CIBINONG - BOGOR
oleh
NIS 12.58.07292
Bogor
2016
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
CIBINONG - BOGOR
oleh
NIS 12.58.07292
Bogor
2016
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Disetujui oleh:
Mahbub Faisal Halim, S.Farm, Apt. Iceu Nur Aenny, S.Si., M.S.E
Pembimbing I Pembimbing II
Disahkan oleh:
Tak ada gading yang tak retak. Laporan ini disusun tidak lepas dari
kesalahan dan kekurangan. Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu untuk kesempurnaan laporan ini, penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun. Hal
ini demi kemajuan laporan ini.
Penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah wawasan pihak yang membacanya. Serta dapat dijadikan sebagai
referensi dalam pembuatan karya tulis selanjutnya.
ii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
v
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. Dipping............................................................................................. 12
Gambar 4. Stripping........................................................................................... 13
vi
BAB I PENDAHULUAN
Secara garis besar, pendahuluan laporan ini berisi tentang latar belakang,
tujuan, tempat dan waktu pelaksanaan, serta pembuatan laporan Praktik Kerja
Industri (Prakerin).
A. Latar Belakang
1
2
D. Pembuatan Laporan
Garis besar tinjauan umum PT. Capsugel Indonesia berisi tentang sejarah
dan perkembangan perusahaan selama berdiri, lokasi perusahaan dan tata letak
pabrik, struktur organisasi, ketenagakerjaan serta jenis produk dan
pemasaran,serta proses produksi cangkang kapsul.
PT. Capsugel Indonesia didirikan pada tahun 1963 sebagai cabang dari
Parke Davis & Company yang kemudian bergabung dengan Warner Lambert
Company pada tahun 1970. Pada tanggal 14 Februari 1996 Warner Lambert
Company bekerja sama dengan Affiliated Corporation untuk menanamkan
modal di Indonesia dengan peraturan yang berlaku. Capsugel berdiri dengan
modal sebesar delapan milyar delapan puluh juta rupiah dengan
perbandingan saham Warner Lambert Company 90% dan Affiliated
Corporation 10%. Capsugel adalah salah satu divisi dari Warner Lambert,
yaitu divisi farmasi pada produksi cangkang kapsul. Capsugel berpusat di
Moris Plane, New Jersey, dan pabriknya berada di Amerika, Meksiko,
Perancis, Belgia, Cina, Thailand, Jepang dan Indonesia.
PT. Capsugel Indonesia berdiri pada bulan April 1996, dan setelah
pemasangan mesn-mesin mulai berproduksi pada bulan November di lahan
yang sebelumnya ditempati oleh PT. Gelatindo Muktigraha. PT. Capsugel
Indonesia resmi berdiri berdasarkan akte pendirian nomor 93 tertanggal 14
Februari 1996 disahkan oleh Singgih Susilo, S.H dengan status penanam
modal asing.
4
5
meningkatkan diri pada delapan nilai-nilai luhur Pfizer, yaitu kerjasama tim,
fokus pada pelanggan, menghargai sesama, pembaharuan, komunitas,
kinerja, integritas, dan kepemimpinan.
terdapat pos jaga, gudang untuk bahan baku, lahan evakuasi, dan masjid.
Sedangkan pada bagian belakang bangunan utama terdapat tempat
pengolahan limbah IPAL, tangki bahan bakar, dan pompa air.
Bangunan utama terdiri dari dua lantai, lantai satu dipergunakan untuk
operasi produksi, maintenance, gudang, dan kafetaria. Lantai dua digunakan
untuk marketing department atau sales Human Resources dan Finance.
Perusahaan ini dibangun dengan konstruksi beton bertulang, bagian
manufacturing area dilengkapi lantai epoksi dan tembok dengan frame
stainless steel serta alumunium.
a. Struktur Organisasi
1. QA Manager
QA Manager
QC Printing Microbiologist
QA Admin Colorist
2. Operation Manager
3. Printing Manager
dan jasa, prosedur audit dan re-audit vendor tahunan, membuat laporan
audit baik audit awal ataupun re-audit vendor yang telah dilakukan,
membuat sistem dan prosedur evaluas tahunan dan klasifikasi vendor
yang mensuplai barang dan jasa berkaitang dengan sistem manajemen
yang diterapkan oleh perusahaan, melakukan negosiasi pembelian
keseluruhan barang dan jasa untuk keperluan perusahaan,
merencanakan dan memonitor sistem penerimaan bahan baku,
penolong, pengemas dan barang jadi di gudang.
D. Ketenagakerjaan
F. Proses Produksi
Proses produksi cangkang kapsul terdiri dari beberapa tahapan sebagai
berikut:
1. Persiapan
Sebelum digunakan oleh bagian produksi, bahan baku gelatin diterima
oleh laboratorium Quality Assurance untuk ditentukan kualitasnya secara
fisika, kimia, dan mikrobiologi.
2. Pelarutan (Melting)
Gelatin dicampur dengan air murni yang sudah dipanaskan lalu diaduk
dalam suatu alat yang disebut melter hingga homogen. Larutan gelatin
tersebut dialirkan ke dalam tangki stainless steel yang disebut Gelatin Feed
Tank.
12
3. Pewarnaan (Dying)
Larutan gelatin dalam Gelatin Feed Tank ditambahkan zat warna sesuai
dengan permintaan konsumen. Apabila konsumen meminta warna natural
maka tidak ditambahkan zat warna apapun dan bila permintaannya adalah
kapsul opaque maka ditambahkan titanium dioksida.
4. Pembentukan Kapsul
Pembentukan kapsul terjadi di mesin pencetak kapsul atau biasa
disebut Hard Capsule Machine (HCM). Pada setiap HCM terdapat dua buat
GFT, yaitu sebelah kiri untuk bagian body kapsul dan sebelah kanan untuk
bagian cap kapsul. Pembuatan body dan cap secara otomatis dan memiliki
beberapa tahapan yaitu:
a. Pencelupan (Dipping)
Merupakan proses pencelupan pin atau cetakan kapsul ke dalam
larutan gelatin.
Gambar 2. Dipping
b. Pengeringan (Drying)
Merupakan proses pengeringan hasil cetakan kapsul.
Gambar 3. Drying
13
c. Pencabutan (Stripping)
Merupakan proses pencabutan hasil cetakan (berupa body atau
cap) dari pin atau cetakan kapsul.
Gambar 4. Stripping
d. Pemotongan (Cutting/Trimming)
Merupakan proses pemotongan bagian body atau cap sehingga
ukurannya sesuai dengan ketentuan.
Gambar 5. Trimming
e. Penggabungan (Joining)
Merupakan proses pemasangan antara body dan cap sehingga
menjadi suatu kapsul yang utuh.
Gambar 6. Joining
14
5. Pemeriksaan
Pada proses ini dilakukan pemantauan terhadap kerusakan produk
secara visual dengan kategori kritikal, mayor, dan minor.
6. Printing
Kapsul dicetak sesuai dengan permintaan konsumen seperti tulisan
merek obat ataupun logo perusahaan konsumen. Ada dua tipe
pencetakan tulisan pada kapsul yaitu secara aksial (mendatar) dan
radial (memutar).
7. Analisis Kapsul
Kapsul yang sudah jadi, baik kapsul polos ataupun printing yang
siap cetak, dianalisis kualitasnya terlebih dahulu sebelum didistribusikan
pada konsumen. Analisis yang dilakukan adalah analisis fisika, kimia,
maupun mikrobiologi.
8. Packing
Kapsul yang telah melewati proses pembuatan dan analisis siap
dikemas untuk dikirim. Kapsul ditempatkan pada kantong plastik yang
diikat dengan rapat sehingga tidak ada udara masuk dan dikemas dalam
sterofoam dan boks karton.
Penyimpanan kapsul dilakukan pada suhu 15-25oC dan kondisi
kelembapan 36-65%. Standar packing yang tersedia adalah sebagai
berikut:
Ukuran Jumlah
standar
00 70.000
0 100.000
1 125.000
2 175.000
3 225.000
4 300.000
BAB III KEGIATAN DI LABORATORIUM
Quality Assurance (QA) menurut WHO (2004) dan juga diadopsi oleh CPOB
2006 didefinisikan sebagai : “Semua aspek yang secara kolektif maupun
individual mempengaruhi mutu produk, dari konsep design hingga produk
tersebut ditangan konsumen”.
15
16
Analisis mutu gelatin diperlukan untuk memastikan mutu gelatin yang telah
dikirim oleh suplier, dapat digunakan atau tidak sebagai bahan baku produksi.
Selain itu juga berfungsi sebagai pengecekan kesesuaian nilai setiap parameter
yang menentukan mutu gelatin yang telah diberikan oleh suplier. Metode analisis
yang digunakan PT Capsugel Indonesia untuk analisis mutu gelatin bersumber
dari Farmakope Indonesia edisi V tahun 2014, USP (United States
Pharmacopeia), Europian Pharmacopeia, dan PT Capsugel.
A. Tinjauan Pustaka
Secara garis besar pada tinjauan pustaka berikut ini berisi tentang obat,
kapsul disertai bahan baku pembuatannya, serta gelatin yang menjelaskan
tentang struktur kimia, sumber gelatin, sifat-sifat gelatin, cara pembuatan
gelatin dan parameter-parameter dalam analisis gelatin.
17
a. Obat
b. Kapsul
Pada setiap obat akan terkandung zat aktif. Zat aktif yang terkandung
dalam obat memiliki fungsi untuk melawan ataupun mengurangi reaksi
alergi maupun penyakit pada pasien. Namun hampir semua zat aktif pada
obat bersifat mudah rusak apabila ditempatkan pada ruangan tidak kedap
cahaya maupun udara. Maka dari itu dibuatlah suatu sediaan yang dapat
melindungi obat beserta zat aktifnya. Sediaan tersebut adalah sediaan
kapsul.
18
1. Definisi Kapsul
Gambar 8. Kapsul
2. Sejarah Kapsul
5. Peranan Kapsul
dan daya larut airnya. Pengisian ke dalam kapsul disarankan untuk obat
yang memiliki rasa yang tidak enak atau bau yang tidak enak. Kapsul
yang dimpan dalam lingkungan yang kering menunjukkan daya tahan
dan kemantapan penyimpanan yang baik dan dengan teknologi modern,
pembuatannya lebih mudah dan cepat serta ketepatan dosis lebih tinggi
daripada tablet.
c. Gelatin
Gambar 9. Gelatin
1. Definisi gelatin
Gelatin berasal dari bahasa latin, yaitu gelatus yang berarti kuat
atau beku. Nama gelatin mulai digunakan secara umum sekitar tahun
1700an. Menurut Farmakope Indonesia Edisi V (2014), gelatin adalah
24
suatu zat yang diperoleh dari hidrolisa parsial kolagen dari kulit, jaringan
ikat putih dan tulang hewan.
Menurut Leiner Davis Gelatin Co (2000), gelatin diperoleh dari
hidrolisis terkontrol serat protein kolagen yang banyak ditemukan dialam
sebagai unsur pokok dari kulit, tulang, dan jaringan ikat. Menurut de
Man (1997), gelatin adalah protein yang diperoleh dari jaringan kolagen
hewan yang dapat didispersi dalam air dan menunjukkan perubahan sol
menjadi gel yang bersifat bolak-balik seiring perubahan suhu. Gelatin
juga dapat diperoleh dengan cara denaturasi panas kolagen (Gelatine
Food Science 2004). Pemanasan kolagen secara bertahap akan
menyebabkan struktur rusak dan rantai-rantainya akan terpisah.
Charley (1982) menambahkan bahwa, gelatin merupakan senyawa
turunan yang dihasilkan dari serabut kolagen jaringan penghubung yang
dihidrolisis dengan asam atau basa. Gelatin yang berasal dari perkursor
yang diasamkan dikenal sebagai tipe A dan yang berasal dari perkursor
yang dibasakan dikenal sebagai tibe B.
Gelatin umumnya dihasilkan dari kolagen hewan seperti babi, sapi,
domba, dan ikan. Gelatin yang beredar di pasaran terdiri dari dua bentuk
yaitu yang tidak memiliki rasa apapun (plain atau unflafoured) dan
gelatin yang memiliki rasa tertentu (flavoured). Gelatin flavoured
biasanya mengandung gula, asam sitrat, perasa, dan pewarna
(Gates1981). Secara fisik gelatin dapat berbentuk bubuk, pasta, serbuk
kristal maupun lembaran gelatin.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi V (2014) Gelatin yang
digunakan dalam pembuatan kapsul atau penyalut tablet dapat diwarnai
dengan pewarna yang diijinkan, dapat mengandung SO2 tak lebih dari
0,15% dan dapat mengandung natrium lauril sulfat dengan kadar yang
sesuau serta zat anti mikroba yang sesuai.
2. Struktur Gelatin
Gelatin adalah derivate protein dari serat kolagen yang ada pada
kulit,tulang,dan tulang rawan.Susunan asam aminonya hampir mirip
dengan kolagen dimana glisin sebagai asam amino utama dan
merupakan 2/3 dari seluruh asam amino yang menyusunnya.1/3 asam
amino yang tersisa diisi oleh prolin dan hidroksiprolin( Chaplin 2005)
Menurut Hinterwaldner (1977), proses pembuatan gelatin secara
umum adalah sebagai berikut:
a) Tahap persiapan bahan baku, antara lain penghilangan
komponen non kolagen dari bahan baku yang bertujuan untuk
menghilangkan pengotor yang ada pada bahan baku.
b) Tahap ekstraksi utama, dilakukan dengan bantuan air panas
atau larutan asam yang diencerkan. Tahap ini untuk
mengkonversi kolagen menjadi gelatin.
c) Tahap pemurnian gelatin, dengan proses penyaringan dan
pengeringan.
d) Tahap penggilingan atau penghancuran menjadi pertikel yang
lebih kecil atau sesuai dengan standar tertentu.
3. Jenis Gelatin
4. Sifat Gelatin
d. Mikrobiologi
1. Media
2. Bakteri
a) Definisi Bakteri
b) Bakteri Pathogen
a) Escherichia coli
b) Salmonella
d) Analisis Fungi
B. Metode Analisis
1. Dasar
Jumlah koloni bakteri dalam sampel gelatin dapat dihitung dengan
melarutkan sampel dalam NaCl buffer steril dan ditumbuhkan pada
media Tryptic Soy Agar (TSA) steril kemudian diinkubasikan pada suhu
30-35 oC selama 3 hari.
4. Cara Kerja:
a) Ditimbang 10±0,1 gram sampel kapsul ke dalam 90 ml NaCl
Buffer Peptone steril secara aseptik.
b) Dilarutkan di atas shaking waterbath hingga larut dengan waktu
maksimal satu jam.
c) Dipipet ke dalam cawan petri steril dengan volume masing-
masing 1 ml.
d) Ditambahkan media TSA steril sebanyak 15-20 ml.
e) Dihomogenkan dengan cara diputar kemudian dibiarkan
memadat pada suhu kamar.
f) Inkubasi secara terbalik pada suhu 30-35 oC selama 72 jam.
g) Diamati pertumbuhan bakteri dan dihitung dengan colony
counter..
1. Dasar:
Keberadaan koloni bakteri pathogen Escherichia coli dalam sampel
gelatin dapat diidentifikasi dengan melarutkan sampel dalam NaCl
Buffer steril kemudian diinkubasi dalam larutan Tryptic Soy Broth (TSB)
steril serta larutan Mac Conkey Broth (MCB) steril dengan suhu yang
37
4. Cara Kerja:
a) Ditimbang 10±0,1 gram sampel gelatin ke dalam 90 ml NaCl
Buffer Peptone pH 7,2 steril secara aseptik, diamkan pada suhu
kamar selama 1 jam.
b) Dilarutkan di atas shaking waterbath pada suhu 42 oC hingga
larut dengan waktu maksimal satu jam.
c) Dipipet 10 ml larutan dan dimasukkan ke dalam 100 ml larutan
Tryptic Soy Broth steril, homogenkan.
d) Inkubasi pada suhu 30-35 oC selama 18 jam.
e) Dipipet 1 ml larutan ke dalam 100 ml Mac Conkey Broth steril.
f) Inkubasi pada suhu 42-44 oC selama 24-48 jam.
38
1. Dasar:
Keberadaan koloni bakteri pathogen Salmonella dalam sampel
gelatin dapat diidentifikasi dengan melarutkan sampel dalam Tryptic Soy
Broth steril kemudian diinkubasi pada suhu 30-35 oC selama 18-24 jam
lalu diinkubasi kembali dalam larutan Rappaport Vasilliadis steril dengan
suhu dan waktu yang sama selanjutnya diinokulasi pada media Xylose
Lysine Deoxycholate (XLD) Agar steril dan diinkubasikan pada suhu 30-
35 oC selama 18-72 jam.
d. Analisis Fungi
1. Dasar
Jumlah koloni fungi dalam sampel gelatin dapat dihitung dengan
melarutkan sampel dalam NaCl buffer steril dan ditumbuhkan pada
media Sabouroud Dextrose Agar (SDA) steril kemudian diinkubasikan
pada suhu 20-25 oC selama 7 hari.
i) Ose steril
j) Pembakar listrik
k) Autoklaf
4. Cara Kerja:
a) Ditimbang 10±0,1 gram sampel kapsul ke dalam 90 ml NaCl
Buffer Peptone steril secara aseptik.
b) Dilarutkan di atas shaking waterbath hingga larut dengan
waktu maksimal satu jam.
c) Dipipet ke dalam cawan petri steril dengan volume masing-
masing 1 ml.
d) Ditambahkan media SDA steril sebanyak 15-20 ml.
e) Dihomogenkan dengan cara diputar kemudian dibiarkan
memadat pada suhu kamar.
f) Inkubasi pada suhu 20-25 oC selama 7 hari
g) Diamati pertumbuhan bakteri dan dihitung dengan colony
counter.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian Hasil dan Pembahasan berisi tentang lampiran hasil analisis
mikrobiologi untuk sampel gelatin.
A. Hasil
41
42
B. Pembahasan
hasil positif yaitu adanya koloni bakteri berwarna merah dengan endapan
merah bata disekitarnya.
Menurut standar United State Pharmacopoeae,gelatin tidak boleh
mengandung bakteri E. coli sehingga harus memberikan hasil negatif. Hasil
analisis bakteri E. coli yang telah dilakukan sudah memenuhi standar karena
tidak terdapat koloni apapun yang tumbuh pada media MCA atau negatif dari
bakteri E. coli.
Pengujian selanjutnya adalah pengecekan indikator Salmonella. Pada
pengujian ini digunakan media Xylose Lysin Desoxycholate Agar (XLD) yang
akan memberikan hasil positif terhadap Salmonella ditandai dengan adanya
koloni bakteri berbintik hitam pada pusatnya yang tumbuh pada media ini.
Analisis yang dilakukan terhadap kesepuluh batch sampel gelatin tersebut
menunjukan hasil negatif terhadap bakteri Salmonella karena tidak adanya
pertumbuhan koloni apapun pada media XLD.
Kemudian untuk analisis fungi digunakan media umum kapang/khamir
yaitu Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Hasil yang didapatkan kisaran 0 - 10
cfu/gram gelatin sehingga hasil tersebut telah memenuhu strandar dari yaitu
batas maksimum fungi pada gelatin yaitu sebesar 100 cfu/gram sampel.
Dalam melakukan analisis mikrobiologi ada beberapa hal yang harus
diperhatikan untuk mendapatkan hasil analisis yang sesuai dan juga tidak
membahayakan personil yang bekerja, yaitu:
1. Personil yang melakukan analisis diwajibkan menggunakan APD dan
alat yang sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan untuk
mengurangi resiko tercemar oleh bakteri pathogen.
2. Alat – alat analisis yang dilakuka harus dalam keadaan steril agar tidak
terkontaminasi oleh bakteri sehingga tidak terjadi kesalahan positif saat
pengamatan.
3. Sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan area kerja harus disanitasi
untuk mencegah kontaminasi sampel dengan bakteri yang berada pada
area kerja. Caranya adalah dengan menyalakan lampu UV sebelum
memakali LAF/BSC dan menyemprotkan alkohol 70% pada area kerja.
4. Pengerjaan analisis mikrobiologi harus dilakukan secara aseptik dan hati
– hati karena personil yang melakukan analisis juga merupakan sumber
pengkontaminasi yang paling dominan.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Garis besar bab ini berisi tentang kesimpulan hasil analisis dan saran –
saran yang diberikan penyusun setelah melaksanakan Praktik Kerja Industri.
A. Simpulan
Hasil analisis yang dilakukan terhadap sampel gelatin dengan nomor batch
HH 151015 A, HH 151017 A, HH 151021 A, HH 151017 B, HH 151112 A,
HH 151120 B, 1563891, 1565349, 1568148, dan 1568149 telah memenuhi
standar yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia Edisi V Tahun 2014 serta
United State Pharmacopoeae 32 Vol. 1 Tahun 2009 tentang analisis
mikrobiologi untuk gelatin sehingga dapat disimpulkan bahwa kesepuluh batch
gelatin tersebut layak untuk digunakan.
B. Saran
45
DAFTAR PUSTAKA
Agustine, Hadiati Dra. Dkk. 2010. Mikrobiologi. Bogor: Sekolah Menengah Analis
Kimia Bogor.
Amalia,Zena.“[Farmasi]Kapsul”.Bogor:http://miazena.blog.unissula.ac.id/2012/02/
03/farmasi-kapsul/, Artikel 3 Februari 2012), Desember 2013 pk. 18.30.
Badan POM RI, Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Badan POM RI, Farmakope Indonesia, edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Badan POM RI, 2012 ,Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik , Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Nationaly Formulary. United States Pharmacopeia. 1995. Edisi ke-23. hlm. 1684.
Nationaly Formulary. United States Pharmacopeia. 2000. Edisi ke-24. hlm. 2385
dan 2386.
Nationaly Formulary. United States Pharmacopeia. 2009. Edisi ke-24. hlm. 2385
dan 2386.
46
LAMPIRAN
47
48
100
80
60
40
Standar
20 Hasil
0
Nomor Batch
standar
hasil
Negatif
standar
hasil
Negatif
Analisis Fungi
120
Jumlah Koloni (cfu/g)
100
80
60
40
Standar
20
Hasil
0
Nomor Batch