Anda di halaman 1dari 19

MODUL PRAKTIKUM

BENTUKLAHAN ASAL PROSES FLUVIAL

A. Maksud dan Tujuan


Maksud praktikum bentukan asal proses Fluvial adalah:
1. Mengenali bermacam-macam bentuklahan fluvial pada peta topografi dan pada
lapangan.
2. Mengerti dan mampu menjelaskan proses-proses yang menyebabkan terbentuknya
bentuklahan fluvial dalam bentuk laporan dan artikel.
Tujuan acara praktikum bentukan asal fluvial adalah agar mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan ciri-ciri bentukan lahan fluvial yang terjadi dilapangan.
2. Menjelaskan proses-proses fluvial yang berlangsung berdasarkan kenampakan
geografis pada peta topografi dan dilapangan.

B. Landasan Teori
Bentuklahan asal proses fluvial menurut Suharsono (1988) dalam Heru Pramono
dan Arif Ashari (2013:118) dihasilkan oleh kerja aliran sungai, dalam hal ini terutama
pada daerah-daerah deposisi seperti lembah sungai besar dan dataran aluvial. Prosess
kerja aliran sungai yang menghasilkan bentuklahan fluvial meliputi tiga bagian yang
saling berkaitan yaitu erosi, transportasi, dan sedimentasi. Karena saling berkaitan
ketiga proses ini sering disebut tiga tahap dari aktivitas tunggal. Tahap dalam proses
ini diawali dengan erosi, kemudian pengangkutan, dan sedimentasi. Apabia lereng
atau debit aliran permukaan semakin kecil, kecepatan dan energi aliran juga enjadi
keciil. Maka pada tahap ini terjadi sedimentasi karena tenaga untuk mengangkut
material hasil erosi juga berkurang.
Dalam Chay Asdak (2007:338) dua penyebab utama terjadinya erosi adalah erosi
karena alamiah dan erosi karenaa aktivitas manusia. Erosi alamiah dapat terjadi
karena proses pembentukan tanah dapat terjadi karena proses pembentukan tanah dan
proses erosi yang terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alami.
Salah satu tipe erosi di daerah tropis yaitu erosi tebing sungai (streambank erosion)
adalah pengikisan tanah pada tebing-tebing sungai dan penggerusan dasar sungai oleh
aliran air.

1
Sedimentasi dalam Chay Asdak (2007:391) adalah hasil dari erosi. Sedimen
sering dijumpai di dalam sungai. Baik terlarut atau tidak terlarut, adalah merupakan
produk dari pelapukan batuan induk yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
terutama perubahan ikli.hasil pelapukan batuan induk tersebut kita kenal dengan
partikel-partikel tanah. Partikel-partikel tanah tanah tersebut dapat terkelupas dan
terangkut ke tempat yang lebih rendah untuk kemudian asuk ke dalam sungai dan
dikenal dengan sedimen sehingga transpor sedimen dari tempat tinggi ke rendah dapat
menimbulkab pendangkalan.
Menurut Van Sleen, dkk (1974) dan Suharsono (1988) dalam Heru Pramono dan
Arif Ashari (2013:118) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kondisi alami dari
sedimen fluvial, yaitu:
1. Muatan sedimen pada tubuh perairan yang dikontrol oleh kecepatan aliran,
gradien, dan pasokan (supply) dari muatan sedimen itu sendiri.
2. Luas dan kondisi alami daerah aliran sungai, mencakup kondisi geologi, iklim,
relief, tanah, vegetasi, penutup, dan bentuk DAS.
3. Kondisi aliran air yang meliputi kecepatan, kuantitas, dan arah aliran air serta
variasinya.
Dalam Ghufron Fikrianto (2015) perbedaan kontur tanah membuat pola aliran
sungai berbeda-beda, pola aliran sungai dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Rektangular, yaitu pola aliran sungai yang terdapat pada daerah yang mempunyai
struktur patahan.
2. Angular, yaitu pola aliran sungai yang membentuk sudut <90°. Pola aliran
inimasih mengikuti garis-garis patahan.
3. Radial sentrifugal, yaitu pola aliran sungai pada kerucut gunung merapi atau
dome yang baru memasuki stadium muda dan arah alirannya menuruni lereng
(meninggalkan pusatnya).
4. Radial sentripetal, yaitu pola aliran sungai pada suatu kawah atau cekungan
pada gunung, arah alirannya menuju ke pusatnya.
5. Trelis, yaitu pola aliran sungai yang berbentuk seperti treli atau jeruji, pola ini
terbentuk di pegunungan lipatan.
6. Anular, yaitu pola aliran sungai utamanya berbentuk melingkar (radial, anak
sungainya hampir berbentuk tegak lurus dengan sungai utama, pola ini terbentuk
pada pegunungan tua.

2
7. Dendritik, yaitu pola aliran sungai yang mirip cabang atau akar tanaman, pola
aliran ini berada pada daratan yang landai sehingga arus sungainya tidak terlalu
deras dan tidak cukup kuat untuk menempuh jalur lurus dan pendek.
8. Pinnate, yaitu pola aliran sungai yang muara-muara sungainya membentuk sudut
lancip.
Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai di dalam urutannya terhadap
induk sungai pada suatu DAS. Berdasarkan metode Stahler, alur sungai paling hulu
yang tidak mempunyai cabang disebut orde pertama (orde 1), pertemuan antara orde
yang memiliki angka yang sama akan menjadi orde dengan satu angka yang lebih
besar dari orde sebelumnya namun jika kedua cabang sungai yang bertemu memiliki
nilai orde yang berbeda, maka nilai terbesar yang dipakai untuk orde selajutnya.
Demikian seterusnya sampai diketakui orde terbesar sungai utama.
Menurut Charkton (2008) dalam Heru Pramono dan Arif Ashari (2013:119)
sistem fluvial terdiri atas tiga bagian yaitu zona erosi, zona transportasi, dan zona
deposisi. Zona erosi merupakan bagian hulu daerah aliran sungai dan merupakan
wilayah yang terdapat sungai berstadium muda. Zona transportasi merupakan wilayah
sungai berstadium dewasa. Adapun zona deposisi merupakan wilayah sungai yang
berstadium tua yang banyak dijumpai kenampakan hasil deposisi.
C. Macam-macam bentuklahan fluvial
1. Sungai teranyam (braided stream)
Terbentuk pada bagian hilir sungai yang memiliki slope hampir datar-
datar, alurnya luas, dan dangkal. Sungai teranyam atau anastomosis.terbentuk
karena adanya erosi yang berlebihan pada bagian hulu sungai, sehingga terjadi
pengendapan pada bagian hilir atau alurnya dan membentuk gosong sungai.
Karena adanya gosong sungai yang banyak, maka alirannya memberikan kesan
teranyam (Gambar 1).

3
Gambar 1. Sungai Teranyam atau
Anastomotic

2. Gosong Sungai (Channel Bar Dan Point Bar)


Endapan sungai yang terdapat pada tengah (channel bar) atau tepi (point
bar) dari alur sungai (Gambar 2). Gosong sungai bisa berupa kerakal,
berangkal, dan pasir.

4
Gambar 2. Gosong tepi (point bar).
3. Dataran Limpah Banjir (Floodplain) dan Tanggul Alam (Natural Levee)
Dataran yang terbentuk di sepanjang aliran sungai akibat bermigrasinya
sungai. Apabila terjadi banjir, maka dataran tersebut akan menerima luapan banjir
beserta materialnya (Gambar 3). Sungai stadia dewasa mengendapkan sebagian
material yang terangkut saat banjir pada sisi kanan dan kiri sungai. Seiring dengan
proses yang berlangsung secara menerus tersebut, maka akan terbentuk akumulasi
sedimen yang tebal, sehingga akhirnya membentuk tanggul alam (Gambar 4).

5
Gambar 3. Dataran limpah banjir
yang berkembang pada sungai stadia
tua

Gambar 4 Tanggul Alam Yang Berkembang


Pada Sungai Stadia Tua

4. Kipas Aluvial (Alluvial Fan)


Sungai dengan muatan sedimen besar yang mengalir dari lereng bukit
atau pegunungan, lalu masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi
pengendapan material secara cepat. Hal ini terjadi karena perubahan Gradien
lereng dan kecepatan yang drastis, sehingga, berupa suatu onggokan material
lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu dataran di depan
suatu gawir (Gambar 5). Selanjutnya dikenal sebagai kipas aluvial dan biasanya
terdapat air tanah yang melimpah. Hal ini dikarenakan umumnya kipas aluvial
terdiri dari perselingan pasir dan lempung yang merupakan lapisan pembawa
air yang baik.

6
Gambar 5. Kipas Aluvial
5. Meander dan danau tapal kuda atau meander terpotong
Meander adalah bentuk kelokan sungai pada dataran banjir (Gambar 6),
daerah alirannya disebut sebagai meander belt. Meander terbentuk karena
adanya pembelokan aliran sungai akibat pengikisan pada tebing sungai bagian
luar (under cut) dan sedimentasi pada tebing bagian dalam (slip of
slope). Pembelokan terjadi karena ada batuan atau endapan yang menghalangi
arah aliran sungai, sehingga alirannya membelok dan terus melakukan
penggerusan ke batuan yang lebih lemah. Danau tapal kuda adalah sebuah
danau yang terbentuk jika lengkung meander terpotong oleh pelurusan sungai
(Gambar 6). Apabila bentuk tapal kuda tersebut tidak berair, maka disebut
dengan meander terpotong (Gambar 7).

7
Gambar 6. Meander sungai (atas) Dan Danau Tapal
Kuda (Bawah).

Gambar 7. Meander Terpotong

8
D. Prosedur Acara Bentuklahan Fluvial
Tahapan kerja interpretasi bentuklahan fluvial:
1. Lakukan pengamatan baik secara langsung dilapangan dan dibantu dengan peta
topografi untuk memperoleh data;
2. Cari macam-macam bentukkan lahan asal proses fluvial sepanjang aliran
sungainya dan cermati kenampakkan bentukkanlahan yang saudara temukan.
3. Potokan kanampakan bentukkanlahan proses fluvial yang saudara temukan dan
isikan tabel data yang tersedia.
4. Buat laporan dari hasil temuan data dilapangan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Bandung:
GAJAH MADA UNIVERSITY PRESS.

Fikrianto, Ghufron. 2015. Tipe Sungai dan Pola Aliran Sungai. Di akses pada
muridguru.com hari Kamis, 19 November 2015 pukul 18.54 WIB.

Heru Pramono, dkk. 2013. Geomorfologi Dasar. Yogyakarta: UNY PRESS.

10
IDENTIFIKASI BENTANGLAHAN “BUDAYA”

Hari, Tanggal : …………………………………………………………………..................

Titik & Lokasi : …………………………………………………………………..................

Koordinat : …………………………………………………………………..................

Nama : ………………………………………… Kelompok : .......................

No Komponen Bentang Kunci Identifikasi


Budaya
1. Lokasi (Kota, Pinggiran, Desa)
1. Tipe Bentang Budaya 2. Pertanian, Industri, Pertambanga, Pariwisata, dan
lain-lain

Jumlah, Kepadatan, Pertumbuhan, Migrasi,Tekanan


2. Kondisi Kependudukan
Demografis, Struktur Demografis

Pola, Bentuk, Bahan Dasar, Tipe, Kualitas,


3. Permukiman
Pemanfaatan

Tenaga Kerja, Mata pencaharian, Struktur


4. Ekonomi
ekonomi, Pendapatan, Relasi Ekonomi

Pendidikan, Kesehatan, Keagaman, Organisasi,


5. Sosial Budaya Relasi Sosial, Adat istiadat atau
Tradisi

11
6. Pemanfaatan Lahan atau Ruang
Permukiman, Pekarangan, Sawah, Tegalan,
1. Penggunaan Lahan Perkebunan, Kebun Campuran, Jalan, Hutan,Tambak,
Belukar, Industri, Jasa, Perdagangan, Lahan tak
termanfaatkan, dan lain-lain

2. Tata Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung

Fenomena dan Masalah Uraikan masalah sosial, ekonomi, dan budayayang


7.
Lingkungan Sosial menonjol

*Poin no. 1 sampai 7 mohon lampirkan poto paling sedikit 5 sudut pengambilan poto yang berbeda

12
IDENTIFIKASI BENTANGLAHAN “ALAMI”
Hari, Tanggal : …………………………………………………………………..................

Titik & Lokasi : …………………………………………………………………..................

Koordinat : …………………………………………………………………..................

Nama : ………………………………………… Kelompok : .......................

No Komponen Bentang Kunci Identifikasi


Alami
1. Bentuklahan Relief, Struktur, Proses, Batuan

2. Genesis Sejarah geologi, Proses pembentukan

3. Proses Geomorfologi Erosi, Sedimentasi, Gerak massa batuan

Kedalaman, Debit, Bau, Warna, Rasa, Suhu,


4. Karakteristik Hidrologi
Pemanfaatan
(a) Air Permukaan

(b) Airtanah dan Mataair

13
5. Flora dan Fauna Jenis Hewan & Tumbuhan, Persebarannya

Fenomena & Masalah


6. Uraikan problem lingkungan fisik yang menonjol
Lingkungan Fisik

*Poin no. 1 sampai 8 mohon lampirkan poto paling sedikit 5 sudut pengambilan poto yang berbeda

14
15
16
TABEL 2. IDENTIFIKASI BENTANG ALAM BENTUKLAHAN ASAL PROSES FLUVIAL
Koordinat Bentuk Kenampakan ciri-ciri Analisis Proses Geomorfologi terhadap
No. Bentang Alam
Lahan bentuklahan bentuklahan

Sungai Teranyam
(braided stream)

Gosong Sungai
(Channel Bar Dan
Point Bar)

Dataran Limpah
Banjir (Floodplain)

Tanggul Alam
(Natural Levee)

Kipas Aluvial
(Alluvial Fan)
17
Meander

Danau Tapal Kuda

Mohon lampirkan poto paling sedikit 5 sudut pengambilan poto yang berbeda

18
19

Anda mungkin juga menyukai