara, sesuai dengan kondisi dan arah zaman yang berubah,
Mungkin pada era 90-an tuntutan kualitas tidak menjadi keharusan bagi masyarakat haji, yang penting
bagi mereka adalah berangkat dan kembali dengan selamat serta menjadi haji yang mabrur. Namun
Hingga saat ini besarnya jumlah jamaah haji, belum bisa dijadikan tolak ukur besarnya potensi bagi
bangsa dan negara, yang terjadi saat ini haji lebih sekedar rutinitas ibadah tahunan. Hal ini terlihat dari
penyelenggaraan ibadah haji dari tahun ke tahun yang selalu menyisakan persoalan dan sering menjadi
sorotan publik. Penyelenggaraan ibadah haji dari tahun ketahun tidak lepas dari permasalahan: otoritas
penyelenggaraan ibadah haji, komponen besarnya BPIH, akomodasi, pemondokan, transportasi, katering
eksistensi BPIH khusus (Evaluasi Penyelenggaraan Haji Tahun 1426 H/2006 M, Departemen Agama
Dinamika penyelenggaraan haji selalu menjadi topik pembicaraan hangat dikalangan masyarakat. Hal
ini karena tuntutan publik di era reformasi dan keterbukaan, dan juga kenyataan bahwa haji bukan
hanya rutinitas tahunan yang menjadi kewajiban umat Islam dalam menyempurnakan rukun Islam
yang kelima, tetapi lebih dari itu, perlu ditingkatkan sistem dan mekanisme penyelenggaraan haji itu
sendiri. Dinamika tersebut sudah selayaknya ditanggapi secara proporsional oleh pemerintah atau
lembaga terkait, untuk mencari solusi sehingga penyelenggaraan haji akan lebih profesional sesuai
pemberian pelayanan dan perlindungan kepada jamaah, untuk itu upaya penyempurnaan sistem dan
manajemen penyelenggaraan ibadah haji harus ditingkatkan. Upaya tersebut bisa dilakukan dengan cara
Negara atau pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan ibadah haji berdasarkan amanah
Undang- Undang yang berlaku. Penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia telah diatur dalam Undang-
undang No 13 Tahun 2008 pasal 1 ayat 2 dan pasal 3. Dalam undang-undang ini disebutkan bahwa
penyelenggaraan ibadah haji adalah rangkaian kegiatan pengelolaan pelaksanaan ibadah haji yang
meliputi pembinaan, pelayanan, dan perlindungan ibadah haji. Penyelenggaraan ibadah haji bertujuan
agama Islam.
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) merupakan lembaga sosial Islam yang bergerak dalam
bidang Bimbingan Manasik Haji terhadap calon jamaah/jamaah haji baik selama pembekalan ditanah
air maupun pada saat ibadah haji di Arab Saudi. Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) sebagai
lembaga sosial keagamaan (non pemerintah) merupakan sebuah lembaga yang telah memiliki legalitas
pembimbingan melalui Undang-Undang dan lebih diperjelas melalui sebuah wadah khusus dalam
struktur baru Departemen Agama dengan Subdit Bina KBIH pada Direktorat Pembinaan Haji (Buku
Tujuan organisasi atau lembaga ini tidak akan berjalan tanpa adanya bantuan kinerja dari seorang
karyawan. Dalam mencapai tujuan tersebut maka diperlukan unsur – unsur manajemen salah satunya
adalah unsur men (manusia) atau bisa disebut juga dengan karyawan artinya tenaga kerja manusia baik
tenaga kerja pemimpin maupun tenaga kerja operasional atau pelaksana, karena lembaga dan karyawan
Karyawan adalah asset (kekayaan) utama setiap lembaga atau perusahaan yang selalu ikut aktif
berperan dan saling menentukan tercapai tidaknya tujuan perusahaan tersebut (Malayu S.P Hasubuan,
2000:179). Selain itu kinerja seorang karyawan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya
KBIH yang bergerak dibidang penyelenggaraan haji sangatlah berperan dalam mengurus, mengelola,
pelaksanakan dan mengatur serangkaian kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Terutama
dalam mengawasi seluruh program dan kegiatan KBIH. Kegiatan pengawasan ini dimaksudkan untuk
pengawasan pada KBIH ditujukan untuk mengontrol semua aktivitas yang meliputi segala pelayanan
yang diberikan kepada para calon jamaah haji sampai kepada permasalahan internal organisasi.
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang memegang peranan penting dalam proses
penyelenggaraan kegiatan guna tercapainya tujuan yang telah ditentukan di dalam suatu organisasi. Sepe
rti halnya fungsi-fungsi manajemen lainnya yaitu perencanaan, pengorganisasian, dan penggerakkan, fun
gsi pengawasan ini selalu dilakukan oleh setiap atasan kepada bawahannya untuk mengetahui apakah
bawahannnya melakukan tugas sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat kualitas dan kuantitas kerja
yang telah ditetapkan ataukah tidak. Oleh karena itu, keberhasilan lembaga ditentukan oleh pengawasan
yang efektif, sehingga kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang dimiliki suatu lembaga
menjadi lebih meningkat. Demikian halnya juga dalam penyelenggaraan tugas-tugas suatu Kelompok
Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) akan berhasil apabila pengawasan dilakukan secara efektif dan efisien.
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Al-Falah adalah salah satu layanan sosial keagamaan yang
diadakan oleh Yayasan Asysyahidiyyah untuk melayani dan membimbing elemen masyarakat yang
akan melaksanakan ibadah haji dan atau umrah. Lembaga ini didirikan pada tahun 1998 dengan ijin
satu lembaga yang bergerak dibidang jasa pelatihan, bimbingan dan pemberangkatan jemaah haji dan
umroh yang bertujuan untuk membimbing umat menuju baitullah dengan menitik beratkan kepada
kualitas layanan dan serangkaian kegiatan untuk calon jamaah haji agar dapat menjadi haji yang
dan pengawasan.
Dalam pengelolaanya KBIH Al-Falah memanfaatkan sumber daya yang ada di dalam yaitu para
Asatidz yang masih memiliki ikatan keluarga juga para santri dari Pondok Pesantren Al-Falah yang ikut
serta memberikan support terhadap berlangsungnya semua kegiatan yang diadakan oleh KBIH tersebut.
KBIH Al-Falah merupakan lembaga yang banyak diminati oleh calon jamaah haji, Banyak sekali
jamaah haji yang mendaftar setiap tahunya karena terdapat kepuasan jamaah terkait pelayanan yang
Adapun program yang dilakukan oleh KBIH Al-Falah meliputi : Program Ibadah haji, Umrah, Ziarah,
dan Reuni akbar Jemaah Haji Al-Falah. Dalam merealisasikan program tersebut, KBIH Al-Falah
menggerakan Para Alumni jamaah haji, Alumni Pesantren Al-Falah, pengurus dan elemen lain yang
mau bekerja sama secara ikhlas untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan program-program yang
telah direncanakan.
Agar kegiatan organisasional mencapai tujuan yang sesuai dengan rencana dan cara-cara yang
ditetapkan sebelumnya. Maka Kegiatan yang dilakukan oleh KBIH Al-Falah tidak terlepas dari
peran seorang pemimpin didalamnya, karena pemimpin yang akan mengetahui semua kinerja
karyawan, pemimpin juga yang akan mengetahui apakah kinerja yang dilakukan oleh karyawan
berjalan dengan baik atau tidak sesuai dengan tujuan awal yang tekah direncanakan, karena
bagaimanapun seorang pemimpin harus tetap menjaga profesionalisme kerja walaupun semua
karyawanya merupakan orang-orang terdekat yang masih memiliki ikatan keluarga, setelah
serangkaian kegiatan kinerja karyawan telah dilakukan, kemudian melakukan tindakan kotrektif
(perbaikan) agar eksistensi sebuah organisasi tetap berjalan dengan efektif dan efisien.
Oleh karena itu pengawasan sangat penting dalam meningkatkan kinerja karyawan, agar karyawan
mau bekerja sama, memiliki semangat kerja yang tinggi, bekerja secara ikhlas sehingga tercapainya
hasil yang optimal. Selain itu pengawasan dilaksanakan dalam manajemen untuk mengetahui segala
kekurangan dalam pelaksanaan pelayanan sehingga pelayanan yang dilaksanakan tidak menyimpang
dengan tujuan-tujuan yang telah direncanakan dan menguntungkan bagi penyelenggaraan atau
pelaksanaan program selanjutnya agar permasalahan yang pernah terjadi tidak terulang lagi.
Pengawasan sebagai fungsi manajemen berdekatan erat dengan perencanaan. Hal ini, karena
pengawasan berhubungan langsung dengan kegiatan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan, supaya tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang menyebabkan tidak
tercapainya tujuan. Pengawasan ini mencakup mengevaluasi pekerjaan yang sedang berlangsung, dan
apabila diperlukan perbaikan maka perbaikan dapat dilaksanakan terhadap kegiatan yang sedang
dikerjakan. Jika dilakukan perbaikan, maka perbaikan tersebut tidak boleh sampai merusak tujuan
I. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang akan diteliti dalam
pembuatan skripsi ini dirumuskan dalam bentuk Pola Pengawasan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji da
lam Meningkatkan Kinerja karyawan. Selanjutnya untuk mempermudah pembahasan dan analisis,
1. Bagaimana standar pengawasan yang diterapkan di KBIH Al- Falah Cicalengka Bandung?
2. Bagaimana implementasi standar pengawasan yang dilakukan oleh Pemimpin dalam melihat
3. Bagaimana tindakan evaluasi yang dilakukan oleh pemimpin dalam memperbaiki kinerja
Dalam melakukan penelitian, setiap peneliti mempunyai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Bandung.
2. Untuk mengetahui implementasi dari standar pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan
3. Untuk mengetahui tindakan evaluasi yang dilakukan oleh pemimpin dalam memperbaiki kiner
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperluas khasanah pemikiran, pengetahuan, pemahaman
dalam ilmu manajemen terutama ilmu tentang pengawasan, serta diharapkan dapat dijadikan sebagai
salah satu bahan studi banding oleh peneliti lain, juga dapat dipergunakan dalam pengembangan ilmu
Diharapkan dapat memberi masukan positif bagi organisasi dalam memahami pentingnya fungsi
pengawasan sumberdaya manusia untuk memaksimalkan kinerja agar sesuai dengan rencana awal yang
telah ditetapkan, serta bertujuan
untuk menghindari terjadinya penyimpangan- penyimpangan yang tidak diharapkan agar proses kinerja
I. Tujuan Pustaka
Untuk menghindari kesamaan penulisan dan plagiatisme, maka berikut ini penulis sampaikan
beberapa hasil penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, antara lain
sebagai berikut :
Pertama, skripsi yang telah disusun oleh Widaningsih (2005) dengan judul: “Teknik Pengawasan
Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Karyawan” skripsi ini menjelaskan tentang pengawasan seksi
penyelenggaraan Haji Departemen Agama Purwakarta, di dalam mekanisme pelaksanaan kegiatannya
Departemen Agama Purwakarta melakukan dua teknik pengawasan, yaitu pengawasan langsung dan
pengawasan tidak langsung. Dalam pengawasan langsung dilakukan dengan cara peninjauan pribadi
dan dengan melakukan bimbingan dan penyuluhan serta program kerja setiap satu minggu sekali setiap
hari senin pagi setelah apel pagi pukul 07:30 WIB. Sedangkan pengawasan tidak langsung yaitu dengan
memberikan laporan pertanggung jawaban mengenai pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan
baik melalui lisan maupun lewat tulisan. Pengawasan yang dilakukan pemimpin seksi penyelenggaraan
Haji Departemen Agama Purwakarta ini memberikan dampak positif terhadap karyawan seksi
penyelenggaraan Haji Departemen Agama Purwakarta, yaitu dengan semangat tumbuhnya produktifitas
Kedua, skripsi yang telah disusun oleh Budiman Iskandar (2005) yang berjudul “Aplikasi Fungsi
Pengawasan dalam Pelaksanaan Ibadah Haji di Kantor Wilayah Departemen Agama Profinsi Jawa
Barat” skripsi ini menjelaskan tentang aplikasi pengawasan yang dilakukan oleh
kepala Kanwil Departemen Agama Profinsi Jawa Barat adalah dengan sebuah membentuk tim
pemantau yang memiliki fungsi sebagai pemantau Kepala Kanwil dalam mengawasi proses
penyelenggaraan ibadah haji. Tim pemantau bertugas untuk memantau pelaksanaan tugas-tugas pada
bidang-bidang yang terkait dengan Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH), yaitu administrasi,
transportasi, kesehatan jamaah, perbekalan (pasilitas) jamaah calon haji, dan keamanan serta
ksenyamananya.
Aplikasi pengawasan yang dilakukan oleh kanwil Departemen Agama Propinsi Jawa Barat pada saat
pemulangan tidak jauh beda dengan pengawasan saat pemberangkatan, baik secara manajerialnya
Evaluasi hasil pemantauan kemudian dilaporkan kepada kepala Kanwil Depag sekaligus sebagai ketua
Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH), dan tidak dilanjuti dengan instruksi untuk melakukan
perbaikan. Apabila ada masalah yang cukup rumit biasanya kepala Kanwil mendiskusikanya pada
rapat dadakan atau incidental. Bahkan dapat pula mengundang ahli ataupun sebuah lembaga yang
I. Kerangka Pemikiran
Secara etimologis, kata manajemen berasal dari Bahasa Inggris, yakni management, yang
dikembangkan dari kata to manager, yang artinya mengatur atau mengelola. Kata manage itu sendiri
berasal dari Bahasa Italia, maneggio, yang diadopsi dari Bahasa Latin managiare, yang berasal dari
kata manus, yang artinya tangan (Sadili Samsudin, 2006:15). Sedangkan secara terminologi,
manajemen adalah sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan; perencanaan,
yang telah
ditetapkan melalui pemanfatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Sedangkan menurut
(Actuating) dan pengawasan (Controlling), usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
Manajemen merupakan salah satu aspek penting dalam mewujudkan suatu harapan yang dicita- citakan
bersama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Manajmen adalah upaya
mengatur dan mengarahkan berbagai sumberdaya, mencangkup manusia (Man), uang (Money), barang (
Material), mesin (Matchine), metode (Methode) dan Pasar (Market). (Zaenal Muchtarom, 1996:35).
Dipandang sebagai salah satu fungsi manajemen, fungsi pengawasan dilakukan untuk mengukur
efektifitas kerja personal dan tingkat efisiensi peggunaan metode serta alat-alat tertentu dalam usaha
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses pengawasan ditujukan untuk memeriksa kesesuaian
realisasi kerja di lapangan dengan rencana, instruksi dan prinsip-prinsip kerja yang telah ditetapkan.
Pengawasan sangat penting dilaksanakan dalam manajemen untuk mengetahui segala kekurangan
dalam pelaksanaan pelayanan sehingga pelayanan yang dilaksanakan tidak menyimpang dengan tujuan-
tujuan yang telah direncanakan dan menguntungkan bagi penyelenggaraan atau pelaksanaan program
Pengawasan sebagai fungsi manajemen berdekatan erat dengan perencanaan. Hal ini karena
pengawasan berhubungan langsung dengan kegiatan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan, pengawasan ini mencakup mengevaluasi pekerjaan yang sedang berlangsung,
dan apabila diperlukan perbaikan maka perbaikan dapat dilaksanakan terhadap kegiatan yang sedang
dikerjakan.
George. R Terry (dalam Brantas, 2009:198) juga berpandangan bahwa pengawasan adalah proses
penentuan, menentukan apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu
pelaksanaan dan penilaian (Evaluasi) pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan
(tindakan korektif), sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.
Hlarold Koonz dan Cyrill O. Donnel dalam buku mereka Principles of Management mengatakan
bahwa Planning And Controlling Are The Two Side Of The Same Coin. Artinya bahwa perencanaan
dan pengawasan merupakan kedua belahan mata uang yang sama (Sondang P. Siagian 2008 : 112).
Jelas bahwa tanpa rencana pengawasan tidak mungkin dilaksanakan karena tidak ada pedoman untuk
melakukan pengawasan itu. Sebaliknya rencana tanpa pengawasan akan berarti kemungkinan
Pengertian sumberdaya manusia dikemukakan pula oleh Sedarmayanti (2001:68) dalam buku “Sumber
Daya Manusia dan Produktivitas Kerja” bahwa sumber daya manusia adalah tenaga kerja atau
pegawai didalam organisasi yang mempunyai peran penting dalam mencapai keberhasilan”.
Menurut A. Anwar Prabu Mangkunegara (2005:9) menjelaskan bahwa kinerja merupakan istilah yang
berasal dari kata Job performance atau actual performance prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya
yang dicapai seseorang. Kemudian diperkuat oleh Barnadin (2001:143) yang dikutif oleh Sudarmanto
(2009:8) menyatakan bahwa kinerja merupakan catatan hasil yang diproduksi atau yang dihasilkan atas
dicapai seseorang.
Malayu S.P Hasibuan (2000:12) bahwa karyawan adalah kekayaan utama suatu perusahaan atau
lembaga, karena tanpa keikutsertaan mereka aktivitas perusahaan tidak akan terjadi, karyawan
berperan aktif dalam menetapkan rencana, system, proses dan tujuan yang ingin dicapai. Dapat
dipahami bahwa karyawan adalah modal utama bagi setiap perusahaan. Sebagai modal, kinerja
karyawan perlu dikelola dan diawasi agar tetap produktif. Selain itu karyawan merupakan asset utama
yang penting serta merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan pekerjaan dalam menjalankan
perusahaan atau lembaga. Maka dari itu, pentingnya sistem pengawasan yg efektif dari seorang
pemimpin untuk mempertahankan semangat kerja, melakukan pekerjaan dengan baik serta
meningkatkan sikap loyalitas karyawan terhadap lembaga.
Sistem pengawasan yang efektif harus memenuhi beberapa prinsip pengawasan yaitu adanya rencan tert
entu dan adanya pemberian instruksi serta wewenang-wewenang kepada bawahan. Rencana
merupakan standar atau alat pengukur pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan. Rencana tersebut
menjadi petunjuk apakah sesuatu pelaksanaan pekerjaan berhasil atau tidak. Pemberian instruksi dan
wewenang dilakukan agar sistem pengawasan itu memang benar-benar dilaksanakan secara efektif.
Wewenang dan instruksi yang jelas harus dapat diberikan kepada bawahan, karena berdasarkan itulah
dapat diketahui apakah bawahan sudah menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Atas dasar instruksi
yang diberikan kepada bawahan maka dapat diawasi pekerjaan yang dilakukan seorang bawahan.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah tugas- tugas telah dilaksanakan, bagaimana pelaksanaanya,
Pengawasan oleh pemimpin kepada bawahan merupakan usaha untuk membimbing, mengarahkan dan
mendayagunakan kemajuan bawahan secara maksimal, guna mencapai tujuan lembaga atau organisasi.
Pimpinan melakukan itu guna mencegah atau memeprbaiki terjadinya penyimpangan yang tidak sesuai
dengan perencanaan.
Demikian juga halnya dalam pelaksanaan pengawasan, untuk mempermudah pelaksanaan dalam
merealisasikan tujuan harus pula dilalui beberapa fase atau urutan pelaksanaan. Proses pengawasan yang
berobjekan apapun terdiri dari 3 (tiga) tahap sebagai berikut (Manulang, 2008:148) :
Proses pengawasan tersebut pada dasarnya dilakaukan oleh Pemimpin dengan mempergunakan dua
macam metode pangawasan, yaitu : pengawasan langsung (direct control), dan pengawasan tidak
langsung (indirect control. Metode pengawasan langsung bisa dilakukan oleh pemimpin ketika proses
kinerja karyawan sedang berjalan setiap harinya, atau bisa juga saat rapat bulanan. Sedangkan metode
pengawasan tidak langsung bisa dilakukan oleh tim pengawas Yayasan Asysyahidiyyah yang telah
mendapatkan mandat dari pimpinan agar kualitas kinerja karyawan tetap terjaga, lihat gambar di
Metode Pengawasan
karyawan di KBIH Al-Falah, hasilnya adalah untuk mengukur keefektifan kinerja yang telah dilakukan
selama ini. Menurut H. Emerson Efektif adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan
Perlu diketahui bahwa semua pemimpin pemimpin menginginkan untuk mendapatkan sistem
pengawasan yang efektif dan efisien untuk membantu agar apa yang dilakukan sesuai dengan rencana.
Agar pengawasan tersebut berjalan dengan efektif dan efisien perlu adanya sistem yang baik dari
pengawasan itu. Sistem yang baik itu memerlukan syarat- syarat menurut (Soewarto Handayaningrat,
3. Pengawasan harus menunjukan penyimpangan- penyimpangan pada hal- hal yang penting.
Dengan memenuhi syarat-syarat tersebut, maka sistem pengawasan akan berjalan dengan baik secara
efektif dan efisien. Begitupun pengawasan dalam proses kinerja yang dilakukan oleh karyawan akan
berjalan dengan baik dan efisien apabila memenuhi syarat-syarat tersebut. Pengawasan ini dilakukan
secara menyeluruh dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, dan semua kegiatan kinerja karyawan
sehingga tidak terjadi penyimpangan- penyimpangan yang tidak diharapkan dan sesuai dengan apa
yang diharapkan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses manajeman dapat diselesaikan apabila pengawasan
telah dilaksanakan. Oleh karena itu, pengawasan dapat dinyatakan sebagai proses dimana Pemimpin/
pihak manajemen melihat apakah yang telah terjadi sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi.
Gambar.1.2
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, sebuah lembaga atau organisasi khususnya KBIH
menyimpang dari rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya, hal inilah yang mendasari adanya
pengawasan dari pemimpin, agar proses pelaksanaan kerangka kerja yang telah disusun dari awal dapat
berjalan dengan efektif dan efisien dan mendapatkan hasil yang maksimal.
Dari beberapa penjelasan mengenai pengawasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan fungsi
manajemen lebih dikonsentrasikan pada pengawasan yang dapat diterapkan bagi peningkatan kualitas
kinerja karyawan.
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada KBIH Al-Falah yang berada di Jl. Raya Barat Cicalengka no 245
Bandung. Alasanya ialah masalah ini sangat penting untuk dipecahkan karena berkaitan dengan
pengawasan dan kinerja karyawan. Lokasi ini relatif mudah terjangkau dari tempat tinggal peneliti,
yang memungkinkan efektivitas dan efisiensi dalam pengumpulan data- data dan informasi yang
dibutuhkan.
2. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpuloan secara lebih luas (Sugiyono, 2005 :21). Adapun pendapat lain menyatakan metode
deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan gejala, pristiwa, kejadian yang
terjadi pada saat sekarang (Suharmini Arikunto, 2002:30). Hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan,
memaparkan dan menjelaskan data-data informasi tentang fungsi pengawasan yang digunakan oleh
data yang telah diperoleh dan terkumpul dianalisis. Dengan menggunakan metode tersebut dapat
menghantarkan peneliti dalam memperoleh data secara benar, akurat dan lengkap berdasarkan hasil
3. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Menurut Bog dan Taylor data
kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari
orang- orang atau prilaku yang diamati (Khaerul Wahidin, 2001:47). Pendapat lain menyatakan penelit
ian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan jawaban atas beberapa pertanyaan
penelitian yang diajukan terhadap masalah yang dirumuskan dan pada tujuan yang telah ditetapkan.
II. Data yang berhubungan dengan implementasi standar pengawasan yang dilakukan oleh
III. Data yang berhubungan dengan tindakan evaluasi yang dilakukan oleh pemimpin dalam
4. Sumber Data
Dalam hal ini sumber data yang digunakan peneliti terdiri dari data primer dan data sekunder.
I. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian dengan mengenakan alat
pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Dat
a primer ini diperoleh melalui kata-kata atau tindakan orang-orang yang diamati dan diwawancarai. Ada
pun subyek penelitian, antara lain: Pimpinan, dan pengurus KBIH Al-Falah Cicalengka Bandung.
I. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari data tertulis yang merupakan sumber data yang tidak
bisa diabaikan, karena melalui sumber data tertulis akan diperoleh data yang dapat
dipertanggungjawabkan validitasnya (Lexy J. Moleong, 2004:113). Data yang diperoleh bisa berupa
arsip, dokumentasi, visi dan misi, Ad/ART, struktur organisasi serta program kerja yang terdapat pada
KBIH Al-Falah ataupun hal- hal lain yang dapat melengkapi jenis data yang diperoleh dalam
penelitian.
I. Observasi
Observasi adalah metode yang dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diselidiki (Usman dan Akbar, 2003:54). Observasi juga merupakan teknik
yang dilakukan melalui pengamatan, pengawasan, peninjauan dan penyelidikan langsung akan kondisi
objek untuk mengumpulkan data- data (Kamus Ilmiah Popular, 2001:553). Dalam pelaksanaan
observasi ini, peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang menjadi pusat penelitian,
agar mengetahui secara langsung aktivitas KBIH Al-Falah, khususnya pada pengawasan KBIH Al-
Falah. Dan juga untuk mengetahui sejauh mana efektivitas kinerja karyawan di KBIH Al-Falah
Cicalengka Bandung.
I. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara
langsung kepada seseorang yang berwenang tentang suatu masalah (Suharsimi Arikunto,
1993:231).
Peneliti dalam hal ini berkedudukan sebagai interviewer, mengajukan pertanyaan, menilai jawaban,
meminta penjelasan, mencatat dan menggali pertanyaan lebih dalam. Di pihak lain, sumber informasi
(interview) menjawab pertanyaan, memberi penjelasan dan kadang-kadang juga membalas pertanyaan
(Hadi, 2004:218). Metode ini dipergunakan untuk mendapatkan data dan menggali data tentang sesuatu
Dalam wawancara ini peneliti menggunakan wawancara tersruktur yaitu wawancara yang terdiri
dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan telah disusun sebelumnya. Semua responden
yang diwawancarai diajukan pertanyaan-pertanyaan yang sama, dengan kata-kata dan dalam tata
urutan secara uniform. Di samping itu sebagai bentuk pertanyaannya, digunakan wawancara terbuka
yaitu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang sedemikian rupa bentuknya sehingga responden atau
informan diberi kebebasan untuk menjawabnya. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini
I. Studi dokumentasi
Metode Dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal atau variabl yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Lexy J. M
oleong, 2004:218). Teknik pengumpulan data tidak langsung ini ditujukan kepada subyek penelitian
dalam rangka memperoleh informasi terkait objek penelitian, dalam studi dokumentasi biasanya
6. Analisi Data
Untuk menganalisis data yang diperoleh peneliti menggunakan pendekatan deduktif empirik, yaitu
pola berfikir premis yang bersifat umum menuju konsepsi yang khusus, sehingga menghasilkan suatu
kesimpulan. Setelah data-data terkumpul secara lengkap selanjutnya peneliti melakukan analisis
I. Mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil observasi awal, wawancara dan dokumentasi
serta menyusun data berdasarkan satuan- satuan perumusan masalah;
II. Setelah data terkumpul kemudian diklasifikasikan menurut jenisnya masing- masing;
III. Setelah data tersebut telah diklasifikasikan, kemudian hubungkan satu dengan yang lainya
Kabupaten Sumedang.
Bermasyarakat.
Judul Penelitiannya :
PROPOSAL PENELITIAN
Dalam rangka mengembangkan pembangunan ekonomi secara luas dibutuhkan suatu agenda
pembangunan ditingkat daerah. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran pemerintah dalam melakukan
upaya pemberdayaan masyarakat agar dapat membentuk masyarakat yang kuat dalam berbagai
bidang salah
satunya dalam bidang ekonomi. Dimana pemberdayaan ekonomi masyarakat dinilai penting sebagai
Berbeda dengan perkembangan ekonomi zaman dulu yang dinilai stagnan dan masih bersifat
tradisisonal, pengembangan ekonomi saat ini diperlukan kreativitas dan inovasi-inovasi baru bagi
pelaku usaha baik dalam pengembangan produk maupun jasa. Kreativitas dan inovasi baru diperlukan
untuk memenangkan persaingan dalam berbagai aktivitas ekonomi yang saat ini lebih mengerah pada
Dalam rangka pemberdayaan dan pengembangan ekonomi masyarakat, dipaparkan dalam Intruksi
Presiden No 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif Tahun 2009-2015, bahwa dalam
ekonomi kreatif guna mengatasi jumlah kemiskinan agar tidak semakin bertambah. Pengembangan
Pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia salah satunya ditandai dengan berkembangnya home ind
ustry dimasyarakat. Home industry merupakan industri kecil dimana terdapat usaha produksi barang
Industri kecil atau home industry sangat bermanfaat bagi masyarakat, terutama penduduk golongan
ekonomi lemah, karena sebagian besar pelaku industri kecil adalah penduduk golongan tersebut.
Industri kecil mempunyai manfaat yang besar, karena: 1. Dapat memberikan lapangan kerja pada
penduduk pedesaan yang umumnya tidak bekerja secara utuh; 2. Memberikan tambahan pendapatan
memproduksi barang-barang keperluan penduduk setempat dan daerah sekitarnya secara lebih
Dari uraian diatas, home industry mempunyai peluang yang sangat besar dalam memberdayakan
ekonomi masyarakat. Namun dalam beberapa hal, home industry dipandang belum mencukupi
kebutuhan masyarakat sehingga sebagian besar masyarakat kurang berminat dalam menekuni usaha
ini. Kebanyakan masyarakat lebih berminat bekerja sebagai pegawai atau buruh yang dinilai lebih
praktis dan tidak perlu menyiapkan modal besar. Hal ini dapat dilihat dari data Badan Pusat Statistika (
BPS) pada tahun 2014 yang menyatakan bahwa penduduk Indonesia yang bekerja menurut pekerjaan
utama dari 118,17 juta orang yang bekerja pada Februari 2014, status pekerjaan utama terbanyak
adalah sebagai buruh/karyawan sebesar 43,35 juta, sedangkan orang yang berusaha sendiri dibantu
karyawan tidak tepat hanya berkisar 19,74 juta orang saja. Berusaha sendiri dibantu karyawan tidak
tetap adalah status pekerjaan bagi mereka yang bekerja sebagai orang yang berusaha atas resiko
sendiri dan dalam usaha mempekerjakan buruh tidak tetap. Contohnya, usaha kecil yang dibantu oleh
orang-orang terdekat. Dari fakta tersebut, dikhawatirkan masyarakat Indonesia akan selamanya
bermental buruh dan tidak memiliki keinginan untuk memberdayakan dirinya. Padahal potensi
masyarakat Indonesia lebih dari cukup untuk meningkatkan tarap ekonomi masyarakatnya, tinggal
bagaimana masyarakat mempunyai keahlian dan keinginan untuk menggali dan mengembangkan
Masalah lain yang dihadapkan pada pengembangan home industry di Indonesia adalah beberapa
produk home industry masyarakat yang cenderung monoton dan tidak berdaya saing, sehingga
terkalahkan oleh produk industri-industri asing. Oleh karena itu, diperlukan ide-ide kreatif untuk
memunculkan produk baru yang unik sehingga tidak kalah bersaing dengan industri-industri asing
Kajian seputar home industry sangat penting dalam rangka mencari model pemberdayaan ekonomi
masyarakat yang efektif. Home industry bergerak dalam kegiatan industri kecil yang dilakukan
masyarakat secara mandiri, yaitu masyarakat menggunakan modal yang ada dalam diri dan
lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai bidang. Pengembangan home
industry yang sarat akan kemandirian diri dalam pengembangan ekonominya sesuai dengan konsep
1. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga memiliki kebebasan, dalam arti bukan saja bebas
mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari
kesakitan.
mereka.
Kajian home industry juga menjadi wadah yang tepat dalam mengembangkan ekonomi kreatif,
karena pada dasarnya ekonomi kreatif berfokus pada pergerakan industri di Indonesia termasuk
didalamnya industri kecil. Ekonomi kreatif merupakan kegiatan ekonomi yang digerakan oleh industri
kreatif yang mengutamakan peran kekayaan intelektual. Industri kreatif menggunakan modal
Industri kecil dapat dikatakan termasuk kedalam ekonomi kreatif jika mempunyai model-model
sebagai berikut:
1. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan usaha dan peluang usaha baru.
2. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan output (produk baru) dan mengkombinasikan
3. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan teknologi atau metode untuk mengembangakan
4. Kreasi atau gagasan untuk menciftakan produk, melalui proses perbaikan terus menerus.
Pengembangan ekonomi kreatif dapat menjadi salah satu hal penting dalam upaya dan strategi
pengembangan masyarakat. Karena itulah, kajian seputar home industry sebagai salah satu
pengembangan ekonomi kreatif di masyarakat menjadi menarik untuk diteliti dan dikaji lebih jauh,
terutama terkait erat dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat secara keseluruhan.
Kajian seputar home industry juga dapat mengahasilkan kajian baru terkait dengan model
pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan kondisi masyarakat di Indonesia. Home industry tidak
memerlukan modal yang banyak sehingga dapat dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat. Selain
itu home industry juga tidak memerlukan pendidikan yang tinggi karena yang diperlukan adalah
kreativitas dan keahlian menggali potensi diri dan lingkungannya sehingga dapat dilakukan oleh
Kajian menganai home industry kreatif juga penting dilakukan untuk menyiapkan masyarakat yang
mampu bersaing dalam berbagai kegiatan ekonomi. Salah satunya bersaing pada Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan dimulai pada tahun 2015 ini, sehingga masyarakat Indonesia
terbebas dari mental buruh maupun mental konsumen dan menjadi masyarakat produksi yang
Selain itu industri kreatif juga dapat melatih masyarakat untuk menggali potensi yang sangat
berlimpah dalam diri dan lingkungannya, untuk kemudian melakukan usaha secara mandiri sehingga
masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan berakhir pada kesejahteraan masyarakat yang
menyeluruh.
Dengan demikian, pemberdayaan ekonomi kreatif berbasis home industry dapat dijadikan model
baru dalam pemberdayaan ekonomi karena sesuai dengan konsep pemberdayaan masyarakat secara
umum. Konsep industri kreatif dalam pengembangan usahanya lebih menekankan pada kemampuan
masyarakat dalam mengolah ide dan kreatifitas agar tercipta suatu produk yang bernilai jual dan
bernilai saing. Hal ini sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia yang mempunyai modal lebih dari
akan lebih tertarik untuk mengembangkan home industry sesuai dengan potensi dan modal yang
dimilikinya.
Konsep pemberdayaan ekonomi kreatif berbasis home industry mulai berkembang di masyarakat
Desa Cibeusi. Secara umum, masyarakat Desa Cibeusi bekerja pariatif sebagai buruh, pekerja sipil,
pedagang dan pekerjaan lainnya, tetapi kebanyakan masyarakatnya bekerja dalam mengembangkan
usaha kreatif di bidang kerajinan ukiran kayu. Inovasi ini dimiliki oleh masyarakat Desa Cibeusi dari
tahun 1968 sebagai penginplementasian keahlian mereka secara turun temurun dalam kerajinan
mengukir kayu. Keahlian ini kemudian di kembangkan dengan kreativitas dan ide-ide baru untuk menc
iptakan produk yang lebih unik, kreatif dan bernilai jual. Indikasi kreatif pada home industry masyarak
at desa Cibeusi dapat dilihat dari keahlian masyarakat mengolah bahan baku berupa kayu yang
biasanya dijadikan bahan bangunan, furniture, atau dijual mentah, diolah menjadi produk baru yang
berupa benda-benda seni yang dapat dijual dengan harga yang lebih menguntungkan dan mendapat
mangsa pasar yang lebih luas. Selain itu, cirri khas seni mengukir yang lebih halus dibandingkan
dengan ukiran didaerah lain juga menjadi cirri khas yang menonjol dari ukiran masyarakat Desa
Cibeusi. Oleh karena itu, tidak heran jika home industry kerajinan tangan masyarakat Cibeusi mampu
bersaing dan berhasil mengekspor karya-karyanya ke daerah-daerah Indonesia bahkan sampai ke luar
Indonesia.
Home industry berbasis ekonomi kreatif masyarakat Cibeusi yang mendayagunakan potensi
disekitarnya dan memaksimalkan sumber daya manusia untuk kreatif mengolah ide dan gagasan
dalam menciptakan produk yang bernilai jual, menjadi inspirasi bagi masyarakat lainnya untuk
yaan ekonomi kreatif berbasis home industry di masyarakat pengrajin ukiran kayu Desa Cibeusi
I. Rumusan Masalah
Uraian di atas menunjukan bahwa home industry sebagai salah satu model pengembangan ekonomi
kreatif dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: 1. Adanya kreasi atau gagasan dari pelaku
usaha dalam mengembangkan usaha atau peluang baru, 2. Adanya kreasi atau ide dari pelaku usaha
dalam mengembangkan produk baru dan mengkombinasikan input, 3. Adanya kreasi atau gagasan
dari pelauku usaha untuk menemukan teknologi dan model baru dalam pengembangan dan
pemasaran produk, dan 4. Adanya kreasi atau gagasan dari pelaku usaha untuk melakukan
peningatan kualitas produk secara continue. Oleh karena itu, yang menjadi fokus pertanyaannya
adalah:
1. Bagaimana produk home industry yang dikembangkan masyarakat Desa Cibeusi yang
2. Bagaimana kreativitas masyarakat Desa Cibeusi dalam pengembangan produk home industry
baru?
3. Bagaimana pengembangan teknologi dan model home industry masyarakat Desa Cibeusi
4. Bagaimana strategi peningkatan produk secara continue pada home industry masyarakat Des
a Cibeusi?
I. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui model home industry yang dikembangkan masyarakat Desa
Cibeusi dalam bentuk produk yang mengarah pada pengembangan usaha baru.
b. Untuk mengetahui kreativitas masyarakat Desa Cibeusi dalam pengembangan produk
d. Untuk mengetahui strategi peningkatan produk secara continue pada home industry m
I. Kegunaan Penelitian
memberikan sumbangsih pemikiran mengenai model pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui hom
b. Kegunaan praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi pembuat
kebijakan, pekerja sosial, para praktisi pengembangan masyarakat mengenai model pemberdayaan
I. Tinjauan Pustaka
Untuk mengetahui keaslian skripsi ini, perlu dilakukan peninjauan terhadap beberapa penelitian
terdahulu atau penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan. Beberapa penelitian tersebut
diantaranya:
1. Wahyuniarso (2013), fokus skripsi ini adalah tentang masalah permodalan, pemasaran dan
sumber daya manusia (SDM) dalam pengembangan home industry kripik di dusun Karangbolo desa
Lerep kabupaten
Semarang. Hasil penelitiannya menemukan bahwa Kondisi SDM pada industri kecil keripik di dusun
Karangbolo desa Lerep kabupaten Semarang dalam kondisi buruk. Kondisi teknologi dalam kondisi
sangat buruk. Kondisi permodalan dalam kondisi buruk. Kondisi pemasaran dalam kondisi kurang baik.
Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan analisis matrik SWOT, strategi yang dapat dilakukan
untuk memberdayakan industri kecil keripik di dusun Karangbolo desa Lerep kabupaten Semarang
adalah dengan strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal. Artinya strategi yang diterapkan lebih
defensif, yaitu menghindari kehilangan penjualan dan kehilangan profit yang di sebabkan oleh ancama
n-ancaman.
2. Dani (2013), fokus skripsi ini adalah tentang menggali berbagai informasi yang berkaitan
dengan UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang dalam rangka merumuskan solusi untuk
pengembangannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UMKM kreatif di Kota Semarang belum
dapat dijadikan sebagai penopang utama perekonomian di Kota Semarang. Hal tersebut dikarenakan
industri besar lebih mendominasi di kota ini. UMKM kreatif di Kota Semarang memiliki kemampuan
yang terbatas serta mengalami permasalahan dalam pengembangan usahanya. Hal ini menyebabkan
UMKM kreatif belum mampu memberikan ciri khas tersendiri bagi Kota Semarang. Permasalahan yang
dihadapi UMKM kreatif di Kota Semarang antara lain permodalan, bahan baku dan faktor produksi,
kerja sama dari berbagai pihak untuk mencapai kemajuan di dunia usaha. Tidak hanya pemerintah dan
pelaku UMKM itu sendiri, tetapi juga masyarakat perlu turut serta mengembangkannya.
3. Toyyib Alamsyah (2014), fokus skripsi ini adalah dampak social dan ekonomi terhadap kaum
perempuan di Kampung Celeban, Kelurahan Tahunan, Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini adalah
dampak dari proses pemberdayaan tersebut adalah adanya peluang kerja baru dan peningkatan
pendapatan keluarga, munculnya jiwa wirausaha serta mencetak kader pelatih dan melatih kegiatan
berorganisasi.
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata ‘power’ (ke
kuasaan atau keberdayaan). Pemberdayaan merujuk pada bagimana seseorang memiliki kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dengan mandiri. Kekuatan atau keberdayaan masyarakat di
1. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga memiliki kebebasan, dalam arti bukan saja bebas
mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari
kesakitan.
mereka.
memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan
Pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya mempunyai dua pengertian yang saling berkaitan , yaitu:
1. Peningkatan kemampuan, motivasi dan peran semua unsur masyarakat agar dapat menjadi
sumber yang langgeng untuk mendukung semua bentuk usaha kesejahteraan social.
perannya.
Dakwah lebih menekankan pada pengorganisasian dan pemberdayaan sumber daya manusia
(khalayak dakwah) dalam melakukan berbagai petunjuk ajaran Islam (pesan dakwah), menegakkan
norma sosial budaya (ma’ruf) dan membebaskan kehidupan manusia dari berbagai penyakit sosial (mu
nkar), dengan kata lain dakwah yaitu mengorganisasikan kehidupan manusia dalam menjalankan
Pemberdayaan jika dikaitkan dengan ilmu dakwah merupakan dakwah kekinian yang sangat efektif.
Karena muatan dakwah bil-amal ini bukan hanya sekedar spiritual saja tapi mencakup pada penataan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka yang tidak kalah penting untuk
diberdayakan adalah ekonomi masyarakat. Keberdayaan masyarakat dari segi ekonomi akan
berkaitan dengan keberdayaan masarakat dalam bidang lainnya. Oleh karena itu, wajar jika ekonomi
menjadi alat ukur utama dalam menentukan keberdayaan dan kesejahteraan suatu kelompok
penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran, penguatan masyarakat untuk mendapatkan gaji/
upah yang memadai, dan penguatan masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan
ketrampilan, yang harus dilakukan secara multi aspek, baik dari aspek masyarakatnya sendiri, mapun
aspek kebijakannya.
masyarakat saat ini. Menurut Badan Statistika pekerjaan utama masyarakat Indosnesia adalah buruh. P
Pola ekonomi demikian antara lain ditandai oleh kuatnya posisi kelas kapitalis trasional. Hal ini dilihat
dari fakta system perekonomian yang berkembang saat ini, masyarakat Indonesia dihadapkan pada
persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan system ekonomi yang cenderung kapitalis.
Jika tidak di siapkan secara serius, masyarakat Indonesia hanya akan menjadi budak ekonomi asing
Ekonomi kreatif merupakan kegiatan ekonomi yang digerakan oleh industri yang mengutamakan
peran kekayaan intelektual. Pada hakikatnya ekonomi kreatif mengutamakan kreativitas berpikir
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda, memiliki nilai serta bersifat komersial. Hakikat
Creativity in this context refers to the formulation of new ideas and to the application of these ideas
to produce original works of art and cultural products, functional creation, observable in the way it
growth.
Secara etimologi, kata kreatifitas yang dalam bahasa Inggris “Creativity’ asal mulanya berasala dari
sesuatu, melakukan tindakan, menciptakan sesuatu, yang tadinya tidak ada atau memberikan
karakter tertentu.
Kreativitas merupakan implementasi penggunaan akal bagi manusia. Manusia adala satu-satunya cipta
an tuhan yang diberikan kesempurnaan akal, maka wajib bagi manusia menggunakan akal untuk
memaknai berbagai hal. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 164:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang
berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit
berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi
itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi;
sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan” (Q.S Al-
Baqarah : 164)
Dalam Islam, kreativitas menjadi sangat penting untuk menciptakan berbagai perubahan. Karena Islam
menyerahkan kepada manusia dalam hal menciptakan perubahan itu sendiri, karena itulah Allah
berfirman dalam salah satu ayatnya bahwa Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum
itu yang merubahnya, bahkan peradaban Islam pun dimulai dari karya dan kreativitas.
Dilihat dari sudut pandang ekonomi, kreativitas lebih menunjukan pada suatu tindakan kreasi manusia
Kreativitas menunjukan suatu fenomena di mana seseorang menciptakan sesuatu yang baru, baik
dalam bentuk barang dan jasa, pekerjaan seniman, maupun dalam bentuk pemecahan masalah
suatu persoalan atau suatu kebaruan barang dan jasa yang memiliki nilai ekonomi.
Home industry erat kaitannya dengan berwirausaha. Salah satu upaya memberdayakan potensi
Home industry dinilai sejalan dengan perkembangan ekonomi masyarat Indonesia dalam tataran
ekonomi mikro, karena dinilai sesuai dengan keadaan masyarakat saat ini. Untuk membangun
industry dalam skala makro di butuhkan berbagai modal yang lebih kompleks. Sedangkan
pemberdayaan ekonomi skala kecil dapat memadai kebutuhan dan kapasitas masyarakat Indonesia
secara umum.
Home Industry dinilai efektif karena tidak memerlukan modal yang terlalu besar, teknologi yang
terlalu canggih maupun pendidikan yang tinggi, karena itu pembinaan ekonomi jenis ini cocok untuk
Dalam melakukan penelitian mengenai pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui home industry
I. Langkah-langkah Penelitian
Dalam melakukan penelitian mengenai peranan home industry berbasis ekonomi kreatif dalam
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Cibeusi kecamatan Jatinangor, Sumedang. Adapun alasan yang menjadi
bahan pertimbangan lokasi penelitian yaitu dapat diteliti secara ilmiah, data dapat diperoleh dengan
sebagai pelaku home industry berbasis ekonomi kreatif dapat menjadi percontohan dan inspirasi
2. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode studi kasus (case study). Studi kasus
digunakan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi
lingkungan. Metode ini dapat digunakan untuk semua unit sosial seperti individu, kelompok, lembaga,
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu
untuk memahami objek yang diteliti. Metode ini bukan sekedar untuk menggambarkan dan
memaparkan keadaan dilapangan, tapi juga menganalisis bagaimana keadaan objek penelitian dan
bagaimana terjadi kasus dalam objek penelitian. Melalui metode ini dilakukan studi bagaimana home
industry berbasis ekonomi kreatif dapat menjadi model pemberdayaan ekonomi masyarakat.
3. Jenis Data
Data adalah hasil pencatatan penelitian, baik berupa fakta maupun angka. Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang berfungsi untuk mencari data tentang pemberdayaan
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data dapat
berupa orang, buku, dokumen dan sebagainya. Adapun sumber data yang digunakan dalam
I. Sumber data primer, yaitu data utama yang diperoleh langsung dari responden, meliputi: Pert
ama, pengelola kelompok home industry pengrajin kayu Cibeusi untuk mengetahui sejarah,
perkembangan, dan strategi peningkatan kualitas anggota pengrajin kayu dan perkembangan home
industry, meliputi pemasaran, peningkatan produk dan sebagainya. Kedua, Masyarakat pengrajin kayu
desa Cibeusi untuk mengetahui ide dan kreativitas pengembangan produk baru dari home industry ker
II. Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari catatan lapangan, seperti data
kependudukan desa Cibeusi serta study kepustakaan dari berbagai sumber yang berhubungan
dengan penelitian.
I. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data secara langsung. Menurut Suharsimi Arisanto dalam
menggunakan metode observasi yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan
keterangan dengan cara bertatap muka secara langsung, bercakap-cakap secara lisan dengan sumber
data.
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data sesuai tujuan penelitian. Adapun responden dalam
penelitian diambil berdasarkan teknik purposive sampling yaitu pegambilan responden dengan
pertimbangan tertentu, dimana responden dianggap paling tahu tentang persoalan yang dieteliti. Oleh
karena itu, dilakukan wawancara kepada koordinator pengrajin kayu Balantrax dan masyarakat
pengrajin kayu.
I. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data untuk mencari data mengenai hal-hal atau variable
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda
dan sebagainya. Dokumentasi berguna untuk mengetahui data-data yang berkaitan dengan
keberhasilan home industry berbasis ekonomi kreatif dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Adapun data yang ingin diperoleh melalui teknik ini adalah kondisi objektif masyarakat pengrajin kayu
Cibeusi, demografi masyarakat Cibeusi dan perkembangan home industry masyarakat pengrajin
Cibeusi.
6. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif, dimana analisa data tersebut dilakukan secara
interaktif dan berlangsung terus menerus sehingga datanya sudah jenuh. Adapun aktivitas analisis
I. Klasifikasi Data
Data yang telah diperoleh melalui proses pengumpulan data kemudian diklasifikasikan kedalam
1. Data mengenai home industry yang dikembangkan masyarakat desa Cibeusi dalam bentuk
2. Data mengenai kreatifitas masyarakat Desa Cibeusi dalam pengembangan produk home
industry baru.
3. Data mengenai pengembangan teknologi dan model home industry masyarakat Desa Cibeusi
4. Data mengenai strategi peningkatan produk secara continue pada home industry masyaraka
t Desa Cibeusi.
Klasifikasi data sangat diperlukan dalam memilah data sesuai dengan kategori penelitian untuk
I. Interpretasi Data
Data yang sudah diklasifikasikan kemudian diintrepretasikan dengan menggunakan teori-teori yang
relavan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori mengenai pemberdayaan
ekonomi masyarakat, ekonomi kreatif dan home industry.
I. Kesimpulan
Setelah data yang telah terkumpul diklasifikasikan dan diinterpretasikan, langkah selanjutnya adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Tahap ini dilakukan untuk mempermudah menguasai data.
I. JURNALISTIK
I. Karakteristik Majalah Media Pembinaan sebagai Sarana Informasi bagi Karyawan Kementrian
Agama.
Pemahaman Keagamaan.
f. Pengaruh Tayangan X Faktor di RCTI terhadap Minat Bernyanyi Siswa Kelas VIII SMPN
Contoh penelitiannya :
PROPOSAL PENELITIAN
Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, media massa sebagai sarana informasi pun
mengalami perkembangan. Berawal dari media cetak kemudian media elektronik, hingga pada saat
perkembangan media massa, biasa juga disebut dengan istilah media online. Adanya media online
tersebut, membuat kebutuhan masyarakat akan informasi pun semakin mudah terpenuhi. Media
online merupakan media yang dikemas dalam bentuk yang sederhana, serta tidak memiliki batasan
ruang dan waktu. Bahkan saat ini media online dapat diakses kapan pun dan dimana pun. Selain itu,
media online juga dapat diakses oleh siapa pun selama tersedia jaringan yang dapat menghubungkan
Kemudahan masyarakat dalam mengakses internet itu juga menyebabkan terus bertambahnya
jumlah pengguna internet, seperti hasil survei yang diselenggarakan Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) melalu wawancara dan kuisioner yang dilakukan di 42 kota di 31 provinsi di
Indonesia antara April hingga Juli 2012 dengan jumlah responden 2.000 orang yang berasal dari
kategori umur 12-65 tahun, status ekonomi sosial A-C, bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia
pada tahun 2012 mencapai 63 juta orang atau 24, 23 persen dari total populasi di Indonesia. Angka
itu diprediksi naik sekitar 30 persen menjadi 82 juta pengguna dan terus tumbuh menjadi 107 juta
pengguna pada 2014 dan 139 juta atau 50 persen total populasi pada 2015 (Kompas.com,diakses 22
November 2013). Media baru sebagai media online ternyata semakin menumbuhkembangkan
jurnalisme warga (citizen journalism). Jurnalisme warga yakni proses pencarian, pengumpulan dan
pengolahan data yang dilakukan oleh masyarakat biasa bukan wartawan propesional.
Perkembangan jurnalisme warga di Indonesia terjadi pada tahun 2004, ketika terjadi Tsunami di Aceh
yang diliput sendiri oleh korban. Berita langsung dari korban dapat mengalahkan berita yang dibuat
Romli, 2012:23).
Clyde H. Bentley guru besar madya Sekolah Tinggi Jurnalistik Missouri AS, menjelaskan perbedaan
nyata antara jurnalis warga dan jurnalis profesional adalah seorang jurnalis warga menuliskan
pandangannya atas suatu peristiwa karena didorong oleh keinginan untuk membagi apa yang dilihat
dan diketahuinya. Sementara jurnalis profesional yang bekerja di media massa, melakukan liputan
karena penugasan (Tigabelas.com, diakses 14 Januari 2014). Seiring dengan kemunculan dan
memfasilitasi para jurnalis warga. Hal tersebut, semakin mempermudah masyarakat terutama
mahasiswa untuk melihat tayangan berita dari jurnalis warga, juga semakin mempermudah bagi
Salah satu media yang dapat dijadikan tempat untuk mencari atau menyebarluaskan berita-berita
dari jurnalis warga yaitu YouTube. Pandangan Asep Romli (2012:24) citizen journalism tidak hanya
berupa teks, bisa juga diproduksi dalam bentuk-audio-video yang bisa diunggah dan tersebar
luaslewat situs YouTube. YaoTube adalah situs sharing video yang didirikan pada Februari 2005 oleh
Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed Karim yang dahulunya merupakan karyawan situs web sarana
mata uang internet (Paypad) (Mulyana dan Islandscript, 2011:3). YouTube merupakan sebuah situs
web video sharing di mana para penggunanya dapat memuat, menonton, dan berbagi klip video,
video tersebut juga dapat diakses oleh pengguna lain di seluruh dunia secara gratis. Bahkan, kini
YouTube menambahkan aplikasi terbarunya yang dapat membuat lebih mudah siapa pun yang
memiliki kamera di ponselnya agar bisa menjadi sebuah berita video. Fitur ini dikembangkan agar
dibatasinya waktu sehingga berita dari jurnalis warga tidak dapat ditayangkan seluruhnya. Berbeda
dengan media TouTube pengguna dapat menyaksikan beberapa tayangan sesuai keinginannya, karena
YouTube merupakan salah satu media online, maka YouTube dapat dapat dilihat berulang-ulang dan
kapan saja tanpa dibatasi waktu, sedangkan pada media lain seperti televisi hanya bisa dilihat sekali.
Selain itu, dengan mengakses media YouTube pengguna juga dapat melihat beberapa tayangan sesuai
dengan keinginannya. YouTube juga dapat mempermudah media televisi untuk memperoleh video
dari jurnalis warga tersebut. Hal ini, terbukti dari banyaknya tayangan televisi yang mengambil video
untuk dijadikan sumber dalam tayangannya, sehingga YouTube dapat menjadi acuan media lain untuk
Pada tahun 2001 Bill Kovach dan Tom Rosenstial menerbitkan buku The Element of Journalism yang
di dalamnya menyajikan sembilan elemen jurnalisme, kemudian pada tahun 2007 diterbitkan edisi
revisi di mana mereka menambahkan elemen kesepuluh soal hak dan tanggung jawab warga (citizen
journalism). Elemen kesepuluh muncul disebabkan oleh teknologi internet: blog, kamera telepon,
Sebuah studi yang dilakukan oleh Pew Research Center Project for Excellence in Jounalisme menemu
kan bahwa YauTube menjadi sebuah platform utama untuk menyaksikan berita. Platform tersebut,
para pemirsa beralih menjadi saksi mata dalam peristiwa besar dan bencana alam atau yang dikenal
sebagai jurnalisme warga (citizen journalism). Hasil pemeriksaan mereka selama 15 bulan, pemirsa
yang menonton tayangan berita di TV juga mengonsumsi tayangan berita di YouTube (Okezone.com,
termasuk juga informasi berita tersebut mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik dapat menggunakan
media YouTube sebagai salah satu media dalam pencarian video berita yang diliput oleh jurnalis warga
Baru-baru ini masyarakat ramai membicarakan kejadian mengamuknya Ustadz Hariri di panggung
ketika sedang ceramah. Kejadian yang terjadi di Nagrek, Bandung pada 29 Januari 2014 tersebut
bermula ketika Ustadz Hariri meminta kepada Entis (operator sound system) untuk membenarkan
sound system yang bermasalah. Ustadz Hariri merasa tidak dihargai ketika Entis menjawab dengan
nada yang tinggi, kemudian Ustadz Hariri meminta kepada Entis maju ke depan panggung untuk
meminta maaf.
Seorang Ustadz yang merupakan salah satu panutan bagi masyarakat tentu saja dituntut memiliki
sikap yang baik atau positif dan dapat memberikan contoh yang baik pula kepada masyarakat, karena
sebagai salah seorang panutan tentunya seorang Ustadz harus harus dapat mempengaruhi
masyarakat dengan sikap baiknya, sehingga masyarakat tentu akan banyak belajar dari kebaikan dari
Video yang berjudul “Ustadz Hariri Ngamuk Kepada Operator Sound Diinjak dengan Lutut” direkam
oleh warga yang hadir dalam acara tersebut, video yang berdurasi 3 menit tersebut disebarluaskan
peneliti merasa tertarik untuk mengetahui respons mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik angkatan
2012 terhadap video yang disebarkan oleh warga melalui YouTube. Respons biasa juga disebut dengan
tanggapan, reaksi, jawaban. Menurut Kartini Kartono (1996) tanggapan adalah kesan-kesan yang
Berdasarkan hal tersebut, dalam penulisan ini penulis akan mengambil judul : “Respons Mahasiswa
Ilmu Komunikasi
Jurnalistik Angkatan 2012 terhadap Video Kasus Ustadz Hariri dalam YouTube”.
I. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah utama penelitian ini adalah
bagaimana respons mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik angkatan 2012 terhadap video kasus
Ustadz Hariri dalam YouTube. Selanjutnya penelitian ini dibatasi pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut :
1. Bagaimana perhatian mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik angkatan 2012 UIN Sunan
Gunung Djati Bandung terhadap video kasus Ustadz Hariri dalam YouTube ?
2. Bagaimana pemahaman mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik angkatan 2012 UIN Sunan
Gunung Djati Bandung terhadap video kasus Ustadz Hariri dalam YouTube ?
3. Bagaimana penerimaan mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik angkatan 2012 UIN Sunan
Gunung Djati Bandung terhadap video kasus Ustadz Hariri dalam YouTube ?
1. Tujuan Penelitian
I. Untuk mengetahui perhatian mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik angkatan 2012 UIN
Sunan Gunung Djati Bandung terhadap video kasus Ustadz Hariri dalam YouTube.
II. Untuk mengetahui pemahaman mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik angkatan 2012 UIN
Sunan Gunung Djati Bandung terhadap video kasus Ustadz Hariri dalam YouTube.
III. Untuk mengetahui penerimaan mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik angkatan 2012 UIN
Sunan Gunung Djati Bandung terhadap video kasus Ustadz Hariri dalam YouTube.
2. Kegunaan Penelitian
I. Manfaat Akademik
2. Dapat memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu komunikasi jurnalistik, terutama yang
Secara praktis diharapkan dapat menjadi kerangka acuan dan landasan bagi peneliti lainnya.
I. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka diperlukan untuk mengetahui penelitian-penelitian sebelumnya yang mirip dengan
penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai respons. Beberapa penelitian
1. Judul Skripsi : Respon Remaja Warungjati RW 06 terhadap Newsfeed dalam Jejaring Sosial
Skripsi tersebut menjelaskan tentang respons remaja Warungjati RW 06 menggunakan jejaring sosial fa
cebook untuk mendapatkan informasi yang dimuat pada newsfeed.
Kesimpulan dalam skripsi tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan Lulu Kholidah yaitu
setengah dari responden memiliki perhatian, pemahaman, dan penerimaan terhadap newsfeed dalam
2. Judul Skripsi : Respon Masyarakat terhadap Siaran Keagamaan Dialog Islam melalui Radio
Skripsi tersebut menjelaskan tentang respons masyarakat Bojongloa Kidul terhadap siaran
keagamaan dialog Islam di Radio Rama FM. Dalam skripsi tersebut peneliti meneliti bagaimana
pemanfaatan radio sebagai media dakwah yang dapat diutamakan oleh para juru da’i sehingga para
pendengar mendapatkan informasi dan hiburan dengan dilandasi nilai-nilai keislaman dan norma-
norma sosial.
Kesimpulan dalam skripsi tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan Iis Ismiati yaitu siaran
keagamaan dialog Islam di Radio Rama FM dapat dikatakan baik dan sangat efektif. Berdasarkan hasil
penelitian peneliti juga menyebutkan bahwa perhatian masyarakat Bojongloa Kidul dalam menyimak
3. Judul Skripsi : Respon Masyarakat terhadap Berita Basa Sunda pada Televisi Republik
terhadap berita basa Sunda yang disiarkan di televisi Republik Indonesia Jabar dan Banten.
Kesimpulan dalam skripsi tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan Ence Irin Ahman Hazarin
yaitu masyarakat RW 08 Kelurahan Cipadung merespon baik (52,97 %) terhadap penggunaan bahasa
Sunda pada program berita basa Sunda TVRI Jabar dan Banten. Isi-isi materi yang disampaikan
I. Kerangka Berpikir
Hadirnya teknologi media baru membawa kemudahan kepada masyarakat untuk mendapatkan
informasi berita. Hal baru dalam new media antara lain informasi yang tersaji bisa diakses atau dibaca
kapan saja dan di mana pun, seluruh dunia, selama ada komputer dan perangkat lain yang memiliki
koneksi internet (M. Romli, 2012:12-13). Sifat multimedia pada jurnalistik online menjadikannya
sebagai jurnalistik masa depan, wartawan tidak hanya menyusun teks berita dan menampilkan photo,
tapi juga melengkapinya dengan suara dan gambar (audio-video) (M. Romli, 2012:18).
Individu manusia berperan serta sebagai pengendali antara stimulus dan respons sehingga yang
menentukan bentuk respons individu terhadap stimulus adalah stimulus dan faktor individu itu sendiri
(Azwar, 1988). Komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, yang berarti dapat
menimbulkan kesenangan, memengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori S-O-R yaitu stimulus (pesan), organism (komunikasi),
respons (efek). Teori ini beranggapan bahwa tingkah laku sosial dapat dimengerti melalui suatu
analisa dari stimuli yang diberikan dan dapat mempengaruhi reaksi yang spesifik dan didukung oleh hu
kuman maupun penghargaan sesuai dengan reaksi yang terjadi (Mar’at, 1982:26). Dengan
menggunakan teori ini peneliti mengungkapkan bagaimana respons mahasiswa Ilmu Komunikasi
Jurnalistik angkatan 2012 terhadap video kasus Ustadz Hariri dalam YouTube, ada tiga variabel
penting dalam mempelajari sikap yang baru yaitu: perhatian, pemahaman, dan penerimaan,
Teori S-O-R
Berdasarkan judul pada penelitian ini, maka terdapat dua variabel yaitu variabel bebas X dan
variabel Y. Variabel X yaitu video kasus Ustadz Hariri dalam YouTube yang meliputi isi informasi.
Variabel Y yaitu respons mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik angkatan 2012 yang meliputi
Hipotesis merupakan jawaban teoretis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang
empirik dengan data (Sugiono, 2013:96). Pada kesempatan ini peneliti mengemukakan hipotesis
Terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X (video kasus Ustadz Hariri dalam YouTube) dan
I. Langkah-langkah Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dijadikan objek penelitian ini adalah Universitas Islam Negeri Sunan Gunung
Djati Bandung. Penelitian dilakukan kepada mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik angkatan 2012.
2. Metode Penelitian
I. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survai, Menurut
Fraenkel dan Wallen (dalam Nurul Zuriah, 2007) bahwa penelitian survei merupakan penelitian yang
mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menanyakan melalui angket atau interview agar
nantinya menggambarkan sebagai aspek dari populasi. Sementara karena penelitian yang diteliti
merupakan peristiwa atau kejadian yang terjadi pada saat penelitian dilakukan dan untuk
I. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiono, 2013). Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah mahasiswa Ilmu
Komunikasi Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati Bandung angkatan 2012 sebanyak 155 mahasiswa.
II. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiono,
2013). Apabila subnyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Kija jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25
% atau lebih (Suharsimi Arikunto, 2005). Sampel dalam penelitian ini diambil dari jumlah populasi
mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik angkatan 2012 sebanyak 155 X 30 % = 45,5 dibulatkan menjadi
4. Sumber Data
I. Sumber Data Primer yaitu mahasiswa, karena untuk mengetahui seberapa besar respons
II. Sumber Data Sekunder yaitu buku-buku yang dapat mendukung peneliti dalam penelitian.
Dalam teknik pengumpulan data ini, peneliti menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:
I. Observasi diartikan sebagai studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan
gejala-gejala alam dengan jalan pengumuplan dan pencatatan. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh
data secara langsung dari sumber data primer diantaranya: melihat situasi lokasi dan suasana kegiatan.
Teknik observasi ini digunakan untuk gejala-gejala yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari. Penelitian
III. Wawancara, teknik ini dimaksudkan untuk mengangkat data dan fakta yang belum tergali
oleh teknik observasi. Selain itu teknik ini juga memungkinkan peneliti untuk menggali lebih dalam
(Sugiyono, 2013:135)
6. Analisis Data
Data yang diperoleh dari angket yang disebarkan kepada responden tersebut kemudian dianalisis
menggunakan teknik analisis kuantitatif. Peneliti menggunakan teknik analisis kuantitatif karena untuk
mengetahui seberapa besar respons mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik angkatan 2012 terhadap
video kasus Ustadz Hariri dalam YouTube, diperlukan perhitungan dikarenakan data kuantitatif
sendiri merupakan data yang berbentuk bilangan atau angka. Perhitungan yang dilakukan yaitu pada
data yang diperoleh dari responden berdasarkan hasil penyebaran angket yang dilakukan penel;iti.
Setelah data terkumpul maka dilakukan tabulasi data dengan menggunakan skala Likert 4-3-2-1.
P = F x 100 %
Keterangan :
P = Angka persentase
F = Frekuensi jawaban
N = Jumlah data
Berdasarkan pada rumusan di atas data yang didapatkan dianalisis dan ditafsirkan dengan pedoman
yaitu :
100 % = Seluruhnya
90 % - 99 % = Hampir seluruhnya
60 % - 89 % = Sebagian besar
51 % - 59 % = Lebih dari setengahnya
50 % = Setengahnya
40 % - 49 % = Hampir setengahnya
10 % - 39 % = Sebagian kecil
1% -9% = Sedikit
I. Uji Validitas
Validitas ini berguna sebagai alat ukur kevalidan instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data
yang valid. Untuk menentukan validitas digunakan rumus korelasi product-moment angka kasar, yaitu
N = Jumlah responden
(Suherman, 2003:120)
(Suherman, 2003:113)
I. Uji Realibilitas
Realibilitas ini berguna untuk melihat taraf kepercayaan masing-masing soal. Realibilitas suatu tes
atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten,
ajeg). Sebab suatu tes disebut reliabel jika hasil tes tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subyek
yang sama. Untuk mencari reliabilitas digunakan rumus alpha (Suherman, 2003:154) sebagai berikut :
Keterangan :
St 2 = Varians total
Skor Kriteria
(Suherman, 2003:139)
I. Uji Hipotesis
t hitung =
(Sudjana, 1996:380)
Untuk melakukan analisis deskripsi data pada setiap sub variabel maka dilakukan pengkatagorian
sesuai dengan pernyataan dari Redi Panuju (1995:45) bahwa untuk menentukan kategori tinggi,
sedang dan rendah terlebih dahulu harus menentukan nilai indeks minimum, maksimum dan
intervalnya serta jarak intervalnya yaitu :
1. Nilai indeks minimum adalah nilai skor minimum dikali jumlah pertanyaan dikali jumlah
responden.
2. Nilai indeks maksimum adalah nilai skor tertinggi dikali jumlah pertanyaan dikali jumlah
responden.
3. Interval adalah selisih antara nilai indeks maksimum dengan nilai indeks minimum.
4. Jarak interval adalah dibagi jumlah jenjang yang diinginkan.
Penentuan kategori dalam ukuran persentase dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut :
skor maksimum
skor maksimum
Jenjang
I. Latihan-latihan
a. Coba buatlah desain penelitian yang Saudara anggap relevan dengan jurusan dan
bersifat komprehensif serta sistematis ?
h. Buatlah proposal penelitian yang Saudara ketahui yang bersifat pendekatan kualitatif
dan kuantitatif ?
i. Apakah perbedaan proposal penelitian bersifat kualitatif dan pendekatan kuantitatif
jelaskan ?
j. Bagaimana pendapat Saudara tentang penelitian, mudah secara kualitatif atau
kuantitatif, berikan alasan yang rasional ?
k. Bagaimana penelitian yang Saudara teliti di jurusan ada kendala ketidakmengertian
atau sudah mengerti jelaskan secara komprehensif ?
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Qahar. 2014. Metode Tabligh K.H Satibi Dalam Meningkatkan Kualitas Ketauhidan Santri (Peneli
tian di Ponpes Salafiyah Nazamiyah Liung Gunung Bungbulung Garut). Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Abu Huraerah. 2011. Pengorganisasian dan pengembangan Masyarakat : Model & Strategi
Aep Kusnawan. 2004. Ilmu Dakwah, Kajian Berbagai Aspek. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Ahmad Tafsir. 2012. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Anas Sudijono. 1997. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Asep, S.M dan Agus, A.S. 2003 Metode Penelitian Dakwah. Bandung: Pustaka Setia.
Bandi Deplhie. 2005. Bimbingan Konseling Untuk Perilaku Nor-Adaptif. Bandung: Pustaka Bani
Quraisy.
Bambang Ma’arif. 2010. Komunikasi Dakwah. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Bohlen, J.M. 1977. Research Needed on Adoption Models dalam W. Schramm and D.F. Roberts
(eds.). The Process and Effects of Mass Communication. Urbana: University of Illinois Press.
Brantas. 2009. Dasar-dasar Manajemen. Bandung : Alfabeta.
Buchari Alma. 2007. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.
Burch, J.G. dan F.R. Strater. 1974. Information Systems: Theory and Practice. New York: John
Wiley and Sons, Inc.
Charters, W.W. 1925. Pure Research and Practical Research. Jour. Educ. Res.
Champion, D.I. 1981. Basic Statistic for Social Research, New York: Macmillan Publishing Co., Inc.
Cik Hasan Bisri. 1997. Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi, Bandung: Ulul
Albab.
Cik Hasan Bisri. 2001. Ilmu, Pendidikan Tinggi dan Penelitian: Wacana Pengembangan Ilmu Agama
Islam, Bandung: Lembaga Penelitian IAIN Sunan Gunung Djati.
Cik Hasan Bisri. 2004. Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Dadang Kahmad. 2000. Metode Penelitian Agama, Bandung: Pustaka Setia.
Dewi Sadiah. 2004. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa, Tesis, Ba
ndung: UPI Bandung.
Depag RI. 2000. Al-Quran dan Terjemahan. Bandung: Diponegoro.
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Djaslim Saladin. 2010. Manajemen Pemasaran. Bandung: Agung Ilmu.
Dwitasari Diyanti. 2010. Strategi Marketing Public Relations dalam Proses Rebranding. Skripsi.
Universitas Padjadjaran.
Dubois, Brenda dan Karla Krogsrud Miley. 1992. Social Work: An Empowering Profesional. Boston:
Allyn and Bacon.
E. Suherman. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA-Universitas Pendidikan
Indonesia.
Earl Barbbie. 1972. The Practice Of Social Research, California: Wadsworth Publishing Co. Belmont.
Edi Suharto. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Strategis Pembangunan
Eko Sutoro.2002. Pemberdayaan Masyarakat Desa, Materi Diklat Pemberdayaan Masyarakat Desa, ya
Elvinaro Ardianto. 2010. Metodologi Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif.
Ence Irin Hazarin. 2006. Respon Masyarakat terhadap Berita Basa Sunda pada Televisi Republik
Indonesia Jabar dan Banten. Skripsi. Bandung: Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Tidak Diterbitkan.
Enjang dan Aliyudin. 2009. Dasar-dasar Ilmu Dakwah. Bandung: Widya Padjadjaran.
Fadhil Abdurrahman, dkk. 2005. Al-AlJumaanatul Ali Al-Quran dan Terjemah. Penerbit J-Art.
Faizah dan Lalu Muchsin Effendi. 2009. Psikologi Dakwah. Jakarta: Rahmat Semesta.
Malayu S.P Hasibuan.2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara
Mar’at. 1982. Sikap Manusia Perubahan serta Pengukuran. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Mardalis. 1996. Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara.
Masri Singarimbun & Sofian Effendi. 1980. Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta.
McMillan, J.H. & Schummacher, S. 2001. Research in Education: a Conceptual Introduction. New
York: Longman.
Milles M.B. & Huberman A.M. 1984. Qualitative Data Analysis, Sage Publication Inc.
Mubyarto. 1983. Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan. BPFE: Yogyakarta.
Muhammad Auliya Ul Hakim. 2014. Respon Jama’ah terhadap Metode Tabligh Pada Pengajian Rutin
Mulyana dan IslandScript. 2011. Menjadi Terkenal dengan YouTube. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Moh. Anif Arifani. 2004. Metodologi Penelitian (Langkah Membuat Skripsi), Makalah Fakultas
Dakwah, IAIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Moh. Nazir. 2005. Metode Penerapan. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nana Sudjana. 1996. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.
___________ 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nanih dan Agus. 2001. Pengembangan Masyarkat Islam : Dari Ideologi, Strategi Sampai Tradisi. Bandu
Nurul Zuriah. 2007. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Nur Syam. 1991. Metodologi Penelitian Dakwah, CV. Ramadhani, Solo.
Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filasafat Komunikasi, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Onong Uchjana Effendy. 2005. Komunikasi Teori dan Praktis. Bandung: Rosda Karya.
Ray Woolfe and WindybDryden. 1996. Hanbook of Counselling Psychology. London: Mousand Oaks.
New Delhi.
Redi Panuju. 1995. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Riduwan. 2003. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Prayitono dan Erman Amti. 2010. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ristiyanti Prasetijo & John Ihalauw. 2004. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Andi.
Robert H. Thouless. 2000. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: Rajawali Press.
Rogers, E.M. dan F.F. Shoemaker. 1981. Communication of Innovation: A Cross Cultural Approach. New
York: Free Press.
Romli M. 2012. Jurnalistik Online. Bandung: Nuansa Cendikia.
Romy Syaputra. 2012. Soyjoy Healtylicious sebagai Strategi Marketing Public Relations PT Amerta
Indah Outsuka. Skripsi. Universitas Indonesia.
Rosady Ruslan. 2005. Manajemen Public Relations Konsep dan Media Komunikasi Konsep dan
Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Runyan, K.E. 1977. Consumer Behavioral: The Practice of Marketing. Columbus: Charles E. Merryll
Publishing Co.
Sadili Samsudin. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Pustaka Setia.
Saifuddin Azwar. 1988. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Savage, R.L. 1981. The Diffusion of Information Approach dalam D.D Nimmo and K.R. Sanders (eds).
Handbook of Political Communication. Beverly Hills: Sage Publications.
Soewarto Handayaningrat. 1980. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, Jakarta : PT
Gunung Agung.
Subino Hadisubroto. 1980. Pokok-Pokok Pengumpulan Data, Analisis Data, dan Rekomendasi dalam P
Sudarmayanti dan Syarifudin Hidayat. 2002. Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar Maju.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Jakarta: Rineka Cipta.
__________________ 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sugiono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
_________ 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeth.
_________ 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
_________ 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
S. Nasution. 1996. Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta.
Sumadi Suryabrata. 1997. Metodologi Penelitian, PT. Raja Grafindo, Jakarta.
Sunyoto Usman. 2012. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryana. 2013. Ekonomi Kreatif, Ekonomi Baru : Mengubah Ide Menciftakan peluang. Jakarta: Salemba
Empat.
Sutrisno Hadi. 2004. Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset. Edisi 2.
Taro Yamane. 1967. Elementary Sampling Theory. Englewood Cliffs. Prentice Hall.
T.Hani. Handoko. 2004. Manajemen, Yogyakarta, BPFE. Edisi 2.
Thohari Musnamar. tt. Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami. Jakarta: UII Press.
Ujang Saepulah. 2003. Metode Penelitian, Makalah Fakultas Dakwah, IAIN Sunan Gunung Djati Ba
ndung.
Umar Sartono. 1998. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: Pustaka Setia.
UNCTAD. 2008. Summary Creative Economic Report. USA: United Nations.
Oik Yusuf. 2012. 2013. Pengguna Internet Indonesia Bisa Tembus 82 Juta. http://tekno.kompas.com/
read/2012/12/13/10103065/2013.pengguna.internet.indonesia.bisa.tembus.82.juta.
Media Cetak
Harian Umum Pelita (05/06/2013).
Berita Resmi Statistik. No. 74/11/Th. XIV, 7 November 2011.
RIWAYAT PENULIS
Dewi Sadiah, lahir di Desa Cintakarya, Kec. Samarang, Kab. Garut, Jawa Barat pada tanggal 03 Maret
1972. Menyelesaikan pendidikan sarjana S-1 di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung pada Fakultas Sy
ari’ah Jurusan Peradilan Agama lulus tahun 1995, kemudian diangkat menjadi dosen tetap pada
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung pada tahun 1999 sampai
sekarang. Gelar Magister Pendidikan diperoleh dari Universitas Pendidikan Indonesia Bandung dalam
bidang Pendidikan Umum (2004) dan Doktor Pendidikan dari universitas yang sama dalam bidang
Santri (Penelitian di Ponpes Salafiyah Nazamiyah Liung Gunung Bungbulung Garut). Skripsi. Tidak
Diterbitkan.
3. Abu Huraerah. 2011. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat : Model & Strategi
4. Aep Kusnawan. 2004. Ilmu Dakwah, Kajian Berbagai Aspek. Bandung: Pustaka Bani Quraisy
11. Bambang Ma’arif. 2010. Komunikasi Dakwah. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
12. Bohlen, J.M. 1977. Research Needed on Adoption Models dalam W. Schramm and D.F. Roberts
(eds.). The Process and Effects of Mass Communication. Urbana: University of Illinois Press.
30. Edi Suharto. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Strategis
Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Masyarakat Desa, yang Diselenggarakan Badan Diklat Provinsi Kaltim, Samarinda, Desember 2002.
32. Elvinaro Ardianto. 2010. Metodologi Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan
33. Ence Irin Hazarin. 2006. Respon Masyarakat terhadap Berita Basa Sunda pada Televisi
Republik Indonesia Jabar dan Banten. Skripsi. Bandung: Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Tidak
Diterbitkan.
34. Enjang dan Aliyudin. 2009. Dasar-dasar Ilmu Dakwah. Bandung: Widya Padjadjaran.
Art.
37. Faizah dan Lalu Muchsin Effendi. 2009. Psikologi Dakwah. Jakarta: Rahmat Semesta.
38. Fisher, B.A. 1978. Perspectives in Human Communication. Macmillan Publishing Co.
39. Forcese, D.P. dan S. Richer. 1973. Social Research Method, Englewood Cliffs, N.J : Prentice-Hall.
40. George.R.Terry. 1996. Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
41. Hadari Nawawi. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University.
42. Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. 1997. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Ak
sara.
43. Hogben, L.T. 1838. Science for the Citizen. New York: Alfred A. Knopf Co.
44. Hovland, dkk. 1959. Communication and Persuassion. Yale University Press, New Haven.
45. Iis Ismiati. 2005. Respon Masyarakat terhadap Siaran Keagamaan Dialog Islam melalui Radio
Rama 104,7 FM Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Tidak Diterbitkan.
46. Isma Isnaeni. 2012. Strategi Marketing Public Relations Program OZ Galazin. Skripsi. UIN Sunan
Gunung Djati Bandung.
47. Jalaluddin Rakhmat. 1999. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja Karya.
48. ________________ 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
49. ________________ 2006. Psikologi Agama. Jakarta: Rajawali Pers.
50. Jurnal kajian Lemhannas RI.Edisi 14.Desember 2012
51. Kartini Kartono. 1996. Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mandar Maju.
52. ______________ 1996. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju.
53. ______________ 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung : Mandar Maju.
54. Karlinger, F.M. 1973. Foundation of Behavioral Research, New York: Holt, Rinehart and
Winston.
55. Kontjaraningrat. 1977. Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia.
56. Lexy J. Moleong. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya.
57. Lulu Kholidah. 2012. Respons Remaja Warungjati RW 06 terhadap Newsfeed dalam Jejaring Sosial
Facebook. Skripsi. Bandung: Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Tidak diterbitkan.
58. M. Manullang, 2008. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta : Gajah Mada Universiti Press.
59. Malayu S.P Hasibuan.2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara
60. Mar’at. 1982. Sikap Manusia Perubahan serta Pengukuran. Jakarta: Ghalia Indonesia.
61. Mardalis. 1996. Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara.
62. Masri Singarimbun & Sofian Effendi. 1980. Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta.
63. McMillan, J.H. & Schummacher, S. 2001. Research in Education: a Conceptual Introduction. New
York: Longman.
64. Milles M.B. & Huberman A.M. 1984. Qualitative Data Analysis, Sage Publication Inc.
65. Mubyarto. 1983. Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan. BPFE: Yogyakarta.
66. Muhammad Auliya Ul Hakim. 2014. Respon Jama’ah terhadap Metode Tabligh Pada
Pengajian Rutin di Masjid Al-Quranul Imami Gatot Subroto Bandung. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
67. Mulyana dan IslandScript. 2011. Menjadi Terkenal dengan YouTube. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
68. Moh. Anif Arifani. 2004. Metodologi Penelitian (Langkah Membuat Skripsi), Makalah Fakultas
Dakwah, IAIN Sunan Gunung Djati Bandung.
69. Moh. Nazir. 2005. Metode Penerapan. Bogor: Ghalia Indonesia.
70. Nana Sudjana. 1996. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.
71. ___________ 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
72. Nanih dan Agus. 2001. Pengembangan Masyarkat Islam : Dari Ideologi, Strategi Sampai
75. Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filasafat Komunikasi, Bandung: PT Citra Aditya
Bakti.
76. Onong Uchjana Effendy. 2005. Komunikasi Teori dan Praktis. Bandung: Rosda Karya.
77. Oos M. Anwas. 2014. Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Bandung: Alfabeta.
78. Ray Woolfe and WindybDryden. 1996. Hanbook of Counselling Psychology. London: Mousand
89. Sadili Samsudin. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Pustaka Setia.
90. Saifuddin Azwar. 1988. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
91. Savage, R.L. 1981. The Diffusion of Information Approach dalam D. D Nimmo and K.R. Sanders
(eds). Handbook of Political Communication. Beverly Hills: Sage Publications.
92. Soewarto Handayaningrat. 1980. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen,
95. Sudarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja: CV. Andar Maju.
96. Sudarmayanti dan Syarifudin Hidayat. 2002. Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar
Maju.
97. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Jakarta: Rineka Cipta
.
98. __________________ 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
99. Sugiono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Pustaka Pelajar.
106. Suryana. 2013. Ekonomi Kreatif, Ekonomi Baru : Mengubah Ide Menciftakan peluang.
107. Sutrisno Hadi. 2004. Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset. Edisi 2.
108. Taro Yamane. 1967. Elementary Sampling Theory. Englewood Cliffs. Prentice Hall.
109. T.Hani. Handoko. 2004. Manajemen, Yogyakarta, BPFE. Edisi 2.
110. Thohari Musnamar. tt. Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami. Jakarta: UII
Press.
111. Ujang Saepulah. 2003. Metode Penelitian, Makalah Fakultas Dakwah, IAIN Sunan Gunung Djati
Bandung.
112. Umar Sartono. 1998. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: Pustaka Setia.
113. UNCTAD. 2008. Summary Creative Economic Report. USA: United Nations.
114. Poespoprojo. 1989. Logika Ilmu Menalar, Remaja Karya, Bandung.
115. Panduan Penyusunan Skripsi. 2013. Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.
116. Wardi Bachtiar. 1997. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Logos Wacana Ilmu, Jakarta.
117. Whitney, F.L., and J. Milholland. 1933. A Four Year Continuation Study of A Teachers College
Class, Jour. Edur. Res.
118. Winarno Surachmad. 1975. Dasar dan Teknik Research, CV. Tarsito Bandung.
119. Yamane, T. 1967. Elementary Sampling Theory, Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, N.J.
120. Yusuf Burhanuddin. 1999. Kesehatan Mental. Bandung: Pustaka Setia.
121. Zakiah Daradjat. 1983. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.
Sumber Internet
2. Gesit Prayogi. 2012. YouTube Berikan Ruang Bagi Jurnalisme Warga. http://techno.okezone.
2014.
3. http:wikipedia.org/wiki/manajemen diakses 5 April 2014 pkl. 10.00
4. http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2007/07/11/2009.html [04 Oktober 2013]
5. Imam Rahmadi. 2012. Antara Jurnalis Warga dan Jurnalis Profesional. http://www.
6. Oik Yusuf. 2012. 2013. Pengguna Internet Indonesia Bisa Tembus 82 Juta. http://tekno.
kompas.com/read/2012/12/13/10103065/2013.pengguna.internet.indonesia.bisa.tembus.82.juta.
Media Cetak