Isnaini Permata Lestari1, Annisa Ulima Sabrina Fasya, Maryati, Rifqi Andi Naufal, Deru Arief
Wicaksono, Operlin Jaya Zebua, Alfira Aulia Nisa, Rio Cevin Ferdianto Turnip, Tegar
Muhammad Ihsan, Risky Akis Lajona, Hijrialdi Abil
1
Program Studi Teknik Geologi, Jurusan Teknologi Industri, Institut Teknologi Sumatera
Email: Isnaini.15117032@student.itera.ac.id
ABSTRACT
Micropaleontology is a branch of paleontology that studies microfossils. Microfossils are fossils
that are generally not larger than four millimeters and are generally smaller than one
millimeter, for example microfossil organisms are Porifera. Porifera is a multicellular animal
group that is composed of many cells and is the simplest. experimental method and literature
study. Experiments were carried out by making a porphye modeling using plasticine and then
determining the osculum, porocyte, and spongocoel, and the names of the porifera. Literature
studies were carried out by making books, journals and theses as sources of data collection on
the variables to be studied. The purpose of this practicum is that the practitioner can
reconstruct the anatomy of the pharynx based on the pieces of fossils found and interpret their
life forms.
ABSTRAK
1. PENDAHULUAN
Mikropaleontologi merupakan cabang ilmu paleontologi yang mempelajari mengenai
mikrofosil. Mikrofosil adalah fosil yang umumnya berukuran tidak lebih besar dari
empat millimeter, dan umumnya lebih kecil dari satu milimeter, sehingga untuk
mempelajarinya dibutuhkan mikroskop cahaya ataupun elektron. Fosil yang dapat
dipelajari dengan mata telanjang atau dengan alat berdaya pembesaran kecil, seperti
kaca pembesar, dapat dikelompokkan sebagai makrofosil.
Contoh organisme mikrofosil ialah Porifera. Porifera merupakan filum dari kingdom
animalia yang juga sering disebut Hewan Spons. Porifera adalah kelompok hewan
multiseluler (tersusun atas banyak sel) yang paling sederhana. Kata Porifera berasal dari
2 kata, yaitu “porus” yang artinya rongga, dan “ferre” yang artinya mempunyai,
sehingga secara bahasa porifera berarti hewan yang memiliki rongga. Namun demikian,
1
Lestari, I.P. Plastisin sebagai Pemodelan Rekonstruksi Porifera
Filum ini sulit dikenali sebagai hewan karena tidak memiliki kepala, badan, dan anggota
tubuh lainnya. Karenanya banyak pula yang mengelompokkannya ke dalam kingdom
tumbuhan. Porifera juga sering disebut Kingdom Parazoa, “para” berarti di samping dan
zoa berarti hewan, pengelompokkan tersebut terjadi karena porifera disebut belum
memiliki bentuk hewan sepenuhnya, dan belum memiliki jaringan sejati. Ukuran tubuh
hewan ini bermacam-macam, mulai dari yang hanya sebutir beras hingga yang
tingginya mencapai 2 meter. Porifera umumnya hidup berkoloni dan melekat pada dasar
perairan yang tidak terlalu dalam.
Penelitian tentang fosil Porifera mempunyai beberapa penerapan yang terus
berkembang sejalan dengan perkembangan mikropaleontologi dan geologi. Fosil
Porifera bermanfaat dalam biostratigrafi, paleoekologi, paleobiogeografi, dan eksplorasi
minyak dan gas bumi. Oleh karena itu untuk mempelajari mengenai porifera maka
diadakannya praktikum paleontologi dengan modul mikrofosil.
1.1.1 Mikropaleontologi
Mikropaleontologi merupakan cabang paleontologi yang mempelajari mikrofosil, ilmu
ini mempelajari masalah organisme yang hidup pada masa yang lampau yangberukuran
sangat renik (mikroskopis), yang dalam pengamatannya harus menggunakan Mikroskop
atau biasa disebut micro fossils (fosil mikro). [1]
1.1.2 Fosil
Fosil adalah jejak atau sisa kehidupan baik langsung atau tidak langsung terawetkan
dalam lapisan kulit bumi, terjadi secara alami dan mempunyai umur geologi. [2]
1.1.3 Porifera
Porifera merupakan filum dari kingdom animalia yang juga sering disebut Hewan
Spons. Porifera adalah kelompok hewan multiseluler (tersusun atas banyak sel) yang
paling sederhana. Kata Porifera berasal dari 2 kata, yaitu “porus” yang artinya rongga,
dan “ferre” yang artinya mempunyai, sehingga secara bahasa porifera berarti hewan
yang memiliki rongga. Namun demikian, Filum ini sulit dikenali sebagai hewan karena
tidak memiliki kepala, badan, dan anggota tubuh lainnya. Karenanya banyak pula yang
mengelompokkannya ke dalam kingdom tumbuhan. Porifera juga sering disebut
Kingdom Parazoa, “para” berarti di samping dan zoa berarti hewan, pengelompokkan
tersebut terjadi karena porifera disebut belum memiliki bentuk hewan sepenuhnya, dan
belum memiliki jaringan sejati. Ukuran tubuh hewan ini bermacam-macam, mulai dari
yang hanya sebutir beras hingga yang tingginya mencapai 2 meter. Porifera umumnya
hidup berkoloni dan melekat pada dasar perairan yang tidak terlalu dalam [3].
2
Lestari, I.P. Plastisin sebagai Pemodelan Rekonstruksi Porifera
Gambar 1. Porifera
1.1.4 Archaecyatha
Archaeocyatha adalah organisma laut dari perairan subtropis dan tropis hangat yang
hidup sepanjang awal lebih rendah dari periode Cambrian. Mereka yang pertama
dikenal dari awal zaman Tommotian Cambrian, sekitar 530 juta tahun yang lalu dan
dengan cepat menganeka-ragamkan ke dalam seratus keluarga-keluarga. Mereka
menjadi batu karang planet sangat awal yang membangun binatang.
Hari ini archaeocyathan dapat dikenal oleh kecil tetapi perbedaan konsisten di dalam
struktur fosil mereka. Beberapa archaeocyathans telah dibangun seperti mangkuk
tersarang sepanjang 30 cm. Beberapa archaeocyaths adalah solitary organisma, yang
lain membentuk jajahan. Kemudian, di sekitar 520 juta tahun yang lalu archaeocyaths
memasuki suatu kemunduran jelas. Hampir semua jenis berakhir dengan pertengahan
Cambrian, dengan jenis menghilang sebelum ujung periode Cambrian, penghilangan
dan kemunduran yang cepat mereka bersamaan waktu dengan suatu penganeka-
ragaman secepat Demosponges.
Archaeocyathans tinggal di kawasan pantai maupun laut dangkal. Distribusi yang
tersebar luas mereka di atas hampir keseluruhan dunia Cambrian, seperti halnya
keaneka-ragaman yang sejenis.
Archaeocyathans berperan dalam ilmu stratigrafi yaitu dapat menentukan umur lapisan
batuan. Dengan adanya Archaeocyathans di dalam lapisan batuan, maka lapisan batuan
tersebut berada pada zaman kambrium [4].
Gambar 2. Archaeocyatha
3
Lestari, I.P. Plastisin sebagai Pemodelan Rekonstruksi Porifera
Tubuh Porifera dilapisi oleh dua lapisan jaringan (dipoblastik), yaitu lapisan luar
(Ektodermis) dan lapisan dalam (Endodermis) [4].
1.1.6 Pliosen
Pliosen adalah suatu kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung 5,332 hingga
1,806 juta tahun yang lalu. Kala ini merupakan kala kedua pada periode Neogen di
eraKenozoikum. Pliosen berlangsung setelah Miosen dan diikuti oleh kala Pleistosen.
2. METODE
Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu eksperimen dan studi literatur
2.1 Eksperimen
2.1.1 Pemodelan Rekonstruksi Porifera
4
Lestari, I.P. Plastisin sebagai Pemodelan Rekonstruksi Porifera
Langkah Pengerjaan:
1. Masing-masing praktikan dalam satu kelompok membuat 1 jenis pemodelan
porifera yang berbeda-beda tiap praktikannya dalam bentuk 3D menggunakan
plastisin yang telah disediakan,
2. Praktikan menentukan oskulum, porocyte, spongocoel dari porifera tersebut.
3. Praktikan menentukan septa-septum, calyx, dan epitecha-nya.
4. Praktikan mengumpulkan semua jenis pemodelan porifera pada impraboard
5. Praktikan menuliskan nama-nama setiap porifera pada impraboard
3 PEMBAHASAN
Pada praktikum mikrofosil yang bertujuan untuk merekonstruksi anatomi porifera
berdasarkan potongan fosil yang ditemukan serta menginterpretasikan bentuk
kehidupannya ini praktikan menggunakan plastisin untuk pemodelan rekonstruksi
porifera, praktikan juga menentukan oskulum, porocyte, spongocoel dari porifera
tersebut. Keberadaan fosil porifera ini amat menjadi salah satu fokus para geologist
untuk menemukan sumber minyak bumi, karena habitat tempat kelompok organisme ini
hidup merupakan ekosistem untuk organisme laut lainnya, sehingga amat
memungkinkan bila endapan jasad renik biocoenose terendapkan bersama dengan fosil
porifera, fosil porifera yang terkubur jauh pada basin sedimentasi dapat digunakan
untuk mengestimasi tingkat kedewasaan thermal bumi, yang merupakan faktor kunci
untuk menemukan keberadaan cebakan minyak atau gas alam
Keberadaan fosil porifera juga dapat membantu identifikasi paleoklimatologi, karena
ketepatan temperatur untuk berkembangnya organisme ini hanya terjadi pada daerah
5
Lestari, I.P. Plastisin sebagai Pemodelan Rekonstruksi Porifera
tropis-subtropis. Dan paleoceanogrfi, terlebih pada tingkat keasaman air laut, tubuh
organisme ini tersusun oleh kalsium karbonat dan sebagian kecil silika, sehingga
membutuhkan lingkungan yang sesuai untuk hidup dan berkembang.
6
Lestari, I.P. Plastisin sebagai Pemodelan Rekonstruksi Porifera
7
Lestari, I.P. Plastisin sebagai Pemodelan Rekonstruksi Porifera
8
Lestari, I.P. Plastisin sebagai Pemodelan Rekonstruksi Porifera
9
Lestari, I.P. Plastisin sebagai Pemodelan Rekonstruksi Porifera
diketahui nama porifera yaitu Flabellum irregulare, pada pemodelan keempat diketahui
nama porifera yaitu Dendrofilia rutteni, pada pemodelan porifera kelima diketahui
nama porifera yaitu Antillophyllia grandiflora, pada pemodelan porifera keenam
diketahui nama porifera yaitu Pemmatites timorensis, pada pemodelan ketujuh diketahui
nama porifera yaitu Solenastraea semarangensis, pada pemodelan rekonstruksi porifera
kedelapan diketahui nama porifera yaitu Balanophyllia variabilis, pada pemodelan
rekonstruksi porifera kesembilan diketahui nama porifera yaitu Sphenotrochus viola,
pada pemodelan rekonstruksi porifera kesepuluh diketahui nama porifera yaitu
Balanophyllia complanata, pada pemodelan rekonstruksi porifera kesebelas diketahui
nama porifera yaitu Flabellum variabileforma alta
5.UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam penyusunan resume laporan praktikum modul mikrofosil ini, praktikan tidak
lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu praktikan
dalam menyelesaikan resume ini. Khususnya kepada Bapak Prof. Dr. Yahdi Zaim,
Bapak Danni Gathot Harbowo, M.T. selaku dosen mata kuliah paleontologi yang telah
banyak membagikan ilmunya, kepada Kak Hijrialdi Abil selaku asisten praktikum shift
Kamis, 08 November 2018 pukul 07.00-09.00 WIB dan kepada kak Nessa indra liani
selaku penanggung jawab praktikum paleontologi modul rekonstruksi porifera yang
telah banyak membantu dalam praktikum maupun penyusunan resume laporan
praktikum ini.
6. REFERENSI
[1] https://www.nationalgeographic.org/encyclopedia/paleontology/ diakses pada
tanggal 22 September 2018 Pukul 19.05 WIB
[2]http://ridwanaz.com/umum/alam/pengertian-fosil-pembentukan-fosil-waktu-
geologis/ diakses pada tanggal 22 September Pukul 19.25 WIB
[3] www.ucmp.berkeley.edu/porifera/porifera.html diakses pada tanggal 09 November
2018 pukul 13:00 WIB
[4] Rahardian, Renan, dan Azni Ananda. Mini Book Master Biologi SMA.
WahyuMedia. Jakarta. 2012.
10