PENYULUHAN PERIKANAN
Disusun oleh
2013521063
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat karunia-Nya, sehingga laporan Pratikum penyuluhan perikanan ini dapat
selesai tepat pada waktunya. Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah
penyuluhan perikanan di Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana.
Proses penulisan ini telah melibatkan bantuan dari banyak pihak, maka dari itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua, yang selalu membantu dan memberi dukungan serta memberikan
motivasi dalam penyusunan laporan ini dengan tepat waktu.
2. Dosen pengampu mata kuliah penyuluhan perikanan tahun 2023
Ni Putu Putri Wijayanti, S.pt, M pt
Dewa Ayu Angga Pebriani, S.Pi.,M.P
3. Serta pihak pihak yang telah mendukung dan memberikan pengarahan dalam
penulisan laporan pratikum ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan laporan
pratikum ini dikarena keterbatasan pengetahuan penulis.
Demikian Laporan Pratikum penyuluhan perikanan ini. Penulis sangat
berharap saran dan masukan yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan laporan ini dan dapat berguna dalam menambah wawasan serta dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................3
1 .1 Latar belakang.................................................................................................3
1 .2 Rumusan masalah...........................................................................................5
1 .3 Tujuan.............................................................................................................5
1 .4 Mamfaat..........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................6
2 .1 Defenisi Perikanan Tangkap...........................................................................6
2 .2 Defenisi Pelabuhan Perikanan........................................................................7
2 .3 Alat Tangkap Perikanan..................................................................................8
2 .4 Jenis- Jenis Alat Tangkap.............................................................................10
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................12
3.1 Waktu dan tempat.........................................................................................12
3.2 Review dari narasumber...............................................................................13
3.3 Peranan penyuluh perikanan.........................................................................16
BAB IV PENUTUP....................................................................................................17
4.1 Kesimpulan...................................................................................................17
4.2 Saran.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................19
LAMPIRAN………………………………………………………………………...20
BAB I
PENDAHULUAN
1 .1 Latar belakang
Di Indonesia, penyuluhan mulai diadakan dengan mengikuti
terbentuknya departemen pertanian pada tahun 1905. Pembentukan
departemen ini sendiri didasari pada tidak berjalannya sistem tanam paksa
(Cultuurstelsel) di Indonesia yang dilaksanakan sejak tahun 1831. Perspektif
pemerintah yang berorientasi pada pertanian memang belum menaruh
perhatian khususnya pada sektor perikanan. Sektor ini masih menjadi bagian
kecil dari departemen pertanian hingga departemen eskplorasi Laut yang
berdiri pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid pada tahun
2003. Sehingga pada tahun 2006 pemerintah menerbitkan undang-undang
nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan. Dalam undang-undang nomor 16 tahun 2006
tentang sistem penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan yang
disebutkan bahwa penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku
utama serta pelaku usaha agar mereka mau menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan
sumberdaya lainnya yang sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas,
efesiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraan serta guna meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta
pelaku usaha agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya
dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya
lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,
pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup. Pelaku utama dan pelaku usaha sektor
kelautan dan perikanan yang dimaksud adalah nelayan, pembudidaya ikan,
pengolah dan pemasar hasil perikanan, dan petambak garam. Pengembangan
sumberdaya manusia yang merupakan faktor kunci yang harus diperhatikan.
Upaya dalam mewujudkan hal tersebut yaitu dengan mengembangkan
program kegiatan penyuluhan khususnya di bidang perikanan.
Perikanan merupakan salah satu dari empat sektor yang diatur dalam
UU SP3K. Sektor perikanan bisa dikatakan tertinggaljauh jika dibandingkan
dengan pengembangan sektor pertanian, padahal perairan laut yang kita miliki
jauh lebih luas ketimbang daratan yang kita huni. Bahkan nelayan merupakan
kelompok masyarakat termiskin dan terpinggirkan dalam strata sosial
masyarakat Indonesia. Upaya pengentasan kemiskinan pada kelompok
nelayan pada awalnya berkutat hanya pada isu pasar, manajemen dan
teknologi. Masyarakat nelayan skala kecil berada dalam kondisiyang memiliki
permasalahan serius, termasuk penangkapan berlebih dan kerusakan
sumberdaya, kelangkaan alternatif pekerjaan, polusidan kerusakan
lingkungan, serta potensi konflik dengan nelayan yang menggunakan skala
usaha lebih besar.
1 .2 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari pratikum penyuluhan perikanan ini yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan penyuluhan perikanan bagi perikanan tangkap di
Seraya timur, karangasem?
2. Bagaimana potensi perikanan tangkap di seraya timur, karangasem?
1 .3 Tujuan
Adapun tujuan dari pratikum penyuluhan perikanan ini yaitu sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui peranan penyuluhan perikanan bagi perikanan
tangkap diseraya timur karangasem.
2. Untuk mengetahui potensi perikanan tangkap di saraya timur,
karangasem.
1 .4 Mamfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2 .1 Defenisi Perikanan Tangkap
Perikanan tangkap di Indonesia memiliki peran yang besar terhadap
produksi perikanan tangkap dunia. Hal tersebut tercantum pada laporan FAO
(2018) yang menyatakan bahwa Indonesia telah berkontribusi terhadap
produksi hasil tangkapan dunia sebesar 7,19% (6,54 juta ton) pada tahun 2016
atau satu tingkat di bawah China sebesar 17,56 juta ton (19,29%). Salah satu
jenis sumber daya ikan yang memiliki potensi besar dari kelompok ikan
pelagis besar adalah tuna, tongkol dan cakalang (TTC). TTC menjadi salah
satu komoditas utama perikanan tangkap di Indonesia. Secara global,
Indonesia memegang peranan penting TTC di dunia. Produksi TTC dunia
sebesar 6,8 juta ton tahun 2011 dan meningkat menjadi 12,3 juta ton tahun
2017 dengan produksi rata-rata Indonesia sebesar 1,29 juta ton pada tahun
2012-2018 (KKP 2018). Kondisi industri perikanan tangkap di Indonesia
secara umum masih di dominasi (lebih dari 80%) nelayan skala kecil (dengan
armada < 10 GT) dan menjadi mata pencaharian jutaan rumah tangga di
wilayah pesisir. Perikanan skala kecil memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap ekonomi rumah tangga dan keamanan pangan (Kurien, 1993). Uraian
diatas lebih banyak memberikan gambaran yang “indah” terhadap perikanan
tangkap baik di Indonesia maupun di dunia. Namun, beberapa kajian telah
menunjukkan bahwa perikanan tangkap di Indonesia mengalami kondisi
penangkapan berlebih (overfishing) dan kapasitas penangkapan berlebih atau
overcapacity
Potret Perikanan Skala Kecil di Indonesia di kaitkan dengan definisi
nelayan skala kecil atau small scale fisheries. Berdasarkan UU No. 45 Tahun
2009 tentang perubahan atas UU No. 31 Tahun 2004, nelayan skala kecil
diartikan sebagai orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan
ikan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari menggunakan kapal
perikanan berukuran paling besar 5 GT. Pada tahun 2016, definisi hukum
nelayan kecil kembali mengemukaan melalui UU No.7/2016, dimana nelayan
kecil didefinisikan sebagai nelayan yang melakukan penangkapan ikan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, baik yang tidak menggunakan kapal
penangkap ikan maupun yang menggunakan kapal penangkap ikan berukuran
paling besar 10 GT
2 .2 Defenisi Pelabuhan Perikanan
Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung dari gelombang
yang dilengkap dengan fasilitas terminal laut yang meliputi dermaga tempat
kapal dapat bertambat untuk melakukan bongkar muat barang dan sebagai
tempat penyimpanan untuk menunggu keberangkatan berikutnya (Bambang
Triatmodjo, 2002). Pelabuhan perikanan merupakan prasarana yang
mendukung peningkatan pendapatan petani nelayan sekaligus mendorong
investasi dalam bidang perikanan. Fungsi pelabuhan perikanan dalam arti luas
adalah sebagai pusat pengembangan ekonomi perikanan dalam bidang
produksi, pengolahan dan pemasaran.
Pelabuhan Perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara daratan
dan lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan untuk kegiatan penangkapan
ikan dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai
dengan ikan didistribusikan (Dephub, 1983). Pelabuhan Perikanan menurut
UU No.31 tahun 2004 adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan
dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal
perikanan bersandar, berlabuh, dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang
perikanan.Pelabuhan Perikanan digolongkan sebagai pelabuhan khusus.
Pelabuhan khusus yaitu pelabuhan yang penggunaannya khusus untuk
melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan penangkapan di perairan
pedalaman dan perairan kepulauan
Lokasi : online
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam laporan penyuluhan perikanan ini yaitu
sebagai berikut:
Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama
serta pelaku usaha agar mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian
fungsi lingkungan hidup.
Penyuluh perikanan mengembangkan sistem perikanan yang
berkelanjutan, dalam upaya mewujudkan tujuan tersebut diperlukan
upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang
berguna dalam menunjang pembangunan termasuk bidang perikanan.
Peningkatan kualitas ini tidak hanya dalam peningkatan produktivitas
para pembudidaya, namun dapat meningkatkan kemampuan mereka
agar dapat lebih berperan dalam berbagai proses pembangunan serta
penyuluhan merupakan faktor yang penting dalam mewujudkan tujuan
pembangunan bidang perikanan. Melalui penyuluhan perikanan,
masyarakat perikanan dibekali dengan ilmu, pengetahuan,
keterampilan, pengenalan paket teknologi dan inovasi baru di bidang
perikanan dengan sapta usahanya. Potensi penyuluh perikanan adalah
meningkatnya perikanan tangakap dan budidaya perikanan di
Indonesia serta berkembang karena adanya penyuluhan sebagian
masyarakat mau membudidaya sebagai pekerjaan utama maupun
pekerjaan sampingan.sehingga sektor –sektor perikanan di Indonesia
berkembang.
4.2 Saran
Dalam pratikum penyuluhan perikanan ini perlu dilakukan
kedepanya dilaksanakan cecara offline dan serta dilakukan secara
praktek kelapangan supaya mahasiswa dapat mengetahui bagaimana
peran penyuluh bagi perikanan tangkap maupun budidaya perikan
yang bergerak dibidang sertor perikanan. Agar dapat bisa menyusun
laporan pratikum dengan baik serta efesien, efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Haryadi, Ikhsan, Siti Amanah, dan Suwardi Suriatna. 2015. Persepsi Pembudidaya
Ikan Terhadap Kompetensi Penyuluh Perikanan di Kawasan Minapolitan
(Kasus di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat). Jurnal Penyuluhan 10(2).
Doi: 10.25015/penyuluhan.v10i2.9920.
Hermawan, Aan, Siti Amanah, dan Anna Fatchiya. 2017. Partisipasi Pembudidaya
Ikan dalam Kelompok Usaha Akuakultur di Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal
Penyuluhan 13(1):1. Doi: 10.25015/penyuluhan.v13i1.12903.
Kurniawan, Tikkyrino, dan Riesti Triyanti. 2011. Profil Usaha Budidaya Ikan Lele di
Kabupaten Bogor. Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan
Perikanan 6(2):40. Doi: 10.15578/marina.v6i2.5812.
Kusdiantoro, Achmad Fahrudin, Sugeng Hari Wisudo, dan Bambang Juanda,(2019)
perikanan tangkap di Indonesia potret dan tantangan perikanan berkelanjutan
Vol. 14 No. 2 Desember 2019: 145-162
Leilani, Ani, dan Aan Hermawan. 2010. Pengaruh Pendekatan Kelompok Terhadap
Keberdayaan Pembudidaya (Kasus di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta). Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan 4(2):53 67.
Doi: 10.33378/jppik.v4i2.18.
Lita, Noor Piito Sari Nio, dan Azam Bachur Zaidy. 2016. Kinerja Penyuluh
Perikanan Swadaya di Kabupaten Bogor. Jurnal Penyuluhan Perikanan dan
Kelautan 10(3):150 63. Doi: 10.33378/jppik.v10i3.75.
Nurdin, M. 2018. Perkembangan Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan di
Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor.in Prosiding Seminar Nasional
Perikanan dan Penyuluhan 2018, diedit oleh W. Hadie. Bogor (ID):
Masyarakat Iktiologi Indonesia
LAMPIRAN
LAMPIRAN