Nim : 15117032
Batuan plutonik dapat diklasifikasi secara mineralogi berdasarkan proporsi aktual dari
berbagai mineral yang menyusunnya yang disebut mode. Berdasarkan pada Subkomisi
International Union of Geological Sciences (IUGS) mengenai Systematics of Igneous Rocks
pada tahun 1973 menyarankan penggunaan komposisi modal untuk semua batuan beku
plutonik dengan indeks warna kurang dari 90 (Gambar 1) dan untuk mereka batuan
ultramafik plutonik dengan indeks warna lebih besar dari 90.
Gambar 2. Klasifikasi batuan beku basa (mafik) dan ultra basa (ultra mafik; sumber IUGS
classification).
2) Batuan beku asam – intermediet
Kelompok batuan ini melimpah pada wilayah-wilayah dengan tatanan tektonik kratonik
(benua), seperti di Asia (daratan China), Eropa dan Amerika. Kelompok batuan ini membeku
pada suhu 650-800oC. Dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu batuan beku kaya
kuarsa, batuan beku kaya feldspathoid (foid) dan batuan beku miskin kuarsa maupun foid.
Batuan beku kaya kuarsa berupa kuarzolit, granitoid, granit dan tonalit; sedangkan yang
miskin kuarsa berupa syenit, monzonit, monzodiorit, diorit, gabro dan anorthosit (Gambar 3).
Jika dalam batuan beku tersebut telah mengandung kuarsa, maka tidak akan mengandung
mineral foid, begitu pula sebaliknya.
Gambar 3. Klasifikasi batuan beku bertekstur kasar yang memiliki persentasi kuarsa, alkali
feldspar, plagioklas dan feldspathoid lebih dari 10% (sumber IUGS classification)
Tata nama tersebut bukan berarti ke empat unsur mineral harus menyusun suatu
batuan, dapat salah satunya saja atau dua mineral yang dapat hadir bersama-sama. Di
samping itu, ada jenis mineral asesori lain yang dapat hadir di dalamnya seperti horenblende
(amfibol), piroksen ortho (enstatit, diopsid) dan biotit yang dapat hadir sebagai mineral
asesori dengan plagioklas dan feldspathoid.
Pada prinsipnya, feldspatoid adalah mineral feldspar yang terbentuk karena komposisi
magma kekurangan silika, sehingga tidak cukup untuk mengkristalkan kuarsa. Jadi, limpahan
feldspathoid berada di dalam batuan beku berafinitas intermediet hingga basa, berasosiasi
dengan biotit dan amfibol, atau biotit dan piroksen, dan membentuk batuan basanit dan trakit-
trakiandesit. Batuan yang mengandung plagioklas dalam jumlah yang besar, jarang atau sulit
hadir bersama-sama dengan mineral feldspar, seperti dalam batuan beku riolit.
Batuan beku memiliki skema klasifikasi dua kali lipat berdasarkan mineralogi batuan dan
paragenesisnya, yaitu bagaimana batuan terbentuk.
Kelompok batuan vulkanik ini menempati lebih dari 70% batuan beku yang tersingkap di
Indonesia, bahkan di dunia. Limpahan batuannya dapat dijumpai di sepanjang busur
vulkanisme, baik pada busur kepulauan masa kini, jaman Tersier maupun busur gunung api
yang lebih tua. Kelompok batuan ini juga dapat dikelompokkan sebagai batuan asal gunung
api. Batuan ini secara megaskopis dicirikan oleh tekstur halus (afanitik) dan banyak
mengandung gelas gunung api.
1. Batuan Vulkanik Asam
Batuan vulkanik asam adalah komposisi yang sama seperti granit, dan
sehingga memiliki mineral yang sama. Mereka umumnya memiliki fenokris kuarsa
dan feldspar, hornblende dengan ringan dan mika, tetapi ada biasanya tidak fenokris
cukup untuk batu yang akan disebut porfiritik. Kelimpahan kuarsa dan feldspar, baik
sebagai fenokris dan dalam massa dasar, memberikan batu warna terang. Dimana
feldspar yang dominan feldspar alkali, batu adalah riolit dan sering memiliki warna
kemerahan merah muda. Dimana feldspar yang dominan plagioklas, itu adalah sebuah
dasit.
2. Batuan Vulkanik Menengah
Batuan vulkanik dengan komposisi antara adalah andesit. Mereka umumnya
menengah dalam warna antara riolit dan basalt, tetapi dapat menyerupai basal,
menjadi media untuk abu-abu gelap. Mereka mungkin berisi hornblende, bersama
dengan plagioklas dan piroksen dan dapat mengandung kuarsa ringan. Mereka diberi
nama setelah pegunungan Andes, di mana mereka yang umum. Plagioklas adalah
komposisi andesin.
3. Batuaan Vulkanik Basa
Yang paling berlimpah batuan vulkanik adalah basalt. Ini adalah abu-abu
gelap sampai hitam, tapi cuaca ke abu-abu terang. Hal ini terdiri dari plagioklas dan
piroksen dengan olivin lebih rendah. Olivine adalah phenocryst paling sering terlihat,
menjadi suhu tinggi, mineral crystallising awal, tapi ringan, plagioklas persegi
panjang dan piroksen hitam juga dapat dilihat dalam sampel phaneritic.Sebagian besar
batuan vulkanik di bidang andesit / basalt. Perbedaan antara keduanya adalah pada%
berat SiO2 dengan basalt (batu vulkanik yang paling umum) memiliki kurang dari
52% SiO2. Sebagai kriteria ini tidak dapat digunakan untuk mengklasifikasikan
spesimen tangan, persentase mineral mafik dapat digunakan, dengan basal memiliki
lebih dari 35% mineral mafik volume. Perbedaan ini juga agak tidak memuaskan
dalam banyak kasus, karena ukuran butir halus sampel, sehingga nama field tentatif
basal umumnya diterapkan dalam banyak kasus, dengan batu andesit yang disarankan
jika batu menunjukkan karakteristik seperti warna keseluruhan lebih ringan, sebuah
warna kehijauan atau jika diketahui terkait dengan lainnya, batu silika tinggi.
4. Batuan Volcanic Ultrabasa
Ini sangat langka, batu kuno yang dikenal sebagai komatiite yang tidak
meletus hari ini. Mereka terdiri dari fenokris panjang olivin, piroksen dengan baik dan
plagioklas langka. Komatiites adalah bukti dari periode sejarah bumi ketika suhu di
mantel atas yang cukup panas untuk menghasilkan mencairnya mantel atas ke tingkat
yang cukup untuk menghasilkan magma ultrabasa.
Batuan vulkanik yang memiliki kurang dari 90% mineral mafik, dan tidak ada
feldspathoids (sebagian besar semua batuan vulkanik) diklasifikasikan sesuai dengan
persentase relatif dari kuarsa, feldspar alkali dan plagioklas, seperti yang ditunjukkan
di bawah ini.
Didasarkan atas kandungan mineralnya, kelompok batuan ini dapat
dikelompokkan lagi menjadi tiga tipe, yaitu kelompok dasit-riolit-riodasit, kelompok
andesit-trakiandesit dan kelompok fonolit (Gambar 5).
Gambar 5. Klasifikasi batuan beku intrusi dangkal dan ekstrusi didasarkan atas kandungan
kuarsa, feldspar, plagioklas dan feldspatoid (sumber IUGS classification)
Tata nama tersebut bukan berarti ke empat unsur mineral harus menyusun
suatu batuan, dapat salah satunya saja atau dua mineral yang dapat hadir bersama-
sama. Di samping itu, ada jenis mineral asesori lain yang dapat hadir di dalamnya,
seperti horenblende (amfibol), piroksen ortho (enstatit, diopsid) dan biotit yang dapat
hadir sebagai mineral asesori dengan plagioklas dan feldspathoid.
Pada prinsipnya, feldspatoid adalah mineral feldspar yang terbentuk karena
komposisi magma kekurangan silika, sehingga tidak cukup untuk mengkristalkan
kuarsa. Jadi, limpahan feldspathoid berada di dalam batuan beku berafinitas
intermediet hingga basa, berasosiasi dengan biotit dan amfibol, atau biotit dan
piroksen, dan membentuk batuan basanit dan trakit-trakiandesit. Batuan yang
mengandung plagioklas dalam jumlah yang besar, jarang atau sulit hadir bersama-
sama dengan mineral feldspar, seperti dalam batuan beku riolit.