Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai umat manusia kita patut bersyukur atas karunia Allah yang
sangat luar biasa. Salah satu contoh karunia Tuhan yang maha kuasa yaitu
keanekaragaman flora dan fauna yang sangat melimpah ruah. Indonesia
adalah salah satu negara yang memiliki keanekaragaman yang paling banyak
mulai dari keanekaragaman hewan dan tumbuhannya diantaranya, hewan
yang berada di laut sangat berbeda dengan hewan yang berada di daratan.
Meskipun tidak begitu jauh berbeda tentu memiliki perbedaan yang sangat
mendasar. Mulai dari sel penyusunnya, cara memperoleh makanan, habitat,
hingga cara mereka untuk mempertahan kehidupannya.
Contohnya yaitu hewan spons, hewan ini sering disebut tumbuhan
tetapi spons tersebut termasuk kelas animalia atau hewan, spons memiliki
banyak manfaat yang tanpa disadari seperti spons sering digunakan orang-
orang dulu sebagai alat penghilang daki pada tubuh. Spons juga sering
dijadikan hiasan di akuarium maupun di ruang tamu. Hewan ini mulai
dibudidayakan karena berpeluang di dunia usaha dengan harganya yang
lumayan cukup tinggi namun juga disertai kesabaran yang sangat luar biasa
karena butuh waktu yang cukup lama untuk membudidayakannya.
Selain itu, dalam sains spons penting untuk dipelajari bertujuan untuk
membedakan antara hewan yang tergolong dalam spesies tersebut serta
mengetahui ciri dari masing-masing spesiesnya. Dari beberapa contoh di atas
tentunya perlu pemahaman yang lebih jelas lagi untuk mengetahui hewan apa
saja yang termasuk dalam porifera dan bagaimana ciri-ciri dari masing-
masing hewan tersebut, karena untuk mengetahui semua itu tidak cukup
hanya dengan teori saja, tentunya perlu dilakukan praktikum untuk lebih
memahami hal tersebut. Inilah yang melatarbelakangi praktikan untuk
melakukan praktikum yang berjudul porifera agar praktikan lebih memahami
bentuk, struktur, dan cara hidup dari kelas porifera.
B. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu :
1. Untuk mengetahui beberapa jenis hewan yang termasuk Porifera.
2. Untuk mengetahui struktur, bentuk, dan cara hidup anggota kelas Porifera.
C. Manfaat
Adapun manfaat dilakukannya praktikum ini yaitu :
1. Agar mahasiswa mengetahui beberapa jenis hewan yang termasuk
Porifera.
2. Agar mahasiswa mengetahui struktur, bentuk, dan cara hidup anggota
kelas Porifera.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Kata porifera berasal dari bahasa Latin porus (lubang kecil) dan ferre
(membawa). Jadi porifera berarti ‘hewan yang mempunyai tubuh berpori’, dikenal
juga sebagian hewan sponge atau spons. Porifera ini hidup menetap (sessil) pada
dasar perairan. Sebagian besar hewan ini hidup di laut dan sebagiam kecil yang
hidup di air tawar. Bentuk tubuhnya beranekaragam, menyerupai tumbuhan,
warnanya juga sangat bervariasi dan dapat berubah-ubah. Porifera memiliki
karakteristik. Tubuhnya bersel banyak, simetri radial, atau asimetris. Sel-sel
tersebut menyusun tubuh Porifera dalam 2 lapis (dipoblastik), membentuk
jaringan yang belum sempurna dan diantaranya terdapat gelatin yang disebut
mesenkim. Tubuhnya mempunyai banyak pori, saluran-saluran, dan rongga
sebagai tempat air mengalir permukaan dalam tubuhnya tersusun dari sel-sel yang
berleher yang berflagelum, disebut koanosit (Nurhadi, 2018:28).
Porifera berarti memiliki pori-pori atau pore, melalui saluran-saluran
atau pori-pori ini, air terserap oleh sel khususnya yang disebut dengan sel leher
(collar cell), yang menyerupai bentuk seperti cambuk. Jenis ini disebut dengan
koanosit (choanocyte). Sel leher ialah sel dengan bentuk seperti kerah baju yang
ada disekeliling pangkal cambuk seperti pada Choanoflagellat. Filum ini disebut
dengan spons. Hewan spons merupakan bentuk multiseluler yang primitif, dan
kemungkinan dari zaman Paleozoik kurang lebih sekitar 1,6 miliar tahun yang
lalu. Spons tidak mempunyai jaringan yang terorganisasi, sebagian besar hidup di
laut dan sebagian di darat, di dunia terdapat sekitar 5.000 jenis spons yang
berbeda (Yanuhar, 2018:33).
Porifera banyak menghasilkan spikula yang dihasilkan oleh
scleroblasti (bagian dari gelatin mesenkim). Hasil sekresi yang berupa silika (zat
kersik) atau karbonat (zat karbonat) ini memiliki bentuk yang bermacam-macam.
Ada yang berbentuk monakson, tetrakson, poliakson, heksakson, atau benang-
benang sponging. Spikula merupakan struktur tubuh yang berperan penting untuk
membedakan jenis-jenis Porifera. Brntuk dan kandungan spikula ini digunakan
sebagai dasar klasifikasi Porifera (Nurhadi, 2018:30).
Ukuran sponges sangat bervariasi, mulai dari sebesar butir kacang
sampai sebesar sebuah bak mandi. Sponge kebanyakan bentuk tidak beraturan
dengan pola bervariasi, tetapi beberapa berentuk simetris radial. Sponge
memperlihatkan struktur yang padat, kaku, tegak, berkulit keras atau
menunjukkan pola pertumbuhan yang bercabang-cabang. Tipe pola pertumbuhan
sponges dipengaruhi oleh genetik (gen) sponge dan inklinasi (kemiripan) substrat,
luas, kecepatan, dan tipe aliran air (Yanuhar, 2018:35).
Sponge mampu menyaring bakteri yang ada disekitarnya, sebanyak
77% bakteri yang tersaring ini dimanfaatkan untuk makan dan dicerna secara
enzimatik. Senyawa bioaktif yang dimiliki oleh sponge kemungkinan bermanfaat
dalam proses pencernaan, sehingga senyawa bioaktif yang diperoleh diperkirakan
bervariasi sesuai dengan kebiasaan makan masing-masing jenis sponge. Di
perairan Sulawesi Selatan, telah diinventariskan empat jenis sponge, yaitu:
Halicondria sp, Callyspongia sp, Callyspongia pseudoreticulatta, dan Auletta sp.
yang masing-masing memiliki ekstrak senyawa bioaktif bersifat bakterisida. Hasil
pengujian terhadap bakteri yang memberikan respon yang sama dengan jenis
bakterisida komersial, bahkan dengan dosis yang lebih rendah, yakni: 20-40 ppm,
sudah dapat menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan bakterisida komersial
umumnya membutuhkan kadar 100 ppm untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
Di masa depan, senyawa bioaktif spongia diharapkan dapat menjadi bakterisida
buku dibidang biologi perikanan. Namun pada saat ini, informasi aspek biologi
sponge sendiri belum banyak diketahui, seperti habitat, kelayakan parameter
hidup, distribusi, kelimpahan, dan aspek ekologi lainnya. Oleh karena itu, perlu
segera dilakukan kajian ekologi sebagai bentuk antisipasi dini terhadap
kemungkinan pengelolaan usaha budidayanya (Suharyanto, 2013:209).
Porifera merupakan salah satu hewan primitif yang hidup menetap
(sedentaire) dan bersifat non selective filter feeder (menyaring apa yang ada).
Spons tampak sebagai hewan sederhana, tidak memiliki jaringan, sedikit otot
maupun jaringan saraf serta organ dalam. Hewan tersebut memberikan
sumbangan yang penting terhadap komunitas benthik laut dan sangat umum
dijumpai di perairan tropik dan sub tropik. Persebaran mulai dari zona intertidal
hingga zona subtidal suatu perairan (Subagio, 2013:159).
Spons bisa terbentuk sederhana seperti tabung dengan dinding yang
tipis pada marga Leucoselina, atau berbentuk tidak teratur atau massif. Banyak
spons juga berasal dari segumpal jaringan yang tak teratur bentuknya, membentuk
kerak pada batuan, tonggak, cangkang, atau pada tumbuh-tumbuhan. Kelompok
spons jenis lain membentuk struktur yang teratur dan menempel pada dasar
perairan dengan menggunakan sekumpulan spikula. Beberapa jenis spons
memiliki cabang seperti pohon, jenis lain memilik bentuk seperti cawan, sarung
tinju, atau seperti kubah. Ukuran spons tebalnya 30,5 cm dengan diameter 0,9 m.
warna spons mulai putih, kuning abu-abu, oranye, merah, atau hijau. Spons hijau
biasanya dikarenakan organisme yang hidup dan terdapat di dalamnya. Karena
dengan alga yang memiliki sifat simbiotik yang dinamakan dengan zoochlorellae
yang ada di dalamnya (Yanuhar, 2018:36).
Porifera melakukan pencernaan makanan di dalam sel atau secara
intrasel. Umumnya porifera mempunyai rangka dalam. Hewan berkembangbiak
secara kawin dan tak kawin. Secara kawin dilakukan dengan sel telur dan sel
spermatozoid. Larvanya berbulu getar dan dapat berenang. Sedangkan secara
tidak kawin dengan bertunas (Nurhadi, 2018:29).
Spons merupakan organisme yang tidak mempunyai tangkai dan
menghuni di setiap jenis lingkungan laut. Spons terbagi menjadi empat sybklas
yaitu Calcarea, Hexatinilida, Clerospongia, dan Demospongia. Spons
demospongia merupakan spons terbesar diseluruh dunia dengan jumlah kurang
7000 spesies dan mencakup 81% dari seluruh spons yang mempunyai senyawa
bioaktif (Putri, 2012:383).
Sponge ini memiliki sel amoeboid yang berbeda di dalam mesohil
(lapisan gelatin yang tersusun atas sel-sel amoebosit yang dapat bergerak
mengambil makanan dari sel koanosit dan mendistribusikannya ke seluruh bagian
tubuh porifera). Di dalam mesohil, sponge memiliki bentuk sel seperti amoeba
yang berbeda-beda. Acheochytes adalah sel berukuran besar dengan ukuran inti sel
yang besar. Sel-sel ini bersifat titopolen, yang artinya sel ini dapat berkembang
menjadi berbagai macam jenis sel. Sklerosit, mampu mengakumulasi kalsium di
dalam mesohil untuk memproduksi spikula, tiga sklerosit akan melebur menjadi
satu untuk membentuk spikula pada ruang antar sel (Nurhadi, 2018:32).
Phylum porifera disebut juga hewan spons. Kata porifera berasal dari
bahasa latin, yaitu porus yang berarti pori dan fer berarti membawa. Hewan ini
dikatakan juga sebagai hewan berpori. Hewan porifera merupakan hewan
multiseluler yang paling sederhana. Hewan ini merupakan hewan (hidup melekat
pada substrat) atau sesille (Firmansyah, 2010 : 126).
BAB III
METODE PENGAMATAN

A. Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat terlaksanakannya praktikum ini, yaitu :
Hari / tanggal : Senin, 01 Juli 2019
Waktu : Pukul 13:30 – 15:30 WITA
Tempat : Laboratoium Pendidikan Biologi Lantai III Universitas
Muhammadiyah Makassar
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam melaksanakan
praktikum ini, yaitu :
1. Alat
a. Mikroskop : 1 buah
b. Kaca objek : 1 buah
c. Kamera : 1 buah
2. Bahan
a. Sampel spons (Spongia sp.)
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerjanya ialah :
1. Mengambil kaca preparat yang telah berisi sampel Spongia sp.
2. Meletakkan kaca preparat tersebut di bawah mikroskop dengan perbesaran
5x10.
3. Mengamati morfologi dan pori-porinya Spongia sp. Dengan sayatan
melintang tersebut.
4. Menggambar hasi pengamatan tersebut dan membuat klasifikasinya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Gambar 4.1 Hasil pengamatan


Gambar Keterangan
1. Oskulum
2. Ostium
3. Cabang
4. Tunas
5. Substrat
6. Koanosit
7. Pinakosit
8. Spongosol
Gambar Pembanding klasifikasi
Hasil pengamatan Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Kelas : Demospongia
Ordo : Haploscerida
Famili :
Genus :
Spesies :

Internet
B. Pembahasan
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan tentang Filum Porofera
dapat diketahui bahwa Porifera merupakan hewan laut yang memiliki banyak
pori hampir di seluruh permukaan tubuhnya, hal ini sesuai dengan teori
Yanuhar (2018:33), Porifera berarti memliki pori-pori atau pore, melalui
saluram-saluran atau pori-pori ini, air terserap oleh sel khusus yang disebut
dengan sel leher (collar cell), yang menyerupai bentuk seperti cambuk. Adapun
penjelasan lebih lanjut mengenai porifera yaitu :
1. Morfologi dan anatomi
Ostium adalah pori-pori pada porifera, ostium sebagai tempat
saluran masuknya air, untuk keluarnya air adalah oskulum, untuk bagian
yang besar pada porifera dalah cabang, untuk bagian kecil itu adalah tunas,
tempat melekatnya porifera adalah substrat, porifera tidak mempunyai organ
pencernaan dan respirasi. Pada porifera terdapat sel amoboit, pinakosit atau
jaringan luar berfungsi sebagai pelindung, untuk alat gerak pada saat masih
larva porifera meiliki silia, kemudian sudah mendapatkan substrat dia sudah
mengalami pendewasan alat geraknya sudah tidak ada. Porifera bersifat
menempel pada substrat. Didalam porifera terdapat mesofil. Porifera bukan
tersusun dari satu sel tetapi banyak sel, sel porifera masih bekerja sendiri-
sendiri tidak koordinasi antara satu sel dengan yang lain.
Menurut A’yun (2015 : 37), tubuh Spongia sp. berwarna cerah
karena mengandung pigmen yang terdapat pada amoebosit. Makanan yang
masuk melalui pori-pori arus yang masuk yang terbuka dalam air dan
dibawa kedalam rongga lambung atau ruang-ruang bercambuk (flagella) di
choanocyt. Berukuran lebih dari 35cm, umumnya masif, bulat,tetapi untuk
dapat dilengkapi dengan lobus teralus (terutama pada spesimen besar), atau
dengan osculus lobus besar berbentuk kerucut. Permukaan dilengkapi
dengan conules kecil biasa. Serat primer berdiameter 0,02 – 0,0035 cm.
Jaringan kompak biasanya ada di permukaan. Memiliki warna bervariasi
dari putih kekuningan sedikit kehitam, dan tampak keputihan dengan warna
seperti karat didalamnya.
2. Pencernaan dan pernapasan
Tubuh porifera belum memiliki saluran pencernaan makanan,
adapun pencernaanya berlangsung secara intraseluler. Pencernaan secara
intaseluler di dalam koanosit dan amoebosit. Air yang ada disekeliling
porifera mengandung planton, oksigen dan lain-lain. Air akan masuk
kedalam ostium, makanan seperti mikroorganisme. Flagel ada di dalam
koanosit, oksigen dan planton akan diambil oleh flagel kemudian akan
dicerna didalam kemudian spongosol akan mengedarkan makananya
bersama air yang diambil dan oksigen untuk proses respirasi. Porifera
bukan tersusun dari satu sel tetapi banyak sel, sel porifera masih bekerja
sendiri-sendiri tidak koordinasi antara satu sel dengan yang lain. Sistem
respirasinya apabila dari luar pinakosit yang akan mengambil oksigen,
sedangkan yang bagian dalam itu koanosit, apabila oksigen sudah ada di
dalam kedua membran ini, yang akan mengedarkan keseluruh tubuh
porifera adalah sel amoboit (A’yun , 2015 : 38).
3. Habitat
Ditemukan di daerah pesisir terutama terumbu karang dengan
substrat batu pada kedalaman antara 5 cm sampai 40 m. Biasanya hidup
sessil pada daerah beriklim subtropis , biasanya ditemukan di Indo-Pasifik
barat, Karibia, dan Mediterania (A’yun , 2015 : 37).
4. Klasifikasi
Menurut A’yun (2015 : 37), klasifikasi Spongia sp. yaitu :
Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Kelas : Demospongiae
Ordo : Keratosa
Famili : Spongiidae
Genus : Spongia
Spesies : Spongia sp.
5. Reproduksi
Reproduksi hewan ini dilakukan secara seksual dan aseksual.
Aseksual dengan cara pembentukan tunas dan gemmule, sedangkan
seksual dilakukan dengan pembuahan sel telur suatu porifera oleh sel
sperma porifera yang lain secara internal. Masing-masing individu
menghasilkan sperma dan ovum (A’yun , 2015 : 37).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hewan yang termasuk dalam kelas porifera yaitu Spongia sp., Grantia
sp., dan Leucoselenia sp.
2. Struktur, bentuk dan cara hidup dari porifera yaitu, tubuh terdiri banyak sel
(multiseluler), permukaan tubuh berpori, tidak memiliki kepala, mulut, dan
organ dalam serta habitat umunya di laut.
B. Saran
Adapun saran dari praktikum ini yaitu :
1. Diharapkan agar praktikan lebih tertib dalam mengikuti praktikum.
2. Diharapkan kepada kakak asisten agar senantiasa mendampingi praktikan
selama praktikum berlangsung.
3. Diharapkan agar alat dan bahan yang digunakan dalam laboratorium dalam
keadaan yang baik agar praktikum yang dilakukan mendapat hasil yang
maksimal.
.
DAFTAR PUSTAKA

A’yun, Devi Qurroti. 2015. Taksonomi Invertebrata “Porifera”. Malang :


Universitas Islam Malang

Firmansyah, Rikky.dkk. 2010. Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Yogyakarta : PT


Grafindo Media Permata

Nurhadi & Yanti, Febri. 2018. Buku Ajar Taksonomi Invertebrata. Yogyakarata :
Deepublish

Putri, Fitrah, Syafira,. Hadiasaputri, Yuni, Elsa. 2012. Artikel ulasan : Aktivitas
antikanker Spons laut luas Kelas Demospongia. Fermaka suplemen.
Volume, 16 No.2. ISSN : 4352-7827

Subagio, Iwenda. Bella.2013. Struktur komunitas spons laut (porifera) di pantai


pasir putih, Situbondo. Jurnal Sains Dan Seni Pomits. Vol.2. No.2.
ISSN : 2337-3520

Suharyanto.2013. Distribusi dan persentase tutupan sponge (porifera) pada


kondisi terumbu karang dan kedalaman yang berbeda di perairan pulau
Barranglompo, Sulawesi Selatan. Biodiversitas. Volume 9 Nomor 3.
ISSN : 1412-033X

Yanuhar, Uun.2018. Avertebrata. Malang : UB Press

Anda mungkin juga menyukai