Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

DINAMIKA POPULASI IKAN


KAJIAN STOK DAN TINGKAT EKSPLOITASI SUMBERDAYA IKAN DI
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

OLEH
FENI SUSANTI
17/412835/PN/15157
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN

DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat dan salam
kami sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi Muhammad SAW. Diantara sekian
banyak nikmat Allah SWT yang membawa kita dari kegelapan ke dimensi terang yang
memberi hikmah dan yang paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh
karenanya saya dapat menyelesaikan tugas makalah Dinamika Populasi Ikan ini dengan baik
dan tepat waktu.
Maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas yang diberikan oleh Dosen pada mata kuliah “Dinamika Populasi Ikan”. Dalam proses
penyusunan tugas ini saya menjumpai hambatan, namun berkat dukungan materil dari
berbagai pihak, akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan cukup baik, oleh karena
itu melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada
1. Dr. Ir. Djumanto, M.Sc. selaku Dosen pembimbing mata kuliah Dinamika Populasi Ikan.
2. Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun material sehingga
dapat makalah ini dapat terselesaikan.

Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal yang benar
datangnya hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari Allah SWT, meski begitu tentu
tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya.
Harapan saya semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi saya sendiri dan bagi pembaca
lain pada umumnya.

Yogyakarta, 2 Mei 2019

Feni Susanti

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2

C. Maksud dan Tujuan .............................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 4

A. Kondisi Perikanan Tangkap Di Provinsi NTB Serta Cara dan Tingkat Eksploitasi yang
Sudah Dilakukan Oleh Stake Holder………………………………………………………….…4
1. Penangkapan Ikan Di Wilayah Perairan Laut NTB ........................................................ 4

2. Penangkapan Ikan di Perairan Umum............................................................................. 6

B. Persoalan yang Ada/Timbul yang Disebabkan Oleh Berbagai Faktor……………..………8


C. Segi Positif dan Negatif Eksploitasi yang Sudah Dilakukan Oleh Stake Holder………….10
a) Segi Positif .................................................................................................................... 10

b) Segi Negatif .................................................................................................................. 11

D. Upaya Mempertahankan Kondisi Perikanan Agar Tidak Kolaps dan Alternatif Cara
Penanganan Stok yang Ada……………………………………………………………...12
1. Pengendalian Upaya Penangkapan ............................................................................... 12

2. Pengendalian Ukuran Ikan yang Tertangkap ................................................................ 12

3. Pengelolaan Lingkungan Habitat .................................................................................. 13

4. Pengendalian Armada Perikanan Tangkap ................................................................... 13

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 15

A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 15

B. Saran ................................................................................................................................... 15

iii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... iv

iv
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, jumlah kebutuhan akan lahan darat
yang terbatas menjadi kurang sesuai untuk lahan pertanian. Selain itu, kebutuhan akan bahan
sandang dan pangan pun meningkat. Terbatasnya lapangan kerja yang tersedia juga memicu
jumlah penduduk menjadi nelayan. Seperti diketahui bahwa profesi nelayan bagi masyarakat
Indonesia pada umumnya merupakan profesi yang diperoleh secara turun temurun yang tidak
memerlukan tingkat pengetahuan dan pendidikan formal tertentu.
Sebagai provinsi kepulauan, Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki potensi
sumberdaya kelautan dan perikanan yang cukup besar. Dengan luas perairan laut sebesar
29.159,04 km² (59,13 %) yang lebih luas dari wilayah daratannya yang sebesar 20.153,15
km² (40,87 %), Provinsi NTB mempunyai ekosistem perairan yang terbilang lengkap seperti
perairan laut pelagis, laut demersal, ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil yang kaya akan
terumbu karang, padang lamun, mangrove hingga perairan umum seperti waduk, danau,
sungai dan embung yang berlimpah sumberdaya perikanan dan kelautan. Oleh karenanya di
Provinsi NTB dapat dikembangkan kegiatan perikanan tangkap di laut dan perairan umum,
perikanan budidaya laut, air payau dan air tawar, pengolahan produk hasil perikanan dan
kelautan, tambak garam, konservasi dan wisata bahari, hingga pemanfaatan sumberdaya laut
dalam sebagai bahan kosmetik, obat-obatan maupun industri (Dinas Kelautan dan Perikanan
Prov. NTB, 2015).
Jumlah nelayan yang besar akan terkait pula dengan jumlah dan jenis alat tangkap
yang dioperasikan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa penambahan jumlah unit
penangkapan, terutama pada perikanan skala kecil sulit dikendalikan. Jumlah alat tangkap
yang terlalu banyak dioperasikan mengakibatkan suatu daerah penangkapan over fishing
sehingga dapat dipastikan akan mempengaruhi tangkapan nelayan. Persaingan yang tinggi
akhir-akhir ini untuk mendapatkan ikan telah mengilhami nelayan untuk menangkap ikan
dengan cara yang kurang bijaksana misalnya dengan menggunakan bahan dan alat tangkap
yang tidak diperbolehkan seperti penggunaan potassium, bom ikan dan alat tangkap yang
tidak ramah lingkungan (muro ami, pukat pantai, dan lain-lain) (Karnan, 2012).
Penangkapan berlebih atau ”over fishing” sudah menjadi kenyataan pada berbagai
perikanan tangkap di dunia. Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) memperkirakan

1
75% dari perikanan laut dunia sudah tereksploitasi penuh, mengalami tangkap lebih atau stok
yang tersisa bahkan sudah terkuras – hanya 25% dari sumber daya masih berada pada kondisi
tangkap kurang (FAO, 2002). Saat ini, ciri dasar dari sumber daya perikanan dunia
menunjukkan gejala yang terus menerus ke arah penipisan berbagai stok ikan yang disertai
dengan tingginya tingkat modal dan tenaga kerja yang ditanamkan untuk kegiatan
penangkapan. Kondisi ini juga diikuti oleh hasil tangkapan yang rendah serta sedikitnya
pendapatan yang dapat diterima oleh nelayan.
Widodo & Suadi (2006) mengatakan bahwa dalam suatu populasi tertutup,
keberadaan suatu stok ikan dipengaruhi oleh rekrutmen, pertumbuhan, mortalitas alami dan
penangkapan dalam usaha perikanan. Faktor rekrutmen (recruitment), pertumbuhan
(growth), dan mortalitas alami (mortality) merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan.
Dari aspek ini, pemanfaatan sumber daya ikan berkelanjutan dapat dilakukan jika
pengoperasian suatu alat tangkap direncanakan secara matang dan terencana dengan
memperhatikan keseimbangan pemanfaatan sumber daya ikan baik secara ekonomi, ekologi
dan lingkungan.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai informasi kajian stok dan tingkat
eksploitasi sumberdaya ikan di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Informasi tersebut didapatkan
dari berbagai sumber yang terpercaya. Maka dari itu, untuk menambah pengetahuan
mengenai kondisi pemanfaatan perikanan dan dinamika populasi ikan di Provinsi Nusa
Tenggara Barat ,pada makalah ini akan dibahas mengenai beberapa informasi diantaranya
yaitu kondisi eksisting dan persoalan yang ada/timbul yang disebabkan berbagai faktor, segi
positif dan negatif cara dan tingkat eksploitasi yang sudah dilakukan oleh stake holder, upaya
mempertahankan kondisinya agar tidak kolaps, serta alternatif cara penanganan stok yang
ada.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai ber
ikut :
1. Bagaimana kondisi perikanan tangkap di Provinsi NTB serta cara dan tingkat
eksploitasi yang sudah dilakukan oleh stake holder ?
2. Bagaimana persoalan yang ada/timbul yang disebabkan berbagai faktor ?
3. Bagaimana segi positif dan negatif dari tingkat eksploitasi yang sudah dilakukan oleh
stake holder?
4. Bagaimana upaya mempertahankan kondisinya agar tidak kolaps?

2
5. Bagaimana alternatif cara penanganan stok yang ada?
C. Maksud dan Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi perikanan tangkap di Provinsi NTB serta cara dan tingkat
eksploitasi yang sudah dilakukan oleh stake holder
2. Untuk mengetahui persoalan yang ada/timbul yang disebabkan berbagai faktor
3. Untuk mengetahui segi positif dan negatif dari tingkat eksploitasi yang sudah dilakukan
oleh stake holder
4. Untuk mengetahui upaya mempertahankan kondisinya agar tidak kolaps
5. Untuk mengetahui alternatif cara penanganan stok yang ada

3
BAB II PEMBAHASAN

A. Kondisi Perikanan Tangkap Di Provinsi NTB Serta Cara dan Tingkat Eksploitasi
yang Sudah Dilakukan Oleh Stake Holder
1. Penangkapan Ikan Di Wilayah Perairan Laut NTB
Potensi lestari perikanan Provinsi NTB sekitar 129.863,0 ton/th, yang terdiri dari
perairan pantai sebesar 67.906 ton/th, perairan lepas pantai sekitar 61.957 ton/th dan Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE) sekitar 298.576 ton/th. Secara lengkap luas areal dan potensi
sumberdaya perikanan tangkap diperairan Provinsi NTB disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Panjang Pantai, Luas Areal dan Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan
Tangkap di Perairan Nusa Tenggara Barat.

Kab/Kota Panjang Luas Areal Potensi Lestari ( ton/Tahun)


Wilayah Pantai Laut (Km)
Pelagis Demersal Total
Produksi (Km)

Kota 2.910,2
8,9 171,38 2.151,1 5.061,3
Mataram
Lombok
182,7 4.070,62 9.126,8 12.347,9 21.474,7
Barat
Lombok
Tengah 82,0 975,00 2.626,0 2.857,0 5.483,0

Lombok 10.489,2
Timur 220,0 2.829,00 7.752,8 18.242,0

Sumbawa 2.200,3
Barat 168,7 1.748,81 1.626,3 3.826,6

Sumbawa 782,8 8.171,19 14.858,5 20.102,9 34.961,4

Dompu 416,0 2.753,00 4.448,0 5.006,0 9.454,0

Bima 446,0 8.235,10 11.202,5 15.156,5 26.359,0

Kota Bima 27,7 204,90 2.125,4 2.875,6 5.001,0

4
NTB 2.333,0 29.159,0 55.917,4 73.945,6 129.863,0

Jumlah produksi penangkapan ikan di wilayah perairan laut Nusa Tenggara Barat
pada tahun 2013 sebesar 142.187,4 ton, dengan nilai Rp. 1.675.662.486.000,-. Sedangkan
produksi perikanan tangkap dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada
tabel 4 dibawah ini.
Tabel 2. Jumlah Produksi Penangkapan Ikan di Laut Menurut Kab/Kota Se – Nusa
Tenggara Barat Tahun 2009 s/d 2013.

No Kabupaten/Kota JUMLAH PRODUKSI ( TON )

NTB 2009 2010 2011 2012 2013

1 Lombok Barat 9.174,39 9.211,11 9.202,4 9.358,2 9.854,3

2 Lombok 1.441,83 1.469,32 1.645,8 1.665,8 1.748,8

Tengah

3 Lombok Timur 15.376,0 15.683,5 13.095,3 12.585,1 10.543,9

0 2

4 Sumbawa 38.785,7 41.099,0 43.176,7 44.551,3 46.617,2

5 Sumbawa 3.015,9 3.133,60 3.084,3 21.940,3 3.476,5

Barat

6 Dompu 5.328,1 6.631,70 37.659,70 29.200,5 30.211,8

7 Bima 17.773,3 24.592,8 21.986,70 3.337,2 29.460,2

8 Mataram 1.605,5 5 1.764,2 1.639,5 1.635,8

5
1.706,86

9 Kota Bima 1.308,1 1.373,50 1.483,7 1.517,8 1.581,8

10 Lombok Utara 5.412,02 6.983,90 7.071,3 6.985,6 7.0571,1

Se – NTB 99.220,8 111.885, 140.170,0 132.781,2 142.187,

Sumber : Statistik Perikanan Tangkap Dinas Kelautan & Perikanan NTB, 2013

2. Penangkapan Ikan di Perairan Umum


Potensi sumberdaya penangkapan ikan di wilayah perairan umum Nusa Tenggara
Barat diperkirakan mencapai luas 12.208,14 ha dengan rincian per kabupaten dan menurut
jenis perairan umum dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini:
Tabel 3. Potensi Sumberdaya Penangkapan Ikan di Perairan Umum Menurut Kab/
Kota Se–Nusa Tenggara Barat.

Jenis Perairan
Kabupaten/Kota Umum Potensi

NO Areal (Ha) Produksi (Ton)

1 Lombok Barat Sungai


2.000,00 200,00
termasuk Kota
Dam/Waduk
Mataram 668,75 401,25

Danau/Telaga 611,00 122,20


Alam

Jumlah 3.279,75 723,45

2 Lombok Tengah Sungai 300,00 30,00

Dam/Waduk 1.790,05 1.074,03

Embung 119,00 29,75

Jumlah
2.209,05 1.133,78

3 Lombok Timur Sungai 431,00 43,10

6
Dam/Waduk 330,00 198,00

Danau 208,00 41,60

Embung 685,30 171,33

Jumlah
1.654,30 454,03

4 Sumbawa Sungai 900,00 90,00

Waduk 2.073,79 1.244,27

Rawa 987,00 863,63

Jumlah
3.960,79 2.197,90

5 Dompu Sungai 295,00 29,50

Dam/Waduk 129,03 77,42

Jumlah
424,03 106,92

6 Bima Sungai 400,00 40,00

Dam/Waduk 193,22 115,93

Danau/Telaga 87,00 17,40

Jumlah
680,22 173,33

7 Se – NTB Sungai 4.326,00 432,60

Dam/Waduk 5.184,84 3.110,9

Danau 906,00 181,2

Rawa 987,00 863,63

Embung 804,30 201,08

Jumlah
12.208,1 4.789,41

Jumlah produksi penangkapan ikan di wilayah perairan umum NTB pada tahun 2012
tercatat sebanyak 493 buah berupa armada perahu tanpa motor (jukung) 448 buah dan 45
buah perahu motor tempel. Jumlah rumah tangga perikanan (RTP) penangkapan ikan di
wilayah perairan umum NTB pada tahun 2012 tercatat sebanyak 2.928 RTP terdiri dari 2.227
RTP tanpa perahu dan 599 RTP perahu tanpa motor (jukung) dan 35 RTP dengan perahu

7
motor tempel. Jumlah produksi penangkapan ikan di wilayah perairan umum Nusa Tenggara
Barat pada tahun 2013 tercatat sebesar 3.575,2 ton dengan nilai produksi sebesar Rp.
51.302.129,- Sedangkan produksi penangkapan ikan di perairan umum pada tahun 2009
sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. Jumlah Produksi Penangkapan Ikan di Perairan Umum Menurut Kabupaten/Kota Se
– Nusa Tenggara Barat Tahun 2009 s/d 2013.

Jumlah Produksi (Ton)


NO Kabupaten/Kota
2009 2010 2011 2012 2013

1
Lombok Barat 162,6 184,60 315,20 175,2 173,10

2
Lombok 509,1 799,14 725,20 850,0 926,90

3
Tengah 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00

4
Lombok Timur 1.786,7 1.831,60 1.875,60 1.942,0 2.031,5

5
Sumbawa 338,2 341,40 279,00 405,6 428,20

6
Sumbawa 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00

7
Barat 26 27,30 27,30 0,00 0,00

8
Dompu 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00

9
Bima 89,5 94,30 23,40 16,1 15,50

10
Mataram - 0,00 0,00 0,00 0,00

B. Persoalan yang Ada/Timbul yang Disebabkan Oleh Berbagai Faktor


No Isu Permasalahannya Dampak Potensial
ASPEK EKONOMI
Daya saing produk
perikanan tangkap Usaha perikanan tangkap Penyediaan lapangan kerja
1. yang masih rendah - belum efisien - akan berkurang
- -
Kontinuitas produksi Pendapatan masyarakat

8
tidak stabil akan menurun.
Penerimaan devisa akan
- menurun
Kurang
berkembangnya
pasar domestik
untuk produk
perikanan Sistem logistik ikan Usaha perikanan akan
pengamanan kualitas belum tertata dengan baik sangat tergantung dengan
2. ikan - dan efisien - negara pengimpor

Kualitas masyarakat
Daya beli sebagian besar Indonesia akan menurun,
masyarakat Indonesia akibat rendahnya tingkat
- masih lemah - konsumsi ikan per kapita

-Tingkat pemahaman
untuk pengamanan Akan terjadi penggunaan
kualitas ikan pada bahan-bahan yang
nelayan/pembudi daya berbahaya untuk
ikan masih kurang mengawetkan /

Akses untuk
permodalan bagi
pengembangan usaha Prosedur perbankan yang
perikanan tangkap sulit dipenuhi bagi Usaha perikanan yang ada
3. terbatas - nelayan skala kecil. - tidak akan berkembang
-Akan terjadi
- Tingkat suku bunga tingkatpemanfaatan sumber
kredit yang masih relatif daya ikan yang tidak
tinggi berimbang dan optimal

ASPEK SOSIAL
Profesi nelayan masih Sulit mewujudkan praktik
Kualitas nelayan termasuk pekerjaan praktik penangkapan ikan
sebagian besar masih informal dan tanpa yang profesional dan
4. relatif rendah - persyaratan - bertanggungjawab
-Sistem upah untuk Tingkat kesejahteraan
nelayan buruh masih nelayan buruh akan sulit
bersifat harian dengan ditingkatkan, karena tidak

9
cara bagi hasil memiliki kemampuan
manajemen keuangan yang
baik
-Sebagian besar nelayan
skala kecil berusaha
secara sendiri-sendiri -Posisi tawar nelayan
(individual). menjadi lemah

ASPEK LINGKUNGAN
Kegiatan Illegal,
Unregulated and Kurangnya sarana dan Sumber daya ikan (SDI)
Unreported (IUU) SDM penegak hukum di akan mengalami degradasi
5. Fishing - laut - dan overfishing
-Belum diberdayakannya
petugas Pengawas
Sumberdaya Ikan dan -Hilangnya nilai devisa dari
Pengawas Kapal lkan sub-sektor perikanan
secara optimal tangkap
-Berkurangnya nilai PNBP
sub-sektor perikanan
tangkap.
Manipulasi ukuran GT
- kapal

-
Kemampuan sebagian
besar armada perikanan
tangkap di Indonesia
hanya dapat beroperasi di
Padat tangkap perairan pantai, karena SDI di perairan pantai akan
(Overfishing) di skalanya yang relatif mengalami degradasi
6. perairan pantai - kecil. - hingga kepunahan
-Usaha perikanan rakyat
akan mengalami degradasi
hingga menuju
kebangkrutan
- Kebijakan ”limited
access”
Sumber: Kementerian PPN / Bappenas Direktorat Kelautan dan Perikanan
2014
C. Segi Positif dan Negatif Eksploitasi yang Sudah Dilakukan Oleh Stake Holder

10
a) Segi Positif
1. Untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan,
2. Pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat,
3. Memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta
4. Peningkatan ekspor untuk menghasilkan devisa negara.
b) Segi Negatif
1. Menyebabkan menurunnya sumber daya ikan bahkan juga bisa punah, sehingga
akibatnya kegiatan ekonomi perikanan akan terhenti dan tentu akan berdampak pula
pada kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat yang terlibat kegiatan perikanan.
2. Menimbulkan eksploitasi besar-besaran yang dapat merusak kehidupan ekologi
perikanan.
3. Tanpa keberlanjutan kehidupan sosial para stakeholder perikanan maka proses
pemanfaatan perikanan dan kegiatan ekonominya akan menimbulkan berbagai
konflik sosial di masyarakat.
4. Aktivitas penangkapan ikan yang terlalu intensif atau berlebih, yang dalam jangka
panjang tentu akan menurunkan sumber daya ikan itu sendiri, dikarenakan tidak ada
kesempatan ikan melakukan recovery stok populasinya.
5. Unregulated fishing (penangkapan ikan yang tidak diatur), perkiraan besaran nilai
kerugiannya juga relatif besar akibat berdampak negatif pada lingkungan, walaupun
belum ada laporan terkait hal tersebut. Salah satu akibat penggunaan jenis alat-alat
tangkap ikan yang tidak diatur adalah tingginya hasil tangkapan by catch (hasil
tangkapan sampingan yang tidak dimanfaatkan) dan/atau juvenil (anak-anak ikan),
karena alat-alat penangkapan ikannya yang tidak/kurang selektif.

D. Upaya Mempertahankan Kondisi Perikanan Agar Tidak Kolaps dan Alternatif


Cara Penanganan Stok yang Ada
Alternatif cara penanganan stok yang ada serta konservasi ekosistem untuk pemulihan dan
keberlanjutan potensi sumber daya ikan di Nusa Tenggara Barat:
Kegiatan konservasi merupakan bagian dari pengelolaan sumber daya ikan untuk
menjamin agar ketersediaannya tetap lestari dan pemanfaatannya berkelanjutan berdasarkan
UU No. 32 Tahun 2004 yang telah direvisi menjadi Undang-Undang No. 45 Tahun 2009
tentang Perikanan dan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber
11
Daya Ikan. Dengan demikian perlu diambil langkah pengelolaan melalui penetapan
konservasi ekosistem dengan tujuan untuk memulih potensi stok sumber daya ikan.
Kegiatan konservasi (pemulihan habitat dan sumber daya ikan) merupakan bagian
dari pengelolaan sumber daya ikan untuk menjamin agar ketersediaannya tetap lestari dan
berkelanjutan berdasarkan UU No. 45 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun
2007. Menurut Fahry (2010), pemanfaatan sumber daya perikanan di NTB, belum bersifat
terpadu dan menyeluruh yang memprioritaskan prinsip-prinsip pemanfaatan sumber daya
ikan yang lestari dan berkelanjutan. Pedoman Pengendalian Pengelolaan Kawasan
Konservasi Laut Daerah Kabupaten Dompu dan rehabilitasi mangrove telah ditetapkan
melalui Peraturan Bupati No. 34 Tahun 2010. Dalam Peraturan Bupati tersebut belum
dijelaskan secara rinci mengenai pembagian zona dalam kawasan konservasi serta
pemanfaatannya pada masing-masing zona, sehingga perlu penyempurnaan zonasi kawasan
konservasi berdasarkan hasil-hasil penelitian terbaru.
Untuk tujuan pengelolaan sumber daya ikan, ada enam metode pengaturan yang biasa
dilakukan, yaitu pembatasan jumlah kapal penangkapan, penutupan daerah penangkapan,
penutupan musim, pembatasan ukuran mata jaring pada kantong, pembatasan ukuran ikan
yang didaratkan, dan sistem kuota penangkapan (Gulland, 1982; Garcia & Le Reste, 1981).
Prinsipnya metode pengaturan tersebut digolongkan menjadi dua, yaitu pengendalian upaya
penangkapan, dan pengendalian ukuran ikan yang tertangkap. Berdasarkan data dan
informasi yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian, terdapat beberapa alternatif pengelolaan
sumber daya ikan yang dapat diterapkan di Indonesia sebagai berikut:
1. Pengendalian Upaya Penangkapan

Pengaturan jumlah upaya penangkapan dapat dilakukan melalui pengurangan jumlah unit alat
tangkap baku yang didasarkan pada analisis catch-effort dan indikator-indikator biologi yang
sedang berlangsung. Agar tidak menimbulkan masalah sosial ekonomi, alternatif
pengurangan kapal/alat tangkap dapat dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan
antara lain keadaan layak laut, perahu yang tidak menangkap optimal, perahu yang sifatnya
musiman. Dari setiap alternatif juga diberikan informasi berapa lama kemungkinan pulihnya
stok. Alternatif lain dalam pengendalian penangkapan adalah pembatasan alat tangkap (gear
limitation) terutama terhadap ukuran minimum mata jaring (minimum mesh size) yang
digunakan (misalnya ukuran mata jaring pada bagian kantong trawl). Beberapa jenis alat
tangkapyang tidak selektif (terutama alat tangkap yang bersifat pasif di daerah pasang-surut)

12
benar-benar harus dibatasi penggunaannya.

2. Pengendalian Ukuran Ikan yang Tertangkap

Menetapkan panjang pertama kali tertangkap dan panjang pertama kali matang gonad (length
of first maturity) penting untuk meningkatkan rekrutmen melalui penerapan model-model
dinamik dalam rangka pendugaan hasil tangkapan maksimum yang berlanjut. Impelemtasi
dari aturan pengendalian ukuran dan jumlah udang yang tertangkap dilakukan dengan
metode penutupan daerah dan musim penangkapan. Pengaturan ini berkaitan erat dengan
ekologi, daur hidup dan aspek biologi ikan serta pembinaan kelestarian sumber.

3. Pengelolaan Lingkungan Habitat


Jika suatu perairan telah diketahui menjadi daerah pemijahan (dapat diestimasi melalui
persentase kematangan gonad ikan yang tertangkap) maka pada bulan-bulan tertentu harus
dilakukan upaya penutupan daerah dari kegiatan penangkapan (closed season/period).
Setelah diketahui adanya daerah asuhan maka harus ditetapkan pula adanya kawasan
perlindungan (sanctuary zone) di mana tidak diperbolehkan adanya kegiatan penangkapan
udang yang sedang dilindungi.
4. Pengendalian Armada Perikanan Tangkap
Bila modernisasi armada perikanan tangkap tidak dilakukan dan dikendalikan dengan
baik,tentu juga akan membawa dampak negatif, mengingat sebagian wilayah perairan laut
nasional sudah ada yang mengalami fenomena overfishing. Tekanan pemanfaatan
sumberdaya ikan yang intensif atau melalui pengembangan modernisasi armada kapal ikan
tanpa kontrol tentu akan makin memperburuk masalah overfishing di perairan-perairan laut
yang telah mengalami degradasi stok ikan. Selanjutnya, hal ini akan menimbulkan dampak
semakin memburuknya usaha perikanan tangkap nasional, yang pada akhirnya akan
menciptakan kemiskinan pada masyarakat perikanan Indonesia.
Zona kawasan konservasi perairan yang terdiri dari zona inti, zona perikanan
berkelanjutan, zona pemanfaatan, dan zona lainnya, dilakukan penataan berdasarkan fungsi
dengan mempertimbangkan potensi sumber daya, daya dukung, dan proses-proses ekologis.
Zona inti harus dimiliki setiap kawasan konservasi perairan dengan luas paling sedikit 2%
dari luas seluruh kawasan. Setiap kawasan konservasi perairan dapat memiliki satu atau lebih
zona sesuai dengan luasan karakter fisik, bio-ekologis, kondisi sosial, ekonomi, dan budaya.

13
Pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan tidak akan
pernah terlepas dari fungsi konservasi. Konservasi telah diyakini sebagai upaya penting yang
mampu menyelamatkan potensi sumber daya agar tetap tersedia. Konservasi telah menjadi
tuntutan dan kebutuhan yang harus dipenuhi sebagai harmonisasi atas kebutuhan ekonomi
masyarakat dan keinginan untuk terus melestarikan sumber daya yang ada bagi masa depan.
Manfaat konservasi telah nyata meningkatkan produksi perikanan tangkap, terutama terkait
dengan proses-proses biofisik, seperti spill-over, ekspor spesies ikan dewasa maupun benih
ke daerah penangkapan ikan, ekspor larva ikan dari tempat pemijahan yang tersedia sebagai
stok perikanan sehingga mampu mencegah kolaps tangkapan. Kawasan konservasi yang
dikelola secara konsisten beberapa tahun diharapkan mampu menyokong hasil tangkapan
ikan di luar kawasan meningkat 40%. Hasil kajian menyatakan bahwa produksi larva akan
meningkat pada perlindungan terhadap 20% - 30% luasan habitat penting di kawasan
konservasi (Suraji, 2015).

14
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kondisi perikanan tangkap di Provinsi NTB serta cara dan tingkat eksploitasi yang sudah
dilakukan oleh stake holder yaitu produksi perikanan tangkap dari tahun 2009-2013 secara
berturut-turut yaitu 99.220,8 ton; 111.885 ton; 140.170,0 ton; 132.781,2 ton; dan 142.187
ton.Sedangkan untuk potensi sumberdaya penangkapan ikan di perairan umum menurut Kab/
Kota Se–Nusa Tenggara Barat yaitu berjumlah 4.789,41 ton pada perairan danau, waduk,
embung, sungai, dan rawa. Cara eksploitasi yang sudah dilakukan oleh stake holder yaitu
dengan menggunakan perahu tanpa motor (jukung) dan perahu motor tempel.

2. Persoalan yang ada/timbul dibagi menjadi permasalahan yang disebabkan oleh ekonomi, s
osial, dan lingkungan.

3. Segi positif dan negatif dari tingkat eksploitasi yang sudah dilakukan oleh stake holder yai
tu untuk segi postif diantaranya meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan,
meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan, memperluas lapangan kerja, kes
empatan berusaha serta peningkatan ekspor untuk menghasilkan devisa negara. Segi negatif d
iantaranya yaitu menyebabkan menurunnya sumber daya ikan bahkan juga bisa punah,eksplo
itasi besar-
besaran yang dapat merusak kehidupan ekologi perikanan, menimbulkan berbagai konflik so
sial di masyarakat, menurunkan sumber daya ikan itu sendiri, berdampak negatif pada lingku
ngan.

4. Upaya mempertahankan kondisi perikanan agar tidak kolaps dan alternatif cara penangana
n stok yang ada yaitu dengan pengendalian upaya penangkapan, pengendalian ukuran ikan ya
ng tertangkap, pengelolaan lingkungan habitat , dan pengendalian armada perikanan tangkap.

B. Saran
Diperlukan -penelitian mengenai kajian stok dan tingkat yang lebih mendalam di Nusat Teng
gara Barat untuk mengetahui kondisi perikanan tangkap di Nusat Tenggara Barat agar mence

15
gah s um berda ya pe ri kanan dal am kond i si overf i shi ng at au bahkan punah

16
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Nusa Tenggara Barat. 2013. Statistik
perikanan tangkap Nusa Tenggara Barat. Pemerintah Daerah Propinsi
Nusa Tenggara Barat.

Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Nusa Tenggara Barat. 2015. Data pokok
perikanan dan kelautan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pemerintah
Daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat.

Fahry, M. 2010. Arahan pengembangan kawasan pesisisr, laut dan pulau- pulau ke
cil NTB. Jurnal Kelautan. 7(2): 80-91.
Food Agriculture Organization. 2002. The state of the world fisheries and aquaculture.
2002. FAO, Rome: FAO, 150 pp.

Garcia, S. & L. Le Reste. 1981. Life cycles, dynamics, exploitation and managem
ent of coastal penaeid shrimp stocks. FAO Fish. Tech. Pap. Rome, Ital
y (203): 215p.
Gulland, J.A. 1982. Some introducing guidelines to management of shrimp fisheri
es. Indian Ocean Programme. IOEC/Dev/72/24 : 12 p.
Karna, 2012. Model pengelolaan perikanan tangkap di Selat Alas - Nusa Tenggara
Barat. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor . Tesis.

Kementerian PPN / Bappenas Direktorat Kelautan dan Perikanan. 2014. Kajian str
ategi pengelolaan perikanan berkelanjutan. Kementrian Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia.

Suraji, S. 2015. Konservasi kunci pengelolaan perikanan berkelanjutan. https//ww


w linked ln.com. Diakses pada 4 Mei 2019.

Widodo, J. & Suadi. 2006. Pengelolaan sumber daya perikanan laut. Gadjah Mada Un
iversity Press. Yogyakarta. 252 hal.

ivi

Anda mungkin juga menyukai