Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN)

DI PT DYSTAR COLOURS INDONESIA GABUS PLANT -

SERANG

(Penetapan Kemurnian Aminophenoxyester Metode


Nitritometri)

Laporan Praktik Kerja Industri Tahun 2014/2015

oleh:

Muhammad Ihsan Maulana

115707095

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK
Bogor
2015
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

DI PT DYSTAR COLOURS INDONESIA GABUS PLANT

Sebagai Syarat untuk Mengikuti Ujian Akhir Sekolah Menengah Kejuruan - SMAK
Bogor Tahun Ajaran 2014/2015

oleh:
Muhammad Ihsan Maulana

NIS 115707095

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
Sekolah Menengah Kejuruan - SMAK
Bogor
2015
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Disetujui dan disahkan oleh:

Disetujui oleh :

Dr. Triyanti Suparlan S.Si.

30595 NIP.
Pembimbing Institusi Pembimbing Sekolah

Disahkan oleh :

Dra. Hadiati Agustine Ir. Widodo Rahayu

NIP. 19570318 198103 2 002 General Manager

Kepala Sekolah SMK-SMAK Bogor PT. DyStar Colours Indonesia Gabus Plant

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah,
rahmat, dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan Praktik Kerja Industri (Prakerin) di PT DyStar Colours Indonesia Gabus
Plant. Laporan ini merupakan hasil dari kegiatan Prakerin yang telah dilakukan pada
bulan November 2014 sampai bulan Februari 2015 dengan judul “Penetapan
Kemurnian Aminophenoxyester Metode Nitritometri”.

Laporan ini dibuat sebagai dokumen dan bukti tanggung jawab siswa SMK-SMAK
Bogor selama melaksanakan tugas prakerin di suatu institusi. Adapun kerangka
laporan ini meliputi Pendahuluan, Institusi Prakerin, Tinjauan Pustaka, Metode
Analisis, Hasil dan Pembahasan, serta Kesimpulan dan Saran.

Praktik kerja industri merupakan program SMK-SMAK Bogor yang bertujuan


melatih keterampilan yang telah diberikan pada siswa dari kelas X hingga kelas XII
serta melatih kreatifitas siswa dalam pemenuhan rangkaian penilaian Prakerin serta
persyaratan kelulusan bagi siswa Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor yang telah
melaksanakan Prakerin selama 4 bulan.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung telah membantu Penulis dalam pelaksanaan Prakerin dan
Penyusunan Laporan Prakerin ini. Secara khusus ucapan terima kasih Penulis
sampaikan kepada :

1. Ibu Dra. Hadiati Agustine, selaku Kepala Sekolah Menengah Analis Kimia
Bogor;
2. Bapak Widodo Rahayu, selaku General Manager PT DyStar Colours
Indonesia Gabus Plant;
3. Bapak Alev Alhambra, selaku Head of Personel and GA dan Bapak Suharno,
selaku GA Supervisor PT DyStar Colours Indonesia Gabus Plant;
4. Dr. Aloysius Engel, selaku Head of Process and Technology Development
DyStar for East and Southeast Asia;

ii
5. Ibu Dr. Triyanti, selaku Head of Process Control Lab and Process
Technology Development Synthesis PT DyStar Colours Indonesia Gabus
Plant, dan juga sebagai pembimbing institusi yang telah memberikan banyak
bimbingan serta bantuan selama melaksanakan kegiatan prakerin;
6. Bapak Suparlan S. Si selaku pembimbing sekolah selama kegiatan prakerin
yang senantiasa memberikan bimbingan kepada penulis;
7. Ibu Amilia Sari Ghani, selaku Wakil Kepala Sekolah bidang hubungan kerja
sama industri;
8. Bapak Agus Afrinal, Bapak Andi Taruna, Bapak Apud, Bapak Asep Supriadi,
Ibu Diah, Bapak Firman Suryadi, Bapak Hadi Ismawadi, Bapak Hari, Bapak
Hermanto, Bapak Insan Fadhilah, Bapak Khaerul Ahkam, Bapak Ma’ruf,
Bapak M. Yusuf Firmansyah, Ibu Mulia Safitri, Bapak Nanang Yohana, Ibu
Reti Rustianti, Ibu Sri Paryati, juga seluruh staf dan karyawan PT Dystar
Colours Indonesia lainnya yang telah membimbing,membantu, mengajarkan
banyak hal, juga memberikan bantuan akomodasi dan materil serta
memberikan rasa kekeluargaan yang hangat selama penulis melaksanakan
kegiatan Prakerin;
9. Orang tua penulis yang selalu memberikan doa, motivasi serta bantuan
materi selama kegiatan prakerin;
10. Al Kindi Syah Alam dan Reynaldi Gandawidjaja selaku rekan yang sangat
baik dan kooperatif selama penulis melaksanakan kegiatan prakerin, juga
seluruh rekan seperjuangan angkatan 57 SMK-SMAK Bogor yang secara
langsung maupun tidak langsung ikut serta membantu dalam kegiatan
prakerin dan proses penyelesaian laporan ini.

Penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak. Semoga laporan Prakerin ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh pihak
yang membaca.

Penulis, Serang, Februari 2015

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN .............................................................................. i


KATA PENGANTAR..................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ..........................................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................................. vii
BAB I .......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Kegiatan Praktik Kerja Industri ............................................................. 1
B. Tujuan Praktik Kerja Industri ......................................................................................... 2
BAB II ......................................................................................................................................... 3
INSTITUSI PRAKERIN.................................................................................................................. 3
A. Sejarah Singkat Perusahaan .......................................................................................... 3
B. Profil Perusahaan .......................................................................................................... 4
C. Struktur Organisasi........................................................................................................ 5
D. Fungsi Organisasi .......................................................................................................... 6
E. Disiplin Kerja ................................................................................................................. 9
F. Laboratorium .............................................................................................................. 10
G. Administrasi Laboratorium ......................................................................................... 12
BAB III ...................................................................................................................................... 14
KEGIATAN DI LABORATORIUM................................................................................................ 14

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. PT DyStar Colours Indonesia Gabus Plant dilihat dari satelit .................................. 4
Gambar 2. Struktur Organisasi PT DyStar Colours Indonesia Gabus Plant Error! Bookmark not
defined.
Gambar 3. Struktur Organisasi di Lab. Synthesis PT DyStar Colours Indonesia Gabus
Plant ............................................................................................Error! Bookmark not defined.

v
DAFTAR TABEL

vi
DAFTAR LAMPIRAN

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kegiatan Praktik Kerja Industri

Dalam kurikulum pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan, praktik kerja


industri merupakan salah satu metode pembelajaran yang bersifat praktis bagi
siswa dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang bersifat teoritis. Kegiatan
praktik kerja industri diharapkan menjadi suatu metode yang efektif untuksiswa
dalam menambah pengetahuan, wawasan, soft skill dan kemampuan teknis di
bidang industri maupun ketenagakerjaan.
Dalam program Praktik Kerja Industri (Prakerin) yang diadakan oleh Sekolah
Menengah Analis Kimia Bogor, Penulis memilih PT DyStar Colours Indonesia
Gabus Plant sebagai tempat pelaksanaan Prakerin. Kegiatan Prakerin
dititikberatkan pada program pengecekan pada proses produksi zat warna.
Program ini merupakan program analisis pengujian zat warna maupun bahan
untuk pembuatan zat warna dengan berbagai parameter uji yang dapat
menjelaskan kualitas zat warna maupun bahan baku pembuatan zat warna
tersebut. Program analisis tersebut akan terus berlangsung selama proses
produksi berlangsung, karena proses jalannya produksi ditentukan dari proses
pengecekan di laboratorium.
Pengetahuan yang diperoleh pada pelaksanaan Prakerin ini mencakup
pengetahuan teknis mengenai teori pembuatan zat warna, jenis-jenis zat warna,
proses analisis zat warna, proses pengendalian dan pengecekan laboratorium
dalam proses produksi zat warna, serta proses pengecekan bahan baku untuk
proses pembuatan zat warna.

1
B. Tujuan Praktik Kerja Industri

Secara umum tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Industri di PT DyStar Colours


Indonesia Gabus Plant adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan softskill dan hardskill siswa sebagai bekal kerja yang sesuai
dengan program pembelajaran kimia analisis agar mampu bersaing setelah
lulus dari Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor.
2. Menumbuhkembangkan dam memantapkan sikap profesional siswa dalam
rangka menambah pengalaman dan melatih diri untuk mampu menempatkan
diri dengan baik dalam lingkungan kerja.
3. Meningkatkan wawasan siswa pada aspek-aspek yang potensial dalam dunia
kerja, seperti struktur organisasi, disiplin, lingkungan dan sistem kerja.
4. Sebagai ajang untuk mengenal dunia kerja sehingga dapat mempersiapkan
diri dengan baik untuk bersaing saat memasuki dunia kerja yang nyata.
5. Meningkatkan pengetahuan siswa dalam hal penggunaan instrumen kimia
analisis yang lebih modern, dibandingkan dengan fasilitas yang tersedia di
sekolah.
6. Memahami peranan aplikasi ilmu yang telah didapat selama pendidikan yang
diterapkan pada pelaksanaan Prakerin di PT DyStar Colours Indonesia
Gabus Plant.
7. Memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan
mengembangkan pendidikan di SMK-SMAK Bogor.

2
BAB II
INSTITUSI PRAKERIN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

Nama DyStar berasal dari kata dyestuff dan star, dyestuff artinya zat warna
dan star artinya bintang. DyStar sendiri artinya adalah gambaran dari perusahaan
sebagai produsen dan merupakan bintangnya zat warna tekstil di dunia.
DyStar merupakan gabungan dari divisi zat warna 3 perusahaan Jerman yaitu
Bayern, Hoec dan BASF. Pada awalnya perusahaan ini berpusat di jerman
tepatnya di Dystar Textilfarben Gmbh industriepark Hoechst D-65926 Frankfurt –
Jerman. Karena persaingan industri dan untuk memperluas jaringannya, maka
perusahaan tersebut membuka cabang di seluruh dunia yang berjumlah kurang
lebih 22 cabang dan salah satunya berada di Indonesia yang berdiri pada tanggal
9 Juni 1995 dengan nama PT DyStar Polkrik. Lalu berdasarkan Surat Keputusan
Presiden dengan Nomor Surat Badan Koordinasi Penanaman Modal No.S-
407/DU6-b/2001 berubah menjadi PT Dystar Colours Indonesia, tertanggal 8 Juni
2002.
PT DyStar Colours Indonesia berpusat di Gedung Menara Global lt.22, Jl.
Gatot Subroto Kav.27, Jakarta – 12930. Pada awalnya PT DyStar Colours
Indonesia memiliki cabang di kota Bandung (Bagian Marketing, Gudang, dan
Technical Service), Solo (Bagian Marketing dan Gudang), Cilegon (Bagian
Produksi), Gabus (Bagian Produksi). Namun sejak pada tahun 2012 DyStar
Cilegon tidak beroperasi lagi dan produksinya dialihkan ke cabang DyStar di
India. Sehingga produksi zat warna di Indonesia hanya berada di PT Dystar

3
Colours Indonesia Gabus Plant, yang terletak di Jl. Raya Citeras – Rangkas
Bitung Km.3,8 Gabus-Kopo, Serang, Banten.
Kantor pusat DyStar sekarang terletak di, 1A International Business Park #10-
01, Singapura 609933, dengan nama DyStar Global Holding Singapore Pte. Ltd.,
dibawah kepemilikan Longseng Group.

B. Profil Perusahaan

DyStar adalah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang industri zat


warna tekstil dan merupakan salah satu pemasok zat warna tekstil terbesar di
dunia. DyStar memilki visi yaitu bercita-cita untuk menjadi pemasok zat warna ,
bahan kimia dan jasa untuk industri tekstil global yang paling berkelanjutan dan
bertanggung jawab di dunia.
DyStar memiliki cabang agensi di lebih dari 50 negara di dunia, serta memiliki
14 plant produksi di 12 negara di dunia. Salah satunya adalah PT DyStar Colours
Indonesia yang terletak di Jl. Raya Citeras – Rangkas Bitung Km.3,8 Gabus-
Kopo, Serang, Banten yang berdiri di atas lahan dengan luas sekitar 50 hektare
dan sudah memiliki sertifikat ISO 9001.

Gambar 1. PT DyStar Colours Indonesia Gabus Plant dilihat dari satelit

4
Terdapat 3 plant (tempat produksi) utama di PT DyStar Colours Indonesia,
yaitu Synthesis plant, Milling plant, dan Drying Plant. Synthesis Plant merupakan
tempat dibuatnya zat warna hingga dihasilkan semifinish product (produk
setengah jadi). Milling Plant merupakan tempat untuk proses Milling yaitu proses
penghalusan zat warna dengan bantuan zat pendispersesi dan bola-bola kaca
kecil. Sedangkan Drying Plant merupakan tempat untuk pengeringan zat warna
sehingga dihasilkan finish product (produk akhir) berupa serbuk zat warna.

PT DyStar Colours Indonesia Gabus Plant memproduksi jenis zat warna


dispersi (disperse dyes) yang merupakan zat warna tekstil untuk kain poliester,
dan zat warna asam (acid dyes) yang merupakan zat warna tekstil untuk kain wol
dan poliamida, kebanyakan jenis kedua zat warna tersebut termasuk ke dalam
golongan zat warna azo (azo dyes). Zat warna yang diproduksi tergantung
permintaan konsumen. Adapun alur proses permintaan poduksi yaitu melalui:
1. Global Supply Management (GSCM)
Jalur pemasaran melalui GSCM ini merupakan suatu system pemasaran yang
menggunakan jaringan World Wide dari semua pabrik di seluruh dunia.
2. Agency
Pemasaran lewat jalur ini Agency yaitu sistem pemasaran produk yang
dipasarkan melalui agen yang ditunjuk oleh perusahaan

C. Struktur Organisasi

Struktur organisasi PT DyStar Colours Indonesia Indonesia Gabus Plant


berbentuk garis aliran kekuasaan dengan tanggung jawab bertumpu pada setiap
tingkat manajemen, yang secara keseluruhannya berada dalam satu wadah
aktivitas, antar satu dengan yang lainnya dituntut suatu kerja sama yang baik dan
didukung oleh disiplin yang tinggi.

5
Gambar struktur organisasi PT DyStar Colours Indonesia dapat dilihat di
lampiran 1.
Gambar struktur organisasi di Laboratorium Synthesis/PCL PT DyStar Colours
Indonesia dapat dilihat di lampiran 2.

D. Fungsi Organisasi

Berikut ini merupakan fungsi organisasi PT DyStar Colours Indonesia Gabus


Plant

a. General Manager
Bertanggung jawab secara menyeluruh terhadap kelangsungan aktivitas
perusahaan baik dari segi produksi, manajemen dan keselamatan kerja.
General Manager juga melakukan evaluasi kelayakan suatu sistem produksi
secara umum dan melakukan penilaian finansialnya serta menerima laporan
dari tiap bagian perusahaan.

b. Personel and GA
Mengurus administrasi karyawan, seperti kehadiran, izin, jadwal
kerja,penerimaan gaji, fasilitas tunjangan,dan penerimaan karyaawan baru
serta melakukan penyusunan juga evaluasi terhadap tata tertib atau kebijakan
perusahaan yang berkaitan dengan karyawan.

c. Warehouse
Menerima bahan baku (Raw Material) untuk bagian produksi, memastikan
distribusi untuk bagian produksi tidak terlambat dan memberikan informasi
ketersediaan barang yang ada secara berkala.

d. Health Safety Environment


Bertanggung jawab terhadap aspek lingkungan dari perusahaan,
memastikan tidak ada keluhan dari warga terkait masalah lingkungan serta
memastikan tidak ada kecelakaan kerja yang terjadi juga melakukan evaluasi
terhadap aspek keselamatan kerja di perusahaan.

6
e. Enginering
Melakukan perawatan dan perbaikan tehadap alat-alat mekanik, membuat
peralatan yang menunjang kegiatan produksi serta memberikan dukungan
tinggi terhadap kelangsungan produksi.

f. Finishing
Meninjau tahapan akhir produksi zat warna untuk menjadi finish produk
yang siap untuk dipasarkan.

g. Quality Control
Memastikan produk akhir (Finish Product) yang dihasilkan sesuai dengan
spesifikasi yang ada dengan melakukan pengujian laboratorium dan dengan
memberikan masukan kepada bagian sintesis maupun Finishing. Melakukan
percobaan untuk menghasilkan produk dengan biaya yang lebih rendah
namun dengan tetap menjaga kualitas.

h. Synthesis
Memastikan proses produksi sesuai dengan jadwal, menyusun rencana
produksi, serta menghitung biaya produksi dan memberikan laporan
manajemen tentang kegiatan produksi.

i. Process Control Laboratory (PCL)


Mengontrol proses sintesis/pembuatan zat warna dengan melakukan
pengujian di laboratorium, memberikan saran kepada bagian Synthesis agar
proses produksi berjalan lancar dan dihasilkan semi-finish produk yang
memenuhi spesifikasi, serta melakukan pengecekan kualitas terhadap bahan
baku yang datang. Berikut ini merupakan fungsi bagian yang terdapat dalam
struktur organisasi PCL :

1. Head of PCL and PTD Synthesis

7
Sebagai kepala bagian yang bertanggung jawab dan menerima
laporan dari bagian Lab. Foreman PCL, PTD dan Raw Material.

2. Lab. Foreman PCL


Mengontrol proses pembuatan zat warna di plant dengan melakukan
pengecekan secara laboratorium terhadap tiap tahapan proses
pembuatan zat warna dan memberikan saran agar proses berjalan
lancar.

3. Process Technology Development (PTD) Synthesis


Menangani masalah-masalah yang terjadi di plant produksi dengan
melakukan trial (percobaan) pembuatan zat warna skala laboratorium
serta menyiapkan manual lab untuk. produksi dan pengecekan di
laboratorium.

4. Process Technology Development (PTD) Analytics


Melakukan pengujian anion kation terhadap beberapa produk zat
warna hasil produksi maupun zat warna baru yang sedang
dikembangkan.

5. Raw Material
Melakukan pengecekan kualitas bahan baku yang datang baik itu
berupa Pre-shipment sample(pss) yaitu sebagian bahan baku yang
dikirim sebagai contoh sebelum seluruh bahan baku dikirimkan, atau
Incomming Material yaitu bahan baku yang telah datang, mendata bahan
baku yang telah dicek, serta melakukan trial zat warna menggunakan
bahan baku tersebut.

j. MRP And Site Planner


Mengelola aplikasi sistem manajemen dan informasi produksi, mengatur
dan menyediakan data-data bahan baku dan produk yang dihasilkan, serta

8
merencanakan jenis zat warna yang akan diproduksi sesuai dengan
permintaan konsumen.

E. Disiplin Kerja

Berikut ini merupakan disiplin kerja/tata tertib PT DyStar Colours Indonesia


Gabus Plant :

1. Melaksanakan instruksi kerja yang wajar.


2. Datang dan meninggalkan tempat kerja tepat waktu.
3. Apabila tidak masuk kerja, memberitahukan/ijin kepada atasan yang
bersangkutan dengan alasan yang jelas.
4. Menjalani pemeriksaan kesehatan yang diadakan oleh perusahaan.
5. Melaksanakan petunjuk keselamatan kerja dan kebersihan.
6. Tidak berdagang atau melakukan propaganda dagang tanpa ijin dari
perusahaan.
7. Tidak bekerja baik untuk sebagian waktu atau secara penuh pada
perusahaan lain tanpa persetujuan terlebih dahulu dari perusahaan kecuali
diluar jam kerja.
8. Mengikuti ketentuan “DILARANG MEROKOK” di daerah yang telah
ditetapkan sebagai daerah bahaya api.
9. Tidak lalai dalam menjalankan tugas yang dapat mengakibatkan kerugian
bagi perusahaan.
10. Tidak menjalankan alat atau mesin yang bukan tugasnya tanpa ijin dari
atasannya langsung.
11. Tidak boleh tidur/istirahat diluar jam istirahat,kecuali dalam keadaan tertentu
dengan seijin atasan langsung.
12. Tidak melakukan kegiatan/aktivitas yg bersifat tidak produktif pada jam kerja
dengan tidak seijin atasannya langsung.

9
F. Laboratorium

PT DyStar Colours Indonesia memiliki 3 buah laboratorium, yaitu laboratorium


Quality Control (QC), Reasearch and Developmend(RnD),dan laboratorium
PCL/Synthesis. Laboratorium QC dan RnD terletak di dalam gedung yang sama.
Laboratorium RnD merupakan tempat melakukan percobaan untuk menghasilkan
produk dengan biaya yang lebih rendah dengan tetap menjaga kualitas.
Laboratorium QC merupakan tempat pengecekan akhir terhadap zat warna hasil
produksi. Untuk laboratorium PCL/Synthesis terletak di gedung Synthesis yang
berhadapan langsung dengan plant produksi. Ruangan untuk pengolahan data
hasil analisis terdapat di dalam gedung yang sama namun terpisah dengan
laboratorium.
Laboratorium PCL/Synthesis terbagi menjadi 2 yaitu laboratorium PCL dan
Laboratorium Analytic. Laboratorium PCL merupakan tempat pengecekan proses
pembuatan zat warna, trial (percobaan pembuatan) zat warna, dan pengecekan
bahan baku pembuatan zat warna. Instrumen analisis yang terdapat di
laboratorium PCL yaitu HPLC. Sedangkan Laboratorium Analytic merupakan
laboratorium untuk pengecekan anion dan kation.
Berikut ini merupakan daftar fasilitas penunjang kegiatan analisis yang
terdapat di Laboratorium PCL dan Analytic.

1. Laboratorium PCL
a. Peralatan Gelas: Labu Ukur, Piala Gelas, Gelas Ukur dll.
b. Neraca digital
c. Peralatan dan bahan baku Trial Zat Warna dan Milling (penghalusan
partikel zat warna dengan bantuan dispergator/zat pendispersi dan bola-
bola kaca kecil)
d. Thermometer
e. pH-meter
f. Konduktometer
g. Cawan Buchner
h. Pompa vakum
i. Berbagai Jenis Kertas: Kertas Saring, kertas KI

10
j. Laci dan lemari tempat penyimpanan barang-barang laboratorium.
k. 4 meja kerja
l. Peralatan dan eluent untuk Kromatografi Lapis Tipis: Plate silika gel,
Pengering, Chamber, dll
m. Lemari tempat penyimpanan pereaksi, dan stock bahan baku
n. HPLC
o. Moisture Balance
p. Oven
q. 3 Wastafel
r. 10 buah ruang asam
s. Floculator
t. Melting Point meter
u. Mikroskop

2. Laboratorium Analytic
a. 2 buah ruang Asam
b. Rak penyimpanan Standar zat warna dan standar bahan bakunya
c. Lemari temapt penyimpanan pereaksi dan larutan standar
d. Meja kerja
e. Wastafel
f. Inductively Coupled Plasma – Optical Emission Spectrofotometer (ICP-
OES)
g. Ion Chromatography (IC)
h. Atomic Emission Spectrofotometer (AAS)
i. Lemari tempat penyimpanan standar untuk ICP-OES dan AAS
j. Water Demineralizer
k. Kalorimeter
l. Viscometer
m. Microwave

11
G. Administrasi Laboratorium

Setiap laboratorium harus mempunyai administrasi dan dokumetasi yang baik.


Hal ini dimaksudkan agar proses analisis menjadi sistematis, memiliki catatan
yang rapi dan untuk mengantisipasi adanya pengaduan (complain) konsumen
tentang hasil analisis. Dokumen yang terdapat pada administrasi laboratorium PT
DyStar Colours Indonesia meliputi :
1. Spesifikasi dan standar zat warna serta bahan bakunya.
2. Catatan hasil pemeriksaan dan keputusan.
3. Catatan kalibrasi instrumental, pereaksi, bahan baku dan sebagainya.
4. Dokumen petunjuk pengerjaan pengecekan zat warna di laboratorium
(Quality Checking Report).
5. Dokumen tentang bahan baku yang telah diterima serta hasil analisisnya.

Kegiatan administrasi di laboratorium PCL terdiri dari dua kegiatan yaitu untuk
pengecekan proses pembuatan zat warna dan untuk pengecekan bahan baku
yang datang.
1. Pengecekan proses pembuatan zat warna
a. Petugas di plant mengambil contoh dan mengantarkannya ke
laboratorium
b. Laboratorium melakukan pengecekan dan menulis hasilnya pada
Quality Checking Report, lalu menandatangani manual (formulir
pengerjaan) produksi. Bila hasil analisis terhadap contoh menyatakan
hasil yang kurang baik, maka pihak lab. akan memberikan saran.
c. Prosedur (a) dan (b) terus dilakukan hingga proses pembuatan zat
warna selesai.
d. Quality Checking Report disimpan dalam satu folder untuk satu zat
warna selama 1 tahun begitu pula untuk manual produksi. Data
tersebut disimpan selama 5 tahun.
e. Untuk contoh akhir proses pembuatan zat warna yang berupa
presscake/pasta disimpan dalam gudang selama 5 tahun.

12
2. Pengecekan bahan baku yang datang
a. Supplier (Penyuplai) memberikan bahan baku dan Certificate of
Analisys/sertifikat hasil analisis (COA) pada pihak gudang.
b. Pihak gudang memasukan data bahan baku yang datang pada sistem
penyimpanan data perusahaan lalu melakukan sampling (pengambilan
contoh) untuk dikirim ke laboratorium.
c. Pihak gudang mengirim contoh bahan baku ke laboratorium dengan
melampirkan COA dari penyuplai dan GRS (Good Receipt Slip/Slip
penerimaan) yang dikeluarkan oleh pihak gudang.
d. Pihak lab. melakukan pengecekan terhadap contoh.
e. Bila hasil pengecekan tidak memenuhi standar atau tidak sesuai
dengan COA maka hasil analisis diberitahukan. Bagian purchasing
(pembayaran) akan melakukan negosiasi harga baru dengan supplier,
bila tidak dicapai kesepakatan maka bahan baku tersebut akan
dikembalikan ke pihak supplier.
f. Bila hasil pengecekan memenuhi standar dan sesuai dengan COA
maka hasil analisis diberitahukan. Bagian purchasing akan
menyepakati harga bahan baku sesuai yang ditetapkan supplier
sebelumnya. Data hasil pengecekan disimpan di folder untuk tiap jenis
bahan baku (bahan baku tambahan, bahan baku zat warna disperse
dan bahan baku zat warna asam) selama 1 tahun. Data tersebut
kemudian disimpan selama 5 tahun.

13
BAB III

KEGIATAN DI LABORATORIUM

Selama penulis melaksanakan Prakerin di PT DyStar Colours Indonesia, penulis


mempelajari teori dasar pembentukan zat warna azo (azodyes), pengecekan pada
proses pembuatan zat warna dan pengecekan bahan baku (raw material) untuk
pembuatan zat warna.

1. Teori pembentukan zat warna Azo

2. Pengecekan pada proses pembuatan zat warna


a. Pengecekan secara TLC
Pengecekan secara TLC (Thin Layer Chromatography) atau disebut juga
KLT (Kromatografi Lapis Tipis) yaitu pengecekan yang menggunakan fase
diam yang seragam yang ditempatkan pada suatu bidang datar.
Dasar pengerjaannya adalah contoh yang berupa zat warna dilarutkan
lalu larutan ditempatkan pada suatu fase diam, kemudian dikeringkan dan
dimasukan ke suatu wadah kaca (Chamber) yang terdapat didalamnya
larutan yang berfungsi sebagai fase gerak (eluent). Komponen penyusun
contoh zat warna akan terpisah karena perbedaan afinitasnya (tingkat
keterikatannya) pada fase diam sehingga menghasilkan beberapa lapisan
warna yang berbeda. Namun untuk beberapa jenis zat warna, diperlukan
perlakuan khusus untuk melihat hasil pemisahannya secara TLC. Perlakuan
khusus itu diantaranya harus dilihat dengan sinar UV, atau dilakukan
penyemprotan dengan menggunakan suatu pereaksi sehingga hasil
pemisahannya akan terlihat.
Pengecekan secara TLC di lakukan untuk mengetahui sisa diazo yang
belum bereaksi dengan coupler pada proses pembentukan zat warna azo.
Hasil dapat diketahui dengan membandingkannya dengan standar.

14
Pengecekan secara TLC juga dapat dilakukan untuk mengetahui ada atau
tidaknya produk samping yang dihasilkan.
b. Pengecekan secara HPLC
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) merupakan teknik
kromatografi cair modern dengan menggunakan tekanan untuk mengalirkan
fase geraknya membawa contoh melewati kolom menuju detektor.
Dasar pengerjaannya yaitu contoh dilarutkan, disaring dengan milipore
(kertas saring dengan ukuran pori-pori yang sangat kecil) lalu contoh
dimasukan ke dalam botol vial yang kemudian diinjeksi kedalam HPLC
sehingga contoh akan terbawa oleh fase gerak menuju kolom. Di dalam
kolom tiap komponen contoh akan terpisah, ada yang lebih cepat melewati
kolom dan ada yang lebih lambat. Hal tersebut dikarenakan tingkat afinitas
tiap komponen contoh berbeda-beda terhadap komponen penyususun
kolom.
Dari hasil pengecekan secara HPLC akan diperoleh data berupa waktu
retensi dan kromatogram. Waktu retensi tiap komponen contoh berbeda-
beda. Karena waktu retensi merupakan waktu yang diperlukan suatu
komponen contoh untuk melewati kolom menuju detekor. Sedangkan
kromatogram merupakan hasil pembacaan detektor terhadap komponen
contoh yang telah melewati kolom. Kromatogram sendiri berbentuk puncak
yang ketinggian dan luas areanya tergantung dengan konsentrasi contoh.
Dengan membandingkan kromatogram contoh dengan standar yang telah
diketahui konsentrasinya maka konsentrasi sample dapat diketahui.
Pengecekan secara HPLC untuk proses pembuatan zat warna dilakukan
untuk mengetahui persentase kualitatif sisa diazo yang belum bereaksi
dengan coupler pada proses pembuatan zat warna, yang kurang begitu
baik bila dicek menggunakan TLC pengecekan secara HPLC juga dapat
dilakukan untuk mengetahui persentase kualitatif produk utama dan produk
samping yang dihasilkan.
c. Pengecekan kelarutan
Pengecekan kelarutan dilakukan untuk mengetahui apakah bahan yang
akan digunakan untuk pembuatan zat warna sudah terlarut sempurna atau
baru larut sebagian dalam proses pelarutannya. Pengecekan kelarutan juga

15
dilakukan untuk memastikan tidak adanya zat yang tidak dapat terlarut pada
bahan yang akan digunakan. Bila ada zat yang tidak terlarut kemungkinan
besar zat tersebut adalah pengotor.
Dasar pengerjaannya adalah dengan melakukan proses filtrasi
(penyaringan) pada contoh. Kertas saring dimasukan ke corong Buchner,
lalu difiltrasi dengan bantuan pompa vakum. Setelah filtrasi selesai, bila
terdapat residu (sisa padatan) pada kertas saring maka terdapat zat yang
tidak terlarut pada contoh.
d. Pengecekan pH
pH merupaka singkatan dari power Hydrogen. pH merupakan skala yang
menunjukan tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan. Untuk pH
asam pH < 7 sedangkan untuk pH basa pH > 7. Besaran skala pH sendiri
yaitu lebih dari 0 dan kurang dari 14. Bila suatu larutan bersifat asam maka
larutan tersebut memiliki konsentrasi ion H+ yang tinggi, sedangkan bila
suatu larutan bersifat basa maka larutan tersebut memiliki konsentrasi ion
OH- yang tinggi. Nilai pH juga dapat dipengaruhi oleh suhu.
Pengecekan pH dalam proses pembuatan zat warna sangat penting
karena reaksi pada proses diazotasi dan diazocoupling sangat tergantung
oleh pH. Pada proses diazotasi pH harus sangat asam (pH < 1) agar
reaksinya dapat berlangsung sempurna. Pada proses dizocoupling pH
harus disesuaikan sesuai dengan pH yang diharuskan, bila tidak maka zat
warna yang diinginkan tidak akan terbentuk.
Selain untuk pengecekan proses pembuatan zat warna, pengecekan pH
juga dilakukan terhadap air yang digunakan untuk proses produksi zat
warna.
e. Pengecekan Konduktivitas
Konduktivitas adalah nilai suatu cairan, gas, atau padatan untuk
mengalirkan arus listrik. Untuk di laboratorium PCL pengukuran
konduktivitas dilakukan pada contoh yang berbentuk cairan.
Contoh yang diukur konduktivitasnya antara lain air demin, air sumur, air
proses produksi, dan zat warna dispersi yang dilarutkan dengan air. Nilai
konduktivitas pada suatu cairan biasanya dipengaruhi oleh kandungan
kation dan anion di dalamnya yang bereaksi membentuk garam. Sehingga

16
dapat dimungkinkan bahwa bila suatu cairan memiliki nilai konduktivitas
yang tinggi maka cairan tersebut banyak mengandung garam. Kandungan
garam yang tinggi pada zat warna dispersi dapat menyebabkan zat warna
tersebut menjadi lebih sulit menempel pada kain sehingga kualitas pada
proses pencelupannya kurang baik.
f. Pengecekan secara titrasi
Titrasi merupak teknik pengerjaan pada metode volumetric yang
merupakan metode penentuan kadar suatu zat yang berdasarkan selisih
volume. Dalam titrasi terdapat penitar/titran dan zat yang dititar/titrat.
Penitar/titran yaitu suatu zat pereaksi, sedangkan titrat merupakan zat yang
direaksikan.
Pengecekan secara titrasi dilakukan untuk mengetahui kadar HCl /
NaOH berkonsentrasi rendah yang diperlukan dalam proses pembuatan
beberapa jenis zat warna.
g. Pengecekan Solid Content
Solid Content merupakan kandungan zat padat pada suatu bahan yang
memiliki kandungan cairan. Pengecekan Solid Content dilakukan pada
contoh zat warna yang sudah berbentuk pasta/presscake. Tiap zat warna
sudah memiliki nilai standar Solid Content masing-masing. Hasil
pengecekan harus sesuai standar agar fisik contoh tidak basah dan berair
hal itu akan memudahkan pada proses pembongkaran presscake zat warna
di plant.
Pengecekan Solid Content dapat dilakukan dengan oven dan Moisture
Balance, yaitu suatu alat yang berfungsi untuk mengukur kandungan
padatan pada suatu bahn dengan cara menguapkan seluruh zat cair yang
terkandung didalamnya secara otomatis. Pengecekan Solid Content
dengan Moisture Balance diakukan pada presscake yang belum dibongkar.
Untuk contoh presscake hasil bongkaran penentuan Solid Content pada
contoh tersebut dilakukan dengan oven dengan cara menimbang presscake
tersebut lalu memanaskannya dalam oven selama kurang lebih 8 jam.
Bila hasil pengecekan Solid Content terhadap presscake dibawah
standar biasanya fisik contoh terlihat basah dan berair. Untuk

17
mengantisipasinya maka dilakukan presscake blowing (penganginan) agar
kandungan cairan berkurang.
h. Pengecekan secara filtrasi untuk penentuan jumlah frame
Produk zat warna pada plant disaring menggunakan filterpress yang
tersusun dari beberapa frame. Frame merupakan salah satu komponen dari
filterpress. Zat warna akan tersimpan dalam frame proses filtrasi zat warna.
Jumlah frame yang dipakai tergantung dari banyaknya zat warna yang
terkandung dalam cairan zat warna (slurry) yang akan difiltrasi. Jenis frame
juga berbeda untuk tiap jenis zat warna. Frame untuk zat warna dispersi
memiliki volume 50 cm3 sedangkan untuk zat warna asam 40 cm3.
Pengerjaan penentuan jumlah frame dilakukan dengan memfiltrasi
sejumlah contoh slurry kemudian diukur diameter dan tinggi zat warna yang
tersaring, sehingga dari hasil perkalian diameter dan tinggi tersebut
diperoleh volume zat warna yang tersaring yang kemudian dibagi dengan
luas frame sehingga didapatkan jmlah frame yang dibutuhkan untuk proses
filtrasi.
Bila jumlah frame lebih dari yang seharusnya maka alat filterpress akan
rusak, dan bila jumlah frame kurang dari seharusnya maka tidak semua zat
warna bisa tersaring.
i. Pengecekan filtrat zat warna hasil filtrasi di plant
Pengecekan filtrat dilakukan untuk memastikan semua produk zat warna
yang telah dihasilkan tersaring dan tidak ada yang tak tersaring.
Pengerjaan pengecekan filtrat hasil filtrasi dilakukan dengan memfiltrasi
(menyaring) sejumlah filtrat dengan kertas saring yang sebelumnya telah
diketahui bobotnya. Banyaknya zat warna yang lolos proses penyaringan
dapat dihitung dari selisih bobot kertas saring sesudah dengan sebelum
filtrasi lalu mengkalikannya dengan volume vesel (tempat zat warna dibuat
dalam plant). Bila tidak ada zat warna yang tersaring pada kertas saring
maka filtrat bebas produk. Bila terdapat produk zat warna pada kertas
saring, maka ada zat warna yang tidak tersaring atau lolos proses
penyaringan di plant. Bila hal itu terjadi maka filtrat hasil filtrasi di plant
harus difiltrasi kembali agar semua zat warna tersaring.

18
3. Pengecekan raw material
a. Pengecekan secara HPLC
Pengecekan secara HPLC kebanyakan dilakukan untuk raw material
yang merupakan Coupler dalam pembentukan zat warna azo. Pengecekan
dengan HPLC dilakukan untuk mengetahui kemurnian raw material yang di
cek dan bisa juga untuk mengetahui kadar kuantitasnya (kadar jumlahnya)
dengan memakai standar raw material sejenis yang telah diketahui
kadarnya.
b. Pengecekan secara Titrasi
Pengecekan secara titrasi dilakukan untuk raw material yang merupakan
diazo. Selain untuk diazo pengecekan secara titrasi juga dilakukan pada
beberapa raw material auxalaries (bahan baku tambahan) yang biasanya
berupa senyawa garam beberapa diantaranya yaitu Sodium Nitrite dengan
titrasi metode, Natrium Bicarbonate, Calcium Hydroxide.
c. Pengecekan Solid Content
Pengecekan Solid Content dilakukan untuk mengetahui berapa banyak
jumlah bahan baku tanpa ada cairan yang terkandung di dalamnya. Hal itu
dikarenakan cairan dapat memengaruhi tingkat kemurnian suatu zat secara
kuantitas jumlahnya.
d. Pengecekan Zat Tidak Terlarut (Insoluble Matter)
Pengecekan Insoluble Matter dilakukan untuk mengetahui apakah ada
zat yang tidak terlarut pada bahan baku. Bila terdapat zat yang tidak terlarut
maka dapat dipastikan bahwa zat tersebut adalah pengotor yang
mempengaruhi tingkat kemurnian bahan baku.
e. Pengecekan secara Densitometer
Densitometer merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur
besar masa jenis (densitas) suatu larutan.
Dasar pengerjaanya yaitu Densitometer dimasukan ke dalam larutan
yang akan diuji, densitometer akan mengapung dan permukaan larutan
akan berimpitan pada skala yang terdapat pada densitometer. Skala
tersebut berupa angka dan skala yang berimpitan itulah yang merupakan
densitas larutan tersebut.

19
Pengecekan secara Densitometer dilakukan untuk mengetahui kadar
NaOH pekat, HCl Pekat. Pengecekan dilakukan dengan menggunakan alat
densitometer dan termometer, sehingga diperoleh suhu dan densitas. Data
densitas dan suhu tersebut diolah dengan mengkoversikannya pada tabel
konversi sehingga diperoleh hasil akhir berupa konsentrasi.
f. Trial/Percobaan Pembuatan Zat Warna
Bahan baku yang telah diketahui kemurniaanya dicoba untuk dipakai
dalam pembentukan zat warna, bila zat warna yang dihasilkan baik maka
bahan baku dapat diterima. Trial pembuatan zat warna biasanya dilakukan
apabila bahan baku berasal dari penyuplai yang baru.

20

Anda mungkin juga menyukai