Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS RISIKO USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA

(Kasus: Usaha Budidaya Tilapia Fish Farm di Desa Riding


Panjang, Kecamatan Merawang, Kab. Bangka)

PRPOSAL PENELITIAN

Oleh:
DAMA AHMAD YANI
2061511010
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI AKUAKULTUR
BALUNIJUK
2020
ANALISIS RISIKO USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA
(Kasus: Usaha Budidaya Tilapia Fish Farm di Desa Riding
Panjang, Kecamatan Merawang, Kab. Bangka)

Oleh
Dama Ahmad Yani
2061511010

Telah diterima sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian di


Program Studi Akuakultur Fakultas Pertanian, Perikanan, dan Biologi

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Endang Bidayani, S.Pi.,M.Si Denny Syaputra, S.Pi.,M.Si


NP. 407806007 NIP. 197912062014041002

Balunijuk, Juni 2020


Ketua Program Studi Akuakultur

Dr. Endang Bidayani S.Pi, M.Si


NP. 407806007

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Analisis
Risiko Usaha Pembenihan Ikan Nila (Kasus: Usaha Budidaya Tilapia Fish Farm
di Desa Riding Panjang, Kecamatan Merawang, Kab. Bangka)”.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimaksih yang
sebesar-besarnya kepada :
1) Kepada kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan yang tiada
hentinya dan mendoakan penulis hingga saat ini;
2) Kepada Ibu Dr. Endang Bidayani S.Pi., M.Si selaku ketua program studi
Akuakultur sekaligus pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan;
3) Bapak Ahmad Fahrul Syarif S.Pi.,M.Si selaku pembimbing akademik dan
skripsi yang selalu memberikan masukan dan motivasi kepada penulis.
4) Ibu Winsi Ratnasari A.Md., yang berperan besar dalam membantu
memudahkan segala persoalan administrasi, baik pembuatan proposal maupun
administrasi selama perkuliahan;
5) Seluruh Dosen Program Studi Akuakultur yang telah memberikan ilmu dan
bantuan yang bermanfaat selama perkuliahan;
6) Kepada Keluarga besar Akuakultur 15 yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu yang telah membantu dan dukungan serta memberikan motivasi untuk
penulis.
Penulis menyadarai bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna,
tetapi penulis berusaha menyelesaikan sebaik-baiknya dengan harapan proposal
ini dapat berguna.

Balunijuk, Juli 2020

Dama Ahmad Yani

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
DAFTAR ISI............................................................................................... iv
DAFTAR TABEL...................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. vii
I. PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................. 2
11. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
2.1 Ikan Nila (Oreochromis nioticus)..................................................... 3
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila..................................... 3
2.1.2 Habitat Ikan Nila (Oreochromis niloticus)........................... 4
2.2 Pengertian Risiko.............................................................................. 4
2.3 Sumber-Sumber Risiko..................................................................... 5
2.4 Manajemen Risiko............................................................................. 6
2.5 Pengukuran Risiko............................................................................ 7
2.6 Pemetaan Risiko................................................................................ 7
2.7 Penanganan Risiko............................................................................ 8
III. METODOLOGI.................................................................................. 10
3.1 Waktu dan Tempat............................................................................ 10
3.2 Jenis dan Sumber Data...................................................................... 10
3.3 Metode Pengumpulan Data............................................................... 11
3.4 Analisa Data...................................................................................... 11

iv
3.4.1 Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko............................ 12
3.4.2 Analisis Dampak Risiko....................................................... 13
3.4.3 Pemetaan Risiko................................................................... 15
3.4.4 Alternatif Strategi................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR TABEL

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)............................................. 3


Gambar 2. Pengelolaan Risiko..................................................................... 6
Gambar 3. Peta Risiko................................................................................. 15
Gambar 4. Preventif Risiko.......................................................................... 16
Gambar 5. Mitigasi Risiko........................................................................... 16

vii
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bangka Belitung merupakan salah satu Provinsi Kepulauan yang memiliki
potensi sumber daya kelautan dan perikanan, terutama di perairan air tawar.
Produksi usaha budidaya ikan air tawar tersebar pada berbagai kabupaten di
Bangka Belitung, salah satunya di kabupaten Bangka. Komoditas usaha budidaya
air tawar di Bangka Belitung yang sedang berkembang saat ini adalah ikan lele,
gurame, patin, dan nila (DKP Bangka, 2018).
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas yang
populer dibudidaya oleh petani. Laju pertumbuhan dan perkembangbiakan yang
cepat serta penyesuaian diri yang baik mejadi faktor ikan nila menjadi salah satu
ikan yang populer dibudidaya (Khairuman dan Amri, 2008). Sebagian besar usaha
budidaya ikan nila bergerak pada skala rumah tangga hingga perusahaan.
Usaha budidaya air tawar juga dapat dilakukan mulai dari usaha
pembenihan yang menghasilkan ukuran benih tertentu hingga usaha pembesaran
yang menghasilkan ukuran ikan konsumsi. Setiap segmen usaha tersebut
membutuhkan penanganan yang berbeda, sehingga akan membutuhkan biaya
operasional yang berbeda juga. Selain itu, baik pada segmen usaha pembenihan
ataupun pembesaran memiliki keunggulan masing-masing yang diyakini pelaku
usaha akan memberikan keuntungan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki
(Putri, 2016).
Pelaku usaha budidaya yang bergerak pada segmen usaha pembenihan akan
menghadapi risiko usaha. Risiko yang dihadapi akan dapat mengakibatkan
kerugian bagi pelaku usaha. Penyebab dari pada risiko suatu usaha dapat
disebabkan oleh faktor-faktor operasional atau faktor-faktor keuangan. Faktor-
faktor operasional terdiri dari faktor manusia, alam, teknologi dan aturan.
Menurut Kountur (2006), faktor alam dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu
bencana alam, kondisi alam, dan makhluk alam (Bakteri, Virus, Fungi dan
Manusia). Sedangkan faktor-faktor keuangan terdiri dari harga, nilai tukar mata
uang, dan tingkat bunga (Kountur, 2004). Dengan demikian, diperlukan
2

pendekatan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang dihadapi


pembudidaya, probabilitas terjadinya risiko tersebut, dampak akibat risiko dan
strategi alternatif untuk penanganannya pada suatu usaha pembenihan ikan nila
yang memiliki risiko.

1.2 Rumusan Masalah


Tilapia Fish Farm (TFF) merupakan salah satu usaha budidaya perikanan di
Desa Riding Pajang, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka. Setiap kegiatan
usaha tidak akan lepas dari kemungkinan risiko yang akan menimbulkan kerugian
bagi petani pembudidaya ikan nila. Salah satu risiko yang paling mengancam
dalam usaha pembenihan ikan nila disebabkan oleh faktor alam, seperti iklim,
cuaca, banjir, dan serangan penyakit. Hal-hal seperti ini tentu sulit untuk
dikendalikan oleh manusia dan sulit diprediksi sehingga mengakibatkan turunnya
produksi dan menjadi masalah bagi pembudidaya ikan nila di Tilapia Fish Farm
(TPP). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang analisis risiko usaha
pembenihan ikan nila di Tilapia Fish Farm (TFF) untuk mengidentifikasi risiko
serta memberikan usulan strategi alternatif.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko usaha pembenihan ikan nila yang
dihadapi oleh Tilapia Fish Farm (TFF).
2. Mengetahui probabilitas dan dampak dari terjadinya risiko pembenihan
ikan nila di Tilapia Fish Farm (TFF).
3. Memberikan usulan strategi alternatif bagi sumber-sumber risiko usaha
pembenihan ikan nila dihadapi oleh Tilapia Fish Farm (TFF).

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang ingin diperoleh dari hasil penelitian ni sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa atau peneliti lain, sebagai tambahan informasi dan
pembanding bagi peneliti selanjutnya.
3

2. Bagi petani atau pembudidaya ikan, sebagai bahan informasi dan acuan
bagi petani dalam upaya pengambilan keputusan dalam kegiatan usaha
pembenihan ikan nila di Tilapia Fish Farm (TFF)
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Nila ( Oreochromis niloticus)


2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai konsumsi
cukup tinggi. Bentuk tubuh memanjang dan pipih ke samping dan warna putih
kehitaman atau kemerahan. Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan danau-danau
sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang
beriklim tropis dan subtropis. Di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak
dapat hidup baik (Sugiarto, 1988). Ikan nila banyak disukai karena dagingnya
enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah (Sumantadinata, 1981). Menurut
Saanin (1984), ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai klasifikasi sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Sub kelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


5

2.1.2 Habitat Ikan Nila (Oreovhromis niloticus)


Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang umum hidup di perairan tawar,
terkadang ikan nila juga dapat ditemukan hidup di perairan yang agak asin
(payau). Ikan nila dikenal sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada
kisaran salinitas yang lebar). Ikan nila mendiami berbagai habitat air tawar,
termasuk saluran air yang dangkal, kolam, sungai dan danau. Ikan nila dapat
menjadi masalah sebagai spesies invasif pada habitat perairan hangat, tetapi
sebaliknya pada daerah beriklim sedang karena ketidakmampuan ikan nila untuk
bertahan hidup di perairan dingin, yang umumnya bersuhu di bawah 21°C
(Harrysu, 2012).
Ikan nila mempunyai kemampuan tumbuh secara normal pada kisaran suhu
14-38°C dengan suhu optimum bagi pertumbuhan dan perkembangannya yaitu
25-30°C. Pada suhu 14°C atau pada suhu tinggi 38°C pertumbuhan ikan nila akan
terganggu. Pada suhu 6°C atau 42°C ikan nila akan mengalami kematian.
Kandungan oksigen yang baik bagi pertumbuhan ikan nila minimal 4mg/L,
kandungan karbondioksida kurang dari 5mg/L dengan derajat keasaman (pH)
berkisar 5-9 (Amri, 2003). Menurut Santoso (2001), pH optimum bagi
pertumbuhan nila yaitu antara 7-8 dan warna di sekujur tubuh ikan dipengaruhi
lingkungan hidupnya. Bila dibudidayakan di jaring terapung (perairan dalam)
warna ikan lebih hitam atau gelap dibandingkan dengan ikan yang dibudidayakan
di kolam (perairan dangkal (Sucipto dan Prihartono, 2005).

2.2 Pengertian Risiko


Ada berbagai macam definisi mengenai risiko. Norken et al (2015),
mengemukakan risiko sebagai faktor yang memberikan pengaruh buruk dan harus
ditangani untuk tercapainya penyelesaian pekerjaan yang dibatasi oleh waktu,
biaya dan kualitas. Risiko juga dapat diartikan sebagai kerugian akibat dari
munculnya suatu kejadian yang tidak diharapkan. Kejadian yang tidak diharapkan
ini bisa muncul dari berbagai sumber (Sunaryo, 2007). Menurut Labombang
(2011) risiko adalah variasi hal yang mungkin terjadi secara alami atau
kemungkinan terjadinya peristiwa di luar hal yang diharapkan yang mengancam
6

keuntungan properti dan keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi.


Menurut Vaughan (1978) ada 3 definisi risiko yang yakni :
1. Risk is the Chance of Loss (risiko adalah peluang terjadinya kerugian).
2. Risk is the Possibility (risiko adalah kemungkinan kerugian)
3. Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian).

2.3 Sumber-Sumber Risiko


Menurut Harwood et al (1999) dan Moschini dan Hennessy (1990), dalam
Pratiwi (2013), beberapa sumber risiko yang dihadapi oleh petani diantaranya
adalah risiko produksi, risiko pasar atau harga, risiko kelembagaan, risiko
kebijakan dan risiko finansial. Sumber-sumber risiko tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut. 1. Risiko Produksi Sumber risiko yang berasal dari kegiatan
produksi diantaranya adalah gagal panen, produksi rendah, kualitas kurang baik.
Hal ini bisa disebabkan oleh hama dan penyakit, curah hujan, kesalahan
sumberdaya manusia, maupun teknologi.
2. Risiko Pasar atau Harga Risiko pasar bisa terjadi karena produk tidak dapat
terjual. Disebabkan oleh perubahan harga output, permintaan rendah, ataupun
banyak produk substitusi.
3. Risiko Kelembagaan Risiko yang ditimbulkan dari kelembagaan terjadi karena
perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah, baik dari segi penggunaan
pestisida dan obat-obatan, pajak, kredit.
4. Risiko Kebijakan Risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan antara lain
adanya kebijakan-kebijakan tertentu yang keluar dari dalam hal ini sebagai
pemegang kekuasaan pemerintah yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha.
Kebijakan dalam artian tersebut membatasi gerak dari usaha tersebut. Contohnya
adalah kebijakan tarif ekspor.
5. Risiko Finansial Risiko finansial terjadi karena tidak mampu membayar hutang
jangka pendek kenaikan tingkat suku bunga pinjaman, piutang tak tertagih
sehingga menyebabkan penerimaan produksi menjadi rendah.
Sumber-sumber penyebab adanya risiko pada budidaya pertanian sebagian
besar dikarenakan oleh beberapa faktor seperti perubahan iklim, suhu, cuaca,
hama dan penyakit, penggunaan input serta adanya kesalahan teknis (human error)
7

dari tenaga kerja (SDM). Risiko tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat
diminimalkan sekecil mungkin, biasanya dengan melakukan berbagai cara seperti
penggunaan teknologi terbaru, usaha penanganan secara intensif, serta pengadaan
input yang berkualitas seperti SDM, benih/bibit dan obat-obatan.

2.4 Manajemen Risiko


Menurut Kountur (2006) yang dimaksud dengan manajemen risiko adalah
cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan
yang disebabkan oleh adanya risiko. Pentingnya manajemen risiko diantaranya
adalah menerapkan tata kelola usaha yang baik, menghadapi lingkungan usaha
yang cepat berubah, mengukur risiko usaha, pengelolaan risiko yang sistematis
serta untuk memaksimumkan laba. Manajemen risiko dapat dilakukan dengan
adanya kesadaran mengenai risiko yakni dapat dilakukan dengan mengidentifikasi
risiko yang ada, mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekuensi risiko-risiko
yang ada, dan mengomunikasikan ke seluruh bagian berbagi risiko yang ada
sehingga dapat dicari penanganannya. Manajemen risiko dilaksanakan secara
terus menerus dan dimonitor secara berkala. Manajemen risiko bukanlah suatu
kegiatan yang dilakukan sesekali. Harwood et al (1999), mengatakan bahwa
manajemen risiko dapat memaksimalkan pendapatan petani dalam hal ini
melakukan pemahaman risiko yang mencakup akan adanya kesadaran tentang
risiko, melakukan pengukuran risiko dan dapat mengendalikannya. Manajemen
risiko meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, serta koordinasi
dalam pengelolaan setiap risiko yang ada. Sistematika pengelolaan risiko menurut
Kountur (2008) dapat dilihat pada Gambar 2.

Identifikasi Risiko Daftar Risiko

1. Peta Risiko
Evaluasi Pengukuran Risiko
2. Status Risiko

Usulan (Penanganan
Penanganan
Risiko)
Gambar 2. Pengelolaan Risiko
8

2.5 Pengukuran Risiko


Berdasarkan beberapa pengertian mengenai manajemen risiko, maka dapat
disimpulkan bahwa manajemen risiko merupakan sebuah cara yang sistematis
dalam memandang sebuah resiko untuk menentukan penanganan risiko secara
tepat. Dengan demikian, pengukuran risiko merupakan alat yang digunakan untuk
melihat seberapa besar probabilitas suatu kejadian dapat terjadi dan dampak
kerugian yang ditimbulkan dari suatu risiko tersebut. nilai probabilitas dan
dampak tersebut digunakan untuk mengetahui penanganan terhadap risiko itu
sendiri. Kountur (2006) menjelaskan bahwa sangat penting untuk mengetahui
berapa besar kemungkinan dari suatu kejadian dan berapa besar akibat kerugian
yang dapat ditimbulkan dari kejadian tersebut. Ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk mengukur kemungkinan dan dampak kerugian dari suatu
kejadian atau cara mengukur risiko. Salah satunya adalah metode Z-Score untuk
mengukur kemungkinan kejadian berupa peristiwa dan metode VaR untuk
mengukur akibat dari suatu kejadian.
Z-Score merupakan suatu angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu
nilai dari rata-ratanya pada distribusi normal. Dengan mengetahui Z-Score (nilai
Z) kita dapat mengetahui besarnya kemungkinan suatu ukuran atau suatu nilai
yang berada lebih besar atau lebih kecil dari rata-ratanya. Sedangkan VaR
menunjukkan besarnya potensi kerugian dari suatu kejadian yang bisa terjadi pada
suatu periode tertentu ke depan dengan tingkat toleransi tertentu (Kountur, 2006).
Risiko yang telah diidentifikasi, kemudian risiko tersebut dapat diukur.
Pengukuran risiko diperlukan untuk menentukan tingkat penanganan risiko oleh
pelaku usaha dalam menyikapi terjadinya risiko. Pengukuran risiko juga dapat
membantu pelaku usaha untuk menentukan strategi penanganan risiko yang tepat
guna mencapai tujuan usaha.

2.6 Pemetaan Risiko


Peta risiko merupakan suatu grafik yang menggambarkan kedudukan risiko
di antara dua sumbu dimana sumbu vertikal dari grafik tersebut menggambarkan
probabilitas terjadinya suatu risiko dan sumbu horizontal menggambarkan
9

dampak kerugian yang ditimbulkan dari risiko tersebut (Kountur, 2006).


Pemetaan risiko ialah mengelompokkan risiko-risiko ke dalam peta risiko untuk
mengetahui tingkat pananganan risiko. Hasil dari pemetaan risiko tersebut untuk
menentukan strategi penanganan yang sesuai dan tepat. Pengelompokkan risiko
disusun dalam peta risiko berdasarkan probabilitas dan dampak yang terjadi akibat
risiko tersebut. Probabilitas menjelaskan tingkat kemungkinan risiko dapat terjadi.
Semakin tinggi persentase probabilitasnya maka semakin membutuhkan perhatian
pelaku usaha. Tingkat probabilitas pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu tinggi
dan rendah.
Sedangkan dampak menjelaskan akibat yang ditimbulkan jika risiko
tersebut terjadi. Dampak biasanya dikaitkan dengan kerugian dalam bentuk satuan
nilai yaitu rupiah. Sama halnya dengan probabilitas, dampak juga memiliki
tingkatannya yaitu tinggi dan rendah. Berkenaan dengan probabilitas, semakin
tinggi tingkat probabilitas belum tentu dampak yang dihasilkan akan tinggi juga.
Berlaku juga sebaliknya, jika semakin rendah tingkat probabilitas belum tuntu
menjamin dampak yang dihasilkan akan rendah juga. Oleh sebab itu, tidak selalu
sama antara probabilitas dan dampak.
Sebelumnya, pada tahap pengukuran risiko sudah dilakukan pengukuran
terhadap probabilitas. Pengukuran terhadap probabilitas harus berdasarkan data
historis. Peta risiko di atas terbagi menjadi empat kuadran yaitu kuadran I diisi
oleh risiko yang memiliki probabilitas tinggi dan dampak rendah. Kuadran II diisi
oleh risiko yang memiliki probabilitas tinggi dan dampak tinggi. Kuadran III diisi
oleh probabilitas rendah dan dampak rendah. Kuadran IV diisi oleh risiko yang
memiliki probabilitas rendah dan dampak tinggi. Kountur (2006) mengemukakan
bahwa pada umumnya risiko yang memiliki presentase kemungkinan terjadinya
risiko lebih besar dari 10% termasuk dalam kemungkinan yang tinggi.

2.7 Penanganan Risiko


Berdasarkan hasil pemetaan risiko, diketahui tingkatan probabilitas dan
dampak dari risiko yang ada. Dengan demikian, dapat ditentukan prioritas dan
strategi penanganan yang tepat dalam menghadapi risiko. Terdapat berbagai
strategi yang dapat digunakan untuk menekan angka kerugian pada suatu bisnis.
10

Menurut Kountur (2006), strategi yang dapat dilakukan untuk menangani risiko
yaitu:
1. Preventif
Preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan
apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu memperbaiki sistem, mengembangkan sumber daya manusia,
memperbaiki fasilitas fisik, dan memperbaiki aturan dan kebijakan.
2. Mitigasi
Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil
dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk
menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar.
Strategi ini dapat dilakukan dengan memperbaiki fasilitas fisik dan sumber
daya manusia. Menurut Fahmi (2010), risiko dapat dikelola dengan empat cara
yakni:
1. Memperkecil risiko
Cara ini dilakukan dengan tidak memperbesar setiap keputusan yang mengandung
risiko tinggi. Namun, memperkecil risiko dapat dilakukan dengan membatasi
suatu keputusan tersebut. Dengan demikian, risiko tidak bertambah besar dan
berada di luar kontrol manajemen perusahaan.
2. Mengalihkan risiko
Pengalihan risiko dilakukan dengan cara menempatkan sebagian risiko yang
dihadapi ke tempat lain. Contoh cara ini ialah dengan mengasuransikan bisnis.
3. Mengontrol risiko
Pengontrolan risiko dilakukan dengan cara melakukan suatu kebijakan antisipasi
terhadap timbulnya risiko.
4. Mendanakan risiko
Pendanaan risiko terkait dengan penyediaan sejumlah dana sebagai cadangan. Hal
ini bermaksud untuk mengantisipasi timbulnya risiko.
11

III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli 2020, bertempat di Tilapia
Fish Farm (TFF) di Desa Riding Panjang, Kecematan Merawang, Kabupaten
Bangka. Lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive) dengan tujuan
dan pertimbangan tertentu.

3.2 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan adalah jenis data kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif berupa data non numerik hasil wawancara, kuisioner, dan literatur lain
terkait sarana dan prasarana kegiatan usaha, perkembangan usaha, dan hal lain
yang terkait dengan penelitian. Data kualitatif yang berasal dari hasil wawancara
berupa sumber risiko yang dihadapi pembudidaya serta gambaran umum usaha
budidayanya. Sedangkan data kuantitatif berupa data numerik seperti jumlah
produksi, luas lahan, dan data angka lainnya. Data kuantitatif yang diperoleh dari
hasil wawancara dan pengamatan yaitu berupa asumsi jumlah larva yang
dihasilkan tiap siklus produksi, asumsi persentase kematian benih tiap sumber
risiko, asumsi jumlah batas normal kematian benih per sumber risiko, jumlah
produksi benih akhir, angka penjualan, serta jumlah kematian benih.
Sumber data yang digunakan diperoleh berdasarkan data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara dengan pelaku usaha yaitu
terkait berbagai asumsi terhadap benih (persentase kematian benih, jumlah larva,
dan batas normal kematian benih) dan pengamatan langsung di lokasi penelitian
yaitu angka kematian benih, ciri-ciri kematian benih, analisis lingkungan
budidaya, suhu dan pH air kolam budidaya. Sedangkan data sekunder diperoleh
berdasarkan literatur, data produksi objek, data penjualan objek, hasil penelitian
sebelumnya, Badan Pusat Statistika, Kementrian Kelautan dan Perikanan,
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, dan artikel terkait lainnya.
12

3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode yang dilakukan ialah dengan metode recall. Metode recall
merupakan metode yang dilakukan dengan mengingat kejadian masa lampau.
Metode tersebut digunakan karena metode tersebut tepat digunakan untuk data
historis. Data yang dihasilkan dari metode recall ialah berupa asumsi jumlah larva
yang dihasilkan tiap siklus produksi, angka presentase kematian benih tiap bulan,
angka batasan normal kematian benih tiap sumber risiko, serta hama dan penyakit
yang menyerang selama kurun waktu satu tahun terakhir. Data kuantitatif yang
dianalisis ialah data historis terkait jumlah produksi dan kematian benih dalam
waktu satu tahun terakhir.
Setelah data diperoleh, data dari hasil metode recall tersebut diolah untuk
mengetahui angka probabilitas terjadinya risiko yang dialami pelaku usaha dalam
membudidayakan ikan lele dengan menggunakan metode Z-Score. Berdasarkan
angka kematian benih tiap sumber risiko, dampak kerugian tiap sumber risiko
tersebut dapat diketahui dengan pengolahan melalui metode VaR. Kedua metode
yang digunakan, yaitu metode Z-Score maupun VaR diolah menggunakan
Microsoft Excel. Hasil perhitungan probabilitas dan dampak kerugian tersebut
digunakan untuk menentukan status suatu risiko. Status risiko menunjukkan
tingkat prioritas penanganan risiko yang diusulkan berdasarkan hasil pemetaan
risiko dari angka probabilitas dan dampak tiap sumber risiko.

3.4 Analisa Data


Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan data kualitatif dan
data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak-
pihak terkait berupa sumber risiko yang dihadapi pembudidaya serta gambaran
umum usaha budidayanya. Serta pengamatan langsung di lokasi penelitian yang
berupa data ciri-ciri kematian benih dan analisis lingkungan budidaya yang diolah
menggunakan analisis deskriptif. Penggunaan analisis deskriptif ditujukan untuk
memberikan gambaran, fakta kejadian yang terjadi, atau hubungan dengan
fenomena lingkungan sekitarnya. Selain itu, analisis deskriptif juga digunakan
untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang terdapat pada usaha
13

pembenihan ikan nila ini, sehingga dapat diketahui status risiko untuk
menentukan priorotas penanganannya.
Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini diolah menggunakan
Microsoft Excel dari hasil identifikasi sumber-sumber risiko yaitu berupa hasil
pengukuran risiko yang memberikan nilai probabilitas dan dampak. Nilai
probabilitas diperoleh dengan menggunakan metode Z-Score dan nilai dampak
diperoleh jumlah kerugian dari MR (mortality rate) atau metode VaR. Setelah itu,
berdasarkan pemerolehan nilai probabilitas dan dampak kemudian dapat
dipetakan dalam peta risiko untuk mengetahui status risiko. Dari status risiko,
maka dapat ditentukan strategi penanganan risiko tersebut sehingga kerugian
dapat ditekan.

3.4.1 Analisis Kemungkinan Terjadinya Resiko


Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan
besarnya dampak risiko terhadap suatu kegiatan usaha. Ukuran pertama dari risiko
adalah besarnya kemungkinan terjadinya yang mengacu pada seberapa besar
probabilitas risiko akan terjadi. Metode yang akan digunakan untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode z-score. Metode ini dapat
digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinous (desimal).
Perhitungan yang digunakan pada penelitian ini adalah kemungkinan terjadinya
risiko pada kegiatan produksi benih ikan di Tilapia Fish Farm (TFF) Desa Riding
Panjang. Menurut Kountur (2008), langkah yang perlu dilakukan untuk
melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode ini
dan aplikasinya pada usaha pembenihan ikan nila di Tilapia Fish Farm (TFF)
Desa Riding Panjang adalah :
1. Menghitung rata – rata kejadian beresiko

Dimana:
X = Nilai rata-rata kematian benih ikan nila dari setiap sumber risiko
Xi = Jumlah kematian benih dari setiap siklus pada masing-masing sumber
14

n = Jumlah setiap siklus kejadian pada setiap sumber risiko


2. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian resiko

Dimana :
S = Standar deviasi dari setiap sumber risiko benih ikan nila
Xi = Nilai kematian benih ikan nila per siklus dari setiap sumber risiko
X = Nilai rata-rata kematian benih ikan nila dari setiap siklus sumber risiko
n = Jumlah setiap siklus kejadian pada setiap sumber risiko pembenihan ikan

3. Menghitung z-score

Dimana :
Z = Nilai z-score dari setiap sumber risiko
Xi = Batas risiko yang dianggap masih dalam taraf normal (α 5 persen )
X = Nilai rata-rata kematian benih ikan Nila dari setiap sumber risiko
S = Standar deviasi dari setiap sumber risiko pembenihan ikan Nila

Hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di
sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai z-
score positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi normal.

4. Nilai Probabilitas Terjadinya Risiko Produksi


Nilai z-score dari produksi benih ikan nila diketahui, selanjutnya dapat
dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari tabel distribusi z
(normal dengan α persen) sehingga diketahui persen kemungkinan terjadinya
keadaan dimana produksi benih ikan nila mendatangkan kerugian.

3.4.2 Analisis Dampak Risiko


Metode yang digunakan untuk mengukur dampak risiko adalah VaR (Value
at Risk). VaR adalah salah satu metode yang paling popular dalam manajemen
15

risiko. VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu
tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Penggunaan
VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data
historis sebelumnya. Jika tidak ada data historis, metode VaR tidak dapat
digunakan. Setiap kali terjadi risiko akan memberikan dampak kerugian. Pada
umumnya, kerugian dapat dihitung dalam rupiah. Sehingga terjadinya risiko pada
kegiatan produksi benih ikan nila, dapat diketahui besarnya kerugian yang diderita
dalam rupiah. Apabila ada kerugian yang diderita diwaktu yang lalu, berarti dapat
dihitung besarnya kerugian yang akan diderita apabila risiko terjadi. Adapun
rumus menghitung kerugian adalah:

Kerugian = Jumlah kematian benih ikan nila X Harga Ikan

Analisis ini dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan
produksi benih ikan nila di Tilapia Fish Farm (TFF). Kejadian yang dianggap
merugikan berupa penurunan produksi sebagai akibat dari terjadinya sumber-
sumber risiko. Menurut Kountur (2008), VaR dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :

Dimana :
VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh setiap sumber risiko
X = Nilai rata-rata kerugian akibat setiap sumber risiko
Z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 persen
S = Standar deviasi kerugian dari setiap sumber risiko
n = Banyaknya kerugian dari setiap siklus yang terdapat pada setiap sumber

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menghitung VaR adalah sebagai


berikut: 1. Menentukan risiko. 2. Mengumpulkan data historis tetang besarnya
kerugian dalam rupiah yang diderita atas risiko tersebut. 3. Menghitung rata-rata
kerugian 4. Menghitung deviasi standar (s). 5. Menentukan tingkat keyakinan
16

yang diinginkan. 6. Mencari nilai z sesuai dengan tingkat keyakinan yang telah
ditetapkan untuk menghitung VaR.
3.4.3 Pemetaan Risiko
Pemetaan risiko dilakukan ketika ukuran nilai kemungkinan terjadi risiko
dan dampak dari risiko telah diketahui. Pemetaan risiko ialah dengan
menempatkan nilai-nilai tersebut ke dalam kelompok tingkatan dalam peta risiko.
Peta risiko terbagi atas sumbu horizontal dan vertikal. Sumbu horizontal
menjelaskan tentang dampak, yang terbagi dalam tingkat dampak kecil dan besar.
Satuan dampak dapat berupa jumlah kerugian yaitu rupiah. Sumbu vertikal
menjelaskan tentang probabilitas yang terbagi juga dalam probabilitas kecil dan
besar. Satuan probabilitas ialah dalam bentuk persentase (%). Kountur (2006)
membagi empat bagian kuadran pada peta risiko yang ditunjukkan pada Gambar 3
berikut:

Probabilitas (%)

Tinggi Kuadran I Kuadran II

Rendah Kuadran III Kuadran IV

Rendah Tinggi Dampak (Rupiah)


Gambar 3. Peta Risiko
Peta risiko terdiri atas empat kuadran. Kuadran I menunjukkan probabilitas
tinggi dan dampak rendah. Kuadran II menunujukkan probabilitas tinggi dan
dampak tinggi. Kuadran III menunjukkan probabilitas rendah dan dampak rendah.
Kuadran IV menunjukkan probabilitas rendah dan dampak tinggi. Berdasarkan
kelompok kuadran tersebut, maka yang menjadi perhatian utama para pelaku
usaha ialah kuadran II. Hal ini disebabkan pada kuadran ini menunjukkan status
risiko yang tinggi dimana akan memberikan kerugian terbesar dalam kegiatan
usaha pembenihan ikan lele. Ukuran status risiko dapat diperoleh dari perhitungan
berikut:
Status Risiko = Probabilitas X Dampak
17

Kountur (2006) menjelaskan bahwa status risiko menunjukkan urutan


kejadian-kejadian yang berisiko. Status yang besar menunjukkan risiko yang
besar, sedangkan status yang kecil menunjukkan risiko yang kecil.
3.4.4 Alternatif Strategi
Berdasarkan status risiko yang diperoleh dari ukuran probabilitas dan
dampak, maka langkah selanjutnya dapat diusulkan strategi alternatif dalam
menangani risiko usaha tersebut. Status risiko tersebut akan menentukan strategi
yang tepat untuk menangani risiko. Strategi penanganan tersebut dapat berupa
strategi preventif dan/atau mitigasi.

1. Strategi Preventif, strategi ini dapat dilakukan pada risiko yang memiliki
presentase kemungkinan terjadi risiko yang tinggi, yaitu pada kuadran I dan II.
Penanganan dengan cara preventif akan membuat pergeseran dari kuadran I ke III
dan kuadran II ke IV.

Probabilitas (%)

Tinggi Kuadran I Kuadran II

Rendah Kuadran III Kuadran IV

Rendah Tinggi Dampak (Rupiah)


Gambar 4. Preventif Risiko
2. Strategi Mitigasi, Strategi ini dapat dilakukan pada risiko yang memiliki
dampak tertinggi jika risiko tersebut terjadi, yaitu risiko yang berada pada kuadran
II dan IV. Penanganan dengan cara mitigasi akan membuat pergeseran dari
kuadran II ke I dan kuadran IV ke III.
Probabilitas (%)

Kuadran I Kuadran II
Tinggi

Kuadran III Kuadran IV


Rendah
Rendah Tinggi Dampak (Rupiah)
18

Gambar 5. Mitigasi Risiko

DAFTAR PUSTAKA

Amri, K. dan Khairuman. 2008. Budidaya Ikan Nila Secara Intesif. Jakarta:
Agromedia Pustaka.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka. 2018. Rekap Produksi


Perikanan Air Tawar Tahun 2018 Per Triwulan (Kg).

Fahmi, Irham. 2010. Manajemen Risiko (Teori, Kasus, dan Solusi). Bandung (ID):
Penerbit Alfabeta.

Harrysu. 2012. Budidaya Ikan Nila. Kanisius. Yogyakarta.

Harwood, J et all. 1999. Managing Risk in Farming: Concepts, Research, and


Analysis. Washington DC (US): Department of Agriculture, Agriculture
Economic Report No 774.

Kountur, Ronny. 2004. Manajemen Risiko Operasional. Jakarta (ID): Penerbit


PPM.

Kountur, Ronny. 2006. Manajemen Risiko. Jakarta (ID): Abdi Tandur.

Kountur, Ronny. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan.


Jakarta: PPM

Labombang, Mastura. 2011. Manajemen Risiko dalam proyek Konstruksi. Jurnal


SMARTek. Vol. 9 No. 1. Universitas Tadulako. Palu

Norken, I N., Purbawijaya, I. B. N. dan Suputra, I G. N. O. 2015. Pengantar


Analisis dan Manajemen Risiko pada Proyek Konstruksi. Denpasar :
Universitas Udayana Press.

Pratiwi, Winda. 2013. Analisis risiko produksi pembenihan ikan Lele GMT pada
anggota Kelompok Tani BUNISARI di Desa Caringin Wetan Kecamatan
Caringin Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.

Putri, N. R. 2016. Analisa Risiko Produksi Pada Usaha Budidaya Pembenihan


Ikan Lele (Kasus: Usaha Budidaya Mad Iwan (UBMI) di Desa Babakan,
kecamatan Ciseeng, Kab. Bogor) [skripsi]. Bogor. Institut Pertanian
Bogor.
19

Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1. Binacipta. Jakarta.

Santoso, B. 2001. Budidya Ikan Nila. Kasinius. Yogakarta.

Sucipto, A. dan Prihartono, R. E. 2005. Pembesaran Nila Merah Bangkok.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Sugiarto. 1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila. CV.Simplex. Jakarta.

Sumantadinata, K. 1981. Pengembangan Ikan-Ikan Peliharaan Di Indonesia.


Sastra Hudaya. Jakarta.

Vaughan, E. J. 1978. Fundamental of Risk and Insurance. Second Edition. New


York. John Willey & sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai