Anda di halaman 1dari 133

IMPLEMENTASI MODEL INQUIRY BASED LEARNING (IBL)

BERBANTUAN MEDIA PERMAINAN KATA-LIST TERHADAP


MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI
KESETIMBANGAN ION DAN pH LARUTAN PENYANGGA KELAS XI
MIA SMAN 10 BANJARMASIN TAHUN PELAJARAN 2018/2019.

SKRIPSI

Oleh:
LINDA SAFITRI
NIM A1C315204

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
SEPTEMBER 2019
IMPLEMENTASI MODEL INQUIRY BASED LEARNING (IBL)
BERBANTUAN MEDIA PERMAINAN KATA-LIST TERHADAP MOTIVASI
DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI
KESETIMBANGAN ION DAN pH LARUTAN PENYANGGA KELAS XI MIA
SMAN 10 BANJARMASIN TAHUN PELAJARAN 2018/2019.

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan
Program Strata-1 Pendidikan Kimia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
SEPTEMBER 2019
IMPLEMENTASI MODEL INQUIRY BASED LEARNING (IBL)
BERBANTUAN MEDIA PERMAINAN KATA-LIST TERHADAP MOTIVASI
DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI
KESETIMBANGAN ION DAN pH LARUTAN PENYANGGA KELAS XI MIA
SMAN 10 BANJARMASIN TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Oleh:
LINDA SAFITRI
NIM A1C315204

Disetujui untuk Sidang Skripsi

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Parham Saadi, M.Si Dr. Rusmansyah, M.Pd


NIP. 19621004 198903 1 002 NIP. 19690926 199303 2 003

Mengetahui,
Koordinator Program Studi Pendidikan Kimia

Dr. Rusmansyah, M.Pd


NIP. 19690926 199303 2 003

iii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebut dalam Daftar Pustaka.

Banjarmasin, September 2019

Linda Safitri
NIM A1C315204

iv
IMPLEMENTASI MODEL INQUIRY BASED LEARNING (IBL)
BERBANTUAN MEDIA PERMAINAN KATA-LIST TERHADAP MOTIVASI
DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI
KESETIMBANGAN ION DAN pH LARUTAN PENYANGGA KELAS XI MIA
SMAN 10 BANJARMASIN TAHUN PELAJARAN 2018/2019 (Oleh Linda
safitri; Pembimbing: Parham Saadi, Rusmansyah; 2019; halaman 116)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang implementasi model inquiry Based Learning


(IBL) berbantuan media permainan kata-list terhadap motivasi dan hasil belajar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perbedaan motivasi, (2) perbedaan
hasil belajar, (3) hubungan motivasi dan hasil belajar, (4) respon peserta didik.
Metode dalam penelitian ini adalah quasi experiment dengan desain penelitian
equivalent control group. Sampel penelitian ini adalah peserta didik kelas MIA 3
sebagai kelas kontrol dan MIA 1 sebagai kelas eksperimen di SMA Negeri 10
Banjarmasin. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model inquiry Based
Learning (IBL) berbantuan media permainan kata-list, sedangkan variabel
terikatnya adalah motivasi dan hasil belajar. Pengumpulan data menggunakan
teknik tes dan non-tes. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis
deskriptif dan inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat
perbedaan motivasi yang signifikan antara pembelajaran yang menerapkan
pendekatan sainfitik dengan berbantuan media permainan kata-list dan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik, (2) terdapat perbedaan hasil belajar
pada ranah pengetahuan yang signifikan pembelajaran yang menerapkan
pendekatan sainfitik dengan berbantuan media permainan kata-list dan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik,, (3) terdapat hubungan positif antara
motivasi dan hasil belajar pengetahuan peserta didik, selain itu nilai rata-rata sikap
dan keterampilan peserta didik yang diajarkan dengan pendekatan saintifik
berbantuan media permainan kata-list lebih baik dibandingkan dengan peserta
didik yang diajarkan dengan pendekatan saintifik, (4) peserta didik memberikan
respon sangat positif terhadap pembelajaran yang menerapkan model inquiry
Based Learning (IBL) berbantuan media permainan kata-list.

Kata Kunci: Inquiry Based Learning, media permainan kata-list, motivasi, hasil
belajar, kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Implementasi Model Inquiry Based Learning (IBL) Berbantuan Media

Permainan Kata-List Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik Pada

Materi Kesetimbangan Ion dan pH Larutan Penyangga Kelas XI MIA SMAN 10

Banjarmasin Tahun Pelajaran 2018/2019” Skripsi ini sebagai salah satu prasyarat

untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata-1 Pendidikan Kimia.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-

besarnya kepada:

1. Dekan FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin.

3. Bapak Dr.Rusmansyah, M.Pd., selaku Koordinator Program Studi Pendidikan

Kimia FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.

4. Bapak Drs. Parham Saadi, M.Si. selaku dosen pembimbing I serta Bapak Dr.

Rusmansyah, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Drs. H. Muhammad Kusasi, M.Pd. dan Bapak Drs. Iriani Bakti, M.Si.

selaku dosen penguji.

6. Bapak Drs. H. Bambang Suharto, Bapak Drs. H. Muhammad Kusasi, M.Pd.,

vi
Bapak Dr. Rusmansyah, M.Pd., M.Si., Ibu Dra. Hj. Sunarti, M.Pd., dan Ibu

Heldaniah, S.Pd selaku validator instrumen tes dan nontes.

7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Kimia yang telah

banyak memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan selama masa

perkuliahan.

8. Kepala SMA Negeri 10 Banjarmasin yang telah memberikan izin kepada

peneliti untuk melaksanakan penelitian di SMA Negeri 10 Banjarmasin.

9. Guru-guru mata pelajaran kimia SMA Negeri 10 Banjarmasin, khususnya

Ibu Heldaniah, S.Pd. selaku guru mata pelajaran kimia kelas XI MIA yang

memberikan izin, arahan dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian.

10. Kedua orang tua dan seluruh keluarga yang memberikan semangat dan

dukungan baik moral maupun materi.

11. Maulida, Anis Safitri, Siti mariam, Norzatiah, Rini Safitri, Rizka Aulina, M.

Salis Padli, Rina Wati, Mimi Amalia, Baiti Hasna, Aulia Ulfah, Khairunisa,

Raida Fadia Putri, Hatmi Murdiarti, Sri Winda, Ika Andriani yang telah

memberikan semangat, bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan di

dalamnya. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan

dari semua pihak. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi

peningkatan kualitas pendidikan kimia di masa mendatang. Aamiin.

Banjarmasin, September 2019

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
LEMBAR PESETUJUAN......................................................................................iii
PERNYATAAN.....................................................................................................iv
ABSTRAK...............................................................................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................4
D. Manfaat Penelitian............................................................................................5
E. Definisi Operasional.........................................................................................6
BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................9
A. Deskripsi Teori..................................................................................................9
1. Model inquiry based learning (IBL)............................................................9
a pengertian model inquiry based learning (IBL)......................................9
b. karakteristik model inquiry based learning (IBL).................................10
c. langkah-langkah model inquiry based learning (IBL) ..........................11
d. kelebihan dan kekurangan model inquiry based learning (IBL)...........12
2. Media Pembelajaran...................................................................................13
a pengertian media pembelajaran..............................................................13
b. media permainan kata-list......................................................................13
c. cara permainan kata-list ........................................................................14
d. manfaat media permainan kata-list........................................................19
3. Hubungan model pembelajaran inquiry based learning (IBL) berbantuan
media permainan kata-list..........................................................................19
4. Teori belajar................................................................................................21
5. Motivasi belajar..........................................................................................24
a pengertian motivasi belajar....................................................................24
b. fungsi motivasi belajar...........................................................................25
c. bentuk-bentuk motivasi belajar..............................................................25
d. indikator motivasi belajar.......................................................................27
6. Belajar dan hasil belajar.............................................................................28
7. Penelitian Relevan......................................................................................29
8. Karakteristik kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga.....................31
B. Kerangka Berpikir...........................................................................................32
C. Hipotesis Penelitian........................................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................35

viii
A. Rancangan Penelitian......................................................................................35
B. Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................................36
C. Populasi dan Sampel Penelitian......................................................................36
D. Variabel Penelitian..........................................................................................37
1. Variabel bebas............................................................................................37
2. Variabel terikat...........................................................................................38
E. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................38
F. Perangkat dan Instrumen Penelitian................................................................38
1. Rencana pelaksanaan pembelajaran...........................................................39
2. Lembar kerja peserta didik.........................................................................39
3. Lembar penilaian........................................................................................39
G. Instrumen Penelitian.......................................................................................39
1. Instrumen tes hasil belajar pengetahuan....................................................40
2. Instrumen non tes.......................................................................................40
3. Pengujian instrumen penelitian..................................................................41
a validitas instrumen tes dan non tes.........................................................41
b. reabilitas instrumen................................................................................47
c. taraf kesukaran.......................................................................................48
d. daya pembeda.........................................................................................49
H. Teknik Analisis Data.......................................................................................51
1. Analisis deskriptif......................................................................................51
a analisis motivasi belajar.........................................................................52
b. analisis hasil belajar sikap.....................................................................52
c. analisis hasil belajar pengetahuan..........................................................53
d. analisis hasil belajar keterampilan sosial...............................................54
e. analisis respon........................................................................................55
f. N-gain....................................................................................................55
2. Analisis Inferensial....................................................................................56
a uji normalitas..........................................................................................56
b uji homogenitas......................................................................................58
c uji-t.........................................................................................................59
d korelasi product-moment.......................................................................60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................62
A. Hasil Penelitian...............................................................................................62
1. Data hasil motivasi belajar.........................................................................62
a hasil pra-treatment dan post-treatment motivasi belajar.......................62
b hasil N-gain motivasi belajar.................................................................64
c hasil inferensial motivasi belajar............................................................65
(1) uji normalitas...................................................................................65
(2) uji homogenitas...............................................................................66
(3) uji-t..................................................................................................68
2. Data hasil belajar sikap..............................................................................68
3. Data hasil belajar pengetahuan..................................................................70
a hasil belajar pre-test dan post-test pengetahuan....................................70
b hasil N-gain hasil belajar pengetahuan.................................................73
c hasil inferensial hasil belajar pengetahuan............................................74

ix
(1) uji normalitas...................................................................................74
(2) uji homogenitas...............................................................................75
(3) uji-t..................................................................................................76
4. Data hasil belajar keterampilan peserta didik............................................77
5. Data hasil respon peserta didik..................................................................79
6. Data hasil korelasi product moment..........................................................79
B. Pembahasan.....................................................................................................81
1. Analisis motivasi belajar ..........................................................................81
2. Analisis hasil belajar sikap.........................................................................87
3. Analisis hasil belajar pengetahuan.............................................................90
4. Analisis hasil belajar keterampilan............................................................96
5. Analisis hubungan motivasi belajar dan hasil belajar................................97
6. Analisis peranan media permainan kata-list dan model inquiry based
learning terhadap motivasi dan hasil belajar.............................................98
7. Analisis respon peserta didik...................................................................107
C. Temuan Penelitian........................................................................................108
BAB V PENUTUP...............................................................................................110
A. Kesimpulan....................................................................................................110
B. Saran...............................................................................................................111
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................112

x
DAFTAR TABEL

Halaman

11
20
27
36
43
43
44
45
45
46
49
50
51
52
53
54
54
55
56
61
62
63
64
64
65
66
67
68
69
69
70
71
72
73
73
74
75
76
77
78
80

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

xii
Gambar 2.1 Kartu media permainan kata-list.......................................................15
Gambar 2.2 Tipe 1 media permainan kata-list......................................................16
Gambar 2.3 Tipe 3 media permainan kata-list......................................................18
Gambar 4.1 Perbandingan hasil belajar sikap pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol...............................................................................................70
Gambar 4.2 Persentase tingkat pemahaman hasil belajar pengetahuan................72
78
79
100
101
102
102
103
104
105
106
106

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus Mata Pelajaran Kimia........................................................117


Lampiran 2 RPP Kelas Ekperimen Pertemuan 1...............................................119

xiii
Lampiran 3 RPP Kelas Ekperimen Pertemuan 2...............................................126
Lampiran 4 RPP Kelas Ekperimen Pertemuan 3...............................................133
Lampiran 5 RPP Kelas Kontrol Pertemuan 1....................................................140
Lampiran 6 RPP Kelas Kontrol Pertemuan 2....................................................147
Lampiran 7 RPP Kelas Kontrol Pertemuan 3....................................................154
Lampiran 8 LKPD Pertemuan 1.........................................................................161
Lampiran 9 LKPD Pertemuan 2.........................................................................167
Lampiran 10 LKPD Pertemuan 3.........................................................................174
Lampiran 11 Media Permainan Kata-list Tipe 1 Pertemuan 1............................183
Lampiran 12 Media Permainan Kata-list Tipe 3 Pertemuan 2.............................189
Lampiran 13 Media Permainan Kata-list Tipe 3 Pertemuan 3.............................192
Lampiran 14 Angket motivasi Belajar.................................................................195
Lampiran 15 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Pengetahuan......................199
Lampiran 16 Instrumen Tes Hasil Belajar Pengetahuan......................................211
Lampiran 17 Lembar Observasi Hasil Belajar Sikap...........................................215
Lampiran 18 Lembar Observasi Hasil Belajar Keterampilan..............................218
Lampiran 19 Lembar Angket Respon Peserta Didik...........................................221
Lampiran 20 Hasil Validitas Isi Instrumen Kuesioner Motivasi Belajar.............223
Lampiran 21 Hasil Validitas Isi Instrumen Hasil Belajar Pengetahuan...............234
Lampiran 22 Hasil Validitas Isi Instrumen Lembar Observasi Sikap.................240
Lampiran 23 Hasil Validitas Isi Instrumen Lembar Observasi keterampilan sosial
........................................................................................................243
Lampiran 24 Hasil Validitas Isi Instrumen Angket Respon................................245
Lampiran 25 Hasil Validitas Isi Instrumen Media permainan kata-list...............248
Lampiran 26 Hasil Validitas Isi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.................253
Lampiran 27 Hasil Validitas Isi Lembar Kerja Peserta Didik.............................259
Lampiran 28 Reabilitas Instrumen Tes Hasil Belajar Pengetahuan.....................265
Lampiran 29 Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Hasil Belajar Pengetahuan......268
Lampiran 30 Daya Pembeda Instrumen Tes Hasil Belajar Pengetahuan.............270
Lampiran 31 Data pra-treatment Motivasi Belajar Kelas Eksperimen...............272
Lampiran 32 Data pra-treatment Motivasi Belajar Kelas Kontrol......................275
Lampiran 33 Uji Normalitas pra-treatment Motivasi Belajar Kelas Eksperimen
........................................................................................................278
Lampiran 34 Uji Normalitas pra-treatment Motivasi Belajar Kelas Kontrol......280
Lampiran 35 Uji Homogenitas pra-treatment Motivasi Belajar..........................282
Lampiran 36 Uji-T pra-treatment Motivasi Belajar............................................284
Lampiran 37 Data post-treatment Motivasi Belajar Kelas Eksperimen..............286
Lampiran 38 Data post-treatment Motivasi Belajar Kelas Kontrol.....................289
Lampiran 39 Uji Normalitas Post-treatment Motivasi Belajar Kelas Eksperimen
........................................................................................................292
Lampiran 40 Uji Normalitas post-treatment Motivasi Belajar Kelas Kontrol.....294
Lampiran 41 Uji Homogenitas post-treatment Motivasi Belajar.........................296
Lampiran 42 Uji-T post-treatment Motivasi Belajar...........................................298
Lampiran 43 N-gain Motivasi Belajar Kelas Eksperimen...................................300
Lampiran 44 N-gain Motivasi Belajar Kelas Kontrol..........................................301
Lampiran 45 Data Pre-test Hasil Belajar Pengetahuan Kelas Eksperimen.........302

xiv
Lampiran 46 Data Pre-test Hasil Belajar Pengetahuan Kelas Kontrol................304
Lampiran 47 Uji Normalitas pre-test Hasil Belajar PengetahuanKelas Eksperimen
........................................................................................................306
Lampiran 48 Uji Normalitas pre-test Hasil Belajar Pengetahuan Kelas Kontrol
.........................................................................................................308
Lampiran 49 Uji Homogenitas Pre-test Hasil Belajar Pengetahuan....................310
Lampiran 50 Uji-T Pre-test Hasil Belajar Pengetahuan......................................312
Lampiran 51 Data Post-test Hasil Belajar Kelas Eksperimen.............................314
Lampiran 52 Data Post-test Hasil Belajar Kelas Kontrol....................................316
Lampiran 53 Uji Normalitas post-test Hasil Belajar PengetahuanKelas
Eksperimen.....................................................................................318
Lampiran 54 Uji Normalitas post-test Hasil Belajar Pengetahuan Kelas Kontrol
.........................................................................................................320
Lampiran 55 Uji Homogenitas Post-test Hasil Belajar Pengetahuan..................322
Lampiran 56 Uji-T Pre-test Hasil Belajar Pengetahuan......................................324
Lampiran 57 N-gain Hasil Belajar Pengetahuan Kelas Eksperimen...................326
Lampiran 58 N-gain Motivasi Hasil Belajar Pengetahuan Kelas Kontrol...........327
Lampiran 59 Uji Korelasi Product Moment Kelas Eksperimen..........................328
Lampiran 60 Uji Korelasi Product Moment Kelas Kontrol.................................330
Lampiran 61 Data Hasil Belajar Sikap Kelas Eksperimen..................................332
Lampiran 62 Data Hasil Belajar Sikap Kelas Kontrol.........................................334
Lampiran 63 Data Hasil Belajar Keterampilan Sosial Kelas Eksperimen...........336
Lampiran 64 Data Hasil Belajar Keterampilan Sosial Kelas Kontrol.................338
Lampiran 65 Data Respon Peserta Didik.............................................................340
Lampiran 66 Surat Izin Penelitian SMA 10 Banjarmasin....................................342
Lampiran 67 Uji Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Provinsi Kal-Sel. 343
Lampiran 68 Surat Keterangan Telah Selesai Melaksanakan Penelitian.............344
Lampiran 69 Dokumentasi Penelitian..................................................................345

xv
1BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di Indonesia seiring perkembangan zaman menuntut kualitas

pendidikan yang lebih baik lagi. Bangsa Indonesia dituntut untuk

mengembangakan SDM yang memiliki kompetensi dan keahlian seperti memiliki

kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah secara lateral dan sistematis,

kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama yang efektif, kemampuan mencipta

dan memperbaharui (kreatif dan inovatif), kemampuan mengembangkan dan

memanfaatkan teknologi informasi dan teknologi informasi dan komunikasi,

kemampuan belajar dan beradabtasi secara kontektual dengan lingkungan (Jalinus

& Ambiyar, 2016).

Banyaknya kompetensi dan keahlian yang harus dimiliki peserta didik

mengharuskan perbaikan terus menerus dalam pendidikan. Komponen yang

mempengaruhi pelaksanaan pendidikan meliputi kurikulum, sarana dan prasarana,

guru, peserta didik. Hal paling mendasar yang diperlukan agar terlaksana

pendidikan yang diharapkan adalah minat peserta didik itu sendiri untuk

mengikuti proses pembelajaran yang sudah direncanakan.

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas peserta didik pada saat

pembelajaran selama PPL, diperoleh fakta bahwa peserta didik masih banyak

yang kurang memperhatikan saat proses pembelajaran, tidak serius dalam

mengerjakan soal yang diberikan, masih kesulitan dalam memahami hitungan

dalam pembelajran kimia dan kurangnya keingintahuan peserta didik terhadap

1
2

pelajaran kimia. Minat dan motivasi yang kurang dalam pembelajaran menjadi

faktor utama ini terjadi. Motivasi sangat diperlukan oleh peserta didik, agar

peserta didik aktif dan tidak jenuh dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat

menemukan pengetahuannya sendiri serta tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia di SMAN 10

Banjarmasin, peserta didik masih mengalami kesulitan dalam mempelajari kimia

karena kurangnya keingintahuan pada pembelajaran kimia khususya pada

perhitungan. Materi kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga adalah salah

satu materi yang dianggap sulit oleh peserta didik karena terdapat banyak

perhitungan, ini dibuktikan dari hasil belajar peserta didik yang masih rendah.

Menurut guru kimia sebanyak 40% peserta didik dapat mencapai ketuntasan

belajar dan 60% belum mencapai kreteria ketuntasan minimal pada ulangan harian

kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga.

Pernyataan di atas didukung oleh Puspadewi dan Syahmani (2016) yang

mengatakan bahwa peserta didik masih mengalami kesulitan dalam materi

kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga ini dilihat dari hasil belajar yang

masih tergolong rendah. Faktor penyebab kesulitannya peserta didik karena materi

larutan penyangga tidak hanya menuntut pemahaman konseptual namun

algoritmik juga dan peserta didik kesulitan dalam memahami soal dan rumus-

rumus yang digunakan untuk menyelesaikan soal tersebut.

Pembelajaran akan berjalan dengan baik jika guru menguasai materi yang

akan disampaikan dan menggunakan model pembelajaran yang tepat. IBL

merupakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan melibatkan

peserta didik dalam penyelidikan masalah. Model inquiry based learning (IBL)
3

dapat membantu mengembangkan kemampuan mereka dalam mengajukan

pertanyaan terkait materi pembelajaran, mencari informasi, melakukan

penyelidikan secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga peserta didik bisa

merumuskan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Keterlibatan

peserta didik secara langsung dalam proses pembelajaran diharapkan akan

meningkatkan keberhasilan dan minat peserta didik dalam pembelajaran.

Keberhasilan pembelajaran akan berpengaruh pada hasil belajar.

Selain menggunakan model pembelajaran dapat pula dibantu

menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran mempunyai peranan

yang sangat penting sekali dalam kegiatan pendidikan. Pendidik dapat

memanfaatkan media untuk membantu mempermudah penyampaikan materi

kepada peserta didik. Penjelasan guru secara verbal semakin mudah dipahami

peserta didik dengan bantuan media yang digunakan. Selain itu, media membantu

peserta didik dalam memusatkan perhatian, merangsang keingintahuan,

membangkitkan motivasi belajar, dan dapat membantu mencapai ketuntasan

belajar.

Banyak media yang dapat digunakan dalam pembelajaran salah satunya

menggunakan media permainan kata-list, penggunaan ini bertujuan agar

pembelajaran berlangsung menyenangkan dan dapat meningkatkan minat dan

motivasi belajar peserta didik dengan kondisi pembelajaran yang demikian maka

akan mendapat hasil belajar optimal.

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dibuat sebagai kajian

untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik menggunakan model

inquiry based learning (IBL) berbantuan permainan kata-list pada materi larutan
4

kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

(1) Apakah terdapat perbedaan motivasi belajar peserta didik pada materi

kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga antara kelas yang menggunakan

model Inquiry Based Learning (IBL) berbantuan media permainan kata-list

dengan kelas yang menggunakan model Inquiry Based Learning (IBL)?

(2) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik pada materi larutan

kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga antara kelas yang menggunakan

model Inquiry Based Learning (IBL) berbantuan media permainan kata-list

dengan kelas yang menggunakan model Inquiry Based Learning (IBL)?

(3) Apakah terdapat hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar peserta

didik pada materi kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga?

(4) Bagaimana respon peserta didik terhadap model pembelajaran Inquiry Based

Learning (IBL) berbantuan media permainan kata-list pada materi

kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui:

(1) Perbedaan motivasi belajar peserta didik pada materi kesetimbangan ion dan

pH larutan penyangga antara kelas yang menggunakan model Inquiry Based

Learning (IBL) berbantuan media permainan kata-list dengan kelas yang


5

menggunakan model Inquiry Based Learning (IBL).

(2) Perbedaan hasil belajar peserta didik pada materi kesetimbangan ion dan pH

larutan penyangga antara kelas yang menggunakan model Inquiry Based

Learning (IBL) berbantuan media permainan kata-list dengan kelas yang

menggunakan model Inquiry Based Learning (IBL).

(3) Hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik pada materi

kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga?

(4) Respon peserta didik terhadap model pembelajaran Inquiry Based Learning

(IBL) berbantuan media permainan kata-list pada materi kesetimbangan ion

dan pH larutan penyangga?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

(1) Bagi peserta didik, untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar serta

membantu dalam perbaikan cara belajar.

(2) Bagi guru, sebagai sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam

penerapan model pembelajaran, cocok dan mudah dipahami peserta didik

sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan membuat peserta

didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

(3) Bagi sekolah, sebagai tambahan informasi atau masukan dalam mencari

alternatif perbaikan pembelajaran guna meningkatkan mutu proses

pembelajaran kimia di SMAN 10 Banjarmasin dalam mencapai tujuan

pembelajaran yang optimal.


6

(4) Bagi peneliti, mendapat pengetahuan mengenai penerapan model Inquiry

Based Learning (IBL) berbantuan media permaianan kata-list pada materi

kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga terhadap motivasi dan hasil

belajar.

E. Definisi Operasional

Agar pembahasan yang digunakan dalam penelitian ini tidak

menyimpang dari tujuan karena adanya kesalahan penafsiran atas istilah-istilah

yang digunakan dalam penelitian, maka penulis memberikan definisi operasional

sebagai berikut:

(1) Model Inquiry Based Learning (IBL)

IBL adalah model pembelajaran berbasis inkuiri. Model pembelajaran ini

adalah model pembelajaran yang menutut keaktifan peserta didik. IBL

berfokus pada pertanyaan, berpikir kritis dan solusi dari masalah yang ada

(Kusdiwelirawan, Hartini, & Najihah, 2015). Model yang digunakan adalah

IBL secara terbimbing. Inkuiri adalah kegiatan belajar yang menempatkan

guru menentukan topik dan motivasi peserta didik untuk mengajukan

pertanyaan di benak peserta didik kemudian peserta didik ditugaskan dengan

merumuskan hipotesis, prosedur kerja, menganalisis data dan

menyimpulkannya tetapi masih di bawah bimbingan guru (Rahayu, Hadi,

Istyadji, Zaini, Sholahuddin, & Fahmi, 2018).

(2) Media Permainan kata-list

Card mengatakan penggunaan model pembelajaran didasarkan pada gagasan

bahwa peserta didik akan lebih interaktif dan lebih termotivasi dalam diskusi
7

melalui media (Almubarak, 2016). Media permainan adalah media yang dapat

membuat peserta didik menjadi lebih termotivasi dalam belajar dan

menciptakan suasana yang menyenangkan di dalam kelas (Rahmadani,

Rasmiwetti, & Azmi, 2015).

Permainan kata-list ini termasuk salah satu media pembelajaran yang dapat

digunakan. Permainan ini dibuat terinspirasi dari permainan ular tangga.

Nama kata-list dipilih dari salah satu istilah kimia yaitu katalis. Katalis dalam

pembelajaran kimia merupakan salah satu faktor mempercepat laju reaksi,

maka penggunaan media permainan ini diharapkan dapat membantu atau

mempercepat pemahaman peserta didik dengan cara yang menyenangkan.

Permainan ini dibuat dengan 3 tipe permaianan, terdiri dari 25 kotak dengan

kartu pertanyaan dan tantangan di dalamnya.

(3) Model Inquiry Based Learning (IBL) Berbantuan Permainan Kata-list

Pembelajaran ini menggunakan permainan kata-list sebagai media untuk

membantu dalam proses pembelajaran dengan model IBL.

(4) Motivasi Belajar

Motivasi adalah suatu dorongan untuk membangkitkan tindakan yang

letaknya ada di dalam diri manusia. Motivasi seseorang berdasarkan

tindakannya dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi yang berasal dari dalam

(intrinsik) dan dari luar (ekstrinsik). Motivasi dari dalam terjadi karena

adanya perintah dari otak yang menggerakkan manusia untuk bertindak.

Motivasi juga bisa bertindak ketika mendapat stimulus dari luar diri manusia

(Sukardi, 2014)

Motivasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah motivasi dari luar
8

(ekstrinsik).

(5) Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai peserta didik setelah

melakukan serangkaian aktivitas belajar. Hasil belajar berupa sikap berkaitan

dengan nilai sedangkan hasil belajar pengetahuan mencakup kegiatan mental

(otak), berorientasi pada kemampuan berpikir intelektual. Keterampilan

adalah ranah yang berkaitan dengan kemampuan bertindak setelah seseorang

menerima pengalaman belajar tertentu (Sudijono, 2015).

(6) Kesetimbangan Ion dan pH Larutan Penyangga

Kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga atau sering disebut larutan

penyangga adalah larutan yang pH-nya relatif tetap (tidak berubah) pada

penambahan sedikit asam dan/ basa. Materi larutan penyangga yang diajarkan

pada penelitian ini meliputi komposisi larutan penyangga, nilai pH larutan

penyangga, prinsip kerja larutan penyangga, larutan penyangga dalam

kehidupan sehari-hari (Sudarmo, 2017).


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Model Inquiry Based Learning (IBL)

a. Pengertian model Inquiry Based Learning (IBL)

Model IBL atau Inquiry Based learning adalah salah satu model

pembelarajan dengan pendekatan saintifik. Penggunaan IBL mengacu pada suatu

cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan (informasi), atau mempelajari

suatu gejala (Ananingsih, Prodjosantoso, & Utomo, 2015).

IBL mempunyai ciri yaitu menekankan kepada aktivitas peserta didik

untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan

sehingga dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya seperti berpikir secara

sistematis, logis, dan kritis. Model IBL memiliki prinsip yaitu mendapat

pengetahuan langsung dengan menggunakan pertanyaan penalaran deduktif.

Prosedur yang digunakan model IBL adalah eksplorasi, penemuan dan

aplikasi. Hasil yang didapat dari penggunaan model IBL yaitu pemahaman

konseptual tentang prinsip ilmu pengetahuan, pemahaman tentang sifat

penyelidikan ilmiah dan paham akan aplikasi ilmu pengetahuan yang sudah

didapat (Fatonah, Ashadi, & haryono, 2016).

Model IBL dapat dilakukan dengan cara guru membagi tugas untuk

membuat pertanyaan disertai jawaban serta guru membagi peserta didik kedalam

beberapa kelompok untuk berdiskusi dan menyelesaikan lembar kerja peserta

9
10

didik kemudian dilakukan diskusi kelas untuk merumuskan konsep. Pada model

pembelajaran ini peserta didik diajak untuk mencari informasi, melakukan

penyelidikan untuk menemukan konsep tentang materi, sehingga dengan

demikian diharapkan hasil belajarnya dapat meningkat (Jauhariningsih,2017).

Model IBL dapat mendorong peserta didik untuk mengekspresikan ide,

pendapat, dan merefleksikan temuan mereka dalam diskusi. Hasil pemikiran

peserta didik berdasarkan hasil penyelidikan diklarifikasi saat mereka berdiskusi

yang akan mengarah pada pembelajaran yang berkualitas tinggi (Adeoye &

Ajeyalemi, 2018). Model pembelajaran ini menjadikan peserta didik lebih aktif

dalam proses pembelajaran dan mampu mengkontruksi pengetahuan secara

mandiri (Fitriyani, Darwis, & Kartika, 2017). Model IBL memberikan masalah-

masalah yang berkontribusi pada pembelajaran sehingga membuat pembelajaran

lebih bermakna bagi para peserta didik (Bayram, Oskay, Erdem, Ozgur & Sen

(2013).

IBL adalah model pembelajaran dengan berbasis inkuiri. Model IBL

yang digunakan dalam penelitian ini adalah model IBL secara terbimbing.

Pemilihan ini dilakukan atas pertimbangan bahwa masih banyak peserta didik

yang belum berpengalaman dalam belajar tanpa diberi bimbingan oleh guru..

b. Karakteristik model Inquiry Based Learning (IBL)

Karakteristik model IBL menurut Rusman (2010) adalah sebagai berikut:

(1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.

(2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata

yang tidak terstruktur.

(3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective).


11

(4) Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik,

Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik,

sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan

belajar dan bidang baru dalam belajar.

(5) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.

(6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan

evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam IBL .

(7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.

(8) Pengembangan keterampilan Inquiry dan pemecahan masalah sama

pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari

sebuah permasalahan.

(9) IBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman peserta didik dan proses

belajar.

c. Langkah-langkah Model Inquiry Based Learning (IBL)

Langkah-langkah model IBL dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Langkah-langkah model IBL


Tahap Tingkah Laku Pendidik
Tahap 1 Menyajikan kejadian-kejadian atau
Observasi untuk menemukan masalah fenomena yang memungkinkan peserta didik
menemukan masalah
Tahap 2 Membimbing peserta didik merumuskan
Merumuskan masalah masalah penelitian berdasarkan kejadian dan
fenomena yang disajikannya
Tahap 3 Membimbing peserta didik untuk
Mengajukan hipotesis mengajukan hipotesis terhadap masalah yang
telah dirumuskannya
Tahap 4 Membimbing peserta didik untuk
Merencanakan pemecahan masalah merencanakan pemecahan masalah,
membantu menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan dan menyusun prosedur kerja
yang tepat
Tahap 5 Selama peserta didik bekerja, pendidik
Melaksanakan pemecahan masalah membimbing dan memfasilitasi
Pendidik membantu peserta didik melakukan
12

Tahap 6 pengamatan tentang hal-hal yang penting


Melakukan pengamatan dan pengumpulan dan membantu mengumpulkan dan
data mengorganisasi data
Lanjutan
Pendidik membantu peserta didik
Tahap 7
menganalisis data supaya menemukan suatu
Analisis data
konsep
Pendidik membimbing peserta didik
Tahap 8 mengambil kesimpulan berdasarkan data dan
Penarikan kesimpulan dan penemuan menemukan sendiri konsep yang ingin
ditanamkan.
(Hanifah & Agustini, 2012)

d. Kelebihan dan Kekurangan Model Inquiry Based Learning (IBL)

Menurut Hosnan (2014) pembelajaran Inquiry merupakan pembelajaran

yang banyak dianjurkan, karena memiliki beberapa keunggulan, diantaranya

sebagai berikut:

(1) Menekankan kepada pengembangan asfek pengetahuan, sikap, dan

keterampilan secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna.

(2) Memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya

belajar mereka.

(3) Perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah

proses

perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

(4) Melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-

rata. Artinya, peserta didik yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak

akan terhambat oleh peserta didik yang lemah dalam belajar, karena mereka

dapat dengan leluasa mengembangkan kemampuan berpikir mereka.

Kelemahan model IBL diantaranya sebagai berikut:

(1) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik.


13

(2) Sulit merencanakan pembelajaran yang diinginkan karena terbentur dengan

kebiasaan peserta didik dalam belajar.

(3) Penerapannya memerlukan waktu yang cukup panjang, sehingga pendidik

sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

(4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta

didik menguasai materi pembelajaran, maka akan sulit diimplementasikan

oleh setiap pendidik.

2. Media Pembelajaran

a. Pengertian media pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari

medium yang berarti perantara atau pengantar. Media pembelajaran adalah segala

sesuatu yang digunakan untuk menyalur pesan serta dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong

terjadinya proses belajar yang disengaja/direncanakan, bertujuan, dan terkendali

(Suryani, Setiawan, & Putria, 2018).

Alat bantu atau media untuk belajar mandiri sangat dibutuhkan dalam

proses pembelajaran untuk menciptakan kualitas manusia yang tidak hanya

bergantung melalui transfer ilmu secara verbal. Penggunaan media pembelajaran

dapat menciptakan proses belajar yang menyenangkan, menarik, interaktif dan

efektif (Akbar, Irhasyuarna & Rusmansyah, 2015).

Pemilihan media pembelajaran harus mempertimbangkan kesesuaian

antara karakteristik pembelajar, materi pelajaran, dan media itu sendiri. Pemilihan

media dan metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta

didik. Persepsi peserta didik sangat mempengaruhi hasil belajar (Ekayani, 2017).
14

b. Media permainan kata-list

Kata-list berasal dari kata yang berarti kepanjangan dari kalimat tanya

dan list yang berarti daftar, jadi kata-list adalah daftar dari beberapa kalimat

tanya. Nama kata-list terinspirasi dari salah satu istilah kimia yaitu katalis. Katalis

salah satu faktor yang dapat mempercepat laju reaksi, maka penggunaan

permainan ini diharapkan dapat membantu mempercepat pemahaman peserta

didik dengan cara yang menyenangkan. Permainan kata-list terdiri dari 25 kotak,

terdiri dari kotak pertanyaan dan tantangan (tipe 1 dan 2) dan pada tipe 3 hanya

terdapat kotak pertanyaan.

c. Cara permainan kata-list

Permainan ini memiliki 3 tipe cara main, sehingga setiap pelaksanaan

pembelajaran peserta didik bisa menggunakan permainan dengan tipe berbeda.

Tujuan dibuat 3 tipe permainan untuk menarik minat peserta didik dan untuk

membuat peserta didk tidak merasa jenuh dengan tipe permainan yang sama.

Tipe permainan 1 :

(1) Perwakilan kelompok melakukan hom pim pah (menentukan urutan main).

(2) Kelompok pertama mengambil nomor, kemudian maju sesuai

(3) Jika berada di kotak pertanyaan, maka kelompok tersebut harus mengambil

dan menjawab pertanyaan pada kartu. Jika jawaban benar atau salah akan

mendapat sangsi sesuai yang tertera pada kartu sangsi.

(4) Jika berada di kotak tantangan, kelompok tersebut memberikan tantangan

kepada kelompok lain berupa pertanyaan yang mereka buat. Jika kelompok

yang diberi tantangan dapat menjawab pertanyaan yang diberikan maka


15

kelompok penantang diberi sangsi dan sebaliknya.

(5) Kelompok yang sampai finish terlebih dahulu adalah kelompok yang menang.
16

Gambar 2.2 tipe 1 media permainan kata-list


Gambar 2.2 tipe 1 media permainan kata-list
17

Tipe permainan 2 :

(1) Setiap kelompok diberikan LKPD yang berbeda

(2) Masing-masing kelompok mengirim perwakilan satu orang untuk membentuk

kelompok baru dan saling bertukar informasi mengenai masalah yang

diselidiki, kemudian kembali ke kelompok asal.

(3) Perwakilan kelompok melakukan hom pim pah (menentukan urutan main).

(4) Kelompok pertama mengambil nomor, kemudian maju sesuai nomor.

(5) Jika berada di kotak pertanyaan, maka kelompok tersebut harus mengambil

dan menjawab pertanyaan pada kartu. Jika jawaban benar atau salah akan

mendapat sangsi sesuai yang tertera pada kartu sangsi.

(6) Jika berada di kotak tantangan, kelompok tersebut memberikan tantangan

kepada kelompok lain berupa pertanyaan yang mereka buat. Jika kelompok

yang diberi tantangan dapat menjawab pertanyaan yang diberikan maka

kelompok penantang diberi sangsi dan sebaliknya.

(7) Kelompok yang sampai finish terlebih dahulu adalah kelompok yang menang.

Tipe permainan 3:

(1) Setiap kelompok menyelidiki permasalahan yang diberikan oleh guru.

(2) Masing-masing kelompok bermain dan menjawab pertanyaan di dalam

permainan kata-list dengan waktu 15 menit.

(3) Setiap kelompok mengambil nomor, kemudian maju sesuai nomor

(4) Jika berada di kotak 5 maka mengambil kartu nomor 5 dan menuliskan

jawaban pada kartu tersebut. Setelah menjawab pertanyaan maka dapat

melanjutkan ke kotak selanjutnya.

(5) Kelompok yang paling banyak menjawab dan memiliki jawaban benar adalah

menjadi kelompok menang.


d. Manfaat media permainan kata-list
18

Gambar 2.3 Tipe 3 media permainan kata-list


19

Beberapa manfaat menggunakan media permainan kata-list dalam

pembelajaran, antara lain:

(1) Menarik minat peserta didik terhadap pelajaran, sehingga peserta didik akan

terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

(2) Membantu pemahaman peserta didik terhadap pelajaran.

(3) Melatih kerja sama dalam kelompok saat menggunakan media permaian kata-

list.

3. Hubungan Model Pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL)


Berbantuan Media Permainan Kata-list

IBL adalah model pembelajaran aktif yang mengarahkan peserta didik

untuk menemukan ide dan informasi melalui usaha mereka sendiri. Peran

pendidik yaitu sebagai fasilitator dalam pembelajaran, peserta didik melakukan

aktivitas mandiri atau berkelompok untuk memecahkan masalah dengan

bimbingan pendidik.

Model IBL dimulai dengan adanya masalah yang dalam hal ini dapat

dimunculkan oleh guru. Peserta didik memperdalam pengetahuannya tentang apa

yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan

masalah tersebut. Model IBL dengan berbantuan permainan kata-list diharapkan

dapat membuat pembelajaran aktif, menarik dan melibatkan peserta didik dalam

proses penemuan pengetahuan, meningkatkan motivasi dan pemahaman konsep

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Menurut Apriani &

Rizkiana, (2018) Pemahaman konsep yang baik akan membuat peserta didik

percaya diri dalam menyelesaikan soal-soal pada materi baik yang bersifat

konseptual maupun perhitungan matematis. Kepercayaan diri dan kepuasan siswa


20

ketika berhasil menyelesaikan soal akan membuat siswa semakin tertarik dalam

mempelajari materi.

Menurut Aeni (2016) penggunaan inovasi multimedia dan model

pembelajaran dapat membantu peserta didik menguasai konten, memusatkan

perhatian dan berpartisipasi aktif pada pembelajaran ini dikarenakan suasana

belajar yang terarah terbentuk dengan pembelajaran multimetode interaktif yang

dipadukan dengan model pembelajaran untuk mencapai tujuan melalui suasana

yang menggembirakan, ketika peserta didik tertarik dengan sesuatu maka peserta

didik tersebut akan termotivasi untuk belajar.

Model IBL berbantuan permainan kata-list yang penerapannya dapat

mengubah pemikiran peserta didik bahwa pembelajaran tidak selalu

membosankan dan dapat dilakukan secara menyenangkan tetapi tidak merubah

makna dari belajar itu sendiri. Proses pembelajaran akan meningkatkan motivasi

melalui minat dari peserta didik. Peningkatan motivasi juga akan berpengaruh

banyak pada hasil belajar. Keterkaitan langkah IBL dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Keterkaitan langkah IBL dengan motivasi belajar


Langkah-langkah Tingkah Laku Peserta Didik Indikator Motivasi
Attention (Perhatian)
Peserta didik menemukan
Dapat menarik perhatian dan
permasalahan terkait materi
menumbuhkan keingintahuan
pelajaran melalui media
Tahap 1 peserta didik dari
permainan kata-list yang
Observasi untuk permasalahan terkait materi
disajikan pendidik di awal
pelajaran yang ditampilkan
pelajaran menggunakan layar
dengan media permainan kata-
proyektor
list,
Confidence (Keyakinan)
Peserta didik merumuskan
Tahap 2 Memiliki keyakinan dan rasa
masalah dalam lembar kerja
Merumuskan masalah percaya diri untuk bisa
peserta didik.
merumuskan masalah.
Confidence (Keyakinan)
Peserta didik mengajukan
Memiliki keyakinan dan rasa
Tahap 3 hipotesis/dugaan sementara
percaya diri untuk bisa
Mengajukan hipotesis terhadap masalah yang
mengajukan dugaan sementara
dirumuskan.
terhadap masalah yang sudah
Lanjutan
21

dirumuskan.
Confidence (Keyakinan)
Tahap 4 Memiliki keyakinan dan rasa
Peserta didik merencanakan apa
Merencanakan percaya diri dalam
saja langkah-langkah yang
pemecahan masalah merencanakan pemecahan
dilakukan untuk dapat
(melalui eksperimen masalah untuk menguji
memecahkan masalah.
atau cara lain) hipotesis yang sudah dibuat
sendiri.
Confidence (Keyakinan)
Tahap 5
Peserta didik melaksanakan Peserta didik dengan yakin dan
Melaksanakan
saja langkah-langkah percaya diri melaksanakan
eksperimen (atau cara
pemecahan masalah yang sudah pemecahan masalah dari
pemecahan masalah
direncanakan sebelumnya. langkah-langkah yang sudah
yang lain)
dibuat.
Peserta didik mengumpulkan Relevance (Keterkaitan)
Tahap 6 dan mengorganisasikan data Peserta didik dapat
Melakukan pengamatan yang didapat dari berbagai mengumpulkan data yang
dan pengumpulan data literatur seperti buku dan terkait dengan
internet. permasalahan.yang dibahas
Relevance (Keterkaitan)
Peserta didik menganalisis data
Tahap 7 Dapat menganalisis data dan
yang didapat dan untuk menguji
Analisis data mengaitkan pengetahuan yang
hipotesis yang diajukan
sudah didapat.dengan
sebelumnya.
permasalahan yang dibahas.
Satisfaction (Kepuasan)
Setelah mendapatkan data
Peserta didik merasa puas dan
Tahap 8 kemudian menggunakan media
bangga atas konsep yang dapat
Penarikan kesimpulan permainan kata-list untuk
ditemukan sendiri dengan
dan penemuan menemuan dan pemantapan
dibantu media permainan kata-
konsep
list .

4. Teori Belajar

Teori-teori belajar terdiri dari teori belajar kognitif, behaviorisme, dan

humanisme (Lefudin, 2017). Teori-teori yang mendukung Pembelajaran

menggunakan model IBL berbantuan media permainan kata-list yaitu:

(1) Teori belajar kognitif

Teori belajar kognitif berpendapat bahwa ranah kognitif lebih merupakan

faktor penggerak utama seseorang melakukan kegiatan belajar. Beberapa teori

kognitif yang mendukung yaitu:

a. Teori Piaget

Teori ini mengatakan bahwa dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila
22

ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Interaksi anak

dengan orang lain memainkan peranan penting dalam mengembangkan

pandangannya terhadap alam melalui pertukaran ide-ide dengan orang lain.

Aktivitas mental anak terorganisasi dalam suatu struktur atau pola tingkah laku

(Lefudin,2017).

Teori ini menjelaskan seseorang yang mengalami senjang/diskrepansi

antara hal yang baru dengan sesuatu yang telah dipahaminya, akan terjadi keadaan

ketidakseimbangan dalam struktur kognitifnya yang mendorong untuk

menghilangkan kesenjangan tersebut sehingga tercapai kesetimbangan yang baru.

Teori ini menekankan perlunya motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik yang dapat

dimunculkan dengan keadaan ketidakseimbangan atau problem yang menantang

dan kontekstual dalam pembelajaran, sehingga peseta didik akan menilai dan

memakai pembelajaran sebagai kebutahannya sendiri (suyuno, 2015).

b. Teori Jerome S. bruner

Teori Jerome S. bruner adalah teori pembelajaran penemuan. Jerome S.

bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan psikologi belajar kognitif.

Pendekatannya tentang psikologi adalah elektrik. Penelitiannya meliputi persepsi

manusia, motivasi, belajar, dan berpikir. Dalam mempelajari manusia, ia

mengganggap manusia sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta (Dahar,2011).

Bruner memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan

pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang

memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang

diberikan kepadanya (Lefudin, 2017).

Bruner menganggap bahwa belajar dengan cara penemuan merupakan


23

pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, berusaha sendiri untuk mencari

pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya dan menghasilkan

pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar, 2011).

Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar secara penemuan memiliki

beberapa kelebihan:

a) Pengetahuan bertahan lama atau lebih mudah diingat bila dibandingkan

dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara lain.

b) Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada

hasil belajar lainya. Konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dimiliki

seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru.

c) Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran peserta didik

dan kemampuan untuk berpikir secara bebas (Dahar, 2011).

(2) Teori behaviorisme

Para behaviorist memberikan pandangan bahwa perilaku menjadi

indikator utama bagi seseorang melakukan kegiatan belajar. Manusia merupakan

makhluk reaktif yang memberikan responnya terhadap lingkungannya.

Pengalaman masa lampau dan pemeliharaanakan membentuk perilaku mereka.

Teori belajar S-R (stimulus-respon) menurut John B. Watson memandang

manusia sebagai produk lingkungan. Perilaku manusia sebagian besar akibat

pengaruh lingkungan sekitarnya. Belajar dalam teori behaviorisme dikatakan

sebagai hubungan langsung antara stimulus yang datang dari luar dengan respon

yang ditampilkan dari individu (Lefudin,2017).

Teori belajar psikologi behavioristik yang dikemukakan oleh B.F.

Skinner behavioristik menekankan pembelajaran difokuskan kepada penguatan


24

perilaku yang diinginkan melalui rangsangan hadiah ekstrinsik (Suyono, 2015).

5. Motivasi Belajar

a. Pengertian motivasi belajar

Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk

dapat melakukan sesuatu. Motivasi adalah dorongan atau kekuatan dalam diri

peserta didik yang menimbulkan kegiatan serta arah belajar untuk mencapai

tujuan yang dikehendaki (Husamah, Pantiwati, Restian, & Sumarsono, 2018).

Motivasi dalam proses pembelajaran sangat diperlukan. Guru harus senantiasa

memberikan motivasi-motivasi dalam setiap proses pembelajaran ini diperlukan

untuk keberhasilan proses pembelajaran yang akan dilakukan (Farhan &

Retnawati, 2014)

Motivasi peserta didik akan terdorong jika ada beberapa hal yang

mempengaruhi kondisi psikisnya. Perbedaan motivasi peserta didik dalam proses

pembelajaran dapat diatasi dengan memberikan pendekatan, metode dan media

yang tepat (Ambarwati, Yusrin, & Winaryati, 2017).

Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar peserta didik berdasarkan

tindakannya dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi yang berasal dari dalam

(intrinsik) dan dari luar manusia (ekstrinsik). Motivasi dari dalam terjadi karena

adanya perintah dari otak yang menggerakkan manusia untuk bertindak. Motivasi

juga bisa bertindak ketika mendapat stimulus dari luar diri manusia (Sukardi,

2014).

Menurut Herman & Saadi (2017) beberapa masalah belajar yang

menunjukkan kurangnya motivasi belajar yaitu:

(1) Peserta didik cenderung menunggu jawaban dari teman yang lainnya.
25

(2) Kurangnya keingintahuan peserta didik terhadap materi pelajaran.

(3) Kurangnya rasa percaya diri dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan

pada proses pembelajaran.

(4) Rendahnya hasil belajar peserta didik.

b. Fungsi motivasi dalam belajar

Motivasi memiliki fungsi dalam pembelajaran, antara lain :

(1) Mendorong peserta didik untuk berbuat, sebagai penggerak, memberi

semangat dan mengaktifkan peserta didik agar tetap berminat.

(2) Menentukan arah perbuatan yaitu kearah tujuan yang ingin dicapai atau

pencapaian tujuan belajar.

(3) Menyeleksi perbuatan peserta didik yaitu menentukan perbuatan-perbuatan

apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan

menyampingkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu

atau membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil

jangka panjang (Aquami, 2015).

c. Bentuk-bentuk motivasi di sekolah

Menurut Sardiman (2018) beberapa bentuk dan cara untuk

menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah:

(1) Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Angka-

angka yang baik bagi peserta didik merupakan motivasi yang sangat kuat.

Banyak peserta didik yang memiliki tujuan utama justru untuk mencapai

angka/nilai yang baik.

(2) Hadiah
26

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian

karena hadiah dalam proses pembelajaran mungkin tidak akan menarik bagi

seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat pada pelajaran tersebut.

(3) Saingan/kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk

mendorong peserta didik dalam belajar. Persaingan pada individu maupun

kelompok dapat meningkat prestasi belajar peserta didik.

(4) Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada peserta didik agar merasakan pentingnya

tugas dan menerimanya sebagai tantangan, sehingga peserta didik bekerja

keras dengan mempertaruhkan harga diri. Harga diri sebagai salah satu

bentuk motivasi yang cukup penting.

(5) Memberikan ulangan

Peserta didik akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.

Oleh karena itu, memberi ulangan juga merupakan sarana motivasi.

(6) Mengetahui Hasil

Mengetahui hasil/nilai yang didapat dari kegiatan belajar akan memotivasi

peserta didik untuk lebih giat belajar.

(7) Pujian

Apabila peserta didik yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu

diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan

sekaligus meupakan motivasi yang baik.

(8) Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi jika diberikan secara


27

tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.

(9) Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar pada diri peserta didik akan menumbuhkan motivasi

untuk belajar, sehingga akan mendapat hasil yang lebih baik.

(10) Minat

Minat merupakan alat motivasi. Proses belajar akan berjalan lancar jika

disertai dengan minat.

(11) Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan pembelajaran yang diakui dan diterima baik oleh peserta

didik merupakan alat motivasi yang sangat penting. Memahami tujuan yang

harus dicapai sangat berguna dan menguntung sehingga akan menimbulkan

gairah untuk terus belajar.

d. Indikator motivasi belajar

Menurut Keller (2010) indikator motivasi belajar dapat dipaparkan

sebagai berikut pada tabel 2.3:

Tabel 2.3 Indikator motivasi belajar


Indikator Motivasi Belajar Keterangan
Merupakan salah satu poin dalam menjaga motivasi
belajar peserta didik. Membangkitkan dan memelihara
Attention (Perhatian) perhatian merupakan usaha menumbuhkan
keingintahuan peserta didik yang diperlukan dalam
kegiatan pembelajaran
Mengaitkan pembelajaran dengan kebutuhan peserta
didik. Komponen ini berhubungan dengan kebutuhan
Relevance (Keterkaitan) didik baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah
dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan
karir sekarang atau yang akan datang
Menumbuhkan rasa yakin atau percaya diri pada peserta
didik. Komponen ini erat kaitannya dengan sikap
Confidence (Keyakinan)
percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan
dengan harapan untuk berhasil.
Berhubungan dengan rasa bangga atau puas dengan hasil
Satisfaction (Kepuasan)
yang dicapai.
28

6. Belajar dan Hasil Belajar

Menurut Hosnan (2014) Belajar merupakan suatu proses interaksi

terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang

sebagai proses yang diarahkan kepada pencapaian tujuan dan proses berbuat

melalui pengalaman yang diciptakan.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku baik peningkatan

pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan keterampilan yang dialami

peserta didik setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran. Hasil belajar yang

dicapai peserta didik dipengaruhi dua faktor utama, yakni dari lingkungan dan

faktor yang datang dari diri peserta didik. Kemampuan yang dimilikinya adalah

faktor dari diri peserta didik. Faktor kemampuan peserta didik besar sekali

pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai, seperti dikemukakan oleh Clark

bahwa hasil belajar di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik

dan 30% lingkungan (Hosnan, 2014).

Aspek-aspek hasil belajar yang dievaluasi yaitu hasil belajar sikap,

pengetahuan dan keterampilan. Ketiga aspek ini merupakan aspek yang umum

dikenal sebagai ranah tujuan pendidikan (Sudaryono, 2012).

Ranah sikap berorientasi pada nilai, minat, kepedulian, motivasi dan

sikap. Ranah ini meliputi ketekunan, ketelitian, dan kemampuan memecahkan

masalah secara logis dan sistematis (Qadar, Rustaman, & Suhandi, 2015).

Ranah pengetahuan memiliki target yaitu kemajuan intelektual peserta

didik dengan klasifikasi dari taksonomi Bloom Revisi. Proses pengetahuan

meliputi: mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi,

membuat atau mencipta (Qadar, Rustaman, & Suhandi, 2015).


29

Ranah keterampilan digunakan sebagai sasaran dari hasil kinerja peserta

didik. Penilaan dilakukan jika guru menggunakan pembelajaran praktek (Qadar,

Rustaman, & Suhandi, 2015).

Menurut Hosnan (2014) psikomotorik secara hierarkis dibagi ke dalam

lima katagori berikut:

(1) Peniruan

(2) Manipulasi

(3) Ketetapan gerakan

(4) Artikulasi

(5) Naturalisasi

7. Penelitian Relevan
Adeoye & Ajeyalemi (2018) menunjukkan IBL efektif untuk digunakan

dalam pembelajaran kimia. Keterlibatan aktif peserta didik dalam melakukan

kegiatan, diskusi untuk menemukan konsep dalam kelompok dari apa yang

diamati selama investigasi dapat meningkatkan prestasi mereka dalam konseptual

pengetahuan. Model ini mendorong peserta didik untuk mengekspresikan ide,

pendapat, dan merefleksikan temuan mereka dalam diskusi. Hasil pemikiran

peserta didik berdasarkan hasil penyelidikan diklarifikasi saat mereka berdiskusi

yang akan mengarah pada pembelajaran yang berkualitas tinggi.

Aeni (2016) dalam penelitiannya penggunaan inovasi multimedia dan

model pembelajaran dapat membantu peserta didik menguasai konten,

memusatkan perhatian dan berpartisipasi aktif pada pembelajaran ini dikarenakan

suasana belajar yang terarah terbentuk dengan pembelajaran multimetode


30

interaktif yang dipadukan dengan model pembelajaran untuk mencapai tujuan

melalui suasana yang menggembirakan, ketika peserta didik tertarik dengan

sesuatu maka peserta didik tersebut akan termotivasi untuk belajar.

Farhan & Retnawati (2014) inquiry based learning merupakan model

pembelajaran yang lebih efektif ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar ini

dikarenakan memiliki karakteristik yang mampu membantu meningkatkan

kemampuan peserta didik, baik karakteristik dalam masalah autentik,

menyelesaikan masalah menggunakan berbagai sumber pengetahuan, dan

berfokus melakukan diskusi dan investigasi.

Fitriyani, Darwis, & Kartika (2017) dalam penelitiannya menunjukkan

model inkuiri dan media pembelajaran memiliki pengaruh positif terhadap hasil

belajar pada materi larutan penyangga. Model inkuiri dan media pembelajaran

mampu menjadikan peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran dan

mampu mengkontruksi pengetahuan secara mandiri sehingga dapat meningkatkan

hasil belajar peserta didik.

Jauhariningsih (2017) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

penerapan model IBL dapat meningkatkan hasil belajar kimia. Ketertarikan

peserta didik terhadap pembelajaran IBL merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi hasil belajar peserta didik, ini dikarenakan peserta didik

memperoleh hal – hal baru yang menarik dan tidak menjenuhkan bagi mereka,

disamping itu pula peserta didik menemukan langsung apa yang dipelajarinya

melalui penelaahan materi dan diskusi kelompok maupun diskusi klasikal. Peserta

didik secara keseluruhan aktif dan bekerja sama serta saling membantu dalam

memahami materi.
31

Penelitian oleh Apriani & Rizkiana (2018) menunjukkan penggunaan

media dengan berbasis model inkuiri pada materi larutan penyangga telah mampu

membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Media pembelajaran tersebut

membantu peserta didik dalam mengingat dan mempelajari materi pembelajaran

serta memberikan motivasi belajar. Melalui penggunaan media peserta didik

diberikan stimulus secara kontinu.

Penelitian Bayram, Oskay, Erdem, Ozgur & Sen (2013) menunjukkan

pembelajaran berbasis inkuiri memiliki kontribusi positif terhadap motivasi dan

presetasi peserta didik. Masalah-masalah yang diberikan berkontribusi pada

pembelajaran yang bermakna bagi para peserta didik dan proses penyelidikan

masalah membuat peserta didik lebih aktif.

Penelitian Ananingsih, Prodjosantoso, & Utomo (2015) menunjukkan

bahwa IBL efektif diterapkan pada proses pembelajaran kimia, hal ini dikarenakan

pembelajaran dengan IBL lebih mengaktifkan peserta didik dalam memahami

konsep-konsep materi. Aktivitas terjadi karena peserta didik mencari sendiri

konsep. Antusias peserta didik terlihat pada saat mengikuti pembelajaran karena

terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik maupun antar peserta didik

dalam kelompok. Peserta didik bebas dalam menyampaikan pendapatnya. Kegitan

diskusi yang dilakukan dengan teman sejawat juga dapat meningkatkan

pemahaman peserta didik terhadap materi yang diberikan.

8. Karakteristik Kesetimbangan Ion dan pH Larutan Penyangga

Materi kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga merupakan materi

yang di ajarkan pada semester genap dan berada pada tingkatan kelas XI MIA
32

SMA. Materi ini mengalami perubahan judul dari Larutan penyangga menjadi

kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga. Perubahan ini sebagai wujud mulai

diberlakukannya kurikulum 2013 yang telah direvisi. Materi ini merupakan materi

lanjutan dari larutan asam basa dan kesetimbangan ion dan pH larutan garam.

Adapun tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada materi

kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga, yaitu:

(1) Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan pembuatannya

(2) Menentukan pH larutan penyangga

(3) Menjelaskan fungsi larutan penyangga

(4) Memberikan contoh penerapan larutan penyangga dalam kehidupan sehari-

hari (Sudarmo, 2017)

Materi kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga atau larutan

penyangga ini bersifat konseptual dan algoritmik. Sifat konseptual dari materi ini

ditinjau dari konsep larutan penyangga yang bersifat asam dan larutan penyangga

yang bersifat basa. Sifat algoritmik dapat dilihat dari perhitungan pH larutan

garam, baik itu dari perhitungan pH larutan penyangga bersifat asam yang diberi

penambahan asam atau basa dan perhitungan pH lautan penyangga bersifat basa

yang diberi penambahan asam atau basa.

B. Kerangka Berpikir

Materi kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga ini dianggap sulit

oleh peserta didik karena menuntut pemahaman konseptual dan algoritmik, dalam

mempelajari kedua aspek tersebut seharusnya tidak dijelaskan dengan ceramah

saja, namun peserta didik dilatih untuk berpikir dan mendalami materi dengan

baik, hal ini menjadikan peserta didik malas, jenuh, kurang aktif dalam proses
33

pembelajaran. Amri (2015) menyebutkan bahwa dalam 10 menit pertama

perhatian peserta didik dapat mencapai 70%, dan menjadi 20% pada waktu 20

menit terakhir. Pembelajaran yang berpusat kepada guru menjadikan peserta didik

tidak terbiasa menemukan sendiri konsep, teori, dan fakta yang berhubungan

dengan materi pelajaran, sehingga berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar.

Permasalahan tersebut dapat di atasi dengan pembelajaran yang menarik,

seperti penggunaan model dan media pembelajaran yang membuat peserta didik

aktif dalam pembelajaran sehingga dapat menemukan informasi yang

berhubungan dengan materi pelajaran. Adapun model pembelajaran yang dapat

digunakan adalah model IBL. Model pembelajaran ini membuat peserta didik

berperan aktif dalam proses pembelajaran. Media yang digunakan dapat berupa

game yang dapat mengatasi kejenuhan peserta didik di dalam kelas.

Penggunaan model IBL berbantuan media permainan kata-list

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar serta motivasi peserta didik. Peneliti

ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar peserta

didik antara kelas yang menerapkan model pembelajaran IBL berbantuan

permainan kata-list dengan kelas yang model IBL.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan rumusan masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H0 :Tidak terdapat perbedaan motivasi belajar peserta didik pada materi

kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga antara kelas yang

menggunakan model Inquiry based learning (IBL) berbantuan media

permainan kata-list dengan model Inquiry Based Learning (IBL) di kelas XI


34

MIA SMAN 10 Banjarmasin.

H1 :Terdapat perbedaan motivasi belajar peserta didik pada materi

kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga antara kelas yang

menggunakan model Inquiry Based Learning (IBL) berbantuan media

permainan kata-list dengan model Inquiry Based Learning (IBL) di kelas XI

MIA SMAN 10 Banjarmasin.

H0 :Tidak terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik pada materi

kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga antara kelas yang

menggunakan model Inquiry Based learning (IBL) berbantuan media

permainan kata-list dengan model Inquiry Based learning (IBL) di kelas XI

MIA SMAN 10 Banjarmasin.

H1 :Terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik pada materi kesetimbangan

ion dan pH larutan penyangga antara kelas yang menggunakan model Inquiry

Based Learning (IBL) dengan berbantuan media permainan kata-list dengan

model Inquiry Based Learning (IBL) di kelas XI MIA SMAN 10

Banjarmasin.

H0 :Tidak terdapat hubungan positif antara motivasi dan hasil belajar peserta

didik pada materi kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga.

H1 :Terdapat hubungan positif antara motivasi dan hasil belajar peserta didik

pada materi kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga.


35
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian

eksperimen semu atau quasi experimental dengan menggunakan rancangan pre-

test post-test equivalent control grup design. Menurut Yusuf (2014) penggunaan

rancangan ini adalah untuk mengungkapkan hubungan sebab-akibat dengan cara

melibatkan kelompok eksperimen dan kelompok control..

Desain penelitian ini melibatkan 2 kelas, dimana 1 kelas sebagai kelas

eksperimen dan 1 kelas sebagai kelas kontrol. Dampak dari suatu perlakuan pada

desain ini terhadap variabel terikat akan diuji dengan cara membandingkan

keadaan variabel terikat pada kelas eksperimen yang telah diberi perlakuan

menggunakan model inquiry based learning (IBL) berbantuan media permainan

kata-list dengan kelas kontrol yang hanya diberi perlakuan menggunakan model

inquiry based learning (IBL).

Pada desain ini kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberi pre-test

sebelum dilakukan pembelajaran serta post-test pada akhir pembelajaran. Pre-test

dimaksudkan untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik sebelum

diterapkan pembelajaran. Post-test dimaksudkan untuk mengetahui pencapaian

hasil belajar setelah diberikan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

Berikut diagram yang disajikan untuk rancangan penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 3.1 yaitu:

35
36

Tabel 3.1 Rancangan pre-test dan post-test equivalent group


Kelas Pre-test Perlakuan Post-test
Kontrol O1 X1 O2
Eksperimen O3 X2 O4
(Yusuf, 2014)

Keterangan:
O1 = nilai pre-test untuk kelas kontrol
O3 = nilai pre-test untuk kelas eksperimen 1
O2 = nilai post-test untuk kelas kontrol
O4 = nilai post-test untuk kelas eksperimen 1
X1 = pembelajaran menggunakan model IBL
X2 = pembelajaran menggunakan model IBL berbantuan media permainan kata
list

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2018/2019

di kelas XI SMAN 10 Banjarmasin yang beralamat di Jl. Tembus Mantuil RT. 28

No 51 Banjarmasin. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei

2019.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIA SMAN

10 Banjarmasin pada tahun pelajaran 2018/2019 yang terdiri dari 3 kelas MIA

dengan total 102 peserta didik. Di antara kelas-kelas tersebut diambil dua kelas

sebagai sampel untuk digunakan sebagai objek penelitian.

Sampel yang akan dijadikan target penelitian ini adalah seluruh peserta

didik kelas XI MIA 1 terdiri dari 33 orang sebagai kelas eksperimen dan XI MIA

3 terdiri dari 33 orang sebagai kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu sehingga sampel tersebut layak dijadikan sampel


37

(Moehnilabib, Mukhadis, Ibnu, Suparno, Rofi’udin, & Sukarnyana, 2003).

Penentuan sampel yang digunakan oleh peneliti didasarkan atas saran

informasi yang diperoleh dari guru kimia kelas XI MIA di SMA Negeri 10

Banjarmasin yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu kelas dengan

peserta didik yang masih sulit untuk fokus dalam pembelajaran kimia, serta

pertimbangan jam mata pelajaran kimia. Adapun pertimbangan lainnya dalam

penentuan sampel juga didasarkan atas hasil belajar yang tidak berbeda secara

signifikan di kedua kelas. Hal ini dibuktikan dari hasil uji normalitas dan uji

homogenitas dari data pre-test di kedua kelas tersebut menunjukkan data

berdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen, sehingga setelah

dilakukan uji-t dapat disimpukan data pre-test di kedua kelas tidak berbeda secara

signifikan (Lampiran 43).

D. Variabel Penelitian

Yusuf (2014) menyebutkan bahwa variabel adalah konsep yang

mempunyai variasi nilai. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi, menjelaskan atau

menerangkan variabel yang lain. Variabel bebas menyebabkan perubahan pada

variabel terikat (yusuf, 2014). Variabel bebas berupa model dan pendekatan yang

digunakan dalam pembelajaran. Pada penelitian ini, pada kelas eksperimen

menerapkan model IBL berbantuan media permainan kata-list dan kelas kontrol

menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran inquiry based learning


38

dengan pendekatan saintifik.

2. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat adalah variabel yang tidak dapat memengaruhi variabel

lainnya namun hanya dipengaruhi atau diterangkan oleh variabel lain (Yusuf,

2014). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar.

E. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Tes hasil belajar pengetahuan berupa pretest dan posttest

(2) Lembar penilaian sikap peserta didik.

(3) Lembar penilaian keterampilan peserta didik.

(4) Angket motivasi peserta didik.

(5) Angket respon peserta didik terhadap penerapan model (IBL) berbantuan

permainan kata-list.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik tes dan nontes. Teknik tes dilakukan dengan memberikan serangkaian soal

kepada peserta didik. Instrumen tes Instrumen tes yang digunakan berbentuk tes

pilihan ganda untuk tes hasil belajar pengetahuan pada saat pre-test dan post-test.

Teknik non tes dilakukan dengan lembar observasi sikap, keterampilan, lembar

angket motivasi peserta didik, dan lembar angket respon peserta didik terhadap

model pembelajaran.

F. Perangkat dan Instrumen Penelitian

Perangkat penelitian adalah komponen-komponen penunjang yang

diperlukan selama proses penelitian. Adapun perangkat penelitian yang digunakan


39

peneliti, yakni meliputi:

1. Rencana pelaksanaan pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah langkah-langkah atau

prosedur yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang

disusun dalam skenario penelitian. RPP dibuat berbeda untuk kelas kontrol dan

kelas eksperimen. Kelas kontrol penerapan model IBL sedangkan kelas

eksperimen penerapan model IBL berbantuan media permainan kata-list.

2. Lembar kerja peserta didik

Lembar kerja peserta didik adalah panduan peserta didik yang digunakan

dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Lembar kerja peserta didik memuat

sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk

memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai

indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.

Lembar kerja peserta didik yang digunakan berupa bahan ajar yang

disetting sesuai dengan skenario penelitian dan berisi panduan untuk latihan

pengembangan pengetahuan peserta didik.

3. Lembar Penilaian

Lembar penilaian adalah proses untuk mengambil keputusan dengan

menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik

yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian disusun sebagai alat untuk menemukan jawaban

dari pernyataan penelitian. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk

mengukur motivasi dan hasil belajar terdiri dalam bentuk tes dan nontes.
40

1. Instrumen tes hasil belajar pengetahuan

Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi namun bersifat lebih

resmi (Arikunto, 2016). Tes yang digunakan dalam penelitian ini berfungsi untuk

mengukur aspek pengetahuan masing-masing peserta didik pada materi

kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga.

Instrumen tes terdiri atas 15 soal pilihan ganda yang terdiri dari 1

jawaban benar dan 4 jawaban pengecoh yang dirancang oleh peneliti mengacu

pada materi kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga berdasarkan silabus

mata pelajaran kimia SMA Negeri 10 Banjarmasin tahun pelajaran 2018/2019 dan

beberapa sumber buku pelajaran kimia.

2. Instrumen non tes

Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar

observasi, angket motivasi dan respon peserta didik. Observasi adalah suatu

teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta

pencatatan secara sistematis (Arikunto, 2016).

Instrumen aspek sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik

terhadap suatu obyek. Aspek sikap yang diukur terdiri dari sikap sosial

berdasarkan kurikulum 2013, yakni rasa ingin tahu, teliti dan tanggung jawab.

Instrumen observasi aspek sikap menggunakan skala 1-5 yang disertai dengan

rubrik penilaian. Instrumen aspek keterampilan bertujuan untuk mengetahui

keterampilan yang dimiliki peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.

Aspek sikap yang diukur terdiri dari keterampilan diskusi dan presentasi.

Lembar angket motivasi yang digunakan yaitu The Instructional

Materials Motivation Survey (Keller, 2010) yang diklasifikasikan berdasarkan

empat komponen penting yaitu attention (perhatian), relevance (keterkaitan),


41

confidence (keyakinan), dan satisfaction (kepuasan). Angket motivasi dan angket

respon peserta didik dibuat menggunakan skala Likert.

Angket motivasi berisi 36 butir pernyataan dan angket respon berisi 10

butir pernyataan. Skala Likert disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti

oleh lima respon yang menunjukkan tingkatan dan diberi skor, yaitu skor sangat

tidak setuju (STS) = 1, tidak setuju (TS) = 2, ragu-ragu (RR) = 3, setuju (S) 39 =

4, dan sangat setuju (SS) = 5.

3. Pengujian instrumen penelitian

Sebelum menggunakan instrumen yang dibuat, terlebih dahulu dilakukan

pengujian terhadap validitas dan reliabilitas soal. Instrumen penelitian dapat

dikatakan memenuhi syarat sebagai alat pengumpul data apabila instrumen

penelitian valid dan reliabel (Arikunto, 2016).

a. Validitas Instrumen Tes dan Nontes

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan

validasi untuk mendapatkan instrumen yang akurat. Validitas suatu instrumen

dapat dilihat dari isi atau konsep maupun daya ramal yang terdapat pada

instrumen yang bersangkutan. Selain itu, juga memperhatikan bentuk atau

hubungan dengan tes/instrumen secara empiris dan statistik (Yusuf, 2014).

Instrumen tes dan nontes yang akan digunakan untuk penelitian terlebih

dahulu divalidasi. Validitas tes yang digunakan adalah validitas isi (content

validity). Sebuah tes/instrumen dikatakan mempunyai validitas isi apabila

mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi (isi pelajaran) atau

kurikulum (Arikunto, 2016).

Validitas isi untuk instrumen soal tes objektif ditetapkan berdasarkan


42

penilaian dan pertimbangan dari penilai. Validitas isi akan dilakukan dengan

meminta pertimbangan dan penilaian para ahli yaitu 4 orang dari dosen Program

Studi Pendidikan Kimia FKIP ULM dan 1 guru. Setiap validator diberikan

lembaran soal yang berisi butir-butir soal dan lembar observasi yang direncanakan

sebagai instrumen penelitian.

Adapun kriteria penilaian instrumen yang digunakan menurut Aiken’s

adalah:

(1) Skor 1 artinya soal tersebut sangat tidak relevan

Jika tidak ada syarat yang terpenuhi (jika rincian tugas/indikator kinerja tidak

sesuai dengan indikator pembelajaran dan bahasa yang digunakan tidak dapat

dimengerti).

(2) Skor 2 artinya soal tersebut tidak relevan

Jika rincian tugas/indikator kinerja tidak sesuai dengan indikator

pembelajaran dan bahasa yang digunakan kurang dimengerti.

(3) Skor 3 artinya soal tersebut cukup relevan

Jika rincian tugas/indikator kinerja sesuai dengan indikator pembelajaran

tetapi bahasa yang digunakan tidak dapat dimengerti.

(4) Skor 4 artinya soal tersebut relevan

Jika rincian tugas/indikator kinerja sesuai dengan indikator pembelajaran

tetapi bahasa yang digunakan kurang dimengerti.

(5) Skor 5 artinya soal tersebut sangat relevan

Jika rincian tugas/indikator kinerja sesuai dengan indikator pembelajaran dan

bahasa yang digunakan dapat dimengerti (komunikatif).

Statistik Aiken’s V dirumuskan:


43

∑s
V=
[n ( c−1 ) ]

Keterangan:
s = r-lo
r = angka yang diberikan oleh seorang penilaian
lo = angka penilaian validitas yang terendah (dalam hal ini=1)
c = angka penilaian validitas yang tertinggi (dalam hal ini=5)

Kriteria penilaian validitas berdasarkan skala Aiken’s V pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Validitas skala Aiken’s V


No Skala Aiken’s V Validitas
1 V ≤ 0,4 Kurang
2 0,4 < V ≤ 0,8 Sedang
3 0,8 < V Valid
(Nugroho & Ruwanto, 2017)

Validasi Instrumen tes dan nontes dilakukan oleh 5 validator dengan

kriteria penilaian Aiken’s (Nugroho & Ruwanto, 2017). Adapun kelima validator

tersebut, yaitu:

Validator I : Drs. H. Muhammad Kusasi, M.Pd

Validator II : Dr. Rusmansyah, M.Pd Drs. H. Bambang Suharto, M.Si

Validator III : Drs. H. Bambang Suharto, M.Si

Validator IV : Dra. Hj. Sunarti, M.Pd

Validator V : Heldaniah, S.Pd

Hasil validasi instrument nontes motivasi dari kelima validator dapat

dilihat pada Tabel 3.3

Tabel 3.3 Hasil validasi instrumen nontes angket motivasi belajar


Pernyataa
Validator V Ket
n
I II III IV V
1 4 5 5 5 4 0,90 Valid
2 5 5 5 5 4 0,95 Valid
3 4 5 5 5 4 0,90 Valid
Lanjutan
4 4 5 5 5 4 0,90 Valid
44

5 4 5 5 5 4 0,90 Valid
6 5 5 5 5 4 0,95 Valid
7 4 5 5 5 5 0,95 Valid
8 5 5 5 5 5 1,00 Valid
9 4 5 5 5 4 0,90 Valid
10 4 5 5 5 4 0,90 Valid
11 4 5 5 5 4 0,90 Valid
12 5 5 5 5 4 0,95 Valid
13 4 5 5 5 4 0,90 Valid
14 4 5 5 5 4 0,90 Valid
15 5 5 5 5 4 0,95 Valid
16 5 5 5 5 4 0,95 Valid
17 4 5 5 5 4 0,90 Valid
18 4 5 5 5 4 0,90 Valid
19 4 5 5 5 4 0,90 Valid
20 4 5 5 5 4 0,90 Valid
21 4 5 5 5 4 0,90 Valid
22 3 5 5 5 4 0,85 Valid
23 4 5 5 5 4 0,90 Valid
24 4 5 5 5 4 0,90 Valid
25 4 5 5 5 4 0,90 Valid
26 5 5 5 5 4 0,95 Valid
27 4 5 5 4 4 0,85 Valid
28 5 5 5 4 4 0,90 Valid
29 5 5 5 5 4 0,95 Valid
30 4 5 5 5 4 0,90 Valid
31 4 5 5 4 4 0,85 Valid
32 4 5 5 4 4 0,85 Valid
33 4 5 5 4 4 0,85 Valid
34 4 5 5 4 4 0,85 Valid
35 4 5 5 4 4 0,85 Valid
36 4 5 5 4 4 0,85 Valid

Hasil validasi instrumen nontes hasil belajar sikap dari kelima validator

dapat dilihat pada Tabel 3.4

Tabel 3.4 Hasil validasi instrumen nontes hasil belajar sikap


Aspek yang
Validator V Ket
diamati
I II III IV V
1 4 5 5 5 5 0,95 Valid
2 5 5 5 5 5 1,00 Valid
3 5 5 5 5 4 0,95 Valid

Hasil validasi instrument tes hasil belajar pengetahuan dari kelima

validator dapat dilihat pada Tabel 3.5

Tabel 3.5 Hasil validasi instrumen tes hasil belajar pengetahuan


45

No. soal Validator V Ket


I II III IV V
1 5 5 5 5 4 0,95 Valid
2 5 5 5 5 5 1,00 Valid
3 4 5 5 5 5 0,95 Valid
4 4 5 5 5 5 0,95 Valid
5 5 5 5 5 4 0,95 Valid
6 5 5 5 5 5 1,00 Valid
7 5 5 5 5 5 1,00 Valid
8 5 5 5 5 5 1,00 Valid
9 5 5 5 5 4 0,95 Valid
10 5 5 5 5 4 0,95 Valid
11 5 5 5 5 5 1,00 Valid
12 5 5 5 5 5 1,00 Valid
13 5 5 5 5 4 0,95 Valid
14 4 5 5 4 5 0,90 Valid
15 4 5 5 5 5 0,95 Valid

Hasil validasi instrumen nontes hasil belajar keterampilan dapat dilihat

pada Tabel 3.6

Tabel 3.6 Hasil validasi instrumen nontes hasil belajar keterampilan sosial
Aspek
yang Validator V Ket
diamati
I II III IV V
1 4 5 5 5 5 0,95 valid
2 4 5 5 5 5 0,95 valid

Hasil validasi instrument nontes angket respon dilihat pada Tabel 3.7

Tabel 3.7 Hasil validasi instrumen nontes angket respon peserta didik
Pernyataa
Validator V Ket
n
I II III IV V
1 4 5 5 5 5 0,95 valid
2 4 5 5 5 4 0,90 valid
3 4 5 5 5 4 0,90 valid
4 4 5 5 5 4 0,90 valid
5 4 5 5 5 4 0,90 valid
6 4 5 5 5 4 0,90 valid
7 4 5 5 5 4 0,90 valid
8 4 5 5 5 4 0,90 valid
9 4 5 5 5 4 0,90 valid
10 4 5 5 5 5 0,95 valid

Hasil validasi instrument media permainan kata-list dari kelima

validator dapat dilihat pada Tabel 3.8


46

Tabel 3.8 Hasil validasi instrumen media permainan kata-list


Aspek
yang Validator V Ket
diamati
I II III IV V
1 4 4 5 4 5 0,85 Valid
2 5 4 5 4 5 0,90 Valid
3 4 4 5 4 5 0,85 Valid
4 4 5 5 4 5 0,90 Valid
5 4 5 5 4 5 0,90 Valid
6 4 5 5 5 5 0,95 Valid
7 4 5 5 5 5 0,95 Valid
8 4 5 5 5 5 0,95 Valid
9 4 4 5 5 5 0,90 Valid
10 4 5 5 5 5 0,95 Valid

Hasil validasi rencana pelaksanaan pembelajaran dari kelima validator

dapat dilihat pada Tabel 3.9

Tabel 3.9 Hasil validasi rencana pelaksanaan pembelajaran


Pernyataa
Validator V Ket
n
I II III IV V
1 4 5 5 5 5 0,95 Valid
2 4 5 5 5 5 0,95 Valid
3 4 5 5 5 5 0,95 Valid
4 4 5 5 5 5 0,95 Valid
5 4 5 5 5 5 0,95 Valid
6 5 5 5 5 5 1,00 Valid
7 4 5 5 5 5 0,95 Valid
8 4 5 5 5 5 0,95 Valid
9 4 5 5 4 5 0,90 Valid
10 4 5 5 4 5 0,90 Valid
11 4 5 5 5 5 0,95 Valid
12 4 5 5 5 5 0,95 Valid
13 5 5 5 5 5 1,00 Valid
14 4 5 5 5 5 0,95 Valid
15 4 5 5 5 5 0,95 Valid
16 4 5 5 5 5 0,95 Valid

Hasil validasi lembar kerja peserta didik dari kelima validator dapat

dilihat pada Tabel 3.10

Tabel 3.10 Hasil validasi lembar kerja peserta didik


Nomor
Pernyataa Validator V Ket
n
I II III IV V
1 4 5 5 5 5 0,95 Valid
47

2 5 5 5 1 5 0,80 Valid
3 4 5 5 5 5 0,95 Valid
Lanjutan
4 4 5 5 4 5 0,90 Valid
5 4 5 5 5 5 0,95 Valid
6 4 5 5 5 4 0,90 Valid
7 4 5 5 5 4 0,90 Valid
8 4 5 5 5 4 0,90 Valid
9 4 5 5 5 5 0,95 Valid
10 4 5 5 5 5 0,95 Valid
11 4 5 5 4 4 0,85 Valid
12 4 5 5 4 5 0,90 Valid

b. Reliabililtas Instrumen

Instrumen tes sebelum digunakan untuk penelitian, maka terlebih dahulu

harus diuji cobakan untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen. Reliabilitas

merupakan konsistensi atau kestabilan skor suatu instrumen penelitian terhadap

individu yang sama dan dalam waktu yang berbeda (Yusuf, 2014). Reliabilitas

berhubungan dengan kepercayaan dimana suatu tes akan dipercaya jika

memberikan hasil yang konsisten.

Tingkat reliabilitas suatu instrument bentuk tes objektif dapat diketahui

dengan menggunakan rumus Kuder–Richardson 20 atau KR–20 yaitu :

n s 2 −¿ ∑ pi q i
r 11= ×
n −¿ 1 s2

Keterangan:
n = banyaknya butir soal
pi = proporsi subyek yang menjawab benar butir ke i
qi = proporsi subyek yang menjawab salah butir ke i
s2 = varians

Kategori menentukan reliabilitas instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.11

Tabel 3.11 Kategori reliabilitas instrumen


Koefisien reliabilitas Penafsiran
0,80 ≤ r Derajat reliabilitas tinggi
0,40 ≤ r ≤ 0,80 Derajat reliabilitas sedang
r < 0,40 Derajat reliabilitas rendah
48

(Ratumanan & Laurens, 2011)

Berdasarkan hasil perhitungan, instrumen tes hasil belajar pengetahuan

untuk soal pilihan ganda mempunyai koefisien reliabilitas sebesar 0,84 yang

berarti termasuk dalam kategori tinggi sehingga instrumen hasil belajar

pengetahuan dapat dinyatakan layak untuk digunakan pada penelitian. Hasil

perhitungan reliabilitas instrumen dapat dilihat pada Lampiran 28 untuk tes hasil

belajar pengetahuan pilihan ganda.

c. Taraf kesukaran
Arikunto (2016) berpendapat bahwa soal yang baik adalah soal yang

tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan

mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks

kesukaran antara 0,0 sampai dengan 1,0. Soal dengan indeks kesukaran 0,0

menunjukkan bahwa soal terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan

bahwa soal yang diberikan terlalu mudah. Dalam istilah evaluasi, indeks

kesukaran ini diberi simbol P, singkaan dari kata proporsi. Rumus untuk mencari

taraf kesukaran soal adalah:

B
P=
JS

Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
(Arikunto, 2016).

Soal-soal yang dianggap baik adalah soal-soal yang sedang atau

mempunyai indeks kesukaran 0,31 sampai dengan 0,70. Kategori untuk


49

menentukan tingkat kesukaran soal terdapat dalam Tabel 3.12

Tabel 3.12 Kategori tingkat kesukaran instrumen soal


Indeks Kesukaran (P) Kategori Soal
0,0 - 0,30 Sukar
0,31 - 0,70 Sedang
0,71 - 1,00 Mudah
(Arikunto, 2016)

Hasil perhitungan terhadap tingkat kesukaran instrumen tes hasil belajar

pengetahuan peserta didik menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2007 bahwa

dari 15 soal yang diujikan dalam kategori sedang, Tabel 3.13 menunjukkan

tingkat kesukaran pada tiap soal, sedangkan data lebih lengkap mengenai

perhitungan tingkat kesukaran instrumen tes dapat dilihat pada Lampiran 29

Tabel 3.13 Tingkat kesukaran pada tiap soal hasil belajar pengetahuan
Nomor
Taraf Kesukarran Kategori
soal
1 0,47 Sedang
2 0,63 Sedang
3 0,69 Sedang
4 0,56 Sedang
5 0,59 Sedang
6 0,34 Sedang
7 0,38 Sedang
8 0,41 Sedang
9 0,47 Sedang
10 0,34 Sedang
11 0,34 Sedang
12 0,59 Sedang
13 0,41 Sedang
14 0,53 Sedang
15 0,44 Sedang

d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan peserta didik

yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda

disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Indeks diskriminasi ini berkisar antara


50

0,00 sampai 1,00. Pada indeks diskriminasi dikenal tanda negatif untuk

menunjukkan jika soal itu “terbalik” atau menunjukkan bahwa anak yang

sebenarnya pandai malah disebut tidak pandai dan anak yang tidak pandai malah

disebut pandai. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah

BA BB
D= − =P A −PB
JA JB

Keterangan:
BA = banyaknya peserta kelompok atas menjawab soal dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah menjawab soal dengan benar
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (P = indeks
kesukaran)
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
(Arikunto, 2016)

Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks

diskriminasi 0,4 sampai dengan 0,7. Kategori untuk menentukan daya pembeda

soal terdapat pada Tabel 3.14.

Tabel 3.14 Kategori daya pembeda instrumen soal


Daya Pembeda (D) Kategori Soal
0,00 - 0,20 Jelek (poor)
0,21 - 0,40 Cukup (satisfactory)
0,41 – 0,70 Baik (good)
0,71 - 1,00 Baik sekali (excellent)
negatif Semuanya tidak baik
(Arikunto, 2016)
Hasil daya pembeda instrumen hasil belajar pengetahuan dari 15 soal,

terdapat soal dengan daya pembeda cukup baik, baik, dan baik sekali. Tabel 3.15

menunjukkan daya pembeda pada tiap butir soal hasil belajar pengetahuan,

sedangkan hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada Lampiran 30

Tabel 3.15 Daya pembeda tiap soal hasil belajar pengetahuan


Nomor Soal Daya Pembeda Kategori
1 0,56 Baik
51

2 0,78 Sangat Baik


3 0,44 Baik
4 0,89 Sangat Baik
Lanjutan
5 0,67 Baik
6 0,67 Baik
7 0,56 Baik
8 0,67 Baik
9 0,67 Baik
10 0,78 Sangat Baik
11 0,44 Baik
12 0,78 Sangat Baik
13 0,78 SangatBaik
14 0,44 Baik
15 0,22 Cukup Baik

H. Teknik Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk memberi makna pada data yang telah

diperoleh melalui sampel penelitian. Penelitian ini akan menggunakan dua teknik

analisis data, yakni analisis secara deskriptif dan inferensial.

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis yang menggunakan statistik

deskriptif, yakni teknik analisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah dikumpulkan mencakup cara-cara menghimpun,

menyusun atau mengatur, mengolah, menyajikan, menganalisis data angka agar

dapat memberikan gambaran yang teratur, ringkas dan jelas mengenai suatu

keadaan (2015).

a. Analisis motivasi belajar

Analisis motivasi peserta didik bertujuan untuk melihat perkembangan

motivasi peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Angket motivasi

dibagikan kepada peserta didik sebelum pembelajaran dimulai dan setelah

pembelajaran berakhir
52

Lembar angket motivasi belajar terdiri dari 36 pernyataan ini terbagi

dalam 4 indikator yaitu attention, relevance, confidence, satisfaction. Penilaian

lembar angket motivasi belajar menggunakan skala likert dengan rentang skor 1-

5, untuk pernyataan positif skala likert yang digunakan yaitu sangat tidak setuju

(STS) = 1, tidak setuju (TS) = 2, ragu-ragu (R) = 3, setuju (S) = 4, dan sangat

setuju (SS) = 5, sementara untuk pernyataan negatif sangat tidak setuju (STS) = 5,

tidak setuju (TS) = 4, ragu-ragu (R) = 3, setuju (S) = 2, dan sangat setuju (SS) = 1.

Persentase motivasi peserta didik dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

ΣTotal skor yang diperoleh


Persentase Motivasi= x 100 %
Σ Skor maksimal

Kategori untuk menilai motivasi belajar dapat dilihat pada Tabel 3.16

Tabel 3.16 Kategori persentase motivasi belajar


Persentase (%) Motivasi Belajar Kualifikasi
85-100 Sangat tinggi
69-84 Tinggi
53-68 Sedang
37-52 Rendah
20-36 Sangat rendah
(Hendrayana, Thaib, & Roesnenty, 2014)

b. Analisis Hasil Belajar Sikap

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data hasil belajar

sikap yang diperoleh adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Analisis sikap

bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik selama proses pembelajaran

berlangsung yang diamati melalui observasi. Analisis sikap peserta didik terdiri

dari sikap rasa ingin tahu, tanggung jawab dan kerjasama.

Penilaian dilakukan menggunakan skala likert 1-5 yang disertai rubrik


53

penilaian. Nilai sikap peserta didik dapat dihitung berdasarkan data skor yang diisi

oleh observer dengan rumus sebagai berikut:

jumlah skor perolehan


Nilai sikap = x 100
jumlah skor maksimal

Pengkategorian hasil observasi sikap peserta didik disajikan pada Tabel

3.17 di bawah ini.

Tabel 3.17 Kategori Penilaian Hasil Belajar Sikap


Nilai Keterangan
85 – 100 Sangat baik
69 – 84 Baik
51 – 68 Cukup baik
37 – 52 Kurang baik
20 – 36 Sangat kurang baik
(Widoyoko, 2018)

c. Analisis hasil belajar pengetahuan

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data hasil belajar

pengetahuan yang diperoleh adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif. Teknik

analisis untuk menganalisis hasil belajar pengetahuan peserta didik pada materi

keseimbangan ion dan pH larutan penyangga dianalisis terlebih dahulu

menggunakan perbandingan rata-rata dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:

(1) Menetapkan penskoran jawaban pada tiap-tiap item.

(2) Menjumlahkan skor jawaban peserta didik kelas eksperimen dan kelas

kontrol dan menghitung nilai hasil belajar pengetahuan dengan rumus sebagai

berikut:

jumlah skor perolehan


Nilai = x 100
jumlah skor maksimal

(3) Memberikan prediket ketuntasan terhadap hasil belajar dengan mengacu pada
54

standar ketuntasan belajar minimal (KKM) yang berlaku pada bidang studi

kimia SMAN 10 Banjarmasin yaitu 75.

Kategori yang digunakan untuk memberikan predikat hasil belajar

pengetahuan pada penelitian ini menggunakan skala 100 yang dapat dilihat pada

Tabel 3.18.

Tabel 3.18 Kategori penilaian hasil belajar pengetahuan


Nilai Kualifikasi
91 – 100 Sangat baik
81 – 90 Baik
71 – 80 Cukup baik
< 70 Kurang baik
(Dikdasmen, 2015)
Peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari 75 dinyatakan

mengalami kesulitan belajar dan peserta didik yang memperoleh nilai lebih dari

atau sama dengan 75 dinyatakan telah tuntas belajar.

d. Analisis Hasil Belajar Keterampilan sosial

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data hasil belajar

keterampilan sosial yang diperoleh adalah teknik analisis deskriptif kualitatif yang

bertujuan untuk mengetahui keterampilan peserta didik selama proses

pembelajaran berlangsung yang diamati melalui observasi disertai dengan rubrik

penilaian. Analisis keterampilan social terdiri dari keterampilan diskusi kelompok

dan presentasi. Penilaian dilakukan menggunakan skala likert 1-5 yang disertai

rubrik penilaian. Nilai sikap peserta didik dapat dihitung berdasarkan data skor

yang diisi oleh observer dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah skor perolehan


Nilai keterampilan sosial = x 100
Jumlah skor maksimal
55

Pengkategorian untuk hasil observasi keterampilan sosial peserta didik

dapat dilihat pada Tabel 3.19 di bawah ini.

Tabel 3.19 kategori penilaian hasil belajar keterampilan sosial


Nilai Keterangan
85 – 100 Sangat baik
69 – 84 Baik
Lanjutan
51 – 68 Cukup baik
37 – 52 Kurang baik
20 – 36 Sangat kurang baik
(Widoyoko,2018)

e. Analisis respon

Angket respon peserta didik dilakukan untuk mengetahui tanggapan

peserta didik terhadap pembelajaran dengan model model inquiry based

learning berbantuan media permainan kata-list. Angket respon dibagikan kepada

peserta didik setelah post-test berakhir. Angket respon siswa berisi 10

pernyataan dengan 5 tingkatan respon yang yaitu (STS) sangat tidak setuju, (TS)

tidak setuju, (RR) ragu-ragu, (S) setuju, dan (SS) sangat setuju (Yusuf, 2014).

Berdasarkan persentase jawaban peserta didik, untuk mengetahui

sejauh mana level respon peserta didik yang diberikan, skor pada setiap

pernyataan dijumlahkan kemudian diinterpretasikan untuk memberikan kategori

respon peserta didik yang dapat dilihat pada Tabel 3.20.

Tabel 3.20 Kategori respon peserta didik


Skor Kategori
10 – 17 Sangat tidak setuju
18 – 25 Tidak setuju
26 – 33 Ragu-ragu
34 – 41 Setuju
42 – 50 Sangat setuju
(Yusuf, 2014)
f. N-gain
56

N-gain merupakan selisih antara skor saat post-test dan skor saat pre-test,

ternormalisasi. N-gain digunakan untuk menghindari adanya bias penelitian yang

disebabkan oleh perbedaan gain akibat skor pre-test yang berbeda untuk melihat

peningkatan hasil belajar. N-gain dihitung dengan menggunakan rumus yang

dikembangkan oleh Hake [ CITATION Coh09 \l 1057 ].

S f −S i
(g) =
I s−Si

Keterangan:
(g)= gain ternormalisasi
Si = skor pre-test
Sf = skor post-test
Is = skor maksimum ideal

Setelah diperoleh nilai gain ternormalisasi untuk masing-masing data

peserta didik, kemudian dihitung rata-rata N-gain. Nilai rata-rata gain

ternormalisasi kemudian diinterpretasikan berdasarkan kategori pada Tabel 3.21

Tabel 3.21 Kategori N-gain


N-gain Kategori
(g) < 0,3 Rendah
0,3 < (g) < 0,7 Sedang
(g) > 0,7 Tinggi
(Cohen & Swerdlik, 2010)

2. Analisis Inferensial
Analisis inferensial bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah

diajukan, terdapat perbedaan atau tidak terdapat perbedaan. Analisis data yang

terkumpul pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diuji menggunakan uji

perbedaan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians

data terhadap pre-test dan post-test untuk masing-masing kelas.

Data pre-test dan post-test kedua kelas berdistribusi normal dan


57

homogen, maka dilakukan uji perbedaan yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu uji-t. Tujuan menggunakan uji-t yaitu untuk mengetahui ada tidaknya

perbedaan yang dihasilkan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

a. Uji normalitas

Pengujian normalitas pada tahap ini dilakukan untuk mengetahui normal

tidaknya suatu distribusi data. Hal ini penting untuk diketahui berkaitan dengan

ketepatan pemilihan uji statistik yang akan digunakan. Karena uji statistik

parametrik mensyaratkan data harus berdistribusi normal. Apabila data

berdistribusi tidak normal maka disarankan untuk menggunakan uji statistik

nonparametrik, bukan uji statistik parametrik [ CITATION Sup13 \l 1057 ].

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Liliefors

(L0) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Menentukan taraf signifikansi (α), yaitu misalkan pada α = 5% (0,05)

dengan hipotesis yang akan diuji:

H0 : data berdistribusi normal

H1 : data tidak berdistribusi normal

dengan kriteria pengujian:

Jika L0 = Lhitung < Ltabel maka H0 diterima, dan

jika L0 = Lhitung > Ltabel maka H0 ditolak

selanjutnya menguji normalitas data yang akan digunakan,

(2) Menentukan rata-rata sampel:

ΣX i
X̄ =
n
58

(3) Menentukan standar deviasi sampel, dengan menggunakan rumus:

n ΣX i 2 - ( ΣX i )2
S =
√ n (n - 1)

(4) Pengamatan X1, X2, ..., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ..., Zn dengan

menggunakan rumus:

X i - { X̄
Zi= ¿
S

( X̄ adalah rata-rata dan S adalah simpangan baku sampel)

(5) Tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung peluang F (Zi) = P (Z ≤ Zi)

(6) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ..., Zn yang kecil atau sama dengan Zi,

jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi).

banyaknya Z 1 , Z 2, .. . .. , Z n yang ≤Z i
S (Z i )=
Maka = n

(7) Menghitung selisih F (Zi) - S (Zi) kemudian menentukan harga mutlaknya.

(8) Mengambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

tersebut, kita sebut saja harga terbesar ini L0, dengan kriteria pengujian

yang telah disebutkan di atas [ CITATION Sup13 \l 1057 ].

b. Uji homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan dalam rangka menguji kesamaan

varians setiap kelompok data. Uji homogenitas pada data pre-test dan pos-test

dari kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan untuk mengetahui bahwa

kemampuan awal dan akhir peserta didik dari kedua kelas tersebut dalam keadaan

setara. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji F karena

yang digunakan hanya ada 2 (dua) kelompok data/sampel yaitu kelas eksperimen
59

dan kelas kontrol.

Uji F dilakukan dengan cara membandingkan varian data terbesar dibagi

varian data terkecil [ CITATION Sup13 \l 1057 ]. Langkah-langkah melakukan

pengujian homogenitas dengan uji F sebagai berikut:

(a) Menetukan taraf signifikansi (α) untuk menguji hipotesis:

H0 : σ12 = σ22 (varian 1 sama dengan varians 2 atau homogen)

H1 : σ12 ≠ σ22 (varian 1 tidak sama dengan varians 2 atau tidak homogen)

dengan kriteria pengujian:

H0 diterima, jika Fhitung < Ftabel; dan

H0 ditolak, jika Fhitung > Ftabel

(b) Menghitung varian tiap kelompok data

(c) Menentukan nilai Fhitung, yaitu:

varian terbesar
Fhitung =
varianterkecil

(d) Menentukan nilai Ftabel untuk taraf signifikansi (α), dk1 = dkpembilang = na–1, dan

dk2 = dkpenyebut = nb-1. Dalam hal ini, na adalah banyaknya data kelompok

varian terbesar (pembilang) dan nb adalah banyaknya data kelompok varian

terkecil.

(e) Melakukan pengujian dengan cara membandingkan nilai Fhitung dan Ftabel

c. Uji-t

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka dilakukan

lagi pengujian hipotesis komparasi dengan menggunakan uji-t (tidak

berpasangan). Teknik t-test dipergunakan untuk menguji signifikansi perbedaan 2

buah mean yang berasal dari dua buah distribusi. Rumus yang digunakan adalah
60

sebagai berikut:

keterangan :
t = Uji kesamaan rata-rata (thitung)
X́ 1 = Mean pada distribusi sampel 1 (yang memiliki nilai besar)
X́ 2 = Mean pada distribusi sampel 2 (yang memiliki nilai kecil)
SD12 = Nilai varian pada distribusi sampel 1
SD22 = Nilai varian pada distribusi sampel 2
N1 = Jumlah individu pada sampel 1
N2 = Jumlah individu pada sampel 2

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

H0 = tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan

kontrol

H1 = terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kontrol

Kriteria uji sebagai berikut:

Terima H0 bila thitung < ttabel

Tolak H0 bila thitung > ttabel

(Winarsunu, 2010)

d. Korelasi product-moment

Perhitungan korelasi menggunakan korelasi product moment (Pearson)

merupakan salah satu teknik untuk mencari korelasi antar dua variabel. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan hasil belajar

ranah pengetahuan. Adapun rumus korelasi Product Moment (Pearson) sebagai

berikut:
61

NΣXY −( ΣX ) ( ΣY )
r XY =
2 2 2 2
√ {NΣ X − ( ΣX ) }{ NΣ Y −( ΣY ) }
Keterangan:
r XY = Kolerasi momen tangkar (Product Moment)
N = Jumlah sampel
ΣX = Jumlah skor butir
ΣY = Jumlah skor total

Koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan untuk mengetahui


hubungan antar varibel seperti yang disajikan pada Tabel 3.22 berikut ini.

Tabel 3.22 Interpretasi koefisien korelasi


Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,00 Sangat kuat
(Sugiyono, 2015).

Uji signifikansi korelasi product moment juga dilakukan dalam penelitian

ini untuk mengetahui signifikansi hubungan antara x dengan y, adapun rumus uji

signifikansinya menurut Sugiyono (2015) sebagai berikut:

r √( n−2)
t=
√(1−r ¿¿ 2¿) ¿ ¿
Keterangan:
t = uji kesamaan rata-rata (thitung)
r = koefisien korelasi (rhitung)
n = jumlah peserta didik
r2 = kuadrat koefisien korelasi (rhitung2)
62
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data hasil

motivasi belajar, hasil belajar pada ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan,

serta respon peserta didik pada kelas eksperimen yang menerapkan model

pembelajaran inquiry based learning (IBL) berbantuan media permainan kata-list

dan kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran inquiry based learning

(IBL) pada pokok bahasan kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga.

Data hasil belajar ranah pengetahuan diperoleh melalui pre-test dan post-

test dan motivasi belajar yang diperoleh melalui angket pra-treatment dan post-

treatment dianalisis secara deskriptif berdasarkan nilai n-gain, kemudian

dianalisis secara inferensial melalui uji normalitas, uji homogenitas dan uji-t.

Hasil belajar ranah sikap, hasil belajar keterampilan, dan angket respon peserta

didik dianalisis secara deskriptif dengan teknik persentase.

1. Data Hasil Motivasi Belajar

a. Hasil pra-treatment dan post-treatment motivasi belajar

Data hasil pra-treatment dan post-treatment motivasi belajar peserta

didik pada kelas eskperimen dan kelas kontrol pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil pra-treatment dan post-treatment motivasi belajar


Frekuensi
Nilai Kualifikasi Kelas Eksperimen Kelas kontrol
pra- post- pra- post-
treatment treatment treatment treatment
85 – 100 Sangat tinggi - 6 - 1
69-84 Tinggi - 27 - 29

62
63

Lanjutan
52-68 Sedang 30 - 33 3
37-52 Rendah 3 - - -
20-36 Sangat rendah
Total 33 33 33 33

Berdasarkan data Tabel 4.1 diketahui bahwa motivasi belajar kedua kelas

sebelum diberikan perlakuan rata-rata berada pada kualifikasi sedang, dan ada

beberapa peserta didik yang mendapatkan kualifikasi rendah. Motivasi belajar

kedua kelas setelah diberikan perlakuan memiliki rata-rata dengan kualifikasi

tinggi. Kelas eksperimen mendapatkan kualifikasi sangat tinggi sebanyak 6 orang,

lebih banyak jika dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 1 orang. Rata-rata

persentase motivasi peserta didik dari masing-masing kelas dapat dilihat pada

Table 4.2.

Tabel 4.2 Rata-rata pra-treatment dan post-treatment motivasi belajar


Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai
pra-treatment post-treatment pra-treatment post-treatment
Terendah 51,11 73,33 53,33 70,00
Tertinggi 65,56 85,56 62,78 85,56
Rata-Rata 58,28 80,03 57,88 74,83

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa persentase data hasil pra-

treatment motivasi belajar peserta didik pada kelas eksperimen yaitu 58,28%

sedangkan kelas yang kontrol yaitu 57,88%, kedua kelas berada pada berada pada

kualifikasi cukup baik. Setelah diberikan perlakuan persentase hasil post-

treatment motivasi belajar peserta didik pada kelas eksperimen yaitu 80,03%

berada pada kualifikasi tinggi dan kelas kontrol yaitu 74,83% berada pada

kualifikasi tinggi.

Berdasarkan data tersebut jika motivasi belajar peserta didik ditinjau dari

setiap komponen dan dinyatakan dalam bentuk persentase rata-rata, maka hasilnya
64

dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Persentase rata-rata pra-treatment dan post-treatment motivasi belajar


tiap komponen
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Komponen pra-treatment post-treatment pra-treatment post-treatment
% Kualifikasi % Kualifikasi % Kualifikasi % Kualifikasi
56, 91, 67, 76,
Attention Cukup Sangat baik Cukup Baik
21 67 58 77
63, 90, 71, 78,
Relevance Cukup Sangat baik Baik Baik
57 98 45 05
Convidenc 55, 90, 65, 76,
Cukup Sangat baik Cukup Baik
e 02 91 52 50
Satisfactio 67, 91, 73, 77,
Cukup Sangat baik Baik Baik
n 27 31 94 37

Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh data pra-treatment dengan persentase

rata-rata motivasi belajar peserta didik tiap komponen memiliki kualifikasi cukup

baik pada kedua kelas, sementara data post-treatment rata-rata motivasi belajar

peserta didik pada tiap komponen untuk kelas eksperimen berada pada kualifikasi

sangat baik dan kelas kontrol pada kualifikasi baik.

b. Hasil N-gain motivasi belajar

Data hasil motivasi belajar yang diperoleh melalui pra-treatment dan

post-treatment dihitung menggunakan N-gain untuk mengetahui sejauh mana

peserta didik pada masing-masing kelas mengalami peningkatan motivasi belajar

setelah mengikuti pembelajaran kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga.

Data N-gain peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat

pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 N-gain motivasi belajar


Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Interval N-gain Kualifikasi
Frekuensi Frekuensi
(g) ≥ 0,7 Tinggi - -
0,7 > (g) ≥ 0,3 Sedang 33 27
(g) < 0,3 Rendah - 6
65

Rata-rata N-gain yang diperoleh kemudian diinterpretasikan sesuai

dengan kualifikasi yang diajukan Hake (1998) seperti pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Interpretasi N-gain motivasi belajar


Kelas Rata-Rata N-gain Kualifikasi
Kelas Eksperimen 0,52 Sedang
Kelas Kontrol 0,40 Sedang

Berdasarkan rata-rata N-gain pada Tabel 4.5 diperoleh data kelas

eksperimen maupun kelas kontrol mencapai peningkatan motivasi belajar sedang

setelah proses pembelajaran. Rata-rata N-gain kedua kelas berada pada kualifikasi

sedang namun kelas eksperimen memiliki rata-rata N-gain 0,52 lebih tinggi jika

dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 0,40 hal ini menyatakan bahwa kelas

eksperimen mencapai peningkatan motivasi belajar yang lebih tinggi dibanding

kelas kontrol. Data lengkap untuk perhitungan N-gain motivasi belajar dapat

dilihat pada Lampiran 43 dan Lampiran 44.

c. Hasil inferensial motivasi belajar

Data pra-treatment dan post-treatment motivasi belajar peserta didik

kelas yang eksperimen dan kelas kontrol kemudian dianalisis secara inferensial

untuk menguji hipotesis penelitian (H0) apakah diterima atau ditolak.

Data motivasi belajar dianalisis inferensial menggunakan uji-t untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan motivasi belajar antar kedua kelas.

Sebelum dilakukan uji-t data pra-treatment dan post-treatment motivasi belajar

terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas untuk masing-masing

kelas.

(1) Uji Normalitas

Hasil perhitungan uji normalitas untuk data pra-treatment (lampiran 33


66

dan 34) dan post-treatment (lampiran 39 dan 40) motivasi peserta didik dengan uji

Liliefors pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.6 di

bawah ini,

Tabel 4.6 Hasil uji normalitas data pra-treatment dan post-treatment motivasi
belajar
Hasil Kelas N L0 Ltabel kesimpulan
pra-treatment Eksperimen 33 0,114 0,154 Normal
Kontrol 33 0,088 0,154 Normal
post-treatment Eksperimen 33 0,082 0,154 Normal
Kontrol 33 0,102 0,154 Normal

Berdasarkan Tabel 4.6 hasil uji normalitas data pra-treatment motivasi

belajar, diperoleh harga L0 sebesar 0,114 untuk kelas eksperimen sedangkan untuk

kelas kontrol diperoleh sebesar 0,088. Harga L0 ini kemudian dibandingkan

dengan harga Ltabel. Harga Ltabel dengan α = 0,05 dan n = 33 adalah sebesar 0,154

sehingga dapat disimpulkan L0 < Ltabel (0,114 < 0,154) untuk kelas eksperimen dan

untuk kelas kontrol dipeoleh (0,088 < 0,154) yang berarti sebaran data pra-

treatment motivasi belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi

normal.

Hasil uji normalitas data post-treatment motivasi belajar, diperoleh harga

L0 sebesar 0,082 untuk kelas eksperimen sedangkan untuk kelas kontrol sebesar

0,102. Harga L0 ini kemudian dibandingkan dengan harga L tabel. Harga Ltabel

dengan α = 0,05 dan n = 33 sebesar 0,154 sehingga dapat disimpulkan L0 < Ltabel

(0,082 < 0,154) untuk kelas eksperimen dan untuk kelas kontrol (0,102< 0,154)

yang berarti sebaran data post-treatment motivasi belajar pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol berdistribusi normal

(2) Uji Homogenitas

Data hasil uji homogenitas pra-treatment dan post-treatment motivasi


67

dapat dilihat pada Tabel 4.7, sedangkan perhitungan lengkap uji homogenitas pra-

treatment dan post-treatment motivasi belajar dapat dilihat pada Lampiran 35 dan

41.

Tabel 4.7 Data hasil uji homogenitas pra-treatment dan post-treatment motivasi
belajar
Hasil Kelas N SD SD2 Fhitung Ftabel 5% Kesimpulan
pra-
Eksperimen 33 3,92 15,36 1,80 Homogen
treatment 0,37
Kontrol 33 2,38 5,66 Homogen
post-
Eksperimen 33 Homogen
treatment 3,98 15,80 1,39 1,80
Kontrol 33 4,68 21,90 Homogen

Hasil uji homogenitas data pra-treatment motivasi, diperoleh varian

sebesar 15,36 untuk kelas eksperimen sedangkan varian pada kelas kontrol

sebesar 5,66. Harga-harga varian ini kemudian dibandingkan sehingga diperoleh

harga Fhitung sebesar 0,37. Berdasarkan data pada tabel nilai-nilai F, diperoleh harga

Ftabel sebesar 1,80 sehingga dapat disimpulkan Fhitung < Ftabel (0,37 < 1,80) yang

berarti H0 diterima. Hal ini menunjukkan kelas eksperimen dan kelas kontrol

adalah homogen, artinya varian dari kedua kelas sebelum diberi perlakuan relatif

sama.

Hasil uji homogenitas data post-treatment motivasi, diperoleh varian

sebesar 15,80 untuk kelas eksperimen sedangkan varian pada kelas kontrol

sebesar 21,90. Harga-harga varian ini kemudian dibandingkan sehingga diperoleh

harga Fhitung sebesar 1,39. Berdasarkan data pada tabel F, diperoleh harga F tabel

sebesar 1,80 sehingga dapat disimpulkan Fhitung < Ftabel (1,39 < 1,80) yang berarti

H0 diterima. Hal ini menunjukkan kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah

homogen, artinya varian dari kedua kelas sesudah diberikan perlakuan relatif

sama.
68

(3) Uji-t

Uji-t dilakukan pada data pra-treatment dan post-treatment motivasi

peserta didik pada kelas eksperimen dan kontrol yang telah di uji homogenitas dan

normalitasnya. Data pra-treatment dan post-treatment harus berdistribusi normal

dan homogen. Hasil uji-t data pra-treatment dan post-treatment motivasi dapat

dilihat pada Tabel 4.8, sedangkan hasil perhitungan lengkap uji-t data pra-

treatment dan post-treatment motivasi dapat dilihat pada Lampiran 36 dan 42.

Tabel 4.8 Hasil uji-t pra-treatment dan post-treatment motivasi


Ttable
Hasil Kelas N Mean SD SD2 Thitung Kesimpulan
5%
pra-
treatmen Eksperimen 33 58,28 3,92 15,36 Tidak
t 0,49 2,00 signifikan
Kontrol 33 57,88 2,38 5,66
post- 33
treatmen Eksperimen 80,03 3,98 15,80
t 4,77 2,00 Signifikan
Kontrol 33 74,83 4,68 21,90

Berdasarkan data hasil pra-treatment motivasi peserta didik diperoleh

harga thitung dan ttabel di mana thitung < ttabel (0,49 < 2,00) maka dapat disimpulkan H0

diterima dan H1 ditolak sehingga dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan pada motivasi peserta didik pada kelas eksperimen dan kontrol sebelum

diberikan perlakuan.

Berdasarkan data hasil post-treatment motivasi, diperoleh harga thitung dan

ttabel dimana thitung > ttabel (4,77 > 2,00) maka dapat disimpulkan H1 diterima dan H0

ditolak, sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan motivasi belajar secara

signifikan antara peserta didik kelas eksperimen dan kontrol sesudah diberikan

perlakuan yang berbeda.

2. Data Hasil Sikap Peserta Didik


69

Penilaian sikap peserta didik dilakukan pada setiap pertemuan di kedua

kelas yang diteliti pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Sikap yang

diamati yaitu rasa ingin tahu, tanggung jawab dan kerjasama. Penilaian dilakukan

oleh observer dengan menggunakan lembar observasi sikap. Masing-masing

observer melakukan pengamatan terhadap 1-2 kelompok yang berjumlah 4-10

peserta didik, baik untuk kelas eksperimen maupun kontrol. Data hasil observasi

sikap kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.9. Data lengkap hasil belajar

sikap kelas eksperimen dilihat pada Lampiran 61.

Tabel 4.9 Persentase hasil penilaian sikap kelas eksperimen


N
Eksperimen
o Aspek yang diamati Rata-rata
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
1 Rasa ingin tahu 70,91 76,36 80,00 75,76
Kategori Baik Baik Baik Baik
2 Tanggung jawab 73,33 84,24 89,09 82,22
Kategori Baik Baik Sangat Baik Baik
3 Kerja sama 69,70 81,21 86,67 79,19
Kategori Baik Baik Sangat baik Baik
Rata-rata 71,31 80,61 85,25 78,61
Kategori Baik Baik Sangat Baik Baik

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, penilaian sikap dalam pembelajaran

kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga selama 3 pertemuan di kelas

ekperimen mengindikasikan baik. Hasil penilaian sikap pada kelas kontrol di

setiap pertemuannya dapat dilihat pada Tabel 4.10. Data lengkap hasil belajar

sikap kelas kontrol dilihat pada Lampiran 62.

Tabel 4.10 Persentase hasil penilaian sikap kelas kontrol


N
Kontol
o Aspek yang diamati Rata-rata
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
1 Rasa ingin tahu 65,45 66,06 72,12 67,88
Kategori Cukup baik Cukup baik Baik Cukup baik
2 Tanggung jawab 72,73 80,00 86,67 79,80
Kategori Baik Baik Sangat Baik Baik
3 Kerja sama 72,12 76,36 83,03 77,17
70

Kategori Baik Baik Baik Baik


Rata-rata 70,10 74,14 80,61 74,95
Kategori Baik Baik Baik Baik
Adapun perbandingan hasil belajar sikap pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.1.

90 82.22
79.80 79.19
77.17 79.06
80 75.76 74.95
70 67.88

60
Nilai rata-rata sikap

50
40 Eksperimen
30 Kontrol
20
10
0

Gambar 4.1 Perbandingan Hasil belajar sikap pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol

Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan secara umum, sikap yang dimiliki

peserta didik pada kelas eksperimen memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan

pada kelas kontrol.

3. Data hasil belajar Pengetahuan

a. Hasil pre-test dan post-test pengetahuan

Data hasil tes pengetahuan yang diperoleh dari pre-test (Lampiran 45 dan

Lampiran 46) dan post-test (Lampiran 51 dan Lampiran 52) berdasarkan

kualifikasi dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Daftar nilai pre-test dan post-test pengetahuan


Frekuensi
Hasil Kelas eksperimen Kelas Kontrol
Kualifikasi
Belajar
Pre-test Post-test Pre-test Post-test
71

91 – 100 Sangat baik - 19 - 9


81 – 90 Baik - 7 - 12

Lanjutan
71 – 80 Cukup baik - 7 - 12
< 70 Kurang baik 33 - 33 -
Total 33 33 33 33

Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa hasil belajar pengetahuan

peserta didik baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol sebelum diberikan

pembelajaran seluruhnya berada pada kualifikasi kurang baik. Hasil belajar

pengetahuan peserta didik setelah diberikan pembelajaran pada kelas eksperimen

mendapatkan nilai sangat baik sebanyak 19 orang, frekuensi ini lebih banyak jika

dibandingkan dengan kelas kontrol, yaitu 9 orang.

Rata-rata dari nilai hasil belajar pengetahuan kedua kelas kemudian

dihitung, hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Rata-rata nilai pre-test dan post-test hasil belajar pengetahuan
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai
Pre-test Post-test Pre-test Post-test

Terendah 6,66 79,99 6,66 73,33


Tertinggi 53,33 100,00 53,33 93,32
Rata-Rata 29,09 90,50 26,26 85,04

Berdasarkan Tabel 4.12 di atas hasil pre-test dan post-test pada kelas

eksperimen dan kontrol, setelah dilakukan pembelajaran didapatkan nilai terendah

79,99 dan tertinggi 100 pada kelas eksperimen sedangkan pada kelas kontrol

didapatkan nilai terendah 73,33 dan nilai tertinggi 93,32. Nilai rata-rata setelah

dilakukan perlakuan pada kelas eksperimen adalah 90,50 nilai ini lebih tinggi jika

dibandingkan dengan kelas kontrol yang mendapatkan nilai 85,04.

Data hasil post-test dari kedua kelas selanjutnya dikriteriakan


72

berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berlaku di SMA Negeri 10

Banjarmasin untuk mata pelajaran kimia, yaitu 75. Peserta didik yang berada

dibawah KKM dikatakan belum tuntas, sedangkan peserta didik yang berada pada

batas minimal atau diatas KKM dikatakan tuntas. Persentase ketuntasan peserta

didik baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Persentase ketuntasan peserta didik


Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
≥ 75 (Tuntas) 33 28
< 75 (Tidak tuntas) - 5
Ketuntasan kelas (%) 100 84,85

Data pada Tabel 4.13 menunjukkan bahwa persentase ketuntasan hasil

belajar pengetahuan kelas eksperimen lebih tinggi yaitu 100% jika dibandingkan

kelas kontrol 84,85%, ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih banyak

peserta didik yang mencapai ketuntasan.

Tingkat pemahaman peserta didik pada setiap indikator materi

kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga dapat dilihat pada Gambar 4.2.

98.48 98.99
95.45 95.45
100.00 93.94 93.94
89.7
90.00 86.06
Persentase (%) tingkat pemahaman

80.00 76.77

70.00
58.59
60.00
50.00
40.00 eksperimen Kontrol
30.00
20.00
10.00
0.00
Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator
1 2 3 4 5
Gambar 4.2 Persentase tingkat pemahaman hasil belajar pengetahuan

Keterangan indikator:
73

1. Mengidentifikasi pengertian, sifat larutan penyangga beserta komponennya.


2. Menganalisis contoh larutan penyangga dan bukan larutan penyangga
3. Menjelaskan fungsi larutan penyangga yang terdapat dalam tubuh makhluk
hidup dan kehidupan sehari-hari
4. Menghitung pH atau pOH larutan penyangga
5. Menghitung pH larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau
penambahan sedikit basa atau dengan pengenceran

Tingkat pemahaman peserta didik pada setiap indikator berada di atas

75% pada indikitator 1,2,3, dan 5. Pada kelima indikator, baik kelas eksperimen

maupun kelas kontrol jika diurutkan tingkat pemahaman tertinggi terjadi pada

indikator 2.

b. Hasil N-gain hasil belajar pengetahuan

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik pada

masing-masing kelas mengalami peningkatan pengetahuan setelah mengikuti

pembelajaran materi kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga. Data yang

digunakan dalam N-gain adalah data tes pengetahuan yang diperoleh dari pre-test

dan post-test. Data lengkap untuk N-gain hasil belajar pengetahuan peserta didik

kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Lampiran 57 dan Lampiran 58.

Data N-gain peserta didik kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel

4.14

Tabel 4.14 N-gain hasil belajar pengetahuan


Kelas eksperimen Kelas kontrol
Interval N-gain Kualifikasi
Frekuensi Frekuensi
(g) ≥ 0,7 Tinggi 31 26
0,7 > (g) ≥ 0,3 Sedang 2 7
(g) < 0,3 Rendah - -

Rata-rata N-gain yang diperoleh kemudian diinterpretasikan sesuai

dengan kualifikasi yang diajukan Hake (1998) seperti pada Tabel 4.15.
74

Tabel 4.15 Interpretasi N-gain hasil belajar pengetahuan


Kelas Rata-Rata N-gain Kualifikasi

Kelas Eksperimen 0,87 Tinggi


Kelas Kontrol 0,79 Tinggi
Berdasarkan rata-rata N-gain pada Tabel 4.15 baik kelas eksperimen

maupun kelas kontrol mencapai peningkatan belajar yang tinggi setelah proses

pembelajaran, walaupun rata-rata N-gain kedua kelas berada pada kualifikasi

tinggi (g ≥ 0,7) namun kelas yang eksperimen memiliki rata-rata N-gain 0,87

lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 0,79. Kelas eksperimen

mencapai peningkatan hasil belajar yang lebih tinggi dibanding kelas kontrol.

Data lengkap untuk perhitungan N-gain hasil belajar pengetahuan dapat dilihat

pada Lampiran 57 dan Lampiran 58.

c. Hasil inferensial hasil belajar pengetahuan

(1) Uji normalitas

Hasil perhitungan uji normalitas untuk data pre-test dan post-test

pengetahuan peserta didik dengan uji Liliefors pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.16, sedangkan data lengkap untuk hasil uji

normalitas pengetahuan kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Lampiran

47, 48, 53 dan 54.

Tabel 4.16 Hasil uji normalitas data pre-test dan post-test pengetahuan
Hasil Kelas N L0 Ltabel kesimpulan
Pre-test Eksperimen 33 0,127 0,154 Normal
Kontrol 33 0,124 0,154 Normal
Post-test Eksperimen 33 0,143 0,154 Normal
Kontrol 33 0,136 0,154 Normal

Berdasarkan hasil uji normalitas pre-test pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol diperoleh harga L0 sebesar 0,127 dan 0,124 dengan harga Ltabel sebesar

(0,127 < 0,154) pada kelas eksperimen, dan L0 < Ltabel (0,124 < 0,154) pada kelas
75

kontrol. Hasil uji normalitas menunjukkan sebaran data pre-test pengetahuan

peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil uji normalitas post-test pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol diperoleh harga L0 sebesar 0,143 dan 0,136 dengan harga Ltabel

sebesar 0,154 pada harga α = 0,05 dan n = 33 sehingga dapat disimpulkan L 0 <

Ltabel (0,143 < 0,154) pada kelas eksperimen, dan L 0 < Ltabel (0,136 < 0,154) pada

kelas kontrol. Hasil uji normalitas menunjukkan sebaran data post-test

pengetahuan peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi

normal.

(2) Uji homogenitas

Hasil uji homogenitas pre-test dan post-test pengetahuan dapat dilihat

pada Tabel 4.17, sedangkan perhitungan lengkap uji homogenitas pre-test dan

post-test pengetahuan dapat dilihat pada Lampiran 49 dan 55.

Tabel 4.17 Hasil uji homogenitas data pre-test dan post-test pengetahuan
Hasil Kelas N SD SD2 Fhitung Ftabel 5% Kesimpulan
12,67 160,60
Eksperimen 33 Homogen
Pre-test 0,92 1,80
12,13 147,05
Kontrol 33 Homogen
7,08 50,12
Eksperimen 33 Homogen
Post-test 0,94 1,80
6,88 47,30
Kontrol 33 Homogen

Hasil uji homogenitas data pre-test, diperoleh varian sebesar 160,60

untuk kelas eksperimen sedangkan varian pada kelas kontrol sebesar147,05.

Harga-harga varian ini kemudian dibandingkan sehingga diperoleh harga F hitung

sebesar 0,92. Berdasarkan data pada tabel nilai-nilai F, diperoleh harga F tabel

sebesar 1,80 sehingga dapat disimpulkan Fhitung < Ftabel (0,92 < 1,80) yang berarti

H0 diterima hal ini menunjukkan kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah
76

homogen, artinya varian dari kedua kelas sebelum diberi pembelajaran relatif

sama.

Hasil uji homogenitas data post-test, diperoleh varian sebesar 50,12

untuk kelas eksperimen sedangkan varian pada kelas kontrol sebesar 47,30.

Harga-harga varian ini kemudian dibandingkan sehingga diperoleh harga F hitung

sebesar 0,94. Berdasarkan data pada tabel F, diperoleh harga F tabel sebesar 1,80

sehingga dapat disimpulkan Fhitung < Ftabel (0,94 < 1,80) yang berarti H 0 diterima,

ini menunjukkan kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen, artinya

varian dari kedua kelas sesudah diberikan pembelajaran relatif sama.

(3) Uji-t

Uji-t dilakukan pada data pre-test dan post-test hasil belajar pengetahuan

peserta didik pada kelas eksperimen dan kontrol yang telah diuji homogenitas dan

normalitasnya. Data pre-test dan post-test hasil belajar pengetahuan peserta didik

harus berdistribusi normal dan homogen, sehingga dapat dilakukan uji-t.

Hasil uji-t data pre-test dan post-test hasil belajar pengetahuan dapat

dilihat pada Tabel 4.18, sedangkan hasil perhitungan lengkap uji-t data pre-test

dan post-test pengetahuan dapat dilihat pada Lampiran 50 dan 56.

Tabel 4.18 Hasil uji-t data pre-test dan post-test pengetahuan


Hasil Kelas N Mean SD SD2 Thitung Ttable Kesimpulan
5%
Tidak
Eksperimen 33 29,09 12,67 160,60
Pre-test 0,91 2,00 signifikan
Kontrol 33 26,26 12,13 147,05
Post-test Eksperimen 33 90,50 7,08 50,12 3,13 2,00 Signifikan
Kontrol 33 85,04 6,88 47,30

Berdasarkan nilai pre-test pengetahuan peserta didik diperoleh harga

thitung dan ttabel di mana thitung < ttabel (0,91 < 2,00) maka dapat disimpulkan H 0

diterima dan H1 ditolak sehingga dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan yang
77

signifikan antara rata-rata nilai pengetahuan peserta didik yang diperoleh pada

kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberikan pembelajaran.

Nilai post-test pengetahuan diperoleh harga thitung dan ttabel dimana thitung >

ttabel (3,13 > 2,00) maka dapat disimpulkan H 1 diterima dan H0 ditolak sehingga

dapat dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai

pengetahuan peserta didik pada kelas eksperimen dan kontrol sesudah diberikan

perlakuan.

4. Data Hasil Keterampilan Peserta Didik

Penilaian keterampilan peserta didik dilakukan pada setiap pertemuan di

kedua kelas yang diteliti pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, yaitu

sebanyak 3 pertemuan. Keterampilan yang diamati yaitu diskusi dan presentasi.

Penilaian dilakukan oleh observer dengan menggunakan lembar observasi

keterampilan. Masing-masing observer melakukan pengamatan terhadap 1-2

kelompok yang berjumlah 4-10 peserta didik, baik untuk kelas eksperimen

maupun kontrol. Data hasil observasi keterampilan peserta didik baik di kelas

eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.19. Data lengkap hasil belajar keterampilan

kelas eksperimen dilihat pada Lampiran 63.

Tabel 4.19 Persentase hasil penilaian keterampilan kelas eksperimen


N
Eksperimen
o Aspek yang diamati Rata-rata
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
1 Diskusi kelompok 70,30 80,00 88,48 79,59
Kategori Baik Baik Sangat Baik Baik
2 Presentasi 72,73 81,82 88,48 81,01
Kategori Baik Baik Sangat Baik Baik
Rata-rata 70,61 80,91 85,25 78,92
Kategori Baik Baik Sangat Baik Baik

Berdasarkan Tabel 4.19 hasil penilaian keterampilan dalam pembelajaran


78

kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga selama 3 pertemuan di kelas

ekperimen sudah baik. Hasil penilaian keterampilan pada kelas kontrol di setiap

pertemuannya dapat dilihat pada Tabel 4.20. Data lengkap hasil belajar

keterampilan kelas kontrol dilihat pada Lampiran 64.

Tabel 4.20 Persentase hasil penilaian keterampilan kelas kontrol


N
Kontrol
o Aspek yang diamati Rata-rata
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
1 Diskusi kelompok 67,27 74,55 80,00 73,94
Kategori Baik Baik Baik Baik
2 Presentasi 72,73 78,18 81,21 77,37
Kategori Baik Baik Baik Baik
Rata-rata 70,00 76,36 80,61 75,66
Kategori Baik Baik Baik Baik

Tabel 19 dan 20 menunjukkan rata-rata nilai keterampilan yang di

observasi selama pembelajaran terlihat bahwa kelas eksperimen memiliki nilai


82 81.01
rata-rata yang
80 lebih tinggi yaitu 78,92 jika dibandingkan dengan kelas kontrol
79.59
Nilai rata-rata keterampilan

78.92
78
dengan rata-rata 75,66. Perbandingan 77.37
keterampilan pada kelas eksperimen dan
76 75.66
kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.3. Eksperimen
73.94
74 Kontrol
72

70
Diskusi kelompok Presentasi Rata-rata

Gambar 4.3 Perbandingan hasil belajar keterampilan pada kelas eksperimen


dan kelas kontrol

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat terlihat pada setiap aspek keterampilan

yang diamati. Secara umum, persentase keterampilan yang dimiliki peserta didik

pada kelas eksperimen memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan pada kelas

kontrol.
79

5. Data Hasil Respon Peserta Didik

Angket respon peserta didik diberikan pada tahap akhir pembelajaran.

Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana ketertarikan dan penerimaan peserta

didik terhadap perlakuan yang diberikan. Pengumpulan data untuk mengukur

respon peserta didik digunakan angket yang terdiri dari 10 pernyataan. Lembar

observasi angket respon dapat dilihat pada Lampiran 19. Perhitungan lengkap

dapat dilihat pada Lampiran 65. Persentase angket respon dan level respon peserta

didik terhadap penerapan model IBL berbantuan media permainan kata-list dapat

dilihat pada Gambar 4.4.

80.00
72.12
Persentase (%) rsepon peserta didik

70.00
60.00
50.00
40.00 Sales
30.00
20.00
20.00
10.00 7.88
0.00
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu

Gambar 4.4 Persentase respon peserta didik kelas eksperimen.

Berdasarkan gambar 4.4 diperoleh respon sangat setuju dengan 20%

diikuti setuju dan ragu-ragu, yakni 72,12% dan7,88% ini menunjukkan banyaknya

respon positif dan sangat positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan

model IBL berbantuan media permainan kata-list.

6. Data Hasil Korelasi Product Moment

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara motivasi

dengan hasil belajar pengetahuan peserta didik. Perhitungan korelasi product


80

moment ini dilakukan dengan cara manual yaitu menggunakan aplikasi Microsoft

Excel 2007. Nilai r hitung yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai r

tabel product moment. Data koefisien korelasi dapat dilihat pada Tabel 4.21,

sedangkan hasil perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 59 dan 60.

Tabel 4.21 Hasil koefisien korelasi kelas eksperimen dan kelas kontrol
Kelas Kesimpulan
rhitung 0,543 Terdapat hubungan positif dengan
Eksperimen rtabel 0,344 kekuatan hubungan “sedang”
thitung 3,597 Terdapat hubungan signifikan
ttabel 2,040
rhitung 0,394 Terdapat hubungan positif dengan
Kontrol rtabel 0,344 kekuatan hubungan “rendah”
thitung 2,212 Terdapat hubungan signifikan
ttabel 2,040

Berdasarkan data korelasi pada Tabel 4.21, diperoleh nilai r hitung

sebesar 0,543 untuk kelas eksperimen. Nilai tersebut kemudian dibandingkan

dengan nilai r tabel product moment dengan taraf signifikan 5% dan N sebesar 33,

diperoleh nilai r tabel sebesar 0,344. Nilai rhitung > r tabel (0,543>0,344), sehingga

dapat disimpulkan bahwa H1 diterima atau terdapat hubungan positif antara

motivasi dan hasil belajar pengetahuan.

Selanjutnya dilakukan uji signifikansi korelasi product moment untuk

mengetahui signifikansi hubungan antara motivasi dan hasil belajar pengetahuan

peserta didik kelas eksperimen. Menurut hasil analisa, diperoleh nilai t hitung

sebesar 3,597 untuk kelas eksperimen. Nilai tersebut kemudian dikonsultasikan

dengan nilai t tabel dengan taraf signifikan 5% dan N sebesar 33 diperoleh nilai

2,040. Nilai thitung > t tabel (3,597 > 2,040), sehingga dapat disimpulkan hubungan

positif yang signifikan antara motivasi dan hasil belajar pengetahuan peserta didik

kelas eksperimen.

Pada kelas kontrol, diperoleh nilai r hitung sebesar 0,394. Nilai tersebut
81

kemudian dibandingkan diperoleh nilai rtabel sebesar 0,344. Nilai rhitung > rtabel (0,394

> 0,344), sehingga dapat disimpulkan bahwa H1diterima atau terdapat hubungan

antara motivasi dan hasil belajar pengetahuan.

Selanjutnya dilakukan uji signifikansi korelasi product moment untuk

mengetahui signifikansi hubungan antara motivasi dan hasil belajar pengetahuan

peserta didik kelas eksperimen. Menurut hasil analisa, diperoleh nilai t hitung

sebesar 2,212 untuk kelas kontrol. Nilai tersebut kemudian dikonsultasikan

dengan nilai t tabel dengan taraf signifikan 5% dan N sebesar 33 diperoleh nilai

2,040. Nilai thitung > t tabel (2,212 > 2,040), sehingga dapat disimpulkan hubungan

positif yang signifikan antara motivasi dan hasil belajar pengetahuan peserta didik

kelas eksperimen.

B. Pembahasan

1. Analisis Motivasi Belajar

Pada penelitian ini, motivasi belajar peserta didik dilihat pada kelas yang

menerapkan model IBL berbantuan media permainan kata-list dan kelas yang

menerapkan model IBL. Angket motivasi belajar pada penelitian ini

menggunakan angket The Instructional Materials Motivation Survey (Keller,

2010) yang terdiri dari 36 pernyataan, diklasifikasikan berdasarkan empat

komponen penting yaitu attention (perhatian), relevance (keterkaitan), confidence

(keyakinan), dan satisfaction (kepuasan).

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas motivasi peserta didik

sebelum diberi perlakukan menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas

kontrol berdistribusi normal dan homogen. Rata-rata nilai pra-treatment motivasi


82

peserta didik pada kelas eksperimen adalah 58,28 dan kelas kontrol adalah 57,88.

Secara keseluruhan peserta didik dikategorikan memiliki motivasi belajar sedang

dan beberapa memiliki kategori rendah. Rata-rata nilai motivasi belajar peserta

didik sesudah diberi perlakuan untuk kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas

kontrol. Rata-rata nilai motivasi belajar peserta didik untuk kelas eksperimen

adalah 80,03 sedangkan kelas kontrol adalah 74,83.

Berdasarkan hasil uji analisis inferensial menggunakan uji-t

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi belajar peserta didik antara

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan pencapaian hasil ini disebabkan

perbedaan perlakuan, yaitu penerapan model IBL berbantuan media permainan

kata-list. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat menarik perhatian dan

rasa ingin tahu peserta didik sehingga menimbulkan dorongan agar mengikuti

proses pembelajaran dengan lebih baik, hal ini sesuai dengan penelitian Ekayani

(2017) yang mengatakan media pembelajaran selain sebagai alat bantu proses

belajar mengajar, media pembelajaran dipergunakan untuk merangsang pikiran,

perasaan, perhatian dan kemampuan atau keterampilan peserta didik sehingga

dapat mendorong terjadinya proses belajar.

Hasil belajar akan meningkat secara signifikan seiring meningkatnya

motivasi belajar peserta didik kelas eksperimen. Peserta didik yang dalam kategori

baik pada motivasi belajar memiliki rata-rata hasil belajar lebih tinggi

dibandingkan dengan peserta didik yang dalam kategori sedang. Peserta didik

yang memiliki motivasi belajar yang baik akan memiliki perhatian dan rasa ingin

tahu yang lebih besar untuk belajar dan berusaha untuk berpikir dalam rangka

menemukan suatu konsep pembelajaran.


83

Perbandingan kualitas peningkatan motivasi belajar peserta didik pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat diketahui dengan menentukan nilai N-

gain kedua kelas. Nilai rata-rata N-gain (Tebel 4.5) motivasi belajar peserta didik

pada kelas eksperimen yaitu 0,52 berada pada kategori sedang dan kelas kontrol

memiliki nilai lebih rendah yaitu 0,40 pada kategori sedang, sehingga dapat

dikatakan bahwa model IBL berbantuan permainan kata-list lebih efektif terhadap

motivasi belajar peserta didik pada penelitian ini.

Ketercapaian tiap aspek pada motivasi belajar kelas eksperimen dan kelas

kontrol berbeda-beda, untuk lebih jelasnya berikut ini akan dibahas rincian dari

masing-masing komponen.

(1) Attention (perhatian)

Attention (perhatian) merupakan komponen motivasi belajar yang

diharapkan dapat merangsang ketertarikan peserta didik dalam mengikuti

pembelajaran kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga. Rata-rata persentase

post-treatment komponen attention (perhatian) untuk kelas eksperimen adalah

91,67%. Komponen attention pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berada

pada tahap observasi. Tahap observasi pada kelas eksperimen dilakukan dengan

pemberian apersepsi dibantu media permainan kata-list. Penggunaan media

permainan kata-list dapat menarik perhatian peserta didik karena mengajak

peserta didik untuk ikut terlibat menjalankan permainan dan menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam permainan tersebut sejalan dengan

pendapat Ismail, Enawaty dan Lestari (2018) penggunaan media pembelajaran

dapat membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik perhatian peserta

didik dan membuat peserta didik menjadi lebih aktif.


84

(2) Relevance (keterkaitan)

Relevance (keterkaitan) merupakan komponen motivasi belajar yang

diharapkan dapat mengkaitkan materi kesetimbangan ion dan pH larutan

penyangga dengan kehidupan sehari-hari. Rata-rata persentase post-treatment

komponen ini untuk kelas eksperimen yang menerapkan model IBL berbantuan

media permainan kata-list yaitu 90,98%, sementara rata-rata persentase post-

treatment komponen ini untuk kelas kontrol yang menerapkan model

pembelajaran IBL yaitu 78,05%. Rata-rata persentase relevance (keterkaitan)

kelas eksperimen lebih tinggi dengan kualifikasi sangat tinggi jika dibandingkan

dengan kelas kontrol dengan kualifikasi tinggi.

Komponen relevance (keterkaitan) pada kelas eksperimen dan kontrol

dilakukan pada tahap mengumpulkan dan mengolah data dan menganalisis data.

Tahap mengumpulkan dan mengolah data didapatkan dari kegiatan diskusi

tentang permasalah kehidupan sehari-hari yang diberikan pada awal pembelajaran.

Kegiatan ini juga dapat melatih peserta didik untuk mengaitkan materi

pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik berupa pengalaman sehari-hari.

Ristanto (2010) menyatakan bahwa untuk mencapai hasil pembelajaran yang

optimal, salah satu kegiatan yang dilakukan peserta didik dilingkungan yang

sangat mirip dengan keadaan sebenarnya.

Tahap menganalisis data sama halnya dengan memverifikasi, di mana

pada kegiatan ini peserta didik menguji keabsahan jawaban sementara yang

diajukan melalui berbagai kegiatan seperti membaca sumber dari buku atau

internet. Tahap menganalisis data memerlukan keterkaitan antara pengetahuan

yang sudah dimiliki dengan pengetahuan yang baru didapatkan.


85

(3) Confidence (keyakinan)

Confidence (keyakinan) merupakan komponen yang diharapkan dapat

membangun pemikiran positif peserta didik untuk menyelesaikan tugasnya.

Menurut Noorsalim, Nurdiniah & Saadi (2014) kepercayaan diri merupakan suatu

keyakinan ketika merasa diri kompeten. Rata-rata persentase post-treatment

komponen ini untuk kelas eksperimen yang menerapkan model IBL berbantuan

media permainan kata-list yaitu 90,91%, sementara rata-rata persentase post-

treatment komponen ini untuk kelas yang menerapkan model IBL yaitu 76,50%.

Berdasarkan rata-rata persentase confidence (keyakinan) kelas eksperimen lebih

tinggi dengan kualifikasi sangat tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol

dengan kualifikasi tinggi.

Komponen confidence (keyakinan) pada kelas eksperimen dan kontrol

berada pada tahap merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, merencanakan

pemecahan masalah, melaksanakan pemecahan masalah. Tahap-tahap pada IBL

tersebut memerlukan keyakinan dari dalam diri peserta didik untuk

melakukannya.

Tahap merumuskan masalah dan mengajukan hipotesesis, pada tahap ini

peserta didik diberikan kesempatan untuk merumuskan masalah yang sudah

dipaparkan menggunakan media permainan kata-list untuk kelas eskperimen

kemudian membuat jawaban sementara dari rumusan masalah yang telah

diajukan. Tahap ini memerlukan keyakinan dan rasa percaya diri peserta didik

untuk mengemukakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang sudah

dibuat, peserta didik pada awal pembelajaran sudah dilatih untuk mengemukakan

pendapat melalui tanya jawab pada media permainan kata-list.


86

Tahap merencanakan pemecahan masalah dan melaksanakan pemecahan

masalah peserta didik diberi kesempatan untuk merencanakan dan melaksanakan

pemecahan masalah sendiri. Tahap ini juga memerlukan keyakinan dan rasa

percaya diri oleh peserta didik untuk merencanakan dan melaksanakan pemecahan

masalah. Pertemuan pertama peserta didik masih ragu-ragu dengan masih banyak

bertanya pada guru, pada pertemuan-pertemuan selanjutnya peserta didik mulai

memiliki keyakinan lebih untuk merencanakan dan melaksanakan sendiri.

Terlatihnya komponen motivasi belajar keyakinan dapat digunakan untuk

menggambarkan suatu konsep pengetahuan, mendukung pengetahuan dan

membangun kepercayaan peserta didik, hal ini dikarenakan peserta didik memiliki

keyakinan bahwa mereka dapat mencapai keberhasilan belajar seperti menemukan

sendiri konsep pembelajaran sejalan dengan penelitian kartika, Hairida dan Erlina

(2013) yang menyatakan peserta didik yang sudah memiliki mempunyai

keyakinan akan kemampuan dirinya, peserta didik akan semakin tekun dalam

belajar, berinisiatif untuk mencari informasi, mempunyai kepercayaan diri dan

tidak mudah putus asa, serta selalu mengandalkan kemampuan sendiri dalam

setiap tugas belajarnya dan tidak tergantung pada orang lain.

(4) Satisfaction (kepuasan)

Satisfaction (kepuasan) merupakan komponen motivasi belajar yang

berhubungan dengan pemberian penghargaan kepada peserta didik yang berhasil

dalam mencapai suatu tujuan atau mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan

baik. Rata-rata persentase post-treatment komponen satisfaction (kepuasan) untuk

kelas eksperimen yang menerapkan model IBL berbantuan media permainan

kata-list yaitu 91,31% dan kelas kontrol 77,37. Berdasarkan rata-rata persentase
87

confidence (keyakinan) kelas eksperimen lebih tinggi dengan kualifikasi sangat

tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol dengan kualifikasi tinggi

Komponen satisfaction (kepuasan) pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol dilakukan pada tahap penarikan kesimpulan dan penemuan. Pada kelas

eksperimen tahap penarikan kesimpulan dan penemuan ditambahkan pemantapan

konsep menggunakan media permainan kata-list untuk memperdalam pemahaman

peserta didik.

Tahap penarikan kesimpulan, peserta didik mendeskripsikan temuan

yang diperoleh selama mengikuti pembelajaran. Kegiatan ini dapat melatih

kemampuan pengetahuan peserta didik yang nantinya dapat digunakan untuk

menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan materi kesetimbangan ion dan

pH larutan penyangga, peserta didik yang dapat menyebutkan kesimpulan dari

pembelajaran dapat diapresiasi dengan pemberian pujian dari guru.

Pemantapan konsep pada akhir pembelajaran untuk kelas eksperimen

bertujuan untuk memantapkan konsep yang sudah didapatkan dan untuk

memperdalam pemahamaan peserta didik. Peserta didik yang dapat menjawab

petanyaan paling banyak dan benar pada media permainan kata-list diapresiasi

dengan pujian dan hadiah. Pujian dan hadiah dari guru merupakan salah satu

bentuk motivasi yang dapat membuat peserta didik merasa bangga atau puas

dengan hasil yang telah dicapai ini sejalan dengan penelitian Afriyanti (2018)

yang menyatakan bahwa pemberian apresiasi berupa hadiah sebagai daya tarik

dan motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.

2. Analisis Hasil Belajar Sikap

Pada penelitian ini juga dilakukan analisis hasil belajar sikap yang terdiri
88

dari aspek rasa ingin tahu, tanggung jawab dan kerja sama. Hasil belajar sikap

peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan

pada setiap pertemuan, hal ini menunjukkan bahwa keantusiasan dan keaktifan

dalam bertanya, bekerjasama dan tanggung jawabnya semakin meningkat.

Berdasarkan Tabel 4.9 dan 4.10 persentase rata-rata skor aspek tanggung jawab

merupakan yang tertinggi dibandingkan aspek lainnya pada kedua kelas.

Pada pertemuan pertama persentase skor rasa ingin tahu peserta didik

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing adalah 70,91% dalam

kategori baik dan 65,46% dalam kategori cukup, ini menandakan bahwa keaktifan

peserta didik dalam bertanya dan mencari informasi sudah mulai teramati dalam

mengikuti proses pembelajaran. Peserta didik tidak segan untuk mengajukan

pertanyaan maupun pendapatnya ketika guru memberikan kesempatan untuk

bertanya dan berpendapat,

Pada pertemuan selanjutnya persentase skor rasa ingin tahu peserta didik

mengalami peningkatan, peserta didik semakin aktif dan antusias dalam bertanya,

berpendapat dan mencari informasi baik pada kelas eksperimen maupun kelas

kontrol. Rata-rata skor rasa ingin tahu peserta didik adalah 75,76% dengan

kategori baik pada kelas eksperimen dan 67,88% dengan kategori cukup baik pada

kelas kontrol. Kelas eksperimen terlihat lebih aktif dalam bertanya dan

mengemukakan pendapat, dan mencari informasi dari berbagai sumber belajar

sehingga memiliki presentase nilai lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

Penggunaan model IBL berbantuan media permainan kata-list pada kelas

eksperimen mengharuskan keaktifan dari peserta secara individu maupun dalam

kelompok kecil yaitu terdiri dari 4-5 orang. Peran individual dalam kelompok
89

diperlukan untuk memastikan bahwa semua peserta didik terlibat penuh dalam

proses pembelajaran agar mendapatkan hasil maksimal.

Aspek hasil belajar sikap yang kedua adalah tanggung jawab.

Berdasarkan Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 dapat dilihat persentase rata-rata aspek

sikap tanggung jawab mengalami kenaikan pada setiap pertemuan pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil persentase aspek tanggung jawab

selama tiga pertemuan, kelas eksperimen memiliki persentase 82,22% lebih tinggi

jika dibandingkan kelas kontrol yang mendapat 79,80%. Kelas eksperimen dan

kelas kontrol pada aspek tanggung jawab berada dalam kategori baik.

Berdasarkan pengamatan, peserta didik pada kelas eksperimen lebih

memiliki tanggung jawab. Mereka saling berbagi tugas dan lebih bertanggung

jawab terhadap tugas yang telah diberikan dan ketika guru memberikan batas

waktu pengumpulan tugas, mereka juga mengumpulkannya tepat waktu.

Aspek hasil belajar sikap yang ketiga adalah kerjasama. Berdasarkan

Tabel 4.9 dan Tabel 4.10, pada pertemuan pertama persentase yang diperoleh

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing adalah sebesar 69,70%

dan 72,12%. Persentase ini semakin meningkat pada pertemuan kedua dan ketiga

hingga diperoleh rata-rata skor hasil belajar sikap sebesar 79,19% pada kelas

eksperimen dengan kategori baik dan 77,19% pada kelas kontrol juga dengan

kategori baik. Kelas eksperimen memiliki persentase yang lebih besar

dibandingkan kelas kontrol karena menggunakan model IBL berbantuan media

permainan kata-list. Peserta didik yang menerapkan model IBL berbantuan media

permainan kata-list dituntut lebih aktif bekerjasama dengan anggota kelompoknya

mengumpulkan informasi untuk menganalisis materi kesetimbangan ion dan pH


90

larutan penyangga.

Secara menyeluruh persentase hasil belajar sikap peserta didik kelas

eksperimen dan kelas kontrol berada pada kategori baik dengan persentase kelas

eksperimen yang lebih tinggi (Tabel 4.9 dan 4.10), ini menunjukkan model IBL

berbantuan media permainan kata-list lebih efektif terhadap hasil belajar sikap

peserta didik. Salipah, Sudarmin, & Haryani (2016) mengatakan bahwa

pembelajaran inquiry berbantuan media pembelajaran memberikan pengaruh yang

baik pada sikap peserta didik selama proses pembelajaran.

3. Analisis Hasil Belajar Pengetahuan

Selain motivasi belajar, penelitian ini juga mengukur hasil belajar

pengetahuan peserta didik terhadap pembelajaran menggunakan model IBL

berbantuan media permainan kata-list dan model IBL. Tes hasil belajar

pengetahuan dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah dilakukan

pembelajaran. Berdasarkan hasil uji homogenitas pre-test peserta didik pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol diperoleh Fhitung < Ftabel sehingga dapat dikatakan

bahwa peserta didik pada kedua kelas tersebut memiliki varian yang relatif sama.

Hasil post-test kelas eksperimen menunjukkan rata-rata kelas yang lebih

tinggi dibanding kelas kontrol. Berdasarkan statistik inferensial dengan varian

yang homogen dan data yang berdistribusi normal perbedaan rata-rata kelas

eksperimen dengan kelas kontrol berbeda secara signifikan setelah dihitung

menggunakan uji-t. Perbedaan hasil pencapaian ini disebabkan adanya perbedaan

pembelajaran yang digunakan.

Persentase jumlah peserta didik yang mencapai ketuntasan untuk kelas

eksperimen sebesar 100%, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 84,85%.


91

Persentase ketuntasan kelas eksperimen berada dalam kategori sangat baik

sedangkan kelas kontrol dalam kategori baik. Perbandingan peningkatan hasil

belajar pengetahuan peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat

diketahui melalui nilai N-gain kedua kelas dari hasil pre-test dan post-test masing-

masing kelas.

Berdasarkan Tabel 4.14 peningkatan hasil belajar pengetahuan pada kelas

eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Rata-rata N-gain

untuk kelas eksperimen sebesar 0,52 dan pada kelas kontrol sebesar 0,40. N-gain

kelas eksperimen dan kelas kontrol berada pada kategori sedang, sehingga dapat

dikatakan bahwa model IBL berbantuan media permainan kata-list lebih efektif

dalam meningkatkan hasil belajar pengetahuan peserta didik pada penelitian ini.

Menurut Tyas, & Lazulva (2018) kelas yang menerapkan model inkuiri

dengan media pembelajaran memiliki peningkatan hasil belajar lebih baik, ini

dikarena model pembelajaran inkuiri dengan media pembelajaran yang

diterapkan dapat memudahkan peserta didik memahami materi. Berdasarkan

Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat ketercapaian indikator materi pada kelas

eksperimen dan kontrol adalah berbeda-beda. Berikut ini akan dibahas perbedaan

pada masing-masing indikator.

a. Indikator 1

Indikator pertama pada materi kesetimbangan ion dan pH larutan

penyangga adalah mendefinisikan pengertian, sifat larutan penyangga beserta

komponennya. Indikator ini terdiri atas 2 soal. Bentuk soal dari indikator ini

berupa soal pilihan ganda yang meminta siswa untuk menentukan sifat dan

komponen dari larutan penyangga.


92

Berdasarkan Gambar 4.2 persentase tingkat pemahaman peserta didik

kelas kontrol lebih baik daripada kelas eksperimen, yaitu 95,45% pada kelas

eksperimen dan 98,48% pada kelas kontrol. Pada indikator 1, kelas kontrol

mampu menguasai konsep dengan lebih baik. Persentase pemahaman kedua kelas

memiliki rentang yang tidak berbeda jauh, ini menunjukkan tingkat pemahaman

yang tinggi terhadap indikator 1 pada kedua kelas yang berarti peserta didik

mudah untuk memahami konsep materi tersebut sehingga hasil belajarnya

meningkat.

Pemahaman konsep peserta didik pada kedua kelas berada dalam

kategori sangat baik. Penggunaan model IBL membuat peserta didik melakukan

serangkaian tahap untuk menemukan konsepnya sendiri sehingga membuat

pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pratiwi, Wijayati, Mahatmanti dan

marsudi (2019) mengatakan bahwa penggunaan model pembelajaran inquiry

dapat membantu peserta didik lebih memahami konsep yang diajarkan karena

menemukan sendiri konsep tersebut.

b. Indikator 2

Indikator kedua pada materi kesetimbangan ion dan pH larutan

penyangga adalah menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga.

Indikator ini terdiri atas 3 soal. Bentuk soal dari indikator ini berupa soal pilihan

ganda yang meminta peserta didik untuk menentukan larutan penyangga dan

bukan larutan penyangga. Berdasarkan Gambar 4.2 persentase tingkat pemahaman

peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, yaitu

98,99% pada kelas eksperimen dan 93,94% pada kelas kontrol.

Berdasarkan data yang diperoleh, kelas eksperimen mampu menguasai


93

konsep dengan lebih baik pada indikator 2. Persentase tingkat pemahaman pada

kelas eksperimen dan kontrol berada pada kategori sangat baik. Perbedaan tingkat

pemahaman terjadi karena perbedaan cara pembelajaran yang diberikan pada

kedua kelas. Kelas eksperimen menerapkan pembelajaran dengan berbantuan

media permainan kata-list sedangkan pada kelas kontrol tidak, hal ini sejalan

dengan penelitian Septiani, Sumarni, & Saptorini (2014) penerapan model IBL

berbantuan media pada materi larutan penyangga efektif dalam meningkatkan

pemahaman konsep peserta didik.

c. Indikator 3

Indikator ketiga adalah menghitung pH dan pOH larutan penyangga.

Indikator ini terdiri atas 5 soal pilihan ganda. Soal ini meminta peserta didik untuk

menentukan harga pH larutan penyangga asam dan pOH larutan penyangga basa.

Berdasarkan Gambar 4.2 persentase tingkat pemahaman peserta didik kelas

eksperimen pada indikator ketiga juga lebih tinggi daripada kelas kontrol, yaitu

89,70% pada kelas eksperimen dan 86,06% pada kelas kontrol.

Berdasarkan data yang diperoleh, kelas eksperimen mampu menguasai

konsep dengan lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Perbedaan tingkat

pemahaman terjadi karena perbedaan cara pembelajaran yang diberikan pada

kedua kelas. Salipah, Sudarmin, & Haryani (2016) mengatakan penerapan model

pembelajaran inquiry berbantuan media pembelajaran, mengakibatkan peserta

didik menjadi lebih senang, lebih tertarik untuk mempelajari materi pembelajaran,

peserta didik tidak cepat bosan karena adanya media pembelajaran, sehingga

mempengaruhi pemahaman konsep dan hasil belajar peserta didik. Pemahaman

konsep peserta didik pada indikator ketiga berada dalam kategori baik yang berarti
94

mereka mampu menggunakan konsep yang telah ditemukan untuk menghitung pH

dan pOH larutan penyangga.

d. Indikator 4

Indikator keempat yakni menghitung pH larutan penyangga setelah

penambahan sedikit asam, sedikit basa, atau pengenceran. Indikator ini terdiri atas

3 soal. Soal ini meminta peserta didik untuk menentukan harga pH larutan

penyangga setelah ditambahkan sedikit asam dan setelah ditambahkan sedikit

basa. Berdasarkan Gambar 4.2 persentase tingkat pemahaman peserta didik kelas

eksperimen pada indikator ketiga lebih tinggi daripada kelas kontrol, yaitu

76,77% pada kelas eksperimen dan 58,59% pada kelas kontrol. Tingkat

pemahaman kedua kelas berada dalam kategori cukup.

Persentase tingkat pemahaman indikator keempat menunjukkan hasil

yang lebih rendah dibandingkan dengan indikator yang lain pada kelas

eksperimen dan kontrol. Pada indikator keempat menuntut pemahaman yang lebih

tinggi, peserta didik harus bisa menuliskan persamaan reaksi yang terjadi setelah

penambahan sedikit asam ataupun sedikit basa. Hal tersebut berguna untuk

mendapatkan jumlah mol yang tersisa di dalam campuran setelah penambahan

sedikit asam atau sedikit basa yang kemudian dapat diketahui nilai pH-nya.

Pemahaman konsep peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi jika

dibandingkan kelas kontrol dengan rentang persentase yang cukup jauh. Hal ini

dikarenakan perbedaan cara pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Penggunaan media permainan kata-list pada kelas eksperimen membantu

pemahaman konsep dengan melatih peserta didik untuk menjawab soal-soal

perhitungan diakhir pembelajaran dengan cara yang menyenangkan, sehingga


95

peserta didik memiliki pemahaman yang lebih baik. Salam, Muharram dan Aulia

(2016) menyatakan bahwa penggunaan media dapat membuat peserta didik

tertarik dalam proses belajar sehingga media sangat mendukung hasil belajar

peserta didik.

e. Indikator 5

Indikator kelima yakni menjelaskan peranan larutan penyangga dalam

tubuh makhluk hidup dan kehidupan sehari-hari. Indikator ini terdiri atas 2 soal.

Soal ini meminta peserta didik untuk menentukan penyangga alami dalam darah

dan cara kerja sistem penyangga. Berdasarkan Gambar 4.2 persentase tingkat

pemahaman peserta didik kelas eksperimen pada indikator kelima lebih tinggi

daripada kelas kontrol, yaitu 95,45% pada kelas eksperimen 93,94% pada kelas

kontrol. Tingkat pemahaman kedua kelas eksperimen dan kontrol berada dalam

kategori sangat baik.

Pemahaman konsep peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi

dibandingkan kelas kontrol dengan rentang yang tidak terlalu jauh, menunjukkan

tingkat pemahaman yang tinggi terhadap indikator ini yang berarti peserta didik

mudah untuk memahami materi tersebut sehingga hasil belajarnya meningkat

pada kedua kelas. Pembelajaran menjadi lebih menarik bagi peserta didik

disebabkan fakta yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mengaitkan

pengetahuan ataupun pengalaman yang dimiliki peserta didik memiliki andil yang

besar [ CITATION Sat14 \l 1033 ].

Berdasarkan pembahasan di atas, secara keseluruhan model IBL

berbantuan media permaianan kata-list yang diterapkan pada materi

kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga dapat memudahkan peserta didik


96

dalam memahami materi pelajaran melalui kegiatan penemuan dengan diskusi

kelompok, dan mencari keterkaitan antara masalah nyata dalam pembelajaran

serta pemantapan konsep yang dilkukan.

4. Analisis Hasil Belajar Keterampilan

Hasil belajar keterampilan yang dinilai pada penelitian ini dilihat dilihat

pada aspek diskusi dan presentasi. Penilaian aspek keterampilan sama dengan

penilaian sikap yaitu dinilai oleh empat observer dengan cara satu observer

mengamati dan menilai satu sampai dua kelompok selama proses pembelajaran

berlangsung. Penilaian keterampilan digunakan untuk menilai kinerja setiap

peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.

Perbandingan persentase hasil belajar keterampilan pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.19 dan 4.20. Pada aspek

diskusi kelas eksperimen memiliki nilai persentase rata-rata 79,59% lebih tinggi

dibandingkan kelas kontrol 73,94% hal ini menunjukkan bahwa penerapan model

IBL berbantuan media permainan kata-list memberikan dampak positif untuk

aspek diskusi kelompok. Peserta didik yang menerapkan model IBL berbantuan

media permainan kata-list lebih aktif dalam diskusi, saling membantu dalam

menjawab pertanyaan-pertanyaan pada saat diskusi dan permainan kata-list.

Aspek presentasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki nilai

persentase rata-rata yaitu 81,01% dan 77,37%. Kelas eksperimen memiliki

persentase yang lebih tinggi dibandingkan kelas control. Penggunaan media

permainan kata-list membantu peserta didik untuk memperoleh lebih banyak

pengetahuan lewat pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab pada permainan

kata-list sehingga membuat peserta didik lebih berani dan percaya diri untuk
97

menyampaikan hasil diskusi di depan kelas dengan baik dan mudah dimengerti.

Syah (2003) yang menyatakan bahwa keberhasilan pengembangan ranah

pengetahuan juga akan berdampak positif terhadap perkembangan ranah

keterampilan. Selain berhubungan dengan ranah pengetahuan, perkembangan

ranah keterampilan juga berkaitan dengan perkembangan ranah sikap. Kecakapan

keterampilan peserta didik merupakan perwujudan wawasan pengetahuan dan

kesadaran serta sikap mentalnya.

5. Analisis Hubungan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar

Hubungan hasil belajar ranah pengetahuan dan motivasi belajar yang

dimiliki peserta didik dihitung melalui korelasi product moment. Temuan

penelitian menunjukkan adanya hubungan korelasi positif antara hasil belajar

ranah pengetahuan dan motivasi belajar dengan harga rhitung > rtabel yaitu sebesar

0,543 > 0,344. Berdasarkan harga r yang diperoleh yaitu 0,543 menunjukkan

kekuatan hubungan antara motivasi dan hasil belajar pengetahuan berada pada

level sedang. Hasil uji signifikansi menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan antara motivasi dan hasil belajar pengetahuan dengan harga thitung > ttabel

yaitu sebesar 3,597 > 2,040. Hasil yang diperoleh tersebut dimaknai bahwa

peserta didik yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, cenderung memiliki

hasil belajar yang tinggi pula.

Tercapainya kelima indikator hasil belajar pengetahuan selama proses

pembelajaran menunjukkan peserta didik yang memiliki hasil belajar tinggi juga

memiliki motivasi belajar yang lebih baik dibandingkan peserta didik yang

memiliki hasil belajar lebih rendah. Motivasi yang dimiliki peserta didik akan

menambah usaha yang dilakukan dalam belajar, sehingga hasil belajar yang
98

didapat akan lebih baik. Sebaliknya, semakin rendah motivasi belajar peserta

didik maka akan semakin rendah pula hasil belajarnya.

Penelitian Jafar, Side dan Maryono (2018) menunjukkan bahwa terdapat

hubungan atau korelasi antara motivasi belajar dengan hasil belajar yang

diperoleh peserta didik.

6. Analisis Peranan Media Permainan Kata-list dan Model Inquiry Based


Learning (IBL) Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar

Penelitian melibatkan 2 kelas dengan kemampuan intelektual yang tidak

jauh berbeda berdasarkan uji homogenitas yang dilakukan sebelum diberi

perlakuan. Kelas eksperimen diberi menerapkan model IBL berbantuan permainan

kata-list, sedangkan kelas kontrol menerapkan IBL saja.

Pembelajaran dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan untuk masing-masing

kelas. Sebelum pertemuan pertama dimulai, peserta didik dari kedua kelas diminta

mengisi angket motivasi belajar yang terdiri dari 36 pernyataan yang bertujuan

untuk mengetahui motivasi belajar masing-masing peserta didik sebelum diberi

perlakuan. Peserta didik juga diminta menjawab soal-soal post-test hasil belajar

pengetahuan yang terdiri dari 15 soal pilihan ganda. Post-treatment motivasi

belajara dan Post-test hasil belajar pengetahuan dilaksanakan setelah 3 kali

pertemuan kegiatan pembelajaran.

Sebelum melaksanakan pembelajaran, terlebih dahulu dipersiapkan

semua yang diperlukan dalam pembelajaran baik kelas eksperimen maupun kelas

kontrol. Persiapan tersebut meliputi persiapan materi, pembuatan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), media permainan kata-list dan soal-soal untuk

latihan. Kelas eksperimen menerapkan IBL berbantuan media permainan kata-list


99

dan kelas kontrol menerapkan IBL. Penggunaan media pembelajaran pada kelas

eksperimen akan membuat pembelajaran lebih efektif. Menurut Saliban (2015)

mengatakan pembelajaran berdasarkan inkuiri dengan media lebih efektif

terhadap hasil belajar peserta ddik.

Berdasarkan penelitian Nurdin, Sulastry, & Hasri (2018) menunjukkan

bahwa penggunaan media pembelajaran dengan model pembelajaran lebih baik

dibandingkan tanpa menggunakan media pembelajaran. Implementasi model IBL

berbantuan media permainan kata-list pada kelas eksperimen akan dibahas lebih

jelas berikut ini.

a. Kegiatan di kelas eksperimen

Pada kelas eksperimen menerapkan model IBL dengan berbantuan media

permainan kata-list. Model IBL memiliki langkah-langkah, yaitu (1) observasi

untuk merumuskan masalah; (2) merumuskan masalah; (3) merumuskan hipotesis;

(4) merencanakan pemecahan masalah; (5) melaksanakan pemecahan masalah; (6)

mengumpulkan data; (7) menganalisis data; dan (8) menuliskan kesimpulan.

Langkah-langkah tersebut diletakkan pada lembar kerja peserta didik.

Kegiatan pertama yang dilakukan pada kelas eksperimen yaitu guru

menyampaikan apersepsi untuk memotivasi peserta didik. Apersepsi yang

disampaikan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari agar peserta didik lebih

tertarik untuk mempelajari materi dan semangat untuk belajar.

Pada kelas eksperimen apersepsi menggunakan media permainan kata-

list. Penggunaan permainan ini bertujuan untuk menarik perhatian, memfokuskan

perhatian peserta didik dan melibatkan peserta didik dalam menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang terdapat di dalam permainan kata-list pada awal pembelajaran.


100

Gambar 4.5 Apersepsi menggunakan media permainan kata-list

Pada salah satu kotak dari permainan kata-list memuat gambar dengan

pertanyaan apersepsi pada pertemuan pertama “Apa yang kalian lakukan jika

mata kalian merah? Apakah kalian meneteskan obat tetes mata? Saat kalian

meneteskan apakah perih? Apakah pH pada obat tetes mata tersebut disesuaikan

dengan kondisi pH manusia agar tidak menimbulkan bahaya. Nah, bagaimanakah

tubuh kita menyesuaikan pH tersebut?”

Apersepsi untuk pertemuan kedua yaitu . “Masih ingatkah kalian tentang

penyelidikan kemarin? Obat tetes mata adalah salah satu obat yang mengandung

larutan penyangga, dan masih banyak lagi obat-obatan yang diduga mengandung

larutan penyangga seperti aspirin. Larutan penyangga pH-nya relatif konstan,

Mengapa yang diduga mengandung larutan penyangga pH-nya relatif konstan?

Dalam sistem larutan penyangga perubahan pH dapat dihitung melalui

perhitungan algoritmik. Bagaimana cara menghitung pH larutan penyangga?”

Apersepsi untuk pertemuan ketiga yaitu “Pernahkah kalian minum jus

jeruk? Bagaimana pH tubuh setelah minum jus jeruk?”.

Tahapan IBL dimulai dengan tahap observasi menemukan masalah. Pada


101

tahap ini peserta didik menemukan masalah dari kejadian atau fenomena yang

disajikan oleh pendidik pada media permainan kata-list dan LKPD. Masalah yang

disajikan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga peserta didik lebih

tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran.

Pada tahap ini, komponen motivasi yang dikembangkan adalah attention

atau perhatian peserta didik. Contoh observasi masalah pada Gambar 4.6 di

bawah.

Gambar 4.6 Observasi masalah

Tahap selanjutnya adalah merumuskan masalah. Peserta didik dilatih

untuk mengidentifikasi permasalahan yang diberikan kemudian menuliskan

rumusan masalah yang sudah dibuat. Pemberian masalah disajikan melalui media

permainan kata-list dan LKPD. komponen motivasi yang dikembangkan adalah

confidence.

Contoh rumusan masalah yang dibuat oleh peserta didik dapat dilihat

pada Gambar 4.7 di bawah.


102

Gambar 4.7 Rumusan masalah yang dibuat oleh peserta didik

Tahap selanjutnya peserta didik mengajukan hipotesis atau dugaan

sementara terhadap masalah yang telah dirumuskannya pada tahap kedua. Peserta

didik diberikan kebebasan untuk membuat hipotesis sesuai dengan apa yang

peserta didik pikirkan, tanpa harus merasa takut apakah hipotesis yang telah

dibuat nantinya akan terbukti benar ataupun tidak.

Tahap ini motivasi yang dikembangkan adalah komponen confidence

atau keyakinan terhadap kemampuan pengetahuan dan melakukan tindakan yang

diperlukan untuk mencapai suatu hasil. Peserta didik dituntut aktif dalam

pembelajaran dan harus berani menganalisis dan menyampaikan pendapatnya

terhadap masalah yang telah dibuat oleh peserta didik.

Contoh hipotsesis yang dibuat oleh peserta didik dapat dilihat pada

Gambar 4.8 di bawah.

Gambar 4.8 Hipotsesis yang dibuat oleh peserta didik.


103

Pada tahap ketiga ini dapat melatih atau dapat meningkatkan

keterampilan analisis peserta didik, dalam mengajukan hipotesis peserta didik

dilatih keterampilan berpikir kritisnya yaitu keterampilan analisis (menganalisis

argumen), yang mana peserta didik mengidentifikasi kalimat-kalimat pertanyaan

dan bukan pertanyaan, dan mengidentifikasi ketidaktepatan kalimat untuk

membuat hipotesis. Hipotesis hanya berupa jawaban sementara atas rumusan

masalah, akan tetapi kesimpulan yang dibuat tentunya harus logis. Peserta didik

sudah mulai paham makna dari hipotesis dan mampu merumuskan hipotesis

dengan baik pada pertemuan- pertemuan berikutnya.

Tahap keempat adalah merencanakan pemecahan masalah, bisa melalui

eksperimen maupun cara lain. Hipotesis yang sebelumnya telah diajukan

kemudian diuji dengan eksperimen atau dengan studi baca literatur. Tahapan yang

telah dijelaskan di atas memperlihatkan bagaimana model IBL berbantuan media

permainan kata-list mengajak peserta didik mendapatkan pengetahuan bukan dari

menghafal tetapi melalui cara yang lebih bermakna. Pada tahap ini, motivasi

belajar yang dikembangkan adalah aspek confidine atau keyakinan terhadap

kemampuan mengatasi masalah yang muncul. Contoh merencanakan pemecahan

masalah yang dibuat oleh peserta didik dapat dilihat pada Gambar 4.9 di bawah.

Gambar 4.9 Merencanakan pemecahan masalah yang dibuat oleh peserta didik
104

Selanjutnya tahap kelima peserta didik melaksanakan cara pemecahan

masalah yang lain. Peserta didik mengumpulkan data/informasi berkenaan dengan

konsep-konsep pelajaran yang sedang dibahas untuk membantu peserta didik

dalam memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan, melalui diskusi

informasi. Selama peserta didik bekerja, pendidik membimbing dan memfasilitasi.

Pada tahap ini, komponen motivasi yang dikembangkan adalah keyakinan

terhadap kemampuan pengetahuan yang dimiliki serta melakukan tindakan yang

diperlukan untuk mencapai suatu hasil.

Tahap keenam peserta didik melakukan pengamatan, mengumpulkan dan

mengorganisasi data. Pada tahap ini, komponen motivasi belajar yang

dikembangkan adalah aspek relevance atau keterkaitan antara pengetahuan yang

sudah dimiliki dengan pengetahuan yang didapat. Contoh mengumpulkan data

yang dibuat oleh peserta didik dapat dilihat pada Gambar 4.10 di bawah.

Gambar 4.10 Hasil mengumpulkan data yang dibuat oleh peserta didik

Tahap ketujuh peserta didik menganalisis data agar dapat menemukan

suatu konsep. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menguji hipotesis berdasarkan

bukti yang telah dikumpulkan untuk kemudian menentukan apakah bukti tersebut
105

membenarkan, atau tidak membenarkan hipotesis. Peserta didik tentunya harus

menganalisis data yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya. Berdasarkan data

yang sudah dianalisis, barulah peserta didik menentukan apakah hipotesis yang

telah dirumuskan sebelumnya dapat diterima atau ditolak.

Tahap ini komponen motivasi belajar yang dikembangkan adalah

relevance (keterkaitan). Contoh menganalisis data yang dibuat oleh peserta didik

dapat dilihat pada Gambar 4.11 di bawah.

Gambar 4.11 Menganalisis data yang dibuat oleh peserta didik

Tahap terakhir adalah peserta didik mengambil kesimpulan berdasarkan

data dan menemukan sendiri konsep yang ingin ditanamkan. Pada tahap

menyimpulkan guru meminta satu kelompok untuk maju ke depan

mempresentasikan hasil diskusi, sedangkan kelompok lain memperhatikan dan

melengkapi. Contoh kesimpulan yang dibuat oleh peserta didik dapat dilihat pada

Gambar 4.12 di bawah.


106

Gambar 4.12 Kesimpulan yang dibuat peserta didik

Tahap selanjutnya setelah menyimpulkan pembelajaran, peserta didik

dites pemahamannya terhadap pelajaran yang sudah dipelajari dengan media

permainan kata-list. Permaianan ini berisi pertanyaan-pertanyaan menyangkut

pembelajaran yang sudah dilaksaknakan. Kelompok yang memenangkan

permainan akan mendapatkan apresiasi berupa hadiah. Pemberian hadiah dapat

menumbuhkan rasa bangga dan puas dalam diri peserta didik. Komponen

motivasi belajar yang dikembangkan pada tahap ini adalah satisfaction

(kepuasan). Contoh media permainan kata-list dapat dilihat pada Gambar 4.13 di

bawah.

Gambar 4.13 Media permainan kata-list


107

7. Analisis Respon Peserta Didik

Angket respon peserta didik terhadap model IBL berbantuan media

permainan kata-list pada kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga disebar

pada kelas eksperimen. Pada Gambar 4.4 juga menunjukan mayoritas peserta

didik sangat setuju dengan penerapan model IBL berbantuan media permainan

kata-list dengan persentase 20%, diikuti respon setuju 72,12%, dan 7,88% peserta

didik yang ragu-ragu.

Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran 65), menunjukkan bahwa rata-

rata peserta didik memberikan respon sangat setuju untuk kesepuluh pernyataan

yang diberikan, hal ini membuktikan bahwa peserta didik kelas eksperimen

mempunyai ketertarikan dan lebih senang mengikuti pembelajaran sehingga

termotivasi, merasa lebih aktif, tidak pasif atau terlibat langsung. Peserta didik

juga menunjukkan bahwa penerapan model IBL berbantuan media permainan

kata-list dapat membantu mengembangkan cara belajar mereka.

Pembelajaran pada kelas eksperimen juga memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk lebih aktif dan telibat langsung dalam proses

pembelajaran. Hal ini terlihat saat peserta didik sudah mulai memainkan

permainan kata-list dan mengerjakan LKPD, mereka semakin giat untuk mencari

informasi secara mandiri di berbagai sumber. Keaktifan mereka untuk terlibat

langsung menimbulkan inisiatif diri untuk mengeksplorasi lebih jauh pengetahuan

yang mereka inginkan.

Penelitian Aprilia, Nuswowati dan Susilaningsih (2015) menunjukkan

bahwa pembelajaran kimia dengan menggunakan media pembelajaran berbasis

inkuiri memperoleh respon positif dari peserta didik. Respon positif terlihat pada
108

saat pelaksanaan pembelajaran, peserta didik lebih tertarik untuk mengikuti

pembelajaran dan memudahkan peserta didik memahami materi larutan

penyangga sehingga berpengaruh pada hasil belajar.

Penelitian astyana, Leny, Saadi (2017) menunjukkan respon yang lebih

positif tehadap pembelajaran menggunakan model inkuiri ini dikarenakan peserta

didik lebih tertarik dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran karena tidak

hanya berfokus pada konsep sains tetapi mengajak peserta didik menganalisis

konsep larutan penyangga yang dapat diterapkan.

C. Temuan Penelitian

Beberapa temuan dalam penerapan model inquiry based learning (IBL)

berbantuan media permainan kata-list pada materi larutan penyangga antara lain:

a. Model inquiry based learning (IBL) berbantuan media permainan kata-list

dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar pengetahuan peserta didik ini

dikarenakan peserta didik diberikan cara pembelajaran yang berbeda sehingga

dapat menarik minat dan perhatian peserta didik untuk mau ikut terlibat dalam

proses pembelajaran dengan menemukan konsep sendiri.

b. Model inquiry based learning (IBL) berbantuan media permainan kata-list

menimbulkan hasil belajar sikap pada aspek rasa ingin tahu, tanggung jawab,

dan kerjasama, yang lebih baik. Penggunaan model inquiry based learning

(IBL) berbantuan media permainan kata-list menuntut peserta didik untuk aktif

dalam mencari, memaknai, berdiskusi dan mengkomunikasikan informasi

yang didapat.

c. Model inquiry based learning (IBL) berbantuan media permainan kata-list


109

menimbulkan hasil belajar keterampilan pada aspek diskusi dan presentasi,

yang lebih baik. Penggunaan model inquiry based learning (IBL) berbantuan

media permainan kata-list menuntut peserta didik untuk mampu

berkomunikasi dengan baik dan mudah dipahami.

d. Respon peserta didik terhadap penerapan model inquiry based learning (IBL)

berbantuan media permainan kata-list pada materi kesetimbangan ion dan pH

larutan penyangga menunjukan respon yang sangat positif.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 10

Banjarmasin dapat disimpulkan:

1. Terdapat perbedaan motivasi belajar yang signifikan antara kelas yang

menerapkan model inquiry based learning (IBL) berbantuan media permainan

kata-list dan kelas yang menerapkan model inquiry based learning (IBL)

setelah diberikan perlakuan.

2. Terdapat perbedaan pengetahuan pada materi kesetimbangan ion dan pH

larutan penyangga yang signifikan antara kelas yang menerapkan model

inquiry based learning (IBL).berbantuan media permainan kata-list dan kelas

yang menerapkan model inquiry based learning (IBL).setelah diberikan

perlakuan.

3. Terdapat hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar pengetahuan

setelah diberi perlakuan. Selain itu peserta didik yang menerapkan model

inquiry based learning berbantuan media permainan kata-list (IBL) memiliki

nilai rata-rata sikap dan keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan

peserta didik yang diajarkan dengan model inquiry based learning (IBL).

4. Peserta didik memberikan respon yang sangat positif terhadap pembelajaran

yang menerapkan model inquiry based learning (IBL) berbantuan media

permainan kata-list (IBL).

110
111

B. Saran

Berikut saran-saran yang diberikan sehubungan dengan hasil penelitian

yang diperoleh:

1. Bagi guru mata pelajaran kimia bisa menjadikan bahan pertimbangan untuk

menerapkan model inquiry based learning (IBL) berbantuan media permainan

kata-list untuk meningkatkan motivasi dan mengoptimalkan hasil belajar

peserta didik selain menggunakan pembelajaran yang biasa diterapkan di

sekolah.

2. Bagi guru menerapkan model inquiry based learning (IBL) berbantuan media

permainan kata-list ini memerlukan waktu yang cukup banyak, sehingga perlu

mempertimbangkan batasan waktu untuk mengerjakan setiap tahapan dari

model inquiry based learning (IBL).

3. Kepada calon peneliti yang ingin melakukan penelitian serupa pada materi

yang berbeda, agar mempersiapkan perangkat dan instrument dengan lebih

baik lagi, menyiapkan media permainan kata-list dengan lebih menarik untuk

mengoptimalkan antusiasme peserta didik saat pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA

Adeoye, I. F., Ajeyalemi, D. (2018). Effects of inquiry based learning strategies


on chemistry students’ conceptions in chemical kinetic and equilibrium.
American Journal of Humanities and Social Sciences Research, 2, 7-14
Aeni. (2016). Peningkatan motivasi belajar kimia siswa sekolah menengah
menggunakan metode koligatif kemas kreatif (k3). Educhemia (Jurnal Kimia
dan Pendidikan), 1, 76-85.
Afriyanti, U. (2018) Pengaruh model pembelajaran scramble berbantuan media
peta konsep terhadap hasil belajar siswa kelas XI mipa materi koloid SMAN
1 Gerung tahun ajaran 2017/2018. Universitas Mataraman Repository, 1-9.
Akbar, M., Irhasyuarna, Y.,& Rusmansyah. (2015). Pengembangan media
pembelajran multimedia interaktif pada materi sistem koloid. Quantum,
Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 6, 65-77.
Almubarak. (2016). The implementation of cooperative learning model based acsi
(action cards speak independent) to improving learning outcomes and
students’ motivation in the school chemistry 1 subject of chemistry education
study program FKIP ULM. GlobalIlluminators, 3, 1-12.
Ambarwati, E.,Yusri., Restian, A., & Winaryati, E. (2017). Pengaruh model
pembelajaran tipe take and give berbasis pendidikan karakter terhadap
motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kimia. Seminar
Nasional Pendidikan Sains dan Teknologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas muahammadiyah Semarang, 92-101.
Amri, S. (2015). Implementasi pembelajaran aktif dalam kurikulum 2013. Jakarta:
Prestasi Pustaka Raya.
Ananingsih, Y., Prodjosantoso., & Utomo, P. (2015). Efektivitas inquiry based
learning (ibl) pada pembelajaran reaksi oksidasi-reduksi untuk peserta didik
kelas X SMA kolombo Yogyakarta. Eprints@UNY, 1-7.
Apriani, H., & Rizkiana. (2018). Pengaruh smash book berbasis inkuiri
terbimbing terhadap motivasi belajar siswa pada materi larutan penyangga.
Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 9, 84-91.
Aprilia,I. T., Nuswoti, M., Susilaningsih, E. (2015). Pengembangan media flash
berbasis pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Jurnal
Inovasi Pendidikan Kimia, 9, 1607-1616
Aquami. (2015). Pengaruh motivasi belajar dan penggunaan sarana belajar
terhadap hasil belajar siswa di MA paradigma Palembang. Istinbath, 45-69.
Arikunto, S. (2016). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

112
113

Astyana, K., Leny., Saadi, P. (2017) Pengaruh model inkuiri terbimbing bervisi
sets terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar larutan
penyangga siswa kelas XI PMIA SMAN 3 Banjarmasin. Journal of
Chemistry and Education, 1, 65-72.
Bayram, Z., Oskay, O. O., Erdem, E., Ozgur, S. D., Sen, S. (2013). Effect of
inquiry based learning method on students motivation. Procedia Sosial and
Behavioral Sciene, 106, 988-996.
Cohen, R. J., & Swerdlik. (2010). Psychology testing and assesment: an
introduction to test and measurement. New York: McGraw-Hill.
Dahar, R. W. (2011). Teori-teori belajar & pembelajaran. Bandung: Erlangga.
Dikdasmen. (2015). Panduan penilaian untuk sekolah menengah atas. Jakarta:
Kementrian dan Kebudayaan.
Ekayani, N. L. P. (2017). Pentingnya penggunaan media pembelajaran untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa, ResearchGate, 1-11.
Farhan, M., & Retnawati, H. (2014). Keefektifan pbl dan ibl ditinjau dari prestasi
belajar, kemampuan representasi matematis, dan motivasi belajar. Jurnal
Riset Pendidikan Matematika, 1, 227-240.
Fatonah, D. S. R., Ashadi., & Haryono. (2016). Studi komparasi pembelajaran
kimia menggunakan model inquiry based learning (ibl) dan problem based
learning (pbl) pada materi termokimia kelas XI SMAN 1 Sukoharjo dengan
memperhatikan kemampuan matematik tahun pelajaran 2015/2016. Jurnal
Pendidikan Kimia (JPK), 5, 36-42.
Fitriyani, D., Darwis, Z., & Kartika, I. R. (2017). Pengaruh pembelajaran inkuiri
terbimbing berbasis SETS terhadap hasil belajar kimia pada materi larutan
penyangga. Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 7, 66-69.
Hanifah, N., & Agustini, R. (2012). Peningkatan self efficacy dan berpikir kritis
melalui penerapan model pembelajaran inkuiri materi pokok asam basa kelas
XI SMAN 9 Surabaya. Unesa Journal of Chemical Education, 1, 27-33.
Hendrayana, A.S., Thaib, D., & Rosnenty, R. (2014). Motivasi belajar,
kemampuan belajar dan prestasi belajar mahasiswa beasiswa bidikmisi di
UPBJJ UT Bandung. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, 15, 81-87.
Herman., & Saadi, P. (2017). Penerapan model problem solving melalui
pendekatan kontekstual pada materi hidrolisis garam dalam meningkatkan
motivasi belajar dan hasil belajar siswa. Quantum, Jurnal Inovasi Pendidikan
Sains, 8, 52-62.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran
abad 21 kunci sukses implementasi kurikulum 2013. Bogor: Ghalia Indonesia.
114

Husamah., Pantiwati, Y., Restian, A., & Sumarsono, P. (2018). Belajar dan
pembelajaran. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Jafar, R. A., Side, S.,& Maryono. (2018). Pengaruh metode everyone is a teacher
here terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 18
Makassar pada materi pokok ikatan kimia. Jurnal Chemica, 19, 36-45.
Jalinus, N., & Ambiyar. (2016). Media & sumber pembelajaran. Jakarta:
Kencana.
Kartika, D., Hairida., & Erlina. (2013). Hubungan antara self-efficacy dengan
kemandirian belajar siswa dalam mata pelajaran kimia di SMA. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran, 2, 1-12.
Keller, J.M. (2010). Motivation design for learning and performance: the arcs
model approach. New York: Springer.
Kusdiwelirawan, A., Hartini, T. I., & Najiha, A. R. (2015). Perbandingan
peningkatan keterampilan generik sains antara model inquiry based learning
dengan model problem based learning. Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika,
1, 19-23.
Ismail., Enawaty, E., & LestariI. (2018). Pengaruh penggunaan media
pembelajaran videoscribe terhadap hasil belajar siswa materi ikatan kimia.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 7, 1-10.
Jauhariningsih, R. (2017). Upaya meningkatkan hasil belajar kimia materi asam
dan basa dengan menggunakan inquiry based learning (ibl) pada kelas XI ipa
2 SMA Negeri 5 Makassar. Jurnal Nalar Pendidikan, 5, 1-6.
Lefudin. (2017). Belajar & pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.
Moehnilabib, M., Mukhadis, A., Ibnu, S., Suparno, Rofi'udin, A., & Sukarnyana,
I. W. (2003). Dasar-dasar metodologi penelitian. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Nargundkar, S., Samaddar, S., & Mukhopadhyay, S. (2014). A guided problem
based learning (pbl) approach : impact on critical thinking. Decision Science
Journal of Innovative Education, 91-108.
Noorsalim, M., Nurdiniah., Saadi, P. (2014). Implementasi pembelajaran e-
learning berbasis website untuk meningkatkan hasil belajara dan motivasi siswa
kelas XI ipa 1 pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (ksp) di SMAN 12
Banjarmasin. Quantum, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 5, 99-110.
Nugroho, I. R., & Ruwanto, B. (2017). Pengembangan media pembelajaran fisika
berbasis media sosial instagram sebagai sumber belajar mandiri untuk
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar fisika kelas XI SMA. Jurnal
Pendidikan Fisika , 460-470.
115

Nurdin, F., Sulastry, T., Hasri (2018). Pengaruh penggunaan media pembelajaran
berbasis macromedia flash 8 pada model pembelajaran kooperatif melalui
pendekatan saintifik terhadap motivasi dan hasil belajar (study pada materi pokok
laju reaksi). Chemistry education review (CER), 1, 29-43.
Puspadewi , A., & Syahmani. (2016). Meningkatkan hasil belajar siswa dengan
model pembelajaran problem based learning (pbl) berbantuan modul dalam
materi larutan penyangga. Quantum Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 7, 19-
26.
Ristanto, R.H. (2010). Pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dengan
multimedia dan lingkungan rill ditinjau dari motivasi berprestasi dan
kemampuan awal. Tesis Universitas Sebelas Maret Surakarta. 1-153.
Qadar, R., Rustaman, N. Y., & Suhandi, A. (2015). Mengakses aspek afektif dan
kognitif pada pembelajaran optika dengan pendekatan demonstrasi interaktif.
Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika, 2, 1-11.
Pratiwi, K. F., Wijayati, N., & Marsudi. (2019). Pengaruh model pembeljaran
inkuiri terbimbing berbasis penilaian autentik terhadap hasil belajar siswa.
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 13, 2337-2348.
Rahayu, A. B., Hadi, S., Istyadji, M., Zaini, M., Sholahuddin, A., & Fahmi.
(2018). Depelovment of guided inquiry based learning devices to improve
student learning outcomes in science materials in middle school. European
Journal of Alternative Education Studies, 3, 107-117.
Rahmadani, S., Rasmiwetti., Azmi, J. (2015). Penggunaan media permainan ular
tangga untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan
hidrokarbon di kelas XI SMA As-shofa Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 2, 1-10.
Ratumanan, G.T. & Laurens, T. (2011). Evaluasi hasil belajar pada tingkat
satuan. pendidikan. Surabaya: UNESA University Press.
Rusman. (2010). Model-model pembelajaran (mengembangkan profesionalisme
guru edisi kedua). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sadirman (2018). Interaksi & motivasi belajar mengajar. Depok: PT RajaGrafindo
Persada
Salam, M., Muharram., & Aulia, A.(2016). Pengaruh media animasi dalam model
pembelajaran think pair share (tps) terhadap hasil belajar siswa kelas X sains
SMAN 1 Pinrang studi pada materi pokok ikatan kimia. Jurnal Chemica, 17,
103-112.
Saliban, M. Penerapan model pembelajaran permainan berdasarkan inkuiri dengan
animasi untuk meningkatkan prestasisiswa dalam pengajaran hidrolisis
garam. Prosiding SEMIRATA 2015 Bidang MIPA BKS-PTN Barat, 543-548.
116

Salipah., Sudarmin., Haryani, S. (2016). Pengaruh model pembelajaran inquiry


berbantuan playing card terhadap hasil belajar siswa. Chemistry in Education,
5, 1-7.
Septiani, D., Sumarni, W., & Saptorini. (2014). Efektivitas model inkuiri
berbantuan modul dalam meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan
generik sains. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 8, 1340-1350.
Sudarmo, U. (2017). Kimia untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Sudaryono. (2012). Dasar-dasar evaluasi pembelajaran. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Sudijono, A. (2015). Pengantar evaluasi pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. (2015). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan r&d. Bandung:
Alfabeta.
Sukardi. (2014). Evaluasi program pendidikan dan pelatihan. Jakarta. PT Cahaya
Prima Sentosa.
Supardi. (2013). Aplikasi statistika dalam penelitian: konsep statistika yang lebih
komprehensif. Jakarta: Change Publication.
Suryani, N., Setiawan, A., & Putria, A. (2018). Media pembelajaran inovatif dan
pengembangannya. Surakarta: PT Remaja Rosdakarya.
Suryuno. (2015). Implementasi belajar dan pembelajaran. Bandung: PT. Rmaja
Rosdakarya.
Syah, M. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press.
Tyas, A. S., & Lazulva. (2018). Pengaruh inkuiri terbimbing melalui media adobe
flash terhadap hasil belajar. Jurnal Tadris kimiya, 3, 182-189.
Widoyoko, E. P. (2018). Teknik penyusunan instrumen penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Winarsunu, T. (2010). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan.
Malang: UMM Press.
Yusuf, M. (2014). Metode penelitian: kuantitatif, kualitatif dan penelitian
gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.

Anda mungkin juga menyukai