DI
PT. KIMIA FARMA (Persero) Tbk PLANT BANDUNG
PERIODE 02 APRIL – 31 MEI 2018
DI SUSUN OLEH
ADE ANDINI
N014171034
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
ADE ANDINI
N014171034
Menyetujui:
Pembimbing PKPA Farmasi Industri
PT. Kimia Farmas (Persero) Tbk Plant Bandung
Menyutujui
Koordinator PKPA Farmasi Industri Pembimbing Fakultas
Program Studi Profesi Apoteker Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin Universitas Hasanuddin
Dr. Herlina Rante, S.Si., M.Si., Apt. Dra. Ermina Pakki, M.Si.,
AptNIP. 197711 200212 2 003 NIP. 19610606 198803 2 002
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan ini adalah karya saya sendiri,
tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar profesi di
suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak benar,
maka gelar yang diperoleh, batal demi hukum.
Ade Andini
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Industri di PT. Kimia Farma Tbk. Plant Bandung
serta telah menyelesaikan laporan ini sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Banyak kendala yang penulis hadapi dalam penyusunan laporan ini ini,
namun berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis
dapat melewati kendala-kendala tersebut. Pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin.
2. Dra. Ermina Pakki, M.Si., Apt.selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
3. Dr. Herlina Rante, S.Si, M.Si., Apt., selaku Koordinator PKP Farmasi Industri
4. Dra. Rosany Tayeb, M.Si., Apt. selaku pembimbing PKPA Farmasi Industri
Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin.
5. Pimpinan, staf, dan karyawan pada PT. Kimia Farma Tbk plan Bandung yang
telah memberikan kesempatan pada kami untuk melaksanakan kegiatan PKPA
Farmasi Industri selama 2 bulan.
6. Wakil Dekan I, Wakil Dekan II, Wakil Dekan III, Dosen-Dosen dan semua
Civitas Akademik Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
7. Kedua orang tua penulis, Bapak April., dan Hasmiati HB., atas dukungan
materil dan non materil serta segala doa untuk kesuksesan penulis.
8. Untuk saudara penulis atas motivasi dan doa, serta kepada sanak keluarga
yang turut mendoakan.
9. Rekan-rekan mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker Farmasi Industri
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
iv
10. Sahabat-sahabat terbaik yang senantiasa memberi motivasi, doa, bantuan yang
telah diberikan kepada penulis.
Atas segala bantuan, bimbingan dan pengarahan serta fasilitas yang telah
diberikan kepada penulis selama melakukan PKPA hingga selesainya laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan, namun harapan
penulis semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
II.6.12 Validasi dan Kualifikasi .................................................................... 12
BAB III GAMBARAN KHUSUS
III.1 Pengawasan Mutu ................................................................................. 13
III.3 Manajemen Resiko Mutu ..................................................................... 17
III.4 Gambaran Tugas Khusus ...................................................................... 21
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................... 23
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 28
V.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 28
V.2 Saran ...................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 29
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... 31
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1 Daftar produk yang diproduksi PT. Kimia Farma Plant Bandung ............. 4
Tabel 2 Hasil Penentuan Severity, Occurance, Detection dan Nilai RPN. ............ 24
Tabel 3 Rangkuman Kajian Resiko Evaluasi Spesifikasi Bahan Baku . ............... 25
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Denah PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung ...................... 31
Lampiran 2 Struktur Organisasi PT Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Bandung.32
Lampiran 3 Skala Penentuan Severity, Occurance, Deteksi dan nilai RPN .......... 37
Lampiran 4 Kajian Resiko Evaluasi Spesifikasi Bahan Baku ............................... 38
Lampiran 5 Spesifikasi Bahan Baku ...................................................................... 47
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Salah satu industri farmasi di Indonesia yang telah menerapkan aspek Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah PT. Kimia Farma Plant Bandung. Hal
ini dibuktinya dengan adanya sertifikat CPOB yang telah diperoleh oleh PT.
Kimia Farma Plant Bandung Penerapan CPOB bertujuan untuk menghasilkan
produk obat yang senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan
sesuai dengan tujuan penggunaannya.Salah satu aspek CPOB yaitu Pengawasan
Mutu (Quality Control).
Bagian Pengawasan mutu PT. Kimia farma Bandung bertugas untuk
menjamin mutu selama penerimaan bahan baku hingga produk jadi. Bagian
pengawasan mutu melaksanakan pemeriksaan spesifikasi bahan baku untuk
menjamin kemurnian dan kulitas bahan baku yang diterima dari supplier.
Pemeriksaan spesifikasi bahan baku disetiap Plant Kimia Farma berbeda-beda,
sehingga bahan baku yang diperoleh dari proses stock transfer order harus
diperiksa kembali. Untuk itu perlu dilakukan standarisasi spesifikasi bahan baku
di PT. Kimia Farma, sehingga bahan baku yang diperoleh dari proses stock
transfer order dapat segera digunakan tanpa melalui proses pemeriksaan
spesifikasi bahan baku. Sebagai Mahasiwa Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) industri farmasi Priode 2 april – 31 mei 2018 di PT. Kimia Farma Plant
Bandung, turut berpartisipasi dalam melakukan pengkajian resiko terkait
sepesifikasi bahan baku terhadap beberapa bahan tambahan di PT. Kimia Farma
Plant Bandung dan PT. Kimia Farma Jakarta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada Tahun 1896 didirikan sebuah PABRIK KINA yang diberi nama
BANDOENGSCHE KININE FABRIEK N.V yang hanya menghasilkan
GARAM KINA dari Kulit Kina. Pada Tahun 1942, berubah nama menjadi
“RIKUGUNKININE SEIZOSHYO’ yang dikuasai oleh jepang. Selama
pendudukan Jepang, pembuatan pil/ tablet kina, memang masih dilakukan, akan
tetapi hasilnya diangkut semua ke jepang. Pada tahun 1945 berubah nama menjadi
“BANDOENGSCHE KININE FABRIEK N.V” yang dikuasai oleh Belanda. Pada
Tahun 1955 Pabrik Kina ini diserahkan kepada “INDONESISCHE
COMBINATIE VOOR CHEMISCHE INDUSTRIE” dengan Akte Notaris MR.
R. SOEWARDI No. 47/1954 Tanggal 3 November 1954 dan pada Tahun 1971
berdasarkan PP No.16 Tahun 1971 Lembaran Negara No. 18 Tahun 1971 berubah
nama menjadi PT (Persero) “KIMIA FARMA”.
Pada Tahun 2001 Unit Produksi Formulasi Bandung dan Unit Produksi
Manufaktur Bandung serta Unit Produksi Manufaktur Semarang dilebur menjadi
Divisi Produksi Bandung. Selanjutnya pada tahun 2003 Divisi Produksi Bandung
tanpa unit Produksi Manufaktur Semarang dirubah menjadi Plant Bandung.
3
4
1 Ethical 19
2 CHP (Customer Health Product) 16
3 Generik (OGB) 69
4 Pil KB 17
5 Kontrasepsi 7
Total 133
Manajer pemastian mutu yang dibantu oleh asisten manajer sistem mutu dan
pengembangan produk dengan tujuan senantiasa memberikan produk terbaik
untuk diedarkan kepada masyarakat. Selain itu, pengawasan mutu juga dilakukan
oleh bagian tersendiri dan terpisah sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh CPOB.
Untuk menjamin hal tersebut, maka PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant
Bandung melakukan upaya-upaya dengan adanya struktur organisasi dengan
pembagian tugas yang jelas. Selain itu, mempunyai bangunan dan peralatan yang
memadai, dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan
dengan sangat baik, mulai dari ruangan yang memadai dan memenuhi persyaratan
CPOB, personil dan peralatan yang terkualifikasi, reagen yang terjamin
kualitasnya, penyimpanan dokumen yang baik, dan prosedur-prosedur operasional
yang dijabarkan secara lengkap dan detail, adanya sistem pengelolaan yang baik
6
mulai dari bahan awal hingga produk jadi, adanya prosedur yang jelas, adanya
pengawasan terhadap proses produksi yang dilakukan dan tersedianya sumber
daya manusia dengan jumlah yang cukup dan kompeten.
II.6.2 Personalia
Aspek personalia telah sesuai dengan CPOB, dimana karyawan memiliki
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai dengan tugasnya, juga
memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik sehingga mampu melaksanakan
tugasnya secara profesional dan sebagaimana mestinya. PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. mempunyai program pelatihan secara periodik minimal sekali
dalam setahun baik untuk karyawan lama maupun baru, untuk menjamin agar
setiap karyawan terbiasa dengan persyaratan CPOB yang berkaitan dengan
tugasnya. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung memilki personil yang
telah terkualifikasi dan dengan jumlah yang memadai, saat ini jumlah karyawan
276 orang. Terdiri dari 270 pegawai tetap, 6 pegawai kontrak dan terdapat 22
apoteker. Semua personil telah memenuhi persyaratan diberikan posisi dan
tanggung jawab yang sesuai serta tidak adanya tumpang tindih tugas dalam
kegiatan operasional perusahaan.
II.6.4 Peralatan
Umumnya peralatan produksi yang digunakan terbuat dari stainless steel
316L (low cabon) atau baja tahan karat AISI (American Iron and Steel
Institute) 316. Peralatan ini mudah dibersihkan dan tahan terhadap korosif.
Stainless steel tipe 316L digunakan pada peralatan pengolahan dan pengisian
produk steril dan non steril, sistem pemipaan untuk air murni digunakan pada
storage tank. Untuk Stainless steel tipe 304 atau baja tahan karat AISI 304,
umumnya digunakan untuk peralatan yang tidak bersentuhan langsung dengan
bahan atau produk, untuk produk kering atau serbuk yang tidak bereaksi dengan
logam/baja tahan karat.
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung dalam hal ini telah memiliki
peralatan yang terkualifikasi. Alat-alat yang digunakan baik itu alat produksi
misalnya Fluid Bed Dryer, Super Mixer, Granulator Diosna, Ultra Turax, maupun
alat-alat laboratorium misalnya HPLC, Spektrofotometer dan Polarimeter.
Bangunan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung telah memiliki
fasilitas sanitasi yang memadai diantaranya tempat pembuangan sampah dan
8
limbah B3. Sedangkan hal-hal penting yang perlu diperhatikan mengenai sanitasi
peralatan menurut CPOB diantaranya adalah peralatan yang bersih sebelum dan
sesudah digunakan, cara pembersihan, ruang khusus pembersihan, prosedur
pembersihan yang jelas dan tervalidasi, dokumentasi pembersihan dan
penggunaan bahan-bahan pembersih. Dalam hal ini PT. Kimia Farma (Persero)
Tbk. Plant Bandung memiliki SOP (Standard Operational Procedure)
menyangkut proses operasi dan pembersihan setiap peralatan. Metode
pembersihan yang biasa digunakan dengan cara vakum dan cara basah. Bahan
desinfektan yang digunakan yaitu bahan pembersih etanol 70% v/v air yang
digunakan purified water.
II.6.6 Produksi
Semua proses produksi di Plant Bandung dilakukan di kelas E dan F.
Sebelum melakukan produksi, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. telah memastikan
line clereance telah dijalankan, peralatan telah terkualifikasi dan proses telah
tervalidasi, dan personil telah menjalankan protap-protap yang telah ada. Proses
produksi dimulai dari tahap penanganan bahan (meliputi penerimaan, pemeriksaan
dan penyimpanan bahan di gudang), pengolahan bahan mencakup penimbangan
dan penanganan bahan sampai diperoleh produk siap kemas (produk ruahan),
pengemasan (primer dan sekunder) serta penanganan obat jadi yang mencakup
penyimpanan dan distribusi kepada konsumen.
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung sesuai dengan CPOB juga
melaksanan audit internal yang dilaksanakan tiap 6 bulan oleh tim audit yang
telah dibentuk sebelumnya. Audit eksternal juga dilakukan oleh sistem ISO yaitu
SGS tiap 1 kali dalam setahun dan sidak dari Badan POM. PT. Kimia Farma Plant
Bandung juga melakukan toll manufacturing sehingga dilakukan juga audit
maklooner setiap 1 tahun sekali untuk memastikan setiap kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan prosedur dan CPOB.
CPOB. Setelah itu dibuat daftar pemasok untuk mempermudah peninjauan ulang
secara berkala dan dilakukan evaluasi secara teratur terhadap para pemasok.
Bila ada keluhan terhadap produk PT.Kimia Farma dan diperlukan penarikan
obat, maka penarikan dilakukan oleh PBF dan diserahkan ke Unit Logistik Sentral
(ULS). Dari ULS produk kembalian dikirim kegudang Plant Bandung. Setelah
menerima produk kembalian, gudang memuat Surat Bukti Penerimaan Obat
Kembali yang berguna sebagai permohonan pemeriksaan laboratorium. Bila
diluluskan, atau produk kembalian setelah diperiksa laboratorium masih
memenuhi syarat kualitas produk, maka akan dilakukan “repack” oleh Bagian
11
II.6.10 Dokumentasi
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung mendokumentasikan standar
operational procedure (SOP), spesifikasi bahan baku, bahan pengemas, produk
antara, produk ruahan, obat jadi, dokumen produksi, dokumen pengawasan mutu,
dokumen penyimpanan dan distribusi, dokumen pemeliharaan, pembersihan,
pemantauan kondisi ruangan dan peralatan. Dokumen penanganan keluhan
terhadap obat, penarikan kembali obat, obat kembalian dan pemusnahan obat,
dokumen duntuk peralatan khusus, prosedur dan catatan inspeksi diri, pedoman &
catatan pelatihan CPOB bagi karyawan.
Dokumen yang telah disimpan selama dua tahun setelah produksi, maka akan
dimusnahkan oleh bagian Pemastian Mutu. Dokumen tersebut dimusnahkan
menggunakan mesin penghancur kertas, sehingga limbah kertas tersebut tidak
menumpuk dan menghindari dokumen jatuh ke tangan pihak yang tidak
bertanggung jawab atau disalahgunakan. Dokumen yang telah expired
dimusnahkan setiap 5 tahun dan soft copynya di simpan sebagai arsip perusahaan.
BAB III
“EVALUASI SPESIFIKASI BAHAN BAKU LAKTOSA,
MAGNESIUM STEARAT. AMYLUM MAYDIS, RIBOFLAVIN
DAN ETANOL 95%”
13
14
antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila perlu untuk
pemantauan lingkungan sesuai dengan tujuan CPOB;
b. pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara,
produk ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personil dengan
metode yang disetujui oleh Pengawasan Mutu;
c. metode pengujian disiapkan dan divalidasi
d. pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat
selama pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang
dipersyaratkan dalam prosedur pengambilan sampel, inspeksi dan
pengujian benar-benar telah dilaksanakan Tiap penyimpangan
dicatat secara lengkap dan diinvestigasi;
e. produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan
kuantitatif sesuai dengan yang disetujui pada saat pendaftaran, dengan
derajat kemurnian yang dipersyaratkan serta dikemas dalam wadah
yang sesuai dan diberi label yang benar;
f. dibuat catatan hasil pemeriksaan dan analisis bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi secara
formal dinilai dan dibandingkan terhadap spesifikasi; dan
g. sampel pertinggal bahan awal dan produk jadi disimpan dalam
jumlah yang cukup untuk dilakukan pengujian ulang bila perlu.
Sampel produk jadi disimpan dalam kemasan akhir kecuali untuk
kemasan yang besar.
Tiap pengiriman atau bets bahan awal hendaklah diberi nomor rujukan
yang akan menunjukkan identitas pengiriman atau bets selama penyimpanan
dan pengolahan. Nomor tersebut hendaklah jelas tercantum pada label wadah
untuk memungkinkan akses ke catatan lengkap tentang pengiriman atau bets yang
akan diperiksa.
Apabila dalam satu pengiriman terdapat lebih dari satu bets maka untuk
tujuan pengambilan sampel, pengujian dan pelulusan, hendaklah dianggap
sebagai bets yang terpisah. Pada tiap penerimaan hendaklah dilakukan
pemeriksaan visual tentang kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya,
ceceran dan kemungkinan adanya kerusakan bahan, dan tentang kesesuaian
16
catatan pengiriman dengan label dari pemasok. Sampel diambil oleh personil dan
dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Pengawasan mutu.
Bahan awal, terutama yang dapat rusak karena terpapar panas, hendaklah
disimpan didalam ruangan yang suhu udaranya dikendalikan dengan ketat.
17
Penyerahan bahan awal hendaklah dilakukan hanya oleh personil yang berwenang
sesuai dengan prosedur yang telah disetujui. Catatan persediaan bahan hendaklah
disimpan dengan baik agar rekonsiliasi persediaan dapat dilakukan.Penimbangan
bahan awal hendaklah dilakukan oleh personil yang berwenang sesuai prosedur
tertulis untuk memastikan bahan yang benar yang ditimbang atau diukur dengan
akurat ke dalam wadah yang bersih dan diberi label dengan benar.Setiap bahan
yang ditimbang atau diukur hendaklah diperiksa secara independen dan hasil
pemeriksaan dicatat. Bahan yang ditimbang atau diukur untuk setiap bets
hendaklah dikumpulkan dan diberi label jelas.Semua bahan awal yang ditolak
hendaklah diberi penandaan yang mencolok, ditempatkan terpisah dan
dimusnahkan atau dikembalikan kepada pemasoknya.
Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui
dan memenuhi spesifikasi yang relevan, dan bila memungkinkan, langsung dari
produsen. Dianjurkan agar spesifikasi yang dibuat oleh pabrik pembuat untuk
bahan awal dibicarakan dengan pemasok. Sangat menguntungkan bila semua
aspek produksi dan pengawasan bahan awal tersebut, termasuk persyaratan
penanganan, pemberian labeldan pengemasan, juga prosedur penanganan keluhan
dan penolakan, dibicarakan dengan pabrik pembuat dan pemasok.
123
24
Berdasarkan penentuan skala pada lampiran 3 dan hasil kajian resiko FMEA
evaluasi bahan baku pada lampiran 4. Berikut ini merupakan hasil kajian resiko
evaluasi spesifikasi beberapa bahan baku di Kimia Farma Plant Bandung dan
Plant Jakarta menggunakan manajemen resiko Failure Mode Effect Analysis
(FMEA):
Tabel 2. Hasil Penentuan Skala Severity, Occurance, Detection dan Nilai RPN
Nama
Nama Spesifikasi Bahan Severity Occurance Detection Nilai RPN
Baku
Magnesium
Ukuran Partikel 4 2 3 24
Stearat
Amylum
Ukuran Partikel 4 2 2 16
Maydis
Rotasi Optik Laktosa 4 2 2 16
Magnesium
Timbal Stearat, 4 2 2 16
Laktosa
Amylum
Abu sulfat 4 1 3 12
Maydis
Absorbansi Riboflavin 4 2 1 8
Kadar Etanol 95% 4 1 1 4
pH Laktosa 3 1 1 3
25
26
Untuk pemeriksaan abu sulfat pada bahan baku amilum, termasuk dalam
kategori mayor dengan nilai RPN 12. Hal ini disebabkan karena adanya
kemungkinan cemaran logam berat pada bahan baku amilum dapat memberikan
pengaruh fungsi fisiologis konsumen. Meskipun angka kejadiannya (occurance)
cenderung rendah tetapi tidak ada pemeriksaan spesifikasi penunjang yang dapat
meningkatkan deteksi (detection) dari dampak yang diberikan. Sehingga,
rekomendasi yang diberikan adalah sebaiknya dilakukan pemeriksaan spesifikasi
ukuran partikel pada PT. Kimia Farma Plant Bandung maupun PT. Kimia Farma
Plant Jakarta pada saat bahan baku Amilum pertama kali datang dari supplier.
27
Untuk pemeriksaan spesifikasi kadar pada bahan baku etanol 95% dan
pemeriksaan spesifikasi pH pada bahan baku laktosa, termasuk dalam kategori
minor dengan nilai RPN berturut-turut 4 dan 3. Hal ini disebabkan karena
meskipun dampak (severity) yang ditimbulkan sangat tinggi dan berpengaruh
terhadap sebagian besar kualitas produk, tetapi angka kejadinnya (occurance)
cenderung sangat rendah dan pemeriksaan spesifikai yang dilakukan saat ini untuk
meningkatkan deteksi (detection) dari dampak yang diberikan sudah sangat
efektif. Sehingga, tidak perlu lagi dilakukan pemeriksaan spesifikasi kadar pada
bahan baku etanol 95% dan pemeriksaan spesifikasi pH pada bahan baku laktosa
di PT. Kimia Farma Plant Banudng dan PT. Kimia Farma Plant Jakarta
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan PKPA industri di PT Kimia Farma
(Persero), Tbk.Plant Bandung dapat disimpulkan bahwa :
1. PT Kimia Farma (Persero), Tbk. Plant Bandung telah diusahakan mencakup
semua aspek pada CPOB 2012
2. Berdasarkan kajian resiko evaluasi spesifikasi bahan baku terdapat beberapa
pemeriksaan spesifikasi yang distandarisasi, yaitu :
Jenis Pemeriksaan Kriteria RPN Rekomendasi
V.2 Saran
PT. Kimia Farma (Persero)Tbk. Plant Bandung diharapkan dapat
memberikan informasi yang lebih banyak mengenai jalur produksi di industri
tersebut disertai pengenalan gedung produksi yang lebih rinci bagi mahasiswa
Praktek Kerja Profesi Apoteker selanjutnya.
28
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.33.12.12.8195 tahun
2012 tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik.
Jakarta. 2012
Banker, G. S., and Anderson, N. R.Tablet in Lachman, L., Lieberman H.A.,
(Editor).1986. The Theory Practice of Industrial Pharmacy.Leo and
Febiger, Philadelphia.
Departemen Kesehatan. 2013. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan: Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta : Departemen
Kesehatan.
Kimia Farma. [serial on internet] [diakses tanggal 26 Mei 2018]. Available from:
http://kimiafarma.co.id/
Lachman, L., Lieberman, HA., Kanig, JL., Teori dan Praktek Farmasi Industri.
UI Press. Jakarta.1994.
Ng Hui Ping, Chloe Lim, Evaria, Theresa M. A. (ed.) MIMS Petunjuk Konsultasi
Edisi 14. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. 2016.
Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia
Tentang Kesehatan. Jakarta.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2013. Petunjuk
Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik
2012 Jilid 1 dan 2. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia.
Syahputri, M.V., dkk., 2006. Pemastian Mutu Obat : Kompendium Pedoman dan
Bahan-Bahan Terkait Vol. 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Stamatis, D.H. 2003. Failure Mode and Effect Analysis: FMEA from Theory to
Execution, 2nd Edition, Quality Press
Mc Dermott, R. Makulak, J. & Beauregard M.R 1996. The Basics of FMEA,
Productivity Press, New York
Choe E, Huang R, Min DB. 2005. Chemical reactions and stability of riboflavin in
foods. J Food Sci. 70:R28-R36.
Warburg O, Christian W. 1932. A second oxygen-transfer enzyme and its
absorption spectrum. Naturwissenschaften 20:688
29
30
World Health Organization. 2014. Global Stats Report Alkohol and Helath.USA
WIdowati W. Sastiono, A. dan Jusuf, R. 2008. Efek toksik Logam, Pencegahan
dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta.
Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Padat, ITB, Bandung.
Parrish, Ross D.K. dkk 1980. Formation of B-lactose from the stable forms of
anhydrous a-lactose. USA.
Jinjiang LI and Younmei Yu. 2014. Lubricants in Pharmeceutical Solid Dosage
Forms. USA
Ayu M., Sri A., Eka I.S. 2013. Pengaruh konsentrasi amilum jagung preglatinasi
sebagai bahan penghancur. Universitas Udayana Bali.
Komisi Farmakope Eropa. 2013. European Pharmacopoeia 7.0. Uppsala: Dewan
Eropa.
British Pharmacopoeia. 2012. British Pharmacopoeia. Volume 1 & 2. London:
The British Pharmacopoeia Commission
The United State Pharmacopeial Convention. (2010). The United States
Pharmacopeia (USP). 34th Edition. United States
- LAMPIRAN
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
31
Lampiran 2. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung
UNIT
PLANT BANDUNG
Manajer Drs. Beben Budiman., Apt
Asman
BAGIAN BAGIAN
BAGIAN BAGIAN
PRODUKSI II PENGEMBANGAN PENYIMPANAN AKUNTANSI &
Drs. Yasrizal., Apt PRODUK SDM
Tini Arietiyani
Diah Sofiyanti, S. Si., Apt Mamat Hasbullah, SE
BAGIAN
PRODUKSI III
Drs. Cahyadi., Apt
32
SUB UNIT PRODUKSI
PLANT BANDUNG
Dra.WartiyasTuti, Apt
Manajer
Asman
SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN
GRANULASI PENGEMASAN PENGOLAHAN & PENGOLAHAN & PENGOLAHAN
MASSA TABLET PRIMER PENGEMASAN PENGEMASAN &PENGEMASAN
Nunung Budiyanti Junjun Saptaji CAIRAN FITOFARMAKA PRODUK KB
Lien Wismayanti Iit Herawati Anwar Sadat
SUB BAGIAN
PENYALUTAN Gambar 6. Struktur Organisasi Sub Unit Produksi PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant
TABLET Bandung
Dedah Djubaedah
33
BAGIAN
PENGAWASAN MUTU
Nurul Fatonah, S. Farm., Apt
Asman
Supervisor
SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PENGAWASAN
BAHAN BAKU BAHAN PRODUK MIKROBIOLOGI PRODUK JADI PROSES
Sofia Susilawati PENGEMAS ANTARA & & LIMBAH Dewi Sari PRODUKSI
Yayu Wahyuhadini RUAHAN Kristinah Kurniasih Yayah, BSc
Utin Usniatin S
Gambar 7. Struktur Organisasi Bagian Pengawasan Mutu PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung
34
SUB UNIT
PEMASTIAN MUTU
Dra. E. Mimin Amaliana, Apt
Manajer
SUB BAGIAN
PENGENDALIAN DOKUMEN
Firmansyah
Gambar 8. Struktur Organisasi Sub Unit Pemastian Mutu PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung
35
UNIT
PLANT BANDUNG
Drs. Beben Budiman, Apt
Manajer
Supervisor
SUB BAGIAN
SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN
VERIFIKASI AKUNTANSI GUDANG BAHAN
MEKANIK PENGADAAN K3 PENGENDALIAN
BIAYA BIAYA BAKU
Bambang Iswahyudi Rani Nurani Adi Utomo PROSES PRODUKSI
Asep Solihin Suhendra Renni Sophiawati
Budiyanto, Amd Iwan Djunaedi
SUB BAGIAN
SUB BAGIAN GUDANG BAHAN
SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN LINGKUNGAN PENGEMAS
LISTRIK & PAJAK & PELATIHAN &
Adi Utomo Reonal Adwaaliy M
ENERGI KEUANGAN KINERJA
PEGAWAI Budiyanto, Amd
Kasdi Erwin Setiawan
Ailing Reska S SUB BAGIAN
GUDANG OBAT
SUB BAGIAN JADI
SUB BAGIAN UMUM
SUB BAGIAN ADMINISTRASI Sri AgungKunto N,
PERSONALIA
Nova Damayanti ST
BANGUNAN
Laila Adhariani, S.Si SUB BAGIAN
PENIMBANGAN
Gambar 9. Struktur Organisasi Bagian Support PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung SENTRAL
Sony Wahyudiono
SUB BAGIAN
PENANDAAN
BAHAN
PENGEMAS
Lisdaningsih
36
Lampiran 3. Penentuan Skala Severity, Occurance, Detection dan Skala Nilai RPN
Kritikal (C) ≥20 Tinggi Moderate Untuk kerusakan yang memiliki peluang 2
pengendalian sedang, masih mungkin terjadinya
kerusakan
Low Untuk kerusakan yang memiliki peluang 3
pengendalian rendah, kerusakan masih sangat
mungkin terjadi
37
Lampiran 4. Kajian Resiko Evaluasi Spesifikasi Bahan Baku
38
Lanjutan Evaluasi Spesifikasi Bahan Baku Mg Stearat
Pemeriksaan
Menurut WHO ambang batas timbal dalam darah Kecenderungan frekuensi Pemeriksaan Uji sisa
spesifikasi
adalah 20 µg/100 mL atau 0,2 ppm (tidak terjadinya sangat rendah karena pemijaran dengan
timbal perlu
menimbulkan efek fisiologis pada tubuh). adanya data timbal yang tertera tujuan untuk
dilakukan
pada CoA, dan data histori uji sisa memastikan bahwa
baik pada
Paparan timbal (Pb) bisa mengakibatkan pemijaran selalu memenuhi bahan baku bebas dari
Terdapat kimia farma
kelelahan, kelesuan, gangguan iritabilitas, spesifikasi. senyawa asing atau
Timbal pada plant Jakarta
Timbal kehilangan libido, gangguan menstruasi, sakit 4 2 cemaran anorgamik 2 16 Ma
sediaan maupun kimia
kepala dan sulit tidur. termasuk cemaran
tablet farma plant
timbal secara tidak
bandung,
WIdowati W. Sastiono, A. dan Jusuf, R. 2008. langsung. Diamana
untuk
Efek toksik Logam, Pencegahan dan ambang batas yang
menjamin
Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta. diperbolehkan untuk
kualitas
uji sisa pemijaran
produk,
adalah <0,2%
39
b. Evaluasi Spesifikasi Bahan Baku Riboflavin
Penilaian Resiko
Nama Jenis Kendali yang
Efek yang ditimbulkan oleh kegagalan S Penyebab Kegagalan O D RPN R Rekomendasi
Spesifikasi Kegagalan dilakukan
40
c. Evaluasi Bahan Baku Amylum / Corn Starch
Penilaian Resiko
Nama Jenis Kendali yang
Efek yang ditimbulkan oleh kegagalan S Penyebab Kegagalan O D RPN R Rekomendasi
Spesifikasi Kegagalan dilakukan
Abu Adanya
Sulfat Cemaran pada Adanya cemaran dalam bahan baku dapat Kecenderungan frekuensi
Bahan Baku berdampak pada kerusakan sediaan tablet, terjadinya sangat rendah karena Pemeriksaan
Amilum spesifikasi abu
maupun berbahaya pada konsumen. adanya data kontaminasi logam
pada CoA sepertu Pb, Cu dan Zn. sulfat perlu
Menurut BP 2012 ambang batas logam yang dilakukan baik
terdapat dalam sediaan adalah <0,2%. pada kimia
4 1 3 12 Ma
farma plant
Jakarta maupun
kimia farma
plant bandung,
untuk menjamin
kualitas produk,
41
Lanjutan Evaluasi Bahan Baku Amylum / Corn Starch
Penilaian Resiko
Nama Jenis Kendali yang
Efek yang ditimbulkan oleh kegagalan S Penyebab Kegagalan O D RPN R Rekomendasi
Spesifikasi Kegagalan dilakukan
Pemeriksaan
Ukuran partikel yang tidak homogeny pada spesifikasi kadar
bahan tambahan amilum berpengaruh pada alkohol tidak
Kecenderuangan terjadinya
kekerasan tablet. Ukuran partikel yang besar perlu dilakukan
dampak pemeriksaan kekerasan
menyebabkan ruang antar granul akan semakin baik pada kimia
diluar spesifikasi karena adanya
besar dan dapat terisi oleh udara. Sehingga pada farma plant
ukuran partikel yang tidak sesuai
Ukuran saat pengempaan terjadi penurunan kekuatan Jakarta maupun
tergolong sangat rendah. Karena
Ukuran Partikel yang ikatan antar granul. sedangkan adanya jumlah kimia farma plant
4 adanya faktor lain seperti 2 3 18 Ma
Partikel tidak fines yang banyak dapat menyebabkan tablet bandung, karena
konsentrasi pengikat dan lubrikan
homogeny rapuh karena tersusuan dari serbuk yang sangat angka kerjadian
atau adanya daya tekanan
halus sehingga kekerasannya rendah, sangat rendah dan
komressi mesin yang tinggi juga
pemeriksaan telah
berpengaruh pada kekerasan
Lachman,C,L, est. 2008. Teori dan Praktek ditunjang oleh
tablet
Farmasi Industri edisi 2 (terjemahan), Jakarta : pemeriksaan
UI Press bobot jenis
etanol.
42
d. Evaluasi Spesifikasi Etanol (95%)
Penilaian Resiko
Nama Jenis Kendali yang
Efek yang ditimbulkan oleh kegagalan S Penyebab Kegagalan O D RPN R Rekomendasi
Spesifikasi Kegagalan dilakukan
Pemeriksaan
Etanol 95% yang tidak murni dengan kata lain kemurniaan dan Pemeriksaan
tercampur dengan bahan lain seperti methanol, Penetapan kadar etanol spesifikasi kadar
propanolol, aceton dan amil alkohol dapat dapat dilakukan alkohol tidak perlu
menyebabkan kurangnya efektivitas etanol atau dengan perhitungan dilakukan baik
dapat bersifat toksik pada manusia. Kecenderungan frekuensi bobot jenis etanol dan pada kimia farma
Kadar terjadinya sangat rendah karena ditetapkan kadarnya plant Jakarta
Etanol Misalnya. Kurangnya kemampuan etanol dalam adanya data purity Yang tertera dengan menggunakan maupun kimia
Kadar Kurang atau melarutkan zat tertentu atau kurangnya 4 pada CoA, dan data histori uji 1 daftar bobot jenis dan 1 4 A farma plant
etanol tidak efektivitas etanol sebagai bahan pengikat. kualitatif kontaminasi bahan asing kadar alkohol pada bandung, karena
murni Adanya ketercampuran etanol dengan bahan setiap bahan baku etanol pertama suhu 15 – 200C. angka kerjadian
methanol dapat menyebabkan koma sampai kali datang dari supplier. Pemeriksaan kualitatif sangat rendah dan
kematian. kontaminasi, seperti pemeriksaan telah
World Health Organization. 2014. Global Stats methanol, amil ditunjang oleh
Report Alkohol and Helath. alkohol, aldedec dan pemeriksaan bobot
aceton jenis etanol.
43
e. Evaluasi Spesifikasi Bahan Baku Laktosa
Penilaian Resiko
Nama Jenis Kendali yang
Efek yang ditimbulkan oleh kegagalan S Penyebab Kegagalan O D RPN R Rekomendasi
Spesifikasi Kegagalan dilakukan
Pemeriksaan
Laktosan Cenderung terurai atau berubah rotasi spesifikasi PH
optik pada PH yang cenderung basa. laktosa tidak
Kemungkinan terjadinya profil perlu dilakukan
Menurut Europian pharmacopeia 7, laktosa pelepasan tablet diluar spesifikasi baik pada kimia
Penyesuaian PH dapat
merupakan serbuk putih yang mudah teroksidasi karena adanya perubahan rotasi farma plant
disesuaikan pada saat
dan stabil pada PH 3-7. optic cenderung langkah, karena Jakarta maupun
pemaikan bahan
PH yang profil pelepasan tablet diluar kimia farma plant
PH 3 1 tambahan laktosa 1 3 Mi
tidak sesuai spesifikasi dapat disebabkanoleh bandung, karena
dalam proses produksi
farktor lain seperti kecepatan angka kerjadian
dan Proses
putaran mesin atau konsentrasi sangat rendah dan
penyimpanan
bahan tambahan seperti pengikat pemeriksaan telah
dan lubrikan. ditunjang oleh
penyesuaian PH
pada saat
produksi
44
Lanjutan Evaluasi Spesfikasi Bahan Baku Laktosa
Menurut WHO ambang batas timbal dalam darah Kecenderungan frekuensi Pemeriksaan Uji sisa
adalah 20 µg/100 mL atau 0,2 ppm (tidak terjadinya sangat rendah karena pemijaran dengan
menimbulkan efek fisiologis pada tubuh). adanya data kandungan timbal tujuan untuk
Pemeriksaan
yang tertera pada CoA, dan data memastikan bahwa
spesifikasi
Paparan timbal (Pb) bisa mengakibatkan histori uji sisa pemijaran selalu bahan baku bebas dari
timbal perlu
kelelahan, kelesuan, gangguan iritabilitas, memenuhi spesifikasi. senyawa asing atau
dilakukan baik
Terdapat kehilangan libido, gangguan menstruasi, sakit cemaran anorgamik
pada kimia
Timbal pada kepala dan sulit tidur. termasuk cemaran
Timbal 4 2 2 16 Ma farma plant
sediaan timbal secara tidak
Jakarta maupun
tablet WIdowati W. Sastiono, A. dan Jusuf, R. 2008. langsung. Diamana
kimia farma
Efek toksik Logam, Pencegahan dan ambang batas yang
plant bandung,
Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta. diperbolehkan untuk
untuk menjamin
uji sisa pemijaran
kualitas produk,
adalah <0,2%
45
Lanjutan Evaluasi Spesfikasi Bahan Baku Laktosa
46
44
47