Anda di halaman 1dari 8

Sifat fisis dan mekanis anyaman bamban (Donax canniformis)

dengan bahan stabilisator........….Dwi Harsono

SIFAT FISIS DAN MEKANIS ANYAMAN BAMBAN


(Donax canniformis) DENGAN BAHAN STABILISATOR PEG 1000
DAN TANIN KULIT AKASIA
Physical and Mechanical Properties of Anyaman Bamban (Donax canniformis)
With PEG 1000 and Tannin from Acacia Bark As The Stabilitzer
Dwi Harsono
Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru
Jl. P. Batur Barat No.2. Telp. 0511 - 4772461, 4774861 Banjarbaru
E-mail : baristand.banjarbaru@gmail.com
Diterima 28 Oktober 2015 disetujui 18 Nopember 2015

ABSTRAK
Tanaman Bamban (Donax canniformis) merupakan salah satu sumber hayati yang
tumbuh di daerah rawa dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan baku
kerajinan tangan berupa kerajinan anyaman. Kulit tanaman bamban yang digunakan
sebagai bahan baku anyaman memiliki tekstur yang keras dan bagian permukaan kuit
sangat licin sehingga susah dalam pengerjaan. Penelitian ini dilaksanakan untuk
mengetahui sifat karekteristik dari batang bamban serta efektivitas stabilisator PEG 1000
dan tanin dari ekstrak kulit akasia dalam meningkatkan kualitas sifat fisik dan mekanik
helaian bamban. Perlakuan yang diberikan meliputi rendaman dengan PEG 1000 tanin
kulit akasia selama 2 jam. Hasil penelitian efektivitas perlakuan perendaman dengan
bahan stabilisator PEG 1000 dan tanin dari ekstrak kulit akasia masing-masing dapat
meningkatkan sifat fisik mekanik bahan baku anyaman bamban serta lebih memudahkan
pengrajin dalam proses penganyaman karena dengan bahan perlakuan tersebut dapat
menjadikan helaian bamban lebih lemas dan tidak kaku, disamping itu menjadikan hasil
produk yang lebih cerah dan lebih menarik.
Kata Kunci : bamban, sifat fisis, sifat mekanis

ABSTRACT

Bamban (Donax canniformis) is one of the biological resources that grow in the
swampy areas and has been used by the community as a raw material in the form of
woven handicrafts. Bamban bark that used as raw material woven texture is hard and the
surface was very slippery so hard to make. This study was conducted to determine the
nature of the characteristics of stem Bamban and determine the effectiveness of the
stabilizers PEG 1000 and tannin from extract acacia bark in improving the quality of
physical and mechanical properties strands of Bamban. Treatments include immersion
with PEG 1000 and acacia bark tannins for 2 hours. Results of the study the effectiveness
of treatments of soaking the material stabilizers PEG 1000 and tannins from extract
acacia bark all of them can improve the physical and mechanical properties of raw
material of Bamban woven handicraft and make it easier for artisans in the process of
weaving due to the treated material can make more limp strands of Bamban and not to
stiff, in addition to making the product brighter and more attractive.
Keywords : bamban, physical properties , mechanical properties

I. PENDAHULUAN
Industri Kalimantan Selatan memiliki (Donax canniformis). Bamban hidup di
potensi sumber daya alam yang sangat daerah rawa. Kalimantan Selatan terdiri
berlimpah, salah satunya adalah Bamban dari rawa-rawa yang selalu tergenang air

23
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.7, No.2, Des 2015: 23 - 30

sepanjang tahun dan memiliki struktur kayu sebab PEG 1000 tersebut
tanah gambut yang sifatnya adalah asam mempunyai derajat pengisian yang tinggi
(PH < 7) (Wianto, 2011). Tanaman (Tim Proyek Pengembangan dan
Bamban (Donax caniformis K Scum.) Pelayanan Teknologi Industri Kalimantan
termasuk famili Marantaceae, sinonim : Selatan, 2000). Penggunaan PEG 1000
Thalia canniformis G. Forster dan Donax dalam praktek banyak digunakan untuk
arundastrum Loureiro. Memiliki kandungan barang kerajinan (ukiran). Disamping itu,
kimia saponin, flavonoid, polifenol. Bamban tanin dapat dimanfaatkan sebagai bahan
sebagai salah satu sumber hayati telah penyamak yang dapat meningkatkan
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat kualitas bahan kerajinan yaitu menjadi
sebagai bahan baku kerajinan tangan lebih lentur dan lemas. Tanin kulit akasia
berupa kerajinan anyaman. Tumbuhan ini merupakan salah satu sumber ekstraktif
oleh sebagian masyarakat dinilai dengan kadar yang cukup tinggi (5-10%).
mempunyai khasiat obat terutama pada Dari pemanenan akasia akan dihasilkan
bagian akarnya, yaitu sebagai obat limbah kulit kayu yang cukup banyak,
diabetes. Pemanfaatan tumbuhan ini karena dari volume batangnya terdapat
khususnya sebagai bahan baku kerajinan sekitar 10% volume kulit kayu. Selama ini
anyaman kini dirasa semakin berkurang. pemanfaatan limbah kulit akasia tersebut
Kegiatan produksi kerajinan anyaman belum dilakukan secara maksimal, yaitu
dengan bahan baku batang Bamban dirasa hanya untuk bahan bakar boiler atau
masih belum memanfaatkan Bamban dibuang (Supriadi, 2002). Dengan kadar
secara maksimal (Lusyiani, 2010). ekstraktif yang cukup tinggi, kulit mangium
Kerajinan anyaman bamban hampir dapat dimanfaatkan sebagai sumber tanin
sama dengan kerajinan anyaman purun. alami pengganti tanin sintetis.
Fatriani (2010) mengemukakan produk Berdasarkan potensi yang cukup
kerajinan anyaman purun di Kalimantan banyak dan belum dimanfaatkan secara
Selatan meliputi topi, tikar, bakul serta maksimal maka perlu untuk mengadakan
tempat tissue dan tas. Dari produk tersebut penelitian tentang karakteristik bamban
memerlukan proses yang sama yaitu serta pengembangan teknologi pengolahan
setelah dipanen, purun dikeringkan agar lebih memudahkan pada saat
kemudian dipipihkan, selanjutnya dianyam pengerjaan penganyaman dan memiliki
dengan teknik yang berbeda sesuai produk nilai variasi tampilan yang lebih baik.
yang diinginkan. Yang membedakan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
anyaman bamban dengan purun adalah mengetahui sifat karekteristik dari batang
saat pengolahan. Sebelum diolah menjadi bamban yang meliputi sifat fisik dan
kerajinan anyaman bamban, ada beberapa mekanik. Selain itu untuk mengetahui
tahapan yang harus dilakukan setelah Efektivitas stabilisator PEG 1000 dan tanin
pemanenan, yaitu pemiritan atau dari ekstrak kulit akasia dalam
mengirisan pada bagian kulit, pengeringan, meningkatkan kualitas Sifat fisik dan
dan penganyaman. Pada saat proses mekanik helaian bamban.
pemiritan, bagian tengah atau gabus
dibuang dan yang digunakan adalah
II. BAHAN DAN METODE
bagian kulit dari batang bamban. Kulit
tanaman bamban yang digunakan sebagai Penelitian ini menggunakan bahan
bahan baku anyaman memiliki tekstur yang baku tanaman bamban siap panen yang
keras dan bagian permukaan kuit sangat sudah tua atau yang digunakan sebagai
licin sehingga susah dalam pengerjaan. bahan anyaman adalah yang berwarna
PEG 1000 merupakan bahan hijau tua, diameter sekitar 2,5 cm–3 cm,
stabilisator pada kerajinan yang pernah tinggi mencapai 2 m lebih dengan
digunakan pada penelitian sebelumnya. permukaan kulit yang licin. Bamban
PEG 1000 sebagai bahan stabilisator tersebut diperoleh dari Desa Tanah
menunjukkan hasil baik, terutama untuk Habang, Kabupaten Balangan. Tanin dari
mengurangi tegangan dan retak-retak pada ekstrak kulit kayu akasia menggunakan

24
Sifat fisis dan mekanis anyaman bamban (Donax canniformis)
dengan bahan stabilisator........….Dwi Harsono

bahan baku dari limbah kulit kayu akasia setelah 3 jam. Larutan kemudian
yang diambil dari bandsaw yang ada di disaring dengan kain kasa untuk
Banjarbaru. PEG 1000 merek Merck yang memisahkan ekstrak dengan ampas
diperoleh di toko bahan kimia. Peralatan serutan kulit akasia. Filtrat hasil saring
untuk mendukung penelitian ini meliputi selanjutnya dikeringkan dalam oven
panci besar, kompor, rak pengering, oven, sampai menjadi endapan padat
alat pemipih bamban, pisau pemotong, berwarna hitam. Endapan tersebut yang
cawan, neraca analitik, Tensile tester, dan akan digunakan sebagai bahan
califer. perendaman anyaman bamban sesuai
Penelitian ini menggunakan kulit dengan konsentrasi yang diberikan.
batang bamban dan dikeringkan kemudian • Pengujian kualitas bamban
dilakukan perendaman dengan PEG 1000 Pengujian sifat fisis mekanis pada
serta ekstrak tanin kulit akasia dengan bahan anyaman bamban yang diteliti
konsentrasi yang sudah ditentukan adalah kadar air, kekuatan tarik dan
dan dijemur, selanjutnya dilakukan kecerahan bahan serta kecerahan
penganyaman menjadi sebuah produk dan produk.
selanjutnya dilakukan pengujian sifat fisik
mekanik, untuk mengetahui kadar air dan a. Kadar Air
keteguhan tarik dari helaian bamban. Sampel ditimbang (berat awal)
Tahapan penelitian peningkatan kemudian dikeringkan dalam oven
kualitas anyaman bamban yang pada suhu 105±2°C sampai
sebelumnya diberi bahan stabilisator beratnya konstan, kemudian
menggunakan PEG 1000 dan tanin dari dinginkan dalam desikator dan
ekstrak tanin kulit kayu akasia ini meliputi: timbang (berat akhir). Kadar air
dihitung berdasarkan rumus :
• Persiapan bahan
Bamban siap panen diambil
Ba − Bkt
di lapangan, kemudian diserut/ umih Kadar air (%) = x 100%
bagian kulit dan dijemur selama 3 hari Bkt
sampai bamban dapat dipakai anyaman. Keterangan : Ba = Berat awal (g)
Kemudian dipotong dengan ukuran Bkt = Berat kering tanur (g)
15 cm sebagai ukuran sampel. Sampel
diuji sifat fisik dan mekanik sebagai data b. Keteguhan tarik
sifat karakteristik bamban. Masing - masing ujung sampel
• Perendaman dengan PEG 1000 sepanjang 10 cm dijepit pada rahang
Sampel bamban dimasukkan ke dalam penarik pada mesin uji tarik tensile
larutan stabilisator yaitu ekstrak kulit tester, sehingga panjang kedua ujung
akasia dan PEG 100 masing-masing jepitan berjarak 10 cm. Kemudian gaya
selama 2 jam dengan variasi tarik dikenakan pada kedua ujung
konsentrasi 1%, 2% dan 3%. Kemudian jepitan tali kertas hingga putus. Gaya
ditiriskan dan dijemur sampai bahan tarik hingga putus terukur pada
bisa digunakan sebagai bahan penunjuk ukuran gaya tarik maksimum.
anyaman. Rumus kekuatan tarik adalah :
• Pembuatan tanin dari ekstrak kulit F
akasia mangium dan perendaman σ =
A
bahan Keterangan :
Ekstrak kulit akasia mangium dibuat
σ = kekuatan tarik maksimum dalam satuan
dengan pelarut air (1:10), air dipanaskan 2
(kg/cm )
dengan suhu ≤ 80˚ kemudian F = gaya tarik maksimum sampai batang purun
dimasukkan kulit akasia mangium yang putus (kg)
telah diserut. Sesekali dilakukan A= luas penampang helaian bamban (dianggap
2
pengadukan dan perebusan selesai persegi karena berbentuk pipih) (cm )

25
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.7, No.2, Des 2015: 23 - 30

Data pengujian kadar air dan dan tanin dari ekstrak kulit akasia dapat
keteguhan tarik yang diperoleh dari hasil dilihat pada Gambar 1.
penelitian dianalisa secara statistik dengan Berdasarkan hasil pengujian kadar air
menggunakan rancangan acak lengkap helaian bamban dengan perlakuan
(RAL) dari masing-masing perlakuan yaitu rendaman PEG 1000 terlihat bahwa
bahan stabilisator PEG 1000 dengan faktor semakin tinggi konsentrasi yang diberikan
variasi konsentrasi a1 (0%); a2 (1%); dan a3 maka kadar air yang dihasilkan semakin
(2%) dan a4 (3%). Sedangkan Perlakuan rendah, yaitu masing-masing pemberian
kedua menggunakan tanin dari ekstrak kulit konsentrasi 1% = 6,49%, 2% = 6,42% dan
kayu akasia dengan faktor variasi 3% = 5,97%. Sedangkan nilai rata-rata
konsentrasi b1 (0%); b3 (1%); b3 (3%); dan kadar air helaian bamban dengan
b4 (5%). perlakuan rendaman tanin dari ekstrak kulit
akasia juga terlihat bahwa semakin tinggi
konsentrasi yang diberikan maka kadar air
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dihasilkan semakin rendah yaitu
3.1. Kadar Air konsentrasi 1% = 6,93%, 3% = 6,52% dan
5% = 6,38%. Nilai rata-rata kadar air kedua
Kadar  Air   perlakuan tersebut masih di bawah kontrol
7.2 atau bahan baku helaian bamban yang
7 digunakan pengrajin anyaman bamban
6.8
6.6 sekitar 7,11%. Perlakuan rendaman
(%)   6.4 dengan PEG 1000 menyebabkan rata-rata
6.2 kadar air menurun jika dibandingkan
6
5.8 dengan kontrol. Hal ini diduga karena sel-
5.6 sel helaian bamban terisi dengan PEG
5.4
Kontrol 1%/1% 2%/3% 3%/5% 1000 sehingga menyebabkan air sulit
PEG  1000 7.11 6.49 6.42 5.97 menembus lapisan PEG 1000 dalam
Tanin  Kulit  Akasia 7.11 6.93 6.52 6.38 dinding sel helaian bamban pada saat
proses perendaman. Pengaruh konsentrasi
Gambar 1. Rata-rata hasil uji kadar air PEG 1000 yang semakin besar cenderung
(%) helaian bahan anyaman menurunkan nilai rata-rata kadar air
bamban berdasarkan helaian bamban, hal ini diduga karena
perlakuan rendaman dengan kandungan PEG 1000 pada sel helaian
PEG 1000 dan tanin dari bamban juga semakin tinggi sehingga air
ekstrak kulit akasia semakin sulit untuk masuk dinding sel.
Setelah perendaman dengan PEG 1000
Sifat fisis merupakan sifat dasar yang permukaan helaian bamban terasa sangat
menentukan kekuatan bamban. Pada lembab dan licin.
anyaman bamban, lembaran/ helaian Perlakuan rendaman helaian bamban
bamban penyusunnya memberi pengaruh dengan tanin dari ekstrak kuit akasia pada
terhadap sifat fisis anyaman tersebut. berbagai konsentrasi menunjukkan adanya
Sebelum menentukan sifat kekuatannya penurunan rata-rata kadar air helaian
helaian bamban harus diketahui sifat bamban jika dibandingkan dengan kontrol.
fisisnya. Pengujian sifat fisis yang Hal ini diduga karena sel-sel helaian
dilakukan pada penelitian ini adalah kadar bamban telah terisi dengan tanin dari
air. Kadar air adalah banyaknya air yang ekstrak kulit akasia. Ekstrak kulit akasia
mampu diikat oleh bahan terhadap berat mengandung beragam senyawa metabolit
kering tanurnya yang dinyatakan dalam sekunder sehingga diduga menyebabkan
persen (%). Sifat mekanis akan meningkat air sulit untuk menembus masuk ke dalam
seiring dengan penurunan kadar air dalam dinding sel helaian bamban. Berdasarkan
bamban. Pengamatan kadar air helaian hasil pembandingan dengan penelitian
bamban berdasarkan konsentrasi Harsono (2013), kadar air helaian bamban
perlakuan rendaman dengan PEG 1000 terlihat lebih rendah dibandingkan dengan

26
Sifat fisis dan mekanis anyaman bamban (Donax canniformis)
dengan bahan stabilisator........….Dwi Harsono

kadar air purun danau dan purun tikus


yang berkisar antara 8,06% - 12,03%. Hal Keteguhan  Tarik  
16
tersebut dimungkinkan purun memiliki 14
jaringan sel yang besar dan memiliki 12
dinding sel yang tipis sehingga proses 10
(g/cm2)  
keluar masuknya air sangat mudah 8

dibandingkan dengan bamban. Disamping 6


4
itu, berdasarkan pengamatan visual pada 2
bamban lebih licin dibandingkan purun 0
Kontrol 1%/1% 2%/3% 3%/5%
danau dan purun tikus. Hal tersebut berarti PEG  1000 10.83 11.89 12.14 13.53
tanaman bamban mempunyai kandungan Tanin  Kulit  Akasia 10.83 11.19 11.29 11.66

silika yang lebih banyak.


Gambar 2. Rata-rata hasil uji Keteguhan
Tabel 1. Analisa keragaman hasil uji tarik (g/cm2) helaian bahan
kadar air helaian bahan anyaman bamban berdasarkan
anyaman bamban berdasarkan perlakuan rendaman dengan
perlakuan rendaman dengan PEG 1000 dan tanin dari
PEG 1000 dan tanin dari ekstrak ekstrak kulit akasia
kulit akasia
Berdasarkan hasil pengujian
F-hitung
keteguhan tarik helaian bamban dengan
Sumber Rendaman perlakuan rendaman PEG 1000 terlihat
db Rendaman bahwa semakin tinggi konsentrasi yang
Keragaman Tanin ekstrak
PEG 1000 diberikan maka nilai keteguhan tarik yang
kulit akasia
Total 12 dihasilkan semakin tinggi, yaitu masing-
ns ns masing pemberian konsentrasi 1% = 11,89
Perlakuan 3 3,487 2,028
g/cm2, 2% = 12,14 g/cm2 dan 3% = 13,53
Galat (error) 8 g/cm2. Sedangkan nilai rata-rata keteguhan
tarik helaian bamban dengan perlakuan
Keterangan : ns) tidak berpengaruh nyata rendaman tanin dari ekstrak kulit akasia
Dari Tabel 1 analisa sidik ragam juga terlihat bahwa semakin tinggi
dapat diketahui bahwa pengaruh perlakuan konsentrasi yang diberikan maka kadar air
rendaman dengan PEG 1000 tidak yang dihasilkan semakin rendah yaitu
mempengaruhi nilai kadar air helaian konsentrasi 1% = 11,19 g/cm2, 3% = 11,29
bamban sebagai bahan baku anyaman. g/cm2 dan 5% = 11,66 g/cm2. Nilai rata-rata
Begitu juga dengan perlakuan rendaman keteguhan tarik kedua perlakuan tersebut
dengan tanin dari ekstrak kulit akasia tidak lebih besar dari kontrol atau bahan baku
mempengaruhi nilai kadar air helaian helaian bamban yang digunakan pengrajin
bamban sebagai bahan baku anyaman. anyaman bamban yaitu 10,83 g/cm2.
Hal ini mengindikasikan bahwa
3.2. Kuat Tarik perlakuan rendaman dengan PEG 1000
Kekuatan tarik merupakan ukuran mampu meningkatkan sifat mekanik purun
kemampuan helaian bamban dalam yaitu kuat tariknya. Sifat PEG 1000 yang
menahan tarikan baik pada proses melembabkan purun dapat mencegah
anyaman maupun setelah menjadi produk terjadinya pecah pada saat proses
anyaman tanpa terjadinya perubahan sehingga keteguhan tariknya menjadi lebih
permanen atau dapat kembali ke bentuk kuat. Demikian juga dengan perlakuan
semula. Pengamatan kekuatan tarik rendaman dengan tanin dari ekstrak kulit
helaian bamban berdasarkan konsentrasi akasia, semakin banyak konsentrasi yang
perlakuan rendaman dengan PEG 1000 diberikan maka dapat meningkatkan nilai
dan tanin dari ekstrak kulit akasia dapat keteguhan tariknya. Hal ini disebabkan
dilihat pada Gambar 2. tanin dari ekstrak kulit akasia mengandung

27
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.7, No.2, Des 2015: 23 - 30

sejumlah metabolit sekunder yang juga PEG 1000 tidak mempengaruhi nilai
bersifat melemaskan pada kerajinan kulit. keteguhan tarik helaian bamban sebagai
Diduga metabolit sekunder yang ada bahan baku anyaman. Begitu juga dengan
pada kulit akasia mampu meningkatkan perlakuan rendaman dengan tanin dari
kuat tarik helai bamban sehingga ekstrak kulit akasia tidak mempengaruhi
diharapkan hasil anyaman purun lokal juga nilai kadar air helaian bamban sebagai
semakin baik performanya. Hal ini juga bahan baku anyaman.
sangat menguntungkan pengrajin anyaman
Tabel 2. Analisa keragaman keteguhan
bamban mengingat harga kulit akasia
tarik hasil uji kadar air helaian
sangat murah karena merupakan berasal
bahan anyaman bamban
dari limbah produksi pengolahan kayu.
berdasarkan perlakuan rendaman
Berdasarkan hasil pembandingan
dengan PEG 1000 dan tanin dari
dengan penelitian Harsono (2013),
ekstrak kulit akasia
keteguhan tarik purun danau dan purun
tikus jauh lebih rendah dari helaian F-hitung
bamban yaitu berkisar antara 3,32 – 7,24 Sumber Rendaman
db Rendaman
g/cm3. Hal tersebut dimungkinkan purun Keragaman Tanin ekstrak
PEG 1000
memiliki jaringan sel yang besar dan kulit akasia
memiliki dinding sel yang tipis sehingga Total 12
penyusun ikatan antar sel sangat rendah Perlakuan 3 1,521
ns
0,241
ns

dibandingkan dengan bamban. Sehingga


Galat (error) 8
bamban dapat dikatakan memiliki jaringan
sel yang rapat dan memiliki dinding sel Keterangan : ns) tidak berpengaruh nyata
yang tebal sehingga ikatan antar penyusun
3.3. Produk Anyaman Bamban
sel semakin kuat. Menurut Gusmailina
Produk anyaman bamban hasil
(2010), kekuatan tarik merupakan salah
penelitian dari perlakuan rendaman dengan
satu sifat serat yang sangat penting
PEG 1000 dan tanin dari kulit kayu akasia
terhadap tarikan-tarikan pada saat
dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4 berikut
pengolahan anyaman selanjutnya.
ini :
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa
pengaruh perlakuan rendaman dengan

PEG 1000
Kontrol
1% 2% 3%

Gambar 3. Foto produk anyaman bamban dengan perlakuan


rendaman dengan PEG 1000
Tanin dari ekstrak kulit akasia
Kontrol
1% 3% 5%

Gambar 4. Foto produk anyaman bamban dengan perlakuan


rendaman dengan tanin dari ekstrak kulit kayu akasia

28
Sifat fisis dan mekanis anyaman bamban (Donax canniformis)
dengan bahan stabilisator........….Dwi Harsono

Dari hasil pengamatan visual, semua IV. KESIMPULAN


produk anyaman bamban tanpa perlakuan
Karakteristik warna produk anyaman
serta menggunakan perlakuan rendaman
bamban yang dihasilkan tanpa perlakuan
dengan PEG 1000 dan tanin dari ekstrak
serta menggunakan perlakuan rendaman
kulit kayu akasia menghasilkan warna
dengan PEG 1000 dan tanin dari ekstrak
coklat tua. Secara keseluruhan warna yang
kulit kayu akasia menghasilkan warna
dihasilkan dalam penelitian ini hampir
coklat tua. Efektivitas perlakuan
sama, namun PEG 1000 terlihat lebih
perendaman dengan bahan stabilisator
cerah dan lembab. Produk anyaman
PEG 1000 dan tanin dari ekstrak kulit
bamban menggunakan perlakuan
akasia masing-masing dapat meningkatkan
rendaman tanin kulit akasia menghasilkan
sifat fisik mekanik bahan baku anyaman
warna yang relatif cerah sedangkan produk
bamban serta lebih memudahkan pengrajin
anyaman bamban tanpa perlakuan
dalam proses penganyaman karena
menghasilkan warna coklat tua sedikit
dengan bahan perlakuan tersebut dapat
kusam. Hampir semua produk yang
menjadikan helaian bamban lebih lemas
dihasilkan dalam penelitian ini terdapat
dan tidak kaku, disamping itu menjadikan
noda hitam pada permukaan anyaman
hasil produk yang lebih cerah dan lebih
bamban hal tersebut diduga bahan yang
menarik. Nilai rata-rata kadar air perlakuan
digunakan menggunakan bamban yang
rendaman PEG 1000 konsentrasi 1% =
sudah tua. Disamping itu pada saat
6,49%, 2% = 6,42% dan 3% = 5,97%. Nilai
pengeringan, langsung disimpan dan diikat
rata-rata kadar air perlakuan rendaman
sesuai dengan klasifikasi jumlah produk
tanin dari ekstrak kulit akasia konsentrasi
yang dibutuhkan, sehingga kemungkinan
1% = 6,93%, 2% = 6,52% dan 3% = 6,38%.
bahan tersebut belum kering secara
Nilai rata-rata kadar air kontrol 7,11%. Nilai
sempurna sehingga terserang jamur.
rata-rata keteguhan tarik perlakuan
Menurut Nuryanti (2010) yang meneliti
rendaman PEG 1000 konsentrasi 1% =
anyaman pandan menyatakan bahwa
11,89 g/cm2, 2% = 12,14 g/cm2 dan 3% =
bahan baku untuk produk anyaman bagus
13,53 g/cm2. Nilai rata-rata keteguhan tarik
dan awet dapat diperoleh dengan
perlakuan rendaman tanin dari ekstrak kulit
pemilihan bahan baku yang tepat dan cara
akasia konsentrasi 1% = 11,19 g/cm2, 2% =
pengelohan, penggimaan daun yang terlalu
11,29 g/cm2 dan 3% = 11,66 g/cm2. Nilai
muda akan mempengaruhi/ mengurangi
rata-rata keteguhan tarik kontrol 10,83
kualitas anyaman. Demikian halnya
g/cm2.
dengan pemilihan bahan baku yang terlalu
tua, kemungkinan juga mempengaruhi
nilai estetika dari produk anyaman yang DAFTAR PUSTAKA
dihasilkan. 1. Fatriani. 2010. Produktivitas dan
Pada perlakuan rendaman bahan Rendemen Anyaman Purun Danau
dengan PEG 1000 dan tanin kulit kayu (Lepironia mucronata rich) di Desa
akasia dapat dikemukakan bahwa tekstur Harusan, Kabupaten Hulu Sungai
produk anyaman yang dihasilkan Utara, Kalimantan Selatan. Jurnal
cenderung memiliki tekstur yang halus Hutan Tropis 11 (30) : 56-64.
dibandingkan tanpa perlakuan. Namun
pada konsentrasi 3% PEG 1000 dan 2. Gusmailina. 2010. Peningkatan Teknik
konsentrasi 5% pada tanin kulit akasia Pengolahan Pandan (Bagian I):
tekstur permukaan anyaman tersebut Pewarnaan dan Pengeringan. Jurnal
cenderung menjadi lebih kasar. Dari Penelitian Hasil Hutan, 28(1) : 66-76.
pengamatan terhadap produk anyaman Pusat Penelitian dan Pengembangan
yang dihasilkan, perlakuan rendaman Hasil Hutan. Bogor.
dengan menggunakan tanin kulit akasia 3. Harsono, D. 2013. Sifat Fisis dan
cenderung menghasilkan warna yang Mekanis Purun Bajang sebagai
cerah dibandingkan dengan perlakuan Substitusi Purun Danau dan Purun
rendaman dengan PEG 1000 dan kontrol.

29
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.7, No.2, Des 2015: 23 - 30

Tikus. Jurnal Riset Industri Hasil Hutan


5 (2) : 45 – 51.
4. Lusyiani. 2010. Uji Fitokimia Akar
Bamban (Donax Cannaeformis)
Sebagai Bahan Baku Kerajinan
Anyaman. Jurnal Hutan Tropis 11 (29) :
24 – 31.
5. Nuryanti. 2010. Analisis
Pengembangan Usaha Anyaman
Pandan Dengan Value Chain Analysis :
Studikasus Pada Sentra Anyaman
Pandan Karya Bersama Kecamatan
Enok Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi
Riau. Jurnal Ekonomi, 18(2) : 108 –
119.
6. Supriadi, B.; R. Wahyono. 2002.
Potensi Kayu Acacia mangium serta
Pemanfaatannya Secara Luas.
Prosiding Seminar Nasional MAPEKI V,
30 Agustus-1 September 2002, Bogor,
pp. 618-622.
7. Tim Proyek Pengembangan dan
Pelayanan Teknologi Industri
Kalimantan Selatan. 2000. Teknologi
Perlakuan Awal Pada Bahan Baku
Anyaman. Departemen Perindustian
dan Perdagangan. Badan Penelitian
dan Pengembanagn Industri dan
Perdagangan. Banjarbaru
8. Wianto, T,. Ishaq,. A. Faisal,. dan A,
Hamdi. 2011. Rekayasa Tumbuhan
Purun Tikus (Eleocharis Dulcis)
sebagai Substitusi Bahan Matrik
Komposit Pada Pembuatan Papan
Partikel. Jurnal Fisika FLUX. 8(2) : 154-
164.

30

Anda mungkin juga menyukai