Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/328888693

MODEL PENGELOLAAN KEPITING BAKAU UNTUK KELESTARIAN HABITAT


MANGROVE DI TAMAN NASIONAL KUTAI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
(The Model of Mud Crab (Scylla serrata) Management for Habitat...

Article · November 2018


DOI: 10.22146/jml.23079

CITATIONS READS

0 471

2 authors:

Nirmalasari Idha Wijaya Fredinan Yulianda


Universitas Hangtuah Bogor Agricultural University
13 PUBLICATIONS   8 CITATIONS    80 PUBLICATIONS   67 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

PENGARUH KEDALAMAN PERAIRAN DAN PEMOTONGAN CAPIT TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata) View project

THE INFLUENCE OF EYE STALK ABLATION OF MUD CRAB (Scylla Serrata) View project

All content following this page was uploaded by Nirmalasari Idha Wijaya on 11 April 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


J. MANUSIA & LINGKUNGAN, 2017, 24(2):55-65, DOI: 10.22146/jml.23079

MODEL PENGELOLAAN KEPITING BAKAU UNTUK KELESTARIAN HABITAT


MANGROVE DI TAMAN NASIONAL KUTAI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
(The Model of Mud Crab (Scylla serrata) Management for Habitat Preservations of Mangrove
in Kutai National Park, East Kalimantan Province)

Nirmalasari Idha Wijaya1 dan Fredinan Yulianda2


1
Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan, Universitas Hang Tuah,
Jl. Arief Rahman Hakim No.150, Surabaya 60111.
2
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor,
Jl. Agathis, Darmaga, Bogor 16680.
*
Penulis korespondensi. Tel: 031-5945894. Email: nirmalasari_idha@yahoo.com.

Diterima: 12 Desember 2016 Disetujui: 17 April 2017

Abstrak
Taman Nasional Kutai (TNK) memiliki ± 5.227 ha hutan mangrove di sepanjang pesisir pantainya. Hampir 23%
luas hutan mangrove ini mengalami degradasi akibat konversi lahan dan pemanfaatan yang merusak. Kepiting bakau
(Scylla serrata) merupakan salah satu sumberdaya yang terdapat dalam ekosistem mangrove, yang dapat dimanfaatkan
untuk budidaya silvofishery. Pemanfaatan ini merupakan mata pencaharian alternatif bagi penduduk lokal dalam
kawasan TNK agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merusak hutan mangrove. Metode penelitian yang
digunakan adalah analisis sistem dinamik dengan Powersim Studio 2005. Model pemanfaatan silvofishery kepiting
bakau disusun dari 5 submodel, yaitu habitat mangrove, penangkapan kepiting, budidaya pembesaran kepiting, pasar,
dan sosial. Hasil simulasi terhadap model dinamik, menunjukkan bahwa skenario optimistik memberikan kinerja model
yang lebih berkelanjutan untuk pengelolaan hutan mangrove di TNK, bila dilakukan dengan pendekatan optimasi
pemanfaatan sumberdaya S. serrata. Dengan silvofishery, diharapkan akan terjadi keseimbangan antara pemanfaatan
dan kelestarian lingkungan hutan mangrove.
Kata kunci: hutan mangrove, kepiting bakau, model dinamik, pengelolaan, silvofishery.

Abstract
The National Park Kutai (TNK) has ± 5,227 ha mangrove forest in along coastal beach. Therefore, almost 23% of
mangrove forest was degraded caused by land conversion and utilization of damaged. Mud crab (Scylla serrata) is one
of the resources in mangrove ecosystem, and it can be utilized for the cultivation silvofishery. The utilization of
silvofishery was an alternative livelihood for the local resident in TNK areas that was not damaged their forest
necessity. The method was performed using dynamic sistem analysis with Powersim Studio 2005 software. The model of
silvofishery utilization mud crab prepared were 5 sub-models, such as mangrove habitat sub-model, catching mud crab
sub-model, enlargement cultivation of mud crab sub-model, market sub-model and social sub-model. The simulation
results showed that an optimistic of scenario performance model to sustainable for management of mangrove forest in
TNK if it was conducted with optimization approached resources in utilization of S. serrata. With silvofishery, it was
expected resulted a balance between utilization and conservation of mangrove ecosystems.
Keywords: dynamic model, management, mangrove forest, mud crab, silvofishery.

PENDAHULUAN Muryani (2011) menyimpulkan bahwa penebangan


liar dan alih fungsi hutan mangrove menjadi
Hutan mangrove merupakan habitat utama tambak merupakan faktor utama degradasi hutan
bagi kepiting (Scylla serrata). Populasi kepiting mangrove di Pasuruan.
bakau secara khas berasosiasi dengan hutan Untuk meminimalisasi kerusakan ekosistem
mangrove yang masih baik, sehingga kehilangan mangrove diperlukan pengembangan model
habitat akan memberikan dampak yang serius pada pengelolaan mangrove yang melibatkan masyarakat
populasi kepiting. Keberlanjutan pengembangan dalam kawasan tersebut, karena keberadaan
budidaya kepiting sangat memerlukan integrasi masyarakat sekitar hutan mangrove sangat
antara perikanan dengan pengelolaan mangrove. berpengaruh terhadap kelestarian ekosistem hutan
Status ekologi kepiting bakau yang berhubungan mangrove. Peran serta masyarakat yang meluas dan
dengan biologi populasi dan pengelolaannya perlu tidak sekadar simbolik ternyata menunjukkan hasil
dipahami untuk mendukung pengembangan dari yang baik yaitu produktivitas tercapai tanpa
perikanan dan budidaya kepiting bakau yang menyampingkan kepentingan kelestarian
berkelanjutan (LeVay, 2001). Hasil penelitian lingkungan dan eksistensi masyarakat lokal.
56 J. MANUSIA & LINGKUNGAN Vol. 24, No. 2

Kolaborasi dengan masyarakat lokal merupakan umum, karena memasukkan variabel aturan-aturan
kebutuhan dan keharusan, karena tujuan produksi dalam pengelolaan kawasan konservasi.
dan pelestarian dapat dicapai secara lebih efektif Tujuan penelitian ini adalah merancang suatu
dan pada saat yang sama akan tercipta suatu skenario model pengelolaan sumberdaya S. serrata
mekanisme resolusi konflik yang interaktif dan untuk pengelolaan hutan mangrove di TNK yang
dialogis (Anonim, 2002). lebih berkelanjutan.
Model pengelolaan ekosistem mangrove di
salah satu desa dalam kawasan Taman Nasional METODE PENELITIAN
Kutai (TNK) sudah pernah diteliti oleh Gunawan
dkk. (2005) yang melakukan penelitian tentang Waktu dan Lokasi
model pelestarian ekosistem mangrove di kawasan Penelitian dilakukan di kawasan mangrove di
TNK oleh masyarakat dusun Teluk Lombok. Taman Nasional Kutai (TNK) seluas 5 277.79 ha
Namun dalam penelitian tersebut model yang (Gambar 1). Waktu pengambilan data antara bulan
dihasilkan hanya berupa deskripsi tentang Oktober 2009- Juni 2010.
pelaksanaan pengelolaan mangrove yang telah
Prosedur
rusak/dibuka di kawasan tersebut oleh masyarakat
Penelitian diawali dengan menyusun model
bersama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat
dinamik untuk pengelolaan S. serrata. Tahapan
(LSM) Bikal.
pemodelan diuraikan ke dalam dua bagian, yaitu
Pada penelitian ini disusun model pengelolaan
aspek konseptual dan aspek teknis. Bagian
zona pemanfaatan hutan mangrove di kawasan
konseptual merupakan masukan dari strukturisasi
TNK, yang berbasis pada pemanfaatan sumberdaya
sistem yang telah difiltrasi. Alur pemodelan
S. serrata, sebagai biota yang mempunyai
digambarkan pada Gambar 2.
keterkaitan habitat dengan hutan mangrove.
Membangun struktur model untuk
Penelitian ini dilakukan secara komprehensif
memudahkan secara visual bagi pengguna model
dengan pendekatan sistem dinamik yang didukung
dalam memahami dan menangkap hipotesis
oleh data bioekologi kepiting bakau dan daya
dinamis yang dimaksud dengan menggunakan
dukung lingkungan. Data bioekologi kepiting bakau
diagram sebab akibat (Causal Loop Diagram,
dikumpulkan melalui pencatatan data hasil
CLD). Secara konseptual, pada bagian awal bab ini
tangkapan selama 8 bulan. Data bioekologi ini
telah dibangun CLD sistem pengelolaan kepiting
digunakan secara menyeluruh melalui metode
bakau di TNK. Kemudian, struktur model
analisis sistem dinamik untuk menyusun rencana
dilanjutkan dengan membangun diagram alir
pengelolaan sumberdaya kepiting bakau. Hasil dari
dengan alat SFD untuk mengantarkan pada tahap
analisis sistem berupa model pengelolaan kepiting
simulasi. Sebelum membangun diagram alir, harus
bakau, mempunyai karakter yang berbeda dengan
dipahami dahulu variabel atau parameter yang akan
kebijakan pengelolaan kepiting bakau di perairan
dijadikan stock (akumulasi) dan flow (aliran) yang
dapat mengubah nilai stock (Ford 1999).

Gambar 1. Peta lokasi penelitian.


Mei 2017 WIJAYA DAN YULIANDA: MODEL PENGELOLAAN KEPITING BAKAU 57

Persamaan
Formulasi model simulasi matematik,
Mulai
parameter,
initial

Verifikasi dan validasi


Uji statistik :
Pemilihan tema
MAPE
Sensitivitas
(leverage point)

penentuan variabel kunci


Skenario kebijakan

Membangun causal
CLD Rekomendasi kebijakan
diagram
terbaik dan tepat

SFD Membangun flow diagram Kesimpulan dan saran

Selesai

Konseptual Teknis

Gambar 2. Alur tahapan pemodelan pengelolaan S. serrata. (modifikasi Rohmatullah, 2008).

Tahap selanjutnya setelah pembuatan diagram Perangkat lunak yang digunakan untuk
stock flow (SFD) adalah memformulasikan diagram merumuskan model yang dibangun dalam
tersebut. Tahap formulasi model simulasi penelitian ini yakni Powersim Studio 2005.
menggunakan alat bantu program komputer Selanjutnya model pengelolaan sumberdaya S.
Powersim Studio 2005. Model simulasi harus sudah serrata ini disebut dengan model Crasyman (Crab
dilengkapi dengan persamaan matematis yang Silvofishery Management).
benar, parameter dan penentuan kondisi nilai awal Langkah awal pengembangan model
(initial) agar dapat dijalankan (run). Powersim pengelolaan sumberdaya S. serrata di habitat
pertama kali menghitung nilai awal untuk mangrove TNK adalah merumuskan model secara
mengukur stock dan aliran sebuah flow. Kemudian matematis, lalu memasukkan nilai-nilai parameter
flow digunakan untuk memperbaharui stock yang diperoleh pada analisis sebelumnya ke dalam
tersebut. Nilai baru stock digunakan kembali untuk model yang dibangun dan terakhir dilakukan
menghitung dan seterusnya seiring dengan analisis model. Nilai-nilai atribut yang digunakan
perubahan waktu secara berulang. untuk membangun dan menganalisis model
Selanjutnya dibangun suatu diagram kausal keberlanjutan pengelolaan sumberdaya S. serrata di
dan diagram alir untuk model pengelolaan S. habitat mangrove TNK disajikan pada Lampiran 1
serrata. Model pengelolaan S. serrata disusun dari dan diagram causal model konseptual disajikan
5 submodel, yaitu submodel habitat mangrove, pada Gambar 3.
submodel penangkapan kepiting, submodel
budidaya pembesaran kepiting, submodel pasar, Submodel mangrove
dan submodel sosial. Submodel mangrove menggambarkan
dinamika meningkat/menurunnya luasan dan
HASIL DAN PEMBAHASAN kualitas hutan mangrove di TNK. Submodel
dibangun dari elemen luas mangrove, zona
Model Pengelolaan S. serrata
pemanfaatan mangrove, laju perluasan mangrove
Model pengelolaan sumberdaya S. serrata
yang dipengaruhi oleh laju konversi dan laju
dikembangkan melalui dinamika interkoneksi antar
penambahan luas mangrove, kondisi habitat yang
parameter kunci seiring dengan perubahan waktu
mempengaruhi indeks kesesuaian lingkungannya
dari sistem ekologi-ekonomi-sosial yang dikaji
(Habitat Suitability Index, HSI), dan pengaruh
dalam penelitian ini. Konsep dasar perumusan
tingkat kesadaran lingkungan terhadap konversi
model mengacu pada efek berantai, dimana
mangrove. Semua peubah-peubah ini
terjadinya perubahan dalam parameter pengelolaan
diformulasikan secara numerik menghasilkan
dapat mempengaruhi sistem keberlanjutan
diagram alir stok submodel mangrove seperti
pengelolaan sumberdaya S. serrata.
diperlihatkan pada Gambar 4.
Perumusan dalam model yang dibangun
didasarkan pada model matematika sederhana.
58 J. MANUSIA & LINGKUNGAN Vol. 24, No. 2

Panen
+ +

Proses Budidaya Induk Matang +

R+
+

Inflasi
Daya Dukung -
SUB-MODEL
Budidaya BUDIDAYA +
+ Harga Eksport
Kualitas Biofisik
Hutan Mangrove + Harga
+ + Kepiting Muda
+ Permintaan
Lokal
+ +
Jumlah Tangkapan + Produksi Kepiting
Luas Zona Boleh (TAC) + SUB-MODEL
B+
Pemanfaatan Mangrove PASAR
+
B- SUBMODEL +
TANGKAP Kepiting Dewasa Pendapatan
Jumlah Tangkapan
- Lestari (MSY)
B- -
SUB-MODEL Pendapatan
MANGROVE + Restocking Sumber lain
- Stok Kepiting
+ +
Bakau

+ Pengeluaran
Pola Pemanfaatan
Mangrove +

peraturan
+ +
Pengelolaan
Kawasan Pendapatan
+ Konservasi keluarga
R+

Kelembagaan +

Pendidikan SUB-MODEL
+ SOSIAL

Gambar 3. Diagram kausal model konseptual pemanfaatan kepiting bakau di kawasan mangrove TNK.
sub mode l mangrove

fraksi_pe manft_mgr

zona_pe manft_mgr
luas_mgr DD_Lingk

pe rluasan
Konstanta_
pe nambh_mgrv
pe nambh_mgr
HSI
te bang_mgr SI_VEG

SI_SUB
SI_KA
prluasn_pmukimn
konve rsi_mgrv

re habilitasi mgr

konst_tambak tambak pe ngaruh_luas_


mgrv_thd pote nsi
scylla
Gambar 4. Diagram alir stok (SFD) submodel habitat mangrove

Initial (luas awal) habitat mangrove ditentukan konversi ini dapat diturunkan, bahkan bila perlu
berdasarkan hasil analisis Citra Terra Aster Tahun tidak terjadi konversi mangrove lagi.
2005, yaitu seluas 5.277,779 ha. Adanya Kesadaran lingkungan dalam bentuk
pemanfaatan mangrove untuk penggunaan lain, pengelolaan berbasis ekosistem yang diasumsikan
yaitu menjadi tambak, perluasan pemukiman, dan semakin meningkat dengan adanya peningkatan
penebangan pohon mangrove, telah menyebabkan pengetahuan melalui pendidikan formal, akan
terjadi konversi mangrove. Untuk itu perlu adanya mempengaruhi pola pemanfaatan mangrove oleh
perbaikan pola pemanfaatan mangrove yang masyarakat pembudidaya. Bila semula
merusak (mengkonversi mangrove) agar laju menggunakan mangrove untuk membuka tambak,
Mei 2017 WIJAYA DAN YULIANDA: MODEL PENGELOLAAN KEPITING BAKAU 59

maka selanjutnya akan menggunakan mangrove dan laju eksploitasi maksimal, laju kematian alami,
sebagai lahan budidaya kepiting bakau, sehingga laju kematian karena penangkapan, stok S. serrata
tidak perlu membuka mangrove lagi. Olsen dalam total, kuota tangkapan S. serrata, ukuran restok
Anonim (2006) menyatakan pengelolaan berbasis induk betina, pengaruh luas mangrove terhadap
ekosistem diharapkan terjadi perubahan perilaku, stok S. serrata. Informasi tentang parameter
meliputi: perubahan perilaku pada kelembagaan pertumbuhan merupakan hal yang mendasar dalam
dan kelompok stakeholder, perubahan perilaku upaya pengelolaan sumberdaya perikanan.
sehubungan dengan efektivitas pemanfaatan Alasannya adalah karena parameter tersebut dapat
sumberdaya, dan perubahan dalam strategi memberikan kontribusi dalam menduga produksi,
investasi. ukuran stok rekruitmen, dan laju kematian
Luas zona pemanfaatan mangrove merupakan (mortalitas) dari suatu populasi.
implikasi dari kebijakan yang mengijinkan adanya Analisis pertumbuhan, plot Ford-Walford
pemanfaatan terbatas di kawasan Taman Nasional untuk menduga parameter pertumbuhan L∞ dan K
Kutai. Kebijakan ini dapat berupa persentase dari persamaan von Bertalanfly. Pendugaan laju
kawasan TN yang akan dialokasikan untuk eksploitasi S. serrata dilakukan dengan pendugaan
pemanfaatan. Interfensi kebijakan ini sangat besar laju mortalitas alami (Z) berdasarkan persamaan
pengaruhnya dalam pola pemanfaatan mangrove, Beverton dan Holt. Nilai Z dan pendugaan laju
karena akan mempengaruhi besarnya daya dukung mortalitas alami (M) digunakan untuk menduga
kawasan, pada penelitian ini daya dukung kawasan kematian kepiting bakau akibat penangkapan (F) =
adalah untuk pemanfaatan budidaya silvofishery. Z-M. Selanjutnya laju eksploitasi kepiting bakau
Silvofishery menyediakan alternatif aktivitas (E) dapat diduga dengan menggunakan persamaan:
ekonomi bagi rakyat pedesaan yang miskin dan hal E = F : Z, nilai Yield per Rekrut (Y/R) untuk
itu mungkin dapat mengurangi tekanan ekologi menentukan laju eksploitasi maksimal yang
terhadap hutan mangrove (Arifin, 2006). diijinkan (Sparre dan Venema, 1999). Diagram alir
Selain luasnya zona pemanfaatan, daya stok submodel penangkapan S. serrata disajikan
dukung budidaya silvofishery juga sangat pada Gambar 5.
dipengaruhi oleh kualitas lingkungan, yang
digambarkan dengan HSI. HSI terdiri atas Submodel Budidaya Silvofishery S. serrata
komponen-komponen: kualitas perairan, kualitas Submodel silvofishery terdiri atas elemen daya
tekstur substrat, dan kualitas vegetasi. Bila kondisi dukung lingkungan, jumlah unit karamba yang
lingkungan baik, maka HSI juga akan meningkat. dapat dibangun, berlangsungnya proses budidaya
Model HSI digunakan secara meluas sebagai alat yang dipengaruhi oleh biomassa dan Survival Rate
dalam pengelolaan spesies, penilaian dampak (SR), elemen panen budidaya, restok induk yang
ekologis, dan penelitian pemulihan ekologi (Van dipengaruhi oleh besarnya fraksi restok, parameter-
der Lee dkk. 2006). parameter input produksi yang meliputi biaya
benih, tenaga kerja, dan pakan. Semua peubah-
Submodel Penangkapan S. serrata peubah ini berhubungan baik secara langsung
Submodel penangkapan S. serrata maupun tidak langsung dan diformulasikan secara
menggambarkan dinamika potensi stok S. serrata numerik menghasilkan diagram alir stok submodel
yang dapat dimanfaatkan untuk perikanan tangkap. budidaya silvofishery S. serrata (Gambar 6).
Submodel dibangun oleh parameter potensi
produksi kepiting bakau, laju eksploitasi faktual

rerata_kelimphn_
scylla e_max

potensi_scylla
laju_potensi stok_scylla

produksi_scyl

e_fact
stok_tkp

kuota_tkp prod_tkp
fraksi_pengaturan_
tangkap
sub model penangkapan
M F Z
Gambar 5. Diagram alir stok submodel penangkapan S. serrata.
60 J. MANUSIA & LINGKUNGAN Vol. 24, No. 2

sub model budidaya


sylvofishery

harga_benih pakan
TK
konversi_biomass_ biaya_benih
per ekor SR_bddy

panen_bddy
proses_bddy prod_bddy biaya_bddy
DD_Lingk
juml_ unit_
karamba

fraksi restock_induk
padat_tebar_
restock_induk
benih_per_ benih
karamba

vol_prod_bddy
fraksi_benih
stok_benih
konversi_berat_
panen

Gambar 6. Diagram alir stok submodel budidaya silvofishery

biaya_tkp prod_tkp harga_scylla


sub model ekonomi vol_prod_bddy
biaya_bddy

keunt_tkp keunt_bddy

pendapatan

keunt_total

Gambar 7. Diagram alir stok submodel ekonomi pada pemanfaatan S. serrata

Submodel ekonomi S. serrata Submodel sosial


Submodel ekonomi S. serrata menggambarkan Submodel sosial merupakan gambaran dari
dinamika keuntungan yang diperoleh masyarakat pengaruh pendapatan terhadap tingkat kesadaran
bila memanfaatkan sumberdaya S. serrata. Produk lingkungan masyarakat. Peningkatan pendapatan
kepiting dari hasil tangkapan dan panen budidaya keluarga akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
pembesaran kepiting merupakan salah sumber melalui jenjang pendidikan formal. Asumsinya,
pendapatan bagi masyarakat, namun nilainya sangat semakin tinggi jenjang pendidikan formal yang
tergantung dari harga yang terbentuk di pasar. diperoleh, tingkat pengetahuan masyarakat akan
Asumsinya semakin tinggi harga pasar, maka semakin meningkat. Selanjutnya tingkat
tingkat pendapatan nelayan/petani akan semakin pengetahuan ini akan mempengaruhi kesadaran
meningkat. Bila produksi ini dikalikan harga, maka lingkungan masyarakat yang tinggal di sekitar
akan diperoleh sebagai keuntungan (π). hutan mangrove TNK dalam pola pemanfaatan
Keuntungan dihitung sebagai Total Revenue (TR) ekosistem mangrove. Pola pemanfaatan terhadap
dikurangi Total Cost (TC). sumberdaya mangrove akan berubah sesuai dengan
Keuntungan total dari pemanfaatan S. serrata tingkat kesadaran masyarakat dan peraturan
merupakan penjumlahan dari keuntungan yang perundangan atau kebijakan pemerintah yang
diperoleh dari penangkapan dan keuntungan dari berlaku (Gambar 8).
budidaya. Keuntungan total ini juga menjadi
pendapatan masyarakat yang diperoleh dari Skenario Pengelolaan S. serrata di Habitat
sumberdaya S. serrata. Semua peubah-peubah ini Mangrove TNK
berhubungan baik secara langsung maupun tidak Skenario merupakan suatu alternatif rancangan
langsung dan diformulasikan secara numerik kebijakan yang dapat dilakukan pada kondisi di
menghasilkan diagram alir stok submodel ekonomi lapangan untuk mempengaruhi perilaku parameter
pemanfaatan S. serrata seperti diperlihatkan pada pada suatu sistem pemodelan.
Gambar 7.
Mei 2017 WIJAYA DAN YULIANDA: MODEL PENGELOLAAN KEPITING BAKAU 61

s ub mo de l s o s ia l
pe nga ruh ke s a da rn
lingk_thd ko nve rs i
mgrv

tkt_ ke s a da ra n_lingk
pe ningka ta n_pe nge pe nge ta hua n_
ta hua n ka da lua rs a
fra ks i_pe nge ta hua n
_ka da lua rs a
pe nga ruh_da na _pe
nddk_te rha da p_pe a lo ka s i_da na _
nge ta hua n pe ndidika n
pe ndpt_klg

fra ks i_da na _pe ddk pe nda pa ta n_la in

jml_klg
Gambar 8. Diagram alir stok submodel sosial pada pemanfaatan S. serrata.

Gambar 9. Hasil simulasi skenario dasar pengelolaan S. serrata di TNK berdasarkan skenario dasar untuk (a) luas
mangrove, (b) stok S. serrata, (c) pendapatan keluarga dan (d) kesadaran lingkungan.

Analisis skenario dasar tahun 2008 menjadi 12,1 ton. Namun demikian
Analisis skenario dasar (base case scenario) penurunan luasan mangrove dan penangkapan
menguraikan perilaku sumberdaya yang kepiting bakau yang tidak terkendali diperkirakan
digambarkan oleh parameter luas mangrove, stok S. dapat menurunkan stok S. serrata setelah tahun
serrata, panen budidaya silvofishery, peningkatan 2018 ke depan. Penurunan stok S. serrata ini
pendapatan dari S. serrata, berdasarkan kondisi berpengaruh secara langsung terhadap peningkatan
nyata pada saat ini, hasil analisis terhadap skenario pendapatan masyarakat nelayan, yang juga ikut
dasar dan simulasi kondisi sampai 20 tahun menurun karena hasil tangkapan menurun. Dengan
mendatang (tahun 2010-2030) disajikan pada demikian dapat dikatakan bila menggunakan
Gambar 9. skenario dasar, maka pengelolaan sumberdaya di
Gambar 9 menunjukkan bahwa berdasarkan hutan mangrove TNK tidak akan berkelanjutan,
data riil yang disimulasikan hingga 20 tahun ke baik bagi sumberdaya vegetasi hutan maupun bagi
depan, luasan mangrove cenderung terus menurun. sumberdaya kepiting bakau (S. serrata).
Sementara itu, stok S. serrata masih ada Luas awal habitat mangrove ditentukan dari
kemungkinan untuk meningkat hingga sekitar tahun hasil analisis Citra Terra Aster Tahun 2005, yaitu
2018, namun setelah itu akan cenderung menurun. seluas 5 277 ha, Hasil simulasi menggunakan
Data statistik Dinas Kelautan Kabupaten Kutai skenario dasar menunjukkan pada tahun 2030
Timur menunjukkan hasil tangkapan kepiting bakau diperkirakan luas mangrove tersebut tersisa 4
secara umum (4 spesies) masih terus meningkat, 926.28 ha.
yaitu pada tahun 2006 sebesar 11,4 ton hingga
62 J. MANUSIA & LINGKUNGAN Vol. 24, No. 2

Produksi yang diperoleh pada tahun 2008 pada Metode yang dipakai untuk melihat kepekaan
tingkat eksploitasi faktual 0.556 adalah sebesar 6 parameter tersebut dengan best–worst case scenario
800 kg/th. Sehingga potensi S. serrata di habitat (Sterman, 2000). Setiap perubahan parameter,
mangrove TNK pada tahun 2030 diduga sebesar 22 dalam hal ini dinaikkan (diturunkan) sebesar 10%
192.43 kg/th. Potensi S. serrata ini merupakan dari nilai parameter skenario dasar, akan dilihat
penurunan dari potensi yang semula sebesar 27 responnya terhadap perubahan parameter utama.
374.13 kg/th. Namun, potensi ini dapat berubah Bila terbukti perubahan pada parameter tersebut
dengan adanya masukan induk dari restoking mengakibatkan perubahan yang nyata pada
budidaya silvofishery, sehingga dalam perhitungan parameter lain, maka parameter-parameter tersebut
potensi dimasukkan juga input restok induk betina akan dianggap sebagai parameter kunci (key
dan pengaruh dari penambahan luas area mangrove. variable). Gambar 10 merupakan grafik hasil uji
sensitivitas dari simulasi Powersim. Yuniarsih
Identifikasi parameter kunci (2014) pada penelitiannya juga melakukan simulasi
Hasil simulasi kinerja model sistem pada rentang sepuluh tahun (2011-2021) sesuai
menunjukkan bahwa sistem saat ini memberikan kondisi saat ini dari masing-masing variabel kunci.
ancaman bagi kelestarian habitat mangrove dan Peningkatan luas mangrove pada tahun 2020
keberlanjutan sumberdaya S. serrata yang ada di saat variabel kunci dinaikkan 10%. Ditampilkam
dalamnya. Oleh karena itu perlu dirumuskan suatu dalam Gambar 10. Untuk Gambar 11 menunjukkan
skenario strategi yang dapat mengendalikan pola bila variabel kunci diturunkan 10% maka luas
pemanfaatan yang merusak habitat mangrove di mangrove yang tersisa pada tahun 2030 tinggal 4
TNK. 580.75 ha, menurun dari skenario dasar semula
Uji sensitivitas dilakukan untuk memilih seluas 4 926.28 ha.
parameter kunci, yang berpengaruh besar terhadap Berdasarkan hasil uji sensitivitas tersebut,
berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa maka parameter fraksi zona pemanfaatan
yang akan datang. Uji sensitivitas model pada mangrove, fraksi stok untuk benih budidaya, fraksi
penelitian ini menggunakan parameter yang alokasi dana pendidikan, dan harga S. serrata,
berpengaruh tinggi terhadap kinerja sistem, yaitu digunakan sebagai parameter yang akan
fraksi zona pemanfaatan mangrove (submodel diintervensi sebagai faktor yang berpengaruh pada
mangrove), fraksi stok untuk benih budidaya kondisi yang akan terjadi di masa depan.
(submodel penangkapan), fraksi alokasi dana Deskripsi dari masing-masing parameter kunci
pendidikan (submodel sosial), dan harga S. serrata dan hubungan interkoneksinya dengan parameter
(submodel ekonomi). yang lain adalah sebagai berikut:

Gambar 10. Perbandingan luas mangrove saat parameter kunci (a) sebelum dan (b) sesudah dinaikkan 10%

Gambar 11. Perbandingan luas mangrove saat parameter kunci (a) sebelum dan (b) sesudah diturunkan 10%.
Mei 2017 WIJAYA DAN YULIANDA: MODEL PENGELOLAAN KEPITING BAKAU 63

Tabel 1. Keterkaitan antar parameter dan kondisi (state) untuk skenario kebijakan.
No Faktor Kondisi di masa mendatang
1 Fraksi zona pemanfaatan 1A 1B 1C
0% 20 % 40%
Tidak ada zona Sesuai teori yang berlaku Terjadi peningkatan karena
pemanfaatan, seperti di kalangan akademisi kebutuhan SDA lebih besar, sehingga
kondisi saat ini saat ini ada kebijakan peningkatan luas zona
pemanfaatan mangrove
2 Fraksi stok untuk benih 2A 2B 2C
budidaya 0% 40% 60%
Tidak ada stok untuk Peningkatan fraksi untuk Lebih diutamakan stok untuk benih
silvofishery budidaya budidaya, karena lebih
menguntungkan
3 Fraksi alokasi dana 3A 3B 3C
pendidikan 10% 15% 20%
Alokasi menurun karena Tetap seperti saat ini Pendapatan yang diperoleh dari
pendapatan berkurang pemanfaatan S. serrata meningkat
4 Harga S. serrata 4A 4B 4C
Menurun tetap Meningkat
Preferensi konsumen Tetap seperti kondisi saat Peningkatan permintaan konsumen
menurun ini

a) Fraksi zona pemanfaatan mangrove adalah Tabel 2. Skenario dan kombinasi antar faktor dan
kebijakan yang mengatur berapa bagian dari kondisi.
luas mangrove seluruhnya yang dapat Kombinasi kondisi
digunakan untuk zona pemanfaatan. Dahuri No. Skenario
parameter
(2003) mengusulkan 20% dari kawasan yang 1 Pesimistik 1A, 2A, 3B, 4A
dilindungi dapat digunakan untuk pemanfaatan
2 Moderat 1B, 2B, 3B, 4C
yang berkelanjutan. Kebijakan ini dapat
3 Optimistik 1C, 2C, 3C, 4C
dilakukan melalui peraturan perundangan.
b) Fraksi stok untuk benih budidaya adalah
Jenis skenario untuk kebijakan pemanfaatan
pembagian dari stok S. serrata total yang
kepiting bakau S. serrata di habitat mangrove TNK
digunakan untuk keperluan budidaya. Bagian
yang dapat disusun lebih dari tiga kombinasi.
yang lain adalah stok S. serrata yang
Namun untuk mencari kondisi yang optimal dari
dimanfaatkan untuk perikanan tangkap
berbagai kondisi, ketiga kombinasi tersebut dipilih
konsumsi (langsung jual). Fraksi stok ini dapat
sebagai kemungkinan yang paling besar terjadi di
diatur pembagiannya dalam kebijakan kuota
masa depan.
perikanan tangkap.
c) Fraksi alokasi dana pendidikan adalah bagian
Skenario Pesimistik
dari pendapatan keluarga yang dialokasikan
Penerapan skenario pesimistis akan
untuk biaya pendidikan. Umumnya pada
memberikan implikasi terhadap sumberdaya
keluarga nelayan bagian ini rendah sekali, tidak
sebagai berikut:
mencapai 10% dari pendapatan.
1) Terjadi penurunan luas mangrove, hingga tahun
d) Harga S. serrata yang digunakan disini adalah
2030 mangrove yang tersisa seluas 4 554 ha;
harga S. serrata untuk pasar ekspor.
2) Terjadi penurunan stok S. serrata menjadi 9
Skenario kebijakan pemanfaatan
519,93 kg/th pada tahun 2030.
sumberdaya S. serrata disusun berdasarkan
Grafik hasil simulasi skenario pesimistik disajikan
perkiraan kondisi yang akan terjadi di masa depan.
pada Gambar 12.
Tabel 1 menyajikan keterkaitan antara parameter
kebijakan dengan perkiraan kondisi yang akan
Skenario Moderat
terjadi di masa depan. Selanjutnya dari masing-
Penerapan skenario moderat akan memberikan
masing kondisi tersebut dilakukan kombinasi yang
implikasi terhadap sumberdaya sebagai berikut:
mungkin terjadi antar berbagai kondisi tersebut.
1) Mangrove yang awalnya seluas 5 277.79 ha
Kombinasi-kombinasi tersebut disusun untuk
tahun 2010, mengalami penurunan luas hingga 5
memperoleh tiga bentuk skenario, yaitu: skenario
134.56 ha pada tahun 2018, namun setelah itu
optimistik, skenario moderat, dan skenario
terjadi peningkatan lagi hingga menjadi seluas 5
pesimistik (Tabel 2).
236.33 ha tahun 2030;
64 J. MANUSIA & LINGKUNGAN Vol. 24, No. 2

Gambar 12. Grafik hasil simulasi skenario pesimistik terkait (a) luas mangrove dan (b) stok Scylla

Gambar 13. Grafik hasil simulasi skenario moderat terkait (a) luas mangrove dan (b) stok Scylla

Gambar 14. Grafik hasil simulasi skenario optimistic terkait (a) luas mangrove dan (b) stok Scylla

2) Terjadi penurunan stok S. serrata menjadi 10 Grafik hasil simulasi skenario optimistik disajikan
030,98 kg/th pada tahun 2030, namun pada Gambar 14.
penurunan ini masih lebih lambat dibanding
pada skenario pesimistik. KESIMPULAN
Grafik hasil simulasi skenario moderat disajikan
pada Gambar 13. Berdasarkan hasil simulasi model pengelolaan
sumberdaya S. serrata dengan tiga skenario
Skenario Optimistik pesimistik, moderat, dan optimistik, implikasi
Penerapan skenario optimistik akan menunjukkan bahwa skenario optimistik
memberikan implikasi terhadap sumberdaya menunjukkan kinerja model yang lebih
sebagai berikut: berkelanjutan untuk pengelolaan hutan mangrove di
1) Mangrove mengalami penurunan luas hingga 5 TNK bila dilakukan dengan pendekatan optimasi
175.42 ha pada tahun 2018, namun setelah itu pemanfaatan sumberdaya S. serrata.
terjadi peningkatan lagi hingga menjadi seluas Model pengelolaan ini dibangun dengan
5 288.05 ha tahun 2030, dan menjadi stagnan; keterbatasan data, terutama yang berkaitan dengan
2) Terjadi penurunan stok S. serrata menjadi 10 budidaya silvofishery. Adanya data series yang
124.32 kg/th pada tahun 2030, penurunan ini cukup banyak diharapkan dapat memperbaiki
lebih lambat dibanding penurunan pada validasi dan kinerja model pengelolaan ini.
skenario moderat.
Mei 2017 WIJAYA DAN YULIANDA: MODEL PENGELOLAAN KEPITING BAKAU 65

DAFTAR PUSTAKA Le Vay, L., 2001. Ecology and Management of


Mud Crab Scylla spp. Asian Fisheries Sciense,
Anonim, 2002. Membangun Kembali Upaya
14:101-111.
Mengelola Kawasan Konservasi di Indonesia
Muryani, C., Ahmad, Nugraha, S., dan Utami, T.,
Melalui Manajemen Kolaboratif: Prinsip,
2011. Model Pemberdayaan Masyarakat dalam
Kerangka Kerja dan Panduan Implementasi.
Pengelolaan dan Pelestarian Hutan Mangrove
Naskah kerja teknis. PHKA-Dephut,
di Pantai Pasuruan Jawa Timur. J. Manusia &
NRM/EPIQ, WWF, Wallacea, TNC.
Lingkungan, 18(2):75-84
NRM/EPIQ. Jakarta.
Rohmatulloh, 2008. Studi Dinamika Sistem
Anonim, 2006. Ecosystem-Based Management:
Penilaian Kinerja Pabrik Gula : Kasus PT PG
Markers for Assessing Progress. United
Rajawali II Unit PG Subang Jawa Barat.
Nations Environment Programme (UNEP),
[Tesis]. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
Global Programme of Action for the
Sparre, P., dan Venema, S.C., 1999. Introduksi
Protection of the Marine Environment from
Pengkajian Stok Ikan Tropis. Organisasi
Land-based Activities (GPA). The Hague.
Pangan dan Pertanian (FAO), PBB.
Arifin, Z., 2006. Carrying Capacity Assessment on
Puslitbangkan. Indonesia.
Mangrove Forest with Special Emphasize on
Sterman, J.D., 2000. Business Dynamics : System
Mud Crab Silvofishery System: A Case Studi in
Thinking and Modeling for A Complex World.
Tanjung Jabung Timur District Jambi
Irwin McGraw-Hill, Boston.
Province. [Thesis]. Post Graduate School.
Trin˜o AT, EM Rodriguez. 2002. Pen Culture of
Bogor Agricultural University, Bogor.
Mud Crab Scylla serrata in Tidal Flats
Dahuri, R,. Rais, J., Ginting, S.P., dan Sitepu, M.J.,
Reforested with Mangrove Trees. Elsevier,
2001. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
Journal Aquaculture, 211:125–134.
Lautan Secara Terpadu, cetakan kedua.
Van der Lee GEM., DT Van der Molen, HFP Van
Pradnya Paramita. Jakarta. 326 p.
den Boogaard, H Van der Klis. 2006.
Ford, A., 1999. Modeling the Environment, An
Uncertainty Analysis of A Spatial Habitat
Introduction to System Dynamics Models of
Suitability Model and Implications for
Environmental Systems. Island Press.
Ecological Management of Water Bodies.
Washington DC.
Landscape Ecology 21:1019–1032
Gunawan, W., Adinugroho, W.C., dan Noorcahyati,
Warner, G.F., 1977. The Biologi of Carbs. Eleck
2005. Model Pelestarian Ekosistem Mangrove
Science, London.
Di Kawasan Taman Nasional Kutai oleh
Yuniarsih, A., Marsono, D., Pudyatmoko, S., dan
Masyarakat Dusun Teluk Lombok. Loka
Sadono, R., 2014. Pemodelan Sistem
Litbang Satwa Primata, Badan Litbang
Pengusahaan Wisata Alam di Taman Nasional
Kehutanan, Departemen Kehutanan.
Gunung Ciremai, Jawa Barat. J. Manusia &
Lingkungan, 21(2):220-231.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai