Anda di halaman 1dari 96

J-HES

Jurnal Hukum Ekonomi Syariah


Volume 05 | Nomor 01 | Juni 2021
p-ISSN: 2549-4872 │ e-ISSN: 2654-4970

Analisis Alokasi Dana Zakat dan Tanggung Jawab Sosial dengan


Pendekatan Maqashid Syariah pada Bank Syariah

Erty Rospyana Rufaida1, Muh. Su’un1, Syamsuri Rahim1


1
Universitas Muslim Indonesia │ertyrospyanarufaida@gmail.com
Abstrak
Bank syariah tunduk pada hukum positif antara lain kewajiban membayar zakat
dan menyalurkan dana tanggung jawa sosial perusahaan (Corporate Social
Responsibility). Zakat merupakan kewajiban keagamaan sementara tanggung
jawab sosial perusahaan adalah kewajiban perusahaan sebagai bentuk kepedulian
pada masyarakat sekitar. Tujuan dari penelitian untuk menjawab sinergi
pengalokasian dana zakat dan tanggung jawab sosial dengan pendekatan
maqashid Syariah. Hasil penelitian ditemukan bahwa pengalokasian dana zakat
dan tanggung jawab sosial pada Bank Mandiri Syariah KCP Makassar Unismuh
disalurkan dengan konsep zakat produktif dalam kegiatan di berbagai bidang
yakni pemberdayaan ekonomi, pendidikan, sosial dan keagamaan. Pengalokasian
dana CSR dijalankan dengan konsep tanggung jawab sosial berbasis islam.
Pengalokasian dana zakat dan tanggung jawab sosial pada Bank Mandiri Syariah
KCP Makassar unismuh saling bersinergi. Bentuk sinerginya yaitu dana zakat
dan tanggung jawab sosial dihimpun oleh lembaga amil zakat nasional BSM yang
dikemudian disalurkan sesuai dengan peruntukannya sebagaiman dana zakat
sesuai dengan konsep maqashid syariah yakni kepada para mustahik dan dana
tanggung jawab sosial sesuai dengan peruntukan CSR dalam konsep Islam.
Kata Kunci: Dana CSR; Dana Zakat; Maqashid Syariah; Pengalokosian
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

Analysis of Zakat Fund Allocation and Social Responsibility with Sharia


Maqashid Approach at Bank Syariah

Abstract
Islamic banks comply with positive laws, including the obligation to pay zakat
and distribute corporate social responsibility funds. Zakat is a religious
obligation while corporate social responsibility is a company obligation as a
form of concern for the surrounding community. The purpose of this research is
to answer the synergy in allocating zakat funds and social responsibility with the
maqashid sharia approach. The results showed that the allocation of zakat funds
and social responsibility at Bank Mandiri Syariah KCP Makassar Unismuh was
channeled with the concept of productive zakat in activities in various fields,
namely economic empowerment, education, social and religious. The allocation
of CSR funds is carried out with the concept of Islamic-based social responsibility.
The allocation of zakat funds and social responsibility at Bank Mandiri Syariah
KCP Makassar unismuh synergizes with each other. The form of synergy is zakat
funds and social responsibility collected by the national amil zakat institution
BSM which are then distributed according to their designation as zakat funds in
accordance with the maqashid sharia concept, namely to mustahiks and social
responsibility funds in accordance with the designation of CSR in the Islamic
concept.
Keywords: CSR Fund; Zakat Fund; Maqashid Sharia; Allocation

PENDAHULUAN menjalankan prinsip menghindari al-


Islam sebagai agama yang ikhtinaz (dana dalam keadaan diam)
universal tidak hanya mengatur yang tidak dikehendaki dalam hokum
hubungan kepada Allah SWT dalam islam. Dengan kata lain hukum islam
bentuk ibadah tetapi juga mengatur tidaks menghendaki umatnya
hubungan kepada sesama manusia menimbun harta. Tindakan menumbun
dalam bentuk muamalah. Secara bahasa harta dibenci Allah sebagaimana kisah
muamalah berasal dari kata amala Qarun (Paman Nabi Musa) dalam Quran
yu’amilu yang artinya bertindak, saling Surah Al-Qasas (28) ayat 78:
َّ َ ۡ َ ۡ َ ۡ َ َ َ ٓ ۡ ٰ َ َ ُ ُ ُ ٓ َ َّ َ َ
‫ِي أو لم يعلم أن‬ ٓۚ ‫لَع عِل ٍم عِند‬ ‫قال إِنما أوت ِيتهۥ‬
berbuat, dan saling mengamalkan.
ۡ َ َ ۡ َ ۡ َ َ َّ
Sedangkan menurut istilah muamalah
‫ون َم ۡن ُه َو‬
ُ َ َۡ
adalah tukar menukar barang atau ِ ‫ٱَّلل قد أهلك مِن مِن قبلِهِۦ مِن ٱلق ُر‬
ُ َ ۡ َ ‫َث‬ ۡ َ َ ٗ َّ ُ ُ ۡ ُّ َ َ
َُ‫ك‬
‫َج ٗعا ۚ َوَل ي ُ ۡسَٔٔل َعن‬
sesuatu yang memberi manfaat dengan
‫أشد مِنه قوة وأ‬
ۡ
cara yang ditentukan (Arwani, 2017).
َ ُُ
Bank syariah merupakan institusi ‫ذنوب ِ ِه ُم ٱل ُم ۡج ِر ُمون‬
bisnis di bidang intermediasi jasa
keuangan yang menghimpun dana dari Terjemahnya: Karun berkata:
msayarakat dan menginvestasi dana "Sesungguhnya aku hanya diberi
harta itu, karena ilmu yang ada
tersebut kembali kemasyarakat (Arifin, padaku". Dan apakah ia tidak
2002). Fungsi bank sebagai lembaga mengetahui, bahwasanya Allah
intermediasi ini pada dasarnya sungguh telah membinasakan umat-

Analisis Alokasi Dana Zakat dan Tanggung Jawab Sosial …│2


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

umat sebelumnya yang lebih kuat 23 tahun 2011(Ahmad, dkk., 2020).


daripadanya, dan lebih banyak Zakat merupakan kewajiban keagamaan
mengumpulkan harta? Dan tidaklah sementara tanggung jawab social
perlu ditanya kepada orang-orang
perusahaan adalah kewajiban korporat
yang berdosa itu, tentang dosa-dosa
mereka. (perseroan terbatas) sebagai bentuk
Penumpukan uang di masyarakat kepedulian perusahaan pada masyarakat
memicu terjadinya inflasi dan berakibat sekitar. Secara konsep, zakat dan
kenaikan harga. Oleh sebab itu, harta ini tanggung jawab social perusahaan
harus dijadikan asset produktif dalam mempunyai visi yang serupa. Hal inilah
sistem ekonomi melalui perdagangan kemudian menjadi isu yang menarik
atau investasi bisnis. Fungsi memutar yakni bagaimana bank syariah dapat
harta (uang) menjadi asset yang menyalurkan zakat dan dana tanggung
produktif ini menjadi fungsi bank jawab sosialnya secara bersinergi
sebagai lembaga intermediasi dana namun pada konsep masing-masing.
keuangan. Masyarakat menyimpan Meskipun keduanya memiliki visi
uangnya di bank kemuadian bank social yang sama, zakat tunduk pada
menginveastasikan lagi pada dunia hukum islam yang wajib disalurkan
usaha. pada delapan penerima semantara
Fungsi komersial yang melekat tanggun jawab sosial bisa disalurkan
pada bank dalam menjalankan fungsi secara bebas asalkan memberikan
intermediasi yaitu menghimpun dana manfaat bagi masyarakat.
dari masyarakat dan menyalurkannya Kepemilikan harta dalam Islam
kepada pihak-pihak kekurangan dana harus disertai tanggung jawab moral.
(jasri, 2017: 64-75), perlu diiringi Artinya, segala sesuatu (harta benda)
dengan prinsip ta’awun (tolong yang dimiliki oleh seseorang atau
menolong) yang harus diterapkan oleh sebuah lembaga, harus diyakini secara
bank syariah. Prinsip ta’awun dapat teologis bahwa ada sebagian dari harta
diterapkan salah satunya dalam bentuk tersebut yang menjadi hak bagi pihak
zakat, infaq dan sedekah (ZIS). Bank lain, yang secara ekonomi kurang atau
syariah juga tunduk pada instrument tidak mampu, seperti fakir miskin,
hukum positif lainnya antara lain yatim piatu, manula, anak-anak
kewajiban membayar zakat dan terlantar, dan fasilitas sosial.
kewajiban menyalurkan dana tanggung Teori yang paling tepat untuk
jawa social perusahaan (Corporate mengungkapkan tentang tanggung
Social Responsibility / CSR). jawab moral ini dalam kehidupan
Kewajiban mengelurakan zakat bermasyarakat adalah Shariah
tidak hanya dibebankan kepada individu Enterprise Theory (SET). SET sendiri
melainkan juga dibebankan kepada merupakan suatu hasil teori yang telah
instansi perusahaan sebagaimana yang di internalisasi dengan nilai-nilai islam
telah diatur dalam undang-undang No yang berusaha memahami bahwa

3│Erty Rospyana Rufaida, Muh. Su’un, Syamsuri Rahim


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

tindakan dasar dalam hubungan Jadi maqashid al-syari’ah merupakan


manusia dengan alam serta tindakan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari
komunikasi dalam hubungan dengan sebuah penetapan hukum (Cahyani,
sesama sebagai objek, terdapat pula 2014).
tindakan dasar lain terkait dengan Subtansi yang penting dari
hubungan manusia dengan penciptanya maqashid syari'ah adalah maslahat.
(Hermawan, 2016). Dalam SET, Allah Masalahat yang dimaksudkan adalah
merupakan sebagai sumber utama, kemaslahatan yang menjadi tujuan
karena Dia adalah pemilik yang tunggal syara’, bukan kemaslahatan yang
dan mutlak. Sumber daya yang dimiliki semata-mata berdasarkan keinginan dan
oleh Stakeholders pada dasarnya adalah hawa nafsu manusia semata.
amanah dari Allah yang di dalamnya Pengaplikasian syariah yang terkait
melekat sebuah tanggung jawab untuk dengan ekonomi tidak boleh melupakan
menggunakannya dengan cara dan ruh dan semangat pensyariatannya, al-
tujuan yang telah ditetapkan oleh Sang maqashid asy-syariah termasuk dalam
Pemberi Amanah. Bentuk dari syariah pendistribusi Analysis of Zakat Fund
tersebut ada dalam pemaknaan al Allocation and Social Responsibility
maqashid asy-syariah. with Sharia Maqashid Approach at
Al-maqashid asy-syariah pada Bank Mandiri Syariah KCP Makassar
dasarnya diaplikasikan oleh para ulama Unismuhan zakat dan juga tanggung
fiqih dan ushul fiqh dalam proses jawab sosial berdasarkan perspektuf
ijtihad. Ia menjadi alat untuk islam. Berdasarkan pandangan islam,
menginterpretasi nash ahkam, yakni Al- konsekuensi dari inhern maqashid
Quran dan Sunnah tanpa keluar dari syariah adalah corporate social
koridor syar’inya. Namun di sisi lain, ia responsibility (CSR) (Hadi, 2016).
diperlukan untuk mengukur sejauh Berangkat dari pemaparan latar
ketepatan sebuah penerapan syariah belakang di atas, menarik keingintahuan
(Fauziah dan Tanjung, 2019). Secara peneliti untuk mengetahui lebih detail
bahasa, Maqashid al-syari'ah tersusun mengenai Alokasi Dana Zakat dan
dari dua kata, maqashid dan syari'ah Tanggung Jawab Sosial dengan
(Sidiq, 2009). Kata maqashid Pendekatan Maqashid Syariah pada
merupakan bentuk jamak dari kata Bank Mandiri Syariah KCP Makassar
maqsid yang memiliki arti tuntutan, Unismuh.
kesengajaan atau tujuan. Sedang kata
syari’ah secara bahasa definisinya METODE PENELITIAN
adalah “jalan menuju air”. Secara
istilah, maqashid al-syari’ah Jenis penelitian adalah penelitian
merupakan al-ma’ani allati syuri’at kualitatif. Penelitian ini menggunakan
laha al-ahkam (kandungan nilai yang pendekatan metode studi kasus
menjadi tujuan pensyariatan hukum). merupakan penelitia yang meneliti

Analisis Alokasi Dana Zakat dan Tanggung Jawab Sosial …│4


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

suatu kasus atau fenomena tertentu yang HASIL PENELITIAN


ada di dalam masyarakat yang
dilakukan secara mendalam untuk Alokasi Dana Zakat Bank Syariah
mempelajari latar belakang, keadaan Mandiri KCP Makassar Unismuh
dan interaksi yang terjadi Metode studi Bank Mandiri Syariah Makassar
kasus yang. Penelitian studi kasus Unismuh menyadari hal ini akan
adalah suatu penelitian kualitatif yang wajibnya mengeluarkan zakat. Untuk
berusaha menemukan makna, itu sebagai bank yang sistemnya
menyelidiki proses, dan memperoleh dijalankan berdasarkan Al-Quran dan
pengertian dalam pemahaman yang As Sunnah, bank mandiri syariah
mendalam dari individu, kelompok atau menghimpun dana zakat dari berbagai
situasi (Emzir, 2012). Lokasi penelitian sumber yang nantinya akan diberikan
adalah Bank Mandiri Syariah KCP kepada Lembaga Amil Zakat Nasional.
Makassar Unismuh, Jl. Sultan Alauddin Terkait dengan sumber zakat yang ada
No 259, Kec. Rappocini Kota Makassar, pada Bank Mandiri Syariah KCP
Sulawesi Selatan. Makassar Unismuh, seperti yang telah
Jenis data yang digunakan dalam dikemukakan oleh Ibu Mira selaku
penelitian yaitu data primer dan Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri
sekunder yang bersumber dari informan KCP Makassar Unismuh:
dan dokumen. Narasumber adalah orang Zakat yang ada di Bank Mandiri
yang memberikan informasi atau Syariah KCP Makassar Unismuh ada
disebut juga dengan subyek yang ditelti. beberapa sumber. Yang pertama, zakat
Adapun informan dalam profesi yaitu zakat penghasilan dari para
penelitian ini adalah kepala cabang bank pegawai yang bekerja di Bank Mandiri
Mandiri Syariah KCP Makassar Syariah KCP Unismuh Makassar. Yang
Unismuh serta staf bank Mandiri kedua, zakat yang bersumber dari para
Syariah KCP Makassar Unismuh. nasabah. Bank Mandiri Syariah
Dokumen yang digunakan diantaranya menyiapkan sebuah aplikasi Mobile
laporan pengalokasian dana ZASWAF Banking. Dengan memiliki rekening
dan dana sosial bank Mandiri syariah, tabungan di Mandiri Syariah, nasabah
buku dan kitab terkait dengan zakat, csr dapat melakukan transaksi perbankan
dan maqashid syariah serta dokumen secara online. Banyak fitur yang
pendukung yang lainnya. Teknik disediakan oleh bank Mandiri Syariah.
pengumpulan data dengan metode Salah satunya adalah ketika
wawancara dan dokumentasi. nasabah ingin mengeluarkan zakatnya,
baik itu zakat profesi nasabah, zakat
mall nasabah, zakat tabungan nasabah,
zakat perdagangan nasabah dan zakat
emas nasabah. Dangan melalui mobile
banking yang disediakan, maka nasabah

5│Erty Rospyana Rufaida, Muh. Su’un, Syamsuri Rahim


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

Bank Mandiri Syariah akan sangat 1. Desa Berdaya Sejahtera Mandiri


mudah membayar zakatnya. Yang Program Desa Berdaya
ketiga, zakat perusahaan. Zakat ini Sejahtera Mandiri merupakan
adalah zakat yang bersumber dari program yang bertujuan untuk
penghasilan Bank Mandiri. Syariah. meningkatkan pendapatan
Harta perdagangan yang dikenakan masyarakat (mustahik) dengan
zakat ini dihitung dari asset lancar usaha mengoptimalkan sumber daya
dikurangi hutang yang berjangka ekonomi lokal melalui penerapan
pendek (hutang yang jatuh tempo hanya teknologi yang tepat guna,
satu tahun). Dari hasil ini bank Mandiri peningkatan nilai tambah produk,
Syariah mengeluarkan 2,5 %. Zakat penguatan aspek kelembagaan serta
perdagangannya. Zakat-zakat ini pemasaran. Pelaksanaan program ini
selanjutnya diserahkan kepada lembaga difokuskan pada pengembangan
amil zakat nasiolan BSM (LAZNAS sektor usaha di wilayah desa, seperti
BSM) untuk dikelolah sesuai dengan pertanian, peternakan dan
peruntukannya. (Mira, 13 Agustus perkebunan. Program ini dilakukan
2020). dengan pendampingan intensif, baik
Berkaitan dengan pengalokasian teknis maupun pendekatan dakwah
dana zakat pada bank Mandiri syariah Islam. Program Desa Berdaya
KCP Makassar Unismuh, Firman selaku Sejahtera Mandiri merupakan
Pegawai Bank Syariah Mandiri KCP program pendayagunaan dana zakat
Unismuh Makassar bagian Booking dengan konsep pemberdayaan
Order (BO) mengatakan bahwa: ekonomi mustahik.
“Dana zakat yang telah dihimpun
oleh Bank Syariah Mandiri Unismuh 2. Sentra Jamur Mandiri
Makassar selanjtnya diserahkan Program Sentra Jamur Mandiri
kepada Lembaga Amil Zakat merupakan unit sosial bisnis
Nasiolan BSM (LAZNAS BSM)
untuk disalurkan sesuai dengan Yayasan sebagai pusat
peruntukannya” (Firman, 16 Agustus pengembangan budi daya jamur dan
2020). produksi baglog, sentra jamur juga
Berdasarkan data yang diperoleh diarahkan sebagai kawasan wisata
dari laporan pengalokasian dana zaswaf edukasi serta pusat pelatihan budi
dan dana sosial BSM tahun 2019 ada daya jamur. Pengembangan sentra
beberapa program dalam penyaluran jamur mandiri melibatkan
dana zakat yaitu sebagai berikut: masyarakat sekitar kawasan dan
Program Mitra Umat sebagian besar hasilnya digunakan
Program mitra umat yang untuk menunjang pendidikan,
dilakukan oleh laznas BSM dibagi ke kesehatan serta kegiatan sosial
dalam beberapa macam yaitu: lainnya.

Analisis Alokasi Dana Zakat dan Tanggung Jawab Sosial …│6


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

3. Gerobak Berkah 2. Islamic Sociopreneur Development


Program (ISDP)
Program yang ditujukan bagi
Program ISDP memiliki tujuan
para pedagang dhuafa baik yang
dan sasaran antara lain: memberikan
telah memulai usaha dagangnya
kesempatan kepada mahasiswa
maupun yang baru berdagang.
kurang mampu untuk mendapatkan
Program bertujuan memfasilitasi
beasiswa dan program pembinaan
kegiatan usaha serta dapat
dari Laznas BSM Umat, memberikan
meningkatkan pendapatan para
pembinaan keislaman dan
pedagang. Program Gerobak Berkah
sociopreneur sehingga dapat menjadi
merupakan program pemberian
mitra strategis yang dapat diandalkan
gerobak kepada para pedagang kecil.
dalam pemberdayaan masyarakat
Selain pemberian gerobak, Yayasan
dan memberikan kemandirian
memberikan pendampingan yang
kepada mahasiswa dan kemampuan
meliputi penyuluhan tentang usaha,
wirausaha yang memiliki kepedulian
manajemen pelayanan, keamanan,
sosial masyarakat.
dan kesehatan pangan.
3. Beasiswa Fellowship
4. Mitra UKM Mandiri Beasiswa Fellowship adalah
Program Mitra UKM Mandiri program beasiswa bagi anak-anak
merupakan program yang bertujuan pegawai PT Bank Syariah Mandiri
memfasilitasi penguatan pada usaha yang telah meninggal dunia. Anak-
kecil dan menengah (UKM) yang anak almarhum atau almarhumah
memiliki potensi pengembangan, akan dibantu biaya pendidikan
melalui peningkatan kualitas produk, hingga perguruan tinggi (strata 1).
pengembangan jaringan pasar, serta Beasiswa ini diberikan dalam bentuk
penguatan kelembagaan untuk dana pendidikan untuk SPP, uang
kemudahan akses permodalan ujian, uang semesteran bagi
(bankable). mahasiswa dan lainlain.
Program Didik Umat Program Simpati Umat
1. Sahabat Pelajar Indonesia (SPI) 1. Bantuan Kesehatan
Fasilitas yang diberikan Program Bantuan Kesehatan
Program Sahabat Pelajar Indonesia merupakan program Simpati Umat
diantaranya: pemberian beasiswa dalam bentuk Layanan Kesehatan.
SPP, Pembinaan Keislaman Rutin Program ini sebagai upaya pelayanan
sebulan 3 kali, Pelatihan Leadership, kesehatan primer (dasar) non profit
Seminar Motivasi Berprestasi dan berbentuk klinik utama didukung
Try Out SBMPTN serta Bimbingan dengan sumber daya publik dari
Belajar. zakat infak wakaf (ZISWAF), dana
masyarakat, jaminan kesehatan
nasional dan wirausaha sosial untuk

7│Erty Rospyana Rufaida, Muh. Su’un, Syamsuri Rahim


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

didayagunakan dalam peningkatan sehingga akan menjadi value tersendiri


derajat kesehatan masyarakat). bagi perusahaan untuk meningkatkan
2. Kebencanaan dan Lingkungan engagement dengan masyarakat
Hidup khususnya umat Islam.
Program Kebencanaan dan Sahabat Umrah/Haji
Lingkungan Hidup merupakan salah
Sebagai salah satu provider dana
satu program Simpati Umat sebagai
tabungan haji dan umrah, jamaah umrah
upaya yang dilakukan oleh Laznas
tidak luput dari perhatian PT Bank
BSM Umat untuk penanganan
Syariah Mandiri. Melalui program yang
bencana, respon dan pengelolaan
dikelola oleh Hajj and Umrah Group
program pengurangan resiko
(HUG), PT Bank Syariah Mandiri
bencana baik alam, non alam dan
memberikan beragam manfaat dalam
bencana sosial. Program ini
bentuk kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakaan dengan melibatkan
mendukung kegiatan pelaksanaan
sumber daya Laznas BSM Umat dan
umrah. Program ini merupakan salah
elemen masyarakat dalam
satu cara PT Bank Syariah Mandiri
penanganan kebencanaan baik dalam
untuk meningkatkan engagement antara
skala local maupun nasional.
perusahaan dengan nasabah serta
Alokasi Dana Sosial (CSR) Pada merupakan salah satu pelayanan terbaik
Bank Syariah Mandiri KCP yang diberikan oleh perusahaan untuk
Makassar Unismuh nasabah.
Berdasrkan laporan Qurban
pengalokasian dana zakat dan dana
soaial tahun 2019, Laznas BSM Umat Program Qurban yang dikelola
memiliki program yang dijalankan melalui CSG (Corporate Secretary
sepanjang tahun 2019, Group) PT Bank Syariah Mandiri ini
BSM Mengalirkan Berkah juga merupakan bentuk ucapan terima
kasih dan salah satu upaya
BSM Mengalirkan Berkah (BMB)
meningkatkan engagement antara PT
merupakan program sosial dari PT Bank
Bank Syariah Mandiri dengan
Syariah Mandiri sebagai bentuk
masyarakat sekitar kantor operasional
kepedulian kepada lingkungan dan
PT Bank Syariah Mandiri di seluruh
masyarakat sekitar operasional BSM,
Indonesia. Pemberian hewan qurban ini
khsususnya dalam peningkatan sarana
merupakan salah satu bukti keinginan
dan prasarana serta manajemen
besar dan cita-cita luhur PT Bank
pengelolaan Masjid. Program BMB
Syariah Mandiri yaitu untuk dapat
diharapkan mampu meningkatkan peran
memberikan manfaat kepada
masjid sebagai pusat peradaban islam
masyarakat yang salama ini
serta dapat sosial ekonomi yang
berdampingan dengan kantor
melibatkan peran serta pegawai
operasional PT Bank Syariah Mandiri.

Analisis Alokasi Dana Zakat dan Tanggung Jawab Sosial …│8


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

Mobil Musholla kehidupan ini dapat berjalan seimbang.


Selain berkonsentrasi pada masjid Untuk mengurangi kesenjangan yang
sebagai tempat beribadah, PT Bank terjadi maka harus ada campur tangan
Syariah Mandiri juga hadir memberikan Allah, yaitu dengan diwajibkannya
layanan berupa tempat salat yang dapat mengeluarkan zakat dari yang kaya
berpindah-pindah. Mobil Musholla untuk diberikan kepada yang miskin
hadir dan melayani kebutuhan bukan hanya sekadar amal taṭawwu’
masyarakat akan tempat salat yang (sunah) yang sifatnya opsional. Dengan
memadai meski berada di tempat yang zakat, kesenjangan sosial dapat
jauh dari masjid atau sulit mendapatkan diminimalisasikan dan rasa gotong
tempat yang baik dan nyaman untuk royong serta tenggang rasa di kalangan
mendirikan salat. umat Islam dapat ditumbuh
Kegiatan CSR Non-Program kembangkan. Sebagaimana Allah
berfirman dalam Al Quran Surah At-
Bantuan yang bersifat charity dan
Tawbah (9) ayat 60:
َ ‫سكِني َوٱلۡ َعٰ ِمل‬ َ ‫ت ل ِلۡ ُف َق َرآءِ َوٱل ۡ َم‬
tidak rutin ini lahir atas usulan Cabang
‫ِني‬ ٰ ُ ٰ ‫ٱلص َد َق‬
َّ ‫۞إ َّن َما‬
PT Bank Syariah Mandiri di seluruh ِ ِ
Indonesia guna menunaikan tanggung
‫ِني‬َ ‫َعلَ ۡي َها َوٱل ۡ ُم َؤلَّ َفةِ قُلُوبُ ُه ۡم َوِف ٱلر َقاب َوٱلۡ َغٰرم‬
jawab sosialnya kepada masyarakat ِ ِ ِ ِ
َّ ٗ َ َ ‫ٱلسب‬ َّ ‫ٱَّللِ َوٱبۡن‬ َّ ‫َوِف َسبيل‬
sekitar. Adapun bentuk kegiatan CSR ِِۗ‫يلِۖ ف ِريضة م َِن ٱَّلل‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
non program ini yang dilakukan adalah ٞ ‫حك‬
‫ِيم‬ ٌ ‫ٱَّلل َعل‬
َ ‫ِيم‬ ُ َّ ‫َو‬
penyediaan sarana dan Prasarana
Umum, penyedaiaan sarana dan Terjemahnya: Sesungguhnya zakat-
prasarana pendidikan, penyediaan zakat itu, hanyalah untuk orang-
sarana dan prasarana pendidikan, orang fakir, orang-orang miskin,
penyediaan ambulance, program pengurus-pengurus zakat, para
easiswa, kegiatan bantian kebencanaan, mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
kegiatan keislaman, kegiatan sosial, (memerdekakan) budak, orang-orang
yang berhutang, untuk jalan Allah
bantuan kesahatan dan pemberian
dan untuk mereka yuang sedang
santunan dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah,
PEMBAHASAN dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana (At-Tawbah: 60).
Analisis Pengalokasian Dana Zakat
pada Bank Syariah Mandiri dengan Ada beberapa hikmah zakat yang
Pendekatan Maqashid Syariah dari diwajibkannya zakat yaitu: pertama,
zakat menjaga dan memelihara harta
Terjadinya kesenjangan dalam
dari incaran pencuri. Kedua, zakat
penghasilan rizki dan mata pencaharian
menjadi penolong bagi orang-orang
dalam kehidupan umat manusia
fakir dan orang-orang miskin yang
merupakan hal yang tidak bisa ditolak,
membutuhkan bantuan. Ketiga, zakat
karena ini merupakan sunnat Allah agar

9│Erty Rospyana Rufaida, Muh. Su’un, Syamsuri Rahim


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

menyucikan diri dari sifat bakhil dan memberikan kepadanya zakat lallu
kikir pada diri muzakki sertma melatih menyuruhnya untuk dikembangkan
seorang mukmin untuk bersikap atau disedekahkan lagi”
dermawan dan ikut dalam menjalankan Hal ini juga sejalan dengan firman
jewajiban sosial. Keempat, zakat Allah SWT dalam Q.S Al-Maidah: 2:
merupakan wujud dari rasa syukur atas
َ َّ ْ ‫ن َو َّٱت ُقوا‬ ۡ ُۡ ۡ ۡ ََ ْ َُ ََ ََ
kenikmatan harta yang telah diberikan َۖ‫ٱَّلل‬ ٓۚ ِ ٰ‫ٱۡلث ِم َوٱلعد َو‬
ِ ‫ وَل تعاونوا لَع‬...
َ ۡ ُ َ َ َّ َّ
‫اب‬
ِ ‫إِن ٱَّلل شدِيد ٱلعِق‬
Allah SWT (Zuhaili, 2011).
Proses pendistribusian zakat,
terdapat dua pola sistem pendistribusian. Terjemahnya: Dan tolong-
Pola pertama adalah sistem tradisional menolonglah kamu dalam
(konsumtif) yaitu zakat hanya sebatas (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
untuk individu. Sistem ini zakat dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
diterima oleh mustahiq, sehingga tidak
bertakwalah kamu kepada Allah,
mencapai pada target adanya sesungguhnya Allah amat berat
kemandirian kondisi sosial maupun siksa-Nya.
kemandirian ekonomi (pemberdayaan)
pada mustahiq (penerima zakat). Pola Berdasarkan ayat di atas dapat
yang kedua adalah sistem penyaluran diketahui dalam islam sudah menjadi
zakat secara produktif (pemberdayaan kewajiban untuk saling menolong
ekonomi) yaitu pola penyaluran dalam hal kebaikan. Aktivitas saling
produktif bertujuan untuk mengubah tolong menolong dapat menimbulkan
keadaan penerima dari kategori hubungan timblal balik yang positif.
mustahik menjadi muzaki. Berdasarkan Selain itu tolong menolong merupakan
beberapa penelitian, sistem penyaluran manifestasi dari keteraturan sosial yang
zakat secara produktif terdapat beberpa memiliki nilai keutamaan yang sangat
nila positif seperti penegntasan tinggi. Ada beberapa keutamaan yang
kemiskinan, kesenjangan sosial, akan didapatkan yaitu sebagai berikut
pengangguran serta kesenjangan (Al-Ghazali, 2013): Akan mendapatkan
ekonomin (pendapatan) yang pahala seperti pahalanya membela
merupakan bebrapa contoh masalah agama Allah SWT. Kedua, akan
yang dapat di atasi dengan sistem mendapatkan pembebasan seperti
penyaluran zakat secara produktif. pahalanya mujahidin fiisabiilillah dan
Zakat secara produktif tidak ketiga mendapatkan pembebasan dari
dilakukan tanpa dasar, zakat ini pernah api neraka.
terjadi dizaman Rasulullah. Konsep tolong menolong inilah
Dikemukakan dalam sebuah hadis yang dapat ditarik dalam sistem
riwayat imam muslim pendistribusian zakat secara produktif.
“Dari Salin Bin Abdillah Bin Umar Berdasarkan hasil wawancara dan
dari ayahnya, bahwa Rasulullah telah dokumentasi yang dilakukan dapat

Analisis Alokasi Dana Zakat dan Tanggung Jawab Sosial …│10


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

diketahui bahwa pola pendistribusian sebagaimana yang ada dalam surah at-
yang dilakukan oleh bank Mandiri taubah, melainkan dapat dikembangkan
Syariah KCP Makassar Unismuh adalah menjadi hal yang lebih dari pada hanya
zakat produktif. Dalam sistem sebatas memberikan saja (Ahmad, dkk.,
penyaluran produktif tidak hanya 2020). Berikut adalah gambaran pola
sebatas memberikan kepada aznaf pendistribusian zakat secara produktif:

Gambar: Pola Pendistribusian Zakat Secara Produktif


Dari tabel di atas dapat dipahami akan mendorong para penerima zakat
bahwa sistem perputaran dana zakat untuk mengembangkan kegiatan usaha
mulai dari Muzakki yang diserahkan agar mereka bisa keluar dari kemiskinan.
kepada lembaga penghimpun zakat Demikianlah yang dilakukan oleh Bank
dengan berbagai cara, lalu lembaga Mandiri Syariah KCP Makassar
zakat memberikan kepada mustahik Unismuh. Dimana mereka menyalurkan
digunakan sebagai modal usaha. Jika zakatnya dengan pendekatan zakat
mereka untung maka mustahik akan produktif. Bank Mandiri Syariah KCP
berubah menjadi muzakki. Namun Makassar Unismuh memberikan
sistem ini tetap harus dibawa zakatnya kepada laznas BSM yang
pendampingan penghimpun dana zakat. selanjutnya diserahkan kepada pihak
Inilah yang merupakan sistem mustahik dalam berbagai modal usaha.
penyaluran zakat yang produktif yakni Berdasarkan data yang teleh diperoleh
zakat tidak hanya diberikan sebagai adapun program yang dilakukan yang
sebuah dana konsumtif namun dapat sejalan dengan knsep zakat priduktif
dijadikan dana yang meningkatkan taraf adalah sebagai desa berdaya Sejahtera
hidup masyarakat menjadi lebih baik. Mandir, sentra Jamur Mandiri, gerobak
Sebagaimana penelitian yang dilakukan Berkah dan mitra UKM MandiriDengan
Syamsuri Rahim dan Syahrullah tahun program-program kerja yang telah
2017 terkait dengan zakat perusahaan, dilakukan dalam sistem penyaluran
yaitu dengan sistem zakat produktif zakat maka program kerje tersebut

11│Erty Rospyana Rufaida, Muh. Su’un, Syamsuri Rahim


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

membuktikan bahwa pola Konsep CSR dalam perspektif


pendistribusian yang telah dilakukan Islam lebih menjurus kepada
oleh adalah pola pensitribusian zakat pendekatan rohani (Norajilah:2011).
produktif. Dari program kerja yang Pandangan bersifat rohani adalah
dilakukan maka akan menncapai pada berdasarkan dari ajaran AlQuran dan
tujuan: Sunnah. Ide mengenai tanggung jawab
a. Mewujudkan keadilan dan sosial ini terkandung dalam ikatan
pemerataan ekonomi. Dengan kerohanian (religious bond). Ikatan
sistem zakat produktif ini maka kerohanian ini mengambarkan
tujuan untuk mengurangi jurang komitmen terhadap standar moral dan
perbedaan dan kesenjangan antara juga norma-norma sosial dengan
yang kaya dan miskin sehingga berasaskan kepada Syariah. Ini karena
tercipta pemerataan ekonomi dan dalam Islam manfaat yang ingin dicapai
keadilan. bukan tertumpu kepada keperluan
b. Mengikis kemiskinan dan material saja, tetapi merangkumi konsep
kecemburuan sosial. Dengan kesejahteraan hidup manusia yang
memalui zakat produktif maka akan menekankan konsep persaudaraan dan
tercipta masyarakat yang jauh dari keadilan sosio-ekonomi, dan spiritual
sifat-sifat kecemburuan sosial yang bagi setiap insan. CSR dalam Islam
muncul manakala kemiskinan bukanlah sesuatu yang baru. Tanggung
menghimpit seseorang sedangkan jawab sosial sangat sering disebutkan
disekelilingnya orang hidup dalam Al-Qur’an. Seperti firman Allah
berkecukupan tetapi sama sekali SWTdalam QS AL Baqarah ayat 205:
َ ‫ۡرض ِِلُ ۡفس َِد ف‬ َۡ َّ َ
tidak peduli َ
‫ِيها َويُ ۡهل ِك‬ ِ ‫َع ِِف ٱۡل‬ٰ َ ‫ِإَوذا تَ َو َّٰل َس‬
َ َۡ ُ َ ُ َّ َ َ ۡ َّ َ َ ۡ َ ۡ
‫ٱَّلل َل ُي ُِّب ٱلف َساد‬‫ٱۡلرث وٱلنسل ۚ و‬
Analisis Pengalokasian Dana Sosial
pada Bank Syariah Mandiri dengan
Pendekatan Maqashid Syariah Yang Artinya: Dan apabila ia berpaling
Tanggung Jawab Sosial (dari kamu), ia berjalan di bumi
didefinisikan satu komitmen ke arah untuk mengadakan kerusakan
padanya, dan merusak tanam-
meningkatkan kualiti hidup masyarakat
tanaman dan binatang ternak, dan
melalui pertimbangan amalan yang Allah tidak menyukai kebinasaan.
dijalankan dalam perdagangan dan
sumbangan sumber dari sektor CSR dalam perspektif Islam
perusahaan Berdasarkan definisi ini, merupakan sebuah sistem sosial dalam
tanggung jawab sosial merujuk kepada pembagian kekayaan berdasarkan
komitmen perusahaan untuk kepada cara hidup dan hubungan
melaksanakan amalan ini dan kemanusiaan yang terjalin antara
menjadikan sebagai satu sumbangan sesama umat Islam, dan juga antara
kepada masyarakat melalui aktiviti yang umat Islam dengan golongan bukan
dijalankan (Ismail: 2009). Islam (Hablun Min al-Nas). Melihat

Analisis Alokasi Dana Zakat dan Tanggung Jawab Sosial …│12


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

konsep tanggung jawab sosial menurut Group) PT Bank Syariah Mandiri ini
Islam maka dapat ditarik kedalam juga merupakan bentuk ucapan terima
tanggung jawab sosial yang telah kasih dan salah satu upaya
dilakukan oleh Bank Mandiri Syariah meningkatkan engagement antara PT
KCP Makassar Unismuh. Ada beberapa Bank Syariah Mandiri dengan
kegiatan yang dilakukan dalam masyarakat sekitar kantor operasional
menjalankan tanggung jawab sosialnya PT Bank Syariah Mandiri di seluruh
yaitu sebagai berikut: Indonesia. Pemberian hewan qurban ini
1. BSM Mengalirkan Berkah merupakan salah satu bukti keinginan
BSM Mengalirkan Berkah (BMB) besar dan
merupakan program sosial dari PT Bank 4. Kegiatan CSR Non Program
Syariah Mandiri sebagai bentuk Selain menyalurkan dana sosial
kepedulian kepada lingkungan dan melalui program rutin yang disalurkan
masyarakat sekitar operasional BSM, baik melalui group di internal PT Bank
khsususnya dalam peningkatan sarana Syariah Mandiri atau melalui tujuh
dan prasarana serta manajemen Regional Office (RO) yang tersebar di
pengelolaan Masjid. Program BMB seluruh Indonesia, PT Bank Syariah
diharapkan mampu meningkatkan peran Mandiri melalui Laznas BSM Umat
masjid sebagai pusat peradaban islam juga menyalurkan dana sosial ini kepada
serta dapat sosial ekonomi yang bantuan yang bersifat charity. Bantuan
melibatkan peran serta pegawai yang bersifat charity dan tidak rutin ini
sehingga akan menjadi value tersendiri lahir atas usulan Cabang PT Bank
bagi perusahaan untuk meningkatkan Syariah Mandiri di seluruh Indonesia
engagement dengan masyarakat guna menunaikan tanggung jawab
khususnya umat Islam. sosialnya kepada masyarakat sekitar.
2. Sahabat Umrah/Haji Dengan melihat beberapa
Sebagai salah satu provider dana kegiatan yang dilakukan dalam
tabungan haji dan umrah, jamaah umrah menerapkan tanggung jawab sosial,
tidak luput dari perhatian PT Bank kegiatan ini sejalan dengan tanggung
Syariah Mandiri. Melalui program yang jawab sosial berdasatkan konsel yang
dikelola oleh Hajj and Umra Group telah di atur dalam Islam QS AL
(HUG), PT Bank Syariah Mandiri Baqarah ayat 205. Setiap kegiatan selalu
memberikan beragam manfaat dalam dihubungkan tentang menjaga
bentuk kegiatan-kegiatan yang hubungan baik kepada Allah SWT,
mendukung kegiatan pelaksanaan kepada manusia dan kepada alam
umrah. semesta.
3. Qurban
Program Qurban yang dikelola
melalui CSG (Corporate Secretary

13│Erty Rospyana Rufaida, Muh. Su’un, Syamsuri Rahim


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

KESIMPULAN Syariah KCP Makassar Unismuh


menjalankan tanggung jawab sosial
Pengalokasian dana zakat dan sesuai denga konsep tanggung jawab
tanggung jawab sosial pada Bank sosial berbasis islam. Pengalokasian
Mandiri Syariah KCP Makassar dana zakat dan tanggung jawab sosial
Unismuh dilakukan dalam berbagai pada Bank Mandiri Syariah KCP
item kegiatan. Untuk pengalokasian Makassar unismuh saling bersinergi
dana zakat disalurkan dengan konsep yaitu dana zakat dan dana tanggung
zakat prodiktif dalam berbagai kegiatan jawab sosial sama-sama dihimpun oleh
di berbagai bidang yakni pemberdayaan lembaga amil zakat nasional BSM yang
ekonomi, pendidikan, sosial dan dikemudian disalukan sesuai dengan
keagamaan. Sementara untuk peruntukkannya masing-masing.
pengalokasian dana CSR, Bank Mandiri

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S., Alam, S., Rahim, S., & Latif, A. I. (2020). Sumber dan Pemanfaatan
Dana Zakat Perusahaan Berdasarkan Konsep Akuntansi Syariah. Jurnal
Riset Akuntansi dan Keuangan, 8(3), 611-618.
Al-Ghazali, Imam. (2013). Makasyafah al-Qulub. Bandung: Pustaka Online.
Al-Quran dan Terjemahan Al Ikhlas. (2018). Jakarta Pusat : Samad.
Arifin, B. (2002). Formasi makro-mikro ekonomi Indonesia. INDEF.
Arwani, A. (2017). Epistemologi Hukum Ekonomi Islam (Muamalah). Religia.
Cahyani, I. (2014). Teori dan Aplikasi Maqashid Al-Syari’ah. Jurnal Al-Qadau:
Peradilan dan Hukum Keluarga Islam, 1(2).
Emzir, M. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis data. Jakarta: Raja
Grafindo.
Fauziah, H., Hafidhuddin, D., & Tanjung, H. (2019). ANALISIS MAQASHID
ASY-SYARIAH DALAM PENGELOLAAN ZAKAT OLEH
NEGARA. Kasaba: Jurnal Ekonomi Islam, 11(2), 102-127.
Hadi, A. C. (2016). Corporate social responsibility dan zakat perusahaan dalam
perspektif hukum ekonomi Islam. AHKAM: Jurnal Ilmu Syariah, 16(2), 229-
240.
Hermawan, S., & Rini, R. W. (2018). Pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah
perspektif Shariah Enterprise Theory. Riset Akuntansi dan Keuangan
Indonesia, 1(1), 12-24.
Ismail, S. N. (2009). Tanggungjawab sosial Petronas: 1974-2006 (Doctoral
dissertation, Jabatan Sejarah, Fakulti Sastera dan Sains Sosial, Universiti
Malaya).
Jasri, J. (2017). Pengaruh Pendapatan Margin Bay Al-Murabahah terhadap
Profitabilitas pada Bank Syariah. Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 1(1), 64-
73.

Analisis Alokasi Dana Zakat dan Tanggung Jawab Sosial …│14


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

LAZNAS BSM. (2019). Laporann Pengalokasian Dana ZAZWAF BSM. LAZNAS


BSM. Jakarta Pusat : BSM.
Che Man, N. (2011). Tanggungjawab Sosial Korporat: Analisis Perbandingan di
Bank Muamalat Malaysia Berhad dan Affin Bank Berhad/Norajila binti
Che Man (Doctoral dissertation, Universiti Malaya).
Rahim, S. (2017). Model Pengelolaan Zakat Perusahaan. Jurnal Akuntansi
Multiparadigma, 8(1), 200-215.
Shidiq, G. (2021). Teori Maqashid Al-Syari'ah dalam Hukum Islam. Majalah
Ilmiah Sultan Agung, 44(118), 117-130.
Ghofar, S. (2009). Teori Maqashid Al-syari’ah dalam Hukum Islam. Majalah
Ilmiah Sultan Agung, 44.
Wahbah, A. Z. (2011). Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Terj. Abdul Hayyie Al-kattani,
Dkk, Fiqih Islam, 9.

15│Erty Rospyana Rufaida, Muh. Su’un, Syamsuri Rahim


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah

Volume 05 | Nomor 01 | Juni 2021


p-ISSN: 2549-4872 │ e-ISSN: 2654-4970

Analisis Sosiologi Hukum Islam terhadap Kredit Macet di Bumdes (Badan


Usaha Milik Desa)

Diana Lailatus Sa’diyah1, Omiga Chabiba1


1
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta │dianalailatussadiyah@gmail.com
Abstrak
Pemerintah dalam mengurangi angka kemiskinan membutuhkan media
yang dekat dengan masyarakat untuk membantu mengentaskan
kemiskinan. Adanya BUMDes di pedesaan diharapkan mampu untuk
membentuk kesejahteraan masyarakat. Namun maraknya praktik kredit
macet di BUMDes menjadikan tujuan awal menjadi sedikit terhambat.
Penegakan hukum dalam praktiknya tidak berjalan dengan efektif
meskipun ada sanksi telah diatur dalam perjanjian kredit, namun sanksi
tersebut tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi alasan maraknya praktik
kasus kredit macet di BUMDes dan untuk mengetahui bagaimana tingkat
kesadaran hukum masyarakat terhadap kesepakatan pada perjanjian
kredit serta untuk mengetahui bagaimana upaya penyelesaian kredit
macet pada BUMDes menurut sudut pandang hukum Islam. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah normatif sosiologi hukum, yaitu
sebuah pendekatan yang berangkat dari cabang ilmu pengetahuan yang
secara analitis dan empiris mempelajari timbal balik antara hukum dan
fenomena sosial dengan meneliti data primer yang diperoleh secara
langsung di lapangan. Kredit macet dipengaruhi oleh budaya atau kultur
masyarakat yang mempengaruhi kepatuhan dan kesadaran hukum. Selain
itu penyelesaian kredit macet di BUMDes lebih mengutamakan Al Urf.
Kata Kunci: BUMDes; Budaya Hukum; Kesadaran Hukum.
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

Analysis Of The Sociology Of Islamic Law Against Bad Credit in Bumdes


(Village Owned Enterprises)

Abstract
The government in reducing poverty needs media that are close to the
community to help alleviate poverty. The existence of BUMDes in rural
areas is expected to be able to shape the welfare of the community.
However, the rampant practice of bad loans in BUMDes made the initial
goal a bit hampered. Law enforcement in practice does not work even
though there are sanctions that have been regulated in an effective
credit agreement, but these sanctions are not carried out properly. This
study was conducted to find out what factors are the reasons for the
widespread practice of bad loans in BUMDes and to find out how the
level of public legal awareness of credit agreements and to find out how
to resolve bad loans in BUMDes according to the point of view of
Islamic law. The method used in this research is normative sociology of
law, which is an approach that departs from the branch of science
analytically and empirically studying the reciprocity between law and
social phenomena with primary data research obtained directly in the
field. Bad loans are influenced by the culture or culture of the
community that affects legal compliance and awareness. In addition,
bad loans at BUMDes prioritize Al Urf.

Keywords: BUMDes; Legal Culture; Legal Awareness

PENDAHULUAN 4 Tahun 2015. BUMDes dibentuk dengan


misi menggerakkan roda ekonomi melalui
Kemiskinan adalah suatu masalah yang
optimalisasi potensi yang ada didesa tersebut.
harus segera ditangani untuk memajukan
(Gunawan, 2011: 63)
kesejahteraan. Pemerintah dalam hal ini telah
BUMDes dibentuk dengan misi
mengembangkan pembentukan BUMDes
menggerakkan roda ekonomi melalui
(Badan Usaha Milik Desa) yang diatur dalam
optimalisasi potensi yang ada didesa tersebut
UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
melalui kredit tanpa agunan. Persetujuan atau
Pemerintahan Daerah pada Pasal 213 ayat 1.
kesepakatan pinjam meminjam antara pihak
Dalam UU tersebut disebutkan bahwa “Desa
BUMDes dan pihak debitur sebagai pihak
dapat mendirikan badan usaha milik desa
peminjam yang mempunyai kewajiban untuk
sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa”.
melunasi hutangnya setelah jangka waktu
Selanjutnya dibentuk Undang-undang baru
tertentu dengan bunga yang relatif cukup
yaitu UU No. 6 Tahun 2014 dan sekarang
rendah yaitu hanya 1 % dan tanpa adanya
semakin diperjelas landasan hukum
jaminan. Namun pada kenyataanya, banyak
mengenai keberadaan dan tata kelola
kasus kredit macet yang terjadi pada
BUMDes dengan keluarnya Permendesa No.

17│ Diana Lailatus Sa’diyah, Omiga Chabiba


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970
kesepakatan atau perjanjian yang disepakati BUMDes itu sendiri, untuk itu penulis
salah satu pihak tidak dapat memenuhi bertujuan untuk menganalisis secara
prestasi, hal inilah yang disebut dengan sosiologi hukum Islam dengan menggunakan
“kredit macet”. teori sistem hukum Lawrence friedman dan
Setiap akad dalam Islam wajib dipatuhi Urf dalam permasalahan kredit macet di
dan dilakukan oleh para pihak sesuai dengan BUMDes Temon Kulon. Kredit macet di
perjanjian yang sudah disepakati oleh yang BUMDes Binangun Temon Kulon memiliki
bersangkutan dan dapat terhindar dari persentase yang paling tinggi yaitu mencapai
wanprestasi karena tidak memenuhi janji. 57,79%. Penelitian ini juga bertujuan untuk
Dasar hukumnya adalah surat Al Isra’[17]: mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
34: banyaknya BUMDes yang tidak mecapai
‫ا‬ َ َ ۡ َّ ۡ ْ ُ َ
‫ َوأ ۡوفوا بِٱل َع ۡه ِدِۖ إِن ٱل َع ۡه َد َكن َم ۡسُٔٔوٗل‬... tujuan dalam mengoptimalkan dana desa
untuk mengentaskan kemiskinan dan
Melihat potensi BUMDes begitu besar banyaknya BUMDes yang tidak
bagi perekonomian masyarakat desa maka beroperasional serta pandangan hukum Islam
dengan terjadinya keterlambatan dalam terhadap penyelesaian yang dilakukan untuk
pembayaran atau bahkan mengalami kredit mengatasi permasalahan kredit macet di
macet dalam angsuran akan berdampak pada BUMDes.
bergulirnya dana desa yang terhambat.
Permasalahan ini tentu dapat berdampak bagi METODE PENELITIAN
banyak pihak diantaranya adalah masyarakat
desa dan pihak pengelola serta BUMDes. Penelitian ini adalah penulisan yang
Kredit macet juga dapat menyebabkan tidak berbasis pada studi lapangan (Field
berjalannya program BUMDes dengan baik research), teknik yang digunakan adalah
bahkan akibat dari kredit macet ini dapat pengumpulan data dengan cara mengamati
berdampak juga pada kerugian BUMDes di langsung kegiatan yang terjadi di lembaga
desa tersebut sehingga BUMDes akan BUMDes. Penelitian ini menggunakan studi
berhenti beroperasi. Mengingat BUMDes lapangan (Field research), maka teknik yang
merupakan suatu lembaga keuangan di digunakan adalah pengumpulan data dengan
wilayah desa yang mempunyai program mengamati langsung ke BUMDes. Obyek
penyediaan dana pinjaman dengan untuk penelitian ini adalah faktor-faktor yang
persyaratan yang mudah dan tidak adanya melatarbelakangi terjadinya kredit macet di
eksekusi agunan atau jaminan maka kredit BUMDes.
macet yang terjadi akan sangat berdampak Sifat penelitian yang digunakan dalam
pada tidak berjalannya BUMDes secara penelitian ini penelitian bersifat deskriptif-
maksimal. Selain itu bunga yang harus analitik, yaitu dengan mendiskripsikan fakta-
dibayarkan para nasabah relatif lebih rendah fakta apa saja yang terjadi di lapangan.
dari bank konvensional, namun Kemudian menganalisa fakta yang didapat
permasalahan pada pembiayaan bermasalah tersebut berdasarkan data yang ada dari hasil
hingga kredit macet pun masih saja sering penelitian akan dianalisis dengan sudut
terjadi. pandang perspektif Sosiologi Hukum Islam.
Faktor–faktor baik dari kreditur dan Penelitian ini menggunakan pendekatan
debitur akan sangat mempengaruhi Sosiologi hukum dan teknik pengumpulan
keeksistensian keberadaan dan manfaat

Analisis Sosiologi Hukum Islam terhadap Kredit Macet di Bumdes …│18


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970
data dengan cara wawancara, observasi dan menyampaikan penolakan dengan tetap
dokumentasi. menjaga hubungan baik.
7. Apabila hasil putusan kredit,
HASIL DAN PEMBAHASAN permohonan kredit calon debitur
dimaksud disetujui maka pejabat yang
Prosedur Pemberian Kredit di BUMDes
berwenang memutus kredit
Prosedur pemberian kredit BUMDes memerintahkan bagian realisasi kredit
Untuk Jenis Usaha Jasa Keuangan Mikro segera mempersiapkan kelengkapan
diatur dalam Peraturan Dewan Pembina realisasi kredit.
BUMDes Kabupaten Kulon Progo Nomor 1 8. Kredit yang telah direalisasi harus segera
Tahun 2013 tentang Petunjuk Operasional dicatat dalam register.
Badan Usaha Milik Desa untuk Jenis Usaha 9. Pencairan kredit harus dilakukan di
Jasa Keuangan Mikro adalah sebagai berikut: kantor BUMDes.
1. Nasabah mengajukan permohonan kredit 10. Penandatanganan perjanjian kredit bagi
di BUMDes Untuk Jenis Usaha Jasa yang telah berkeluarga harus dilakukan
Keuangan Mikro setempat dengan suami dan istri.
membawa kelengkapan persyaratan 11. Dalam hal suami/istri peminjam telah
permohonan kredit. meninggal dunia maka harus dilampirkan
2. Apabila kelengkapan persyaratan surat keterangan bahwa suami/istri
dipenuhi, maka petugas yang menerima dimaksud telah meninggal dunia.
permohonan kredit harus segera mencatat 12. Kredit yang telah direalisasi harus dapat
dalam register permohonan kredit calon dipertanggungjawabkan kelancaran
debitur. pengembaliannya sesuai dengan
3. Sesuai urutan pendaftaran kredit dalam perjanjian.
register permohonan kredit, petugas Persyaratan-persyaratan yang harus
melaksanakan pemeriksaan di lapangan dipenuhi oleh para nasabah dalam
meliputi: mengajukan pinjaman diatur juga dalam
a. Tempat usaha Peraturan Dewan Pembina BUMDes
b. Tempat tinggal Kabupaten Kulon Progo Nomor 1 Tahun
c. Kelayakan usaha 2013 tentang Petunjuk Operasional Badan
d. Jaminan/agunan Usaha Milik Desa untuk Jenis Usaha Jasa
4. Atas hasil pemeriksaan di lapangan Keuangan Mikro untuk mendapatkan kredit
petugas segera melakukan analisa asta dari BUMDes adalah sebagai berikut:
permohonan kredit, kemudian membuat 1. Mengisi dan tanda tangan formulir
usulan kepada atasannya atas permohonan kredit.
permohonan kredit tersebut. 2. Menandatangani Surat Keterangan
5. Atas usulan petugas tersebut nomor 4 di Permohonan Kredit (SKPK)
atas, maka semua putusan kredit dibuat 3. Menyerahkan foto kopi KTP
oleh Direksi dengan mengisi register permohonan suami/istri
putusan kredit. 4. Surat Keterangan Usaha/ Kredit dari
6. Apabila hasil putusan kredit, Kepala Desa/ Pejabat Berwenang dan
permohonan kredit calon debitur bagi nasabah lama yang lancar diatur
dimaksud ditolak maka petugas supaya oleh direksi

19│ Diana Lailatus Sa’diyah, Omiga Chabiba


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970
5. Bersedia menyisakan minimal 1 (satu) suami/istri dengan ketentuan maksimal
kali angsuran sampai dengan kredit besaran kredit dan jangka waktu sesuai
lunas, yang disimpan di tabungan. dengan ketentuan nomor 1 dan 2.
6. Bersedia menyerahkan surat bukti 4. Kewenangan memutus kredit berada
kepemilikan jaminan. pada direksi.
7. Untuk kredit 1 (satu) kali angsuran 5. Kewenangan dalam memutus kredit
dengan syarat: seperti tersebut pada Nomor 3 tetap harus
a. Pernah melakukan pinjaman selama memenuhi prosedur dan syarat-syarat
dua periode pinjaman berturut-turut dalam pemberian kredit.
dengan pengembalian kredit lancar. 6. Setiap putusan kredit harus dibuatkan
b.Wajib menyimpan sekurang-kurangnya register
3% dari jumlah kredit yang dicairkan.
Faktor Penyebab Pembiayaan
Besaran Kredit dan Kewenangan dalam Bermasalah di Badan Usaha Milik Desa
Memberikan Putusan Kredit Temon Kulon
Banyaknya pembiayaan bermasalah
1. Ketentuan besaran pemberian kredit pada atau kredit macet merupakan salah satu
masing-masing BUMDes untuk setiap masalah serius yang harus diselesaikan.
pemohon maksimal Rp. 10.000.000.00 Semakin lama pembiayaan bermasalah jika
(sepuluh juta rupiah) dengan jangka di biarkan akan berdampak pada efektifitas
waktu maksimal 24 (dua puluh empat) BUMDes dalam melayani dan
bulan. mensejahterakan masyarakat desa. Selain itu
2. Pengecualian pada angka 1, apabila pembiayaan bermasalah hingga terjadinya
dipandang perlu ketentuan besaran kredit macet ini dapat menyebabkan
pemberian kredit pada masing-masing perputaran kas di desa menjadi terhambat
BUMDes untuk setiap pemohon dapat dan persediaan kas bank menurun seiring
maksimal Rp. 15.000.000.00 (Iima belas pertambahan nasabah yang mengalami kredit
juta rupiah) dengan jangka waktu bermasalah.
maksimal 36 (tiga puluh enam) bulan Hal itu akan berakibat fatal terhadap
dengan syarat pemohon sudah menjadi keberadaan BUMDes, bahkan akibat paling
peminjam di Lembaga Keuangan Mikro buruk BUMDes dapat dinyatakan pailit
Binangun/BUMDes Untuk Jasa karena modal atau kas sudah habis. Faktor-
Keuangan Mikro minimal 2 (dua) kali faktor yang melatarbelakangi munculnya
periode pinjaman dengan angsuran lancar pembiayaaan bermasalah ini dibedakan
secara terus-menerus tidak ada menjadi dua jenis yaitu faktor umum dan
tunggakan. faktor khusus.
3. Batas maksimal pemberian kredit Berdasarkan hasil dari penelitian, faktor-
(BMPK) untuk pihak nasabah secara faktor yang menyebabkan adanya
keseluruhan maksimal sebesar 10 % pembiayaan bermasalah adalah sebagai
(sepuluh perseratus) dari modal disetor. berikut:
Yang dimaksud dengan pihak terkait
adalah Pemilik. Dewan Faktor dari Nasabah yang Mempengaruhi
Pembiayaan Bermasalah di Bumdes
Pengawai/Komisaris. Direksi dan
Pegawai masing-masing termasuk

Analisis Sosiologi Hukum Islam terhadap Kredit Macet di Bumdes …│20


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970
Kredit tidak selamanya berjalan lancar, Prosedur dan persyaratan yang mudah
kalanya ada kasus dimana nasabah yang dalam mendapatkan dana pinjaman di
mengajukan pinjaman mengalami BUMDes ini mengakibatkan banyaknya
pembiayaan bermasalah hingga kredit macet. penyalahgunaan dana yang dilakukan oleh
Jika angka kredit macet tinggi maka akan para nasabah dan mengakibatkan terjadinya
merugikan bagi kedua belah pihak baik dari kredit macet.
debitur maupun kreditur. Penyebab kredit 2) Iktikad tidak baik
macet harus segera diketahui dan di atasi Iktikad tidak baik merupakan penyebab
agar tidak menimbulkan kerugian yang besar. terjadinya kredit macet dalam simpan pinjam
Kredit macet tentunya kredit bermasalah di BUMDes, dikarenakan iktikad tidak baik
yang kebanyakan angsurannya berhenti total pada awalnya sudah ada sejak pembuatan
dan sulit dilakukan penagihan. Hal ini perjanjian pinjaman dana, seperti para
tentunya harus segera ditangani dan nasabah tidak memberikan informasi yang
dilakukan pencegahan agar masyarakat sejujur-jujurnya mengenai usaha yang akan
sejahtera. dijalankan. Tidak adanya rasa tanggung
1) Penyalahgunaan Dana Kredit Oleh jawab pada nasabah menyebabkan iktikad
Nasabah tidak baik muncul dan melanggar isi
Penyalahgunaan dana kredit adalah perjanjian.
salah satu penyebab atau faktor terjadinya Adanya I’tikad yang kurang baik dari
kredit macet di BUMDes. Penyalahgunaan anggota dalam hal pembayaran kembali
dana ini dilakukan oleh anggota atau nasabah pinjamannya walaupun kemungkinan
yang tidak memanfaatkan dana kredit sesuai usahanya baik dan berkembang, namun
tujuan pinjaman yang diajukan ke BUMDes. kewajiban diabaikan.
Persyaratan atau prosedur dalam 3) Adanya Kendala Usaha
pengajuan pinjaman di BUMDes, dana Kendala usaha dapat berupa sepinya
pinjaman ini ditujukan untuk para nasabah pembeli pada usaha yang dijalankan maupun
yang memiliki usaha. Namun pada terjadinya pailit atau bangkrut pada usaha
praktiknya banyak nasabah yang yang dijalankan sehingga mengakibatkan
menggunakan dana pinjaman tidak untuk perekonomian menurun drastis. Usaha
modal usaha. Penggunaan dana untuk merupakan sumber dari pembiayaan kredit
keperluan konsumtif merupakan dan ketika usaha tersebut mengalami kendala
penyalahgunaan dana yang mengakibatkan maka akan mengakibatkan turunnya
banyaknya nasabah yang mengalami kredit pendapatan usaha seorang nasabah.
macet. 4) Pinjaman Di Lembaga Keuangan Yang
Hal itu disebabkan karena tidak ada Lain Tanpa Penambahan Pendapatan
perputaran dana pada perekonomian nasabah Mayoritas nasabah dengan kredit
itu sendiri yang menyebabkan nasabah macet pasti memiliki pinjaman di lembaga
kesulitan dalam mengembalikan dana keuangan lain. Hal ini sangat mempengaruhi
pinjaman. Selain itu penyalahgunaan dana ketepatan waktu nasabah dalam melakukan
yang lainnya adalah nasabah mengajukan pembayaran angsuran. Nasabah dengan
pinjaman dana tersebut bukan untuk kredit macet biasanya lebih memprioritaskan
mendirikan usaha melainkan untuk menutup lembaga keuangan konvensional dari pada
hutang di tempat lain. lembaga keuangan desa seperti BUMDes.
Dana yang seharusnya dialirkan untuk

21│ Diana Lailatus Sa’diyah, Omiga Chabiba


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970
memenuhi kewajiban membayar angsuran di beberapa factor masibah yang menimpa para
BUMDes dialihkan untuk memenuhi nasabah. Sebagian besar nasabah yang
kewajibannya di lembaga keuangan dijadikan sampel penelitian mengalami
konvensional. kendala dalam perekonomiannya
Perlakuan pihak BUMDes yang lunak dikarenakan jatuh sakit. Akibatnya bisnis
mengakibatkan nasabah lebih mendahulukan atau usaha yang dijalankannya mengalami
angsurannya di lembaga keuangan pailit atau bangkrut, hal itu menyebabkan
konvensional. Selain di lembaga keuangan pendapatan nasabah berkurang drastis dan
konvensional para nasabah sebagian masih mengalami kesulitan dalam membayar
ada yang melakukan pinjaman di bank–bank angsuran di BUMDes. Selain itu factor
harian dengan bunga yang sangat tinggi. perceraian dan gagal panen juga merupakan
Penagihan yang dilakukan pihak bank harian beberapa factor kecil yang juga
lebih menggunakan unsur paksaan dimana mempengaruhi pembiayan bermasalah di
dengan itu para nasabah harus membayar. BUMDes.
5) Musibah (Emergency)
Pembiayaan bermasalah hingga terjadi
kredit macet biasanya terjadi karena ada
Tabel 1: Faktor Kredit Macet BUMDes Temon Kulon
Faktor Penyebab Kredit
No Jml % Ket
Macet
1. Penyalahgunaan dana kredit 3 10,34% Anggota D,E,F

2. Iktikad tidak baik 5 17,24% Anggota A,D,E,G,K


3. Adanya kendala usaha 5 17,24% Anggota B,C,D,H,I

4. Pinjaman ditempat lain tanpa 11 37,93% Anggota A,B,C,D,E,F,


diikuti penambahan G,H,I,J,K
pendapatan
5. Musibah (Emergency) 5 17,24% Anggota A, G,B,C,I
Jumlah 29 100%

Faktor dari Pihak Bumdes yang sehingga diperlukan suatu sikap waspada
Mempengaruhi Kredit Macet di Bumdes dari pihak kreditur atau dalam hal ini pihak
BUMDes.
Kredit Macet sering ditemui dan
Kewaspadaan ini perlu ditingkatkan
banyak menimbulkan kerugian yang cukup
dalam semua aktivitasnya terutama dalam
besar bagi suatu lembaga keuangan. Kredit
penyaluran kredit. Meskipun sulit untuk
macet adalah suatu resiko yang terjadi dari
dihindari namun pihak BUMDes harus
penyaluran kredit suatu lembaga keuangan,
memperkecil kemungkinan terjadinya kredit
kredit bermasalah menggambarkan suatu
macet sehingga pihak BUMDes dapat
situasi dimana pengembalian kredit
menghilangkan kerugian yang selama ini
mengalami resiko egagalan, bahkan
terjadi akibat adanya kredit macet dengan
cenderung menuju atau mengalami kerugian
tingkat yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil

Analisis Sosiologi Hukum Islam terhadap Kredit Macet di Bumdes …│22


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970
observasi dan wawancara pada ketiga kalangan warga desa Temon Kulon yang
BUMDes yang diwakili oleh direktur secara letak wilayah dekat dengan
masing–masing BUMDes yaitu bapak Tri lingkungan BUMDes. Untuk itu para petugas
Aprilita Novianto sebagai direktur pada BUMDes sebenarnya sudah mengenal dekat
BUMDes Binangun Mitra Sejahtera Temon dengan beberapa nasabah.
Kulon, Faktor–faktor dari pihak BUMDes 2) Kurangnya pengawasan
yang mengakibatkan kredit bermasalah Bahwa kelemahan pihak BUMDes
adalah: yang lain adalah kurangnya pengawasan
1) Analisis pemberian kredit yang lemah kredit baik sebelum maupun sesudah
dan tidak akurat. pemberian kredit yang diberikan kurang
Kurangnya pegawai atau petugas di memadai bahkan cenderung tidak dilakukan
BUMDes mendorong pihak BUMDes pengawasan. Pengawasan hanya dilakukan
menempuh jalan yang tidak sesuai dengan untuk pihak internal BUMDes saja, untuk
ketentuan dalam menyalurkan kredit. Hal ini para nasabah sendiri tidak dilakukan
mengakibatkan kurang selektifnya pihak pengawasan dari pihak BUMDes. Hal ini
BUMDes dalam memilih calon nasabah atau menyebabkan pihak BUMDes tidak dapat
debitur. Kondisi debitur baik dari sisi mendeteksi sedini mungkin untuk
pekerjaan, usaha, penghasilan, pengeluaran mengetahui adanya penyimpangan dalam
maupun pinjaman ditempat lain harus benar– keterlambatan melakukan pencegahan
benar diteliti dan dilakukan survey yang terjadinya kredit macet.
berkaitan dengan kemampuan debitur dalam Kurangnya pengawasan yang
mengembalikan pinjamannya. Namun ketika dilakukan oleh pihak BUMDes kepada para
dilakukan observasi pihak BUMDes sendiri nasabah menyebabkan pihak BUMDes
kurang memperhatikan hal ini, terkadang kekurangan informasi tentang hal–hal yang
pihak BUMDes hanya melakukan survey berkaitan dengan penggunaan dana oleh
kecil–kecilan karena menganggap sudah debitur serta kondisi usaha debitur, dimana
mengenal para calon debitur. Padahal dengan usaha debitur mengalami kerugian
seharusnya pihak BUMDes menerapkan atau kebangkrutan yang akan mempengaruhi
prinsip–prinsip pengkreditan yang sehat kelancaran dalam pembayaran. Kurangnya
dalam permohonan kredit seperti prinsip 5 C informasi tersebut merugikan pihak
yaitu: Character, Capital, Capacity, BUMDes sehingga mengalami kredit macet
Condition of Economy, dan Collateral. dengan persentase yang cukup tinggi.
Para petugas BUMDes sebenarnya 3) Lemahnya Sanksi
sudah mengenal dekat dengan beberapa Lemahnya sanksi yang diterapkan oleh
nasabah. Oleh karena itu, survey yang pihak BUMDes adalah salah satu faktor yang
dilakukan tidak begitu mendalam. menyebabkan terjadinya kredit macet. Dalam
Kurangnya ketelitian dan rasa kepercayaan wawancara yang dilakukan kepada pihak
yang besar itulah yang menyebabkan BUMDes Temon Kulon menyatakan bahwa
nasabah melakukan penyelewengan dan sebenarnya ada sanksi yang dapat diterapkan
mengakibatkan tingginya angka kredit macet. yaitu berupa eksekusi jaminan dan juga
Dari hasil wawancara yang dilakukan pihak penarikan denda setiap jatuh tempo. Namun,
BUMDes mengakui bahwa survey yang dalam observasi yang dilakukan oleh
dilakukan memang belum maksimal, karena penyusun hal ini belum diterapkan dalam
menurut beliau calon nasabah adalah proses penanganan kredit macet.

23│ Diana Lailatus Sa’diyah, Omiga Chabiba


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970
Penyelesaian kredit macet ini hanya di sesuai dengan apa yang diperjanjikan oleh
selesaikan melalui pendekatan berupa para pihak. Tanpa adanya janji-janji yang
penagihan secara intensif saja. telah disepakati tidak akan lahir perjanjian.
Padahal agar hukum atau aturan itu Perjanjian harus dilaksanakan sesuai dengan
efektif, maka diperlukan aparat penegak apa yang telah disepakati. Pelaksanaan janji-
hukum untuk menegakkan sanksi tersebut. janji tersebut tentunya harus dilaksanakan
Suatu sanksi dapat diaktualisasikan kepada dengan penuh kesadaran, rasa tanggung
masyarakat dalam bentuk ketaatan dengan jawab dan memperhatikan kepentingan para
kondisi tersebut menunjukkan adanya pihak, sebagaimana yang telah diperjanjikan
indikator bahwa hukum tersebut adalah dalam kesepakatan.
efektif. Asas Pacta Sunt Servanda (janji harus
Maka dalam hal ini lemahnya sanksi ditepati) merupakan suatu asas dalam suatu
yang diberikan oleh pihak BUMDes sebagai hukum perjanjian yang harus dipedomani
aparat penegak hukum untuk menegakkan dan dipatuhi oleh para pihak yang telah
sanksi membuat perubahan sifat pada membuat dan menyepakati perjanjian
masyarakat. Masyarakat atau nasabah tersebut. Dalam asas Pacta Sunt Servanda
menjadi sewenang–wenang terhadap apa terdapat kekuatan pada suatu perjanjian yang
yang menjadi kewajibannya. Hal ini lah yang dibuat secara sah (pasal 1320 BW) sehingga
mendorong para nasabah melakukan mempunyai daya berlaku seperti suatu
penyimpangan–penyimpangan salah satunya undang-undang yang dibuat oleh legislator
kredit macet. dan oleh karena itu isi perjanjian wajib
dipatuhi oleh para pihak, bahkan isi dalam
Budaya Hukum yang Mempengaruhi sebuah perjanjian tersebut dapat dipaksakan
Kesadaran dan Kepatuhan Hukum Kredit dengan bantuan penegak hukum (hakim,
Macet di Badan Usaha Milik Desa jurusita).
BUMDes Temon Kulon dalam Kredit macet dalam hukum perdata
melakukan pinjaman sebagai pihak kreditur disebut wanprestasi atau ingkar janji.
telah mempunyai suatu kesepakatan dengan Pemberian pinjaman berupa kredit
debitur dimana para pihak telah mempunyai merupakan perjanjian pinjam meminjam
kehendak pada sesuatu yang sama secara uang dan pengembalian kredit atau
timbal balik. Salah satu syarat dalam sahnya membayar angsuran kredit disebut sebagai
perjanjian adalah kesepakatan. Kesepakatan prestasi. Apabila debitur tidak dapat
adalah suatu pernyataan kehendak yang sama membayar lunas utangnya setelah jangka
antara satu pihak atau lebih dengan pihak waktu pengembalian tersebut terlewati, maka
atau seseorang yang lain yang terikat dalam perbuatannya disebut perbuatan wanprestasi.
suatu kesepakatan perjanjian. Wanprestasi berasal dari Belanda, yang
Pacta Sunt Servanda adalah suatu asas artinya prestasi buruk yaitu suatu keadaan
yang paling fundamental pada kesepakatan yang terjadi karena sebuah kelalaian atau
perjanjian, yaitu bahwa janji mengikat kesalahannya, sehingga debitur tidak dapat
sebagaimana undang-undang bagi yang memenuhi prestasi seperti yang telah
membuatnya. Dikatakan fundamental karena ditentukan dalam perjanjian dan bukan
asas tersebut melandasi lahirnya perjanjian dalam keadaan memaksa. (Cristian, 2014:4)
dan melandasi dilaksanakannya perjanjian BUMDes Temon Kulon mengalami
kredit macet yang cukup tinggi pada

Analisis Sosiologi Hukum Islam terhadap Kredit Macet di Bumdes …│24


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970
perjanjian simpan pinjam dengan angka yaitu kredit macet baik dari pihak kreditur maupun
mencapai 57,79%. Kredit macet adalah salah debitur tersebut dapat dipengaruhi oleh sosio
satu bentuk wanprestasi yang dilakukan oleh kultur atau budaya hukum. Jika dilihat Badan
pihak debitur karena tidak melakukan suatu Usaha Milik Desa ini berdiri untuk
kewajiban sesuai dengan perjanjian atau meningkatkan perekonomian masyarakat
kesepakatan. Para debitur banyak melakukan desa dimana notabenya masyarakat desa
pelanggaran terhadap kesepakatan yang telah adalah masyarakat yang sangat erat baik
dibuat dan tidak memenuhi asas Pacta Sunt seperti sikap gotong royong, kekeluargaan
Servanda. hingga sopan santun atau unggah ungguh
Menurut Soerjono Soekanto (Rosana, yang sangat dijunjung tinggi.
2014: 3) kesadaran hukum yang tinggi Adanya kesadaran hukum yang lemah
mengakibatkan warga masyarakat mematuhi dan penegakan hukum yang kurang sehingga
ketentuan hukum yang berlaku. Sebaliknya, memicu factor-faktor yang mengakibatkan
apabila kesadaran hukum sangat rendah, para debitur dan kreditur melakukan
maka derajat kepatuhan terhadap hukum juga wanprestasi dan menghambat jalannya
rendah. kesuksesan BUMDes hingga tidak
Teori kesadaran hukum merupakan terwujudnya tujuan untuk meningkatkan
sebuah tolak ukur sejauh mana hukum itu perekonomian masyarakt desa ini
berjalan sesuai dengan mestinya atau tidak. diakibatkan karena budaya hukum dari
Bagaimana sikap hukum masyarakat ketika masyarakat desa itu sendiri.
aturan atau hukum itu dibuat, apakah Sedangkan menurut Lawrence Meir
masyarakat akan taat dan patuh pada hukum Friedman (Friedman, 2001: 6) penilaian
atau justru melakukan pelanggaran pada terhadap berhasil atau tidaknya suatu
hukum yang berlaku. Dalam wawancara penegakan hukum dapat ditentukan oleh
yang dilakukan dengan beberapa nasabah, beberapa unsur sistem hukum, yaitu:
mereka tidak dikenakan sanksi berupa denda a. Struktur Hukum
atau pengeksekusian barang jaminan. Hal ini Struktur hukum menurut Lawrance
mengakibatkan para debitur bersantai-santai Meir Friedman dalam teorinya menyebutkan
untuk menunda-nunda pembayaran pinjaman dalam menentukan dapat atau tidaknya
di BUMDes karena tidak adanya sanksi yang hukum itu dilakukan dilakukan dengan
tegas yang dilakukan oleh BUMDes. sistem struktural. Menurut UU No. 8 Tahun
Kesadaran hukum para debitur yang 1981 struktur hukum yang dimaksud
mengalami kredit macet masih lemah karena meliputi Kejaksaan, Kepolisian, Pengadilan
ketika seseorang memiliki kesadaran hukum dan Badan Pelaksana Pidana (Lapas).
yang tinggi berarti keadaan seseorang itu Lembaga penegak hukum mempunyai
mengerti betul apa itu hukum, fungsi dan kewenangan yang dijamin oleh undang-
peranan hukum bagi dirinya dan masyarakat undang sehingga dalam melakukan tugas dan
sekelilingnya. Debitur dengan tingkat tanggung jawabnya lembaga penegak hukum
kesadaran hukum yang tinggi akan harus bebas dan merdeka dari intervensi
melakukan kewajibannya tanpa adanya pemerintah dan atau pihak lainnya. Suatu
sanksi dan patuh terhadap nilai-nilai hukum aturan atau hukum tidak akan efektif jika
yang ada. tidak ada kredibilitas, kompeten, dan
Faktor-faktor yang mendorong adanya independen yang tinggi dari aparat penegak
pembiayaan bermasalah hingga terjadinya hukumnya.

25│ Diana Lailatus Sa’diyah, Omiga Chabiba


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970
Penegak hukum yang lemah dalam yang baik dan merubah pola pikir
menjalankan kewajibannya berdampak pada masyarakat mengenai hukum selama ini.
berjalannya hukum dan mengakibatkan Secara sederhana salah satu indikator
tujuan dari hukum tersebut tidak tercapai. berfungsinya hukum dilihat dari tingkat
Hal ini dapat dikatakan bahwa faktor kepatuhan masyarakat terhadap hukum
penegak hukum dalam menjalankan fungsi tersebut.
dan tugasnya dengan baik akan memiliki Menurut Lawrence Friedman salah
pengaruh yang sangat penting dalam satu sub sistem yang mempengaruhi berhasil
menegakkan aturan. Jika suatu peraturan atau tidaknya penegakan suatu aturan hukum
sudah baik, tetapi kualitas penegak hukum salah satunya adalah budaya hukum. Budaya
rendah maka akan ada suatu masalah. hukum merupakan sikap manusia terhadap
Demikian juga sebaliknya apabila peraturan adanya hukum dan sistem hukum berupa
hukumnya buruk sedangkan kualitas kepercayaan, nilai, pemikiran, serta
penegak hukum baik, kemungkinan harapannya.
munculnya masalah masih terbuka. Oleh Semakin tinggi kesadaran hukum
karena itu kedua-duanya harus memiliki masyarakat maka akan tercipta budaya
tujuan yang satu padu. hukum yang baik dan merubah pola pikir
b. Substansi Hukum masyarakat mengenai hukum selama ini.
Substansial menurut Lawrence Masyarakat yang menjadi debitur di
merupakan sistem yang bisa dijadikan BUMDes sendiri belum terlalu paham dan
sebagai tolak ukur apakah hukum itu patuh dengan hukum yang ada.
dipatuhi atau tidak. Substansi juga dapat Pelaksanaan penegakan hukum juga
diartikan sebagai produk yang dihasilkan oleh masih kurang, kredit macet dilakukan terus
orang yang berada dalam suatu sistem menerus dan dijadikan hal yang biasa. Untuk
hukum dimana mereka membuat keputusan merubah budaya hukum kita harus
yang akan mereka keluarkan, berupa aturan memahami nilai-nilai, tradisi dan kebiasaan
baru yang mereka susun. Substansi juga serta segala sikap yang berlaku pada semua
dapat mencakup suatu hukum yang hidup aspek kehidupan. Maka budaya hukum yang
bukan hanya pada aturan yang ada dalam ada di masyarakat belum tercipta dengan
kitab undang-undang. baik dengan adanya kesadaran hukum yang
c. Budaya Hukum masih lemah. Hal inilah yang mempengaruhi
Budaya atau kultur hukum menurut lemahnya suatu penegakan aturan hukum di
Lawrence adalah suatu sikap manusia BUMDes dalam kasus kredit macet.
terhadap hukum dan sistem hukum berupa Menurut Daniel S. Lev (Kasmawati
kepercayaan, nilai, pemikiran, serta dan Rahman, 2015: 259) budaya hukum
harapannya. Kultur hukum merupakan suatu terdiri dari dua komponen yaitu: (1) Nilai-
suasana pemikiran dan kekuatan sosial yang nilai hukum prosedural yang berupa cara-
dapat menentukan bagaimana hukum itu cara pengaturan masyarakat dan menejemen
dapat digunakan, dihindari, dan konflik; dan (2) Nilai-nilai hukum yang
disalahgunakan. substansial berupa asumsi-asumsi
Budaya hukum erat kaitannya dengan fundamental tentang distribusi maupun
kesadaran hukum masyarakat. Semakin penggunaan sumber-sumber dalam
tinggi kesadaran hukum maka dalam suatu masyarakat, terutama mengenai apa yang
masyarakat juga akan tercipta budaya hukum adil dan tidak adil menurut masyarakat.

Analisis Sosiologi Hukum Islam terhadap Kredit Macet di Bumdes …│26


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970
Hal ini dapat diartikan bahwa di mempengaruhi ketaatan atau ketidaktaatan
Indonesia hukum tidak akan bisa tegak terhadap hukum secara umum, antara lain:
karena orang Indonesia khususnya orang 1. Relevansi aturan hukum secara umum,
Jawa lebih mengedepankan nilai-nilai sosial dengan kebutuhan hukum orang-orang
seperti adat istiadat, unggah-ungguh, yang menjadi target aturan hukum secara
umum itu.
kerukunan, tata krama, dan rasa
Suatu aturan hukum harus mampu
kekeluargaan.
melihat kebutuhan hukum dari orang-orang
Nilai-nilai sosial inilah yang
yang menjadi target aturan hukum tersebut
mengalahkan kekuatan dari suatu aturan
secara umum. Oleh karena itu jika aturan
hukum yang berlaku di masyarakat. Sumber-
hukum yang dibuat berdasarkan kesepakatan
sumber hukum yang dianggap adil menurut
atau perjanjian yang mengikat, maka pasal-
masyarakat serta nilai-nilai yang menjauhkan
pasal yang dibuat harus memahami
masyarakat dari suatu konflik adalah cara
kebutuhan atau keinginan kedua belah pihak.
atau penyelesaian yang akan diambil sebagai
Artinya klausul-klausul perjanjian yang
hukum untuk menyelesaikan suatu
dibuat sesuai dengan persetujuan atau
permasalahan. Oleh karena itu jika dilihat
kesepakatan kedua belah pihak.
dari budaya hukum menurut Daniel S. Lev
Dilihat dari bentuknya, perjanjian
maka pihak BUMDes atau kreditur tidak
kredit di BUMDes ini menggunakan bentuk
melakukan suatu penegakan hukum dengan
perjanjian yang dibuat dibawah tangan
tegas sesuai aturan yang berlaku dikarenakan
(standard form) dimana bentuk
mempertimbangkan nilai-nilai sosial yang
perjanjiannya sudah disediakan oleh pihak
ada di masyarakat.
kreditur sedangkan debitur hanya
Pihak kreditur meminimalisir
membacanya dan memahaminya dengan baik.
terjadinya suatu pertikaian atau konflik yang
Debitur mau tidak mau harus bisa menerima
mungkin akan terjadi jika hal itu dilakukan.
semua syarat dan ketentuan yang tercantum
Di desa khususnya nilai-nilai sosial atau
dalam formulir perjanjian kredit.
unggah-ungguh menjadi nilai utama yang
Hal ini mengakibatkan isi dari
sudah diterapkan sejak lama, karena
perjanjian tersebut tidak memenuhi
BUMDes adalah suatu lembaga desa yang
kebutuhan hukum dari target hukum yang
bersinggungan langsung dengan masyarakat
akan dikenai aturan. Perjanjian yang dibuat
desa maka dalam menerapkan kebijakan juga
dari pihak kreditur saja menjadikan pihak
harus memperhatikan nilai-nilai sosial.
debitur tidak merasa memiliki aturan yang
Selain itu dari pihak pegawai BUMDes
dibuat karena tidak diikutsertakan dalam
memiliki kedekatan secara personal dengan
pembentukan aturannya.
para debitur yang menyebabkan aturan-
Selain itu kalusul-klausul dalam
aturan hukum yang tegas sulit untuk
perjanjian kredit ini tidak diterapkan sesuai
dilaksanakan.
dengan apa yang telah diatur dalam aturan
Selain tingkat kesadaran hukum
perjanjian. Misalnya dalam aturan perjanjian
terdapat faktor yang mempengaruhi
kredit disebutkan adanya jaminan dan denda.
ketidaktaatan seseorang terhadap hukum.
Jika seorang debitur melakukan wanprestasi
Menurut Achmad Ali (Achmad Ali, 2012:
maka jaminan akan ditarik dan dijual untuk
204), menurut G.G. Howard & R.S.
mengambil pelunasan dari hutangnya.
Mummers dalam Law Its Nature and Limits
faktor-faktor dibawah ini juga dapat

27│ Diana Lailatus Sa’diyah, Omiga Chabiba


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970
Namun dalam praktiknya jaminan dan detail terkait aturan yang ada di
tidak dilakukan penarikan atau eksekusi dan dalamnya.
denda tidak diterapkan dalam menangani Substansi dari isi perjanjian tersebut
permasalahan kredit macet. Artinya tidak dapat dipahami atau tidak tersampaikan
perjanjian tersebut hanya bersifat formalitas kepada para debitur. Kebanyakan debitur
saja dan tidak diterapkan sesuai dengan hanya mengerti tanpa memahami subtansi
kebutuhan hukum masyarakat. Masyarakat dari perjanjian kredit yang dibuat.
membutuhkan suatu penegakan hukum yang 3. Sosialisasi yang optimal kepada seluruh
tegas agar tercipta suatu ketertiban dan target aturan hukum itu.
keadilan. Sosialisasi aturan hukum kepada
Sanksi yang tegas dan diterapkan seluruh target hukum harus dilakukan secara
sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan optimal karena tidak mungkin warga
membantu tercapainya ketertiban dan masyarakat secara umum akan mengetahui
keteraturan dalam mentaati suatu aturan. Jika keberadaan suatu aturan hukum dan
sanksinya lemah bahkan tidak diterapkan subtansinya jika aturan tersebut tidak
maka masyarakat akan cenderung bersikap dilakukan sosialisasi atau pemberitahuan
melakukan penolakan atau pelanggaran secara luas. Tidak hanya mengandalkan fiksi
terhadap suatu aturan tersebut. hukum yang menganggap bahwa ketika
2. Kejelasan rumusan dari substansi aturan suatu aturan hukum dikeluarkan maka semua
hukum, sehingga mudah dipahami oleh masyarakat dianggap mengetahui semua
target diberlakukannya aturan hukum. aturan yang berlaku.
Membuat sebuah aturan hukum Namun dalam kasus kredit macet di
kejelasan rumusan dari substansi aturan itu BUMDes ini sosialisasi hanya ditujukan
sangatlah penting agar mudah dipahami oleh untuk para debitur yang mengalami kredit
target yang akan dikenai hukum tersebut. macet. Dalam praktiknya setelah dilakukan
Jadi dalam membuat suatu aturan atau pasal- observasi belum ada eksekusi jaminan atau
pasal dalam suatu perjanjian harus dirancang sanksi yang tegas dari pihak BUMDes.
dengan baik, jika aturannya tertulis maka Aturan-aturan tersebut disosialisasikan hanya
tulisan harus dibuat dengan jelas dan mampu sebagai ancaman untuk menertibkan debitur
dipahami secara pasti. Walaupun tetap dalam pembayaran angsuran setiap bulannya.
membutuhkan interpretasi dari penegak BUMDes dinilai belum melakukan
hukum yang akan menerapkannya. sosialisasi terhadap target hukum yaitu para
Perjanjian kredit yang dibuat oleh debitur yang mengalami kredit macet. Selain
kreditur dan debitur di BUMDes ini sudah itu, pihak kreditur sendiri belum melakukan
dibuat dengan jelas dan dapat dipahami oleh sosialisasi atau pengarahan sejak awal
para debitur. Namun para debitur tentang kewajiban dan sanksi yang akan
menyatakan bahwa mereka belum diberikan jika para debitur mengalami kredit
sepenuhnya mengetahui memahami macet.
keseluruhan isi perjanjian yang dibuat oleh Hal ini mengakibatkan para debitur
pihak BUMDes. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terlalu memahami isi dari perjanjian
isi perjanjian secara umum diketahui yang telah disepakati. Dalam hasil
keberadaannya oleh para debitur. Namun wawancara beberapa nasabah tidak terlalu
debitur belum memahami secara mendalam memahami isi dari perjanjian kredit tersebut.

Analisis Sosiologi Hukum Islam terhadap Kredit Macet di Bumdes …│28


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970
Bahkan pihak debitur tidak mengetahui jika barang-barang yang diserahkan oleh debitur
ada ancaman sanksi berupa denda. kepada kreditur.
Debitur hanya mengetahui jika terjadi Pada pasal 7 perjanjian kredit
kredit macet maka barang jaminannya akan disebutkan bahwa jika tiga kali berturut-turut
ditarik oleh pihak BUMDes. Padahal di pihak debitur tidak membayar pokok
dalam perjanjian kredit tercantum pasal yang pinjaman maupun bunganya maka pihak
menjelaskan adanya sanksi berupa denda kreditur akan melaksanakan ketentuan dalam
yang akan dikenakan kepada debitur yang pasal 5 yang menyatakan bahwa jika pihak
melakukan wanprestasi. debitur tidak memenuhi kewajiban yang
4. Aturan harus bersifat melarang bukan seharusnya dilaksanakan maka pihak kreditur
mengharuskan akan menjual barang jaminan dan hasil
Perjanjian kredit antara debitur dan penjualan barang akan digunakan untuk
kreditur adalah suatu aturan yang dibuat melunasi pinjaman seorang debitur yang
bukan merupakan perundang-undangan, melakukan wanprestasi. selain itu pihak
maka aturan hukumnya tidak bersifat kreditur akan mengambil pelunasan dari
melarang. Dalam isi perjanjian klausul- bunga, denda, dan ongkos-ongkos lainnya
klausul yang diterapkan hanya bersifat untuk mengambil pelunasan pinjaman
mewajibkan atau mengharuskan. Hal ini debitur.
dianggap menjadi salah satu faktor yang Namun dalam praktiknya sanksi yang
mempengaruhi kurangnya kesadaran debitur tercantum dalam perjanjian kredit ini belum
pada aturan hukum yang mengikat. Aturan diterapkan secara maksimal. Pihak kreditur
yang bersifat melarang (prohibitur) akan belum mengeksekusi barang jaminan milik
lebih mudah dilaksanakan daripada hukum debitur yang mengalami kredit macet. Dalam
yang bersifat mengharuskan (mandatur). wawancara yang dilakukan kepada para
5. Berat ringannya sanksi yang diancamkan debitur, mereka mengungkapkan bahwa
dalam aturan hukum, harus proporsional
tidak ada denda yang dikenakan akibat dari
dan memungkinkan dilaksanakan.
Sanksi dalam suatu aturan harus dibuat kredit macet tersebut. Pihak kreditur hanya
secara proporsional dan memungkinkan melakukan penagihan secara rutin dan
untuk dilaksanakan. Hukuman atau sanksi menyebar surat panggilan untuk debitur.
yang terlalu berat akan berdampak pada Lemahnya sanksi yang ditegakkan
permainan terhadap hukum itu sendiri. Hal mengakibatkan para debitur sebagai target
ini karena target hukum tidak mampu untuk hukum melakukan pelanggaran terhadap
melakukan sanksi yang ditetapkan. aturan atau kesepakatan yang telah dibuat.
Sebaliknya jika suatu sanksi hukum itu Kekuatan mengikat pada perjanjian kredit
terlalu ringan maka akan berakibat kepada telah melemah seiring dengan tidak adanya
para target hukum untuk tidak segan sanksi yang diterapkan sehingga debitur
melanggar aturan yang dibuat. merasa semena-mena terhadap aturan yang
Perjanjian kredit antara debitur dan disepakati.
kreditur di BUMDes ini memiliki pasal yang Lemahnya penegakan hukum inilah
menyatakan adanya sanksi yang akan juga membuat para debitur yang mengalami
diberikan jika debitur melakukan wanprestasi kredit macet tidak jera untuk terus
atau kredit macet. Sanksi yang diberikan melakukan pelanggaran atau wanprestasi
berupa penarikan atau eksekusi jaminan sekaligus memberi peluang yang lain untuk
melakukan pelanggaran yang sama.

29│ Diana Lailatus Sa’diyah, Omiga Chabiba


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970
Penyelesaian Kredit Macet Secara Urf Nilai-nilai sosial inilah yang
Tinjauan Hukum Islam langkah yang mengalahkan kekuatan dari suatu aturan
diambil oleh BUMDes Temon Kulon dalam hukum yang berlaku di masyarakat. Sumber-
menyelesaikan permasalahan disebut dengan sumber hukum yang dianggap adil menurut
Urf karena tidak berdasarkan pada hukum masyarakat serta nilai-nilai yang menjauhkan
masyarakat dari suatu konflik adalah cara
yang telah dibuat pada peraturan tentang
penyelesaian kredit macet namun atau penyelesaian yang akan diambil sebagai
menggunakan adat kebiasaan setempat hukum untuk menyelesaikan suatu
permasalahan.
dengan jalur kekeluargaan.
BUMDes atau kreditur tidak
Kata Urf secara etimologi adalah
“sesuatu yang dilihat baik dan diterima oleh melakukan suatu penegakan hukum dengan
akal sehat”. (Khalil, 2009: 167). Urf (tradisi) tegas sesuai aturan yang berlaku dikarenakan
mempertimbangkan nilai-nilai sosial yang
merupakan suatu mu'amalah (berhubungan
kepentingan) yang telah menjadi adat ada di masyarakat. Pihak kreditur
kebiasaan dan telah berlangsung secara terus meminimalisir terjadinya suatu pertikaian
atau konflik yang mungkin akan terjadi jika
menerus di masyarakat. ‘Urf merupakan suatu
hal itu dilakukan.
adat istiadat atau kebiasaan yang ada di suatu
Di desa khususnya nilai-nilai sosial
daerah dan dijadikan salah satu
atau unggah-ungguh menjadi nilai utama
pertimbangan dalam hukum Islam. Makna
yang sudah diterapkan sejak lama, karena
Urf yang digunakan sebagaimana yang
BUMDes adalah suatu lembaga desa yang
digunakan dalam acuan pada madzhab fiqh
bersinggungan langsung dengan masyarakat
sehingga diktum-diktum fiqh didasarkan
desa maka dalam menerapkan kebijakan juga
pada realitas adat istiadat yang ada.
harus memperhatikan nilai-nilai sosial.
(Harisudin, 2016: 67)
Selain itu dari pihak pegawai BUMDes
Adapun makna ‘Urf secara terminologi
memiliki kedekatan secara personal dengan
menurut Dr. H. Rahmad Dahlan adalah
para debitur yang menyebabkan aturan-
seseuatu yang menjadi kebiasaan manusia,
aturan hukum yang tegas sulit untuk
dan mereka mengikutinya dalam bentuk
dilaksanakan.
setiap perbuatan yang populer diantara
Budaya masyarakat pada hal ini dapat
mereka ataupun suatu kata yang biasa
dikatakan sangat menentukan suatu system
mereka kenal dengan pengertian tertentu,
hukum. Sehingga keefektifan hukum dalam
bukan dalam pengertian etimologi, dan
suatu daerah atau lingkungan sangat
ketika mendengar kata itu, mereka tidak
terpengaruh pada pola perilaku masyarakat.
memahaminya dalam pengertian lain. (Zahro,
Selain itu kesadaran hukum dan penegakan
2011: 416)
hukum juga sangat dipengaruhi oleh
Penyelesaian pada masalah
kebiasaan masyarakat tersebut. Dalam
pembiayaan bermasalah pada BUMDes
hukum Islam hal ini dikenal dengan istilah
dapat diartikan bahwa di Indonesia hukum
‘Urf.
tidak akan bisa tegak karena orang Indonesia
khususnya orang Jawa lebih mengedepankan
KESIMPULAN
nilai-nilai sosial seperti adat istiadat, unggah-
ungguh, kerukunan, tata krama, dan rasa Kredit macet banyak dilakukan di
kekeluargaan. BUMDes karena masyarakat tidak memiliki

Analisis Sosiologi Hukum Islam terhadap Kredit Macet di Bumdes …│30


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970
kesadaran hukum yang tinggi terhadap terpengaruh pada pola perilaku masyarakat.
kesepakatan pada perjanjian yang mempunyai Selain itu kesadaran hukum dan penegakan
asas Pacta Sunt Servanda sebagaimana diatur hukum juga sangat dipengaruhi oleh
dalam pasal 1338 BW yang menyatakan kebiasaan masyarakat tersebut.
bahwa semua perjanjian yang dibuat secara Proses penyelesaian kredit bermasalah
sah berlaku sebagai undang-undang bagi pihak BUMDes tidak mengikuti peraturan
mereka membuatnya. yang ada karena lebih mementingkan rasa
Hal ini maka dapat disebabkan oleh kekeluargaan diantara masyarakat desa.
atau budaya masyarakat sangat menentukan Namun dalam teori Urf secara kekeluargaan
suatu system hukum. Sehingga keefektifan ini lebih dianjurkan karena akan
hukum dalam suatu daerah sangat menghindarkan dari kemudharatan.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. 2012. Menguak teori hukum (legal theory) dan teori peradilan (judicialprudence)
termasuk interpretasi undang-undang (legisprudence). Cetakan ke-4. Jakarta: Kencana.
Dahlan, A. R. (2011). Ushul fiqh. cet ke-2. Jakarta: Amzah.
Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus Sunnah
Cristian, D. (2014). Wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian konsinyasi di dapur roti bu
haryati. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
Friedman, L. M. (2001). Hukum amerika: Sebuah pengantar terjemahan dari american law
an introduction. 2nd Edition. Alih Bahasa: Wisnu Basuki. Jakarta: Tatanusa.
Fuad, I. Z. (2010). Kesadaran hukum pengusaha kecil di bidang pangan dalam kemasan di
kota semarang terhadap regulasi sertifikasi produk halal. (Tesis). Universitas
Diponegoro, Semarang.
Gunawan, K. (2011). Manajemen BUMDes dalam rangka menekan laju urbanisasi.
WIDYATECH Jurnal Sains dan Tekonologi, 10 No. 3.
Harisudin, M. N. (2016). ’Urf sebagai sumber hukum islam (fiqh) nusantara. Al-Fikr. Volume
20 Nomor 1.
Hernoko, A. Y. (2008). Hukum perjanjian asas proporsionalitas dalam kontrak komersial.
SurabayaLaksbang Mediatama: Yogyakarta.
Kasmawati, A. & Rahman, A. Q. (2015). Membangun Budaya Hukum Menunjang Revolusi
Mental Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Makassar: Jurnal Seminar
Nasional.
Khalil, R. H. (2009). Tarikh tasryi’. cet ke-1. Jakarta: Amzah.
Rosana, E. (2014). Kepatuhan hukum sebagai wujud kesadaran hukum masyarakat. Jurnal
TAPIs Vol.10 No.1 Januari-Juni.
Soekanto, S. (1982). Kesadaran hukum dan kepatuhan hukum. Jakarta: Rajawali Pers.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Zahro, A. (2011). Ushul fiqh. cet ke-14. Jakarta: pustaka firdaus.

31│ Diana Lailatus Sa’diyah, Omiga Chabiba


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
Volume 05 | Nomor 01 | Juni 2021
p-ISSN: 2549-4872 │ e-ISSN: 2654-4970

Investasi Saham Syariah di Bursa Efek Indonesia dalam Perspektif


Hukum Ekonomi Syariah

Neneng Hartati
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati │nenenghartati@uinsgd.ac.id

Abstrak
Investasi dan jual beli saham masih dianggap sebagai salah satu kegiatan yang
spekulatif dan dilarang agama karena sama dengan perjudian bagi masyarakat
awam. Untuk meluruskan hal tersebut, artikel ini ditulis dengan tujuan
menganalisis bagaimana investasi saham syariah di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dalam perspektif hukum ekonomi syariah. Artikel ini menggunakan metode
penelitian yuridis normatif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini
mengambil sumber penelitian dari wawancara beberapa investor dan ahli hukum
ekonomi syariah, kemudian dokumen peraturan perundang-undangan, dan studi
literatur yang berhubungan dengan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dalam sumber-sumber hukum Islam yaitu al-Quran, hadits, fiqh, ijma’
ulama, dan pendapat ulama ditegaskan bahwa jual beli saham hukumnya halal.
Kemudian, transaksi saham dari perspektif hukum ekonomi syariah dinilai dari
penggunaan akad diketahui bahwa akad yang digunakan adalah Bai’ Al-
Musawamah dan transaksi mengacu pada musyarakah atau syirkah. Ini sesuai
dengan yang tercantum dalam Fatwa DSN-MUI, sehingga jelas bahwa investasi
menurut perspektif hukum ekonomi syariah adalah halal dengan tujuan investasi
dan pengembangan aset, karena jual beli saham dengan underlaying saham
adalah halal.
Kata Kunci: Bursa Efek Indonesia; Hukum Ekonomi Syariah; Investasi; Saham
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

Investment Of Sharia Shares In Indonesia Stock Exchange Representative In


Sharia Law Economic Perspective

Abstract
Investment and The sale and purchase of shares are still considered a speculative
activity and is prohibited by religion because it is the same as gambling for
ordinary people. To straighten this out, this study aims to analyze how Islamic
stock investment in the Indonesia Stock Exchange from the perspective of Islamic
economic law. The research method used is normative juridical with a qualitative
approach. This research draws research sources from interviews with several
investors and sharia economic law experts, then documents of laws and
regulations, and literature studies related to research. The results show that
investing and buying and selling of shares is halal and justified in the teachings
of Islam, both Al-Qur'an, the Prophet's Hadith, Kaidah Fiqh, Ijma 'ulama, and
the opinions of scholars. Then, from the perspective of sharia economic law,
buying and selling or investing in shares for investment purposes is permitted,
because buying and selling with underlying stocks is halal, even recommended
because it fulfills investment and asset development of one of the maqasid sharia
(Hifdzul maal). In addition, stock transactions from the perspective of sharia
economic law are assessed from the use of the contract. It is known that the
contract used is Bai 'Al-Musawamah and the transaction refers to musyarakah
or syirkah.
Keywords: Indonesia Stock Exchange; Sharia Economic Law; Investment; Stocks

PENDAHULUAN Padahal sejatinya resiko dan return


Seiring berkembangnya selalu bergerak tidak searah.
Pada 3 Juli 2000, Jakarta Islamic
perbankan syariah, asuransi syariah,
Index (JII) resmi diluncurkan sebagai
pasar modal syariah pun mengiringi
perkembangan ekonomi berbasis indeks saham pertama yang berbasis
syariah yang ada di Bursa Efek
syariah. Begitupun dengan investasi
Indonesia. Kemudian, Bursa Efek
yang merupakan kegiatan utama di
pasar modal. Ada konsep investasi yang Indonesia akan menentukkan dan
melakukan seleksi saham yang sesuai
menjadi perbedaaan dari investasi
konvensional dan syariah. Konsep dengan prinsip syariah. Hasil seleksi
investasi syariah didasarkan kepada hanya 30 emiten saja yang akan
terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII)
prinsip moralitas dan keadilan yang
sebagai saham syariah. Penilaian saham
menjadikannya sebagai landasan nilai,
selain itu juga konsep investasi syariah masih sesuai dengan prinsip syariah
atau tidak dilakukan per enam bulan,
adalah terhindar dari yang namanya
Maisyir, Gharar dan Riba. Investasi dan daftar saham syariah di JII akan
diperbarui setiap bulan Mai dan
dalam konsep konvensional lebih
November (Editor, 2021).
mendekati judi, karena antara return
dan risiko selalu bergerak searah. Saham adalah satuan nilai atau
pembukuan dalam berbagai instrumen

Neneng Hartati│ 33
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

finansial yang mengacu pada bagian Pertanyaan mendasar yang


kepemilikan sebuah perusahaan. Saham mungkin timbul dari investor pemula
adalah surat bukti kepemilikan atas adalah, “Benarkah menjual sesuatu
sebuah perusahaan yang sudah memliki yang belum dimiliki merupakan hal
status go public dimana kepemilikanya yang ilegal?” jika secara apriori
ditentukan oleh nominal dan persentase jawabannya ialah ya, maka separuh dari
(Tandelilin, 2010). Transaksi saham di aktivitas bisnis modern merupakan
pasar modal syariah oleh kebanyakan tindakan ilegal. “Dari sisi syariah,
orang awam dinilai sebagai kegiatan menjual sesuatu yang belum dimiliki
spekulatif sehingga dilarang oleh agama adalah haram dan memang bisnis
Islam dan tidak sesuai syariat karena modern banyak melakuakan kegiatan
mengarah pada perjudian. Masyarakat terlarang ini, sehingga transaksi barang
awam pun banyak yang tidak dan jasa riil nilainya jauh lebih kecil dari
mengetahui bahwa kata saham sendiri transaksi spekulasi yang maya.”
memiliki dasar fikih muamalah yaitu Dalam kegiatan permintaan dan
“musahamah”, yang mana berasal dari penawaran saham syariah di Bursa Efek
bahasa arab yang artinya secara Indonesia (BEI), sebenarnya digunakan
sederhana adalah “perkongsian”. suatu akad yang menjadi dasar transaksi
Kalau ada pertanyaan dari tersebut, yaitu Al Bay’ Al Musawama.
masyarakat awam, “apakah saham itu Akad tersebut ialah salah satu akad jual
syariah?” Maka jawaban bijaksana beli yang dimana dilakukan penentuan
sepanjang core business atau kegiatan harga pasar secara wajar. Selain itu
utama dari perusahaannya tidak melalui akad tersebut, penentuan harga
bertentangan dengan prinsip syariah dan melalui mekanisme tawar menawar
besaran-besaran rasio keuangannya yang berkesinambungan (Fitrianur
memenuhi kriteria daftar saham syariah Syarif, 2019). Sehingga, dengan begitu
yang diterbitkan oleh Badan Pengawas transaksi saham tersebut sudah meng-
Pasar Modal Laporan Keuangan upayakan untuk menghilangkan short-
(BAPEPAM-LK) sepengetahuan sale, dan memperbesar keterbukaan
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama informasi mengenai perusahaan-perusa-
Indonesia (DSN MUI). Sebagai investor, haan yang sahamnya diperjualbelikan.
ada hal utama yang harus dihindari Namun tetap saja masih banyak investor
dalam bertransaksi beli dan jual saham, yang menganggap transaksi saham di
yaitu: kegiatan short sales, Gharar dan pasar modal atau bursa efek
perjudian, Apalagi saham yang dijual mengandung gharar dan perjudian.
dikategorikan sebagai saham syariah, Oleh karena itu, penelitian ini akan
maka harus terhindar dari unsur gharar menganalisis bagaimana praktik
yaitu lebih kepada perjudian (Ulinnuha, investasi saham dalam perspektif
Susilowati, & Hana, 2020). hukum ekonomi syariah sehingga dapat
memberikan penjelasan pada calon

34 │Investasi Saham Syariah di Bursa Efek Indonesia dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

investor saham tentang kehalalan harta berbuah dan jumlah bertambah


investasi saham (Selasi, 2018). (Gunawan, 2013). Beberapa pakar
investasi menyebutkan beberapa
METODE PENELITIAN pengertian, diantaranya Tandelilin yang
mengatakan bahwa Investasi
Metode penelitian yang
merupakan suatu kegiatan dimana
diterapkan pada penelitian ialah yuridis
mengeluarkan sejumlah dana saat ini
normatif dengan pendekatan kualitatif.
atau sumber daya yang lain dengan
Objek penelitian yang digunakan ialah
mengharapkan keuntungan di masa
Bursa Efek Indonesia Kantor
mendatang (Tandelilin, 2010).
Perwakilan Jawa Barat. Data yang
Kemudian, dalam syariat Islam,
disajikan dalam artikel ini bersumber
investasi bersumber dari kekayaan atau
dari wawancara dengan beberapa
investor dan perusahaan yang tergabung aset daripada simpanan yang mana
dalam investasi pada umumnya
dalam JII, kemudian studi kepustakaan
memiliki batas definisi sebagai sisa dari
berupa dokumen perundang-undangan,
pendapatan setelah dikurangi berbagai
jurnal, catatan, dan buku-buku terkait
pengeluaran konsumsi (Jusmaliani,
penelitian ini.
2008). Sedangkan dalam syariat Islam,
Peneliti melakukan analisis data
investasi memang dianjurkan dan
dengan terlebih dahulu mengumpulkan
menjadi prioritas bukan hanya menjadi
data dari sumber-sumber yang
rencana sisa setelah pendapatan tersisa.
disebutkan di atas. Kemudian, data
Pembahasan investasi berkaitan
diklasifikasikan sesuai kebutuhan,
dengan pengelolaan aset finansial
kemudian disusun sesuai topik atau
khususnya sekuritas yang bisa diperda-
masalah yang diangkat yaitu tentang
gangkan (marketable securities) dalam
investasi saham ditinjau dari sudut
pandang hukum ekonomi syariah. hal ini adalah saham. Kegiatan investasi
dapat dilakukan pada sejumlah aset
Terakhir, keseluruhan data hasil
seperti dibawah ini:
penelitian dan pembahasan disajikan
1) Aset riil (tanah, emas, mesin, atau
dengan pola deskriptif analisis.
bangunan).
2) Aset finansial (deposito, saham,
HASIL DAN PEMBAHASAN
obligasi, options, warrants, atau
Tinjauan Investasi Saham Syariah futures).
Investasi Aset finansial adalah klaim
Kata investasi merupakan adopsi berbentuk surat berharga atas sejumlah
dari bahasa inggris yang mana aset-aset pihak penerbit surat berharga
investment. Menurut (Huda, 2007), tersebut. Bentuknya bisa berupa surat
invest sendiri memiliki arti menanam. penyertaan kepemilikan perusahaan
Kemudian dalam bahasa arab, investasi atau juga bisa berbentuk surat hutang.
dikenal dengan istilah ististmar artinya

Neneng Hartati│ 35
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

Kegiatan investasi yang paling agar tercipta tertib hukum dan tidak
banyak mempunyai tingkat resiko yang terjadi sengketa ekonomi syariah,
tinggi dan lebih mengarah kepada kalaupun terjadi sengketa ada panduan
tindakan spekulatif adalah kegiatan penyelesaiannya melalui hukum yang
investasi dalam bentuk asset finansial. sudah dibentuk. Maka disini sudah jelas,
Salah satu investasi dalam bentuk asset sistem ekonomi Islam atau sistem
finansial adalah investasi saham. ekonomi syariah membutuhkan Hukum
Saham Syariah Ekonomi Syariah untuk menjadi
Saham merupakan bukti panduan interaksi ekonomi dalam
penyertaan atau kepemilikan dalam masyarakat muslim yang madani
suatu perusahaan yang memberikan (Habibullah, 2020).
hasil investasi bersifat variabel Secara nyata, produk hukum
tergantung dari kemampuan investor ekonomi syariah dapat mengacu pada
dalam mengelolanya (Tandelilin, 2010). pengakuan Fatwa Dewan Syariah
Saham Syariah adalah saham- Nasional Majelis Ulama Indonesia
saham yang memiliki karakteristik sebagai hukum materil ekonomi syariah
sesuai dengan syariah Islam atau yang (Habibullah, 2020). Kemudian dalam
lebih dikenal dengan syariah compliant. bentuk hukum positif Indonesia,
Pada konsepnya, saham adalah bukti keabsahan hukum ekonomi syariah
penyertaan modal pada suatu dituangkan dalam Peraturan Mahkamah
perusahaan dan investor atau pemilik Agung (Perma) Nomor 2 tahun 2008
modal tersebut berhak mendapatkan tentang Kompilasi Hukum Ekonomi
kentungan. Konsep ini tidak Syariah (KHES). Dengan adanya KHES
bertentangan dengan prinsip syariah, ini menjadi produk hukum yang nyata
dalam muamalah konsep ini dikenal dimana terdapat di dalamnya
dengan kegiatan musyarakah atau pemikiran-pemikiran hukum dari ulama
syirkah (Ibrahim, 2013). madzhab fikih dan beberapa qanun dari
Hukum Ekonomi Syariah berbagai negara. Pada akhirnya, KHES
Menurut pemahaman masyarakat ini merupakan kitab hukum yang
“Hukum Ekonomi Syariah” memiliki mencerminkan wawasan keindonesian
arti “Hukum Ekonomi Islam” yang sebagai salah satu penyatuan dari hu-
sumbernya diperoleh dari sistem kum-hukum ekonomi syariah yang
ekonomi Islam yang berkembang di berlaku di negara-negara muslim
masyarakat. Dimana sistem ekonomi lainnya (Ridwan, 2016).
Islam dalam masyarakat adalah Kompilasi Hukum Ekonomi
pelaksanaan fikih muamalah di bidang Syariah (KHES) secara berurutan terdiri
ekonomi secara umum. Walau begitu, dari empat buku, yaitu; “(1) Subjek
agar pelaksanaan ekonomi Islam atau hukum dan amwal terdiri atas 3 bab
ekonomi syariah teratur maka (pasal 1-19); (2) Akad terdiri dari 29 bab
diperlukan hukum yang mengaturnya (pasal 20-673); (3) Zakat dan Hibah

36 │Investasi Saham Syariah di Bursa Efek Indonesia dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

dibagi menjadi 4 bab (pasal 674-734); Jual beli Saham dalam Sumber
(4) Akuntansi Syariah terdiri atas 4 bab Hukum Islam
(pasal 735-796)- (Mahkamah Agung RI, Al-Quran dan Hadits merupakan
2008)”. sumber hukum yang utama bagi umat
Berdasarkan penelitian Islam. Dalam al-Quran dan Hadits tidak
Habibullah (2020), Mengacu pada hanya dibahas soal agama, namun juga
pembagian tersebut dapat dilihat bahwa permasalahan manusia dengan manusia
pembahasan terbanyak yang diatur menyangkut ekonomi. Ketika, suatu
dalam KHES adalah mengenai akad masalah tidak dapat ditemukan
atau perjanjian tentang hukum perikatan rujukannya secara langsung dalam al-
ekonomi syariah. KHES secara Quran dan Hadits barulah kita merujuk
keseluruhan terdiri dari 796 pasal, buku pada pendapat para sahabat Nabi dan
tentang akad mengambil sebanyak 80 ijma’ ulama.
persen pembahasan sebanyak 653 pasal. Salah satu contoh sederhananya
Oleh karena itu, harus menjadi adalah investasi saham. Peneliti akan
perhatian bahwa ruang lingkup ekonomi contohkan dalam sebuah cerita berikut,
syariah meliputi “ba’i, akad-akad jual seorang bernama A telah memiliki
beli, syirkah, mudharabah, murabahah, bisnis peternakan namun suatu waktu
muzara‟ah dan musaqah, khiyar, memiliki permasalahan modal yang
ististna‟, ijarah, kafalah, hawalah, kurang. Kemudian, A memiliki partner
rahn, wadi‟ah, ghashab dan itlaf, bernama B dan mengajaknya
wakalah, shulhu, pelepasan hak, ta’min, bekerjasama untuk mendanai bisnisnya.
obligasi syariah mudharabah, pasar Setelah usaha berjalan lancar diperoleh
modal, reksadana syariah, sertifikasi keuntungan atau kerugian hasil usaha,
bank Indonesia syariah, pembiayaann yang mana di awal telah disepakati
multi jasa, qard, pembiayaan rekening pembagiannya.
koran syariah, dana pesiun syariah, Cerita tersebut contoh yang
zakat dan hibah, dan akuntansi syariah”. menggambarkan dunia investasi saham.
Namun, bila kita melihat dari UU No. 3 Pada transaksi saham terdapat
Tahun 2006 tentang perubahan atas UU perusahaan yang dikenal dengan emiten
No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan yang go public atau terdaftar di BEI
Agama, ruang lingkup Ekonomi Syariah yang membutuhkan modal pendanaan
meliputi: “bank syariah, lembaga untuk menjalankan bisnisnya.
keuangan mikro ekonomi syariah, Perusahaan terlebih dahulu melakukan
reasuransi syariah, reksadana syariah, IPO agar masyarakat umum dapat ikut
obligasi syariah dan surat berjangka melakukan pembelian sahamnya.
menengah syariah, sekuritas syariah Kemudian secara resmi saham
pembiayaan syariah, pegadaian syariah perusahaan tersebut setelah IPO
dana pensiun lembaga keuangan syariah, terdaftar sebagai saham yang dijual
dan bisnis syariah” (Habibullah, 2020) secara bebas di BEI. Kemudian,

Neneng Hartati│ 37
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

perusahaan akan melakukan Rapat batil, kecuali dengan jalan


Umum Pemegang Saham untuk perniagaan yang berlaku dengan
memutuskan pembagian dividen atau suka sama-suka di antara kamu.”
(QS. An-Nisa [4]: 29)
tidak. Jika perusahaan memutuskan
“Hai orang yang beriman!
tidak memberikan dividen tahunan Penuhilah akad-akad itu…” (QS.
maka perusahaan menggunakan laba Al-Ma’idah [5]:1
ditahan tersebut untuk kebutuhan
Ayat-ayat al-Quran di atas
pendanaan perusahaan kembali.
merupakan ayat yang menegaskan
Transaksi jual beli saham tersebut
kehalalan jual beli. Dimana keseluruhan
berjalan secara berkesinambungan di
transaksi yang berkaitan dengan jual
pasar sekunder yaitu Bursa Efek
beli apabila dilakukan dengan landasan
Indonesia. Khusus saham syariah,
syariah maka hukumnya halal. Hal ini
perusahaan-perusahaan yang terdaftar
termasuk mengenai jual beli saham,
di tampilkan di Jakarta Islamic Index
dimana seseorang melakukan
(JII) dan Indeks Saham Syariah
pendanaan atau investasi pada bisnis
Indonesia (ISSI). Perusahaan yang telah
seseorang baik produk ataupun jasa.
memenuhi kriteria sebagai saham
Penjelasan tersebut dilandaskan pada
syariah maka sahamnya akan bisa
mafhum mukhalafah atau pemahaman
dilepas dan dibeli oleh publik. Terdapat
terbalik. Yang mana merupakan salah
dua jenis saham yang tersedia yaitu
satu teori istinbath hukum dalam hukum
saham biasa (common stock) dan saham
Islam, di mana dari pengharaman
istimewa (preferen stock).
memakan dan menjual anjing kemudian
Seperti yang telah disebutkan
membuat segala yang berhubungan
bahwa dalam melakukan kegiatan
dengan anjing menjadi haram, termasuk
apapun termasuk bermuamalah atau jual
memberikan dana pengelolaan
beli maka rujukan utamanya harus
peternakan anjing.
sesuai syariah Islam yaitu terdapat
b. Hadist
dalam al-Quran dan Hadits. Tidak
“…tidak halal keuntungan sesuatu
hanya itu, jika perlu ada sumber penguat yang tidak ditanggung resikonya,
seperti kaidah fikih, pendapat ulama, dan tidak halal (melakukan)
dan ijma’ ulama. Berikut dalil-dalil penjualan sesuatu yang tidak ada
yang dapat menjadi landasan jual beli padamu- (HR. Al Khomsah dari
saham di pasar modal syariah. Amr bin Syuaib dari ayahnya dari
kakeknya)”
“Tidak boleh menjual sesuatu
a. Al-Qur’an
hingga kamu memilikinya- (HR.
“…dan Allah menghalalkan jual Baihaqi dari Hukaim bin Hizam)”
beli dan mengharamkan riba…” “Rasulullah s.a.w melarang jual
(QS. al- Baqarah [2]: 275) beli yang mengandung gharar-
“Hai orang-orang yang beriman, (HR. Muslim, Tirmidzi, Nasa’i,
janganlah kamu saling memakan Abu Daud, dan Ibnu Majah dari
harta sesamamu dengan jalan yang Abu Hurairah)”

38 │Investasi Saham Syariah di Bursa Efek Indonesia dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

c. Kaidah Fiqih (Lihat: Syaikh Dr. ‘Umar bin ‘Abdul


“Pada dasarnya, semua bentuk ‘Aziz al-Matrak (Al-Matrak, al- Riba
muamalah boleh dilakukan kecuali wa al-Mu’amalat al-Mashrafiyyah,
ada dalil yang mengharamkan.” [Riyadh: Dar al-‘Ashimah, 0407 H], h.
d. Ijma’ Ulama
369-375)
Yakni keputusan Muktamar ke-7
“Pendapat para ulama yang
Majma’ Fikih Islami tahun 1992 di
membolehkan pengalihan
Jeddah “Boleh menjual atau
kepemilikan porsi suatu surat
menjaminkan saham dengan tetap
berharga selama disepakati dan
memperhatikan peraturan yang
diizinkan oleh pemilik porsi lain
berlaku pada perseroan.”
dari suatu surat berharga.” (bi-
e. Pendapat Ulama
idzni syarikihi).
Pendapat Ibnu Qudamah dalam Dalil-dalil di atas tertera dan
Al-Mughni juz 5/173 [Beirut: Dar al menjadi landasan dalam Fatwa DSN
Fikr, tanpa tahun]: MUI tentang pasar modal dan pedoman
“Jika salah seorang dari dua umum penerapan prinsip syariah di
orang berserikat membeli porsi
bidang pasar modal. Sehingga dapat
mitra serikatnya, maka hukumnya
boleh karena ia membeli milik dari dikatakan bahwa dalil-dalil tersebut
pihak lain.” kuat dalam menyatakan bahwa jual beli
Pendapat Dr. Wahbah al-Zuhaili saham di pasar modal syariah adalah
dalam Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu halal asalkan keseluruhan yang terkait
juz 3/1841: dengan jual beli saham tersebut sesuai
“Bermuamalah dengan (melakukan dengan prinsip syariah.
kegiatan transaksi atas) saham Namun, halal disini masih
hukumnya adalah boleh, karena si mengacu pada sahamnya. Kita perlu
pemilik saham adalah mitra dalam membahas terkait proses transaksi dan
perseroan sesuai dengan saham
jenis usaha perusahaan yang sahamnya
yang dimilikinya.”
“Bermusahamah (saling bersaham) halal.
dan bersyarikah (kongsi) dalam Apakah Semua Saham Halal?
bisnis atau perusahaan tersebut Berdasarkan pembahasan pertama
serta menjualbelikan sahamnya, terkait kehalalan jual beli saham sudah
jika perusahaan itu dikenal serta jelas disebutkan bahwa transaksi jual
tidak mengandung ketidakpastian beli saham itu halal. Akan tetapi, perlu
dan ketidakjelasan yang signifikan,
pengkajian lebih jauh tentang saham apa
hukumnya boleh. Hal itu
disebabkan karena saham adalah saja yang halal yang diperdagangkan
bagian dari modal yang dapat oleh perusahaan dengan kata lain
memberikan keuntungan kepada kegiatan usaha perusahaan seperti apa
pemiliknya sebagai hasil dari yang sahamnya dapat dikatakan halal,
usaha perniagaan dan manufaktur. kemudian seperti apa cara transaksi
Hal itu hukumnya halal, tanpa
sahamnya. oleh karena dapat diuraikan
diragukan.”’ –
sebagai berikut:

Neneng Hartati│ 39
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

a. Kegiatan Usaha Perusahaan syariah suatu saham syariah maka


Setiap saham yang dikategorikan menjadi emiten dengan
diperjualbelikan di pasar modal syariah saham syariah. Keputusan Bapepam
telah lulus dan memenuhi kriteria menyebutkan kriteria saham syariah
sebagai saham syariah. Namun masih dapat dikatakan sebagai saham syariah
banyak yang belum mengetahui kriteria dilihat dari dua aspek yaitu kualitatif
usaha seperti apa yang menyebabkan dan kuantitatif. Seperti yang disebutkan
suatu saham dapat dikatakan sebagai kegiatan usaha yang sesuai prinsip
saham syariah. Padahal pada dasarnya, syariah menjadi aspek kualitatif dan
al-Quran dan Hadits sudah kesesuaian rasio keuangan menjadi
membentangkan secara jelas jenis usaha aspek kuantitatif.
atau perdagangan yang halal dan haram. Kriteria kualitatif suatu emiten
Maka tidak jauh berbeda dengan kriteria dengan saham syariah yaitu dengan
saham syariah karena landasan tidak melakukan kegiatan usaha
pengkriteriaannya berasal dari al-Quran sebagaimana dimaksud dalam
dan hadits. “Peraturan IX.A.13 Kep. 181/BL/2009”
Perlu diketahui kategori saham kegiatan usaha yang bertentangan
syariah dibagi menjadi saham aktif dengan prinsip syariah yaitu sebagai
dimana perusahaan menyatakan secara berikut; “(1) perjudian dan permainan
langsung dan tertulis mengenai yang tergolong judi; (2) perdagangan
kesyariahanna mengenai kegiatan usaha yang dilarang menurut syariah antara
yang dijalankan di dalam anggaran lain perdagangan yang tidak disertai
dasar perusahaan, ketentuan ini dengan penyerahan barang/jasa dan
mengacu pada POJK Nomor perdagangan dengan penawaran/
17/POJK.04/2015 (Otoritas Jasa permintaan palsu; (3) jasa keuangan
Keuangan, 2015). Kategori kedua, yaitu ribawi, antara lain bank berbasis bunga
saham pasif dimana perusahaan tidak dan perusahaan pembiayaan berbasis
menyatakan kegiatan usahanya ke bunga; (4) jual beli yang mengandung
dalam anggaran dasar perusahaan unsur ketidakpastian (gharar) dan/ atau
sehingga lembaga berwenang perlu judi (maysir) antara lain asuransi
meninjau kesyariahan usaha yang konvensional; (5) memproduksi,
dijalankan, peraturan tentang ini mendistribusikan, memperdagangkan
mengacu pada peraturan Bapepam LK. dan/atau menyediakan antara lain
II. K. 1. barang jasa haram zatnya (haram li-
Saham pasif atau emiten pasif dzatihi), barang jasa haram bukan
sejak pendirian perusahaan tidak karena zatnya (haram li-ghairihi) yang
menyebutkan bahwa emiten tersebut ditetapkan oleh DSN MUI dan/atau
syariah, namun karena kegiatan usaha barang jasa yang merusak moral dan
yang dijalankan dan rasio keuangannya bersifat mudharat; dan (6) melakukan
memiliki kesesuaian dengan prinsip transaksi yang mengandung unsur suap

40 │Investasi Saham Syariah di Bursa Efek Indonesia dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

(risywah)” (Badan Pengawas Pasar diperdagangkan di Bursa Efek


Modal , 2009). Indonesia melalui JII dan ISSI.
Kemudian, kategori saham Lembaga Kliring dan Penjaminan
syariah dari kriteria kuantitatifnya (LKP) dan Lembaga Penyimpanan dan
dinilai dari rasio hutang dan Penyelesaian (LPP) menjalin kerjasama
pendapatannya. Dimana ketentuannya dengan Bursa Efek Indonesia untuk
di atur dalam peraturan yang sama; melaksanakan kegiatan operasi bursa
“(1) total hutang yang berbasis dan menyediakan sistem serta perangkat
bunga dibandingkan dengan total sarana untuk perdagangan saham.
ekuitas tidak lebih dari 82 persen; Kemudian, LKP dan LPP juga turut
dan (2) total pendapatan bunga
mengeluarkan peraturan bursa dan
dan pendapatan tidak halal
lainnya dibandingkan dengan sistem untuk mengawasi perdagangan
total pendapatan usaha dan saham seperti mengantisipasi,
pendapatan lainnya tidak lebih mendeteksi aktivitas yang tidak sesuai
dari 10 persen.” dengan prinsip syariah (Ibrahim, 2013).
Selanjutnya terjadi b. Jenis Transaksi Saham
penyempurnaan pada kriteria kuantitatif Ketika bertransaksi saham di
melalui “Kep-208/BL/2012” dimana Bursa Efek Indonesia (BEI), saat ini
terjadi perubahan pada poin (1) rasio telah banyak jenis transaksi dan sistem
hutang yang sebelumnya dibandingkan yang tersedia namun belum terbukti
dengan equitas diganti pembandingnya kehalalannya atau jenis transaksi
dengan total aset. Sehingga bunyinya tersebut sesuai prinsip syariah atau tidak.
yaitu; Tersedianya Daftar Efek Syariah (DES)
“(1) total utang yang berbasis memberikan motivasi baru bagi
bunga dibandingkan dengan total perusahaan sekuritas untuk membuat
aset tidak lebih dari 45 persen; dan
pembaharuan sistem trading yang
(2) total pendapatan bunga dan
pendapatan tidak halal lainnya memudahkan. Salah satu yang telah
dibandingkan dengan total hadir ialah Sharia Online Trading
pendapatan usaha dan pendapatan Online (SOTS) yang mana merupakan
lainnya tidak lebih dari 10 persen” sistem online trading yang
Kedua kriteria tersebut kualitatif pelaksanaannya berdasarkan pada
dan kuantitatif menjadi penentu apakah aturan prinsip syariah yaitu dilihat dari
suatu perusahaan lulus screening saham aspek saham yang diperjualbelikan
syariah pasif atau tidak, sehingga ketika hanya yang masuk dalam DES dan dari
lolos screening sahamnya dapat mekanisme perdagangan tidak
dinyatakan sebagai emiten dengan mengandung Margin Trading (riba)
saham syariah dan dapat dimasukkan short selling dan aturan lainnya yang
dalam Daftar Efek Syariah (DES). dilarang dalam Islam (Musthofa, 2020).
Dengan demikian, saham tersebut dapat Shariah Online Trading System
(SOTS) memiliki perangkat lunak di

Neneng Hartati│ 41
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

dalamnya yang dapat digunakan dalam efek yang dijualnya”. Dengan transaksi
jual beli saham, memperbarui informasi ini tentunya mengandung unsur gharar
perkembangan saham, mengetahui (ketidakpastian).
faktor perkembangan harga saham, Sementara secara umum short
informasi terkait perusahaan yang selling adalah aktivitas yang mana
terdaftar dan fitur keuangan pelaku melakukan penjualan saham perusahaan
pasar. SOTS ini dibuat dengan tanpa memilikinya lebih dulu.
mengadopsi prinsip-prinsip syariah Situasinya adalah pialang yang
fatwa DSN-MUI No. 80 (Prasetia, memiliki saham atau bisa juga para
2017). pialan melakukan peminjaman saham
Terdapat tiga jenis mekanisme dari investor lain untuk saham tersebut
atau transaksi saham yang dilarang atau dijual kembali pada investor baru. Short
diharamkan dalam Islam karena tidak selling ini mengarah pada transaksi
sesuai dengan prinsip syariah, yaitu: najsy (penipuan) dan juga termasuk
1) Bai’ al- Hamisy (Margin Trading) dalam transaksi saham margin, dimana
Ini merupakan jenis trading harus memiliki akun margin terlebih
dengan sistem margin. Trading margin dulu untuk melakukannya jual beli
ini mengandung unsur riba dimana sahamnya (Musthofa, 2020).
sekuritas mengambil bunga dari dana Investasi Saham di Bursa Efek
transaksi yang digunakan investor. Indonesia dalam Perspektif Hukum
Karena investor melakukan Ekonomi Syariah
peminjaman dana kepada perusahaan Berdasarkan sudut pandang fiqh
sekuritas dengan menetapkan muamalah, akad investasi dalam Islam
persentase bunga di awal dan dilunasi dimasukkan dalam akad atau kontrak
dalam rentang waktu tertentu. Dengan amanah. Dimana, antara investor dan
kata lain, pada transaksi ini investor penerima dana merupakan partner
melakukan fasilitas pinjaman dari bisnis yang keduanya saling membantu.
perusahan sekuritas berbasis bunga Kemudian, dalam hubungan tersebut
(riba) untuk melakukan pembelian efek pembagian keuntungan atau kerugian
(Soemitro, 2019). dilandaskan pada modal keduanya atau
yang dalam akad muamalah dikenal
2) Bai’ al-Maksyuf (Short Selling) sebagai musyarakah, berarti tidak ada
Dijelaskan dalam Fatwa DSN jamin menjamin antara pihak satu
MUI Nomor 80 tahun 2011 bahwa Bai’ dengan pihak yang lain. Keputusan
al-Maksyuf adalah “Jual beli secara Majma Fikih Al-Islami menyebutkan,
tunai atas barang (efek) yang bukan “Investasi apa pun yang menjadikan
milik penjual dan penjual tidak diberi pihak pengusaha (mudharib)
izin oleh pemilik untuk menjualkan, memberikan keuntungan dengan kadar
atau jual beli secara tunai atas barang tertentu kepada investor, maka hal itu
(efek) padahal penjual tidak memiliki adalah haram. Karena sifat investasi

42 │Investasi Saham Syariah di Bursa Efek Indonesia dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

telah berubah menjadi elemen pinjaman kegiatan syariah di pasar modal


dengan janji keuntungan riba”. berdasarkan Fatwa Dewan Syariah
Terdapat kaidah fikih dalam Nasional- Majelis Ulama Indonesia,
sepanjang fatwa dimaksud tidak
investasi yang menjadi landasan dalam
bertentantang dengan Peraturan
berinvestasi. Dalam kitab Al-Qawaid Otoritas Jasa Keuangan ini dan/atau
Al-Fiqhiyyah dituliskan: “Bahwa Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
keuntungan adalah melalui lainnya yang didasarkan pada fatwa
menanggung risiko yang ada”. Dalam Dewan Syariah Nasional- Majelis
kaidah yang lain: “Siapa saja yang Ulama Indonesia.”
hendak mendapatkan manfaat dari Penggunaan prinsip syariah pada
sesuatu, maka harusnbaginya pasar modal karena pada dasarnya
menanggung risikonya (Durar Al- prinsip umum yang diterapkan pada
Ahkam Sharh Majallah Al- Ahkam)”. Bursa Efek Indonesia (BEI) pasar modal
Dapat diketahui bahwa dalam Islam sudah sejalan dengan prinsip syariah.
kewajiban bagi kedua pihak yang Disini kita perlu menekankan pada
bertransaksi dalam investasi untuk aspek kehalalan; halal dari objeknya,
bertanggung jawab atas keuntungan dan halal cara perolehannya dan halal cara
kerugian sesuai dengan kesepakatan di penggunaanya (Pontjowinoto, 2003).
awal. Namun terdapat pengecualian Pada 18 April 2001, menjadi
kewajiban itu gugur, di mana ada sejarah penting bagi pasar modal
pembatalan kontrak oleh satu pihak syariah Indonesia karena untuk kali
sehingga menyebabkan kerugian untuk pertama DSN MUI mengeluarkan fatwa
pihak lain. yang berkaitan langsung dengan pasar
Investor yang akan melakukan modal yaitu ‘Fatwa Nomor 20/DSN-
investasi saham akan melakukannya MUI/IV/2001 tentang Pedoman
pada pasar sekunder yaitu Bursa Efek Pelaksanaan Investasi untuk Reksa
Indonesia (BEI) di pasar modal syariah. Dana Syariah’. Melalui fatwa tersebut
Dikatakan pasar modal syariah karena DSN MUI membahas mengenai kriteria
seluruh kegiatannya sudah sesuai saham syariah, terkhusus pada aspek
dengan prinsip-prinsip syariah, yang kuantitatif seperti rasio keuangan.
mana terbebas dari riba, perjudian, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
spekulasi, dan lain sebagainya Indonesia (DSN MUI) menyebutkan
(Burhanuddin, 2009). dalam “Fatwa Nomor 20/DSN-
Prinsip-prinsip syariah pada pasar MUI/IV/2001 dalam pasal 10” bahwa
modal juga diatur secara jelas dalam kriteria saham emiten dalam kondisi
POJK Nomor 15/POJK.04/2015 tentang yang tidak layak adalah (Dewan Syariah
Penerapan Prinsip Syariah, pada BAB I Nasional MUI, 2001):
Ketentuan Umum Pasal 1 Angka 2 yaitu: “(a) apabila struktur utang terhadap
modal sangat bergantung kepada
“Prinsip syariah di Pasar Modal
pembiayaan dari utang yang pada
adalah prinsip hukum Islam dalam
intinya merupakan pembiayaan

Neneng Hartati│ 43
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

yang mengandung unsur riba; (b) Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal,
apabila suatu emiten memiliki Fatwa DSN-MUI No. 80/DSN-
nisbah utang terhadap modal lebih MUI/III/2011 tentang Penerapan
dari 82 persen (utang 45 persen dan
Prinsip Syariah dalam Mekanisme
modal 55 persen).”
Ketentuan poin b yang dibuat oleh Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di
DSN MUI merujuk pada perkataan Pasar Reguler Bursa Efek”.
Imam Al-Ghazali yang menyatakan Pada “Fatwa DSN-MUI No.
bahwa “dalam sebuah bisnis atau usaha 80/DSN-MUI/III/2011 ketentuan umum
modal tidak boleh kecil dari utang” point 4 jelaskan mengenai mekanisme
(Bahrudin, 2015). Perkataan tersebutlah perdagangan saham di Bursa Efek
yang kemudian dikutip oleh Ketua MUI Indonesia”, bunyinya:
K.H. Ma’ruf Amin, “modal harus lebih “Pasar reguler adalah pasar di mana
Perdagangan Efek di Bursa Efek
besar daripada utang yang berbasis
dilaksanakan berdasarkan proses
bunga”. Pendapat ini kemudian tawar menawar yang
diterjemahkan dalam pasal dengan berkesinambungan (bai’ al-
penjelasan maksimal utang berbasis musawamah) oleh anggota Bursa
bunga 45 persen dan modal 55 persen Efek dan penyelesaian
atau 82 persen rasio utang berbasis administrasinya dilakukan pada
hari bursa ketiga setelah terjadinya
bunga dibandingkan total modal.
perdagangan efek di bursa efek”.
Dengan komposisi 45:55 berarti modal Berdasarkan ketentuan tersebut
yang nota bene halal masih besar dari sudah jelas bahwa transaksi saham
utang berbasis bunga (Prasetyo, 2016). dalam mekanisme perdagangan saham
Penjelasan di atas merupakan di bursa efek menggunakan akad bai’
bentuk pengecualian dari MUI bahwa al-musawamah. Maksudnya adalah jual
sangat sulit menghindari penggunaan beli dengan tawar menawar dimana
utang berbasis bunga pada sebuah pihak menjual tidak menyebutkan harga
perusahaan, oleh karena itu DSN MUI pokok barang, akan tetapi menetapkan
memberikan pembolehan dengan harga tertentu dan membuka peluang
ketentuan seperti di atas (Bahrudin, untuk ditawar, hal ini merupakan bentuk
2015). Hanafi (2011) pun mempertegas asal muasal dari jual beli.
bahwa utang merupakan langkah bagi Selanjutnya pada fatwa yang sama
berusahaan untuk meningkatkan kinerja dalam ketentuan khusus poin 3
perusahaan sehingga kebijakan hutang disebutkan:
sangat sulit dihindari. “Tindakan yang tidak sesuai
Berikutnya keluar fatwa DSN dengan prinsip syariah pelaksanaan
MUI yang memperkuat transaksi saham perdagangan efek harus dilakukan
di Bursa Efek Indonesia dihalalkan oleh menurut prinsip kehati-hatian serta
MUI yaitu “Fatwa DSN-MUI No: tidak diperbolehkan melakukan
40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar spekulasi, manipulasi, dan tindakan
lain yang di dalamnya mengandung
Modal dan Pedoman Umum Penerapan

44 │Investasi Saham Syariah di Bursa Efek Indonesia dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

unsur dharar, gharar, riba, maisir, bagian dari modal yang dapat
risywah, maksiat dan kezaliman, memberikan keuntungan kepada
tagrir, ghisysy, tanajusy/najsy, pemiliknya sebagai hasil dari usaha
ihtikar, bai al-ma’dum, talaqqi a- perniagaan dan manufaktur. Hal itu
rukban, ghabn, riba, dan tadlis.” hukumnya halal, tanpa diragukan.”
Berdasarkan ketentuan Dewan Pendapat ketiga:
Syariah Nasional Majelis Ulama “Boleh menjual atau menjaminkan
Indonesia (DSN MUI) melalui faktwa- saham dengan tetap memperhatikan
fatwa yang dikeluarkan terkait pasar peraturan yang berlaku pada
perseroan.”
modal syariah dan saham syariah
Investasi saham syariah dengan
dijelaskan bahwa Investasi Saham itu
tujuan untuk berinvestasi menurut
halal dan diperbolehkan oleh Islam.
perspektif hukum ekonomi syariah
Diketahui juga bahwa investasi saham
diperbolehkan. Hal ini dikarenakan jual
dalam Islam disebut musahamah yang
beli saham dengan sistem underlying
merupakan turunan dari musyarakah
saha yang halal dianjurkan guna
(saling bersaham). Musyarakah sendiri
memenuhi investasi dan
sederhananya berarti “berkongsi,
mengembangkan aset, ini merupakan
bekerjasama, dan bersyarikat”. DSN
salah satu tujuan agama Islam yaitu
MUI mengutip beberapa pendapat
maqasid syariah (hifdzul maal). Namun,
Ulama yang memperbolehkan investasi
jika jual beli saham dilandaskan atas
saham diantaranya:
dasar spekulasi maka itu diharamkan
Pendapat pertama:
karena mengandung maysir dan gharar.
“Bermuamalah dengan (melakukan
Berdasarkan hasil wawancara
kegiatan transaksi atas) saham
hukumnya boleh, karena pemilik dengan Erika Amelia, selaku ketua
saham adalah mitra dalam Jurusan dari Prodi Ekonomi Syariah
perseroan sesuai dengan saham Universitas Islam Negeri Syarif
yang dimilikinya.” Hidayatullah Jakarta, mengatakan
Pendapat Kedua: “Investasi saham di Bursa Efek
“(Jenis kedua), adalah saham- Indonesia itu sudah sesuai dengan
saham yang terdapat dalam
prinsip syariah hanya diawal ketika
perseroan yang dibolehkan, seperti
perusahaan dagang atau perusahaan akad dilakukan, baik dengan akad
manufaktur yang dibolehkan. Ber- mudharabah, akad musyarakah dan lain
musahamah (saling bersaham) dan sebagianya. Karena ujung – ujungnya
ber-syarikah (berkongsi) dalam ketika transaksi sudah terjadi dipasar
perusahaan tersebut serta maka unsur spekulasi tidak bisa
menjualbelikan sahamnya, jika dihilangkan”. Jadi bisa diambil
perusahaan itu dikenal serta tidak
kesimpulan bahwa investasi saham di
mengandung ketidakpastian dan
ketidak-jelasan yang signifikan, Bursa efek Indonesia sesuai dengan
hukumnya boleh. Hal itu prinsip syariah selama masih
disebabkan karena saham adalah menggunakan akad yang terdapat atau

Neneng Hartati│ 45
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

sesuai dengan fatwa DSN dan saham di Bursa Efek Indonesia Kantor
memenuhi rukun dan syarat jual beli Perwakilan Jawa Barat sesuai dengan
dalam Islam. hukum ekonomi syariah dan transaksi
Investasi saham di Bursa Efek tersebut dihalalkan.
Indonesia sudah sesuai dengan hukum
ekonomi syariah. Selain itu juga, KESIMPULAN
kegiatan investasi sejalan dengan cita- Mengacu pada penelitian yang
cita hukum ekonomi dan hukum Islam
telah dilakukan, dapat ditarik
dimana ada dalam maqasid asy-syariah. kesimpulan bahwa dari pemaparan
Cita-cita hukum ekonomi syariah yang dalil-dalil di atas jelas sekali bahwa
sejalan dengan hukum Islam terdapat
investasi dan jual beli saham halal dan
pada konsep tentang kegiatan ekonomi dibenarkan dalam ajaran Islam, baik
dilihat dari wadah bagi masyarakat Al-Qur’an, Hadis Nabi, Kaidah Fiqh,
untuk melaksanakan dua perintah al-
Ijma’ ulama, dan pendapat ulama.
Quran yaitu at-ta’awwun (saling tolong Kemudian, dari perspektif hukum
menolong) dan menghindari gharar
ekonomi syariah jual beli atau investasi
(transaksi bisnis yang merugikan salah
saham untuk tujuan investasi itu
satu pihak). diperkenankan, karena jual beli dengan
Kemudian ditilik dari Kompilasi underlying saham yang halal, bahkan
Hukum Ekonomi Syariah (KHES), dianjurkan karena memenuhi investasi
pelaksanaan jual beli atau perdagangan dan pengembangan asset salah satu
saham di Bursa Efek Indonesia (BEI)
maqasid syariah (Hifdzul maal).
telah mengikuti ketentuan pasal-pasal Sedangkan jual beli untuk tujuan
dalam KHES, dimana syarat dan rukun spekulasi (main saham) itu tidak
jual beli dan akad yang digunakan
diperkenankan. Selain itu transaksi
dalam jual beli saham di Bursa Efek saham dari perspektif hukum ekonomi
Indonesia sudah sesuai. Sehingga syariah dinilai dari penggunaan akad
dengan demikian, menurut hukum
diketahui bahwa akad yang digunakan
ekonomi syariah yang ditinjau dari adalah Bai’ Al-Musawamah dan
Fatwa DSN MUI terkait investasi saham transaksi mengacu pada musyarakah
dan juga KHES yang meninjau dari
atau syirkah
pelaksanaan akad dan jual beli, investasi

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Pasar Modal . (2009). Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modaldan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-181/Bl/2009 Tentang
Penerbitan Efek Syariah. Retrieved Januari 7, 2021, from Departemen
Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga
Keuangan: https://www.martinaberto.co.id/download/Peraturan_
Bapepam/IX.A.13_Penerbitan_Efek_Syariah.pdf

46 │Investasi Saham Syariah di Bursa Efek Indonesia dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

Bahrudin, A. (2015). Utang dan Pendapatan Perusahaan dalam Kriteria dan


Penerbitan Efek Syariah Perspektif Hukum Bisnis Syariah . Yogyakarta:
Tesis UIN Sunan Kalijaga.
Burhanuddin. (2009). Pasar Modal Syariah. Yogyakarta: UII Press.
Dewan Syariah Nasional MUI. (2001). Fatwa Dewan Syariah Nasional NOMOR:
20/DSN-MUI/IV/2001 Tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk
Reksa Dana Syariah . Retrieved Januari 7, 2021, from http://mui.or.id/wp-
content/uploads/files/fatwa/20-Pedoman_Investasi_Reksa_Dana.pdf
Gunawan , A. (2013). Analisis Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal
Konvensional (Studi Kasus di Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Tesis,
Universitas Trisakti.
Habibullah, E. S. (2020). Hukum Ekonomi Syariah dalam Tatanan Hukum
Nasional. Al-Mashlahah Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam,
691-710.
Huda, N. (2007). Investasi pada Pasar Modal Syariah . Jakarta: Pranada Media
Grup.
Ibrahim, I. M. (2013). Mekanisme dan Akad Pada Transaksi Saham di Pasar Modal
Syariah. Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 3, No. 2.
Jusmaliani . (2008). Investasi Syariah . Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Mahkamah Agung RI. (2008). PERMA RI Nomor 02 Tahun 2008 tentang
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. Retrieved Januari 7, 2021, from
Direktori Putusan Mahkamah Agung RI Peraturan Perundang-Undangan:
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/peraturan/detail/11e9da0e65cdbbc
eb8bb313931383138.html
Musthofa, K. (2020). Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal Melalui SOTS
(Sharia Online Trading System). AL-IQTISHADIYAH: Jurnal Ekonomi
Syariah dan Hukum Ekonomi Syariah, Vol 6, No. 1, 29-43.
Otoritas Jasa Keuangan. (2015, November 23). Peraturan OJK Nomor
17/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Syariah
Berupa Saham oleh Emiten Syariah atau Perusahaan Publik Syariah.
Retrieved Januari 7, 2021, from https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/
regulasi/peraturan-ojk-terkait-syariah/Pages/POJK-Nomor-
17POJK042015-Penerbitan-Persyaratan-Efek-Syariah-Berupa-Saham-
oleh-Emiten-Syariah.aspx#:~:text=%E2%80%8BPeraturan%20OJK%20
Nomor%2017,Syariah%20atau%20Perusahaan
Prasetia, Y. S. (2017). Implementasi Regulasi Pasar Modal Syariah Pada Sharia
Online Trading System (SOTS). Jurnal IAIN Ponorogo, NIZHAM, Vol. 05,
No. 02.
Prasetyo, Y. (2016). Analisis Terhadap Kriteria Rasio Keuangan Saham Syariah
dalam Peraturan Bapepam dan LK II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan
Daftar Efek Syariah . Bandung: Tesis Pascasarjana, UIN Sunan Gunung
Djati .
Ridwan. (2016). Legislasi Hukum Ekonomi Syariah dalam Bingkai Hukum
Nasional Indonesia . Al-Risalah Forum Kajian Hukum dan Sosial
Kemasyarakatan, Vo. 16, No. 1, 95-111.

Neneng Hartati│ 47
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

Selasi, D. (2018). Ekonomi Islam; Halal dan Haramnya Berinvestasi Saham Syaria,
Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2, 87-96.
Soemitro, A. (2019). Hukum Ekonomi Syariah dan Fiqh Muamalah; di Lembaga
Keuaga dan Bisnis Kontemporer. Jakarta Timur: Prenadamedia Group.
Syarif, F. (2019). Perkembangan Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia. Pleno Jure,
Vol. 9 (2), 1-16.
Tandelilin , E. (2010). Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi . Yogyakarta:
Karnisius.
Ulinnuha, M., Susilowati, D. E & Hana, K.H. (2020). Persepsi Investor Pemula
terhadap Pembelian Saham Syariah di Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi dan
Bisnis Islam- JIEBI, Vol. 2., No. 1 , 1-14.

48 │Investasi Saham Syariah di Bursa Efek Indonesia dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
Volume 05 | Nomor 01 | Juni 2021
p-ISSN: 2549-4872 │ e-ISSN: 2654-4970

Eksistensi Qanun Nomor 11 Tahun 2018 tentang Lembaga


Keuangan Syariah terhadap Konversi Bank Konvensional menjadi
Bank Syariah

Zulfahmi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta│zulfahmialputeh@gmail.com
Abstrak
Qanun Nomor 11 Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah merupakan
peraturan perundang-undangan yang setara dengan peraturan daerah yang mana
negara memberikan wewenang kepada daerah tertetntu untuk dapat mengelola
daerahnya sendiri seperti Aceh salah satunya. Qanun Aceh bertujuan untuk
menegakkan aturan syariah yang menjadikannya berbeda dari daerah daerah
lainnya. Telah banyak aturan aturan syariah yang dikeluarkan dalam bentuk
Qanun seperti hukuman jinayat, Qanun tentang pokok-pokok syariat Islam, dan
Qanun tentang lembaga keuangan. Keberadaan Qanun 11 Tahun 2018 tentang
Lembaga Keuangan Syariah memberikan dampak positif terhadap dunia
perekonomian terutama perekonomian daerah, karena terdapat aturan yang
mampun meningkatkan potensi dalam pemberdayaan UMKM sehingga
tercapainya tujuan untuk kesejahteraan dan keadilan masyarakat. Tujuan yang
diteliti adalah untuk mengetahui perbedaan antara sebelum terjadinya konversi
dan setelah terjadinya konversi terhadap perekonomian masyarakat terutama
masyarakat kecil. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu
penelitian yang menggambarkan ruang lingkup dan tinjauan tentang eksistensi.
Selain itu penelitian ini juga menggunakan pendekatan statute approach
(pendekatang perundang-undangan), dan conceptual approach (pendekatan
konsep). Hasil yang dicapai dengan berlakunya Qanun ini adalah lebih membantu
terhadap pihak UMKM yang mana pasca konversi pihak bank telah menetapkan
target penyaluran dana lebih banyak dari sebelumnya.
Kata Kunci: Eksistensi; Lembaga Keuangan Syariah; Qanun.
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

The Exixtence of Qanun Number 11 of 2018 concerning Islamic Financial


Institutions on Conversion of Conventional Banks to Islamic Banks

Abstract
Qanun Number 11 of 2018 concerning Islamic Financial Institutions is a
statutory regulation equivalent to regional regulations where the state gives
authority to certain regions to be able to manage their own regions, such as Aceh,
for example. Aceh's Qanun aims to enforce sharia rules that make it different
from other regions. There have been many sharia rules issued in the form of
Qanun such as jinayat punishment, Qanun on the main points of Islamic law, and
Qanun on financial institutions. The existence of Qanun 11 of 2018 concerning
Islamic Financial Institutions has a positive impact on the world economy,
especially the regional economy, because there are regulations that are able to
increase the potential in empowering micro, small and medium enterprises so
that the goals for welfare and community justice are achieved. The purpose of
this study is to determine the difference between before the conversion and after
the conversion to the economy of the community, especially the small community.
This research uses descriptive analytical method, namely research that describes
the scope and overview of existence. In addition, this research also uses a statute
approach, and a conceptual approach. The results achieved with the enactment
of this Qanun are more helpful for micro, small and medium enterprises where
after the conversion the bank has set a target for disbursing more funds than
before.
Keywords: Existence; Islamic Financial Institutions; Qanun

PENDAHULUAN Undang-Undang atau Peraturan


Pemerintah Pengganti Undang-Undang,
Indonesia adalah negara hukum,
Peraturan Pemerintah, Peraturan
dilihat dari sejarah penerapannya
hukum di Indonesia berasal dari tiga Presiden, dan Peraturan Daerah.
Aceh merupakan salah satu
sumber hukum yaitu sunber hukum
provinsi yang mendapatkan
barat, hukum Islam, dan hukum adat
(Kamarusdiana, 2016: 151). Sebagai keistimewaan yang terdapat dalam
undang-undang nomor 44 tahun 1999
negara hukum, dalam menjalankan
pemerintahannya telah menetapkan dan mendapat wewenang sebagai
beberapa aturan yang terdapat dalam daerah otonomi khusus yang terdapat
dalam undang-undang nomor 18 tahun
perundang-undangan disebut dengan
2001. Salah satu keistimewaan Aceh
hirarki perundang-undangan. Hirarki
perundang-undangan telah tercantum adalah dapat menjalankan syariat Islam
dengan sempurna yang diatur melalui
dalam Undang-Undang Nomor 10
Qanun. Qanun merupakan salah satu
Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan, yaitu; peraturan perundang-undangan yang
memiliki derajat sama dengan peraturan
Undang-Undang Dasar Negara
daerah.
Republik Indonesia Tahun 1945,

50 │ Eksistensi Qanun Nomor 11 Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah…


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

Negara telah memberikan lembaga adat, Qanun tentang hukum


wewenang seluas-luasnya kepada Aceh acara jinayat, Qanun hukum jinayat,
untuk menjalankan pemerintahannya Qanun tentang pokok-pokok syariat
secara mandiri yang tercantum dalam Islam, Qanun tentang pembentukan
Penjelasan Undang-undang nomor 11 bank Aceh syariah, dan Qanun tentang
tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh, lembaga keuangan syariah.
menyatakan bahwa, “Undang-Undang Pelaksaan Qanun dengan tujuan
ini mengatur dengan tegas bahwa untuk menerapkan hukum Islam secara
pemerintahan Aceh merupakan bagian penuh didasari pada tiga argumentasi,
yang tidak terpisahkan dari Negara yaitu pertama, Islam adalah identitas
Kesatuan Republik Indonesia dan utama masyarakat dan kebudayaan
tatanan otonomi seluas-luasnya yang Aceh. Kedua, syariat pernah diterapkan
diterapkan di Aceh berdasarkan di Aceh pada masa kesultanan, jadi ada
undang-undang ini merupakan preseden historis, ketiga, penerapan
subsistem dalam sistem pemerintahan syariat telah jadi sebuah tuntutan politis
secara nasional. Dengan demikian, dari rakyat Aceh sejak masa penjajahan
otonomi seluas-luasnya pada dasarnya dan penolakan untuk memberikan hak
bukanlah sekadar hak, tetapi lebih dari menerapkan syariat kepada rakyat Aceh
itu yaitu merupakan kewajiban akan menjamin pemberontakan di Aceh
konstitusional untuk memanfaatkan akan terus berlanjut (Manan, 2018: 172).
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan di Baru-baru ini pemerintahan Aceh
Aceh. Oleh karena itu, pengaturan membuat sebuah aturan terkait lembaga
dalam Qanun yang banyak diamanatkan keuangan syariah, yaitu Qanun Nomor
dalam undang-undang ini merupakan 11 Tahun 2018 tentang Lembaga
wujud konkret bagi terselanggaranya Keuangan Syariah. adanya Qanun ini
kewajiban konstitusional tersebut dalam pemerintah mengharapkan adalah untuk
pelaksanaan pemerintahan Aceh dan menegakkan syariat Islam secara kaffah
kabupaten/kota, dan merupakan acuan dan juga dengan adanya Qanun ini
yang bermartabat untuk mengelola diharapkan dapat membantu
urusan pemerintahan secara mandiri perekonomian masyarakat meningkat
sebagai bagian dari wilayah kedaulatan dan pemerataan pendapatan dapat
negara Kesatuan Republik Indonesia.” teratasi antara masyarakata yang
Penjelasan umum diatas, golongan berkemampuan dengan yang
pemerintahan menindaklanjuti dengan tidak mampu. Oleh karena itu peunlis
mengeluarkan Qanun yang berkaitan tertarik ingin meneliti sejauh mana
dengan penegakan syariat Islam, eksistensi Qanun Nomor 11 Tahun 2018
diantaranya; Qanun tentang tata cara tentang Lembaga Keuangan Syariah
pembentukan Qanun, Qanun tentang terhadap konversi bank konvensional
baitul mal, Qanun tentang kehidupan menjadi bank yang berbasis syariah.
adat dan adat istiadat, Qanun tentang

Zulfahmi│ 51
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

METODE PENELITIAN undang-undang zakat (Ridwan, 2013:


Penelitian ini menggunakan 287).
metode deskriptif analitis, yaitu Lahirnya Qanun menurut
penelitian yang menggambarkan ruang (Ridwan, 2013: 284) dikarenakan
lingkup dan tinjauan tentang eksistensi tuntutan kuat dari masyarakat Aceh
Qanun khususnya Qanun No. 11 Tahun untuk pemberlakuan syariah Islam.
2018 tentang lembaga keuangan syariah Keluarnya undang-undang No. 44 tahun
terhadap konversi bank konvensional 1999 tentang Penyelenggaraan
menjadi bank syariah. Selain itu Keistimewaan provinsi Daerah
penelitian ini juga menggunakan
Istimewa Aceh, yang bermula dari
pendekatan statute approach
pengajuan anggota DPR acal Aceh.
(pendekatang perundang-undangan),
Berbagai peraturan daerah yang muncul
dan conceptual approach (pendekatan
konsep). seperti Peraturan Daerah No. 3 tahun
2000 tentang Majlis Permusyawaratan
HASIL DAN PEMBAHASAN Ulama yang diundangkan pada tanggal
22 Juni 2000, Peraturan Daerah No. 5
Qanun Nomor 11 Tahun 2018
Tentang Lembaga Keuangan Syariah Tahun 2000 tentang Pelaksanaan
Syariah Islam yang diundangkan pada
Istilah Qanun berasal dari bahasa
25 Agustus 2000.
arab yang merupakan bentuk kata kerja
Pospos (2015: 131) menerangkan
qanna. Qanun adalah membuat hukum
pemerintah pusat mengeluarkan
(to make law, to legislate). Kemudian
kebijakan UU no. 18 Tahun 2001
berkembang menjadi hukum (law),
tentang Provinsi Nanggoe Aceh
peraturan (rule, regulation), dan
Darussalam (NAD) yang mengatur
undang-undang (statute, code). Dalam
lebih jauh otonomi khusus bagi NAD,
pemakaiannya Qanun terbagi menjadi
seperti Mahkamah Syar’iyyah, Qanun,
tiga makna. Pertama, Qanun sebagai
lambang daerah, zakat sebagai
kumpulan peraturan hukum atau
pemasukan daerah, kepolisian dengan
undang-undang (kitab Undang-undang).
ciri khas Aceh, Kepemimpinan adat dan
Kedua, Qanun memiliki sama makna
lainnya. Oleh karena itu kemudian
dengan hukum sehingga Qanun juga
lahirlah berbagai instrument hukum
disebut sebagai hukum. Ketiga, Qanun
dalam bentuk Qanun sebagai bagian
berarti undang-undang. Qanun pada
dari implementasi pemberlakuaan
poin pertama lebih umum daripada poin
syariah Islam secara kaffah. Penerapan
ketiga, seperti Qanun perkawinan dan
syariah Islam secara kaffah merupakan
Qanun zakat sama pengertiannya
impian masyarakat Aceh oleh karena itu
dengan undang-undang perkawinan dan
maka perlu untuk mengesahkan

52 │ Eksistensi Qanun Nomor 11 Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah…


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

berbagai Qanun yang berkaitan dengan diwujudkan melalui suatu proses


syariat Islam. demokratis dan adil dalam Negara
Qanun No. 11 Tahun 2018 tentang Kesatuan Republik Indonesia.
Lembaga Keuangan Syariah merupaka c. Bahwa dalam rangka mewujudkan
suatu aturan daerah Aceh yang disahkan ekonomi masyarakat Aceh yang adil
pada tahun 2018 terkait seluruh lembaga dan sejahtera dalam naungan Syariat
keuangan konvensional yang ada di Islam memerlukan jasa lembaga
Aceh harus beralih status menjadi keuangan syariah.
lembaga keuangan yang berbasis d. Bahwa kebutuhan masyarakat Aceh
syariah. Qanun ini lahir dalam rangka
terhadap lembaga keuangan syariah
mewujudkan ekonomi masyarakat Aceh
sebagai salah satu instrument
yang adil dan sejahtera dalam naungan
penting dalam pelaksanaan ekonomi
Syariah Islam maka memerlukan jasa
syariah.
lembaga keuangan syariah. Dasar
e. Bahwa ketentuan dalampasal 2
pembentukan Qanun tentang lembaga
undang-undang nomor 44 Tahun
keuangan syariah adalah sebagai berikut:
1999 tentnag pernyelenggaraan
a. Bahwa al-Quran dan as-Sunnah
Keistimewaan Provinsi Daerah
adalah dasar utama agama Islam
Istimewa Aceh dan Pasal 125, pasal
yang membawa rahmat bagi seluruh
126 tentang Pemerintahan Aceh,
alam dan telah menjadi keyakinan
Aceh diberi kewenangan untuk
serta pegangan hidup masyarakat
mengembangkan dan mengatur
Aceh.
pelaksanaan syariah Islam.
b. Bahwa dalam rangka pelaksanaan
f. Bahwa berdasarkan pasal 21 Qanun
Nota Kesepahaman antara
Aceh Nomor 8 Tahun 2014 tentnag
Pemerintah Republik Indonesia dan
pokok- Pokok Syariah Islam,
Gerakan Aceh Merdeka di Helsinki
lembaga keuangan dan transaksi
15 Agusrus 2005, pemerintahan
syariah dilaksanakan sesuai
Republik Indonesia dan Gerakan
ketentuan peraturan perundang-
Aceh merdeka menegaskan
undangan dan ditetapkan dengan
komitmen untuk menyelesaikan
Qanun.
konflik Aceh secara damai,
g. Berdasarkan pertimbangan
menyeluruh, berkelanjutan dan
sebagaimana dimaksud dalam huruf
bermartabat bagi semua pihak, dan
a sampai huruf f maka perlu
bertekad untuk menciptakan kindisi
membentuk Qanun Aceh Tentang
yang kondusif sehingga
Lembaga Keunagan Syariah.
Pemerintahan Aceh dapat

Zulfahmi│ 53
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

Lembaga Keuangan Syariah Dari pengertian hemat penulis


Lembaga keuangan secara umum lembaga keuangan adalah suatu tempat
menurut (Syauqoti dan Ghozali, 2018: atau wadah dalam bentuk lembaga yang
16) adalah suatu badan usaha yang aset mempertemukan kedua belah pihak
utamanya mengelola aset keuangan (yang memiliki dana lebih, dengan yang
maupun tagihan-tagihan yang dapat kekurangan dana) dengan kegiatan
berupa saham, obligasi, dan pinjaman dalam bidang keuangan baik itu
dari pada berbentuk aktiva riil seperti penghimpunan maupun penyaluran
bangunan, perlengkapan dan bahan dana atau jasa.
baku. Undang-undang Nomor 14 Tahun Dilihat dari segi beroperasinya
1967 lebih lanjut mendefinisikan secara garis besar lembaga keuangan
tentang Pokok-Pokok Perbankan dapat digolongkan menjadi dua
menyatakan yang dimaksud lembaga golongan (Ismail, 2013: 17), yaitu;
keuangan adalah lembaga keuangan lembaga keuangan bank dan non bank.
yang usaha pokoknya memberikan Keduanya memiliki fungsi dan
kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas kelembagaan yang berbeda.
pembayaran dan peredaran uang.
1. Lembaga Keuanga Bank (depositori)
Lembaga keuangan (financial
Terbagi menjadi dua yaitu:
Institution) adalah suatu perusahaan
yang usahanya bergerak di bidang jasa a. Bank Sentral (Central Bank)
keuangan. Artinya semua kegiatan yang Merupakan bank milik
dilakukan berkaitan dengan bidang pemerintah yang bertugas
keuangan, baik itu dalam
mengatur, menjaga, dan
penghimpunan dana, penyaluran,
memelihara kestabilan nilai
dan/atau jasa jasa keuangan lainnya
(Susamto, 2010: 1). Lembaga keuangan mata uang negaranya,
syariah menurut (Ismail, 2013: 51) membimbing pelaksanaan
adalah lembaga yang bergerak dibidang kebijakan moneter, serta
keuangan baik itu penghimpunan dana
mengkoordinasi, membina, dan
maupuun penyaluran dilakukan
mengawasi semua perbankan.
berdasarkan prinsip syariah. prinsip
syariah adalah prinsip hukum Islam b. Bank Umum (Comercial Bank)
dalam kegiatannya berdasarkan fatwa Yaitu lembaga yang
yang dikeluarkan oleh lembaga yang menjalankan usaha keuangan
memiliki wewenang dalam penetapan
secara konvensional maupun
fatwa di bidang syariah.
syariah yang kegiatan utamanya

54 │ Eksistensi Qanun Nomor 11 Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah…


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

memberikan jasa dalam lalu Usaha Syariah, dan Bank Pembiayaan


lintas pembayaran. Syariah, juga terdapat lembaga
keuangan non bank seperti pasar modal
2. Lembaga keuangan Non-Bank syariah, pasar uang syariah, asuransi
(nondepository) syariah, dana pensiun syariah,
Lembaga keuangan non-bank pembiayaan syariah seperti sewa guna
menurut (Soemitra, 2009: 46) usaha, perusahaan anjak piutang dan
merupakan lembaga keuangan yang lain sebagainya, dan juga lembaga
lebih banyak jenisnya dari lembaga keuangan mikro seperti pengelolaan
keuangan bank. Masing masing zakat, dan wakaf, dan BMT.
memiliki cirinya sendiri, secara Bank Konvensional
operasional lembaga keuangan non Tidak ada definisi yang baku
bank dikelola dan diawasi oleh untuk kata bank, setiap pakar memiliki
Departemen Keuangan yang dijalankan varian definisi tersendiri namun masih
oleh Bapepan LK, sedangkan dalam makna yang sama. Menurut prof
pengawasan dan pembinaan lembaga G.M Verryn Stuart mendefinisikan bank
keuangan syariah dilakukan oleh adalah suatu badan yang bertujuan
Dewan Syariah Nasional MUI terbagi untuk memuaskan kebutuhan kredit,
menjadi: baik dengan alat-alat pembayarannya
a. Pasar Modal (capital market), sendiri atau dengan uang yang
diperolehnya dari orang lain, maupun
b. Pasar uang (money market),
dengan jalan mendengarkan alat-alat
c. Perusahaan asuransi, penukar baru berupa uang giral.
d. Dana pensiun, (Suratno, 2007: 1) mengutip dari A.
Abdurrahman mengatakan bahwa yang
e. Perusahaan modal ventura,
dimaksud dengan bank adalah suatu
f. Lembaga pembiayaan, jenis lembaga keuangan yang
g. Perusahaan pegadaian, melaksanakan berbagai macam jasa,
h. Lembaga keuangan syariah seperti memberikan pinjaman,
mengedarkan mata uang, pengawasan
mikro, dan terhadap mata uangm bertindak sebagai
i. BMT. tempat penyimpanan benda-benda
Struktur sistem lembaga berharga, membiayai usaka perusahaan-
keuangan di Indonesia selain lembaga perusahaan, dan lain-lain.
keuangan umu terdapat juga lembaga Undang-undang No. 14 Tahun
keuangan syariah yang pada dasarnya 1967 Pasal 1 tentang Pokok-Pokok
tidak jauh berbeda dengan lembaga Perbankan mnyatakan bank adalah
keuangan umum atau konvensional. lembaga keuangan yang usaha
Sistem lembaga keuangan syariah juga pokoknya memberikan kredit dan jasa-
terdiri dari Bank Umum Syariah, Unit

Zulfahmi│ 55
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

jasa dalam lalu lintas pembayaran dan besarnya suku bunga dalam Negeri dan
peredaran uang. Ekpektasi perubahan nilai tukar dan
Bank konvensional menurut premi atas resiko.
(Usanti dan Somad, 2016: 3) merupakan Bank Syariah
bank yang kegiatan usahanya berjalan Indonesia sebagai negara
secara konvensional dan berdasarkan mayoritas muslim terpengaruh terhadap
jenisnya terdiri atas bank umum perkembangan bank-bank syariah di
konvensional dan bangk perkreditan negara-negara Islam. Dimulai pada
rakyat. Bank umum konvensional periode 1980-an, diskusi mengenai bank
merupakan bank yang memberikan jasa syariah sebagai pilar ekonomi Islam
dalam lalu lintas pembayaran. mulai dilakukan. Tokoh yang terlibat
Sedangkan bank perkreditan rakyat dalam diskusi tersebut adalah Karneen
adalah bank konvensional yang dalam A. Perwataatmadja, M. Dawam
kegiatannya tidak memberikan jasa Rahardjo, A.M., Saefuddin, M. Amien
dalam lalu lintas pembayaran. Azis, dan lain-lain. lembaga keuangan
Wafa (2017: 259) mendefinisikan Islam yang menjadi uji coba saat itu
Bank konvensional adalah jenis adalah Bairut Tamwil-Salman,
lembaga keuangan yang memberikan Bandung, yang sempat tumbuh
jasa, seperti menghimpun dana dari mengesankan. Di Jakarta juga dibentuk
masyarakat, menghimpundana dari lembaga serupa dalam bentuk koperasi,
masyarakat, menyalurkan dana kepada yakni Koperasi Ridho Gusti (Antonio,
masyarakat dalam bentuk kredit, dan 2001: 25).
memperlancar transaksi perdagangan Akan tetapi, bank syariah di
dengan menggunakan sistem Indonesia pertama kali muncul pada
perhitungan bunga (interest forgone). tahun 1992 yaitu bank muamalat
Sistem operasional dalam bank Indonesia (BMI). Kemunculan BMI di
konvensional adalah menggunakan Indonesia terhitung terlambat bila
sistem perhitungan bunga kredit atau dibandingkan dengan negara-negara
pinjaman (invest note), bunga adalah muslim lainnya, namun
imbalan balas jasa yang diterima perkembangannya terus berkembang
nasabah dari bank sebagai penyimpan hingga saat ini. Bila pada periode 1992-
dan penyalur dana karena membeli atau 1998 hanya ada satu unit bank syariah,
menjual produknya, artinya bunga bank maka pada tahun 2005, jumlah bank
adalah harga yang harus dibayar oleh syariah di IIndonesia telah bertambah
nasabah kepada bank karena nasabah menjadi 20 unit, yaitu 3 Bank Umum
sebagai pihak pemiinjam atau debitan. Syariah dan 17 Unit Usaha Syariah.
Perlu diketahui bahwa tinggi rendahnya sementara itu, jumlah Bank Perkreditan
suku bunga dapat dipengaruhi oleh Syariah (BPRS) hingga akhir tahun
beberapa faktor, yaitu; Likuiditas 2004 bertambah menjadi 88 buah
masyarakat, Ekspestasi, Inflasi, (Karim, 2013: 25).

56 │ Eksistensi Qanun Nomor 11 Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah…


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

Bank syariah adalah perbankkan mengharamkan riba dalam al-Quran,


yang berlandaskan al-Quran dan Hadis. Allah SWT berfirman (Kemenag: 66):
َ َ
Bank yang dibawa oleh Islam adalah ٗ َ َ ََٰ ُّ ٗ ََٰ ُُ َ َ ُ َ َّ َ
bentuk perbankan yang memiliki ‫ََٰٓيأيُّها ٱل ِذين َءا َمنوا لا تأۡكلوا ٱ ِلر َب َٰٓوا أضۡعفا مضعفة‬
prinsip keadilan. Bank syariah juga َ ُ ُ ُ َّ َ َ َ َّ ُ َّ َ
‫ّلل لعلكمۡ تف ِۡلحون‬ ‫وٱتقوا ٱ‬
berbeda dengan bank konvensional,
bank syariah memberikan layanan Terjemahnya:
bebas bunga kepaada para nasabahnya. “Wahai orang-orang yang beriman!
Perbankan syariah adalah segala sesuatu Janganlan kamu memakan riba
yang menyangkut tentang bank dan unit dengan berlipat ganda dan
usaha syariah, mencakup kelembagaan, bertakwalah kepada Allah agar kamu
beruntung.” (QS. Ali Imran: 130).
kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Rasulillah SAW juga bersabda:
ُ َ ُ َ َ ُ َّ ُ َ ُ َ َ َّ َ
Bank syariah memiliki dua fungsi yaitu ‫حدثنا محَّمد ب ُن الصَّبا ِح َوزهي ُر ب ُن حر ٍب َوعثمان‬
َ َ َ
ُّ ‫ب ُن أبي َشي َب َة َق ُالوا َحَّدثَ َنا ُه َشي ٌم أخ َب َر َنا أ ُبو‬
pertama, menghimpun dana dari َ
masyarakat dalam bentuk titipan dan ‫الز َبي ِر عن‬ ِ
investasi dari pihak pemilik dana. َ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ
‫آكل‬
ِ ‫اّلل صلى اّلل علي ِه وسلم‬ ِ ‫ج ِاب ٍر قال لعن رسول‬
Kedua, sebagai penyaluran dana kepada َ َ
ٌ ‫الر َبا َو ُمؤ ِكل ُه َو َكات َب ُه َو َشاه َدي ِه َو َقال ُهم َس َو‬
‫اء‬
pihak yang membutuhkan dana dalam ِ ِ ِ
bentuk jual beli maupun kerja sama
Terjemahnya:
usaha (Ismail, 2013: 32).
Lebih lanjut A. Wangsawidjaja “dari jabir ra. berkata, ‘bahwa
mendefinisikan bank syariah adalah Rasulullah SAW melaknat orang
yang memakan riba, orang yang
bank yang melakukan kegiatan usaha
memeberikannya, penulisnya dan
perbangkan dengan prinsip dasar adalah dua saksinya, dan beliau berkata,
syariah. seperti telah dinyatakan dalam mereka semua adalah sama.’” (HR.
UU Perbankan Syariah bahwa kegiatan Muslim)
usaha yang tidak bertentangan dengan Beberapa prinsip operasional
prinsip syariah meliputi kegiatan usaha yang dianut oleh sistem perbankan
yang tidak mengandung unsur riba, syariah menurut (Ichsan, 2014: 45),
maisir, gharar, haram, dan zalim antara lain:
(Wangsawidjaja, 2012: 16). Tujuan 1. Pembayaran terhadap pinjaman
penyaluran dana oleh perbankan syariah
dengan nilai uang berbeda dari nilai
adalah menunjang pelaksanaan
pembangunan, meningkatkan keadilan, pinjaman dengan nilai ditentukan
kebersamaan, dan pemerataan sebelumnya tidak dipebolehkan
kesejahteraan rakyat.
2. Pemberi dana harus turut berbagi
Elemen penting dalam
perbankkan syariah adalah larangan riba keuntungan dan kerugian sebagai
atau membungakan uang. Allah telah

Zulfahmi│ 57
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

akibat hasil usaha institusi uang makhluk yang ada di dunia dan seisinya,
meminjam dana sehingga dengan keyakinan yang kuat
inilah seorang mukmin (orang yang
3. Islam tidak memperbolehkan
beriman) terus berbuat baik untuk
“menhasilkan uang dari uang”.
mendapatkan keridhaan Allah dan
Uang hanya merupakan media menjauhi segala perbuatan yang buruk.
pertukaran dan bukan komoditas Syariah adalah ajaran Islam yang
karena tidak memiliki nilai dibawa oleh Rasulullah yang mengatur
instrinsik kehidupan manusia baik dalam bidang
4. Unsur gharar (ketidakpastian, ibadah (habluminaAllah) maupun
dalam hal muamalah
spekulasi) tidak diperkenankan.
(hablumminannas). Sedangkan Akhlak
Kedua belak pihak harus merupakan perilaku yang keluar dari
mengetahui dengan baik hasil yang diri seseorang yang mencerminkan
akan mereka peroleh dari sebutah kepribadian berdasarkan Aqidah dan
transaksi Syariah sehingga terbentuklah ketaatan
kepada Allah SWT.
5. Investasi hanya boleh diberikan
pada usaha-usaha yang tidak Berdasarkan prinsip tersebut
diatas lah yang menyebabkan perlunya
diharamkan dalam Islam. usaha
sebuah aturan yang dapat memperkuat
minuman keras misalnya tidak Islam terutama dalam hal muamalah
boleh didanai oleh perbangkan yaitu lembaga keuangan syariah.
syariah. Kemudian lahirlah konsep-konsep yang
merupakan turunan dari konsep Aqidah,
Eksistensi Keberadaan Qanun No 11 Syariah, dan Akhlah tadi berupa
Tahun 2018 Tentang Lembaga
Keuangan Syariah pelaksanaan dengan mengutamakan
keadilan, kemitraan, transparansi, dan
Keberadaan Qanun Nomor 11
Universal.
tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan
Syariah berlandaskan al-Quran dan Qanun Nomor 11 tahun 2018
Sunnah. Aqidah, Syariah, dan Akhlak tentang Lembaga Keuangan Syariah
menjadi konsep dasar dalam juga lahir untuk menghapus praktik
pelaksanaan lembaga keuangan syariah. yang dilarang dalam Islam berupa Riba,
Aqidah merupakan keyakinan bahwa Gharar, dan Maisir yang sering terjadi
Allah SWT. ada dan senantia selalu dalam masyarakat. Abu Zahrah dalam
mengawasi setiap aktivitas yang kitab Buhusu fi al-Riba mendefinisikan
dilakukan oleh manusia dan seluruh riba adalah tiap tambahan sebagai

58 │ Eksistensi Qanun Nomor 11 Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah…


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

imbalan dari masa tertentu, baik merupakan lembaga yang


pinjaman itu untuk konsumsi atau melaksanakan kegiatan di sektor
eksploitasi, artinya baik digunakan perbankan, sektor keuangan syariah non
untuk pribadi maupun untuk perbankan dan sektor keuangan lainnya
dikembangkan, karena nash itu bersifat sesuai prinsip syariah. Selanjutnya
umum. Dalam perbankan Riba sering dalam Pasal 5 menyebutkan tujuan LKS
juga diterjemahkan dalam bahasa adalah sebagai berikut:
inggris “usury” dengan arti tambahan a. Mewujudkan perekonomisan Aceh;
uang atas modal yang diperoleh dengan
b. Menjadi penggerak dan pendorong
cara yang dilarang syaria’, baik dengan
jumlah tambahan yang sedikit maupun pertumbuhan perkonomian Aceh;
yang banyak (Chairi, 2014: 101-102). c. Menghimpul dan memberikan

Gharar menurut (Wahhab, 2019: dukungan pendanaan serta


14) adalah sebagai bentuk transaksi atau menjalankan fungsi lembaga
perbuatan yang mengandung unsure keuangan berdasarkan prinsip
ketidakjelasan dan ketidakpastian uang
syariah;
menimbulkan potensi adanya pihak
d. Menjalankan fungsi sosial lainnya
yang merasa dirugikan. Sedangkan
Maisir Menurut Yusuf Qardhawi dalam termasuk memanfaatkan harta
bukunya al-halal wal-Haram fil-Islam agama untuk kemaslahatan umat
yang dikutip oleh (Hosen, 1987: 24) berdasarkan pinsip syariah;
adalah setiap permainan yang di
e. Mendorong peningkatan
campuri dengan judi (taruhan) adalah
pendapatan asli Aceh;
haram, yaitu permainan yang tidak
sunyi atau lepas dari untung atau rugi f. Meningkatkan akses pendanaan dan
(untung-untungan). usaha bagi masyarakat;
Lembaga keuangan syariah g. Membantu peningkatan
merupakan salah satu instrument pemberdayaan ekonomi dan
penting dalam pelaksanaan ekonomi produktivitas masyarakat; dan
syairah, sehingga dengan adanya
h. Membantu peningkatan pendapatan
lembaga keuangan yang berbasis
dan kesejahteraan masyarakat.
syariah mampu mewujudkan ekonomi
masyarakat Aceh yang adil dan Secara tegas Qanun Nomor 11
sejahtera. Dalam pasal 1 Qanun Nomor tahun 2018 pada pasal 6 menyebutkan
11 tahun 2018 mendefinisikan Lembaga hanya berlaku untuk:
Keuangan Syariah yang di sebut LKS

Zulfahmi│ 59
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

a. Setiap orang beragama Islam yang Ayat 3 mengenai lembaga


bertempat tinggal di Aceh atau keuangan non-bank terdiri dari asuransi
syariah, pasar modal syariah, dana
badan hukum yang melakukan
pensiun syariah, modal ventura syariah,
transaksi keuangan di Aceh;
pegadaian syariah, koperasi
b. Setiap orang yang beragama bikan pembiayaan syariah, lembaga
Islam melakukan transaksi di Aceh pembiayaan syariah, anjak piutang
dapat menudukan diri pada Qanun syariah, lembaga keuangan mikro
syariah, teknologi financial syariah, dan
ini;
lembaga keuangan non-bank syariah
c. Setiap orang beragama bukan Islam,
lainnya.
badan usaha dan atau badan hukum
Produk lembaga keuangan syariah
yang melakukan transaksi keuangan menjadi faktor pembeda dengan
dengan pemerintah Aceh dan lembaga keuangan konvensional.
pemerintah kabupaten atau kota; Produk yang ditawarkan oleh lembaga
d. LKS yang menjalankan usaha di keuangan syariah adalah produk yang
bebas dari bunga (free interest) dan
Aceh; dan
hanya menyalurkan pembiayaan seperti
e. LKS di luar Aceh yang berkantor bagi hasil, jual beli, sewa menyewa, jasa,
pusat di Aceh. dan pinjam kebaikan (qardh hasan).
Artinya menjalankan tujuan Keberadaan Qanun Nomor 11
syariah menjadi perioritas utama dalam tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan
penegakan Qanun tersebut. sehingga Syariah sangat berpengaruh terhadap
dalam upaya mewujudkan agama yang kebutuhan masyarakat terutama
kaffah pemerintah Aceh mewajibkan terhadap UMKM dalam mengambil
kepada seluruh lembaga keuangan yang pembiayaan pada lembaga keuangan.
ada di Aceh yang belum beroperasi Dimana sebelum Qanun tersebut
secara syariah agar segera beralil lembaga keuangan syariah mengacu
menjadi lembaga keuangan syariah. pada Peraturan Bank Indonesia Nomor
dalam pasal 7 ayat 1 lembaga keuangan 17/12/Bank Indonesia Tahun 2015
syariah terdiri atas 3 macam, yaitu bank Tentang pemberian kredit UMKM yang
syariah, lembaga keuangan non-bank mengamanatkan 20 persen harus
syariah, dan lembaga keuangan lainnya. disalurkan dari pembiayaan terhadap
Selanjutkan dalam ayat 2 menjelaskan UMKM (Usaha Mikro Kecil
bank syariah terbagi menjadi tiga, yaitu Menengah). Sementara dengan adanya
bank umum syairah, unit usaha syariah, Qanun tersebut maka makin besar rasio
dan bank pembiayaan rakyat syariah.

60 │ Eksistensi Qanun Nomor 11 Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah…


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

pembiayaan yang harus tersalurkan Qanun tentang lembaga keuangan


terhadap UMKM. Seperti dalam pasal syariah juga memperkuat dalam
14 ayat 4, sebagai berikut: perlindungan terhadap nasabah.
Diantaranya dalam pasal 55 bahwa
a. Minimal 30 persen paling lambat lembaga keuangan syariah harus
tahun 2020; menyediakan informasi yang terbuka
b. Minimal 40 persen paling lambat seperti hak dan persyaratannya, produk
dan persyaratannya, mekanisme
tahun 2022.
pembiayaan dan manajemen resiko, dan
Adanya target tersebut membuat termasuk informasi penguasaan
lembaga keuangan syariah lebih dapat jaminan atau agunan dan eksekusinya.
membantu perekonomian masyarakat
secara khususnya dan perekonomia KESIMPULAN
daerah selara umum. Pembiayaan yang
disalurkan mengutamakan akad Kebijakan UU No. 18 Tahun
berbasis bagi hasil dan memperhatikan 2001 tentang Provinsi Nanggoe Aceh
kemampuan dan kebutuhan nasabah. Darussalam (NAD) yang mengatur
Kemampuan nasabah terdapat dalam lebih jauh otonomi khusus bagi NAD
pasal 14 ayat 6, sebagai berikut: melahirkan Qanun Nomor 11 Tahun
a. Pengajuan pembiayaan dari calon 2018 tentang Lembaga Keuangan
Syariah. Qanun No. 11 Tahun 2018
nasabah yang didasarkan kepada
tentang Lembaga Keuangan Syariah
kebutuhan; merupaka suatu aturan daerah Aceh
b. Prospek bisnis atau usaha dari calon yang disahkan pada tahun 2018 terkait
nasabah yang memenuhi kriteria seluruh lembaga keuangan
kelayakan pembiayaan perbankan; konvensional yang ada di Aceh harus
beralih status menjadi lembaga
dan
keuangan yang berbasis syariah. Qanun
c. Besarnya total kewajiban angsuran ini lahir dalam rangka mewujudkan
nasabah paling banyak 1/3 (satu ekonomi masyarakat Aceh yang adil
pertiga) dari pendapatan resmi. dan sejahtera dalam naungan Syariah
Akad yang berbasis bagi hasil Islam maka memerlukan jasa lembaga
dijelaskan dalam ayat 7, sebagai berikut: keuangan syariah.
Terdapat beberapa point penting
a. Tahun 2020 paling sedikit 10 persen;
dalam pembentukan Qanun No. 11
b. Tahun 2022 paling sedikit 20 persen; Tahun 2018 tentang Lembaga
dan Keuangan Syariah. pertama,
c. Tahun 2024 paling sedikit 40 persen. pembentukan Qanun berdasarkan tujuan
menjalankan perintah Allah dalam

Zulfahmi│ 61
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

menjalankan perekonomi yang sesuai bidang UMKM (Usaha Mikro Kecil


dengan aturan yang terdapat dalam al- Menengah) dimana dalam pasal 14 ayat
Quran dan Hadis. al-Quran dan Hadis 4, pemberdayaan harus mencapai
sangat melarang perbuatan yang dapat Minimal 30 persen paling lambat tahun
menzalimi setiap orang diantaranya 2020, dan Minimal 40 persen pada
seperti praktik riba, gharar, dan maisir tahun 2022. Ketiga, adanya Qanun No.
dalam dunia perekonomian sekarang. 11 Tahun 2018 dapat meningkatkan
Oleh karena itu dengan adanya Qanun perlindungan hukum bagi nasabah,
tersebut diharapkan dapat menghapus dimana selain Undang-Undang No 21
praktik tersebut hingga lahir sistem Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
perekonomian yang adil dan sejahtera. Qanun menjadi penguat dalam
Kedua, memberikan dampak perlindungan bagi kedua belah pihak,
positif terdapat peningkatan terutama nasabah.
perekonomian daerah khususnya dalam

DAFTAR PUSTAKA
A. Wangsawidjaja Z. (2012). Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Andri, S. (2009). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana.
Antonio, M. S. I. (2001). Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. Depok: Gema
Insani.
Chairi, W. (2014). Riba dalam Perspektif Islam dan Sejarah, Jurnal Iqtishadia. 1.
(1), 101-102.
Hosen, I. (1987). Apakah judi itu?. Lembaga Kajian Ilmiah Institute Ilmu Al-
Qurʼan.
Ichsan, D. N. (2014). Perbankan Umun dan Syari’ah. Banten: Universitas Terbuka.
Ismail. (2013). Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana.
Kamarusdiana, K. (2016). Qânûn Jinâyat Aceh dalam Perspektif Negara Hukum
Indonesia. AHKAM: Jurnal Ilmu Syariah, 16(2), 151-162.
Karim, A. A. (2013). Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Kemenag. (2019). Quran Asy-Syifa. Bandung: Sygma Examedia Arkanleema.
Manan, H. T. A. (2018). Mahkamah syar'iyah Aceh dalam politik hukum nasional.
Kencana. Jakarta: Kencana.
Pospos, A. F. (2015). Fenomena Ekonomi Islam di Tanah Rencong. Jurnal
Perspektif Ekonomi Darussalam, 1(2), 124-136.
Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah

62 │ Eksistensi Qanun Nomor 11 Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah…


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

Ridwan, R. (2014). Positivisasi Hukum Pidana Islam (Analisis atas Qanun No:
14/2003 tentang Khalwat/Mesum Provinsi Nangroe Aceh Darussalam). Al-
Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam, 8(2), 281-294.
Susamto, B. (2010). Aspek hukum lembaga keuangan syariah. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Syauqoti, R., & Ghozali, M. (2018). Analisis sistem lembaga keuangan syariah Dan
lembaga keuangan konvensional. IQTISHODUNA, 14, (1), 15-30.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh.
Usanti, T. P., & Shomad, A. (2017). Hukum Perbankan. Jakarta: Kencana.
Wafa, M. A. (2017). Hukum Perbankan dalam Sistem Operasional Bank
Konvensional dan Bank Syariah. Kordinat: Jurnal Komunikasi antar
Perguruan Tinggi Agama Islam, 16(2), 257-270.

Zulfahmi│ 63
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
Volume 05 | Nomor 01 | Juni 2021
p-ISSN: 2549-4872 │ e-ISSN: 2654-4970

Penerapan Asas Personalitas Keislaman dalam Proses


Penyelesaian Sengketa Perbankan Syari’ah Pasca Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012
Dliya Ul Muharram1, Rof’ah Setyowati1
1
Universitas Diponegoro │ dliyaulmuharram@gmail.com

Abstrak
Asas Personalitas Keislaman merupakan penundukan diri individu terhadap
aturan-aturan hukum Islam, termasuk dalam lingkup ekonomi syari’ah. Faktanya
masih ditemukan adanya sengketa perbankan syari’ah yang didaftarkan di
Pengadilan Negeri, dimana bukan ranah kekuasaannya. Hal tersebut diperjelas
dengan adanya Putusan MK Nomor 93/PUU-X/2012 yang membatalkan
kewenangan tersebut, yang kemudian kewenangan tersebut secara pasti menjadi
kewenangan Pengadilan Agama. Penelitian ini bertujuan mengkaji dan
menganalisa penerapan asas personalitas keislaman dalam penyelesaian sengketa
perbankan syari’ah menurut hukum Islam dan sistem hukum Indonesia pasca
Putusan MK Nomor 93/PUU-X/2012. Penelitian ini merupakan penelitian hukum
normatif dengan menggunakan pendekatan historis dan perundang-undangan
terkait asas personalitas keislaman dalam sengketa perbankan syari’ah.
Berdasarkan hasil penelitian Bank Syari’ah merupakan badan hukum yang
tunduk dan ditundukan oleh peraturan perundang-undangan Indonesia, tarmasuk
dalam proses penyelesaiannya. Penerapan asas personalitas keislaman dilihat dari
peran Pengadilan Agama dalam menangani perkara yang berhubungan dengan
agama Islam, termasuk sengketa perbankan Syari’ah. Adanya Pasca Putusan MK
Nomor 93/PUU-X/2012 menyatakan kewenangan absolut penyelesaian sengketa
diamanatkan kepada lingkup peradilan agama, namun masih ditemukan perkara
perbankan syari’ah terdaftar di Pengadilan Negeri. Secara filosofis, Islam dalam
mengatasi perselisihan berupaya untuk mengembalikan hubungan para pihak
yang bersengketa dalam keadaan semula.
Kata Kunci: Asas Personalitas Keislaman; Perbankan Syari’ah; Sengketa
Ekonomi
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

Implementation Of The Procedure Of Islamic Personality In The Process Of


Settlement Of Sharia Banking Disputes After Verdict Of The Constitutional
Court Number 93 / PUU-X / 2012

Abstract
The principle of the Islamic personality is the submission of the individual to the
rules of Islamic law, including within the scope of shari'ah economics. The fact
is that there are still syari'ah banking disputes that have registered in the District
Court, which is not the domain of their authority. This is made clear by the
existence of the Constitutional Court Decision Number 93 / PUU-X / 2012 which
regulates this authority, which authority is clearly regulated under the authority
of the Religious Courts. This study aims to examine and analyze the application
as an Islamic personality in the settlement of Islamic banking disputes according
to Islamic law and the Indonesian legal system after the Constitutional Court
Decision Number 93 / PUU-X / 2012. This research is a normative legal research
using a historical and invited approach. related as an Islamic personality in
shari'ah banking disputes. Based on the results of research, Bank Syari'ah is a
legal entity that is subject to and subject to Indonesian regulations, including in
its completion. The application of the principle of Islamic personality can be seen
from the role of the Religious Courts in conflict cases related to Islam, including
Shari'ah banking disputes. After the Constitutional Court Decision Number 93 /
PUU-X / 2012 states that the absolute authority for dispute resolution is
mandated to the scope of the religious court, however, there are still cases of
shari'ah banking that are registered in the District Court. Philosophically, Islam
in resolving disputes always seeks to restore relations between the disputing
parties in their original state.
Keywords: Principles of Islamic Personality; Shari'ah Banking; Economic
Disputes

PENDAHULUAN menjadi salah satu basis perekonomian


negara, serta perbankan ini sudah
Perkembangan sistem ekonomi
berdiri diberbagai negara, seperti di
syari’ah, dirasakan kini semakin
Malaysia, Brunei Darussalam,
kompetitif dan inovatif. Dimana pada
Indonesia, Thailand dan Singapura
dasarnya ekonomi berbasis konsep
(Musyafah, 2019: 422-426).
Islam telah berkembang di seluruh
Pesatnya perkembangan
dunia. Perkembangan terjadi tidak
perbankan syari’ah di era sekarang
hanya di negara yang mayoritas
tersebut, membuat negara-negara
rakyatnya menganut agama Islam,
mayoritas Islam bersaing
namun juga berkembang di negara-
mempraktikkan konsep ekonomi
negara dengan minotitas umat muslim,
syari’ah tersebut, serta semakin
serta negara berfaham liberal
beragamnya instrumen keuangan
(Musyafah, 2019: 420). Perkembangan
syari’ah di Lembaga Keuangan Syari’ah
ekonomi Islam dapat dilihat pada
(LKS), antara lain: bank syari’ah,
tumbuhnya perbankan syari’ah yang
asuransi syari’ah, dan pasar modal

Dliya Ul Muharram, Rof’ah Setyowati│ 65


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

syari’ah. Praktik ekonomi syari’ah terus kesadaran umat Islam di Indonesia


berkembang di berbagai negara, terhadap pentingnya ber-muamalah
membuat perubahan sedikit demi sesuai dengan ketentuan syari’at Islam.
sedikit terhadap instrumen hukumnya. Prinsip ekonomi syari’ah terkait
Yang awalnya belum terdapat bank syari’ah secara umum
instrument hukum yang mengatur dikemukakan oleh Ahmad Supriadi,
tentang ekonomi syari’ah, kemudian bahwa: “Islamic economics emphasizes
perlahan mulai bermunculan berbagai justice, welfare and honesty. System of
produk hukum ekonomi syari’ah. Islamic economic has merits that should
Indonesia sebagai basis negara be the way for Muslims to give well-
dengan jumlah umat Muslim terbanyak being and becoming a necessity. The
di dunia. Hal tersebut menunjang economic sharia is Islamic economics in
perkembangan industri keuangan use as a way for Muslims to complete
syari’ah terus-menerus mengalami their economic needs. It is Refers to the
peningkatan baik di industri keuangan meaning of the word sharia which
bank syari’ah maupun unit usaha non- means wide way. As a fair economy and
bank syari’ah. Hal tersebut dibuktikan provide for the public welfare, it is
dengan penyataan pers Komisi Nasional feasible to make our way through the
Keuangan Syariah (KNKS) terkait economy as Islam set principles.”
perkembangan ekonomi syariah di Prinsip syari’ah tersebut menurut
Indonesia mengalami peningkatan yang Hanudin Amin dapat menciptakan suatu
cukup signifikan. Terbukti, pada akhir tatanan baru, dimana “Islamic banking
tahun 2019 kemarin, Indonesia berhasil provides products and services that
meraih peringkat pertama dunia dalam conforms to sharia (Islamic law) which
pengembangan ekosistem keuangan strictly forbid not only riba (usury) or
syariah dari Global Islamic Finance the excess interest charge such as
Report (GIFR) 2019. additional charge on loan, but also
Berdasarkan dokumen OJK yaitu forbid the involvement of other
Snapshot Perbankan Syari’ah Indonesia unethical activities like speculation and
Maret 2020, bahwa pada industri gambling. Islamic banks are not
perbankan syari’ah terdapat 14 Bank burdened with paying interest for
Umum Syari’ah, 20 bank umum yang customer deposits. Islamic banks only
memiliki Unit Usaha Syari’ah dan 163 pay a share of profits in accordance
Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah with the profit-sharing ratios of Islamic
(BPRS). Dimana perMaret 2020, total banking” (Lajuni, 2017: 329). Jadi
aset keuangan syari’ah Indonesia (tidak seluruh kegiatan perbankan syari’ah
termasuk Saham Syari’ah) mencapai secara ketat dilarang menggunakan riba
Rp1.497,44 triliun atau USD 91,49 atau biaya bunga berlebih tetapi juga
miliar. Pencapaian tersebut melarang keterlibatan kegiatan tidak
menunjukkan semakin tinggi tingkat etis dalam islam. Sehingga bank

66 │ Penerapan Asas Personalitas Keislaman dalam Proses Penyelesaian Sengketa …


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

syari’ah tidak terbebani dengan Jika penulis mengetahui fakta


pembayaran bunga terhadap simpanan hukum tersebut, maka sangat
nasabah, dimana pihak bank hanya memprihatikan bagaimana masyarakat
membayar bagian keuntungan sesuai yang berposisi sebagai nasabah. Dimana
dengan konsep bagi hasil yang telah Sebagian besar nasabah tidak
disepakati. mengetahui secara penuh terkait
Melihat prinsip dan konsep dalam penyelesaian sengketa dalam perbankan
perbankan syari’ah yang berbeda syari’ah sesuai syariat islam? Karena
dengan perbankan konvensional kecenderungan masyarakat sendiri
tersebut. Pada praktik kegiatan ekonomi hanya mengikuti proses yang diajukan
yang dilakukan oleh lembaga syari’ah, oleh pihak bank. Hal ini bisa dilihat
tidak menutup kemungkinan terjadinya dengan masih ada perkara ekonomi
suatu sengketa, contohnya seperti pada syari’ah yang diajukan kepada
proses pembiayaan yang bermasalah pengadilan negeri (Zulhefni, 2017: 179).
atau risiko yang timbul dalam setiap Hal ini dapat ditunjukan dengan masih
pemberian pendanaan oleh bank kepada adanya perkara ekonomi syari’ah yang
nasabah. Risiko tersebut muncul apabila terdaftar di Pengadilan Negeri
pembiayaan tidak dapat kembali tepat Semarang (http://sipp.pn-
waktu, sehingga diperlukan adanya semarangkota.go.id).
suatu penyelesaiannya. Adanya permasalahan hukum
Penyelesaian sengketa perbankan terkait kekhususan jalur hukum yang
syari’ah ini seringkali berakhir di tahap tepat ditempuh dalam lingkungan
peradilan. Akan tetapi masih banyak peradilan sesuai kewenangannya. Hal
nasabah perbankan syari’ah atau tersebut memunculkan bagaimana
masyarakat tidak mengetahui tentang sebenarnya penyelesaian sengketa
kewenangan hakim pengadilan agama ekonomi syari’ah terkait perbankan
dalam menyelesaikan perkara ekonomi syari’ah di Indonesia sendiri sampai
syari’ah. Sehingga berdampak pada sekarang. Berdasarkan uraian yang telah
banyaknya perkara yang melibatkan dipaparkan di atas, penulis merasa perlu
bank syari’ah diajukan di Pengadilan untuk melakukan penelitian yang
Negeri. Dimana adanya asas berjudul tersebut, dengan tujuan untuk
personalitas keislaman yang melekat mengetahui asas personalitas keislaman
pada lingkungan Peradilan Agama. dalam menyelesaikan sengketa
Diberlakukan bagi mereka yang perbankan syari’ah dalam hukum
mengaku beragama Islam dan tunduk Indoensia pasca Putusan MK No.
atau ditundukkan oleh kekuasaan 93/PUU-X/2012.
lingkungan Peradilan Agama,
sebaliknya bagi non-Islam tidak tunduk METODE PENELITIAN
dan tidak dipaksakan tunduk (Harahap,
Penelitian ini menggunakan
1997: 37-38).
pendekatan yuridis normative yang

Dliya Ul Muharram, Rof’ah Setyowati│ 67


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

merupakan penelitian kepustakaan atau diberikan atas tiga permasalahan dasar


studi dokumen karena penelitian ini ekonomi, yaitu konsumsi, produksi, dan
dilakukan atau ditujukan hanya pada distrbusi. Ketiga aspek tersebut
peraturan-peraturan yang tertulis atau merupakan suatu kesatuan untuk
bahan-bahan hukum yang lain mewujudkan kemaslahatan dalam
(Soekanto & Mamudji, 2007: 14). kehidupan. Kegiatan konsumsi,
Pendekatan masalah produksi, dan distribusi harus menuju
menggunakan historical approach pada satu tujuan yang sama yaitu
(Marzuki, 2011: 134) dilakukan dengan mencapai maslahah yang maksimum
menelaah latar belakang apa yang bagi umat manusia. Jika ketiga hal
dipelajari dan perkembangan tersebut benar-benar diperhatikan dan
pengaturan mengenai isu yang dihadapi, selalu berusaha mewujudkan maslahah
dalam hal pnelitian ini dikaitan yang dalam berbagai aspek, maka kehidupan
berhubungan dengan asas personalitas manusia akan mencapai “falah”
keislaman dan regulasi penyelesaian (Rahmawaty, 2009: 16-17).
sengketa ekonomi syari’ah. Penelitian Perbankan syari’ah menurut
ini dilakukan dengan menggunakan alat konteks hukum positif Indonesia,
pengumpulan data yaitu: studi dijelaskan dalam Pasal 1 angka 7
kepustakaan (Muhammad, 2004: 81), Undang-Undang No. 21 Tahun 2008
atau documentary study dengan bahwa Bank Syari’ah adalah bank yang
mengumpulkan data sekunder berupa menjalankan kegiatan usahanya
jurnal-jurnal, buku-buku, hasil-hasil berdasarkan prinsip syari’ah dan
penelitian dan dokumen-dokumen jenisnya terdiri atas Bank Umum
peraturan perundang-undangan yang Syari’ah dan Bank Pembiayaan Rakyat
berkaitan dengan perbankan syari’ah Syari’ah. Dimana prinsip syari’ah
maupun penyelesaian sengketa adalah prinsip hukum Islam dalam
ekonomi syari’ah di perbankan syari’ah. kegiatan perbankan berdasarkan fatwa
yang dikeluarkan oleh Lembaga yang
PEMBAHASAN memiliki kewenangan dalam penetapan
fatwa di bidang Syari’ah (Pasal 1 angka
Perbankan Syari’ah Dalam Hukum 12 Undang-Undang Nomor 21 Tahun
Ekonomi Islam 2008).
Ruang lingkup ekonomi Islam Ekonomi syari’ah menurut Eko
meliputi pembahasan atas berbagai Suprayitno (2005: 2) memiliki beberapa
perilaku manusia secara sadar dan prinsip ekonomi islam, yaitu:
berusaha mencapai “falah”. “Falah” a. Sumber daya dipandang sebagai
sering diartikan sebagai suatu amanah yang diberikan Allah
kebahagiaan atau kesejahteraan, baik di kepada manusia, sehingga
dunia maupun di akhirat. Dalam hal ini, pemanfaatannya berguna bagi
perilaku ekonomi meliputi solusi yang

68 │ Penerapan Asas Personalitas Keislaman dalam Proses Penyelesaian Sengketa …


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

orang lain dan harus dapat hukum yang mengaturnya. Secara


dipertanggungjawabkan di akhirat. historis, dasar hukum pertama
b. Kepemilikan pribadi diakui dengan mengoperasionalkan bank syari’ah
batasan-batasan yang telah adalah Al Qur’an dan Hadist.
ditentukan yang berkaitan dengan Ditunjukan beberapa ayat di dalam Al
kepentingan masyarakat dan tidak Qur’an sebagai dasar bank Syari’ah, di
mengakui pendapatan yang antaranya terdapat dalam Al-Quran
diperoleh secara tidak sah atau surat Al-Baqarah ayat 275 yang
haram. berbunyi sebagai berikut:
َّ ُ َّ
َّ ُ ‫ٱلذينَََيأ ُۡك ُلونَََٱلرب ٰوَاََلاََي ُق‬
c. Bekerja merupakan penggerak
utama kegiatan ekonomi syari’ah َ‫ومََٱل ِذي‬ َُ ‫ونََ ِإلاََكماََيق‬
َ ‫وم‬ ِ ِ
َّ ُ ُ َّ ٰ ٰ َّ ُ ُ
sesuai aturan yang telah ditetapkan َ‫كَِبأنه ۡمَقالوَٓاَ ِإنماَٱلۡبي َُۡع‬َ ‫سَذ ِل‬َ ِ ‫نَ ِمنََٱلۡم‬َ ُ ‫يتخَّبط َهَٱلشيۡط‬
َّ َّ ُ
dalam Islam.
d. Kepemilikan kekayaan tidak boleh ََ‫ّلل َٱلۡبيۡعَ َوحَّرمَ َٱ ِلرب ٰواَ َفمنَجآء ُهۥ‬ َُ ‫ل َٱ‬ َ ‫ۡل َٱ ِلرب ٰواَ َوأح‬
َ ‫ِمث‬
ُ
َ‫ة َ ِمن ََّر ِبهِ َۦ َفَٱنته ٰىَ َفلهۥ َمَا َسلفَ َوأمۡ ُر ُه َٓۥ َ ِإلى‬ٞ ‫مو ِۡعظ‬
hanya dikuasai oleh segelintir
orang. Serta setiap orang harus
ُ ٰ ُ َّ ُ ٰ َٰٓ ُ َّ
berperan sebagai kapital produktif َ َََ‫ارهَهمَۡ ِفيهاَخ ِلدون‬ َِ ‫بَٱلن‬َ ‫كَأصۡح‬ َ ‫هَومنَۡعادََفأول ِئ‬ َِ ‫ٱ‬
‫ّلل‬
yang akan meningkatkan besaran
Terjemahnya:
produk nasional dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. “Orang-orang yang makan
e. Islam menjamin kepemilikan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang
masyarakat dan penggunaannya
yang kemasukan syaitan lantaran
disalurkan untuk kepentingan orang (tekanan) penyakit gila. Keadaan
banyak. mereka yang demikian itu, adalah
f. Islam menjamin kebebasan disebabkan mereka berkata
individu, namun tidak boleh (berpendapat), sesungguhnya jual
melanggar aturan yang telah beli itu sama dengan riba, padahal
ditetapkan oleh Allah SWT dengan Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. Orang-
menjauhkan diri dari hal-hal yang
orang yang telah sampai kepadanya
berhubungan dengan keburukan. larangan dari Tuhannya, lalu terus
g. Zakat wajib dibayarkan atas berhenti (dari mengambil riba),
kekayaan yang telah memenuhi maka baginya apa yang telah
batas (nisab). diambilnya dahulu (sebelum datang
h. Islam melarang berbagai macam larangan); dan urusannya (terserah)
bentuk riba. kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu
Prinsip syari’ah ini tidak hanya adalah penghuni-penghuni neraka;
menyangkut pada kelembagaan maupun mereka kekal di dalamnya.” (Q.S.
kegiatan usahanya saja, namun juga Al-Baqarah: 275).
cara dan proses dalam menjalankan Kemudian Allah SWT berfirman
operasional perbankan sesuai dasar sebagaimana di dalam Al-Quran surat

Dliya Ul Muharram, Rof’ah Setyowati│ 69


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

An-Nisa’ ayat 29 yang melarangan meningkatkan kemurnian kelembagaan


memakan harta orang lain secara batil, bank syari’ah. Dengan lahirnya undang-
sebagai berikut: undang tersebut kita mengetahui bahwa
ُ ُ ُُ ُ َّ di Indonesia berlaku dua sistem
َ‫ل‬ َ ِ ‫َٰٓيأيُّها َٱل ِذينَ َءامنواَ َل َا َتأۡكلوٓاَأم ٰۡولكمَبيۡنك‬
َ ِ ‫مَبٱل ٰۡب ِط‬ perbankan, yaitu sistem konvensional
ُُ ُ ٰ ُ َّ
َ‫نََتكونَََ ِتجرةَََعنََتراضَََ ِمنك َمََۡولاََتقۡتلوَٓا‬ َ ‫ِإل َٓاََأ‬ dan sistem syari’ah. Yang diatur secara

ٗ ُ َّ َّ ُ ُ
rinci landasan hukum serta jenis-jenis
ََ‫ّللَكانََ ِبك َمَۡر ِحيما‬
َ ‫نَٱ‬
َ ‫أنفسكمََۡ ِإ‬ usaha yang dapat dioperasikan dan
diimplementasikan oleh bank syari’ah.
Terjemahnya:
Menegaskan pula asas yang
“Wahai orang-orang yang beriman, digunakan perbankan syari’ah secara
janagnlah kalian memakan harta-
jelas disebutkan pada Pasal 2 UU
harta kalian di antara kalian dengan
cara yang batil, kecuali dengan Perbankan Syari’ah, mengamanatkan
perdagangan yang kalian saling bahwa perbankan syari’ah dalam
ridha. Dan janganlah kalian melakukan kegiatan usahanya
membunuh diri-diri kalian, diwajibkan berasaskan dan
sesungguhnya Allah itu Maha Kasih mengimplementasikan prinsip syari’ah.
Sayang kepada kalian.” (Q.S. An- Kemudian di Pasal 3 UU Perbankan
Nisa’: 29).
Syari’ah, menetapkan tujuan untuk
Serta beberapa hadist Rasulullah menjunjung pelaksanaan pembangunan
yang senada dengan kedua ayat tersebut nasional dalam rangka meningkatkan
terkait hal riba’ dan harta bathil rasa keadilan, kebersamaan dan
(Nurhasanah dan Adam, 2017: 8). pemerataan kesejahteraan masyarakat,
Dukungan juga datang dari dengan perbankan syari’ah tetap
landasan hukum positif Indonesia berpegang pada prinsip syari’ah secara
terhadap operasional bank syari’ah, menyeluruh (kaffah) dan konsisten
yang bermula dari Undang-Undang No. (istiqomah). Jika mencermati kedua
7 tahun 1992 diubah menjadi Undang- pasal di atas, ditemukan kesamaan
Undang No. 10 tahun 1998 tentang bahwa perbankan syari’ah diwajibkan
Perbankan, dimana pada Pasal 1 angka berpegang teguh pada prinsip syari’ah,
13 UU tersebut hanya diatur sebatas yang membedakan dengan perbankan
kebutuhan adanya prinsip syari’ah konvensional.
dalam operasional bank. Peningkatan kemurnian
Setelahnya pemerintah kelembagaan bank syari’ah dapat dilihat
menerbitkan Undang-Undang No. 21 dari prinsip hukum islam yang diatur
tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah, melalui fatwa Majelis Ulama Indonesia,
sebagaimana ditujukan sebagai dasar antara lain: prinsip keadilan dan
pijakan untuk landasan yuridis yang keseimbangan ('adl wa tawazun),
kuat bagi perbankan dan para pihak kemaslahatan (maslahah),
yang berkepentingan, serta universalisme (alamiyah), dan tidak

70 │ Penerapan Asas Personalitas Keislaman dalam Proses Penyelesaian Sengketa …


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

mengandung gharar, maysir, riba, pendukung hak dan kewajiban, yang


zalim dan obyek yang diharamkam. dipersamakan dengan manusia
Prinsip-prinsip tersebut merupakan (Rosyadi, 2019: 12). Badan hukum
perintah dari Allah SWT yang tertulis dikatakan sebagai subjek hukum karena
Al-Qur’an, dimana secara taklifnya terdiri dari kumpulan orang-orang yang
hukum ekonomi Islam diciptakan untuk melakukan perbuatan hukum
orang-orang Islam yang mesti ta’at, (tasharruf).
patuh dan tunduk terhadapnya. Perbuatan hukum yang dilakukan
Berdasarkan Al-Qur’an surat Al- bank Syari’ah sebagai badan hukum ini
Baqarah ayat 282 yang berbunyi sebagai didukung dengan Pasal 1 angka (1)
berikut: Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah
yang berbunyi: “Subjek hukum adalah
ُ ُ َّ
ٗ
َ ‫َٰٓيأيُّها َٱل ِذينَ َءامنوٓاَ َ ِإذا َتداينتم َ ِبديۡنَ َ ِإل ََٰٓىَأجلَ َ ُّمسم‬
َ‫ى‬
orang perorangan, persekutuan, atau
ُ badan usaha yang berbadan hukum atau
ُ ُ
ََ‫ۡلََولاََيأۡب‬
َِ ‫بٱلۡعد‬ ُۢ ُ ‫وهََولۡيكۡتبَََّبيۡنك َمََۡك ِات‬
َ ِ ََ‫ب‬ َُ ‫فَٱكۡت ُب‬ tidak berbadan hukum yang memiliki
َّ ُ َّ ُ
َُ ‫ك ِاتبََأنَيكۡتبَكماَعلمهَٱ‬
kecakapan hukum untuk mendukung
َ …َ‫ّلل‬
hak dan kewajiban”. Kemudian
Terjemahnya: kecapakan hukum oleh badan usaha
“Hai orang-orang yang beriman, dinyatakan dalam, Pasal 2 angka (1)
apabila kamu bermu’amalah tidak Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah,
secara tunai untuk waktu yang bahwa: “Badan usaha yang berbadan
ditentukan, hendaklah kamu
hukum atau tidak berbadan hukum,
menuliskannya…” (Q.S. Al-
Baqarah: 282) dapat melakukan pebuatan hukum
dalam hal tidak dinyatakan faflis/pailit
Ayat di atas menunjukan bahwa
berdasarkan putusan pengadilan yang
orang-orang muslim sebagai subjek
telah memperoleh kekuatan hukum
akad dalam mu’amalah atau ekonomi
tetap”. Jadi, hal ini menempatkan
Islam. Bagaimana dengan bank
kedudukan bank syari’ah sebagai badan
syari’ah? Dalam perkembangannya
hukum yang wajib dan tunduk dalam
bank syari’ah dalam aturan hukum
aturan perundang-undangan Indonesia
Indonesia merupakan badan hukum.
tentang perbankan syari’ah terkait
Dimana menurut Chaidir Ali (1991: 81),
segala aspek yang telah diatur, tanpa
badan hukum diartikan segala sesuatu
adanya penyimpangan hukum.
yang berdasarkan tuntutan kebutuhan
masyarakat yang oleh hukum diakui Asas Personalitas Keislaman dalam
sebagai pendukung hak dan kewajiban Penyelesaian Sengketa Ekonomi
atau segala sesuatu yang menurut Syari’ah
hukum dapat mempunyai hak dan
Konflik merupakan sebuah situasi
kewajiban”. Maka subjek hukum yang
dimana dua pihak atau lebih terhadap
berupa badan hukum (al-syakhshiyyah
adanya pertentangan atau
i’tibariyyah) hanya berkapasitas sebagai

Dliya Ul Muharram, Rof’ah Setyowati│ 71


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

ketidaksesuaian yang akan dan sedang oleh dua pihak, baik perorangan
melakukan hubungan kerja sama. maupun badan hukum yang melakukan
Sebuah konflik berubah dan akad dengan prinsip syari’ah, yang
berkembang menjadi suatu sengketa, salah satunya melakukan wanprestasi
jika salah satu pihak merasa dirugikan atau perbuatan melawan hukum
dan menyatakan rasa ketidakpuasannya, sehingga mengakibatkan pihak yang
baik secara langsung kepada pihak yang lainnya merasa dirugikan. Sebagai
dianggap memberikan kerugian contohnya, seorang nasabah melakukan
maupun kepada pihak lain. Apabila para suatu akad qardh pada bank Syari’ah
pihak tidak dapat menemukan kata sesuai dengan kesepakatan untuk
sepakat atau solusi pemecahan masalah, mengembalikan pada tanggal yang telah
maka akan menimbulkan dispute ditentukan, akantetapi nasabah tersebut
(istilah sengketa dalam perbankan) tidak dapat membayar dengan berbagai
(Nurhasanah dan Adam, 2017: 294). alas an. Dengan demikian menyebabkan
Terjadinya sengketa perbankan pihak bank syari’ah merasa dirugikan,
syari’ah seringkali disebabkan adanya serta mengakibatkan terjadinya
ketidakserasian antara satu pihak atau sengketa perbankan syari’ah yang
suatu kelompok yang mengadakan disebabkan adanya wanprestasi
hubungan hukum, dimana ada hak yang Penyelesaian sengketa secara
terganggu atau terlanggar. Sengketa filosofis munurut Halim dan Erlies
sendiri merupakan bentuk disagreement Septiana (2013: 209), mengartikan hal
on a point of law or fact of interest tersebut merupakan upaya untuk
between two persons, artinya terjadi mengembalikan hubungan para pihak
suatu kondisi di antara kedua belah yang bersengketa dalam keadaan
pihak yang tidak sepaham. Sengketa semula. Dengan pengembalian
yang terjadi pada hukum akad, yang hubungan tersebut, maka mereka dapat
menciptakan suatu kondisi mengadakan hubungan sosial maupun
ketidaksepahaman antara para pihak hubungan hukum. Adapun penyelesaian
yang membuat akad maupun perjanjian sengketa ekonmi syari’ah adalah upaya
hukum dengan fakta tidak adanya untuk mengembalikan hubungan para
pemenuhan hak, tidak dilaksanakan pihak yang bersengketa dalam keadaan
kewajiban yang ditentukan, atau seperti semula dalam ruang lingkup
pemutusan hubungan hukum ekonomi syari’ah (Nurhasanah dan
kontraktual yang dilakukan oleh salah Adam, 2017: 293). Dalam Islam
satu pihak tanpa adanya persetujuan dari penyelesaian sengketa mengacu pada 3
pihak lainnya (Suadi, 2017: 6). model, yaitu: Al-Shulh (Perdamaian);
Pemahaman tentang sengketa Tahkim (Arbitrase), dan Peradilan (Al-
demikian, menurut Neneng dan Panji qadha).
(2017: 295) penyebab terjadinya suatu Ketiga cara penyelesaian sengketa
sengketa perbankan syari’ah didasarkan ekonomi syari’ah di atas, seringkali

72 │ Penerapan Asas Personalitas Keislaman dalam Proses Penyelesaian Sengketa …


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

berakhir melalui jalur litigasi (lembaga penyelesaian sengketa yang


peradilan). Dimana menurut Salam diselesaikan di lembaga peradilan
Madkur, lembaga pengadilan adalah dengan berbagai hukum acaranya.
(tempat-penentu) memutuskan sengketa Kedua, secara nonlitigasi, yaitu
antara manusia berdasarkan (ketentuan) penyelesaian sengketa yang
yang telah diturunkan Allah SWT. diselesaikan di luar lembaga peradilan.
Sedangkan menurut Sayyid Sabiq, Konflik yang konkret dapat
pengadilan adalah lembaga diselesaikan menggunakan norma
menyelesaikan persengketaan hukum yang konkret juga. Aturan
(alkhusumat) yang terjadi antara sesama hukum yang konkret tersebut harus
manusia sesuai dengan aturan hukum mempunyai unsur-unsur, sebagai
yang telah disyariatkan oleh Allah berikut (Mertokusumo, 2004: 15):
SWT. Dua pandangan di atas a. peraturan hukum itu berhubungan
menjadikan pengadilan sebagai rujukan dengan perilaku manusia, baik
penyelesaian bila terjadi sengketa, perbuatan secara nyata maupun
apapun jenis sengketa perdata maupun tidak;
pidana (Rokhmad, 2016: 55). b. peraturan hukum itu bersifat umum
Hukum positif Indonesia melalui yang mengatur suatu perilaku dalam
lembaga Mahkamah Agung, kemudian situasi tertentu;
mengesahkan PERMA No. 14 Tahun c. peraturan hukum bersifat preskriptif
2016 tentang Tata Cara Penyelesaian atau menentukan apa yang
Sengketa Ekonomi Syariah. PERMA ini seharusnya, dan
sebagai pedoman para penegak hukum d. bersifat umum berdasarkan
untuk menyelesaikan sengketa ekonomi waktunya; yang berlaku sampai
Syariah sesuai koridor hukumnya dicabut atau lahirnya peraturan yang
Semakin berkembangnya baru
Lembaga Keuangan Syari’ah di Penyelesaian konkret tersebut
Indonesia, maka kemungkinan akan dalam perbankan syari’ah telah diatur
terjadinya perselisihan antara lembaga secara umum melalui UU No. 21 Tahun
keuangan syari’ah dan nasabahnya akan 2008, yang meliputi kelembagaan,
semakin besar (Mardani, 2011: 97). manajemen, prinsip-prinsip,
Perbankan syari’ah yang merupakan operasional bank dan sebagainya terkait
ruang lingkup ekonomi yang dimana bank syari’ah, tidak terkecuali dengan
dalam pengoperasian dan penyelesaian sengketa.
pengelolaannya menggunakan pedoman Pengadilan Agama merupakan
syari’ah, tidak terkecuali dalam salah satu lembaga Peradilan di
penyelesaian sengketa. Sistem dalam Indonesia yang menjalankan kekuasaan
menyelesaian sengketa perbankan kehakiman dalam bidang-bidang
syari’ah secara garis besar, terdapat 2 tertentu sesuai dengan kekuasaan
(dua). Pertama, secara litigasi, yaitu absolut yang telah ditentukan

Dliya Ul Muharram, Rof’ah Setyowati│ 73


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

perundang-undangan, dimana syari’ah (pasal 55 ayat 2 dan 3)”


ditunjukan pada Pasal 24 ayat (2) (Abdurrahman Rahim, 2013).
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal di atas, sebelum adanya
mengamanatkan bahwa: “Kekuasaan Putusan MK Nomor 93/PUU-X/2012,
kehakiman dilakukan oleh sebuah penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah
Mahkamah Agung dan badan peradilan melalui litigasi ditangani 2 lembaga
yang berada di bawahnya, dalam peradilan yaitu peradilan negeri dan
lingkungan peradilan umum, peradilan agama. Namun pasca Putusan
lingkungan peradilan agama, MK penerapan penyelesaian sengketa
lingkungan peradilan militer, perbankan syari’ah yang menyatakan
lingkungan peradilan tata usaha negara bahwa “choice of forum” yaitu baik
dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”. secara litigasi maupun non litigasi
Kemudian pada Pasal 2 Undang- dalam menyelesaikan sengketa
Undang Nomor 3 tahun 2006 perbankan syari’ah yang ditentukan
menyatakan bahwa “Peradilan Agama dalam penjelasan pasal 55 ayat 2
adalah salah satu pelaku kekuasaan Undang-Undang No 21 tahun 2008
kehakiman bagi rakyat pencari keadilan tidak lagi mempunyai hukum mengikat
yang beragama Islam mengenai perkara secara keseluruhannya tanpa terkecuali.
tertentu sebagaimana dimaksud dalam Melihat fakta masih adanya
Undang-Undang ini”. Kemudian penyelesaian sengketa perbankan
ditegaskan kembali dalam Pasal 1 angka syari’ah yang terdaftar di system
1 Undang-Undang Nomor 50 Tahun pengadilan negeri, dapat dikatakan
2009 “Peradilan Agama adalah secara langsung mengabaikan asas
peradilan bagi orang-orang yang personalitas keislaman dalam sengketa
beragama Islam”. Berdasarkan pasal- syari’ah. Dimana asas personalitas
pasal perundang-undang tersebut, maka keislaman merupakan asas yang
dapat dinyatakan bahwa: “Peradilan menjadi dasar bagi seseorang pencari
Agama sebagai satu-satunya lembaga keadilan yang bisa berperkara atau
litigasi yang berwenang dalam bermohon di Pengadilan Agama,
menyelesaikan sengketa perbankan dengan syarat harus beragama Islam dan
syari’ah, namun jika para pihak sepakat permohonan perkara tertentu yang telah
untuk tidak menyelesaikan di Peradilan diatur oleh peraturan perundang-
Agama, maka ketentuan penyelesaian undangan. Penjelasan terkait Asas
dengan memilih forum di luar Peradilan Personalitas Keislaman telah dijelaskan
Agama (non litigasi) dapat dibenarkan pada Pasal 2 Undang-Undang No. 50
manakala ada kesepakatan tertulis tahun 2009 yang menyatakan bahwa,
terlebih dahulu diantara para pihak dan “Pengadilan Agama merupakan salah
forum penyelesaian tersebut tidak satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi
bertentangan dengan prinsip-prinsip rakyat pencari keadilan yang beragama
Islam mengenai perkara tertentu.”

74 │ Penerapan Asas Personalitas Keislaman dalam Proses Penyelesaian Sengketa …


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

Penjelasan pasal tersebut menyatakan, dari itu Pasal 55 ayat (2) tersebut
Peradilan Agama merupakan kekuasaan mengandung kebebasan berkontrak dari
kehakiman untuk melakukan penegakan para pihak dalam melakukan suatu
hukum dan keadilan bagi rakyat pencari akad. Ketentuan dalam Penjelasan Pasal
keadilan terhadap perkara orang yang 55 UU No. 21 Tahun 2008 tersebut
beragama Islam di bidang perkawinan, dinyatakan bertentangan dengan UUD
kewarisan, wasiat, hibah, wakaf, zakat, 1945, dan dinyatakan tidak memiliki
infaq, shadaqah, dan ekonomi syari’ah. kekuatan hukum mengikat berdasarkan
Sebagaimana ketentuan Pasal 49 Putusan MK Nomor 93/PUU-X/2012
huruf i Undang-Undang Nomor 3 Tahun (Hudiata, 2015: 16). Sehingga
2006 tentang Peradilan Agama yang penyelesaian sengketa perbankan
diberi kewenangan dalam syari’ah yang ditentukan dalam
menyelesaikan sengketa di perbankan Penjelasan Pasal 55 ayat (2) UU No. 21
syari’ah yaitu: Tahun 2008 tidak lagi mempunyai
“Peradilan agama bertugas dan kekuatan hukum mengikat secara
berwenang memeriksa, memutus, keseluruhan tanpa terkecuali.
dan me nyelesaikan perkara di Pengadilan agama sebagai satu-satunya
tingkat pertama antara orang orang
lembaga litigasi yang berwenang dalam
yang beragama Islam di bidang:...i.
ekonomi syari'ah.” menyelesaikan sengketa perbankan
syari’ah.
Menurut Amran Suadi (2017: 8) di
Asas personalitas keislaman yang
dalam bukunya menjelaskan, bahwa
dimiliki Pengadilan Agama terkait
perkara perdata pada ekonomi
penyelesaian sengketa perbankan
syariah yang meliputi sengketa Bank
syari’ah dilakukan melalui jalur litigasi
Syariah, lembaga keuangan mikro
sesuai tatacara peradilan, akan tetapi
syariah, asuransi syariah, reasuransi
penyelesaian perkara tersebut juga
syariah, reksadana syariah, obligasi
mengenal istilah mediasi di pengadilan.
syariah, pembiayaan syariah, pegadaian
Karena dalam perkara perdata, setiap
syariah, dana pensiun lembaga
agenda persidangan yang dilakukan,
keuangan syariah dan bisnis Syariah.
majelis hakim wajib mendamaikan
Kemudian pada Pasal 55 ayat (1)
kedua belah pihak yang berperkara.
UU No. 21 Tahun 2008 telah
Mendamaikan sifatnya wajib bagi
menyatakan dengan tegas bahwa
hakim yang menyidangkan, tetapi
lembaga yang berwenang untuk
kelalaian majelis hakim yang
menyelesaikan perkara sengketa
mengupayakan perdamaian bagi kedua
perbankan syari’ah adalah Peradilan
belah pihak yang bersengketa akan
Agama. Namun, ketentuan Pasal 55 ayat
mengakibatkan pemeriksaan perkara
(2) menyatakan jika telah diperjanjikan
batal demi hukum (Harahap, 2007:
atau jika para pihak telah melakukan
239).
akad terlebih dahulu maka boleh
merujuk kepada isi akad tersebut. Maka

Dliya Ul Muharram, Rof’ah Setyowati│ 75


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

Berkaitan dengan upaya personalitas keislaman bekerja, karena


perdamaian tersebut maka pengadilan diutamakan sengketa diselesaikan pada
diwajibkan melakukan upaya mediasi di tahap perdamaian yang diajarkan dalam
pengadilan bagi para pihak. Mediasi di Islam.
pengadilan ini adalah sesuai dengan Menurut penuturan salah satu
ketentuan Pasal 154 RBg jo. Pasal 130 Hakim Mahkamah Agung (MA) yaitu
HIR dan Peraturan Mahkamah Agung Dr. Mukti Arto, S.H., M.Hum. dalam
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun Webinar Zoom “Diskusi Hukum
2016 tentang Prosedur Mediasi di Ekonomi Syari’ah 3” pada 11 Mei 2020,
Pengadilan. Menurut Yahya Hararap, memberikan penjelasan terkait
selama ini ketentuan pada Pasal 154 kewenangan mengadili permasalahan
RBg jo. Pasal 130 HIR hanya dipahami sengketa ekonomi syari’ah telah
sebatas anjuran dan formalitas saja, diserahkan kepada Pengadilan Agama
serta regulatif sukarela (voluntary), yang telah diputuskan oleh Bapak Bagir
tidak ada paksaan (M. Yahya Harahap, Manan sejak tahun 2006. Dimana di
2007: 250). Namun, dengan adanya MA telah dibagi kewenangan mengadili
PERMA No. l Tahun 2016, maka tidak sesuai kamar yang telah ditentukan MA.
ada pilihan bagi hakim selain wajib Karena pemahaman ekonomi syari’ah
untuk melakukan upaya mediasi, dan dipelajari oleh hakim di Pengadilan
para pihak wajib menempuh proses Agama. Jadi sengketa ekonomi syari’ah
mediasi tersebut setelah diperintahkan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri,
oleh majelis hakim. maka jika nantinya ditingkat kasasi akan
Mediasi dimaksud dilakukan oleh dibatalkan karena tidak sesuai
seorang mediator yang telah dipilih oleh kewenangan, sesuai Peraturan
para pihak di persidangan. Mediator Mahkamah Agung. Sehingga
yang diatur oleh PERMA No. 1 Tahun pengadilan negeri tidak dibenarkan
2016 Pasal 1 angka 2 adalah sebagai mengadili perkara ekonomi syari’ah
pihak yang netral dan tidak memihak yang diajukan oleh perbankan syari’ah
salah satu di antara pihak. Mediator sekalipun, karena berlakunya asas
akan membantu untuk mene cairkan personalitas keislaman.
kemungkinan penyelesaian atau Menurut M Yahya Harahap
perundingan di luar persidangan tanpa (2009: 57-58) dalam bukunya, bahwa
memutus atau memaksakan sebuah asas personalitas keislaman jika
penyelesaian. Dalam upaya mediasi ini, dikaitkan dengan perkara perdata dalam
mediator ikut terlibat langsung secara lingkup hukum Islam, maka menjadi
aktif dalam setiap pertemuan selama kewenangan peradilan agama.
pertemuan atau perundingan yang telah Menurutnya, penerapan asas
ditentukan oleh majelis hakim. Hal ini personalitas keislaman dapat menjadi
yang dilakukan oleh mediator sempurna dan mutlak apabila didukung
menunjukan bahwa penerapan asas dan tidak dipisahkan dengan unsur

76 │ Penerapan Asas Personalitas Keislaman dalam Proses Penyelesaian Sengketa …


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

hubungan hukum. Hal tersebut dapat Kedua, penyelesaian melalui non-


terlaksana, jika dua gagasan strategi litigasi penerapannya dilakukan dengan
yang dikemukakan oleh Yahya cara : a) musyawarah internal; b)
Harahap, yaitu pertama, patokan umum Alternative Dispute Resolution (ADR);
yang merupakan patokan yang bersifat c) Badan Arbitrase Syari’ah Nasional;
formal, contohnya seseorang mengaku serta d) Mekanisme Fasilitas oleh OJK.
beragama Islam, maka secara otomatis Jadi penerapan asas personalitas
telah melekat asas personalitas keislaman merupakan kesatuan
keislaman padanya. Dan kedua, patokan hubungan yang tidak terpisah dengan
saat terjadi hubungan hukum yang dasar hubungan hukum. Kesempurnaan
ditentukan berdasarkan: 1) dalam dan kemutlakan asas personalitas
hubungan hukum dilakukan oleh kedua keislaman harus didukung unsur
pihak yang beragama Islam; dan 2) hubungan hukum berdasarkan hukum
hubungan ikatan hukum yang Islam. Dimana dasar kelembagaan
diperjanjikan termasuk lingkup hukum perbankan syari’ah Indonesia tunduk
Islam. Apabila kedua syarat tersebut pada Undang-Undang No. 21 tahun
terpenuhi, maka secara otomatis 2008 yang didasarkan pada prinsip-
melekat asas personalitas keislaman prinsip ekonomi Islam. Jika asas
terhadap kedua pihak. Sehingga personalitas telah didukung oleh
sengketa yang nantinya terjadi di antara hubungan hukum berdasar hukum
kedua belah pihak merupakan ranah Islam, maka sengketanya mutlak atau
kewenangan pengadilan agama. absolut tunduk menjadi kewenangan
Kewenangan pengadilan tersebut peradilan agama, serta hukum yang
untuk menentukan asas personalitas mesti diterapkan menyelesaikan perkara
keislaman tidak didasarkan pada agama harus berdasar hukum Islam.
yang dianut para pihak saat terjadinya Penerapan asas personalitas
sengketa, melainkan ditentukan oleh keislaman oleh Pengadilan Agama
landasan hubungan hukum yang dalam penyelesaian sengketa ekonomi
didasarkan pada dasar hukum yang syari’ah merupakan kewenangan yang
digunakan (Harahap. 2009: 57-58). telah diberikan oleh undang-undang,
Dalam penerapan penyelesaian serta secara syari’ah merupakan amanah
sengketa perbankan syari’ah di kepada lembaga yang berkompeten
Indonesia pasca Putusan MK No. dalam bidang Hukum Islam. Karena
93/PUU-X/2012, terjadi beberapa asas tersebut merupakan suatu
perubahan yaitu: pertama, dalam penundukan diri baik perorangan
penyelesaian secara litigasi ataupun badan hukum yang secara
mengamanatkan pengadilan agama prinsip telah berpegang teguh pada
sebagai satu-satunya lembaga peradilan syariat Islam, tanpa terkecuali bank
untuk menyelesaikan sengketa ekonomi syari’ah yang secara operasioanlnya
syari’ah, termasuk perbankan syari’ah. menerapkan prinsip-prinsip yang

Dliya Ul Muharram, Rof’ah Setyowati│ 77


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

dianjurkan oleh Islam. Dimana Islam yang telah diatur, tanpa adanya
merupakan rahmatan lil’alamin, agama penyimpangan hukum. Maka dalam
yang membawa rahmat bagi alam menjalankan kegiatan usahanya, bank
semesta. Yang dalam ajarannya syari’ah harus berada dalam koridor-
menganjurkan cara penyelesaian koridor yang diperbolehkan dalam
sengketa ini dituntut untuk
hukum Islam, tanpa terkecuali proses
mengusahakan penyelesaian secara
penyelesaian sengketanya secara adil.
perdamaian, dengan maksud setelah
Kedua, Penyelesaian sengketa
perkara perbankan syari’ah selesai
nantinya tidak menimbulkan masalah ekonomi syari’ah secara filosofis
dikemudian hari antara nasabah maupun merupakan upaya untuk
pihak bank syari’ah. mengembalikan hubungan para pihak
yang bersengketa dalam keadaan seperti
KESIMPULAN semula dalam ruang lingkup ekonomi
syari’ah. Sengketa yang terjadi dalam
Pertama, Lingkup ekonomi
perbankan syari’ah merupakan
syari’ah ini tidak terlepas adanya
kekuasaan Pengadilan Agama yang
kegiatan usaha perbankan syari’ah,
didasarkan pada asas personalitas
dimana dalam operasionalnya
keislaman. Asas dijelaskan dalam
menerapkan prinsip-prinsip Islam.
Undang-Undang No. 50 tahun 2009,
Dengan menerapkan prinsip-prinsip
merupakan asas yang mendasari bahwa
tersebut, maka bank syari’ah secara
masyarakat pencari keadilan yang bisa
sukarela tunduk pada aturan-aturan
berperkara atau bermohon di
hukum positif yang berkaitan dengan
Pengadilan Agama. Asas ini melekat
perbankan syari’ah. Perbuatan hukum
yang dilakukan bank syari’ah sebagai pada Pengadilan Agama, yang dimana
merupakan salah satu pelaku kekuasaan
badan hukum ini didukung dengan Pasal
kehakiman bagi rakyat pencari keadilan
1 angka (1) Kompilasi Hukum Ekonomi
yang beragama Islam mengenai perkara
Syari’ah yang berbunyi: “Subjek hukum
tertentu”, termasuk dalam sengketa
adalah orang perorangan, persekutuan,
ekonomi syari’ah baik dalam perbankan
atau badan usaha yang berbadan hukum
syari’ah. Jadi dengan keberadaan bank
atau tidak berbadan hukum yang
syari’ah yang tunduk pada UU No. 21
memiliki kecakapan hukum untuk
tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah,
mendukung hak dan kewajiban”. Jadi,
maka sebagai subjek hukum dalam
hal ini menempatkan kedudukan bank
menyelesaikan sengketanya harus
syari’ah sebagai badan hukum yang
dimohonkan kepada Pengadilan Agama,
wajib dan tunduk dalam aturan
karena telah dikuatkan melalui Putusan
perundang-undangan Indonesia tentang
MK No. 93/PUU-X/2012 akan semakin
perbankan syari’ah terkait segala aspek

78 │ Penerapan Asas Personalitas Keislaman dalam Proses Penyelesaian Sengketa …


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

memberikan kepastian hukum terhadap personalitas keislaman dan eksistensi


forum penyelesaian sengketa perbankan Pengadilan Agama di Indonesia dalam
syari’ah. Dengan adanya putusan berbagai permasalahan pada bidang
tersebut juga semakin menguatkan asas Hukum

DAFTAR PUSTAKA

Ali, C. (1991). Badan Hukum. Bandung: Alumni.


Halim & Septian, E. (2013). Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan
Disertasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Harahap, M. Y. (2007) Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata
Jakarta: PT. Sinar Grafika.
Harahap, M. Y. (2009). Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama: UU
No. 7 Tahun 1989 Jakarta: Sinar Grafika.
Hudiata, E. (2015). Penyelesaian Sengketa Perbankan Syari’ah. Yogyakarta. UII
Press Yogyakarta.
Lajuni, N., Ming, W. W. P., Yacob, Y., Ting, H., & Jausin, A. (2017). Intention to
Use Islamic banking Products and Its Determinants. International Journal of
Economics and Financial Issues. Vol. 7 (1). 329-333.
Mardani. (2011). Hukum Ekonomi Syari’ah di Indonesia. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Marzuki, P. M. (2011). Penelitian Hukum, Cetakan ke-7. Jakarta: Kencana.
Mertokusumo, S. (2004). Mengenal Hukum (Suatu Pengantar). Yogyakarta:
Liberty.
Muhammad, A. (2004). Hukum dan Penelitian Hukum. Cetakan ke-III. Bandung:
Citra Aditya Bakti.
Musyafah, A. A. (2019). Perkembangan Perekonomian Islam Di Beberapa Negara
Di Dunia. Diponegoro Private Law Review. Vol. 4 No. 1 February. 419-427.
Nurhasanah, N. & Adam, P. (2017). Hukum Perbankan Syari’ah (Konsep dan
Regulasi) Jakarta : Sinar Grafika.
Rahmawaty, A. (2009). Ekonomi Makro Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Kudus. Kudus.
Rahim, A. (2013). Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi No.
93/PUU-X/2012 (Studi Kewenangan Absolut Peradilan Agama), diakses
https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel.
Rokhmad, A. (2016). Paradigma Hukum Islam dalam Penyelesaian Sengketa.
International Journal Ihya’ ‘Ulum Al-Din Vol 18 (1). 49-63.
Rosyadi, I. (2019). Akad Nominaat Syari’ah: Implementasi dan Penyelesaian
Sengketa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sistem Informasi Penelusuran Perkara Pengadilan Negeri Semarang diakses
melalui http://sipp.pn-semarangkota.go.id.

Dliya Ul Muharram, Rof’ah Setyowati│ 79


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

Siaran Pers Komisi Nasional Keuangan Syariah (KNKS) tentang Global Islamic
Finance Report 2019 Menempatkan Indonesia di Posisi Teratas dalam Pasar
Keuangan Syariah Global. Jakarta, 17 Oktober 2019.
Soekanto, S. & Mamudji, S. (2007). Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Suadi, A. (2017). Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah: Teori dan Praktik,
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Zulhefni, M. (2017). Kendala Penyelesaian Sengketa Perbankan Syari’ah Melalui
Pengadilan Agama Kota Malang. Jurisdictie: Jurnal Hukum dan Syari’ah
Vol. 8 (2). 175-192.

80 │ Penerapan Asas Personalitas Keislaman dalam Proses Penyelesaian Sengketa …


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
Volume 05 | Nomor 01 | Juni 2021
p-ISSN: 2549-4872 │ e-ISSN: 2654-4970

Hadis Tentang Gadai: Analisis Hukum Pemanfaatan Hewan


sebagai Barang Jaminan oleh Murtahin
Doli Witro1, Arzam2, Mhd. Rasidin2
1
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung│doliwitro01@gmail.com
2
Institut Agama Islam Negeri Kerinci

Abstrak
Tulisan ini membahas hadis yang berkenaan dengan hukum gadai. Pembahasan
dalam tulisan ini dikhususkan dalam sebuah hadis yang ditetapkan sebagai hadis
utama. Kemudian hadis akan diuraikan dari teks, artinya, tafsir, hal-hal penting
yang terdapat dalam hadis, perbedaan pendapat para ulama, kandungan hadis, dan
faedah yang terdapat dalam hadis tersebut. Dalam pemaparan hadis tersebut
ditambah juga dengan hadis-hadis lain yang menjelaskan tentang gadai sebagai
penguat. Tulisan ini bertujuan menjelaskan hukum barang gadai yang
dimanfaatkan oleh penerima gadai. Artikel ini menggunakan penelitian kualitatif
yang bersifat pustaka. Bahan-bahan dalam penelitian ini diambil dari bahan
pustaka seperti buku dan artikel ilmiah yang diterbitkan di jurnal yang berkaitan
dengan permasalahan yang dibahas yaitu tentang hukum gadai. Teknik analisis
yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Analisis menunjukkan barang (jaminan) yang digadai kepada seorang penerima
gadai boleh dimanfaatkan selama dia membayar sewa dari manfaat yang
diambilnya.
Kata Kunci: Hadis Gadai; Hukum Gadai; Pemanfaatan Barang Gadai
J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

Hadith About Pawn: Legal Analysis of the Use of Animals as Collateral by


Murtahin

Abstract
This paper discusses the hadiths relating to the law of pawning, especially the
use of pawning items by mu. The discussion in this paper is devoted to a hadith,
which is designated as the main hadith. Then the hadith will be elaborated from
the text, its meaning, interpretation, important matters contained in the hadith,
differences in opinion of the scholars, the content of the hadith, and the benefits
contained in the hadith. In the explanation of the hadith, other traditions that
explain pawning as reinforcement are also added. This paper aims to explain the
law of pawn items used by pawn recipients (murtahin). This article uses
qualitative research that is the library in nature. The materials in this study were
taken from library materials such as books and scientific articles published in
journals related to the issues discussed, namely the law of using pawn items by
murtahin. The analysis technique used is data reduction, data presentation, and
conclusion drawing. The results of the analysis show that the goods (collateral)
that are pawned to a pledge recipient can be used as long as he pays the rent
from the benefits he takes.
Keywords: Pawn Hadith; Pawn Law; Utilization of Pawn Goods

PENDAHULUAN Manusia disebut dengan makhluk


Lembaga keuangan syariah dalam sosial, artinya di dalam kehidupannya
sektor sistem keuangan syariah telah akan saling membutuhkan satu dengan
terjadi perkembangan signifikan yang yang lainnya (Witro, 2019, pp. 34–35),
ditandai dengan hadirnya berbagai serta memiliki hasrat untuk hidup rukun,
instrument keuangan berbasis syariah makmur dan bersama-sama. Manusia
serta berdirinya bermacam lembaga tidak mungkin hidup secara individu
keuangan. Secara esensial lembaga tanpa interaksi sosial dengan manusia
keuangan syariah memiliki perbedaan yang lainnya (Witro, 2021, p. 2; Witro,
dengan lembaga keuangan Nuraeni, & Januri, 2021, p. 56). Oleh
konvensional, baik dalam tanggung sebab itu, setiap manusia dalam
jawabnya, kekuasaan, ruang lingkup, menjalani kehidupannya pastinya tidak
tujuannya. Sistem keuangan syariah akan terlepas dari masalah uang, karena
memiliki bagian integral dari setiap itu sesama manusia saling
institusi dalam lembaga keuangan membutuhkan. Dengan alasan tersebut
syariah. Di sisi lain lembaga keuangan maka menjadi jalan alternatif ketika
syariah memiliki tujuan untuk seseorang yang tidak mempunyai uang,
membantu manusia mencapai dan namun mempunyai barang yang bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya dijadikan uang dapat digunakan
(Soemitra, 2016: 27). melalukan gadai (Fatmah, 2018: 55).

82 │ Hadis Tentang Gadai: Analisis Hukum Pemanfaatan Hewan…


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

Gadai merupakan penangguhan barang merupakan bagian salah satu bentuk


yang dimiliki pemberi gadai oleh dari institusi financial informal.
penerima gadai sebagai jaminan untuk Sedangkan barang jaminannya tetap
mendapat sejumlah uang atau dimiliki oleh pihak pengadai, akan
pembiayaan (Agustin, 2017: 3; Fadllan, tetapi hal itu semua dikuasai oleh pihak
2014: 31; Kusairi, 2012: 122). Adapun pemegang gadai. Ketika pihak yang
rukun-rukun gadai adalah rahin menggadaikan tidak dapat melunasi
(pemberi gadai), murtahin (pemegang hutangnya, maka barang tersebut boleh
gadai), marhun bih (pembiayaan), dijual oleh pihak pegadaian dengan
marhun (barang jaminan), dan sighah kesepakatan awal dari pegadaian
(akad) (Irfan, 2015: 50; Wahid, 2018: tersebut (Syafe’i, 1995: 13).
154). Akad Rahn ini juga diperbolehkan
Berangkat dari uraian di atas, salah dalam hukum Islam. Rahn juga
satu yang dapat membantu manusia merupakan akad dalam praktik
dalam memenuhi kebutuhannya atau muamalah yaitu perjanjian atas hutang-
mendapatkan uang, bisa dengan piutang atas jaminan orang yang
menggadaikan barang (benda) untuk memberikan hutang dan yang berhutang
mendapatkan nominal uang. Bagi dalam hal kepercayaannya berupa
segelintir orang yang memiliki barang barang sebagai jaminan dari hutang
yang bisa dijadikan agunan, tentunya tersebut. Landasan hukum tentang akad
akan memanfaatkan barang tersebut gadai (rahn) terdapat dalam Al-Qur’an,
untuk digadaikan misalnya di Hadits, dan Ijma’. Serta akad ini sudah
pengandaian, karena transaksinya diterapkan dalam perbankan dan
terlembaga, aman, dan legal (Subagiyo, pegadaian syariah. Transaksi gadai ini
2014: 162). tidak bertentangan dengan prinsip-
Gadai sebagai sebuah fenomena prinsip syariah yang menimbulkan
sosial yang menggunakan skema qardul kemudharatan bagi masyarakat
hasan yang mana marhun hanya (Febrianasari, 2020: 194).
berfungsi sebagai jaminan kepercayaan Penelitian tentang gadai sejauh ini
(Ali, 2008: 42). Barang jaminan hanya sudah dilakukan. Safrizal (2016)
sebagai pengaman hutang (Karmaen & tentang “Praktek Gala Umong (Gadai
Antoni, 2020: 53). Kepercayaan dari Sawah) dalam Perspektif syari’ah (Studi
orang yang berpiutang (murtahin), Kasus di Desa Gampong Dayah Syarif
maka yang berhutang (rahin), Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie
menggadaikan barangnya menjadi Provinsi Aceh)”. Dalam kajian ini
jaminan dari hutangnya, hal itu semua ditemukan bahwa praktek gala umong
merupakan aktivitas gadai yang belum memenuhi rukun dan syarat

Doli Witro dkk. │ 83


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

gadai (rahn) dalam Islam. Adapun Pegadaian Syariah Pamekasan pada


rukun yang belum sesuai adalah waktu mekanisme operasional gadai syariah
pengembalian hutan oleh penggadai yang diterapkan sudah sesuai dengan
(rahim) kepada penerima hutang rukun-rukun dan syarat-syarat dalam
(murtahin). Waktu tersebut tidak hukum ekonomi syariah mulai dari
disebutkan dengan jelas dan tidak prosedur pengajuan pembiayaan sampai
tertera pada akad gadai yang dilakukan dengan pelunasan. Salah satu akad yang
oleh kedua belah pihak. Berangkat dari diterapkan adalah akad ijarah. Pada
hal tersebut meninmbulkan Perusahaan Umum Pegadaian Syari’ah
kesalahpahaman, yang pada akhirnya Jokotole Pamekasan tidak menerapkan
menimbulkan pertengkaran antara sistem bunga, namun diterapkannya
kedua belah pihak. Selain itu, terdapat akad ijarah sebagai pengganti sistem
hal lain yang tidak sesuai dengan akad bunga. Penerapan akad ijarah ini
gadai yaitu pemanfaatan barang memberikan keuntungan bagi
jaminan (marhun). Pada kasus ini perusahaan tersebut, bahkan
barang jaminan berupa tanah sawah keuntungannya lebih besar dari
produktif yang pemanfaatan barang keuntungan sistem bunga pada
dilakukan oleh penerima gadai pegadaian konvensional.
(murtahin). Praktek ini mengakibatkan Surepno (2018) tentang “Studi
orang kaya yang bertindak sebagai Implementasi Akad Rahn (Gadai
penerima gadai (murtahin) terkesan Syariah) pada Lembaga Keuangan
seperti investor yang mendapat Syariah”. Dalam penelitian ini
keuntungan dari barang jaminan ditemukan bahwa rahn diterapkan atau
(marhun) yang diberikan oleh diaplikasikan dalam perbankan syariah,
penggadai (rahin). Padahal hakikatnya bukan hanya digunakan pada pegadaian
akad gadai merupakan akad tabaru’ saja. Dalam perbankan syariah, rahn
(non profit) atau saling menolong. tidak menjadi produk utama, melainkan
Sementara di sisi lain, penggadai tidak sebagai pelengkap saja. Satu di antara
dapat memanfaatkan hartanya, karena manfaat yang diberikan akad rahn di
sudah diambil alih oleh penerima gadai. perbankan syariah adalah memberikan
Kusairi (2012) tentang “Konsep keamanan kepada pemegang deposito
Gadai dalam Hukum Islam (Studi dan semua penabung bahwa tabungan
Analisis terhadap Mekanisme mereka aman dan tidak hilang jika
Operasional Gadai Syari’ah di nasabah peminjam ingkar janji karena
Perusahaan Umum Pegadaian Syari’ah barang jaminan (marhun) atau suatu
Pamekasan)”. Dalam kajian ini aset yang dipegang bank.
ditemukan bahwa Perusahaan Umum

84 │ Hadis Tentang Gadai: Analisis Hukum Pemanfaatan Hewan…


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

Fadllan (2015) tentang “Gadai Fatmah (2018) tentang Pemanfaatan


Syariah: Perspektif Fikih Muamalah barang gadai. Dalam kajian ini
dan Aplikasinya dalam Perbankan”. dijelaskan bahwa terdapat perbedaan
Dalam kajian ini ditemukan bahwa pendapat di kalangan para ulama
penggadaian syariah merupakan mengenai pemanfaatan barang jaminan
pegadaian yang tidak sama dengan gadai oleh penerima gadai, menurut
pegadaian konvensional. Pegadaian Hanafiyah tidak membolehkan
syariah tidak menerapkan sistem bunga manfaatkan barang gadai meskipun
atau sewa modal yang tidak sesuai penerima gadai mendapatkan izin dari
dengan nilai-nilai Islam. Semua penggadai. Namun menurut sebagai
perikatan (kontrak/perjanjian/akad) ulama Hanafiyah boleh penerima gadai
yang dibuat dalam pegadaian syariah manfaatkan barang jaminan tersebut,
harus sesuai dengan nilai-nilai Islami jika mendapatkan izin dari penggadai.
yang dimaksudkan untuk tolong Menurut Malikiyah tidak membolehkan
menolong satu sama lain. Dengan pemegang gadai mengambil manfaat
hadirnya pegadaian syariah merupakan dari barang jaminan oleh penerima
satu di antara pelaksanaan ibadah dalam gadai, jika hutang tersebut berupa
bentuk perekonomian dan upaya pinjaman. Menurut Syari’iyah tidak
penerapan ajaran Islam yang diajarkan membolehkan penerima gadai
oleh Rasul s.a.w. mengambil manfaat dari barang
Sofi’i (2016) tentang “Analisis jaminan karena manfaat hanya boleh
Transaksi Gadai Emas dalam Perspektif diambil oleh penggadai. Menurut
Islam (Studi Kasus pada BMT Al Hanabilah, apabila barang jaminannya
Muqrin Pondok Cabe Pamulang berupa hewan, penerima gadai boleh
Banten)”. Dalam penelitian ini memanfaatkan. Misalnya mengambil
menunjukkan bahwa BMT Al Muqrin susu, atau mengendarainya sebagai
Pondok Cabe menggunakan prinsip ganti dari biaya yang dikeluarkan
qardh pada gadai emas syariah sebagai kepada hewan tersebut. Meskipun
kontrak yang diberikan kepada nasabah. penerima gadai tidak mendapat izin dari
Sementara prinsip ijarah digunakan penggadai atas barang jaminan tersebut.
sebagai akad untuk mengikat Sementara untuk barang jaminan selain
penyewaan tempat pengamanan dan hewan tidak diperbolehkan mengambil
tempat penyimpangan barang jaminan. manfaat oleh penerima gadai, kecuali
Kemudian prinsip rahn digunakan atas seizin penggadai.
sebagai akad untuk pengikat barang Tulisan ini membahas hadis yang
jaminan yaitu emas. berkenaan dengan hukum gadai,
terkhusus pemanfaatan barang gadai

Doli Witro dkk. │ 85


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

yang dilakukan mu Pembahasan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN


tulisan ini dikhususkan dalam sebuah Hadis utama:
hadis yang ditetapkan sebagai hadis Menggadaikan kendaraan
utama. Kemudian hadis tersebut akan tunggangan dan hewan perah
َ َ َّ َ
ُ َ ُ َ َ َّ َ
diuraikan dari teks, artinya, tafsir, hal- َ
ُ ‫اَّلل أ ْخ َب َر َنا َزكرَّي‬
‫اء‬ ِ
ُ ْ َ َََ ْ
‫د‬ ‫ب‬ ‫ع‬ ‫ا‬‫ن‬‫ر‬ ‫ب‬ ‫خ‬ ‫أ‬ ‫حدثنا محَّمد ْب ُن ُمق ِات ٍل‬
hal penting yang terdapat dalam hadis, ِ
َ َ َ َ ُ ْ َ ُ َّ َ
َ ُ َ ْ َّ َ
perbedaan pendapat para ulama, ‫اَّلل عنه قال قال‬ ‫ع ْن الشعبي ع ْن أ ِبي ه َرْي َرة َر ِض َي‬
ِِ
kandungan hadis, dan faedah yang َ َّ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ
ُ‫الظ ْه ُر ُي ْركب‬ : ‫اَّلل صلى اَّلل عليهِ وسلم‬ ِ ‫رسول‬
terdapat dalam hadis tersebut. Dalam
َ َ ََ ْ ُ َّ ُ َ َ ً ُ َ َ َ َ ََ
pemaparan hadis tersebut ditambah juga ‫ِبنفق ِتهِ ِإذا كان َم ْرهونا َولبن الد ِر يش َر ُب ِبنفق ِتهِ ِإذا‬
ُ َ َ َّ َْ َ َّ َ َ ً ُ َ َ
‫كان َم ْرهونا َوعلى ال ِذي َي ْرك ُب َويش َر ُب النفقة‬
dengan hadis-hadis lain yang
menjelaskan tentang gadai sebagai
Terjemahnya:
penguat. Tulisan ini bertujuan
Telah menceritakan kepada kami
menjelaskan hukum barang gadai yang Muhammad bin Muqatil telah
dimanfaatkan oleh penerima gadai mengabarkan kepada kami
(murtahin). ‘Abdullah telah mengabarkan
kepada kami Zakariya’ dari Asy-
Sya’biy dari Abu Hurairah
METODE PENELITIAN
radliallahu ‘anhu berkata; Rasulullah
Artikel ini menggunakan penelitian shallallahu ‘alaihi wasallam
kualitatif yang bersifat pustaka. Bahan- bersabda: “Punggung hewan yang
dinaiki harus diberi nafkah apabila
bahan dalam penelitian ini diambil dari ia merupakan barang gadaian, susu
bahan pustaka seperti buku dan artikel binatang ternak yang diminum wajib
ilmiah yang diterbitkan di jurnal yang diberikan nafkah apabila ia barang
berkaitan dengan permasalahan yang gadaian dan bagi orang yang
menaiki serta orang yang meminum
dibahas yaitu tentang hukum susunya bertanggung jawab
pemanfaatan barang gadai yang terhadap nafkahnya” (H.R. Bukhari).
dilakukan murtahin. Data-data
dikumpulkan dengan membaca dan Redaksi dan jalur berbeda:
َ َ
َ ََْ ُ ْ َ َ ْ َ ُ َّ َ َ َ َ َّ َ ْ َ ُ ُ َ َ َّ َ
memahami setelah bahan-bahan yang ‫حدثنا أبو نعي ٍم حدثنا زك ِرياء عن ع ِام ٍر عن أ ِبي هريرة‬
sudah dikumpulkan. Data-data yang َ َ ُ ََّ َّ َ َ ُ َّ َّ َ َّ َ ُ ْ َ ُ َّ َ َ
‫اَّلل عل ْيهِ َو َسل َم أنه كان‬ ‫اَّلل عنه ع ْن النبي صلى‬ ‫ر ِضي‬
telah dikumpulkan disajikan dengan ِِ
َ َ َ َّ ُ َ َ ُْ َ ََ َ ْ َّ ُ ُ َ
naratif deskriptif dan dianalisis dengan ‫الره ُن ُي ْرك ُب ِبنفق ِتهِ َويش َر ُب لبن الد ِر ِإذا كان‬ ‫يقول‬
ً ُ
‫َم ْرهونا‬
teknik analisis yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan
Terjemahnya:
kesimpulan (Miles & Huberman, 1984:
Telah menceritakan kepada kami
21–24). Abu Nu’aim telah menceritakan
kepada kami Zakariya’ dari ‘Amir

86 │ Hadis Tentang Gadai: Analisis Hukum Pemanfaatan Hewan…


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

َْ َّ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ
‫اَّلل عل ْيهِ َو َسل َم َم ْن ِلكع ِب ْب ِن‬
dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu ‫اَّلل صلى‬ ِ ‫رسول‬
dari Nabi shallallahu ‘alaihi َ
ْ َ َ ُ َّ ‫اَّلل َو َر ُسول ُه َصَّلى‬ َ َّ ‫آذى‬ َ ْ َ ُ َّ َ َْ ْ
wasallam bersabda: “Sesuatu ِ‫اَّلل عليه‬ ‫الأش َر ِف ف ِإنه قد‬
ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ ْ ُ ََّ ُ َ َ َ َ َّ َ َ
(hewan) yang digadaikan boleh
dikendarai untuk dimanfaatkan, ‫وسلم فقال محمد بن مسلمة أنا فأتاه فقال أردنا أن‬
ُ َ ُ َ َ
َ ‫تُ ْسل َف َنا َو ْس ًقا أ ْو َو ْس َق ْين َف َقال ْار َه ُنوني ن َس‬
begitu juga susu hewan boleh
diminum bila digadaikan” (H.R. ‫اءك ْم قالوا‬ ِ ِ ِ ِ
َ َ
َ َ َ ْ ُ ْ َ ْ ََ َ َ ُ َ ْ َ َ ْ َ
‫اءنا َوأنت أج َمل الع َر ِب قال‬
Bukhari).
‫كيف نرهنك ِنس‬
َ ُ َ ُ َ َْ
ُ َ ََ َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ َ
Hadis penguat:
‫اءنا في َس ُّب‬ ‫اءك ْم قالوا كيف نرهن أبن‬ َ ‫َف ْار َه ُنوني أبن‬
Menggadaikan baju perang ِ
َ َ َ ُ َُ ْ ُ ُ َ َ
َ
ُ ْ َ ْ َ َ َّ َ َْ َ ٌ َ َ ْ َ ْ َ ْ
‫اح ِد حدثنا الأع َمش‬ َ ْ ُ ْ َ َ َ َّ َ ٌ َّ َ ُ َ َ َّ َ ‫أحدهم فيقال ر ِهن ِبوس ٍق أو وسقي ِن هذا عار علينا‬ ْ َ َ ُ
ِ ‫حدثنا مسدد حدثنا عبد الو‬
َ
َ َّ َ َْ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ ُ َ َ َ َ ْ َّ َ ُ َ ْ َ َّ َ
‫السل ِف‬
ْ َّ َ
‫الره َن َوالق ِبيل ِفي‬ ‫اهيم‬ َْ َ ْ َْ ََ َ ‫السلاح ف َوعد ُه‬ ِ ‫ول ِكنا نرهنك اللأمة قال سفيان يع ِني‬
ِ ‫قال تذاكرنا ِعند ِإبر‬ َ َ
َ َّ َ َ ُ َّ َّ َ َّ َ ُ ُ ُ َ َ َ ُ َ ْ َ ْ
‫اَّلل‬ ُ ‫َف َق َال إ ْب َراه‬
ُ َّ ‫يم َحَّدثَ َنا ْالأ ْس َو ُد َع ْن َعائ َش َة َرض َي‬ ‫اَّلل عل ْيهِ َو َسل َم‬ ‫وه ثَّم أت ْوا النبَّي صلى‬ ‫أن يأ ِتيه فقتل‬
ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ
ََ ْ َّ َ َ ُ َّ َّ َ َّ َّ ْ َ ُ ‫َفأ ْخ َب ُر‬
‫اَّلل عل ْيهِ َو َسل َم اشترى ِم ْن‬ ‫عن َها أن النبَّي صلى‬ ‫وه‬
ِ
َ
ُ َ ْ ُ َ َ ََ َ َ ً َ َ Terjemahnya:
‫ودي طعاما ِإلى أج ٍل ورهنه ِدرعه‬ ‫َي ُه‬
ٍ ِ Telah menceritakan kepada kami
Terjemahnya: ‘Ali bin ‘Abdullah telah
Telah menceritakan kepada kami menceritakan kepada kami Sufyan
Musaddad telah menceritakan berkata, ‘Amru aku mendengar Jabir
kepada kami ‘Abdul Wahid telah bin ‘Abdullah radliallahu ‘anhuma
menceritakan kepada kami Al berkata; Rasulullah shallallahu
A’masy berkata; kami menceritakan ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa
di hadapan Ibrahim tentang masalah yang bersedia untuk (membunuh)
gadai dan pembayaran tunda dalam Ka’ab bin Al Asyraf karena dia telah
jual beli. Maka Ibrahim berkata; menghina Allah dan Rasul-Nya
telah menceritakan kepada kami Al shallallahu ‘alaihi wasallam?. Lalu
Aswad dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha Muhammad Bin Maslamah berkata:
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi “Aku bersedia”. Kemudian
wasallam pernah membeli makanan Muhammad bin Maslamah menemui
dari orang Yahudi dengan Ka’ab bin Al Asyraf, lalu berkata:
pembayaran tunda sampai waktu “Kami ingin engkau agar
yang ditentukan, yang Beliau meminjamiku satu atau dua wasaq
menggadaikan (menjaminkan) baju kurma”. Dia (Ka’ab) menjawab:
besi Beliau.” (H.R. Bukhari) “Gadaikan dulu isteri-isteri kalian”.
Para sahabat Maslamah menjawab:
Hadis penguat: “Bagaimana mungkin kami
menggadaikan isteri-isteri kami
Menggadaikan senjata
sedangkan engkau orang arab yang
َ َ َ ُ ْ َ َ َّ َ َّ ْ َ ُ ْ ُّ َ َ َ َّ َ
‫اَّلل حدثنا ُسف َيان قال ع ْم ٌرو‬
paling tampan?”. Dia berkata:
ِ ‫حدثنا ع ِلي بن عب ِد‬
“Kalau begitu gadaikan anak-anak
َ َ ُ ُ َ ْ َ ُ َّ َّ َ َ ُ ْ
‫اَّلل عن ُهما َيقول قال‬ ِ ‫َس ِمعت ج ِاب َر ْب َن ع ْب ِد‬
‫اَّلل َر ِض َي‬ kalian.” Mereka berkata:
“Bagaimana kami menggadaikan

Doli Witro dkk. │ 87


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

anak-anak kami, padahal nantinya menanggung nafkahnya dalam rangka


mereka mendapat cemoohan: “Duh, mencari keadilan dalam hal tersebut
anaknya digadaikan hanyalah untuk (Bassam, 2006: 486).
sekedar menadapat satu atau dua
Wahbah Az-Zuhayli mengemukakan
wasaq, itu adalah celaan bagi kami,
namun kami akan menggadaikan terjadi perbedaan pendapat para ulama
kamu dengan lakmah”. Sufyan terhadap biaya yang dikeluarkan
berkata: “Maksud lakmah adalah murtahin terhadap marhun atau barang
pedang”. Maka Maslamah berjanji dijadikan sebagai jaminan. Menurut
kepadanya untuk menemuinya, lalu ulama mazhab Hanafiyah membagi
mereka membunuhnya kemudian menjadi dua kategori mengenai biaya
mereka temui Nabi shallallahu
yang dikeluarkan untuk menjaga dan
‘alaihi wasallam lalu mereka
kabarkan kejadiannya (H.R. merawat barang jaminan yaitu murtahin
Bukhari). sebagai pihak yang diberikan tanggung
jawa untuk merawat barang jaminan
Tafsir, Kandungan, dan Makna
Hadis Utama dengan rahin sebagai pemilik barang.
Segala biaya terkait kepentingan untuk
Kata azh-zhahru berarti kebalikan
kepentingan menjaga barang jaminan
dari perut yaitu punggung hewan yang
serta keutuhannya adalah kewajiban
dapat dinaiki, misalnya onta, kuda,
rahin (pemberi gadai) (Zain, Abbas, &
keledai dan hewan-hewan lainnya.
Idami, 2019: 418).
Kemudian kata labanu ad-dary berarti
Di sisi lain penerima gadai tidak
susu. Maksudnya hewan yang memiliki
dibolehkan menaiki hewan ternak
susu di teteknya. Kata binafaqatih
tersebut dan tidak membawanya apabila
berarti memberikan nafkah, maka
barang gadaian tersebut membebaninya
hewan yang dinaiki, harus diberikan
karena di dalamnya terdapat bahaya
nafkah. Hadis ini menunjukkan prinsip
baginya dan bagi pemilik yang asli.
dasar pegadaian dan ia merupakan jenis
Apabila hewan tersebut dapat diperah
akad yang legal secara hukum syari’at
susunya, maka ia boleh memerahnya
yang dapat menjaga hak-hak orang lain
dan mengambil susunya selama ia
di mana barang yang digadaikan dapat
memberikan nafkah dalam rangka
menjadi jaminan utang saat orang yang
mencari keadilan. Hukum ini berlaku
berutang tidak mampu membayar
pada hewan yang dapat dinaiki dan
utangnya (Bassam, 2006: 485–486).
diperas susunya, di mana ada izin dari
Islam memperbolehkan menggadai
Allah s.w.t. Oleh karena itu, maka tidak
hewan, karena syarat menggadai adalah
perlu meminta izin lagi kepada pemberi
mengetahui jenis barang yang digadai,
gadai dan tidak perlu lagi ada
kriteria dan ukurannya. Ini semua
kesepakatan dengannya. Hal tersebut
terdapat pada hewan. Jenis hewan yang
selagi susu yang ada sesuai dengan
bisa digadai yaitu hewan yang dapat
nafkah yang diberikan (Bassam, 2006:
dinaiki. Oleh karenanya, penerima
486).
gadai boleh menaikinya dan harus

88 │ Hadis Tentang Gadai: Analisis Hukum Pemanfaatan Hewan…


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

Menurut mazhab Hanafi pemberi diperas susunya dan tidak dapat dinaiki
gadai tidak memiliki hak untuk tanpa ada izin dari pemberi gadai,
memanfaatkan barang jaminan tanpa walaupun ia dapat melakukannya, maka
izin penerima gadai, begitu juga ia tidak boleh mengembalikannya
sebaliknya. Penerima gadai memiliki kepada pemberi gadai tersebut,
hak atas barang jaminan, maka jika sekalipun ia berniat mengembalikannya,
pemberi gadai hendak meminta barang karena ia telah berbuat sukarela atau
jaminan, maka harus meminta izin berlebihan”. Adapun Ibnu Qayyim
terlebih dahulu kepada penerima gadai. berkata: “barangsiapa yang melakukan
Lebih jika ada kerusakan barang sesuatu demi orang lain sebagai
jaminan yang dimanfaatkan oleh kewajiban baginya, maka kebalikannya
pemberi gadai, maka ia bertanggung tersebut akan kernbali padanya
jawab mengganti atau memperbaiki berdasarkan firman Allah s.w.t. dalam
senilai kerusakan tersebut. Para ulama surat ar-Rahman ayat 60:
ُ ْ ْ َّ َ ْ ْ ُ َ َ ْ َ
mazhab Hanabilah mengemukakan
pemberi gadai tidak bisa memanfaatkan ٦٠ُۚ‫ان ِالا ال ِاح َسان‬
ِ ‫هل جزاۤء ال ِاحس‬
barang jaminan tanpa izin dari penerima Terjemahnya:
gadai. Hal ini berangkat dari prinsip Tidak ada balasan untuk kebaikan
bahwa segala manfaat atau hasil yang selain kebaikan (pula) (Departemen
diperoleh oleh penerima gadai akan Agama RI, 2010: 533).
dikembalikan kepada pemberi gadai Kebaikan yang disia-siakan,
(Roficoh & Ghozali, 2018: 30). bukanlah balasan bagi orang yang telah
Oleh karena itu, apabila susu yang berbuat baik. Hal ini berdasarkan sabda
ada lebih, maka penerima gadai dapat Nabi s.a.w. yang diriwayat dari Jabir bin
menjualnya, karena ia berposisi sebagai Abdillah Al Ansahary:
pemilik. Adapun apabila susu yang ada
ُْ ْ َْ ٌ ْ َ ُ
tidak mencukupi dan susu tersebut lebih .‫َم ْن ص ِن َع ِإل ْيهِ َمع ْر ُوف فل ُيج ِزئه‬
sedikit dari pembiayaan yang Terjemahnya:
dikeluarkan, maka penerima gadai “Siapa yang memperoleh kebaikan
boleh mengembalikannya kembali dari orang lain, hendaknya dia
kepada pemberi gadai, apabila ia membalasnya.” (H. R. Tirmidzi).
memiliki niat untuk mengembalikannya. Syaikhul Islam berkata, “apabila
Adapun apabila penerima gadai secara pemberi gadai berkata: ‘aku tidak dapat
sukarela mau menerima kelebihan membiayai lagi,’ lalu orang yang
pembiayaan tersebut, maka barang yang membiayai (penerima gadai) berkata:
digadai tidak perlu dikembalikan ‘pembiayaan tersebut kewajiban kamu
(Bassam, 2006: 486). dan aku hanya menjaga barang yang
Para pengikut Madzhab Hambali digadaikan saja.’ Maka hal ini murni
berkata “apabila penerima gadai keadilan, kemaslahatan dan tuntunan
membiayai hewan yang tidak dapat Al-Qur’an.” Ini adalah pendapat

Doli Witro dkk. │ 89


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

madzhab ahli Madinah dan para ahli disertai dengan membiayainya


Hadis. Ahlul Hadis berkata, sekedarnya. Di dalamnya terdapat
“sesungguhnya orang yang keterangan bahwa manfaat barang
mendasarkan kewajiban orang lain, gadaian yang ada dapat diambil dan
maka kompensasinya akan kembali tidak boleh lenyap begitu saja. Ini
padanya. Ibnu Qayyim berkata, “hadis termasuk menyia-nyiakan harta yang
di atas, prinsip dan dasar-dasar syari’ah dilarang (Bassam, 2006: 488).
menunjukkan bahwa hewan yang Perbedaan pendapat di kalangan
digadaikan pada hakekatnya memiliki ulama Hadis utama
kehormatan diri yang menjadi hak Allah
Di dalam Hadis utama di atas
s.w.t. Pemiliknya memiliki hak
terdapat dalil bahwa barang gadai
kepemilikan dan penerima gadai
berada pada kekuasaan penerima gadai
memiliki hak kepercayaan. Apabila
selama masa pegadaian berlangsung
barang gadai tersebut berada di tangan
sebagaimana firman Allah s.w.t. dalam
penerima gadai dan ia tidak menaiki
al-Baqarah ayat 283:
serta tidak memeras susunya, maka
ٰ َ ً َ ُ َ َ َ ٰ َ ُْ ُ ْ َ
lenyaplah manfaatnya. Oleh karena itu, ‫۞واِ ن كنت ْم على َسف ٍر َّول ْم ِتجد ْوا كاتِبا ف ِره ٌن‬
َّ
ُْ َ َْ ً ْ ُ ُ ْ َ ْ َ ٌ َ ْ
‫َّمق ُب ْوضةۗف ِان ا ِم َن َبعضك ْم َبعضا فل ُيؤ ِد ال ِذى اؤت ِم َن‬
merupakan tuntutan keadilan, anologi,
kemaslahatan pemberi gadai dan
َ َ َّ ُ ْ َ َ ٗ ْ َ
َ ‫ا َم َان َت ٗه َول َيَّتق ه‬
penerima gadai untuk mengambil ‫اَّلل َرَّبهۗ َولا تكت ُموا الش َهادةۗ َو َم ْن‬ ِ
َ َ ُ ْ َ َ ُ َ ٗ ُ ٌ ٗ َّ َ َ ْ ُ ْ َّ
‫ه‬ ْ َ ٰ
٢٨٣ ࣖ ‫اَّلل ِبما تع َمل ْون ع ِل ْي ٌم‬
manfaat, yaitu dengan menaiki dan
‫يكتمها ف ِان ٓٗه ا ِثم قلبهۗ و‬
memeras susunya di mana
konpensasinya adalah memberi nafkah Terjemahnya:
apabila penerima gadai telah Dan jika kamu dalam perjalanan
memanfaatkannya dan menggantinya sedang kamu tidak mendapatkan
seorang penulis, maka hendaklah
dengan pembiayaan. Hal ini ada barang jaminan yang dipegang.
memadukan di antara dua kemaslahatan Tetapi, jika sebagian kamu
dan dua hak.” (Bassam, 2006: 487–488). mempercayai sebagian yang lain,
Di dalam hadis utama terdapat hendaklah yang dipercayai itu
keterangan mengenai kewajiban berlaku menunaikan amanatnya (utangnya)
adil pada segala hal yang ada di dalam dan hendaklah dia bertakwa kepada
Allah, Tuhannya. Dan janganlah
kekuasaan seseorang dan di dalam
kamu menyembunyikan kesaksian,
tindak tanduknya. Hadis di atas karena barangsiapa
menunjukkan bahwa pembiayaan dan menyembunyikannya, sungguh,
manfaat gadai kembali kepada pemberi hatinya kotor (berdosa). Allah Maha
gadai. Pembiayaan tidak wajib bagi Mengetahui apa yang kamu kerjakan
penerima gadai, kecuali di dalam (Departemen Agama RI, 2010: 49).
kondisi adanya manfaat yang didapat
dari barang gadaian yang dapat Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di
dimanfaatkan oleh penerima gadai mengemukakan ayat ini apabila

90 │ Hadis Tentang Gadai: Analisis Hukum Pemanfaatan Hewan…


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

seseorang atau sekelompok orang yang dibolehkan menggadaikan barang atau


tengah di perjalanan. Kemudian tidak benda yang haram seperti khamar, babi,
mendapatkan seorang penulis atas akad dan sejenisnya. Selain itu tidak
hutang-piutang yang dilakukan, maka diperbolehkan menggadaikan barang
dapat digantikan dengan barang yang berasal dari harta curian atau
jaminan sebagai bentuk bukti yang gasab. Begitu juga dengan harta yang
pengaman hutang antara kedua belah belum menjadi rahin sepenuhnya
pihak. Barang jaminan atau agunan (Surepno, 2018: 181). Para ulama
tersebut dipegang oleh murtahin sepakat barang yang boleh dijadikan
(pemberi gadai) (Misno, 2018: 27). jaminan dalam praktek gadai sama
Berangkat dari ayat ini dapat dipahami dengan syarat-syarat barang yang
bahwa dalam hukum Islam, gadai menjadi dari objek jual beli (Surahman
berawal dari transaksi muamalah yang & Adam, 2018: 141).
tidak tunai (hutang) dengan barang Dikatakan di dalam al Inshaf, imam
jaminan yang diberikan sebagai sesuatu Ahmad mengemukakan bahwa
yang sekiranya dapat memberikan memegang barang gadai bukan syarat
ketengan bagi orang yang memberikan yang harus dilakukan. Ia menjadi
pinjaman. Oleh karenanya, dalam keharusan dengan adanya akad saja. Al
hukum Islam tidak melarang pemberian Qadhi berkata, ini adalah pendapat para
barang sebagai jaminan hutang atau pengikut kita. Dikatakan di dalam At-
memperbolehkan praktek gadai Talkhish, “ini adalah pendapat-pendapat
(Purbasari & Rahayu, 2017: 148). yang masyhur dari dua riwayat. Ini
Pendapat-pendapat yang masyhur adalah pendapat madzhab imam Ahmad,
dari madzhab imam Ahmad Ibnu Aqil dan ulama lainnya (Bassam,
menyatakan bahwa menerima barang 2006: 488–489).
gadaian adalah syarat. Demikian Oleh karena itu berdasarkan riwayat
pegadaian tidak dapat terlaksana kecuali tersebut, apabila orang yang menerima
dengan menerima barang gadaian ini. hak gadai tidak mau menerima barang
Ini adalah pendapat mayoritas ulama, di yang digadaikan, maka ia boleh dipaksa
antaranya Abu Hanifah dan Imam Asy- seperti jual beli. Selain itu apabila orang
Syafi’i. Riwayat lain dari Imam Ahmad yang menggadaikan barangnya menarik
mengatakan, “menerima barang gadai kembali barang gadaiannya dari
bukan merupakan syarat keharusan. penerima gadai untuk dipinjam atau
Transaksi pegadaian dapat terlaksana yang lainnya lalu ia memintanya, maka
dengan sekedar adanya akad” (Bassam, penerima gadai harus memaksa untuk
2006: 488). menariknya kembali.” Syaikh
Benda atau barang jaminan Abdurrahman bin Hasan berkata:
hendaknya harta yang dibolehkan Adapun firman Allah s.w.t. “maka
secara syar’i dan bisa dijual hendaklah ada barang tanggungan
(menghasilkan harta). Karena tidak yang dipegang.” (Q.S. al-Baqarah/2:

Doli Witro dkk. │ 91


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

283) maka ia merupakan kriteria umum pemilik asli kecuali dua manfaat ini,
dan kebutuhan menuntut untuk tidak karena keduanya merupakan
harus menerima (Bassam, 2006: 489). pengecualian yang dikemukakan oleh
hadis ini. Selain itu disyaratkan juga –
Analisis faidah Hadis utama: Telah
penggunaan hewan sebagai barang mencari keadilan– yaitu dimana
gadai oleh murtahin manfaat yang diperoleh oleh orang yang
Para ulama sepakat pemanfaatan menaiki dan orang yang memerah
barang gadai oleh orang yang menerima susunya sesuai dengan ukuran
gadai tersebut tidak boleh mengambil pembiayaannya. Dengan demikian,
manfaat atau hasil dari barang yang maka ia jauh sekali dari pinjaman yang
digadaikan tersebut. Orang yang menarik manfaat. Bersamaan dengan itu
menerima barang gadai tidak hadis ini tidak diambil kecuali oleh
mempunyai hak untuk memanfaatkan imam Ahmad. Adapun tiga imam
barang gadai yang dipegangnya. Oleh lainnya, maka mereka tidak mengambil
karena itu, semua hasil yang ada hadis ini dan mereka menjawab dengan
menjadi milik orang yang jawaban-jawaban yang dapat dibantah.
menggadaikan (Yusuf, 2016: 8). Karena Di antaranya dakwaan nasakh pada
pada dasarnya akad gadai merupakan hadis. Di antaranya juga bahwa ba’di
akad tabarru’. Tabarru’ menjadi prinsip dalam kalimat binafaqatihi, tidak
dalam melakukan suatu transaksi menunjukkan arti kompensasi tetapi ia
muamalah dan juga menjadi dorongan menunjukkan ma’iyah (kebersamaan)
untuk menjalankan perintah Allah. yang artinya sesungguhnya punggung
Semua transaksi muamalah yang lahir hewan dapat dinaiki dan juga
dari akad tabarru’, diniatkan dan berkewajiban membiayainya. Dengan
bermaksud sebagai perbuatan tolong- demikian pemberi barang gadai tidak
menolong antar sesama makhluk boleh malarang untuk dimanfaatkan dan
ciptaan Allah (Safrizal, 2016: 232; pembiayaan tidak gugur darinya.
Suwandi, 2017: 211). Pendapat yang shahih adalah apa yang
Namun pada hadis utama di atas dapat dipahami dari teks hadis dan
menunjukkan bahwa barang yang makna lahiriyah hadis sebagaimana
digadaikan tidak boleh dianggurkan, dipahami oleh para perawi hadis
tetapi ia harus dimanfaatkan dan diantaranya Iman Ahmad (Bassam,
dibiayai. Ini tidak bertentangan dengan 2006: 489–490).
hadis Nabi s.a.w., “sesungguhnya setiap
pinjaman yang menarik manfaat, maka
ia riba.” Hal tersebut berdasarkan ijma’
ulama. Oleh karena itu, pembiayaan KESIMPULAN
barang gadaian dibebankan kepada Berdasarkan hadis di atas, barang
pemiliknya. Sebagaimana juga hasil (jaminan) yang digadai kepada seorang
yang diperoleh juga diberikan kepada penerima gadai boleh dimanfaatkan

92 │ Hadis Tentang Gadai: Analisis Hukum Pemanfaatan Hewan…


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

selama dia membayar sewa dari manfaat hidup seperti hewan tunggangan dan
yang diambilnya. Dengan kata murtahin hewan perah. Begitu juga dengan benda
mengambil manfaat secara adil sesuai mati lainnya yang bisa dimanfaatkan
dengan kadar yang diberikan kepada sehingga memberikan manfaat kepada
barang gadai yang diamanatkan atau penerima gadai.
dikuasainya. Hal berlaku kepada benda

DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Y. (2017). Analisis Kesesuaian Akuntansi Rahn Emas Dalam Perspektif
Psak Pada Hadits Imam Bukhari. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi (JIRA), 6(8),
1–15. Retrieved from
http://jurnalmahasiswa.stiesia.ac.id/index.php/jira/article/view/1523
Ali, Z. (2008). Hukum Pegadaian Syari’ah. Jakarta: Sinar Grafika.
Bassam, A. bin A. Al. (2006). Syarah Bulughul Maram, Jilid 4. Jakarta: Pustaka
Azzam.
Departemen Agama RI. (2010). Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung: Syaamil
Qur’an.
Fadllan, F. (2014). GADAI SYARIAH; Perspektif Fikih Muamalah dan
Aplikasinya dalam Perbankan. IQTISHADIA: Jurnal Ekonomi & Perbankan
Syariah, 1(1), 30–41. https://doi.org/10.19105/iqtishadia.v1i1.364
Fadllan, F. (2015). OBLIGASI SYARIAH; Antara Konsep dan Implementasinya.
IQTISHADIA: Jurnal Ekonomi & Perbankan Syariah, 1(2), 163–175.
https://doi.org/10.19105/iqtishadia.v1i2.479
Fatmah, F. (2018). Pemanfaatan barang gadai. IQRA: Jurnal Ilmu Kependidikan &
Keislaman, 2(1), 55–60. Retrieved from
https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/IQRA/article/view/281
Febrianasari, S. N. (2020). Hukum Ekonomi Islam Dalam Akad Ijarah Dan Rahn
(Islamic Economic Law In The Ijarah And Rahn Contracts). Qawãnïn: Journal
of Economic Syaria Law, 4(2), 193–208. https://doi.org/10.30762/q.v4i2.2471
Irfan, A. (2015). Suatu Tinjauan Islam: Praktik “Boroh” (Pegadaian) (Mengatasi
Masalah Dengan Masalah). Jurnal Akuntansi Universitas Jember, 10(2), 48–
63. https://doi.org/10.19184/jauj.v10i2.1251
Karmaen, S., & Antoni, A. (2020). Pemanfaatan Barang Jaminan oleh Murtahin
Dalam Perspektif Islam. EL-HIKAM: Jurnal Pendidikan Dan Kajian
Keislaman, 13(1), 22–66. Retrieved from
http://ejournal.kopertais4.or.id/sasambo/index.php/elhikam/article/view/3893
Kusairi, A. (2012). Konsep Gadai Dalam Hukum Islam (Studi Analisis terhadap
Mekanisme Operasional Gadai Syarî’ah di Perusahaan Umum Pegadaian
Syari’ah Pamekasan). Al-Ihkam, 7(1), 116–141. https://doi.org/10.19105/al-
lhkam.v7i1.320
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1984). Qualitative Data Analysis (a Source book
of New Methods). Beverly Hills: Sage Publications.

Doli Witro dkk. │ 93


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

Misno, A. (2018). Gadai Dalam Syari’at Islam. Ad Deenar: Jurnal Ekonomi Dan
Bisnis Islam, 1(1), 26–39. https://doi.org/10.30868/ad.v1i01.226
Purbasari, I., & Rahayu, S. (2017). Analisis Penerapan Akad Rahn (Gadai) dan
Pengenaan Biaya Administrasi Rahn di Pegadaian Syariah (Studi Empiris di
Kantor Cabang Pegadaian Syariah Pamekasan). Jurnal Hukum Ekonomi Islam,
1(1), 144–170. Retrieved from
https://jhei.appheisi.or.id/index.php/jhei/article/view/1
Roficoh, L. W., & Ghozali, M. (2018). Aplikasi Akad Rahn Pada Pegadaian Syariah.
Jurnal Masharif Al-Syariah: Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah, 3(2),
26–43. https://doi.org/10.30651/jms.v3i2.1736
Safrizal, S. (2016). Praktek Gala Umong (Gadai Sawah) Dalam Perspektif Syari’Ah
(Studi Kasus Di Desa Gampong Dayah Syarif Kecamatan Mutiara Kabupaten
Pidie Provinsi Aceh). Jurnal Ilmiah Islam Futura, 15(2), 231–250.
https://doi.org/10.22373/jiif.v15i2.544
Soemitra, A. (2016). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana.
Sofi’i, I. (2016). ANALISIS TRANSAKSI GADAI EMAS DALAM
PERSPEKTIF ISLAM (Studi Kasus Pada BMT Al Muqrin Pondok Cabe
Pamulang Banten). Keberlanjutan: Jurnal Manajemen Dan Jurnal Akuntansi,
1(2), 94–112. Retrieved from
http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/keberlanjutan/article/view/145
Subagiyo, R. (2014). Tinjauan Syariah Tentang Pegadaian Syariah (Rahn). An-
Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah, 1(1), 161–184.
https://doi.org/10.21274/an.2014.1.1.161-184
Surahman, M., & Adam, P. (2018). Penarapan Prinsip Syariah Pada Akad Rahn Di
Lembaga Pegadaian Syariah. Law and Justice, 2(2), 135–146.
https://doi.org/10.23917/laj.v2i2.3838
Surepno, S. (2018). Studi Implementasi Akad Rahn (Gadai Syariah) Pada Lembaga
Keuangan Syariah. TAWAZUN: Journal of Sharia Economic Law, 1(2), 174–
186. https://doi.org/10.21043/tawazun.v1i2.5090
Suwandi, S. (2017). Hukum jaminan antara utang-piutang dan rahn. Jurisdictie:
Jurnal Hukum Dan Syariah, 7(2), 203–218.
https://doi.org/10.18860/j.v7i2.3855
Syafe’i, R. (1995). Konsep Gadai (al-Rahn) dalam Fiqh Islam. Jakarta: Pustaka
Firdaus.
Wahid, N. (2018). Pelibatan Akad Ijarah dalam Praktik Rahn di Bank Syari’ah
Perspektif Hukum Ekonomi Syariah. Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam,
12(1), 147–161. https://doi.org/10.24090/mnh.v12i1.1349
Witro, D. (2019). Praktek Jual Beli Parang dengan Cara Penumpukan untuk
Meningkatkan Harga di Desa Koto Padang Perspektif Hukum Islam. Al-Qisthu:
Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Hukum, 17(1), 34–40.
https://doi.org/10.32694/010710
Witro, D. (2021). Qaidah furu’ fi al-hiwalah: Sebuah tinjauan umum. Qawãnïn:
Journal of Economic Syaria Law, 5(1), 1–12.
https://doi.org/10.30762/qawanin.v5i1.2897

94 │ Hadis Tentang Gadai: Analisis Hukum Pemanfaatan Hewan…


J-HES
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
p-ISSN: 2549-4872│e-ISSN: 2654-4970

Witro, D., Nuraeni, N., & Januri, M. F. (2021). Classification of Aqad in Sharia
Economic Law. Nurani, 21(1), 55–68.
https://doi.org/10.19109/nurani.v21i1.8387
Yusuf, N. (2016). Pemanfaatan Barang Gadaian Dalam Perspektif Hukum Islam.
Jurnal Ilmiah Al-Syir’ah, 4(2), 1–14. https://doi.org/10.30984/as.v4i2.206
Zain, I., Abbas, S., & Idami, Z. (2019). Klausula Akad Rahn Dari Perspektif Hukum
Islam Dan Urgensi Notaris Dalam Penyusunannya. Jurnal Hukum Ius Quia
Iustum, 26(2), 410–431. https://doi.org/10.20885/iustum.vol26.iss2.art10

Doli Witro dkk. │ 95

Anda mungkin juga menyukai