Anda di halaman 1dari 6

PORIFERA DAN CNIDARIA

Oleh:
Nama : Batari Citra Ayunda
NIM : B1A017139
Rombongan: VIII
Kelompok : 2
Asisten : Sharon Hillary

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kingdom animalia merupakan salah satu kingdom yang memiliki anggota


cukup banyak. Secara umum kingdom animalia terdiri atas sembilan filum yaitu
Porifera, Cnidaria, Platyhelminthes, Nematoda, Annelida, Mollusca, Echinodermata,
Arthropoda, dan Chordata. Masing-masing filum tersebut memiliki karakter yang
khas dan berbeda (Rohana, 2003).
Mengenali suatu organisme tertentu bisa dilakukan dengan cara melihat
karakter yang ada pada organisme tersebut. Karakter yang dimiliki setiap organisme
pasti berbeda dan punya keistimewaan tersendiri. Karakter morfologi paling banyak
digunakan oleh para peneliti karena telah terbukti berguna dalam membedakan taksa
pada berbagai level. Karakter morfologi adalah karakter atau sifat yang ada berupa
morfologi eksternal, anatomi, morfologi organ (struktur tubuh), bagian tubuh yang
keras, warna, struktur genital, fase larva, perkembangan embrio, sterilitas, dan
kromosom (Radiopoetro, 1991).
Porifera merupakan salah satu filum dari kingdom animalia yang sangat
primitif yang hidup di alam. Porifera memiliki karakter morfologi yang khas yaitu
memiliki pori pada struktur tubuhnya. Secara morfologi dan anatomi Porifera
mempunyai beberapa bagian dari tubuhnya, bagian-bagian tubuh dari Porifera
tersebut antara lain osculum, spongosel, pori dan bagian-bagian lainnya (Insafitri,
2011). Selain Porifera, filum Cnidaria merupakan anggota dari kingdom animalia
lainnya yang memiliki karakter morfologi yang khas yaitu memiliki sel penyengat
yang terletak pada tentakel yang terdapat di sekitar mulutnya. Filum Cnidaria juga
sering disebut filum Coelenterata karena anggota dari filum ini memiliki rongga
tubuh. Rongga tersebut digunakan sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler) (Daly,
2007).

B. Tujuan

Tujuan praktikum acara Porifera dan Cnidaria, antara lain:


1. Praktikan mengenal beberapa anggota Phylum Porifera dan Cnidaria.
2. Praktikan mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan klasifikasi
anggota Phylum Porifera dan Cnidaria.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Porifera merupakan salah satu filum dari kingdom animalia yang sangat
primitif yang hidup di alam. Kata Porifera berasal dari bahasa Latin, porus yang
berarti lubang kecil atau pori dan ferre yang berarti mempunyai. Jadi, Porifera dapat
diartikan hewan yang memiliki pori pada struktur tubuhnya (Suharyanto, 2008).
Menurut Hala (2007), semua hewan dewasa anggota dari filum Porifera bersifat
menempel atau menetap pada suatu dasar dan hanya menunjukkan sedikit gerakan.
Umumnya, hewan-hewan anggota filum Porifera hidup di laut, dan hanya beberapa
yang hidup dalam air tawar. Persebaran mulai dari zona intertidal hingga zona
subtidal suatu perairan. Subagio (2013), menambahkan bahwa Porifera merupakan
salah satu hewan primitif yang hidup menetap (sedentaire) dan bersifat non selective
filter feeder (menyaring apa yang ada). Spons tampak sebagai hewan sederhana,
tidak memiliki jaringan, sedikit otot maupun jaringan saraf serta organ dalam.
Menurut Suwigyo (2005), ciri-ciri khusus tubuh Porifera yaitu tubuhnya
memiliki banyak pori yang merupakan awal dari sistem kanal (saluran air) yang
menghubungkan lingkungan eksternal dengan lingkungan internal. Tubuh Porifera
tidak dilengkapi dengan apa yang disebut apendiks dan bagian tubuh yang dapat
digerakkan. Tubuh Porifera belum memiliki saluran pencernaan makanan, adapun
pencernannya berlangsung secara intraseluler. Tubuh Porifera dilengkapi dengan
kerangka dalam yang tersusun atas bentuk kristal dari spikula–spikula atau bahan
fiber yang terbuat dari bahan organik (Hala, 2007).
Cnidaria adalah filum yang mempunyai keragaman 10.211 spesies di seluruh
dunia dan 752 spesies di Laut Mediterania, yang menghuni lingkungan eksklusif air
dan sebagian besar laut. Banyak Cnidaria yang berdistribusi di perairan dangkal
karena berkaitan hubungan simbiosis Cnidaria dengan ganggang endosimbiotik
untuk makanan dan kalsifikasi. Mereka membentuk terumbu karang di perairan
tropis, merupakan ekosistem yang sangat produktif. Data dalam penelitian yang
dilakukan Cinar et al. (2014) menunjukkan filum Cnidaria di sepanjang pantai Turki
diwakili oleh 195 spesies yang termasuk dalam 5 kelas yaitu Hydrozoa, Cubozoa,
Scyphozoa, Staurozoa, dan Anthozoa. Spesies tersebut terbagi dalam 76 famili
(Cinar et al., 2014).
Anggota dari filum Cnidaria memiliki konstruksi tubuh berupa jaringan dan
bersimetri tubuh simetri radial. Lapisan selnya terdiri dari ektoderm dan endoderm
sehingga sering disebut hewan dipoblastik. Antara ektoderm dan endoderm terdapat
mesoglea. Tubuh bagian atas dari filum Cnidaria terdapat mulut yang dikelilingi oleh
tentakel dengan permukaan tentakel terdapat knidoblas atau sel penyengat atau
nematokist.  Hidup di air tawar ataupun di air laut. Tubuhnya pun dapat melekat pada
dasar perairan dan mempunyai dua bentuk yaitu polip dan medusa. Coelenterata
yang berbentuk polip hidup soliter atau berkoloni di dasar air. Polip tidak dapat
berpindah tempat, sedangkan Coelenterata yang berbentuk medusa dapat melayang
bebas di dalam air (Rusyana, 2011).
Menurut Romimoharto (2001), berdasarkan bahan pembentuk kerangka
tubuhnya serta spikula. Porifera terdiri dari tiga kelas yaitu, kelas Calcarea
(Calcipsongiae) Anggota dari kelas Calcarea (Calcipsongiae) biasanya hidup di laut
(pantai dangkal), bentuk tubuhnya sederhana, kerangka tubuh tersusun atas CaCO 3,
dan koanositnya besar. Terdiri dari ordo Asconosa dengan spesiesnya Leucosolenia,
dan ordo Syconosa dengan spesiesnya Scypha. Kelas Hexactinellida (Hyalospongiae)
Anggota dari kelas Hexactinellida (Hyalospongiae) hidup di laut dalam, kerangka
tubuhnya tersusun atas bahan kersik/silikat (H2S13O7), spikula berduri enam
(heksason), memiliki saluran air sederhana. Terdiri dari ordo Hexasterophora dengan
spesiesnya Euplectella, dan ordo Amphidiscophora dengan spesiesnya Hyalonema.
Kelas Demospongia Anggota dari kelas Demospongia umumnya hidup dilaut,
beberapa spesies hidup di air tawar. Umumnya spons terdiri atas beberapa jenis sel
membentuk struktur tubuh dan biomassa. Lapisan luar dinding tubuh spons berupa
sel pipih, disebut pinacocytes. Struktur tubuh spons tersusun atas Choanosome,
Sceleton, Spicule, Megasclere, dan Oxea (Marzuki & Erniati, 2017). Terdiri dari
ordo Carnosa dengan spesiesnya Chondrosia, ordo Choristida dengan spesiesnya
Geodia, dan Epipolasida dengan spesiesnya Tethya.
Menurut (Brotowidjojo, 1989) Coelenterata dibagi menjadi 3 kelas yaitu,
kelas Hydrozoa, anggota dari kelas Hydrozoa biasanya berbentuk koloni-koloni kecil
dengan bentuk polip dominan, bahkan seluruh koloni mungkin hanya terdiri dari
polip. Beberapa jenis polip membentuk medusa dengan jalan pembentukan tunas.
Medusa mempunyai velum, yaitu bentukan serupa laci dalam payung. Pinggiran
payung tidak bertakik (bercelah). Contohnya yaitu Hydra, Obelia, dan Gonionemus.
Kelas Scyphozoa, anggota dari kelas Scyphozoa adalah ubur-ubur yang sebenarnya
yaitu berupa medusa-medusa dengan pinggiran yang berlekuk-lekuk, tidak ada cadar
(velum), saluran radial bercabang-cabang, dan gonad-gonad dalam kantung-kantung
ruang gastrikulum. Contoh Scyphozoa adalah Aurelia Aurita. Kelas Anthozoa,
anggotanya mencakup lebih dari separuh spesies dari Cnidarian yang dikenal dan
terdiri dari Octorallia, Hexacorallia dengan spesiesnya Corallimorpharians, dan
Ceriantharia (Kayal et al., 2018). Anggota dari kelas Anthozoa adalah anemon-
anemon laut dan hewan-hewan karang laut, tubuhnya berbentuk polip, tidak ada
bentuk medusa. Hewan-hewan itu tidak bertangkai dan biasanya terbungkus dengan
skeleton eksternal dan disebut karang, memiliki banyak tentakel (Brotowidjojo,
1989).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum acara Porifera dan Cnidaria adalah
bak preparat, pinset, kaca pembesar, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, sarung
tangan karet (gloves), masker, dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum acara Porifera dan Cnidaria
adalah beberapa spesimen hewan Porifera dan Cnidaria.

B. Metode

Metode yang dilakukan pada acara praktikum Cnidaria dan Porifera, antara
lain:
1. Spesimen diamati, digambar, dan karakter dideskripsikan berdasarkan ciri-ciri
morfologi.
2. Spesimen diidentifikasi dengan kunci identifikasi.
3. Kunci identifikasi sederhana dibuat berdasarkan karakter spesimen yang diamati.
4. Laporan sementara dari hasil praktikum dibuat.
DAFTAR REFERENSI

Brotowidjojo, M. D., 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.


Cinar, M. E., Yokes, M. B., Acik, S., & Bakir, A. H., 2013. Checklist Of Cnidaria
And Ctenophora from The Coasts of Turkey. Turkish Journal of Zoology,
38(1), pp.677-697.
Daly, M., Mercer, R. B., Paulyn, C., Allen, G. C., Michael, N. D., Daphne, G. F.,
Scott, C. F., Catherin, S. N., Dennis, M. O., Estefania, R., Sandra, L. R., &
Joel L. Stake., 2007. The Phylum Cnidaria: A Review of Phylogenetic
Patterns and Diversity 300 Years After Linnaeus. Zootaxa, 1668(1), pp.127–
182.
Hala, Y., 2007. Biologi Umum 2. Makasar: UIN Alauddin Press.
Insafitri, N. W. A., 2011. Laju Pertumbuhan Karang Porites lutea. Jurnal Ilmu
Kelautan, 11(1), pp.50-53.
Kayal, E., Bastian, B., Sabrina M. P., Aki, H. O., Monica, M., David, C. P., Allen, G.
C., & Joseph, F. R., 2018. Phylogenomics Provides A Robust Topology of
The Major Cnidarian Lineages and Insight on The Origins of Key Organismal
Traits. BMC Evolutionary Biology, 18(68), pp.128-142.
Marzuki, I., & Erniati., 2017. Skrining Potensial Sebagai Biodegradator Hidrokarbon
Berdasarkan Data Morfologi. Seminar Nasional Hasil Penelitian, 978, pp.43-
49.
Radiopoetro., 1991. Zoology. Jakarta: Erlangga.
Romimoharto, K. D. & Juwana, S., 2001. Biologi Laut. Jakarta: Djambatan.
Rohana, S., 2003. Biologi Umum. Jakarta: Yushis Tira.
Rusyana, A., 2011. Zoologi Invertebrata. Bandung: ALFABETA.
Subagio, I. B., & Aunurohim., 2013. Struktur Komunitas Spons Laut (Porifera) di P
antai Pasir Putih, Situbondo. Jurnal Sains Dan Seni Pomits, 2(2), pp. 2337-
3520.

Suharyanto., 2008. Distribusi dan Persentase Tutupan Sponge (Porifera) pada


Kondisi Terumbu Karang dan Kedalaman yang Berbeda di Perairan Pulau
Barranglompo, Sulawesi Selatan. Biodiversitas, 9(3), pp. 209-212.
Suwigyo, S., 2005.  Avetebrata Air Jilid I1. Jakarta: Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai