Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM 1

PENGENALAN PHYLUM PORIFERA

NAMA : MUH. SYAFAR AL RAFI. E


NIM : L011221123
KELAS : ZOOLOGI LAUT C
KELOMPOK :8
ASISTEN : ALVA ALVI NH

LABORATORIUM BIOLOGI LAUT


PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanyaan terakhir mungkin lebih mudah dijawab. Spons adalah di antara


yang paling beragam dan sukses dari 28 akuatik filum invertebrata, baik dari segi
jumlah spesies maupun berbagai karakter morfologi mereka. Sekitar 7.000 masih ada
spesies saat ini dijelaskan (tetapi ini tidak diragukan lagi mewakili hanya sebagian kecil
dari mereka yang pernah hidup). Spons punya bertahan sebagian besar tidak berubah
dalam bauplan fundamental mereka sejak Kambrium Akhir. Mereka adalah
pembangun terumbu karang yang penting selama Fanerozoikum - peran yang
kemudian direbut oleh yang lebih cepat tumbuh karang scleractinian selama akhir
Mesozoikum. Meskipun sebagian besar kelompok yang lebih tua punah selama
Devonian Akhir krisis, spons telah terpancar dan beragam di Terbaru laut, dengan
perwakilan ditemukan di semua habitat perairan - dari yang fana (kuasi-terestrial) ke
laut yang lebih stabil zona abisal. Akibatnya, spons telah menunjukkan hasil yang
sangat besar kapasitas untuk beradaptasi dan bertahan dalam situasi kehidupan
marjinal - dan memang demikian disarankan bahwa mereka jelas diatur untuk bertahan
hidup lebih lama dari mereka yang pelajari mereka (Hooper & Van Soest,2013).
Porifera adalah hewan multisel yang paling sederhana. Porifera sudah memiliki
pembagian tugas hidup (diferensiasi) yang mencirikan organisme tersebut pada tingkat
yang lebih tinggi dibandingkan dengan famili Protozoa. Poriferous hidup heterotrof.
Makanannya adalah bakteri dan plankton. Makanan yang masuk ke dalam tubuh
berbentuk cairan, sehingga jamur dikenal juga sebagai pemakan cairan karena air
diserap melalui pori-pori ke dalam rongga tengah yaitu spongosol, kemudian mengalir
keluar dari jamur melalui pori yang lebih besar. lubang yang disebut oskulus. 
(Rusyana, 2013).
Ada sekitar 10.000 spesies jamur di dunia, diperkirakan ada hingga 850-1.500
spesies di Indonesia. Secara ekologis, spons merupakan bagian dari komponen
ekosistem pesisir dan laut, khususnya ekosistem terumbu karang dan lamun yang
banyak dijumpai di perairan tropis dan subtropis. (Haris, 2013).
Hewan invertebrata ada yang tersusun oleh satu sel (uniselluler) dimana
seluruh aktivitas kehidupannya dilakukan oleh sel itusendiri. Semua hewan yang tidak
memiliki tulang belakang dikelompokkan dalam hewan Invertebrata (avertebrata).
Sedangkan hewan invertebrata yang tersusun oleh banyak sel (multiselluler/metazoa)
sel selnya mengalami diferensiasi dan spesialisasi membentuk jaringan dan organ
tubuh dan aktivitasnya semakin komplek (Zaif, 2012).
B. Tujuan
Adapun tujuan untuk melihat, mengenali, dan mengidentifikasi ciri-ciri morfologi
dan anotomi hewan dari phylum porifera serta membedakan kelasnya berdasarkan
sistem saluran air dan penyusun sponge-nya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. ZOOLOGI LAUT

Zoologi laut berasal dari kata zoologi dan laut, zoologi terdiri dari dua kata
yaitu zoo yang artinya hewan dan logos yang artinya ilmu, jadi zoologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang hewan. Dapat di simpulkan bahwa zoologi laut adalah
cabang ilmu zoologi yang mempelajari kehidupan hewan di lingkungan laut,
termaksud perairan laut, samudra, dan pantai (Springer,2018).
Zoologi vertebrata adalah cabang ilmu biologi yang membahas tentang hewan
bertulang belakang. Hewan vertebrata yaitu hewan bertulang belakang atau punggung.
Memiliki struktur tubuh yang jauh lebih sempurna dibandingkan dengan hewan
invertebrata. Hewan vertebrata memiliki tali yang merupakan susunan tempat
terkumpulnya sel-sel saraf dan memiliki perpanjangan kumpulan saraf dari otak. Tali ini
tidak dimiliki oleh yang tidak bertulang belakang (Muh. Anas & Warda murti, 2021).

Zoologi berasal dari Bahasa Yunani dan terbagi menjadi dua kata yaitu “Zoion”
atau “Zoo” yang berarti hewan dan “Logos” yang berarti ilmu. Secara umum dapat di
simpulkan bahwa zoologi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang hewan.
Pengertian dari zoologi laut sendiri ialah studi tentang hewan yang hidup di laut atau
badan air laut. Istilah ini umumnya digunakan secara bergantian dengan biologi
kelautan tetapi perbedaannya adalah bahwa Biologi Kelautan adalah studi tentang
semua jenis organisme laut mulai dari tumbuhan hingga protozoa sedangkan zoologi
laut dikhususkan untuk mempelajari hanya hewan laut. (Maya, 2021)

B. INVERTEBRATA

Invertebrata adalah hewan yang tidak memiliki tulang punggung (vertebrae)


dan tidak pernah memiliki tulang punggung (chorda dorsalis) selama pertumbuhannya
dari zigot hingga dewasa. Invertebrata terdiri dari sekitar 19 filum mulai dari protozoa
hingga chordata yang lebih rendah. Dalam sistem klasifikasi Five Kingdoms, Animalia
(kerajaan hewan) diklasifikasikan berdasarkan struktur tubuhnya. Tubuh memiliki
empat ciri struktural yang secara filogenetik menggambarkan evolusi fauna, yaitu ada
tidaknya jaringan sejati, simetri tubuh (radial, diploblastik atau triploblastik bilateral),
ada tidaknya rongga tubuh (coelom), dan jenisnya. coelom (coelom kumpulan sel)
atau coelom pencernaan). (Hafnati Rahmatan, dkk, 2018)
Hewan yang terkait secara anatomis dan embriologis memiliki kombinasi fitur
tubuh yang berbeda dari anggota filum lainnya. Misalnya ciri dasar struktur tubuh
arthropoda dengan kaki beruas-ruas, eksoskeleton dan badan beruas-ruas seperti
kepiting, laba-laba dan serangga. (Hafnati Rahmatan, dkk, 2018)
Identitas lain terkait spons adalah kemampuan untuk bersimbiosis dengan
mikroorganisme lain secara mutualisme, baik secara inter maupun intra selular.
Spons salah satu organisme hidup, sudah ada sejak 600 juta tahun yang lalu. Spons
dapat berasosiasi dengan sejumlah besar mikroorganisme berbeda, contohnya
Cyanobacteria, bakteri heterotrofik, alga uniseluler. Spons merupakan hewan
multiselular primitif (metazoa) tanpa jaringan nyata. Hewan ini merupakan salah satu
objek utama dalam penelitian eksplorasi produk alami. Sekitar 7.000 jenis spons
telah dipublikasi. Berdasarkan perkiraan ada sekitar 15.000 spesies spons hidup
tersebar di perairan laut dan danau, namun yang berhasil diisolasi baru sekitar 830
jenis, meski jumlah ini berkembang terus. Spons merupakan salah satu komponen
biota penyusun terumbu karang yang mempunyai potensi bioaktif yang belum banyak
dimanfaatkan. Spons adalah hewan mengandung senyawa aktif dengan persentasi
keaktifan lebih besar dibandingkan dengan senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh
tumbuhan darat (Marzuki Ismail,2018).
Penggolongan spons terdiri atas 3 kelas utama dan 1 kelass turunan,
sehingga dari beberapa sumber, ada yang mengatakan spons terdiri atas 4 kelas.
Penggolongan spons didasarkan pada struktur tubuh, pola hidup, dan
pertumbuhannya (Marzuki Ismail,2018).

B. FILUM PORIFERA

Porifera (latin : porus = pori-pori, fer = membawa), tubuhnya berpori,


dipoblastik, simetris radial, tersusun atas sel-sel yang bekerja secara mandiri (belum
ada kordinasi antar sel yang satu dengan sel sel-sel yang lainnya). Fase dewasa
bersifat sesil (menetap pada suatu tempat tanpa mengadakan perpindahan), dan
berkoloni. Habitat umumnya air laut dan ada yang air tawar (Familli Spongilidae).
Bentuk tubuh: kipas, jambangan bunga, batang, globular, genta, terompet, dan lain-
lain. Warna tubuh: kelabu, kuning, merah, biru, hitam, putih keruh, coklat, jingga
(sering berubah tergantung tempat sinar). Mempunyai rongga sentral (spongocoel),
(Rusyana,2013).
Adapun Keanekaragaman jenis sponge di suatu habitat umumnya ditentukan
oleh kondisi perairan yang jernih dan tidak memiliki arus kuat. Sponge juga dapat
ditemui pada setiap kondisi kedalaman yang berbeda dengan tingkat kecerahan yang
cukup untuk pertumbuhannya (Haedar et al., 2016)
Spons dari ordo Hexactinellida (Hyalospongiae) di laut dalam. Sebagian besar
memiliki simetri radial, dan potongan berbentuk vas atau corong biasanya dipasang
pada dasar batang tong. Panjangnya bervariasi dari 7,5 cm hingga 1,3 meter. Ciri
utama yang membedakannya adalah badan spikulanya mengandung enam jaringan
silika yang membentuk vitreous. Tubuh hexactinellida terdiri dari satu jaringan syncytial
kontinu (jaringan yang tidak terbagi menjadi sel-sel individual) yang disebut jaringan
trabekular. Jalinan trabekular adalah yang terbesar, tertutup dan berselubung,
mesoylcollagen terletak di antara dua lapisan, serta elemen seluler seperti
archaeocytes, sclerocytes dan choanoblasts. Choanoblas berhubungan dengan
flagela, dimana lapisan retikulum trabekular berdiferensiasi menjadi primer (intern).
retina dan retina sekunder (di luar atau samping atrium) (Hidayatul, 2016).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan praktikum zoologi laut dilaksanakan pada Selasa, 07 maret 2023


pada pukul 08:00 – 10:00 WITA dan 15:45 – 17:45. Bertempat pada Laboratorium
Biologi Laut, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.

B. Bahan dan Alat


Alat yang digunakan saat praktikum filum porifera sebagai berikut.

Alat Kegunaan

Mikroskop Digunakan untuk mengganti sampel yang


berukuran kecil

Nampan Sebagai wadah sampel

Kaca pembesar (Lup) Melihat bagian sampel

Tissue Untuk membesihkan alat yang digunakan

Pisau bedah Untuk memotong kulit dan jaringan

Gunting Untuk memotong bahan yang tipis

Pinset Untuk membantu proses menjahit luka

Kaca preparat Untuk menjadi tempat objek

Objek glass Menempatkan objek yang ingin dilihat


C. PROSEDUR KERJA
Morfologi :
Pekerjaan pada bagian morfologi diawali dengan penyiapan alat dan
bahan yang digunakan dalam latihan, setelah itu spesimen jamur diletakkan di
alas dan diamati morfologinya dengan seksama. Amati bentuk pertumbuhan,
bentuk tubuh, permukaan jamur, tekan dan rasakan permukaan jamur. Terakhir,
catat hasil pengamatan dalam spreadsheet yang diberikan

Anatomi :
Pekerjaan di bagian anatomi dimulai dengan pisau bedah, potong
spesimen jamur melintang dengan pisau bedah, lalu amati anatominya dengan
cermat. Amati sol spons dan bagaimana air bersirkulasi, lalu gunakan pinset
untuk mengambil sebagian kecil spons dan letakkan di cawan petri. Hancurkan
bagian spons dengan pinset hingga larut, lalu teteskan bayclean ke dalamnya
dengan pipet. Kemudian bilas lagi dengan air suling untuk menghilangkan kristal
atau "pemutih" dalam larutan spons. Ambil spons yang telah dibersihkan
secukupnya dengan menggunakan pipet, kemudian jatuhkan kembali ke kaca
objek dan tutupi bagian atas kaca objek dengan kaca objek dan amati di bawah
mikroskop. Amati jenis paku apa yang ada dalam sampel dan terakhir catat
pengamatan Anda pada lembar kerja terlampir.

IV. HASIL
A. Petrosia nigricans

GAMBAR KETERANGAN

A. Osculum

A B. Ostia

Gambar 1.1

Sumber : WoRMS Photogallery

B. Clathria coralloides

GAMBAR KETERANGAN

A. Osculum

A B. Ostia

Gambar 1.2

Sumber : WoRMS photogallery

C. Callispingia (cladochalina) aerizusa

GAMBAR KETERANGAN
C
A. Osculum
A
B. Spongosol
B
C. Ostia

Sumber : WoRMS Photogallery


Gambar 1.3

D. Hextospongia testudinaria

GAMBAR KETERANGAN
A A. Osculum
B B. Ostia

Gambar 1.4

Sumber : WoRMS Photogallery


E. Spongilia lacustris

GAMBAR KETERANGAN
A. A. Osculum
B. Ostia

B.

Sumber : WoRMS Photogallery


Gambar 1.5

F. Aplisyna fistularis

GAMBAR KETERANGAN
A. A. Osculum
B. Ostia
C. Bud (Tunas)

B.

C. Gambar 1.6

Sumber : WoRMS Photogallery


G. Euplectella aspergillum

GAMBAR KETERANGAN

A. Osculum

B, Ostium

C. Spicules

C A B

Gambar 1.7

Sumber : WoRMS Photogallery


V. PEMBAHASAN

Pada gambar 1.1 spesies Petrosia nigricans memiliki bentuk pertumbuhan


massive dengan bentuk tubuh menyerupai batu. Hidup pada substrat berbatu dengan
bentuk permukaan terlihat halus dan bertekstur keras. Warnanya merah agak gelap.
Pada gambar 1.2 spesies Clatria coralloides memiliki bentuk pertubuhan
bercabang atau disebut branching. Bentuk tubuhnya menyerupai jari-jari dengan
bentuk permukaan bertekstur kasar. Warna sponge Clatria coralloides berwarna merah
bata. Hidup pada substrat berpasir. Memiliki oskulum sebagai tempat keluarnya air
dengan bentuk agak bulat, ostium sebagai tempat masuknya air dengan spongosol di
bagian dalamnya.
Pada gambar 1.3 spesies Callispingia (cladochalina) aerizusa memiliki jenis
pertumbuhannya globular dengan ukuran oskulum yang besar. Bentuk tubuh
menyerupai cerobong terompet dengan tinggi 18 cm. Tumbuh keatas dengan
melingkar. Substratnya pada batu berpasir, bentuk permukaannya berduri dengan
tekstur agak kasar. Warnanya agak kekuningan gelap. Memiliki oskulum dan ostium
sebagai tempat masuknya dan keluarnya air dan spongosol sebagai tempat
ditampungnya air yang masuk dari ostium selanjutnya keluar melalui oskulum.
Pada gambar 1.4 spesies Spongilla sp. memiliki bentuk spikula yang tersusun
atas serat-serat sponging dengan tipe saluran air leuconoid. Spongilla sp. terdiri dari
dua lapsan lembaga yaitu eksoterm di bagian luar dan endoterm di bagian dalam.
Diantara dua lapisan tersebut terdapat lapisan tipis yang disebut mesogella.
Pada gambar 1.5 spesies Clathria sp. memiliki bentuk spikula acanthostyles
yaitu berbentuk jarum dengan ujang vang tajam. Jenis salurannya yaitu leucon dimana
ostiumnya dihubungkan dengan saluran bercabang ke rongga yang tidak berhubungan
langsung dengan spongosol.
Pada gambar 1.6 spesies Petrosia nigricans memiliki spikula yang tersusun
atas silikat dengan bentuk monoaxon. Memiliki sistem saluran air yang rumit,
dihubunugkan dengan kamar-kamar bercambuk kecil yang bundar atau disebut tipe
saluran leucon.
Pada gambar 1.7 yaitu betuk saluran sikon yang BERlubang-lubang ostiumnya
dihubungkan dengan saluran yang bercabang-cabang ke rongga yang berhubungan
langsung dengan spongosol. Tipe saluran air tersebut dimiliki oleh spesies spons
yang tergolong dalam kelas Calcarea. Kelas Calcarea memiliki spikula yang terdiri
dari kalsium karbonat yang berbentuk triaxon. Tubuh calcarea tersusun atas 2
lapisan yaitu ektoderm dan endoderm.
IV. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa klasifikasi fungi terdiri
dari tiga kelas utama, yaitu kelas Calcarea, kelas Demospongiae dan kelas
Hexactinellida, atau jamur kaca. Klasifikasi jamur didasarkan pada struktur tubuh, gaya
hidup dan pertumbuhan. Jamur hidup sebagai heterotrof, yang makanannya adalah
bakteri dan plankton. Partikel terkecil yang mengelilingi jamur sebagian besar
dikonsumsi melalui choanocytes, jamur menyaring partikel makanan dari air yang
mengalir melalui tubuhnya. Secara umum struktur jamur terdiri dari oscule, mesoile,
spongocoel, choanocyte, amoebocyte dan spicule dimana struktur spon dilengkapi
dengan saluran aliran air sehingga spon tersebut berfungsi sebagai penyaring.
Anatomi jamur terdiri dari tiga jenis saluran air, yaitu asconoid, ciconoid dan leukoid,
sehingga pencernaan berlangsung secara intraseluler di channocytes dan
amoebocytes. Bentuk paku jamur bervariasi, Petrosia nigricans memiliki oxose yang
terdistribusi di ektosom (korteks) dan paku gaya dan kuat di ektosoma (korteks) dan
endosom (inti).

B. Saran
Saya harap kursi yang ada di dalam laboratorium di perbanyak, karena banyak
yang tidak dapat kursi, saat memberikan tugas pendahuluan dan yang diperlukan
untuk masuk lab, jangan terlalu malam memberikannya.
DAFTAR PUSTAKA

Haedar, B. Sadarun, dan R. D. Palupi. Potensi Keanekaragaman Jenis dan Sebaran


Spons Di Perairan Pulau Saponda Laut Kabupaten Konawe. Jurnal Ilmu
Kelautan, vol 1, no. 1, 2016.

Haris, Abdul. 2103. Sponge Biologi dan Ekologi. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan. Makasar : Universitas Hasanuddin.
Hafnati Rahmatan, dkk, 2018. HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN JURNAL

BELAJAR DENGAN SELF REGULATED LEARNINGMAHASISWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNSYIAH BANDA ACEH

PADA MATAKULIAH ZOOLOGI INVERTEBRATA. Juni 2018, 92-98

Marzuki, I. (2021). Eksplorasi spons indonesia: seputar kepulauan spermonde.


Yayasan Kita Menulis. Makassar.

Marzuki, I., & Sattar, S. (2019). Aplikasi Mikrosimbion Spons dalam Bioremediasi


Lingkungan. CV. Tohar Media

Maya, S. & Nurhidayah. 2020. Zoologi Invertebrata. Bandung : Widina Bhaktii


Persada.

Rusyana, Adun. 2013. Penelitian Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktek). Bandung :
Alfabeta
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai