TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sungai
Sungai menurut PPRI Nomor 38 tahun 2011 adalah alur atau wadah air alami
dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari
hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan.
Sungai adalah suatu saluran drainase yang terbentuk secara alamiah. Akan
tetapi di samping fungsinya sebagai saluran drainase dan dengan adanya air yang
mengalir di dalamnya, sungai menggerus tanah dasarnya secara terus-menerus
sepanjang masa eksistensinya dan terbentuklah lembah-lembah sungai. Volume
sedimen yang sangat besar yang dihasilkan dari keruntuhan tebing-tebing sungai di
daerah pegunungan dan tertimbun di dasar sungai tersebut, terangkut ke hilir oleh
aliran sungai. Hal ini diakibatkan karena pada daerah pegunungan kemiringan
sungainya curam dan gaya tarik aliran airnya cukup besar, setelah itu gaya tariknya
menjadi sangat menurun ketika mencapai dataran (Elshinta, 2017).
Proses terjadinya sungai adalah air yang berada di permukaan daratan, baik air
hujan, mata air, maupun cairan gletser, akan menglir melalui sebuah saluran menuju
tempat yang lebih rendah. Namun, secara alamiah aliran ini mengikis daerah-daerah
yang dilaluinya. Akibatnya, saluran ini semakin lama semakin lebar dan panjang, dan
terbentuklah sungai. Perkembangan suatu lembah sungai menujukan umur dari
sungai tersebut. Umur di sini merupakan umur relatif berdasarkan ketampakan
bentuk lembah tersebut yang terjadi dalam beberapa tingkat (Wardani, 2018).
Menurut Odum (1996), terdapat dua zona utama pada aliran sungai adalah
sebagai berikut yaitu :
1. Zona air deras, yaitu daerah yang dangkal di mana kecepatan arus cukup tinggi
untuk menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang
lepas, sehingga zona ini padat. Zona ini umumnya terdapat di hulu
pegunungan.
2. Zona air tenang, yaitu bagian sungai yang di mana kecepatan arus mulai
berkurang, maka lumpur dan materi lepas mulai mengendap di dasar sehingga
dasar sungai menjadi lunak. zona ini di jumpai pada daerah landai.
2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS)
Penggunaan lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat mempengaruhi
kualitas air seperti adanya perubahan pola terhadap penggunaan lahan yang dapat
mengakibatkan meningkatnya aliran permukaan, mengurangi resapan air tanah dan
tersebarnya polutan (Yogendra, 2008)
Berdasarkan PP No 37 tentang Pengelolaan DAS Pasal 1, Daerah Aliran Sungai
yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung,
menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut
secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut
sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
Pola sungai menentukan bentuk suatu DAS. Bentuk DAS mempengaruhi
waktu konsentrasi air hujan yang mengalir menuju outlet. Semakin bulat bentuk DAS
berarti semakin singkat waktu konsentrasi yang diperlukan, sehingga semakin tinggi
fluktuasi banjir yang terjadi. Sebaliknya semakin lonjong bentuk Daerah Aliran
Sungai (DAS), waktu konsentrasi yang diperlukan semakin lama sehingga fluktuasi
banjir semakin rendah (Sosrodarsono & Takeda, 2003).
Menurut Sosrodarsono dan Takeda (2003), berdasarkan perbedaan debit banjir
yang terjadi, bentuk DAS dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu:
1. DAS Berbentuk Bulu Burung
Adalah sebuah DAS yang memiliki bentuk yang sempit dan memanjang, di
mana anak sungai (sub DAS) mengalir memanjang di sebelah kanan dan kiri sungai
utama. Umumnya memiliki debit banjir yang kecil tetapi berlangsung cukup lama
karena suplai air datang silih berganti dari masing-masing anak sungai.
b. Sedimen Marine
Merupakan hasil pengendapan air laut yang disebabkan oleh pengaruh
gelombang. Contoh bentang alam hasil pengendapan marine misalnya pesisir, spit,
tombolo, dan penghalang pantai.
Ukuran butir partikel sedimen adalah salah satu faktor yang mengontrol proses
pengendapan sedimen di sungai, semakin kecil ukuran butir semakin lama partikel
tersebut dalam air dan semakin jauh diendapkan dari sumbernya, begitu juga
sebaliknya (Munandar dkk, 2014).
Menurut Enung (2008) ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk
menyatakan suatu ukuran butiran yakni sebagai berikut:
a. Diameter nominal, adalah diameter bola yang mempunyai volume yang sama
dengan volume butiran.
b. Diameter jatuh dari butiran, adalah diameter bola dengan berat jenis spesifik
2,65 yang mempunyai kecepatan jatuh standar sama dengan kecepatan jatuh
butiran.
c. Diameter sedimentasi, adalah diameter bola yang mempunyai berat spesifik
dan kecepatan pengendapan yang sama dengan butiran sedimen, dalam zat cair
sama dan pada kondisi yang sama pula.
d. Diameter saringan, adalah diameter yang diperoleh dari hasil proses
penyaringan material sedimen dengan beberapa ukuran lubang yang berbeda,
hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengelompokkan material sedimen ke
dalam beberapa kelompok ukuran yang berbeda. Biasanya pengukuran
diameter dengan cara ini dilakukan untuk butiran yang mempunyai diamter
lebih besar dari 0,0625 mm (ukuran saringan terkecil).
2. Oxbow Lake
Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, sebab pengikisan dan
pengendapan terjadi secara terus-menerus. Proses pengendapan yang terjadi secara
terus menerus akan menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah dari aliran
sungai, sehingga terbentuk oxbow lake, atau disebut juga sungai mati.
4. Tanggul Alam
Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya
terjadi banjir dan air meluap hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut, bahan - bahan
yang terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya, terbentuk
suatu dataran di tepi sungai.
Gambar 2.12 Proses Pembentukan Tanggul Alam
(Sumber : S Arum Novi, 2016)
Timbulnya material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai.
Akibatnya tepi sungai lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk.
Bentang alam itu disebut tanggul sungai. Selain itu, juga terdapat tanggul pantai
sebagai hasil dari proses pengendapan oleh laut. Kedua tanggul tersebut merupakan
tanggul alam, karena proses terbentuknya berlangsung alami hasil pengerjaan alam
3. Di waduk
Pengendapan sedimen di waduk akan mengurangi volume efektif waduk yang
berdampak terhadap berkurangnya umur rencana waduk.
Berdasarkan proses terjadinya erosi tanah dan proses sedimentasi, maka proses
terjadinya sedimentasi dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
1. Proses sedimentasi secara geologis
Yaitu proses erosi tanah dan sedimentasi yang berjalan secara normal atau
berlangsung secara geologi, artinya proses pengendapan yang berlangsung masih
dalam batas-batas yang diperkenankan atau dalam keseimbangan alam dari proses
degradasi dan agradasi pada perataan kulit bumi akibat pelapukan.
Ada pula faktor-faktor yang berkaitan dengan awal gerak butiran sedimen
adalah kecepatan aliran, diameter ukuran butiran, gaya angkat yang lebih besar dari
gaya berat butiran, dan gaya geser kritis. Suatu kondisi dapat dikatakan terjadinya
awal gerak butiran apabila terjadi dari salah satu peristiwa berikut:
1. Satu butiran bergerak
2. Beberapa (sedikit) butiran bergerak
3. Butiran bersama-sama bergerak dari dasar, dan
4. Kecenderungan pengangkutan butiran yang ada sampai habis.
Graf (1984), menyatakan bahwa awal gerak butiran, atau yang sering juga
disebut kondisi kritis, dapat dijelaskan dengan beberapa metode:
1. Dengan persamaan kecepatan kritis (critical velocity); memperhitungkan
pengaruh air terhadap sedimen
2. Dengan persamaan tegangan geser kritis (critical shear stress);
memperhitungkan gesekan gaya tarik aliran terhadap butiran
3. Gaya angkat; memperhitungkan perbedaan tekanan akibat perbedaan kecepatan
Mengingat bahwa kondisi alami dari pergerakan sedimen sangat tidak teratur
(random), pendekatan dengan teori probabilitas sering kali digunakan. Dengan
demikian ada empat kelompok pendekatan dalam menentukan awal gerak butiran,
yaitu dengan:
1. Pendekatan kecepatan (competent velocity).
2. Pendekatan gaya angkat (lift force)
3. Pendekatan tegangan gesek kritik.
4. Pendekatan dengan cara lain, yang di antaranya dengan teori probabilitas.
Contoh benda yang memiliki massa jenis yang lebih tinggi adalah besi,
sedangkan contoh benda yang memiliki massa jenis lebih rendah adalah air, massa
jenis merupakan ciri-ciri khusus yang membedakan antara zat yang satu dengan zat
lainnya. Hal ini disebabkan, setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda-beda
tergantung pada kerapatan molekulnya serta besarnya gaya ikat antar molekul atau
senyawa penyusunnya.
Massa jenis adalah massa dibagi dengan volume, dapat di rumuskan sebagai
berikut :
m
ρ= v ...Pers (2.1)
Keterangan :
ρ = Massa jenis (kg/m³ atau gr/cm³).
m = Massa benda (kg atau gr).
v = Volume benda (m³ atau cm³).
2.13 Percepatan Gravitasi (g)
Pada abad 16 Masehi Isaac Newton mengemukakan, bahwa ternyata ada suatu
gaya pada suatu jarak tertentu yang memungkinkan dua benda atau lebih saling
berinteraksi. Newton menyimpulkan bahwa gaya gravitasi atau gaya tarik-menarik
dapat berlaku secara universal dan sebanding oleh massa masing-masing benda dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak kedua benda (Giancoli, 2009)
Fenomena alam yang diakibatkan oleh adanya gaya gravitasi bumi kerap kali
terjadi di muka bumi ini. Gaya gravitasi memberikan efek yang luar biasa terhadap
benda-benda yang ada di muka Bumi ini. Gaya gravitasi adalah gaya tarik-menarik
yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai massa di alam semesta. Dalam
analisis Fisika modern mendeskripsikan bahwa gravitasi menggunakan Teori
Relativitas Umum dari Einstein, namun hukum gravitasi universal Newton yang
lebih sederhana merupakan hampiran yang cukup akurat dalam kebanyakan kasus –
kasus yang terjadi (Artawan. 2013).
Sebagai contoh, bumi yang memiliki massa yang sangat besar menghasilkan
gaya gravitasi yang sangat besar untuk menarik benda-benda di sekitarnya, termasuk
makhluk hidup, dan benda-benda yang ada di bumi. Gaya gravitasi ini juga menarik
benda-benda yang ada di luar angkasa, seperti bulan, meteor, dan benda angkasa
lainnya, termasuk satelit buatan manusia. Beberapa teori yang belum dapat
dibuktikan menyebutkan bahwa gaya gravitasi timbul karena adanya partikel
gravitron dalam setiap atom (D.C. Giancoli.1988).
Gravitasi merupakan sifat percepatan pada bumi yang menghasilkan benda
jatuh secara bebas. Percepatan gravitasi pada setiap tempat di permukaan bumi
tidaklah sama. Di equator percepatan gravitasi sekitar 9,78 m/s2, sedangkan di
daerah kutub sekitar 9,83 m/s2. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi adanya
perbedaan percepatan gravitasi tersebut. Pertama bumi kita tidak benar-benar bulat,
percepatan gravitasi bergantung pada jaraknya dari pusat bumi. Kedua, percepatan
gravitasi tergantung dari jaraknya terhadap permukaan bumi. Ketiga, kepadatan
massa bumi yang berbeda - beda.
2 Viskositas kinematik
Viskositas kinematik didefinisikan sebagai perbandingan antara viskositas
dinamik dan rapat massa.
Tabel 2.2 Viskositas Kinematika Berdasarkan Suhu
Temperatur Viskositas Temperatur Viskositas
Kinematika Kinematika
(˚C) (1 x 10-6 m2/s) (˚C) (1 x 10-6 m2/s)
0 1.793 25 0.893
1 1.732 26 0.873
2 1.674 27 0.854
3 1.619 28 0.836
4 1.568 29 0.818
5 1.520 30 0.802
6 1.474 31 0.785
7 1.429 32 0.769
8 1.386 33 0.753
9 1.346 34 0.738
10 1.307 35 0,724
11 1.270 36 0.711
12 1.235 37 0.697
13 1.201 38 0.684
14 1.169 39 0.671
15 1.138 40 0.658
16 1.108 45 0.602
17 1.080 50 0.554
18 1.053 55 0.511
19 1.027 60 0.476
20 1.002 65 0.443
21 0.978 70 0.413
22 0.955 75 0.386
23 0.933 80 0.363
24 0.911 85 0.342
h1 +h 2 …+ hn
H= ...Pers (2.2)
n
Keterangan :
H = Tinggi muka air rata-rata (m)
h1 = Tinggi muka air hasil pembacaan 1 (m)
h2 = Tinggi muka air hasil pembacaan 2 (m)
hn = Tinggi muka air hasil pembacaan (m)
n = Jumlah banyaknya jumlah tinggi muka air
Keterangan :
A = Luas penampang basah (m2)
B = Lebar bawah (m)
h = Kedalaman saluran (m)
Keterangan :
P = Keliling penampang basah (m)
B = Lebar bawah (m)
h = Kedalaman saluran (m)
1.1.7 Rumus Radius Hidraulik (R)
Radius Hidraulik (R) dapat di hitung dengan rumus :
A
R= ...Pers (2.5)
P
Keterangan :
R = Radius hidraulik (m)
A = Luas penampang basah (m2)
P = Keliling penampang basah (m)
Keterangan:
v = Kecepatan aliran fluida (m/detik)
R = Jari-jari hidrolis (m)
S = Kemiringan dasar saluran (%)
n = Kekasaran manning (m)
U ¿ =√ g∙ h ∙ S ...Pers (2.8)
Keterangan :
¿
U = Kecepatan geser (m/s)
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
h = Kedalaman aliran (m2)
S = Kemiringan saluran (m)
√
U ¿c = γ (
ρs −ρw
ρw
) g∙ d ...Pers (2.9)
Keterangan :
¿
Uc = Kecepatan geser kritis (m/s)
γ = Berat jenis (kg)
ρs = Berat massa butiran sedimen (kg/m3)
ρw = Berat massa air (kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
d = Diameter butiran (m)
u x ∙d
ℜ= ...Pers (2.10)
ν
Keterangan :
Re = Bilangan Reynolds
ux = Kecepatan fluida (m/s)
d = Diameter pipa (m)
ν = Viskositas kinematika fluida N.s/m2
Keterangan :
το = Tegangan geser (N/m3)
ρw = Massa jenis air (1000 kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
h = Kedalaman aliran (m)
S = Kemiringan saluran (%)
Keterangan :
τc = Tegangan geser kritis (N/m3)
ρs = Massa jenis sedimen (kg/m3)
ρw = Massa jenis air (1000 kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
d = Diameter butiran sedimen (m)
3
γ w ∙ R ∙ (k/k') 2 ∙ S 3 ...Pers (2.13)
- 0,047 = 0,25 ∙ √ρ ¿¿
d ( γs - γ w )
γw
Dimana nilai √3 ρ =
g
(k/k') = 1
2. Menentukan Nilai Muatan Sedimen Dasar Untuk Seluruh Lebar
Dasar Aliran (Qb) :
Qb = B ∙ qb ...Pers (2.14)
Keterangan :
qb = Debit muatan sedimen dasar (kg/s/m)
R = Radius hidrolik (m)
d = Diameter butiran (m)
γs = Berat jenis pasir/sedimen (kg/m3)