Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Desa merupakan entitas pemerintah yang langsung berhubungan

daengan rakyat, namun secara geografis berjarak cukup jauh dari pusat

kekuasaan ditingkat atasnya. Hal itu menyebabkan desa memiliki arti penting

sebagai basis penyelenggaraan pelayanaan pablik dan memfasilitasi

pembuatan hak-hak publik rakyat lokal

Dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa ini, berusaha

mengembalikan konsep, dan bentuk desa seperti asal-usulnya, desa atau

disebut dengan nama lainnya, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam

sistem pemerintahan nasional dan berada didaerah kabupaten.

Penyelenggaraan pemerintahan desa tidak terpisahkan dari

penyelenggaraan otonomi daerah. Pemerintahan desa merupakan unit terdepan

dalam pelayanan kepada masyarakat untuk keberhasilan semua program.

Karena itu, upaya untuk memperkuat desa merupakan langkah mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Penyelenggaraan pemerintahan desa

merupakan sub sistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan, sehingga

desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakatnya. Pemerintah desa dalam melaksanakan tugas pembangunan

dan penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat harus benar-benar

1
memperhatikan hubungan kemitraan kerja dalam penyelenggaraan

pemerintahannya. Kemitraan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa

dimaksud bahwa dalam melaksanakan tugas pembangunan maupun pemberian

pelayanan kepada masyarakat, semua aparatur pemerintahan desa, baik itu

kepala desa, sekretaris Desa, dan Badan Perwakilan Desa (BPD) harus benar-

benar memahami kapasitas yang menjadi kewenangan maupun tugasnya

masing-masing. Sehingga dalam melaksanakan penyelenggaraan

pemerintahan desa semua aparatur pemerintah dapat bersinergi dan bermitra

dengan baik, serta tepat dalam meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan

desa yang profesional dan akuntabel.

Pelayanan pablik merupakan salah satu tanggung jawab dari instansi

pemerintah, baik itu di pusat, di daerah, maupun di desa. Pelaksanaan

pelayanaan pablik ini merupakan salah satu fungsi pemerintah dalam

melakukan kemudahan pada masyarakat dalam mengguankan hak dan

kewajibananya. Dalam penyelenggaraan pelayanan oleh pemerintah, rasa puas

masyarakat terpenuhi bila pelayanaan yang diberikan oleh pemerintah kepada

mereka sesuai dengan apa yang mereka harapakan dengan memperhatikan

kualitas dan pelayan itu diberikan relatif terjangkau

Dalam lingkungan pemerintah desa, kepala desa dan seluruh

perangkat desa sebagai pelaksana tugas pemerintah didesa diharapkan dapat

melaksanakan tugas pemerintah desa dengan baik demi terciptanya

kesejahteraan dan pembangunan di desa. Kinerja aparatur pemerintah desa

merupakan satu ukuran yang menyatakan tentang sebarapa jauah target

2
(kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana

terget tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Sesuai dengan UU Nomor 6

Tahun 2014 tentang Desa.

Secara umum implementasi adalah tindakan atau pelaksanaan dari

sebuah rencana yang telah disusun dengan matang, cermat dan terperinci. Jadi

implementasi dilakukan jika sudah ada perencanaan yang baik dan matang,

atau sebuah rencana yang sudah disusun jauh-jauh hari sebelumnya, sehingga

sudah ada kepastian dan rencana tersebut. Implementasi merupakan

penyediaan sarana untuk melaksnakan sesuatu yang menimbulkan dampak

atau akibat terhadap sesuatu, yaitu kegiatan yang sudah direncanakan serta

dilaksnakan dengan serius dan mengacu pada norma-norma tertentu untuk

mencapai tujuan kegiatan. Untuk mendukung proses implementasi

pemerintahan desa Fafinesu Kecamatan Insana Fafinesu Kabupaten Timor

Tengah Utara di butuhkan pemahaman dan Sumber daya manusia yang

menunjang dilihat dari segi pendidikan para aparatur desa Fafinesu. Lebih

jelasnya penulis menampilkan Data pendidikan di bawah ini :

Tabel 1.
Tingkat Pendidikan Aparat Desa Fafinesu
No Tingkat pendidikan Jumlah

1 Sarjana 4 Orang
2 SMA 7 Orang
3 SMP 1 Orang
4 SD -
Jumlah 12 Orang
Sumber : data sekunder desa Fafinesu, Agustus 2021

3
Berdasarkan daftar tabel diatas bahwa tingkat pendidikan para aparatur

desa Fafinesu Kecamatan Insana Fafinesu sudah dibilang menunjang, karena dari

segi pendidikan dapat dipastikan bahwa semua aparatur desa sudah memahami

tentang pentingnya perencanaan dalam sebuah pembangunan di desa. Dimana

terdapat 12 orang pegawai pada Kantor Desa Fafinesu, dengan tingkat pendidikan

yang memadai .

Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) merupakan salah satu

dokumen perencanaan pembangunan yang juga diwajibkan oleh Undang-undang

No. 25 Tahun 2004 kepada pemerintah daerah untuk disusun setiap tahunnya.

Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) ini merupakan rencana

tahunan yang bersifat rinci dan operasional yang disusun sebagai jabaran dari

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) bersangkutan.

Sebagaimana dikatakan oleh Tjokroamidjojo (1976) bahwa rencana tahunan

adalah merupakan penterjemahan tahunan secara lebih konkrit, spesifik dan

operasional dari rencana jangka menengah. Disamping itu, Rencana Kerja

Pemerintah Desa (RKPDes) ini akan dijadikan sebagai dasar utama dalam

penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Berikut dapat dijelaskan Rencana Kerja Pemerintah Desa Naitimu Tahun 2020

pada halaman 7

Tabel 1.2

NO Bidang Sub Bidang Jumlah Sumber


Dana Dana

1 Penyelenggara Belanja Rp.529.072.00 APBDES


an Pegawai 0

4
Pemerintahan
Desa
2 Pembangunan Pem. Desa Rp.641.238.25 APBDES
Desa 0
3 Pembinaan Pembinaan Rp.140.800.00 APBDES
Kemasyarakat kemasyarakata 0
an n
4 Pemberdayaan Pemberdayaan Rp.453.650.16 APBDES
Masyarakat Masyarakat 6
JUMLAH Rp.1.764.760.416
Sumber; RKPDES Desa Naitimu 2018

Berdasarkan daftar tabel diatas bahwa tingkat pendidikan para aparatur desa

Fafinesu Kecamatan Insana Fafinesu Kabupaten Timor Tengah Utara sudah

dibilang menunjang, karena dari segi pendidikan dapat dipastikan bahwa semua

aparatur desa sudah memahami tentang pentingnya perencanaan dalam sebuah

pembangunan di desa. Dimana terdapat 8 orang pegawai pada Kantor Desa

Fafinesu, dengan tingkat pendidikan.

Sesuai dengan Pasal 5 ayat (3) UU No. 25 Tahun 2004 tentang sistem

perencanaan pembanguan nasional dinyatakan bahwa Rencana Kerja pemerintah

daerah (RKPD) merupakan penjabaran dari RPJMD dan mengacu pada RKP

nasional yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, proritas

pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya baik yang dilaksanakan

secara langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan

mendorong partisipasi masyarakat. Begitupun seterusnya, Rencana Kerja

pemerintah desa (RKPDes) merupakan penjabaran dari RPJMDes dan mengacu

pada RKP daerah yang memuat rancangan kerangka ekonomi desa, proritas

5
pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaannya baik yang dilaksanakan

secara langsung oleh pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong

partisipasi masyarakat di desa.

Dengan demikian sebetulnya RKPDes merupakan dokumen perencanaan

yang sangat praktis dan operasional karena isinya lebih banyak diarahkan pada

perumusan program dan kegiatan secara rinci, lengkap dengan indikator dan traget

kinerjanya untuk masing-masing program dan kegiatan. Disamping itu juga

memuat perkiraan kebutuhan dana untuk masing-maing program dan kegiatan

berikut unit atau bagian yang akan mengerjakan dan bertanggunjawab terhadap

pelaksanaannya. Karena itu wajar kiranya bila UU menetapkan dasar utama dalam

penyusunan RAPBdes untuk tahun yang bersangkutan yang prosesnya dimulai

dengan penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA), prioritas dan Plafon

Anggaran Sementara (PPAS) dan Rencana Kerja Anggaran (RKA).

Idealnya, penyusunan RKPDes dapat dilakukan setiap tahun agar dapat

disesuaikan dengan perkembangan kondisi sosial ekonomi, kebijakan pemerintah

dan kemampuan dana pada tahun yang bersangkutan. Ini berarti bahwa

penyusunannya tidak hanya sekedar memindahkan rencana dan traget dari

RPJMDes yang dirinci secara tahunan sebagaimana juga banyak dilakukan oleh

aparatur di daerah tertentu. Apabila proses penyusunan ini diakukan dengan baik

maka prinsip perencanaan bergulir (Rolling Plan) yang dilakukan melalui proses

penyesuaian rencana dengan perkembangan situasi dan kondisi desa akan dapat

dilaksanakan sehingga fleksibilitas rencana pembangunan jangka menengah akan

dapat diwjudkan.

6
Penyusunan RKPD dan RKPDes dimulai dengan penyiapan rancangan

awal oleh Bappeda pada daerah yang bersangkutan melalui penjabaran RPJMD

atau RPJMDes setempat dengan memperhatikan isu-isu dan permasalahan

mendesak yang terdapat pada tahun yang bersangkutan. Dengan

mempertimbangkan kedua hal tersebut, dan dengan memperhatikan kondisi

keuangan dan ketersediaan dana pembangunan pada tahun yang bersangkutan.

Sedangkan program dan kegiatan secara rinci dapat disusun dengan menggunakan

informasi dari rancangan Rencana Kerja (Renja) yang telah dibuat.

Rancangan awal RKPDes dibahas dalam forum Musrenbangdus

(Musdus) tahunan yang dilaksanakan oleh desa yang bersangkutan dan kemudian

hasil pembahasan tersebut digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki

rancangan awal sehingga dapat menjadi rancangan akhir, dan pada akhirnya

ditetapkan dengan peraturan kepala desa yang bersangkutan (Perdes).

Mengingat rencana tahunan merupakan dokumen perencanaan yang lebih

operasional, maka unsur pokok yang terkandung didalamnya juga berbeda dengan

yang lasimnya terdapat dalam rencana jangka menengah atau rencana

pembangunan jangka panjang. Tjokroamidjojo (1976) menguraikan bahwa

sebagai suatu perencanaan yang lebih konkrit dan operasional, rencana tahunan

paling kurang harus memuat unsur-unsur pokok seperti berikut:

a. Program dan kegiatan apa yang perlu dilakukan pada tahun yang

berasangkutan berikut spesifikasi lokasi dan rincian aktifitasnya.

7
b. Siapa yang akan melakukan dan bertanggunjawab terhadap pelaksanaan

program dan kegiatan tersebut. Berikut tata hubungan kerja antara unit yang

terkait.

c. Jadwal waktu pelaksanaan program dan kegiatan tersebut berikut kebutuhan

dana sumber pembiayaannya.

d. Bentuk keluaran (output) dan hasil (outcome) yang diharapkan dapat

dihasilkan melalui pelaksanaan program dan kegiatan tersebut.

Untuk dapat menyusun sebuah rencana tahunan yang baik dan operasional, maka

aspek-aspek yang perlu dilakukan menurut Tjokroamidjojo (1976) paling kurang

adalah sebagai berikut:

1. Review, yaitu; Tinjauan dan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan

pelaksanaan prorgram dan proyek pada tahun sebelumnya berikut

permasalahan dan kendala yang dihadapi. Evaluasi ini sangat penting artinya

untuk merumuskan program dan kegiatan yang akan dimasukan dalam

rencana tahunan berikutnya.

2. Forecast, yaitu; melakukan perkiraan (proyeksi) tentang perkembangan

kondisi tahun depan yang akan dilalui oleh rencana tahun tersebut. Perkiraan

ini meliputi kondisi ekonomi dan sosial serta peraturan dan kebijakan

pemerintah nasional yang mempengaruhi proses pembangunan daerah

bersangkutan. Dengan demikian, perkiraan ini sekaligus merupakan koreksi

terhadap target dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan dalam

RPJMD sebelumnya.

8
3. Resource Assessment, yaitu; penilaian terhadap ketersediaan dan kecukupan

submer daya pembangunan yang dimiliki daerah bersangkutan khsusnya

menyangkut dengan dana pembangunan, jumlah dan kualitas tenaga kerja

serta aparatur daerah dan sumber daya alam yang dimiliki. Seandainya data

dan informasi tentang jumlah dan kualita tenaga kerja serta deposit sumber

daya alam tidak tersedia, paling kurang penilaian perlu dilakukan terhadap

kondisi keuangan daerah dan sumber pembiayaan pembangunan yang

dimiliki oleh daerah yang bersangkutan.

4. Policy Formulation, yaitu; perumusan kebijakan pembangunan daerah untuk

tahun bersangkutan setelah memperhatikan hasil evaluasi pelaksanaan

progrma dan kegiatna tahun berjalan, peramalan kondisi sosial budaya dan

penilaian terhadap sumber daya yang tersedia. Kebijakan yang ditetapkan ini

sekaligus sebagai penyesuaian terhadap kebijakan yang telah ditetapkan

sebelumnya dalam RPJMD daerah yang bersangkutan.

5. Programming and Activity Planning, yaitu; penyusunan program dan

kegiatan pembangunan yang akan dilakukan pada tahun bersangkutan yang

direncanakan secara rinci dan lengkap dengan indikator dan target kinerjanya

serta bagian atau unit yang akan melaksanakan dan bertanggunjawab.

Disamping itu, perlu pula diberikan gambaran konkrit tengang rencana

pelaksanaan program dan kegiatan tersebut (Action Plan) sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Apabila kelima unsur pokok ini dapat dipenuhi dalam penyusunan rencana

tahunan, diharapkan ketiga peranan perencanaan tahunan akan dapat dipenuhi.

9
Namun demikian, tentunya tidak tertutup kemungkinan bagi para perencana

daerah untuk menambahkan unsur-unsur penting lain yang dianggap perlu sesuai

dengan kebutuhan daerah bersangkutan, misalnya sistem pelaksanaan monitoring

dan evaluasi terhadap RKPD tersebut dewasa ini juga sangat penting sesuai

dengan UU.

Berdasarkan prapenelitian yang dilakukan nampaknya masih terdapat

beberapa indikasi yang dapat menunjukan belum maksimalnya pembangunan di

Desa Fafinesu, sehingga menyebabkan banyaknya pembangunan yang dilakukan

kurang tepat sasaran yang mengakibatkan kurang jelinya sistem perencanaan yang

dilakukan oleh aparatur desa. Kurangnya sistem perencanaan yang baik dan

implementasi perencanaan pembagunan yang tidak efektif sehingga menyebabkan

tersendatnya pembagunan di Desa Fafinesu.

Bertitik tolak pada latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

mengetahui lebih jauh terkait dengan Implementasi Rencana Kerja Pemerintah

Desa Fafinesu seperti yang di amanatkan dalam Undang-Undang No 6 tahun 2014

Tentang Pemerintah Desa adapun permasalahan lainya. belum terselenggaranya

program kerja dari pemerintah Desa Fafinesu seperti Musyawarah dusun yang

tidak berjalan, perencanaan pembangunan yang tidak sesuai dengan pelaksanaan,

penggunaan dana yang tidak sesuai dengan volume program dan proyek

pembangunan, belum adanya evaluasi terhadap Rencana pemerintah jangka

menengah desa (RPJMdes), rencana yang tertuang dalam RPJMdes tidak

dituangkan dalam RKPdes sebab di desa Fafinesu belum adanya RKPdes dan ini

10
sangat tidak sesuai Undang-undang No 25 Tahun 2004 tentang SPPN. Dan

Undang-undang No 6 tahun 2004 tentang Pemerintah Desa

1.2. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan fenomena tersebut penulis dapat mengidentifikasi

permasalahan dimaksud sepert dibawah ini:

1. Kurangnya perencananan yang matang oleh pemerintah desa sehingga

menyebabkan pembangunan yang belum merata atau tidak tepat sasaran

dengan apa yang telah di rencanakan bersama dalam Musyawarah Tingkat

Desa, yang menyebabkan pembangunan tidak efektif dan efisien.

2. Kurangnya partisispasi masyarakat dalam peroses perencanaan

pembangunan maupun pada saat implementasinya.

3. Belum terealisasinya dengan baik pembagunan di Desa Fafinesu yang

diakibatkan karena perencanaan yang tidak optimal

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas,

maka yang menjadi fokus permasalahan adalah:Bagaimanakah

Implementasi Rencana Kerja Pemerintah Desa Fafinesu Kecamatan Insana

Fafinesu Kabupaten Timur Tengah Utara?

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan proposal ini adalah sebagai berikut:

11
“Untuk mendeskripsikan dan menganalisis Implementasi Rencana Kerja

Pemerintah Desa Fafinesu Kecamatan Insana Fafinesu Kabupaten Timor

Tengah Utara?.

1.4.2 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Secara teoritis : sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini di

harapkan dapat menambah wacana keilmuan dan memberikan

kontribusi bagi ilmu pengetahuan mengenai pelaksanaan Human

Relations dalam penyelenggaraan pemerintah desa.

2. Secara praktis :

a. diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah Desa

Fafinesu tentang pentingnya Implementasi Rencana Kerja

Pemerintah Desa Fafinesu Kecamatan Insana Fafinesu

Kabupaten Timor Tengah Utara.

b. meningkatkan motivasi kerja pegawai perangkat desa

c. meningkatkan koordinasi antar perangkat desa

d. meningkatkan kinerja pemerintah desa

12
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Perencanaan

Pengertian Perencanaan Menurut Siagian (2012:36) adalah usaha

sadar dan keputusan telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal

yang akan dikerjakan dimasa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam

rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan

Richard L. Daft (2010:7) mengatakan perencanaan adalah mengidentifikasi

beberapa berbagai tujuan untuk kinerja organisasi dimasa mendatang serta

memutuskan tugas dan pengguna sumber daya yang diperlukan untuk

mencapainya. Selanjutnya Billy E. Goetz dalam Hasibuan (2011:92)

perencanaan merupakan pemilihan yang fudamental dan masalah

perencanaan yang timbul, jika terdapat alternatif-altrnatif.

Selain itu A.M Williams dalam Afiffuddin (2010:95) maka proses dari

perencanaan meliputi: 1. Menentukan atau menetapkan dengan jelas maksud

dan tujuannya. 2. Menentukan alternatif. 3. Mengatur sumber-sumber yang

diperlukan. 4. Menentukan organisasi, metode dan prosedur. 5. Menentukan

atau menentapkan rencana itu sendiri. Erly Suandy (2001:2) secara umum

perencanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi (perusahaan)

13
dan kemudian menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas strategi-strategi

(program), taktik-taktik (tata cara pelaksanaan program) dan operasi

(tindakan) yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan secara

menyeluruh. Hamzah B. Uno (2008: 2) juga menyatakan perencanaan

adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan

dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna

memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat

disimpulkan bahwa

Perencanaan mengandung paling sedikit 4 unsur yaitu: a. Ada tujuan

yang harus dicapai b. Ada strategi untuk mencapai tujuan c. Sumber daya

yang mendukung d. Implementasi setiap keputusan. George R. Terry dan

Leslie W. Rue (2009:9) menyatakan bahwa planning atau perencanaan

adalah menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa

yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-

tujuan itu. Definisi perencanaan tersebut menjelaskan bahwa perencanaan

merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan perusahaan secara

menyeluruh. Definisi perencanaan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

perencanaan menggunakan beberapa aspek yaitu: 1. Penentuan tujuan yang

akan dicapai. Memilih dan menentukan cara yang akan ditempuh untuk

mencapai tujuan atas dasar alternatif yang dipilih. 2. Usaha-usaha atau

langkah-langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan atas dasar

alternative yang dipilih.

14
Suatu perencanaan yang lengkap dan baik akan memiliki unsur-unsur,

paling tidak terdapat lima unsur perencanaan. Menurut Darwis (2009:60-61)

unsur- unsur perencanaan diantaranya:

1. Unsur tujuan (Purpose), yaitu perumusan yang lebih jelas dan

terperinci mengenai tujuan yang telah di tentukan untuk dicapai.

2. Unsur kebijakan (Polish), yaitu merupakan metode atau cara yang

digunakan untuk mencapai tujuan.

3. Unsur prosedur (Procedure), yaitu meliputi pembagian tugas serta

hubungannya, baik vertikal maupun horizontal.

4. Unsur kemajuan (Progressing), yaitu penentuan standar atau

ukuran mengenai segala sesuatu yang hendak dicapai. Dalam hal

ini ada hubungannya dengan how many, how will, dan how long,

dan sebagainya.

5. Unsur program (Programming), yaitu tidak hanya menampilkan

perencanaan secara keseluruhannya tetapi menyusunnya menurut

urutan-urutan tertentu berdasarkan tingkat kepentingannya,

macam-macam proyek atau rencana kerja untuk direalisasikan.

Perencanaan yang efektif adalah proses pemikiran yang matang dan

bermuara kepada keputusan berdasrkan fakta dan bukan kepada emosi atau

keinginan belaka. Perencanaan merupakan proses yang berlanjut karena

disamping ditujukan ke masa depan, juga harus merupakan perwujudan dari

kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan dan pengalaman di masa

lalu dengan kenyataan yang dihadapi sekarang.

15
2.1.1 Perencanaan Pembangunan

Perencanan adalah menetapkan tujuan organisasi dan menentukan

cara terbaik untuk di capai (Graffin, 2004). Perencanna pembangunan

adalah suatu pengrahan penggunaan sumber-sumber pembangunan yang

terbatas adanya, untuk mencapai tujuan-tujuan keadaan sosial ekonomi yang

lebih baik, lebih efisien dan efektif (Affiudin,2010).

Dan mekanisme perencanaan dan pengganggaran pembangunan

antara pusat dan daerah dilakukan melalui forum yamg dinamakan

musrenbang (musyawarah perencanaan desa). Musrenbang merupakan

forum dalam ramgka menyusun rencanan pembangunan mulai dari tingkat

desa kecamatan, kabupaten, propinsi sampai tingkat pusat.musrenbang

bertujuan untuk:

a) Mengoptimalkan dan mengefektifkan proses koordinasi perencanaan dan

pengendalian pembangunan

b) Mengefektifkan pemanfaatan sumber dya yang ada untuk mensinergikan

upaya-upaya perubahan sosial yang di inginkan secara berkelanjutan

c) Mensinergikan pembangunan antar sektor dan antar daerah untuk

mencapai tujuan dan sasaran bersama

d) Menjamin pelaksanaan pembangunan nasioanl yang lebih mantap dan

berkesinambung

Di daerah pedesaan dan kelurahan dalam pembuatan dan pelaksanan

sebuah program kerja dalam bidang pembangunan, maka dalam hal

16
pembuatan perencanaan pembangunan desa dan kelurahan akan diserahkan

pada sebuah lembaga yang di bentuk oleh masyarakat desa yang memiliki

statement dari masyarakat, oleh masyarakat, untuk masyarakat. Permendagri

No. 114 Tahun 2014 menyatakan hal-hal yang di perlukan dalam

perencanaan pembangunan desa adalah:

1. Tersedianya data dan informasi selengkapnya yang akurat dan dapat di

pertanggungjawabkan tentang desa yang bersangkutan yang mencakup

tentang:

a. Penyelenggaraan pemerintah desa

b. Organisasi tata laksana pemerintah desa

c. Keungan desa

d. Profil desa adalah gambaran menyeluruh mengenai karakter desa

yang meliputi data dasar keluarga, potensi sumber daya alam,sumber

daya manusia, kelembagaan, prasarana, serta perkembangan

kemajuan dan permasalahan yang di hadapi desa.

e. Informasi lain yang terkait dengan pelanggaran pemerintah

pembangunan dan kemasyarakatan desa

2. Tersedianya peta desa yang lengkap yang menggambarkan desa dari

segi:

a. Wilayah administrasi pemerintah desa

17
b. Peta potensial desa

c. Peta prasarana

d. Peta yang menggambarkan kondisi kependudukan

e. Analisa data, keadaan desa dan permasalahan desa

f. Tokoh pemuda/masyarakat, tenaga ahli/terdidik, kader pembangunan

desa dan sebagainya.

Adapun yang dilakukan dalam penyusunan perencanaan

Langkah-langkah perencanaan:

1. Adanya penyusunan rencana

2. Adanya tujuan rencana kerja

3. Adanya penetapan sasaran rencana

Melalui perencanaan ingin dirumuskan kegiatan pembangunan

secara efisien dan efektik yang dapat diberikan hasil optimal dalam

memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan mengembangkan potensi

yang ada

1. Proses perencanaan

Untuk membuat rencana ada beberapa tindakan yang harus

dilalui (Mannulang, 2004) yaitu:

1. Menetapkan tugas dan tujuan

2. Mengobservasi dan menganalisis

3. Mengadakan kemungkinan-kemungkinan

4. Membuat sintesi

18
5. Menyusun rencana

Proses dari perencanaan williams,(1996) dalam Affiuddin meliputi:

a. Menetukan/menetapkan dengan jelas maksud dan tujuan berarti

menentukan kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan. Maksud

dan tujuan itu adalah sasaran yang ingin dicapai, dan dengan

menetukan kebijakan terhadap apa yang di tempuh akan

menyelesaikan tujuan tersebut.

b. Menetukan alternatif

Artinya bahwa pemimpin atau manajer harus memperhitungkan

faktor-faktor yang di hadapi, yaitu kejadian-kejadian yang akan

datang. Begitu juga mengenai faktor waktu harus di perhitungkan

c. Mengatur sumber-sumber yang di perlukan

Antara lain tenaga kerja, biaya, peralatan, bahan-bahan atau

perlengkapan, waktu yang di perlukan. Hal tersebut harus sudah

teredia bila di perlukan.

d. Menetukan organisasi,metode dan prosedur

Maksudnya bahwa dalam pelaksanaan rencana ini diperlukan

adanya suatu organisasi, metode atau tata kerja, termasuk juga

bimbingan dan pengawasan yang di perlukan dalam kegiatan

tersebut. Sedangkan metode dan prosedur yang di perlukan

terhadap pelaksanaan rencana adalah: jadwal waktu, standar yang

di capai, sistem pelaporan umpan balik yaitu dengan memberikan

19
bahan-bahan sebagai laporan yang telah di kerjakan, mengenai

tata cara kerja dan prosedur kerjanya.

e. menentukan atau menetapkan rencana itu sendiri

1) hal-hal yang mencakup penetujuan tujuan dan sasaran

2) target yang akan di capai, dan yang akan mempunyai

pengaruh terhadap pekerjaan organisasi

3) sumber-sumberyang di perlukan berupa tenaga kerja

manusia, alat, bahan dan termasuk waktu penyelesaian

rencana

4) metode produser pelaksanaan rencana

2. Fungsi perencanaan

Fungsi perencanaan yaitu perencanaan (planing) sering kali

merupakan pokok dasar tercapainya suatu tujuan. Dan dalam hal

membuat suatu rencana ini, haruslah di berikan kepada pihak yang

lebih mengetahui konsep tujuan yang akan di capai. Perencanaan

dapat dikatakan sebagai usaha untuk menemukan jawaban trhadap

pertanyaan-pertanyaan:

a) Apa yang akan dilakukan pada suatu kurun waktu tertentu

dimasa depan

b) Sipa yang akan bertangung jawab untuk melakukan apa dan

kepada siapa ia bertangung jawab dalam melakukan berbagai

kegiatan yang menjadi tanggug jawabnya untuk melaksanakan.

20
c) Prosedur, mekanisme dan tata kerja yang bagaimana yang akan

di berlakukan dalam pelaksanaan berbagai kegiatan secara

terintegrasi

2.1.2 Pembangunan Desa

Dinamika sosial mempunyai makna yang strategis dalam proses

pembangunan sesuai dengan era globalisasi dan arus informasi yang

semakin deras dalam puncak keunggulan budaya. Dikatakan bermakna

strategis dikarenakan dinamika sosial mempunyai interelasi,

interdependensi, dan korelasi yang erat dengan perkembangan budaya,

pertumbuhan ekonomi, serta pembinaan politik yang bersifat integral

komprehensif dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia dan

kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan pada hakikatnya adalah perubahan yang terencana

dari suatu situasi ke situasi lainnya yang dinilai lebih baik (Katz dalam

Moeljarto, 1987). Konsep pembangunan mempunyai kaitan erat dengan

nilai, strategi, dan indikator yang sekaligus menjadi domain setiap negara

berkembang. Dalam konsep pembangunan terdapat interpetasi yang secara

diametric bertentangan satu sama lain, mulai dari perbedaan perpektif

ontologi dan epistemology pada tingkat filsafat sampai pada tingkat empiric.

Paradigma pertumbuhan sosial ekonomi ditinjau dari konsep pembangunan

‘growth paradigm’ menimbulkan kelompok negara maju dan berkembang.

Untuk mengejar ketertinggalan sosial ekonominya, negara-negara

21
berkembang menerapkan konsep paradigma pertumbuhan (growth

paradigma) yang ditandai oleh meningkatkan pertumbuhan pendapatan

nasional (gross national product). Peningkatan GNP ternyata tidak

menjamin adanya pemerataan distribusi pendapatan nasional dan harapan

‘trickle down effect’.

Bahkan belum bisa mengatasi masalah kemiskinan, pengangguran

dan ketimpangan. Mengingat paradigma pertumbuhan telah menimbulkan

ketimpangan yang lebih besar, maka diterapkan alternative lain, yakni

konsep pembangunan dengan paradigma pertumbuhan dan pemerataan.

Hasil konsep yang disebut belakangan termanifestasikan dalam perbaikan

sosial ekonomi masyarakat, meskipun dikhawatirkan terjadi eksploitasi

terhadap SDA yang mengancam kelangsungan pembangunan berkelanjutan

yang didukung oleh pendekatan konsep pembangunan manusia (human

development).

Kegagalan orientasi pembangunan yang berparadigma pada

pertumbuhan dan pemerataan, selain karena lebih menekankan pendekatan

‘human development’ juga karena lebih menekankan model pembangunan

kebutuhan dasar manusia (basic needs strategy). Kebutuhan dasar manusia

mempunyai tingkatan berupa kebutuhan fisiologis, rasa aman, hubungan

sosial, harga diri dan aktualisasi diri (Abraham Maslow, 1954).

Menurut Streeten (dalam Supriatna, 1997), mengatakan bahwa

terjadinya perbedaan dalam menentukan kebutuhan dasar setiap negara,

pada hakikatnya berdasarkan pada pendekatan tiga tujuan pokok yaitu :

22
1) Terpenuhinya kebutuhan minimum keluarga untuk konsumsi,

pangan, papan dan sandang.

2) Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan public

3) Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam formulasi dan

implementasi program atau kebijaksanaan yang menyangkut diri

masyarakat.

Salah satu ciri utama negara berkembang adalah komitmen dan

konsistensi mereka terhadap pembangunan nasional. Pembangunan

nasional pada prinsipnya merupakan perubahan sosial yang besar dari satu

situasi dan situasi lain yang lebih bernilai. Perubahan sosial yang terjadi

dalam system sosial harus memenuhi persyaratan fungsional yaitu :

1. Adaptation

2. Goal attainment

3. Integration

4. Latent maintenance (pemeliharaan pola)

Sistem sosial budaya menurut komponennya dapat membentuk

keluarga, ekonomi, pemerintahan, agama, pendidikan dan kelas atau

lapisan masyarakat. Komponen-komponen tersebut dapat dipengaruhi oleh

1) Ekologi, tempat dan geografi dimana masyarakat berada

2) Demografi menyangkut populasi, susunan penduduk dan cirri-

cirinya

23
3) Kebudayaan, menyangkut nilai-nilai sosial, system kepercayaan

dan norma-norma dalam masyarakat

4) Kepribadian meliputi sikap mental, semangat temperamen dan

ciri-ciri   psikologis masyarakat

5) Waktu, sejarah dan latar belakang masa lampau masyarakat

tersebut (Slamet Margono, 1985).

Perubahan sosial acap relevan dengan perubahan ekonomi, politik dan

kebudayaan, termasuk di dalamnya ilmu pengatahuan dan teknologi melalui

proses pendidikan secara timbal balik. Pendidikan dapat mempercepat proses

perubahan dalam bidang teknologi, sosial. Ekonomi, politik dan budaya.

Fungsi, peran dan kedudukan pendidikan dalam proses transformasi sosial

dalam rangka modernisasi melalui berbagai program pembangunan sosial,

terutama peningkatan kualitas manusia sebagai makhluk sosial sangat

startegis dan menyeluruh. Modernisasi yang menimbulkan perubahan sosial

tidak akan berlangsung tanpa didukung oleh SDM terdidik dan berkualitas.

2.1.3 Pelaksanaan Pembangunan Desa

Pelaksanaan pembangunan Desa yang berskala lokal dikelola melalui

swakelola Desa, kerjasama antar Desa dan/atau kerjasama Desa dengan pihak

ketiga.Kepala Desa mengkoordinasikan persiapan dan pelaksanaan

pembangunan Desa terhitung sejak ditetapkan APB Desa. Pembangunan Desa

yang bersumber dari program sektoral dan/atau program daerah, dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Dalam hal ketentuan menyatakan

24
pelaksanaan program sektor dan/atau program daerah diintegrasikan ke dalam

pembangunan Desa, program sektor dan/atau program daerah di Desa dicatat

dalam APB Desa.

Dalam hal ketentuan menyatakan pelaksanaan program sektor

dan/atau program daerah didelegasikan kepada Desa, maka Desa mempunyai

kewenangan untuk mengurus.Pelaksanaan program sektor dan/atau program

daerah dibahas dan disepakati dalam musyawarah Desa yang diselenggarakan

oleh BPD. Dalam hal pembahasan dalam musyawarah Desa tidak

menyepakati teknis pelaksanaan program sektor dan/atau program daerah,

kepala Desa dapat mengajukan keberatan atas bagian dari teknis pelaksanaan

yang tidak disepakati, disertai dasar pertimbangan keberatan dimaksud

kepada bupati/walikota. Kepala Desa mengkoordinasikan pelaksanaan

program sektor dan/atau program daerah yang didelegasikan pelaksanaannya

kepada Desa.Pelaksanaan program sektor dan/ atau program daerah dilakukan

oleh perangkat desa dan/ atau unsur masyarakat Desa sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Tahapan Persiapan Tahapan persiapan meliputi: (a) penetapan

pelaksana kegiatan; (b) penyusunan rencana kerja; (c). sosialisasi kegiatan;

(d). pembekalan pelaksana kegiatan; (e) penyiapan dokumen administrasi; (f)

pengadaan tenaga kerja; dan (g). pengadaan bahan/material

Penetapan Pelaksana Kegiatan Kepala Desa memeriksa daftar calon

pelaksana kegiatan yang tercantum dalam dokumen RKP Desa yang

ditetapkan dalam APB Desa, dan menetapkan pelaksana kegiatan dengan

25
keputusan kepala Desa.Dalam hal pelaksana kegiatan mengundurkan diri,

pindah domisili keluar Desa, dan/ atau dikenai sanksi pidana kepala Desa

dapat mengubah pelaksana kegiatan.Pelaksana kegiatan bertugas membantu

kepala Desa dalam tahapan persiapan dan tahapan pelaksanaan kegiatan.

Penyusunan Rencana Kerja Pelaksana kegiatan menyusun rencana

kerja bersama kepala Desa, yang memuat antara lain: (a). uraian kegiatan; (b).

biaya; (c) waktu pelaksanaan; (d). lokasi; (e). kelompok sasaran; (f). tenaga

kerja; dan (g). daftar pelaksana kegiatan. Rencana kerja dituangkan dalam

format rencana kerja untuk ditetapkan dengan keputusan kepala Desa.

Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Kepala Desa mengkoordinasikan

tahapan pelaksanaan kegiatan yang sekurang-kurangnya meliputi: a. rapat

kerja dengan pelaksana kegiatan; b. pemeriksaan pelaksanaan kegiatan

infrastruktur Desa;

2.1.4 Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes)

Dalam pembangunan dan penganggaraan di desa Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Desa dibutuhkan pula penjabarannya dalam

bentuk dokumen Rencana Kerja Pemerintah (RKP). RKP Desa ini merupakan

hasil dari proses musyawara antara pemerintah desa dan masyarakat desa

yang dikenal dengan sebutan musyawara perencanaan pembangunan desa

(musrembangdes). RKP desa berisi rumusan prioritas masalah yang dihadapi

desa dan rumusan prioritas kebijakan pembangunan untuk mengatasi

masalah-masalah berdasarkan prioritas masalah yang ada di desa.

a.    Pengertian Rencana Kerja Pemerintah Desa (RPK Desa)

26
Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) atau disebut juga

Rencana Pembangunan Tahunan Desa merupakan suatu Dokumen

perencanaan pembangunan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang Desa. RKP Desa merupakan penjabaran dari Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) untuk jangka waktu 1

(satu) tahun. Yang memuat rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa,

pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan

masyarakat Desa. yang selanjutnya menjadi pedoman dalam penyusunan

Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (RAPBDesa).

b.   Maksud, Tujuan dan Manfaat Rencana Kerja Pemerintah Desa

(RPK Desa)

Penyusunan dokumen Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Desa)

ini mempunyai maksud, tujuan dan manfaat sebagai berikut :

Maksud penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) adalah

sebagai pedoman dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa. Dalam penetapannya dilakukan bersama dengan Badan

Permusyawaratan Desa.

Tujuan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) adalah

sebagai berikut :

1 Agar desa memiliki dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang

berkekuatan hukum tetap.

2 Sebagai dasar/pedoman kegiatan atau pelaksanaan pembangunan di desa.

27
3 Sebagai dasar penyusunan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan

dan Belanja Desa (APBDesa).

Ada pun manfaat penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa)

adalah sebagai berikut :

1 Lebih menjamin kesinambungan pembangunan ditingkat desa.

2 Sebagai pedoman dan acuan pembangunan desa.

3 Pemberi arah kegiatan tahunan di desa.

4 Menampung aspirasi yang sesuai kebutuhan masyarakat dan dipadukan

dengan program pembangunan supra desa.

5 Dapat mendorong partisipasi dan swadaya dari masyarakat.

c.    Prinsip Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa)

Kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna

mewujudkan pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial.

d.   Pedoman penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RPK Desa)

1 Hasil kesepakatan musyawarah Desa

2 Pagu indikatif Desa

3 Pendapatan asli Desa

4 Rencana  kegiatan  Pemerintah,  pemerintah  daerah provinsi, dan

pemerintah daerah kabupaten/kota

5 Jaring aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh DPRD kabupaten/kota

6 Hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa

7 Hasil kesepakatan kerjasama antar Desa

8 Hasil kesepakatan kerjasama Desa dengan pihak ketiga.

28
e.     Isi Rencana Kerja Pemerintah Desa (RPK Desa)

Rancangan RKP Desa paling sedikit berisi uraian:

1 Evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya;

2 Prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola oleh

Desa

3 Prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola melalui

kerja sama antar Desa dan pihak ketiga

4 Rencana program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola oleh

Desa sebagai kewenangan penugasan dari Pemerintah, pemerintah

daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota

5 Pelaksana kegiatan Desa yang terdiri atas unsur perangkat Desa

dan/atau unsur masyarakat Desa. 

f.     Proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RPK Desa)

Dalam proses penyusunan dokumem RKP Desa terdapat beberapa

langkah, Berikut ini adalah langka-langka dalam penyusunan

dokumen RKP Desa dengan mengikutsertakan masyarakat Desa,

dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:

1 Penyusunan Perencanaan Pembangunan Desa melalui Musyawarah

Desa

Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah Desa

dalam rangka penyusunan rencana pembangunan Desa. Hasil

musyawarah Desa menjadi pedoman bagi pemerintah Desa menyusun

rancangan RKP Desa dan daftar usulan RKP Desa. Badan

29
Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah Desa, paling

lambat bulan Juni tahun berjalan.

2 Pembentukan Tim Penyusun RKP Desa

Kepala Desa membentuk tim penyusun RKP Desa, tim penyusun RKP Desa

terdiri dari:

1 Kepala Desa selaku pembina;

2 Sekretaris Desa selaku ketua;

3 Ketua lembaga pemberdayaan masyarakat sebagai sekretaris; dan

4 Anggota yang meliputi: perangkat desa, lembaga pemberdayaan 

masyarakat, kader pemberdayaan masyarakat desa, dan unsur masyarakat.

Jumlah anggota tim, paling sedikit 7 (tujuh) dan paling banyak  11 

(sebelas) orang, dan harus mengikut sertakan perempuan.

5 Pencermatan Pagu Indikatif Desa dan Penyelarasan Program /Kegiatan

Masuk ke Desa. `

Kepala Desa mendapatkan data dan informasi dari kabupaten/kota  tentang

pagu  indikatif  Desa,  dan rencana program/kegiatan Pemerintah, pemerintah

daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang masuk ke Desa.

Hasil pencermatan dituangkan ke dalam format pagu indikatif Desa

dituangkan ke dalam format kegiatan pembangunan yang masuk ke Desa.

Berdasarkan hasil pencermatan dan tim penyusun RKP Desa menyusun

rencana pembangunan berskala lokal Desa yang dituangkan dalam rancangan

RKP Desa.

6 Pencermatan Ulang RPJM Desa

30
Tim penyusunan RKP Desa mencermati skala prioritas usulan rencana

kegiatan pembangunan Desa untuk 1 (satu) tahun anggaran berikutnya

sebagaimana tercantum dalam dokumen RPJM Desa. Hasil pencermatan 

menjadi  dasar bagi tim penyusun RKP Desa dalam menyusun rancangan

RKP Desa.

7 Penyusunan Rencana RKP Desa

8 Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa

Penyusunan RKP Desa

Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan

pembangunan Desa yang diadakan untuk membahas dan menyepakati

rancangan RKP Desa.

Musyawarah perencanaan pembangunan Desa diikuti oleh

Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan unsur masyarakat.

Unsur masyarakat terdiri atas: tokoh adat, tokoh agama, tokoh

masyarakat, tokoh pendidikan, perwakilan kelompok tani, perwakilan

kelompok nelayan, perwakilan kelompok perajin, perwakilan kelompok

perempuan, perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak, dan

perwakilan kelompok masyarakat miskin. Selain unsur  masyarakat, 

musyawarah  perencanaan pembangunan Desa dapat melibatkan unsur

masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat.

Hasil kesepakatan musyawarah perencanaan pembangunan Desa

dituangkan dalam berita acara.

9 Perubahan RKP Des

31
RKP Desa dapat diubah dalam hal:

1 Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis

ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau

2 Terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah

daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota. 

Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan

Desa yang diadakan secara khusus untuk kepentingan pembahasan dan

penyepakatan perubahan RKPDesa.Hasil  kesepakatan dalam musyawarah 

perencanaan pembangunan Desa ditetakan dengan peraturan Desa tentang

RKP Desa perubahan sebagai dasar dalam penyusunan perubahan APB Desa.

10   Pengajuan Daftar Usulan RKP Des

Kepala Desa menyampaikan daftar usulan RKP Desa kepada bupati/walikota

melalui camat. Penyampaian daftar usulan RKP Desa aling lambat 31

Desember tahun berjalan. Daftar usulan RKP Desa menjadi materi

pembahasan di dalam musyawarah perencanaan pembangunan kecamatan dan

kabupaten/kota.

2.1.5 Implementasi RKPDes

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang

berarti mengimplementasikan.Implementasi merupakan penyediaan sarana

untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat hal

itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan

peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah

dalam kehidupan kenegaraan. Secara etimologis pengertian implementasi

32
menurut kamus Webster implementasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu to

implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means for

carrying out( menyediakan sarana untuk melakukan sesuatu)dan to give

practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu)

Solly Lubis 2004: 67. Implementasi kebijakan merupakan suatu upaya

untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dengan sarana-sarana tertentu dan

dalam urutan waktu tertentu (Ndraha 1991:37). Kemudian dalam Siagian

1985:14, bahwa implementasi merupakan tindakan oleh individu, pejabat,

kelompok badan pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya

tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam suatu keputusan tertentu,

Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pemerintah yang

membawa dampak pada warganegaranya. Namun dalam prakteknya

badan-badan pemerintah sering menghadapi pekerjaan-pekerjaan di bawah

mandate dari undang-undang, sehingga membuat mereka menjadi tidak

jelas untuk memutuskan apa saja yang seharusnya dilakukan dan apa yang

seharusnya tidak dilakukan

Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Desa (RPJM-Desa)

adalah suatu kerangka dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan

lima tahunan yang dimulai dari Januari 2015 sampai dengan Desember

2020. RPJM-Desa adalah perencanaan tingkat menengah desa yang harus

disosialisasikan dan dipahami oleh semua komponen baik masyarakat,

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Pemerintah Desa sebagai

dokumen untuk melaksanakan pembangunan dan pedoman. Dokumen

33
RPJM-Desa adalah Rencana Pembangunan Desa Tanah Merah yang

pelaksanaan operasionalnya dijabarkan melalui Rencana Kerja

Pembangunan Desa (RKP-Desa). RKP-Desa secara teknis adalah pedoman

untuk mewujudkan kesatuan arah pembagunan selama 1(satu) tahun.

Pelaksanaan dan keberhasilan RPJM-Desa adalah tanggung jawab dari

pemerintah desa Tanah Merah khususnya kepada Tim Penyusunan RKP

(Tim 11) untuk menentukan terwujudnya Rencana Kerja pemerintah

tersebut.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penulis, Tahun Variabel Metode Penelitian Hasil


Dan Judul
Penelitian
Andi Ratu, 2020, 1. Informasi, Pendekatan 1. Informasi, implementasi
Implementasi 2. isi kebijakan, Kualitatif rencana kerja
Rencana Kerja dukungan pembangunan Desa
Pemerintah Desa 3. masyarakat, Belum cukup baik,
Dalam 4. pembagian karena masih kurangnya
Pembangunan Di potensi. pemahamn masyarakt
Desa Bonerate terkait rencana kerja
Kecamatan pembangunan Desa
Pasimarannu BonerateIsi
Kabupaten 2. Kebijakan, kebijakan
Kepulauan yang tidak memadai dan
Selayar tidak tepat sasaran atau
hasilnya tidak sesuai
keinggin, karena masih
adanya isi kebijakan
yang tidak terlaksana
dengan baik, dimana
masih adanya ketidak
sesuaian isi kebijakan
yang telah ditetapkan
oleh pemerintah
setempat dalam
peraturan Desa Bonerate
dengan apa yang ada

34
dilapangan, sehingga
kebijakan dalam
implementasi rencana
kerja pemerintah desa
dalam pembangunan
Desa Bonerate dapat
dikatakan belum tepat
sasaran.
3. Dukungan Masyarakat,
dukungan atau
partisipasi masyarakat
dalam perencanaan
pembangunana desa
masih kurang baik,
dikarenakan masih
lemahnya dukungan
masyarakat dalam
memberikan sumbangan
pemikiran 77 terhadap
pembangunan, dapat di
artikan partisipasi
masyarakat dalama
proses menyadari bahwa
untuk mencapai
pembangunan desa dan
kesejahteraan rakyat
perlunya partisipasi
masyarakat, baik fisik
maupun non fisik tetapi
masyarakat disini hanya
menyadari, tidak
sertamerta mengambil
sikap untuk bisa
memberi pemikiran
mengenai keberlanjutan
pembangunan desa
kedepannya.
4. Pembagian Potensi, di
Desa Bonerate pontensi
dalam pembangunan
desa belum cukup
memadai, karena
dipengaruhi bebrapa
faktor seperti tanah yang
kurang produktif karena
kurangnya kadar air

35
dalam tanah, curah
hujan serta iklim yanag
berubah-ubah dan susah
untuk diprediksi oleh
petani sehingga
mengakibatkan gagal
panen. dan potenis
aparatur desa hanya
menguasai bidang
masing-masing

2.3 Karangka Berpikir

Implementasi Rencana Kinerja Pemerintah


Desa Fafinesu Kecamatan Insana Fafinesu
Kabupaten Timor Tengah Utara”.

kinerja organisasi pelayanan


Meningkatkan
publik antara lain :
pelayanaan yang
1. Efisiensi
2. koordinasi efektif dan edukatif
3. korelasi
4. kebijakan

Sumber : Olahan peneliti 2021

36
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe deskriptif.

Jenis penelitian ini akan memberikan data tentang “ Implementasi Rencana Kerja

Pemerintah Desa Fafinesu Kecamatan Insana fafinesu Kabupaten Timor Tengah

Utara”.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mengetahui

lebih jelas Sesuai dengan tujuan penelitian ini ialah Untuk mengetahui dan

menganalisis Proses Implementasi Rencana Kerja Pemerintah Desa Fafinesu

Kecamatan Insana Fafinesu Kabupaten Timor Tengah Utara, maka metode yang

cocok digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Bungin (2010) bahwa penelitian kualitatif

bertujuan menggali dan membangun suatu preposisi atau menjelaskan makna

dibalik realita. Moleong (2009) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

37
oleh subyek penelitian (misalnya perilaku, persepsi, tindakan, dan lainnya), secara

holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah.

Dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan penelitian yang bersifat

deskriptif. “suatu penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang

seteliti mungkin tentang suatu keadaan dan gejala-gejala lainya”. Metode ini

membicarakan beberapa kemungkinana untuk memecahkan masalah yang ada

dengan mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, serta

menginterprestasikan data-data dan pada akhirnya menyimpulkan. Dengan

penelitian deskrptif ini dimaksudkan untuk member gambaran tentang Untuk

mengetahui dan menganalisis Proses Implementasi Rencana Kerja Pemerintah

Desa Fafinesu Kecamatan Insana Fafinesu Kabupaten Timor Tengah Utara.

3.2. Fokus Penelitian

Dalam konteks penelitian yang akan dikaji, focus utama dari penelitian ini

adalah: Implementasi Rencana Kerja Pemerintah Desa Fafinesu Kecamatan

Insana Fafinesu Kabupaten Timor Tengah Utara dengan aspek-aspek berikut:

a) Efisiensi

b) koordinasi

c) korelasi

d) kebijakan

3.3. Sumber Data

38
Dalam penelitian ini, jenis dan sumber data yang akan digunakan

adalah:

1. Informan

Informan adalah orang yang benar-benar tahu dan terlibat

langsung dalam permasalahan penelitian. Informan yang bertindak

sebagai sumber data dilihat dari kapasitas dan posisi Criteria yang

dipakai dalam pemelihan informan adalah kelompok orang atau

individu yang terlibat langsung serta mengetahui secara detail

mengenai Proses Implementasi Rencana Kerja Pemerintah Desa

Fafinesu Kecamatan Insana Fafinesu Kabupaten Timor Tengah Utara.

2. Dokumen

Dokumen-dokumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah baik

dalam bentuk UU, PP, maupun keputusan-keputusan Manteri ataupun

dokumen-dokumen, catatan-catatan, laporan-laporan, maupun arsip-

arsip resmi yang diperoleh dari Desa Fafinesu Kecamatan Insana

Fafinesu Kabupaten Timor Tengah Utara.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang akan di tempuh dalam pengumpulan data adalah

sebagai berikut :

1. Pengamatan (observasi)

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan langsung pada objek kajian. Menurut Hasan (2002:86)

39
obsevasi ialah pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengkodean

serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisasi,

sesuai dengan tujuan-tujuan empiris,

Faisal dalam Sugiyono (2015:226) mengklarifikasikan observasi

menjadi: observasi berpartisipasi (Participant Observation), observasi

yang secara terang-terangan dan tersamar (Overt Observation Dan

Convert Observation) dan observasi yang tidak berstruktur (Unstructured

Observation). Adapun penjelasanya adalah sebagai berikut

a. Observasi Partisipasi

Sugiyono (2015: 227) mengatakan bahwa:

“Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari

orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data

penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut

mengerjakan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut

merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka

data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai

mengetahui pada tingkat makna dari setiap pelaku yang Nampak”.

Observasi partisipatif adalah suatu pengamatan yang dilakukan

oleh peneliti dengan cara peneliti terlibat langsung dengan aktivitas

yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang yang dijadikan

sebagai sumber data dalam penelitian.

b. Observasi yang Secara Terang-Terangan dan Tersamar

Sugiyono (2015:228) mengatakan bahwa:

40
“penelitian dalam melakukan pengumpulan data mengatakan terus

terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian.

Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal samapi akhir

tentang aktifitas peneliti . tapi dalam suatu saat peneliti juga tidak

terus terang atau tersamar dlam observasi, hal ini menghindari kalau

suatu data yang dicari merupakan data yang dirahasiskan.

Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti

tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi”

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa, observasi yang

secara terang tarangan dan tersamar merupakan suatu pengamatan

dimana saat peneliti melakukan pengamatan tersebut peneliti dapat

mengatakan bahwa peneliti sedang melakukan penelitian, namun

untuk mendapatkan data tertentu peneliti terkadang tidak

memberitahukan peranya kepada obyek yang diteliti.

c. Observasi yang Tidak Berstruktur

Syugiono (2015:229) mengatakan bahwa;

“Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan

secara sistematis tentang apa yang akan di observasi. Hal ini

dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang

akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak

menggunakan instrument yang telah baku, tetapi hanya beupa rambu-

rambu pengamatan”.

41
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, observasi

tidak tersruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara

sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Peneliti akan melakukan

penelitian pada orang atau kelompok orang yang belum dikenalnya,

maka peneliti akan melakukan observasi tidak terstruktur.

Dengan demikian jenis observasi yang digunakan dlam teknik

pengumpula data ini ialah observasi partisipasi dan observasi tersamar

atau terang-terangan yang digunakan sebagi metode pembantu, dengan

tujuan mengamati bagaiman Implementasi Desa Fafinesu Kecamatan

Insana Fafinesu Kabupaten Timor Tengah Utara.

2. Wawancara (interview)

Menurut Hadi (2004:98) wawancara merupakan metode

pengumpulan data dengan jal an tanya-jawab sepihak yang dikerjakan

dengan sistematis dengan berdasarkan tujuan penelitian.

Selanjutnya Berg, yang dikutip Sugiyono (2015:232)

mengatakan bahwa;

“ Interview merupakan hatinya penelitian sosial. Bila anda lihat jurnal

dalam ilmu sosial maka anda akan temui semua penelitian sosial

berdasrkan pada interview, baik yang standar maupun yang lebih

mendalam.

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen ini bisa berbentuk tulisan,

42
gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen

berbentuk tulisan misalnya catatan risalah rapat, sejarah kehidupan (life

historie), biografi, peraturan dan kebijakan-kebijakan. Dokumen yang

berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar,

patung,film dan lain-lain. Studi dokumen dalam penelitian ini dilakukan

sebagai pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa

kualitatif yaitu suatu metode atau cara yang digunakan oleh peneliti untuk

mendeskripsikan fenomena-fenomena sosial yang terjadi di masyarakat.

Model analisa data dalam penelitian ini menggunakan model analisa data

Miles dan Huberman yaitu seperti yang dikutip oleh sugiyono, (2015:246)

sebagai berikut:

a. Data Reduction (Reduksi data)


Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Merduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberi gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
b. Data Display (Penyajian data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaikan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori.
Yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan
teks yang bersifat naratif.
c. Conclusions drawing/verification
Pada tahap ini adalah penerikan kesimpulan dan verifikasi data.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung

43
proses pengumpulan data pada tahap berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-
bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data maka kesimpulan yang dikemukakan adalah
kesimpulan yang kredibel.

Gambar 3.1

Model Interaktif Miles dan Huberman

Data Collection
Data Display

Data

Reduction Data

Drawing/Verifying

Sumber : Miles dan Huberman 1992 : 2

44
DAFTAR PUSTAKA

Aman Sudarto. 1999, Kinerja Oganisasi. Jakarta : Bumi Aksara

Abdulah. 2003. Pemerintah desa. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Afiuddin. 2010. Pengantar administrasi pembangunan. Bandung: Alfabeta.

Bungin . 2010. Penelitian Kualitatif . Bandung :Angkasa

Darwis dkk. 2009. Dasar-dasar Manajemen.Pekanbaru:UNRI.

Hasibuan, Melayu. 2011. Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Nogi, Hassel. 2003. Kebijakan dan Manajemen Otonomi Daerah. Yogyakarta:


Balairung

Nugroho, Riant D. 2003. Kebijakan Publik untuk Negara-Negara Berkembang.


Jakarta: PT. Elek Media Komputindo.

Pasolong, Harbani. 2011. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta

Purwanto, Erwan Agus. Dyah Ratih Sulistyastuti. 2012. Implementasi Kebijakan


Publik;Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media

Siagian, Sondang. 2012. Fungsi-fungsi Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara

45
Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung. Lemlit UNPAD.

Tangkilisan, Hessel Nogi. S. 2003.Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta:


Lukman Offset.

Tangkilisan, Hessel Nogi. S. 2003. Kebijakan Publik yang Membumi. Jakarta:


Lukman Offset

Sumber Lain.

Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Undang- Undang Nomor 32 Tahun Tentang pemerintah Desa

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2014 Tentang Perubahan Peraturan

Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaans Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

46

Anda mungkin juga menyukai