Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten
: Anisa Rohma
: B1J013033
:I
:I
: Firda Isdianto
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia hewan, berdasarkan ada tidaknya tulang belakang dikelompokkan
menjadi hewan bertulang belakang (vertebrata) dan hewan tak bertulang belakang
(Avertebrata). Invertebrata terbagi lagi menjadi dua golongan, Protozoa dan Metazoa.
Protozoa adalah hewan bersel satu dan Metazoa bersel banyak. Metazoa adalah
organisme bersel banyak yang terbentuk melalui spesialisasi fungsi kerja sel.
Kelompok hewan avertebrata mempunyai ciri-ciri tidak bertulang belakang, susunan
syaraf terletak di bagian ventral (perut) di bawah saluran pencernaan, umumnya
memiliki rangka luar (eksoskeleton) dan otak tidak dilindungi oleh tengkorak.
Keanekaragaman dan Klasifikasi Hewan atau Taksonomi Hewan merupakan
disiplin ilmu yang mengkaji tentang pengelompokan berdasarkan kesamaan bentuk
dan fungsi pada tubuh hewan. Tujuan klasifikasi itu sendiri adalah untuk
memudahkan mengenali jenis- jenis hewan serta memudahkan komunikasi di dalam
biologi. Klasifikasi hewan bersifat dinamis. Hal itu disebabkan beberapa
kemungkinan
seperti
adanya
perkembangan
pengetahuan
tentang
hewan,
yang
dimiliki
oleh
berbagai
organisme
dan
satu
cara
penyederhanaan
suatu
proses
penataan
organisme
ke
dalam
tersebut
mempunyai
satu
lubang
jalan
masuk
yang
berfungsi
sebagai mulut maupun anus yang disebut manus serta rongga tubuh yang digunakan
untuk mencerna makanan dan bernapas. Banyak cnidaria memproduksi koloni yang
meruapakan organisme tunggal terdiri atas zooidmirip medusa atau mirip polip atau
keduanya. Kegiatan cnidaria dikoordinasikan oleh jaring-jaring saraf tak terpusat
serta reseptor sederhana. Coeleanterata disebut juga Cnidaria (dalam bahasa yunani,
cnido = penyengat) karena sesuai dengan cirinya yang memiliki sel penyengat.Sel
penyengat terletak pada tentakel yang terdapat disekitar mulutnya (Hegner, 1968).
Preparat yang digunakan pada saat praktikum acara satu yaitu Demospongiae,
Acropora sp. Porites, Goniastrea favulus, Goniastrea retriformis, Platigyra dan
Montastrea curta. Demospongia, contoh dari Porifera ini memiliki rangka yang
tersusun dari serabut sponging. Tubuhnya berwarna cerah karena mengandung
pigmen yang terdapat pada amoebosit. Fungsi warna diduga untuk melindungi
tubuhnya dari sinar matahari. Bentuk tubuhnya tidak beraturan dan bercabang.
Tinggi dan diameternya ada yang mencapai lebih dari 1 meter. Seluruh
Demospongiae memiliki saluran air tipe Leukonoid. Habitat Demospongiae
umumnya di laut dalam maupun dangkal, meskipun ada yang di air tawar.
Demospongiae adalah satu-satunya kelompok porifera yang anggotanya ada yang
hidup di air tawar. Demospongiae merupakan kelas terbesar yang mencakup 90%
dari seluruh jenis porifera.
Contoh dari preparat Cnidaria adalah Acropora sp. yaitu memiliki jumlah
jenis (spesies) terbanyak dibandingkan genus lainnya pada karang. Karang jenis ini
biasanya tumbuh pada perairan jernih dan lokasi dimana terjadi pecahan ombak.
Bentuk koloni umumnya bercabang dan tergolong jenis karang yang cepat tumbuh,
namun sangat rentan terhadap sedimentasi dan aktivitas penangkapan ikan. Koloni
biasanya bercabang, jarang sekali menempel ataupun submasif, koralit dua tipe, axial
dan radial, septa umumnya mempunyai dua lingkaran, columella tidak ada, dinding
koralit dan coenosteum rapuh, dan tentakel umumnya keluar pada malam hari
(Suharsono, 1996). Bentuk percabangan sangat bervariasi dari korimbosa, arboresen,
kapitosa dan lain-lainnya. Ciri khas dari marga ini adalah mempunyai axial koralit
dan radial koralit. Bentuk radial koralit juga bervariasi dari bentuk tubular nariform,
dan tenggelam. Marga ini mempunyai sekitar 113 jenis, tersebar di seluruh perairan
Indonesia. Porites mempunyai jenis sekitar 25 jenis, tersebar diseluruh perairan
Indonesia. Porites dengan koloni mempunyai bentuk perubahan massive, encrusting,
bercabang dan lembaran. Septa saling bersatu dan membentuk struktur yang sangat
khas yang dipakai untuk indentifikasi jenis. Ciri khas ini antara lain adalah adanya
tiga septa yang bergabung jadi satu disebut triplet dengan satu pali (Suharsono,
2008).
Goniastrea favulus memiliki karakter koloninya massive dengan ukuran yang
relatif besar. Koralit cerioid atau submeandroid dengan dinding bervariasi. Septa
teratur dengan pali yang membentuk mahkota. Memiliki warna kekuningan atau
coklat muda. Reproduksi dari coral jenis Goniastrea favulus disimpulkan
untuk bertelur sebelum pukul 17:00, 6-12 setelah sebulan penuh (Baird et al., 2015).
Goniastrea retiformis memiliki karakter koloninya massive membentuk
kubah. Koralit umumnya bersudut empat sampai lima, cerioid. Septa berselang seling
antara yang panjang dan pendek. Kolumela membentuk mahkota. Memmiliki warna
hijau muda, coklat tua, atau kuning pucat, Umum dijumpai di daerah rataan terumbu.
Tersebar di seluruh perairan Indonesia.
Platygyra,
memiliki
karakteristik
secara teratur. Pali relatif kecil tetapi terlihat dengan jelas, memiliki warna warna
koloni coklat gelap atau coklat kekuningan, Umum dijumpai. Sebaran ditemukan di
seluruh perairan Indonesia (Suharsono, 2008).
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum dengan menggunakan preparat Demospongia,
Acropora sp, Porites, Goneastrea favulus, Goneastrea retiformis, Platygyra dan
Montastrea curta dapat membedakan karakterisasi dari masing-masing preparat
tersebut. Demospongia merupakan salah satu contoh dari Phylum Porifera, memiliki
rangka yang tersusun dari serabut sponging. Tipe aliran airnya leukon, Demospongia
merupakan kelas dari Porifera yang memiliki jumlah anggota terbesar, sebaian besar
tubuhnya berwarna cerah karena mengandung pigmen yang terdapat pada amoebosit.
Demospongiae adalah satu-satunya kelompok porifera yang anggotanya ada yang
hidup di air tawar.
Acropora sp. merupakan salah satu contoh dari Phylum Cnidaria, yang
koloninya bercabang dan tergolong jenis karang yang cepat tumbuh, namun sangat
rentan terhadap sedimentasi dan aktivitas penangkapan ikan. Koloni biasanya
bercabang, jarang sekali menempel ataupun submasif, koralit dua tipe, axial dan
radial. Acropora sp. ini Colony shape nya branching, colony form nya cerioid (antar
coralit tidak ada jaraknya), callice (diameter dari coral) small, tidak mempunyai
columella dan coenosteum (jarak antar coralit) wide.
Porites termasuk jenis spesies dari Cnidaria, yang koloninya mempunyai
bentuk perubahan massive, encrusting, bercabang dan lembaran, colony form nya
clocoid. Septa saling bersatu dan membentuk struktur yang sangat khas yang dipakai
untuk indentifikasi jenis. Goniastrea favulus memiliki karakter koloninya massive
dengan ukuran yang relatif besar dengan koralit cerioid. Goniastrea retiformis
memiliki karakter dengan colony shape nya massive, colony form nya cerioid (tidak
membentuk jarak antar koralit), calice nya medium, columella nya membentuk titik
dan coenosteum adalah fuse wall.
Platygyra, memiliki karakteristik koloninya massive dengan ukuran besar.
Koralit hampir semuanya meandroid dengan alur yang memanjang dan ukuran
sedang. Karakteristik Platygyra berdasarkan praktikum ber-colony shape maassive,
colony form nya cerioid, calice small, struktur columella trabecullar dan continous,
coenostemium nya narrow. Montastrea curta merupakan kelompok Cnidaria, yang
berdasarkan hasil praktikum memiliki karakteristik colony shape massive, colony
form cerioid, calice berukuran small, columellanya bentuk stiliform dan
coenostemiun narrow medium.
Saran untuk praktikum kali ini yakni menggunakan preparat lebih dari satu
untuk digunakan sebagai pembanding.
DAFTAR REFERENSI
Aryulina, D. 2004. Biologi 1. Jakarta: Erlangga.
Baird AH, Viviran R, Cumbo, Gudge S, Sally A, Keith, Jeffrey A, Maynard, ChunHong T, Erika S, Woolsey. 2015. Coral reproduction on the worlds
southernmost reef at Lord Howe Island, Australia. Aquatic Biology Aquat Biol.
(23): 275284.
Bella, I.S., & Aunurohim. 2013. Struktur Komunitas Spons Laut (Porifera) di Pantai
Pasir Putih, Situbondo. Jurnal Sains Dan Seni Pomits 2 (2): 2337-3520.
Darbohoesodo R.B. 1976. Penuntun Praktikum Taksonomi Avertebrata.
Purwokerto: Fakultas Biologi Universitas Jenderel Soedirman.
Hegner. Robert, W., & Joseph., G., Engemann. 1968. Invertebrates
Zoologi. London: The Macmillan Company Collier-Macmilllan Limited.
Kimball, J.W. 2000. Biologi jilid empat edisi pertama. Jakarta: Erlangga.
Mackinnon, J. K., Phillips, & Balen, V. B. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa,
Bali dan Kalimantan. Bogor: LIPI dan Bird Life, IP.
Mayr, E. 1969. Principles of Systematic Zoology. Tata Mc Graw. New Delhi: Hill
Publishing Company.
Rahim, S. 2015. Biodiversitas Hutan Nantu Sebagai Sumber Obat Tradisional
Masyarakat Polahi Di Kabupaten Gorontalo. Pros Sem Nas Masy Biodiv
Indon. 1 (2): 254-258.
Saanin H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jakarta: Bina Cipta.
Suhardi. 1983. Evolusi Avertebrata. Jakarta: UI-Press.
Suharsono. 1996. Jenis-jenis Karang yang Umum dijumpai di Perairan Indonesia.
Jakarta: Puslitbang Oseanologi LIPI.
Suharsono. 2008. Jenis-Jenis Karang di Indonesia. Jakarta: Coremap Program.