Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu geologi merupakan ilmu yang berhubungan dengan bumi dan segala
isinya, baik di permukaan maupun yang berada dalam bumi. Merupakan salah
satu aspek yang berkaitan langsung dengan bumi adalah paleontologi dimana ilmu
ini mempelajari tentang sejarah kehidupan di bumi, termasuk didalamnya hewan,
tumbuhan yang hidup di zaman lampau dan telah menjadi fosil.

Porifera atau biasa disebut sebagai hewan berpori berasal dari kata pori yang
berarti lubang atau fero yang berarti membawa atau mengandung. Contoh dari
porifera adalah sponsa. Sponsa merupakan hewan yang hidup menempel pada
suatu subrat dilaut. Telah diketahui kira-kira 2500 spesies, ada beberapa yang
hidup di air tawar dan sebagian besar hidup di laut. Filum ini tubuhnya
mempunyai banyak pori. Air beserta makanan masuk melalui pori kedalam
rongga didalam tubuh dari hewan dan akhirnya keluar melalui oskulum, air yang
telah disaring ini akan dibuang melalui oskulum. Berdasarkan fosil porifera yang
dapat ditemukan menunjukan bahwa sponsa adalah salah satu hewan yang
pertama kali muncul dibumi. Tetapi tidak ada bukti bahwa ada hewan yang
berkembang dari sponsa.

Colenterata atau yang juga biasa disebut dengan Cnidar adalah filum hewan
yang memiliki tubuh sangat sederhana. Kata Colentarata berasal dari kata coelos
yang berarti rongga dan enteron yang berarti usus. Jadi, colentarata adalah hewan
yang memiliki rongga didalam tubuhnya yang sekaligus berfungsi sebagai organ
pencernaan makanan. Colenterata disebut sebagai hewan sederhana karena
jaringan tubuhnya hanya terdiri dari dua lapis sel, yaitu sel internal dan eksertnal.
Beberapa jenis cerlenterata dapat dimanfaatkan sebagai bahan bisa diolah menjadi
agar-agar. Sebagian lain membentuk terumbu karang yang bisa menahan
gelombang.
1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui ciri-ciri
dan mengidentifikasikan Filum Porifera dan Colentarata. Adapun tujuan
praktikum ini adalah:

1. Praktikan dapat mengetahui ciri-ciri dan anatomi dari Filum Porifera dan
Colentarata
2. Praktikan dapat mengetahui morfologi dan klasifikasi dari Filum Porifera dan
Colentarata
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Porifera

2.1.1 Pengertian Porifera

Kata porifera berasal dari bahasa latin yaitu Poruos artinya pori (lubang
kecil) dan Ferre artinya membawa. Jadi Porifera merupakan hewan yang
mempunyai tubuh berpori, dikenal juga sebagai spone atau spons. Porifera
merupakan kelompok hewan yang terdiri dari banyak sel yang disebut juga
sebagai Metazoa. Hewan ini berbeda dengan kelompok hewan metasel lainnya,
dimana sel atau jaringan pada binatang ini tidak tersusun secara permanen,
mereka merupakan kelompok hewan metazoa yang sederhana atau masih pada
tingkatan sel. Semua kelompok hewan ini hidup secara menambatkan diri pada
tempat hidupnya atau secara sessile dilaut. Mengambil makanan secara suspensi
dalam rongga tubuh dari aliran arus air yang membawa bahan makanan akibat
gerakan flagellata, dimana flagellanya ini tumbuh pada sel yang disebut sebagai
chonostyle yaitu sel serba guna, spongia ini tidak mempunyai mulut. Binatang ini
mempunyai jangka hidup yang sangat panjang, dimulai dari Zaman prakambrium
sampai sekarang. (Tim Asisten Paleontologi, 2019)
Filum porifera termasuk hewan yang bersel banyak serta mempunyai
susunan yang paling sederhana. Perkataan porifera berasal dari perkataan lain
porus artinya lubang kecil dan farre artinya membawa, jadi porifera adalah
hewan yang dinding tubuhnya berlobang-lobang ataupun memiliki saluran-
saluran. Contoh yang terkenal dari hewan ini adalah sponsa. Porifera mempunyai
kiasan hidup yang panjang sekali yaitu mulai dari Kambrium sampai sekarang
malahan besar kemungkinannya bahwa hewan ini telah muncul di zaman geologi
sebelum Kambrium. (Mustagfirin Amin, 2013)
2.1.2 Ciri Umum

Anggota filum porifera (Yunani; poros, pori atau saluran; Latin; feres,
memiliki) dikenal sebagai sepon (sponges). Sepon kebanyakan hidup diperairan
dangkal, sebagian besar atau 5000 spesies hidup di laut dan sisanya hidup di air
tawar. Dalam hidupnya spons sangat tergantung pada partikel partikel tersuspensi
di dalam air sebagai makananya menempel pada berbagai macam substrat, seperti
bebatuan, pecahan cangkang dan karang. Beberapa spesies bahkan ada yang hidup
di pasir dan di dasar lumpur ( Wisnu Wardhana, 2014 )

Porifera di duga sebagai hewan multiseluler yang paling primitive karena


belum dijumpai adanya diferensiasi sel sehingga tubuhnya dalam beberapa hal
menyerupai koloni protozoa. Tidak seperti pada hewan multiseluler pada
umumnya, Porifera tidak memiliki organ khusus untuk reproduksi, digesti
,respirasi, sensori ataupun ekskresi. Sudah sekitar 100 tahun para pakar
menganggap Porifera adalah protozoa berkoloni. Sebenarnya Porifera merupakan
Parazoa yang mempunyai organisasi di tingkat sel saja. Secara evolusi, Parazoa
dianggap merupakan golongan hewan yang menyimpang jalurnya. Diduga
kelompok hewan ini merupakan bentuk peralihan antara Protozoa dengan
Mesozoa. (Wisnu Wardhana, 2014)
Simetri hewan ini umumnya adalah asimetri dan beberapa spesies lain
menunjukkan simetri radial. Sepon dapat mencapai ukuran 0,9 m dengan warna
cerah, ada yang putih, hijau, kuning, ungu, dan jingga. Sepon yang berwarna hijau
biasanya disebabkan oleh adanya alga simbiotik di dalam tubuhnya yang disebut
zoochlorellae. Bentuk Porifera umumnya, seperti jam bangan bunga atau karung
dengan rongga di dalam tubuhnya yang disebut spongosel (spongocoel) dan mulut
karungnya disebut oskulum (osculum). Pada Porifera yang sederhana, dinding
rongga spongosel berisi sel-sel bercorong dan berflagel yang disebut koanosit
(choanocytes, collar cells). Sel-sel koanosit tersebut berfungsi sebagai pemicu
terjadinya aliran air dari luar kedalam tubuhnya, menangkap partikel-partikel
makanan, dan menangkap spermatozoa yang dating untuk fertilisasi. Sel-sel
koanosit bertumpu pada lapisan bergelatin, aselular, dan tak hidup yang disebut
lapisanmesohil (mesohyl layer). Walau pun tak hidup, lapisan ini berisisel-sel
hidup, seperti sel-sel ameboid yang disebut arkeosit (archeocytes). Sel-sel arkeosit
selain berfungsi dalam pengeluaran bahan-bahan tak berguna sisa metabolisme,
juga menunjang pembentukan spikula atau spongin (semacam protein kolagen).
Sel-sel yang mensekresi spikula disebut sklerosit (sclerocytes) dan yang
mensekresi serat-serat sponging disebut spongosit (spongocytes). Spikula amat
beraga membentuknya tergantung pada spesiesnya, ada yang berbentuk jarum,
bintang, bercabang tiga, dan sebagainya. (Wisnu Wardhana, 2014)
2.1.3 Klasifikasi

Porifera dapat dibagi menjdi tiga kelas utama. Pembagian itu didasarkan atas
jenis bahan yang menyusun spicula,terutama pada kelas Calcarea dan kelas
Hyalospongia. Klas plosangia terdiri dari sponsa primitis yang hanya hidup pada
zaman Kambrium. ( Amin Mustagfirin, 2013)
Filum Porifera sampai saat ini terbagi menjadi kelas Calcarea,
Demospongiae, Sclerospongiae, dan Hexactinellida. Mereka dikelompokkan
menjadi empat kelas berdasarkan bentuk system aliran airnya yaitu askon
(asconoid), sikon (syconoid), dan leukon (leuconoid). Hampir semua spesies
berbentuk leukon. (Wisnu Wardhana, 2014)

Gambar2.1TipeSaluran Air padaSepon

Selain ketiga bentuk tadi, Porifera juga dapat dipisahkan menjadi beberapa
kelompok berdasarkan kompo-sisi kimiawi tubuhnya dan morfologi dari elemen
penun-jang tubuh seperti spikula. Anggota dari kelas Calcarea berspikula kapur
dan berbentuk askon, sementara kelas yang terbesar (berisi lebih dari 4000
spesies), Demospongiae berspi-kula spongin atau silika tapi bukan kapur; dan
umumnya berbentuk leukon. Semuaang-gotasepon air tawar digolongkan kedalam
kelas Demospongiae. Kelas Sclerospongiae hanya berisi beberapa spesies
berbentuk leukon dan materi rangkanya adalah kapur, silika, dan spongin.
Beberapa pakar menganggap semua spesies Sclerospongiae sebenarnya dapat
dimasukkan kekelas Calcarea dan Demospongiae dari pada memunculkan kelas
Sclerospongiae. Hexactinellida adalah kelompok sepon yang spikulanya
bercabang enam dan berbahan silisium, dikenal sebagai sepongelas (glass
sponges). Sistem kanalnya dapat berbentuk sikon atau pun leukon. Hampir semua
sepons menyukai air dangkal, tetapi sepongelas umumnya hidup di laut dalam.
2.2 Coelentrata

2.2.1 Pengertian Coelentrata

Secara umum Coelentrata (Cnidaria) adalah hewan invertebrataa yang


mempunyai rongga dengan bentuk tubuh seperti tabung dan mulut yang
dikelilingi tentakel. Filum Coelentrata berasal dari bahasa Yunani, yaitu
coelenteron artinya rongga. Sehingga dapa didefinisikan Coelentrata merupakan
hewan invertebrata yang memiliki rongga tubuh yang berfungsi atau digunakan
sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler). Tubuh hewan berongga terdiri dari
jaringan luar (eksoderm), jaringan dalam (endoderm)dan sistem otot yang
membujur dan menyilang. Contoh hewan berongga antara lain ubur-ubur, hydra
dan anemon laut. (Tim Asisten Paleontologi, 2019)
Filum Coelentrata terdiri dari segolongan invertebrata yang sangat besar
jumlahnya serta sangat beraneka ragam dalam bentuknya, dan sebagian
daripadanya ada yang telah punah. Istilah Coelentrata diambil dari perkataan
Yunani, kollos yang berarti lubang dan enteron berarti jeroan. (Maghfirin Amin,
2013)
2.2.2 Ciri-ciri Filum Coelentrata
Adapun ciri-ciri dari filum ini yaitu:
 Bentuk simetri radial/biradial,, dengan satu lubang yang berfungsi sebagai
mulut (dikelilingi oleh tentakel)
 Termasuk fauna invertebrata (tidak bertulang belakag)
 Dinding tubuh terdiri dari : Epidermis (eksoderm) lapisan luar dan
Endodermis (Gasrtoderm) lapisan dalam
 Mulut langsung berhubungan dengan rongga Gastrovasekuler
 Disekitar mulut terdapat tentakel yang berfunsi sebagai anus
 Mempunyai dua bentuk yaitu Polyp bebbentuk seperti tabung dan Mendusa
: bentuknya seperti payung.
 Hidup secara sessile atau terlambat di dasar laut. (Tim Asisten
Paleontologi, 2019)
2.2.3 Klasifikasi

Didasarkan atas perbedaan sejarah perkembangan hidupnyaa, perbedaan


dari berbagai bagian yan lunak dari tuuhnya, cara perkembang biakkannya,
struktur dan hiasan dari rangka luarnya serta struktur kerangka dalam maka
coelentrata dibagi atas beberapa kelas yaitu :
A. Hydrozoa
Golongan ini muncul dari Kambrium sampai Resen. Hydrozoa merupakan
invertebrata yang sangat umum dijumpai dimana-mana baik didasar laut danau
ataupun disungai. Meskipun demikian fosilnya sedikit sekali dijumpai. Hal ini
mungkin di sebabkan karena golongan inimempunyai kerangka yang terbuat dari
bahan yang kurang resisten. Contohya yang terbuat dari bahan yang kurang
resisten adalah genus Hydra, genus Obella dan genus Millepora. (Maghfirin
Amin, 2013)
B. Scyphozoa
Scyphozoa berasal dari bahasa Yunani scyphos (mangkuk) dan zoon
(binatang) karena bentuk tubuhnya yang menyerupai mangkuk atau cawan
transparan, sehingga sering disebut ubur-ubur mangkuk. Permukaan tubuh bagian
bawah terdapat rongga mulut yang dikelilingi empat tentakel. Mulut ini
berhubungan dengan rongga pencernaan. Contoh spesies yang termasuk dalam
kelas ini adlah Aurelia aurita (ubur-ubur). (Tim Asisten Paleontologi, 2019)
C. Anthozoa (koral)
Anthozoa adalah golongan Coelentrata yang penting dan merupakan
golongan yang hidup secara soliter ataupun koloni. Umumnya mereka hidup
didalam lautan tropis dengan kedalaman rata-rata 100 m. Kelas ini mencakup
golongan koral dan “sea anemone” tidak mempunyai rumah sama sekali.
Binatangnya sendiri mempunyai tubuh seperti batang. Mulut ada di bagian atas
dan dikelilingi oleh sebaris sel penangkap mangsa (teentakel). Coelentrata dilapisi
oleh endoderm dan dibagi oleh beberapa kamar oleh sekat-sekat tegak lurus yang
memancar dari pusat. (Tim Asisten Paleontologi, 2019)
2.3 Manfaat Filum Coelentrata
Adapun manfaat mempeajari filum ini yaitu berdasarkan cara hidupnya yang
tertambat didasar laut maka dapat digunakan sebagai penciri kehidupan terumbu
karang dilaut, sehingga kehadirannya sangat membantu dalam penentu lingkungan
pengendapan serta umur batuan. (Tim Asisten Paleontologi, 2019)
BAB III
METODELOGI

3.1 Metode

Metode praktikum yang akan dilaksanakan adalah praktikan akan diarahkan


oleh asisten untuk masuk kedalam laboratorium paleontologi, kemudian praktikan
diwajibkan mengumpulkan tugas pendahuluan yang telah di berikan beberapa hari
sebelum praktikum ini dimulai kemudian, akan dilaksanakan responsi sebelum
memulai praktikum disini akan di uji akan pengetahuan mengenai acara yang akan
dipraktekan agar para peserta sudah mampu memahami dengan baik pada saat
melakukan praktikum.
3.2 Tahapan Praktikum

Tahapan praktikum yang akan dilaksanakan adalah peserta praktikum akan di


berikan oleh asisten beberapa sampel yang akan dideskripsi nama fosilnya disitu
akan dilakukan pengamatan dari tiap tiap fosil yang diamati dalam hal ini peserta
praktikum dapat mendeskripsi tiap tiap fosil dengan baik pada pengamatan itu
akan diambil sejumlah data data mengenai fosil yang telah diamati sebelummya
tidak hanya itu peserta juga harus menggambarkan bagaimana bentuk bentuk
fosil.

TAHAPAN PENDAHULUAN

TAHAPAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN LAPORAN
Gambar 3.2 diagram alur tahapan praktikum
3.3 Alat Dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. HCl
2. LKP
3. Katrol
4. Lab kasar dan lab halus
5. Penuntun
6. Literatur
7. Lembar Kerja Praktikum
8. Fosil
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada akhir praktikum ini dapat kita simpulkan bahwa:


1. Ciri ciri yang dapat kita lihat dari filum ini misalanya. Bentuk simetri radial
/biradial, dengan satu lubang yang berfungsi sebagai mulut (dikelilingi oleh
tentakel) salah satu ciri pada filim Coelenterata sedangkan pada porifera dapat
kita cirinya yaitu Porifera di duga sebagai hewan multiseluler yang paling
primitive karena belum dijumpai adanya diferensiasi sel sehingga tubuhnya
dalam beberapa hal menyerupai koloni protozoa.
2. Morfologi dan klasifikasi dari filum porifera dan coelenterata sendiri adalah
misalnya pada porifera. Filum Porifera sampai saat ini terbagi menjadi kelas
Calcarea, Demospongiae, Sclerospongiae, dan Hexactinellida dan pada
Coelenterata yaitu kelas Anthozoa adalah golongan Coelentrata yang penting
dan merupakan golongan yang hidup secara soliter ataupun koloni. Umumnya
mereka hidup didalam lautan tropis dengan kedalaman rata-rata 100 m.

5.2 Saran

Sebaiknya dalam mempelajari filum coelenterata dan porifera kita harus


banyak perlu membaca literatur yang ada dengan baik agar kita lebih paham lagi
dan lebih mengetahui lebih bnyak tentang filum terutama manfaat dari filum itu
sendiri bagi ilmu pengetahuan kita.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Mustaghfirin.2014. “ Paleontologi” Jakarta: Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia
Wardhana. W,&Takarina, D. N. 2017. “Dasar Klasifikasi Hewan Avertebrata”.
Repository.ut.ac.id/4325/1/BIOl4221-m1.pdf
Tim Asisten Lab Paleontologi. 2019. Penuntun Praktikum Paleontologi. Gowa:
Departemen Teknik Geologi Uniersitas Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai