Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM 1

ZOOLOGI LAUT

NAMA : NURAENI
NIM : L011221028
KELOMPOK : 7(TUJUH) A
ASISTEN : KRISTOPEL HUTASOIT

LABORATORIUM BIOLOGI LAUT


DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hewan spons atau disebut juga sebagai kelompok porifera merupakan
hewan multiseluler yang primitif. Tubuhnya tidak memiliki jaringan ataupun
organ sesungguhnya. Kata porifera berasal dari bahasa latin, ponus berarti
lubang kecil, sedangkan ferra berarti mengandung atau mengembang. Kata
tersebut untuk menunjukkan akan kekhususan hewan yang bersangkutan, yaitu
hewan yang memiliki banyak lubang-lubang kecil dan bila disingkat cukup
disebut hewan berpori (Yusminah, 2007).

Sponge hidup di ekosistem terumbu karang (Allen dan Steen, 2000


dalam Ghufran, 2010). Di dunia diduga terdapat sekitar 10.000 spesies sponge
dan diperkirakan 2.000 spesies hidup di ekosistem terumbu karang di Asia
tenggara dan jumlah spesies sponge di perairan Indonesia sekitar 700 spesies.
( mangindaan, 2018 )

Sponsa merupakan hawan yang hidup menempel pada suatu substrat di


laut. Telah diketahui kira-kira 2500 spesies, ada beberapa yang hidup di air
tawar, tetapi sebagian besar hidup di laut. Nama filum ini dari kenyataan bahwa
tubuh porifera mempunyai pori-pori. Air beserta makanan masuk melalui pori
kedalam rongga di dalam tubuh dari hewan akhirnya keluar melalui oskulum.
Air yang telah disaring ini akan dibuang melalui oskulum. (Rusyana,2013).

Tubuh sponsa terdiri dari dua lapisan sel, diantara kedua lapisan
tersebut terdapat bagian yang tersusun dari bahan yang lunak disebut
mesoglea. Sel-sel yang membentuk lapisan dalam mempunyai flagea, yang
mengatur aliran sel-sel ini dapat "menangkap" partikel makanan. (Dianita, 2022)
Bentuk sponsa ditentukan oleh kerangka tubuh. Kerangka tersusun dari
spikula. Spikula tersebut dari sel-sel yang terdapat dalam mesoglea. Spikula
tersusun dari silika atau kapur (kalsium karbonat), Beberapa sponsa tidak
memiliki serabut-serabut yang lentur dari zat yang dischut spongin. Sponsa
terdapat di perairan yang dangkal di daerah. (Rahma, 2019)

tropis. Bila sponsa diolah dapat digunakan untuk bahan atau alat
pembersih. Seperti yang kita ketahui suatu organisme yang melekat pada suatu
subsurat,harus mempunyai untuk cara menyebar keturunannya ke tempat lain.
(Rahma, 2019)

Untuk tujuan itu sponsa menghasilkan larva kecil yang dapat "berenang"
dengan bebas. Larva tersebut memisahkan diri dari induknya dan setelah
menemukan tempat hidup yang sesuai larva akan melekat disitu dan
berkembang menjadi hewan dewasa. Berdasar fosil porifera yang ditemukan
menunjukkan bahwa sponsa adalah salah satu hewan yang pertama kali
muncul di bumi. Tetapi tidak ada bukti bahwa ada hewan yang berkembang dari
sponsa. Sponsa seakan-akan menempati suatu tempat yang agak unik dalam
dunia hewan, oleh karena itu oleh bebrapa ahli taksonomi, porifera dimasukkan
dalam suatu kelompok yang disebut parasou. . (Rahma, 2019)

1.2 Tujuan
Untuk melihat, mengenal dan mengatehui ciri-ciri marfologi dan anatomi
hewan dari fhlum porifera setta membedakan class nya berdasarkan sistem
selurun air dan menyusun sponginnya
BAB Il
TINJAUAN PUSTAKA
A. Zoologi laut
Ilmu yang mempelajari tentang hewan atau Zoologi merupakan bagian dari
Biologi. Biologi merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam, maka untuk
pengembangan Zoologi perlu menggunakan cara pemecahan ilmiah. Langkah-
langkah metode ilmiah mengobservasi, mempersoalkan, membuat hipotesis,
melakukan eksperimen, dan menyusun teori. (Adi suryanto, 2019)

B. invertebrata
Zoologi invertebrata merupakan salah satu cabang ilmu Biologi yang
kajiannya mencakup hewan tidak bertulang belakang. Habitat hewan
invertebrata ini teradapat pada perairan tawar, laut dan daratan. Habitat hewan
invertebrata lebih dominan pada perairan aquatik terutama pada daerah lautan.
Lautan merupakan rumah bagi kebanyakan filum hewan tersebut (Adi
suryanto, 2019)

C. Phylum porifera
Porifera (latin : porus = pori-pori, fer = membawa), tubuhnya berpori,
dipoblastik, simetris radial, tersusun atas sel-sel yang bekerja secara mandiri
(belum ada kordinasi antar sel yang satu dengan sel sel-sel yang lainnya). Fase
dewasa bersifat sesil (menetap pada suatu tempat tanpa mengadakan
perpindahan), dan berkoloni. Habitat umumnya air laut dan ada yang air tawar
(Familli Spongilidae). Bentuk tubuh: kipas, jambangan bunga, batang, globular,
genta, terompet, dan lain-lain. Warna tubuh: kelabu, kuning, merah, biru, hitam,
putih keruh, coklat, jingga (sering berubah tergantung tempat sinar).
Mempunyai rongga sentral (spongocoel), (Rusyana,2013).

Di dalam fillum porifera ini terdapat berbagai macam spesies yang dibagi
berdasarkan bahan kerangka tubuhnya serta spikula yang disitu terdiri atas tiga
kelas yaitu kelas Calcarea, Hexantinellida, dan Demospongiae. Porifera juga
dibedakan berdasarkan tempat proses terjadinya pengambilan zat-zat makanan
atau sistem saluran air yang dibagi menjadi tiga tipe yaitu Ascon, Sycon, dan
Rhagon, (Suhardi, 2007).

Berdasarkan bahan pembentuk kerangka tubuhnya serta spikula, Porifera


terdiri dari tiga kelas yaitu :
1) Calcarea (Calcipsongiae)
Hidup di laut (pantai dangkal), bentuk tubuhnya sederhana, kerangka tubuh
tersusun atas CaCO3, ,manaxoa atau cabang 3 atau cabang 4 permukaan
tubuh seperti berduri dan koanositnya besar. Adapun ordonya yaitu Asconosa
yang spesiesnya Leucosolenia, dan Syconosa yang spesiesnya Scypha,
(Rusyana, 2011).

2) Hexactinellida (Hyalospongiae)
Hidup di laut dalam, kerangka tubuhnya tersusun atas bahan kersik/silikat
(H2S13O7), spikula berduri 6 (heksason), memiliki saluran air sederhana.
Adapun ordonya yaitu Hexasterophora dan Amphidiscophora sedangkan
spesiesnya yaitu Euplectella dan Hyalonema, (Rusyana, 2011).

3) Demospongiae
Umumnya hidup di laut, beberapa spesies hidup diair tawar. Pada umunya tidak
mempunyai rangka dan kalau ada rangka terbuat dari kersik, sponging atau
campuran dari keduanya. Ordo dari kelas ini yaitu Carnosa yang spesiesnya
Chondrosia, Choristida yang spesiesnya Geodia, dan Epipolasida yang
spesiesnya Tethya, (Rusyana, 2011).

Spesies yang tergolong dalam filum porifera yaitu :

1) Oscarella loburalis
Oscarella loburalis merupakan spesies dari salah stu filum porifera
dimana spesies ini umumnya dipantai berbatu di zina subrihoral antar
gelombang dan dangkal. Membentk oscrusting koloni dibatu, dan ganggang
yang besar. Oscarella lobularis adalah tebal, spons yang tumbuh hingga 10-30
cm lebar dan 3 cm. Membentuk koloni berdaging terdiri dari lobed, nodul bulat
yang sampai 1 cm lebar dan 1 cm. Permukaan atas setiap nodul dikenakan
oscula melingkar (pori exhalant) yang 0,5-1 cm dan mengarah ke, rongga basal
besar, sedangkan sisi beruang tersebar ostia (pori-pori inhalansia). Spons
memiliki tegas tapi lembut, tekstur agar-agar dan permukaan halus dengan
nuansa beludru. Warna spons yang lebih intens pada nodul dan biasanya
berwarna kuning sampai coklat tapi mungkin kadang-kadang merah, hijau,
ungu atau biru, ditandai dengan krim di pangkalan, (www.oel.org)

2) Spongia officinalis
Spongia officinalis merupakan spesies dari filum porifera yang memiliki ciri
tubuh berpori (ostium) yang berhubungan denga satu ruangan disebelah dalam
yang disebut spongocoel. Tubuhnya tidak berturan (asimetris) walaupun ada
juga yang simetris radial. Bentuknya bermacam – macam ada yang berbentuk
seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau tumbuhan. Tubuhnya memiliki
banyak pori yang merupakan awal dari sistem kanal (saluran air) yang
menghubungkan lingkungan eksternal dengan lingkungan interal. Tubuh
porifera tidak dilengkapi dengan apa yang disebut apendiks dan bagian tubuh
yang dapat digerakkan, (Suhardi, 2007).

3) Chalina oculata
Pada permukaan tubuh terdapat lubang-lubang atau pori-pori yang
merupakan lubang dari masuk ke spongocoel, untuk akhirnya keluar melalui
osculum. Tubuhnya lunak dan tidak memiliki skeleton. Pada bagian anatominya
itu mempunyai saluran air seperti saluran ascon dan lain-lain. Saluran ini
berfungsi mengalirkan air dari daerah eksternal kedalam daerah internal dan
dikeluarkan kembali ke daerah eksternal. Cara memperoleh makanan dalam
bentuk partikel organik renik, hidup atau tidak seperti bakteri yang masuk
melalui pori-pori arus masuk yang terbuka dalam air dan di bawa ke dalam
rongga lambung atau ruang-ruang bercambuk. Dalam hal respirasi bersifat
aerob dan difusi yang diedarkan keseluruh tubuh oleh amoebosit, (Yusminah,
2007).

4) Grantia labyrinthica
Panjang tubuh antara 0,5 sampai 2 inci, berbentuk seperti sambungan
bunga, tubuhnya lebih tebal dari leocosinadeae distal terdapat lubang besar
disebut osculum. Spesies ini memiliki spikula yang terbentuk dari kalsium
karbonat dan semua spikulanya relatif sama besar. Terdapat osculum yang
berfungsi sebagai tempat masuknya air dan makanan keluar dari dalam tubuh.
Sistem pernafasanya berlangsung dalam permukaan tubuh. Sistem
pencernaannya berlangsung secara intraseluler melalui pembentukan vakuola
makanan yang telah dicerna di edar dari sel ke amoebosit. Sistem reproduksi
spesies ini berkembang secara aseksual yaitu dengan cara pembentukan
tunas. Spesies ini terdapat di air laut mulai batas pasang surut yang mana
spesies ini dapat digunakan sebagai spons mandi, sebagai kerangka dan
porifera hiasan. Zat kimia yang dihasilkan dapat digunakan sebangai bahan
obat penyakit kanker, (Romimohartanto,2009)
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Hari, tanggal : selasa, 7 maret 2023
Waktu : 08.00 - 10.00 WITA
Tempat : laboratorium biologi laut, fakultas ilmu kelaut dan
Perikanan, unoversitas hasanuddin.
B. Alat dan bahan
Mikroskop digunakan untuk mengamati makhluk ang berukuran sangat kecil.
Nanpan

Anda mungkin juga menyukai