PERTAMINA
HULU ENERGI OFFSHORE NORTH WEST JAVA (ONWJ)
BERDASARKAN ENVIRONMENTAL MANAGEMENT
SYSTEM, INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR
STANDARDIZATION (ISO) 14001:2015
Oleh :
M SETYO HADI SUSANTO
NIM 145100900111003
v
vi
vii
M SETYO HADI SUSANTO. 145100900111003. Penilaian
Lingkungan di PT. Pertamina Hulu Energy Offshore North
West Java (ONWJ) Berdasarkan Environmental Management
System, International Organization For Standardization (ISO)
14001:2015. TA. Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Ruslan
Wirosoedarmo, MS dan Dr.Eng. Akhmad Adi S., STP, M.Eng
RINGKASAN
ix
M SETYO HADI SUSANTO. 145100900111003. Environmental
Performance Appraisal at PT.Pertamina Hulu Energi
Offshore North West Java (ONWJ) Based on Environmental
Management System, International Organization For
Standardization (ISO) 14001:2015. Lecturer/Supervisor: Prof.
Dr. Ir. Ruslan Wirosoedarmo, MS and Dr.Eng. Akhmad Adi S.,
STP, M.Eng
SUMMARY
x
The result of Environmental Performance Appraisal PHE ONWJ
from all aspect get score 4,96 which categorized as very good.
Based on the assessment of compliance with the requirements of
ISO 14001: 2015, the results of achieving the implementation of
ISO 14001: 2015 get score 90% of 100% with the total GAP of
1,5%. The result of the percentage the readiness assessment, in
each mean total clause of 96,2%. Hence the company in
compliance with the requirements of ISO 14001: 2015, based on
work procedures and requirements should be run well. Also,
maximize the clause that is less than maximum and improvement.
xi
KATA PENGANTAR
xiii
DAFTAR ISI
xiv
2.10 Kendala – Kendala dalam Penerapan ISO 14001 ............25
2.11 Tanggung Jawab Badan atau Lembaga dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup Berdasarkan Undang – undang No. 32 Tahun
2014.........................................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................30
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................30
3.2 Alat dan Data Penelitian .....................................................30
3.2.1 Alat Penelitian .................................................................30
3.2.2 Jenis dan Sumber Data ...................................................31
3.2.3 Teknik Pengumpulan Data ..............................................32
3.3 Metode Audit Manajemen Lingkungan ............................... 34
3.4 Metode Analisis dan Tahapan Pengolahan data ................41
3.4.1 Teknik Analisis ................................................................ 41
3.5 Diagram Alir (Flowchart) ....................................................47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................48
4.1 Penilaian Aspek Kinerja Pengelolaan Lingkungan ..............48
4.2 Analisis Kesiapan dengan Persyaratan ISO 14001:2015 ...59
4.3 Kendala Penerapan ISO 14001:2015 di PT Pertamina Hulu
Energi ONWJ ...........................................................................64
4.3.1 Klausul 4 (Konteks Organisasi) ......................................64
4.3.2 Klausul 5 (Kepemimpinan) .............................................65
4.3.3 Klausul 6 (Perencanaan) ................................................65
4.3.4 Klausul 7 (Dukungan) .....................................................66
4.3.5 Klausul 8 (Operasi) .........................................................66
4.3.6 Klausul 9 (Evaluasi Kinerja) ............................................67
4.3.7 Klausul 10 (Perbaikan) ...................................................68
4.4 Usulan Perbaikan Penerapan ISO 14001:2015 ..................68
4.4.1 Klausul 4 (Konteks Organisasi) ......................................69
4.4.2 Klausul 5 (Kepemimpinan) .............................................69
4.4.3 Klausul 6 (Perencanaan) ................................................69
4.4.4 Klausul 7 (Dukungan) .....................................................70
4.4.5 Klausul 8 (Operasi) .........................................................70
4.4.6 Klausul 9 (Evaluasi Kinerja) ............................................71
xv
4.4.7 Klausul 10 (Perbaikan) ...................................................71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................73
5.1 Kesimpulan ........................................................................73
5.1 Saran .................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 75
xvi
DAFTAR TABEL
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xix
BAB I PENDAHULUAN
1
Kegiatan operasional PT. Pertamina Hulu Energy ONWJ
kemungkinan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan.
Dampak tersebut menjadikan perusahan menaruh perhatian
yang cukup besar terhadap dampak positif dan negatif. PT.
Pertamina Hulu Energy ONWJ dalam kegiatan operasionalnya
perusahaan telah menerapkan sistem manajemen yang
merupakan proses panduan, standar, memeriksa dan pelaporan.
Hal ini untuk memastikan kebijakan perusahaan di bidang
kesehatan, keselamatan dan lingkungan sesuai dilaksanakan
dengan benar. Selain itu, dibutuhkan juga pelaksanaan audit
lingkungan yang merupakan instrument yang peka terhadap
lingkungan dalam proses produksi untuk mewujudkan industri
yang berwawasan lingkungan berdasarkan standar internasional
ISO 14001.Seluruh anjungan lepas pantai Pertamina Hulu Energi
ONWJ yang berjumlah sebelas (11) anjungan berpenghuni
sebagaimana juga Marunda Shorebase, Fasilitas Penerima Darat
(ORF) Muara Karang, Tanjung Priok, dan Cilamaya telah
menerima sertifikasi ISO 14001:2004 oleh DNV GL.
PT. Pertamina Hulu Energy Offshore North West Java
(ONWJ) pada kondisi tertentu, ketika sedang terdapat masalah
lingkungan dalam rangka upayanya menjaga kelestarian
lingkungan mengharuskan untuk dilakukan kajian lingkungan.
Lebih lanjut dikemukakan kajian lingkungan dimaksudkan untuk
mengetahui kinerja manajemen pengelolaan lingkungan. Kajian
yang dilakukan berupa audit lingkungan (Andrianto, 2014).
Menurut Chafid (2008), dokumen lingkungan yang telah
diverifikasi memuat pengelolaan lingkungan yang telah
dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang sudah beroperasi
berikut hasil pengelolaannya. Bagi komponen yang masih belum
baik, maka dokumen audit lingkungan dapat sebagai early
warning system dalam pengelolaan lingkungan. Sementara
adanya kerusakan lingkungan yang belum dapat diatasi dengan
2
baik perlu dicari cara-cara yang tepat termasuk pentingnya
pencegahan dan penanggulangan dampak lingkungan.
PT. Pertamina Hulu Energy Offshore North West Java
(ONWJ) dalam kegiatan operasionalnya sudah berbasiskan
Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004 yang pada saat
ini perlu dilakukan pembaharuan menjadi versi terbaru yaitu ISO
14001:2015, yang dimana merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan label emas pada penilaian Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) dan sebagai bentuk
tanggung jawab bagi perusahan dalam mengelola lingkungan.
Selain itu membantu perusahaan untuk dapat meningkatkan
kajian terhadap isu-isu lingkungan dan penerapan dalam
pengelolaan lingkungan agar efektif dan efisien.serta dilakukan
pengembangan, pencegahan, dan perbaikan sehingga dalam
operasional perusahaan berdasarkan asas lingkungan.
Berdasarkan latar belakang di atas dan juga progam studi
yang diambil oleh penulis yaitu Teknik Lingkungan di Universitas
Brawijaya, maka penulis melakukan Penilaian Kinerja
Lingkungan di PT. Pertamina Hulu Energi Offshore North West
Java (ONWJ) Berdasarkan Enviromental Management System,
International Organization For Standardization (ISO)
14001:2015. sebagai topik dalam menyelesaikan tugas akhir.
3
3. Bagaimana kesiapan penerapan ISO 14001:2015 di PT.
Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ)?
4
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan di PT. Pertamina Hulu Energy Offshore
North West Java (ONWJ) hanya mengarah pada penilaian
lingkungan
2. Penelitian tidak mencapai kuisioner pada karyawan PT.
Pertamina Hulu Energy Offshore North West Java (ONWJ)
3. Upaya mitigasi tidak memperhitungkan biaya
4. Tidak menggunakan analisis finansial pada audit lingkungan
dari kegiatan perusahaan
5. Skoring hanya dilakukan untuk melihat efisiensi penerapan
sistem manajemen lingkungan ISO 14001:2015
6. Penelitian hanya mencakup audit manajemen dan aspek
lingkungan
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
8
2.2 Ciri-ciri Audit Lingkungan
Menurut Andrianto (2014), dokumen audit lingkungan
yang baik mendukung keberhasilan pengelolaan lingkungan, baik
di dalam lingkungan site proyek (usaha/kegiatan) maupun diluar
site proyek. Ciri-ciri atau karakteristik dokumen audit lingkungan
yang baik yaitu:
A. Audit lingkungan menggunakan metodologi yang
komprehensif
B. Audit lingkungan menggunakan konsep pembuktian dan
pengujian
C. Audit lingkungan menggunakan pengukuran dengan
prosedur yang standar
D. Audit lingkungan menggunakan dokumen tertulis
sehingga pihak manapun dapat melakukan check and
recheck.
Pelaksanaan audit lingkungan dalam Sistem Manajemen
Lingkungan meliputi evaluasi secara sistematis, terdokumentasi
dan obyektif tentang bagaimana suatu kinerja institusi, sistem
manajemen, dan peralatan yang digunakan dengan tujuan
memfalisitasi kontrol manajemen terhadap upaya pengendalian
dampak lingkungan dan pengkajian penataan kebijaksanaan
usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan
tentang pengelolaan lingkungan. Institusi perlu melaksanakan
audit lingkungan dalam sistem manajemen lingkungan karena
berbagai faktor lain: faktor ekonomi, yuridis dan tanggung jawab
sosial institusi terhadap kepentingan masyarakat dan ekologi
(pelestarian lingkungan hidup) (Ambarini, 2001).
Menurut Arens, Elder, Beasley (2012) untuk melakukan
audit harus tersedia informasi dalam bentuk yang dapat
diverifikasi dan beberapa standar (kriteria) yang dapat digunakan
auditor untuk mengevaluasi informasi tersebut, yang dapat dan
memang memiliki banyak bentuk. Audit atas laporan keuangan
9
historis oleh kantor akuntan public (KAP), kriteria yang berlaku
biasanya adalah prinsip-prinsip akuntasi yang berlaku umum.
Suatu kebijakan, praktek, prosedur atau persyaratan, dan
jika memungkinkan setiap Sistem Manajemen Lingkungan (SML)
tambahan yang dibandingkan dengan bukti audit yang
dikumpulkan oleh auditor selama audit tentang SML organisasi
(Sunu, 2001).
11
2.5 Prinsip Pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan
ISO 14001
Berikut merupakan beberapa prinsip sistem manajemen
lingkungan yang harus diterapkan oleh industri industri yang ada
di dunai agar kegiatan bisnis yang dilakukan dikelola secara
akrab lingkungan (Sunu, 2001):
1. Menyadari bahwa manajemen lingkungan berada pada
prioritas utama organisasi.
2. Menetapkan dan memelihara komunikasi dengan pihak
internal dan eksternal organisasi.
3. Menentukan persyaratan legislatif dan aspek lingkungan
yang terkait dengan aktivitas organisasi, produk, dan jasa.
4. Mengembangkan manajemen dan komitmen karyawan
untuk melindungi lingkungan dan pendeskripsian tugas
dan tanggung jawab yang akurat dan jelas.
5. Mendukung rencana lingkungan yang diterapkan dalam
produk dan proses daur hidupnya.
6. Menyusun sebuah proses untuk menetapkan level kinerja
yang telah ditargetkan.
7. Menyediakan sumber daya yang cukup dan tepat,
termasuk pelatihan untuk mencapai level kinerja yang
telah ditargetkan.
8. Mengevaluasi kinerja lingkungan dengan kebijakan
lingkungan organisasi, sasaran dan target, dan mencari
perbaikan pada bagian yang tepat.
9. Menetapkan sebuah proses manajemen untuk mngaudit
dan mengkaji ulang sistem manajemen lingkungan dan
untuk mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan
sistem dan hasil kinerja lingkungan.
10. Mendorong kontraktor dan pemasok untuk menetapkan
sistem manajeman lingkungan.
12
2.6 INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR
STANDARDIZATION (ISO)- 14001
ISO 14001 adalah standar Internasional yang dapat
diterapkan oleh organisasi yang bermaksud untuk menetapkan,
menerapkan, memelihara, dan meningkatkan sistem manajemen
lingkungan (ISO 14001, 2015). Standar yang pertama kali
dipublikasikan pada tahun 1996 dan direvisi pada tahun 2004 ini
merupakan hasil negosiasi pertemuan GATT di Uruguay dan
konferensi lingkungan di Rio de Jenero pada tahun 1992 (Zeng,
2005). Standar tersebut sebagai 4 green standard karena
memberikan persyaratan-persyaratan spesifik untuk sebuah
sistem manajemen lingkungan yang komprehensif
(Salman,2009).
Ada tiga komitmen fundamental yang mendukung kebijakan
lingkungan untuk pemenuhan persyaratan ISO 14001
diantaranya adalah pencegahan polusi, kesesuaian dengan
undang-undang yang ada dan perbaikan berkesinambungan
SML. ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan bisa menjadi
pendorong penaatan lingkungan (environmental compliance) di
dunia usaha. Perusahaan diharapkan menyusun tujuan, sasaran
dan menerapkan program untuk meningkatkan kinerja
lingkungan perusahaan yang mana pada akhirnya akan
memberikan manfaat adanya peningkatan sistem manajemen
lingkungan yang telah ada. Contoh nya adalah emisi udara,
tanah, atau air. Perusahaan wajib menjelaskan apakah
dilakukannya mengikuti prosedur yang tersedia dan
mendokumentasikan upaya-upaya mendemonstrasikan
kesesuaian dan perbaikan.
13
Perencanaan ISO 14001:2015 adalah sebagai berikut :
1. Aspek Lingkungan
Menurut SNI 19-14001-2005, Organisasi seharusnya
mengidentifikasi aspek lingkungan dengan
mempertimbangkan masukan dan keluaran yang
berhubungan dengan kegiatan, produk, dan jasa. Proses
ini seharusnya juga mempertimbangkan kondisi operasi
normal dan abnormal pada dimulainya proses hingga
selesai, bahkan pada kondisi darurat. Aspek-aspek
lingkungan yang umumnya dipertimbangkan oleh
organisasi contohnya seperti emisi ke udara,
pembuangan ke air dan tanah, penggunaan energi,
pancaran energy, limbah atau produk samping.
Pertimbangan seharusnya diberikan pada aspek yang
berhubungan dengan kegiatan, produk, dan jasa seperti:
a) Desain dan pengembangan
b) Proses manufaktur
c) Pengemasan dan transportasi
d) Kinerja lingkungan dan praktek para kontraktor dan
pemasok
e) Pengelolaan limbah
f) Ekstraksi dan distribusi
g) Kehidupan di alam dan keanekaragaman hayati
18
2.8 Kaitan Audit Lingkungan dengan ISO 14000
Audit lingkungan sebagai salah satu komponen SML
dilakukan untuk meninjau kemajuan organisasi dalam
pengelolaan lingkungan dan memungkinkan untuk mengusulkan
tindakan perbaikan. Proses audit, peninjauan, perbaikan, dan
tindak lanjut akan menghasilkan suatu perbaikan pada sistem
manajemen lingkungan. Adanya perbaikan pada SML akan
berdampak positif bagi organisasi dan makhluk hidup di
sekitarnya. Perusahaan atau organisasi yang telah melakukan
SML untuk keperluan sertifikasi harus melakukan audit secara
internal maupun eksternal. Audit lingkungan merupakan salah
satu alat pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat sukarela
yang diatur dalam UU No.23/1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Kep-42/MENLH/11/1994 tentang
Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan. Audit
lingkungan juga merupakan salah satu standar dari standardisasi
internasional ISO seri 14000, yang termasuk dalam kelompok
standar evaluasi organisasi (manajemen) yang meliputi SML-ISO
14001 (ISO, 2004).
Audit lingkungan sangat erat kaitannya dengan ISO
14000. Pada hakekatnya audit lingkungan merupakan bagian
dari ISO 14000 seri 14010. Sedangkan sistem manajemen
lingkungan merupakan bagian dari ISO 14000 seri 14001. PAda
dasarnya audit lingkungan merupakan komponen dari evaluasi
organisasi. Secara jelas antara ISO 14000 degan audit
lingkungan dapat dilihat pada Gambar 2.1 :
19
Sistem Manajemen
Lingkungan (ISO 14001)
20
menentukan penilaian keberhasilan pengelolaan lingkungan
adalah sebagai berikut:
1. Aspek Manajemen
Aspek manajemen dalam audit lingkungan dirinci menjadi
beberapa factor, yaitu (Chafid,2008):
a. Kelembagaan
Faktor kelembagaan dikaji terhadap ada tidaknya struktur
organisasi bertanggung jawab terhadap pengelolaan
lingkungan. Apabola di dalam usaha ini ada struktur
organisasi dan terdapat bagian pengelolaan lingkungan, nilai
score-nya tinggi. Score yang ditentukan untuk aspek ini
terlihat pada Tabel 2.1:
Tabel 2.1 Parameter Kelembagaan
Parameter Score
1. Organisasi pengelolaan lingkungan ada dan 5
berdiri sendiri
2. Organisasi berjalan sesuai tugas dan tanggung
jawabnya
1. Organisasi pengelolaan lingkungan ada dan
tidak berdiri sendiri 4
2. Organisasi berjalan sesuai tugas dan tanggung
jawabnya
1. Organisasi pengelolaan lingkungan ada dan
tidak berdiri sendiri 3
2. Organisasi berjalan tetapi beberapa tugas
masih tidak stabil
1. Organisasi pengelolaan lingkungan ada dan
tidak berdiri sendiri 2
2. Organisasi tidak berjalan
1. Organisasi pengelolaan lingkungan tidak ada
2. Organisasi tidak berjalan 1
21
b. Sumber daya Manusia
Faktor sumber daya manusia dalam penetapan score-nya
mempertimbangkan jumlah dan kualitas dari sumber daya
manusia yang mengelola lingkungan. Penilaian terhadap kedua
factor ini, score tinggi bila jumlahnya banyak dan kualitas
sumber daya manusianya bagus. Jumlah SDM yang memadai
jika lebih dari 3 personal dalam 1 bidang. Score yang ditentukan
untuk aspek ini terlihat pada Tabel 2.2:
Tabel 2.2 Parameter Sumber Daya Manusia
Parameter Score
1. Jumlah SDM yang memadai
2. Latar belakang sumber daya manusia 5
sesuai bidang yang diemban
3. Sumber daya manusia lebih dari 50%
memiliki sertifikasi ISO 14001
1. Jumlah SDM yang memadai
2. Latar belakang sumber daya manusia 4
sesuai bidang yang diemban
3. Sumber daya manusia kurang dari
50% memiliki sertifikasi ISO 14001
1. Jumlah SDM yang kurang memadai
2. Latar belakang sumber daya manusia
sesuai bidang yang diemban 3
3. Sumber daya manusia kurang dari
20% memiliki sertifikasi ISO 14001
1. Jumlah SDM yang kurang memadai
2. Latar belakang sumber daya manusia
tidak sesuai bidang yang diemban 2
3. Sumber daya manusia kurang dari
20% memiliki sertifikasi ISO 14001
1. Jumlah SDM yang sangat kurang
2. Latar belakang sumber daya manusia
tidak sesuai bidang yang diemban 1
3. Sumber daya manusia tidak ada
memiliki sertifikasi ISO 14001
22
c. Pembiayaan
Biaya yang dikeluarkan untuk mengelola lingkungan ada
atau tidaknya. Macam biaya untuk pengelolaan
lingkungan terdiri atas:
1. Biaya operasional pengelolaan lingkungan
Biaya ini digunakan untuk pengorperasian dalam
pengelolaan lingkungan seperti transportasi dan biaya
pekerja.
2. Biaya tetap
Biaya ini digunakan sebagai pengeluaran tetap seperti listrik
dan bahan pengelolaan.
Apabila biaya untuk pengelolaan lingkungan cukup besar,
maka score bernilai tinggi. Score yang ditentukan untuk
aspek ini terlihat pada Tabel 2.3:
Tabel 2.3 Parameter Pembiayaan
Parameter Score
1. Biaya operasional pengelolaan lingkungan
mencapai 100% 5
2. Ada biaya tetap
1. Biaya operasional pengelola lingkungan
mencapai 70% 4
2. Ada biaya tetap
1. Biaya operasional pengelola lingkungan
mencapai 50% 3
2. Tidak ada biaya tetap
1. Biaya operasional pengelola lingkungan hanya
20% 2
2. Tidak ada biaya tetap
1. Biaya operasional pengelola lingkungan tidak
ada sama sekali 1
2. Tidak ada biaya tetap
23
d. Metode
Pada dasarnya beberapa parameter lingkungan telah
memiliki aspek pengelolaan lingkungan yang standar atau
standar baku sesuai dengan Standard Operating
Procedure (SOP). SOP ini dapat diperolah dari sistem kerja
yang telah ditetapkan. Untuk parameter lingkungan telah
tersedia pedoman standar baku mutu lingkungan. Apabila
pengelola lingkungan menggunakan SOP atau
menggunakan metode yang benar sesuai dengan standar
baku mutu akan mendapat nilai score yang tinggi.
e. Peralatan
Seperti halnya metode, keberhasilan pengelolaan
lingkungan juga ditentukan oleh kondisi atau macam
peralatan. Pada umumnya dalam RPL dipergunakan
peralatan yang standar. Apabila pengelolaan lingkungan
dipergunakan peralatan standardan layak, diberikan score
yang tinggi.
2. Aspek Ketataan Hukum Lingkungan
Ketataan Hukum Lingkungan dikaji dengan tersedianya
dokumen-dokumen hukum yang dianut oleh perusahaan dan
disosialisasikan dengan baik kepada karyawan, akan
diberikan score yang tinggi.
3. Aspek Fasilitas Teknis
Aspek ini dikaji berdasarkan dokumen RPL (Rencana
Pemantauan Lingkungan) yang digunakan dalam
perusahaan. Didalam dokumen RPL ini terdapat metoda
pemantauan lingkungan yang dirinci atas aspek komponen
dan parameter lingkungan yang dipantau, serta tolak
ukurnya. Untuk memperoleh ISO 14001, RPL disetarakan
dengan baku mutu pada Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 5 Tahun 2014 serta Peraturan Gubernur Jawa
Barat No. 78 Tahun 2013.
24
4. Aspek Izin Lingkungan
Pelaksanaan izin lingkungan terbilang baik, dilihat dari
pelaksanaan UKL dan UPL yang telah dimiliki oleh
perusahaan. Apabila pengelolaan lingkungan dilaksanakan
berdasarkan UKL dan UPL secara baik, diberikan score yang
tinggi.
5. Aspek Produk/Pemasaran
Aspek ini dikaji berdasarkan ISO 9001 yang dianut untuk
mengendalikan mutu dari produk ataupun pemasaran. Jika
dokumen dan implementasinya selaras makan akan
mendapat score yang tinggi.
25
2. Tidak ada keterlibatan dari karyawan
Karyawan itu mengikuti apa yang diperintahkan oleh manajemen
puncak. Apalagi karyawan Indonesia yang dikenal sangat
menghargai perintah dan arahan dari atasan, apa yang menjadi
komitmen manajemen harusnya akan menjadi komitmen
bersama yang dipegang oleh setiap level karyawan. Tetapi, tidak
jarang ada organisasi yang komitmen manajemen puncaknya
baik tetapi tidak diikuti oleh komitmen bawahannya. Ini bisa
terjadi karena beberapa faktor seperti tidak adanya penghargaan
(reward) dan hukuman (punishment) bagi karyawan. Mereka
merasa tidak ada bedanya antara yang berkomitmen dalam
menerapkan sistem manajemen lingkungan ISO 14001 dengan
yang tidak melaksanakan.
3. Kordinasi Antar Departemen yang Minim
Penerapan ISO 14001 tidak akan sukses apabila satu bagian
tidak berkordinasi dengan bagian yang lain. Karena sistem
manajemen lingkungan melibatkan semua bagian yang ada di
proses utama maupun proses pendukung. Bila ada satu bagian
yang tidak menerapkan ISO 14001, maka otomatis sistem tidak
akan berjalan dengan sempurna. Misalkan target produksi yang
sudah dicanangkan oleh manajer produksi tidak akan tercapai
bila bagian HRD dan GA tidak menyediakan SDM dan mesin
serta peralatan yang prima. Harus ada kordinasi efektif antar
bagian agar keseluruhan proses berjalan secara lancar.
4. Keterbatasan Sumber Daya Manusia
Keterbatasan SDM di sini bisa berupa kuantitas (jumlah
karyawan) maupun kualitas (kompetensi karyawan). Penerapan
ISO 14001, kualitas SDM lebih penting ketimbang kuantitas. ISO
14001 tidak pernah mensyaratkan jumlah minimal karyawan
dalam penerapan ISO 14001. Tidak pula dipersyaratkan bahwa
satu orang hanya boleh menjabat satu jabatan saja. Rangkap
jabatan dalam penerapan ISO sah-sah saja sepanjang fungsi-
26
fungsi pekerjaan yang wajib dijalankan oleh yang bersangkutan
dapat dijalankan dengan baik.
5. Kurangnya Sosialisasi dan Komunikasi
Dibutuhkan waktu yang cukup dan tim yang kompeten agar
penerapan ISO 14001 berjalan lancar. Seringkali yang menjadi
penyebab ISO 14001 macet di tengah jalan bukanlah
keterbatasan waktu dan SDM melainkan kurangnya sosialisasi
dan komunikasi dari manajemen puncak. Ini menyebakan orang-
orang yang ada di level pelaksana tidak mengetahui apa yang
harus dilakukan. Solusinya, manajemen puncak harus
melakukan pertemuan rutin terutama dengan pemimpin dari
setiap bagian untuk memastikan mereka memahami apa yang
harus dilakukan.
29
BAB III METODE PENELITIAN
33
3.3 Metode Audit Manajemen Lingkungan
Metodologi lingkungan ada beberapa macam, yaitu
metodologi pemeriksaan atau pengamatan, metode penelitian,
dan metode evaluasi. Penerapan metodologi tersebut pada
prakteknya di lapangan secara garis besarnya dikemukakan
berikut ini (Andrianto, 2014).
1. Metodologi Pemeriksaan atau Pengamatan
Metode ini menggunakan praktek di lapangan yang dilakukan
dengan beberapa cara yakni sampling, membuat daftar uji,
menyusun daftar isian, dan membuat daftar pertanyaan.
a. Cara Sampling
Sesuai dengan masalah lingkungan yang ada,
pemeriksaan dapat dilaksanakan terhadap masalah yang
bersangkutan seperti masalah pencemaran air yang perlu
dilakukan sampling dan kemudian di analisis. Demikian
pula untuk pencemaran udara, sampai parameter
tersebut ke laboratorium rujukan.
b. Metode Daftar Uji
Seluruh kegiatan pengelolaan lingkungan, terutama audit
terhadap pelaksanaan dan rencana yang telah dibuat
kemudian dilaksanakan checking dengan daftar uji.
Adapun daftar uji yang dapat dilihat pada
Tabel 3.2 Berikut :
34
Tabel 3.2 Checklist Daftar Uji Jawaban dan Pertanyaan
Jawaban dan Pertanyaan-
Pertanyaan (Checking)
No Komponen yang diaudit Benar/ Sedang/ Tidak Keterangan
Sesuai Kurang Benar/
Tidak
Sesuai
1 Komponen Lingkungan
terkena dampak
a. Abiotik
Air
Tanah
Udara
b. Biotik
Flora
Fauna
c. Sosek
2 Sumber Dampak
3 Produksi
4 Tolak Ukur
Bobot
5 Mitigasi
a. Pengembanga
n
b. Pencegahan
6 c. Penanggulang
an
Instansi
a. Pelaksanaan
b. Bertanggungja
wab
c. Pemeriksaan
Sumber : Dasar – Dasar Audit Lingkungan
Pemantauan terhadap penerapan metode tersebut
dilaksanakan dengan checking menggunakan daftar uji yang
sama seperti daftar uji sebelumnya.
35
c. Metode Daftar isian
Seluruh elemen manajemen yang diaudit dibuatkan daftar
isian audit. Peneliti melihat hasil pemeriksaan dilapang dan
mengisi daftar isian tersebut sesuai kondisi.
d. Metode Daftar Pertanyaan Pengunaan Checklist
Sesuai elemen yang diaudit dibuatkan pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan daftar isian. Melalui
metode wawancara serta melengkapi daftar pertanyaan dan
isian dalam checklist Sistem Manajemen Lingkungan yang
terintegrasi dengan OHSAS 18001, ISO 9001, ISO 50001 &
ISO 14001:2015 yang meliputi wilayah kerja dari PHE ONWJ
diantaranya Central Plant,Papa,OPF
Balongan,Office,MSB,Seapup, Checklist terdiri dari 220
Pertanyaan yang dibagi kedalam 10 Klausul.
Checklist yang telah diisi kemudian diberi nilai untuk
menentukan apakah termasuk temuan mayor, atau temuan
minor dan observasi. Pemberian nilai didasarkan pada
terlaksananya kegiatan yang ditanyakan (1point), adanya
dokumen yang berkaitan (1point), adanya tindakan yang
berkaitan (1point).Dikatakan temuan Mayor apabila
mendapatkan nilai kurang dari 1 point, sedangkan temuan
Minor/Observasi apabila nilai kurang dari 3 point. Nilai
tertinggi adalah 3.sedangkan temuan minor apabila nilai
kurang dari 2 point. Nilai tertinggi adalah 3 point yang artinya
perusahaan dapat memenuhi ISO 14001.
2. Metode Penelitian
Pembuatan analisis harus didasarkan pada penilaian,
dengan maksud dapat digunakan pembuatan score. Score
menggunakan rentangan nilai dari yang sangat jelek (score
1) sampai yang sangat bagus (score 5). Aspek dan factor
masing-masing dinilai kinerjanya dalam audit lingkungan
seperti Tabel 3.3 Berikut (Chafid, 2008):
36
Tabel 3.3 Scoring Aspek dan Faktor
Score
San Jel Seda Bag San
Aspek yang Faktor yang gat ek ng us gat
No.
Dievaluasi Dievaluasi Jele Bag
k us
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Audit Kelemba
Manajemen gaan
SDM
Pembiay
aan
Metode
Peralata
n
2 Audit Perizina
Ketaatan n
Hukum Ketenag
Lingkungan akerjaan
Kesehat
an
Resiko
3 Audit Pengelolaan
Fasilitas limbah cair
Teknis Produksi
limbah
Syarat
kualitas
Pengelolaan
limbah padat
Produksi
limbah
Syarat
kualitas
Pengelolaan
limbah gas
Produksi
limbah
Syarat
kualitas
37
Score
San Jel Seda Bag San
Aspek yang Faktor yang gat ek ng us gat
No.
Dievaluasi Dievaluasi Jele Bag
k us
(1) (2) (3) (4) (5)
Kebisingan
Produksi
Limbah
Syarat
Kualitas
4 Audit Izin Pelaksa
Lingkungan naan
AMDAL
Pelaksa
naan
RKL &
RPL
5 Audit Sumber
Produk/Pem bahan
asaran baku
Pengepa
kan
Distribus
i produk
Pengelol
aan
produk
Sumber : Dasar – Dasar Audit Lingkungan
3. Metode Evaluasi
Manajemen pengelolaan lingkungan yang dinilai tidak
baik perlu dievaluasi: faktor apa yang menjadi penyebab
dalam dua faktor dari satu aspek. Dari pengkajian dan
penetapan diperoleh score masing-masing. Proses dan cara
evaluasi dapat dilaksanakan terhadap suatu aspek untuk
mengetahui kinerja aspek tersebut dapat dicontohkan pada
Tabel 3.4 berikut (Chafid,2008) :
38
Tabel 3.4 Evaluasi Aspek
Kinerja Aspek Hasil Analisis Keterangan
Pengelolaan Dievaluasi Evaluasi Evaluasi
Lingkungan
Suatu usaha Aspek 4 Perusahaan
perusahaan manajemen 23 yang diaudit
= 4.6
Aspek 4 5 mempunyai
ketaatan kinerja
hukum 5 pengelolaan
Aspek lingkungan
fasilitas 5 cenderung
teknis 5 sangat
Aspek bagus (4.6)
AMDAL
Aspek
produk
Metode
23 mean
(rerata)
Sumber : Audit Lingkungan
39
Tabel 3.5 Matrik Kinerja Seluruh Aspek
Aspek Faktor Hasil Analisis Kinerja
Diaudit Dievaluasi Evaluasi Evaluasi Perusahaan
Satu Aspek
Manajemen Kelembagaan 3 Manajemen
pengelolaan SDM 4 20 Pengelolaan
=4
lingkungan Pembiayaan 4 5 lingkungan,
Metode 5 kinerjanya
Peralatan 4 bagus (4)
Metode
mean
(rerata)
Sumber : Audit Lingkungan
40
Gambar 3.2 Matrik Evaluasi Faktor Aspek
Menurut evaluasi diatas, kinerja perusahaan
cenderung berada dalam posisi bagus, sebab score-nya
4,6. Pengelolaan terhadap komponen tersebut yang
diaudit ternyata kondisinya tidak baik karena pengelolaan
belum maksimal yaitu masih bagus atau score 4,6. hasil
posisi kinerja saat ini, akan dibandingkan dengan posisi
maksimum, sehingga dapat diketahui berapa presentase
yang kurang dan yang sudah dijalankan.
43
Tabel 3.6 Hasil Penghitungan GAP Tiap Klausul
Kla Persyarata Hasil Periksa Jumlah Penc Targe GAP
usul n (Klausul) Co Obse Min M Pertany apaia t
mp rvasi or aj aan n
ly or
4 Konteks 29 10%
Organisasi
5 Kepemimpi 15 10%
nan
6 Perencana 24 15%
an
7 Dukungan 43 12%
8 Operasi 51 25%
9 Evaluasi 40 12%
Kinerja
10 Perbaikan 18 16%
Total Hasil 220 100%
5 Kepemimpinan 45
6 Perencanaan 72
7 Dukungan 129
8 Operasi 153
9 Evaluasi Kinerja 120
10 Perbaikan 54
44
Tabel 3.8 Range Presentase Penilaian Kesiapan
Presentase Kesiapan Uraian
>95% Prosedur kerja dan persyaratan
dijalankan dengan baik.
85,1% - 95% Prosedur kerja dan persyaratan
dijalankan namun belum konsisten.
75,1% - 85% Beberapa prosedur kerja belum
dijalankan namun persyaratan lain
dijalankan dengan baik
60,1% - 75% Banyak prosedur kerja yang belum
dijalankan namun sebagian
persyaratan yang tidak mewajibkan
prosedur kerja telah diterapkan.
50% - 60% Penerapan sangat buruk. Sekolah
perlu memahami dan meninjau ulang
penerapan SML ISO 14001:2015
karena masih jauh dari persyaratan.
2. Reduksi Data
Mereduksi hasil catatan lapangan yang belum
bermakna dan kompleks. Merangkum, mengambil data
yang pokok dan penting, dan membuat kategorisasi.
Dalam mereduksi data, peneliti dipandu oleh tujuan yang
akan dicapai maka data yang tidak relevan dengan tujuan
penelitian akan dibuang. Data hasil reduksi disajikan
dalam bentuk narasi. Miles and Humberman dalam
Ariyani (2015) menyatakan “the most frequent form of
display data for qualitative research data in the past has
been narrative text”. Paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan
teks yang bersifat naratif. Namun selanjutnya disarankan,
dalam melakukan penyajian data selain berupa narasi
dapat berupa grafik, matrik, jaringan kerja atau bagan
(Sugiyono, 2013).
45
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Peneliti menggunakaan data hasil reduksi yang sudah
dikelompokan dalam penyajian data untuk menarik
kesimpulan. Penarikan kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat dan
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten
saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel. Untuk memperoleh kesimpulan
yang lebih grounded, peneliti melakukan verifikasi atas
kebermaknaan yang telah ditemukan pada tahap
penyajian data. Akhirnya, peneliti mengkonfirmasi temuan
dan kesimpulan pada tujuan penelitian.
46
3.5 Diagram Alir (Flowchart)
Mulai
Indentifikasi Masalah
Pengumpulan Data
Data Data
Primer Sekunder
Analisis Data
Selesai
48
Pemantauan terhadap penerapan metode yang dilaksanakan
di PT. Pertamina Hulu Energi ONWJ, dituangkan dalam sebuah
check list daftar uji seperti pada Tabel 4.1 berikut:
50
Tabel 4.2 Hasil Scoring Aspek dan Faktor
Score
Aspek yang Sangat Jelek Sedang Bagus Sangat
No. Faktor yang Dievaluasi
Dievaluasi Jelek Bagus
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Audit Manajemen Kelembagaan √
SDM √
Pembiayaan √
Metode √
Peralatan √
2 Audit Ketaatan Perizinan √
Hukum Ketenagakerjaan √
Lingkungan Kesehatan √
Resiko √
3 Audit Fasilitas Pengelolaan limbah
Teknis cair √
Produksi limbah √
Syarat kualitas
pengelolaan limbah
padat √
Produksi limbah √
Syarat kualitas
Pengelolaan limbah
gas √
Produksi limbah √
Syarat kualitas
Kebisingan √
Produksi Limbah √
Syarat Kualitas
4 Audit Izin Pelaksanaan √
Lingkungan AMDAL
Pelaksanaan √
RKL&RPL
5 Audit Sumber bahan √
Produk/Pemasaran baku
Pengepakan √
Distribusi produk √
Pengelolaan √
produk
Sumber : Hasil Analisis Aspek Kinerja Pengelolaan Lingkungan
51
Kinerja suatu aspek lingkungan didalam PHE ONWJ
dinilai dengan membuat evaluasi. Aspek lingkungan yang diaudit
perlu dievaluasi untuk mengetahui faktor apa yang menjadi
penyebab kurang maksimal. Setiap aspek dilakukan evaluasi
faktor untuk menentukan analisis evaluasi serta kinerja dalam
satu aspek. Angka yang diindikasikan kinerja suatu aspek
dilakukan dengan penghitungan score melalui metode rerata
(mean) masing-masing per-aspek, untuk mengetahui faktor mana
yang harus dievaluasi. Aspek manajemen lingkungan memilik
lima faktor yang harus dievalusi yaitu kelembagaan, sumberdaya
manusia, pembiayaan, metode, dan peralatan dapat dilihat pada
Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Evaluasi Aspek Manajemen Lingkungan
Aspek Faktor Hasil Analisis Kinerja
Diaudit Dievaluasi Evaluasi Evaluasi Perusahaan
Satu Aspek
Manajemen Kelembagaan 5 Manajemen
pengelolaan SDM 5 24 Pengelolaan
lingkungan Pembiayaan 5 5 lingkungan,
Metode 5 = 4,80 kinerjanya
Peralatan 4 cenderung
sangat
bagus (4,80)
Metode
mean
(rerata)
Sumber : Hasil Analisis Aspek Kinerja Pengelolaan Lingkungan
52
penggantian peralatan yang sudah lama/berkarat dan yang
sudah tidak bisa untuk berfungsi dengan normal perlu dilakukan
perbaikan dan kalibrasi ulang. supaya mendapatkan hasil aspek
yang lebih baik. Apabila PHE ONWJ dapat mencapai
rekomendasi tersebut, maka evaluasi Peralatan dapat
memperoleh nilai 5 dan mengangkat nilai kinerja perusahaan.
Aspek ketaatan hukum lingkungan juga dilakukan scoring
dengan empat faktor yang dikembangkan. Faktor yang dievaluasi
terdiri dari perizinan, ketenagakerjaan, kesehatan, dan resiko
masing-masing dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Evaluasi Aspek Ketaatan Hukum Lingkungan
Aspek Faktor Hasil Analisis Kinerja
Diaudit Dievaluasi Evaluasi Evaluasi Perusahaan
Satu Aspek
Ketaatan Perizinan 5 Manajemen
Hukum Ketenagakerjaan 5 25 Pengelolaan
=5
Lingkungan Kesehatan 5 5 lingkungan,
Resiko 5 kinerjanya
sangat
bagus (5)
Metode
mean
(rerata)
Sumber : Hasil Analisis Aspek Kinerja Lingkungan
53
rinci, scoring yang dikalkulasikan dapat dilihat pada Tabel 4.5
berikut
Tabel 4.5 Evaluasi Aspek Fasilitas Teknis
Aspek Diaudit Faktor Dievaluasi Hasil Analisis Kinerja
Evaluasi Evaluasi Perusahaan
Satu Aspek
Fasilitas Teknis limbah cair Manajemen
Produksi 5 40 Pengelolaan
=5
limbah 5 8 lingkungan,
Syarat kualitas kinerjanya
limbah padat 5 sangat
Produksi 5 bagus (5)
limbah
Syarat kualitas 5
limbah gas 5
Produksi
limbah 5
Syarat kualitas 5
Kebisingan
Produksi
Limbah
Syarat
Kualitas
Metode
mean
(rerata)
Sumber: Hasil Analisis Aspek Kinerja Lingkungan
55
Tabel 4.7 Evaluasi Aspek Produk/Pemasaran
Aspek Faktor Hasil Analisis Kinerja
Diaudit Dievaluasi Evaluasi Evaluasi Perusahaan
Satu Aspek
Produk/ Sumber 5 Manajemen
pemasaran bahan baku 20 Pengelolaan
=5
Pengepakan 5 4 lingkungan,
Distribusi 5 kinerjanya
produk 5 sangat
Pengelolaan bagus (5)
produk
Metode
mean
(rerata)
Sumber : Hasil Analisis Aspek Kinerja Pengelolaan Lingkungan
56
Tabel 4.8 Evaluasi Seluruh Aspek
Kinerja Aspek Hasil Analisis Keterangan
Pengelolaan Dievaluasi Evaluasi Evaluasi
Lingkungan
Suatu usaha Aspek 4,80 Perusahaan
perusahaan manajemen 24,8 yang diaudit
Aspek 5 5 mempunyai
ketaatan = 4,96 kinerja
hukum pengelolaan
Aspek 5 lingkungan
fasilitas cenderung
teknis 5 sangat
Aspek 5 bagus (4,96)
AMDAL
Aspek
produk
Metode
24 mean
(rerata)
Sumber : Hasil Analisis Aspek Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Dilihat dari Tabel 4.8 Score ini dapat ditingkatkan lagi agar
dapat mencapai nilai yang lebih baik, misalnya dengan
penambahan suatu kegiatan ataupun keputusan dan inovasi di
bidang lingkungan. Menjalankan audit internal dan evaluasi
secara berkala juga dapat menjaga nilai-nilai aspek yang sudah
maksimal agar tetap berada didalam kinerja yang baik.
Hasil dari seluruh kinerja perusahaan yang telah diakumulasi
dapat digambarkan dalam sebuah matriks untuk melihat posisi
kinerja perusahaan yang tertera pada Gambar 4.1 dibawah:
57
Gambar 4.1 Matriks Kinerja Perusahaan
58
penanganan (Fandeli, 2006). Di perusahaan ini yang menjadi
prioritas adalah aspek manajemen pada faktor Peralatan.
Penanganan ini dapat menggunakan konsep pencegahan, yaitu
penanganan sebelum ada masalah, dan penanggunlangan, yaitu
penanganan terhadap faktor yang telah muncul
permasalahannya. Upaya pengembangan dapat pula
dilaksanakan terhadap faktor yang score-nya di atas 3. Upaya
mitigasi dapat dilaksanakan pula langsung ke aspeknya. Aspek
yang memiliki score rendah, seperti aspek manajemen
lingkungan, harus ditangain terlebih dahulu (Fandeli, 2006).
60
Tabel 4.9 Hasil Penghitungan Gap Analisis Aktual
Klau Persyarat Hasil Periksa Jumlah Penc Targ GAP
sul an Com Obser Min Maj Pertan apai et
(Klausul) ply vasi or or yaan an
4 Konteks 82% 18% 0% 0% 29 8% 10% 2%
Organisa
si
5 Kepemim 80% 20% 0% 0% 15 8% 10% 2%
pinan
6 Perencan 75% 25% 0% 0% 24 12% 15% 3%
aan
7 Dukunga 98% 2% 0% 0% 43 12% 12% 0%
n
8 Operasi 93% 7% 0% 0% 51 23% 25% 2%
9 Evaluasi 96% 4% 0% 0% 40 11% 12% 1%
Kinerja
10 Perbaika 100 0% 0% 0% 18 16% 16% 0%
n %
Total Hasil 220 90% 100 1.5%
%
Sumber : Hasil Analisis Gap Aktual
62
Tabel 4.10 Presentase Penilaian Kesiapan Tiap Klausul
Klausul Persyaratan Skor Skor Presentase
(Klausul) Maksimal Penilaian
4 Konteks Organisasi 84 87 96.5%
5 Kepemimpinan 42 45 93.3%
6 Perencanaan 65 72 90.2%
7 Dukungan 128 129 99.2%
8 Operasi 147 153 96.0%
9 Evaluasi Kinerja 118 120 98.3%
10 Perbaikan 54 54 100%
Rata-rata Keseluruhan 91,1 94,2 96,2%
Sumber : Hasil Analisis Kesiapan Tiap Klausul
63
Dari perhitungan persentase yang telah dilakukan dapat
dilihat bahwa range penilaian berada pada >95% dengan hasil
rata-rata 96,2% kesiapan. Hal ini berarti prosedur kerja dan
persyaratan telah dijalankan dengan baik, namun terdapat
beberapa nilai yang masih belum maksimal. Adanya temuan
Observasi sehingga hasil yang belum maksimal ini menuntut PT.
Pertamina Hulu Energi ONWJ untuk menjalankan komitmennya
dalam pemenuhan daripada persyaratan-persyaratan yang
sudah ditetapkan berdasarkan ISO 14001:2015. Sistem
Manajemen Lingkungan ini harus segera diperbaiki untuk
menunjang kelancaran dan perbaikan berkesinambungan dalam
segala hal.
68
4.4.1 Klausul 4 (Konteks Organisasi)
Tidak ada ketidaksesuaian yang terjadi pada klausul 4
Konteks Organisasi. Untuk peningkatan berkelanjutan
sebagaimana berjalannya ISO 14001:2015 itu dibutuhkan
sosialisasi lebih mendalam dan rentan waktu yang panjang agar
bisa dinilai sudah seberapa jauh keberhasilan yang dicapai,
kemudian perlu diperjelas hubungan PHE ONWJ dan PHE (SSO)
terkait “Batas kewenangan dan kemampuan organisasi untuk
melakukan pengendalian dan memberikan pengaruh, dan untuk
pemenuhan persyaratan berdasarkan ISO 14001:2015 alangkah
lebih baik untuk mencapai nilai maksimal pada klausul 4 perlu di
perbaiki temuan – temuan yang terdapat pada checklist audit
internal ISO 14001:2015 Pada sub klausul 4.3.1; Klausul 4.4.2;
4.4.5.
72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian yang telah dilakukan, yaitu Penilaian Kinerja
Lingkungan Di PT. Pertamina Hulu Energi Offshore North West
Java Berdasarkan Enviromental Management System,
International Organization For Standardzation (ISO) 14001:2015,
didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kinerja Pengelolaan Lingkungan Pertamina Hulu Energi
ONWJ berdasarkan seluruh aspek Manajemen, Aspek
Ketaatan Hukum, Aspek Fasilitas Teknik, Aspek Amdal,
Aspek Produk mendapatkan hasil yang sangat bagus
yaitu 4.96.
2. Memberikan Gambaran Hasil Audit pada Pertamina Hulu
Energi untuk mencapai nilai maksimum pada ISO
14001:2015 dengan memperbaiki temuan observasi dan
memaksimalkan nilai yang belum mencapai maksimal
sesuai dengan kriteria dan kinerja yang dinilai pada ISO
14001:2015
3. Pencapaian Pertamina Hulu Energi ONWJ dalam
pemenuhan ISO 14001:2015 hasil keseluruhan sebesar
90% dari target yang sudah ditentukan sebesar 100%.
pada kesiapan pemenuhan persyaratan ISO 14001:2015
tiap klausul 4 sampai dengan 10 rerata keseluruhan
sebesar 96,2%
4. Perhitungan dengan menggunakan Gap Analisis tidak
terdapat gap pada Klausul 7 tentang dukungan dan
Klausul 10 tentang Perbaikan. Gap yang mendapatkan
nilai terendah terdapat pada klausul 6 perencanaan.
5. Hasil kesiapan penerapan ISO 14001:2015 persentase
yang didapatkan memiliki nilai di atas rata-rata 95% atau
dengan rata-rata perolehan nilai sebesar 96,2% sehingga
dapat disimpulkan bahwa untuk implementasi ISO
73
14001:2015 siap dilakukan dan Petamina Hulu Energi
ONWJ memenuhi persyaratan untuk dapat melakukan
sertifikasi ISO 14001:2015. pada klausul 4, 5, 6, 8, 9 tetap
perlu dilakukan beberapa perbaikan ringan dan telah siap
untuk disertifikasi ISO 14001:2015.
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diambil setelah menjalankan
penelitian di PHE ONWJ adalah sebagai berikut PT. Pertamina
Hulu Energi sudah dapat mengajukan sertifikasi ISO
14001:2015, hanya saja perlu ditingkatkan beberapa elemen
supaya dapat memenuhi standar yang lebih baik.
1. Perlu dilakukan pemantauan dan pengukuran sebagai
input dalam penilaian efektivitas sistem manajemen
integrasi yang dianalisis secara keseluruhan sehingga
efektifitas dari implementasi dapat terlihat untuk
mendorong performa pelaksanaan ISO 14001:2015.
2. Diperlukan konsistensi dalam pelaksanaan
pengawasan dan report safety review sehingga
pelaksanaan penerapan sistem manajemen
lingkungan ISO 14001 dapat terus ditingkatan dan
pertahankan performanya.
3. Perlu dilakukan perbaikan pada alat – alat yang sudah
tidak berfungsi dengan normal, dan pada peralatan
yang berkarat, dan konsistensi pada pemeriksaan
alat-alat sehingga kedepannya pemeliharan peralatan
dapat dilakukan dengan baik.
74
DAFTAR PUSTAKA
75
Idawaty, D. E. 2011.Evaluasi Sistem Manajemen Pengelolaan
Limbah dalam Audit Lingkungan. Universitas
Gunadarma. Depok.
76