Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI PERAIRAN

OLEH :

FATMAWATI
I1F1212023

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI PERAIRAN

OLEH :

FATMAWATI
I1F1212023

Laporan Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah Ekologi
Perairan

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Laporan Praktikum Ekologi Perairan


Nama : Fatmawati
Stambuk : I1F121023
Kelompok : II (Dua)
Program Studi : Oseanografi
Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan

Laporan Lengkap ini


Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :

Koordinator Praktikum Mata Kuliah Koordinator Dosen Mata Kuliah

Dr. Latifa Fekri, S.Pi., M.Si Prof. Ir. H. La Sara, M, Si., Ph.D
NIP: 198903152022032011 NIP: 196004221987031003

Kendari, Desember 2022


Tanggal Pengesahan

ii
KATA PENGANTAR

Assallamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Segalah puja dan puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan izin-nya, sehingga saya dapat menyusun “Laporan
Praktek Lapangan Ekologi Perairan” ini tepat waktu.
Terlebih dahulu, Saya mengucapkan terima kasih kepada Dr. Latifa Fekri, S.Pi.,
M.Si selaku Koordinator Praktikum Mata Kuliah Ekologi Perairan serta Bapak Prof. Ir H.
La Sara, M, Si., Ph.D selaku Koordinator Mata Kuliah Ekologi Perairan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan di bidang studi
Ekologi Perairan yang saya tekuni ini .
Laporan ini merupakan salah satu syarat kelulusan pada mata kuliah Ekologi
Perairan, di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, saya menyadari dalam pembuatan
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun cara penyampaiannya.
Adapun saran dan kritik yang membangun saya sangat harapkan, demi
kesempurnaan dalam penulisan berikutnya. Akhir kata, saya ucapkan terimakasih banyak
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, semoga Allah
Swt membalas semua kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh .

Kendari, 22 Desember, 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................iv
DAFTAR TABEL........................................................................................v
I. PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Praktikum....................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
A. Biota Laut................................................................................................3
B. Faktor-faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Biota Laut ..................3
C. Keanekaragaman Biota Laut ..................................................................4
D. Teknik Penangkapan dan Penanganan Biota Laut..................................6
III. METODE PRAKTIKUM....................................................................8
A. Waktu dan Tempat..................................................................................8
B. Alat dan Bahan........................................................................................8
C. Prosedur Kerja.........................................................................................8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................9
A. Hasil........................................................................................................9
B. Pembahasan.............................................................................................10
V. KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................13
A. Kesimpulan.............................................................................................13
B. Saran........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam parktikum.........................................8
Tabel 2. Hasil Wawancara di UPTD PPI-TPI Sodohoa Kota Kendari........................9

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekologi merupakan materi yang mempelajari hubungan tibal balik antar makhluk
hidup dan (kondisi) alam sekitarnya (lingkungannya) (KBBI,1997). Ekologi dipandang
sebagai materi yang sangat penting karena materi ini berhubungan langsung dengan
kehidupan sehari-hari, sehingga ketika mempelajarinya akan lebih berkesan dan bermakna
di benak peserta didik karena dapat secara langsung ke alam nyata. Selain itu kerusakan
Ekologi dirasakan oleh hampir seluruh manusia. Segala upaya dipandang mutlak dilakukan
demi mencegah agar kerusakan Ekologi tidak semakin parah, terutama oleh dunia
pendidikan.
Kata ekologi berasal dari bahasa yunani yaitu olkos yang bearti rumah dan nomos
yang bearti aturan atau ilmu. Istilah ekologi pertama kali dikenalkan oleh Ernst Haeckel
pada tahun 1866. Haeckel menyatakan ekologi adalah ilmu pengetahuan yang
komprehensif tentang hubungan organisme terhadap lingkungan hidupnya Odum (1996),
ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang interaksi yang
menentukan distribus dan kemelimpahan organisme. Interaksi tersebut merupakan interaksi
antar biotik (organisme) seperti interaksi antar spesies yang berbeda , interaksi mangsa-
predator, serta interaksi antara organismen dengan faktor abiotik (lingkungan fisik dan
kimia)
Kota Kendari merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara, secara astronomis
terletak di bagian selatan garis khatulistiwa berada di antara 3°54'40" - 4°5'5" LS dan
122°26'33" - 122°39'14" BT. Wilayah Kota Kendari berbatasan dengan Kabupaten Konawe
di sebelah utara, Kabupaten Konawe Selatan di sebelah selatan dan barat, dan Laut Kendari
di sebelah timur. Kota Kendari terdiri dari 10 kecamatan yaitu Kecamatan Mandonga,
Kecamatan Baruga, Kecamatan Puuwatu, Kecamatan Kadia, Kecamatan Wua-wua,
Kecamatan Poasia, Kecamatan Abeli, Kecamatan Kambu, Kecamatan Kendari, dan
Kecamatan Kendari Barat.
1
Praktek lapangan ini di fokuskan pada UPTD PPI-TPI Sodohoa Kota Kendari yang
merupakan salah satu PPI terbesar dan ramai di Kota Kendari. Tempat bertemunya
beberapa pelaku usaha yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Berbagai jenis
kegiatan terjadi disana, mulai dari nelayan yang tiba dari melaut dengan hasil lautnya,
pedagang, hingga pembeli yang memiliki peranan penting dan memberikan pengaruh
dalam perdagangan ikan khususnya Kota Kendari (Aisyah dkk, 2016).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengedintifikasi organisme yang ada pada UPTD PPI-TPI Sodohoa


Kota Kendari?
2. Dimana lokasi penangkapan organisme yang ada pada UPTD PPI-TPI Sodohoa
Kota Kendari?
3. Bagaimana cara penangkapan organisme yang ada pada UPTD PPI-TPI Sodohoa
Kota Kendari?

C. Tujuan

1. Mengenali organisme yang ada pada UPTD PPI-TPI Sodohoa Kota Kendari.
2. Mengetahui lokasi penangkapan organisme yang ada pada UPTD PPI-TPI Sodohoa
Kota Kendari.
3. Mengetahui cara penangkapan organisme yang ada pada UPTD PPI-TPI Sodohoa
Kota Kendari.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Biota Laut

Biota laut adalah berbagai macam tumbuhan dan hewan yang ada di laut. Indonesia
merupakan negara yang memiliki daerah laut yang lebih luas dibandingkan dengan luas
daratannya. Tak heran jika banyak jenis biota laut ditemukan di Indonesia. Salah satunya
dapat dijumpai di daerah provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di Kota Kendari (Diyanti,
2017).
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) (2005:155), “biota adalah
keseluruhan flora dan fauna yang terdapat dalam laut. Sedangkan biota laut adalah biota
yang terdapat didalam laut”. Dari beberapa pengertian tentang biota dan biota laut yang
tertera pada KBBI, dapat ditarik kesempulan tentang pengertian biota laut itu sendiri
dengan lebih jelas. Kesimpulanya adalah biota laut merupakan sekumpulan makhluk hidup
berupa flora dan fauna atau tumbuhan dan hewan yang terdapat didalam laut. Biota laut
dapat dikelompokkan berdasarkan jenis karateristik dan sifat yang dimilikinya.
Pengelompokan jenis tersebut antara lain : Plankton , Zooplankton, Bacterioplankton,
Nekton, dan Benthos. (Diyanti, 2017).

B. Faktor-faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Biota Laut

Berdasarkan hasil parameter fisika dan kimia air laut Keanekaragaman organisme di
alam dipengeruhi oleh faktor abiotik dan biotik seperti kondisi lingkungan, ketersediaan
makanan, pemangsaan oleh predator dan kompetisi (Susiana, 2011).
Susunan faktor- faktor lingkungan dan kisarannya yang dijumpai di zona intertidal
sebagian disebabkan zona ini berada di udara terbuka selama waktu tertentu dalam setahun,
dan kebanyakan faktor fisiknya dapat menunjukan kisaran yang lebih besar di udara
daripada di air. Faktor lingkungan yang banyak mempengaruhi kehidupan di laut adalah
pasang surut, gerakan ombak, salinitas, derajat keasaman (pH) dan suhu (Nybakken, 1992).

3
Pengukuran parameter fisika kimia bisa menggambarkan kualitas lingkungan pada
waktu tertentu. Pengukuran indikator biologi dapat memantau secara terus meerus dan
merupakan petunjuk yang mudah untuk memantau terjadinya pencemaran. Dampak adanya
pencemaran terhadap organisme perairan adalah menurunnya keanekaragaman dan
kelimpahan hayati pada perairan (Zahidin, 2008).
Sedangkan untuk faktor kimia seperti salinitas, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut
(DO) dan suhu merupakan faktor lingkungan yang banyak mempengaruhi kehidupan di
laut. Suhu merupakan parameter fisika yang sangat berpengaruh di laut sehingga suhu
dapat menyebabkan kenaikan metabolisme organisme perairan dan dapat meningkatkan
kebutuhan oksigen terlarut. Menurut Hutabarat and Evans (2000) suhu menjadi sangat
penting bagi kehidupan organisme laut karena dapat mempengaruhi aktivitas metabolisme
dan perkembangbiakkan organisme.

C. Keanekaragaman Biota Laut

Pada tahun 2015, para pemimpin global mengadopsi tujuan tunggal pembangunan
berkelanjutan untuk melestarikan dan menggunakan lautan sebagai sumber daya yang
beraanekaragam. Laut sangat penting bagi planet bumi untuk kesejahteraan manusia.
Misalnya, tanaman laut menghasilkan 50% oksigen, terumbu karang menghasilkan lebih
dari 37 miliar dolar setiap tahunnya untuk perikanan laut dan akuakultur yang berkontribusi
besar bagi pendapatan yang lebih dari 10% dari total populasi di dunia. Pada negara
berkembang mereka menyiapkan ikan sebagai sumber protein dan nutrisi untuk kurang
lebih 3 miliar penduduknya. Ekosistem seperti terumbu karang dan mangrove melindungi
masyarakat pesisir dari badai dan cuaca ekstrem. Lebih dari 5.000 patogen gen organisme
laut dimanfaatkan untuk obat-obatan dan kesehatan manusia. Namun seketika laut berubah
dan tercemar yang diakibatkan oleh ulah manusia seperti praktik penangkapan ikan
menggunakan alat yang menghancurkan ekosistem, hilangnya habitat karena diambil terus
menerus, pengasaman laut dan perubahan iklim. Keanekaragam hayati laut sangat penting
untuk masa depan kita. Konvensi Keanekaragam Hayati telah bekerja sama dengan mitra di
seluruh dunia untuk menjaga keanekaragaman hayati laut melalui rencana strategis pada

4
tahun 2011 hingga 2020 yang menargetkan untuk menjaga keanekaragaman hayati laut.
Sekarang adalah waktu buat kita memilih menjaga dan merawat lautan sehingga mereka
bisa merawat kita di masa depan (Putri, 2019).
Ekosistem terumbu karang sangat penting bagi kehidupan biota laut, karena ini sangat
mempengaruhi keberlangsungan hidup ekosistem di laut. Sebagai contoh bulu babi
memakan rumput laut untuk bertahan hidup dan bulu babi adalah makanan bagi mamalia
laut yaitu berang-berang laut. Berang-berang laut dianggap spesies kunci, karena berang-
berang laut sebagai predator aktif yang melindungi rumput laut dan membantu menjaga
keanekaragaman dan keseimbangan ekosistem. Ketika berang-berang laut, rumput laut dan
bulu babi terhubung ini akan membuat ekosistem seimbang. Jika tidak ada berang-berang
laut, ini akan mengakibatkan blooming bulu babi dan rumput laut berkurang, ini kenapa
berang-berang laut dijadikan spesies kunci. Ketika semua biota laut ini ada atau
berdampingan sangat pentig untuk mempertahankan jaringan kehidupan yang beragam
yang ada di laut (Ariyani et all, 2019).
Ekosistem yang baik akan memberikan kesempatan hidup yang baik bagi biota seperti
ekosistem hutan bakau (Amin, Irawan, and Zulfikar 2015), dimana terdapat juga bakau
jenis Nipah yang air niranya dapat dimanfaatkan sebagai bahan peng hasil bioethanol
sebagai bahan bakar alternative (Venrico, Irawan, and Muzahar 2014) dan (Saputra,
Irawan, and Idris 2016), serta bakau jenis Xylocarpus granatum yang memiliki kandungan
bioaktif berpotensi sebagai obat-obatan (Prabowo, Irawan, and Pratomo 2014).
Ekosistem terumbu karang juga menjadi tempat hidup biota budidaya seperti bulu babi
(Miala, Pratomo, and Irawan 2015), dan pada terumbu karang juga terdapat biota yang
memakan karang seperti siput drupella (Nurhayati, Irawan, and Pratomo 2015) sehingga
tutupan terumbu karang perlu di jaga (Rizal, Pratomo, and Irawan 2016). Pada sedimen di
perairan terutama pada bagian pesisir terdapat hewan mioinfauna (Akbar, Muzahar, and
Irawan 2015), (Mandela, Karlina, and Irawan 2016) , (Sabrianto, Irawan, and Idris 2018)
dan hewan anemon (Irawan 2013). Perubahan suhu perairan dapat menyebabkan karang
stress dan terjadi pelunturan warna yang membuat karang menjadi putih (Putra et al. 2019).

5
D. Teknik Penangkapan dan Penanganan Biota Laut

Terdapat berbagai jenis-jenis biota laut yang secara optimal dapat diusahakan,
sehingga muncul beberapa cara atau metode yang digunakan untuk memanfaatkannya
seperti penggunaan alat penangkap ikan dan teknologi penangkapannya baik secara
tradisional maupun modern. Banyak alat tangkap biota laut yang terdapat di berbagai
daerah, tetapi alat tangkap tersebut tidak muncul secara bersamaan, tetapi secara bertahap
dan memakan waktu yang cukup panjang (Mustasim et all. 2021).
Sejarah dari alat tangkap ikan yang pertama kali digunakan dab berawal dari daerah
pinggir pantai dan masih primitif atau traditional yang hanya menggunakan tangan dan alat
bantu lainnya, seperti tombak. Kemudian seiring perkembangan zaman, operasi
penangkapan mulai memasuki daerah yang cukup jauh dari garis panta, sehingga harus
menggunakan alat transportasi untuk sampai kesana, tetapi alat tangkap masih tradisional.
Seiring dengan perkembangan zaman, juga terjadi pengembangan atau tercipta alat tangkap
yang lebih modern dan produktif digunakan pada perairan laut dalam seperti: rawai tuna
(tuna long line), pukat cincin (purse seine), dan pole and line (huhate). Seiring dengan
perkembangan alat tangkap juga dibarengi dengan berkembangnya alat bantu penangkapan
seperti rumpon, penggunaan cahaya, dan teknologi lainnya (Mustasim et all. 2021).
Perlakuan penanganan sangat penting dan mutlak diterapkan saat sebelum
penangkapan, saat penangkapan, pengangkutan dan distribusi, pengolahan, pemasaran serta
pengiriman. Penanganan ikan di kapal pada dasarnya terdiri dari empat tahap yaitu,
penanganan saat ikan ditangkap dan diangkat di atas kapal, saat penyimpanan dalam palka,
selama transportasi atau distribusi, pembongkaran, dan pengangkutan di darat. Penanganan
ikan setelah penangkapan memegang peranan penting untuk memperoleh nilai yang
maksimal. Tahap penanganan ini memang menentukan nilai jual dan proses pemanfaatan
selanjutnya serta mutu produk. Namun, pada kenyataannya penanganan ikan setelah
penangkapan belum dilakukan dengan baik. Hal ini ditunjukan dengan masih tingginya
tingkat susut panen (posthaverst losses), yaitu diperkirakan sekitar 27% (Ditjen P2HP,
2015).

6
Penanganan ikan di atas kapal harus baik dan benar agar di peroleh hasil yang
semaksimal mungkin. Keberhasilan penanganan ikan di atas kapal dapat di pengaruhi oleh
beberapa faktor di antaranya alat penanganan, media pendingin, teknik penanganan, dan
keterampilan pekerja. Pemakaian alat - alat penanganan yang lengkap dan baik dalam arti
dapat memperkecil kerusakan fisik, kimia, mikrobiologi dan biokimia akan memberikan
hasil yang maksimal. Media pendingin yang memberikan hasil yang baik adalah media
pendingin yang dapat memperlambat proses biokimia dan pertumbuhan mikroba dalam
daging ikan (Munandar et al., 2005). Sarana yang mendukung penanganan hasil tangkapan
diatas kapal adalah palka dan cold storage dan wadah.

7
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat

Praktek lapangan ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 10 Desember 2022 jam

08.00 wita sampai pukul 11.30 WITA bertempat di UPTD PPI-TPI Sodohoa Kota Kendari .

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktek lapang ini yaitu dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 1. Alat dan Bahan Praktikum
No Alat dan Bahan Kegunaan
1 Kertas Untuk tempat menulis data laporan
2 Pena dan pensil Untuk menulis data laporan
3 Handphone Sebagai alat dokumentasi
4 Buku tulis Sebagai tempat penulisan laporan
5 Quisisoner Untuk sebagai alat pengingat pewawancara agar
tidak keluar jalur dan untuk memberikan urutan
pertanyaan yang logis

C. Prosedur Praktek lapangan

1. Praktikan ditugaskan mengambil dokumentasi biota perairan yang ada di TPI dan
membahas keterkaitan biota dengan habitatnya.
2. Hanya 2 org perwakilan dari masing masing kelompok yg ke TPI untuk mengambil
dokumentasi menggunakan papan madding putih dilengkapi meteran kain yang
dieratkan terlebih dahulu menggunakan laban bening, serta melakukan wawancara
terkait organisme yang ditangkap, lokasi penangkapan, alat tangkap, serta cara
penanganan.

8
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Adapun hasil dari wawancara yang dilakukan di UPTD PPI-TPI Sodohoa Kota

Kendari mengenai identitas responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Hasil Wawancara di UPTD PPI-TPI Sodohoa Kota Kendari.


No. Parameter Keterangan

1. Nama Firmasnyah
2. Umur 40 tahun
3. Lama menjadi nelayan 20 tahun
4. Alat tangkap Pancing tonda, layang-layang, dan bola-bola
5. Lokasi penangkapan Laut banda
6. Jumlah ABK 8 orang
7. Waktu berlayar Sekitar 15 hari
8. Waktu penangkapan Berlangsung dari matahari terbit hingga matahari terbenam,
Adapun pada malam hari dilakukan jika timbul bulan
9. Organisme yang sering Cakalang, bang kumis, dan tuna
di dapat
10. Cara penangkapan pancing tonda d pasangkan umpan, umpan yg d gunakan
adalah umpan rakitan yg terbuat dri kantong plastik,
kemudian pancing d sebar k laut sambil kapal bergerak,
biasanya kapal bergerak dengan lambat ketika proses
penangkapan ikan yaitu sekitar 3-4 knot, selang beberapa
menit pancing tonda d angkat

9
B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini responden yang kami wawancarai bernama Firmansyah dengan
umur 40 tahun dan telah menjadi nelayan selama 20 tahun dimana menjadi abk selama 2
tahun dan 18 tahun menjadi kapten kapal. Jumlah abk kapal yaitu 8 orang dengan waktu
pelayaran sekitar 15 hari. Adapun alat tangkap yang sering digunakan yaitu pancing tonda,
layang-layang dan bola-bola,. Lokasi penangkapan ikan biasanya dilakukan di laut banda,
dengan metode panangkapan yaitu pancing tonda d pasangkan umpan, umpan yg d gunakan
adalah umpan rakitan yg terbuat dri kantong plastik, kemudian pancing d sebar k laut
sambil kapal bergerak, biasanya kapal bergerak dengan lambat ketika proses penangkapan
ikan yaitu sekitar 3-4 knot, selang beberapa menit pancing tonda d angkat. Organisme yang
serong didapatkan yaitu, ikan cakalang, ikan bang kumis, dan ikan tuna.
Perairan pantai Kendari (dan sekitarnya) di wilayah Sulawesi Tenggara merupakan
bagian dari Laut Banda sebelah barat, di kawasan timur Indonesia. Sumber daya ikan yang
terdapat di perairan Kendari terdiri atas sumber daya ikan karang (Hartati & Pralampita,
1993), pelagis, demersal, dan biota laut lainnya (Linting et al., 1994). Sumber daya ikan
pelagis terdiri atas kelompok-kelompok ikan pelagis besar kelompok ikan pelagis kecil.
Laut Banda merupakan daerah penangkapan potensial untuk ikan tuna. Penangkapan
tuna di perairan ini sudah lama dilakukan, tetapi sacara komersil dimulai dengan masuknya
armada longline Jepang melaui Banda Sea Agreement dari tahun 1968- 1983 (Yusuf,
1983). Sementara secara tradisional terdapat beberapa jenis alat tangkap yang digunakan
menangkap tuna antara lain huhate (pole and line), pancing ulur (hand line) dan pancing
tonda (troll line), dan sebagian besar hasil tangkapan tuna dari Laut Banda didaratkan di
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari. Perikanan pancing tonda mempunyai ciri
spesifik yaitu menggunakan umpan buatan (artificial bait) dan umumnya dioperasikan di
sekitar rumpon (Hidayat et all, 2014).
Perikanan pancing tonda di Laut Banda tergolong usaha perikanan skala kecil (small
scale fisheries). Ciri usaha perikanan skala kecil antara lain adalah ukuran kapal yang
digunakan kecil (< 10GT), mengoperasikan alat tangkap tradisional/sederhana dan jumlah

10
hari dalam satu tripnya pendek (SEAFDEC, 1999). Perikanan tuna usaha skala kecil dalam
beberapa tahun terakhir ini banyak berkembang terutama setelah digunakannya alat bantu
penangkapan rumpon sebagai alat/sarana berkumpulnya ikan . Dengan meningkatnya
pemanfaatan sumber daya tuna akibat berkembangnya upaya penangkapan ini diduga dapat
berpengaruh terhadap terjadinya penurunan stok sumberdaya ikan tersebut. Kejadian ini
diperparah dengan sebagian besar hasil tangkapan berupa tuna masih muda (berukuran
kecil) yang belum sempat melakukan pemijahan sehinigga dapat mengakibatkan rekrutmen
overfishing (Hidayat et all, 2014).
Salah satu jenis sumber daya Ikan yang memiliki potensi besar di Indonesia adalah dari
kelompok Ikan pelagis besar antaranya adalah Tuna, Tongkol dan Cakalang. Indonesia
memegang peranan penting dalam perIkanan Tuna, Tongkol dan Cakalang di dunia. Pada
tahun 2011 produksi Tuna, Tongkol dan Cakalang dunia sebesar 6,8 juta ton dan meningkat
menjadi lebih dari 7 juta ton pada tahun 2012 dengan rata-rata produksi Tuna, Tongkol dan
Cakalang periode tahun 2005-2012 sebesar 1.033.211 ton (KKP, 2015). Indonesia telah
memasok lebih dari 16% produksi Tuna, Tongkol dan Cakalang dunia. Pada tahun 2013,
volume ekspor Tuna, Tongkol dan Cakalang mencapai sekitar 209 410 ton dengan nilai
USD 764,8 juta (KKP, 2014). Disamping itu, Indonesia juga merupakan negara kontributor
produksi terbesar diantara 32 negara anggota Indian Ocean Tuna Commission (IOTC)
dengan rata-rata produksi tahun 2009 – 2012 sebesar 356.862 ton per tahun ( KKP, 2015).
Sumber daya Ikan Tuna dan Cakalang memiliki nilai ekonomis penting dan banyak
tersebar hampir di seluruh wilayah perairan Indonesia. Nilai ekonomis yang dimiliki Ikan
Tuna dan Cakalang menjadIkannya sebagai komoditas utama dari sub sektor perIkanan.
Ikan Tuna dan Cakalang merupakan bagian dari Ikan pelagis besar yang memiliki
karakteristik oseanik atau memiliki sifat selalu beruaya dari suatu perairan ke perairan lain
yang mempunyai kondisi oseanografi, biologis dan meteorologis yang sesuai dengan
habitatnya (Sibagariang et al., 2011).
Tuna dan Cakalang merupakan komoditas ekspor penting di Indonesia. Daerah
penangkapannya tersebar mulai dari kawasan barat sampai dengan timur Indonesia.
Kawasan barat meliputi wilayah pengelolaan perikanan Samudera Hindia dan untuk
kawasan timur meliputi wilayah pengelolaan perikanan Selat Makasar dan Laut Flores,
11
wilayah pengelolaan perIkanan Laut Banda, wilayah pengelolaan perIkanan Laut Maluku
dan wilayah pengelolaan perIkanan Sulawesi Utara dan Samudera Pasifik (Firdaus, 2018).
Penyebaran Ikan Cakalang di Indonesia meliputi Samudera Indonesia, pantai barat
Sumatera, Selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, perairan Indonesia Timur meliputi Laut
Banda, Laut Flores, Laut Maluku, Laut Makassar (Uktolseja, 1989).
Penentuan lokasi penangkapan Ikan Cakalang ditentukan oleh musim berbeda untuk
setiap perairan. Penangkapan Ikan Cakalang dapat dilakukan sepanjang tahun. Hasil yang
diperoleh berbeda dari musim ke musim bervariasi pula menurut lokasi penangkapan. Saat-
saat dengan hasil lebih banyak dari biasanya disebut musim puncak dan bila penangkapan
lebih sedikit dari biasanya disebut musim paceklik (Firdaus, 2018).
Menurut Supriana et al. (2014) daerah penyebaran Ikan Tuna dan Cakalang di
Indonesia meliputi Laut Banda, Laut Maluku, Laut Flores, Laut Sulawesi, Laut Hindia,
Laut Halmahera, perairan utara Aceh, barat Sumatera, selatan Jawa, utara Sulawesi, Teluk
Tomini, Teluk Cendrawasih, dan Laut Arafura. Daerah produksi utama Ikan ini terdapat di
Kawasan Indonesia Timur yang mencakup Laut Banda, Laut Maluku, Laut Sulawesi, Laut
Halmahera, Teluk Cendrawasih dan Laut Arafura, Bitung, Ternate, Ambon dan Sorong
merupakan wilayah basis pengembangan untuk mendukung produksi Ikan Tuna dan
Cakalang di Kawasan Indonesia Timur tersebut.
Secara umum menurut Rumbewas et al. (2011) kegiatan perIkanan Tuna dan Cakalang
di Indonesia terbagi atas dua kelompok besar yakni perIkanan Tuna skala besar (industri
dan perIkanan kecil (tradisional). PerIkanan Tuna skala besar banyak dilakukan di wilayah
Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera yang terkonsentrasi di Padang, Banda Aceh dan
sebagian di Selatan Jawa yang terpusat di Pelabuhan Ratu-Sukabumi, Cilacap, Prigi-
Trenggalek, Sendang Biru-Malang dan Benoa-Bali. PerIkanan Tuna skala kecil banyak
dilakukan oleh nelayan Pondokdadap di Sendang Biru Malang, perairan Selat Makassar
oleh Nelayan Majene, perairan Sulawesi Tenggara oleh nelayan dari buton dan perairan
Utara Sulawesi oleh nelayan Lembeh Kota Bitung.

12
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktek lapangan kali ini di UPTD PPI-TPI Sodohoa Kota Kendari
dapat disimpulkan, berdasarkan hasil wawancara dengan bapak firmansyah bahwa
organisme yang sering didapat olehnya yaitu ikan cakalang, ikan bang kumis, dan ikan
tuna. Dengan alat tangkap yaitu pancing tonda, layang-layang, dan bola-bola, dengan
metode penangkapan yaitu pancing tonda d pasangkan umpan, umpan yg d gunakan
adalah umpan rakitan yg terbuat dri kantong plastik, kemudian pancing d sebar k laut
sambil kapal bergerak, biasanya kapal bergerak dengan lambat ketika proses
penangkapan ikan yaitu sekitar 3-4 knot, selang beberapa menit pancing tonda d
angkat. Adapun lokasi penangkapannya yaitu di laut banda.

B. saran

Adapun saran yang kami sampaikan untuk para nelayan agar selalu selalu menjaga dan
memperhatikan lingkungan sekitar terutama laut karena sebagaian besar mata pencaharian
nelayan berasal dari laut.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ariyani, D., Swasta, J., dan Adyana, B. 2019. Studi Tentang Keanekaragaman Dan
Kemelimpahan Mollusca Bentik Serta Faktor-Faktor Ekologis Yang
Mempengaruhinya Di Pantai Mengening, Kabupaten Badung, Bali. Jurnal Pendidikan
Biologi Undiksha. Vol:6(3).
Diyanti, K. 2017. Biota Laut Sebagai Sumber Ide Pembuatan Cenderamata Logam Wisata
Pantai Pasir Putih Kabupaten Situbondo. Jurnal Seni Rupa. Vol: 5(3).
Firdaus, M. 2018. Profil Perikanan Tuna Dan Cakalang Di Indonesia. Balai Besar Riset
Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.
Hariati, T. 2011. Komposisi Hasil Tangkapan, Musim Penangkapan, Dan Indeks
Kelimpahan Ikan Pelagis Yang Tertangkap Pukat Cincin Mini Di Perairan Kendari,
Laut Banda.
Hidayat, T., Chodrijah, U., dan Noegroho, T. 2014. Karakteristik Perikanan Pancing Tonda
Di Laut Banda.
Mahmudi, Muhammad. 1995. Produktivitas Perairan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Kelautan. Universitas Brawijaya : Malang.
Odum, Eugene P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada University. Press: Yogyakarta.
Resosoedarmo, S, Kuswara K dan Aprilani S. 1992. Pengantar Ekologi. Bandung: Penerbit
PT. Remaja Rosda Karya.
Sastrodinata, S. 1980. Biologi Umum II. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sudaryanti, S dan Wijarni. 2006. Biomonitoring. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya:
Malang
Sutrisno, C. T dan Eni, S. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta :Rineka Cipta.
Soemarwoto, Otto. 1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Penerbit
Djambatan.
Tani, V., Rasdam, dan Siahaan, I. C. M. 2020. Teknik Penanganan Ikan Hasil Ta Ngkapan
Di Atas Kapal Purse Seine Pada Km. Asia Jaya Ar 03 Juwana Pati Jawa Tengah.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan. Vol: 15(1).

14
LAMPIRAN

Dokumentasi praktikum lapangan

15
16
17

Anda mungkin juga menyukai