Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya paleontologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentuk-

bentuk kehidupan pada masa lampau termasuk termasuk evolusi dan interaksi satu

dengan lainnya serta lingkungan kehidupannya (paleokologi) selama umur bumi atau

dalam skala waktu geologi terutama yang diwakili oleh fosil. Fosil sendiri didefinisi

sebagai sisa-sisa kehidupan makhluk hidup atau organisme yang pernah ada pada

masa lampau.
Protozoa berasal dari perkataan yunani, dari kata protos yang artinya permulaan

dan zoon artinya hewan. Sehingga protozoa dapat ditafsirkan merupakan hewan yang

paling sederhana dalam dunia organik.protozoa sendiri dibagi berdasarkan alat

geraknya menjadi 4 kelas. Sedangkan Bryozoa merupakan koloni dari hewan-hewan

kecil, seperti hamparan lumut berbulu, menempel pada batu, benda atau tumbuhan air

diperairan dangkal yang subur dan jernih. Kedua filum ini memiliki perbedaan

terutama dari lingkungan hidupnya. Protozoa hidup di segala macam lingkungan baik

di usus manusia, hewan rawa-rawa dan lain-lain. Bryozoan merupakan hewan yang

hidup di laut dan juga hidup di air tawar. Pada praktikum ini dilakukannya

pengamatan pada fosil dan mengiidentifikasinya apakah dia merupakan protozoa

atau bryozoa berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari pelaksanaan praktikum ini adalah agar praktikan mampu

mendeskripsikan fosil protozoa dan bryozoan yang di berikan secara megaskopis.


Sedangkan tujuan dari pelaksanaan praktikum ini antara lain
1. Agar praktikan mampu membedakan antara fosil yang berfilum Protozoa maupun

Bryozoa berdasarkan ciri-cirinya dan bentuk dari fosil tersebut.


2. Praktikan mampu mengetahui cara pendeskripsian dari fosil Protozoa dan

Bryozoa.

1.3 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum yakni:
1. Lembar kerja praktikum
2. Buku penuntun praktikum
3. Pulpen, pensil dan sebagainya
4. Pensil warna
5. Alat pembanding sampel fosil seperti koin logam
6. Lap halus dan lap kasar
7. 8 (delapan) sampel fosil sebagai sampel peraga
8. HCl 0,1 M

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Filum Protozoa


2.2.1. Pengertian filum protozoa
Protozoa berasal dari perkataan yunani, dari kata protos yang artinya permulaan

dan zoon artinya hewan. Sehingga protozoa dapat ditafsirkan merupakan hewan yang

paling sederhana dalam dunia organik.


Beberapa dari golongan filum ini ada yang sudah mempunyai

rumah/test/cangkang, dimana rumah ini didalamnya terdapat hewannya. Rumah atau


cangkang pada umumnya berukuran kecil, sehingga untuk dapat melihat dengan jelas

harus memerlukan alat bantu. Alat yang digunakan untuk mikro fosil adalah

mikroskop. Dengan alat ini peneliti dapat mengidentifikasi dengan baik.

2.2.2. Ciri-Ciri Filum Protozoa

Adapun cici-ciri dari filum ini adalah sebagai berikut:


a. Protozoa merupakan hewan yang bersel satu(uniseluler), dan terdiri atas sebuah

atau beberapa buah inti yang dikelilingi oleh protoplasma.


b. Pada filum protozoa belum dapat diadakan pembagian badannya seperti dilakukan

atas jasad hidup lainnya.


c. Protozoa merupakan hewan yang dapat hidup dalam segala lingkungan, yaitu

lingkungan laut, rawa-rawa, lingkungan aerob, bahkan dapat hidup pada usus

manusia, seperti golongan bakteri.


d. Jumlahnya jauh melebihi jumlah dari filum manapun
e. Umumnya protozoa merupakan jasad hidup yang kecil , denagn ukuran rata-rata

satu mikro sam[pai beberapa millimeter. Tapi diantaranya ada juga yang melebihi

75 milimeter, seperti genus Fusulina.


f. Perkembang biakan protozoa dapat secara seksual ataupun aseksual.
g. Protozoa pada umumnya hidup secara soliter, tetapi adajuga yang hidup secara

koloni.
h. Protozoa sebagian mencakup hewan, sebagian mencakup tumbuhan.
i. Protozoa yang masih hudup terdiri dari cangkang dan dibagian luar ataupun pada

bagian dalam cangkangnya terdapat protoplasma. Protoplasma yang ada diluar

cangkan disebut ekstoplasma, sedangkan yang ada didalam cangkang disebut

endoplasma.
Gambar 2.1 Foraminifera yang masih hidup
2.2.3. Kalsifikasi Protozoa
Berdasarkan cara-cara pergerakannya filum protozoa dapat dibagi menjadi 4

klas yaitu:
A. Klas Mastigospora (Yunani, Mestix:Cambuk, Poros:Membawa)
Klas ini bergerak dengan menggunakan flagel (semacam rambut) hidupnya

bebas, dan ada juga yang sebagai protozoa flagel dan dapat hidup dalam lingkungan

air tawar ataupun air asin.sebagian besaar hewan plantonik. Umumnya hidup didalam

air, beberapa hidup parasite pada hewan dan manusia. Flagellate mempnyai bentuk

yang tetap. Berkembangbiak dengan cara aseksual dengan pembelahan biner dan

seksual dengan cara konjugasi. Berdasarkan ada tidak adanya klorofil flagellate

dibedakan menjadi dua macam yaitu:


a. Fitoflagellata
1) Flagellate yang mampu melakukan fotosintesis karena mempunyai kromatofora.
2) Habitatnya diperairan bersih dan perairan kotor.
b. Zooflagellata/dinoflagellate
1) Tidak mempunyai klorofil, sehingga bersifat heterotroph
2) Umumnya hidup sebagai parasite pada hewan dan manusia.
B. Kelas Ciliata
Bentuk cangkang dari kelas ini sangat bermacam-macam. Cara bergeraknya

dengan menggunakan semacam rambut pendek (cilia). Kelas ini sangan sedikit

dijumpai fosil-fosilnya, sehingga dalam paleontologi tidak dibicarakan tentang fosil-

fosilnya dan klaifikasinya. Merupakan kelas terbesar dari protozoa. Ciliate adalah

hewan yang berbulu getar. Silia berfungsi untuk bergerak. Menangkap makanan dan

untuk menerima rangsangan dari lingkungan. Habitat banyak di tempat berair.

Mempunyai bentuk tubuh yang tetap dan oval.

Gambar 2.2 Bagian-bagian dari Ciliata.


C. Kelas Sporozoa
Hewan ini merupakan golongan sporozoa yang pasif, artinya tidak mempunyai

alat gerak tertentu. Golongan ini juga tidak dibicarakan klasifikasinya, karena sangat

sedikit dijumpai fosil-fosilnya.

Gambar 2.3 contoh dari Sporozoa


D. Kelas Sarcodina
Cara bergeraknya golongan ini menggunakan kaki palsu atau pseudopodia.

Dalam kelas ini sangat banyak di jumpai fodil-fosilnya. Kelas sarcodina dapat hidup

secara soliter maupun koloni karena pada kelas ini banyak dijumpai fosil-fosilnya,

maka kelas inilah yang akan dipelajari dalam paleontologi.


Kelas sarcodina dibagi menjadi:
1) Ordo Proteomyxa
Ordo ini merupakan binatang parasite, dengan pseudopodi yang memancar

seperti benang, hidupnya di air tawar maupun air asin. Sampai sekarang belum

pernah dijumpai fosilnya.


2) Ordo Mycetozoa
Merupakan golongan yang mempunyai sifat seperti hewan dan tumbuh-

tumbuhan, hampir mirrip seperti jamur. Golongan ini sampai sekarang belum pernah

dijumpai fosilnya.
3) Ordo Amoebina
Merupakan binatang yang mempunyai pseudopodia yang berlekuk-lekuk

umumnya hidup di airtawar. Sangat jarang dijumpai fosil-fosilnya.


4) Ordo Testacea
Merupakan golongan binatang yang mempunyai kamar tunggal. Umumnya

hiddup di air tawar dan air asin. Tetapi fosilnya sangat sedikit. Contoh fosil dari ordo

ini adalah Difflugia, Quadrula, Euglypha yang dipakai petunjuk.


5) Ordo Heliozoan
Golongan ini mempunyai pseudopodia yang membentuknya axopodia. Jarang

sekali dijumpai fosilnya.


6) Ordo Radiolarian
Merupakan golongan yang hidun dilaut secara plantonik. Golongan ini sudah

mempunyai cangkang yang umumnya terbuat dari zat silica. Contohnya Diatomea.
7) Ordo Foraminifera
Ordo ini sangat banyak dijumpai fosil-fosilnya, dalam batuan sedimen dan

banyak meninggalkan fosil-fosil yang berguna untuk kepantingan geologi.

Gambar 2.4 contoh dari Sarcodina


2.2.4. Lingkungan Hidup
Dikatakan bahwa protozoa dapat hidup dalam segala lingkungan, bahkan dapat

hidup pada usus-usus manusia, dalam hal ini yang dibicarakan oleh paleontologi

adalah yang berhubungan dengan proses-proses pemfosilannya. Umumnya atau

sebagian besar lingkungan kehidupannya adalah laut, rawa-rawa, danau ataupun

didarat. Golongan ini juga sebagian besar merupakan golongan benthonik dan

planktonik. Golongan yang banyak meninggalkan fosil-fosilnya adalah ordo

foraminifera, dimana ordo ini yang akan di pelajari dalam bidang paleontologi.

2.2 Filum Bryozoa

2.2.1 Pengertian Filum Bryozoa


Pada zaman dahulu, bryozoa dianggap sebagai tumbuhan, namun setelah diteliti

lebih lanjut maka diketahui bahwa bryozoa merupakan binatang-binatang lumut.

Secara terminologis, bryozoan (yunani), bryon yang berarti lumut dan zoon artinya

hewan. Bryozoa merupakan koloni dari hewan-hewan kecil, seperti hamparan lumut

berbulu, menempel pada batu, benda atau tumbuhan air diperairan dangkal yang

subur dan jernih. Bryozoa hidup dilaut dan beberapa hidup di air tawar, hidup

berkoloni dan tidak bertingkai. Beberapa beroprasi mengeluarkan benda berkapur

seperti batu karang. Pada sebagian besar spesies koloni terbungkus eksosklenton

keras berpori. Bryozoa memiliki lophophore yang menjulur.


Filum bryozoa dinamakan juga polyzoa atau ectoprocta. Polyzoa merupakan

istilah bagi individu hewan yang berukuran kecil/mikroskopis, sedangkan ectoprocta

berasar dari kata entos yang berarti diluar lophophore. Lophophore adalah lipatan

dinding tubuh dan calyx yang mengelilingi mulut dan mengandung tantakel yang

bercilia. Lophophore berfungsi dalam mengambil makanan bersuspensi.


Gambar 2.5 Bentuk-Bentuk Bryozoa
2.2.2 Ciri-Ciri Bryozoa
Masing-masing individu dari bryozoa disebut zooceum. Bentuk dari zooecium

bermacam-macam seperti bentuk kotak, jembangan, lonjong atau pembuluh. Jenis

koloni yang hidup dilaut, seperti kelas Gymnoleamata polimorfik, artinya di dalam

koloni memiliki lebih dari satu macam zooid, autozooid, heterozoid. Autozoid adalah

zooid yang selalu ada dan jumlahnya banya, berfungsi untuk makan dan pencernaan.

Heterozooid merupakan modifikasi dari zooid untuk keperluan koloni, misalnya

menjadi tangkai atau stolon, semacam akar, avicularium dan vibraculum. Avicularium

(jamak:avicularia) berbentuk seperti kepala burung, untuk menghalangi parasite atau

pengganggu. Vibraculum berbentuk seperti cambuk untuk membersihkan tubuh dari

detritus dan parasite. Ovicell atau oocium ialah zooid untuk mengerami telur.

Adapun cici-ciri dari bryozoa adalah sebagai berikut:


1. Hewan berkoloni
2. Tidak bertangkai
3. Zooid berukuran <0,5mm
4. Rongga tubuh tumbuh sempurna
5. Tidak ada sistem peredaran darah maupun pernapasan
6. Terdapat saraf ganglion di antara mulut dan anus
7. Mulut Bryozoa di tumbuhi dengan tentakel
8. Anus terletak dekat mulut
9. Individu terbungkus dalam zeocium
10. Tidak punya system ekskresi
11. Makan partikel-partikel dari air
2.2.3 Klasifikasi Bryozoa
Berdasarkan lophophore, klasifikasi bryozoan dibagi menjadi 3 kelas, yaitu:
A. Kelas Phylactoleamata
Ciri-cirinya:
1. Lophophore berbentuk tapal kuda
2. Mempunyai epistoma
3. Dinding tubuh berotot
4. Koloni monomorfik
5. Terdapat di air tawar
6. Tidak ada zooid polymorphism
7. Tidak ada proses pengerasan kapur
8. Menghasilkan stastoblast
Contoh : plumatella, lophophus crystallinus.
Kelas ini terdiri dari satu ordo yakni plumatelina
B. Kelas Gyimnoleamata
Ciri-cirinya:
1. Lophophore berbentuk lingkaran
2. Epistoma tidak ada
3. Dinding tubuh tidak berotot
4. Koloni polymorfik
5. Zooecia kompleks berbentuk silindris
6. Lebih dari 3000 spesies hidup dan kebanyakan hidup dilaut
7. Banyak spesies fosil
Kelas ini dibagi menjadi 2 ordo, yaitu:
a) Ordo ctenomata
Ciri-cirinya:
1. Zooecia sepergi agar, khitin atau membrane
2. Diameter orifice sama dengan diameter zooecium
3. Koloni berbentuk lapisan tipis pada batu, cangkang moluska atau ganggang.
Contohnya: paludicella (di air tawar) dan alcynodium (di air laut)
b) Ordo cheilostomata
Ciri-cirinya:
1. Zeocia dari zat tanduk atau kapur
2. Berbentuk kotak dan mempunyai avicularia
3. Mempunyai operculum
4. Bentuk koloni berumbai-rumbai
contohnya: bugula dan membranipora
C. Kelas Stenolaemata
Ciri-cirinya:
1. Bentuk zoecium seperti tabung atau pipa, terbuka dibagian ujung
2. Dinding zeocia berkapur dan menyatu satu sama lain
3. Orifice bundar
4. Telur dierami dalam ovicell yang besar
5. Lophophore berbentuk gelang
6. 900 spesies hidup, semua ada di laut
Stenolaemata di bagi menjadi 6 ordo, yaitu:
a) Ordo Cyclostome Atau Tubulipora
b) Ordo Cystoporata
c) Ordo Stomatopora
d) Ordo Crystotomata
e) Ordo Treopostomata
f) Ordo Fenestrata
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Fanestella explanata A.ROEM.

Fosil dengan nomor Peraga 614 termasuk Filum Bryozoa, Kelas Gymnoleamata,

Ordo Kriptostoma, Family Fanestellanidae, Genus Fanestella, Proses Pemfosilan

Permineralisasi, Bentuk Plate, Komposisi Kimia SiO2, Umur DEVON TENGAH

(360-370 Juta tahun), Lingkungan Pengendapan Laut Dangkal.

3.2 Caninia cornucopiae NICH.

Fosil dengan nomor Peraga 887 termasuk Filum Bryozoa, Kelas Gyimnoleamata,

Ordo Cheilostomata, Family Caninianidae, Genus Caninia, Proses Pemfosilan

Permineralisasi, Bentuk Brenching, Komposisi Kimia CaCO3, Umur KARBON

BAWAH (318-345 Juta tahun), Lingkungan Pengendapan Laut Dangkal.


3.3 Acanthoceras rhotomageuse (DEFR.)

Fosil dengan nomor Peraga 1744 termasuk Filum Molusca, Kelas Stenoleamata

Ordo Cyclosmat, Family Acanthocerasidae, Genus Acanthoceras, Proses Pemfosilan

Mineralisasi, Bentuk Tabular, Komposisi Kimia SiO2, Umur KAPUR ATAS,

Lingkungan Pengendapan Laut Dalam.

3.4 Odontobelus tripartitus gracilis (A.)

Fosil dengan nomor Peraga 726 termasuk Filum Bryozoa, Kelas Gymnolemata,

Ordo Hoemosporidia, Family Odontobelusidae, Genus Odontobelus, Proses

Pemfosilan permineralisasi, Bentuk Brenching, Komposisi Kimia CaCO 3, Umur

JURA BAWAH (176-195 Juta tahun), Lingkungan Pengendapan Laut Dangkal.


3.5 Heliolithes cf. megastoma McCOY

Fosil dengan nomor peraga 263, termasuk dalam Filum Bryozoa, Kelas

Phylactoleamata, Ordo Cetonostomata, Family Heliolithesidae, Genus Heliolithes,

proses pemfosilan yakni permineralisasi, Bentuk Branching, Komposisi Kimia

CaCO3, Umur SILUR ATAS (395-423 Juta tahun) Lingkungan Pengendapan Laut

Dangkal.

3.6 Coral limestone

Fosil dengan nomor Peraga 792 termasuk Filum Bryozoa, Kelas Gymnoleamata,

Ordo Cylostomata, Family Coralidae, Genus Coral, Proses Pemfosilan

permineralisasi, Bentuk Branching, Komposisi Kimia CaCO 3, Umur KAPUR ATAS

(65-100 Juta tahun), Lingkungan PengendapanLaut Dangkal.

3.7 Nummulites millecaput BOUBEE


Fosil dengan nomor Peraga 948 termasuk Filum Protozoa, Kelas Sarcodina, Ordo

Foraminifera, Family Nummulitesidae, Genus Nummulites, Proses Pemfosilan

Mineralisasi, Bentuk Plate, Komposisi Kimia CaCO3, Umur EOSEN TENGAH (44-

50 Juta tahun), Lingkungan Pengendapan Laut Dangkal

Untuk lebih jelasnya lagi dapat di lihat pada lampiran

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan setelah dilakukannya praktikum ini dapat

disimpulkan yakni:
1. Fosil dapat di bedakan antara Filum Protozoa dan Bryozoa melalui kenampakan

fisik yang dimiliki fosil, berupa ciri-ciri dari fisiknya maupun


2. Berdasarkan pengamatan fosil, untuk melakukan pendeskripsian sebuah fosil

yang perlu di tentukan yakni filum, kelas, ordo, family, genus, dan lain

sebagainya. Pada fosil yang telah di deskripsi kita akan mengetahui pada zaman

apa dia hidup serta dapat diketahui iklim dan cuaca pada saat fosil ini hidup dan

fosil tersebut termasuk Filum Protozoa atau Bryozoa.


4.2 Saran

1. Agar lebih bisa mengawasi praktikan pada saat praktikum berlangsung.


2. Agar lebih semangat lagi cara mengajarkan ke praktikan.

Daftar Pustaka

Amin, M. Mustaghfirin. 2014. Paleontologi PDF.

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013. 2014.

Paleontologi kelas x Semester 2. Jakarta.

https://www.academia.edu/5472591/FILUM_BRYOZOA di akses pada tanggal 10

pukuk 15.20 wita

Anda mungkin juga menyukai