PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
Kebudayaan yang dihayati oleh masyarakat masih bersifat umum,
sedangkan kebudayaan yang dianut oleh masyarakat di setiap daerah masing-
masing memiliki perbedaan. Misalnya, kebudayaan yang dianut oleh
masyarakat Belu, memiliki perbedaan dengan kebudayaan yang dianut oleh
masyarakat TTU. Sama halnya juga, kebudayaan yang dianut oleh
masyarakat Malaka memiliki perbedaan dengan kebudayaan yang dianut oleh
masyarakat Belu dan TTU.
Salah satu Tradisi sebagai upacara keagamaan yang paling popular
didalam masyarakat haitimuk kabupaten malaka adalah Hanimak , yang telah
menjadi salah satu tradisi di kalangan masyarakat malaka yang dilaksanakan
untuk peristiwa penting dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, Salah
satu unsur budaya masyarakat haitimuk kabupaten Malaka yang berbeda
dengan masyarakat yang lain adalah tradisi hanimak. Hanimak adalah produk
budaya yang dihayati oleh masyarakat Malaka sebagai salah satu cara untuk
bertandang atau bertamu guna memperkenalkan diri kepada seseorang. Si
pemuda memberanikan diri bertamu ke rumah si gadis, untuk
mengungkapkan perasaan cintanya. Bila perasaan cintanya diterima, maka
akan ditingkatkannya. Emanuel Seran, (2008: 1).
Selain itu dilihat dari kehidupan sosialnya sebagian sudah memiliki
berbagai pemahaman baik itu dari segi adat, Agama maupun ilmu
pengetahuan. Perlu dilakukan penelitian, untuk mengetahui secara mendalam
mengenai Tradisi Hanimak ini dan bagaimana pandangan masyarakat malaka
mengenai tradisi ini. Berdasarkn hal tersebut maka penulis tertarik untuk
meneliti lebih jauh meneliti dengan berjudul „Makna dan fungsi dalam tradisi
hanimak di desa haitimuk kabupaten malaka.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana Prosesi tradisi hanimak di desa haitimuk di kabupaten malaka?
2. Apa Makna dan fungsi dalam tradisi hanimak di desa haitimuk di
kabupaten malaka?
3. Bagaimana Persepsi Masyarakat desa haitimuk kabupaten malaka?
3
1.4.2 Manfaat Praktis
Praktisnya bahwa penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
masyarakat desa Haitimuk pada umumnya dan generasi muda khususnya,
agar dapat mengenal dan mengetahui makna dan fungsi dalam tradisi
hanimak di masyarakat Desa Haitimuk.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Hanimak adalah budaya atau tradisi untuk berpacaran dan mencari jodoh.
Tradisi ini telah dilakukan oleh masyarakat Malaka sejak zaman dahulu. Hanimak
merupakan salah satu tradisi masyarakat kabupaten malaka yang sangat kental
bagi kaum muda-mudi untuk mencari jodoh. Hanimak sendiri merupakan proses
perkenalan secara sopan, etis dan sangat romantis yang dilakukan sang pria dan
wanita atas restu orang tua. Sebelumnya, kaum lelaki dan perempuan
pria dan wanita untuk saling menukar tempat sirih pinang, kain
kehilangan bentuk asli. Tidak ada lagi tradisi ini dalam tahap-
terutama bagi para orang tua yang hidup zaman dahulu, dan
Haitimuk Kabupaten Malaka” ini menggunakan teori fungsi dan makna semiotik.
6
Fungsi menurut Bascom (Danandjaja 1991:19) ada lima tipe penulis hanya
menggunakan tiga saja karena penulis merasa tiga teori ini sudah cukup mewakili
angan-angan kolektif.
Teori fungsi berkaitan dengan makna dari tradisi hanimak tersebut. Jenis
acara adat tertentu. Karena beda acara adat akan berbeda pula fungsinya. Adat
istiadat adalah sebuah ungkapan yang artinya segala aturan/ketentuan yang sudah
ciri khas dari suatu suku, setiap suku bangsa akan memupuknya menurut falsafah
timbulnya asap akan diikuti api, disebut indeks. Jika lambing itu tidak menyerupai
Teori fungsi adalah salah satu teori yang menjadi penghubung erat antara
ilmu linguistik dan sastra dengan ilmu-ilmu seni (Takari 2009:5). Sehingga
generasi demi generasi akan mewarisinya sebagai pusaka yang diamankan oleh
para leluhurnya dahulu yang diteruskan turun-temurun secara sadar dan penuh
tanggung jawab.
7
Maka tradisi hanimak dapat menjadi alat pengesahan budaya dan menjadi
salah satu perlengkapan pada upacara perkawinan masyarakat Melayu yang patut
2.3.2Teori Semiotik
De Saussere, ahli bahasa dari Swiss dan Pierce, seorang ahli filsofi dari Amerika
Saussere adalah sebagai sistem yang membuat lambing bahasa itu terdiri sebuah
imaji bunyi (saound image) atau signifier yang berhubungan dengan konsep
(signified).
Apabila lambang itu mempunyai yang dilambangkan seperti foto, maka disebut
ikon. Jika lambang itu menunjukkan akan adanya sesuatu seperti timbulnya asap
akan diikut api, disebut indeks. Jika lambang itu tidak menyerupai yang
8
Teori semiotik adalah salah satu teori yang menjadi penghubung erat
9
3. Gaya Bahasa Ironi
Ironi adalah gaya bahasa sindiran yang melukiskan sesuatu dengan
menyatakan sebaliknya dari apa yang sebenarnya dengan maksud untuk
menyindir orang.
Contoh: Tidak diragukan lagi bahwa adalah orangnya, sehingga semua
kebijaksanaan terdahulu harus dibatalkan seluruhnya.
10
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
11
memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala
merupakan suatu yang sulit untuk dipahami.
Data yang dibahas dalam penelitian ini terdiri dari data lisan
berupa Tuturan yang diperoleh dari informan saat berlangsungnya
12
simulasi. Sedangkan data tulis yaitu peneliti menggunakan data-data
yang ditulis oleh para peneliti lainnya seperti dalam buku dan media
sosial.
13
Teknik wawancara (Moleong, 1998:135). Wawancara adalah
teknik pengambilan data dengan proses tanya jawab antara peneliti dan
informan untuk mendapatkan data secara lisan. Wawancara berlangsung
sewajarnya dengan menjadikan para informan sebagai “guru”, “mitra”,
dan “orang tua”. Peneliti mengambil posisi “anak muda” (generasi
penerus), “sahabat” dan “pembelajar” yang siap mendengarkan,
berdiskusi serius (negosiasi makna) dan mencatat secara
bertanggungjawab.
1. Reduksi Data
2. Penyajian Data
3. Penarikan Kesimpulan
16
upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam
seperangkat data yang lain.
Metode Penelitian
Pengumpulan data
Teknik Teknik
Dokumentasi Pencatatan lapangan
Analisis data
18
Moleong, J. Lexy, 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya
Ratna, Nyoman Kutha. 2010.Stilistika; Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan
Budaya
(online)(http/1.bp.blogspot.com/VwAA5up2qSs9/TyN54p5rv2I/AAA
vs/1zEpDBwFGG8/s1600/ diakses tanggal 12 januari 2021)
Siti Rahmah dan Trisnawati Hutagalung. 2019. tentang Analisis makna Pantun
dalam Prosesi Penyambutan pengantin Laki-laki Pada Upacara
Pernikahan Suku Aceh Tamiang di Kota Kuala Simpang.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif R & D. Bandung:
Afabeta.
19
20