Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI

BENTUK ASAL FLUVIAL


MINGGU KE-5

I.P. Lestari*, A. Dian , O. Mardelita, A. Rico, R.N. Amalia, S. Alifah,


Kelompok 5
Program Studi Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera
*corresponding author: isnaini.15117032@student.itera.ac.id

I. PENDAHULUAN
Aliran sungai merupakan agent yang sangat penting dari erosi
karena sangat berperan dalam membentuk bantang alam dari
hampir semua permukaan daratan dan merupakan proses geologi
yang sangat signifikan. Karakteristik dari suatu individu lembah
aliran dan daerah sekitarnya akan ditentukan oleh material yang
berkembang didalamnya, iklim, waktu dan perubahan elevasi
terhadap base level.
Aliran sungai merupakan bagian dari siklus hidrologi (Gambar 1).
Air hujan yang sampai di permukaan (presipitasi) kembali ke laut
melalui permukaan (runoff). Sebagian dari air ini kembali ke
atmosfer melalui penguapan (evaporasi) dan melalui tumbuhan
(transpirasi), dan sebagian menyerap kebawah sebagai air tanah.
Air yang masuk dalam aliran dan menyebabkan aliran permukaan
(runoff) datang dari suatu limpahan aliran, dan dari air yang
bergerak kedalam tanah sebelum dikeluarkan (discharge) melalui
sungai.

Gambar 1. Siklus Hidrogeologi.


Gambaran penampang topografi melalui sepanjang sungai
merupakan penampang longitudinal yang memperlihatkan
perubahan gradient yang menurun dari bagian hulu kea rah mulut
sungai (hilir, tempat bertemunya dengan sungai besar).

Gambar 2. Penampang longitudinal dari sungai memperlihatkan


perubahan gradient sungai
Suatu aliran sungai bervariasi dari mulai aliran turbulen di daerah
pegunungan, melalui lembah sempit hingga sungai dengan yang
lebar, sampai ke daerah dataran. Pentingnya mempelajari aliran
sungai dan bentuk asal fluvial dikarenakan hal ini sangat berkaitan
dengan bidang ilmu geologi. karena latar belakang ini maka
diadakan praktikum geomorfologi mengenai aliran sungai dan
bentuk asal fluvial.

II. INTERPRETASI
II.1. Morfometri
a. Kelas Lereng (0° - 2°) Hijau Tua
Pada peta geomorfologi ini terdapat morfometridengan
kelas lereng ( 0°– 2 °) dengan warna hijau tua, pada daerah
ini diketahui daerah perbukitan datar atau hampir datar,
tidak ada erosi yang besar, dapat diolah dengan mudah
dalam kondisi kering.
b. Kelas Lereng (2 - 4 ) Hijau Muda
Pada peta geomorfologi ini terdapat morfometri dengan
kelas lereng ( 2 derajat – 4 derajat) dengan warna hijau
muda, pada daerah ini diketahui daerah sangat landai,
lahan pada daerah ini memiliki kemiringan lereng landai,
bila terjadi longsor bergerak dengan kecepatan rendah,
pengikisan dan erosi pada lahan ini meninggalkan bekas
yang sangat dalam.
c. Kelas Lereng (4 - 8 ) Kuning Muda

Pada peta geomorfologi ini terdapat morfometri dengan


kelas lereng (4 derajat – 8 derajat) daerah ini pada peta
ditandai dengan warna kuning muda, pada daerah ini
diketahui daerah perbukitan bergelombang, lahan pada
daerah ini memiliki kemiringan lereng landai sampai
curam, bila terjadi longsor bergerak dengan kecepatan
rendah, daerah ini sangat rawan terhadap erosi.
d. Kelas Lereng (8° - 16°) Kuning Tua
Pada peta geomorfologi ini terdapat morfometri dengan
kelas lereng (8 derajat – 16 derajat) daerah ini pada peta
ditandai dengan warna kuning tua, pada daerah ini
diketahui daerah perbukitan bergelombang curam, lahan
pada daerah ini memiliki kemiringan lereng yang curam,
bila terjadi longsor bergerak dengan kecepatan yang tinggi,
daerah ini sangat rawan terhadap erosi dan longsor.
e. Kelas Lereng (16 - 35 ) Merah Muda

Pada peta geomorfologi ini terdapat morfometri dengan


kelas lereng ( 16 derajat – 35 derajat) yang ditandai
dengan warna merah muda, pada daerah ini diketahui
daerah perbukitan curam, lahan pada daerah ini memiliki
kemiringan lereng yang curam sampai terjal, sering terjadi
erosi dan gerakan tanah dengan kecepatan yang perlahan -
lahan. Daerah ini tergolong daerah rawan erosi dan
longsor.

II.2. Bentukan Asal Fluvial

a. Dataran Banjir (Flood Plain)

Pada peta geomorfologi bentuk asal fluvial ini terdapat


dataran banjir (flood plain) berupa dataran yang luas
berada pada kiri kanan sungai yang terbentuk oleh
sedimen akibat limpasan banjir sungai tersebut. Litologi
dataran banjir ini berupa pasir.

Dataran banjir merupakan bagian terendah dari floodplain. Ukuran


dan bentuk dari dataran banjir ini sangat tergantung dari sejarah
perkembangan banjir, tetapi umumnya berbentuk memanjang
(elongate). Endapan dataran banjir (floodplain) biasanya terbentuk
selama proses penggenangan (inundations).

Umumnya Endapan dataran banjir ini didominasi oleh endapan


suspensi seperti lanau dan lumpur, meskipun kadang-kadang
muncul batupasir halus yang terendapkan oleh arus yang lebih kuat
pada saat puncak banjir. Endapannya dari dataran banjir ini
mengisi daerah relatif datar pada sisi luar sungai dan kadang-
kadang mengandung sisa tumbuhan serta terbioturbasikan oleh
organisme-organisme.
Gambar 3. dataran banjir

b. Tanggul alam sungai (Natural Levee)

Pada peta geomorfologi ini terdapat tanggul alam (Natural Levee)


yang merupakan akumulasi sedimen berupa igiratau tanggul
memanjang dan membatasi alur sungai. Tinggi maksimum suatu
tanggul terdapat pada bagian tepi dalam tanggul yang berbatasan
dengan alur sungai dengan lereng yang curam. Hal ini
menunjukkan bahwa tinggi muka air sungai pernah menapai
permukaan tanggul tersebut pada saat terjadi banjir besar.
Sebaliknya menjauhi alur sungai kea rah dataran banjir lereng
tanggul berangsur-angsur berkurang besarnya dari miring hingga
landai. Tanggul yang terbentuk akibat banjir sungai di wilayah
dataran rendah yang berperan menahan air hasil limpasan banjir
sehingga terbentuk genangan yang dapat kembali lagi ke sungai.
Seiring dengan proses yang berlangsung kontinyu akan terbentuk
akumulasi sedimen yang tebal sehingga akhirnya membentuk
tanggul alam.

Tanggul alam memiliki struktur berlapis karena terbentuk oleh


endapan sedimen saat banjir meluap melampaui tanggul sungai.
Akibat kecepatan aliran yang menurun maka terjadilah
pengendapan sedimen yang kasar diendapkan dekat alur sungai
sedang yang lebih halus terangkut jauh kearah dataran banjir.
Tanggul alam terdapat pada daerah dekat dengan muara sungai
atau zona lower dari sungai
Gambar 4. Tanggul Alam

c. Gosong sungai (point bar)

Pada peta geomorfologi ini terdapat gosong sungai (point bar)


yang merupakan kenampakan morfologik yang umum pada sungai
yang sedang mengalami meandering dan pada saat yang
bersamaan pengendapan point bar merupakan proses sedimentasi
yang terjadi di dalam alur sungai tersebut. Bentuk dan ukuran
sedimentasi bervariasi tergantung pada besarnya alur sungai serta
berkembang pada bagian lengkung dalam (inner band) alur sungai.
Tekstur dari material point bar tergantung pada keadaan sedimen
yang terangkut pada saat banjir terjadi. Kelerengan umumnya
miring kea rah aliran menuju lengkung luar. Point bar mempunyai
relief yang datar sampai berombak dengan batuan dan struktru
Berlapis, tidak kompak. Karakteristik dari point bar terbentuk pada
tubuh sungai bagian hilir dan bagian hulu gosong tumpul dan
bagian hilir menyudut.
Gambar 5. Bentang Alam Point Bar

d. Sungai meander dan Enteranched meander

Pada peta geomorflogi bentukan asal fluvial terdapat bentukan


pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena
pengikisan tebing sungai, daerah alirannya disebut sebagai
Meander Belt. Meander ini terbentuk apabila pada suatu sungai
yang berstadia dewasa atau tua mempunyai dataran banjir yang
cukup luas, aliran sungai melintasinya dengan tidak teratur karena
adanya pembelokan aliran Pembelokan ini terjadi karena ada
batuan yang menghalangi sehingga alirannya membelok dan terus
melakukan penggerusan ke batuan yang lebih lemah.

Pada sungai tipe ini erosi secara umum lemah sehingga


pengendapan sedimen kuat. Erosi horizontallnya lebih besar
dibandingkan erosi vertical, perbedaan ini semakin besar pada
waktu banjir. Hal ini menyebabkan aliran sungai sering berpindah
tempat secara mendatar. Ini rerjadi karena adanya pengikisan
horizontal pada tepian sungai loleh aliran air utama pada daerah
kelokan sungai pinggir luar dan pengendapan pada kelokan tepi
dalam.
Gambar 6. Bentang Alam Sungai Meander.

e. Bar Longitudinal

Pada peta geomorfologi ini terdapat bar longitudinal, bar


longitudinal adalah pulau ditengah sungai yang mempunyai sumbu
panjang sejajar dengan arah aliran sungai. Endapan yang berbutir
kasar biasanya tersebar di sekitar sumbu dan bagian bawah dari
bar longitudinal. Besar butir endapan ini mengecil ke arah atas dan
bawah dari bar longitudinal. Struktur sedimen yang umumnya
terdapat pada bar longitudinal adalah lapisan mendatar yang tebal
yang diendapkan dalam kondisi upper-flow regim.

f. Lembah ditinggalkan (Abandon Valley)

Pada peta geomorfologi ini terdapat lembah ditinggalkan


(Abandon Valley) merupakan benukan fluvial berupa lembah
sungai yang tidak dialiri oleh air lagi. Proses pembentukannya
akibat proses erosi dan sedimentasi terutama pada sungai
bermeander. Ketika meander terbentuk, kemudian aliran semakin
intensif terbentuk danau tapal kuda. Dalam waktu yang lama air
yang menggenang hilang membentuk lembah yang ditinggalkan.
Bentukan ini banyak terdapat pada dataran alluvial dengan struktur
batuan yang relative homogen
Gambar 7. Lembah Ditinggalkan (Abandon Valley)

III. KESIMPULAN

Kesimpulan dari laporan praktikum geomorfologi ini yaitu:

1. Aliran sungai merupakan agent yang sangat penting dari erosi


karena sangat berperan dalam membentuk bantang alam dari
hampir semua permukaan daratan dan merupakan proses geologi
yang sangat signifikan

2. Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti


dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui tahap
kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.

3. Pada peta geomorfologi ini terdapat kelas lereng (0° - 2°) yang
diinterpretasikan berwarna hijau tua

4. Pada peta geomorfologi ini terdapat kelas lereng (2° - 4 °) yang


diinterpretasikan berwarna hijau muda

5. Pada peta geomorfologi ini terdapat morfometri dengan kelas


lereng (4 derajat – 8 derajat) daerah ini pada peta ditandai dengan
warna kuning
6. Pada peta geomorfologi ini terdapat morfometri dengan kelas
lereng (8 derajat – 16 derajat) daerah ini pada peta ditandai dengan
warna kuning tua.

7. Pada peta geomorfologi ini terdapat morfometri dengan kelas


lereng ( 16 derajat – 35 derajat) yang ditandai dengan warna merah
muda.

8. Pada peta geomorfologi ini terdapat bentukan asal fluvial yaitu


Dataran Banjir (Flood Plain), Tanggul alam sungai (Natural
Levee), Gosong sungai (point bar), Sungai meander dan
Enteranched meander, Bar Longitudinal, Lembah ditinggalkan
(Abandon Valley)

Anda mungkin juga menyukai