Anda di halaman 1dari 22

Laporan Praktikum Dinamika Populasi ikan

TINGKAT PEMANFAATAN DAN PENGUPAYAAN IKAN SELAR


(Selaroide leptolepis) BERDASARKAN LAPORAN TAHUNAN
PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA KWANDANG

Oleh :
Anita lumbangaol
200302058
IV/B

LABORATORIUM DINAMIKA POPULASI IKAN


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYAPERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan Ikan Selar


(Selaroide leptolepis) di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Kwandang
Tanggal Praktikum : 23 November 2022
Nama : Anita Lumbangaol
NIM : 200302058
Kelompok/Kelas : IV/B
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Diketahui oleh, Diperiksa oleh,


Asisten Koordinator Asisten Korektor

Intan Sahara Rahma Fahira


NIM.180302025 NIM.190302020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur khadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat Karunia-Nya
penulis dapat menyelesaskan laporan yantg berjudul “Tingkat Pemanfaatan dan
Pengupayaan Ikan Selar (Selaroide leptolepis) di Pelabuhan Nusantara
Kwandang” dengan sebaik mungkin. Adapun laporan ini disusun sebagai bagian
dari tugas praktikum mata kuliah Dinamika Populasi Ikan.
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada dosen
Ibu Desrita S.Pi., M.Si, Ibu Vindy Rilani Manurung, S.Pi., MP dan
Ibu Julia Syahriani Hasibuan, S.Pi., M.Si, selaku dosen mata kuliah Dinamika
Populasi Ikan. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh
asisten yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Dalam penulisan laporan praktikum ini, penulis menyadari bahwa laporan
ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan praktikum ini lebih baik dan
bermanfaat.

Medan, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................. 1
Tujuan Praktikum .............................................................................. 3
Manfaat Praktikum……..................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA
Tingkat Pemanfaatan Ikan Selar (Selaroide leptolepis ) ................... 4
Tingkat Pengupayaan Ikan Selar (Selaroide leptolepis) ................... 5
Upaya Penangkapan Ikan Selar (Selaroide leptolepis ) .................... 6

METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum .......................................................... 10
Alat dan Bahan Praktikum ................................................................ 10
Prosedur Praktikum ........................................................................... 10

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil .................................................................................................. 14
Pembahasan ....................................................................................... 15

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ....................................................................................... 17
Saran .................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi pengembangan perikanan
yang besar. Perairan umum daratan Indonesia mempunyai luas 13,85 juta ha yang
terdiri sungai dan paparan banjiran (flood plains), danau alam (natural lakes) dan
danau buatan (manmade lakes) atau waduk (reservoirs). Salah satu pengembangan
perikanan yang bernilai ekonomis adalah budidaya ikan hias. Sepanjang tahun
terakhir banyak orang yang memelihara ikan hias berbagai jenis. Peminat ikan hias
terus bertambah menyebar ke seluruh lapisan masyarakat. Permintaan pasar
terhadap komoditas ikan hias sangatlah besar. Salah satu komoditas ikan hias air
tawar yang menjadi Primadona di pasar internasional dan bernilai jual tinggi
(lembang 2022).
Perikanan merupakan salah satu bidang yang diharapkan mampu menjadi
penopang peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Sub sektor perikanan dapat
berperan dalam pemulihan dan pertumbuhan perekonomian bangsa Indonesia
karena potensi sumberdaya ikan yang besar dalam jumlah dan keragamannya.
Selain itu, sumberdaya ikan termasuk sumberdaya yang dapat diperbaharui
renewable resources sehingga dengan pengelolaan yang bijaksana, dapat terus
dinikmati manfaatnya (Dahuri, R., 2018).
Pada umumnya nelayan yang pergi untuk melaut tidak mengetahui kemana
mereka akan pergi untuk mencari ikan. Nelayan hanya mengandalkan insting dan
pengalaman yang ada dalam mencari daerah penangkapan ikan yang dituju. Namun
kenyataannya, daerah yang dituju tidak selalu menghasilkan jumlah ikan yang
cukup melimpah, sehingga nelayan harus mencari daerah penangkapan ikan yang
menyebabkan biaya operasional yang cukup tinggi, waktu operasional yang lama,
dan tenaga yang lebih . Hal ini menyebabkan operasi penangkapan ikan menjadi
tidak efisien, sehingga perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui daerah
penangkapan ikan yang potensial. Penelitian daerah penangkapan ikan potensial ini
dapat dilakukan melalui pendekatan analisis kandungan fitoplankton (klorofil-a), ,
dan ukuran panjang ikan (Tarigan et al., 2020).
4

Status pemanfaatan sumberdaya ikan merupakan jumlah hasil tangkapan


yang diambil oleh para nelayan dalam mengeksploitasi sumberdaya ikan yang ada
di dalam perairan. Tingkat pemanfaatan menggunakan nilai catch sebagai acuan
yang menyebabkan nilainya berulang. Tingkat pemanfaatan dapat diketahui dari
nilai hasil perbandingan antara rata-rata trip dengan potensi nilai JTB sebagai
acuannya. Tingkat pemanfaatan ini dapat diketahui dari nilai hasil perbandingan
antara produksi aktual dengan potensi nilai Total Allowabel Catch (TAC) sebagai
acuannya. (Safitri, 2018).
Suatu sumberdaya perikanan dapat dikatakan dalam kondisi overfishing
apabila nilai jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) > nilai maximum
sustainable yield (MSY), namun jika nilai JTB < MSY diduga aktivitas
penangkapan ikan dapat ditingkatkan guna mendapatkan hasil tangkapan yang
lebih namun tidak melebihi nilai perhitungan MSY. Pemanfaatan terkait JTB
tidak hanya untuk mengontrol hasil tangkapan, namun secara tidak langsung dapat
mengontrol tingkat eksploitasinya. Hal tersebut memudahkan dalam
pengkombinasian jumlah tangkapan yang diperbolehkan dengan alokasi kuota
dari JTB berdasarkan armada penangkapan (Yanto et al., 2020).
Stok ikan dipengaruhi oleh dua hal. Pertama, populasi ikan dapat pulih,
artinya mampu untuk bereproduksi antar waktu. Kedua, stok ikan dapat menurun
akibat aktivitas nelayan yang menangkap dan menjualnya ke pasar. Ikan akan
mengikuti suatu kecenderungan tertentu sesuai dengan perubahan kondisi
lingkungan, seperti iklim, suhu peraiaran. Daya regenerasi stok ikan mempunyai
keterbatasan, jika penangkapan melebihi kapasitas untuk pulih maka stok akan
berkurang menuju kepunahan (Sari dan Nurainun, 2021).
Model Produksi Surplus terdiri dari 2 model dasar yaitu Model Schaefer
(hubungan linear) dan Model Gompertz yang dikembangkan oleh Fox dengan
bentuk hubungan eksponensial. Model Produksi Surplus pertama kali
dikembangkan oleh Schaefer, yang bentuk awalnya sama dengan model
pertumbuhan logistik. Sedangkan Model Fox memiliki beberapa karakteristik
yang berbeda dari model Schaefer, yaitu pertumbuhan biomassa mengikuti model
pertumbuhan Gompertz. Penurunan CPUE terhadap upaya tangkap (E) mengikuti
pola eksponensial negatif (Irhamsyah et al., 2021).
5

Praktik penangkapan ikan yang merusak lingkungan berpotensi


mengurangi sumber daya keanekaragaman hayati dan menurunkan produktivitas
ekosistem laut yang tentu akan berdampak kepada penghasilan masyarakat
nelayan yang menggantungkan hidupnya pada lingkungan ekosistem laut. Praktik
desctructive ini juga masih terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, tidak
terkecuali di wilayah kota Sorong. Oknum masyarakat menggunakan alat tangkap
yang tidak ramah lingkungan seperti bom, bius, potassium, dan alat tangkap yang
merusak seperti alat tangkap jenis trawl (Mustatim et al., 2021).
Ikan Selar (Selaroides leptolepis) dengan nama lain bigeye scad termasuk
kedalam famili Carangidae. Ikan ini merupakan kelompok ikan pelagis kecil
dengan ekonomis penting. Hal tersebut karena memiliki harga dan produksi
tinggi. Panjang ikan ini dapat mencapai 300 mmTL, namun umumnya ditemukan
pada panjang 200 mmTL. Ikan Selar hidup bergerombol pada perairan pantai
hingga kedalaman 80 m. Selain itu, (Saranga et al. 2019).
Kegiatan penangkapan ikan selar yang dilakukan terus-menerus tak
terkendali serta penggunaan alat tangkap yang tidak selektif akan mengakibatkan
menipisnya stok dan penurunan hasil tangkapan .Mengingat Ikan Selar memiliki
nilai gizi yang tinggi dan merupakan salah satu bahan pangan yang perlu dijaga
dan dilestarikan untuk menunjang kebutuhan masyarakat yang semakin
meningkat, maka perlu dilakukan pengelolaan yang baik (Sudrajat, 2016).

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan pada ikan Selar (Selaroide leptolepis)
di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang
2. Untuk mengetahui tingkat pengupayaan pada sumberdaya pada ikan Kembung
(Selaroide leptolepis.) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang

Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah untuk menambah wawasan mahasiswa
mengenai tingkat pemanfaatan dan mengetahui tingkat pengupayaan pada ikan
Selar (Selaroide leptolepis) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang. Dan
sebagai salah satu pemenuhan tugas serta syarat masuk laboratorium minggu
depan.
6

TINJAUAN PUSTAKA

Tingkat Pemanfaatan Ikan Selar (Selaroide leptolepis)


Tingkat pemanfaatan bertujuan untuk mengetahui status pemanfaatan
sumberdaya yang dimanfaatkan. Tingkat pemanfaatan dapat dihitung dengan
mempersenkan jumlah hasil tangkapan terhadap hasil tangkapan maksimum
(CMSY). Setelah menghitung tingkat pemanfaatan juga dilakukan perhitungan
tingkat pengupayaan, tingkat pengupayaan dihitung dengan mempersenkan
jumlah upaya penangkapan terhadap upaya penangkapan optimum (EMSY).
Rumus untuk menghitung nilai tingkat pemanfaatan dan tingkat pengupayaan TPc
sama dengan Ci per CMSY dikali dengan 100 persen. Dimana TPc adalah tingkat
pemanfaatan dengan satuan persen (%), Ci adalah hasil tangkapan pada tahun ke-i
dalam satuan kg, CMSY adalah hasil tangkapan lestari dalam satuan kg
(Listiani et al., 2019).
Pemanfaatan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan (lestari) harus
segera diterapkan pada sumberdaya yang statusnya sudah fully exploited. Apabila
hal ini diabaikan, sumberdaya perikanan akan menjadi lebih tangkap (over
exploited) bahkan turun drastis karena tidak terkontrolnya tingkat eksploitasi yang
melebihi daya dukung sumberdaya perikanan tersebut. Kemampuan sumberdaya
perikanan untuk memperbaharui diri melalui pertumbuhan dan rekrutmen sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya dalam hal pengadaan sumberdaya
makanan, persaingan antar dan inter spesies, lingkungan yang sehat dan sesuai
serta adanya predator. Jika aktivitas penangkapan dilakukan dengan tidak hati-hati
dan walaupun jumlahnya tidak melebihi daya dukung suatu sumberdaya
perikanan, maka aktivitas penangkapan tersebut akan membahayakan kemampuan
sumberdaya perikanan dalam memperbaharui diri di perairan
(Simbolon et al., 2011)
Kajian musim dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di suatu kawasan
perairan laut sangat penting untuk mengontrol dan memonitor tingkat eksploitasi
penangkapan ikan yang dilakukan terhadap sumberdaya ikan di perairan tersebut.
Hal ini ditempuh sebagai tindakan preventif guna mencegah terjadinya kepunahan
sumberdaya ikan akibat tingkat eksploitasi berlebih. Informasi musim
7

penangkapan ikan ditujukan pula untuk mendorong terciptanya kegiatan operasi


penangkapan ikan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi tanpa
merusak kelestarian sumberdaya ikan dan memberikan keuntungan usaha yang
optimal. Bila dalam kegiatan operasi penangkapan ikan segalanya diserahkan
kepada alam tanpa perencanaan manajemen dan target operasi yang jelas, maka
keuntungan maupun tingkat keberhasilan usaha yang diperoleh tidak akan optimal
( Mayu 2018).
Di dalam pengelolaan perikanan, tingkat pemanfaatan suatu sumberdaya
perikanan dapat dinilai dari hasil perbandingan antara produksi actual dengan
potensi hasil maksimum berkelanjutan yang diperbolehkan sebagai acuan
biologis. Tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan yang digunakan oleh komisi
pendugaan Stok Ikan Laut Nasional terdiri dari empat tingkatan yaitu: Tingkat
rendah apabila hasil tangkapan masih sebagian kecil dari potensi hasil lestari (0 –
33,3%), dimana upaya penangkapan masih perlu ditingkatkan. Tingkat sedang
apabila hasil tangkapan sudah menjadi bagian yang nyata dari potensi lestari
(33,3% - 66,6%) namun penambahan upaya masih memungkinkan untuk
mengoptimalkan hasil. Tingkat Optimum apabila hasil tangkapan sudah mencapai
bagian dari potensi lestari (66,6% - 99,9%), penambahan upaya tidak dapat
meningkatkan hasil. Tingkat berlebih atau overfishing apabila hasil tangkapan
sudah melebihi potensi lestari ( > 100%) dan penambahan upaya dapat berbahaya
terhadap kepunahan sumberdaya (Desiani, 2019).
Dalam upaya mencapai pemanfaatan secara optimal dan berkelanjutan
dalam pengelolaan perikanan yang menjamin kelestarian sumber daya ikan dan
lingkungan di seluruh Indonesia, wilayah pengelolaan perikanan kemudian diubah
dari 9 WPP menjadi 11 WPP berdasarkan peraturan menteri kelautan dan
perikanan No. Per.01/Men/2009 tentang wilayah pengelolaan perikanan republik
Indonesia. Perubahan WPP ini tentunya akan memberikan implikasi terhadap
hasil perhitungan potensi. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan dan tingkat
pemanfaatan. Dengan demikian perlu dilakukan koreksi terhadap perhitungan
yang telah dilakukan terdahulu (Suman et al., 2016).
Tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan
(sustainable) harus segera diterapkan pada sumberdaya yang statusnya fully
8

exploited. Apabila hal tersebut tidak segera ditindaklanjuti, maka sumberdaya


perikanan terancam mengalami tangkap lebih (over exploited), bahkan
sumberdaya perikanannya dapat turun sangat drastis karena tingkat eksploitasi
yang tidak terkontrol dan tidak terkelola dengan baik. Hasil tangkap lebih akan
menurunkan daya dukung sumberdaya perikanan tersebut. Melalui pertumbuhan
dan rekrutmen, sumberdaya perikanan sebenarnya mimiliki kemampuan untuk
pulih diri yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, seperti
ketersediaan makanan, kompetisi antar dan inter spesies, adanya predator, dan
lingkungan yang sehat serta sesuai (Yanto et al., 2020).
Tingkat pemanfaatan yang melebihi potensi lestari (MSY) dapat
mengancam kelestarian sumberdaya ikan, ketersediaan dan keberlangsungan
siklus hidupnya akan terganggu yang akhirnya stok ikan akan semakin sedikit.
Hal ini terbukti jika pada tahun tertentu tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan
turun sekitar 50% dari tahun-tahun sebelumnya yang tingkat pemanfaatannya
melebihi potensi lestarinya. Kondisi ini tentunya juga akan merugikan semua
pihak yang memiliki ketergantungan pada sumberdaya ikan lemuru seperti
nelayan, dinas perikanan, industri perikanan maupun konsumen langsung karena
ikan lemuru yang menjadi sedikit (Irhamsyah et al., 2021).

Tingkat Pengupayaan Ikan Selar (Selaroide leptolepis)


Tingkat pengupayaan alat tangkap didapatkan setelah mengetahui tingkat
upaya optimum. Tingkat pengupayaan dihitung dengan membandingkan jumlah
upaya penangkapan pada tahun tertentu terhadap nilai upaya penangkapan
optimum. Tingkat pengupayaan yang melebihi upaya optimumnya dapat
menyebabkan kondisi overfishing (Irhamsyah et al., 2021).
Apabila Tingkat pengupayaan yang dilakukan di suatu perariran telah
melebihi upaya optimumnya. Upaya penangkapan yang berlebihan ini dapat
menyebabkan kondisi overfishing yang ditandai dengan gejala pada suatu
sumberdaya ikan antara lain: hasil tangkapan nelayan semakin menurun dari
waktu ke waktu, daerah penangkapan (fishing ground) semakin jauh, dan ukuran
ikan yang tertangkap semakin kecil. Selain itu pula, biaya modal penangkapannya
akan lebih besar daripada biaya penerimaannya, karena hasil tangkapan yang
semakin sedikit (Ayu 2016).
Masuknya ikan ke dalam daerah penangkapan yaitu ketika ikan beruaya
dari areal asuhan (nursery area) atau areal pemijahan (areal spawning) ke daerah
9

penangkapan juga tergantung dari ukuran (size dependent). Ini berarti bahwa tidak
setiap ukuran ikan diwakili sepenuhnya di daerah penangkapan. Dengan demikian
bila terdapat suatu keadaan perikanan dimana kisaran-kisaran panjang belum
sepenuhnya direkrutkan maka peluang (probabilitas) bahwa seekor ikan tertahan
oleh alat tangkap sebenarnya merupakan 2 (dua) peluang probabilitas antara lain
pertama, peluang (probabilitas) bahwa ikan berada di daerah penangkapan, kedua,
peluang (probabilitas) bahwa ikan yang tertahan oleh mata jaring sekali mereka
masuk ke dalam alat tangkap (Irhamsyah et al., 2021).
Pendugaan tingkat pengupayaan dilakukan untuk mengetahui tingkat
upaya tangkap sumberdaya ikan layang di perairan Laut Flores-Sulawesi Selatan.
Pendugaan dilakukan dengan mempresentasekan effort standar pada tahun
terterntu dengan nilai effort optimal (fopt). Persamaan dari tingkat pengupayaan
adalah TPf sama dengan fs per fopt dikali 100 persen. Dimana, TPf adalah tingkat
pengupayaan pada tahun ke-i dengan satuan persen, fs adalah upaya penangkapan
(effort standar) pada tahun ke-i dengan satuan trip, Fopt adalah upaya
penangkapan optimum dengan satuan ton per tahun (Latukonsina, 2020).
Kecenderungan penurunan hasil tangkapan yang terjadi memerlukan
pengelolaan upaya penangkapan yang baik sehingga dapat memanfaatkan
sumberdaya ikan atau potensi tangkapan secara optimal dan tingkat
pemanfaatannya. Setelah mengetahui tingkat pemanfaatan, perlu diketahui pula
tingkat pengupayaan. Tingkat pengupayaan alat tangkap didapatkan setelah
mengetahui tingkat upaya optimum. Adapun rumus perhitungan yang dapat
digunakan untuk menentukan tingkat pengupayaan sumberdaya perikanan adalah
TPe sama dengan Ei dibagi EMSY dikali dengan 100 persen. Dimana, TPe adalah
tingkat pengupayaan dalam satuan persen (%), Ei adalah upaya penangkapan
tahun ke-i dalam satuan trip, EMSY adalah upaya penangkapan optimum dalam
satuan trip (Listiani et al., 2019).
Upaya Penangkapan Ikan Selar (Selaroide leptolepis)
Upaya penangkapan ikan adalah seluruh kemampuan yang dikerahkan
oleh berbagai jenis unit penangkapan ikan yang tergabung sebagai suatu armada
penangkapan ikan untuk memperoleh hasil tangkapan. Informasi upaya
penangkapan dibutuhkan untuk menginterpretasi perubahan dari sejumlah
produksi hasil tangkapan ikan guna menentukan tindakan pengelolaan perikanan
10

tangkap. Perubahan upaya penangkapan dalam skala waktu dan ruang


menyebabkan variabilitas produksi hasil tangkapan (Ernaningsih et al., 2016).
Tinggi rendahnya hasil tangkapan dan upaya penangkapan akan sangat
dipengaruhi oleh musim penangkapan, pada saat bulan musim penangkapan
nelayan akan meningkatkan jumlah upaya penangkapan dan pada saat bukan
bulan musim penangkapan nelayan akan mengurangi jumlah upaya penangkapan
yang akan berpengaruh pada hasil tangkapan. Fluktuasi hasil tangkapan sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain oleh keberadaan ikan, jumlah dari
upaya yang dilakukan dan tingkat keberhasilan penangkapan. Pada dasarnya di
musim pacelik pun ikan pelagis masih tertangkap oleh nelayan tetapi dalam
jumlah yang sedikit (Aritonang et al., 2021).
Hubungan antara besarnya produksi hasil tangkapan ikan dengan upaya
penangkapan yang dilakukan dalam satuan trip penangkapan, berpengaruh secara
fluktuatif terhadap produktivitas hasil tangkapan (CPUE). Produksi dan
produktivitas hasil tangkapan ikan layang akan meningkat apabila upaya
penangkapan ikan (trip) dapat dikurangi. (Aritonang et al., 2021).
Trip penangkapan merupakan suatu kegiatan operasi penangkapan ikan
sejak meninggalkan pangkalan menuju daerah operasi penangkapan, mencari
daerah penangkapan ikan, melakukan penangkapan sampai kembali lagi ke tempat
pangkalan asal. Lama trip dilakukan sebagai bentuk upaya para nelayan dalam
meningkatkan hasil tangkapan ikan, akan tetapi belum diketahui secara pasti
pengaruh dari lama trip menggunakan alat tangkap purse seine dalam
meningkatkan hasil tangkapan dan menambah pendapatan ataupun justru dapat
mengurangi pendapatan nelayan di kelurahan Petoaha dan Bungkutoko, kota
Kendari (Juardin et al., 2019).
Frekuensi keberangkatan kapal merupakan jumlah kapal (banyaknya
kapal) yang melakukan keberangkatan melaut setelah melakukan pengisian
logistic berupa BBM, air tawar dan es serta keperluan lainnya dalam satuan waktu
tertentu. Sedangkan jumlah logistik melaut merupakan total keseluruhan
kebutuhan melaut yang dibutuhkan nelayan dalam sekali melaut pada satuan
waktu tertentu. Jumlah armada penangkapan, lamanya fishing trip dan jarak
11

fishing ground serta musim berpengaruh terhadap frekuensi keberangkatan kapal


dan jumlah logistik yang dibutuhkan nelayan untuk melaut (Zain et al., 2019)
Alat penangkapan ikan adalah alat yang di gunakan untuk melakukan
penangkapan ikan dan udang. Alat penangkapan yang digunakan untuk mengejar
gerombolan ikan di perairan, baik di perairan laut maupun di perairan tawar. Alat
penangkapan ikan yang ramah lingkungan merupakan suatu alat penangkapan
ikan yang tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, yaitu sejauh
mana alat tersebut tidak merusak dasar perairan, kemungkinan hilangnya alat
tangkap, serta kontribusinya terhadap polusi. Faktor lain adalah dampak terhadap
bio-diversity dan target resources yaitu komposisi hasil tangkapan, adanya
by catch serta tertangkapnya ikan-ikan muda (Sumardi et al., 2020)
Dalam perkembangannya ikan layang menjadi target penangkapan dari
perikanan pukat cincin (besar dan sedang) yang berbasis di Jawa Tengah (Tegal,
Pekalongan, dan Juwana) serta perikanan skala kecil di daratanSulawesi yang
berbatasan dengan Selat Makasar (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah). Bagi
perikanan pukat cincin „Jawa‟ perairan Selat Makasar merupakan perluasan
daerah penangkapan sejak awal tahun 1990 dengan tingkat eksploitasi semakin
tinggi seiring dengan peningkatan kapasitas penangkapan dan modernisasi dalam
penggunaan alat bantu penangkapan (Ernaningsih et al., 2016).
Ikan Selar sering ditangkap dengan beberapa jenis alat tangkap, salah
satunya adalah jaring insang. Jaring insang merupakan alat tangkap dengan
tingkat selektivitas yang rendah. Selain beragamnya hasil tangkapan sampingan
(by-catch), juga sering tertangkap ikan kembung yang sedang matang gonad. Jika
hal tersebut berlangsung terus menerus maka bukan tidak mungkin akan
mengganggu rekrutmen ikan tersebut di alam karena ikan tidak berkesempatan
melakukan pemijahan minimal satu kali dalam siklus hidupnya. Kondisi tersebut
dikhawatirkan akan berdampak terhadap penurunan stok populasi baik dari segi
ukuran maupun jumlah pada ikan Selar , Ikan Selar sering tertangkap ikan Selar
yang sedang matang gonad. Jika hal tersebut berlangsung terus menerus maka
bukan tidak mungkin akan mengganggu rekrutmen ikan tersebut di alam karena
ikan tidak berkesempatan (Sudarsono et al., 2020).
12

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 23 November Pukul 10.00 s/d
selesai dan tempat pelaksanaannya berada di Laboratorium Lingkungan
Universitas Sumatra Utara, Medan.

Alat dan Bahan Praktikum


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah laptop yang tersedia
Microsoft Excel mengolah data sedangkan bahan yang digunakan adalah data
hasil produksi dan upaya penangkapan ikan selama 5 tahun.

Prosedur Praktikum
Prosedur yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Dibuka kembali data Excel kurva MSY. Kemudian ditambahkan sheet baru
lalu buat tabel seperti di bawah.

2. Dimasukkan data tahun, Ci, effort, FOPT, dan MSY yang didapat dari sheet
sebelumnya.
13

3. Dicari nilai TPC dengan menggunakan rumus =(Ci/MSY)*100%.

4. Dicari nilai TPF dengan menggunakan rumus =(Effort/FOPT)*100%.

5. Dicari nilai TAC dengan menggunakan rumus =80%*MSY.

6. Diblok data TPF dan TPC lalu ke menu “Insert” pilih “Column” dan pilih
“Clustered column”.
14

7. Diklik kanan pada grafik lalu pilih “select data” lalu pilih “series 1” lalu
“edit” dan ubah “series name” menjadi TPC. Untuk “series 2” diubah „series
name” menjadi TPF.

8. Berikut hasil akhir grafik TAC.


15

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil yang didapatkan dari pratikum ini adalah sebagai berikut:

Tingkat Pemanfaatan dan Tingkat


Pengupayaan Ikan Selar
3E+19

2,5E+19

2E+19

1,5E+19 TPC
TPF
1E+19

5E+18

0
2015 2016 2017 2018 2019

Gambar 1. Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan Ikan Selar


(Selaroides leptolesis)

Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum mengenai jumlah potensi maksimum lestari
(MSY) pada sumberdaya ikan Selar (Selaroides leptolesis) diketahui bahwa
metode MSY dapat dilakukan jika upaya penangkapan (f) dan hasil tangkapan (C)
sudah diketahui. Hal ini dilakukan dengan mencari nilai CPUE terlebih dahulu,
nilai CPUE pada 5 tahun yang digunakan adalah 0.948766124; 1.512894445;
0.437211165; 1.343699294; 3.318969827 sehingga nilai MSY didapatkan.
Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Irhansyah et al (2021) yang menyatakan
bahwa analisis potensi lestari sumberdaya ikan yang didasarkan pada data
produksi time series dan effort penangkapan adalah dengan menggunakan metode
produksi surplus untuk mengitung potensi lestari (MSY) dengan cara
menganalisis hubungan upaya penangkapan ikan (f) dengan hasil tangkapan (C)
per satuan upaya (CPUE).
16

Berdasarkan hasil praktikum mengenai model Fox diketahui bahwa nilai


intercept dan slope dari model Fox memiliki nilai negatif yaitu -0.2057 dan
9171932030. Selain itu, nilai LnCPUE memiliki nilai dibawah 0 yaitu -0.0526 dan
-0.8273. Hal ini sesuai dengan pernyataan Utami et al (2020) yang menyatakan
bahwa hasil analisis dengan menggunakan regresi linier sederhana maka
diperoleh nilai intercept dan slope. Nilai intercept untuk Model Fox nilai
intercept umumnya negatif dengan kemiringan kearah kanan dengan
LnCPUE berada di bawah angka 0 (Y) dan nilai effort nya tetap positif kanan
dan untuk Model Scheafer umumnya bernilai positif dengan grafik liniernya
miring kearah.
Berdasarkan hasil praktikum mengenai jumlah potensi maksimum lestari
(MSY) pada sumberdaya ikan layang (Decapterus sp.) diketahui bahwa
perhitungan dengan MSY dilakukan untuk melihat nilai grafik MSY yang
menunjukkan tingkatan upaya optimum (effort yang menghasilkan MSY) yaitu
berumlah 1.12133E-11 pada model Schaefer dan pada model Fox berjumlah
-1.09028E-10 dengan nilai produksi yang mencapai angka 36.000 ton. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Irhansyah et al (2021) yang menyatakan bahwa tujuan
penggunaan model surplus produksi adalah untuk menentukan tingkat upaya
optimum (effort yang mengasilkant MSY), yaitu suatu upaya yang dapat
menghasilkan suatu hasil tangkapan maksimum lestari tanpa mempengaruhi
produktivitas stok secara jangka panjang, yang biasa disebut hasil tangkapan
maksimum lestari (MSY).
Berdasarkan hasil praktikum mengenai model Schaefer deikatahui bahwa
model ini menggunakan nilai CPUE dan effort. Dikeahui nilai CPUE pada 5
tahun yang digunakan adalah 0.948766124; 1.512894445; 0.437211165;
1.343699294; 3.318969827 dan nilai effort yang digunakan adalah 7.288E-11;
1.569E-10; 1.333E-10; 2.431E-10; 3.304E-10. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Ayu (2017) yang menyatakan bahwa model Schaefer ini digunakan untuk
mengetahui kelimpahan stok ikan di suatu wilayah perairan dengan cara
menentukan nilai tangkapan maksimum lestari dan upaya penangkapan optimum.
Hubungan antara CPUE (Y/f) dengan total fishing effort (f).
17

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Jumlah potensi maksimum letari (MSY) dari ikan selar
(Selaroides leptolesis) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang pada
model Schaefer yaitu sebesar -1.15327E-12 dan pada model Fox sebesar -
3.26522E-11.
2. Jumlah effort optimum dari ikan selar (Selaroides leptolesis) di Pelabuhan
Perikanan Nusantara Kwandang pada model Schaefer yaitu sebesar
1.12133E-11 dan pada model Fox sebesar -1.09028E-10.

Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah agar para praktikan
diharapkan dapat mempelajari mengenai materi yang akan disampaikan sebelum
praktikum dimulai sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar.
18

DAFTAR PUSTAKA

Agustakristi, R., A. Mudzakir, dan Sardiyatmo. 2018. Analisis Bioekonomi Model


Gordon-Schaefer Sumberdaya Penangkapan Lobster (Panulirus sp.) di
Kabupaten Gunung Kidul. Journal of Fisheries Resources Utilization
Management and Technology. 7(4): 11-18.
Anas, P., I. Jubaedah, dan D. Sudinno. 2016. Potensi Lestari Perikanan Tangkap
Sebagai Basis Pengelolaan Sumberdaya di Kabupaten Pangandaran. Jurnal
Penyuluhan Perikanan dan Kelautan. 10(2): 88-99.
Ayu. A. 2017. Analisis Hasil Tangkapan dan Pola Musim Penangkapan Ikan
Layang (Decapterus spp.) yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Pekalongan. [Skripsi]. Universitas Brawijaya. Malang.
Badarudin, M., I. Marasabessy, dan Supriadi. 2022. Konektivitas Upaya dan Hasil
Penangkapan Ikan di Pulau Soop Kota Sorong Papua Barat. Jurnal Riset
Perikanan dan Kelautan. 4(1): 399-409.
Deeng, L., H. Komalig, dan J. Kekenusa. 2019. Penentuan Status Pemanfaatan
dan Pengelolaan Ikan Tongkol (Auxis rochei) yang Tertangkap di Perairan
Bolaang-Mongondow Selatan dan Bolaang Mongondow Timur Sulawesi
Utara. Jurnal Matematika dan Aplikasi. 9(1): 1-7.
Irhamsyah, M. Syahdan, dan R. Amalia. 2021. Tingkat Pengupayaan dan Status
Pemanfaatan Ikan Sepat (Trichogaster sp.) di Perairan Umum Daratan
Kabupaten Banjar. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah.
6(3): 1-9.
Mayu, D., Kurniawan, dan A. Febrianto. 2018. Analisis Potensi dan Tingkat
Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di Perairan Kabupaten Bangka Selatan.
Jurnal Perikanan Tangkap. 2(1): 30-41.
Munir, M., dan M. Zainuddin. 2020. Analisis Maximum Sustainable Yield (MSY)
Penangkapan Rajungan (Portunus pelagicus) Menggunakan Bubu Lipat di
Perairan Paciran Lamongan. PENA Akuatika. 19(2): 52-58.
Utami, P., T. Kusumastanto, N. Zulbainarni, dan N. Ayunda. 2020. Analisis
Bioekonomi Perikanan Tuna Sirip Kuning di Larantuka, Kabupaten Flores
Timur, Indonesia. Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan
Perikanan. 10(1): 1-10.
Wiranata, A., B. Wiryawan, S. Wisudo, dan N. Zulbainarni. 2018. Status
Pemanfaatan Perikanan Tuna Madihidang (Thunnus albacares). Marine
Fisheries. 9(1): 63-72.
Zulkarnaini, H. Arief, dan Z. Murni. 2022. Model Surplus Produksi Pengelolaan
Ikan Teri di Perairan Sungat Apit Kabupaten Siak Provinsi Riau. Jurnal
Ilmu Lingkungan. 16(1): 1-9.
19

LAMPIRAN
20

Anda mungkin juga menyukai