Anda di halaman 1dari 5

TUGAS LIMNOLOGI

“Dampak Perubahan Iklim Terhadap Bumi”

OLEH
FENI SUSANTI
17/412835/PN/15157
MANAJEMEN SUMBERDAYA AKUATIK

DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
TUGAS LIMNOLOGI

“Dampak Perubahan Iklim Terhadap Bumi”

Feni Susanti
17/412835/PN/15157
Manajemen Sumberdaya Akuatik

 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Bumi

Perubahan Iklim adalah pergeseran statistik atau rata-rata jangka panjang cuaca.
Perubahan iklim sendiri dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor yang pertama
adalah natural variability atau faktor alam. Faktor kedua adalah human-induced factor atau
faktor manusia. Menurut Gernowo et al., (2012) perubahan iklim adalah berubahnya
kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa
dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia. Perubahan fisik ini tidak terjadi
hanya sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang.
Sedangkan menurut Sumaryati et al., (2001) mendefinisikan perubahan iklim adalah
perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu.
Sedangkan istilah perubahan iklim skala global adalah perubahan iklim dengan acuan
wilayah bumi secara keseluruhan. pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau
pada variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yang panjang
(biasanya dekade atau lebih). Selain itu juga diperjelas bahwa perubahan iklim mungkin
karena proses alam internal maupun ada kekuatan eksternal, atau ulah manusia yang terus
menerus merubah komposisi atmosfer dan tata guna lahan
Menurut Hairiah et al., (2016) dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perubahan
iklim terhadap bumi diantaranya adalah :
1. Peningkatan suhu bumi
Suhu rata-rata bumi telah menghangat sekitar 0,76 ° C selama 100 tahun terakhir,
dengan sebagian besar pemanasan ini terjadi dalam 20 tahun terakhir. Kenaikan suhu ini
mungkin terlihat kecil, namun kenaikan kecil pada suhu berdampak besar bagi iklim
dunia. Di Indonesia, perubahan iklim ditunjukkan oleh adanya 4 hal, yaitu: (a)
Peningkatan suhu rata-rata per tahunnya sekitar 0,3°C, (b) Curah hujan tahunan cenderung
menurun sekitar 2-3%, (c) Berubahnya rata-rata curah hujan, di wilayah bagian selatan
Indonesia cenderung menurun dan di bagian utara cenderung meningkat, (d) Terjadi
pergeseran musim (penghujan dan kemarau). Pada musim hujan di wilayah selatan
Indonesia semakin basah, sedangkan di wilayah utara semakin kering pada musim
kemarau (Boer and Faqih, 2004).
Pemanasan global berakibat langsung pada peningkatan suhu bumi. Secara
sederhana, pemanasan global dapat diartikan sebagai peningkatan suhu rata-rata
permukaan bumi dari tahun ke tahun. Menurut laporan terbaru dari NASA/GISS (2015),
bahwa suhu global terus mengalami kenaikan sebesar 0,68°C hingga tahun 2014 seperti
yang terlihat pada gambar dibawah ini
Gambar 1. Rata-rata tahunan perubahan suhu global di permukaan bumi berdasarkan data
pengamatan tahun 1880-2014 (NASA/GISS, 2015)

Penyimpangan suhu atau lebih dikenal dengan anomali suhu ini jauh di atas rata-rata
suhu bumi pada abad ke-20. Dilaporkan oleh Hance (2015) dalam Hairiah et al., (2016)
bahwa pada tahun 2014 adalah tahun terpanas dalam beberapa milenium terakhir.
Pemanasan global tersebut berdampak terhadap mencairnya es di kutub utara dan selatan,
maka tinggi permukaan laut meningkat sehingga akan mengganggu keseimbangan
ekosistem dan semua kehidupan. Suhu bumi yang meningkat dapat berdampak langsung
terhadap kehidupan manusia melalui:
a) Peningkatan konsumsi energi dan meningkatnya ancaman kelaparan akibat penurunan
produksi tanaman atau gagal panen, sebagai akibat dari evaporasi yang
beelebihannsehingga ketersediaan air sangat terbatas, serangan hama dan penyakit yang
meningkat.
b) Meningkatnya serangan wabah penyakit malaria, demam berdarah, diare, gangguan
pernafasan akibat meningkatnya kabut asap karena kebakaran hutan dan sebagainya.
2. Adanya perubahan curah hujan
Perubahan yang terjadi ditunjukkan dengan adanya ketidak-menentuan musim,
meningkatnya curah hujan pada saat musim penghujan sehingga meningkatkan potensi
kejadian banjir dan longsor yang dapat mengurangi luasan lahan pertanian, kekeringan dan
penurunan ketersediaan air berkepanjangan yang akan mempengaruhi pasokan air untuk
wilayah perkotaan dan pertanian, serta meluasnya kebakaran hutan.
3. Adanya kenaikan suhu dan tinggi muka laut (TML)
Kenaikan suhu permukaan laut berdampak terhadap 2 hal:
a) Merusak terumbu karang (coral bleaching) dan mengubah arus laut yang berakibat
pada pola migrasi ikan di laut yang berdampak besar terhadap penghasilan nelayan,
b) meluasnya genangan air laut dan abrasi di wilayah pesisir serta peningkatan intrusi air
laut ke daratan sehingga mengancam kehidupan di wilayah pesisir.
4. Adanya peningkatan kejadian iklim dan cuaca ekstrim
Dampak terjadinya cuaca ekstrim bisa beragam, bisa terjadi secara spontan dan memakan
banyak korban dalam jumlah besar (bencana), tetapi juga bisa berdampak tidak langsung
yaitu melalui hilangnya beberapa jasa lingkungan di lingkup sektor pertanian, perikanan
dan kelautan serta kesehatan. Dalam sektor pertanian antara lain berkurangnya populasi
hewan penyerbuk tanaman (polinator) dan penebar biji seperti burung, serta berkurangnya
populasi musuh alami dari hama dan penyakit tanaman.
Sedangkan menurut Susandi et al., (2008) dampak dari perubahan iklim yaitu :
•Semakin banyak penyakit (Tifus, Malaria, Demam, dll.)
•Meningkatnya frekuensi bencana alam/cuaca ekstrim (tanah longsor, banjir, kekeringan,
badai tropis, dll.)
• Mengancam ketersediaan air.
• Mengakibatkan pergeseran musim dan perubahan pola hujan.
• Menurunkan produktivitas pertanian.
• Peningkatan temperatur akan mengakibatkan kebakaran hutan.
• Mengancam biodiversitas dan keanekaragaman hayati.
• Kenaikan muka laut menyebabkan banjir permanen, kerusakan infrastruktur di daerah
pantai, dan menyebabkan tergenangnya air di wilayah daratan dekat pantai. Dampak lain
yang diakibatkan oleh naiknya muka laut adalah erosi pantai, berkurangnya salinitas air
laut, menurunnya kualitas air permukaan, dan meningkatnya resiko banjir.
Menurut Syahailatula (2008) dampak dari perubahan iklim yaitu salah satunya
berupa adanya ENSO atau lebih dikenal dengan istilah El Niño, didefinisikan sebagai
fenomena interaksi global laut – atmosfir. Akibat dari fenomena ini yaitu adanya fluktuasi
suhu permukaan air laut di daerah tropis Samudera Pasifik bagian timur, sehingga
fenomena ini juga memberikan dampak yang nyata pada iklim di belahan selatan bumi.
Dampak dari El Nino pertama kali diungkapkan pada tahun 1923 oleh Sir Gilbert Thomas
Walker, sehingga fenomena terpenting dari ENSO di Samudera Pasifik dinamakan
sirkulasi Walker. Kejadian ENSO sebagai pemicu variasi cuaca dan iklim di bumi muncul
dengan interval 3-8 tahun. Walaupun ENSO tidak mempengaruhi keseluruhan area di
bumi, namun ENSO dapat berpengaruh di Samudera Pasifik, Atlantik dan Hindia dengan
perubahan distribusi curah hujan, sehingga di beberapa tempat akan terjadi kekeringan.
ENSO mengakibatkan suhu permukaan laut meningkat dan lapisan termoklin
menipis. Kondisi ini jika disertai dengan kenaikan paras laut, akan mengakibatkan
menurunnya produksi primer di laut. Sirkulasi termoklin berhubungan dengan siklus
karbon dan ventilasi laut dalam, sehingga perubahan lapisan termoklin dapat mengganggu
siklus karbon dan proses biogeokimia dari sistem ini. Terganggunya siklus karbon
berdampak pada menurunnya fungsi laut sebagai salah satu komponen penyerap karbon.
Banyak studi memperkirakan CO2 yang diserap oleh lautan akan berkurang 4-28% selama
abad 21, sedangkan pada abad ke 20, tingkat penyerapan berkurang 8-10% akibat dari
naiknya suhu permukaan. Keterkaitan antara satu komponen dengan komponen yang lain
sangat jelas dipengaruhi oleh perubahan iklim (Syahailatula, 2008).
Daftar Pustaka

Boer, Faqih. 2004. Climate risk and adaptation country profile (Indonesia). Vulnerability, risk
reduction and adaptation to climate change. World Bank Group.

Gernowo, R., K.Adi, dan Z. Arifin. 2012. Studi awal dampak perubahan iklim berbasis
analisis variabilitas CO2 dan curah hujan (studi kasus; Semarang Jawa Tengah).
Berkala Fisika. 15(4): 101-104.

Hairiah. K., S. Rahayu, D. Suprayogo, dan C. Prayogo. 2016. Perubahan Iklim: Sebab dan
Dampaknya Terhadap Kehidupan. Bahan Ajar 1. Bogor, Indonesia: World
Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Program dan Malang,
Indonesia: Universitas Brawijaya.

National Aeronautics and Space Administration. 2015. Earth’s Recent History Key to
Predicting Global Temperatures. https://www.giss.nasa.gov/research/2015.html.
Diakses pada 5 September 2018.

Sumaryati, S. Hamdi., Nurlaini, dan D. Gusnita. 2001. Simulasi penyebaran CO2 di Semarang
dengan software LADM. Kontribusi Fisika Indonesia. 12(2): 33-39.

Susandi, A., I. Herlianti, M. Tamamadin, dan I.Nurlela. 2008.,Dampak perubahan iklim


terhadap ketinggian muka laut di wilayah Banjarmasin. Jurnal Ekonomi Lingkungan.
12(2): 72-80.

Syahailatua, A. 2008. Dampak perubahan iklim terhadap perikanan. Oseana.18(2): 25-32.

Anda mungkin juga menyukai