Anda di halaman 1dari 9

PENGUKURAN DEBIT SUSPENSI

(Laporan Praktikum Pengantar Konservasi Sumber Daya Hutan)

Oleh

Juan M.T Siallagan


2254151014
Kelompok 5

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Debit suspensi adalah jumlah material padatan yang diangkut oleh air
dalam sungai atau saluran air pada waktu tertentu. Material padatan tersebut
berasal dari erosi yang terjadi di sekitar sungai atau saluran air. Debit suspensi
dapat menjadi indikator kualitas air, karena jika terjadi erosi yang tinggi, maka
kandungan bahan padat dalam air akan meningkat. Debit suspensi juga dapat
mempengaruhi kapasitas transportasi sungai atau saluran air dan kualitas
lingkungan sekitar sungai. Oleh karena itu, penting untuk memantau debit
suspensi agar dapat mengambil tindakan yang tepat untuk menjaga
keberlangsungan lingkungan dan kehidupan di sekitar sungai (Kusnoputranto,
2018).
Debit suspensi dapat diukur dengan menggunakan metode pengambilan
sampel air dan analisis laboratorium. Salah satu parameter yang digunakan untuk
mengukur debit suspensi adalah Total Suspended Solids (TSS), yaitu konsentrasi
partikel padat yang terdapat dalam air. Metode pengambilan sampel yang baik dan
representatif sangat penting untuk mendapatkan data yang akurat mengenai debit
suspensi. Selain itu, perlu juga dilakukan analisis terhadap sumber erosi yang
menjadi penyebab debit suspensi agar dapat mengambil tindakan yang tepat untuk
mengurangi erosi (Afrizal dan Putra, 2019).
Debit suspensi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor erosi, namun juga
dipengaruhi oleh faktor hidrologi seperti curah hujan dan debit air sungai. Debit
suspensi cenderung meningkat pada saat terjadi curah hujan yang tinggi dan debit
air sungai yang besar. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya banjir dan erosi yang
lebih parah. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan daerah aliran sungai
secara terintegrasi agar dapat mengurangi dampak dari debit suspensi pada
lingkungan dan masyarakat sekitar sungai (Ardiansyah dan Supriharyono, 2020).
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui cara mengukur suspensi dan
menghitung besarnya hasil sedimen yang keluar pada suatu DAS.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Debit
Debit air memiliki pengertian aliran zat cair yang melewati jarak
penampang per satuan waktu. Maksudnya adalah banyaknya volume air yang
melewati suatu penampang dalam waktu tertentu. Debit air memiliki satuan
pengukuran yang sering kita sebut ialah ml/detik, m3/detik, liter/jam, m3/jam,
satuan lain yang intinya menyatakan volume/satuan waktu. Aliran air dapat
dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat dimanfaatkan dan
berpindah tanpa mengalami gesekan, hal ini berarti gerakan air tersebut memiliki
kecepatan yang tetap pada masing-masing titik dalam pipa dan gerakannya
beraturan akibat pengaruh gravitasi bumi.Dalam hidrologi, debit air sungai adalah
tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur permukaan air sungai.
Dengan pengertian lain, debit atau aliran sungai adalah kecepatan aliran air yang
melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem
satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan m3/detik.Debit air
menggunakan satuan volume per waktu seperti ml/detik, liter/detik, m3/detik,
liter/jam, m3/jam, dan berbagai satuan lainnya. Satuan debit sering digunakan
dalam pengawasan daya tampung (kapasitas) air di sungai atau bendungan supaya
air yang ada dapat dikontrol (Doland, 2021).
Debit adalah laju aliran air cair per satuan volume di saluran sungai waktu
tertentu. Untuk suatu daerah tangkapan debit adalah volume air sungai pada titik
keluaran daerah aliran sungai per satuan (liter/detik atau m³/detik) . Debit adalah
bagian curah hujan yang tidak dapat hilang dalam proses penguapan. Sungai
selalu mengalir Aliran sepanjang tahun terdiri dari aliran permukaan dan aliran
dasar. Nilai debit air dan nilai tinggi muka air terlihat saat hujan atau mendung.
Semakin tinggi curah hujan maka semakin besar debit yang dihasilkan sebaliknya,
semakin rendah curah hujan, semakin rendah aliran yang dihasilkan. Curah hujan
adalah bentuk cair atau padat yang jatuh ke bumi, yang selalu didahului oleh
proses kondensasi atau kombinasi keduanya. Besarnya debit air dapat dipengaruhi
beberapa faktor seperti presipitasi (keadaan hujan). Semakin besar curah hujan
pada suatu daerah aliran sungai, maka semakin besar juga debit yang dihasilkan
dan sebaliknya semakin kecil curah hujan maka semakin kecil juga debit yang
dihasilkan (Simamora,2020).

2.2. Sedimentasi
Sedimen adalah hasil proses erosi baik berupa erosi permukaan, erosi parit
atau jenis tanah lainnya atau dapat juga diartikan sedimentasi adalah terlepasnya
butiran tanah dari induknya dan terangkut, suatu proses hilangnya lapisan atas
tanah yang disebabkan oleh iklim, kondisi tanah dan aktivitas manusia.Sedimen
adalah suatu Kepingan atau potongan yang terbentuk oleh proses fisik dan kimia
dari batuan atau tanah. Bentuk dari material beraneka ragam dan tidak terbatas
dari mulai yang berbentuk bulat sampai berbentuk tajam. Juga bervariasidalam
kerapatan dan komposisi materialnya dengan kuarsa yang dominan dimana
sedimen tersebut terbawa hanyut oleh aliran air yang dapat dibedakan sebagai
endapan dasar (bed load) dan muatan melayang (suspended load). Muatan dasar
bergerak dalam aliran sungai dengan cara bergulir, meluncur dan meloncat-loncat
di atas permukaan dasar sungai. Sedangkan muatan melayang terdiri dari butir-
butir halus yang ukuran lebih kecil dari 0,1 mm dan senantiasa melayang didalam
aliran air, lebih-lebih butiran yang sangat halus walaupun air tidak mengalir, tetapi
butiran tersebut tetap tidak mengendap serta airnya tetap tidak keruh dan sedimen
semacam ini disebut muatan kikisan (wash load) (Sucipto, 2018).
Laju sedimentasi di suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti jumlah dan intensitas hujan, tipe tanah dan formasi
geologi, penutupan tanah dan penggunaan lahan, serta kondisi drainase alami.
Faktor-faktor ini memiliki peran penting dalam menentukan jumlah dan jenis
material yang terbawa oleh aliran air di sungai dan akan mempengaruhi besarnya
sedimentasi yang terjadi di tempat yang lebih rendah. Dalam konteks ini,
sedimentasi di sungai dapat dibedakan menjadi sedimen melayang dan sedimen
merayap, yang keduanya saling mempengaruhi konsentrasi dan distribusi
kecepatan aliran. Dalam mengukur konsentrasi sedimen melayang, terdapat dua
metode pengambilan contoh air sungai, yaitu pengambilan langsung di permukaan
(grah sample) dan depth integrated (integrasi kedalaman) untuk sungai dalam dan
tidak homogen. Sementara itu, sedimen merayap diambil dengan menggunakan
metode perangkap. Kedua jenis sedimen ini memiliki dampak yang signifikan
pada distribusi kecepatan aliran dan konsentrasi sedimen di sungai. Perubahan
dalam angkutan sedimen dasar (bed load) dapat mempengaruhi konsentrasi
sedimen melayang, yang pada gilirannya akan mempengaruhi besarnya kecepatan
gesek yang dihasilkan oleh aliran air. Sedangkan distribusi kecepatan aliran dan
konsentrasi sedimen suspensi cenderung berubah dari tengah ke arah tepi saluran
sungai. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang faktor- faktor yang
mempengaruhi laju sedimentasi dan jenis sedimen yang terbawa oleh aliran
sungai sangat penting untuk mengoptimalkan manajemen dan pengelolaan sungai
(Maulana et al., 2014).

2.3. Muatan Suspensi


Muatan suspensi merupakan hasil kejadian erosi baik erosi permukaan
maupun erosi tebing sungai.Kadar muatan suspensi adalah banyaknya material
suspensi yang dikandung oleh sejumlah air dari aliran sungai dalam satuan
volume tertentu, setelah material dikeringkan dan dinyatakan dalam miligram/liter
(mg/lt). Berdasarkan mekanisme pengangkutannya, sedimen dibagi menjadi
Muatan sedimen melayang (suspended load) dan Muatan sedimen dasar (bed
load). Muatan sedimen melayang merupakan material dasar sungai (bed material)
yang melayang di dalam aliran sungai dan terutama terdiri dari butiran-butiran
pasir halus. Muatan sedimen dasar berupa partikel-partikel kasar yang bergerak
sepanjang dasar sungai. Pengukuran suspensi selalui disertai dengan pengukuran
debit Perhitungan hasil suspensi dari suatu DAS pada suatu stasiun pengukuran
diperkirakan dari analisis muatan suspensi. Perhitungan Debit Suspensi dilakukan
dengan menghitung berat suspensi dan menghitung volume air terlebih dahulu.
Berat suspensi dihitung berdasarkan rumusya, berat suspensi = g2 – g1, g2 = berat
filter isi dan g1 = berat filter kosong. Konsentrasi suspensi (Csi) dihitung
berdasarkan volume air yang merupakan contoh suspensi serta dihitung dalam
satuan liter (Sosrodarsono, 2016).
Muatan suspensi adalah bagian dari sedimen yang bergerak melayang
dalam air, yang terbawa oleh aliran air. Pengukuran debit air dilakukan
menggunakan metode alat Current Meter dan metode pelampung (manual).
Besarnya kadar muatan suspensi dihitung dengan rumus Csi = (g1-g2)/V.
Keterangan: Csi = Kadar muatan suspensi (gr/lt), g1 = berat kertas saring kosong
(gr), g2 = berat kertas saring dengan contoh muatan suspensi (gr), V = volume
contoh air (lt). (Simamora et al,2020). Faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya muatan suspensi diantaranya adalah debit aliran dan curah hujan. Debit
aliran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya muatan sedimen
suspensi dalam dalam suatu aliran. Semakin besar debit aliran, maka semakin
banyak pula sedimen suspensi yang akan terangkut sehingga debit suspensi akan
semakin besar pula. Sungai sebagai sarana irigasi pertanian dan drainase bagi
masyarakat setempat sehingga jika sungai membawa sedimen yang berasal dari
hulu yang apabila tidak dikelola dengan benar akan menimbulkan dampak yang
merugikan masyarakat dan lingkungan di wilayah tersebut. Keberadaan material
endapan hasil kegitan pertanian dan kegiatan ekonomi dalam jumlah yang besar
serta tingginya curah hujan yang terjadi menyebabkan proses transportasi sedimen
(Riyadi, 2022).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat


Waktu dan tempat praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 4 April
2023 pukul 15.00-17.50 WIB yang bertempat di Ruang Vicon Gedung Jurusan
Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung.

2.2. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah data hidrologi
berupa debit aliran, suspended sampler, kertas filter, oven, dan timbangan
digital/analitik.

2.3. Cara Kerja


Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini sebagai berikut:
1. Melakukan eksplorasi online dengan mencari sebuah jurnal dengan tema yang
sama dengan praktikum yang dilakukan.
2. Melakukan analisa terkait jurnal yang sudah ditemukan dan hasil analisa
dicantumkan pada laporan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, A., dan Putra, A. E. 2019. Analisis Debit Suspensi pada Sungai Kapuas
Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Jurnal Sains dan Teknologi
Lingkungan 11(2): 146-153.

Ardiansyah, A., dan Supriharyono, S. 2020. Analisis Debit Suspensi pada Sungai
Konto di Kabupaten Cianjur. Jurnal Teknik Pengairan 11(1): 55-62.

Doland. 2021. Hydro Power Engineering, A Textbook for Civil Engineers. Jurnal
FEMA 1(1): 75-85.

Kusnoputranto, H. 2018. Debit Suspensi dan Beban TSS pada Saluran Sungai
Kali Pepe di Kabupaten Sleman. Jurnal Ilmu dan Teknologi Lingkungan
9(1): 1-8.

Maulana, R. A., Lubis, K. S. & Marbun, P. 2014. Uji Korelasi antara Debit Aliran
Sungai dan Konsentrasi Sedimen Melayang pada Muara Sub DAS Padang
di Kota Tebing Tinggi. Jurnal Online Agroteknologi 2(4): 1518-1528.

Riyadi, A. 2022. Kajian Kandungan Sedimen Pada Muara Sungai Pantai Pasir
Putih, Desa Sukajaya, Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang. Sains dan
Teknologi. 1(1): 452-455.
Simamora, J.H. 2020. Debit Air dan Muatan Suspensi. Jurnal Sylva Scienteae. 03
(2): 263-273.
Simamora, J.H., Kadir S., Badaruddin. 2020. Debit Air Dan Muatan Suspensi Sub
DAS Banyuirang, DAS Maluka, Kalimantan Selatan. Jurnal Sylva
Scienteae 03(2): 263-273.

Sucipto. 2018. Kajian Sedimentasi di Sungai Kaligarang dalam Upaya


Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kali Garang Semarang. Jurnal Ilmiah
Indonesia 4(1): 90-102.
Suprapto. 2017. Kajian Muatan Sedimen Tersuspensi Di Sungai Code Daerah
Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai