Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH DAN PEMUPUKAN


KONSISTENSI TANAH

KELOMPOK 1 :

1. FAISAL IMAMSYAH AMRI SINAGA (1904078)


2. DICKY PRASETYO (1904079)
3. MAS SUHARDIANTO (1904080)
4. YEREMIA PANDIANGAN (1904081)

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN DIII


POLITEKNIK LPP
YOGYAKARTA
2020
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Konsistensi tanah dapat diartikan ketahanan tanah terhadap tekanan gaya-gaya


dari luar, menunjukkan tingkat derajat adhesi dan kohesi antar partikel tanah pada
berbagai tingkat kelengasan. Konsistensi tanah diterapkan pada 2 kadar air tanah :
1. Konsistensi basah
Konsistensi basah menggambarkan kondisi tanah yang dalam kondisi kapasitas
lapang. Konsistensi bawah ini dapat digunakan untuk menilai tingkat kelekatan (derajat
keleketan) dan plastisitas tanah (derajat mudah tidaknya tanah dibentuk). Tanah
dikatakan baik jika memiliki tingkat kelekatan dan plastisitas yang sedang, karena jika
tanah memiliki tingkat kelekatan maupun plastisitas tinggi, maka tanah tersebut akan
sangat susah diolah. Ketika didapatkan tanah memiliki tingkat kelekatan dan plastisitas
yang tinggi, maka tanah itu harus diolah dengan menambahkan bahan organic, agak
porositas tanah lebih baik, dan struktur lebih baik juga.
2. Konsistensi kering
Konsistensi kering menggambarkan kondisi tanah dalam kondisi kadar air yang
kering udara. Konsistensi kering menggambarkan tingkat kekerasan dari suatu tanah.
Jika tanah memiliki konsistensi kering sangat keras, maka tanah tersebut memiliki
kandungan lempung yang tinggi. Hal ini mengakibatkan tanah tersebut juga susah
untuk diolah jika tanah tersebut memiliki konsistensi sangat keras.

B. TUJUAN
1. Mahasiswa memahami mengenai konsistensi tanah
2. Mahasiswa mengetahui bagaimana mencari konsistensi suatu tanah
3. Mahasiswa mengetahui hal-hal yang mempengaruhi konsistensi tanah dan
Pengelolaannya (pengolahan tanahnya).
II. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat


Praktikum Dasar Ilmu Tanah dan Pemupukan dengan acara Konsistensi tanah
dilaksanakan dan dikerjakan pada hari Kamis, 2 April 2020 dengan sistem
pembelajaran praktikum melalui online dengan data yang telah diberikan oleh asisten
dosen.

B. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan untuk mencari konsistensi tanah kering yaitu
tanah agregat dengan diameter bongkahan
Alat dan bahan yang digunakan umtuk mencari konsistensi tanah basah
yaitu tanah kering udara dengan diameter 2mm secukupnya, air, aquadest, cawan
porselin, buku tulis, dan alat tulis.

C. Cara Kerja
Cara kerja mencari konsistensi tanah kering yaitu hal yang dilakukan
pertama dengan mengambil tanah agregat (diameter bongkahan) kemudian tekan
antara ibu jari dan telunjuk, konsistensi bisa diikuti dengan table seperti berikut :

Ditekan antara Hancur Kelas Konsistensi


Ibu jari dan telunjuk-Tanpa ditekan -Lepas-lepas
-Sedikit Ditekan -Lunak
-Tekan kuat -Agak Keras
Pangkal Telapak tangan -Tekan Kuat -Keras
dengan ibu jari -Tidak hancur -Sangat keras

Cara kerja mencari konsistensi tanah basah yaitu hal yang dilakukan
pertama adalah mengambil contoh tanah kering udara dengan diameter 2mm diambil
secukupnya, kemudian diletakkan di cawan porselin setelah itu tambahkan air
secukupnya dengan aquadest dan campur hingg homogen (kondisi kapasitas lapang),
setelah selesai dilakukan kemudian bedakan tingkat kelekatan dan plastisitas (mudah
tidaknya tanah dibentuk) antara jenis tanah dengan menggosok-gosokkan tanah antara
jari telunjuk dan ibu jari.
III. TINJAUAN PUSTAKA

Konsistensi tanah merupakan kekuatan daya kohesi butir – butir tanah atau daya adhesi
butir – butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukan oleh daya tahan tanah terhadap
gaya yang akan mengubah bentuk. Tanah yang memilki konsistensi yang baik
umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah
dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka penyifatan
konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut (Rahayu dkk.,
2014).

Tanah memiliki daya konsistensi yang baik, pada umum nya mudah diolah dan tidak
melekat pada alat pengolah tanah. Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air
di atas kapasitas lapang. Konsistensi pada kondisi lembab merupakan penetapan
konsistensi tanah pada kondisi air tanah sekitar kapasitas lapang. Dan konsistensi tanah
kering yang merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air kering
angina (Hardjowigeno,2014)

Jumlah air tertinggi yang bermanfaat bagi tanaman dengan nilai tertinggi BC dan yang
terendah adalah BBW. Agar tanah dapat di tumbuhi tanaman, harus mempunyai kadar
air yang terletak diantara kedua nilai batas tersebut. Diantara BL dan BG merupakan
kadar air dimana tanah mudah di olah ( dicangkul dan dibajak ) sehingga dinamakan
jangka oleh (JO). Antara BC dan BG merupakan kadar tanah dimana tanah
menunjukkan derajat keteguhan (DT) ( Darmawijaya,2014 ).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Jenis Kelas Konsistensi


Kasus
tanah Kering
Tanah bongkah ukuran ibu jari, diantara ibu jari dan telunjuk tanpa
Entisol Lepas - lepas
ditekan -> HANCUR
Tanah bongkah ukuran ibu jari, ditekan kuat diantara ibu jari dan telunjuk
Inceptisol Agak keras
-> HANCUR
Tanah bongkah ukuran ibu jari, ditekan kuat diantara ibu jari dan telunjuk
Alfisol Agak keras
-> HANCUR
Tanah bongkah ukuran ibu jari, ditekan sangat kuat diantara pangkal
Vertisol Sangat Keras
telapak tangan dan ibu jari -> TIDAK HANCUR

Jenis Kelas Konsistensi Basah


Kasus
Tanah Kelekatan Plastisitas
Tanah diameter 2 mm yang sudah dibasahi, dicek kelekatan dan
Entisol plastisitasnya ternyata tidak ada tanah yang menempel diantara Tidak Lekat Tidak Plastis
ibu jari dan telunjuk serta tidak dapat dibuat pipa
Tanah diameter 2 mm yang sudah dibasahi, dicek kelekatandan
plastisitasnya ternyata tanah tersebut menempel sedikit dikedua Agak Lekat Agak Plastis
Inceptisol jari, serta bisa dibuat pipa yang retak-retak
Tanah diameter 2 mm yang sudah dibasahi, dicek kelekatandan
plastisitasnya ternyata tanah tersebut menempel banyak disalah Lekat Agak Plastis
Alfisol satu jari, serta bisa dibuat pipa yang retak-retak
Tanah diameter 2 mm yang sudah dibasahi, dicek kelekatandan
plastisitasnya ternyata tanah tersebut menempel banyak disalah
Vertisol Lekat Sangat Plastis
satu jari, serta bisa dibuat pipa dan bisa dibuat bentuk S tanpa
retak
Tabel 1. Konsistensi Tanah
Kelas Konsistensi Basah
Jenis Tanah Kelas Konsistensi Kering
Kelekatan Plastisitas
Entisol Lepas- lepas Tidak Lekat Tidak plastis
Inceptisol Agak Keras Agak Lekat Agak Plastis
Alfisol Agak Keras Lekat Agak Plastis
Vertisol Sangat Keras Lekat Sangat Plastis

B.Pembahasan
Konsistensi tanah ditakrifkan sebagai bentuk kerja kakas (force) fisik adhesi dan
kohesi partikel-partikel tanah pada berbagai tingkat kelengasan (Baver et al., 1972).
Bentuk kerja tersebut tercermin antara lain:
a. Ketahanan tanah terhadap gaya tekanan, gaya gravitasi, dan tarikan;
b. Kecenderungan massa tanah untuk melekat satu dengan yang lain atau terhadap
benda lain.
Dua faktor utama yang mempengaruhi konsistensi tanah, yakni (a) kondisi kelengasan
tanah (kering, lembap, basah) dan (b) terkstur tanah (terutama kandungan lempung).
Konsistensi tanah penting untuk menentukan cara pengolahan tanah yang baik, juga
penting bagi penetrasi akar tanaman di lapisan bawah dan kemampuan tanah
menyimpan lengas.
Ada dua cara penentuan konsistensi tanah: (a) di lapangan dan (b) di laboratorium
berdasarkan angka-angka Atterberg.
a. Penentuan di Lapangan
Penentuan konsistensi di lapangan menurut Soil Survey Manual (USDA, 1962)
harus di sesuaikan dengan kondisi kelengasan tanah pada saat diamati: konsistensi
basah, lembap, dan kering.
1) Konsistensi Basah
Konsistensi basah diamati pada saatn tanah dalam keadaan basah atau berada di atas
kapasitas lapangan.
a) Kelekatan
Kelekatan adalah keadaan adhesi tanah terhadap benda lain. Kelekatan diamati
berdasarkan kelektan bahan tanah apabila ditekan antara ibu jari dan telunjuk.
 Tidak lekat: setelah tekanan dilepaskan, tidak ada tanah yang melekat pada ibu
jari maupun telunjuk.
 Agak lekat: setelah tekanan dilepaskan, sebagian tanah masih melekat pada ibu
jari dan telunjuk, tetapi salah satu jari tampak lebih bersih.
 Lekat: setelah tekanan dilepaskan, bahan masih melekat dikedua jari dan
cenderung lekat pada salah satu jari.
 Sanagt lekat: setelah tekenan dilepaskan, bahan tanah melekat kuat pada kedua
jari.

b) Plastisitas
Plastisitas adalah kemampuan bahan tanah untuk diubah bentuknya karena
pengaruh tekanan dan tetap pada bentuk semula meskipun tekanan tekanan telah
dilepaskan. Pengamatan plastisitas dilakukan dengan cara membuat bentuk seperti
sosis/cacing dengan diameter 3 mm.
 Tidak plastis: tanah tidak dapat dibentuk seperti sosis panjang,
 Agak plastis: tanah dapat dibentuk seperti sosis panjang, tetapi mudah
pecah/patah.
 Plastis: tanah dapat dibentuk seperti sosis dan diperlukan lebih banyak tekanan
untuk mengubah massa tanah.
 Sangat plastis: tanah dapat dibentuk seperti sosis dan diperlukan lebih banyak
tenkanan untuk mengubah bentuk massa tanah.

2) Konsistensi Lembap
Kondisi lembap diamati pada kondisi kandungan lengas kurang lebih antara angin
dan kapasitas lapangan, dengan cara diremas sampai tanah agak lembap.
a) Lepas-lepas: bahan tanah tidak mampat.
b) Sangat gembur: bahan tanah dengan mudah dirusak dengan tekanan ringan
menggunakan ibu jari dan telunjuk, tetapi agak menggumpal apabila ditekan
bersama-sama.
c) Gembur: bahan tanah mudah dirusak dengan tekanan ringan sampai sedang
menggunakan ibu jari dan telunjuk.
d) Teguh: bahan tanah dapat dirusak dengan tekanan sedang menggunakan ibu jari dan
telunjuk.
e) Sangat teguh: bahan tanah dapat dirusak dengan tekananan yang kuat.
f) Luar biasa teguh: bahan tanah hanya bisa dirusak dengan pukulan yang kuat sedikit
demi sedikit, tidak mungkin hanya ditekan menggunakan ibu jari dan telunjuk.
3) Konsistensi Kering
Konsistensi kering diukur dengan cara memecahkan agregat dalam keadaan kering
angin menggunakan ibu jari dan telunjuk atau menggunakan tangan.
a) Lepas-lepas: massa tanah tidak terikat sama sekali.
b) Lunak: massa tanah terikat sangat lemah dan gembur; dapat dihancurkan menjadi
seperti bedak atau individu partikel dengan tekanan yang tidak terlalu keras.
c) Agak keras: ketahanan massa tanah terhadap tekanan lemah; mudah dipecah
dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk.
d) Keras: ketahanan massa tanah terhadap tekanan sedang; dapat dipecah dengan
menggunakan tangan tanpa mengalami kesulitan, tetapi pecahannya melekat
antara ibu jari dan telunjuk.
e) Sangat keras: massa tanah sangat tahan terhadap tekanan; cukup sulit dipcah
dengan tangan; pecahan massa tidak ada yang melekat baik di jari tangan.
f) Luar biasa keras: massa tanah luar biasa tahan terhadap tekanan; tidak dapat
dirusak dengan tangan, hanya dapat dirusak dengan menggunakan palu.
Jenis tanah tertentu mempunyai konsistensi yang tidak sesuai dengan kriteria di atas
sehingga seorang surveyor harus mampu mengamati konsitensi yang berbeda tersebut.
Tanah abu vulkanik yang kaya bahan amorf dan mempunyai sifat andik sama sekali
tidak dapat menggunakan kriteria di atas.
b. Penetapan di Laboratorium
Konsistensi ditetapkan secara langsung di laboratorium berdasarkan angka-angka
Atterberg. Angka Atterberg adalah presentase berat lengas tanah yang diukur pada saat
tanah mengalami perubahan konsistensi. Angka Atterberg banyak digunakan untuk
kepentingan teknik sipil dari pada untuk pertanian. Berikut ini batas konsitensi
berdasarkan perubahan tanah dari kondisi kering ke kondisi basah.
Batas cair (BC) : Kandungan lengas tanah pada saat tanah dapat
mengalir bebas tanpa tekanan, di bawah standar
getaran. Penentuan dilakukan dengan cara mengetuk –
ngetukkan tanah basah dalam cawan Cassagrande.
Batas lekat (BL) : Kandungan lengas pada saat masih kering yang
dibasahi secara perlahan dan mulai melekat pada logam.
Batas gulung (BG) : Kandungan lengas pada saat keliatan mulai terasa dan
tanah dapat dibentuk sesuai dengan yang dikehendaki.
Tanah mulai berada pada kondisi semi-padat.
Batas berubah warna (BBW) : Kandungan lengas tanah pada saat pasta mulaikering
karena masih ada air kapiler, tetapi udara mulai masuk
ke dalam pori yang ditandai oleh perubahan warna
secara tegas menjadi berwarna lebih muda. Tanah
memasuki kondisi padat.

c. Aplikasi Angka-Angka Atterberg Untuk Bidang Pertanian


Untuk penyiapan tanah, kisaran jangka olah merupakan hal yang sangat penting. Tanah
yang baik harus mudah diolah pada kondisi lengas yang cukup lebar tanpa
menimbulkan masalah dalam pengolahan maupun pengaruhnya terhdap tanah yang
diolah.
Pada tanah suaitani (arable) yang normal, batas gulung (BG) merupakan batas
kandungan lengas tanah mudah diolah, di atas BG tanah menjadi plastis dan mudah
mengalami kerusakan struktur. Dalam praktik, tidak mungkin kondisi optimal selalu
dapat dipenuhi.
Tanah sawah dengan kondisi tanah plastis atau bahkan melumpur karena berada di atas
batas cari (BC) tidak menjadi masalah dalam pengolahan karena kondisi spesifik yang
harus dipenuhi dalam penyiapan tanah sawah adalah pelumpuran lapisan olah. Dari
angka-angka Atterberg dapat diterapkan:
Jangka olah (JO) : Selesih antara BL dan BG, merupakan
kandungan lengas yang menyebabkan tanah
mudah diolah. JO tanah lempung < JO tanah
pasiran.
Indeks plastisitas (IP) : Selisih antara BC dan BG
Persediaan air maksimum (PAM) : Selisih antara BC dan BBW. Nilai PAM
merupakan jumlah kandungan lengas tersedia
bagi tanaman.
Surplus : Selesih antara BL dan BC, untuk
memperkirakan sifat tanah dalam kaitannya
dengan perembesan air. Tanah pasiran, yang
memiliki nilai surplus positif, mudah
merembeskan air, sedangkan tanah lempungan
nilai surplus negatif.
V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada acara praktikum konsistensi tanah kali ini ada beberapa kesimpulan yang
dapat di ambil, diantaranya yaitu:
1. Konsistensi tanah dipengaruhi oleh dua faktor, yakni kondisi kelengasan tanah
(kering, lembap, basah) dan tekstur tanah (terutama kandungan lempung).
2. Penentuan konsistensi tanah ada dua cara yaitu penentuan di lapangan dan
penetapan di laboratorium berdasarkan angka-angka Atterberg.
3. Semakin tinggi konsistensi tanah di suatu tempat maka pengolahan tanah di
tempat tersebut akan semakin sulit.

B. Saran
Pada praktikum kali ini dengan acara praktikum Konsistensi Tanah disarankan
agar selalu teliti dan berhati hati ketika praktikum sedang dilaksanakan, karena
ketelitian dan kecermat harus memiliki keseimbangan yang baik guna mendapatkan
hasil akhir yang baik pula, untuk menganalisis data yang akan di praktikumkan.
DAFTAR PUSTAKA

Darmawijaya. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali press. Jakarta.


Hardjowigeno, sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika pressindo. Jakarta.
Rahayu, A., Sri R., dan Mochtar L. 2014. Karakteristik Dan Klasifikasi Tanah Pada
Lahan Kering Dan Lahan Yang Disawahkan Di Kecamatan Perak Kabupaten Jombang
. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 1(2): 81.
LAMPIRAN

Tabel 1. Konsistensi Tanah


Kelas Konsistensi Basah
Jenis Tanah Kelas Konsistensi Kering
Kelekatan Plastisitas
Entisol Lepas- lepas Tidak Lekat Tidak plastis
Inceptisol Agak Keras Agak Lekat Agak Plastis
Alfisol Agak Keras Lekat Agak Plastis
Vertisol Sangat Keras Lekat Sangat Plastis

Jenis Kelas Konsistensi


Kasus
tanah Kering
Tanah bongkah ukuran ibu jari, diantara ibu jari dan telunjuk tanpa
Entisol Lepas - lepas
ditekan -> HANCUR
Tanah bongkah ukuran ibu jari, ditekan kuat diantara ibu jari dan telunjuk
Inceptisol Agak keras
-> HANCUR
Tanah bongkah ukuran ibu jari, ditekan kuat diantara ibu jari dan telunjuk
Alfisol Agak keras
-> HANCUR
Tanah bongkah ukuran ibu jari, ditekan sangat kuat diantara pangkal
Vertisol Sangat Keras
telapak tangan dan ibu jari -> TIDAK HANCUR

Jenis Kelas Konsistensi Basah


Kasus
Tanah Kelekatan Plastisitas
Tanah diameter 2 mm yang sudah dibasahi, dicek kelekatan dan
Entisol plastisitasnya ternyata tidak ada tanah yang menempel diantara Tidak Lekat Tidak Plastis
ibu jari dan telunjuk serta tidak dapat dibuat pipa
Tanah diameter 2 mm yang sudah dibasahi, dicek kelekatandan
plastisitasnya ternyata tanah tersebut menempel sedikit dikedua Agak Lekat Agak Plastis
Inceptisol jari, serta bisa dibuat pipa yang retak-retak
Tanah diameter 2 mm yang sudah dibasahi, dicek kelekatandan
plastisitasnya ternyata tanah tersebut menempel banyak disalah Lekat Agak Plastis
Alfisol satu jari, serta bisa dibuat pipa yang retak-retak
Tanah diameter 2 mm yang sudah dibasahi, dicek kelekatandan
plastisitasnya ternyata tanah tersebut menempel banyak disalah
Vertisol Lekat Sangat Plastis
satu jari, serta bisa dibuat pipa dan bisa dibuat bentuk S tanpa
retak

Anda mungkin juga menyukai