OLEH
IVO NATALIA BUTARBUTAR
E1E018026
OLEH
IVO NATALIA BUTARBUTAR
E1E018026
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Menyetujui,
Ketua Jurusan/Program Studi Pembimbing Pendamping
ii
Nelwida, S.Pt., M.P Ir. Mulawarman, M.Si
NIP. 196911021994032001 NIP. 195909121989021001
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat Nya
saya diberikan kesempatan untuk menyelesaikan proposal ini dengan judul
“Pengaruh Pendapatan Dan Jumlah Nelayan Terhadap Konsumsi Ikan Di Tanjung
Jabung Barat,Jambi” sebagai salah satu syarat mengerjakan skripsi pada program
Sarjana di Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini tidak akan sesesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
4. Ibu Nelwida, S.Pt., M.P. selaku ketua Jurusan pada Jurusan Perikanan
sekaligus Ketua Program Studi pada Program Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Universitas Jambi.
iv
6. Bapak Dr. Ir.Pahantus Maruli,M.P selaku Pembimbing Utama atas
segala bimbingan, saran, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan
selama penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Ir Mulawarman,M.Si. selaku Pembimbing Pendamping atas
segala bimbingan, saran, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan
selama penyusunan skripsi ini.
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................i
KATA
PENGANTAR .............................................................................................iii
DAFTAR
ISI ............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................
1.1 Latar belakang ..........................................................................................
1
1.2 Rumusan
masalah......................................................................................7
1.3 Tujuan penelitian ......................................................................................7
1.4 Manfaat penelitian ....................................................................................
7
1.5 Hipotesis ...................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang memiliki luas perairan atau laut yang
sangat luas, sehingga masyarakat Indonesia banyak yang tinggal di sepanjang
pantai dan yang memperoleh kehidupan dari laut. Karena itu banyak penduduk
yang menggantungkan hidupnya dari sumber pendapatan dari laut. Penduduk yang
mata pencahariannya berhubungan erat dengan lingkungannya dan mata
pencaharian tersebut berkaitan dengan pola konsumsinya. Dalam ilmu ekonomi,
pengertian konsumsi lebih luas dari pada pengertian konsumsi dalam percakapan
sehari-hari. Dalam percakapan sehari-hari konsumsi dimaksudkan sebagai hal
yang berkaitan dengan makanan atau minuman. Dalam ilmu ekonomi, semua
barang dan jasa yang digunakan oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhannya
disebut pengeluaran konsumsi, dikonsumsi artinya digunakan secara langsung
untuk memenuhi kebutuhan (Hanum N,2018).
Negara Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan laut yang
dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan ekonomi apabila mampu terus
mengembangkan sektor perikanan laut yang didukung oleh kebjijakan laut polititis
pemerintah serta sistem pemasaran ikan laut yang baik. Hal ini diantaranya dapat
diamati pada pola konsumsi ikan dan pendapatan nelayan di Kabupaten Tanjung
Jabung Barat. Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan tempat penghasil ikan
laut dan jenis jenis udang lainnya terbanyak di Provinsi Jambi. Jumlah produksi
perikanan laut per jenis ikan nya adalah dapat mencapai kisaran 21.718,9 Ton
pertahun nya. Guna meningkatkan kualitas pola konsumsi terutama pada proses
perindustrian udang dan ikan mulai dari nelayan pengumpul, pedagang grosir,
vii
pedagang pengecer, sampai kepada masyarakyat (konsumen) diperlukan upaya
peningkatan pola konsumsi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
(1) meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil;
(2) meningkatkan penerimaan dan devisa negara;
(3) mendorong perluasan kesempatan kerja;
(4) meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan;
(5) mengoptimalkan pengelolaan sumber daya ikan;
(6) meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya saing;
(7) meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan;
(8) mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya ikan; dan
viii
perikanan sudah menjadi sektor yang paling unggul di Indonesia karena
kondisi geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki
kelimpahan sumberdaya perikanan tangkap sangat besar. Kekayaan alam yang
melimpah pada sektor sumberdaya laut normalnya memberi dampak positif
bagi masyarakat pesisir khususnya yang berprofesi sebagai nelayan.
Sumberdaya perikanan secara potensial dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan, namun faktanya masih
banyak nelayan yang berada pada kondisi ekonomi yang kurang baik atau
rendah karena tidak dapat meningkatkan hasil tangkapannya, sehingga
pendapatan mereka pun tidak meningkat .
Umumnya nelayan terdiri dari masyarakat yang status pendidikan nya relatif
rendah. Kegiatan melautnya ditentukan oleh alam dan lingkungannya.
Kemampuan mereka dalam meningkatkan pendapatan cukup untuk
menghidupi keluarga serta membangun hari depan yang lebih baik,cukup
rendah(Argo.BW.et all(2016)
ix
ada sisa hanya bisa untuk mengkonsumsi barang atau jasa yang sangat
dibutuhkan sehingga untuk menabung sangat sedikit peluangnya.
Keanekaragaman pola konsumsi tergantung pada pendapatan rumah tangga,
tingkat pendapatan yang berbedabeda mengakibatkan perbedaan taraf
konsumsi, hal ini berarti bahwa pendapatan sangat mempengaruhi tingkat
konsumsi seseorang. Sehingga antara konsumsi dengan pendapatan juga
dijelaskan dalam teori Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini sangat
dipengaruhi oleh pendapatan disposibel saat ini Pada umumnya, hubungan
faktor produksi, harga produksi dan pendapatan berbanding positif. Faktor
produksi (input) dalam bidang penangkapan ikan antara lain modal, jumlah
ABK, kapal, mesin utama dan mesin gardan. Penggunaan faktor-faktor
produksi secara efisien akan menghasilkan kenaikan produksi yang optimal.
Efisiensi dalam suatu proses produksi mempunyai arti penting dalam upaya
peningkatan pendapatan. Jika efisiensi produksi dilaksanakan dengan benar
maka akan mendorong penggunaan faktor-faktor produksi secara optimal,
yang selanjutnya akan memberikan keuntungan maksimum bagi pelaku usaha
(Novianty.RN,W, 2014). Fungsi produksi perikanan jangka pendek adalah
hubungan antara tangkapan (catch) dengan upaya (effort), sementara dalam
jangka panjang merupakan hubungan antara penangkapan dan rata-rata
penangkapan yang bisa didapat dalam waktu tertentu tanpa mempengaruhi
stok ikan. Terdapat 4 tahapan produksi sumberdaya alam dilihat dari jumlah
penggunaan input. Tahap I, produksi yang dapat mencapai keuntungan
ekonomi yang maksimum (Maximum Economic Yield/MEY) yaitu dapat
dikatakan sumberdaya tersebut masih dalam tahap kejayaan secara ekonomis,
karena dapat memberikan tambahan hasil yang semakin meningkat dengan
bertambahnya input produksi. Tahap II, produksi yangdapat mencapai jumlah
produksi fisik yang maksimum (Maximum Sustainable Yield/MSY) yaitu
semakin banyak penggunaan input maka sumberdaya ini akan memberikan
hasil yang semakin berkurang. Tahap III, produksi yang tidak memperoleh
untung atau rugi (break even point atau open acsess). Tahap IV, produksi yang
merugi. Jika produksi mulai masuk pada tahap III dan IV, akan mengalami
hukum berkurangnya hasil (law of diminishing return) bila ditambahkan input
produksi, perilaku produksi tersebut terjadi pada semua sumberdaya alam
x
termasuk perikanan. Hubungan antara MEY, MSY dan Open Access
Equilibrium
Penelitian produksi hasil tangkapan perikanan laut menjadi sesuatu hal yang
sangat relevan bila ditinjau dari aspek pemasaran ikan. Hal tersebut merupakan
peluang yang besar dalam pengembangan agroindustry kelautan di
Tanjabbar,Jambi. Kuala tungkal merupakan prasarana ekonomi perikanan guna
memperlancar kegiatan perdagangan ikan mulai dari kapal
penangkap,penyimpanan dan pemasaran hasil perikanan serta pengembangan
nya sehingga harus dirumuskan strategi yang mampu memberikan keuntungan
dan kepuasan masing masing pihak sebagai stakeholder(pengambil keputusan)
dalam pengusahaan perikanan laut.
xi
diketahui. Disamping itu juga untuk mengetahui arah hubungan antara variabel tak
bebas dengan variabel-variabel bebas
xii
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pendapatan,
pengaruh ratio nelayan, dan pengaruh jumlah anggota keluarga terhadap
konsumsi ikan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
4. Bagi Pemerintah
Penelitian ini berguna sabagai masukan bagi pemerintah dalam upaya
meningkatkan konsumsi ikan yang ada di Provinsi Jambi.
1.5 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, landasan teori dan penelitian sebelumnya maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah pendapatan, jumlah tanggungan keluarga dan
produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi rumah tangga
nelayan di Kabupaten Tanjung Jabung barat,Jambi
xiii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Q = f ( K, L, R, T)…………………………….
Dimana : K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja, R adalah
kekayaan alam, dan T adalah teknologi yang digunakan. fungsi produksi umum
untuk setiap proses produksi yang ditandai oleh eksternalitas dan masukan
nonhomogen dapat diberikan oleh: Q = F (V, M) di mana V adalah vektor input k
dan M adalah matriks kxp momen karakteristik distribusi elemen input yang sesuai
dari V. misalnya, untuk Vi, faktor input ith , , , …… h , , adalah p saat
menggambarkan distribusi ukuran Vi. M bukanlah sebuah matriks konstan. jika M
adalah konstan sehubungan dengan tingkat output, maka asumsi Input homogen
dan fungsi produksi konvensional, Q = F (V) akan diganti Q = F (V, M).
xiv
dan Fathorrozi dalam Dwinda L.D,(2016), produksi merupakan hasil akhir dari
proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input.
Lebih lanjut Ahmad Ridha (2017) mengatakan produksi atau memproduksi
menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan
bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih
spesifik lagi produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan
berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum
Menurut Samuelson et all dalam Asmanah,D et all (2002) fungsi produksi
adalah kaitan antara jumlah output maksimum yang bisa dilakukan mabsing-
masing dan tiap perangkat input (faktor produksi). Fungsi ini tetap untuk tiap
tingkatan teknologi yang digunakan. Fungsi produksi ditetapkan oleh teknologi
yang tersedia, yaitu hubungan masukan/keluaran untuk setiap sistem produksi
adalah fungsi dari karakteristik teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan dan
sebagainya yang dipergunakan perusahaan.
2.2 Pendapatan
xv
Menurut Ramlan dalam Hanum N,(2018) pendapatan dibagi dua yaitu
pendapatan bersih dan pendapatan kotor. Pendapatan bersih adalah pendapatan
yang telah mengalami pengurangan dari hasil produksi. Menurut Sukirno dalam
(Hanum N,2018) menyatakan dalam arti ekonomi bahwa pendapatan merupakan
balas jasa atas penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh sektor rumah
tangga dan sektor perusahaan yang dapat berupa gaji/perusahaan, sewa, bunga
serta keuntungan/profit. Pendapatan dapat dihitung melalui tiga cara yaitu:
a. Cara pengeluaran. Cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan
nilai pengeluaran/perbelanjaan ke atas barang- barang dan jasa.
b. Cara produksi. Cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai
barang dan jasa yang dihasilkan.
c. Cara pendapatan. Dalam perhitungan ini pendapatan diperoleh dengan
cara me njumlahkan seluruh pendapatan yang diterima.
Berbicara mengenai faktor yang mempengaruhi konsumsi, pendapatan
adalah hal yang paling mempengaruhi. Karena semakin besar pendapatan yang
diterima oleh seseorang, maka akan semakin besar pula daya belinya. Namun,
sebaliknya jika pendapatan seseorang semakin kecil, maka akan semakin kecil
juga kemampuan membeli atau menggunakan jasanya.
xvi
tentunya sumber daya manusia. Goldin dalam Esa G A, (2019) menggambarkan
teori Modal Manusia (Human Capital) yaitu pengetahuan keahlian, dan kondisi
kesehatan yang punyai oleh manusia juga memberikan pengaruh terhadap hasil
produksi. Produksi ikan tentunya dipengaruhi oleh pengalaman melaut seorang
nelayan seiring dengan bertambah pengalaman akan menambah pengetahuan
dalam menangkap ikan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian dalam Esa G
A, (2019) produktivitas seseorang yang dipengaruhi oleh pengalaman bekerja, dan
pengalaman kerja mempengaruhi jumlah rata-rata pendapatan yang didapatkan.
Tentunya semakin lama pengalaman melaut yang dimiliki oleh nelayan maka akan
menambah keahlian dalam menangkap (produksi) ikan sehingga ikan yang
ditangkap menjadi lebih banyak, dan pendapatan yang diterima akan semakin
meningkat melalui penjualan ikan (Susan dalam Esa G A, (2019))
• Layanan Pendidikan
1. Pendidikan kejar paket
xvii
Anak nelayan yang kesulitan menjangkau akses pendidikan formal perlu
diidentifikasi untuk diberikan layanan pendidikan non formal berupa pendidikan
kejar paket yang disesuaikan dengan kebutuhannya sebagai anak nelayan.
2. Sekolah komunitas
Sekolah komunitas bagi anak nelayan merupakan sebuah konsep layanan
pendidikan yang berbasis pada komunitas nelayan dimana komunitas ini secara
bersamasama turut bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak mereka dengan
pemberdayaan setiap potensi yang dimiliki kelompok masyarakat pesisir tersebut.
Dalam sekolah komunitas, peran serta masyarakat dengan segala potensinya lebih
menonjol dalam upaya penuntasan pendidikan anak-anak mereka. Oleh karena itu
konsep pendidikan berbasis komunitas pesisir ini lebih menekankan pada capaian
hasil pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan serta kondisi aktivitas
masyarakat nelayan dari pada kepatuhan terhadapan tuntutan formalitas
pendidikan sekolah pada umumnya, seperti seragam, tempat belajar, jadwal ketat
dan kaku, serta saranaprasarana belajar yang baku dan sebagainya.
b. Modal Kerja
Modal terbagi menjadi dua yaitu modal tetap dan modal bergerak. Moal
tetap merupakan dimulai dari biaya produksi sampai dengan bunga modal,
sedangkan modal bergerak ialah akan dijadikan langsung menjadi biaya produksi.
Sector perikanan dipengaruhi oleh modal kerja. Modal kerja yang tinggi per unit
usaha digunakan dengan harapan produksi ikan yang baik, maka modal tersebut
dinamakan sebagai modal intensif. Sebagian daripada modal akan digunakan
sebagai modal biaya operasional untuk menyediakan sarana dan prasarana yang
akan dibutuhkan dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan
c. Pengalaman
Pengalaman adalah periode waktu bekerja sebagai nelayan selama masa
hidupnya, pengalaman yang dimiliki akan berpengaruh pada produktivitas nelayan.
Pengalaman adalah periode waktu bekerja sebagai nelayan selama masa hidupnya,
pengalaman yang dimiliki akan berpengaruh pada produktivitas nelayan.
d. Jarak Tempuh
Jarak tempuh nelayan dalam menangkap ikan sesuai dengan alat tangkap
yang digunakan, ada nelayan yang melakukan penangkapan ikan hanya sehari saja,
xviii
3 hari atau bisa lebih dari seminggu untuk menangkap ikan di laut.
e. Harga Ikan
Harga ikan merupakan hasil yang dinyatakan dalam bentuk uang, gaji
atau jasa dalam penangkapan ikan atau sama dengan upah para nelayan. Apabila
harga ikan naik dipasar maka hasil pendapatan yang didapatkan oleh nelayan akan
tinggi pula, begitu sebaliknya jika harga ikan di pasaran rendah maka hasil
pedapatan yang didapatkan oleh nelayan akan rendah pula.
f. Jumlah Tangkapan
Jumlah tangkapan yang didapatkan oleh nelaya pada saat menangkap ikan
tergantung dari nelayan itu sendiri, musim penangkapan dan jumlah ikan yang
tersedia di perairan tersebut.
g. Lama Melaut
Menurut Becker dalam Jayanti (2016) menggambarkan tentang teori
alokasi waktu yang dikenal dengan A Theory of the Allocation of Time,
mengungkapkan yakni seluruh manusia mempunyai durasi waktu bekerja dan
kegiatan lainnya. Dewi dalam Wiyasa (2017) mengemukakan bahwa produktivitas
pekerja juga dipengaruhi oleh curahan jam kerjanya atau lama waktu untuk
bekerja.
2.3 Nelayan
Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan
ikan (Undang-Undang No 31 Tahun 2004). Sedangkan nelayan tradisional atau
nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan
ikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Nelayan juga bisa dikatakan orang
yang melakukan penangkapan ikan di laut, yang bergantung pada cuaca, dan
menggantungkan hidupnya di laut. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok,
yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan. Nelayan buruh
adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Nelayan juragan
adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain.
Sedangkan nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap
sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain (Subri, 2005).
xix
UU No. 45 Tahun 2009 menyebutkan bahwa nelayan adalah orang yang
mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Menurut Damayanti,H.O
(2016), Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup,
tumbuh, dan berkembang di kawasan pesisir, yaitu suatu kawasan transisi antara
wilayah darat dan wilayah laut. Sebagai salah satu sistem, masyarakat nelayan
terdiri atas kategori-kategori sosial yang membentuk kekuatan sosial. Faktor
budaya ini menjadi pembeda masyarakat nelayan dari kelompok masyarakat
lainnya. Sebagian besar masyarakat pesisir, baik langsung maupun tidak langsung
menggantungkan kelangsungan hidupnya dari mengelola potensi sumberdaya
perikanan. Mereka menjadi komponen utama konstruksi masyarakat maritim
Indonesia.
a). Pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan dapat diperkirakan
sebelumnya, sebagai contoh adalah pendapatan dan gaji atau upah.
b). Pendapatan yang diperoleh dan hasil semua faktor yang menentukan kekayaan
seseorang menangkap ikan bisa meningkatan pendapatan atau keuntungan.
Faktor yang paling utama yang mempengaruhi daya beli nelayan yang rendah
ialah pendapatan nelayan yang cukup rendah, hal ini terjadi akibat beberapa aspek
yaitu cuaca atau iklim di Indonesia yang cukup ekstrim sehingga mengakibatkan
nelayan tidak bisa menangkap ikan di laut, selain itu juga hampir sebagian besar
nelayan di Indonesia belum mempunyai armada dan alat tangkap nya sendiri atau
sering disebut juga sebagai buruh nelayan. Kesejahteraan nelayan sangat
berpengaruh terhadap daya beli nelayan itu sendiri, apabila tingkat kesejahteraan
nelayan itu masih rendah maka daya beli nelayan itu juga akan rendah.( Ardhianto
R, Y. Titik Haryati2, 2016)
xx
Elastisitas pendapatan yang negatif terkait dengan barang inferior; peningkatan
pendapatan akan mengakibatkan penurunan permintaan.
Elastisitas pendapatan yang positif terkait dengan barang normal; peningkatan
pendapatan akan mengakibatkan peningkatan permintaan. Jika elastisitas
pendapatan suatu komoditas lebih kecil dari 1, maka barang itu adalah barang
sehari-hari. Jika elastisitas pendapatan lebih besar dari 1, barang itu
adalah barang mewah atau barang superior.
Elastisitas pendapatan nol (atau inelastik) berlaku bila peningkatan pendapatan
tidak mengakibatkan perubahan permintaan.
Ikan merupakan salah satu sumber protein yang mudah dicerna oleh tubuh
manusia, dengan nilai gizi yang sebanding dengan daging. Kandungan protein
pada ikan diantarnya adalah kalsium, posfor, zat besi, vitamin A dan omega
yang merupakan kebutuhan tubuh manusia. Oleh karena itu, pada umunya
rumah tangga mengkonsumsi ikan, walupun dengan jumlah serta jenis ikan
yang dikonsumsi berbeda. Tingkat konsumsi ikan pada rumah tangga,
dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama pendapatan, jumlah anggota keluarga
dan harga. Pendapatan mempengaruhi kemampuan untuk membeli ikan,
banyak sedikitnya anggota rumah tangga akan mempengaruhi jumlah ikan
yang harus dipenuhi dan dibeli untuk konsumsi, dan harga akan mempengaruhi
keputusan untuk membeli atau tidak membeli ikan tersebut. Oleh karena itu,
pendapatan, jumlah anggota keluarga dan persepsi terhadap harga dipilih
xxi
sebagai variabel yang mempengaruhi konsumsi ikan rumah tangga. Rumah
tangga yang dipilih untuk diteliti adalah rumah tangga masyarakat di
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rumah tangga masyarakat nelayan di
Kabupaten ini dipilih untuk diteliti karena mempunyai basis yang berbeda.
Masyarakat di Kabupaten Tanjung jabung Barat ini berbasis nelayan.
Kegiatan konsumsi adalah upaya yang dilakukan oleh setiap manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya baik kebutuhan pangan ataupun non pangan
sehingga terciptalah kepuasan dan kesejahteraan hidup. Konsumsi juga dapat
diartikan sebagai pemakaian atau penggunaan barang dan jasa oleh suatu
rumah tangga. Dapat disimpulkan bahwa, konsumsi adalah suatu kegiatan
pemakaian manfaat atau nilai guna dari barang dan ataupun jasa yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Nurhadi dalam Hanum. N (2005)
xxii
konsumsi pangan, terutama pada golongan miskin, selain pendapatan, faktor
ekonomi yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah harga pangan dan non
pangan. Harga pangan yang tinggi menyebabkan berkurangnya daya beli yang
berarti pendapatan riil berkurang. Keadaan ini menyebabkan konsumsi pangan
berkurang sedangkan faktor sosio-budaya dan religi yaitu aspek sosial budaya
berarti fungsi pangan dalam masyarakat yang berkembang sesuai dengan keadaaan
lingkungan, agama, adat, kebiasaan dan pendidikan masyarakat tersebut.
Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh terhadap
pemilihan bahan makanan yang digunakan untuk dikonsumsi. Kebudayaan
mempengaruhi seseorang dalam konsumsi pangan yang menyangkut pemilihan
jenis bahan pangan, pengolahan, serta persiapan dan penyajiannya
xxiii
2.5 Jumlah Tanggungan Keluarga
xxiv
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
xxv
3.3. Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan adalah data times series atau runtut
waktu dengan menggunakan data selama 10 tahun terakhir dari 2011 sampai 2020
Y=TR-TC
Keterangan:
Y= Pendapatan Nelayan
TR= Total Penerimaan
TC= Total Biaya
3.3.2 Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan tabulasi, sedangkan untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan dilakukan dengan
menggunakan analisis statistic dengan menggunkan software SPSS Statistik v21.0
untuk mempermudah perhitungan dan analisis. Metode yang digunakan adalah
metode regresi linier berganda dengan persamaan regresi sebagai berikut:
Y=a+b₁X₁+b₂X₂+b₃X₃+b₄X₄+b₅
X₅+e Keterangan: Y= Pendapatan Nelayan
a=Konstanta b₁-₅= Koefisien regresi
X₁=Modal
X₂= Tenaga Kerja
X₃= Pengalaman
X₄=Harga Ikan
X₅=Jumlah Tangkapan
e= Residual
3. 3.3Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan dalam penelitian ini meliputi uji khi kuadrat,
analisis korespondensi, dan analisis logit. Uji khi kuadrat dilakukan untuk
xxvi
mengevaluasi keterkaitan antara frekuensi makan ikan dan peubah demografi
(pengeluaran per bulan dan jumlah anggota keluarga). Hasil uji khi dipilih peubah
yang nyata untuk dilakukan analisis menggunakan analisis korepondensi untuk
melihat hubungan kedekatan antara peubah yang nyata dan frekuensi konsumsi
ikan. Analisis logit digunakan untuk mengidentifikasi factor yang mempengaruhi
terhadap mengkonsumsi ikan. Model logit antara lain:
Li=In
=𝛽0 + 𝛽1 ×1 𝑖+𝛽2 ×2 𝑖 + ⋯
Keterangan:
L = model logit/keputusan mengkonsumsi, diukur dengan frekuensi
makan ikan
P₁ = Peluang
= koefisien regresi populasi u
= galat
xxvii
Uji heteroskedastisitas dideteksi dengan menganalisis penyebaran titik yang
terdapat pada scatter plot yang dihasilkan dari pengolahan data SPSS dengan dasar
pengambilan keputusan jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk
suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit)
maka telah terjadi heteroskedastisitas (Suliyanto dalam Asmanah,D et all 2011). d.
Uji normalitas
Menurut Herawati dalam Asmanah,D et all (2008), uji normalitas adalah uji yang
bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel penggangguatau
residual memiliki distribusi normal. Cara untuk melihat normalitas residual adalah
melalui analisis grafik (Histogram dan Normal P-Plot).
H0 : Faktor produksi modal, tenaga kerja, kapal, mesin utama dan mesin gardan
tidak berpengaruh terhadap pendapatan nelayan di Kabupaten Tanjabbar. H1 :
Faktor produksi modal, tenaga kerja, kapal, mesin utama dan mesin gardan
berpengaruh terhadap pendapatan nelayan di Kabupaten Tanjabbar. Pengambilan
kesimpulan dapat dilakukan dengan membandingkan nilai p-value (pada kolom
sig) dan level of significant (0,05). Uji F menunjukkan variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen jika p-value < 0,05. Uji t
menunjukkan besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara
individual terhadap variabel dependen jika p-value < 0,05 (Suliyanto dalam
Asmanah,D et all 2011).
xxviii
DAFTAR PUSTAKA
xxix
xxx