SERANG
oleh:
115707095
Sebagai Syarat untuk Mengikuti Ujian Akhir Sekolah Menengah Kejuruan - SMAK
Bogor Tahun Ajaran 2014/2015
oleh:
Muhammad Ihsan Maulana
NIS 115707095
Disetujui oleh :
30595 NIP.
Pembimbing Institusi Pembimbing Sekolah
Disahkan oleh :
Kepala Sekolah SMK-SMAK Bogor PT. DyStar Colours Indonesia Gabus Plant
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah,
rahmat, dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan Praktik Kerja Industri (Prakerin) di PT DyStar Colours Indonesia Gabus
Plant. Laporan ini merupakan hasil dari kegiatan Prakerin yang telah dilakukan pada
bulan November 2014 sampai bulan Februari 2015 dengan judul “Penetapan
Kemurnian Aminophenoxyester Metode Nitritometri”.
Laporan ini dibuat sebagai dokumen dan bukti tanggung jawab siswa SMK-SMAK
Bogor selama melaksanakan tugas prakerin di suatu institusi. Adapun kerangka
laporan ini meliputi Pendahuluan, Institusi Prakerin, Tinjauan Pustaka, Metode
Analisis, Hasil dan Pembahasan, serta Kesimpulan dan Saran.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung telah membantu Penulis dalam pelaksanaan Prakerin dan
Penyusunan Laporan Prakerin ini. Secara khusus ucapan terima kasih Penulis
sampaikan kepada :
1. Ibu Dra. Hadiati Agustine, selaku Kepala Sekolah Menengah Analis Kimia
Bogor;
2. Bapak Widodo Rahayu, selaku General Manager PT DyStar Colours
Indonesia Gabus Plant;
3. Bapak Alev Alhambra, selaku Head of Personel and GA dan Bapak Suharno,
selaku GA Supervisor PT DyStar Colours Indonesia Gabus Plant;
4. Dr. Aloysius Engel, selaku Head of Process and Technology Development
DyStar for East and Southeast Asia;
ii
5. Ibu Dr. Triyanti, selaku Head of Process Control Lab and Process
Technology Development Synthesis PT DyStar Colours Indonesia Gabus
Plant, dan juga sebagai pembimbing institusi yang telah memberikan banyak
bimbingan serta bantuan selama melaksanakan kegiatan prakerin;
6. Bapak Suparlan S. Si selaku pembimbing sekolah selama kegiatan prakerin
yang senantiasa memberikan bimbingan kepada penulis;
7. Ibu Amilia Sari Ghani, selaku Wakil Kepala Sekolah bidang hubungan kerja
sama industri;
8. Bapak Agus Afrinal, Bapak Andi Taruna, Bapak Apud, Bapak Asep Supriadi,
Ibu Diah, Bapak Firman Suryadi, Bapak Hadi Ismawadi, Bapak Hari, Bapak
Hermanto, Bapak Insan Fadhilah, Bapak Khaerul Ahkam, Bapak Ma’ruf,
Bapak M. Yusuf Firmansyah, Ibu Mulia Safitri, Bapak Nanang Yohana, Ibu
Reti Rustianti, Ibu Sri Paryati, juga seluruh staf dan karyawan PT Dystar
Colours Indonesia lainnya yang telah membimbing,membantu, mengajarkan
banyak hal, juga memberikan bantuan akomodasi dan materil serta
memberikan rasa kekeluargaan yang hangat selama penulis melaksanakan
kegiatan Prakerin;
9. Orang tua penulis yang selalu memberikan doa, motivasi serta bantuan
materi selama kegiatan prakerin;
10. Al Kindi Syah Alam dan Reynaldi Gandawidjaja selaku rekan yang sangat
baik dan kooperatif selama penulis melaksanakan kegiatan prakerin, juga
seluruh rekan seperjuangan angkatan 57 SMK-SMAK Bogor yang secara
langsung maupun tidak langsung ikut serta membantu dalam kegiatan
prakerin dan proses penyelesaian laporan ini.
Penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak. Semoga laporan Prakerin ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh pihak
yang membaca.
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. PT DyStar Colours Indonesia Gabus Plant dilihat dari satelit .................................. 4
Gambar 2. Struktur Organisasi PT DyStar Colours Indonesia Gabus Plant Error! Bookmark not
defined.
Gambar 3. Struktur Organisasi di Lab. Synthesis PT DyStar Colours Indonesia Gabus
Plant ............................................................................................Error! Bookmark not defined.
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Tujuan Praktik Kerja Industri
2
BAB II
INSTITUSI PRAKERIN
Nama DyStar berasal dari kata dyestuff dan star, dyestuff artinya zat warna
dan star artinya bintang. DyStar sendiri artinya adalah gambaran dari perusahaan
sebagai produsen dan merupakan bintangnya zat warna tekstil di dunia.
DyStar merupakan gabungan dari divisi zat warna 3 perusahaan Jerman yaitu
Bayern, Hoec dan BASF. Pada awalnya perusahaan ini berpusat di jerman
tepatnya di Dystar Textilfarben Gmbh industriepark Hoechst D-65926 Frankfurt –
Jerman. Karena persaingan industri dan untuk memperluas jaringannya, maka
perusahaan tersebut membuka cabang di seluruh dunia yang berjumlah kurang
lebih 22 cabang dan salah satunya berada di Indonesia yang berdiri pada tanggal
9 Juni 1995 dengan nama PT DyStar Polkrik. Lalu berdasarkan Surat Keputusan
Presiden dengan Nomor Surat Badan Koordinasi Penanaman Modal No.S-
407/DU6-b/2001 berubah menjadi PT Dystar Colours Indonesia, tertanggal 8 Juni
2002.
PT DyStar Colours Indonesia berpusat di Gedung Menara Global lt.22, Jl.
Gatot Subroto Kav.27, Jakarta – 12930. Pada awalnya PT DyStar Colours
Indonesia memiliki cabang di kota Bandung (Bagian Marketing, Gudang, dan
Technical Service), Solo (Bagian Marketing dan Gudang), Cilegon (Bagian
Produksi), Gabus (Bagian Produksi). Namun sejak pada tahun 2012 DyStar
Cilegon tidak beroperasi lagi dan produksinya dialihkan ke cabang DyStar di
India. Sehingga produksi zat warna di Indonesia hanya berada di PT Dystar
3
Colours Indonesia Gabus Plant, yang terletak di Jl. Raya Citeras – Rangkas
Bitung Km.3,8 Gabus-Kopo, Serang, Banten.
Kantor pusat DyStar sekarang terletak di, 1A International Business Park #10-
01, Singapura 609933, dengan nama DyStar Global Holding Singapore Pte. Ltd.,
dibawah kepemilikan Longseng Group.
B. Profil Perusahaan
4
Terdapat 3 plant (tempat produksi) utama di PT DyStar Colours Indonesia,
yaitu Synthesis plant, Milling plant, dan Drying Plant. Synthesis Plant merupakan
tempat dibuatnya zat warna hingga dihasilkan semifinish product (produk
setengah jadi). Milling Plant merupakan tempat untuk proses Milling yaitu proses
penghalusan zat warna dengan bantuan zat pendispersesi dan bola-bola kaca
kecil. Sedangkan Drying Plant merupakan tempat untuk pengeringan zat warna
sehingga dihasilkan finish product (produk akhir) berupa serbuk zat warna.
C. Struktur Organisasi
5
Gambar struktur organisasi PT DyStar Colours Indonesia dapat dilihat di
lampiran 1.
Gambar struktur organisasi di Laboratorium Synthesis/PCL PT DyStar Colours
Indonesia dapat dilihat di lampiran 2.
D. Fungsi Organisasi
a. General Manager
Bertanggung jawab secara menyeluruh terhadap kelangsungan aktivitas
perusahaan baik dari segi produksi, manajemen dan keselamatan kerja.
General Manager juga melakukan evaluasi kelayakan suatu sistem produksi
secara umum dan melakukan penilaian finansialnya serta menerima laporan
dari tiap bagian perusahaan.
b. Personel and GA
Mengurus administrasi karyawan, seperti kehadiran, izin, jadwal
kerja,penerimaan gaji, fasilitas tunjangan,dan penerimaan karyaawan baru
serta melakukan penyusunan juga evaluasi terhadap tata tertib atau kebijakan
perusahaan yang berkaitan dengan karyawan.
c. Warehouse
Menerima bahan baku (Raw Material) untuk bagian produksi, memastikan
distribusi untuk bagian produksi tidak terlambat dan memberikan informasi
ketersediaan barang yang ada secara berkala.
6
e. Enginering
Melakukan perawatan dan perbaikan tehadap alat-alat mekanik, membuat
peralatan yang menunjang kegiatan produksi serta memberikan dukungan
tinggi terhadap kelangsungan produksi.
f. Finishing
Meninjau tahapan akhir produksi zat warna untuk menjadi finish produk
yang siap untuk dipasarkan.
g. Quality Control
Memastikan produk akhir (Finish Product) yang dihasilkan sesuai dengan
spesifikasi yang ada dengan melakukan pengujian laboratorium dan dengan
memberikan masukan kepada bagian sintesis maupun Finishing. Melakukan
percobaan untuk menghasilkan produk dengan biaya yang lebih rendah
namun dengan tetap menjaga kualitas.
h. Synthesis
Memastikan proses produksi sesuai dengan jadwal, menyusun rencana
produksi, serta menghitung biaya produksi dan memberikan laporan
manajemen tentang kegiatan produksi.
7
Sebagai kepala bagian yang bertanggung jawab dan menerima
laporan dari bagian Lab. Foreman PCL, PTD dan Raw Material.
5. Raw Material
Melakukan pengecekan kualitas bahan baku yang datang baik itu
berupa Pre-shipment sample(pss) yaitu sebagian bahan baku yang
dikirim sebagai contoh sebelum seluruh bahan baku dikirimkan, atau
Incomming Material yaitu bahan baku yang telah datang, mendata bahan
baku yang telah dicek, serta melakukan trial zat warna menggunakan
bahan baku tersebut.
8
merencanakan jenis zat warna yang akan diproduksi sesuai dengan
permintaan konsumen.
E. Disiplin Kerja
9
F. Laboratorium
1. Laboratorium PCL
a. Peralatan Gelas: Labu Ukur, Piala Gelas, Gelas Ukur dll.
b. Neraca digital
c. Peralatan dan bahan baku Trial Zat Warna dan Milling (penghalusan
partikel zat warna dengan bantuan dispergator/zat pendispersi dan bola-
bola kaca kecil)
d. Thermometer
e. pH-meter
f. Konduktometer
g. Cawan Buchner
h. Pompa vakum
i. Berbagai Jenis Kertas: Kertas Saring, kertas KI
10
j. Laci dan lemari tempat penyimpanan barang-barang laboratorium.
k. 4 meja kerja
l. Peralatan dan eluent untuk Kromatografi Lapis Tipis: Plate silika gel,
Pengering, Chamber, dll
m. Lemari tempat penyimpanan pereaksi, dan stock bahan baku
n. HPLC
o. Moisture Balance
p. Oven
q. 3 Wastafel
r. 10 buah ruang asam
s. Floculator
t. Melting Point meter
u. Mikroskop
2. Laboratorium Analytic
a. 2 buah ruang Asam
b. Rak penyimpanan Standar zat warna dan standar bahan bakunya
c. Lemari temapt penyimpanan pereaksi dan larutan standar
d. Meja kerja
e. Wastafel
f. Inductively Coupled Plasma – Optical Emission Spectrofotometer (ICP-
OES)
g. Ion Chromatography (IC)
h. Atomic Emission Spectrofotometer (AAS)
i. Lemari tempat penyimpanan standar untuk ICP-OES dan AAS
j. Water Demineralizer
k. Kalorimeter
l. Viscometer
m. Microwave
11
G. Administrasi Laboratorium
Kegiatan administrasi di laboratorium PCL terdiri dari dua kegiatan yaitu untuk
pengecekan proses pembuatan zat warna dan untuk pengecekan bahan baku
yang datang.
1. Pengecekan proses pembuatan zat warna
a. Petugas di plant mengambil contoh dan mengantarkannya ke
laboratorium
b. Laboratorium melakukan pengecekan dan menulis hasilnya pada
Quality Checking Report, lalu menandatangani manual (formulir
pengerjaan) produksi. Bila hasil analisis terhadap contoh menyatakan
hasil yang kurang baik, maka pihak lab. akan memberikan saran.
c. Prosedur (a) dan (b) terus dilakukan hingga proses pembuatan zat
warna selesai.
d. Quality Checking Report disimpan dalam satu folder untuk satu zat
warna selama 1 tahun begitu pula untuk manual produksi. Data
tersebut disimpan selama 5 tahun.
e. Untuk contoh akhir proses pembuatan zat warna yang berupa
presscake/pasta disimpan dalam gudang selama 5 tahun.
12
2. Pengecekan bahan baku yang datang
a. Supplier (Penyuplai) memberikan bahan baku dan Certificate of
Analisys/sertifikat hasil analisis (COA) pada pihak gudang.
b. Pihak gudang memasukan data bahan baku yang datang pada sistem
penyimpanan data perusahaan lalu melakukan sampling (pengambilan
contoh) untuk dikirim ke laboratorium.
c. Pihak gudang mengirim contoh bahan baku ke laboratorium dengan
melampirkan COA dari penyuplai dan GRS (Good Receipt Slip/Slip
penerimaan) yang dikeluarkan oleh pihak gudang.
d. Pihak lab. melakukan pengecekan terhadap contoh.
e. Bila hasil pengecekan tidak memenuhi standar atau tidak sesuai
dengan COA maka hasil analisis diberitahukan. Bagian purchasing
(pembayaran) akan melakukan negosiasi harga baru dengan supplier,
bila tidak dicapai kesepakatan maka bahan baku tersebut akan
dikembalikan ke pihak supplier.
f. Bila hasil pengecekan memenuhi standar dan sesuai dengan COA
maka hasil analisis diberitahukan. Bagian purchasing akan
menyepakati harga bahan baku sesuai yang ditetapkan supplier
sebelumnya. Data hasil pengecekan disimpan di folder untuk tiap jenis
bahan baku (bahan baku tambahan, bahan baku zat warna disperse
dan bahan baku zat warna asam) selama 1 tahun. Data tersebut
kemudian disimpan selama 5 tahun.
13
BAB III
KEGIATAN DI LABORATORIUM
14
Pengecekan secara TLC juga dapat dilakukan untuk mengetahui ada atau
tidaknya produk samping yang dihasilkan.
b. Pengecekan secara HPLC
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) merupakan teknik
kromatografi cair modern dengan menggunakan tekanan untuk mengalirkan
fase geraknya membawa contoh melewati kolom menuju detektor.
Dasar pengerjaannya yaitu contoh dilarutkan, disaring dengan milipore
(kertas saring dengan ukuran pori-pori yang sangat kecil) lalu contoh
dimasukan ke dalam botol vial yang kemudian diinjeksi kedalam HPLC
sehingga contoh akan terbawa oleh fase gerak menuju kolom. Di dalam
kolom tiap komponen contoh akan terpisah, ada yang lebih cepat melewati
kolom dan ada yang lebih lambat. Hal tersebut dikarenakan tingkat afinitas
tiap komponen contoh berbeda-beda terhadap komponen penyususun
kolom.
Dari hasil pengecekan secara HPLC akan diperoleh data berupa waktu
retensi dan kromatogram. Waktu retensi tiap komponen contoh berbeda-
beda. Karena waktu retensi merupakan waktu yang diperlukan suatu
komponen contoh untuk melewati kolom menuju detekor. Sedangkan
kromatogram merupakan hasil pembacaan detektor terhadap komponen
contoh yang telah melewati kolom. Kromatogram sendiri berbentuk puncak
yang ketinggian dan luas areanya tergantung dengan konsentrasi contoh.
Dengan membandingkan kromatogram contoh dengan standar yang telah
diketahui konsentrasinya maka konsentrasi sample dapat diketahui.
Pengecekan secara HPLC untuk proses pembuatan zat warna dilakukan
untuk mengetahui persentase kualitatif sisa diazo yang belum bereaksi
dengan coupler pada proses pembuatan zat warna, yang kurang begitu
baik bila dicek menggunakan TLC pengecekan secara HPLC juga dapat
dilakukan untuk mengetahui persentase kualitatif produk utama dan produk
samping yang dihasilkan.
c. Pengecekan kelarutan
Pengecekan kelarutan dilakukan untuk mengetahui apakah bahan yang
akan digunakan untuk pembuatan zat warna sudah terlarut sempurna atau
baru larut sebagian dalam proses pelarutannya. Pengecekan kelarutan juga
15
dilakukan untuk memastikan tidak adanya zat yang tidak dapat terlarut pada
bahan yang akan digunakan. Bila ada zat yang tidak terlarut kemungkinan
besar zat tersebut adalah pengotor.
Dasar pengerjaannya adalah dengan melakukan proses filtrasi
(penyaringan) pada contoh. Kertas saring dimasukan ke corong Buchner,
lalu difiltrasi dengan bantuan pompa vakum. Setelah filtrasi selesai, bila
terdapat residu (sisa padatan) pada kertas saring maka terdapat zat yang
tidak terlarut pada contoh.
d. Pengecekan pH
pH merupaka singkatan dari power Hydrogen. pH merupakan skala yang
menunjukan tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan. Untuk pH
asam pH < 7 sedangkan untuk pH basa pH > 7. Besaran skala pH sendiri
yaitu lebih dari 0 dan kurang dari 14. Bila suatu larutan bersifat asam maka
larutan tersebut memiliki konsentrasi ion H+ yang tinggi, sedangkan bila
suatu larutan bersifat basa maka larutan tersebut memiliki konsentrasi ion
OH- yang tinggi. Nilai pH juga dapat dipengaruhi oleh suhu.
Pengecekan pH dalam proses pembuatan zat warna sangat penting
karena reaksi pada proses diazotasi dan diazocoupling sangat tergantung
oleh pH. Pada proses diazotasi pH harus sangat asam (pH < 1) agar
reaksinya dapat berlangsung sempurna. Pada proses dizocoupling pH
harus disesuaikan sesuai dengan pH yang diharuskan, bila tidak maka zat
warna yang diinginkan tidak akan terbentuk.
Selain untuk pengecekan proses pembuatan zat warna, pengecekan pH
juga dilakukan terhadap air yang digunakan untuk proses produksi zat
warna.
e. Pengecekan Konduktivitas
Konduktivitas adalah nilai suatu cairan, gas, atau padatan untuk
mengalirkan arus listrik. Untuk di laboratorium PCL pengukuran
konduktivitas dilakukan pada contoh yang berbentuk cairan.
Contoh yang diukur konduktivitasnya antara lain air demin, air sumur, air
proses produksi, dan zat warna dispersi yang dilarutkan dengan air. Nilai
konduktivitas pada suatu cairan biasanya dipengaruhi oleh kandungan
kation dan anion di dalamnya yang bereaksi membentuk garam. Sehingga
16
dapat dimungkinkan bahwa bila suatu cairan memiliki nilai konduktivitas
yang tinggi maka cairan tersebut banyak mengandung garam. Kandungan
garam yang tinggi pada zat warna dispersi dapat menyebabkan zat warna
tersebut menjadi lebih sulit menempel pada kain sehingga kualitas pada
proses pencelupannya kurang baik.
f. Pengecekan secara titrasi
Titrasi merupak teknik pengerjaan pada metode volumetric yang
merupakan metode penentuan kadar suatu zat yang berdasarkan selisih
volume. Dalam titrasi terdapat penitar/titran dan zat yang dititar/titrat.
Penitar/titran yaitu suatu zat pereaksi, sedangkan titrat merupakan zat yang
direaksikan.
Pengecekan secara titrasi dilakukan untuk mengetahui kadar HCl /
NaOH berkonsentrasi rendah yang diperlukan dalam proses pembuatan
beberapa jenis zat warna.
g. Pengecekan Solid Content
Solid Content merupakan kandungan zat padat pada suatu bahan yang
memiliki kandungan cairan. Pengecekan Solid Content dilakukan pada
contoh zat warna yang sudah berbentuk pasta/presscake. Tiap zat warna
sudah memiliki nilai standar Solid Content masing-masing. Hasil
pengecekan harus sesuai standar agar fisik contoh tidak basah dan berair
hal itu akan memudahkan pada proses pembongkaran presscake zat warna
di plant.
Pengecekan Solid Content dapat dilakukan dengan oven dan Moisture
Balance, yaitu suatu alat yang berfungsi untuk mengukur kandungan
padatan pada suatu bahn dengan cara menguapkan seluruh zat cair yang
terkandung didalamnya secara otomatis. Pengecekan Solid Content
dengan Moisture Balance diakukan pada presscake yang belum dibongkar.
Untuk contoh presscake hasil bongkaran penentuan Solid Content pada
contoh tersebut dilakukan dengan oven dengan cara menimbang presscake
tersebut lalu memanaskannya dalam oven selama kurang lebih 8 jam.
Bila hasil pengecekan Solid Content terhadap presscake dibawah
standar biasanya fisik contoh terlihat basah dan berair. Untuk
17
mengantisipasinya maka dilakukan presscake blowing (penganginan) agar
kandungan cairan berkurang.
h. Pengecekan secara filtrasi untuk penentuan jumlah frame
Produk zat warna pada plant disaring menggunakan filterpress yang
tersusun dari beberapa frame. Frame merupakan salah satu komponen dari
filterpress. Zat warna akan tersimpan dalam frame proses filtrasi zat warna.
Jumlah frame yang dipakai tergantung dari banyaknya zat warna yang
terkandung dalam cairan zat warna (slurry) yang akan difiltrasi. Jenis frame
juga berbeda untuk tiap jenis zat warna. Frame untuk zat warna dispersi
memiliki volume 50 cm3 sedangkan untuk zat warna asam 40 cm3.
Pengerjaan penentuan jumlah frame dilakukan dengan memfiltrasi
sejumlah contoh slurry kemudian diukur diameter dan tinggi zat warna yang
tersaring, sehingga dari hasil perkalian diameter dan tinggi tersebut
diperoleh volume zat warna yang tersaring yang kemudian dibagi dengan
luas frame sehingga didapatkan jmlah frame yang dibutuhkan untuk proses
filtrasi.
Bila jumlah frame lebih dari yang seharusnya maka alat filterpress akan
rusak, dan bila jumlah frame kurang dari seharusnya maka tidak semua zat
warna bisa tersaring.
i. Pengecekan filtrat zat warna hasil filtrasi di plant
Pengecekan filtrat dilakukan untuk memastikan semua produk zat warna
yang telah dihasilkan tersaring dan tidak ada yang tak tersaring.
Pengerjaan pengecekan filtrat hasil filtrasi dilakukan dengan memfiltrasi
(menyaring) sejumlah filtrat dengan kertas saring yang sebelumnya telah
diketahui bobotnya. Banyaknya zat warna yang lolos proses penyaringan
dapat dihitung dari selisih bobot kertas saring sesudah dengan sebelum
filtrasi lalu mengkalikannya dengan volume vesel (tempat zat warna dibuat
dalam plant). Bila tidak ada zat warna yang tersaring pada kertas saring
maka filtrat bebas produk. Bila terdapat produk zat warna pada kertas
saring, maka ada zat warna yang tidak tersaring atau lolos proses
penyaringan di plant. Bila hal itu terjadi maka filtrat hasil filtrasi di plant
harus difiltrasi kembali agar semua zat warna tersaring.
18
3. Pengecekan raw material
a. Pengecekan secara HPLC
Pengecekan secara HPLC kebanyakan dilakukan untuk raw material
yang merupakan Coupler dalam pembentukan zat warna azo. Pengecekan
dengan HPLC dilakukan untuk mengetahui kemurnian raw material yang di
cek dan bisa juga untuk mengetahui kadar kuantitasnya (kadar jumlahnya)
dengan memakai standar raw material sejenis yang telah diketahui
kadarnya.
b. Pengecekan secara Titrasi
Pengecekan secara titrasi dilakukan untuk raw material yang merupakan
diazo. Selain untuk diazo pengecekan secara titrasi juga dilakukan pada
beberapa raw material auxalaries (bahan baku tambahan) yang biasanya
berupa senyawa garam beberapa diantaranya yaitu Sodium Nitrite dengan
titrasi metode, Natrium Bicarbonate, Calcium Hydroxide.
c. Pengecekan Solid Content
Pengecekan Solid Content dilakukan untuk mengetahui berapa banyak
jumlah bahan baku tanpa ada cairan yang terkandung di dalamnya. Hal itu
dikarenakan cairan dapat memengaruhi tingkat kemurnian suatu zat secara
kuantitas jumlahnya.
d. Pengecekan Zat Tidak Terlarut (Insoluble Matter)
Pengecekan Insoluble Matter dilakukan untuk mengetahui apakah ada
zat yang tidak terlarut pada bahan baku. Bila terdapat zat yang tidak terlarut
maka dapat dipastikan bahwa zat tersebut adalah pengotor yang
mempengaruhi tingkat kemurnian bahan baku.
e. Pengecekan secara Densitometer
Densitometer merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur
besar masa jenis (densitas) suatu larutan.
Dasar pengerjaanya yaitu Densitometer dimasukan ke dalam larutan
yang akan diuji, densitometer akan mengapung dan permukaan larutan
akan berimpitan pada skala yang terdapat pada densitometer. Skala
tersebut berupa angka dan skala yang berimpitan itulah yang merupakan
densitas larutan tersebut.
19
Pengecekan secara Densitometer dilakukan untuk mengetahui kadar
NaOH pekat, HCl Pekat. Pengecekan dilakukan dengan menggunakan alat
densitometer dan termometer, sehingga diperoleh suhu dan densitas. Data
densitas dan suhu tersebut diolah dengan mengkoversikannya pada tabel
konversi sehingga diperoleh hasil akhir berupa konsentrasi.
f. Trial/Percobaan Pembuatan Zat Warna
Bahan baku yang telah diketahui kemurniaanya dicoba untuk dipakai
dalam pembentukan zat warna, bila zat warna yang dihasilkan baik maka
bahan baku dapat diterima. Trial pembuatan zat warna biasanya dilakukan
apabila bahan baku berasal dari penyuplai yang baru.
20