Anda di halaman 1dari 6

PENUNTUN PRAKTIKUM

ZOOLOGI INVETEBRATA
IDENTIFIKASI FILUM PORIFERA

OLEH :
Stefani Indadewi Molle
Aprilia Tayanan
Omega Teterisa

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FALKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2022
A. DASAR TEORI
Porifera dalam bahasa Latin berarti “Porus” artinya berpori, sedangkan “ferre” artinya
membawa. Porifera adalah hewan multiseluler atau metazoa yang paling sederhana.
Hewan ini memiliki ciri yaitu tubuhnya berpori seperti busa atau spons, sehingga
porifera disebut juga sebagai hewan spons (Marzuki, 2018). Organisme ini berhasil
beradaptasi dan bertahan hidup lebih lama dari pada hewan multiseluler lainnya
(Collin dan Anerson, 1995). Pada umumnya porifera hidup di perairan dangkal,
sampai pada kedalaman ratusan meter dan biasanya menempel pada substrat batuan,
karang, kayu yang tergenang dalam air, bahkandapat hidup pada dasar berpasir atau
berlumpur (Hooper, 2004). Gerakanya sangat kecil dan hidupnya bersifat menetap
(sesil) serta hidup secara berkoloni yang statif (Kimball, 2000). Tubuh porifera pada
umumnya berbentuk asimetris (tidak beraturan) meskipun adayang simetri radial
dengan ukuran diameter 1 mm hingga 2 m. Porifera merupakan hewan dipoblastik
atau tersusun dari dua lapis sel. Bentuknya ada yang seperti tabung, vas
bunga,mangkuk,menyerupai kipas atau bercabang-cabang dengan variasi warna
seperti kelabu,merah, jingga, kuning, bahkan ungu. Porifera memiliki tiga tipe saluran
air yaitu asconoid (ostium berhubungan langsung dengan spongosol), syconoid
(ostium dihubungkan dengansaluran bercabang menuju spongsol), dan leuconoid
(ostium dihubungkan dengan saluran bercabang yang banyak dan terbentuk rongga).
Porifera melakukan reproduksi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi secara
aseksual terjadi dengan pembentukan berupa tunas/pucuk dan gemmule. Gemmule
disebut juga tunas internal. Umumnya porifera dapat menghasilkan ovum dan juga
sperma pada satu individu, sehingga porifera merupakan hewan bersifat Hemafrodit,
yakni hewan yang memiliki 2 jenis kelamin (Marzuki, 2018). Porifera belum
memiliki alat pencernaan dan alat pernapasan khusus. Struktur dan fungsi tubuh
porifera khususnya permukaan luar, tersusun atas sel-sel berbentuk pipih dan
berdinding tebal yang disebut pinakosit. Pinakosit berfungsi sebagai pelindung.
Diantara pinakosit terdapat pori-pori (ostium) yang membentuk saluran air yang
bermuara di spongosol atau rongga tubuh. Spongosol dilapisi oleh sel “berleher” yang
memiliki flagelum, yang disebut koanosit. Flagelum yang bergerak pada koanosit
berfungsi untuk membentuk aliran air satu arah, sehingga air yang mengandung
makanan dan oksigen masuk melalui pori/ostium ke spongosol. Di spongosol,
makanan ditelan secara fagositosis (bentuk spesifik endositosis yang melibatkan
internalisasi vesikuler terhadap artikel padat) dan oksigen diserap secara difusi oleh
koanosit. Sisa pembuangan dikeluarkan melalui lubang yang disebut oskulum. Zat
makanan dan oksigen, selain digunakan oleh koanosit, sebagian juga di transfer secara
difusi ke bagian sel yang selalu bergerak seperti amoeba, yaitu amoebosit (sel
amoeboid), berfungsi mengedarkan makan dan oksigen ke seluruh sel tubuh lainnya
(Marzuki, 2018). Konsistensi tubuh spons pada umumnya elastis seperti busa karet
tetapi ada beberapa jenis yang keras dan agak rapuh. Tubuh spons ini diperkokoh oleh
suatu kerangka yang disebut spikula. Bentuk spikula pun beraneka ragam seperti
monaxon, tetraxon, poliaxon, hexaxon/triaxon, serta bentuk benang-benang spongin
(Amir & Budiyanto, 1996). Berdasarkan kandungan dan bentuk spikulanya, porifera
dibagi menjadi tiga kelas yaitu calcarea, hexatinellida, dan demospongia. Pada kelas
calcarea, semuanya hidup di laut yang dangkal dengan tipe saluran air asconoid.
Porifera ini mempunyai struktur lebih sederhana dibandingkan yang lainnya dengan
kerangka yang terbuat dari zat kapur (CaCO3) serta berbentuk monaxon dan triaxon.
Tinggi Calcarea umumnya kurang dari 10 cm, contohnya yaitu Leucosolenia,
Clathrina, Grantia, Scypha, dan Sycon. Selanjutnya yaitu kelas hexatinellida atau
spons gelas yang hidup di laut dalam dan tersebar luas dengan spikula terdiri dari
silikat (SiO2¿ dan tidak mengandung spongin serta berbentuk triaxon, contohnya
yaitu Pheronima sp. dan Euplectella aspergilium. Dan yang terakhir yaitu kelas
demospongia (kelas paling dominan) bertekstur lunak, rangkanya tersusun dari
serabut spongin dengan spikula dari zat silikat (SiO2¿). Bentuk spikulanya ada yang
monaxon atau tetraxon, contohnya yaitu Euspongia sp. dan Spongia sp. Porifera
berperan dari segi ekonomi secara tidak langsung. Porifera memiliki bermacam-
macam bentuk serta warna yang indah, dapat membentuk karang atau taman laut yang
menakjubkan. Kedatangan wisatawan tak lepas dengan devisa. Selain itu menurut
perkembangan penelitian para ahli, di dalam tubuh porifera mengandung zat yang
bermanfaat dalam bidang farmasi diantaranya yaitu anti inflamasi dan anti tumor.
Adapun beberapa jenis dari kelas Demospongia dapat digunakan sebagai bahan spons
untuk mandi. Contohnya dari jenis Euspongia sp. (Mardiastutik, 2010). Selain itu ada
juga yang memanfaatkan porifera sebagai bahan pengawet buah dan makanan.
Porifera tertentu mengandung zat anti kanker dalam tubuhnya yang sekarang jadi
topik yang menarik untuk diteliti di seluruh dunia contohnya African spirastrella sp
ini spirulifera dari Afrika yang menghasilkan zat spongiastin. Di permukaan tubuh
porifera terdapat
zat beracun yakni tentakel yang digunakan sebagai perlindungan dirinya.
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengenal ciri morfologi hewan porifera
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi macam-macam bahan penguat tubuh porifera
3. Mahasiswa mampu mengelompokkan contoh-contoh hewan porifera berdasarkan
tipe dan bahan penyusun tubuhnya.
C. ALAT DAN BAHAN
D. METODE DAN PROSEDUR KERJA
CIRI-CIRI YANG DIAMATI
NO OBJEK BENTUK WARNA BAGIAN-BAGIAN TUBUH HABITAT
REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai