Anda di halaman 1dari 65

JURNAL LENGKAP

PRAKTIKUM IKTIOLOGI

OLEH:

OZI SAPUTRA
I1F119006

JURUSAN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022

0
JURNAL LENGKAP
PRAKTIKUM IKTIOLOGI

OLEH:

OZI SAPUTRA
I1F119006

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada


Mata Kuliah Iktiologi

JURUSAN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022

1
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Jurnal Lengkap Praktikum Iktiologi.


Laporan Lengkap : Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada
Mata Kuliah Iktiologi.
Nama : Ozi Saputra
Stambuk : I1F119006
Kelompok : III (Tiga)
Jurusan : Oseanografi
Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan

Jurnal Lengkap ini


Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:

Koordinator Asisten Asisten Pembimbing

Dicky Ardiansyah Wa Nuli


NIM. I1A1 18 039 NIM. I1A1 18 037

Mengetahui
Koordinator Dosen Mata Kuliah Iktiologi

Prof. Dr. Asriyana, S.Pi.,M.Si


NIP. 197612112000032002

Kendari, 9 Novemver 2022


Tanggal pengesahan

2
iii
RIWAYAT HIDUP

Ozi Saputra, Dilahirkan di Kabupaten Buton Utara tepatnya di


Desa Tomoahi Kecamatan Kulisusu pada hari Sabtu tanggal 2
Februari 2002. Anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan dari La
Gonca dan Maleni. Penulis menyelesaikan pendidikan di
Sekolah Dasar SD 1 Tomoahi Kecamatan kulisusu, Kabupaten
Buton Utara pada tahun 2013. Pada tahun itu juga penulis
melanjutkan Pendidikan di SMP Negeri 5 Kulisusu Kecamatan
Kulisusu dan tamat pada tahun 2016 kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di
SMA Negeri 1 Kulisusu Utara pada tahun 2006 dan seslesai pada tahun 2019 . pada
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Halu Oleo (UHO)
program studi Oseanogradi dan belum selesai samapi sekarang ini.

3
iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................i
HALAMAN JUDUL................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................iii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................v
DAFTAR TABEL ................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vii
A. Morfologi .............................................................................................................1
B. Morfometrik..........................................................................................................9
C. Sistem Urat daging................................................................................................17
D. Sistem Pernapasan.................................................................................................24
E. Sistem Integumen..................................................................................................31
F. Sistem Pencernaan ................................................................................................40
G. Sistem Urogenitalia...............................................................................................49
LAMPIRAN

v
4
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Hasil Pengamatan Morfologi Ikan......................................................................... 4
2. Hasil Pengamatan Morfometrik dan Meristik Ikan............................................... 12
3. Hasil Pengamatan Pernapasan Ikan ...................................................................... 26
4. Hasil Pengamatan Sistem Integumen..................................................................... 35

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
vi
1.Urat Daging Ikan Cakalang ..................................................................................19
2.Ingsan Ikan Cakalang .............................................................................................26
3.Alat Rerproduksi Jantan Ikan Bandeng dan Ikan Pisang-Pisang............................52
4.Ginjal Ikan Bandeng dan Ikan Pisang-Pisang.........................................................52

6
vii
0

PRAKTIKUM
I
MORFOLOGI IKAN
1

MORFOLOGI IKAN

MORPHOLOGICAL FISH
Ozi Saputra, & Wa Nuli
1
Mahasiswa Program Studi Oseanografi
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Halu Oleo
Jln. H.E.A Mokodompit, Andonuhu Kendari, Sulawesi Tenggara
2
Email Asisten :i1a118037wanuli@student.uho.ac.id

Abstrak
Praktikum Morfologi Ikan Katamba (Lutjonus Jochu) dan Ikan Layang (Decapterus)
dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 1 Oktober 2022 jam 10:00-11:50 WITA di
Laboratorium Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo.Praktikum
Morfologi Ikan Katamba (Lutjonus Jochu) Dan Ikan Layang (Decapterus) bertujuan
untuk mengenal berbgai bentuk luar ,mengamati morfologi dan letak atau posisi bagian
luar tubuh ikan secara insitu dan memiliki manfaat sebagai salah sumber atau infomasi
untuk mengenal bentuk luar ikan , mengamati morfologi dan letak atau posisi bagian
luar tubuh ikan Katamba dan Ikan Layang .Hasil Morfologi ikan katamba (Lutjonus
Jochu) dan Ikan Layang meliputi bentuk tubuh ,bentuk mulut, warna dominan, linea
lateralis dan bloct.Ikan katamba memiliki bentuk tubuh Comprossed sedangkan Ikan
Layang memiliki bentuk tubuh torpedo ,bentuk mulut Ikan katamba dan Ikan Layang
berupa tabung .kesimpulannya Ikan katamba dan Ikan Layang memiliki ciri morfologi
hampir mirip namun ada beberapa ciri yang berbeda seperti bentuk dan warna tubuh
ikan.

Kata Kunci :Ikan,Ikthiologi, Katamba,Layang,Morfologi


2

Pendahuluan
Ilmu yang mempelajari segala aspek kehidupan ikan baik air tawar ataupun ikan
airasindi sebut Iktiologi. Iktiologi menjadi satu pilar utama dalam bidangperikanan
karenalangsung terikat dengan objek itu sendiri( Rahardjodkk , 2018)
Secara etimologis, istilah morfologi dalam bahasa Indonesia berasal dari kata
morphology dalam bahasa Inggris. Istilah itu terbentuk dari dua buah morfem, yaitu
morph ‘bentuk’ dan logy ‘ilmu’. Istilah morfologi dijelaskan oleh Chaer (2008: 3)
merujuk kepada ‘Ilmu yang mengenai bentuk’ Di dalam linguistik, morfologi adalah
mengkaji bentuk-bentuk kata dan proses pembentukan kata. Artinya setiap bentuk
bahasa (linguistic form) yang berupa seluk beluk kata, menjadi objek sasaran untuk
dikaji, misalnya, selain kata desain, terdapat kata mendesain, mendesainkan, terdesain,
banyak desain, desain-desain, desain rumah, pendesainan bersusun, tampilan desain,
hasil desain imaging, rancangan desain; di samping kata ekstensi terdapat kata
diekstensikan, mengekstensi, pengekstensian; selain kata kontraksi terdapat kata
berkontraksi, kontraksi otot, mengkontraksi, dikontraksikan, terkontraksi, otot
berkontraksi; di sisi kata telepon, terdapat kata bertelepon, menelepon, meneleponkan,
diteleponkan, telepon genggam, telepon pintar, telepon seluler, telepon-telepon, telepon-
teleponan, bertelepon-teleponan(Suparno,2015).
Deskripsi morfologi berperan penting dalam kegiatan identifikasi dan
klasifikasi spesies. ikan memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran, habitat serta
distribusi jenis berdasarkan perbedaan ruang dan waktu sehingga membutuhkan
pengetahuan ten-tang pengelompokan atau pengklasifikasian ikan. Pengenalanstruktur
ikan tidak lepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-
ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan.
Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan
Rahma safitri,2017)..
Secara garis besar ikan yang terdapat di alam tebagi atas dua group yaitu
Agnatha (Ikan yang tidak memiliki rahang) dan Gnathostomata (Ikan yangmemiliki
rahang). Kedua group ikan tersebuat dikelompokkan ke dalam tiga kelasyaitu Kelas
Cephalas pidomophi, Condrichthyes, dan Osteichthyes (Pulungan,2014).
Ikan merupakan vertebrata akuatik dan bernapas dengan insang,
beberapa jenis ikan bernafas melalui alat tambahan berupa modifikasi gelembung
renang (gelembung udara). Ikan merupakan organisme yang mempunyai
kemampuan bergerak sehingga tidak tergantung pada arus yang kuat atau
genangan air yang disebabkan oleh angin, mereka dapat bergerak di dalam air
menurut kemauannya sendiri(Safitri,2017).
Ikan Katamba merupakan salah satu potensi sumberdaya perikanan
yangmemiliki nilai ekonomis. Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakatbaik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan.Ikan
ini memiliki tekstur dan rasa yang digemari oleh masyarakat( Nur,2018)
Secara umum, ciri morfologi ikan Katamba (Lethrinus lentjam) ialah bentuk
badan agak tinggi dan pipih. Lengkung pada bagian atas kepala setelah mata hampir
lurus, dari mata hingga awal dasar sirip punggungnya agak cembung dan sirip ekor
berlekuk. Kepala dan bagian atas berwarna hijau kecoklatan, dibagianbawah lebih
3

terang. Badan dengan sirip yang mempunyai bercak putih, kuning dan merah
muda.Bagian belakang poerkulum dan dekat dengan sirip dada terdapat garis merah.
Mulutyang tipis memanjang dengan bibir yang tebal berwarna merah (budiawan dkk ,
2017)
Ikan layang (Decapterus spp) yang terdiri dari 2 (dua), yakni Decapterus
russelli (Rupell,1928) dan Decapterus macrosoma (Bleeker,1851) merupakan salah
satu hasil terpenting dari sumberdaya perikanan pelagis kecil di Laut Jawa, dan
mempunyai nilai ekonomis penting, sehingga banyak dicari dan ditangkap oleh armada
purse seine sebagai target utama hasil tangkapan(AnisaPrihartin, 2016).
Ikan Layang selain mempunyai nilai ekonomis penting di Jawa, dagingnya
memiliki tekstur yang kompak dengan citarasa yang banyak digemari orang, sehingga
dapat menjadi salah satu sumber pemenuhan protein hewani bagi rakyat. Ikan layang
(Decapterus spp) merupakan hasil tangkapan utama perikanan purse seine di Laut
Jawa , dengan tingkat produksi 60% dari hasil tangkapan total,ikan pelagis kecil
lainnya. seperti ikan Kembung, Lemuru , Selar Bentong dan Tembang (AnisaPrihartin,
2016).).
Ikan layang (Decapterus spp.) merupakan salah satu jenis ikan yang tertangkap
sepanjang tahun di perairan selatan Derah Istimewa Yogyakarta. Potensi perikanan
layang di perairan selatan Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai volume produksi
sebesar: 61,515 kg hingga bulan Oktober 2018 (PPIP KKP, 2018). Namun, pada tahun
2018 tingkat produksi ikan layang mengalami penurunan sebesar: 13,089 kg (PPIP
KKP, 2019). Puncak produksi ikan layang di Laut Jawa terjadi dua kali dalam setahun
masing-masing jatuh pada bulan Januari-Maret (akhir musim barat) dan pada bulan
JuliSeptember (musim Timur). Puncak-puncak musim ini dapat maju atau mundur
waktunya sesuai dengan perubahan musim. Genus Decapterus memiliki jumlah
scientific name species sebanyak 25, dari jumlah tersebut 11 diantaranya telah
ditetapkan sebagai valid name. Kesebelas spesies Decapterus dapat dibedakan
berdasarkan morfologinya yaitu proporsi tubuh, jumlah jari-jari sirip dan jumlah sisik
pada linea lateralis dan lateral scutes ikan. Menurut Integrated Taxonomic Information
System (2017), genus Decapterus memiliki jumlah scientific name species antara lain
Decapterus akaadsi, Koheru (D. koheru), Redtail scad (D. kurroides), Mackerel scad
(D. macarellus), Shortfin scad (D. macrosoma), Japanese scad (D. maruadsi),
Amberstripe scad (D. muroadsi), Round scad (D. punctatus), Indian scad (D. russelli),
Roughear scad (D. tabl), dan Mexicanscad (D. scombrinus). Ikan layang yang umum
dijumpai di Perairan Indonesia berjumlah 6 jenis yaitu D. lajang (valid name D. ruselli),
layang biasa/russel’s scads (D. russelli), layang deles/ round scads (D. macrosoma),
layang anggur/ekor merah/red-tailed scads (D. kurroides), ikan layang biru/ mackerel
scad (D. macarellus) dan D. maruadsi (Suwarso & Zamroni, 2013). Dua spesies ikan
layang (D. russelli dan D. macrosoma) merupakan komponen utama yang sering
ditemukan dan diteliti dalam perikanan pelagis di Laut Jawa dan Selat Makasar, ikan
layang biru/malalugis (D. macarellus) adalah jenis dominan di perairan laut dalam
sekitar Sulawesi dan Indonesia Timur (Suwarso & Achmad, 2014). Hasil penelitian
Ardi (2018) terkait jenis ikan layang di Sendangbiru, Malang (perairan Selatan Jawa
Timur) juga hanya menemukan dua spesies ikan layang yaitu D. russelli dan D.
macrosoma. (Kusumaningrum,etc,2019).
4

Berdasarkan uraian diatas maka perlu di lakukan praktikum ikthiologi untuk


mengetahui segala bentuk luar atau morfologi, dari Ikan Katamba (Lutjonus Jochu) dan
Ikan Layang (Decapterus). Maka dari itu, Ikhtiologi terkhusunya morfologi dapat
dijadikan landasan penguasaan ilmu perikanan.

Metode Praktikum
Praktikum ini dilakukan Laboratorium Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Halu Oleo.pada hari Sabtu 1 Oktober 2022 pukul 10.00-11.50 WITA, alat
dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu mistar, baki, Kertas Laminating,
Tisu, ikan Katamba,dan ikan Layang,sunlight,pensil/ pulpen,buku penuntun,kertas
laporan sementara dan alat alat bedah.
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini yaitu meyiapkaniapkan preparat (ikan)
usahakan yang berukuran besar tujuannya agar mudah diamati dan beberapa jenis ikan
lainnya kemudian menyiapkan preparat mikroskop/ lup (kaca pembesar),pinset,buku
gambar dan peralatan lainnya setelah itu letakkan Ikan diatas papan preparat,lalu amati
morfologi: bagian- bagian luar ikan (mata,nasal dan sebagainya); bentuk badan,bentuk
dan letak mulut, bentuk dan letak sirip, bentuk ekor, linea literalis dan morfologi lainnya
kemudian amati Ikan yang telah disediakan.
Hasil
Hasil pengamatan morfologi ikan Katamba dan ikan Layang dapat di dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1 Hasil Pengamatan Morfologi Ikan
Keterangan Individu
No Parameter
1 2
1. Bentuk tubuh Compressed Torpedo
2. Bentuk mulut;

a. Berdasarkan bentuk Tabung Tabung

b. Dapat tidaknya Disembulkan Dapat Dapat

c. Berdasarkan letaknya Subterminal Terminal


3. Sungut (ada/tidak ada) Tidak ada Tidak ada
4. Bentuk sirip ekor Emagimate Forked
Sirip pelvic
5. Berpasangan Berpasangan
(berpasangan/tidak berpasangan)
Sirip anal Tidak
6. Tidak berpasangan
(Berpasangan/tidak berpasangan) berpasangan
7. Warna tubuh Abu-abu Silver
8. Bar (ada/tidak ada) Tidak ada Tidak ada
5

9. Band(ada/tidak ada) Tidak ada Tidak ada


10. Blotch(ada/tidak ada) Tidak ada Tidak ada
11. Stripe (Ada/Tidak ada) Tidak ada Tidak ada
12. Spot (Ada/Tidak ada) Tidak ada Tidak ada

13. Linea lateralis (ada/tidak ada) Ada Ada

14. Dot ( ada/tidak ada) Tidak ada Tidak ada


Keterangan :
1. Ikan katamba (Lethrininus lentjam)
2. Ikan layang (decapterus spp.)

Pembahasan
Deskripsi morfologi berperan penting dalam kegiatan identifikasi dan
klasifikasi spesies. ikan memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran, habitat serta
distribusi jenis berdasarkan perbedaan ruang dan waktu sehingga membutuhkan
pengetahuan ten-tang pengelompokan atau pengklasifikasian ikan. Pengenalanstruktur
ikan tidak lepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-
ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan.
Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan
( Safitri,2017)..
Ikan lencam atau Ikan Katamba (Lethrinusatkinsoni).Ikan ini termasuk dalam
kelompok famili Lethrinidae yang merupakan target utama bagi perikanan
komersil.Famili Lethrinidae terdiri dari 39 spesies dalam 5 genera dengan 29 spesies
didominasi oleh genus Lethrinus. Habitat ikan lencam adalah perairan berpasir, terumbu
karang dan padang lamun sampai kedalaman 30m,ditemukan sendiri (soliter) maupun
bergerombol (schooling). Ikan ini banyak ditemukan di perairan tropis dan
subtropis).Daerah penyebaran ikan lencam adalah Samudera Pasifik diantaranya
Indonesia dan Filipina, utara ke selatan Jepang,selatan ke Australia,timur ke
KepulauanTuamoto (Prihatiningsih,etl,2021).
Berdasarkan pengamatan praktikum morfologi ikan katamba/ Lencam yang
pada table diperoleh karakteristik morfologi ikan katamba/lencam dimana memiliki
bentuk tubuh Compressed(bentuk pipih). secara umum bentuk tubuh ikan adalah
simetris bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah pada bagian tengah-tengah
tubuhnya (potongan sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama antara sisi
kanan dan sisi kiri. Selain itu, terdapat beberapa jenis ikan berbentuk non-simetris
bilateral, yaitu jika tubuh ikan tersebut dibelah secara melintang (crosssection) maka
terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh. Bentuk tubuh
Compressed(bentuk pipih) adalah bentuk tubuh ikan yang gepeng kesamping,lebar
tubuh lebih kecil dari pada tinggi dan panjanganya.memiliki bentuk mulut yang tabung
dan dapat disembulkan serta memiliki bentuk mulut yang sub terminal,bentuk mulut
sub terminal adalah bentuk mulut yang letak mulutnya sedikit kebawah dari tengah
enterior kepala dekat ujung hudung ,Hal ini dipengaruhi karena ikan katamba
merupakan ikan yang hidup berkelompok dan berada di zona pelagic dan murut
6

Bagwati,2013 Ikan memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran, habitat serta distribusi


jenis berdasarkan perbedaan ruang dan waktu sehingga membutuhkan pengetahuan
tentang pengelompokan atau pengklasifikasian ikan Pada umumnya bentuk tubuh ikan
berkaitan erat dengan habitat dan cara hidupnya(Asriyana dkk,2022)
Ikan katamba juga memiliki ciri morfologi tidak memiliki sungut,sungut adalah
alat peraba dalam mencari makanan ,umumnya terdapat pada ikan yang aktif mencari
makanan pada malam hari yang aktif mencari makanan pada malam atau pada dasar
perairann.hal inilah yang mempengaruhi ikan ikan katamba tidak memiliki sungut
karena ikan katamba tidak aktif mencari makan pada malam hari.bentuk sirip ekor dari
ikan katamba adalah berbentuk emarginate(berpinggiran berlekuk)(Asriyana dkk,2022)
Sirip pelvic ikan katamba memiliki dua pasang namun ikan katamba tidak
memiliki sirip anal.warna tubuh ikan katamba lebih dominan warna abu -abu karena
hidup di daerah sup troipis dan Warna ikan disebabkan oleh schemachrome dan
biochrome. Sel khusus yang memberikan ikan warna ada dua macam yaitu Iridocyte
dan chromatophore. ikan katamba juga tidak memiliki bar,tidak memiliki band,tidak
memiliki bloct,dot,spot,dan traipe namun ikan (Asriyana etc,2022)
Gurat sisi (Ingg.: lateral line, Lat.: linea lateralis) adalah alat indra yang dapat
ditemukan pada hewanhewan vertebrata akuatik, terutama pada ikan. Indra ini
khususnya digunakan untuk mengetahui perubahan getaran dan pergerakan pada kolom
air di sekitarnya. Kemampuan mengindera ini dimungkinkan oleh adanya
modifikasi sel-sel epitelial, yang dikenal sebagai sel-sel rambut, yang dapat mendeteksi
pergeseran atau perpindahan massa air akibat pergerakan ikan atau gerakan lainnya, dan
mengubahnya menjadi impuls listrik melalui suatu sinapsis penerima rangsang. (Tim
iktiologi,2022)
Ikan layang (Decapterus spp) yang terdiri dari 2 (dua), yakni Decapterus russelli
(Rupell,1928) dan Decapterus macrosoma (Bleeker,1851) merupakan salah satu hasil
terpenting dari sumberdaya perikanan pelagis kecil di Laut Jawa, dan mempunyai nilai
ekonomis penting, sehingga banyak dicari dan ditangkap oleh armada purse seine
sebagai target utama hasil tangkapan(AnisaPrihartin, 2016)
Berdasarkan pengamatan praktikum morfologi ikan layang yang pada table
diperoleh karakteristik morfologi ikan layang dimana memiliki bentuk tuubuh torpedo
berbeda dengan ikan katamba yang berbentuk Compressed (bentuk pipih) bentuk tubuh
torpedo atau fusiform adalah bentuk tubuh berbentuk stream line,bagian kepala dan
ekor meruncing,mudah bergerak dalam air,tinggi tubuh hampir sama dengan lebarnya
dan panjjang tubuh lebih besar dari pada tingginya.ikan laying memiliki bentuk torpedo
karena dengan bentuk tubuh ini memungkinkan iakn laying bisa bergerak dengan lincah
dan leluasa didalam air untuk menangkap mangsa.Tubuh ikan juga dilengkapi otot dan
tulang belakang yang fleksibel untuk mendorong ekor dan sirip ikan didalam air.
Ikan layang memiliki bentuk mulut yang tabung dan dapat disembulkan serta
memiliki bentuk mulut terminal berbeda dengan ikn katamba yang sub terminal.bentuk
mulut terminal adalah bentuk mulut dimana mulut ikan terletak di tengah enterior
kepala di ujung hidung .
Ikan layang juga memiliki ciri morfologi tidak memiliki sungut,sungut adalah
alat peraba dalam mencari makanan ,umumnya terdapat pada ikan yang aktif mencari
makanan pada malam hari yang aktif mencari makanan pada malam atau pada dasar
perairann.hal inilah yang mempengaruhi ikan ikan layangtidak memiliki sungut karena
ikan layang tidak
7

aktif mencari makan pada malam hari.bentuk sirip ekor dari ikan katamba adalah
berbentuk emarginate(berpinggiran berlekuk) (Asriyana dkk,2022)
Bentuk sirip ekor kan layang berbentuk forked.bentuk forked adalah bentuk sirip
ekor dengan lekukan yang dalam dan tajam. Sirip pelvic ikan layang memiliki dua
pasang namun ikan layang idak memiliki sirip anal.warna tubuh ikan layang lebih
dominan warna silver karena hidup di daerah sup troipis dan Warna ikan disebabkan
oleh schemachrome dan biochrome. Sel khusus yang memberikan ikan warna ada dua
macam yaitu Iridocyte dan chromatophore. ikan layang juga tidak memiliki bar,tidak
memiliki band,tidak memiliki bloct,dot,spot,dan traipe namun ikan(Tim iktiologi,2022).

Simpulan

Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa morfologi


merupakan kegiatan identifikasi dan klasifikasi spesies berdasarkan bentuk luar
ikan seperti bentuk tubuh ikan ,bentuk mulut, warna dominan, sirip anal yang
berpasangan dan linea lateralis dan bloct dan lain-lain.Ikan katamba dan Ikan Layang
memiliki ciri morfologi hampir mirip namun ada beberapa ciri yang berbeda seperti
bentuk dan warna tubuh ikan.

Saran

Adapun saran saya dalam praktikum morfologi ikan kali ini yaitu sebaiknya
sebelum memulai praktikum ini para praktikan harus memperhatikan kelengkapan alat
dan bahan yang diperlukan agar dalam pelaksanan praktikum berjalan dengan lancar
tanpa ada hambatan, dalam praktikum ini pula saya menyarankan agar kebersihan
Labotoriun tetap ditingkatkan, setelah mengkuti praktikum ini praktikan diharapkan
sebaiknya sudah mampu memahami morfologi ikan khususnya pada ikan yang diamti
ikan Katamba dan ikan Layang.
Daftar Pustaka

Budiawan, BudiS, Kusmawati, Rahmi, M., ZakyA.,Darmawati. 2017. Struktur Populasi


Ikan Katamba Lethrinus Lentjan yang Tertangkap di Perairan Spermonde,
Sulewesi Selatan.Universitas Hasanudin. Makassar
Nur, M. 2018. Studi Karakter Morfometrik dan Mertaristik Ikan Layang di
PerairanSelat Makasar dan Teluk Bone. (Skripsi) Prodi Manajemen
SumberdayaPerairan. Jurusan Perikanan. Universitas Hasanudin. Makassar.
Prihartini, A. (2016). Analisis tampilan biologis ikan layang (Decapterus spp) hasil
tangkapan purse seine yang didaratkan di PPN Pekalongan (Doctoral
dissertation, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Rahardjo.M.F, Syafei D.S, Afandi R, Sulistiono. 2017. Iktiologi.Buku. Lubuk Agung.
Bandung
Safitri R 2017. Deskripsi Morfologi Ikan yang Tertngkap di Aliran Sungai Percut
Jurnal Pembelajaran dan Biologi Nukleus, 3(1), 17-24.
Suparno, D. 2015. Morfologi Bahasa Indonesia.
Tim Iktiologi. 2022. Penuntun Praktikum Iktiologi Fakultas Perikanan dan
IlmuKelautan Universitas Halu Oleo. Kendari
8
9

PRAKTIKUM
II
MORFOMETRIK

9
10

MORFOMETRIK DAN MERISTIK

MORFOMETRIC AND MERISTIC


Ozi Saputra, & Wa Nuli
1
Mahasiswa Program Studi Oseanografi
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Halu Oleo
Jln. H.E.A Mokodompit, Andonuhu Kendari, Sulawesi Tenggara
2
Email Asisten :i1a118037wanuli@student.uho.ac.id

ABSTRAK
Abstrak
Praktikum Morfologi Ikan Katamba (Lutjonus Jochu) dan Ikan Layang (Decapterus)
dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 1 Oktober 2022 jam 10:00-11:50 WITA di
Laboratorium Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo.Praktikum
bertujuan untuk memperkenalkan metode atau cara menghitung ukuran ikan
(Morfometrik dan Maristik) yang dapat digunakan dalam identifikasi ikan dan
kuantifikasi morfologi ikan dan manfaat dari praktikum adalah memberikan informasi
mormometrik dan meristic . Hasil Morfometrik dan Meristik ikan katamba meliputi
Panjang total ,panjang standar , Panjang kepala,Panjang sebelum sirip dosal,tinggi
kepala ikan, lebar mata, ,tinggi batang ekor,jarak mata ketutup insang. Ikan Katamba
memiliki panjang total 14 cm dan Ikan Layang memiliki 19 cm ,lebar mata ikan
katamba dan Ikan Layang adalah sama-sama 1 cm ,ikan katamba dan ikan layang
memiliki panjang hidung yang sama yaitu 0,5 cm.kesimpulanya adalah Morfometrik
dan Maristik Ikan Katamba dan Ikan Layang memiliki perbedaan yang bayak seperti,
tinggi kepala, Panjang sirip anal dan lebar badan.
Kata Kunci : Ikan,Katamba, Layanng, Morfometrik,Moristik

10
11

Pendahuluan
Ilmu yang mempelajari segala aspek kehidupan ikan baik air tawar ataupun ikan
airasindi sebut Iktiologi. Iktiologi menjadi satu pilar utama dalam bidangperikanan
karenalangsung terikat dengan objek itu sendiri( Rahardjodkk , 2018)
Morfometrik merupakan ciri yang berhubungandengan ukuran tubuh atau
bagiantubuh ikan misalnya panjang total dan panjang baku. Ukuran ini adalah salah satu
halyang dapat digunakan sebagai ciri taksonomik saat mengidentifikasi ikan. Hasil
pengukuran dinyatakan dalam satuan milimeter atau centimeter, ukuran yangdihasilkan
disebut ukuran mutlak(Nur, 2013).
Menurut Yusnaini,etc(2016) mengemukakan bahwa pengukuran mofometrik
merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik yang laintanpa melalui
lengkungan badan. Metode pengukuran standar ikan antara lain panjang standar,
moncong/bibir, sirip punggung atau tinggi badan dan ekor. Ikan bertulang belakang
memiliki beraneka ragam karakteristik tubuh sehingga bentuk badan dan ukuran
berbeda.
Dalam Pengukuran morfometrik merupakan pengukuran yang diambil dari
satutitik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan. Metode pengukuran standarikan
antara lain panjang standar, panjang moncong atau bibir, panjang sirip punggung atau
tinggi badan atau ekor (Rajabnadia, 2019)
Morfometri dapat simpulkan sebagai metode yang karakter-karakter
morfologinya dideskripsikan melalui pengukuran, penghitungan atau pemberian
skor.Morfometri dapat diaplikasikan untuk mengetahui kekerabatan suatu spesies
tertentu,diferensiasi dari berbagai spesies, untuk mengetahui variasi spesies dan untuk
identifikasi suatu spesies.( Makhzuni, 2013)
Meristik adalah ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tubuh ikan, misalnya
jumlah sisik pada gurat sisi, jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip punggung
dansebagainya(Sahabudin, 2014).
Secara garis besar ikan yang terdapat di alam tebagi atas dua group
yaituAgnatha (Ikan yang tidak memiliki rahang) dan Gnathostomata (Ikan
yangmemiliki rahang). Kedua group ikan tersebuat dikelompokkan ke dalam tiga
kelasyaitu Kelas Cephalaspidomophi, Condrichthyes, dan Osteichthyes
(Pulungan,2014).
Ikan merupakan vertebrata akuatik dan bernapas dengan insang,
beberapa jenis ikan bernafas melalui alat tambahan berupa modifikasi gelembung
renang (gelembung udara). Ikan merupakan organisme yang mempunyai
kemampuan bergerak sehingga tidak tergantung pada arus yang kuat atau
genangan air yang disebabkan oleh angin, mereka dapat bergerak di dalam air
menurut kemauannya sendiri(Rahma safitri,2017).
Ikan Katamba merupakan salah satu potensi sumberdaya perikanan
yangmemiliki nilai ekonomis. Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan yang banyak

11
12

dikonsumsi oleh masyarakatbaik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan.Ikan
ini memiliki tekstur dan rasa yang digemari oleh masyarakat(Nur,2018)
Secara umum, ciri morfologi ikan Katamba (Lethrinus lentjam) ialah bentuk
badan agak tinggi dan pipih. Lengkungpadabagian ataskepalasetelah mata hampirlurus,
dari mata hingga awal dasar sirip punggungnya agak cembung dan sirip ekor berlekuk.
Kepala dan bagian atas berwarna hijau kecoklatan, dibagian bawah lebih terang. Badan
dengan sirip yang mempunyai bercak putih, kuning dan merah muda.Bagian belakang
poerkulum dan dekat dengan sirip dada terdapat garis merah. Mulut yang tipis
memanjang dengan bibir yang tebal berwarna merah (budiawan dkk , 2017)
Ikan layang (Decapterus spp) yang terdiri dari 2 (dua), yakni Decapterus
russelli (Rupell,1928) dan Decapterus macrosoma (Bleeker,1851) merupakan salah
satu hasil terpenting dari sumberdaya perikanan pelagis kecil di Laut Jawa, dan
mempunyai nilai ekonomis penting, sehingga banyak dicari dan ditangkap oleh armada
purse seine sebagai target utama hasil tangkapan(AnisaPrihartin, 2016).
Ikan Layang selain mempunyai nilai ekonomis penting di Jawa, dagingnya
memiliki tekstur yang kompak dengan citarasa yang banyak digemari orang, sehingga
dapat menjadi salah satu sumber pemenuhan protein hewani bagi rakyat. Ikan layang
(Decapterus spp) merupakan hasil tangkapan utama perikanan purse seine di Laut
Jawa , dengan tingkat produksi 60% dari hasil tangkapan total,ikan pelagis kecil
lainnya. seperti ikan Kembung, Lemuru , Selar Bentong dan Tembang (AnisaPrihartin,
2016).).
Ikan layang memiliki nama ilmiah yaitu Decapterus spp. yang terdiri dari kata
deca berarti sepuluh dan pteron berarti sayap. Decapterus memiliki arti ikan yang
memiliki sepuluh sayap. Ikan layang merupakan ikan yang tergolong “stenohaline”,
hidup pada perairan yang berkadar garam tinggi dan merupakan ikan pelagis yang suka
berkumpul dalam gerombolan serta pemakan plankton-hewani dan senang pada perairan
yang jernih (Asikin, 1971). Ikan layang banyak ditemukan dan tertangkap di perairan
yang berjarak 20- 30 mil dari pantai dan pada kedalaman 45-100 meter. Makanan utama
ikan layang (Decapterus macrosoma) yang tertangkap di perairan selatan Gunung kidul
adalah ikan (84,15%), sedangkan jenis makanan lain yang ditemukan adalah
fitoplankton (8,91%), zooplankton (4,47%), dan udang (3,19%). Identifikasi secara
molekuler terhadap jenis ikan yang dimakan oleh ikan layang adalah Cololabis saira
(Scomberesocoidae) (Lubis et al., 2019
Berdasarkan uraian diatas maka perlu di lakukan praktikum ikthiologi untuk
mengetahui morfometrik dan meristic dari Ikan Katamba (Lutjonus Jochu) dan Ikan
Layang (Decapterus). Maka dari itu, Ikhtiologi terkhusunya morfologi dapat dijadikan
landasan penguasaan ilmu perikanan.Dengan Ikhtiologi kita dapat mengetahui segala
bentuk ukuran atau morfometrik dan meristic dari Ikan Katamba (Lutjonus Jochu) Dan
Ikan Layang (Decapterus). Maka dari itu, Ikhtiologi terkhusunya morfometrik dan
meristic dapat dijadikan landasan penguasaan ilmu perikanan

12
13

Metode Praktikum
Praktikum ini dilakukan Laboratorium Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Halu Oleo.pada hari Sabtu 1 Oktober 2022 pukul 10.00-11.50 WITA, alat
dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu mistar, baki, Kertas Laminating,
Tisu, ikan Katamba,dan ikan Layang,sunlight,pensil/ pulpen,buku penuntun,kertas
laporan sementara dan alat alat bedah.Adapun prosedur kerja dari praktikum ini yaitu
menyiapkan preparat (ikan) yang utuh dan spesies yang mempunyai jari-jari lemah dan
keras kemudian letakan preparat kepala sebelah kiri dan perut menghadap kebawah
setelah itu buka penutup jari-jari
Hasil
Hasil pengamatan morfometrik dan meristik ikan Katamba dan ikan Layang
dapat di dilihat pada table 1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Metode Menghitung Ukuran Tubuh Ikan
No. Morfometrik Ukuran Individu
1 2
1 Panjang Total (PT) 14 cm 19 cm
2 Panjang Standar (PS) 12 cm 16 cm
3 Panjang Forskal (PF) 12,5 cm 15 cm
4 Panjang Kepala (PK) 3 cm 5 cm
5 Panjang sebelum sirip dorsal (PsSD) 4,5 cm 6 cm
6 Panjang sebelum sirip pelvik 4,3 cm 6 cm
7 Panjang sebelum sirip anal (PsSA) 7,5 cm 12 cm
8 Tinggi kepala (TK) 3 cm 4 cm
9 Tinggi badan (TB) 4 cm 5 cm
10 Tinggi batang ekor (TBE) 1,5 cm 1 cm
11 Lebar bukaan mulut 2 cm 2 cm
12 Lebar mata (LM) 1 cm 1 cm
13 Jarak mata ke tutup insang (JMTI) 1,5 cm 3 cm
14 Panjang hidung 0,5 cm 1 cm
15 Lebar badan (LB) 1,5 cm 2 cm
16 Panjang dasar sirip dorsal (PDSD) 6 cm 3 cm
17 Panjang dasar sirip anal (PDSA) 2,3 cm 2 cm
18 Panjang dasar sirip pelvic (PDSPe) 2,8 cm 2 cm
19 Panjang dasar sirip pektoral (PDSP) 2 cm 1 cm
20 Panjang sirip dorsal (PSD) 3 cm 3 cm
21 Panjang sirip anal (PSA) 2,5 cm 3 cm
22 Panjang sirip pektoral (PSP) 0,5 cm 5 cm
23 Panjang sirip pelvic (PSPe) 0,3 cm 2,5 cm
24 Panjang sirip ekor bagian atas 0,5 cm 5 cm
25 Panjang sirip ekor bagian bawah 1,3 cm 3 cm
26 Panjang moncong (PM) 9 cm 5 cm

13
14

27 Panjang maxilla (PMa) 0,3 cm 1,4 cm


28 Panjang premaxilla (Ppa) 0,5 cm 2 cm
29 Jumlah jari-jari sirip dorsal 19
Jari-jarikeras 7
Jari-jarilemah 13
30 Jumlah jari-jari sirip anal 11 10
Jari-jarikeras 10
Jari-jarilemah 8
31 Simbol/rumus sirip dorsal D D
32 Simbol/rumus sirip anal A A
Keterangan :
Ikan Layang (Decaptrus)
Ikan Katamba (LethrinusLentjan)

Pembahasan
Morfometri dapat simpulkan sebagai metode yang karakter-karakter
morfologinya dideskripsikan melalui pengukuran, penghitungan atau pemberian
skor.Morfometri dapat diaplikasikan untuk mengetahui kekerabatan suatu spesies
tertentu,diferensiasi dari berbagai spesies, untuk mengetahui variasi spesies dan untuk
identifikasi suatu spesies.( Makhzuni, 2013). Meristik adalah ciri yang berkaitan dengan
jumlah bagian tubuh ikan, misalnya jumlah sisik pada gurat sisi, jumlah jari-jari keras
dan lemah pada sirip punggung dansebagainya(Sahabudin, 2014).
Berdasarkan hasil morfemtrik dan meristic bahawa Panjang total ikan katamba
adalah 14 cm dan ikan layang adalah 19 cm.panjang total adalah Panjang total adalah
jarak garis lurus yang diukur dari ujung hidung sampaike ujung sirip ekor yang
disatukan.panjang standar ikan katamba yaitu 12 cm dan ikan layang adalah 16,5
cm.panjang standar adalah jarak garis lurus yang diukur dari ujung hidung sampaike
dasar sirip ekor.panjang forkal katamba adalah sepanjang 12,5 cm dan ikan layang
adalah 17, cm.panjang forskal adalah jarak antara ujung kepala yang terdepan dengan
lekuk cabang ekor.panjang kepala ikan katamba ikan katamba yaitu 3 cm dan ikan
layang 4,5 cm.panjang kepala adalah jarak anatra ujung kepala terdepan dengan ujung
kepala operculum( Asriyana dkk,2022)
Ikan katamba memiliki Panjang sebelum sirip dorsal sepanjang 4,5 cm dan ikan
layang 5,7 cm.panjang sebelum sirip pelvik kedua ikan adalah 4,3 dan 5 cm.panjang
sebelum sirip anal ikan katamba da;ah 7,5cm dan ikan layang sepanjang 10,3 cm.tinggi
kepala ikan katamba adalah 3cm dan ikan layang 3,5 cm.ikan katamba dan ikan layang
memiliki tinggi badan yang sama yaitu 4 cm.tinggi badan ikan adalah jarak antara
tempat tertinggi bagian dorsal dengan ventral.tinggi batang ekor ikan katamba adalah
1,5 cm dan ikan layang sebesar 1cm,tinggi batang ekor adalah jarak pada batang ekor
yang mempunyai tinggi terkecil. (Asriyana dkk,2022)
jarak mata ketutup ingsan ikan katamba dengan ikan layang adalah 1,5 dan 2
cm.panjang hidung ikan katamba dan ikan layang itu sama yaitu 0,5 cm. lebar badan
kedua iakn yaitu 1,5 cm dan 2 cm sedangkan Lebar bukaan mulut dan lebar mata ikan
katamba dan ikan layang itu sama yaitu 2 dan 1 cm.lebar mulut adalah jarak antara

14
15

kedua sudut mulut jika mulut dibuka selebar lebarnya sedangkan lebar mata merupakan
Panjang gasris tengah rongga mata. (Asriyana dkk,2022)
Ikan katamba memiliki 2,3 cm panjang dasar sirip anal sedangkan ikan layang 2
cm Panjang sirip dasar pelvic kedua ikan adalah 2,8 dan 0,5 cm.panjang sirip anal ikan
katamba adalah 3 cm dan lebih kecil ikan layang sebesar 1,5 cm ikan katamba memiliki
Panjang sirip pectoral 2,5 cm dan ikan layang 3,5 cm. sirip pectoral ikan katamba
sepanjang 2,5 cm dan ikan layang sepanjang 3,5 cm.pada ikan layang memiliki Panjang
sirip ekor bagian bawah yaitu 3,4 cm dan ikan katamba cukup kecil di bandingkan
dengan ikan layang yaitu 0,3 cm
Panjang moncong ikan katamba adalah 9 cm dan ikan layang 1 cm.pada Panjang
maksila kedua ikan itu sama yaitu 0,3cm sedangkan Panjang premaxilla kedua ikan itu
sama juga yaitu 0,5 cm namun jumlah jari-jari ikan sirip dorsal sangat bebeda jauh
diman katamba itu 19 cm. ikan layang memiliki jari sirip dorsal sebesar 7 cm dan jari
lemah 13 cm.jari -jari sirip keras merupakan jari-jari yang tidak berbuku-buku ,pejal
keras dan tidak dapat dibengkokan sedangkan jari siri lemah merupakan jari-jari bersifat
agak cerah seperti tulang rawan,mudah di bengkokan,dan berbuku-buku. ( Tim
iktiologi,2022)
Kesimpulan

Dari pembahasan di atas maka dapat di Tarik kesimpulan bahwa


mormometrik merupakan pengamatan morfologi dengan pengukuran struktur tubuh
misalnya panjang sirip, panjang tubuh total, panjang kepala dan lain-lain,kekurangan
dari pengukuran morfometrik yaitu sering kali gagal mengidentifikasi perbedaan,anatra
populasi dan kelebihanya adalah dapat dapat memberikan gambaran menyeluruh dan
menghasilkan karakterasi morfometrik bentuk tubuh ikan secaral ebih sistematik

Saran

Bagi pengurus pratikum iktiologi sudah seharusnya menyediakan bahan maupun


peralatan peralatan untuk pratikum, untuk menghindari kesimpang-siuran dan
penyalahgunaan mengenai uang kuliah tunggal yang telah dibebankan kepada masing-
masing mahasiswa.Bagi asisten maupun dosen diharapkan dalam menyampaikan materi
lebih jelas dan lebih lengkap lagi, kemudian dalam memberi soal response sebaiknya
lebih dari pada satu soal supaya kesempatan untuk menjawab soal dapat lebih baik

15
16

Daftar Pustaka

Makhzuni, Syaifullah, Dahelmi. 2013. Variasi Morfometri Papilio PollitesL. diBeberapa


Lokasi di Sumatra. Jurnal biologi Universitas Andalas. FMIPA.Jurusan
Biologi. (ISSN 2033-216
Nur, M. 2018. Studi Karakter Morfometrik dan Mertaristik Ikan Layang di
PerairanSelat Makasar dan Teluk Bone. Skripsi. Prodi Manajemen
SumberdayaPerairan. Jurusan Perikanan. Universitas Hasanudin. Makassar.
Prihartini, A. (2006). Analisis tampilan biologis ikan layang (Decapterus spp) hasil
tangkapan purse seine yang didaratkan di PPN Pekalongan (Doctoral
dissertation, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
Rahardjo.M.F, Syafei D.S, Afandi R, Sulistiono. 2019. Iktiologi.Buku. Lubuk Agung.
Bandung.
Selatan.Universitas Hasanudin. Makassar
Tim Iktiologi. 2022. Penuntun Praktikum Iktiologi Fakultas Perikanan dan
IlmuKelautan Universitas Halu Oleo. Kendari

16
17

PRAKTIKUM
III
SISTEM URAT DAGING

17
18

SISTEM URAT DAGING


VEIN SYSTEM
Ozi Saputra1, & Wa Nuli2
1
Mahasiswa Program Studi Oseanografi
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Halu Oleo
Jln. H.E.A Mokodompit, Andonuhu Kendari, Sulawesi Tenggara
2
Email Asisten :i1a118037wanuli@student.uho.ac.id

Abstrak
Praktikum Ikhtiologi Sistem Urat Daging Ikan Cakalang(Katsuwanus pelamis)
dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 7 Oktober 2022 jam 10:00-11:50 WITA di
Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo. Praktikum
Sistem urat daging ikan Cakalang (Katsuwanus pelamis) bertujuan untuk mengamati
letak dan jenis-jenis urat daging yang terdapat dalam tubuh ikan Cakalang (Katsuwanus
pelamis) dan manfaat Praktikum Sistem Urat Daging Ikan Cakalang (Katsuwanus
pelamis) adalah sebagai salah sumber atau infomasi bagi mahasiswa atau pembaca
dalam mengamati letak dan jenis-jenis urat daging yang terdapat dalam tubuh Cakalang
(Katsuwanus pelamis).Hasil Praktikum sistem urat daging ikan Cakalang (Katsuwanus
Pealamis) meliputi myosepta dan mytome,myseptum supracinalis epakxial,
hepaksial ,red lateral muscela dan infracarinalis.kesimpulan Praktikum sistem urat
daging ikan Cakalang (Katsuwanus pelamis) adalah tubuh ikan Cakalang (Katsuwanus
Pealamis) memiliki sitem urat daging yang jika dilihat secara kasat mata atau diamati
langsung setelah di kupas kulit bagian luarnya terdapat myosepta dan mytome yang
menjadi sistem urat daging yang dilihat.

Kata Kunci : Cakalang ,Ikan, Iktiologi, Otot, Sistem urat daging

18
19

Pendahuluan
Ilmu yang mempelajari segala aspek kehidupan ikan baik air tawar ataupun ikan
airasindi sebut Iktiologi. Iktiologi menjadi satu pilar utama dalam bidang perikanan
karenalangsung terikat dengan objek itu sendiri( Rahardjo etc,2017).Istilah Ikhtiologi
berasal dari ichtihyologia(bahasa latin:yunani)dimana perkataan ichtyologia artinya ikan
dan logos artinya ajaran sehingga ikhtiologi di artikan sebagai salah satu cabang ilmu
(zoologi)yang mempelajari khusus tentang ikan beserta segala aspek kehidupan yang
dimilikinya(Burhanuddin, 2015)
Sistem urat daging (mosculorum), berdasarkan histologisnya, otot-otot ikan
dapan dibedakan atas tiga jenis, yaitu otot licin (smooth muscle), otot bergaris melintang
(sceletal muscel), dan otot jantung (cardia muscle). Urat daging ikan yang tampak
merupakan kesatuan, dan hal ini tersusun atas komponen-komponen penyusunnya. Blok
urat daging disebut myotome, dan kupulan-kumpulan myotome disebut myosepta. Urat
daging (otot) pada ikan tersebar hampir keseluruh tubuhnya. Oleh karena itu urat daging
ikan mempunyai peranan fungsi dan penamaan yang sesuai dengan letak dan fungsinya
di dalam tubuh ( Burhanudin, 2018 )
Urat daging atau otot sangat penting bagi kehidupan ikan, khususnya dalam
proses pergerakan, peredaran darah, aktivitas tubuh, dan bersama-sama rangka memberi
bentuk tubuh. Ikan memiliki susunan otot yang lebih sederhana dibandingkan dengan
hewan avertebratalainnya. Ikan memiliki jenis otot licin, otot bergaris, dan otot jantung.
Otot pada ikantersusun dari block urat daging.Terdapat pengertian lain bahwa otot pada
ikanadalah urat daging yang membentukdaging ikan, terdiri dari urat daging halusdan
urat daging bergaris. Urat daging bergaris terdiri atas urat daging rangka( skeletal) dan
urat daging jantung(cardiac ) (Nessa, 2014).
Ikan adalah hewan berdarah dingin,cirikhasnya adalah mempunyai tulang
belakang,ingsandan sirip.dan terutama pada ikan terutama ikan sangat bewrgantung atas
air sebagi medium tempat mereka tinggal.ikan memiliki kemampuan didalam air untuk
bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga
tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh angin(Burhanuddin,
2015) 
Ikan Cakalang merupakan highly migratory species yang distribusinya dari
perairan tropis hingga perairan subtropis . Spesies ini melakukan beberapa kali
pemijahan pada daerah dimana suhu permukaan laut lebih tinggi dari24ºC Penelitian
tentang tingkat kematangan gonad menggunakan analisis histologi masih sangat kurang
di Indonesia(Jamal,et all,2019).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu di lakukan praktikum Sistem Urat Daging
bertujuan untuk mengetahui letak dan jenis-jenis urat daging yang terdapat dalam tubuh
ikan Cakalang(Katsuwanus pelamis) agar dapat memberi manfaat sebagai salah
sumber atau infomasi bagi mahasiswa atau pembaca dalam mengamati letak dan jenis-
jenis urat daging dapat memberikan mmenjadi landasan penguasaan ilmu perikanan.

19
20

Metode Praktikum
Praktikum ini dilakukan Laboratorium Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Halu Oleo.pada hari Sabtu 7 Oktober 2022 pukul 10.00-11.50 WITA, alat
dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu mistar, baki, Kertas Laminating,
Tisu,termos air panas, ikan Cakalang,sunlight,pensil/ pulpen,buku penuntun,kertas, dan
alat bedah.
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini yaitu dengan ikan direndam dalam air
panas,pertama-tama tusukan jarum preparet pada bagian medula oblingata agar
rusak,bila ikan praparat sudh rusak ,buang semua sisik terutama pada bagian yang akan
dikelupas kulitnya setelah itu ikan yang akan dikuliti tersebut direndam dengan air
panas(mendidih)kira-kira 1-2 menit sampai ikan tersebut kejang dan kulitnya muda di
kelupas,perendaman jangan terlalu lama sebab urat daging akan rusak sehingga akan
menyulitkan pengelupasan dan pengawetan,kemudian kelupas kulit dengan
menggunakan pingset dan jarum penusuk setelah itu bukalah beberapa kepingan tulang
pada bagain kepala untuk mengamati urat dagingnya.

Hasil
Hasil pengamatan Sistem Urat Daging Ikan Cakalang (Katsuwanus pealamis)
dapat di dilihat pada Gambar 1 dan 2

20
21

Pembahasan
Urat daging yang terdapat pada tubuh ikan terbagi oleh “Horizontal
steletogeneus septum” menjadi urat daging bagian atas (apaxial) dan urat daging bagian
bawah (hypaxial). Urat daging (otot) pada ikan tersebar hampir diseluruh tubuhnya
sehingga urat daging pada tubuh ikan mempunyai peranan, fungsi dan Peranan yang
sesuai dengan letak / posisi dan fungsinya didalam tubuh urat daging yang terdapat pada
tubuh ikan terdiri atas kumpulan blok-blok urat daging. Tiap urat daging ini dinamakan
mytome yang dilapisi oleh myoseptum. Urat daging yang menempel pada tubuh ikan
sebelah kiri dan kanan dari kepala sampai ke batang ekor, myotome tersusun menurut
pola tertentu yang biasa menjadi dua tipe yaitu cyclostomine dan pisces.(Asriyana,et
all,2022).
Ikan Cakalang merupakan highly migratory species yang distribusinya dari
perairan tropis hingga perairan subtropis . Spesies ini melakukan beberapa kali
pemijahan pada daerah dimana suhu permukaan laut lebih tinggi dari24ºC Penelitian
tentang tingkat kematangan gonad menggunakan analisis histologi masih sangat kurang
di Indonesia
Berdasarkan hasil pengamatan, maka system urat daging pada bagian luar tubuh
ikan cakalang terbagi menjadi dua bagian yaitu, myotom dan myoseptum sedangkan
penampangan urat daging pada bagian melintang ikan cakalang terbagi menjadi
sembilaan bagian yaitu supracarinalis, ,myomer (myoseptum), red lateral
muscle ,vertebrae dan infracarinalis. Hal ini senada dengan pernyataan (Asriyana,et all,
2022).Urat daging yang terdapat pada tubuh ikan terbagi oleh horizontal steletogeneus
septum menjadi urat daging bagian atas (epxial) danurat daging bagian bawah
(hypaxial). Urat daging (otot) pada ikan tersebar hampir seluruh tubuhnya sehingga urat
daging pada tubuh ikan mempunyai peranan, fungsi dan peranan yang sesuai dengan
letak/posisi dan fungsinya dalam tubuh.
Otot bergaris bekerjanya digerakkan oleh rangsangan dari otak .Bila sisik atau
kulit ikan dilepas, akan terlihat kumpulan otot daging Setiap blok dari otot-otot tersebut
dinamakan myotome(.miotoma atau miomer ) yang tampak seperti garis-garis zig zag,
yang dilapisi oleh myoseptum atau miosepta.Potongan tubuh ikan Ikan Cakalang secara
melintang menampakkan garis-garis konsentris miotoma, sehingga jelas sekali lokasi
mioseptanya.
Bagian potongan ikan cakalang menunjukkan adanya miomer dan miosepta.
Miomer adalah gumpalan atau lembaran otot daging ikan sedangkan miosepta adalah
bagian yang memisah kanantar miomer. Lalu terdapat suprakarinalis yang merupakan
urat daging bagian atas dan infrakarinalis yang merupakan urat daging bagian bawah.
Bagian tengah keatas dinamakan bagian epaksial sedangkan bagian tengah kebawah
dinamakan bagian hipaksial. Kemudian terdapat notocord yang merupakan bagiandari
tulang belakang serta menjadi sumbu pertumbuhan ikan,(Mwaluma et.all.2014)

21
22

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulakan bahawa system urat


daging pada bagian luar tubuh ikan cakalang terbagi menjadi dua bagian yaitu myotom
dan myoseptum.

Saran
Adapun saran saya dalam praktikum sistem urat daging ikan kali ini yaitu
sebaiknya sebelum memulai praktikum ini para praktikan harus memperhatikan
kelengkapan alat dan bahan yang diperlukan agar dalam pelaksanan praktikum berjalan
dengan lancar tanpa ada hambatan, dalam praktikum ini pula saya menyarankan agar
kebersihan Labotoriun tetap ditingkatkan,

22
23

Daftar Pustaka

Burhanuddin, A. I., 2015. Ikhtiologi, Ikan dan Segala Aspek Kehidupannya.


Deepublish.
Burhanuddin. 2018. Peningkatan Pengetahuan Konsepsi Sistematika dan Pemahaman
Sistem Organ Ikan yang Berbasis Scl Pada Matakuliah Ikhtiologi. Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Jamal, M., Sondita, M. F. A., Haluan, J. and Wiryawan, B., 2019. Pemanfaatan Biologi
Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Dalam Rangka Pengelolaan Perikanan
Bertanggung Jawab di Perairan Teluk Bone. Jurnal Natur Indonesia, vol14(1),
pp.107-113.
Mwaluma JM, Kaunda AB, Strydom NA.2014. A Guide to CommonlyOccurring Larval
Stages of Fishesin Kenyan Coastal Waters. Eldoret(KE): WIOMSA Book
Nessa MN. 2014. Mekanisme dan Daya Renang Ikan. Jurnal Oseana. Vol 10(1):31-38
Rahardjo.M. F, Syafei D.S, Afandi R, Sulistiono. 2017. Iktiologi.Buku. Lubuk Agung.
Bandung

23
24

PRAKTIKUM
IV
SISTEM PERNAPASAN

24
25

SISTEM PERNAPASAN
THE RESPIRATORY SYSTEM
Ozi Saputra1, & Wa Nuli2
1
Mahasiswa Program Studi Oseanografi
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Halu Oleo
Jln. H.E.A Mokodompit, Andonuhu Kendari, Sulawesi Tenggara
2
Email Asisten :i1a118037wanuli@student.uho.ac.id

Abstrak
Praktikum Sistem Pernapasn Ikan Cakalang (Katsuwanus palamis) dilaksanakan pada
hari Sabtu tanggal 7 Oktober 2022 jam 10:00-11:50 WITA di Laboratorium Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo. Praktikum Sistem Pernapasan Ikan
Cakalang (Katsuwanus pelamis) bertujuan untuk mengamati letak bagian-bagian alat
yang digunakan dalam proses pernapasan yang meliputi ingsan serta ada atau tidaknya
alat pernpasan tambahan yang terdapat pada ikan Cakalang (Katsuwanus pelamis) dan
manfaat Praktikum Sistem pernapsan ikan Cakalang adalah sebagai salah sumber atau
infomasi bagi mahasiswa dalam mengamati letak bagian-bagian alat yang digunakan
dalam proses pernapasan yang meliputi ingsan serta ada atau tidaknya alat pernpasan
tambahan ikan Cakalang (Katsuwanus pelamis). Hasil Praktikum Sistem pernapasan
Ikan Cakalang meliputi jumlah upper limb rakers sebayak 9 buah ,jumlah lawer rakers
sebayak 27 buah dan jumlah gill rakers sebayak 27 buah. .kesimpulan Praktikum Sistem
pernapasan Ikan Cakalang adalah tubuh ikan Cakalang (Katsuwanus pelamis) memiliki
tidak memiliki alat pernapasan tambahan hanya ingsan untuk bernapas.

Kata Kunci : Cakalang , Ikan, Iktiologi, Ingsan, Sistem pernapasan

25
26

Pendahuluan
Ilmu yang mempelajari segala aspek kehidupan ikan baik air tawar ataupun ikan
airasindi sebut Iktiologi. Iktiologi menjadi satu pilar utama dalam bidang perikanan
karenalangsung terikat dengan objek itu sendiri( Rahardjodkk , 2018).Istilah Ikhtiologi
berasal dari ichtihyologia(bahasa latin:yunani)dimana perkataan ichtyologia artinya ikan
dan logos artinya ajaran sehingga ikhtiologi di artikan sebagai salah satu cabang ilmu
(zoologi)yang mempelajari khusus tentang ikan beserta segala aspek kehidupan yang
dimilikinya.(Burhanuddin,2015). 
Pernapasan adalah proses pengikatan oksigen dan pengeluaran karbon dioksiada
oleh darah melalui permukaan alat pernapasan. Proses pengikatan tersebut, selain
dipengaruhi struktur alat pernapasan, juga dipengaruhi perbedaan tekanan parsial
oksigen antara perairan dengan darah. Pernbedaan tekanan tersebut menyebabkan gas-
gas berdifusi ke dalam darah atau ke luar melalui alat pernapasan. Kelangsungan hidup
ikan sangat ditentukan oleh kemampuan memperoleh oksigen yang cukup dari
lingkungannya (Fujaya, 2016).
Ikan adalah hewan berdarah dingin,cirikhasnya adalah mempunyai tulang
belakang,ingsandan sirip.dan terutama pada ikan terutama ikan sangat bewrgantung atas
air sebagi medium tempat mereka tinggal.ikan memiliki kemampuan didalam air untuk
bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga
tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh angin(Burhanuddin,
2015) 
Ikan Cakalang merupakan highly migratory species yang distribusinya dari
perairan tropis hingga perairan subtropis . Spesies ini melakukan beberapa kali
pemijahan pada daerah dimana suhu permukaan laut lebih tinggi dari24ºC Penelitian
tentang tingkat kematangan gonad menggunakan analisis histologi masih sangat kurang
di indonesia (Jamal,et al, 2019).
Ikan cakalang merupakan salah satu species target dalam usaha perikanan
tangkap diIndonesia dan merupakan sumberdaya penting sektor perikanan di perairan
Maluku Utara. Total produksi ikan cakalang di perairan Maluku Utara adalah 57.126,3
ton per tahun. Hasil tangkap yang cenderung meningkat dan dilakukan secara terus
menerus memberikan dampak terhadap kelestarian sumberdaya ikan. Studi kasus
bahaya terhadap keberlansungan ikan cakalang di perairan laut Flores telah
dilaporkan.dimana penangkapan ikan ini dengan menggunakan alat bantu rumpon
memberikan dampak terhadap kelestaian sumber daya ikan. ikan cakalang yang
tertangkap di perairan Teluk Bone memperlihatkan perbedaan kisaran panjang, panjang
dominan dan panjang rata-rata ikan menurut teknologi penangkapan (Akbar, 2018)
Berdasarkan uraian diatas maka perlu di lakukan praktikum Iktiologi Sistem
pernapasan bertujuan untuk mengamati letak bagian-bagian alat yang digunakan dalam
proses pernapasan yang meliputi ingsan serta ada atau tidaknya alat pernfasan tambahan
yang biasanya terdapat pada ikan Cakalang (Katsuwanus pelamis) agar dapat
memberikan manfaat sebagai salah sumber atau infomasi bagi mahasiswa dalam
mengamati letak bagian-bagian alat yang digunakan dalam proses pernapasan yang
meliputi ingsan serta ada atau tidaknya alat pernpasan tambahan ikan Cakalang

26
27

Metode Praktikum
Praktikum ini dilakukan Laboratorium Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Halu Oleo.pada hari Sabtu 7 Oktober 2022 pukul 10.00-11.50 WITA, alat
dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu mistar, baki, Kertas Laminating,
Tisu,termos air panas, ikan Cakalang,sunlight,pensil/ pulpen,buku penuntun,kertas, dan
alat bedah.
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini yaitu pertama-tama bauatlah sayatan
pada penutup ingsan terdepan(preoperculum)dari dasar ke atas dan teruskan kebagian
depan sampai rongga bagian atas dapat dikelupas dan dapat dilihat alat pernapsan
tambahan kemudian gunting mulai dari pinggir mulut(sudut mulut)ke arah belakang
sampai mulut( rahang dapat dilakukan dengan bebas dan lipatan-lipatan kulit yang
terdapat pada bagian rongga ).

Hasil
Hasil pengamatan Sistem Urat Daging Ikan Cakalang(Katsuwanus Pealamis)
dapat di dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pada Sistem Pernapasan
No. Parameter Ikan Cakalang
1. Jumlah Upper Limb rakers 9
2. Jumlah Lower Limb rakers 27
3. Jumlah Gill rakers 36

27
28

Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan di laboratoium sistem pernapasan pada ikan
Cakalang (Katsuwanus pelamis) alat pernapasan ikan tersebut adalah ingsan walaupun
ada beberapa jenis ikan tertentu yang bernapas dengan paru-paru seperti ikan paus.
Sebelum berfungsinya ingsan, vase saat embrio masa pernapasan dilakukan dengan
menggunakan kantung telur.
Disamping ingsan sebagai alat pernapasan yang utama tetapi, pada ikan tertentu
ada yang mempunyai alat pernapasan tambahan seperti pada ikan gabus, ikan lele dan
ikan mujair, dan diferticula pada ikan gabus, pernapasan tambahan disebut labirin, alat
pernapasan tambahan ini berfungsi untuk membantu bernapas saat okigen berada dalam
keadaan yang tidak memungkinkan. Alat yang digunakan agak lama dan merupakan
bidang penyimpanan oksigen untuk proses pernapasan atau respirasi namun pada ikan
Cakalang(Katsuwanus pelamis) tidak memiliki alat pernafasan tambahan seabab ikan
cakalang memiliki Jumlah Upper Limb rakers 9,jumlah Lower Limb rakers 27 dan
Jumlah Gill rakers 36. Bagaian-bagian pokok insang pada ikan cakalang ada tiga yaitu
meliputi daun insang (gill filament), tulang lenkung insang (gill arch), dan tapis insang
(gill racker). Filament insang adalah bagian yang mengandung kapiler-kapiler darah
dan berfungsi untuk mengikat oksigen yang terlarut dalam air pada proses pernafasan.
Tulang lengkung insang mempunyai saluran yang memungkinkan darah dapat keluar
dan masuk dari insang, dan merupakan tempat melekatnya daun insang dan tapis insang.
Tapis insang terletak pada bagian yang terdepan, yang pada jenis ikan herbivora
pemakan plankton (plankton feeder) berfungsi sebagai penyaring makanan dan relatif
panjang dan rapat dibandingkan dengan jenis ikan karnivora. Sesuai pendapat Nadia
(2016) bahwa insang ikan herbivora tapis insangnya dapat digunakan untuk menyaring
makanan (plankton feeder).
Pernafasan adalah proses pertukaran oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2)
antara organism dengan lingkungannya atau proses pengambilan oksigen dan pelepasan
karbon dioksida dalam suatu oreganisme hal ini sesuai dengan pendapat (Nadia, 2016)
yang menyatakan bahwa Pernafasan adalah proses pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara organisme dengan lingkungannya.
Ikan cakalang seperti halnya dengan mahluk hidup yang lain, harus mengambil
oksigen dan mengeluarkan CO2. Oksigen di perlukan tubuh ikan untuk melepaskan
energi melalui oksidasi lemak dan gula. Energi yang terlepas bukan saja dipergunakan
untuk kegiatan tubuh seperti kontraksi otot, sekresi dan kondugsi saraf, juga untuk
membangun susunan komponen biokimia, pemeliharaan struktur tubuh serta reproduksi.
Jumlah oksigen yang digunakan oleh ikan tidak konstan, melainkan bervariasi dengan
umur dan berhubungan dengan perubahan aktifitas ikan serta kondisi perairan. Pada
pengamatan hasil yang dilakukan pada ikan cakalng kesemuanya mempunyai alat
pernapasan yang umumnya ada pada ikan lain yaitu ingsan. Ingsan yang masing-masing
terletak pada tiap sisi kepala di bawah tulang tutup ingsan yang terdiri dari beberapa
keping tulang (Nadia, 2016)

28
29

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulakan bahawa system


pernapasan ikan Cakalang (Katsuwanus pelamis) menggunakan ingsan dan tidak
memiliki alat pernapasan tambahan serta ikan cakalang memiliki Jumlah Upper Limb
rakers 9, jumlah Lower Limb rakers 27 dan Jumlah Gill rakers 36.

Saran
Adapun saran saya dalam praktikum sistem Pernapasan ikan kali ini yaitu
sebaiknya sebelum memulai praktikum ini para praktikan harus memperhatikan
kelengkapan alat dan bahan yang diperlukan agar dalam pelaksanan praktikum berjalan
dengan lancar tanpa ada hambatan, dalam praktikum ini pula saya menyarankan agar
kebersihan Labotoriun tetap ditingkatkan,

29
30

Daftar Pustaka

Akbar, N.N. and Labenua, R., 2018. Keragaman genetik ikan cakalang (Katsuwonus
pelamis) di perairan laut Maluku Utara. Depik, Vol7(2), pp.164-176.
Burhanuddin, A.I., 2015. Ikhtiologi, Ikan dan Segala Aspek Kehidupannya. Deepublish.
Burhanuddin. 2018. Peningkatan Pengetahuan Konsepsi Sistematika dan Pemahaman
System Organ Ikan Yang Berbasis Scl Pada Matakuliah Ikhtiologi. Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Jamal, M., Sondita, M.F.A., Haluan, J. and Wiryawan, B., 2019. Pemanfaatan data
biologi ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dalam rangka pengelolaan
perikanan bertanggung jawab di perairan Teluk Bone. Jurnal Natur
Indonesia, 14(1), pp.107-113.
Rajabnadia, L. Abdul. 2016. Buku Ajar Ichtyology. Kendari: Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo

30
31

PRAKTIKUM
V
SISTEM INTEGUMENT

31
32

SISTEM INTEGUMEN
INEGUMENTARY SYTEM

Ozi Saputra1, Wa Nuli2

1
Mahasiswa Program Studi Oseanografi
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Halu Oleo
Jln. H.E.A Mokodompit, Andonuhu Kendari, Sulawesi Tenggara
2
Email Asisten :i1a118037wanuli@student.uho.ac.id

Abstrak
Praktikum Ikhtiologi Sistem Integumen Ikan Bandeng (Chanos-chanos) dan Ikan
pisang-pisang (Caseiro ceaerulaurea) dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 15 Oktober
2022 jam 10:00-11:50 WITA di Laboratorium Manajemen Sumber Daya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo. Praktikum ini bertujuan
untuk mengamati struktur penutup tubuh ikan ,kulit dan derivat -derivatnya seperti sisik,
lendir, scute, keel dan kelenjar racun dari ikan bandeng dan ikan pisang-pisang dan
manfaat praktikum ini adalah sebagai salah sumber atau infomasi bagi mahasiswa atau
pembaca dalam mengamati struktur penutup tubuh Ikan Bandeng dan Ikan pisang-
pisang , berupa kulit dan derivat -derivatnya seperti sisik, lendir, keel dan kelenjar
racun. Hasil praktikum ini adalah tipe sisik kedua ikan bandeng dan pisang-pisang
berupa cycloid , tidak adanya sisik berduri pada kedua ikan dan jumlah primery redii
sebayak 19 untuk ikan bandeng dan 16 untuk ikan pisang-pisang. kesimpulan praktikum
ini adalah bahwa Ikan Bandeng dan Ikan pisang-pisang memiliki tipe sisik yang sama
cycloid dan kedua ikan ini tidak memiliki lendir.
Kata Kunci : Bandeng , Ikan, Iktiologi, Pisang-pisang, Sistem integumen

32
33

Pendahuluan
Ilmu yang mempelajari segala aspek kehidupan ikan baik air tawar ataupun ikan
airasindi sebut Iktiologi. Iktiologi menjadi satu pilar utama dalam bidang perikanan
karenalangsung terikat dengan objek itu sendiri( Rahardjo et all,2017).Istilah Ikhtiologi
berasal dari ichtihyologia (bahasa latin:yunani) dimana perkataan ichtyologia artinya
ikan dan logos artinya ajaran sehingga ikhtiologi di artikan sebagai salah satu cabang
ilmu (zoologi) yang mempelajari khusus tentang ikan beserta segala aspek kehidupan
yang dimilikinya (Burhanuddin, 2015)
Integumen berasal dari bahasa latin intergum yang berarti penutup. Integumen
adalah suatu sistem yang sangat bervariasi sehingga terdapat sejumlah organ maupun
struktur tertentu dengan fungsi yang beragam. Sistem integumen pada ikan memiliki
beberapa fungsi antara lain yaitu: proteksi terhadap gangguan mekanis, fisis, organis
ataupun adaptasi diri terhadap berbagai macam faktor yang mempengaruhi
kehidupannya. Kulit juga berfungsi sebagai alat ekskresi dan osmoregulasi dan pada
beberapa jenis ikan tertentu berfungsi sebagai alat pernapasan (Kaniyo, 2018)
Sistem integumen bisa dianggap terdiri dari kulit utama dan derivat-derivatnya.
Ada beberapa bagian dalam kulit yang berfungsi sebagai alat untuk menyerang maupun
mempertahankan diri seperti sumber cahaya, kelenjar racun, sumber pewarnaan, dan
kelenjar mucus (lendir) yang menyebabkan tubuhnya licin dan berbau khas. Bau inilah
yang diduga menjadi alat komunikasi kimiawi di antara ikan.(Kaniyo, 2018)
Ikan adalah hewan berdarah dingin,cirik hasnya adalah mempunyai tulang
belakang,ingsandan sirip.dan terutama pada ikan terutama ikan sangat bergantung atas
air sebagi medium tempat mereka tinggal.ikan memiliki kemampuan untuk bergerak
dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak
tergantung pada arus gerakan air yang disebabkan oleh angin (Burhanuddin, 2015) 
Ikan bandeng merupakan salah satu ikan konsumsi yang hidup tersebar didaerah
tropik Indo Pasifik dan daerah penyebarannya di Asia meliputi perairan sekitar
Myanmar, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Indonesia. Indonesia merupakan daerah
penyebaran bandeng yang telah diketahui meliputi perairan pantai timur Sumatera, utara
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Bali dan Nusa Tenggara . Ikan bandeng
termasuk jenis ikan ekonomis penting karena permintaan pasokan domestik yang cukup
tinggi disamping kandungan gizinya yang tinggi. Disamping itu bandeng juga telah
menjadi komoditas yang memiliki tingkat konsumsi yang tinggi terutama di daerah
Jawa dan Sulawesi Selatan, sehingga meningkatkan kontribusi cukup besar bagi
peningkatan gizi masyarakat (Vatria, 2013)
Ikan Pisang-pisang merupakan jenis ikan yang sering dimanfaatkan secara
intensif karena nilai komersilnya yang cukup tinggi, mudah ditangkap dan
kepadatannya tinggi. Kedua ikan ini termasuk kedalam family Caesionidae, yang
merupakan jenis ikan karang dan termasuk ke dalam ikan utama yaitu kelompok ikan
penting yang berperan dalam rantai makanan dan merupakan kelompok ikan yang dapat
dieksploitasi secara relatif besar-besaran karena sebagai pemakan plankton dan juga
membentuk kelompok yang relatif besar. ikan laut ini hidup bebas di alam sehingga
sangat rentan terinfeksi cacing dari golongan digenea, nematoda, acanthocephala, dan
cestoda. Infeksi cacing-cacing ke tubuh ikan melalui makanan seperti udang, kepiting,
siput, ikan-ikan kecil yang merupakan inang perantara dalam siklus hidup cacing
(Hambrsika, 2014).

33
34

Berdasarkan uraian diatas maka perlu di lakukan praktikum sistem integumen


yang bertujuan untuk mengamati struktur penutup tubuh ikan ,kulit dan derivat -
derivatnya seperti sisik, lendir, scute, keel dan kelenjar racun dari ikan bandeng dan ikan
pisang-pisang agar dapat memberkan manfaat sebagai salah sumber atau infomasi bagi
mahasiswa atau pembaca dalam mengamati struktur penutup tubuh Ikan Bandeng dan
Ikan pisang-pisang berupa kulit dan derivat -derivatnya seperti sisik, lendir, keel dan
kelenjar racun.

34
35

Metode Praktikum
Praktikum ini dilakukan Laboratorium Manajemen Sumber Daya Perairan
Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo.pada hari Sabtu 15
Oktober 2022 pukul 10.00-11.50 WITA, alat dan bahan yang digunakan pada praktikum
ini yaitu mistar, baki, Kertas Laminating, Tisu, ikan bandeng dan ikan pisang-
pisang ,sunlight,pensil/ pulpen,buku penuntun,kertas, dan alat bedah.
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini yaitu siapkan preparat yang bertipe
sisik berbeda-beda ( ikan bandeng dan ikan pisang-pisang) kemudian siapkan papan
preparet, mikroskop / lup ,pingsed buku gambar dan peralatan setelah itu ikan di atas
preparet diamati bagian-bagian luarnya yang berhubungan dengan sistem
integumen/amati di bawah mikroskop sisik ikan.

35
36

Hasil dan Pembahasan


Hasil
Hasil pengamatan Sistem integumen Ikan Bandeng (Chanos-chanos) dan Ikan
pisang-pisang (Caseiro ceaerulaurea) dapat diliahat pada tabel 1.
Tabel 1 Hasil Pengamatan Sistetem Integumen Ikan Bandeng dan Ikan Pisang-pisang
No Keterangan individu

Parameter 1 2

1 Tipe sisik (squama) Cycloid Cycloid

2 Sisk duri (scute) Tidak ada Tidak ada

(Ada/Tidak ada)

3 Lendir (Ada/Tidak ada) Tidak ada Tidak ada

4 Lunas (keel) Tidak ada Tidak ada

(Ada/Tidak ada)

5 Warna sisik Silver Bening

6 Bentuk sisik Lingkaran Lingkaran

7 Jumlah primery radii 19 16

8. Jumlah secondary radii 0 0

Keterangan
1.Ikan bandeng (Chanos-chanos)
2.Ikan pisang-pisang (Caseiro ceaerulaurea)

36
37

Pembahasan
Sistem integument merupakan bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan
lingkungan luar atau habitat hidup. Sistem integumen mencakup kulit dan derivat serta
modifikasinya. Derivat integument merupakan suatu struktur yang secara embriogenetik
berasal dari salah satu atau kedua lapisan kulit yang sebenarnya. Derivat-derivat kulit
tersebut adalah sisik, jari-jari sirip, scute (scut), keel (kil), kelenjar lender, dan kelenjar
racun (Kaniyo, 2018)
Berdasarkan tabel hasil pengamatan sistetem integumen Ikan Bandeng (Chanos-
chanos) dan Ikan pisang-pisang (Caseiro ceaerulaurea)Tidak memiliki lendir dan
lunas. ikan bandeng dan ikan pisang-pisang memiliki tipe sisik yang sama yaitu tipe
Cycloid dan juga keduanya tidak memiliki scute dan tubuh  ikan bandeng dan ikan
pisang-pisang memiliki tipe sisik cycloid dimana sisik tipe ini berbentuk seperti
lingkaran. Sisik cycloid yaitu sisik yang mempunyai bentuk bulat, tipis transparan,
mempunyai lingkaran pada bagian belakang dan bergerigi ( Atamtajani, 2019)
Ikan Bandeng (Chanos-chanos) dan Ikan pisang-pisang (Caseiro ceaerulaurea)
tidak memiliki secondary radii namun ikan bandeng memiliki primery radii sebayak 19
sedangkan ikan pisang-pisang primery radiinya sebayak 16 adapun warna kulit ikan
bandeng adalah silver sedangkan ikan pisang-pisang bening. Kulit merupakan lapisan
penutup tubuh yang terdiri dari dua lapisan, yaitu epidermis pada lapisan terluar dan
dermis pada lapisan dalam. derivat merupakan suatu struktur yang secara embryo
genetik berasal dari salah satu atau kedua lapisan kulit yang sebenarnya (Dwi, 2018)

37
38

Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan maka dapat disimpulkan Ikan
Bandeng (Chanos-chanos) dan Ikan pisang-pisang (Caseiro ceaerulaurea) memiliki
tipe sisik cycloid dan tidak memiliki sisik duri atau scute dan juga tidak memiliki lendir
dan keel(lunas) sedangkan warna ikan bandeng yang digunakan pada praktikum ini
adalah siver dan ikan pisang-pisang adala bening .

Saran
Adapun saran saya sebagai praktikan terhadap asisten adalah untuk pengamatan
atau praktikum selanjutnya sebaiknya menggunakan bahan (ikan) praktikum yang masih
segar

38
39

Daftar Pustaka
Atamtajani, A,S,M, and Amelia, D.R., 2019. Eksplorasi Limbah Sisik Ikan Mujair
Sebagai Materi Utama Produk Cidremata Perhiasan.Atrat: Jurnal Seni Rupa,
Vol 7(1).
Burhanuddin, A.I., 2015. Ikhtiologi, Ikan dan Segala Aspek Kehidupannya. Deepublish.
Hambarsika, I.G.A.M.A., Oka, I.B.M. and Suratma, N.A., 2014. Prevalensi dan
Intensitas Infeksi Parasit Crustacea pada Ikan Sulir Kuning (Caesio cuning) dan
Ikan Pisang-pisang (Pterocaesio diagramma) yang Dipasarkan Di Pasar Ikan
Kedonganan, Kabupaten Badung. Buletin Veteriner Udayana.
Koniyo, Y., 2018. Aspek Biologis dan Ekologis Ikan Manggabai.
Vatria, B., 2013. Pengolahan ikan bandeng (Chanos-chanos) tanpa duri

39
40

PRAKTIKUM
VI
SISTEM PENCERNAAN

40
41

SISTEM PENCERNAAN
DIGESTIVE SYSTEM

Ozi Saputra1, & Wa Nuli2

1
Mahasiswa Program Studi Oseanografi
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Halu Oleo
Jln. H.E.A Mokodompit, Andonuhu Kendari, Sulawesi Tenggara
2
Email Asisten :i1a118037wanuli@student.uho.ac.id

Abstrak
Praktikum Ikhtiologi Sistem pencernaan Ikan Bandeng (Chanos-chanos) dan Ikan
pisang-pisang (Caseiro ceaerulaurea) dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 15 Oktober
2022 jam 10:00-11:50 WITA di Laboratorium Manajemen Sumber Daya perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo. Praktikum ini untuk
mengetahui bentuk dan letak bagian alat pencernaan makanan pada beberapa golongan
organisme ikan serta melihat ada dan tidaknya modifikasi alat pencernaan yang terjadi
pada ikan tersebut dan manfaatnya adalah sebagai salah satu sumber atau infomasi bagi
mahasiswa atau pembaca dalam mengetahui bentuk dan letak bagian alat pencernaan
makanan pada beberapa golongan organisme ikan serta melihat ada dan tidaknya
modifikasi alat pencernaan yang terjadi pada ikan bandeng dan ikan pisang-pisang .
Hasil praktikum ini meliputi panjang total bandeng ikan bandeng 27 cm dan ikan
pisang-pisang 20,5 cm , panjang usus ikan bandeng 141cm dan ikan pisang-pisang 19,5
cm . kesimpulan praktikum ini adalah bahwa Ikan Bandeng dan Ikan pisang-pisang
sama memiliki lambung dan tidak ada modifikasinya modifikasi alat pencernan.

Kata Kunci : Bandeng , ikan, iktiologi, pisang-pisang, sistem pencernaan

41
42

Pendahuluan
Ilmu yang mempelajari segala aspek kehidupan ikan baik air tawar ataupun ikan
airasindi sebut Iktiologi. Iktiologi menjadi satu pilar utama dalam bidang perikanan
karenalangsung terikat dengan objek itu sendiri( Rahardjo etc,2017).Istilah Ikhtiologi
berasal dari ichtihyologia (bahasa latin:yunani)dimana perkataan ichtyologia artinya
ikan dan logos artinya ajaran sehingga ikhtiologi di artikan sebagai salah satu cabang
ilmu (zoologi)yang mempelajari khusus tentang ikan beserta segala aspek kehidupan
yang dimilikinya (Burhanuddin, 2015)
Pencernaan adalah sebuah proses penyederhanaan makanan dengan melalui
mekanisme fisik dan kimiawi hingga menjadi bahan makanan yang mudah diserap dan
disebarkan secara menyeluruh di dalam tubuh melalui sistem peredaran darah. Sistem
pencernaan mencakup beberapa organ yang berkaitan dengan penyerapan makanan,
mekanismenya, dan pasokan bahan-bahan kimia, serta pengeluaran residu makanan
yang tidak tercerna dari dalam tubuh (Kaniyo, 2018)
Proses pencernaan makanan pada ikan dimulai dari mulut dan rongga mulut,
kemudian makanan digiling menjadi kecil-kecil oleh gigi dan dibasahi oleh saliva,
selanjutnya disalurkan melalui faring dan esophagus, Pencernaan di lambung dan usus
halus, dalam usus halus diubah menjadi asam-asam amino, monosakarida, gliserida dan
unsur-unsur dasarnya yang lain, absorbsi air dalam usus besar: akibatnya isi yang tidak
dicerna menjadi setengah padat (veses), kemudian veses dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui kloaka (bila ada) kemudian ke anus. Dalam mulut terdapat kelenjarkelenjar
mucus, berfungsi untuk menghasilkan mucus sebagai pembasah dan pelicin makanan.
Alat mulut terdiri dari palatum keras dan lunak, diliputi oleh epitel berlapis gepeng.
Palatum keras adalah membran mukosa yang melekat pada jaringan tulang, sedangkan
palatum lunak mempunyai pusat otot rangka, fungsi mulut adalah sebagai penerima
makanan. Organ-organ didalam rongga mulut antara lain: gigi, lidah, dan kelenjar luda
(Kaniyo, 2018).
Ikan adalah hewan berdarah dingin,cirik hasnya adalah mempunyai tulang
belakang,ingsan dan sirip ,ikan sangat bergantung atas air sebagi medium tempat
mereka tinggal.ikan memiliki kemampuan didalam air untuk bergerak dengan
menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung
pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh angin (Burhanuddin, 2015) 
Ikan bandeng (chanos-chanos) merupakan salah satu ikan konsumsi yang hidup
tersebar didaerah tropik Indo Pasifik dan daerah penyebarannya di Asia meliputi
perairan sekitar Myanmar, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Indonesia. Indonesia
merupakan daerah penyebaran bandeng yang telah diketahui meliputi perairan pantai
timur Sumatera, utara Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Bali dan Nusa
Tenggara . Ikan bandeng termasuk jenis ikan ekonomis penting karena permintaan
pasokan domestik yang cukup tinggi disamping kandungan gizinya yang tinggi.
Disamping itu bandeng juga telah menjadi komoditas yang memiliki tingkat konsumsi
yang tinggi terutama di daerah Jawa dan Sulawesi Selatan, sehingga meningkatkan
kontribusi cukup besar bagi peningkatan gizi masyarakat (Vatria, 2013)
Ikan Pisang-pisang merupakan jenis ikan yang sering dimanfaatkan secara
intensif karena nilai komersilnya yang cukup tinggi, mudah ditangkap dan
kepadatannya tinggi. Kedua ikan ini termasuk kedalam family Caesionidae, yang
merupakan jenis ikan karang dan termasuk ke dalam ikan utama yaitu kelompok ikan
penting yang berperan dalam rantai makanan dan merupakan kelompok ikan yang dapat

42
43

dieksploitasi secara relatif besar-besaran karena sebagai pemakan plankton dan juga
membentuk kelompok yang relatif besar. ikan laut ini hidup bebas di alam sehingga
sangat rentan terinfeksi cacing dari golongan digenea, nematoda, acanthocephala, dan
cestoda. Infeksi cacing-cacing ke tubuh ikan melalui makanan seperti udang, kepiting,
siput, ikan-ikan kecil yang merupakan inang perantara dalam siklus hidup cacing
(Hambrsika, 2014).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu di lakukan praktikum Sistem pencernaan
yang bertujuan untuk mengetahui bentuk dan letak bagian alat pencernaan makanan
pada beberapa golongan organisme ikan serta melihat ada dan tidaknya modifikasi alat
pencernaan yang terjadi pada ikan bandeng dan ikan pisang-pisang agar dapat
memberikan manfaat sebagai salah satu sumber atau infomasi bagi mahasiswa atau
pembaca dalam mengetahui bentuk dan letak bagian alat pencernaan makanan pada
beberapa golongan organisme ikan serta melihat ada dan tidaknya modifikasi alat
pencernaan yang terjadi pada ikan bandeng dan ikan pisang-pisang

43
44

Metode Praktikum
Praktikum ini dilakukan Laboratorium Manajemen Sumber Daya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo.pada hari Sabtu 15
Oktober 2022 pukul 10.00-11.50 WITA, alat dan bahan yang digunakan pada praktikum
ini yaitu mistar, baki, Kertas Laminating, Tisu, ikan bandeng dan ikan pisang-pisang,
sunlight, pensil/pulpen, buku penuntun, kertas, dan alat bedah.
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini yaitu tusuk medulla obigata supaya
ikan tidak bergerak setelah itu tusuk gunting bedah dengan bagian yang tumpul
kebagian anus ,kemudian tubuh ikan kerah rongga perut keatas setelah gutung mencapai
bagian ujung rongga perut atas,gunting di arahkan kebagian bawah sampai kedasar
perut kemudian bukalah daging yang telah terbuka tersebut sehingga organ-organ tubuh
bagian dalam dapat terlihat dan alat pencernaan dapat di kelurkan dari dalam tubuh
kemidian potong gunting bagian kepala hingga terbelah dua,potong bagian terdepan
esopagus dan tariklah usus keluar lalu potong ujung akhir anus.

44
45

Hasil dan Pembahasan

Hasil
Hasil pengamatan Sistem pencernaan Ikan Bandeng (Chanos-chanos) dan Ikan
pisang-pisang (Caseiro ceaerulaurea) dapat diliahat pada tabel 1.
Tabel 1 Hasil pengamatan sistetem Integumen ikan bandeng dan Ikan Pisang-pisang
No Keterangan individu

Parameter 1 2

1 Panjang total 27 cm 20,5 cm

2 Panjang usus 141 cm 19,5 cm

3 Ada/tidaknya lambung Ada Ada

Keterangan
1.Ikan bandeng (Chanos-chanos)
2.Ikan pisang-pisang (Caseiro ceaerulaurea)

45
46

Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa ikan
bandeng memiliki panjang total tubuh 27 cm, memiliki panjang usus 141 cm, dan me
memiliki lambung pebandingan panjang total tubuh dan panjang usus ikan bandeng
cukup jauh yaitu 1:5,2. Adapun urutan sistem pencernaan ikan bandeng yaitu, dimulai
dari mulut– faring– esofagus– lambung– usus– dan berakhir di anus. Hasil praktikum
sesuai dengan referensi yang diperoleh yaitu sistem pencernaan padaikan bandeng
melalui proses sebagai berikut : dari mulai anggota mulut,esofagus/kerongkongan,
lambung, usus dan terakhir anus. Proses penyeder hanaan pada ikan nila melalui cara
fisik dan kimia, sehingga menjadisari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus
kemudian diedarkan keseluruh organ tubuh melalui system peredaran darah. Organ-
organnya adalahrongga mulut→ faring→ esophagus→ lambung→ usus halus→usus
besar→rektum dan berakhir di anus (Rahmatia, 2016).
Ikan bandeng termasuk dalam kategori ikan herbivora yaitu pemakan tumbuhan.
Adapun ciri-ciri dari ikan jenis herbivora yaitu susunan giginya memiliki tiga macam,
yaitu gigi geraham untuk mengunyah makanan, gigi taring untuk mengoyak tumbuhan,
gigi seri untuk memotong makanan. Selain itu ikan herbivora memiliki panjang usus
yang lebih panjang dari pada tubuhnya dan lebih panjang dari usus ikan karnivora,
tetapi lebih pendek dari panjang ususikan jenis herbivora (Rian, 2014)
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa ikan pisang-
pisang mempuyai lambung dan memiliki panjang total tubuh 20 cm, memiliki panjang
usus 19,5 cm, memiliki pebandingan 1:1,5 Adapun urutan sistem pencernaan ikan
pisang-pisang yaitu, dimulai darimulut– faring– esofagus– lambung– usus–dan
berakhir di anus. Hasil praktikum sesuai dengan referensi yang diperoleh yaitu sistem
pencernaan ikan pisang-pisang seperti kebanyakan ikan lainnya memiliki saluran
pencernaan yang terdiri dari mulut, rongga mulut, esofagus, lambung, usus, dan dubur.
Usus yang dimiliki ikan pisang-pisang lebih pendek dari panjang badannya. Hal ini
merupakan ciri khas jenis ikan karnivora. Sementara itu, lambungnya relatif besar dan
panjang.Selain itu pisang-pisang mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau
kolam(bottom feeder). Berdasarkan jenis pakannya, pisang-pisang digolongkan sebagai
ikan yang bersifat karnivora (pemakan daging). Di habitat aslinya, pisang-pisang makan
cacing, jentik-jentik serangga, kutu air, dan larva serangga air. Tidak seperti ikan
herbivora yang memiliki usus yang panjang, ikan pisang-pisang memiliki usus yang
pendek, sehingga makanan yang masuk akan diserap dalam waktu yang singkat dan
akan segera keluar kembali (Randi, 2014)
Ikan pisang-pisang termasuk dalam tipe ikan karnivora. Ikan karnivora
memiliki ciriususnya lebih pendek dari saluran ikan herbivora karena daging yang
dimakan memiliki dinding sel tipis berupa selaput sehingga lebih mudah dicerna.
Saluran pencernaan pada ikan karnivora hanya sepanjang tubuh saja sedangkan
padaikan herbivora dapat mencapai tiga kali panjang tubuhnya. Lambung ikan
karnivora membesar dan berdinding tebal yang kuat mirip dengan ampel padaayam. Ciri
lain pada ikan karnivora yaitu, memiliki gigi untuk menyerap,menahan dan merobek
mangsa. Pada habitat aslinya, pisang-pisang makan cacing, serangga, kutu air, dan larva
serangga air (Rian, 2014)

46
47

Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan maka dapat disimpulkan Ikan
Bandeng (Chanos-chanos) dan Ikan pisang-pisang (Caseiro ceaerulaurea) sama-sama
memiliki lambung dan tidak ada modifikasinya modifikasi alat pencernan serta ikan
bandeng termaksud hewan pemakaan tumbuhan atau herbivora dan ikan pisang-pisang
termkasud hewan pemakan daging atau karnivora

Saran
Sebaiknya pada praktikum sistem pencernaan ikan selanjutnya lebih baikdan
lebih berhati-hati lagi dalam membedah ikan, agar bagian organ sistempencernaan tetap
utuh dan tidak ada yang rusak, sehingga akan mempermudahpengamatan yang
dilakukan dalam praktikum.

47
48

Daftar Pustaka

Burhanuddin, A.I., 2015. Ikhtiologi, Ikan dan Segala Aspek Kehidupannya. Deepublish.


Firsty Rahmatia.2016. Evaluasi Kecernaan Pakan Ikan Nila Orechomis niloticus pada
Tiga Stadia yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Satya Mina Bahari. 1 (1) : 43-51.
Hambarsika, I.G.A.M.A., Oka, I.B.M. and Suratma, N.A., 2014. Prevalensi dan
Intensitas Infeksi Parasit Crustacea pada Ikan Sulir Kuning (Caesio cuning) dan
Ikan Pisang-pisang (Pterocaesio diagramma) yang Dipasarkan Di Pasar Ikan
Kedonganan, Kabupaten Badung. Buletin Veteriner Udayana.
Koniyo, Y., 2018. Aspek Biologis dan Ekologis Ikan Manggabai.
Randi. 2014. Sistem Pencernaan dan Reproduksi Ikan Lele. Jurnal Perikanan.2(3) : 3-
15
Rian. 2014.Ikan dan Segala Aspek Kehidupannya. Pustaka Utama : Yogyakarta
Vatria, B., 2013. Pengolahan ikan bandeng (Chanos-chanos) tanpa duri.

48
49

PRAKTKUM
VII
SISTEM UROGENITAALIA

49
50

SISTEM UROGENITALIA

UROGENITALIA SYSTEM
Ozi Saputra1, & Wa Nuli2
1
Mahasiswa Program Studi Oseanografi
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Halu Oleo
Jln. H.E.A Mokodompit, Andonuhu Kendari, Sulawesi Tenggara
2
Email Asisten :i1a118037wanuli@student.uho.ac.id

Abstrak
Praktikum Ikhtiologi Sistem pencernaan Ikan Bandeng (Chanos-chanos) dan Ikan
pisang-pisang (Caseiro ceaerulaurea) dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 15 Oktober
2022 jam 10:00-11:50 WITA di Laboratorium Manajemen Sumber Daya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo. Praktikum Sistem
urogenitalia Ikan Bandeng (Chanos-chanos) dan Ikan pisang-pisang (Caseiro
ceaerulaurea) yang bertujuan untuk mengamti letak alat-alat yang digunakan dalam
proses ekskresi (pengeluran) dan reproduksi (pembikan) ikan dan manfaatnya adalah
sebagai salah satu sumber atau infomasi bagi mahasiswa atau pembaca mengamti letak
alat-alat yang digunakan dalam proses ekskresi (pengeluran) dan reproduksi (pembikan)
pada ikan bandeng dan ikan pisang-pisang . Hasil praktikum ini meliputi ginjal ikan
bandeng (Chanos-chanos) ,ginjal ikan pisang-pisang (Caseiro ceaerulaurea) dan alat
reproduksi ikan bandeng berupa jantan (Chanos-chanos) dan ikan pisang-pisang berupa
jantan (Caseiro ceaerulaurea).kesimpulan praktikum ini adalah bahwa Ikan Bandeng
(Chanos-chanos) dan Ikan pisang-pisang (Caseiro ceaerulaurea sama memiliki ginjal
dan memiliki alat reproduksi atau jenis kelamin berupa jantan.

Kata Kunci : Bandeng , Ikan, Iktiologi, Pisang-pisang, Sistem urogenitalia

50
51

Pendahuluan
Ilmu yang mempelajari segala aspek kehidupan ikan baik air tawar ataupun ikan
airasindi sebut Iktiologi. Iktiologi menjadi satu pilar utama dalam bidang perikanan
karenalangsung terikat dengan objek itu sendiri( Rahardjo etc,2017).Istilah Ikhtiologi
berasal dari ichtihyologia (bahasa latin:yunani)dimana perkataan ichtyologia artinya
ikan dan logos artinya ajaran sehingga ikhtiologi di artikan sebagai salah satu cabang
ilmu (zoologi)yang mempelajari khusus tentang ikan beserta segala aspek kehidupan
yang dimilikinya (Burhanuddin, 2015)
Sistem urogenitalia merupakan kombinasi dari sistem urinaria (ekskresi)
dansistem genetalia (reproduksi). Sistem urinaria meliputi pembuangan sisa
hasilmetabolisme baik melalui usus dan kulit maupun melalui alat ekskresi
khususnyaginjal. Sistem genetalia di dalam reproduksi yaitu proses dihasilkannya
spesiessebelum itu nampak pada spesies baru. Sistem urinari mengeluarkan sisa-
sisametabolisme berupa ammoniak (NH3) dan yang lainnya dalam bentuk urinemelalui
ginjal sebagai organ utamanya. Sistem genitalis ikan dapat membedakan jenis
kelaminnya melalui gonadnya, jika gonadnya berwarna putih makaikan berjenis
kelamin jantan dan jika gonad berwarna kuning kecoklatan makaikan berjenis kelamin
betina (Norris, 2017)
Ikan adalah hewan berdarah dingin,cirik hasnya adalah mempunyai tulang
belakang,ingsan dan sirip ,ikan sangat bergantung atas air sebagi medium tempat
mereka tinggal.ikan memiliki kemampuan didalam air untuk bergerak dengan
menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung
pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh angin (Burhanuddin, 2015) 
Ikan bandeng merupakan salah satu ikan konsumsi yang hidup tersebar didaerah
tropik Indo Pasifik dan daerah penyebarannya di Asia meliputi perairan sekitar
Myanmar, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Indonesia. Indonesia merupakan daerah
penyebaran bandeng yang telah diketahui meliputi perairan pantai timur Sumatera, utara
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Bali dan Nusa Tenggara . Ikan bandeng
termasuk jenis ikan ekonomis penting karena permintaan pasokan domestik yang cukup
tinggi disamping kandungan gizinya yang tinggi. Disamping itu bandeng juga telah
menjadi komoditas yang memiliki tingkat konsumsi yang tinggi terutama di daerah
Jawa dan Sulawesi Selatan, sehingga meningkatkan kontribusi cukup besar bagi
peningkatan gizi masyarakat (Vatria, 2013)
Ikan Pisang-pisang merupakan jenis ikan yang sering dimanfaatkan secara
intensif karena nilai komersilnya yang cukup tinggi, mudah ditangkap dan
kepadatannya tinggi. Kedua ikan ini termasuk kedalam family Caesionidae, yang
merupakan jenis ikan karang dan termasuk ke dalam ikan utama yaitu kelompok ikan
penting yang berperan dalam rantai makanan dan merupakan kelompok ikan yang dapat
dieksploitasi secara relatif besar-besaran karena sebagai pemakan plankton dan juga
membentuk kelompok yang relatif besar. ikan laut ini hidup bebas di alam sehingga
sangat rentan terinfeksi cacing dari golongan digenea, nematoda, acanthocephala, dan
cestoda. Infeksi cacing-cacing ke tubuh ikan melalui makanan seperti udang, kepiting,
siput, ikan-ikan kecil yang semuanya merupakan inang perantara dalam siklus hidup
cacing (Hambrsika, 2014).

Berdasarkan uraian diatas maka perlu di lakukan praktikum Sistem urogenitalia


yang bertujuan yang bertujuan untuk mengamti letak alat-alat yang digunakan dalam
proses ekskresi (pengeluran) dan reproduksi (pembikan) ikan pada ikan bandeng dan

51
52

ikan pisang-pisang agar dapat memberikan manfaat sebagai salah satu sumber atau
infomasi bagi mahasiswa atau pembaca dalam mengamti letak alat-alat yang digunakan
dalam proses ekskresi (pengeluran) dan reproduksi (pembikan) pada ikan bandeng dan
ikan pisang-pisang .
Metode Praktikum
Praktikum ini dilakukan Laboratorium Manajemen Sumber Daya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo.pada hari Sabtu 15
Oktober 2022 pukul 10.00-11.50 WITA, alat dan bahan yang digunakan pada praktikum
ini yaitu mistar, baki, Kertas Laminating, Tisu, ikan bandeng dan ikan pisang-pisang,
sunlight, pensil/pulpen, buku penuntun, kertas, dan alat bedah..
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini yaitu lakukan pembedahan seperti
waktu pengamatan alat pencernaan kemudian kelurakan saluran pencernaan tersebut
agar mudah untuk melakukan pengerjaan selanjutnya setelah itu kelurkan testes atau
ovarium yang akan di amati dengan menggunakan gunting untuk memeotong pingset
untuk menarik keluar kemudian gunakan mikroskop untuk mengamti sperma dan telur.

52
53

Hasil dan Pembahasan

Hasil
Hasil pengamatan Sistem urogenitalia Ikan Bandeng (Chanos-chanos) dan Ikan
pisang-pisang (Caseiro ceaerulaurea) dapat diliahat pada gambar 1 dan 2

53
54

Pembahasan
Sistem urogenitalia merupakan kombinasi dari sistem urinaria (ekskresi)
dansistem genetalia (reproduksi). Sistem urinaria meliputi pembuangan sisa
hasilmetabolisme baik melalui usus dan kulit maupun melalui alat ekskresi
khususnyaginjal. Sistem genetalia di dalam reproduksi yaitu proses dihasilkannya
spesiessebelum itu nampak pada spesies baru. Sistem urinari mengeluarkan sisa-
sisametabolisme berupa ammoniak (NH3) dan yang lainnya dalam bentuk urinemelalui
ginjal sebagai organ utamanya. Sistem genitalis ikan dapat membedakan jenis
kelaminnya melalui gonadnya, jika gonadnya berwarna putih makaikan berjenis
kelamin jantan dan jika gonad berwarna kuning kecoklatan makaikan berjenis kelamin
betina (Norris, 2017)
Berdasaran praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ikan bandeng
dan ikan pisang-pisang termkasud jantan karena memiliki gonad berwarna putih, gonad
tampak bergerigi dan sepasang, gonad tampak memanjang, dan overkulum lebih kasar.
Pada bagian dekat anus saat ditekan mengeluarkan cairan berwarna putih(sperma). Hasil
praktikum sesuai dengan referensi yang diperoleh yaitu kebanyakan testis( gonad
jantan) memiliki warna putih atau kekuningan. Testis berjumlah sepasang dan
digantungkan pada dinding tengah rongga abdomen (Listia, 2016)
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa organ-organ
yang berperan dalam sistem urinari insang, ginjal dan anus. Sedangkan organ-organ
yang berperan dalam sistem genital ikan nilem jantan yaitu gonat jantan yang berwarna
putih, vas deferen, dan lubang genital. Hal ini sesuai dengan referensi yang diperoleh
yaitu sistem kelamin jantan ikan disusun oleh testes yang terletakdi bawah gelembung
renang dan di atas intestinum, vas deferens yang terletak diantara ureter atau papila
urinaria dan anus, dan lubang genital (porus genitalia)merupakan lubang yang terbuka
ke arah luar dan tempat pelepasan sperma. Organ utamadari sistem pembuangan sisa-
sisa hasil metabolisme adalah ginjal (ren), tetapi ada juga pembuangan sisa-sisa
metabolisme melalui usus dan kulit. Pada ikan, pembuangan sisa-sisa metabolisme
terutama melalui insang dan ginjal (Radiopoero , 2018).
Ikan bandeng dan ikan pisang-pisang mempunyai alat ekskresi berupa sepasang
ginjal berwarna kemerahan. Ginjal dengan saluran urine yang muaranya menyatu
dengan muara kelamin dinamakan muarasaluran urogenitalis (terdapat dibelakang
anus). Alat ekskresi ikan terdiri dari:
Insang : berfungsi untu mengeluarkan CO2 dan H2O ,Kulit (kelenjar kulitnya) :
berfungsi untuk mengeluarkan lendir sehingga tubuhnyalicin untuk memudahkan gerak
di dalam air,Sepasang ginjal berwarna merah kehitaman, terletak di luarruang
peritoneum, menempel di bawah tulang punggung memanjang daridekat anus ke arah
depan hingga ujung rongga perut, bentuknya tidak jelas. Ginjal berfungsi untuk
mengeluarkan ammonia dan persenyawaan- persenyawaannyayang non-toksik,
menyaring sisa-sisa proses metabolisme untuk dibuang dan zat-zat yang diperlukan
tubuh diedarkan kembali melalui darah, mengatur kekentalanurin yang dibuang untuk

54
55

menjaga keseimbangan tekanan osmotik cairan pada tubuh,Anus : berfungsi untuk


mengeluarkan sisa-sisa pencernaan (Fujaya, 2018)

Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan maka dapat disimpulkan Ikan
Bandeng (Chanos-chanos) dan Ikan pisang-pisang (Caseiro ceaerulaurea) sama-sama
memiliki ginjal dan memiliki alat reproduksi berupa jantan.

Saran
Sebaiknya pada praktikum sistem urrogenitalia ikan selanjutnya lebih baik dan
lebih berhati-hati lagi dalam membedah ikan, agar bagian organ sistem urogenitalia
tetap utuh dan tidak ada yang rusak, sehingga akan mempermudah pengamatan yang
dilakukan dalam praktikum.

55
56

Daftar Pustaka

Burhanuddin, A.I., 2015. Ikhtiologi, Ikan dan Segala Aspek Kehidupannya. Deepublish.


Firsty Rahmatia.2016. Evaluasi Kecernaan Pakan Ikan Nila Orechomis niloticus pada
Tiga Stadia yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Satya Mina Bahari. 1 (1) : 43-51.
Hambarsika, I.G.A.M.A., Oka, I.B.M. and Suratma, N.A., 2014. Prevalensi dan
Intensitas Infeksi Parasit Crustacea pada Ikan Sulir Kuning (Caesio cuning) dan
Ikan Pisang-pisang (Pterocaesio diagramma) yang Dipasarkan di Pasar Ikan
Kedonganan, Kabupaten Badung. Buletin Veteriner Udayana.
Listia. 2016. Reproduksi Ikan Air Tawar . Cipta Karya : Jakarta
Norris. 2017. Hormones and Reproduction in Fishes. Erlangga : Jakarta
Radiopoero. 2018. Zoologi . Jakarta : Erlangga
Vatria, B., 2013. Pengolahan ikan bandeng (Chanos-chanos) tanpa duri.

56
57

LAMAPIRAN

57

Anda mungkin juga menyukai