Anda di halaman 1dari 86

Tujuan Pembelajaran :

 Memahami unsur-unsur utama siklus hidrologi


 Memahami berbagai jenis air permukaan dan potensinya.
 Memahami berbagai jenis air tanah dan potensinya
 Memahami arti penting Daerah Aliran Sungai (DAS)
 Menyadari perlunya pengelolan DAS yang baik
Gambar 5.2 Persentase air di Bumi
Siklus Hidrologi
2. Pergerakan Air di Bumi
Pergerakan/ perpindahan air dari tempat satu ke tempat lain
atau dari wujud satu ke wujud yang lain, dikenal dengan siklus
air atau siklus Hidrologi

Gambar 5.3 Siklus Hidrologi


Siklus Hidrologi
Komponen-Komponen dalam Siklus Hidrolgi:
1) Presipitasi (Hujan)  segala bentuk curahan atau hujan dari at-
mosfer ke bumi yang meliputi hujan air, hujan es dan hujan salju.
Presipitasi terjadi bila ada pendinginan udara sehingga menye-
babkan terjadinya kondensasi.
2) Kondensasi  Proses perubahan wujud uap air menjadi
air akibat pendinginan
3) Faktor utama yang memengaruhi terjadinya presipitasi
adalah:
Massa uap air dan inti-inti kondensasi, seperti partikel-
partikel debu, kristal, dan garam.
Berdasarkan cara terjadinya, presipitasi dapat dibedakan men-
jadi tiga tipe, yaitu:
- Presipitasi siklonik,
- Presipitasi konvektif, dan
- Presipitasi orografik.
Menurut arah gerakannya, presipitasi dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. presipitasi vertikal,
misal: a. hujan gerimis (drizzle)
b. hujan (rain)
c. hujan musim dingin (sleet)
d. campuran hujan dan salju (glaze)
e. salju (snow)
f. hujan batu es (hail)

2. presipitasi horizontal
misal: a. es (ice)
b. kabut (fog)
c. embun (dew)
2) Evaporasi , Transpirasi, Evapotranspirasi 
Proses perubahan molekul air dalam bentuk zat cair ke
dalam bentuk gas.
- Evaporasi : Penguapan yang terjadi di
permukaan air
- Transpirasi : proses penguapan yang terjadi
pada vegetasi/tanaman.
- Evapotranspirasi: proses penguapan yang
terjadi pada permukaan air dan vegetasi
secara bersama-sama.

Alat untuk mengukur evaporasi, antara lain


evaporimeter, pan evaporasi, atmometer, lysimeter, dan
phytometer.
3) Intersepsi  proses terserapnya air hujan oleh tajuk-
tajuk tanaman, seperti daun, dahan dan batang atau secara
umum merupakan bagian dari hujan yang tertahan oleh vegetasi.
4. Infiltrasi & Perkolasi
Infiltrasi  proses masuknya air ke permukaan tanah.
Perkolasi  suatu gerakan air dalam tanah di bawah permukaan
secara vertikal akibat gaya berat (gravitasi).

Faktor-faktor yang memengaruhi infiltrasi dan perkolasi secara


fisik adalah:
1. Sifat tanah (tekstur, kandungan bahan organik, permeabilitas,
dan kelembapan tanah)
2. Kadar kejenuhan air,
3. Sifat hujan (intensitas dan lama hujan), dan
4. Jenis vegetasi
5. Limpasan (Run Off)

Limpasan atau run off adalah semua air yang terkumpul


dan mengalir melewati suatu sungai serta bergerak
meninggalkan daerah aliran sungai (DAS).

Air limpasan merupakan gabungan antara aliran air


permukaan (surface flow), aliran air bawah permukaan (sub
surface flow), dan aliran air tanah (ground water flow).
Gambar 5.8. Siklus Pendek
Uap Air  Awan  Hujan  Laut

Gambar 5.9. Siklus Sedang


Uap air  Awan  Hujan  Air Tanah 
Sungai  Laut
Gambar 5.8 : Siklus Panjang
Uap Air  Kristal es  Salju  Air tanah  Sungai  Laut
- Sungai episodik adalah sungai yang mengalir
hanya di musim penghujan, pada musim kemarau sungai
kering.

Sungai ini juga disebut sungai ephemeral.


Sungai episodik banyak dijumpai di Nusa
Tenggara.

- Sungai periodik, yaitu sungai yang mengalir


sepanjang tahun, namun pada musim kemarau
debitnya kecil.
c.Pararell: Arah hampir sejajar di antara anak sungai
satu dengan anak sungai lainnya.
d. Radial : Alur-alur sungainya menyebar dari
suatu lokasi tertentu, contoh : Gunung
Semeru & Merapi
e. Rektangular  di daerah patahan, berbentuk
sudut siku-siku.
f. Dikotomik  yaitu pola aliran di mana terdapat
dua sungai yang arah alirannya
saling berlawanan.
G. Anastomotik  Pola aliran sungai yang berliku- liku
(meander).
H. Barbed  Pola aliran sungai yang diselang-seling
oleh adanya danau.

Percabangan sungai atau anak


sungai mempunyai tingkatan yang
disebut orde sungai.
Gambar 5.13 menunjukkan bahwa
setiap jaringan sungai terdiri dari
sungai orde satu, sungai orde dua,
sungai orde tiga, dan seterusnya
sampai pada sungai utama dengan
nomor orde yang paling besar.
Sungai orde satu yaitu cabang sungai paling hulu
yang pertama terbentuk di permukaan dan tidak
mempunyai cabang.
Sungai orde kedua merupakan cabang sungai yang
terbentuk dari gabungan dua atau lebih sungai orde
pertama.

Pertemuan antara sungai orde pertama dengan orde


sungai kedua juga disebut sungai orde kedua,
sedangkan pertemuan antara orde kedua dengan
orde kedua menjadi orde ketiga.
Berdasarkan posisi geografis atau elevasinya,
Sungai yang menempati daerah atas disebut hulu, yang
terletak paling bawah disebut hilir atau muara sungai,
sedangkan yang terletak di daerah peralihan antara sun-
gai bagian hulu dan hilir disebut bagian tengah.

Ciri – ciri sungai bagian hulu :


- Penampang lembah berbentuk huruf “V”
- Sempit, curam, aliran deras, dan
- Biasanya banyak jeram.
Ciri-ciri sungai bagian hilir:
- penampang lembah membentuk huruf “U”,
- Lebar, landai, berkelok-kelok,
- Aliran lambat
- Ada yang membentuk
meander (berkelok-kelok).

Ciri-ciri sungai bagian tengah:


- Kemiringan sungai agak
landai daripada hulu
- Penampang lembah peralihan antara bentuk V & U
- Banyak dijumpai endapan kipas aluvial
Berdasarkan Faktor & Proses
Terjadinya, Danau dibedakan
menjadi:
a. Danau Tektonik
Terjadi akibat berge-
sernya lapisan kulit bumi
oleh pengaruh tenaga endogen.
Contoh: Danau Towuti,
Singkarak, Maninjau,
Tempe

b. Danau Vulkanik
Terjadi akibat aktivitas
gunung berapi
Contoh: Danau G.Kelud,
Kalimutu, Batur.
c. Danau Vulkano-tektonik
Karena tenaga tektonik & vulka-
nik secara bersama-sama.
Contoh : Danau Toba

d. Danau Bendung
Aliran sungai yang terbendung
oleh material tertentu, baik
melalui proses alami (longsoran
tanah, aliran lava atau
piroklastik), atau buatan (dibuat
oleh manusia).
Contoh : Danau purba Bandung
& waduk Sempor di Gombong
Jawa Tengah (danau buatan
manusia).
Danau Karst : hanya di-
jumpai di daerah kapur. Air
hujan yang jatuh di atas
batu kapur membentuk
cekungan sehingga men-
jadi danau, disebut danau
dolina.

Danau Glasial: terbentuk


karena proses mencairnya
gletser dan air yang terbentuk
mengisi permukaan tanah
yang berbentuk cekungan.
Contoh: The Great Lake di
Amerika Serikat
Penggenangan
air dihasilkan
oleh aktivitas
gelombang
karena adanya
beting gisik
(gundukan ma-
terial sedimen
memanjang
sebagai hasil
kerja gelom-
bang)

Gambar 5.21. Rawa


Rawa
Menurut kestabilan airnya, rawa dibedakan menjadi
rawa selalu tergenang dan rawa pasang surut.
- Disebut rawa selalu tergenang bila air selalu
menggenangi daratan.
- Namun jika air tawar hanya berair pada saat
musim hujan, maka disebut rawa pasang surut

Air rawa ada yang payau dan ada pula yang tawar.
- Air payau umumnya ditemukan di dataran pantai.
Hal ini Karena masuknya air laut pada saat pasang
terjadi,sehingga menyebabkan air rawa yang awalnya tawar
berubah menjadi payau.
- Air tawar pada rawa hanya terjadi jika seluruh airnya
disuplai dari darat dan tidak terjadi kontak dengan air laut
secara langsung.
Keberadaan air tanah tergantung pada sifat batuan yang ada di bawah-
nya. Lapisan batuan yang mudah dilalui air disebut lapisan permeable,
terdiri dari batuan lepas-lepas, seperti kerikil dan pasir. Lapisan ini dise-
but juga lapisan akuifer. Lapisan yang tidak dapat dilalui air disebut
immpermeable
Gambar 5.22. Air artesis dan freatis
Secara alamiah, tinggi permukaan air tanah akan naik-turun (berfluk-
tuasi), namun tetap dalam keadaan seimbang. Fluktuasi permukaan
air tanah terjadi karena:
• Adanya kegiatan pengambilan air tanah untuk konsumsi manusia
(rumah tangga), industri, dan pertanian;
• Adanya pergantian musim, sehingga pada musim hujan tinggi muka
air tanah mengalami kenaikan, tetapi pada musim kemarau cen-
derung menurun secara bertahap.
Air mempunyai peranan yang cukup besar dalam memenuhi kebutuhan
hidup. Namun, bila air tanah diambil secara berlebihan, maka sumber
air tanah akan berkurang sehingga terjadi penurunan tanah (amble-
san) dan penerobodan air asin/laut (di daerah pesisir)  disebut in-
trusi air laut. Masuknya air laut mengganggu kualitas air bersih
karena air tawar tercampur air laut.
Batas air tawar dan air laut disebut interface. Interface bergerak sesuai
dengan keseimbangan antara air tawar dan air asin.
Gambar 5.25. Intrusi air laut didaerah pantai pada akuifer bebas

Gambar 5.25. Intrusi Air laut


pada akuifer tertekan
Suatu daerah di mana semua aliran
airnya masuk ke satu sungai tertentu dan
penyaluran (pembuangan) airnya hanya
melalui sungai tersebut.
Bentuk DAS ditentukan pola aliran sungainya.
Umumnya bentuk DAS dapat dibedakan menjadi
empat, yaitu memanjang, radial, paralel, dan kompleks.

1. Memanjang
Pada bentuk ini sungai induk
memanjang dan anak sungainya
langsung masuk ke induk sungai.
Bentuk ini akan menyebabkan
debit banjirnya relatif kecil karena
perjalanan banjir dari anak sungai
waktunya berbeda-beda.
2.radial
Bentuk ini terjadi karena arah alur sungai seolah-olah
memusat pada satu titik, berbentuk seperti kipas atau
lingkaran, sehingga aliran yang datang dari segala pen-
juru memerlukan waktu yang hampir sama.
Efek yang ditimbulkan bentuk DAS ini adalah bila terjadi
hujan yang sifatnya merata di seluruh DAS maka dapat
menyebabkan banjir yang besar dan dalam waktu cepat.
3. Paralel
Bentuk paralel terjadi jika
dua jalur sub DAS bersatu
di bagian hilirnya, sehingga
banjir dapat terjadi di
bawah titik pertemuan sub
DAS tersebut.

4. Kompleks
Bentuk DAS yang mempun-
yai berbagai macam ben-
tuk. Dengan kata lain, ben-
tuk ini merupakan campu-
ran dari beberapa tipe DAS
sebelumnya.
2. Pengelolaan DAS

Upaya manusia dalam mengendalikan hubungan timbal


balik antara sumberdaya alam dengan manusia dan segala
aktivitasnya.
Sasaran utama pengelolaan DAS adalah:
1. Rehabilitasi lahan yang terlantar atau yang
masih produktif,
2. Perlindungan terhadap lahan yang rawan
terhadap erosi dan longsor tanah, dan
3. Peningkatan dan pengembangan sumber daya air.
Beberapa tindakan seperti di bawah ini merupakan
contoh tindakan yang tidak mendukung program pen-
gelolaan DAS:
• Sungai dijadikan tempat pembuan-
gan sampah dan limbah rumah
tangga;
• Sungai dijadikan tempat pembuan-
gan limbah industri;
• Sungai dijadikan tempat pembuan-
gan limbah rumah sakit dan limbah
pasar;
• Mendirikan bangunan di tepian sun-
gai (rumah, MCK, dll);
• Sempadan sungai dijadikan lokasi Pembuangan limbah ke sungai
hunian;
• Air sungai diracun untuk diambil
ikannya.
Upaya untuk mengurangi dan menanggulangi banjir:

• Menjaga kelestarian hutan di kawasan DAS, sehingga volume


dan kualitas air sungai tetap terjaga;
• Mencegah dan melarang pembuangan sampah ke sungai dan
melaksanakan program kali bersih (Prokasih);
• Membuat bendungan dan pintu-pintu air untuk mengurangi
kecepatan laju air sungai dan limpasan dari air hujan;
• Memperbanyak daerah terbuka untuk resapan air dan membuat
sumur-sumur resapan air;
• Mengadakan penghijauan terhadap lahan-lahan gundul,
sehingga sedimentasi dan limpasan air hujan bisa berkurang;
• Membuat undang-undang pelestarian sumber daya air dan
penegakan hukum terhadap undang-undang tersebut.
Zona Pesisir & Zona Laut

Morfologi Dasar Laut


LAUT &
PESISIR Gerakan Air Laut

Kualitas Air Laut


A. Zona Pesisir & Zona Laut
Berdasarkan kedalamannya zona pesisir dapat dibedakan men-
jadi 4 wilayah (zona), yaitu :

a. Zona Litoral, adalah wilayah pantai atau pesisir atau


“shore”. Di wilayah ini, pada saat air pasang tergenang air dan
pada saat air laut surut berubah menjadi daratan. Oleh
karena itu wilayah ini sering disebut wilayah pasang surut.

b. Zona Neritik (wilayah laut dangkal), yaitu dari


batas wilayah pasang surut hingga kedalaman 150
m. Ditembus oleh sinar matahari sehingga wilayah
ini paling banyak terdapat berbagai jenis kehidupan
baik hewan maupun tumbuhan tumbuhan.
Contoh Laut Jawa, Laut Natuna, Selat Malaka dan laut-
laut disekitar Kepulauan Riau.
C. Zona Bathyal (wilayah laut dalam),
adalah wilayah laut yang memiliki kedalaman
antara 150 hingga 1800 meter. Wilayah ini tidak
dapat ditembus sinar matahari, oleh karena itu,
kehidupan organismenya tidak sebanyak yang terdapat
di zona neritik.

d. Zona Abysal (wilayah laut sangat dalam),


yaitu wilayah laut yang memiliki kedalaman lebih dari
1800 m. Di wilayah ini suhunya sangat dingin dan tidak
ada tumbuh-tumbuhan, jenis hewan yang hidup di
wilayah ini sangat terbatas.
B. Zona Laut Indonesia

Luas wilayah laut Indonesia sekitar 5.176.800 km2, be-


rarti luas wilayah laut Indonesia lebih dari dua setengah
kali luas daratannya.

Sesuai dengan Hukum Laut Internasional yang telah dis-


epakati oleh PBB tahun 1982.

Berikut ini adalah gambar pembagian wilayah laut


menurut konvensi Hukum Laut PBB.
Pembagian Wilayah Laut Menurut Konvensi
Hukum Laut PBB
Wilayah perairan laut Indonesia dapat dibedakan tiga
macam, yaitu
1) Zona Laut Teritorial
Batas laut teritorial ialah garis khayal yang
berjarak 12 mil laut dari garis dasar ke arah laut
lepas.
2) Zona Landas Kontinen
Landas kontinen ialah dasar laut yang secara
geologis maupun morfologis merupakan lanjutan dari
sebuah kontinen (benua). Kedalaman lautnya kurang
dari 150 meter.
Indonesia terletak pada dua buah landasan
kontinen, yaitu landasan kontinen Asia dan landasan
kontinen Australia.
3) Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah jalur laut selebar
200 mil laut ke arah laut terbuka diukur dari garis dasar.
Di dalam zona ekonomi eksklusif ini, Indonesia men-
dapat kesempatan pertama dalam memanfaatkan sumber
daya laut.
Di dalam zona ekonomi eksklusif ini kebebasan pela-
yaran dan pemasangan kabel serta pipa di bawah per-
mukaan laut tetap diakui sesuai dengan prinsip-prinsip
Hukum Laut Internasional. Batas landas kontinen, dan batas
zona ekonomi eksklusif antara dua negara yang bertetangga
saling tumpang tindih, maka ditetapkan garis-garis yang
menghubungkan titik yang sama jauhnya dari garis dasar
kedua negara itu sebagai batasnya.
Batas Wilayah Laut di Indonesia
B. Morfologi Dasar Laut
Bentuk-bentuk muka bumi di lautan adalah sebagai
berikut :
1. Landas kontinen (continental shelf),
yaitu wilayah laut yang dangkal disepanjang
pantai dengan kedalaman kurang dari 200 meter,
dengan kemiringan kira-kira 8,4%.
2. Lereng benua (continental slope),
Adalah kelanjutan dari continental shelf dengan
kemiringan antara 4 % sampai 6 %. Kedalaman
lereng benua lebih dari 200 meter
3. Dasar Samudra (ocean floor), meliputi:
a. Deep Sea Plain, yaitu dataran dasar laut dalam dengan
kedalaman lebih dari 1000 meter.
b. The Deep, yaitu dasar laut yang terdalam yang berben-
tuk palung laut (trench).
Pada ocean floor terdapat relief bentukan, antara lain:
1. Gunung laut, yaitu gunung yang kakinya di dasar laut
sedangkan badan puncaknya muncul ke atas permukaan laut dan
merupakan sebuah pulau.
Contoh: gunung Krakatau. (Lihat gambar 2)
2. Seamount, yaitu gunung di dasar laut dengan lereng
yang curam dan berpuncak runcing serta kemungkinan mempunya
tinggi sampai 1 km atau lebih tetapi tidak sampai kepermukaan
laut.
Contoh: St. Helena, Azores da Ascension di laut
Atlantik. (lihat gambar 2)
3. Guyot, yaitu gunung di dasar laut yang ben-
tuknya serupa dengan seamount tetapi bagian pun-
caknya datar. Banyak terdapat di lautan Pasifik. (Li-
hat gambar 2)
4. Punggung laut (ridge), yaitu punggung pegu-
nungan yang ada di dasar laut. (Lihat gambar 2)
Contoh: punggung Laut Sibolga.
5. Ambang laut (drempel), yaitu pegunungan di
dasar laut yang terletak diantara dua laut dalam.
Contoh: ambang Laut Sulu, ambang laut
Sulawesi.
6. Lubuk laut (basin), yaitu dasar laut yang
bentuknya bulat cekung yang terjadi karena ingresi.
Contoh: lubuk Laut Sulu, lubuk Laut Sulawesi.
7. Palung laut (trench), yaitu lembah yang
dalam dan memanjang di dasar laut terjadi
karena ingresi.
Contoh: Palung Sunda, Palung Mindanao,
Palung Mariana. (Lihat Gambar 2)
Gambar 2
Morfologi Laut
Arus Laut

Gelombang Laut
C. GERAKAN
AIR LAUT Pasang Surut Ai Laut
A. Gerakan Air Laut
1. Arus Laut
Arus laut (sea current) adalah gerakan massa air
laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara
vertikal (gerak ke atas) maupun secara horizontal (ger-
akan ke samping).
Contoh-contoh gerakan itu seperti gaya coriolis,
yaitu gaya yang membelok arah arus dari tenaga
rotasi bumi.
Menurut letaknya, arus dibedakan menjadi dua
yaitu arus atas dan arus bawah. Arus atas
adalah arus yang bergerak di permukaan laut.
Sedangkan arus bawah adalah arus yang bergerak
di bawah permukaan laut.
Selain pergerakan arah arus mendatar, angin
dapat menimbulkan arus air vertikal yang
dikenal dengan upwelling dan sinking di
daerah-daerah tertentu.
Proses upwelling adalah suatu proses
massa air yang didorong ke atas dari
kedalaman sekitar 100 sampai 200
meter. Angin yang mendorong
lapisan air permukaan mengakibatkan
kekosongan di bagian atas,
akibatnya air yang berasal dari bawah
menggantikan kekosongan yang
berada di atas.
Daerah Upweling
Sinking merupakan
proses kebalikan dari
upwelling,
yaitu gerakan air
yang tenggelam ke
arah bawah di
perairan pantai.
Daerah Sinking
Berikut ini adalah persebaran arus laut di dunia,
terdapat di samudra-samudra:
a. Di Samudera Pasifik
1) Di sebelah Utara khatulistiwa
(a) Arus Khatulistiwa Utara, merupakan arus
panas yang mengalir menuju ke arah barat sejajar den-
gan garis khatulistiwa dan ditimbulkan serta didorong
oleh angin pasat timur laut.
(b) Arus Kuroshio, merupakan lanjutan arus
khatulistiwa utara karena setelah sampai di dekat Kepu-
lauan Filipina, arahnya menuju ke utara. Arus ini meru-
pakan arus panas yang mengalir dari utara Kepulauan
Filipina, menyusur sebelah timur Kepulauan Jepang dan
terus ke pesisir Amerika Utara (terutama Kanada). Arus
ini didorong oleh angin barat.
(c) Arus Kalifornia, mengalir di sepanjang pesisir
barat Amerika Utara ke arah selatan menuju
ke khatulistiwa. Arus ini merupakan lanjutan
arus kuroshio, termasuk arus menyimpang
(pengaruh daratan) dan arus dingin.

(d) Arus Oyashio, merupakan arus dingin yang


didorong oleh angin timur dan mengalir dari
Selat Bering menuju ke selatan dan berakhir di
sebelah timur Kepulauan Jepang.
2) Di sebelah Selatan khatulistiwa
(a) Arus Khatulistiwa Selatan, merupakan arus
panas yang mengalir menuju ke barat
sejajar dengan garis khatulistiwa. Arus ini
ditimbulkan atau didorong oleh angin pasat
tenggara.
(b) Arus Humboldt atau Arus Peru, merupakan
lanjutan dari sebagian arus angin barat yang
mengalir di sepanjang barat Amerika
Selatan menyusur ke arah utara. Arus ini
merupakan arus menyimpang serta di-
dorong oleh angin pasat tenggara dan terma-
suk arus dingin.
(c) Arus Australia Timur, merupakan lanjutan
Arus Khatulistiwa Selatan yang mengalir di sepan-
jang pesisir Australia Timur dari arah utara ke
selatan (sebelah timur Great Barrier Reef).

(d) Arus Angin Barat, merupakan lanjutan dari se-


bagian Arus Australia Timur yang mengalir
menuju ke timur (pada lintang 30° – 40° LS) dan
sejajar dengan garis ekuator. Arus ini didorong
oleh angin barat.
3) Di sepanjang garis khatulistiwa

Arus Khatulistiwa Utara dan Arus Khatulis-


tiwa Selatan setelah bergerak, meninggalkan tem-
pat yang tinggi, airnya lebih rendah dari seki-
tarnya, sehingga segera tempat ini diisi oleh
aliran air laut baru yang membentuk arus. Arus
pengisi atau arus perata ini disebut “arus kom-
pensasi”. Contohnya adalah Arus Sungsang
Khatulistiwa, yang mengalir sepanjang garis
khatulistiwa ke timur dan merupakan arus
panas.
b. Di Samudera Atlantik
1) Di sebelah utara khatulistiwa
(a) Arus Khatulistiwa Utara, merupakan arus panas
yang mengalir menuju ke arah barat sejajar den-
gan garis khatulistiwa dan ditimbulkan serta di-
dorong oleh angin pasat timur laut.
(b) Arus Teluk Gulfstream, merupakan arus
menyimpang yang segera diperkuat oleh
dorongan angin besar dan merupakan arus
panas. Arus khatulistiwa utara (ditambah den-
gan sebagian arus khatulistiwa selatan) semula
masuk ke Laut Karibia terus ke Teluk Mexiko dan
keluar dari teluk ini melalui Selat Florida
(sebagai Arus Florida).
(c) Arus Tanah Hijau Timur atau Arus Greenland
Timur, merupakan arus dingin yang mengalir
dari Laut Kutub Utara ke selatan menyusur
pantai timur Greenland.
(d) Arus Labrador, berasal dari Laut Kutub Utara
yang mengalir ke selatan menyusuri pantai timur
Labrador. Arus ini didorong oleh angin timur dan
merupakan arus dingin
(e) Arus Canari, merupakan arus menyimpang
dan termasuk arus dingin. Arus ini merupakan
lanjutan sebagian arus teluk yang mengubah arah-
nya setelah pengaruh daratan Spanyol dan men-
galir ke arah selatan menyusur pantai barat
Afrika Utara.
2) Di sebelah Selatan khatulistiwa
(a) Arus Khatulistiwa Selatan, merupakan arus
panas yang mengalir menuju ke barat, sejajar dengan
garis khatulistiwa. Sebagian dari arus ini ma-
suk ke utara (yang bersama-sama dengan arus
Khatulistiwa Utara ke Laut Karibia) sedan-
gkan yang sebagian lagi membelok ke selatan.
Arus ini ditimbulkan dan didorong oleh angin
pasat tenggara.
(b) Arus Brazilia, merupakan lanjutan dari sebagian
arus angin barat yang mengalir ke arah selatan
menyusuri pantai timur Amerika Selatan
(khususnya Brazilia). Arus ini termasuk arus
menyimpang dan merupakan arus panas.
(c) Arus Benguela, merupakan lanjutan dari seba-
gian arus angin barat, yang mengalir ke arah utara
menyusuri pantai barat Afrika Selatan.
Arus ini merupakan arus dingin, yang akhirnya
kembali menjadi Arus Khatulistiwa Selatan.
(d) Arus Angin Barat, merupakan lanjutan dari seba-
gian Arus Brazilia yang mengalir ke arah timur (pada
lintang 30o – 40o LS) sejajar dengan garis ekuator.
Arus ini didorong oleh angin barat dan
merupakan arus dingin.
C. Di Samudera Hindia (Lihat gambar 8)
1) Di sebelah utara khatulistiwa
Arus laut samudra ini keadaannya berbeda
dengan samudra lain, sebab arah gerakan arus
tak tetap dalam setahun melainkan berganti
arah dalam ½ tahun, sesuai dengan gerakan
angin musim yang menimbulkannya.
Arus-arus tersebut adalah sebagai berikut.

(a) Arus Musim Barat Daya, merupakan arus


panas  yang mengalir menuju ke timur
menyusuri Laut Arab dan Teluk Benguela. Arus
ini ditimbulkan dan didorong oleh angin
musim barat daya.
(b) Arus Musim Timur Laut  merupakan
arus panas yang mengalir menuju ke barat
menyusuri Teluk Benguela dan Laut Arab.
Arus ini ditimbulkan dan didorong oleh angin
musim timur laut. Arus yang terjadi bergerak
agak kuat sebab di dorong oleh dua angin yang
saling memperkuat, yaitu angin pasat timur
laut dan angin musim
2) Di sebelah selatan khatulistiwa

(a) Arus Khatulistiwa Selatan  meru-


pakan arus panas yang mengalir menuju ke barat seja-
jar dengan garis khatulistiwa yang nantinya pecah
menjadi dua (Arus Maskarena dan Arus Agulhas
setelah sampai di timur Madagaskar). Arus ini ditim-
bulkan dan didorong oleh angin pasat tenggara.

(b) Arus Maskarena dan Arus Agulhas  meru-


pakan arus menyimpang dan merupakan arus panas.
Arus ini juga merupakan lanjutan dari pecahan Arus
Khatulistiwa Selatan. Arus Maskarena mengalir
menuju ke selatan, menyusuri pantai Pulau
Madagaskar Timur.
(c) Arus angin barat, merupakan lanjutan
dari sebagian arus angin barat, yang mengalir
ke arah utara menyusur pantai barat Benua
Australia.
Arus ini termasuk arus menyimpang dan
merupakan arus dingin yang akhirnya
kembali menjadi Arus Khatulistiwa Selatan.
Gambar 8 memberikan ilustrasi gerakan arus-
arus laut di samudra- samudra.
2. Gelombang Laut
Gelombang terjadi karena beberapa sebab, antara lain:
a. Karena angin  Gelombang terjadi karena
adanya gesekan angin di permukaan, oleh karena itu arah
gelombang sesuai dengan arah angin.
b. Karena menabrak pantai  Gelombang yang
sampai ke pantai akan terjadi hempasan dan pecah. Air
yang pecah itu akan terjadi arus balik dan membentuk
gelombang, oleh karena itu arahnya akan berlawanan den-
gan arah datangnya gelombang
c. Karena gempa bumi  Gelombang laut terjadi
karena adanya gempa di dasar laut. Gempa terjadi
karena adanya gunung laut yang meletus atau adanya
getaran/pergeseran kulit bumi di dasar laut. Gelombang
yang ditimbulkan biasanya besar dan disebut dengan
gelombang “tsunami”.
PASANG SURUT AIR LAUT
Pasang naik dan pasang surut merupakan bentuk
gerakan air laut yang terjadi karena pengaruh gaya
tarik bulan dan matahari terhadap bumi
Ada dua macam pasang surut:
1) Pasang Purnama, ialah peristiwa terjadinya
pasang naik dan pasang surut tertinggi (besar).
Pasang besar terjadi pada tanggal 1 (berdasarkan
kalender bulan)dan pada tanggal 14 (saat bulan
purnama). Pada kedua tanggal tersebut posisi bumi-
bulan- matahari berada pada satu garis (konjungsi)
sehingga kekuatan gaya tarik bulan dan matahari
berkumpul menjadi satu menarik permukaan bumi.
Permukaan bumi yang menghadap ke bulan men-
galami pasang naik besar (Lihat gambar 1&2)
Gambar 1. Pasang Purnama (Bumi-Bulan-Matahari
sejajar pada satu garis lurus pada saat bulan baru).

Gambar 1. Pasang Purnama (Bulan-Bumi-Matahari seja-


jar pada satu garis lurus pada saat bulan baru).
2) Pasang Perbani, ialah peristiwa terjadinya pasang naik
dan pasang surut terendah (kecil).
Pasang kecil ini terjadi pada tanggal 7 dan 21 kalender
bulan. Pada kedua tanggal tersebut posisi matahari –
bulan – bumi membentuk susut 90 °. Gaya tarik bulan
dan matahari terhadap bumi berlawanan arah sehingga
kekuatannya menjadi berkurang (saling melemahkan)
dan terjadilah pasang terendah.

Gambar : Pasang Perbani (Bumi-


Bulan-Matahari berada dalam
posisi sudut 90°)
D. KUALITAS AIR LAUT
Air Laut dipermukaan bumi dapat dibedakan antara
wilayah laut yang satu dengan wilayah laut yang lain.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari suhu, kecerahan,
dan salinitas.
1. Suhu air laut
Keadaan suhu perairan laut banyak diten-
tukan oleh penyinaran matahari yang disebut
proses insolation. Pemanasan di daerah tropik/
khatulistiwa akan berbeda dengan hasil pe-
manasan di daerah lintang tengah atau kutub.
Selain oleh kemiringan sinar jatuh, di daerah kutub
banyak sinar dipantulkan kembali ke atmosfer se-
hingga semakin menambah dingin keadaan suhu di
daerah kutub.

Berdasarkan kedalamannya, sinar matahari


banyak diserap oleh lapisan permukaan laut
hingga kedalaman antara 200 – 1000 meter. Suhu
turun secara drastis, dan pada daerah yang
terdalam bisa mencapai suhu kurang dari 2°C.
Pola suhu di perairan laut pada umumnya:
a. Makin ke kutub makin dingin.
Pada permukaan samudra, umumnya dari
khatulistiwa berangsur-angsur dingin sampai ke laut-
laut kutub, di khatulistiwa ± 28° C, pada laut- laut kutub
antara 0° sampai 2° C.
b. Makin ke bawah makin dingin
Panas matahari hanya berpengaruh di lapisan atas
saja. Di dasar samudra rata-rata 2°C. Sebab yang utama
adalah karena air dingin yang berasal dari daerah ku-
tub mengalir ke arah khatulistiwa.
Laut yang tidak dipengaruhi arus dingin suhunya
tinggi. Laut Tengah misalnya sampai jauh ke
bawah, suhunya 130° C.
2. Kecerahan Air Laut
Kecerahan air laut ditentukan oleh kekeruhan air laut itu
sendiri dari kandungan sedimen yang dibawa oleh aliran
sungai. Pada laut yang keruh, radiasi sinar matahari yang
dibutuhkan untuk proses fotosintesis tumbuhan laut akan
kurang dibandingkan dengan air laut jernih. Air laut juga
menampakkan warna yang berbeda-beda tergantung pada
zat-zat organik maupun anorganik yang ada.
Ada beberapa warna-warna air laut karena beberapa se-
bab:
a. Berwarna biru, hal ini disebabkan oleh sinar
matahari yang bergelombang pendek (sinar biru) di-
pantulkan lebih banyak dari pada sinar lain.

b. Warna kuning, karena di dasarnya terdapat lumpur


kuning, misalnya sungai kuning di Cina
c. Warna hijau, karena adanya lumpur yang di-
endapkan dekat pantai yang memantulkan warna hi-
jau dan juga karena adanya plankton- plankton
dalam jumlah besar.
d. Warna putih, karena permukaannya selalu
tertutup es, seperti di Laut Kutub Utara & Sela-
tan.
e. Warna ungu, karena adanya organisme kecil
yang mengeluarkan sinar-sinar fosfor, seperti di
Laut ambon.
f. Warna hitam, karena di dasarnya terdapat
lumpur hitam, seperti di laut hitam
g. Warna merah, karena banyaknya binatang-bi-
natang kecil berwarna merah yang terapung-
apung.
3. Salinitas Air Laut
Salinitas atau kadar garam ialah
banyaknya garam-garaman (dalam gram)
yang terdapat dalam 1 Kg (1000 gr) air laut,
yang dinyatakan dengan ‰ atau perseribu.

Tinggi rendahnya kadar garam (salinitas) sangat


tergantung kepada faktor-faktor berikut :

a. Penguapan, makin besar tingkat pengua-


pan air laut di suatu wilayah, maka salinitas-
nya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang
rendah tingkat penguapan air lautnya,
maka daerah itu rendah kadar garamnya.
b. Curah hujan, makin besar/banyak curah
hujan di suatu wilayah laut maka salinitas
air laut itu akan rendah dan sebaliknya
makin sedikit/kecil curah hujan yang turun
salinitas akan tinggi.

c. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara


di laut tersebut, makin banyak sungai
yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas
laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya
makin sedikit sungai yang bermuara ke laut
tersebut maka salinitasnya akan tinggi

Anda mungkin juga menyukai