Anda di halaman 1dari 27

PENGELOLAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI)

TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT


OEBA

PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL)


PENGELOLAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI)

PROGRAM TEKNIK PENANGKAPAN IKAN

Oleh:

ROBERTUS BANUSU
NIT. 19.1.06.024

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN

i
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN KUPANG
2021
PENGELOLAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI)
TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
OEBA

Proposal ini disusun sebagai syarat melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL)
pada Program Studi Teknik Penangkapan Ikan Politeknik Kelautan dan
Perikanan Kupang Tahun Akademik 2020/2021

Oleh:

ROBERTUS BANUSU
NIT. 19.1.06.024

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN KUPANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Nama Taruna : ROBERTUS BANUSU


NIT. : 19.1.06.024
Dosen Pembimbing : Rasdem, S.Pi.,MM
: Dr. Yesaya Mau, A.Pi.,MM

Judul PKL 1 : PENGELOLAAN PANGKALAN PENDARATAN


IKAN (PPI) TERHADAP KONDISI SOSIAL
EKONOMI MASYARAKAT OEBA

Lokasi PKL 1 : PANGKALAN PENDARATAN IKAN OEBA

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Rasdem, S.Pi.,MM Dr. Yesaya Mau, A.Pi.,MM


NIP. 198901111 201801 1 001 NIP. 19611203 198903 1 115

Mengetahui,
Ketua Program Studi,

Rasdam, S.Pi.,M.Si
NIP. 19890111 201801 1 001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah yang maha Esa karena atas berkat rahmat –
Nya hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal
PENGELOLAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) TERHADAP
KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT OEBA Mengingat
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis, proposal ini tidak terluput dari
kekurangan dan belum sempurnah, namun penulis berharap semoga dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang memanfaatkan-nya
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan Terimakasi kepada:
1. Bapak Ir. Lego Suhono, M.P, selaku Direktur Politeknik Kelautan dan
Perikanan Kupang yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL).
2. Bapak Rasdam, S.Pi., M. Si selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan Arahan dan dan keritik dalam penyusunan proposal PKL
3. Bapak Dr. Yesaya Mau, A.Pi,MM selaku Dosen Pembimbing Pendamping
yang telah memberikan koreksi, revrensi dan masukan dalam penyusunan
proposal praktek kerja lapangan (PKL)
4. Seluru pegawai/ staf yang telah menerima dan memberikan kesempatan
kepada saya untuk melakukan PKL, di pelabuan PPI Amagarapati
5. Untuk teman-teman saya satu bimbingan dan semua pihak yang telah
berjuang bersama-sama dalam menyelesaikan proposal ini
Penulis menyadari kemungkinan adanya kekurangan dalam penyusunan
proposal ini Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran.

Kupang, 19 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................ ii
KATA PENGANTAR........................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian...................................................................................4
1.4. Manfaat..................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peneliti Terdahulu ................................................................................5
2.2 Pengertian Dampak................................................................................7
2.3 Pangkalan Penangkapan Ikan (PPI).......................................................7
2.4 Kondisi Sosial Ekonomi.......................................................................11
BAB III METODE PRAKTIK
3.1. Jenis Penelitian....................................................................................13
3.2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan..............................................14
3.2.1 Sumber Data............................................................................14
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data......................................................14
3.3 Teknik Penentuan Informan ................................................................14
3.4 Lokasi Penelitian .................................................................................15
3.5 Instrumen Penelitian.............................................................................16
3.6 Teknik Analisis Data............................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Potensi wilayah pesisir kelautan berkaitan dengan sumber daya yang

terkandung didalamnya dapat mendorong pertumbuhan wilayah melalui kegiatan

perikanan, industri pertambangan minyak dan gas bumi bawah laut, pariwisata,

agrobisnis, agroindustri, transportasi, pelabuhan permukiman serta kegiatan jasa

angkutan lainnya. Menurut Parr (1999) dalam Nurgoho dan Dahuri (2004:49),

pembangunan dan pengembangan wilayah bertujuan untuk meningkatkan

kualitas dan kesejahteraan hidup masyarakat melalui pembangunan yang terpadu

antar sektor dengan memperhatikan aspek keruangan.

Soegiarto (1976) dalam Dahuri et.al. (2001:8) mendefinisikan wilayah

pesisir sebagai daerah pertemuan antara darat dan laut, dengan batas daratan

meliputi bagian kering maupun yang terendam air yang masih mendapat

pengaruh sifat-sifat laut, seperti angin laut, pasang surut dan perembesan air laut.

Sebaliknya ke arah laut, wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih

dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi

dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat.

Kabupaten Kupang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi NTT

yang memiliki wilayah pesisir dengan garis pantai sepanjang 160 km. Secara

umum Kabupaten Kupang dikenal sebagai daerah pertanian juga sebagai daerah

1
nelayan/maritim. Permintaan kebutuhan pasokan ikan dari dalam dan luar

wilayah Kabupaten Kupang telah menggerakan pertumbuhan perekonomian

wilayah dari subsektor perikanan, hal ini dapat menjadi motor penggerak dalam

pembangunan ekonomi daerah. Menurut Adisasmita (2005:18) untuk

menciptakan suatu sistem pembangunan ekonomi daerah yang mandiri dalam arti

berkecukupan dan berkelanjutan dilakukan dengan pendekatan kebijakan

pembangunan pada kekhasan lokal yang memanfaatkan sumber daya alam lokal,

sumber daya institusional lokal dan kelembagaan yang dimiliki.

Kebijakan pembangunan perikanan Kabupaten Kupang sebagai

pengembangan kawasan pertumbuhan ekonomi daerah salah satunya adalah

pengembangan Kawasan PPI di Desa Oeba Kecamatan Kupang Sebagai wujud

kebijakan pengembangan perikanan tangkap telah dikembangkan fasilitas

pelabuhan pangkalan pendaratan ikan (PPI) dan tempat pelelangan ikan (TPI) di

kawasan tersebut. Pembangunan infrastruktur fasilitas PPI Oeba mulai di bangun

tahun 2001, dimaksudkan untuk mengembangkan suatu sentra produksi

perikanan tangkap lengkap dengan kegiatan pengolahan dan jasa lainnya. Hal ini

menjadikan kawasan PPI Oeba sebagai fungsi ekonomi dalam pertumbuhan

wilayah. Menurut Rais et.al (2004:44) fungsi ekonomi yang dimaksud

merupakan kebijakan secara makro bahwa suatu kawasan perairan ditetapkan

sebagai pertumbuhan kawasan ekonomi berdasarkan karakter yang dimiliki

setiap kelompok perairan yang dapat diperkirakan sebagai arahan komoditi


unggulan, kebutuhan infrastruktur, arahan kelembagaan, arahan jaringan

pemasaran produk ataupun perkiraan tingkat kerawanan bencana.

Berdasarkan peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2010 tentang

perikanan, dalam pasal 43 dan 44 menjelaskan, pelabuhan perikanan adalah pusat

pendaratan ikan yang terdiri atas daratan dan pearian di sekitarnya dengan batas-

batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah pembinaan nelayan kegiatan

bisnis perikanan. Pelabuhan perikanan rakyat adalah pelabuhan yang dibangun

dan dikelola rakyat setempat. Keberadaan kelompok pangkalan pendaratan ikan

(PPI) Oeba sudah berjalan sejak dulu sebagai tempat pendaratan dan pelelangan

ikan oleh masyarakat nelayan Desa Oeba, mengingat lokasinya yang strategis

dan dekat dengan pusat Kota kupang serta ditunjang oleh prasarana yang

memadai menjadikan PPI Oeba menjadi peluang dalam pengembangannya. Oleh

sebab itu, PPI diharapkan mampu meningkatkan taraf kehidupan masyarakat

nelayan dan masyarakat umum lainnya dari hasil perikanan yang menguntungkan

nelayan, namun kebenaran argumen ini perlu dibuktikan melalui kegiatan

penelitian agar diperoleh jawaban yang akurat.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul ” Pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Oeba Kabupaten Kupang”

3
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka, rumusan masalah dalam

penelitian

1. Bagaimana dampak pangkalan pendaratan ikan (PPI) terhadap kondisi sosial

ekonomi masyarakat Oeba Kabupaten Kupang?

2. Fakor sosial ekonomi apa saja yang mempunyai dampak terhadap masyarakat

Oeba dari keberadaan pangkalan pendaratan ikan (PPI) tersebut?

1.3. Manfaat Penilitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfat Teoritis Hasil penilitian ini diharapkan dapat menyajikan data atau

informasi yang dapat memperkaya dan memperdalam konsep pemerintah

Kupang dalam mendapatkan konstribusi desa Oeba .

2. Mafaat Praktis Penelitian ini diharapkan menjadi bahan kontribusi bagi

pemerintah, baik dari tingkat provinsi, kabupaten sampai kecamatan. Untuk

penyempurnaan kebijakan lanjutan di wilayah tersebut dengan

memperhatikan konstribusi-konstribusi yang ada di Oeba. Secara praktis

diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi rekomendasi/ saran untuk

digunakan para pihak yang berkepentingan mengenai konstribusi pangkalan

pendaratan ikan (PPI) terhadap pendapatan asli Daerah. Diharapkan penilitian

ini dapat memberikan konstribusi bagi pemerintah Kabupaten Kupang

khususnya pemerintah daerah mengenai kontribusi pangkalan pendaratan

ikan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peneliti Terdahulu

Penelitian Oleh Agus Dan Adhyaksa Agus dan Adhyaksa dalam jurnalnya

(2009: 25-30) Jurusan Perikanan Fakultas, Perikanan dan Kelautan Universitas

Diponegoro Semarang Jl. Hayam wuruk 4A Semarang. melakukan penelitian

dengan judul “analisis dampak sosial keberadaan pelabuhan perikanan nusantara

(PPN) Brongdong Lamongan Jawa Timur. Degan menggunakan metode survei

deskriftif yang bersifat studi kasus dan model analisis biaya dan manfaat.

Penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan PPN Brondong memberikan

dampak terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat pantai, baik positif maupun

negatif. Dampak positif yaitu terjadinya peningkatan usaha dan terbukanya

kesempatan kerja atau lapangan perkerjaan yang baru bagi masyarakat sekitar, di

mana hal ini akan berpengaruh pada pendapatan. Sedangkan pengaruh negatif dari

keberadaan PPN Brondong yaitu terjadinya persaingan usaha, konflik sosial dan

ketersediaan sumber daya ikan yang semakin berkurang. Berdasarkan dari hasil

analisis biaya dan manfaat, keberadaan fasilitas PPN Brondong memberikan

manfaat yang diterima. Hal ini dikarenakan tujuan dari PPN Brondong yaitu

sebagai support system dalam meningkatkan kondisi sosial ekonomi dan

5
mensejahterakan kehidupan para nelayan. Penelitian Agus dan adhyaksa tersebut

memberikan landasan metode yang mendukung penelitian dampak pangkalan

pendaratan ikan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lhok timon, yakni

melihat dampak sosial keberadaan pelabuhan perikanan, dengan adanya

perbedaan status dan kedudukan sosial ekonomi dalam kelompok masyarakat.

2.2 Pengertian Analisis

Konsep Analisis Pengertian analisis dalam kamus Bahasa Indonesia (1990

: 32) adalah : Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan) untuk

mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab) dimana penguraian suatu

pokok atau berbagai bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan

pemahaman arti secara keseluruhan. Soejadi (1997 : 107) mendefinisikan analisis

sebagai berikut : Analisis adalah rangkaian kegiatan pemikiran yang logis,

rasional, sistematis dan objektif dengan menerapkan metodologi atau teknik ilmu

pengetahuan, untuk melakukan pengkajian, penelaahan, penguraian, perincian,

pemecahan terhadap suatu objek atau sasaran sebagai salah satu kebulatan

komponen yang utuh kedalam sub komponen–sub komponen yang lebih kecil.

The Liang Gie (1989 : 26) mengemukakan pengertian analisis sebagai

berikut : Analisis adalah segenap rangkaian perubahan pikiran yang menelaah

sesuatu secara mendalam terutama mempelajari bagian-bagian dari suatu

kebulatan untuk mengetahui ciri- ciri masing–masing bagian, hubungannya satu

sama lain dan peranannya dalam keseluruhan yang bulat itu. Di bidang
Administrasi analisis yang dilakukan itu tergolong dalam pengertian logical

analysis (analisis dengan pikiran menurut logika) untuk dibedakan dengan analisis

dalam ilmu alam atau kimia (physycal atau chemical analysis). 20 Selanjutnya

Komaruddin (1994 : 31) mengemukakan pengertian analisis sebagai berkut :

Analisis adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi

komponen, sehingga dapat mengenal tandatanda komponen, hubungannya satu

sama lain dan fungsi masingmasing dalam suatu keseluruhan.

Dari pengertian di atas, maka analisis menyangkut beberapa unsur pokok

antara lain sebagai berikut :

1. Analisis merupakan suatu perbuatan atau rangkaian perbuatan yang didasari

pikiran yang logis mengenai suatu hal yang ingin diketahui.

2. Mempelajari bagian pembagian secara rinci dan cermat sehingga apa yang

ingin diketahui menjadi gambaran yang utuh dan jelas.

3. Ada tujuan yang ingin dicapai yaitu pemahaman yang tepat terhadap sebuah

objek kajian.

Menurut Handoko (2000 : 24) analisis secara sistematik adalah

mengumpulkan, mengevaluasi dan mengorganisasi informasi tentang sesuatu

pekerjaan-pekerjaan.

2.3 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

Pangkalan Pendaratan Ikan merupakan tempat bertambat dan berlabuh

perahu/ kapal perikanan, tempat pendaratan hasil perikanan dan melelangkannya

yang meliputi areal perairan dan daratan, dalam rangka memberikan pelayanan

7
umum serta jasa, untuk memperlancar kegiatan usaha perikanan baik

penangkapan ikan mauoun pengolahannya. Pangkalan Pendaratan Ikan sebgai

salah satu unsur prasarana ekonomi, dibangun dengan tujuan untuk menunjang

keberhasilan pembangunan perikanan, terutama perikanan skala kecil. Sesuai

dengan fungsinya, ruang lingkup kegiatan PPI meliputi tiga hal pokok : 1.

Kegiatan yang berkaitan dengan produksi, meliputi ; tambat labuh perahu/ kapal

perikanan, bongkar muaat hasil tangkapan, penyaluran perbekalan kapal dan awak

kapal serta pemeliharaan kapal dan alat-alat perikanan. 2. Kegiatan yang

berkaitan dengan pengolahan dan pemasaran hasil meliputi ; penanganan hasil

tangkapan, pelelangan ikan, pengepakan, penyaluran / distribusi, pengolahan dan

pengawetan. 3. Kegiatan pembinaan dan pengembangan masyarakat nelayan,

meliputi ; penyuluhan dan pelatihan, pengaturan (keamanan, pengawasan dan

perizinan), pengumpulan data statistik perikanan serta pembinaan perkoperasian

dan ketrampilan nelayan. Ditinjau dari fungsinya, Pangkalan Pendaratan Ikan

(PPI) merupakan prasarana penangkapan yang diperuntukkan bagi pelayanan

masyarakat nelayan berskala usaha kecil dalam rangka mendukung

pengembangan ekonomi perikanan, pengembangan wilayah, agribisnis dan

agroindustri serta sebagai pendukung dalam pelaksanaan otonomi daerah.

Fasilitas yang tersedia di PPI terdiri dari fasilitas dasar (pokok), fasilitas

fungsional dan fasilitas penunjang. (Direktorat Jenderal Perikanan, 1996/ 1997).

Sedangkan menurut Direktorat Jenderal Perikanan 1995 (dalam Sulistyani,

2005), bahwa fungsi dari pada pelabuhan perikanan adalah sebagai berikut : a.
Pusat pengembangan masyarakat nelayan; Sebagai sentral kegiatan masyarakat

nelayan, Pelabuhan Perikanan diarahkan dapat mengakomodir kegiatan nelayan

baik nelayan berdomisili maupun nelayan pendatang. b. Tempat berlabuh kapal

perikanan; Pelabuhan Perikanan yang dibangun sebagai tempat berlabuh (landing)

dan tambat / merapat (mouring) kapal-kapal perikanan, berlabuh/merapatnya

kapal perikanan tersebut dapat melakukan berbagai kegiatan misalnya untuk

mendaratkan ikan (unloading), memuat perbekalan (loading), istirahat (berthing),

perbaikan apung (floating repair) dan naik dock (docking). Sehingga sarana atau

fasilitas pokok pelabuhan perikanan seperti dermaga bongkar, dermaga muat,

dock/slipway menjadi kebutuhan utama untuk mendukung aktivitas berlabuhnya

kapal perikanan tersebut. c. Tempat pendaratan ikan hasil tangkapan; Sebagai

tempat pendaratan ikan hasil tangkap (unloading activities) Pelabuhan Perikanan

selain memiliki fasilitas dermaga bongkar dan lantai dermaga (apron ) yang cukup

memadai, untuk menjamin penanganan ikan (fish handling) yang baik dan bersih

didukung pula oleh sarana / fasilitas sanitasi dan wadah pengangkat ikan. d.

Tempat untuk memperlancar kegiatan-kegiatan kapal perikanan; Pelabuhan

Perikanan dipersiapkan untuk mengakomodir kegiatan kapal perikanan, baik

kapal perikanan tradisional maupun kapal motor besar untuk kepentingan

pengurusan administrasi persiapan ke laut dan bongkar ikan, pemasaran /

pelelangan dan pengolahan ikan hasil tangkap. e. Pusat penanganan dan

pengolahan mutu hasil perikanan; Prinsip penanganan dan pengolahan produk

hasil perikanan adalah bersih, cepat dan dingin (clean, quick and cold). Untuk

9
memenuhi prinsip tersebut setiap Pelabuhan Perikanan harus melengkapi

fasilitas–fasilitasnya seperti fasilitas penyimpanan (cold storage) dan sarana /

fasilitas sanitasi dan hygien, yang berada di kawasan Industri dalam lingkungan

kerja Pelabuhan Perikanan. f. Pusat pemasaran dan distribusi ikan hasil

tangkapan; Dalam menjalankan fungsi, Pangkalan Pendaratan Ikan dilengkapi

dengan tempat pelelangan ikan (TPI), pasar ikan (Fish Market) untuk menampung

dan mendistribusikan hasil penangkapan baik yang dibawa melalui laut maupun

jalan darat. g. Pusat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan; Pengendalian

mutu hasil perikanan dimulai pada saat penangkapan sampai kedatangan

konsumen. Pelabuhan Perikanan sebagai pusat kegiatan perikanan tangkap

selayaknya dilengkapai unit pengawasan mutu hasil perikanan seperti 15

laboratorium pembinaan dan pengujian mutu hasil perikanan (LPPMHP) dan

perangkat pendukungnya, agar nelayan dalam melaksanakan kegiatannya lebih

terarah dan terkontrol mutu produk yang dihasilkan. h. Pusat penyuluhan dan

pengumpulan data; Untuk meningkatkan produktivitas, nelayan memerlukan

bimbingan melalui penyuluhan baik secara teknis penangkapan maupun

management usaha yang efektif dan efisien, sebaliknya untuk membuat langkah

kebijaksanaan dalam pembinaan masyarakat nelayan dan pemanfaatan

sumberdaya ikan selain data primer melalui penelitian data sekunder diperlukan

untuk itu, maka untuk kebutuhan tersebut dalam kawasan Pelabuhan Perikanan

merupakan tempat terdapat unit kerja yang bertugas melakukan penyuluhan dan

pengumpulan data. i. Pusat pengawasan penangkapan dan pengendalian


pemanfaatan sumberdaya ikan; Pelabuhan Perikanan sebagai basis pengawasan

penangkapan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya ikan. Kegiatan

pengawasan tersebut dilakukan dengan pemeriksaan spesifikasi teknis alat

tangkap dan kapal perikanan, ABK, dokumen kapal ikan dan hasil tangkapan.

Sedangkan kegiatan pengawasan dilaut, Pelabuhan Perikanan dapat dilengkapi

dengan pos/pangkalan bagi para petugas pengawas yang akan melakukan

pengawasan dilaut.

2.4 Kondisi Sosial Ekonomi

Menurut Sumardi (2011) kondisi sosial ekonomi adalah suatu kedudukan

yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam

masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan

kewajiban yang harus dimainkan oleh orang yang membawa status tersebut.

Sementara W.S Winke (1991) menyatakan bahwa pengertian status sosial

ekonomi mempunyai makna suatu keadaan yang menunjukan pada kemampuan

finansial keluarga dan perlengkapan material yang dimilki (Basrowi, 2010).

Pengertian kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang

diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam

struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan

kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status. Tingkat sosial merupakan

faktor non ekonomis seperti budaya, pendidikan, umur dan jenis kelamin,

sedangkan tingklat ekonomi sepertik pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan dan

investasi. Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral

11
maupun material. Kebutuhan pokok atau basic human needs dapat dijelaskan

sebagai kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia.

Abraham Maslow mengungkapkan kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan

dasar fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang,

kebutuhan akan dihargai dan kebutuhan mengaktualisasikan diri. Salah satu faktor

yang penting untuk membangun masyarakat yang sejahtera adalah sebuah teori

sosial ekonomi yang baik. Sepanjang sejarah, manusia terus mencari jawaban

bagaimana sumberdaya di bumi ini yang dapat dipergunakan dan dibagikan

dengan baik. Tambahan pula, masyarakat memerlukan suatu sistem pemerintahan

yang dapat memenuhi semua kebutuhan anggotannya. Jawaban masyarakat atas

keperluan itu menggambarkan nilai-nilai sosial ekonomi yang diikuti masyarakat

pada saat itu. Menurut Melly G Tan bahwa kedudukan sosial ekonomi mencakup

3 (tiga) faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Pendapat diatas

didukung oleh Mahbud UI Hag dari Bank Dunia bersama dengan James Grant

dari Overseas Development Council mengatakan bahwa kehidupan sosial

ekonomi di titik beratkan pada pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan

air yang sehatyang didukung oleh pekerjaan yang layak (Melly Dalam Susanto,

1984). Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa status sosial ekonomi adalah

kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya

sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan

kemampuan mengenai keberhasilan menjalakan usaha dan berhasil

mencukupinya.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam

Moleong, 2002:3) mendefinisikan “pendekatan kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Penelitian kualitatif bertujuan

untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan

data sedalam-dalamnya. Tipe penelitian ini menggunakan tipe deskripsi kualitatif,

dimana peneliti mendeskripsikan wawancara mendalam dengan informan.

Dengan dasar tersebut, maka penelitian ini diharapkan mampu memberikan

gambaran tentang dampak pangkalan pendaratan ikan (PPI) terhadap kondisi

sosial ekonomi masyarakat Oeba Kabupaten Kupang.

3.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

3.2.1 Sumber Data

13
Adapun Sumber data yang diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Merupakan sumber data adalah “sumber-sumber dasar yang

merupakan bukti saksi utama dari kejadian yang lalu. (Moh. Nazir,

2005: 51)”. Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan melalui

penelitian langsung di lapangan yang bersumber pada penelitian

wawancara dan observasi.

2. Data Sekunder

Menurut Hasan (2002:82) data sekunder adalah “data yang

diperoleh oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber

yang telah ada. Data sekunder merupakan data yang didapat dari studi

kepustakaan, dokumen, koran, internet yang berkaitan dengan kajian

penelitian yang diteliti oleh penulis”. Untuk melengkapi data penelitian,

maka data sekunder juga diperoleh dari dokumen RPJMG Oeba, seperti

data jumlah penduduk, luas wilayah, dan fasilitas ekonomi dan sosial.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Observasi adalah “melakukan pengamatan dan pencatatan suatu

objek, secara sistematik yang diselediki. Observasi dapat dilakukan

sesuai atau berulangkali (Sukandarrumidi, 2008:35)”. Dalam observasi


melibatkan dua komponen, yaitu pelaku observasi (disebut sebagai

observer), dan objek yang diobservasi (disebut sebagai observee).

2. Wawancara

Menurut Soehartono (2008:67) wawancara adalah

“pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung

oleh pewancara (pengumpulan data) kepada responden, dan jawaban-

jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape

recorder)”. Teknik wawancara dapat digunakan pada responden yang

buta huruf atau tidak terbiasa membaca dan menulis, termasuk anak-

anak. Wawancara dapat dilakukan dengan telepon.

3. Dokumentasi

Menurut Soehartono (2008:70) studi dokumentasi “merupakan

teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek

penelitian”. Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak

hanya dokumen resmi. Dokumen dapat dibedakan menjadi dokumen

primer, jika dokumen ini ditulis oleh orang yang langsung mengalami

suatu peristiwa, dan dokumen sekunder, jika peristiwa dilaporkan

kepada orang lain yang selanjutnya ditulis oleh orang ini. Dokumen

dapat berupa buku harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan

kasus (case record) dalam pekerjaan sosial, dan dokumen lainnya. Akan

tetapi, perlu diingat bahwa dokumen-dokumen ini ditulis tidak untuk

tujuan penelitian sehingga penggunaannya memerlukan kecermatan

15
penelitian. Adapun dokumentasi dalam penelitian ini berupa dokumen

tertulis seperti buku RPJMG (Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Oeba) dan dokumen foto-foto kegiatan penelitian.

3.3 Teknik Penentuan Informan

Dalam penelitian ini pihak yang dijadikan informan adalah yang dianggap

mempunyai informasi (Key-informam) yang dibutuhkan di wilayah penelitian.

Teknik yang digunakan dalam menentukan informan adalah dengan

menggunakan “purposive sampling” atau sampling bertujuan, yaitu teknik

sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbanganpertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Arikunto,

2009:128). Untuk pengecekan tentang kebenaran hasil wawancara yang didapat

dari informan, maka yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

1. Masyarakat Umum 3 orang

2. Masyarakat Nelayan 3 orang

3. Aparatur Gampong 4 orang

Penentuan informan berdasarkan maksud dan tujuan penulis, maka jumlah

responden adalah 10 orang. Tujuan yang diambil sebagai informan, karena

dapat memberikan informasi yang jelas serta mengetahui bagaimana

kondisi lapangan.

3.4 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian dilakukan. Dengan

ditetapkan lokasi dalam penelitian, maka akan lebih mudah untuk mengetahui
tempat dimana suatu penelitian dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan di Oeba

Kabupaten Kupang Propinsi Nusa tenggara Timur. Dipilihnya lokasi ini sebagai

tempat penelitian, merupakan atas pertimbangan penulis bahwa dengan adanya

pangkalan pendaratan ikan (PPI) tersebut. Maka dampak apa yang akan dirasakan

oleh masyarakat Oeba dengan keberadaan tempat pendaratan ikan tersebut

mampun memberi dampak positif atau negatif terhadap kondisi sosial ekonomi

masyarakat Oeba. Alasan lain penulis mengambil lokasi ini yaitu untuk

mempermudah proses pengumpulan data.

3.5 Instrumen Penelitian

Menurut Suyanto & Sutinah (2006:59) mengemukakan bahwa “Instrumen

penelitian adalah perangkat untuk menggali data primer dari responden sebagai

sumber data terpenting dalam sebuah penelitian survei. Instrumen penelitian ilmu

sosial umumnya berbentuk kuesioner dan pedoman pertanyaan (interview

guide)”. Semua jenis instrumen penelitian ini berisi rangkaian pertanyaan

mengenai suatu hal atau suatu permasalahan yang menjadi tema pokok penelitian.

Adapun instrumen penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas penelitian baik

atau sebaliknya. Adapun penelitian ini menggunakan instrumen penelitian dengan

cara peneliti terlebih dahulu mencari permasalahan awal, selanjutnya peneliti

mengembangkan penelitian dengan menerapkan instrumen sederhana yaitu

dengan melakukan perbandingan data melalui observasi dan wawancara.

3.6 Teknik Analisa Data

17
Didalam penelitian ini, data yang telah dikumpulkan akan dianalisa secara

kualitatif yakni data yang diperoleh akan dianalisis dalam bentuk katakata lisan

maupun tulisan. Teknik ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang umum

dan menyeluruh dari obyek penelitian. Serta hasil-hasil penelitian baik dari hasil

studi lapangan maupun studi literatur untuk kemudian memperjelas gambaran

hasil penelitian. Analisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif, dimana

pembahasan penelitian serta hasilnya diuraikan melalui kata-kata berdasarkan

data empiris yang diperoleh. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data

yang bersifat kualitatif, maka analisis data yang digunakan non statistik. Menurut

(Miles, 2007:15-19) “Analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung secara

interaktif, di mana pada setiap tahapan kegiatan tidak berjalan sendiri-sendiri.

Meskipun tahap penelitian dilakukan sesuai dengan kegiatan yang direncanakan,

akan tetapi kegiatan ini tetap harus dilakukan secara berulang antara kegiatan

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data serta verifikasi atau penarikan

suatu kesimpulan”. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, digunakan

langkah langkah atau alur yang terjadi bersamaan yaitu pengumpulan data,

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau alur verifikasi data.

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan data kasar yang muncul dari catatan-catatan

yang tertulis di lapangan (Miles dan Huberman, 2007:17). Reduksi data ini

bertujuan untuk menganalisis data yang lebih mengarahkan, membuang yang


tidak perlu dan mengorganisasikan data agar diperoleh kesimpulan yang

dapat ditarik atau verifikasi. Dalam penelitian ini, proses reduksi data

dilakukan dengan mengumpulkan data dari hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi kemudian dipilih dan dikelompokkan berdasarkan kemiripan

data.

2. Penyajian Data

Menurut Miles dan Huberman (2007:18) penyajian data adalah

pengumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam hal ini, data yang

telah dikategorikan tersebut kemudian diorganisasikan sebagai bahan

penyajian data. Data tersebut disajikan secara deskriptif yang didasarkan

pada aspek yang teliti.

3. Verifikasi Data dan Penarikan Kesimpulan

Verifikasi data adalah sebagian dari suatu kegiatan utuh, artinya

makna - makna yang muncul dari data telah disajikan dan diuji

kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya (Miles dan Huberman,

2007:19). Penarikan kesimpulan berdasarkan pada pemahaman terhadap data

yang disajikan dan dibuat dalam pernyataan singkat dan mudah dipahami

dengan mengacu pada pokok permasalahan yang diteliti. Menurut Miles dan

Huberman (2007:36) ada tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian

data dan penarikan kesimpulan. Aktivitas ketiga komponen dilakukan dalam

bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses

19
siklus. Peneliti hanya bergerak di antara tiga komponen analisis tersebut

sesudah pengumpulan data selesai pada setiap unitnya dengan memanfaatkan

waktu yang masih tersisa dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Basrowi, 2010). Kondisi sosial ekonomi, Jurnal Ilmiah perikanan Udayana Bali, Vol
2, No,1.2017-125-127

Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2002:3) Pendekatan kualitatif. Jakarta: Aswaja
Pressindo.

Parr (1999) dalam Nurgoho dan Dahuri (2004:49), pembangunan dan pengembangan
wilayah, Jurnal perikanan Universitas Diponegoro, Vol 4,No 1. 2019-29-30.

Soegiarto (1976) dalam Dahuri et.al. (2001:8) wilayah pesisir sebagai daerah
pertemuan antara darat dan laut, Jurnal. Jurusan Perikanan Fakultas, Perikanan
dan Kelautan Universitas Diponegoro Semarang.

Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2010 tentang perikanan, dalam pasal 43 dan 44
menjelaskan, pelabuhan perikanan.

Agus dan Adhyaksa (2009: 25-30) Jurusan Perikanan Fakultas, Perikanan dan
Kelautan Universitas Diponegoro Semarang Jl. Hayam wuruk 4A Semarang,
dalam jurnalnya.

Waralah Rd Christo., (2008) Pengertian dampak secara Umum, Jurnal Jurusan


Perikanan Fakultas, Perikanan dan Kelautan Universitas Diponegoro Semarang.
Hikmah Arif (2009), Pengertian dampak secara Khusus, Jurnal Jurusan Perikanan
Fakultas, Perikanan dan Kelautan Universitas Diponegoro Semarang.

W.S Winke (1991 status sosial ekonomi mempunyai makna suatu keadaan yang
menunjukan pada kemampuan finansial keluarga dan perlengkapan material
yang dimilki. Jurnal palabuhan perikanan. Volume 07.

Miles, 2007:15-19 “Analisis data. Bandung:Alfabeta.

21

Anda mungkin juga menyukai