Anda di halaman 1dari 95

PENILAIAN KINERJA LINGKUNGAN DI PT.

PERTAMINA
HULU ENERGI OFFSHORE NORTH WEST JAVA (ONWJ)
BERDASARKAN ENVIRONMENTAL MANAGEMENT
SYSTEM, INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR
STANDARDIZATION (ISO) 14001:2015

Oleh :
M SETYO HADI SUSANTO
NIM 145100900111003

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana


teknik

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama M Setyo Hadi Susanto


dilahirkan di Riau, 2 Januari 1997 dari
pasangan Agus Susanto dan Rohelen.
M Setyo Hadi Susanto menyelesaikan
pendidikan taman kanak kanak di TK
Dahlia tahun 2002, Sekolah Dasar di
Wijaya Kusuma tahun 2008, sekolah
menengah pertama di SMPIT Auliya
tahun 2011, sekolah menengah atas di
SMA IZADA tahun 2014. Setelah
menyelesaikan sekolah menengah atas
melanjutkan pendidikan tinggi di
Universitas Brawijaya pada program studi Teknik Lingkungan,
Fakultas Teknologi Pertanian (2014-2018).
Penulis yang gemar melakukan kegiatan-kegiatan
olahraga ekstrim dan pecinta alam ini menjadi anggota
kehormatan Keluarga Mahasiswa Teknik Lingkungan (2014-
2017). Selain itu penulis pernah bergabung pada Ikatan
Mahasiswa Teknik Lingkungan Indonesia Regional IV (2015-
2016). Penulis juga telah memperoleh Ahli K3 Umum semasa
masih menjadi mahasiswa Teknik Lingkungan di Universitas
Brawijaya.
Selain aktif berorganisasi penulis memiliki kesukaan pada
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kesenian yaitu
musik ataupun kegiatan seni lainnya seperti Teater yang telah
bergabung dengan Markas Aktor, Wayang, Kerajinan Tangan
dan Melukis. Selain Aktif pada kegiatan seni, penulis pun gemar
akan dunia otomotif dan motor tua.

v
vi
vii
M SETYO HADI SUSANTO. 145100900111003. Penilaian
Lingkungan di PT. Pertamina Hulu Energy Offshore North
West Java (ONWJ) Berdasarkan Environmental Management
System, International Organization For Standardization (ISO)
14001:2015. TA. Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Ruslan
Wirosoedarmo, MS dan Dr.Eng. Akhmad Adi S., STP, M.Eng

RINGKASAN

PT. Pertamina Hulu Energy Offshore North West Java (ONWJ)


merupakan produksi minyak ke 5 terbesar nasional dan produksi
gas ke 10 terbesar nasional. PT Pertamina Hulu Energi Offshore
North West Java atau disingkat dengan PHE ONWJ adalah
perusahaan nasional eksplorasi dan produksi minyak dan gas
(E&P migas) lepas pantai. PHE ONWJ adalah produsen minyak
lepas pantai pertama terbesar di bawah PT Pertamina (Persero).
Adanya kegiatan operasional PT. Pertamina Hulu Energy
Offshore North West Java (ONWJ) kemungkinan akan
menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Dampak tersebut
menjadikan perusahan menaruh perhatian yang cukup besar
terhadap dampak positif dan negatif. Serta menghasilkan limbah
yang berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap
lingkungan.
Untuk Memenuhi standar nasional dan internasional
produksi control, dibutuhkan juga pelaksanaan audit lingkungan
yang merupakan instrument yang peka terhadap lingkungan
dalam proses produksi untuk mewujudkan industry yang
berwawasan lingkungan berdasarkan standar internasional ISO
14001:2015. Penelitian ini menggunakan audit penilaian
terhadap lingkungan disekitar perusahaan berupa scoring,
penentuan metode dan checklist untuk melihat temuan mayor
dan minor. Metode yang digunakan pada metode audit
manajemen scoring dengan rerata, dan GAP analisis sedangkan
checklist temuan mayor, minor dan observasi didapatkan dari
viii
checklist sistem manajemen lingkungan ISO 14001:2015 yang
sudah diterapkan pada perusahaan. Checklist audit sistem
manajemen lingkungan ISO 14001:2015 ini terdiri dari 220 butir
pertanyaan yang akan dilihat presentase semuanya.
Hasil Penilaian Kinerja Lingkungan PHE ONWJ dari
seluruh aspek mendapatkan score 4,96 yang dapat dikategorikan
sangat bagus, berdasarkan penilaian pemenuhan persyaratan
ISO 14001:2015, hasil pencapaian penerapan ISO 14001:2015
mendapatkan nilai sebesar 90% dari target yang sudah
ditentukan sebesar 100% dengan GAP sebesar 1.5% secara
keseluruhan. Hasil presentase penilaian kesiapan pada tiap
klausul rerata keseluruhan sebesar 96,2% Sehingga perusahaan
dalam pemenuhan persyaratan ISO 14001:2015 berdasarkan
prosedur kerja dan persyaratan dijalankan dengan baik dan
melakukan perbaikan pada klausul yang kurang maksimum.

Kata Kunci: Audit Lingkungan, ISO 14001, Sistem Manajemen


Lingkungan, GAP Analisis

ix
M SETYO HADI SUSANTO. 145100900111003. Environmental
Performance Appraisal at PT.Pertamina Hulu Energi
Offshore North West Java (ONWJ) Based on Environmental
Management System, International Organization For
Standardization (ISO) 14001:2015. Lecturer/Supervisor: Prof.
Dr. Ir. Ruslan Wirosoedarmo, MS and Dr.Eng. Akhmad Adi S.,
STP, M.Eng
SUMMARY

PT. Pertamina Hulu Energy Offshore North West Java (PHE


ONWJ) is the nation’s 5th largest oil production and the nation 10th
largest gas production. PHE OWNJ is a national company of
offshore oil and gas exploration and production. The company is
the first largest offshore oil producer that operates under PT
Pertamina (Persero). The operational activities of PHE ONWJ
might have an impact on the environment that makes the
company pay considerable attention to positive and negative
impacts and generate waste to the environment.

In order to comply with national and international standards of


control production, an environmental audit is required as an
instrument that assists the production process to create
environmentally sustainable industry based on the International
ISO 14001:2015. This study uses audit assessment on the
environment around the company that is scoring, selected
method and checklist to look at the major and minor finding. Gap
analysis and average are used in the scoring management audit
method. Checklist of the findings of major, minor and
observations obtained from the checklist of environmental
management system ISO 14001:2015 that has been applied to
the company. Checklist audit of its environmental management
system ISO 14001:2015 consists of 220 items of questions that
will be viewed in percentage.

x
The result of Environmental Performance Appraisal PHE ONWJ
from all aspect get score 4,96 which categorized as very good.
Based on the assessment of compliance with the requirements of
ISO 14001: 2015, the results of achieving the implementation of
ISO 14001: 2015 get score 90% of 100% with the total GAP of
1,5%. The result of the percentage the readiness assessment, in
each mean total clause of 96,2%. Hence the company in
compliance with the requirements of ISO 14001: 2015, based on
work procedures and requirements should be run well. Also,
maximize the clause that is less than maximum and improvement.

Keyword: Environmental Audits, ISO 14001, Environmental


Management System, GAP Analysis

xi
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan


Maha Penyayang, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Tugas
Akhir ini berjudul “Penilaian Lingkungan di PT. Pertamina Hulu
Energi Offshore North West Java (ONWJ) Berdasarkan
Enviromental Management System, International
Organization For Standardization (ISO) 14001:2015”.
Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik. Pada kesempatan ini,
penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ruslan Wirosoedarmo, MS., selaku Dosen
Pembimbing I yang telah memberikan dukungan dan
bimbingan kepada penyusun hingga dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini;
2. Dr.Eng. Akhmad Adi S., STP, M.Eng., selaku Dosen
Pembimbing II yang senantiasa memberikan bimbingan
dan ilmu yang bermanfaat kepada penyusun sehingga
dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini;
3. Dr. Ir. J. Bambang Rahadi M.Si., selaku Dosen Penguji
yang telah memberikan bimbingan dan ilmu yang
bermanfaat kepada penyusun sehingga dapat
menyelsaikan Tugas Akhir ini;
4. Allah SWT yang telah memberikan karunia dan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyusun Tugas
Akhir ini;
5. Orang tua ( Agus Susanto dan Rohelen), dan Kakak
(Kartika Dewi Susanto) yang senantiasa memberikan
dukungan, kasih dan doa serta pelajaran lain yang sangat
berharga;
xii
6. Teman-teman Teknik Lingkungan 2014 Em, Risyad,
Naufal, Luthfi, Bagja yang selalu memberikan dukungan
moral dalam proses penyelesaian Tugas Akhir;
7. Venus Family, abiyu, syahid, dipo, pijul, ardhi, fathan,
zayin yang selalu menemani disaat waktu senggang.
8. Bastard Of Young, kiki, firza, ghifari, sunan, fadli, billy,
dinno, aqdam, akbar, kenang yang senantiasa
memberikan kehidupan dunia lain.
9. Nindy Oktiavani kekasih ku yang memberikan cahaya
terang dalam gelapnya semesta.
Penulis menyadari adanya keterbatasan pengetahuan,
dan pengalaman, penyusun mengharapkan saran demi baiknya
Tugas Akhir ini. Harapan penyusun semoga Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat sebagai penambahan wawasan ilmu pengetahuan
bagi penyusun maupun semua pihak yang membutuhkan.

Malang, 11 July 2018


Penulis,

M Setyo Hadi Susanto

xiii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................i


LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................iv
RIWAYAT HIDUP .....................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................vi
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ...........................vii
RINGKASAN ......................................................................... viii
SUMMARY ...............................................................................x
KATA PENGANTAR .............................................................. xii
DAFTAR ISI ........................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR .............................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN.............................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ..............................................................4
1.5 Batasan Masalah ................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................6
2.1 Audit Lingkungan .................................................................6
2.2 Ciri-Ciri Audit Lingkungan.....................................................9
2.3 Sistem Manajemen Lingkungan .........................................10
2.4 Persyaratan Sistem Manajemen Lingkungan .....................11
2.5 Prinsip Pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan ISO
14001.......................................................................................12
2.6 International Organization For Standardization (ISO)-14001
................................................................................................ 13
2.7 Audit Lingkungan Sebagai Bagian Dari Sistem Manajemen
Lingkungan ..............................................................................18
2.8 Kaitan Audit Lingkungan dengan ISO 14000 ......................18
2.9 Parameter Yang Diaudit .....................................................20

xiv
2.10 Kendala – Kendala dalam Penerapan ISO 14001 ............25
2.11 Tanggung Jawab Badan atau Lembaga dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup Berdasarkan Undang – undang No. 32 Tahun
2014.........................................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................30
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................30
3.2 Alat dan Data Penelitian .....................................................30
3.2.1 Alat Penelitian .................................................................30
3.2.2 Jenis dan Sumber Data ...................................................31
3.2.3 Teknik Pengumpulan Data ..............................................32
3.3 Metode Audit Manajemen Lingkungan ............................... 34
3.4 Metode Analisis dan Tahapan Pengolahan data ................41
3.4.1 Teknik Analisis ................................................................ 41
3.5 Diagram Alir (Flowchart) ....................................................47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................48
4.1 Penilaian Aspek Kinerja Pengelolaan Lingkungan ..............48
4.2 Analisis Kesiapan dengan Persyaratan ISO 14001:2015 ...59
4.3 Kendala Penerapan ISO 14001:2015 di PT Pertamina Hulu
Energi ONWJ ...........................................................................64
4.3.1 Klausul 4 (Konteks Organisasi) ......................................64
4.3.2 Klausul 5 (Kepemimpinan) .............................................65
4.3.3 Klausul 6 (Perencanaan) ................................................65
4.3.4 Klausul 7 (Dukungan) .....................................................66
4.3.5 Klausul 8 (Operasi) .........................................................66
4.3.6 Klausul 9 (Evaluasi Kinerja) ............................................67
4.3.7 Klausul 10 (Perbaikan) ...................................................68
4.4 Usulan Perbaikan Penerapan ISO 14001:2015 ..................68
4.4.1 Klausul 4 (Konteks Organisasi) ......................................69
4.4.2 Klausul 5 (Kepemimpinan) .............................................69
4.4.3 Klausul 6 (Perencanaan) ................................................69
4.4.4 Klausul 7 (Dukungan) .....................................................70
4.4.5 Klausul 8 (Operasi) .........................................................70
4.4.6 Klausul 9 (Evaluasi Kinerja) ............................................71
xv
4.4.7 Klausul 10 (Perbaikan) ...................................................71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................73
5.1 Kesimpulan ........................................................................73
5.1 Saran .................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 75

xvi
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

Tabel 2.1 Parameter Kelembagaan .........................................21


Tabel 2.2 Parameter Sumberdaya Manusia .............................22
Tabel 2.3 Parameter Pembiayaan ...........................................23
Tabel 3.1 Sumber Data Penelitian ...........................................32
Tabel 3.2 Checklist Daftar Uji Jawaban dan Pertanyaan .........35
Tabel 3.3 Scoring Aspek dan Faktor ........................................37
Tabel 3.4 Evaluasi Aspek ........................................................39
Tabel 3.5 Matrik Kinerja Seluruh Aspek ...................................40
Tabel 3.6 Hasil Penghitungan GAP Tiap Klausul .....................44
Tabel 3.7 Presentase Penilaian Tiap Klausul...........................44
Tabel 3.8 Range Presentase Penilaian Kesiapan ....................45
Tabel 4.1 Checklist Daftar Uji Penerapan Metode ...................49
Tabel 4.2 Hasil Scoring Aspek dan Faktor ............................... 51
Tabel 4.3 Evaluasi Aspek Manajemen Lingkungan..................52
Tabel 4.4 Evaluasi Aspek Ketaatan Hukum Lingkungan ..........53
Tabel 4.5 Evaluasi Aspek Fasilitas Teknis ............................... 54
Tabel 4.6 Evaluasi Aspek Izin Lingkungan............................... 55
Tabel 4.7 Evaluasi Aspek Produk/Pemasaran .........................56
Tabel 4.8 Evaluasi Seluruh Aspek ...........................................57
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Gap Analisis Aktual .....................61
Tabel 4.10 Presentase Penilaian Kesiapan Tiap Klausul .........63
Tabel 4.11 Range Presentase Penilaian Kesiapan ..................63

xvii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

Gambar 2.1 Diagram Hubungan ISO 14000 dengan Audit


Lingkungan .........................................................20
Gambar 3.1 Lokasi PT. Pertamina Hulu Energy Offshore North
West Java ONWJ) ..............................................30
Gambar 3.2 Matrik Evaluasi Faktor Aspek............................... 41
Gambar 3.4 Diagram Alir Penelitian ........................................47
Gambar 4.1 Matriks Kinerja Perusahaan .................................58
Gambar 4.2 Line Chart Hasil Audit Internal .............................62
Gambar 4.3 Bar Chart Hasil Audit Internal............................... 62

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

Lampiran 1 Hasil Checklist Audit Internal ISO 14001:2015 .....77

xix
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampai saat ini sumber energi dari fosil terutama Minyak
dan Gas (MIGAS) bumi masih merupakan sumber energi yang
menjadi pilihan utama untuk digunakan manusia pada berbagai
kebutuhan sebagai bahan bakar, baik pada sektor industri,
transportasi, pembangkit tenaga maupun rumah tangga. Selain
itu pemanfaatan berbagai produk MIGAS juga semakin
meningkat sehingga peningkatan akan permintaan produk
tersebut diseluruh dunia telah mengakibatkan pertumbuhan dan
ekspansi pada kegiatan industri MIGAS yaitu pada kegiatan
eksplorasi, eksploitasi dan pengolahan migas di berbagai negara
termasuk Indonesia. Seiring pesatnya perkembangan industri
MIGAS didalam produksi MIGAS dengan pelestarian
sumberdaya alam dan lingkungan serta adanya dampak yang
ditimbulkan dari proses produksi tersebut. Sehingga tidak dapat
dipungkiri bahwa perkembangan industri MIGAS merupakan
salah satu kegiatan yang menghasilkan limbah yang berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan, baik
berupa polusi udara, polusi air, polusi tanah, limbah dan bahan
– bahan berbahaya, bunyi / kebisingan dan getaran, radiasi,
perencanaan fisik, penggunaan bahan / material yang berpotensi
untuk mencemari lingkungan.
PT. Pertamina Hulu Energy Offshore North West Java
(ONWJ) merupakan produksi minyak ke 5 terbesar nasional dan
produksi gas ke 10 terbesar nasional. PT Pertamina Hulu Energi
Offshore North West Java atau disingkat dengan PHE ONWJ
adalah perusahaan nasional eksplorasi dan produksi minyak dan
gas (E&P migas) lepas pantai. PHE ONWJ adalah produsen
minyak lepas pantai pertama terbesar di bawah PT Pertamina
(Persero).

1
Kegiatan operasional PT. Pertamina Hulu Energy ONWJ
kemungkinan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan.
Dampak tersebut menjadikan perusahan menaruh perhatian
yang cukup besar terhadap dampak positif dan negatif. PT.
Pertamina Hulu Energy ONWJ dalam kegiatan operasionalnya
perusahaan telah menerapkan sistem manajemen yang
merupakan proses panduan, standar, memeriksa dan pelaporan.
Hal ini untuk memastikan kebijakan perusahaan di bidang
kesehatan, keselamatan dan lingkungan sesuai dilaksanakan
dengan benar. Selain itu, dibutuhkan juga pelaksanaan audit
lingkungan yang merupakan instrument yang peka terhadap
lingkungan dalam proses produksi untuk mewujudkan industri
yang berwawasan lingkungan berdasarkan standar internasional
ISO 14001.Seluruh anjungan lepas pantai Pertamina Hulu Energi
ONWJ yang berjumlah sebelas (11) anjungan berpenghuni
sebagaimana juga Marunda Shorebase, Fasilitas Penerima Darat
(ORF) Muara Karang, Tanjung Priok, dan Cilamaya telah
menerima sertifikasi ISO 14001:2004 oleh DNV GL.
PT. Pertamina Hulu Energy Offshore North West Java
(ONWJ) pada kondisi tertentu, ketika sedang terdapat masalah
lingkungan dalam rangka upayanya menjaga kelestarian
lingkungan mengharuskan untuk dilakukan kajian lingkungan.
Lebih lanjut dikemukakan kajian lingkungan dimaksudkan untuk
mengetahui kinerja manajemen pengelolaan lingkungan. Kajian
yang dilakukan berupa audit lingkungan (Andrianto, 2014).
Menurut Chafid (2008), dokumen lingkungan yang telah
diverifikasi memuat pengelolaan lingkungan yang telah
dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang sudah beroperasi
berikut hasil pengelolaannya. Bagi komponen yang masih belum
baik, maka dokumen audit lingkungan dapat sebagai early
warning system dalam pengelolaan lingkungan. Sementara
adanya kerusakan lingkungan yang belum dapat diatasi dengan

2
baik perlu dicari cara-cara yang tepat termasuk pentingnya
pencegahan dan penanggulangan dampak lingkungan.
PT. Pertamina Hulu Energy Offshore North West Java
(ONWJ) dalam kegiatan operasionalnya sudah berbasiskan
Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004 yang pada saat
ini perlu dilakukan pembaharuan menjadi versi terbaru yaitu ISO
14001:2015, yang dimana merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan label emas pada penilaian Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) dan sebagai bentuk
tanggung jawab bagi perusahan dalam mengelola lingkungan.
Selain itu membantu perusahaan untuk dapat meningkatkan
kajian terhadap isu-isu lingkungan dan penerapan dalam
pengelolaan lingkungan agar efektif dan efisien.serta dilakukan
pengembangan, pencegahan, dan perbaikan sehingga dalam
operasional perusahaan berdasarkan asas lingkungan.
Berdasarkan latar belakang di atas dan juga progam studi
yang diambil oleh penulis yaitu Teknik Lingkungan di Universitas
Brawijaya, maka penulis melakukan Penilaian Kinerja
Lingkungan di PT. Pertamina Hulu Energi Offshore North West
Java (ONWJ) Berdasarkan Enviromental Management System,
International Organization For Standardization (ISO)
14001:2015. sebagai topik dalam menyelesaikan tugas akhir.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, beberapa masalah penelitian
ini dapat di rumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana Aspek kinerja pengelolaan lingkungan di PT.
Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ)?
2. Bagaimana hasil evaluasi/audit terhadap pelaksanaan sistem
manajemen lingkungan di PT. Pertamina Hulu Energy
Offshore North West Java (ONWJ) untuk memperoleh
sertifikasi ISO 14001:2015?

3
3. Bagaimana kesiapan penerapan ISO 14001:2015 di PT.
Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ)?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk:
1. Mengkaji Aspek kinerja pengelolaan lingkungan di PT.
Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ).
2. Mengkaji hasil evaluasi/audit terhadap pelaksanaan sistem
manajemen lingkungan di PT. Pertamina Hulu Energy
Offshore North West Java (ONWJ) untuk memperoleh
sertifikasi ISO 14001:2015.
3. Mengkaji kesiapan penerapan ISO 14001:2015 di PT.
Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ).

1.4 Manfaat Penelitian


Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Mengetahui efisiensi dan kesesuaian dalam pelaksanaan
sistem manajemen lingkungan ISO 14001:2015 di PT.
Pertamina Hulu Energy Offshore North West Java (ONWJ).
2. Meningkatkan performa dan kinerja perusahaan dalam
pelaksanaan sistem manajemen lingkungan ISO 14001:2015
3. Membantu perusahaan baik secara langsung ataupun tidak
langsung untuk penilaian Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan (PROPER) nasional klausul sistem
manajemen lingkungan.
4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi sumber
referensi dan informasi untuk penelitian – penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan audit lingkungan.
5. Menjadi acuan bagi perusahaan lain untuk dapat
mengimplementasikan pelaksanaan sistem manajemen
lingkungan ISO 14001:2015 yang lebih baik.

4
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan di PT. Pertamina Hulu Energy Offshore
North West Java (ONWJ) hanya mengarah pada penilaian
lingkungan
2. Penelitian tidak mencapai kuisioner pada karyawan PT.
Pertamina Hulu Energy Offshore North West Java (ONWJ)
3. Upaya mitigasi tidak memperhitungkan biaya
4. Tidak menggunakan analisis finansial pada audit lingkungan
dari kegiatan perusahaan
5. Skoring hanya dilakukan untuk melihat efisiensi penerapan
sistem manajemen lingkungan ISO 14001:2015
6. Penelitian hanya mencakup audit manajemen dan aspek
lingkungan

5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Audit Lingkungan


Audit lingkungan merupakan instrument berharga untuk
memverifikasi dan membantu penyempurnaan kinerja
lingkungan. Awalnya, audit lingkungan bukan merupakan
pemeriksaan resmi yang diharuskan oleh suatu peraturan
perundang-undangan, melainkan suatu usaha proaktif yang
dilaksanakan secara sadar untuk mengidentifikasi permasalahan
lingkungan yang akan timbul sehingga dapat dilakukan upaya-
upaya pencegahannya. Sekarang, audit lingkungan menjadi
kewajiban, karena limbah berbahaya dan beracun tidak hanya
dari industry besar, tetapi juga bias dari limbah industri kecil dan
menengah.
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia No. 3 Tahun 2013 tentang Audit Lingkungan Hidup,
Audit lingkungan hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk
menilai ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh
pemerintah.
Audit Lingkungan merupakan suatu instrumen untuk
menguji penataan suatu kegiatan industri terhadap peraturan
perundang-undangan dan peraturan lingkungan, standar, dan
baku muku lingkungan. Audit lingkungan juga merupakan suatu
instrument untuk mendapatkan informasi sejauh mana potensi
permasalahan ketidaktaatan (non-compliance) yang ada pada
suatu industri (Idawaty, 2011).
Audit perlu dilakukan secara berkala, untuk menentukan
apakah sistem yang dilaksanakan sudah sesuai dengan
pengaturan yang direncanakan dan telah dijalankan dan
dipelihara secara benar, yang pelaksanaannya tergantung dari
pentingnya masalah lingkungan bagi kegiatan perusahaan dan
6
hasil audit sebelumnya. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No. 42 Tahun 1994, Audit Lingkungan adalah suatu alat
manajemen yang meliputi evaluasi secara sistematik,
terdokumentasi, periodik dan obyektif tentang bagaimana suatu
kinerja organisasi, sistem manajemen dan peralatan dengan
tujuan memfasilitasi kontrol manajemen terhadap pelaksanaan
upaya pengendalian dampak lingkungan dan pengkaji
pemanfaatan kebijakan usaha atau kegiatan terhadap peraturan
perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan.
Berdasarkan atas definisi diatas, dapat diuraikan berapa
pengertian antara lain:
A. Audit Lingkungan Sebagai Alat Manajemen
Terletak pada pengertian evaluasi yang sistematik,
terdokumentasi, periodic dan obyektif. Evaluasi dalam
pelaksanaannya dapat dilakukan dengan pemeriksaan.
Evaluasi yang sistematik dan periodic dilaksanakan dengan
pemantauan yang terdokumentasi agar dapat menjamin
obyektifitasnya. Dengan demikian pihak lain dapat
melaksanakan pemeriksaan kembali. Berdasarkan
pengertian ini maka audit lingkungan merupakan
pemeriksaan potret keadaan lingkungan.
B. Fungsi Audit Lingkungan
1. Upaya Peningkatan penataan terhadap peraturan,
2. Audit lingkungan merupakan dokumen yang dapat
merealisir pelaksanaan dari SOP, Pengelolaan dan
pemanfaatan lingkungan, dan sebagai tanggap darurat
(early warning system),
3. Jaminan menghindari kerusakan lingkungan,
4. Audit lingkungan merupakan dokumen yang dapat
menguji kebenaran prediksi dampak yang tedapat pada
dokumen terdahulu yaitu AMDAL,
5. Perbaikan penggunaan sumberdaya yaitu
penghematan bahan, minimalisir limbah, indentifikasi
7
proses daur hidup, dan kemungkinan memperoleh
tambahan sumberdaya dari proses recycle
C. Sasaran Audit Lingkungan
Dokumen ini memiliki sasaran, meliputi dua aspek:
1. Mengetahui Kinerja:
a. Organisasi
b. Sistem manajemen
c. Peralatan
d. Penataan peraturan perundangan
2. Pelaksanaan pengendalian dampak lingkungan.
D. Manfaat Audit Lingkungan
Dokumen Audit lingkungan bermanfaat dalam:
1. Mengidentifikasi risiko lingkungan.
2. Menjadi dasar dalam pelaksanaan kebijakan
lingkungan.
3. Menghindari kerugian finansial yang disebabkan oleh
pentupan usaha atau penghentian sementara proses
produksi, pembatasan usaha, publikasi pencemaran
nama sebagai akibat dari protes masyarakat atau
protes hokum berkaitan dengan lingkungan.
4. Mencegah tekanan sanksi hukum yang berkaitan
dengan kelalaian dalam pengelolaan lingkungan
5. Dokumen audit lingkungan dapat dipergunakan untuk
pembuktian pelaksanaan pengelolaan lingkungan.
6. Dokumen audit lingkungan berisi berbagai informasi
tentang kualitas lingkungan, teknik pengelolaan
lingkungan, kelembagaan dan kualitas sumberdaya
manusia. Disamping itu audit lingkungan bermanfaat
pula dalam kaitannya untuk pengembangan usaha.
Diwaktu mendatang audit lingkungan sangat
bermanfaat kaitannya dengan label hijau Ecolabel
ISO 14000

8
2.2 Ciri-ciri Audit Lingkungan
Menurut Andrianto (2014), dokumen audit lingkungan
yang baik mendukung keberhasilan pengelolaan lingkungan, baik
di dalam lingkungan site proyek (usaha/kegiatan) maupun diluar
site proyek. Ciri-ciri atau karakteristik dokumen audit lingkungan
yang baik yaitu:
A. Audit lingkungan menggunakan metodologi yang
komprehensif
B. Audit lingkungan menggunakan konsep pembuktian dan
pengujian
C. Audit lingkungan menggunakan pengukuran dengan
prosedur yang standar
D. Audit lingkungan menggunakan dokumen tertulis
sehingga pihak manapun dapat melakukan check and
recheck.
Pelaksanaan audit lingkungan dalam Sistem Manajemen
Lingkungan meliputi evaluasi secara sistematis, terdokumentasi
dan obyektif tentang bagaimana suatu kinerja institusi, sistem
manajemen, dan peralatan yang digunakan dengan tujuan
memfalisitasi kontrol manajemen terhadap upaya pengendalian
dampak lingkungan dan pengkajian penataan kebijaksanaan
usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan
tentang pengelolaan lingkungan. Institusi perlu melaksanakan
audit lingkungan dalam sistem manajemen lingkungan karena
berbagai faktor lain: faktor ekonomi, yuridis dan tanggung jawab
sosial institusi terhadap kepentingan masyarakat dan ekologi
(pelestarian lingkungan hidup) (Ambarini, 2001).
Menurut Arens, Elder, Beasley (2012) untuk melakukan
audit harus tersedia informasi dalam bentuk yang dapat
diverifikasi dan beberapa standar (kriteria) yang dapat digunakan
auditor untuk mengevaluasi informasi tersebut, yang dapat dan
memang memiliki banyak bentuk. Audit atas laporan keuangan

9
historis oleh kantor akuntan public (KAP), kriteria yang berlaku
biasanya adalah prinsip-prinsip akuntasi yang berlaku umum.
Suatu kebijakan, praktek, prosedur atau persyaratan, dan
jika memungkinkan setiap Sistem Manajemen Lingkungan (SML)
tambahan yang dibandingkan dengan bukti audit yang
dikumpulkan oleh auditor selama audit tentang SML organisasi
(Sunu, 2001).

2.3 Sistem Manajemen Lingkungan


Sistem manajemen lingkungan adalah suatu sistem yang
digunakan oleh perusahaan untuk mengelola
lingkungan.penelitian ini membahas lingkungan yang dimaksud
adalah lingkungan dalam proyek dan selama proses konstruksi
berlangsung. Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh
perusahaan kontraktor untuk melakukan sistem manajemen
lingkungan adalah identifikasi isu lingkungan dan
kecendurungannya dalam dugaan publik, evaluasi dampak isu,
penelitian dan analisa, pengembangan posisi, pengembangan
strategi, implementasi, dan evaluasi (Buchholz, 1982).
Definisi sistem manajemen lingkungan menurut pedoman
BPMIGAS (2007:11) adalah “Sistem manajemen adalah
kumpulan unsur-unsur yang saling berhubungan yang digunakan
untuk menetapkan kebijakan dan tujuan, dan untuk mencapai
tujuan tersebut”.
Sistem manajemen lingkungan adalah sebuah siklus yang
berkelanjutan dari perencanaan, pelaksanaan, pengkajian ulang
dan perbaikan langkah yang diambil oleh organisasi untuk
mencapai kesesuaian dengan peraturan perundangan
lingkungan. Sistem manajemen lingkungan menyediakan
keinginan dan konsistensi dari organisasi untuk mengarahkan
perhatian lingkungan terhadap pengalokasina sumber daya.
Pembagian tanggung jawab dan evaluasi berkelanjutan dari
penerapan, proses dan prosedur.
10
2.4 Persyaratan Sistem Manajemen Lingkungan
Menurut Buku Pedoman Tata Keselamatan Kerja Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontraktor
Kontrak Kerja Sama (KKKS) terdapat persyaratan umum dan
kebijakan lingkungan yang ditetapkan BPMIGAS yaitu:
1. Persyaratan Umum:
- Kontraktor KKS membuat, mendokumentasikan,
menerapkan, memelihara dan menyempurnakan SML
secara berkelanjutan sejalan dengan persyaratan standar
internasional dan menentukan bagaimana dipenuhinya
persyaratan-persyaratan tersebut.
- Kontraktor KKS menentukan dan mendokumentasikan
ruang lingkup dari SML.
2. Kebijakan Lingkungan Pimpinan
Puncak menentukan kebijakan lingkungan kontraktor
KKS dan memastikan bahwa kebijakan ini:
a. Sesuai dengan sifat, skala dan dampak lingkungan
dari kegiatan, produk, dan jasanya,
b. Mencakup komitmen untuk penyempurnaan
berkelanjutan dan pencegahan pencemaran,
c. Mencakup komitmen untuk mematuhi persyaratan
hokum yang berlaku dan persyaratan lain yang terkait
dengan kegiatan kontraktor KKS tersebut yang
berhubungan dengan aspek lingkungan,
d. Memberikan kerangka kerja untuk menyusun dan
mengkaji tujuan dan sasaran lingkungan,
e. Didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara,
f. Dikomunikasikan ke semua orang yang bekerja untuk
atau atas nama kontraktor KKS
g. Terbuka untuk umum.

11
2.5 Prinsip Pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan
ISO 14001
Berikut merupakan beberapa prinsip sistem manajemen
lingkungan yang harus diterapkan oleh industri industri yang ada
di dunai agar kegiatan bisnis yang dilakukan dikelola secara
akrab lingkungan (Sunu, 2001):
1. Menyadari bahwa manajemen lingkungan berada pada
prioritas utama organisasi.
2. Menetapkan dan memelihara komunikasi dengan pihak
internal dan eksternal organisasi.
3. Menentukan persyaratan legislatif dan aspek lingkungan
yang terkait dengan aktivitas organisasi, produk, dan jasa.
4. Mengembangkan manajemen dan komitmen karyawan
untuk melindungi lingkungan dan pendeskripsian tugas
dan tanggung jawab yang akurat dan jelas.
5. Mendukung rencana lingkungan yang diterapkan dalam
produk dan proses daur hidupnya.
6. Menyusun sebuah proses untuk menetapkan level kinerja
yang telah ditargetkan.
7. Menyediakan sumber daya yang cukup dan tepat,
termasuk pelatihan untuk mencapai level kinerja yang
telah ditargetkan.
8. Mengevaluasi kinerja lingkungan dengan kebijakan
lingkungan organisasi, sasaran dan target, dan mencari
perbaikan pada bagian yang tepat.
9. Menetapkan sebuah proses manajemen untuk mngaudit
dan mengkaji ulang sistem manajemen lingkungan dan
untuk mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan
sistem dan hasil kinerja lingkungan.
10. Mendorong kontraktor dan pemasok untuk menetapkan
sistem manajeman lingkungan.

12
2.6 INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR
STANDARDIZATION (ISO)- 14001
ISO 14001 adalah standar Internasional yang dapat
diterapkan oleh organisasi yang bermaksud untuk menetapkan,
menerapkan, memelihara, dan meningkatkan sistem manajemen
lingkungan (ISO 14001, 2015). Standar yang pertama kali
dipublikasikan pada tahun 1996 dan direvisi pada tahun 2004 ini
merupakan hasil negosiasi pertemuan GATT di Uruguay dan
konferensi lingkungan di Rio de Jenero pada tahun 1992 (Zeng,
2005). Standar tersebut sebagai 4 green standard karena
memberikan persyaratan-persyaratan spesifik untuk sebuah
sistem manajemen lingkungan yang komprehensif
(Salman,2009).
Ada tiga komitmen fundamental yang mendukung kebijakan
lingkungan untuk pemenuhan persyaratan ISO 14001
diantaranya adalah pencegahan polusi, kesesuaian dengan
undang-undang yang ada dan perbaikan berkesinambungan
SML. ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan bisa menjadi
pendorong penaatan lingkungan (environmental compliance) di
dunia usaha. Perusahaan diharapkan menyusun tujuan, sasaran
dan menerapkan program untuk meningkatkan kinerja
lingkungan perusahaan yang mana pada akhirnya akan
memberikan manfaat adanya peningkatan sistem manajemen
lingkungan yang telah ada. Contoh nya adalah emisi udara,
tanah, atau air. Perusahaan wajib menjelaskan apakah
dilakukannya mengikuti prosedur yang tersedia dan
mendokumentasikan upaya-upaya mendemonstrasikan
kesesuaian dan perbaikan.

13
Perencanaan ISO 14001:2015 adalah sebagai berikut :
1. Aspek Lingkungan
Menurut SNI 19-14001-2005, Organisasi seharusnya
mengidentifikasi aspek lingkungan dengan
mempertimbangkan masukan dan keluaran yang
berhubungan dengan kegiatan, produk, dan jasa. Proses
ini seharusnya juga mempertimbangkan kondisi operasi
normal dan abnormal pada dimulainya proses hingga
selesai, bahkan pada kondisi darurat. Aspek-aspek
lingkungan yang umumnya dipertimbangkan oleh
organisasi contohnya seperti emisi ke udara,
pembuangan ke air dan tanah, penggunaan energi,
pancaran energy, limbah atau produk samping.
Pertimbangan seharusnya diberikan pada aspek yang
berhubungan dengan kegiatan, produk, dan jasa seperti:
a) Desain dan pengembangan
b) Proses manufaktur
c) Pengemasan dan transportasi
d) Kinerja lingkungan dan praktek para kontraktor dan
pemasok
e) Pengelolaan limbah
f) Ekstraksi dan distribusi
g) Kehidupan di alam dan keanekaragaman hayati

a. Persyaratan Perundang-undangan dan lainnya


Organisasi perlu mengidentifikasi persyaratan
perundang-undangan yang berlaku untuk aspek
lingkungan mulai dari pemerintah setempat, provinsi,
hingga nasional bahkan internasional. Selain itu
adapula persyaratan lain yang dapat dicakup oleh
organisasi tersebut seperti perjanjian dengan pihak
otoritas, perjanjian dengan customers, persyaratan
asosiasi perdagangan,persyaratan perusahaan,
14
bahkan dengan masyarakat sekitar. Penentuan
persyaratan terkait aspek lingkungan dan persyaratan
lainnya ditentukan dalam identifikasi persyaratan
tersebut (SNI 19-14001-2005).
b. Tujuan, Sasaran, dan Program
Dikutip dari SNI 19-14001-2005, Tujuan dan
sasaran seharusnya spesifik dan dapat diukur bila
memungkinkan. Tujuan dan sasaran mencakup isu
jangka pendek dan panjang. Saat mempertimbangkan
pilihan teknologinya, organisasi seharusnya
mempertimbangkan penggunaan teknik terbaik yang
tersedia, dipertimbangkan secara ekonomis dan
memadai. Selain itu pembentukan suatu program
sangat penting bagi keberhasilan penerapan sistem
manajemen lingkungan. Program menjelaskan
mengenai bagaimana tujuan dan sasaran dapat
dicapai, termasuk jangka waktu, sumber daya yang
diperlukan yang bertanggung jawab dalam penerapan
program. Program tersebut dapat dibagi-bagi menjadi
sub-program untuk mengelola unsur tertentu dari
organisasi.
2. Penerapan dan Operasi
Keberhasilan penerapan sistem manajemen
lingkungan ISO 14001 sangat bergantung pada
keberhasilan organisasi dalam mengidentifikasi aspek
dan dampak (ASDAM) lingkungan. Karena aspek dan
dampak lingkungan inilah yang nantinya akan
menentukan; peraturan apa yang berkaitan; kompetensi
dan kesadaran macam apa yang harus dikuasai;
sosialisasi dan komunikasi apa saja yang harus
disampaikan; kegiatan operasional apa saja yang harus
dikendalian; dan kesiapsiagaan dan antisipasi
kegawatdaruratan apa yang harus dipersiapkan. Dalam
15
pelaksanaannya, terdapat beberapa prosedur yang harus
dijalankan (Umam, 2013) :
1. Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan
2. Prosedur Evaluasi Kesesuaian Terhadap Persyaratan
Hukum, Peraturan, Serta Perundang-undangan yang
Berlaku
3. Prosedur Kompetensi, Pelatihan, dan Kesadaran
4. Prosedur Komunikasi
5. Prosedur Pengendalian Dokumen
6. Prosedur Pengendalian Operasional
7. Prosedur Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat
8. Prosedur Pemantauan dan Pengukuran Operasional
Terhadap Dampak Lingkungan
9. Prosedur Identifikasi Ketidaksesuaian, Tindakan
Perbaikan dan Tindakan Pencegahan
10. Prosedur Pengendalian Rekaman atau records
11. Prosedur Audit Internal
Penetapan pola PDCA (Plan, Do, Check, Act), maka upaya
implementasi SML ISO 14001 didapatkan panduan sebagai
berikut (Tanaya, 2015).
a. Plan, sebagai review lingkungan awal yakni
mengidentifikasi posisi organisasi dalam kaitan dengan
lingkungan, mengidentifikasi aspek dan dampak
lingkungan, disusun sasaran dan target yang bisa
diukur. Organisasi menyusun kebijakan yang
merespon isu-isu lingkungan bersama para pimpinan
dan anggota serta para stakeholders.
b. Do, yaitu implementasikan kebijakan dan program
yang telah disusun pada butir Plan. Tanggung jawab,
prosedur dan sumber-sumber diperlukan untuk
melaksanakan Plan yang dimaksud. Termasuk
didalamnya pelatihan yang diperlukan untuk
melaksanakan program yang dimaksud.
16
c. Check, adalah tujuan dari kegiatan pada tahapan ini
adalah untuk mengkaji kinerja lingkungan dengan
sasaran dan target yang telah direncanakan.
d. Act, merupakan tindakan yang diperlukan dalam
mengoreksi masalah yang timbul sebagaimana
diidentifikasi pada tahapan sebelumnya.

Persyaratan – persyaratan ISO 14001:2015 antaralain :


a. Klausul 4 (Konteks Organisasi) : Dimana perusahaan
diminta untuk dapat memahami organisasi dan
konteksnya dengan perwujudan berupa adanya dokumen
isu internal –eksternal di perusahaan tersebut.
b. Klausul 5 (Kepemimpinan) : Manajemen puncak harus
menetapkan, menerapkan dan memelihara kebijakan
lingkungan yang ada pada perusahaan nya
c. Klausul 6 (Perencanaan) : mensyaratkan perusahaan
untuk mengidentifikasi resiko dan peluang yang ada
dengan menimbang isu internal – eksternal dan pihak
berkepentingan.
d. Klausul 7 (Dukungan) : Komunikasi merupakan aspek
yang penting dalamhal dukungan terhadap
pengembangan Sistem Manajemen Lingkungan yang ada
pada suatu perusahaan, menyusun program dalam
menunjang komunikasi antar tingkat dan fungsi
perusahaan
e. Klausul 8 (Operasi) : menetapkan kriteria operasi dan
menerapkan 74 pengendalian proses menurut kriteria
tersebut
f. Klausul 9 (Evaluasi Kinerja) : apakah perusahaan
mencapai tujuan atau tidak. Penerapan Sistem
Manajemen Lingkungan bagaimana perusahaan dapat
mencegah atau mengurangi terjadinya pencemaran
lingkungan akibat kegiatan, produk atau jasa yang
17
dihasilkan. Kinerja perusahaan dapat dilihat dari sejauh
mana pelaksanaan dan pencapaian tujuan dan target dari
perusahaan. Kinerja lingkungan ini digunakan sebagai
indikator sejauh mana efektifitas pelaksanaan
g. Klausul 10 (Perbaikan) : perusahaan dipersyaratkan
untuk meninjau ketidaksesuaian yang terjadi kemudian
menentukan penyebab terjadinya ketidaksesuain tersebut
dan melaksanakan tindakan untuk mengendalikan dan
melakukan koreksi

2.7 Audit Lingkungan Sebagai Bagian dari Sistem


Manajemen Lingkungan
Pelaksanaan audit lingkungan sangat berkaitan dengan
sistem manajemen lingkungan dan menjadi komponen dari
sertifikasi SML ISO 14000. Audit memusatkan perhatian pada
apakah sesuatu organisasi telah memenuhi persyaratan dalam
spesifikasi dan peraturan ISO 14000. Audit harus obyektif dalam
menyusun penilaian yang harus diperoleh dan menganalisis
informasi yang akan menunjukan tingkat pelaksanaanyang
sesuai dengan peraturan.
Suatu perusahaan yang telah melaksanakan sistem
manajemen lingkungan untuk keperluan sertifikasi harus
melaksanakan audit secara internal maupun eksternal. Audit
internal dilaksanakan untuk membantu mengindentifikasikan
perbaikan-perbaikan akhir yang perlu dilakukan dan audit dapat
dilakukan oleh auditor internal yang sudah dilatih. Audit eksternal
biasanya dilakukan oleh auditor internal yang sudah dilatih. Audit
eksternal biasanya dilakukan oleh auditor dari badan sertifikasi
atau auditor independen dari pihak ketiga yang umumnya
mendapat kredibilitas lebih karena dianggap obyektif.

18
2.8 Kaitan Audit Lingkungan dengan ISO 14000
Audit lingkungan sebagai salah satu komponen SML
dilakukan untuk meninjau kemajuan organisasi dalam
pengelolaan lingkungan dan memungkinkan untuk mengusulkan
tindakan perbaikan. Proses audit, peninjauan, perbaikan, dan
tindak lanjut akan menghasilkan suatu perbaikan pada sistem
manajemen lingkungan. Adanya perbaikan pada SML akan
berdampak positif bagi organisasi dan makhluk hidup di
sekitarnya. Perusahaan atau organisasi yang telah melakukan
SML untuk keperluan sertifikasi harus melakukan audit secara
internal maupun eksternal. Audit lingkungan merupakan salah
satu alat pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat sukarela
yang diatur dalam UU No.23/1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Kep-42/MENLH/11/1994 tentang
Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan. Audit
lingkungan juga merupakan salah satu standar dari standardisasi
internasional ISO seri 14000, yang termasuk dalam kelompok
standar evaluasi organisasi (manajemen) yang meliputi SML-ISO
14001 (ISO, 2004).
Audit lingkungan sangat erat kaitannya dengan ISO
14000. Pada hakekatnya audit lingkungan merupakan bagian
dari ISO 14000 seri 14010. Sedangkan sistem manajemen
lingkungan merupakan bagian dari ISO 14000 seri 14001. PAda
dasarnya audit lingkungan merupakan komponen dari evaluasi
organisasi. Secara jelas antara ISO 14000 degan audit
lingkungan dapat dilihat pada Gambar 2.1 :

19
Sistem Manajemen
Lingkungan (ISO 14001)

Evaluasi Organisasi Audit Lingkungan (ISO 14010)

Evaluasi Kinerja Lingkungan


(ISO 14030)
ISO SERI 14000 (SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN)
Aspek Lingkungan dalam
Standarisasi Produk (ISO
14000)

Evaluasi Organisasi Label Lingkungan (ISO 14020)

Asesmen Daur Hidup (ISO


14040)

Sumber: Chafid Fandheli, dkk (2008)


Gambar 2.1 Diagram Hubungan ISO 14000 dengan Audit
Lingkungan

2.9 Parameter Yang Diaudit


Penilaian terhadap parameter lingkungan merupakan
proses untuk mengetahui kondisi parameter lingkungan dengan
cara peskalaan atau pembobotan. Suatu parameter yang
terhadapnya telah dilaksanakan peskalaan dan pembobotan,
maka secara kuantitatif dapat diketahui dengan mudah kondisi
parameter itu baik atau jelek. Sesudah penilaian dilakukan
terhadap selruh parameter atau bagaimana parameter
lingkungan, kemudian dilaksanakan evaluasi untuk mengetahui
kondisi penyebab lingkungan tidak baik (Chafid,2008).
Evaluasi dilaksanakan dengan memberi score terhadap
aspek manajemen pengelolaan yang telah dipelajari di lapangan.
Besarnya score berkaitan dengan keberhasilan dalam
pengelolaan lingkungan. Kriteria yang dipergunakan untuk

20
menentukan penilaian keberhasilan pengelolaan lingkungan
adalah sebagai berikut:
1. Aspek Manajemen
Aspek manajemen dalam audit lingkungan dirinci menjadi
beberapa factor, yaitu (Chafid,2008):
a. Kelembagaan
Faktor kelembagaan dikaji terhadap ada tidaknya struktur
organisasi bertanggung jawab terhadap pengelolaan
lingkungan. Apabola di dalam usaha ini ada struktur
organisasi dan terdapat bagian pengelolaan lingkungan, nilai
score-nya tinggi. Score yang ditentukan untuk aspek ini
terlihat pada Tabel 2.1:
Tabel 2.1 Parameter Kelembagaan
Parameter Score
1. Organisasi pengelolaan lingkungan ada dan 5
berdiri sendiri
2. Organisasi berjalan sesuai tugas dan tanggung
jawabnya
1. Organisasi pengelolaan lingkungan ada dan
tidak berdiri sendiri 4
2. Organisasi berjalan sesuai tugas dan tanggung
jawabnya
1. Organisasi pengelolaan lingkungan ada dan
tidak berdiri sendiri 3
2. Organisasi berjalan tetapi beberapa tugas
masih tidak stabil
1. Organisasi pengelolaan lingkungan ada dan
tidak berdiri sendiri 2
2. Organisasi tidak berjalan
1. Organisasi pengelolaan lingkungan tidak ada
2. Organisasi tidak berjalan 1

21
b. Sumber daya Manusia
Faktor sumber daya manusia dalam penetapan score-nya
mempertimbangkan jumlah dan kualitas dari sumber daya
manusia yang mengelola lingkungan. Penilaian terhadap kedua
factor ini, score tinggi bila jumlahnya banyak dan kualitas
sumber daya manusianya bagus. Jumlah SDM yang memadai
jika lebih dari 3 personal dalam 1 bidang. Score yang ditentukan
untuk aspek ini terlihat pada Tabel 2.2:
Tabel 2.2 Parameter Sumber Daya Manusia
Parameter Score
1. Jumlah SDM yang memadai
2. Latar belakang sumber daya manusia 5
sesuai bidang yang diemban
3. Sumber daya manusia lebih dari 50%
memiliki sertifikasi ISO 14001
1. Jumlah SDM yang memadai
2. Latar belakang sumber daya manusia 4
sesuai bidang yang diemban
3. Sumber daya manusia kurang dari
50% memiliki sertifikasi ISO 14001
1. Jumlah SDM yang kurang memadai
2. Latar belakang sumber daya manusia
sesuai bidang yang diemban 3
3. Sumber daya manusia kurang dari
20% memiliki sertifikasi ISO 14001
1. Jumlah SDM yang kurang memadai
2. Latar belakang sumber daya manusia
tidak sesuai bidang yang diemban 2
3. Sumber daya manusia kurang dari
20% memiliki sertifikasi ISO 14001
1. Jumlah SDM yang sangat kurang
2. Latar belakang sumber daya manusia
tidak sesuai bidang yang diemban 1
3. Sumber daya manusia tidak ada
memiliki sertifikasi ISO 14001

22
c. Pembiayaan
Biaya yang dikeluarkan untuk mengelola lingkungan ada
atau tidaknya. Macam biaya untuk pengelolaan
lingkungan terdiri atas:
1. Biaya operasional pengelolaan lingkungan
Biaya ini digunakan untuk pengorperasian dalam
pengelolaan lingkungan seperti transportasi dan biaya
pekerja.
2. Biaya tetap
Biaya ini digunakan sebagai pengeluaran tetap seperti listrik
dan bahan pengelolaan.
Apabila biaya untuk pengelolaan lingkungan cukup besar,
maka score bernilai tinggi. Score yang ditentukan untuk
aspek ini terlihat pada Tabel 2.3:
Tabel 2.3 Parameter Pembiayaan
Parameter Score
1. Biaya operasional pengelolaan lingkungan
mencapai 100% 5
2. Ada biaya tetap
1. Biaya operasional pengelola lingkungan
mencapai 70% 4
2. Ada biaya tetap
1. Biaya operasional pengelola lingkungan
mencapai 50% 3
2. Tidak ada biaya tetap
1. Biaya operasional pengelola lingkungan hanya
20% 2
2. Tidak ada biaya tetap
1. Biaya operasional pengelola lingkungan tidak
ada sama sekali 1
2. Tidak ada biaya tetap

23
d. Metode
Pada dasarnya beberapa parameter lingkungan telah
memiliki aspek pengelolaan lingkungan yang standar atau
standar baku sesuai dengan Standard Operating
Procedure (SOP). SOP ini dapat diperolah dari sistem kerja
yang telah ditetapkan. Untuk parameter lingkungan telah
tersedia pedoman standar baku mutu lingkungan. Apabila
pengelola lingkungan menggunakan SOP atau
menggunakan metode yang benar sesuai dengan standar
baku mutu akan mendapat nilai score yang tinggi.
e. Peralatan
Seperti halnya metode, keberhasilan pengelolaan
lingkungan juga ditentukan oleh kondisi atau macam
peralatan. Pada umumnya dalam RPL dipergunakan
peralatan yang standar. Apabila pengelolaan lingkungan
dipergunakan peralatan standardan layak, diberikan score
yang tinggi.
2. Aspek Ketataan Hukum Lingkungan
Ketataan Hukum Lingkungan dikaji dengan tersedianya
dokumen-dokumen hukum yang dianut oleh perusahaan dan
disosialisasikan dengan baik kepada karyawan, akan
diberikan score yang tinggi.
3. Aspek Fasilitas Teknis
Aspek ini dikaji berdasarkan dokumen RPL (Rencana
Pemantauan Lingkungan) yang digunakan dalam
perusahaan. Didalam dokumen RPL ini terdapat metoda
pemantauan lingkungan yang dirinci atas aspek komponen
dan parameter lingkungan yang dipantau, serta tolak
ukurnya. Untuk memperoleh ISO 14001, RPL disetarakan
dengan baku mutu pada Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 5 Tahun 2014 serta Peraturan Gubernur Jawa
Barat No. 78 Tahun 2013.

24
4. Aspek Izin Lingkungan
Pelaksanaan izin lingkungan terbilang baik, dilihat dari
pelaksanaan UKL dan UPL yang telah dimiliki oleh
perusahaan. Apabila pengelolaan lingkungan dilaksanakan
berdasarkan UKL dan UPL secara baik, diberikan score yang
tinggi.
5. Aspek Produk/Pemasaran
Aspek ini dikaji berdasarkan ISO 9001 yang dianut untuk
mengendalikan mutu dari produk ataupun pemasaran. Jika
dokumen dan implementasinya selaras makan akan
mendapat score yang tinggi.

2.10 Kendala – Kendala dalam Penerapan ISO 14001


Menurut Pramudya, 2001, ada banyak faktor yang dapat
menyebabkan penerapan ISO 14001 tidak berjalan dengan baik.
Diantara faktor yang paling dominan adalah:
1. Kurangnya Komitmen dari Top Manajemen
Komitmen dari manajemen puncak menjadi salah satu alasan
terbanyak kenapa penerapan ISO 9001 tidak berjalan dengan
baik, tidak berjalan sama sekali atau hanya perolehan sertifikat
belaka yang tidak diikuti oleh penerapan nyata di lapangan,
disebabkan karena sedari awal manajemen puncak tidak
mendorong tim perusahaannya untuk benar-benar menerapkan
ISO 14001. Manajemen puncak hanya ingin memperoleh
sertifikat alih-alih perbaikan sistem manajemen perusahaan,
sehingga karyawan yang ada di level pelaksana setengah-
setengah dalam menerapkan ISO 14001. Sebaliknya, jika
penerapan ISO 14001 benar-benar dipromosikan oleh
manajemen puncak, ditekankan kegunaannya, dipromosikan
manfaatnya. Maka sudah sepatutnya orang-orang yang ada di
level pelaksana akan menjalankan sistem manajemen
lingkungan secara konsisten.

25
2. Tidak ada keterlibatan dari karyawan
Karyawan itu mengikuti apa yang diperintahkan oleh manajemen
puncak. Apalagi karyawan Indonesia yang dikenal sangat
menghargai perintah dan arahan dari atasan, apa yang menjadi
komitmen manajemen harusnya akan menjadi komitmen
bersama yang dipegang oleh setiap level karyawan. Tetapi, tidak
jarang ada organisasi yang komitmen manajemen puncaknya
baik tetapi tidak diikuti oleh komitmen bawahannya. Ini bisa
terjadi karena beberapa faktor seperti tidak adanya penghargaan
(reward) dan hukuman (punishment) bagi karyawan. Mereka
merasa tidak ada bedanya antara yang berkomitmen dalam
menerapkan sistem manajemen lingkungan ISO 14001 dengan
yang tidak melaksanakan.
3. Kordinasi Antar Departemen yang Minim
Penerapan ISO 14001 tidak akan sukses apabila satu bagian
tidak berkordinasi dengan bagian yang lain. Karena sistem
manajemen lingkungan melibatkan semua bagian yang ada di
proses utama maupun proses pendukung. Bila ada satu bagian
yang tidak menerapkan ISO 14001, maka otomatis sistem tidak
akan berjalan dengan sempurna. Misalkan target produksi yang
sudah dicanangkan oleh manajer produksi tidak akan tercapai
bila bagian HRD dan GA tidak menyediakan SDM dan mesin
serta peralatan yang prima. Harus ada kordinasi efektif antar
bagian agar keseluruhan proses berjalan secara lancar.
4. Keterbatasan Sumber Daya Manusia
Keterbatasan SDM di sini bisa berupa kuantitas (jumlah
karyawan) maupun kualitas (kompetensi karyawan). Penerapan
ISO 14001, kualitas SDM lebih penting ketimbang kuantitas. ISO
14001 tidak pernah mensyaratkan jumlah minimal karyawan
dalam penerapan ISO 14001. Tidak pula dipersyaratkan bahwa
satu orang hanya boleh menjabat satu jabatan saja. Rangkap
jabatan dalam penerapan ISO sah-sah saja sepanjang fungsi-

26
fungsi pekerjaan yang wajib dijalankan oleh yang bersangkutan
dapat dijalankan dengan baik.
5. Kurangnya Sosialisasi dan Komunikasi
Dibutuhkan waktu yang cukup dan tim yang kompeten agar
penerapan ISO 14001 berjalan lancar. Seringkali yang menjadi
penyebab ISO 14001 macet di tengah jalan bukanlah
keterbatasan waktu dan SDM melainkan kurangnya sosialisasi
dan komunikasi dari manajemen puncak. Ini menyebakan orang-
orang yang ada di level pelaksana tidak mengetahui apa yang
harus dilakukan. Solusinya, manajemen puncak harus
melakukan pertemuan rutin terutama dengan pemimpin dari
setiap bagian untuk memastikan mereka memahami apa yang
harus dilakukan.

2.11 Tanggung Jawab Badan atau Lembaga dalam


Pengelolaan Lingkungan Hidup Berdasarkan Undang
– undang No. 32 Tahun 2014
Tanggung jawab untuk melakukan pencegahan dan
menanggulangi kejadian pencemaran haruslah dianggap
sebagai tanggung jawab sosial badan atau lembaga yang harus
dilakukan dengan komitmen yang tinggi oleh manajemen dan
pelaksana kegiatan bila tidak ingin mengalami kendala – kendala
dan tekanan publik dari masyarakat yang makin peduli terhadap
lingkungan. Agar perusahaan atau lembaga terhindar dari sanksi
administrative maupun kewajiban memberi ganti rugi dan
pimpinannya terhidar dari ancaman hukuman pidana maka
kewajiban – kewajiban dalam bidang lingkungan oleh
perusahaan harus diketahui dan dilaksanakan. (Hadi,2003)
Berdasarkan peraturan perundang – undangan dibidang
lingkungan yang berlaku ada bebrapa tanggung jawab
perusahaan (Husin,2003), diantaranya adalah :
a. Tanggung Jawab Pembuatan AMDAL Terhadap
Keberadaan Kegiatan Usaha
27
Setiap usaha dan atau kegiatan yang dapat
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki Analisis Mengenai
Dampak Lingkungungan (AMDAL). AMDAL sebagai
dokumen perencanaan disatu piohak merupakan
instrument untuk memperkirakan dampak suatu kegiatan
yang direncanakan terhadap lingkungan. Di lain pihak,
AMDAL merupakan instrumen untuk mengambil
keputusan, dilengkapinya suatu rencana kegiatan
dengan AMDAL, maka pengambil keputusan akan
memperoleh gambaran yang lebih luas dan lengkap
mengenai rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012
mewajibkan pembuatan AMDAL (Analisis Dampak
Lingkungan), RKL (Rencana Kelola Lingkungan) dan
RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan). Ketiga
dokumen ini merupakan prasyarat untuk mendapatkan
izin lingkungan.
b. Tanggung Jawab Pemenenuhan terhadap Baku Mutu
Perairan sesuai Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
2001
Jika perusahaan dan atau badan usaha
mengeluarkan limbah cair ke lingkungan maka limbahnya
harus dilakukan pengelolan terlebih dahulu agar
memenuhi standat yang terdapat dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
c. Tanggung Jawab Mengelola Limbah B3 sesuai
Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014
Perusahaan dan atau badan usaha yang dalam
kegaiatan operasionalnya menggunakan atau
mengeluarkan bahan berbahaya dan beracun (B3) dalam
proses produksinya makan perusahaan dan atau badan
28
usaha tersebut harus mematuhi ketentuan – ketentuan
sebagaimana yang diatur dalam PP Nomer 101 Tahun
2014 Tentang Pengelolaan Limbah B3.
d. Tanggung Jawab Pemenuhan terhadap Baku Mutu
Udara dan Tingkat Kebisingan/Getaran serta Kebauan
Perusahaan dan atau badan usaha yang dalam
kegiatan operasionalnya mengeluarkan emisi maka
emisinya harus sesuai dengan standar yang ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 dan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-
13/MENLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber
Tidak Bergerak. Kemudian untuk tingkat pencemaran
kebisingan diatur dalam Kep-49/MENLH/11/1996
tentang Baku Mutu Getaran dan jika perusahaan dan
atau badan usaha dalam kegiatannya menimbulkan bau,
maka pencemaran bau tersebut tidak boleh melebihi
baku mutu yang ditetapkan dalam Kep-
50/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat
Kebauan.
e. Tanggung Jawab untuk Melaksanakan Sustainable
Development
Berdasarkan ketentuan Undang – undang No.32 Tahun 2012
Pasal 3 butir i, perusahaan dan atau badan usaha diwajibkan
melaksanakan pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). Agar menjamin keberlangsungan lingkungan

29
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di PT. Pertamina Hulu Energy
Offshore North West Java (ONWJ), Jalan Tb. Simatupang Kav.
99, RT.1/RW.1, Kebagusan, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12520, Lokasi PT. Pertamina
Hulu Energy ONWJ berada di titik koordinat 6°17'58.1"S
106°49'58.0"E. Area operasional PHE ONWJ berada di wilayah
Kontrak Kerja Sama (”KKS”) Blok Offshore North West Java
(ONWJ) di Jawa Barat, yang membentang dari Kepulauan Seribu
(DKI Jakarta) sampai ke Cirebon Utara (Jawa Barat). Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Maret 2018 – April 2018

Gambar 3.1 Lokasi PT. Pertamina Hulu Energy Offshore


North West Java (ONWJ)

1.2 Alat dan Data Penelitian


3.2.1 Alat Penelitian
Alat-Alat yang digunakan pada penelitian ini
adalah:
1. Personal Computer dan Laptop
30
Penulis menggunakan personal computer dan
laptop dalam melakukan mengetikan serta
pengelolaan data. Penulis menggunakan program
Microsoft Word dan Microsoft Excel dalam pembuatan
laporan dan mengola data.
2. Kamera
Kamera digunakan penulis untuk
mendokumenstasikan segala aktivitas baik terlampir
dan yang tidak terlampir dalam penulisan penelitian
ini. Penulis juga menggunakan kamera sebagai alat
saat melakukan observasi lapang di PT. Pertamina
Hulu Energy Offshore North West Java (ONWJ)
3. Kuisioner berupa Checklist Audit Internal ISO
14001:2015
Kuisioner digunakan penulis dalam wawancara
kepada pihak di PT. Pertamina Hulu Energy Offshore
North West Java (ONWJ) sebagai acuan untuk
mendapatkan data yang dimaksudkan oleh penulis.

3.2.2 Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
data bersifat kualitatif dan kuantitatif oleh karena itu data
kualitatif yang dikumpulkan tersebut akan diubah menjadi
kuantitatif melalui pengukuran skala atau pemberian skor
dan bobot. Agar dapat mengevaluasi sistem manajemen
lingkungan ISO 14001, data yang dibutuhkan antara lain:

1. Data Hasil Audit Sistem Manajemen Lingkungan ISO


14001
Hasil audit sistem manajemen lingkungan,
dibutuhkan penulis untuk mengidentifikasi kesesuaian
penerapan dan pelaksanaan ISO 14001 dengan
persyaratan – persyaratan ISO 14001 itu sendiri.
31
2. Data Jumlah dan Proses Produksi
Penulis akan menganalisis dampak signifikan dari
penerapan sistem manajemen lingkungan ISO 14001
dari PT. Pertamina Hulu Energy Offshore North West
Java (ONWJ) dengan mengetahui jumlah dan proses
produksi perusahaan.
3. Data Peningkatan Performa Perusahaan Setelah
Penerapan ISO 14001
Data peningkatan performa perusahaan setelah
penerapan ISO 14001 didapatkan dari analisis jumlah
hasil produksi perusahaan, data penanganan dan
pengelolaan limbah, data tingkat kecelakaan kerja
yang terjadi, serta data kebijakan-kebijakan yang
diterapakan oleh PT. Pertamina Hulu Energy Offshore
North West Java (ONWJ).
Adapun sumber data yang digunakan pada
penelitian ini seperti terdapat pada Tabel 3.1:
Tabel 3.1 Sumber Data Penelitian
Data Primer Data Sekunder
Data hasil wawancara Studi Literatur
Data hasil observasi Lain - Lain
Data hasil kuesioner

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data


Pada penelitian ini dibutuhkan data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara
dan pemantauan langsung di lapangan. Teknik
pengumpulan data sekunder sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab
secara tatap muka dengan informan, yaitu beberapa
elemen karyawan yang ada di PT. Pertamina Hulu
Energy Offshore North West Java (ONWJ).
32
Wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang sudah disiapkan, nantinya akan
dikembangkan menjadi pertanyaan-pertanyaan lain
untuk menggali informasi yang lengkap untuk
menjamin tingkat validitasnya dapat di
pertanggungjawabkan. Wawancara dilakukan
terhadap informan yaitu unit QHSSE pada bulan
Maret – Mei 2018 dengan bahasan penerapan sistem
manajemen lingkungan yang sudah di terapkan dalam
sistem perusahaan. Melalui wawancara dengan
menggunakan checklist yang dilakukan dengan pihak
perusahaan akan menghasilkan ouput
mengidentifikasi data dokumen persyaratan sistem
manajemen lingkungan ISO 14001. Dengan
demikian, organisasi dapat mengetahui dan
mengidentifikasi kekurangan (gap analysis) antara
sistem yang sedang berjalan dengan persyaratan
standar ISO 14001:2015, sehingga dapat dilakukan
upaya perbaikan dan peningkatan kinerja lingkungan
keseluruhan.
2. Observasi
Observasi dengan mengumpulkan data yang
dimiliki oleh PT. Pertamina Hulu Energy Offshore
North West Java (ONWJ) yang berhubungan dengan
manajemen lingkungan. Sehingga nantinya dapat
dibandingkan dengan data yang dimiliki dengan
kondisi atau keadaan lapang yang sebenarnya.
Observasi dilakukan dengan memeriksa dokumen-
dokumen yang bersangkutan terhadap sistem
manajemen proses di perusahaan dengan alur
pertanyaan seperti yang tertera dalam kuesioner.
3. Studi Literatur

33
3.3 Metode Audit Manajemen Lingkungan
Metodologi lingkungan ada beberapa macam, yaitu
metodologi pemeriksaan atau pengamatan, metode penelitian,
dan metode evaluasi. Penerapan metodologi tersebut pada
prakteknya di lapangan secara garis besarnya dikemukakan
berikut ini (Andrianto, 2014).
1. Metodologi Pemeriksaan atau Pengamatan
Metode ini menggunakan praktek di lapangan yang dilakukan
dengan beberapa cara yakni sampling, membuat daftar uji,
menyusun daftar isian, dan membuat daftar pertanyaan.
a. Cara Sampling
Sesuai dengan masalah lingkungan yang ada,
pemeriksaan dapat dilaksanakan terhadap masalah yang
bersangkutan seperti masalah pencemaran air yang perlu
dilakukan sampling dan kemudian di analisis. Demikian
pula untuk pencemaran udara, sampai parameter
tersebut ke laboratorium rujukan.
b. Metode Daftar Uji
Seluruh kegiatan pengelolaan lingkungan, terutama audit
terhadap pelaksanaan dan rencana yang telah dibuat
kemudian dilaksanakan checking dengan daftar uji.
Adapun daftar uji yang dapat dilihat pada
Tabel 3.2 Berikut :

34
Tabel 3.2 Checklist Daftar Uji Jawaban dan Pertanyaan
Jawaban dan Pertanyaan-
Pertanyaan (Checking)
No Komponen yang diaudit Benar/ Sedang/ Tidak Keterangan
Sesuai Kurang Benar/
Tidak
Sesuai
1 Komponen Lingkungan
terkena dampak
a. Abiotik
Air
Tanah
Udara
b. Biotik
Flora
Fauna
c. Sosek
2 Sumber Dampak
3 Produksi
4 Tolak Ukur
Bobot
5 Mitigasi
a. Pengembanga
n
b. Pencegahan
6 c. Penanggulang
an
Instansi
a. Pelaksanaan
b. Bertanggungja
wab
c. Pemeriksaan
Sumber : Dasar – Dasar Audit Lingkungan
Pemantauan terhadap penerapan metode tersebut
dilaksanakan dengan checking menggunakan daftar uji yang
sama seperti daftar uji sebelumnya.
35
c. Metode Daftar isian
Seluruh elemen manajemen yang diaudit dibuatkan daftar
isian audit. Peneliti melihat hasil pemeriksaan dilapang dan
mengisi daftar isian tersebut sesuai kondisi.
d. Metode Daftar Pertanyaan Pengunaan Checklist
Sesuai elemen yang diaudit dibuatkan pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan daftar isian. Melalui
metode wawancara serta melengkapi daftar pertanyaan dan
isian dalam checklist Sistem Manajemen Lingkungan yang
terintegrasi dengan OHSAS 18001, ISO 9001, ISO 50001 &
ISO 14001:2015 yang meliputi wilayah kerja dari PHE ONWJ
diantaranya Central Plant,Papa,OPF
Balongan,Office,MSB,Seapup, Checklist terdiri dari 220
Pertanyaan yang dibagi kedalam 10 Klausul.
Checklist yang telah diisi kemudian diberi nilai untuk
menentukan apakah termasuk temuan mayor, atau temuan
minor dan observasi. Pemberian nilai didasarkan pada
terlaksananya kegiatan yang ditanyakan (1point), adanya
dokumen yang berkaitan (1point), adanya tindakan yang
berkaitan (1point).Dikatakan temuan Mayor apabila
mendapatkan nilai kurang dari 1 point, sedangkan temuan
Minor/Observasi apabila nilai kurang dari 3 point. Nilai
tertinggi adalah 3.sedangkan temuan minor apabila nilai
kurang dari 2 point. Nilai tertinggi adalah 3 point yang artinya
perusahaan dapat memenuhi ISO 14001.
2. Metode Penelitian
Pembuatan analisis harus didasarkan pada penilaian,
dengan maksud dapat digunakan pembuatan score. Score
menggunakan rentangan nilai dari yang sangat jelek (score
1) sampai yang sangat bagus (score 5). Aspek dan factor
masing-masing dinilai kinerjanya dalam audit lingkungan
seperti Tabel 3.3 Berikut (Chafid, 2008):

36
Tabel 3.3 Scoring Aspek dan Faktor
Score
San Jel Seda Bag San
Aspek yang Faktor yang gat ek ng us gat
No.
Dievaluasi Dievaluasi Jele Bag
k us
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Audit  Kelemba
Manajemen gaan
 SDM
 Pembiay
aan
 Metode
 Peralata
n
2 Audit  Perizina
Ketaatan n
Hukum  Ketenag
Lingkungan akerjaan
 Kesehat
an
 Resiko
3 Audit Pengelolaan
Fasilitas limbah cair
Teknis  Produksi
limbah
 Syarat
kualitas
Pengelolaan
limbah padat
 Produksi
limbah
 Syarat
kualitas
Pengelolaan
limbah gas
 Produksi
limbah
 Syarat
kualitas
37
Score
San Jel Seda Bag San
Aspek yang Faktor yang gat ek ng us gat
No.
Dievaluasi Dievaluasi Jele Bag
k us
(1) (2) (3) (4) (5)
Kebisingan
 Produksi
Limbah
 Syarat
Kualitas
4 Audit Izin  Pelaksa
Lingkungan naan
AMDAL
 Pelaksa
naan
RKL &
RPL
5 Audit  Sumber
Produk/Pem bahan
asaran baku
 Pengepa
kan
 Distribus
i produk
 Pengelol
aan
produk
Sumber : Dasar – Dasar Audit Lingkungan

3. Metode Evaluasi
Manajemen pengelolaan lingkungan yang dinilai tidak
baik perlu dievaluasi: faktor apa yang menjadi penyebab
dalam dua faktor dari satu aspek. Dari pengkajian dan
penetapan diperoleh score masing-masing. Proses dan cara
evaluasi dapat dilaksanakan terhadap suatu aspek untuk
mengetahui kinerja aspek tersebut dapat dicontohkan pada
Tabel 3.4 berikut (Chafid,2008) :
38
Tabel 3.4 Evaluasi Aspek
Kinerja Aspek Hasil Analisis Keterangan
Pengelolaan Dievaluasi Evaluasi Evaluasi
Lingkungan
Suatu usaha Aspek 4 Perusahaan
perusahaan manajemen 23 yang diaudit
= 4.6
Aspek 4 5 mempunyai
ketaatan kinerja
hukum 5 pengelolaan
Aspek lingkungan
fasilitas 5 cenderung
teknis 5 sangat
Aspek bagus (4.6)
AMDAL
Aspek
produk
Metode
23 mean
(rerata)
Sumber : Audit Lingkungan

Seluruh aspek yang ada dalam menetapkan


kinerja perusahaan, dikaji dan ditetapkan score-nya pada
masing-masing faktor. Dengan demikian dari setiap aspek
dapat diperoleh angka yang mengindikasikan kinerja
suatu aspek. Kemudian disusun tabel matrik kinerja
seluruh aspek untuk mengetahui kinerja suatu
perusahaan. Contohnya adalah pada Tabel 3.5 berikut
(Chafid, 2008) :

39
Tabel 3.5 Matrik Kinerja Seluruh Aspek
Aspek Faktor Hasil Analisis Kinerja
Diaudit Dievaluasi Evaluasi Evaluasi Perusahaan
Satu Aspek
Manajemen Kelembagaan 3 Manajemen
pengelolaan SDM 4 20 Pengelolaan
=4
lingkungan Pembiayaan 4 5 lingkungan,
Metode 5 kinerjanya
Peralatan 4 bagus (4)
Metode
mean
(rerata)
Sumber : Audit Lingkungan

Hasil dari score, yang memiliki nilai terendah akan


dianalisis penyebab dan dilakukan mitigasi penanganan
dalam faktor aspeknya sebagai masukan bagi
perusahaan untuk mengajukan label hijau 14001. Melalui
metode rarata (mean) kemudian digambarkan matriks
untuk menentukan posisi kinerja perusahaan tersebut.
Misalnya dalam perusahaan memiliki nilai rata-rata
sebesar 4.6, maka dapat dievaluasi dengan cara matrik,
yang dapat disajikan pada Gambar 3.2 berikut (Andrianto,
2014):

40
Gambar 3.2 Matrik Evaluasi Faktor Aspek
Menurut evaluasi diatas, kinerja perusahaan
cenderung berada dalam posisi bagus, sebab score-nya
4,6. Pengelolaan terhadap komponen tersebut yang
diaudit ternyata kondisinya tidak baik karena pengelolaan
belum maksimal yaitu masih bagus atau score 4,6. hasil
posisi kinerja saat ini, akan dibandingkan dengan posisi
maksimum, sehingga dapat diketahui berapa presentase
yang kurang dan yang sudah dijalankan.

3.4 Metode Analisis dan Tahapan Pengolahan Data


3.4.1 Teknik Analisis
Belum ada panduan dalam penelitian kualitatif
untuk menentukan berapa banyak data dan analisis yang
diperlukan untuk mendukung kesimpulan atau teori
(Sugiyono, 2011). Menurut Miles and Huberman bahwa
aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
41
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Berikut ini ialah
teknik yang peneliti gunakan dalam analisis data, yaitu:
1. Gap Analisis
Analisa gap atau analisa kesenjangan digunakan
untuk menentukan langkah-langkah apa yang perlu
diambil untuk berpindah dari kondisi saat ini ke kondisi
yang diinginkan atau keadaan masa depan yang
diinginkan mengacu pada sistem manajemen lingkungan
ISO 14001:2015. Analisa gap dapat juga diartikan
sebagai perbandingan kinerja aktual dengan kinerja
potensial atau yang diharapkan. Analisis ini juga
mengidentifikasi tindakan-tindakan apa saja yang
diperlukan untuk mengurangi kesenjangan atau
mencapai kinerja yang diharapkan pada masa datang.
Lebih dari itu analisis ini juga memperkirakan waktu, dan
sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan
perusahaan/organisasi yang diharapkan. Melakukan Gap
Analysis, kita dapat mengidentifikasi apa yang kita
butuhkan untuk menjembatani kesenjangan yang ada.
Langkah dari tool ini adalah sebagai berikut:
1. Menyusun Gap Analysis checklist yang berfungsi
untuk mengidentifikasi gap antara prosedur tertulis
dengan proses yang dilakukan berdasarkan
persyaratan pada ISO 14001:2015
2. Memberikan GAP tools kepada orang-orang yang
berpotensi untuk dijadikan infroman
3. Data hasil penelitian dari GAP didapatkan dan
dikumpulkan
4. Hasil checklistnya dihitung dan dapat menentukan
kesenjangan menggunakan skor penentu GAP
Untuk memudahkan analisis setiap klausul maka
diberi indikator penilaian pada tiap klausul. Setelah
42
diketahui secara jelas mengenai kesenjangan (GAP) dari
hasil analysis checklist yang telah dilakukan, maka
peneliti menggunakan skor penentu analisis gap.
Checklist yang telah diisi kemudian diberi nilai untuk
menentukan apakah termasuk temuan mayor, atau
temuan minor dan observasi. Pemberian nilai didasarkan
pada terlaksananya kegiatan yang ditanyakan (1point),
adanya dokumen yang berkaitan (1point), adanya
tindakan yang berkaitan (1point).Dikatakan temuan Mayor
apabila mendapatkan nilai kurang dari 1 point, sedangkan
temuan Minor/Observasi apabila nilai kurang dari 3 point.
Nilai tertinggi adalah 3.sedangkan temuan minor apabila
nilai kurang dari 2 point. Nilai tertinggi adalah 3 point yang
artinya perusahaan dapat memenuhi ISO 14001:2015
Dari hasil penentuan skor berdasarkan analisis
checklist, maka dapat diketahui apakah sudah memenuhi
persyaratan atau belum memenuhi persyaratan serta
rekomendasi dari kesenjangan yang telah ditemukan
dengan cara menghitung persentase nilai setiap klausul
yang ditunjukan pada Tabel 3.6 & Tabel 3.7 berikut:

43
Tabel 3.6 Hasil Penghitungan GAP Tiap Klausul
Kla Persyarata Hasil Periksa Jumlah Penc Targe GAP
usul n (Klausul) Co Obse Min M Pertany apaia t
mp rvasi or aj aan n
ly or
4 Konteks 29 10%
Organisasi
5 Kepemimpi 15 10%
nan
6 Perencana 24 15%
an
7 Dukungan 43 12%
8 Operasi 51 25%
9 Evaluasi 40 12%
Kinerja
10 Perbaikan 18 16%
Total Hasil 220 100%

Tabel 3.7 Presentase Penilaian Tiap Klausul


Klausul Persyaratan Skor Skor Presentase
(Klausul) Maksimal Penilaian
4 Konteks Organisasi 87

5 Kepemimpinan 45
6 Perencanaan 72
7 Dukungan 129
8 Operasi 153
9 Evaluasi Kinerja 120

10 Perbaikan 54

Hasil penilaian dapat dilihat tingkat penerapan ISO


14001:2015 di PT. Pertamina Hulu Energi ONWJ
berdasarkan range persentase pada Tabel 3.8 berikut:

44
Tabel 3.8 Range Presentase Penilaian Kesiapan
Presentase Kesiapan Uraian
>95% Prosedur kerja dan persyaratan
dijalankan dengan baik.
85,1% - 95% Prosedur kerja dan persyaratan
dijalankan namun belum konsisten.
75,1% - 85% Beberapa prosedur kerja belum
dijalankan namun persyaratan lain
dijalankan dengan baik
60,1% - 75% Banyak prosedur kerja yang belum
dijalankan namun sebagian
persyaratan yang tidak mewajibkan
prosedur kerja telah diterapkan.
50% - 60% Penerapan sangat buruk. Sekolah
perlu memahami dan meninjau ulang
penerapan SML ISO 14001:2015
karena masih jauh dari persyaratan.

2. Reduksi Data
Mereduksi hasil catatan lapangan yang belum
bermakna dan kompleks. Merangkum, mengambil data
yang pokok dan penting, dan membuat kategorisasi.
Dalam mereduksi data, peneliti dipandu oleh tujuan yang
akan dicapai maka data yang tidak relevan dengan tujuan
penelitian akan dibuang. Data hasil reduksi disajikan
dalam bentuk narasi. Miles and Humberman dalam
Ariyani (2015) menyatakan “the most frequent form of
display data for qualitative research data in the past has
been narrative text”. Paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan
teks yang bersifat naratif. Namun selanjutnya disarankan,
dalam melakukan penyajian data selain berupa narasi
dapat berupa grafik, matrik, jaringan kerja atau bagan
(Sugiyono, 2013).

45
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Peneliti menggunakaan data hasil reduksi yang sudah
dikelompokan dalam penyajian data untuk menarik
kesimpulan. Penarikan kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat dan
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten
saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel. Untuk memperoleh kesimpulan
yang lebih grounded, peneliti melakukan verifikasi atas
kebermaknaan yang telah ditemukan pada tahap
penyajian data. Akhirnya, peneliti mengkonfirmasi temuan
dan kesimpulan pada tujuan penelitian.

46
3.5 Diagram Alir (Flowchart)
Mulai

Indentifikasi Masalah

Pemilihan lokasi industri


yang menerapkan
SML ISO 14001

Pengumpulan Data

Data Data
Primer Sekunder

Kuesioner Data Hasil Wawancara : Data Peningkatan


Checklist audit Data Jumlah dan Studi Literatur
- Penerapan Sistem Performa Perusahaan
ISO 14001 Proses Produksi
Manajemen Lingkungan Setelah Penarapan ISO
14001
Data Hasil Observasi :
-Dokumen UKL & UPL
-Dokumen K3L

Temuan Minor dan Penentuan Bobot (Scoring) : Kesesuaian


Mayor a. Aspek dan Faktor Prosedur SML

Analisis Data

Evaluasi Aspek - Aspek,


Upaya Mitigasi dan
Rekomendasi

Selesai

Gambar 3.4 Diagram Alir Penelitian


47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penilaian Aspek Kinerja Pengelolaan Lingkungan


Aspek manajemen dalam suatu kegiatan usaha memiliki
cakupan yang sangat luas. Bahkan manajemen terkait mencakup
hamper seluruh elemen system dan kegiatan usaha. Alasan ini
lah yang membuat perlu diciptakan simplikasi untuk
memudahkan dalam pemeriksaan ketika mengevaluasi dan
melakukan penilaian. Kegunaan lainnya untuk mengetahui
seberapa besar penyimpangan dalam aturan dan standar atau
baku mutu lingkungan yang ada. Kinerja kegiatan usaha tersebut
dalam pengelolaan lingkungan dapat diidentifikasi. Akibatnya
perbaikan dan penyempurnaan pengelolaan lingkungan akan
dapat dilakukan segera (Andrianto, 2014).
Audit lingkungan merupakan alat teknis manajemen yang
mencakup evaluasi secara sistematik terdokumentasi, periodik
danobyektif tentang kinerja suatu organisasi, system manajemen
dan peralatan. Tujuan dari proses audit manajemen lingkungan
diantaranya untuk memfasilitasi control manajemen terhadap
pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan serta
mengkaji pemanfaatan kebijaksanaan perusahaan terhadap
peraturan-peraturan lingkungan. Penelitian ini membahas audit
lingkungan dengan cara melakukan beberapa observasi pada
berbagai dokumen-dokumen yang mengarahkan perusahaan
pada sistem manajemen lingkungan yang baik dengan acuan
ISO 14001. PT. Pertamina Hulu Energi ONWJ telah berhasil
memiliki sertifikat ISO 9001:2008 yang membahas bidang
manajemen mutu, sehingga tergolong industri yang sudah taat
terhadap hukum dan peraturan industri. ISO 9001 juga terselip
pembahasan mengenai lingkungan, sehingga PT. Pertamina
Hulu Energi ONWJ sudah mengkaji lingkungan dengan baik.

48
Pemantauan terhadap penerapan metode yang dilaksanakan
di PT. Pertamina Hulu Energi ONWJ, dituangkan dalam sebuah
check list daftar uji seperti pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Checklist Daftar Uji Penerapan Metode


Jawaban dan Pertanyaan-
Pertanyaan (Checking)
N Komponen yang diaudit Benar/ Sedan Tidak Keterangan
o Sesuai g/Kura Benar/
ng Tidak
Sesuai
1 Komponen Lingkungan
terkena dampak
a. Abiotik Dokumen
Air √ Laporan
Tanah √ Pemantauan
Udara √ Izin Lingkungan
b. Biotik
Flora √
Fauna √
c. Sosek √
2 Sumber Dampak Produksi √
3 Tolak Ukur √
4 Bobot √
5 Mitigasi
a. Pengembangan √ Dokumen K3LL
b. Pencegahan √
c. Penanggulangan √
6 Instansi
a. Pelaksanaan √ Dokumen K3LL
b. Bertanggungjawab √
c. Pemeriksaan √
Sumber : Hasil Analisis Aspek Kinerja Pengelolaan Lingkungan

Checklist diatas menunjukkan bahwa sebagian besar


prosedur yang dijalankan di PT. Pertamina Hulu Energi ONWJ
sudah tergolong benar. Hanya pada beberapa komponen seperti
Pemeriksaan dan penanggulangan mitigasi yang masih tergolong
49
sedang. Faktor tersebut dikarenakan hasil limbah dari produksi
yang tergolong berbahaya pada Limbah B3 perlu adanya review
MSDS maupun penanganan secara detail mengenai Limbah B3
baik Domestik maupun non Domestik dan kegiatan kantor
diidentifikasi, jadi pemeriksaan dan penanggulangan/mitigasi
terhadap kualitas lingkungan dilakukan dengan audit internal dan
pengecekan berkala terhadap parameter limbah sudah ditangani
dengan baik. Alangkah lebih baik lagi jika, PT. Pertamina Hulu
Energi ONWJ melakukan pemantauan dan pengendalian
terhadap hasil limbah didalam perusahaan dengan ketersediaan
adanya dokumen pada masing masing penanganan limbah yang
tingkat kajiannya lebih detail.
Audit lingkungan juga dipergunakan untuk mengetahui kinerja
aspek yang ada. Aspek tersebut diberikan nilai berdasarkan
faktor yang mempengaruhi dan diakumulasikan, sehingga dapat
diketahui kinerja yang kurang maksimal. Faktor yang
mempengaruhi aspek menjadi tidak maksimal, dapat dijadikan
sasaran dalam perbaikan berkelanjutan. Masing-masing aspek
ini dijabarkan dalam faktor, dan faktor tersebut dievaluasi dengan
scoring. Ada 5 score untuk menetapkan tingkat kondisi dari faktor
yang dievaluasi yaitu dari tingkat sangat jelek (1), jelek (2),
sedang (3), bagus (4), dan sangat bagus (5). Scoring melalui
pengamatan secara langsung, wawancara, dan adanya data-
data yang diperoleh dari PT. Pertamina Hulu Energi ONWJ
disajikan seperti yang tertera dalam Tabel 4.2 berikut:

50
Tabel 4.2 Hasil Scoring Aspek dan Faktor
Score
Aspek yang Sangat Jelek Sedang Bagus Sangat
No. Faktor yang Dievaluasi
Dievaluasi Jelek Bagus
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Audit Manajemen  Kelembagaan √
 SDM √
 Pembiayaan √
 Metode √
 Peralatan √
2 Audit Ketaatan  Perizinan √
Hukum  Ketenagakerjaan √
Lingkungan  Kesehatan √
 Resiko √
3 Audit Fasilitas Pengelolaan limbah
Teknis cair √
 Produksi limbah √
 Syarat kualitas
pengelolaan limbah
padat √
 Produksi limbah √
 Syarat kualitas
Pengelolaan limbah
gas √
 Produksi limbah √
 Syarat kualitas
Kebisingan √
 Produksi Limbah √
 Syarat Kualitas
4 Audit Izin  Pelaksanaan √
Lingkungan AMDAL
 Pelaksanaan √
RKL&RPL
5 Audit  Sumber bahan √
Produk/Pemasaran baku
 Pengepakan √
 Distribusi produk √
 Pengelolaan √
produk
Sumber : Hasil Analisis Aspek Kinerja Pengelolaan Lingkungan

51
Kinerja suatu aspek lingkungan didalam PHE ONWJ
dinilai dengan membuat evaluasi. Aspek lingkungan yang diaudit
perlu dievaluasi untuk mengetahui faktor apa yang menjadi
penyebab kurang maksimal. Setiap aspek dilakukan evaluasi
faktor untuk menentukan analisis evaluasi serta kinerja dalam
satu aspek. Angka yang diindikasikan kinerja suatu aspek
dilakukan dengan penghitungan score melalui metode rerata
(mean) masing-masing per-aspek, untuk mengetahui faktor mana
yang harus dievaluasi. Aspek manajemen lingkungan memilik
lima faktor yang harus dievalusi yaitu kelembagaan, sumberdaya
manusia, pembiayaan, metode, dan peralatan dapat dilihat pada
Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Evaluasi Aspek Manajemen Lingkungan
Aspek Faktor Hasil Analisis Kinerja
Diaudit Dievaluasi Evaluasi Evaluasi Perusahaan
Satu Aspek
Manajemen Kelembagaan 5 Manajemen
pengelolaan SDM 5 24 Pengelolaan
lingkungan Pembiayaan 5 5 lingkungan,
Metode 5 = 4,80 kinerjanya
Peralatan 4 cenderung
sangat
bagus (4,80)
Metode
mean
(rerata)
Sumber : Hasil Analisis Aspek Kinerja Pengelolaan Lingkungan

Dilihat dari Tabel 4.3, setelah seluruh score dari aspek


manajemen lingkungan dijumlahkan dan direrata, didapatkan
score 4.6 yang tergolong cenderung sangat bagus. Meski aspek
ini tergolong bagus, tetapi harus tetap dijalankan evaluasi dan
perbaikan berkelanjutan agar mencapai hasil maksimal.
Terutama pada faktor peralatan yang perlu lebih diperhatikan dan

52
penggantian peralatan yang sudah lama/berkarat dan yang
sudah tidak bisa untuk berfungsi dengan normal perlu dilakukan
perbaikan dan kalibrasi ulang. supaya mendapatkan hasil aspek
yang lebih baik. Apabila PHE ONWJ dapat mencapai
rekomendasi tersebut, maka evaluasi Peralatan dapat
memperoleh nilai 5 dan mengangkat nilai kinerja perusahaan.
Aspek ketaatan hukum lingkungan juga dilakukan scoring
dengan empat faktor yang dikembangkan. Faktor yang dievaluasi
terdiri dari perizinan, ketenagakerjaan, kesehatan, dan resiko
masing-masing dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Evaluasi Aspek Ketaatan Hukum Lingkungan
Aspek Faktor Hasil Analisis Kinerja
Diaudit Dievaluasi Evaluasi Evaluasi Perusahaan
Satu Aspek
Ketaatan Perizinan 5 Manajemen
Hukum Ketenagakerjaan 5 25 Pengelolaan
=5
Lingkungan Kesehatan 5 5 lingkungan,
Resiko 5 kinerjanya
sangat
bagus (5)
Metode
mean
(rerata)
Sumber : Hasil Analisis Aspek Kinerja Lingkungan

Tabel 4.4 menunjukan kinerja perusahaan dalam aspek


ketaatan hukum lingkungan tegolong sangat bagus dengan score
5 dari hasil rerata (mean). Setiap Faktor memiliki score maksimal
dalam setiap aspek, namun perlu dikaji dan dievaluasi untuk
dapat mencapai nilai aspek yang maksimal.
Pada aspek fasilitas teknis yang berupa pengelolaan limbah,
baik limbah cair, padat, gas dan kebisingan. Masing-masing
diidentifikasi produksi limbah serta syarat kualitasnya. Secara

53
rinci, scoring yang dikalkulasikan dapat dilihat pada Tabel 4.5
berikut
Tabel 4.5 Evaluasi Aspek Fasilitas Teknis
Aspek Diaudit Faktor Dievaluasi Hasil Analisis Kinerja
Evaluasi Evaluasi Perusahaan
Satu Aspek
Fasilitas Teknis limbah cair Manajemen
 Produksi 5 40 Pengelolaan
=5
limbah 5 8 lingkungan,
 Syarat kualitas kinerjanya
limbah padat 5 sangat
 Produksi 5 bagus (5)
limbah
 Syarat kualitas 5
limbah gas 5
 Produksi
limbah 5
 Syarat kualitas 5
Kebisingan
 Produksi
Limbah
 Syarat
Kualitas
Metode
mean
(rerata)
Sumber: Hasil Analisis Aspek Kinerja Lingkungan

Dilihat dari Tabel 4.5, setelah seluruh score dari aspek


fasilitas teknis dijumlahkan dan direrata, didapatkan score 5 yang
tergolong sangat bagus. Meski aspek ini tergolong sangat bagus,
tetapi harus tetap dijalankan evaluasi dan perbaikan
berkelanjutan agar mencapai hasil maksimal.
Aspek izin lingkungan juga dilakukan scoring dengan dua
faktor yang dikembangkan. Faktor yang dievaluasi terdiri dari
dokumen RKL dan RPL masing-masing dapat dilihat pada Tabel
4.6 berikut:
54
Tabel 4.6 Evaluasi Aspek Izin Lingkungan
Aspek Faktor Hasil Analisis Kinerja
Diaudit Dievaluasi Evaluasi Evaluasi Perusahaan
Satu Aspek
Izin Pelaksanaan 5 Manajemen
lingkungan RKL 10 Pengelolaan
=5
2 lingkungan,
Pelaksanaan 5 kinerjanya
RPL sangat
bagus (5)
Metode
mean
(rerata)
Sumber : Hasil Analisis Aspek Kinerja Pengelolaan Lingkungan

Tabel 4.6 menunjukan kinerja perusahaan dalam aspek izin


lingkungan tegolong sangat bagus dengan score maksimum 5
dari hasil rerata (mean). Meski aspek ini tergolong sangat bagus,
tetapi harus tetap dijalankan evaluasi dan perbaikan
berkelanjutan agar mencapai hasil maksimal.
Sama dengan aspek produk/pemasaran yang berupa kajian
terhadap produksi sampai distribusi produk. Terdapat empat
faktor yang dievaluasi yaitu, sumber bahan baku, pengepakan,
distribusi produk dan pengeolaan produk/ Secara rinci, scoring
yang dikalkulasikan dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut:

55
Tabel 4.7 Evaluasi Aspek Produk/Pemasaran
Aspek Faktor Hasil Analisis Kinerja
Diaudit Dievaluasi Evaluasi Evaluasi Perusahaan
Satu Aspek
Produk/ Sumber 5 Manajemen
pemasaran bahan baku 20 Pengelolaan
=5
Pengepakan 5 4 lingkungan,
Distribusi 5 kinerjanya
produk 5 sangat
Pengelolaan bagus (5)
produk
Metode
mean
(rerata)
Sumber : Hasil Analisis Aspek Kinerja Pengelolaan Lingkungan

Dilihat dari Tabel 4.7, setelah seluruh score dari aspek


fasilitas teknis dijumlahkan dan direrata, didapatkan score 5 yang
tergolong sangat bagus. Meski aspek ini tergolong sangat bagus,
tetapi harus tetap dijalankan evaluasi dan perbaikan
berkelanjutan agar mencapai hasil maksimal.
Hasil dari evaluasi peraspek, dapat diakumulasikan menjadi
satu agar dapat dilihat posisi scoring dari PHE ONWJ. Aspek
diaudit terdiri dari aspek manajemen lingkungan, ketaatan hukum
lingkungan, fasilitas teknis, izin lingkungan, dan
produk/pemasaran mencakup keseluruhan kinerja perusahaan.
Akumulasi yang dilakukan dengan cara mean atau rerata dari
keseluruhan aspek, seperti yang tertera pada Tabel 4.8 berikut:

56
Tabel 4.8 Evaluasi Seluruh Aspek
Kinerja Aspek Hasil Analisis Keterangan
Pengelolaan Dievaluasi Evaluasi Evaluasi
Lingkungan
Suatu usaha Aspek 4,80 Perusahaan
perusahaan manajemen 24,8 yang diaudit
Aspek 5 5 mempunyai
ketaatan = 4,96 kinerja
hukum pengelolaan
Aspek 5 lingkungan
fasilitas cenderung
teknis 5 sangat
Aspek 5 bagus (4,96)
AMDAL
Aspek
produk
Metode
24 mean
(rerata)
Sumber : Hasil Analisis Aspek Kinerja Pengelolaan Lingkungan

Dilihat dari Tabel 4.8 Score ini dapat ditingkatkan lagi agar
dapat mencapai nilai yang lebih baik, misalnya dengan
penambahan suatu kegiatan ataupun keputusan dan inovasi di
bidang lingkungan. Menjalankan audit internal dan evaluasi
secara berkala juga dapat menjaga nilai-nilai aspek yang sudah
maksimal agar tetap berada didalam kinerja yang baik.
Hasil dari seluruh kinerja perusahaan yang telah diakumulasi
dapat digambarkan dalam sebuah matriks untuk melihat posisi
kinerja perusahaan yang tertera pada Gambar 4.1 dibawah:

57
Gambar 4.1 Matriks Kinerja Perusahaan

Posisi kinerja PT. Pertamina Hulu Energi ONWJ tegolong


sangat bagus, Hal ini menunjukan bahwa kinerja pada setiap
aspek sudah tergolong sangat bagus. serta diharapkan PHE
ONWJ kestabilan kinerja pada aspek yang sudah tergolong
sangat bagus sehingga perusahaan hanya memerlukan
perbaikan sedikit di faktor dan meningkatkan aspek yang belum
mencapai nilai maksimal yaitu pada Aspek Manajemen Faktor
Peralatan yang masih perlu diperhatikan fungsi alat apakah
benar- benar berfungsi dengan normal serta perlu dilakukannya
maintenance berkala, sehingga peralatan dapat terpelihara
dengan baik.
Secara berurutan faktor yang score-nya paling rendah
menunjukkan faktor yang harus mendapatkan prioritas dalam

58
penanganan (Fandeli, 2006). Di perusahaan ini yang menjadi
prioritas adalah aspek manajemen pada faktor Peralatan.
Penanganan ini dapat menggunakan konsep pencegahan, yaitu
penanganan sebelum ada masalah, dan penanggunlangan, yaitu
penanganan terhadap faktor yang telah muncul
permasalahannya. Upaya pengembangan dapat pula
dilaksanakan terhadap faktor yang score-nya di atas 3. Upaya
mitigasi dapat dilaksanakan pula langsung ke aspeknya. Aspek
yang memiliki score rendah, seperti aspek manajemen
lingkungan, harus ditangain terlebih dahulu (Fandeli, 2006).

4.2 Analisis Kesiapan dengan Persyaratan ISO 14001:2015


Ada dua tipe audit yang dibutuhkan dalam meregistrasi
standar, yaitu audit oleh suatu badan sertifikasi eksternal yang
biasa disebut sebagai audit eksternal, dan audit oleh staf internal
disebut sebagai audit internal. Tujuannya adalah untuk meninjau
perbaikan proses, menguji bahwa sistem berjalan dengan
semestinya, mencari perbaikan dan memperbaiki atau mencegah
masalah-masalah yang teridentifikasi (Mayasari, 2007).
Temuan mayor adalah ketika ada pasal-pasal dari ISO yang
tidak diterapkan oleh auditee. Temuan ini dapat menyebabkan
auditee tidak lolos sertifikasi, sebab apabila ditemukan satu saja
major finding, maka auditor tidak dapat meloloskan auditee.
Suatu temuan dikatakan minor apabila pasal-pasal dari ISO
sudah diterapkan, namun pada kenyataannya tidak diterapkan
secara maksimal. Reoccurent minor atau temuan minor pada
saat audit yang selanjutnya dapat berubah menjadi temuan
mayor. Temuan Observasi dapat dikatakan, apabila temuan
tersebut bukan termasuk dalam persyaratan ISO 14001:2015
tetapi sebaiknya dijalankan, dalam temuan observasi auditor
akan memberikan rekomendasi sebagai usulan peningkatan,
namun divisi terkait dalam perusahaan memiliki hak bebas untuk
menjalankan atau tidak menjalankan usulan tersebut, contohnya
59
berupa temuan yang dapat langsung dilakukan continual
improvement, misalnya ditemukan dokumen dengan nomor
dokumen yang mengalami kesalahan pengetikan atau ada
dokumen yang belum diberi stempel. Temuan minor dan
Observasi ini tidak menyebabkan kegagalan dalam sertifikasi,
hanya saja semua temuan tersebut harus dilaporkan, begitu pula
dengan temuan mayor, yang kemudian harus dilakukan continual
improvement (Mayasari, 2007).
Pembobotan dalam analisis kesenjangan/gap dilakukan
dengan cara wawancara dengan beberapa responden yang
memiliki kompetensi yang cukup. Dan melakukan observasi
kepada masing masing wilayah kerja pada PT. Pertamina Hulu
Energi ONWJ. Hasil analisis kesenjangan implementasi ISO
14001:2015 di PT. Pertamina Hulu Energi ONWJ menggunakan
checklist audit internal yang didasarkan atas persyaratan ISO
14001:2015 yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Pengamatan
dilakukan terhadap penerapan dokumen lingkungan. Klausul
yang dinilai adalah klausul 4 sampai klausul 10. Hasil dari
penilaian ditunjukan pada Tabel 4.9 dan Tabel 4.10.

60
Tabel 4.9 Hasil Penghitungan Gap Analisis Aktual
Klau Persyarat Hasil Periksa Jumlah Penc Targ GAP
sul an Com Obser Min Maj Pertan apai et
(Klausul) ply vasi or or yaan an
4 Konteks 82% 18% 0% 0% 29 8% 10% 2%
Organisa
si
5 Kepemim 80% 20% 0% 0% 15 8% 10% 2%
pinan
6 Perencan 75% 25% 0% 0% 24 12% 15% 3%
aan
7 Dukunga 98% 2% 0% 0% 43 12% 12% 0%
n
8 Operasi 93% 7% 0% 0% 51 23% 25% 2%
9 Evaluasi 96% 4% 0% 0% 40 11% 12% 1%
Kinerja
10 Perbaika 100 0% 0% 0% 18 16% 16% 0%
n %
Total Hasil 220 90% 100 1.5%
%
Sumber : Hasil Analisis Gap Aktual

Berdasarkan hasil dapat dilihat pencapain dan gap dari


penerapan ISO 14001:2015 di PT. Pertamina Hulu Energi ONWJ.
Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa pencapaian penerapan ISO
14001:2015 sudah sangat baik yaitu mendapatkan hasil
keseluruhan sebesar 90% dari target yang sudah ditentukan
sebesar 100%. Sehingga pada implementasinya perlu dilakukan
perbaikan pada tiap tiap klausul yang masih belum memenuhi
nilai maksimal pada setiap kriteria yaitu pada Klausul 4 Konteks
Organisasi;Klausul 5 Kepemimpinan; Klausul 6
Perencanaan;Klausul 7 Dukungan;Klausul 8 Operasi; dan
Klausul 9 Evaluasi Kinerja. Sedangkan untuk GAP/Kesenjangan
diketahui hasil keseluruhan sebesar 1.5%. dilihat dari hasil yang
telah diperoleh diketahui bahwa tidak terdapat gap pada butir
Klausul 7 Dukungan, dan Klausul 10 Perbaikan yang dimana
sudah memenuhi pencapaian target yang artinya bahwa tiap-tiap
persyaratan sudah terpenuhi dan dilaksanakan dengan baik.
61
Dapat dilihat hasil dari pada audit internal berdasarkan Line
Chart, dan Bar chart seperti pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3
berikut ini:

Gambar 4.2 Line Chart Hasil Audit Internal

Gambar 4.3 Bar Chart Hasil Audit Internal

62
Tabel 4.10 Presentase Penilaian Kesiapan Tiap Klausul
Klausul Persyaratan Skor Skor Presentase
(Klausul) Maksimal Penilaian
4 Konteks Organisasi 84 87 96.5%

5 Kepemimpinan 42 45 93.3%
6 Perencanaan 65 72 90.2%
7 Dukungan 128 129 99.2%
8 Operasi 147 153 96.0%
9 Evaluasi Kinerja 118 120 98.3%

10 Perbaikan 54 54 100%
Rata-rata Keseluruhan 91,1 94,2 96,2%
Sumber : Hasil Analisis Kesiapan Tiap Klausul

Dari hasil penilaian dapat dilihat tingkat penerapan ISO


14001:2015 di PT.Pertamina Hulu Energi ONWJ berdasarkan
range persentase pada Tabel 4.11 berikut ini:
Tabel 4.11 Range Presentase Penilaian Kesiapan
Presentase Kesiapan Uraian
>95% Prosedur kerja dan persyaratan
dijalankan dengan baik.
85,1% - 95% Prosedur kerja dan persyaratan
dijalankan namun belum konsisten.
75,1% - 85% Beberapa prosedur kerja belum
dijalankan namun persyaratan lain
dijalankan dengan baik
60,1% - 75% Banyak prosedur kerja yang belum
dijalankan namun sebagian
persyaratan yang tidak mewajibkan
prosedur kerja telah diterapkan.
50% - 60% Penerapan sangat buruk. Sekolah perlu
memahami dan meninjau ulang
penerapan SML ISO 14001:2015
karena masih jauh dari persyaratan.

63
Dari perhitungan persentase yang telah dilakukan dapat
dilihat bahwa range penilaian berada pada >95% dengan hasil
rata-rata 96,2% kesiapan. Hal ini berarti prosedur kerja dan
persyaratan telah dijalankan dengan baik, namun terdapat
beberapa nilai yang masih belum maksimal. Adanya temuan
Observasi sehingga hasil yang belum maksimal ini menuntut PT.
Pertamina Hulu Energi ONWJ untuk menjalankan komitmennya
dalam pemenuhan daripada persyaratan-persyaratan yang
sudah ditetapkan berdasarkan ISO 14001:2015. Sistem
Manajemen Lingkungan ini harus segera diperbaiki untuk
menunjang kelancaran dan perbaikan berkesinambungan dalam
segala hal.

4.3 Kendala Penerapan ISO 14001:2015 di PT Pertamina Hulu


Energi ONWJ
Identifikasi kendala ini dilakukan untuk mengetahui hal-hal
apa saja yang menghambat PT. Pertamina Hulu Energi ONWJ
dalam menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO
14001:2015. Identifikasi kendala ini dilakukan dengan melakukan
observasi dengan memeriksa dokumen yang terkait pada sistem
manajemen lingkungan dengan pedoman berdasarkan pada
persyaratan ISO14001:2015 yang sudah berlaku.

4.3.1 Klausul 4 (Konteks Organisasi)


Tidak terjadi ketidaksesuaian pada klausul 4 Konteks
Organisasi namun faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil
dan nilai persentase dari GAP Analysis yang didapatkan adalah
adanya 3 temuan observasi pada klausul 4.3 dan 4.4, dalam
menentukan lingkup sistem manajemen integrasi pada butir sub
klausul 4.3.1 kurang jelasnya antara hubungan PHE ONWJ dan
PHE Shared Service Organization (SSO) terkait Batas
kewenangan dan kemampuan organisasi untuk melakukan
pengendalian dan memberikan pengaruh. Kemudian pada butir
64
sub klausul 4.4.2 dan 4.4.5 yang masih belum mencapai nilai
maksimal atau mendapatkan point 3. Penerapan klausul 4 untuk
setiap unit-unit maupun secara keseluruhan tidak ada kendala
baik secara sistem yang berdasarkan pada sistem manajemen
lingkungan yang telah ditetapkan oleh Pertamina Hulu Energi
ONWJ di unit kerja maupun dokumen yang terdokumentasi yang
sudah dijalankan.

4.3.2 Klausul 5 (Kepemimpinan)


Tidak terjadi ketidaksesuaian pada klausul 5
Kepemimpinan. Semua dijalankan sesuai dengan persyaratan
ISO 14001:2015 yang ada. Namun ditemukan faktor penghambat
pada klausul 5.2 Kebijakan 3R yang belum tertera pada semua
lini, Kebijakan QHSSE yang belum didisplay di lokasi yang
strategis, dan pada Klausul 5.3 belum konsisten terhadap peran
& tanggung jawab pengelolaan lingkungan masing-masing aspek
membuat harapan pencapaian sasaran implementasi ISO
14001:2015 yang diharapkan menjadi tidak maksimal.
Penerapan klausul 5 untuk setiap unit-unit maupun secara
keseluruhan tidak ada kendala baik secara sistem yang
berdasarkan pada sistem manajemen lingkungan yang telah
ditetapkan oleh Pertamina Hulu Energi ONWJ dalam penerapan
ISO 14001:2015 secara keseluruhan sudah sesuai dan
dijalankan.

4.3.3 Klausul 6 (Perencanaan)


Tidak terdapat ketidaksesuaian pada klausul 6
Perencanaan Sub-sub klausul yang dijalankan sudah memenuhi
standar persyaratan Sistem Manajemen Lingkungan ISO
14001:2015 dari mulai sub klausul 6.1 tentang tindakan untuk
mengatasi risiko dan peluang sampai dengan sub klausul 6.3
tujuan dan perencanaan untuk mencapainya IMS tidak ada
temuan minor dan major pada setiap unit wilayah kerja yang ada,
65
namun ada temuan observasi dari pada alat pengukur debit air
limbah terproduksi di NGL-C pada lokasi Central Plant , namun
alat tersebut tidak berfungsi sehingga pengukuran debit air
limbah terproduksi dilakukan dengan neraca massa. Sehingga
belum mencapai nilai maksimal pada Klausul 6.1.4. kemudian
Risk Register agar diperbaiki, konsistensi dengan peraturan, dan
aspek /dampak penting serta Peluangnya pada Klausul 6.1.
kemudian pada sub klausul 6.3 masih belum mencapai nilai
maksimal.
Hasil penilaian GAP Analysis atau kesenjangan yang
terjadi tidak maksimal dikarenakan adanya ketidak konsistenan
dalam penerapannya dan kurangnya sosialisasi perihal klausul-
klausul baru yang berlaku. Karena penerapan ISO 14001:2015
baru dilaksanakan pada tahun 2018. Namun secara keseluruhan
Pertamina Hulu Energi ONWJ dalam penerapan ISO 14001:2015
sudah sesuai dan dijalankan.

4.3.4 Klausul 7 (Dukungan)


Tidak terjadi ketidaksesuaian pada klausul 7 Dukungan.
Semua dijalankan sesuai dengan persyaratan ISO 14001:2015
yang ada. Namun ditemukan observasi yaitu dilakukan
komunikasi intensif dengan pihak PT. Alfa Karsa Persada terkait
pengelolaan lingkungan (Lap. UKL/UPL, Kebersihan
/housekeeping (rumput, saluran, tempat sampah pada klausul 7.4
tentang komunikasi. Hasil dari penilaian gap analisis atau
kesenjangan sudah mencapai nilai maksimal atau tidak terdapat
gap yang berati sehingga dalam penerapan ISO 14001:2015
sudah tergolong sangat baik.

4.3.5 Klausul 8 (Operasi)


Tidak terdapat ketidaksesuaian pada klausul 8 Operasi
Sub-sub klausul yang dijalankan sudah memenuhi standar
persyaratan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2015
66
dari mulai Klausul 8.1 tentang perencanaan dan pengendalian
operasi sampai dengan klausul 8.4 tentang kesiapsiagaan
tanggap darurat. Namun terdapat temuan observasi yaitu
Ditemukan bubble mengarah ke sheen di perairan laut sekitar
NGL-A di wilayah kerja Central Plant, berpotensi mencemari
lingkungan pada Klausul 8.1 Perencanaan dan Pengendalian
Operasional, Ditemukan Ceceran / genangan air baik pada drip
pan ataupun gutter sehingga tidak sesuai dengan General
Housekeeping pada Klausul 8.1, kemudian pada sub klausul
8.1.18 beberapa wadah material B3 dan limbah B3 belum
memiliki simbol dan label yang sesuai. Sub klausul 8.1.19 sticker
limbah sudah usang sehingga petunjuk informasi tidak terbaca.
Klausul 8.4 juga terdapat temuan observasi pada sub klausul
8.4.10 dan 8.4.15 sehingga hasil belum mencapai nilai maksimal.
Penerapan klausul 8 untuk setiap unit-unit wilayah kerja maupun
secara keseluruhan tidak ada kendala baik secara sistem yang
berdasarkan pada sistem manajemen lingkungan yang telah
ditetapkan oleh Pertamina Hulu Energi ONWJ dalam penerapan
ISO 14001:2015 secara keseluruhan sudah sesuai dan
dijalankan.

4.3.6 Klausul 9 (Evaluasi Kinerja)


Tidak terdapat ketidaksesuaian pada klausul 9 Evaluasi
Kinerja Sub-sub klausul yang dijalankan sudah memenuhi
standar persyaratan Sistem Manajemen Lingkungan ISO
14001:2015 dari mulai klausul 9.1 tentang pengukuran
monitoring, analisis dan evaluasi sampai dengan klausul 9.3
tentang tinjauan manajemen. Namun terdapat temuan
obeservasi yaitu belum ada kepastian bukti tanda penyampaian
laporan pelaksanaan RKL dan RPL ke instansi terkait, melakukan
analisis dan evaluasi terhadap hasil pemantauan lingkungan
pada klausul 9.1. kemudian pada Pengelolaan alat ukur dan
dokumentasi bukti kalibrasi berdasarkan klausul 9.1.1.
67
Konsistensi pencatatan parameter /pemantauan lingkungan
klausul 9.1.1, pada sub klausul 9.1.11 adanya temuan observasi
yaitu tidak semua hal yang dipantau dilakukan analisisnya
sehingga efektivitas dari implementasi sistem belum terlihat.
Penerapan klausul 9 untuk setiap unit-unit wilayah kerja maupun
secara keseluruhan tidak ada kendala baik secara sistem yang
berdasarkan pada sistem manajemen lingkungan yang telah
ditetapkan oleh Pertamina Hulu Energi ONWJ dalam penerapan
ISO 14001:2015 secara keseluruhan sudah sesuai dan
dijalankan.

4.3.7 Klausul 10 (Perbaikan)


Klausul 10 Perbaikan adalah klausul yang memiliki hasil
persentase paling tinggi dengan nilai sebesar 100% atau dengan
asumsi paling banyak dijalankan sesuai dengan prosedur. Tidak
ditemukan ketidaksesuaian minor dan major maupun observasi
pada klausul 10 karena hasil pelaksanaan sudah memenuhi
persyaratan dari ISO 14001:2015, Sehingga dalam penerapan
ISO 14001:2015 oleh Pertamina Hulu Energi ONWJ sudah
sesuai dan dijalankan dengan sangat baik. Hasil dari penilaian
gap analisis atau kesenjangan sudah mencapai nilai maksimal
atau tidak terdapat gap yang berati sehingga dalam penerapan
ISO 14001:2015 sudah tergolong sangat baik.

4.4 Usulan Perbaikan Penerapan ISO 14001:2015


Dibutuhkan komitmen dan usaha dari manajemen agar
Pertamina Hulu Energi ONWJ bisa segera memperbaiki kontrol
internal untuk kesiapan yang lebih matang dan memperoleh hasil
yang maksimal, hal ini bertujuan agar perolehan sertifikasi ISO
14001:2015 dapat berjalan dengan baik.

68
4.4.1 Klausul 4 (Konteks Organisasi)
Tidak ada ketidaksesuaian yang terjadi pada klausul 4
Konteks Organisasi. Untuk peningkatan berkelanjutan
sebagaimana berjalannya ISO 14001:2015 itu dibutuhkan
sosialisasi lebih mendalam dan rentan waktu yang panjang agar
bisa dinilai sudah seberapa jauh keberhasilan yang dicapai,
kemudian perlu diperjelas hubungan PHE ONWJ dan PHE (SSO)
terkait “Batas kewenangan dan kemampuan organisasi untuk
melakukan pengendalian dan memberikan pengaruh, dan untuk
pemenuhan persyaratan berdasarkan ISO 14001:2015 alangkah
lebih baik untuk mencapai nilai maksimal pada klausul 4 perlu di
perbaiki temuan – temuan yang terdapat pada checklist audit
internal ISO 14001:2015 Pada sub klausul 4.3.1; Klausul 4.4.2;
4.4.5.

4.4.2 Klausul 5 (Kepemimpinan)


Tidak terjadinya ketidaksesuaiaan yang terjadi pada
Klausul 5 Kepemimpinan. Perbaikan yang perlu ditindak lanjuti
oleh Pertamina Hulu Energi ONWJ pada kebijakan 3R agar
diterapkan di semua lini, Kebijakan QHSSE agar didisplay di
lokasi strategis. Serta perlu kejelasan Peran & tanggung jawab
pengelolaan lingkungan masing-masing aspek. kemudian untuk
pemenuhan persyaratan berdasarkan ISO 14001:2015 alangkah
lebih baik untuk mencapai nilai maksimal pada klausul 5 perlu
dilakukan perbaikan pada checklist audit internal ISO 14001:2015
pada sub klausul 5.2.5; 5.3.1;5.3.3.

4.4.3 Klausul 6 (Perencanaan)


Tidak terjadi ketidaksesuaian pada klausul 6
Perencanaan dan prosedur yang dijalankan oleh Pertamina Hulu
Energi ONWJ sudah memenuhi persyaratan Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 14001:2015 dengan menerapkan Manajemen
Resiko untuk mencegah dampak, menghidari resiko yang terjadi
69
dan telah menerapkan sistem manajemen integrasi. Untuk
perbaikan yang perlu di tindaklanjuti oleh Pertamina Hulu Energi
ONWJ perbaikan pada alat pengukur debit limbah terproduksi di
NGL-C yang tidak berfungsi. kemudian Risk Register agar
diperbaiki, konsistensi dengan peraturan, serta aspek /dampak
penting serta Peluangnya. Perlu ditambahkan Program Penaatan
limbah B3 dengan konsultasi ke KLHK, Studi 3R sampah. Perlu
ditambahkan program lingkungan: Penaatan air limbah domestic,
TPS 3R, Konservasi air, Composting pada unit Marunda
Shorebase, dan diperlukan review dan koreksi terhadap aspek
lingkungan untuk menyesuaikan dengan persyaratan standart
versi 2015. kemudian untuk pemenuhan persyaratan
berdasarkan ISO 14001:2015 alangkah lebih baik untuk
mencapai nilai maksimal pada klausul 6 perlu dilakukan
perbaikan pada checklist audit internal ISO 14001:2015 pada sub
klausul 6.1.4; 6.1.5; 6.3.1; 6.3.5; 6.3.6; 6.3.8; dan 6.3.9.

4.4.4 Klausul 7 (Dukungan)


Tidak terjadi ketidaksesuaian pada klausul 7 Dukungan
dan Sumber daya, Komitmen, Komunikasi, serta Dokumentasi
yang dijalankan oleh Pertamina Hulu Energi ONWJ sudah
memenuhi persyaratan Sistem Manajemen Lingkungan ISO
14001:2015. Hanya terdapat 1 temuan observasi pada Checklist
ISO 14001:2015 yaitu pada sub klausul 7.4.1 sehingga Perbaikan
yang perlu di perhatikan yaitu agar dilakukan komunikasi intensif
pada pihak Kebersihan/Housekeeping terkait pengelolaan
lingkungan pada unit marunda shorebase.

4.4.5 Klausul 8 (Operasi)


Tidak terjadi ketidaksesuaian pada Klausul 8 Operasi,
namun perlu adanya perbaikan yang dilakukan oleh Pertamina
Hulu Energi ONWJ mengatasi bubble pada perairan yang
berpotensi mencemari lingkungan, memperbaiki
70
ceceran/genangan yang terdapat pada lokasi wilayah kerja
Central Plant. Perlu meningkatkan pemilahan sampah,
Pengelolaan limbah B3/TPS dan material. Kemudian Konsistensi
implementasi prosedur lifting untuk meminimalkan resiko
lingkungan, Diperlukan penyesuaian sticker limbah karena sudah
usang sehingga petunjuk informasi tidak terbaca. Dilakukan
perbaikan pada wadah material B3 dan limbah B3 yang belum
memiliki simbol dan label yang sesuai. untuk pemenuhan
persyaratan berdasarkan ISO 14001:2015 alangkah lebih baik
untuk mencapai nilai maksimal pada klausul 8 perlu dilakukan
perbaikan pada checklist audit internal ISO 14001:2015 yaitu
pada sub klausul 8.1.5; 8.1.8; 8.1.9; 8.1.25; 8.4.10; 8.4.15.

4.4.6 Klausul 9 (Evaluasi Kinerja)


Tidak ditemukan ketidaksesuaian pada klausul 9 Evauasi
Kinerja, namun masih perlu diperbaiki beberapa hal terkait
evaluasi. Untuk memperbaiki kurang maksimalnya evaluasi yang
dilaksanakan sebaiknya Agar dipastikan bukti tanda
penyampaian laporan pelaksanaan RKL dan RPL ke instansi
terkait, melakukan analisis dan evaluasi terhadap hasil
pemantauan lingkungan, Agar dipasang titik penaatan air limbah,
pemantauan udara ambien, dan kebisingan sesuai persyaratan
PROPER biru pada unit lokasi yang belum melaksanakan hal
tersebut, Agar ditambahkan titik pantau air buangan. untuk
pemenuhan persyaratan berdasarkan ISO 14001:2015 alangkah
lebih baik untuk mencapai nilai maksimal pada klausul 9 perlu
dilakukan perbaikan pada checklist audit internal ISO 14001:2015
yaitu pada sub klausul 9.1.6; 9.1.11.

4.4.7 Klausul 10 (Perbaikan)


Tidak ditemukan ketidaksesuaian pada klausul 10
Perbaikan, dengan hasil persentase yang tinggi menandakan
bahwa hampir seluruh prosedur dijalankan dengan baik.
71
Berdasarkan checklist audit internal ISO 14001:2015 tidak ada
terdapat temuan minor, mayor maupun observasi sehingga pada
klausul 10 sudah memenuhi persyaratan – persyaratan
berdasarkan ISO 14001:2015.

72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Penelitian yang telah dilakukan, yaitu Penilaian Kinerja
Lingkungan Di PT. Pertamina Hulu Energi Offshore North West
Java Berdasarkan Enviromental Management System,
International Organization For Standardzation (ISO) 14001:2015,
didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kinerja Pengelolaan Lingkungan Pertamina Hulu Energi
ONWJ berdasarkan seluruh aspek Manajemen, Aspek
Ketaatan Hukum, Aspek Fasilitas Teknik, Aspek Amdal,
Aspek Produk mendapatkan hasil yang sangat bagus
yaitu 4.96.
2. Memberikan Gambaran Hasil Audit pada Pertamina Hulu
Energi untuk mencapai nilai maksimum pada ISO
14001:2015 dengan memperbaiki temuan observasi dan
memaksimalkan nilai yang belum mencapai maksimal
sesuai dengan kriteria dan kinerja yang dinilai pada ISO
14001:2015
3. Pencapaian Pertamina Hulu Energi ONWJ dalam
pemenuhan ISO 14001:2015 hasil keseluruhan sebesar
90% dari target yang sudah ditentukan sebesar 100%.
pada kesiapan pemenuhan persyaratan ISO 14001:2015
tiap klausul 4 sampai dengan 10 rerata keseluruhan
sebesar 96,2%
4. Perhitungan dengan menggunakan Gap Analisis tidak
terdapat gap pada Klausul 7 tentang dukungan dan
Klausul 10 tentang Perbaikan. Gap yang mendapatkan
nilai terendah terdapat pada klausul 6 perencanaan.
5. Hasil kesiapan penerapan ISO 14001:2015 persentase
yang didapatkan memiliki nilai di atas rata-rata 95% atau
dengan rata-rata perolehan nilai sebesar 96,2% sehingga
dapat disimpulkan bahwa untuk implementasi ISO
73
14001:2015 siap dilakukan dan Petamina Hulu Energi
ONWJ memenuhi persyaratan untuk dapat melakukan
sertifikasi ISO 14001:2015. pada klausul 4, 5, 6, 8, 9 tetap
perlu dilakukan beberapa perbaikan ringan dan telah siap
untuk disertifikasi ISO 14001:2015.

5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diambil setelah menjalankan
penelitian di PHE ONWJ adalah sebagai berikut PT. Pertamina
Hulu Energi sudah dapat mengajukan sertifikasi ISO
14001:2015, hanya saja perlu ditingkatkan beberapa elemen
supaya dapat memenuhi standar yang lebih baik.
1. Perlu dilakukan pemantauan dan pengukuran sebagai
input dalam penilaian efektivitas sistem manajemen
integrasi yang dianalisis secara keseluruhan sehingga
efektifitas dari implementasi dapat terlihat untuk
mendorong performa pelaksanaan ISO 14001:2015.
2. Diperlukan konsistensi dalam pelaksanaan
pengawasan dan report safety review sehingga
pelaksanaan penerapan sistem manajemen
lingkungan ISO 14001 dapat terus ditingkatan dan
pertahankan performanya.
3. Perlu dilakukan perbaikan pada alat – alat yang sudah
tidak berfungsi dengan normal, dan pada peralatan
yang berkarat, dan konsistensi pada pemeriksaan
alat-alat sehingga kedepannya pemeliharan peralatan
dapat dilakukan dengan baik.

74
DAFTAR PUSTAKA

Ambarini, N.S.B. 2001. Pelaksanaan Audit Lingkungan dalam


Sistem Manajemen Lingkungan Perusahaan dan
Keterkaitannya dengan Standarisasi Internasional
ISO Seri 14000. Tesis Program Magister Ilmu Hukum
Kajian Hukum Ekonomi dan Teknologi Universitas
Diponegoro. Semarang.

Andrianto T.T. 2014. Dasar-Dasar Audit Lingkungan. Global


Pustaka Utama. Yogyakarta.

Arens, Alvin. A, Randal. J, Elder, dan Beasley, M. S. 2012.


Auditing dan Assurances Services- An Integrated
Approach. Edisi Keduabelas. Prentice Hall, Inc.

Buchholz, R.A. 1982. Business Environment and Public


Policy. New Jersey : Prentice Hall.

Chafid, F., Retno, N., Sofiudin. N. 2008. Audit Lingkungan.


Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Hadi, Sudarto P., 2003, Manajemen Lingkungan Untuk


Pemerintah Daerah. Makalah Pelatihan Auditor
Lingkungan Hidup Pmerintah Daerah. Degdagri.
Pekanbaru.

Husin, S. 2003, Makalah Tanggung Jawab Korporasi dalam


Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bontang.

75
Idawaty, D. E. 2011.Evaluasi Sistem Manajemen Pengelolaan
Limbah dalam Audit Lingkungan. Universitas
Gunadarma. Depok.

Juliawati, A. M, Mubarak. 2014.Studi Manajemen Lingkungan


Kegiatan Industri Migas. Jurnal Ilmu Lingkungan.
ISSN 1978-5283

Kitazaw dan Sarkis. 2004. ISO 14001:2004 International


Standard : Environmental Management System –
Requirments.

Miles, Mattew B dan A Huberman. 2007. Analisis Data


Kualitatif Buku Sumber tentang Metode-Metode
Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohisi. Jakarta:
Universitas Indonesia.

Pedoman BP MIGAS (2007:11) Tentang Sistem Manajemen


Lingkungan.
Salman, A. 2009. Implementation and Impact of EMS (ISO
14001) on Industries- The Case of Pakistan.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan


Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan dengan ISO 14001.


Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

76

Anda mungkin juga menyukai