Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRATIKUM

PENYULUHAN PERIKANAN

Dosen Pengampu : 1. Ni Putu Putri Wijayanti, S.Pt., M.Pt


2. Dewa Ayu Angga Pebriani, S.Pi., M.P

Disusun oleh

Rista hotdelina sipayung

2013521063

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat karunia-Nya, sehingga laporan Pratikum penyuluhan perikanan ini dapat
selesai tepat pada waktunya. Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah
penyuluhan perikanan di Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana.
Proses penulisan ini telah melibatkan bantuan dari banyak pihak, maka dari itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua, yang selalu membantu dan memberi dukungan serta memberikan
motivasi dalam penyusunan laporan ini dengan tepat waktu.
2. Dosen pengampu mata kuliah penyuluhan perikanan tahun 2023
 Ni Putu Putri Wijayanti, S.pt, M pt
 Dewa Ayu Angga Pebriani, S.Pi.,M.P
3. Serta pihak pihak yang telah mendukung dan memberikan pengarahan dalam
penulisan laporan pratikum ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan laporan
pratikum ini dikarena keterbatasan pengetahuan penulis.
Demikian Laporan Pratikum penyuluhan perikanan ini. Penulis sangat
berharap saran dan masukan yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan laporan ini dan dapat berguna dalam menambah wawasan serta dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya.

Bukit Jimbaran, 25 juni 2023

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................3
1 .1 Latar belakang.................................................................................................3
1 .2 Rumusan masalah...........................................................................................5
1 .3 Tujuan.............................................................................................................5
1 .4 Mamfaat..........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................6
2 .1 Defenisi Perikanan Tangkap...........................................................................6
2 .2 Defenisi Pelabuhan Perikanan........................................................................7
2 .3 Alat Tangkap Perikanan..................................................................................8
2 .4 Jenis- Jenis Alat Tangkap.............................................................................10
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................12
3.1 Waktu dan tempat.........................................................................................12
3.2 Review dari narasumber...............................................................................13
3.3 Peranan penyuluh perikanan.........................................................................16
BAB IV PENUTUP....................................................................................................17
4.1 Kesimpulan...................................................................................................17
4.2 Saran.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................19
LAMPIRAN………………………………………………………………………...20

BAB I

PENDAHULUAN

1 .1 Latar belakang
Di Indonesia, penyuluhan mulai diadakan dengan mengikuti
terbentuknya departemen pertanian pada tahun 1905. Pembentukan
departemen ini sendiri didasari pada tidak berjalannya sistem tanam paksa
(Cultuurstelsel) di Indonesia yang dilaksanakan sejak tahun 1831. Perspektif
pemerintah yang berorientasi pada pertanian memang belum menaruh
perhatian khususnya pada sektor perikanan. Sektor ini masih menjadi bagian
kecil dari departemen pertanian hingga departemen eskplorasi Laut yang
berdiri pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid pada tahun
2003. Sehingga pada tahun 2006 pemerintah menerbitkan undang-undang
nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan. Dalam undang-undang nomor 16 tahun 2006
tentang sistem penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan yang
disebutkan bahwa penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku
utama serta pelaku usaha agar mereka mau menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan
sumberdaya lainnya yang sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas,
efesiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraan serta guna meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta
pelaku usaha agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya
dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya
lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,
pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup. Pelaku utama dan pelaku usaha sektor
kelautan dan perikanan yang dimaksud adalah nelayan, pembudidaya ikan,
pengolah dan pemasar hasil perikanan, dan petambak garam. Pengembangan
sumberdaya manusia yang merupakan faktor kunci yang harus diperhatikan.
Upaya dalam mewujudkan hal tersebut yaitu dengan mengembangkan
program kegiatan penyuluhan khususnya di bidang perikanan.
Perikanan merupakan salah satu dari empat sektor yang diatur dalam
UU SP3K. Sektor perikanan bisa dikatakan tertinggaljauh jika dibandingkan
dengan pengembangan sektor pertanian, padahal perairan laut yang kita miliki
jauh lebih luas ketimbang daratan yang kita huni. Bahkan nelayan merupakan
kelompok masyarakat termiskin dan terpinggirkan dalam strata sosial
masyarakat Indonesia. Upaya pengentasan kemiskinan pada kelompok
nelayan pada awalnya berkutat hanya pada isu pasar, manajemen dan
teknologi. Masyarakat nelayan skala kecil berada dalam kondisiyang memiliki
permasalahan serius, termasuk penangkapan berlebih dan kerusakan
sumberdaya, kelangkaan alternatif pekerjaan, polusidan kerusakan
lingkungan, serta potensi konflik dengan nelayan yang menggunakan skala
usaha lebih besar.
1 .2 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari pratikum penyuluhan perikanan ini yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan penyuluhan perikanan bagi perikanan tangkap di
Seraya timur, karangasem?
2. Bagaimana potensi perikanan tangkap di seraya timur, karangasem?
1 .3 Tujuan
Adapun tujuan dari pratikum penyuluhan perikanan ini yaitu sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui peranan penyuluhan perikanan bagi perikanan
tangkap diseraya timur karangasem.
2. Untuk mengetahui potensi perikanan tangkap di saraya timur,
karangasem.
1 .4 Mamfaat

Adapun manfaat dalam praktikum penyuluhan perikanan adalah sebagai


berikut:
Untuk memahami bagaiamana peranan dan potensi perikanan
tangkapa di seraya timur serta mengetahui apa kendala –kendala yang
dihadapi pada nelayan tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2 .1 Defenisi Perikanan Tangkap
Perikanan tangkap di Indonesia memiliki peran yang besar terhadap
produksi perikanan tangkap dunia. Hal tersebut tercantum pada laporan FAO
(2018) yang menyatakan bahwa Indonesia telah berkontribusi terhadap
produksi hasil tangkapan dunia sebesar 7,19% (6,54 juta ton) pada tahun 2016
atau satu tingkat di bawah China sebesar 17,56 juta ton (19,29%). Salah satu
jenis sumber daya ikan yang memiliki potensi besar dari kelompok ikan
pelagis besar adalah tuna, tongkol dan cakalang (TTC). TTC menjadi salah
satu komoditas utama perikanan tangkap di Indonesia. Secara global,
Indonesia memegang peranan penting TTC di dunia. Produksi TTC dunia
sebesar 6,8 juta ton tahun 2011 dan meningkat menjadi 12,3 juta ton tahun
2017 dengan produksi rata-rata Indonesia sebesar 1,29 juta ton pada tahun
2012-2018 (KKP 2018). Kondisi industri perikanan tangkap di Indonesia
secara umum masih di dominasi (lebih dari 80%) nelayan skala kecil (dengan
armada < 10 GT) dan menjadi mata pencaharian jutaan rumah tangga di
wilayah pesisir. Perikanan skala kecil memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap ekonomi rumah tangga dan keamanan pangan (Kurien, 1993). Uraian
diatas lebih banyak memberikan gambaran yang “indah” terhadap perikanan
tangkap baik di Indonesia maupun di dunia. Namun, beberapa kajian telah
menunjukkan bahwa perikanan tangkap di Indonesia mengalami kondisi
penangkapan berlebih (overfishing) dan kapasitas penangkapan berlebih atau
overcapacity
Potret Perikanan Skala Kecil di Indonesia di kaitkan dengan definisi
nelayan skala kecil atau small scale fisheries. Berdasarkan UU No. 45 Tahun
2009 tentang perubahan atas UU No. 31 Tahun 2004, nelayan skala kecil
diartikan sebagai orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan
ikan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari menggunakan kapal
perikanan berukuran paling besar 5 GT. Pada tahun 2016, definisi hukum
nelayan kecil kembali mengemukaan melalui UU No.7/2016, dimana nelayan
kecil didefinisikan sebagai nelayan yang melakukan penangkapan ikan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, baik yang tidak menggunakan kapal
penangkap ikan maupun yang menggunakan kapal penangkap ikan berukuran
paling besar 10 GT
2 .2 Defenisi Pelabuhan Perikanan
Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung dari gelombang
yang dilengkap dengan fasilitas terminal laut yang meliputi dermaga tempat
kapal dapat bertambat untuk melakukan bongkar muat barang dan sebagai
tempat penyimpanan untuk menunggu keberangkatan berikutnya (Bambang
Triatmodjo, 2002). Pelabuhan perikanan merupakan prasarana yang
mendukung peningkatan pendapatan petani nelayan sekaligus mendorong
investasi dalam bidang perikanan. Fungsi pelabuhan perikanan dalam arti luas
adalah sebagai pusat pengembangan ekonomi perikanan dalam bidang
produksi, pengolahan dan pemasaran.
Pelabuhan Perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara daratan
dan lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan untuk kegiatan penangkapan
ikan dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai
dengan ikan didistribusikan (Dephub, 1983). Pelabuhan Perikanan menurut
UU No.31 tahun 2004  adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan
dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal
perikanan bersandar, berlabuh, dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang
perikanan.Pelabuhan Perikanan digolongkan sebagai pelabuhan khusus.
Pelabuhan khusus yaitu pelabuhan yang penggunaannya khusus untuk
melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan penangkapan di perairan
pedalaman dan perairan kepulauan

2 .3 Alat Tangkap Perikanan


Alat penangkapan ikan adalah alat yang di gunakan untuk melakukan
penangkapan ikan dan udang. Alat penangkapan yag digunakan untuk
mengejar gerombolan ikan di perairan, baik di perairan laut maupun di
perairan tawar. Alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan merupakan
suatu alat penangkapan ikan yang tidak memberikan dampak negatif terhadap
lingkungan, yaitu sejauh mana alat tersebut tidak merusak dasar perairan,
kemungkinan hilangnya alat tangkap, serta kontribusinya terhadap polusi.
Factor lain adalah dampak terhadap bio-diversity dan target resources yaitu
komposisi hasil tangkapan, adanya by catch serta tertangkapnya ikan-ikan
muda. Karakteristik pemamfaatan sumberdaya hayati laut yang ramah
lingkungan, meliputi:
1. Memiliki selektifitas yang tinggi
2. Tidak merusak habitat atau ekosistem sekitarnya
3. Tidak membahayakan keanekaragaman hayati dan tidak menangkap
spesies yang dilindungi.
4. Tidak membahayakan kelestarian target tangkapan
5. Tidak membahayakan keselamatan dan kesehatan nelayan

Beberapa teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan, antara lain


sebagai berikut:

a) Melakukan seleksi terhadap ikan yang akan dijadikan target


penangkapan atau layak tangkap baik dari segi jenis dan ukurannya
dengan membuat desain dan kontruksi alat tangkap yang sesuai
dengan jenis dan ukuran dari habitat perairan yang akan dijadikan
target tangkapan. Dengan demikian diharapkan bias memininumkan
hasil tangkapan sampingan yang tidak diharapkan dari spesies
perairan yang dilindungi.
b) Tidak memakai ukuran mati jaring yang dilarang (berdasarkan SK.
Menteri Pertanian No.607/KPB/UM/1976 butir 3) yang menyatakan
bahwa mata jarring dibawah 25 mm dengan toleransi 5% dilarang
untuk dioperasikan dimana-mana perairan.
c) Tidak melakukan kegiatan usaha penangkapan di daerah penagkapan
ikan yang sudah dinyatakan over fishing, di daerah konservasi yang
dilarang, di daerah penangkapan yang dinyatakan tercemar baik
dengan logam maupun bahan kimia lainnya.
d) Tidak melakukan pencemaran yang akan mengakibatkan berubahnya
tatanan lingkungan sehingga kualitas lingkungan turun sampai
ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Sebagai
contoh tidak membuang jaring bekas atau potonganpotongan jaring
serta benda-benda lain yang berupa bahan bakar bekas pakai seperti
pelumas mesin, bensin, dan bahan kimia lainnya

2 .4 Jenis- Jenis Alat Tangkap


Alat tangkap ikan merupakan salah satu sarana pokok yang penting
dalam rangka pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya ikan secara optimal
dan berkelanjutan.Jenis alat tangkap yang dominan digunakan mencakup
jaring insang (gill net), rawai (longline), pukat cincin (purse seine) dan jaring
udang (trawl).
1. Jaring Insang Hanyut (Drift Gill Nets)
Jaring insang adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang,
mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh bidang jaring,
lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya,
dilengkapi dengan pemberat pada bawah dan pelampung pada tali atas.
Dalam operasi penangkapan, jaring dipasang tegak lurus di dalam air dan
menghadang arah gerak ikan.Ikan-ikan tertangkap karena tutup insang
tersangkut pada mata jaring.Jaring Insang Hanyut merupakan jaring
insang yang dalam metode penangkapannya dibiarkan hanyut terbawah
arus dan salah satu ujungnya dikaitkan pada kapal/perahu.
2. Jaring Insang Lingkar (Encircling Gill Nets)
Jaring Insang Lingkar merupakan jaring insang yang cara
pengoperasiannya dengan melingkari gerombolan ikan pelagis. Supaya
gerombolan ikan dapat dilingkari dengan sempurna sehingga dapat
tertangkap dengan jumlah yang optimal, dalam operasinya bentuk jaring
dapat berbentuk lingkaran, setengah lingkaran, berbentuk huruf V atau U
atau bengkok-bengkok seperti gelombang.Tinggi jaring disesuaikan
dengan kedalaman perairan ikan yang telah dikurung, dikejutkan
sehingga menubruk jaring dan tersangkut pada mata jarring.
3. Jaring Insang Tetap (Set Gill Nets)
Jaring Insang Tetap adalah jaring insang yang dalam metode
penangkapan ikannya dipasang menetap untuk jangka waktu tertentu
dengan menggunakan jangkar atau pemberat di daerah penangkapan
ikan.Posisi pemasangan jaring dalam operasi penangkapan dapat
bervariasi tergantung kepada ikan yang menjadi tujuan penangkapan.
4. Mini Trawl
Trawl didefinisikan sebagai jaring yang berbentuk kantong yang
ditarik satu atau dua buah kapal bermotor dan menggunakan alat
pembuka mulut jaring yang disebut gawang (beam) atau sepasang alat
pembuka (otter board) atau karena ditarik oleh dua buah kapal motor.
Disini jaring bergerak bersama kapal motor untuk jangka waktu tertentu.
Mini trawl merupakan jenis otter trawl yaitu trawl yang terbukanya mulut
jaring disebabkan oleh dua buah papan/alat pembuka mulut jaring (otter
board) yang dipasang pada ujung sayapnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan menggunakan tali selambar yang panjangnya
tergantung kedalaman perairan di daerah penangkapan ikan dan situasi
penangkapan.
5. Payang
Payang termasuk grup pukat kantong yaitu jaring yang memiliki
kantong dan dua buah sayap. Metode penangkapan ikan dilakukan dengan
cara menarik pukat kantong tersebut ke arah kapal yang berhenti atau ke
arah daratan melalui kedua sayapnya. Dilihat dari konstruksi alat, alat ini
sama dengan trawl, tetapi mempunyai sayap lebih panjang dan berbeda
dalam operasi penangkapan, dimana trawl bergerak bersama-sama kapal,
sedangkan pukat kantong hanya jaring yang bergerak. Payang merupakan
pukat kantong yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis.
6. Rawai (Drift Longline Other Tuna Long Lines)
Rawai merupakan alat penangkapan ikan yang terdiri dari sederetan
tali-tali utama dan pada tali utama pada jaring tertentu terdapat beberapa
tali cabang yang lebih pendek dan lebih kecil diameternya.Pada ujung tali
cabang dikaitkan pancing yang berumpan.Ada 3 jenis rawai yaitu Rawai
Tuna, Rawai Hanyut dan Rawai Tetap.
7. Pancing (Hook and Lines)
Jenis alat penangkap ikan yang termasuk grup pancing selain rawai
adalah 1) Pancing Tonda (Troll Line), 2) Huhate (Pole and Live) dan 3)
Pancing lain. Adapun yang kita maksud dengan pancing disini adalah
pancing lain selain Tonda dan Huhate.
8. Sero (Guiding Barriers)
Sero merupakan metode penangkapan ikan dengan cara perangkap.
Yang dimaksud dengan perangkap adalah alat penangkap ikan yang
dipasang secara tetap dalam air untuk suatu jangka waktu tertentu, alat
penangkap dapat terbuat dari apasaja seperti bambu, kayu, jaring, metal,
dll. Setelah alat penangkap ini ditempatkan dalam air sedemikian, maka
ikan-ikan akan tertangkap tanpa suatu metode penangkapan khusus. Sero
adalah jenis perangkap yang biasanya terdiri dari susunan pagar-pagar
yang akan menuntun ikan-ikan menuju perangkap. Daerah penangkapan
dari sero adalah daerah-daerah teluk dan sekitar muara sungai dimana
ikan-ikan diperkirakan atau biasa bermuara ke pantai melalui daerah.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Waktu dan tempat


Adapun waktu dan tempat dalam kegiatan praktikum
penyuluhan perikanan kali ini dilaksanakan pada:

Pratikum pertama (I ) adalah

Hari, Tanggal : Sabtu, 5 Mei 2023


Waktu : 12.00 -13.30 Wita
Lokasi : Seraya Timur Karangasem ,Bali

Pratikum ke dua (II) adalah

Hari, Tanggal : kamis, 22 juni 2023


Waktu : 11.00 – 13.30 Wita

Lokasi : online

3.2 Review dari narasumber


Pembicara 1 : I Wayan Julian Putra
Nama kakak penyuluh perikanan diseraya adalah kak I wayan
Julian putra salah satu penyuluh perikanan tangkap di seraya timur
dimana penangkapanya ada metode penagkapan jarring insang dan
pancing tonda. Dimana jaring nelayan itu kebanyakan memakai 500
meter dengan ukuran jarring 2 in tetapi semua rata-rata memaki 2 in.
dan diwilayah penangkapan nya di selat Lombok. Tetapi tergantung
dimana kita mendapatkan informasi dimana keberadaan ikan.
Misalnya di nusa penida maka kita berangkat jam 4 dengan mengirit
bahan bakar apabila kita berangkat jam 4 makan bisa memakai angin
atau layar. Sekitar jam 6 kita seting alat jaring dan diamkan beberapa
menit dan turunkan pancing tonda dan disana kita menetukan ada atau
tidak adanya ikan karena pancing tonda dapat medeteksi dimana
keberadaan ikan tidak beberapa kemudian kita mengambil jaring tonda
kembali. Proses penjualan ikan ya di peroleh di TPI langsung dikirim
tapi yang paling dominan didaerah kusamba karena penentu harga
dikan dikusamba dari segi tangakap dan pemasaran ikan di seraya.
Diseraya timur ikanya termasuk ikan pelagis dan dimana ada
beberapa cara untuk mengetahui keberadaan ikan dilaut seperti
berdasarkan musim , berdasarkan burung yang banyak terbang diatas
laut , suhu permukaan jika airnya hangat dituruni ,jika airnya dingin
tidak dituruni.dan juga bagaimana cara menyelamatkan nelayan yang
ada musibah maka pertama menyelamatakan diri sendiri setelah itu
baru bisa meminta bantuan kepada orang lain .dengan cara
menghubungi petugas, mengibarkan bendera jika dimalam hari
mengunakan senter.serta sekarang informasi sudah canggih maka kita
bisa mengunakan BMKG atau perkiraan cuaca.proses penanganan
bagi nelayan tetang keselamat saat melaut prosesya sangat cepat dari
basarmas pecaharianya kurang lebih 7 hari apabila tidak ditemukan
dalam 7 hari maka dihentikan dan terdiri beberapa kelompok pertama
dari bakaplang,kedua dari basarmas,ketiga kelompok nelayan.
Paska panen ikan diseraya ada 3 yaitu pertama panen, kedua
peralihan, ketiga peceklik dimana paska panen itu memiliki sasi
1,2,3,4 dan kepuncak setelah itu keperalihan dan pada paceklik itu
dibulan juli- agustus dan harga ikan tergantung pada musim panen
apabila dimusim panen maka harga ikanya murah.dan juga lokasi
tempat penjualan ya ke pasar lokal dan PT.

Pembicara II : Emanuel Erwin widiatmoko, S.kel


Bapak Emanuel Erwin widiatmoko memberi materi tentang
bagaiamna penyuluhan di bidang perikanan tangkap dan bubidaya
perikana. Maka Pelaksaanan penyuluhan perikanan memiliki aksi
pertumbuhan dan pengembangan kelompok perikanan, penerapan
materi, media dan metode penyuluh perikanan, peningkatan akses
ipteks, kemitraan usaha kp. Serta memeiliki berbagai media yang perlu
digunakan dalam penyuluh yaitu informasi, teknologi, rekayasa sosial,
menajemen, ekonomi, hukum dan kelestarian lingkungan dengan
memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan pelaku
utama perikanan dengan memperhatikan pemamfaatan dan pelestarian
sumberdaya perikanan. Dimana juga penyuluh memiliki sasaran jarak
yaitu lansung dan tidak langsung sasarana yang di capai yaitu
pendekatan perorangan, pendekatan kelompok, pendekatan massal.
Dimana sasaran penyuluh memiliki pihak yang paling berhak
memperoleh mamfaat penyuluh dibagi menjadi 2 bagian yaitu yang
paling pertama sasaran utama terdiri pelaku utama dan pelaku usaha
yang kedua sasaran antara yaitu pemangku kepentingan lainya yang
meliputi kelompok atau lembaga pemerhati dibidang perikanan,
pertanian, kehutanan serta para generasi muda dan tokoh masyarakat.
Penyuluh perikanan bekerjasama dengan pasar tradisional, pasar
modern memiliki tujuan untuk memfalitassi permintaan dan
penawaran oleh kedua belah pihak anatara pelaku usaha dan pelaku
utama. Penumbuhan dan pengembangan pada kelompok perikanan
yaitu karakteristik pelaku utama yang akan dikelompokna dengan
perlu adaya data umur, pendidikan, pengalama usaha, komuditas yang
di usahakan dan mempunyai data responden sebagai data primer yang
merupakan data actual yang akan menghasilkan data yang potensial
serta memiliki data-data dalam kelembagaan,persepsi , partisipasi dan
pendapatan, serta avokasi pertumbuhan pada kelompok adalah
melakukan pertemuan lanjutan dengana pemerintah dan tokoh
masyarakat.
Perubahan yang perlu diharapakan dalam penyuluh
pengetahuan baik jelas maupun jumlahnya keterampilan dalam
melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan keperluanya, kecakapan
dalam berpikir untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam
keseharianya, sikap yang cenderung untuk tidak berprasangka terhadap
hal yang belum dikenal, mencoba sesuatu yang baru, mau bekerjasama
dalam menyelesaikan masalah dan menimbulkan swadaya serta mau
menjaga lingkungan dan melestarikan. Fungsi penyuluhan
menjembatani kesenjangan antara praktis yang biasa di jalankan oleh
sasaran dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang
menjadi kebutuhan sasaran berkembang. Serta memiliki peran tenaga
pendamping sebagai motivator, fasilitator, mediator dan dinamisator
penyelengaraan penyuluh, sebagai agen pemberdayaan masyarakat
pelaku usaha dan pelaku utama perikakan dengan meningkatakan
pengetahuan sikap dan perilakunya dibidang penangkapan budidaya
pengolahan dan pemasaran ikan, sebagai subjek pembangunan dan
keberhasilan pembanguanan sektor kelautan dan perikanan. Untuk
mengetahui pembinaan dalam penyuluhan yang efektif maka perlu
banyak melakukan pelatihan yang banyak supaya pembinaan ya itu
berjalan dengan lancar dan berkembang dari tahun ke tahun
berikutnya.

3.3 Peranan penyuluh perikanan


Penyuluh perikanan mengembangkan sistem perikanan yang
berkelanjutan, dalam upaya mewujudkan tujuan tersebut diperlukan
upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang
berguna dalam menunjang pembangunan termasuk bidang perikanan.
Peningkatan kualitas ini tidak hanya dalam peningkatan produktivitas
para pembudidaya, namun dapat meningkatkan kemampuan mereka
agar dapat lebih berperan dalam berbagai proses pembangunan serta
penyuluhan merupakan faktor yang penting dalam mewujudkan tujuan
pembangunan bidang perikanan. Melalui penyuluhan perikanan,
masyarakat perikanan dibekali dengan ilmu, pengetahuan,
keterampilan, pengenalan paket teknologi dan inovasi baru di bidang
perikanan dengan sapta usahanya, penanaman nilai-nilai atau prinsip
akuakultur, mengkreasi sumber daya manusia dengan konsep dasar
filosofi rajin, kooperatif, inovatif, kreatif dan sebagainya. Serta
memiliki mengubah sikap dan perilaku masyarakat pembudidaya agar
mereka tahu dan mau menerapkan informasi anjuran yang dibawa dan
disampaikan oleh penyuluh perikanan. Penyuluhan di bidang
akuakultur dilaksanakan untuk menambah kesanggupan para
pembudidaya dalam usahanya memperoleh hasil-hasil yang dapat
memenuhi keinginan mereka. Jadi penyuluhan tujuannya adalah
perubahan perilaku pembudidaya, sehingga mereka dapat
memperbaiki cara membudidaya, meningkatkan pendapatan dan
keuntungan pembudidaya dan menjadikan kehidupannya lebih layak,
atau yang sering dikatakan keluarga maju dan sejahtera.
Salah satu tugas penyuluh perikanan adalah menyebarluaskan
akses teknologi yang telah direkomendasi oleh KKP, melalui difusi
teknologi ini bertujuan untuk membangunkan dan meningkatkan
potensi wilayah yang produktif dalam menghasilkan suatu komoditi
unggulan spesifik lokasi serta memberikana bagaimana cara mengatasi
perikanan tangkap yang memiliki beberapa kendala dan juga
menyangkut berbagai masalah jadi penyuluh yang akan membantu
bagaimana membuat solusi tersebut dalam perikanan tangkap.
Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Bidang Perikanan Budidaya,
Perikanan Tangkap, Kelautan Pesisir dan Pengawasan, Penyuluhan
dan Usaha Kelautan Perikanan Pelaksanaan dan pembinaan
administrasi kepada seluruh unit kerja di lingkungan Dinas; dan
Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur, sesuai tugas
dan fungsinya.
Fungsi penyuluhan perikanan adalah menjembatani
kesenjangan antara praktis yang biasa di jalankan oleh sasaran dengan
pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang menjadi
kebutuhan sasaran berkembang. Serta memiliki peran tenaga
pendamping sebagai motivator, fasilitator, mediator dan dinamisator
penyelengaraan penyuluh, sebagai agen pemberdayaan masyarakat
pelaku usaha dan pelaku utama perikakan dengan meningkatakan
pengetahuan sikap. Nurdin (2018) bahwa pola pengembangan
kelembagaan pelaku utama perikanan yang dilakukan oleh penyuluh
perikanan bekerjasama dan bersinergi dengan pihak-pihak terkait
(Dinas Peternakan dan Perikanan, peneliti, dosen, dan tenaga ahli)
yang kompeten sesuai dengan substansi materi pembinaan yang
dibutuhkan. Peran penyuluh membantu perkembangan dan kemajuan
kelembagaan kelompok (Restuwati 2013). Penyuluh perikanan
membina kelompok perikanan minimal 10 kelompok perikanan.
Kelompok perikanan ini memiliki anggota minimal 10 orang, artinya
seorang penyuluh perikanan membina pelaku utama perikanan
minimal sebanyak 100 orang. Hal ini diduga bahwa keberadaan
kelompok perikanan sangat membantu penyuluh perikanan dalam
penyelenggaraan penyuluhan perikanan yang efektif dan efesien.
Potensi penyuluh perikanan adalah meningkatnya perikanan
tangakap dan budidaya perikanan di Indonesia serta berkembang
karena adanya penyuluhan sebagian masyarakat mau membudidaya
sebagai pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan.sehingga
sektor –sektor perikanan di Indonesia berkembang salah satunya
diseraya timur dimana perikanan tangkapnya sudah bagus dan alat
tangkap yang digunakan sudah mengunakan alat tangkap yang bagus
seperti giil net dan pancing tonda jadi dari data yang didapat kan
penangkapan di ikan di seraya sudah berkembang dari tahun ke tahun.
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam laporan penyuluhan perikanan ini yaitu
sebagai berikut:
Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama
serta pelaku usaha agar mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian
fungsi lingkungan hidup.
Penyuluh perikanan mengembangkan sistem perikanan yang
berkelanjutan, dalam upaya mewujudkan tujuan tersebut diperlukan
upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang
berguna dalam menunjang pembangunan termasuk bidang perikanan.
Peningkatan kualitas ini tidak hanya dalam peningkatan produktivitas
para pembudidaya, namun dapat meningkatkan kemampuan mereka
agar dapat lebih berperan dalam berbagai proses pembangunan serta
penyuluhan merupakan faktor yang penting dalam mewujudkan tujuan
pembangunan bidang perikanan. Melalui penyuluhan perikanan,
masyarakat perikanan dibekali dengan ilmu, pengetahuan,
keterampilan, pengenalan paket teknologi dan inovasi baru di bidang
perikanan dengan sapta usahanya. Potensi penyuluh perikanan adalah
meningkatnya perikanan tangakap dan budidaya perikanan di
Indonesia serta berkembang karena adanya penyuluhan sebagian
masyarakat mau membudidaya sebagai pekerjaan utama maupun
pekerjaan sampingan.sehingga sektor –sektor perikanan di Indonesia
berkembang.

4.2 Saran
Dalam pratikum penyuluhan perikanan ini perlu dilakukan
kedepanya dilaksanakan cecara offline dan serta dilakukan secara
praktek kelapangan supaya mahasiswa dapat mengetahui bagaimana
peran penyuluh bagi perikanan tangkap maupun budidaya perikan
yang bergerak dibidang sertor perikanan. Agar dapat bisa menyusun
laporan pratikum dengan baik serta efesien, efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Haryadi, Ikhsan, Siti Amanah, dan Suwardi Suriatna. 2015. Persepsi Pembudidaya
Ikan Terhadap Kompetensi Penyuluh Perikanan di Kawasan Minapolitan
(Kasus di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat). Jurnal Penyuluhan 10(2).
Doi: 10.25015/penyuluhan.v10i2.9920.
Hermawan, Aan, Siti Amanah, dan Anna Fatchiya. 2017. Partisipasi Pembudidaya
Ikan dalam Kelompok Usaha Akuakultur di Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal
Penyuluhan 13(1):1. Doi: 10.25015/penyuluhan.v13i1.12903.
Kurniawan, Tikkyrino, dan Riesti Triyanti. 2011. Profil Usaha Budidaya Ikan Lele di
Kabupaten Bogor. Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan
Perikanan 6(2):40. Doi: 10.15578/marina.v6i2.5812.
Kusdiantoro, Achmad Fahrudin, Sugeng Hari Wisudo, dan Bambang Juanda,(2019)
perikanan tangkap di Indonesia potret dan tantangan perikanan berkelanjutan
Vol. 14 No. 2 Desember 2019: 145-162

Leilani, Ani, dan Aan Hermawan. 2010. Pengaruh Pendekatan Kelompok Terhadap
Keberdayaan Pembudidaya (Kasus di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta). Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan 4(2):53 67.
Doi: 10.33378/jppik.v4i2.18.
Lita, Noor Piito Sari Nio, dan Azam Bachur Zaidy. 2016. Kinerja Penyuluh
Perikanan Swadaya di Kabupaten Bogor. Jurnal Penyuluhan Perikanan dan
Kelautan 10(3):150 63. Doi: 10.33378/jppik.v10i3.75.
Nurdin, M. 2018. Perkembangan Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan di
Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor.in Prosiding Seminar Nasional
Perikanan dan Penyuluhan 2018, diedit oleh W. Hadie. Bogor (ID):
Masyarakat Iktiologi Indonesia
LAMPIRAN
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai