Anda di halaman 1dari 20

Porifera dan Coelenterata

Posted on April 22, 2011 by mutmainnahrabel

TUGAS BIOLOGI

1. Morfologi dan anatomi porifera dan coelenterata


2. Cara hidup porifera dan coelenterata
3. Cara reproduksi porifera dan coelenterata
4. Uraikan klasifikasi porifera dan coelenterata
5. Peranan porifera dan coelenterata
6. Perbedaan polip dan medusa
7. Metagenesis Aurelia aureta dan obelia SP

1. Ciri morfologi dan anatomi.

A. Ciri-ciri morfologi antara lain:

1. Porifera

 tubuhnya berpori (ostium)


 multiseluler
 tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial.
 berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau tumbuhan
 warnanya bervariasi
 tidak berpindah tempat (sesil)

2. Coelentereta

 Merupakan Hewan multiseluler Invertebrata


 Habitatnya di laut atau air tawar
 Struktur tubuhnya radial simetris
 Tubuh simetri radial
 Memiliki mulut sekaligus sebagai anus
 Memiliki tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsanya.
 Memiliki bentuk tubuh polip dan medusa.
B. Ciri-ciri anatomi antara lain:
1. Poriferea

 memiliki tiga tipe saluran air, yaitu askonoid, sikonoid, dan leukonoid
 pencernaan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit
2. Coelenterata

 Memiliki sel-sel knidosit/knidoblast yang berisi organel-organel penyengat.


 Tubuhnya terdiri dari kantong dan rongga gastrovaskuler untuk mencerna makanan.

2. Cara hidup
1. Porifera
Porifera hidup secara heterotof.Makananya adalah bakteri dan plankton.Makanan yang
masuk kedalam tubuhnya berbentuk cairan.Pencernaan dilakukan secara intraseluler di dalam
koanosit dan amoebosit.

2. Coelenterate

Coelenterata hidup bebas secara heterotrof dengan memangsa plankton dan hewan kecil di
air.Mangsa menempel pada knodosit dan ditangkap oleh tentakel untuk dimasukkan kedalam
mulut.Habitat Coelenterata seluruhnya hidup di air, baik di laut maupun di air
tawar.Sebagaian besar hidup dilaut secara soliter atau berkoloni. Ada yang melekat pada
bebatuan atau benda lain di dasar perairan dan tidak dapat berpindah untuk bentuk polip,
sedangkan bentuk medusa dapat bergerak bebas melayang di air.

3. Cara reproduksi

1. Porifera

Reproduksi hewan ini dilakukan secara aseksual maupun seksual. Umumnya, spons bersifat
hermafrodi.

Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas dan gemmule. Dilakukan
dengan membentuk tunas pada tubuh induk., lama-kelamaan akan terbentuk koloni porifera.
Fragmen-fragmen kecil melepaskan diri dari spons induk, menempel pada substrat, dan
tumbuh menjadi spons baru.

Reproduksi aseksual porifera air tawar bisa juga dilakukan untuk mengatasi kondisi
lingkungan yang kering dengan pembentukan gemule ( butir benih / tunas internal), yaitu sel
amebosit yang dibungkjus oleh tiga lapisan kuat. Gemmule dihasilkan menjelang musim
dingin di dalam tubuh Porifera yang hidup di air tawar.Gemule akan terlihat pada saat induk
hancur. Jika kondisi lingkungan membaik kemabali, maka lapisan pelindung pecah dan
kehidupan dilangsungkan kembali.

Reproduksi secara seksual dilakukan dengan pembuahan sel telur suatu porifera oleh sel
sprema porifera yang lain secara internal. Masing-masing individu menghasilkan sperma dan
ovum. Kedua sel kelamin terbentuk dari perkembangan sel-sel amebosit atau koanosit. Sel-
sel sperma dilepaskan ke dalam air, kemudian masuk ke tubuh spons lain bersama aliran air
melalui ostium untuk melakukan fertilisasi. Hasil pembuahan berupa zigot yang akan
berkembang menjadi larva bersilia. Larva tersebut akan keluar dari tubuh porifera induk
melalui oskulum, kemudian melekat di dasar perairan untuk tumbuh menjadi dewasa.

2. Coelenterate

Reproduksi Coelenterata terjadi secara aseksual dan seksual.Reproduksi aseksual dilakukan


dengan pembentukan tunas.Pembentukan tunas selalu terjadi pada Coelenterata yang
berbentuk polip.Tunas tumbuh di dekat kaki polip dan akan tetap melekat pada tubuh
induknya sehingga membentuk koloni. Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan
gamet (ovum dengan sperma).Gamet dihasilakan oleh seluruh Coelenterata bentuk medusa
dan beberapa Coelenterata bentuk polip.Contoh Coelenterata berbentuk polip yang
membentuk gamet adalah hydra.
4. Klasifikasi

1. Porifera

1. Calcarea (Calcisspongiae)

Calcarea (dalam latin, calcare = kapur) atau Calcispongiae (dalam latin, calci = kapur,
spongia = spons) memiliki rangka yang tersusun dari kalsium karbonat.Tubuhnya
kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk seperti vas bunga, dompet, kendi, atau
silinder.Tinggi tubuh kurang dari 10 cm.Struktur tubuh ada yang memiliki saluran air
askonoid, sikonoid, atau leukonoid.Calcarea hidup di laut dangkal, contohnya sycon,
Clathrina, dan Leucettusa lancifer.

2. Hexactinellida (Hyalospongiae)

Hexactinellida (dalam bahasa yunani, hexa = enam) atau Hyalospongiae (dalam bahasa
yunani, hyalo = kaca/transparan, spongia = spons) memiliki spikula yang tersusun dari silika
sehingga biasanya juga dikenal dengan bunga karang gelas. Ujung spikula berjumlah enam
seperti bintang.Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk vas bunga atau
mangkuk.Tinggi tubuhnya rata-rata 10-30 cm dengan saluran tipe sikonoid.Hewan ini hidup
soliter di laut pada kedalaman 200 – 1.000 m.Contoh Hexactinellida adalah Euplectella.

3. Demospongia

Demospongiae ( dalam bahasa yunani, demo =tebal, spongia = spons) Demospongie


bertulang lunak karena tidak memiliki rangka, kalau ada yang memiliki rangka terdiri dari
serabut spongin dengan spikula dari silikat atau spongia saja.Tubuhnya berwarna cerah
karena mengandung pigmen yang terdapat pada amoebosit.Fungsi warna diduga untuk
melindungi tubuhnya dari sinar matahari.Bentuk tubuhnya tidak beraturan dan
bercabang.Tinggi dan diameternya ada yang mencapai lebih dari 1 meter.Seluruh
Demospongiae memiliki saluran air tipe Leukonoid.Habitat Demospongiae umumnya di laut
dalam maupun dangkal, meskipun ada yang di air tawar.Demospongiae adalah satu-satunya
kelompok porifera yang anggotanya ada yang hidup di air tawar.Demospongiae merupakan
kelas terbesar yang mencakup 90% dari seluruh jenis porifera.
Contoh Demospongiae adalah spongia, hippospongia Niphates digitalis, Euspongia sp.,
Spongia sp.

2. Coelenterate

Coelenterata dibedakan dalam tiga kelas berdasarkan bentuk yang dominan dalam siklus
hidupnya, yaitu Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa.

a. Hydrozoa
Hydrozoa (dalam bahasa yunani, hydro = air, zoa = hewan) sebagian besar memiliki
pergiliran bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya.Hydrozoa dapat hidup
soliter.Contoh Hydrozoa adalah Hydra, Obelia, dan Physalia.
Untuk Obelia merupakan Hydrozoa yang hidupnya berkoloni di laut.Obelia memiliki bentuk
polip dan medusa dalam siklus hidupnya.
b. Scyphozoa
Scyphozoa (dalam bahasa yunani, scypho = mangkuk, zoa = hewan) memiliki bentuk
dominan berupa medusa dalam siklus hidupnya.Medusa Scyphozoa dikenal dengan ubur-
ubur.Medusa umumnya berukuran 2 – 40 cm.Reproduksi dilakukan secara aseksual dan
seksual.Polip yang berukuran kecil menghasilkan medusa secara aseksual.Contoh Scyphozoa
adalah Cyanea dan Chrysaora fruttescens.

c. Anthozoa
Anthozoa (dalam bahasa yunani, anthus = bunga, zoa = hewan) memiliki banyak tentakel
yang berwarna-warni seperti bunga.Anthozoa tidak memiliki bentuk medusa,hanya bentuk
polip.Polip Anthozoa berukuran lebih besar dari dua kelas Coelenterata lainnya.Hidupnya di
laut dangkal secara berkoloni.Anthozoa bereproduksi secara aseksual dengan tunas dan
fragmentasi, serta reproduksi seksual menghasilkan gamet.
Contoh Anthozoa adalah Tubastrea (koral atau karang), Acropora, Urticina (Anemon laut),
dan turbinaria.Koral hidup di air jernih dan dangkal karena koral bersimbiosis dengan
ganggang.Ganggang memberikan makanan dan membantu pembentukan rangka pada
koral.Sedangkan koral memberikan buangan yang merupakan makanan bagi ganggang serta
perlindungan bagi ganggang dari herbivora.Rangka koral tersusun dari zat kapur.Rangka
koloni dari polip koral inilah yang membentuk karang pantai (terumbu karang) atau atol
(pulau karang).

5. Peranan

1. Porifera

Peran Porifera dalam kehidupan

 Beberapa jenis Porifera seperti Spongia dan Hippospongia dapat digunakan sebagai
spons mandi.
 Zat kimia yang dikeluarkannya memiliki potensi sebagai obat penyakit kanker dan
penyakit lainnya.
 Porifera juga dapat merugikan karena dapat hidup melekat pada kulit tiram sehingga
menurunkan kualitas tiram di peternakan tiram.
 Secara ekonomis, Porifera tidak mempunyai arti penting. Hewan Demospongia yang
hidup di laut dangkal dapat dimanfaatkan oleh manusia, misalnya spons untuk mandi
dan pembersih kaca.
 Sampai di sinilah uraian materi Porifera. Mudah-mudahan tidak ada kesulitan dalam
upaya Anda mempelajari materi ini.

Beberapa jenis porifera seperti spongia dan hippospongia dapat digunakan sebagai spons
mandi dan alat gosok.Namun, spons mandi yang banyak digunakan umumnya adalah spons
buatan, bukan berasal dari kerangka porifera.Zat kimia yang dikeluarkannya memiliki potensi
obat penyakit kanker dan penyakit lainnya.

Rangka tubuh porifera mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, karena dapat dimanfaatkan
sebagai alat pembersih (penggosok) alami ataupun sebagai pengisi jok (tempat duduk)
kendaraan bermotor.

Euspongia oficinalis merupakan spons yang biasa digunakan untuk mencuci, sedangkan
Euspongia mollisima biasa digunakan sebagai alat pembersih toilet yang harganya mahal.
Beberapa jenis Porifera seperti Spongia dan Hippospongia dapat digunakan sebagai spons
mandi.

Spons menghasilkan senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai pertahanan diri. Senyawa
tersebut ternyata berpotensi sebagai bahan obat-obatan. Spesies Petrosia contegnatta
mengahsilkan senyawa bioaktif yang berkhasiat sebagai obat anti kanker, sedangkan obat
anti-asma diambil dari Cymbacela. Spons Luffariella variabilis menghasilkan senyawa
bastadin, asam okadaik, dan monoalid yang bernilai jual sangat tinggi.

2. Coelenterata

Coelenterata terutama kelas Anthozoa yaitu koral atau karang merupakan komponen utama
pembentuk ekosistem terumbu karang.Ekosistem terumbu karang merupakan tempat hidup
beragam jenis hewan dan ganggang.Keanekaragaman organisme terumbu karang yang paling
tingg terdapat di Asia Tenggara, dari Filipina dan Indonesia hinggaq Great Barier Reef di
Australia.Dua puluh lima persen ikan yang dikonsumsi manusia juga hidup pada ekosistem
ini.Selain itu, terumbu karang sanga indah sehingga dapat di jadikan objek wisata. Karang di
pantai sangat bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencengah pengikisan pantai.

6. Perbedaan polip dan medusa

1. Polip

Polip adalah bentuk kehidupan Coelentarata yang menempel pada tempat hidupnya. Tubuh
berbentuk silindris, bagian proximal melekat dan bagian distal mempunyai mulut yang
dikelilingi tentakel. Polip yang membentuk koloni memiliki beberapa macam bentuk
(polimorfisme). Misalnya yang berbeda fungsinya yakni ada polip untuk pembiakan yang
menghasilkan medusa (gonozoid) dan polip untuk makan yakni gastrozoid. Fase polip atau
planula, fase ini dikatakan fase diam atau fase dimana obelia menyerupai tumbuhan yang
hidupnya melekat didasar laut dan tak dapat berpindah tempat. Reproduksi saat fase ini
dilakukan dengan cara vegetatif atau tak kawin umumnya membentuk tunas

2. Medusa

Medusa adalah bentuk ubur-ubur seperti payung/parasut atau seperti lonceng yang dapat
berenang bebas. Fase hidup medusa adalah fase hidup bergerak, dimana obelia hidup bebas
berenang-renang dilaut dan pada saat ini reproduksi dilakukan dengan cara kawin (generatif).

7. Metagenesis pada Aurelia Aurita dan Obelia Sp

1. Metagenesis Aurelia Aurita

Daur hidup / metagenesis ubur – ubur (aurelia aurita) dari fertilisasi sampai menjadi ubur2
dewasa :
Ubur2 dewasa : zigot – planula (larva bersilia) - skifistoma(polip) – strobilla –
efira (ubur2 muda) – ubur-ubur dewasa.
- Fase seksual : Medusa (ada sel gamet sel gamet (ovum dan sperma) pada induk betina dan
jantan)
- Fase aseksual : Skifistoma (membentuk kuncup yang tumbuh di dekat kaki yang semakin
lama semakin besar dan membentuk strobilla, sebelum akhirnya memisah membentuk efira).
2 Metagenesis dari Obelia Sp :

Daur hidup obelia:


Obelia dewasa : zigot planula (larva bersilia) skifistoma strobilla efira (obelia
muda) Obelia dewasa
-Fase seksual : Medusa
-Fase aseksual: Skifistoma

SYUKRAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ahli Botani masa lalu, mengelompokkan spons (porifera) ke dalam Kerajaan Plantae

karena bentuknya yang bercabang-cabang dan tidak mampu bergerak secara nyata. Spons

baru dikelompokkan ke dalam Kingdom Animalia pada tahun 1765, setelah dilakukan

penelitian dan pengamatan arus air melalui oskulumnya yang bergerak.

Anggota Filum Porifera disebut dengan sebutan spons. Spons merupakan hewan air

yang umumnya hidup di perairan laut dangkal yang bebas polusi. Di dunia, terdapat sekitar

10.000 spesies spons, dan hanya 100 spesies saja yang hidup di perairantawar. Spons dewasa

bersifat sesil, hidup menempel pada batu, cangkang kerang, dan permukaan keras lainnya.

Setelah sub Kingdom Protozoa sebagai hewan berseltunggal atau uniseluler, maka

hewan – hewan berikutnya tersusun atas banyak sel, maka disebut metazoa. Pada tahap

permulaan metazoa hanya sekedar sekelompok sel yang masih cenderung bekerja sendiri –

sendiri, baru kemudian pada tahap berikutnya merupakan kesatuan. Kesatuan itu berkembang

menjadi jaringan - jaringan dan beberapa macam jaringan membentuk organ. Dalam

pembahasan akan dikaji secara berturut – turut dari bentuk yang paling sederhana ke bentuk

yang kompleks.
Tubuh porifera masih diorganisasi pada tingkat seluler , artinya tersusun atas sel – sel

yang cenderung bekerja secara mandiri, masih belum ada koordinasi antar sel satu dengan sel

lainnya. Untuk mengetahui lebih banyak tentang porifera akan dibahas lebih lanju

b. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian porifera ?

2. Bagaimana ciri anatomi, morfologi, pencernaan dan fisiologi porifera ?

3. Bagaimana klasifikasi porifera?

4. Sebutkan peranan porifera dalam kehidupan sehari – hari !

c. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui pengertian porifera

2. Mengetahui ciri anatomi, morfologi, pencernaan dan fisiologi porifera

3. Mengetahui klasifikasi porifera

4. Mengetahui peranan porifera dalam kehidupan sehari – hari

d. Manfaat Percobaan

Selain kita dapat mengetahui struktur tubuh dan kegunaan porifera ini tentunya kita

dapat gunakan dalam kehidupan sehari – hari dan yang paling terpenting menjaga

ekosistemnya agar terjaga kelestariannya.

BAB II

PEMBAHASAN
Tubuh porifera masih diorganisasi pada tingkat seluler, artinya tersusun atas sel – sel

yang cenderung bekerja secara mandiri, masih belum ada koordinasi antara sel satu dengan

sel lainnya. Kata “Porifera” berasal dari kata Latin, pori = lubang – lubang kecil + faro =

mengandung,membawa. Kata tersebut menunjukkan kekhususan hewan yang bersangkutan,

yaitu : memiliki banyak lubang – lubang kecil dan bila disingkat cukup disebut: Hewan

berpori – pori . Bila dibandingkan dengan susunan tubuh protozoa maka susunan tubuh

porifera adalah lebih kompleks. Sebab tubuhnya tidak lagi terdiri atas sel, tetapi telah

tersusun atas banyak sel. Oleh karena itu beberapa ahli memasukkan Porifaera dalam

kelompok hewan metazoan, walaupun dalam tingkat rendah.

Porifera merupakan filum antara Protozoa dan Coelenterata. Kesukaran dalam

menghubungkan dengan Metazoa sebenarnya adalah pada sejarah embrional yang khusus.

Atas dasar itulah Porifera digolongkan dalam kelompok Parazoa (para = disamping) atau

hewan sampingan. Porifera mempunyai ciri – ciri khusus : (1) Tubuh memiliki banyak pori,

yang merupakan awal dari system kanal saluran air yang menghubungkan daerah eksternal;

(2) Tubuh tidak dilengkapi dengan apendiks dan bagian yang dapat digerakkan; (3) Belum

memiliki system saluran pencernaan makanan. Sistem pencernaanya berlangsung secara

intraseluler. Tubuhnya memiliki penyokong tubuh yang tersusun atas bentuk Kristal dan

spikula – spikula atau bahan serabut yang terbuat dari bahan organic.

Pada umumnya phylum Porifera hidup di air laut, yaitu tersebar atau terbentang dari

sejak daerah perairan pantai (tide) yang dangkal hingga daerah kedalaman 5,5 km. Familia

yang hidup di ai tawar biasanya termasuk pada Familia Spongilliade. Fase dewasa bersifat

sesil, artinya menetap pada suatu obyek yang keras yang dipakai sebagai tambahan, misalnya

batu – batuan, kayu – kayu yang tenggelam di dalam air dan ada juga yang melekat pada

cangkok hewan – hewan mollusca. Antara bagian tubuh utamanya dengan tambatan

dihubungkan oleh tangkai atau padenkula yang dibagian proksimal mengadakan pelebaran
sebagai bentuk cakram atau bentuk yang menyerupai akar. Bentuk tubuh sangat bervariasi,

yaitu ada yang menyerupai kipas, jambangan bunga, batang, globular, genta, terompet dan

lainnya; hewan porifera sebagian besar membentuk koloni yang sering tampak tidak teratur,

sehingga tampak seperti tumbuhan. Warna tubuh Poriifera bermacam – macam, misalnya

berwarna kelabu, kuning, merah, biru, hitam, putih keruh, cokelat, jingga, hijau dan lain –

lainnya. Warna tubuh sering berubah, tergantung tempat sinar. Warna – warna itu diperkuat

atau diperlemah warna lain, karena di dalam tubuhnya menletgandung ganggang yang

memiliki warna juga. Ganggang ini rupanya mengadakan simbiosis dengan Porifera.

Sekujur tubuh porifera terdapat pori-pori (porus: lubang kecil dan faro:

membawa/mengandung), hal tersebut menjadi sebab utama penamaannya. Dia antara

anggota-anggota Kerajaan Animalia, spons mempunyai stuktur tubuh yang paling sederhana.

Hewan yang dikenal sebagai hewan spons ini merupakan organisme multiselular. Bentuk

tubuh dan warnanya beragam, misalnya, mirip tumbuhan, bulat, pipih, dan ada yang mirip

vas bunga, sedangkan warna tubuhny ada yang jingga, biru, hitam, ungu, kuning, dan merah.

Porifera belum mempunyai organ, simetri tubuh, sel-sel pengindra, sel saraf, saluran

pencernaan., jaringan saraf maupun mulut. Tubuhnya tidak bisa bergerak secara dan melekat

di dasar perairan (sesil). Kerangka tubuhnya kuat yang tersusun dari zat kapur, silikat, atau

spongin. Mereka mempunyai daya regenerasi yang tinggi, artinya mampu menumbuhkan

kembali bagian tubuh yang hilang (rusak). Sehingga, jika hewan ini dipotong menjadi empat

bagian, maka akan terbentuk empat hewan porifera baru.

Bentuk paling sederhan dari spons adalah seperti kantong yang kaku dan berpori

Tubuh Porifera terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:

a. Oskulum : saluran penyebaran air dari tubuh. Tempat air keluar dari spongiosel.

b. Ostium atau apurturea : lubang kecil tempat masuknya air ke dalam tubuh. Lubang pada

porosit.
c. Paragaster atau spongiosel : saluran yang terdapat di bagian tengah tubuh. Ruang kosong di

dalam kantong.

d. Dinding tubuh yang tersusun atas :

1) Pinakosit : sel pelapis tubuh bagian luar, lapisan sel-sel yang berbentuk pipih

2) Porosit : sel berlubang yang di dalamnya terdapat ostia.

3) Miosit : sel otot yang mengelilingi porosit dan oskulum. Berfungsi untuk membuka dan

menutup sel porosit dan oskulum. Jika miosit mengeut, maka sel porosit dan oskulum akan

menutup.

4) Koanosit : sel pelapis dinding spongiosel dan berfungsi untuk mencerna makanan secara

intrasel. Pada ujung sel terdapat flagela, sedangkan pada bagian pangkal terdapat vakuola.

5) Amebosit : sel penghasil matriks pada lapisan tengah tubuh. Sel ini berfungsi untuk

mengedarkan zat makanan dan dapat berubah fungsi menjadi ovum dan sperma.

6) Skleroblas : sel penghasil spikula yang berfungsi sebagai rangka tubuh.

Struktur tubuh porifera kecuali berpori dengan macam – macam bentuk, dibagi atas

tiga tipe yaitu : (1) Ascon, (2) Sycon atau Schyipa dan (3) Rhagon.

Dari tipe Ascon yang berbentuk jambangan bunga yang merupakan tipe paling

sederhana dapat kita lihat suatu rongga sentral yang disebut Spongiocoel atau paragaster.

Ujung atas dari jambangan terdapat lubang besar yang disebut osculum. Lubang itu

merupakan pintu masuk aliran air yang menuju ke dalam rongga prageseter. Dinding tubuh

tersusun atas dua lapis yaitu : (1) lapis luar yang disebut lapisan epidermis atau epithelium

dermal. Tapi menurut Lambenfels sel – sel itu bukan sel – sel epithelium sebenarnya, dan

sering disebut pinacocyt dan kadang – kadang mempunyai satu flagellum, (2) lapis dalam
yang terdiri atas jajaran sel – sel berleher yang disebut Choanocyt yang berbentuk botol yang

memiliki flagellum. Di antara kedua lapisan itu terdapat zat antara yang berbahan gelatin. Di

antara kedua lapisan itu terdapat : (a) Amoebocyte yang berfungsi mengedarkan zat – zat

makanan ke sel lainnya dan menghasilkan gelatin. (b) Porocyte (sel berpori) atau myocyte

yang terletak di sekitar pori , yang berfungsi membuka dan menutup pori dan ssring disebut

myocyt. (c) Scleroblast yang berfungsi membentuk specula (kerangka tubuh). (d) Archeocyt

merupakan sel amoebosit embrional yang tumpul dan dapat membentuk sel – sel lainnya

misalnya sel – sel reproduktif. (e) Spicula yang merupakan unsur pembentuk tubuh.

Berhubung dinding tubuh porifera hanya terdiri dari dua lapis, yaitulapis luar (

ektodermal ) dan lapis dalam ( endodermal ), maka ditinjau dari sudut sejarah embrionalnya

Porifera termasuk diploblastis.

Dalam tubuh porifera ditemukan system saluran air yang dimulai daripori – pori atau

porosofil dan diakhiri pada lubang keluar utama yang disebut osculum. Sebelum air

dikeluarkan melalui oskulum, maka air yangdari segala jurusan tubuh itu lebih dahulu

ditampung di dalam rongga sentral atau spongocoel. Pola saluran air dari berbagai jenis

porifera itu tidak sama, namun mempunyai fungsi pokok yang sama yaitu untuk mengalirkan

air dari dari daerah eksternal. Aliran air tersebut berfungsi sebagai alat transportasi zat

makanan dan zat – zat sisa metabolisme.

Untuk menunjanng dinding tubuh yang lunak, maka porifera mempunyai penyokong

tubuh berupa mesenchym dan Kristal – Kristal kecil yang berbentuk seperti duri, bintang

atau anyaman – anyaman serabut yang terbuat dari bahan organis itu merupakan kerangka

tubuh dari hewan yang bersangkutan. Kerangka tubuh semacam ini disebut kerangka dalam

atau endoskeleton.

Kalau ditinjau dari bahan pembentuk kerangka, maka Porifera dapat digolongkan

menjadi 3 golongan, yaitu : (1) Porifera lunak, Porifera jenis ini kerangka tubuhnya tersusun
dari bahan sponging ( organis ). Porifera jenis ini, biasanya bila telah mati tubuhnya dapat

digunakan sebagai alat penggosok tubuh pada waktu mandi, penggosok alat – alat rumah

tangga misalnya meubelair dan lain – lainnya, benda semacam ini biasanya disebut sponsa.

(2) Porifera kapur, Porifera jenis ini kerangka tubuhnya terbuat dari bahan Kristal zat kapur

atau CaCO3 . (3) Porifera silikat , Porifera jenis ini kerangka tubuhnya terbuat dari bahan

Kristal silikat H2 Si3 O7, Kristal – Kristal yang terbentuk seperti duri, bintang, mata kail ,

jangkar dan lain – lainnya yang biasa disebut specula itu merupakan hasil bentukan atau

sekresi dari sel – sel scleroblast. Sedangkan sponging merupakan sekresi dari sel – sel

spongioblast. Baik scleroblast maupun spongioblast merupakan sel – sel khusus dari

mesenchym. Menurut Minchin, scleroblast yang merupakan bentuk khusus dari sel

mesenchym itu sebetulnya derivate dari sel dermanl epithelium yang masuk ke dalam

mesoglea dan di situ membentuk spcula dengan cara bersekresi. Spicula – specula yang

bersifat monakson ( specula bersumbu satu ) dibentuk oleh sebuah sel scleroblast. Di dalam

scleroblast tersebut mula – mula terjadi seutas benang yang terbuat dari bahan organic,

kemudian di sekitar benang itu didepositkan bahan – bahan CaCO3 seluruh bentukan itulah

yang kemudian menjadi specula. Setelah specula terbentuk maka sel scleoblast lalu

membelah diri menjadi dua, yang satu disebelah sel – pembentuk atau founder sedang yang

lain disebut sel penebal atau thickner. Bila specula telah sempurna terbentuk, maka sel

scleroblast akan meninggalkan specula. Tetapi specula – specula yang bersifat triakson,

dibentuk oleh 3 sel sccleroblast. Bila specula – specula tersebut telah selesai terbentuk

selanjutnya akan bertemu satu dengan yang lain di ujung – ujung cuatannya.

Fungsi

Berikut ini dibahas aliran air, makanan dan pencernannya, osmoregulator, ekskresi,

pernapasan rekasi terhadap rangsangan.


Bila dipandang begitu saja Nampak Porifera memperlihatkan gejala seperti benda

mati dalam arti diam tanpa mengadakan aktivitas. Tetapi bila diamati secara saksama, di

dalam tubuhnya terjadi kegiatan yang luar biasa, dimana flagella dari sel – sel choanachyt

giat mengadakan gerak penyapuan untuk menimbulkan aliran air, aliran mana mempunyai

arti yang sangat vital bagi kehidupannya. Sehubungan dengan aliran air ini, ternyata Porifera

dalam ukuran sedang ( 10 m ) setiap harinya tidak kurang 2624 m3 air yang dimasuk

keluarkan melalui tubuhnya. Seperti telah disebutkan di muka fungsi utama dari aliran air

adalah sebagai sarana dalam penyelenggaraan pertukaran zat, dari daerah eksternal ke dalam

daerah internal dan sebaliknya. Adapun zat yang dipertukarkan adalah partikel – partikel

makanan dan oksigen dimasukkan dari lingkungan internal ke lingkungan eksternal. Di

samping itu aliran air, terutama dari daerah internal juga berfungsi sebagai sarana dalam

pengeluaran benda – benda reproduktif yang erat hubungannya dengan proses perkembang

biakan serta penyebaran generasi.

Porifera bersifat holozoik maupun saprozik. Makanan Porifera berupa

mikroorganisme ( diatomae, bakteri protozoa dan lain – lain ), serta bahan – bahan organic

yang merupakan lapukan atau sisa – sisa tubuh organism yang telah mati. Adapun mekanisme

digesti, disstribusi, tersebut adalah sebagai berikut : bila aliran yang bersel Choanacyt, maka

disitu terjadi proses penyaringan , di mana mikrofili – mikrofili sel berleher akan bertindak

sebagai filter terhadap material yang terbawa oleh arus aliran air. Selanjutnya partikel –

partikel makanan yang dimaksud akan ditangkap oleh sel Choanacyt untuk dimasukkan

kedalam daerah internalnya yaitu vakuola makanan. Di dalam vakuola makanan partikel

tersebut akan dikerjakan oleh enzim Karbohidrase, protease dan lipase, semula suasanan

dalam vakuola makanan bersifat asam tetapi bila proses pencernaan telah berlangsung akan

berubah menjadi basa. Sambil mencernakan partikel makanan vakuola makanan akan

mengadakan sklosis dalam rangka mengedarkan sari – sari makanan di dalam sel Choanacyt
itu sendiri. Selanjutnya partikel makanan tersebut dari sel choanacyt dipindahkan ke sel – sel

amoebocyt yang berpangkalan di dekat sel leher. Oleh sel – sel amoebocyt itu partikel –

partikel makanan akan disebarkan keseluruhh tubuh . partikel makanan yang belum

mengalami proses pencernaan secara tuntas ketka masih di dalam vakuola makanan sel leher,

di dalam sel amoebocyt ini proses pencernaan akan diselesaikan . dengan begitu proses

pencernaan parikel makanan seluruhnya berlangsung secara intracelulair. Sifat dari sel

amoebocyt adalah mobil, artinya senantiasa mengembara didalam daerah mesoglea atau

mesenchym. Proses pengedaran sari – sari makanan itu dapat berlangsung secara difusi

ataupun osmosis dari sel ke sel yang lain. Dalam hal ini proses osmosis tidak merupakan

proses yang sukar disebabkan letak sel satu dengan yang lainnya saling berdekatan dengan

sel Choanocyt. Zat – zat makanan yang tidak dapat dicernakan baik oleh sel leher maupun sel

amoebocyt akan ditolak keluar yang selanjutnya diikutkan aliran air di bawah kluar melalui

osculum.

Sebetulnya Porifera tidak mempunyai alat atau organ perapasan khusus, walaupun

demikian mereka dalam hal pernapasan bersifat aerobic. Dalam hal ini yang bertugas

menangkap oksigen yang terlarut didalam air medianya bila dijajarkan di luar adalah sel –

sel epidermis (sel – sel pinacocyt), sedangkan pada jajaran dalam yang bertugas adalah sel –

sel choanocyt. Selanjutnya oksigen yang telah ditangkap oleh kedua jenis sel tersebut

diedarkan ke seluruh penjuru tubuh oleh sel – sel amoebocyt, berhubung porifera bersifat

sesil artinya tidak mengadakan perpindahan tempat sedangkan hidupnya sepenuhnya

tergantung akan kaya tidaknya kandungan material ( oksigen partikel makanan ) dari air yang

merupakan medianya, maka ketika porifera masih dalam fase larva yang sanggup

mengadakan pergerakan yaitu berenang – renang mengembara kian kemari dengan bulu –

bulu getarnya ia akan memilih tempat strategis dalam arti yang kaya akan kandungan

material yang dibutuhkan untuk kepentingan hidupnya. bila air yang merupakan media
hidupnya itu mengalami penyusutan kandungan akan oksigen, maka hal ini akan

mempengaruhi kehidupan porifera yang bersangkutan , artinya tubuhnya juga akan

mengalami penyusutan sehingga menjadi kecil dan bila kekurangan jatah oksigen sampai

melampaui batas toleransinya maka porifera akan mati.

Dalam hal ini Porifera juga belum mempunyai alat khusus yang digunakan untuk

mengeluarkan zat – zat sampah yang merupakan sisa metabolisme. Dalam penelitian ternyata

zat – zat sampah yang berupa butir – butir itu dikeluarkan dari daerah internal tubuhnya oleh

sel – sel amoebocyt.

Porifera berkembang biak secara seksual maupun secara aseksual. Perkembangbiakan

secara aseksual dilakukan dengan mmbentuk uncup. Kuncup itu setelah mengalami

pertumbuhan ada yang masih tetap melekat pada tubuh induk, sehingga membentuk semacam

koloni ataupun rumpun, tetapi ada juga yang memisahkan diri dengan induk. Perkembang

biakan secara seksual belum dilakukan dengan alat kelamin khusus. Baik ovum maupun

spermatozoidnya berkembang dari sel amoebocyt khusus yang disebut archeocyt. Sel

archeocyt ini ditemukan di dalam daerah mesoglea. Terdapat jenis porifera yang bersifat

monocious ( hermaprodit) ada yang bersifat diocius ( terpisah ). Bagi yang bersifat

hermaphrodit perkawinannya dilakukan secara perkawinan silang, artinya ovum dari porifera

yang satu dibuahi oleh spermatozoid Porifera lain. Ovum sebelum dan sesudah dibuahi oleh

speermatozid masih tetap tinggal didalam tubuh induknya, yaitu di dalam daerah mesoglea

atau mesenchym. Setelah terjadi pembuahan , maka zigot akan mengadakan proses

pembelahan berulang kali membentuk larva yang berambut getar yang disebut

amphibllastula, dan amphiblastula ini kemudian akan keluar dari dalam tubuh induknya

melalui osculum. Setelah amphiblastula ini tiba di lingkungan eksternal dengan rambut

getarnya ia akan dapat menjamin kebutuhan hidupnya ( kaya akan kandungan oksigen dan

kaya akan zat – zat makanan yang diperlukan ). Bila telah menemukan tempat yang sesuai
kemudian melekatkan diri pada suatu objek tertentu dan selanjutnya tubuh porifera menjadi

baru. Pembentukan butir benih atau gemmulae, ini juga merupakan cara perkembang biakan ,

terutama dilakukan oleh porifera air tawar. Butir gemmulae sangat tahan terhadap kondisi

alam sekitar yang buruk, misalnya habitat yang menjadi kering, kandungan oksigen pada air

yang menjadi medianya makin kurang dan lain – lainnya. Bila kolam dimana porifera itu

hidup menjadi keering dalam jangka waktu yang lama , akan menyebabkan kematian porifera

yang bersangkutan. Walaupun poriferanya telah mati namun butir – butir gemmulae yang ada

di dalamnya akan tersebar keluar dari dalam tubuh induknya. Pada kondisi alam sekitarnya

yang telah menjadi normal kembali maka sel – sel archeocyt yang merupakan inti butir

gemmulae itu akan keluar dari dalam kista dan tumbuh menjadi porifera baru.

Porifera dapat dikelompokkan berdasarkan tipe saluran air maupun jenis zat penyusu rangka

tubuh.

a. Tipe saluran air

1) Tipe Askon : sistem saluran air yang paling sederhana, secara berurutan terdiri atas

ostia, spongiosel, dan oskulum. Contohnya: Leucosolenia dan Clatharina blanca.

2) Tipe Sikon : saluran airnya meliputi ostia, saluran radial yang tidak bercabang,

spongiosel, dan oskulum. Contohnya : Pheronema sp., Schypa, dan Sycon gelatinosum.

3) Tipe Leukon (ragon) : tipe terumit. Salurannya terdiri atas ostia, saluran radial yang

bercabang-cabang, spongiosel, dan oskulum. Contohnya: Euspongia officinalis dan

Euspongia mollissima.

b. Jenis Zat Penyusun Rangka Tubuh

1) Kalkarea : tubuhnya tersususn dari zat kalsium karbonat (kapur), memiliki ukuran

tubuh kecil, dan hidup di laut dangkal. Contohnya : Klathrina blanca dan Sycon gelatinosum.

2) Heksaktinelida : memiliki rangka tubuh dari zat silikat. Contohnya : Pheronema sp.
3) Demospongiae : ada yang tidak mempunyai rangka atau mempunyai rangka dari

serabut spongin (zat tanduk), dan ada juga yang tersusun dari serabut spongin dan zat silikat.

Contohya: Euspongia officinalis, Euspongia mollisima, dan Spongila carteri (rangka dari

spongin), Poterion dan Oscarella sp. (tanpa rangka tubuh), serta Corticium candelabrum

(rangka dari spongin dan silikat).

Berikut ciri – ciri Porifera

Ciri-ciri morfologinya antaralain:

1. tubuhnya berpori (ostium)

2. tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial.

3. berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau tumbuhan

Ciri-ciri anatominya antara lain:

1. memiliki tiga tipe saluran air, yaitu askonoid, sikonoid, dan leukonoid

2. pencernaan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit

Peranan Porifera

Rangka tubuh porifera mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, karena dapat

dimanfaatkan sebagai alat pembersih (penggosok) alami ataupun sebagai pengisi jok (tempat

duduk) kendaraan bermotor.

Euspongia oficinalis merupakan spons yang biasa digunakan untuk mencuci,

sedangkan Euspongia mollisima biasa digunakan sebagai alat pembersih toilet yang harganya

mahal. Beberapa jenis Porifera seperti Spongia dan Hippospongia dapat digunakan sebagai

spons mandi.
Spons menghasilkan senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai pertahanan diri.

Senyawa tersebut ternyata berpotensi sebagai bahan obat-obatan. Spesies Petrosia

contegnatta mengahsilkan senyawa bioaktif yang berkhasiat sebagai obat anti kanker,

sedangkan obat anti-asma diambil dari Cymbacela. Spons Luffariella variabilis menghasilkan

senyawa bastadin, asam okadaik, dan monoalid yang bernilai jual sangat tinggi.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Porifera adalah hewan yang memiliki banyak lubang – lubang kecil atau biasa disebut pori –

pori, tidak memiliki bagian tubuh yang dapat digerakkan, Hewan yang dikenal sebagai

hewan spons ini merupakan organisme multiselular. Bentuk tubuh dan warnanya beragam,

misalnya, mirip tumbuhan, bulat, pipih, dan ada yang mirip vas bunga, sedangkan warna

tubuhny ada yang jingga, biru, hitam, ungu, kuning, dan merah.

2. Ciri-ciri morfologinya antara lain:

1. tubuhnya berpori (ostium)

2. tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial.

3. berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau tumbuhan

Ciri-ciri anatominya antara lain:

1. memiliki tiga tipe saluran air, yaitu askonoid, sikonoid, dan leukonoid

2. pencernaan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit


Porifera hidup secara heterotrof. Makanan porifera antara lain diatom, protozoa kecil,

bakteri dan partikel organik yang mengendap dari permukaan air. Makanan tersebut dicerna

secara intraseluler di dalam vakuola.

Spons memperoleh makananya dengan cara menyaring partikel-pertikel makanan yang

terbawa arus melewati tubuhnya. Makanan diperoleh dengan cara mengalirkan air melalui

ostia (ostium) ke dalam spongiosel. Air digerakkan oleh flagelata yang terdapat pada

koanosit. Selanjutnya, air dialirkan ke dalam vakuola yang terdapat di pangkal koanosit untuk

dicerna. Bahan makanan yanga sudah dicerna akan diedarkan ke seluruh bagian tubuh oleh

sel amebosit. Sisa hasil pencernaan dikeluarkan ke spongiosel dan dibuang keluar tubuh

memalui ostium.

3. KLASIFIKASI PORIFERA

Kelas Calcarea

a. Rangkanya berspikula kapur

b. Koanositnya besar

c. Biasanya hidup di laut dangkal

Contoh-contoh dari kelas ini adalah Scypha, Leucosolenia, Cerantia, Ceranthrina, dan Sycon

gelatinosum

Kelas Hexactinellida

a. Rangkanya berspikula kersik

b. Kebanyakan hidup di laut dalam

Contoh-contohnya : Euplectella, Hyalonema, Pheronema

Kelas Demospongia

a. Umumnya tidak berangka, yang berangka rangkanya terdiri dari zat kersik atau spongin

atau campuran keduanya.

b. Hewan ini dimanfaatkan sebagai bahan industry spon


c. Ada species yang tidak dapat bergerak

d. Hidup di laut dangkal Contoh-contohnya : Euspongia mollisima, Hypospongia equine,

Haliclona, spongilla corteri

4. 1. Keuntungan

Rangka tubuh porifera mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, karena dapat dimanfaatkan

sebagai alat pembersih (penggosok) alami ataupun sebagai pengisi jok (tempat duduk)

kendaraan bermotor.

Euspongia oficinalis merupakan spons yang biasa digunakan untuk mencuci, sedangkan

Euspongia mollisima biasa digunakan sebagai alat pembersih toilet yang harganya mahal.

Beberapa jenis Porifera seperti Spongia dan Hippospongia dapat digunakan sebagai spons

mandi.

Spons menghasilkan senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai pertahanan diri. Senyawa

tersebut ternyata berpotensi sebagai bahan obat-obatan. Spesies Petrosia contegnatta

mengahsilkan senyawa bioaktif yang berkhasiat sebagai obat anti kanker, sedangkan obat

anti-asma diambil dari Cymbacela. Spons Luffariella variabilis menghasilkan senyawa

bastadin, asam okadaik, dan monoalid yang bernilai jual sangat tinggi.

2. Kerugian

Secara umum kerugian porifera terhadap manusia sangat kecil, mungkin salah satu

contoh kerugian yang ditimbulkan porifera karena dapat hidup melekat pada kulit tiram

sehingga menurunkan kualitas tiram di peternakan tiram.

Anda mungkin juga menyukai