Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum Ekotoksikologi

AKLIMATISASI PADA IKAN BAWAL (Colossoma macropomum)


Oleh :
Sarah Risa Damanik
200302075
VI/B

LABORATORIUM EKOTOKSIKOLOGI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Aklimatisasi pada Ikan Bawal (Colossoma macropomum)


Tanggal Praktikum : 20 Oktober 2022
Nama : Sarah Risa Damanik
NIM : 200302075
Kelompok/Grup : VI/B
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Diketahui oleh, Diketahui oleh,


Asisten Koordinator Asisten Korektor

Regita Adelina Siregar Nurfadila


NIM. 180302010 NIM. 190302035
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul
“Aklimatisasi pada Ikan Bawal (Colossoma macropomum)” dengan sebaik
mungkin.
Penulis tidak lupa juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu
Julia Syahriani Hasibuan, SP, M.Si, Ibu Desrita, S. Pi, M.Si dan Ibu
Vindy Rilani Manurung, S.Pi, M.P selaku dosen penanggung jawab Laboratorium
Ekotoksikologi dan seluruh Asisten Laboratorium Ekotoksikologi yang sudah
membantu dan membimbing sepenuhnya dalam penyelesaian laporan ini.
Demikian laporan ini penulis selesaikan, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan laporan selanjutnya. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................... 1
Tujuan Praktikum............................................................................... 3
Manfaat Praktikum............................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Bawal (Colossoma macropomum)............................................. 4
Ekotoksikologi.................................................................................. 6
Aklimatisasi....................................................................................... 8
Prosedur Aklimatisasi……………………………………………..
9
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi……………………………….
10
METODOLOGI
Waktu dan Tempat............................................................................. 11
Alat dan Bahan................................................................................... 11
Prosedur............................................................................................. 11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil................................................................................………….. 15
Pembahasan.....................................................................………….. 16
KESIMPULAN
Kesimpulan........................................................................................ 19
Saran……………………………………………………………….. 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pertumbuhan sektor pertanian di wilayah Sumatera Barat mengalami
peningkatan setiap tahunnya, terbukti pada tahun 2012 meningkat 4,14%, lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 2,05%. Peningkatan sektor pertanian
tersebut berpotensi dalam peningkatan penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida di
wilayah Sumatera Barat didominasi oleh pestisida golongan organofosfat yang
memiliki sifat sangat toksik dan mempunyai waktu paruh yang relatif bervariasi di
alam. Pestisida organofosfat yang digunakan di wilayah pertanian Sumatera Barat
adalah pestisida jenis insektisida dengan bahan aktif diazionin 98,3%, prefenofos 95%,
achephate 98,2%, dan klorpirifos 99,8%. Data tersebut menunjukkan bahwa
insektisida dengan bahan aktif klorpirifos merupakan insektisida dengan penggunaan
paling banyak. Insektisida ini merupakan racun kontak dan lambung untuk membasmi
serangga sejenis kutu dan tungau. Insektisida klorpirifos ini sangat banyak digunakan
karena dianggap mampu untuk membunuh organisme pengganggu dengan baik (Fadli
et al., 2013).
Pencemaran perairan yang diakibatkan oleh penggunaan pestisida, terutama
pestisida jenis klorpirifos dapat diketahui salah satunya dengan menggunakan uji
toksisitas akut. Uji toksisitas akut dengan menggunakan hewan uji merupakan salah
satu bentuk penelitian toksikologi perairan yang berfungsi untuk menentukan tingkat
toksisitas insektisida klorpirifos dalam konsentrasi tertentu. Parameter yang diukur
biasanya berupa kematian hewan uji, yang hasilnya dinyatakan sebagai konsentrasi
yang menyebabkan 50% kematian hewan uji (LC50) dalam waktu yang relatif
pendek, yaitu satu sampai empat hari (Fatchurochman et al., 2017).
Pencemaran lingkungan khususnya perairan saat ini bukan hanya menjadi salah
satu masalah besar di Indonesia. Masalah pencemaran lingkungan tersebut tidak bisa
dipisahkan dengan toksikologi mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang
merugikan organisme hidup dalam suatu perairan yang dikonsumsi oleh manusia
sehingga menimbulkan efek kesehatan pada manusia. Dalam perairan dan sedimen,
aktivitas bakteri dapat mengubah Merkuri menjadi bentuk organik yaitu metil-Merkuri
(CH3Hg), bentuk senyawa ini dapat berdifusi dengan mudah dan berikatan dengan
protein biota akuatik termasuk protein jaringan otot ikan. Hasil laut yang
terkontaminasi akan menjadi sebuah ancaman kesehatan serius bagi manusia ketika
hasil laut tersebut dikonsumsi manusia (Fadli et al., 2013).
Pada saat ini, di Indonesia pencemaran berlangsung dimanamana dengan laju
begitu cepat, yang tidak pernah terjadi sebelumnya, pembuangan senyawa kimia
tertentu yang makin meningkat terutama akibat kegiatan industri yang lainnya akibat
penggunaan berbagai produk bioksida dan bahan-bahan berbahaya aktivitas manusia.
Sebelum adanya kegiatan industri yang banyak mengeluarkan bahan pencemar ke
lingkungan air yang disebabkan oleh limbah domestik akibat kegiatan manusia telah
merupakan faktor yang penting yang menentukan kesejahteraan/kesehatan manusia.
Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan air sudah semakin berat dengan
masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia yang kadang kala sangat
berbahaya dan beracun meskipun dalam konsentrasi yang masih rendah seperti bahan
pencemar logam-logam berat : Hg, Pb, Cd, As, dan sebagainya
Toksikologi adalah ilmu yang mengkaji kerja senyawa kimia yang
merugikan organisme hidup, sedangkan ekotoksikologi adalah ilmu yang mengkaji
perubahan-perubahan ekosistem yang mengalami gangguan jangka panjang atau
pendek. Toksikologi perairan adalah ilmu yang mengkaji kualitatif dan kuantitatif
bahan-bahan kimia dan antropogenik lain atau xenobiotik yang merugikan
organisme perairan. Xenobiotik adalah zat-zat kimia yang asing bagi tubuh organisme
Pengaruh toksik dapat berupa letalitas (mortalitas) serta pengaruh subletal
seperti gangguan pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, tanggapan
farmakokinetik, patologi, biokimia, fisiologi, dan tingkah laku. Pengaruh tersebut
dapat diwujudkan oleh beberapa parameter terukur seperti jumlah organisme mati,
persentase Jaya tetas telur, perubahan panjang dan berat, persentase penghambatan
enzim, jumlah ketidak normalan tulang, dan terjadinya tumor. Toksikologi perairan
juga mengkaji konsentrasi atau kuantitas bahan kimia yang diperkirakan terdapat
dalam air, sedimen, atau makanan di lingkungan perairan. Di samping itu,
toksikologi perairan juga mengkaji masalah transpor, distribusi, transformasi, dan
nasib terakhir bahan kimia, terutama yang bersifat toksik, di lingkungan perairan.
Ikan bawal air tawar merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis yang
cukup tinggi dan termasuk jenis ikan air tawar konsumsi yang penggemarnya cukup
banyak. Selain sebagai ikan konsumsi, ikan bawal air tawar juga bisa dijadikan ikan
hias pada saat berukuran benih. Alasan mengapa benih ikan bawal air tawar bisa
dijadika ikan hias adalah karena warna yang dimiliki ikan bawal yang masih benih
tergolong bagus. Prospek permintaan akan ikan bawal kedepannya makin lama akan
mengalami peningkatan. Ikan bawal air tawar berasal dari Amerika selatan yaitu
Brazil, Venezuela, dan Ekuador, namun ikan bawal baru masuk ke Indonesia dari
Taiwan pada tahun 1998 (Mahyuddin, 2011)
Tujuan Praktikum
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui aklimatisasi pada ikan Bawal (Colossoma macropomum)
2. Untuk mengetahui prosedur aklimatisasi pada ikan Bawal (Colossoma
macropomum)
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
Manfaat Praktikum
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan dan referensi pembaca mengenai aklimatisasi pada Ikan Bawal
(Colossoma macropomum) dan laporan ini juga menjadi salah satu syarat masuk
Laboratorium Ekotoksikologi.
TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Bawal (Colossoma macropomum)


Dalam segi pertumbuhan ikan bawal air tawar tergolong cepat. Bahkan lebih
cepat dari pertumbuhan ikan lele dumbo, ikan nila dan ikan gurami. Ikan bawal air
tawar dalam masa pemeliharaan 6 – 9 bulan sejak telur menetas dapat mencapai
bobot 400 –700 gram. Sementara ikan lele dumbo dan ikan nila dengan masa
pemeliharaan yang sama baru mencapai bobot 300 – 600 gram dan pada ikan gurami
untuk mencapai pertumbuhan ukuran konsumsi 400 – 700 gram memerlukan waktu
pemeliharaan 2,5 – 3 bulan. (Budi, 2013)
Dalam fase larva, ikan bawal tergolong ikan karnivora (ikan pemakan
daging). Binatang yang menjadi makanan larva ikan bawal pada habitat aslinya yaitu:
hewan – hewan kecil (zooplankton, epiphyton, periphyton dan lain sebagainya,
seperti larva serangga air, artemia sp, Brachionus sp, Moina sp, larva – larva udang,
cacing jamparing, dan lain sebagainya. Dalam kebiasaan makannya, ikan bawal air
tawar dapat bersifat kanibal yang akan muncul ketika mereka kekurangan makan
(Fatchurochman et al., 2017).
Morfologi ikan Bawal air tawar (Colossoma macropomum) dari arah samping
tubuh membulat (oval). Ikan bawal air tawar memiliki bentuk tubuh pipih dengan
warna tubuh ikan bagian atas abu-abu gelap, sedangkan bagian bawah berwarna putih.
Kepala ikan bawal berukuran kecil dengan mulut terletak di ujung kepala dan agak
sedikit ke atas. Matanya kecil dengan lingkaran berbentuk cincin. Rahang yang pendek
dan kuat serta memiliki gigi seri yang tajam. Karena itu ikan bawal dapat
menggunakan gigi serinya yang tajam untuk memotong berbagai makanan dalam
ukuran besar, seperti dedaunan. Giginya yang tajam ini juga dapat digunakan untuk
memotong kayu dan bambu yang sudah lapuk dalam air (Kelabora dan Sabariah,
2019).
Ikan Bawal air tawar (Colossoma macropomum) tidak memiliki gigi maksila,
duri jaringan insang jumlahnya 84-107 buah. Linea lateralis atau jumlah sisik pada
garis rusuk antara 78-84. Sisik bawal berukuran kecil dan berbentuk ctenoid, dimana
setengah bagian sisik belakang menutupi sisik bagian depan. Sirip punggung tinggi
kecil dengan satu jari-jari keras yang tidak tajam, sedangkan jari-jari yang lainnya
lunak. Berbeda dengan sirip panggung bawal laut yang agak panjang, letak sirip bawal
air tawar agak bergeser ke belakang. Sirip dada, sirip perut, dan sirip anus kecil dan
berjari-jari lunak. Sirip perut dan sirip dubur terpisah sedangkan pada bawal laut
menyatu. Sirip ekor jari-jari lunak dan berbentuk cagak (Fatchurochman et al.., 2017).
Ikan bawal air tawar (C. macropomum) memiliki beberapa keunggulan antara
lain: relatif kebal terhadap penyakit, nafsu makan yang tinggi, pertumbuhannya cepat,
ekonomis penting dan tidak terlalu sulit untuk dibudidayakan, Peningkatan produksi
budidaya ikan bawal menyebabkan peningkatan kebutuhan pakan . Pakan harus
tersedia cukup, berkesinambungan, tepat waktu, disukai ikan, mudah dicerna dan
memenuhi syarat gizi (Utami et al., 2012).
Ekotoksikologi
Toksikologi perairan merupakan kajian multidisiplin yang melibatkan
beberapa ilmu dasar lain. Hal tersebut diperlukan guna memahami faktor-faktor kimia
(misalnya: hidrolisis, oksidasi, dan fotolisis), fisika (misalnya: struktur
molekuler, kelarutan, kemudahan menguap atau volatility, dan serapan) dan
biologik (misalnya : biotransformasi) yang mempengaruhi konsentrasi bahan
kimia sebagai agen toksik yang bekerja dalam lingkungan, tanggapan lingkungan
terhadap agen tersebut serta guna mengestimasi potensi paparan terhadap
organisme perairan. Pengetahuan tentang ekologi perairan, fisiologi, biokimia, dan
tingkah laku diperlukan guna memahami pengaruh agen toksik terhadap organisme
perairan. Analisis statistik dan permodelan matematik juga diperlukan guna
menghitung dan memprediksi pengaruh biologik serta menentukan kemungkinan
terjadinya pengaruh tersebut. Uji toksisitas dapat diartikan uji kemampuan racun
(molekul) untuk menimbulkan kerusakan apabila masuk ke dalam tubuh dan lokasi
organ yang rentan terhadapnya. Uji toksisitas ini merupakan gambaran dari efek suatu
bahan pada organisme yang dipilih. Uji toksisitas biasanya mengukur proporsi
organisme yang terpengaruh akibat terpapar konsentrasi tertentu suatu bahan kimia,
limbah, lindi, ataupun air penerima
(Fadli et al., 2013).
Ada dua jenis toksisitas dasar yaitu akut dan kronis. Pada uji toksisitas akut
dilihat efek pada suatu organisme atas paparan yang relatif jangka pendek terhadap
rentang kehidupan organisme. Uji toksisitas akut ini biasanya berjalan selama 24
hingga 96 jam. Dalam uji toksisitas akut, titik akhir yang paling umum diukur adalah
mortalitas, dengan hasil umumnya dilaporkan sebagai % kematian pada konsentrasi
tertentu atau LC50. Uji toksisitas kronis ini menggambarkan efek jangka panjang
terkait perubahan metabolisme, pertumbuhan , reproduksi, ataupun kemampuan
bertahan hidup suatu organisme yang di uji. Uji toksisitas kronis ini umumnya lebih
sensitif daripada uji toksisitas akut. Pada tes ini, hasil akhirnya dilihat pertumbuhan,
jumlah atau % embrio untuk perkembangan, atau jumlah larva yang bertahan hidup
dan tumbuh secara normal
Aklimatisasi
Dalam budidaya ikan terdapat satu proses perpindahan ikan dari lingkungan
baru ke lingkungan lama. Tahapan ini seringkali diabaikan oleh pembudidaya, bahkan
yang sudah menjadi rutinitas terkadang lupa. Proses ini disebut aklimatisasi ikan.
Aklimatisasi ikan memiliki pengertian proses penyesuaian atau adaptasi fisiologis dari
lingkungan lama kepada lingkungan yang baru. Aklimatisasi dilakukan guna
mencegah terjadinya shock lingkungan pada ikan. Hal ini disebabkan perbedaan pH,
suhu dan kualitas air yang sebelumnya ke tempat yang baru. Aklimatisasi juga
dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian masal akibat stress lingkungan atau
proses fisiologis dan osmoregulasi yang mendadak berubah.
Aklimatisasi benih ikan adalah waktu yang diperlukan oleh benih ikan untuk
beradaptasi dengan lingkungannya yang baru seperti di waduk atau situ. Metode
aklimatisasi adalah suatu cara yang digunakan kepada ikan untuk menyesuaikan diri
pada lingkungan baru tersebut. Ikan akan merasakan perbedaan pada suhu, tekanan,
pH, salinitas serta jumlah oksigen yang didapatkan (Kelabora dan Sabariah, 2019).
Aklimatisasi merupakan suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi dari
suatu organisme terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya. Hal ini
didasarkan pada kemampuan organisme untuk dapat mengatur morfologi, perilaku,
dan jalur metabolisme biokimia di dalam tubuhnya untuk menyesuaikannya dengan
lingkungan. Beberapa kondisi yang pada umumnya disesuaikan adalah suhu
lingkungan, derajat keasaman (pH), dan kadar oksigen. Proses penyesuaian ini
berlangsung dalam waktu yang cukup bervariasi tergantung dari jauhnya perbedaan
kondisi antara lingkungan baru yang akan dihadapi, dapat berlangsung selama
beberapa hari hingga beberapa minggu.
Prosedur Aklimatisasi
Proses aklimatisasi dilakukan dalam beberapa tahap yakni penyamaan
lingkungan perairan, adaptasi suhu dan pH. Terlebih dahulu ikan dalam wadah seperti
wadah plastik pada gambar diatas diapungkan dalam kolam. Proses ini biasanya
dilakukan 10-15 menit atau hingga ikan terlihat 'megap-megap'. Proses ini bertujuan
untuk menyamakan suhu lingkungan perairan dalam wadah dengan lingkungan kolam.
Selanjutnya wadah dibuka dan air kolam dicampurkan sedikit demi sedikit ke dalam
wadah. Ini dilakukan untuk menyamakan kualitas air kolam dengan air yang berada
dalam wadah setidaknya nilai pH dan DO. Kemudian dibiarkan hingga ikan mencari
jalan keluarnya sendiri. Ketika ikan sudah terlihat berenang-renang hendak keluar
menuju kolam, maka ikan sudah dapat dilepaskan. Proses ini penting untuk selalu
diingat dan dilakukan ketika memindahkan ikan dari lingkungan lama ke lingkungan
baru. Guna mempertahankan kualitas bibit ikan agar dapat tumbuh dengan baik dan
sehat sehingga memberikan hasil yang memuaskan (Fadli et al., 2013).
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 18 Oktober 2022 pukul
10.00 s/d selesai di rumah masing-masing melalui google meet.

Alat dan Bahan Praktikum


Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat tulis untuk mencatat data,
pH meter yang digunakan untuk mengukur pH air didalam akuarium, DO meter yang
digunakan untuk mengukur kadar oksigen didalam akuarium, akuarium sebagai
wadah aklimatisasi ikan bawal dan laptop yang digunakan untuk membuat hasil akhir
dari pengamatan.
Bahan yang digunakan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan
bawal (Colossoma macropomum) dan air untuk diamati hasil aklimatisasi nya.

Prosedur Praktikum
Prosedur Praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Diendapkan air ¾ dari akuarium
2. Ditaburkan garam ikan sebanyak 5 gram
3. Diletakkan ikan yang didalam plastic ke dalam akuarium yang berisi air
4. Ditunggu selama 5 menit
5. Dibuka plastic agar ikan agar ikan keluar dari dalam plastic
6. Dilakukan pengecekan kualitas air yaitu pH, suhu dan DO
DAFTAR PUSTAKA

Fadli, J., Sunaryo dan A. Djunaedi. 2013. Pemberian Enzim Papain pada Pakan
Komersil terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Kerapu Macan
(Epinephelus fuscogutatus). Journal of Marine Research. 2(3) : 50-57.
Fatchurochman, V, D. Rachmawati, dan J. Hutabarat. 2017. Pengaruh Kombinasi
Pemberian Enzim Papain Pada Pakan Buatan dan Probiotik pada Media
Pemeliharaan Terhadap Efesiensi Pemanfaatan Pakan, Pertumbuhan dan
Kelulushidupan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Journal of
Aquaculture Management and Technology. 6 (3) : 30-39
Kelabora, D.M. dan Sabariah. 2019. Tingkat Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Larva Ikan Bawal Air Tawar (Collosoma sp.) dengan Laju Debit Air Berbeda
pada Sistem Resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia. 9(1) : 56-60.
Utami, I.K., K. Haetami dan Rosidah. 2012. Pengaruh Penggunaan Tepung Daun
Turi Hasil Fermentasi Pakan Buatan terhadap Pertumbuhan Benih Bawal Air
Tawar (Colossoma macropomum Cuvier). Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(4) : 91 –
100. ISSN : 2088 -3137.

Anda mungkin juga menyukai