Oleh :
Nama : Hasan Hariri
NIM : B1A016068
Rombongan : VIII
Kelompok :2
Asisten : Fajar Nur Sulistyahadi
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Porifera memiliki susunan tubuh yang terbentuk atas kumpulan sel. Sel-sel ini
cenderung bekerja secara mandiri, masih belum ada koordinasi antara satu sel dengan
sel lainnya. Kata Porifera berasal dari kata Latin, porus berarti lubang kecil dan fer yang
artinya mengandung/membawa. Porifera adalah hewan yang memiliki banyak lubang-
lubang kecil atau berpori-pori. Bila dibandingkan dengan Protozoa maka susunan tubuh
Porifera lebih kompleks. Sebab, tubuhnya tidak lagi terdiri atas satu sel melainkan
tersusun atas banyak sel. Oleh karena itu, para ahli memasukkan Porifera dalam
kelompok hewan Metazoa. Porifera memiliki ciri-ciri tubuh memiliki banyak pori, yang
merupakan awal dari sistem kanal (saluran air) yang menghubungkan daerah eksternal
dengan daerah internal. Belum memiliki saluran pencernaan makanan. Tubuhnya
memiliki penyokong tubuh yang tersusun atas bentuk kristal dan spikula-spikula atau
bahan serabut yang terbuat dari bahan organik (Jasin, 1989).
Struktur tubuh Porifera terdiri atas lapisan luar dan lapisan dalam. Lapisan luar
terdiri atas pinakosit, yaitu sel-sel mesenkim polygonal yang rapat dan membentuk
matriks serta memiliki banyak fungsi. Lapisan dalam terdiri atas koanosit yang
berfungsi sebagai organ respirasi dan mengatur pergerakan air (Rusyana, 2011).
Macam-macam struktur tubuh Porifera ada 3, yaitu Ascon, merupakan tipe
struktur tubuh yang paling sederhana, dimana proses pengambilan zat-zat makanan
terjadi di dalam spongocoel. Sycon, pada tipe ini proses pengambilan makanan terjadi
dalam rongga berflagel. Leucon/Rhagon, proses pengambilan zat-zat makanan terjadi di
ruang kecil yang berflagel yang terdapat di bagian tengah saluran. Flagel tersebut
berasal dari koanosit-koanosit yang melapisi dinding ruang tersebut (Rusyana, 2011).
Ditinjau dari bahan pembentuknya, Porifera diklasifikasikan menjadi 3 kelas,
yaitu Demospongiae, Calcarea, dan Hexactinellida. Demospongiae, Porifera jenis ini
kerangka tubuhnya tersusun dari bahan sponging (organis) dan/atau silika. Biasanya bila
telah mati, tubuhnya dapat digunakan sebagai alat penggosok. Jenis ini merupakan kelas
terbesar yang hidup di laut (famili Spongillidae) dan air tawar (Rusyana, 2011).
Demospongia merupakan kelas dari phylum Porifera yang hidupnya menempel pada
substrat, tidak memiliki jaringan pelindung dan hanya ditutupi oleh lapisan sel tunggal
(eksopinakoderm) (Borisenko et al., 2015) Calcarea, kerangka tubuh Porifera jenis ini
tersusun atas bahan kristal zat kapur atau CaCO 3 dan memiliki 3-4 ujung. Jenis ini dapat
ditemukan di laut. Hexactinellida, Porifera jenis ini tersusun atas bahan kristal silikat
H2Si3O7 dengan 6 ujung. Memiliki bentuk tubuh seperti tabung dan hidup di lautan
dalam (Rusyana, 2011).
Filum Cnidaria memiliki organ intraseluler yang unik dalam jaringan tubuh
ektodermnya, yaitu cnidae yang akan dilepaskan keluar tubuhnya jika ada rangsangan
dari lingkunga dimana fauna ini tinggal. Cnidae digunakan untuk menangkap mangsa
melawan predator, menyerang Cnidaria lainnya yang berada disekitarnya, atau untuk
melekatkan tubunya pada substrat yang cocok selama proses setelmen (Paruntu et al.,
2013). Sedangkan menurut Rusyana (2011), karakteristik umum dari Cnidaria adalah
sebagai berikut, Struktur tubuh diploblastik, yaitu ektoderm yang berfungsi untuk
melindungi tubuh, dan endoderm/gastrodermis yang berfungsi sebagai alat sekresi dan
pencernaan makanan. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat mesoglea yang bersifat
nonseluler seperti agar dan berfungsi sebagai tempat dilaluinya serabut saraf (nerve net).
Tidak memiliki kepala, anus, alat peredaran darah, alat ekskresi, dan alat respirasi.
Memiliki mulut yang dikelilingi oleh tentakel. Berkonstruksi jaringan dan simetri
radial/biradial. Belum memiliki susunan saraf pusat. Sistem pencernaan dilakukan
secara ekstrasel dan intrasel. Hidupnya bersifat polimorfisme dan metagenesis. Jenis
kelamin: monoecious atau dioecious, larvanya disebut planula. Sistem gerak dilakukan
oleh sel-sel epiteliomuskuleryang terdapat pada lapisan ectoderm dan pada bagian dasar
gastrodermis. Habitatnya di air laut maupun tawar. Rangka luar tersusun atas zat kapur
atau kitin.
Cnidaria terbagi menjadi kelas yaitu Hydrozoa, Scyphozoa, Anthozoa, Cubozoa,
dan Staurozoa (Rosa et al., 2014). Berikut penjelasannya, Hydrozoa yaitu hewan-hewan
dengan jaringan mencolok yang membedakannya dengan Porifera (Lewbart, 2006).
Hydrozoa merupakan anggota terbanyak dari phylum ini yang terdiri atas 10 bangsa,
108 suku, 540 marga, dan kurang lebih 3400 spesies yang semuanya hidup di laut
kecuali Limnomedusae (Sidabalok, 2008). Hydra dapat hidup di air laut maupun tawar.
Siklus hidupnya mengalami pergiliran keturunan antara polip dan medusa. Memiliki
knidosit dan gamet yang terletak di bagian epidermis (Rusyana, 2011).
Scyphozoa/Ubur-ubur, hewan ini memiliki ciri-ciri yaitu fase medusa lebih dominan
dibandingkan fase polip. Ubur-ubur merupakan organisme yang dapat menghasilkan
toksin, contohnya adalah Aurelia aurita (Sidabalok, 2008). Ditemukan di perairan laut.
Knidosit terletak di bagian epidermal dan gastrodermal, serta gamet terletak di bagian
gastrodermal (Jasin, 1989). Anthozoa, hewan ini meliputi anemone laut, koral batu,
koral tanduk, dan bulu babi. Anthozoa tidak mempunyai tubuh medusa, semuanya
berbentuk polip dan hidup secara soliter atau berkoloni. Polip hewan karang dapat
menghasilkan kristal karbonat yang dapat membantu pembentukkan karang (Rusyana,
2011). Salah satu sifat karang adalah akresi, artinya pertumbuhan koloni dan terumbu
karang ke arah vertikal atau horizontal (Papu, 2011). Memiliki knidosit dan gamet di
bagian gastrodermal (Jasin, 1989). Cubozoa, hewan ini sejenis ubur-ubur berbentuk
kubus atau kotak. Kelas ini merupakan kelompok anggota terkecil dalam phylum
Cnidaria (Coates, 2003). Hewan ini hidup dominan medusa di perairan laut. Knidosit
terdapat di bagian epidermal dan gastrodermal, serta gamet terletak di bagian
gastrodermal. Kelompok hewan ini juga memilik toksin yang sangat kuat (Rusyana,
2011). Staurozoa, hewan ini merupakan ubur-ubur pengintai yang juga merupakan kelas
baru dalam phylum Cnidaria. Kelas ini masih belum memiliki kerangka filogenetik dan
termasuk ke dalam kelompok nonmonofiletik (Marques & Collins, 2004). Hewan ini
ditemukan di perairan yang cenderung dingin. Bentuk tubuhnya dominan medusa tetapi
sessil atau menempel pada substrat, akan tetapi reproduksinya seksual (Rusyana, 2011).
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum acara Porifera dan Cnidaria adalah
bak preparat, pinset, kaca pembesar, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, alat tulis,
masker, alat tulis, dan sarung tangan karet (gloves).
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum acara Porifera dan Cnidaria
adalah dengan phylum Porifera dan Cnidaria.
B. Metode
Borisenko, I. E., Maja A., Daria B. T., & Alexander V. E., (2015), Transdifferentiation
is a driving force of regeneration in Halisarca dujardini (Demospongiae,
Porifera). PeerJ, 3(1), pp. 1-23.
Coates, M. M., 2003. Visual Ecology and Functional Morphology of Cubozoa
(Cnidaria). Integr. Comp. Biol, 43(1), pp. 542-548.
Jasin, M. 1989. Sistematik Hewan (Invertebrata dan Vertebrata) untuk Universitas.
Surabaya: Sinar Wijaya.
Lewbart, G. A. 2006. Invertebrate Medicine. USA: Blackwell Publishing.
Marques A.C. & Collins, A.G. 2004. Cladistics Analysis of Medusozoa and Cnidarian
Evolution. Invertebrate Biology, 123(1), pp. 32-42.
Papu, A. 2011. Kondisi Tutupan Karang Pulau Kapoposang, Kabupaten Pangkajene
Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah Sains, 11(1), pp. 1-8.
Paruntu, C. P., Husen R., & Janny D. K., 2013. Nematosit dari Tiga Spesies Karang
Scleractinia, Genus Pocillopora. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis, 9(2), pp.
60-63.
Rosa, E., Lidya P., Novi R., & Tiwi N. 2014. Coelenterata. Jambi: Program Studi
Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi.
Rusyana, A. 2011. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktek). Bandung: Alfabeta.
Sidabalok, C. M. 2008. Ubur-ubur di Indonesia. Fauna Indonesia, 8(1), pp. 22-26.
Simpson, G. G. 1961. Prinsipal of Animal Taxonomy. New York: Colombian University
Press.