ZULFANI NOOR
Zulfani Noor
NIM H24114086
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRAK
PT. Anugrah Cita Era Food merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
di bidang manufaktur dan produk yang dihasilkan yaitu makanan ringan ekstrudat
keripik jagung (corn chips). Perusahaan ini berusaha menghasilkan produk yang
sesuai dengan tuntutan konsumen dengan mempertahankan kualitas mutu produk.
Tetapi untuk mendapatkan kualitas terbaik yang sesuai dengan standar yang di
inginkan konsumen dibutuhkan pengendalian mutu, yang bertujuan untuk
meminimalisir penyimpangan-penyimpangan yang tidak sesuai dengan standar
yang telah di tentukan oleh perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah (1)
Mengetahui proses produksi corn chips dalam usaha menghasilkan produk yang
bermutu dan aman untuk dikonsumsi, (2) Menganalisa pengendalian mutu pada
keseluruhan proses produksi corn chips, (3) Mengidentifikasi sebab-sebab
potensial yang mempengaruhi mutu corn chips, dan (4) Membuktikan apakah
pengendalian mutu pada proses produksi tersebut terkendali ataupun tidak
terkendali. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Proses analisis yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan Statistical Quality Control (SQC) untuk pengendalian
produk rusak corn chips. Prioritas masalah yang dipilih berdasarkan hasil analisis
dengan menggunakan diagram pareto adalah butir jagung pecah (patahan) pada
proses penerimaan bahan baku jagung pipil dengan nilai frekuensi 50.30%, kadar
air yang tinggi pada proses produksi dengan nilai frekuensi 29.6% serta berat
produk setelah dikemas yang over-under dengan nilai frekuensi pada mesin
packing A 68.65%, B 63.56%, C 65.95% dan D 63.03%. Keseluruhan
ketidaksesuaian yang terjadi disebabkan oleh 3 faktor utama yaitu material,
metode dan mesin.
PT. Anugrah Cita Era Food is one of the manufacturing companies and the
resulting product is a snack extrudates (corn chips). This company is trying to
produce products according to costomer demands by maintaining the quality of
the product. But to get the best quality in accordance with the required standards
of consumer needs quality control, which aims to minimize the deviations that
does not comply with the standards set by the company. The objectives of this
research are (1) outline the production process of corn to produce a qualified
product and safe to consume, (2) analyze quality control in the whole production
process of corn chips, (3) identify potential causes that affect the quality of corn
chips, and (4) proving whether quality control in the production process is
controlled or uncontrolled. Type of data used in this research are primary data and
secondary data. The process of the analysis conduted in this research using
Statistical Quality Control (SQC) approach for controlling the defective product
corn chips. Priority are selected based on the result of the analysis using pareto
diagram is corn grain repture (fracture) on the receipt of raw materials with a
frequency value 50.30%, high water levels on the production process with a
frequency value 29.6%, and weight of product which is not accordance (over-
under) with the frequency value at A packing machine 68.65%, B 63.56%, C
65.95% dan D 63.03%. All nonconformities caused by three main factors are
materials factors, methods and machine.
ZULFANI NOOR
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Disetujui Oleh
Diketahui Oleh
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T atas segala karunia-
NYA sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 sampai Februari 2014
ini ialah Analisis Pengendalian Mutu Untuk Mencapai Standar Kualitas Produk
Corn Chips di PT. Anugrah Cita Era Food.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Alim Setiawan S, STP, Msi
selaku dosen pembimbing. Selain itu ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada pihak PT. Anugrah Cita Era Food khususnya kepada Ibu Eiilen Salim
selaku Plan Director, Ibu Lilis Herawati selaku Factory Manager, Ibu Adelita
Bawinto selaku Supervisor PPAdm, Bapak Alamsyah selaku Supervisor Produksi
Divisi Corn Chips , Bapak Nanang Santoso selaku Supervisor Packing, Bapak
Deni Gunawan selaku Supervisor R&D dan Bapak Riki Hidayat selaku
Supervisor QA/QC, yang telah membantu saya dalam pengumpulan data. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada orang tua (Sobirin dan Endang), suami
(Zuliyanto) atas segala doa dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini, serta sahabat-sahabat terbaik atas dukungannya.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penulisan laporan ini
masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca sekalian, agar skripsi ini lebih baik lagi pada masa mendatang.
Penulis juga mengharapkan hasil dari penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Atas perhatiannya
penulis mengucapkan terima kasih.
Zulfani Noor
H24114086
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
METODE 4
Kerangka Pemikiran 4
Lokasi dan Waktu Penelitian 6
Metode Pengambilan Data 6
Teknik Pengambilan Sampel 7
Pengolahan dan Analisis Data 7
Diagram Pareto 7
Diagram Sebab-Akibat 8
Grafik Kendali 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Gambaran Umum Perusahaan 11
Sejarah Perusahaan 11
Visi Perusahaan 12
Misi Perusahaan 12
Struktur Organisasi Perusahaan 12
Proses Produksi Corn Chips 12
Standar Mutu Produk Corn Chips 14
Analisis Hasil Penelitian 18
Langkah Perbaikan Mutu 33
IMPLIKASI MENEJERIAL 36
SIMPULAN DAN SARAN 36
DAFTAR PUSTAKA 38
RIWAYAT HIDUP 45
DAFTAR TABEL
1. Proses pengumpulan data 6
2. Standar mutu bahan baku 16
3. Standar mutu pada proses produksi 16
4. Standar mutu pada proses pengemasan 17
5. Ketidaksesuaian jagung pipil 18
6. Urutan ketidaksesuaian jagung pipil 19
7. Ketidaksesuaian proses produksi corn chips 22
8. Urutan ketidaksesuaian proses produksi corn chips 23
9. Ketidaksesuaian proses pengemasan corn chips 26
10. Urutan ketidaksesuaian proses pengemasan bulan Januari-Juni 2013 27
11. Ketidaksesuaian pada keseluruhan proses produksi corn chips 32
12. Langkah perbaikan mutu dengan siklus Deming 34
DAFTAR GAMBAR
1. Jumlah produk kembalian (Reture) 2
2. Kerangka pemikiran penelitian 5
3. Bentuk umum diagram Sebab-Akibat atau Fishbone 9
4. Diagram alir proses produksi Corn Chips 13
5. Diagram pareto proses penerimaan bahan baku jagung pipil 19
6. Diagaram sebab akibat proses penerimaan bahan baku 20
7. Bagan kendali proses penerimaan bahan baku 21
8. Diagram pareto proses produksi Corn Chips 23
9. Diagram sebab akibat proses produksi Corn Chips 24
10. Bagan kendali proses produksi Corn Chips 25
11. Diagram pareto proses pengemasan Mesin Packing A 27
12. Diagram pareto proses pengemasan Mesin Packing B 28
13. Diagram pareto proses pengemasan Mesin Packing C 28
14. Diagram pareto proses pengemasan Mesin Packing D 29
15. Diagram sebab akibat proses pengemasan Corn Chips 29
16. Bagan kendali proses pengemasan Mesin Packing A 30
17. Bagan kendali proses pengemasan Mesin Packing B 31
18. Bagan kendali proses pengemasan Mesin Packing C 31
19. Bagan kendali proses pengemasan Mesin Packing D 32
DAFTAR LAMPIRAN
1. Syarat mutu makanan ringan ekstrudat 40
2. Struktur organisasi PT. Anugrah Cita Era Food 41
3. Perhitungan pengolahan data dengan Microsoft Excel 42
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang masuk dalam kelompok
serealia, dan merupakan salah satu bahan pangan dunia yang penting selain
gandum dan padi. Warna, tekstur dan rasa bulir jagung ditentukan oleh sifat bulir
jagung dan lapisan terluarnya yang membentuk variasi warna bulir mulai dari
putih, kuning, jingga, merah cerah, merah darah, ungu, hingga ungu kehitaman,
serta rasa manis dan tekstur ketan pada jagung. Bagi penduduk di Amerika
Tengah dan Amerika Selatan, jagung merupakan sumber karbohidrat utama. Di
Amerika Serikat, jagung menjadi sumber pangan alternatif. Terbukti, bulir jagung
juga dapat diolah untuk diambil minyaknya, dibuat tepung jagung (maizena), gula
jagung, dan minuman.
Bulir jagung banyak mengandung karbohidrat, mencapai 80% dari seluruh
bahan bulir kering. Kandungan karbohidrat pada jagung lebih rendah daripada
beras. Untuk setiap 100 g jagung (pipil/giling) mengandung 307 kalori. Namun
jagung mengandung serat dan karoten yang lebih tinggi daripada beras. Karoten
adalah zat yang penting dalam pembentukan vitamin A. Jagung dengan bulir
berwarna kuning lebih banyak mengandung protein dan vitamin A.
Semakin meningkatnya pengetahuan konsumen, tuntutan terhadap variasi
dan mutu olahan juga makin meningkat. Oleh karena itu, perlu adanya pengenalan
dan inovasi teknologi pengolahan hasil pertanian guna meningkatkan mutu
produk. Konsumen saat ini menuntut pangan yang bermutu dan terjamin
keamanannya. Menurut Muhandri dan Kadarisman (2006), mutu atau kualitas
merupakan suatu rangkaian karakteristik produk atau jasa dengan standar yang
ditetapkan perusahaan berdasarkan syarat, kebutuhan dan keinginan konsumen.
Kualitas atau mutu yang baik dari sebuah produk, dapat diperoleh jika
perusahaan memiliki manajemen mutu yang baik. Menurut Gaspersz (2005),
Manajemen Mutu atau Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management =
TQM) didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performansi secara terus
menerus (continuous performance improvement) pada setiap level operasi atau
proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan
semua sumber daya manusia (SDM) dan modal yang tersedia. Sedangkan menurut
Juran dalam Nasution (2004:1), mutu produk adalah kecocokan penggunaan
produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
Mutu produk yang baik akan memberikan kepuasan bagi konsumen dan
merupakan modal utama bagi pelaku usaha untuk berkembang dan bertahan
dalam menghadapi persaingan usaha. Dalam pecapaian peningkatan kualitas pada
produk, diperlukan penerapan sistem jaminan keamanan pangan yang optimal
mulai dari penerimaan bahan baku hingga produk sampai ketangan konsumen.
PT Anugrah Cita Era Food merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
di bidang manufaktur. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini adalah
makanan ringan ekstrudat yaitu keripik jagung (corn chips) dengan berbagai rasa
seperti barbaque, keju panggang, balado padang, original, jagung bakar, sambal
limau dan keju nacho. PT Anugrah Cita Era Food berupaya untuk dapat
mempertahankan kandungan-kandungan gizi yang terdapat dalam jagung dan
2
ingin meningkatkan mutu produk tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah dengan cara mengendalikan proses produksinya. Pada dasarnya
pengendalian terhadap mutu produk corn chips tersebut sudah dilakukan oleh PT
Anugrah Cita Era Food, namun masih belum maksimal dan hasil yang diperoleh
tidak memuaskan, pada produk akhir masih ditemukan produk yang tidak sesuai
dengan standar yang diinginkan perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada produk
pengembalian (reture) yang dilakukan oleh distributor, data produk pengembalian
dapat dilihat pada Gambar 1.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca,
peneliti selanjutnya dan bagi perusahaan sendiri sebagai referensi dan masukan
tentang pengendalian mutu. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Dengan penelitian yang dilakukan, penulis menjadi lebih mengetahui secara
mendalam mengenai pengendalian mutu, sehingga menambah pengetahuan
dan bekal untuk terjun ke dunia kerja.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan
informasi dan referensi untuk penelitian yang lebih mendalam.
3. Bagi Perusahaan (PT Anugrah Cita Era Food)
Untuk perusahaan, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan tentang
pengendalian mutu serta sebagai masukan untuk sistem penunjang keputusan
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan akhir.
METODE
Kerangka Pemikiran
Kepuasan
Hasil Produksi Produk Baik Konsumen
Produk Rusak
Analisis
Hasil Analisis
Rekomendasi
Pengendalian Mutu
Penelitian dilakukan selama tiga bulan dimulai dari bulan Desember 2013
sampai dengan Februari 2014. Tempat penelitian dilaksanakan di Bogor, tepatnya
di PT Anugrah Cita Era Food yang terletak di Jl. Branta Mulia Desa Sukahati RT
003 RW 002 Sukahati – Citeureup. Objek penelitian ini adalah makanan ringan
ekstrudat jagung (corn chips) yang di produksi dan didistribusikan oleh PT
Anugrah Cita Era Food.
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer dikumpulkan berdasarkan observasi dan wawancara
dengan responden yang merupakan pihak manajemen perusahaan. Data sekunder
didapatkan dari skripsi, buku, website, gambaran umum perusahaan, data divisi
produksi, data standar mutu, data divisi QC terkait dengan standar mutu serta
literatur-literatur perusahaan.
Diagram Pareto
Menurut Heizer dan Render (2009: 319), Diagram Pareto (Pareto Chart)
adalah sebuah metode untuk mengelola kesalahan, masalah, atau cacat guna
membantu memusatkan perhatian untuk upaya penyelesaian masalahnya. Diagram
ini dibuat berdasarkan karya Vilfredo Pareto, seorang pakar ekonomi di abad ke-
19 dan Joseph M. Juran mempopulerkan pekerjaan Pareto dengan menyatakan
80% permasalahan perusahaan merupakan hasil dari penyebab yang 20%. Urutan-
urutan prioritas perbaikan untuk mengatasi permasalahan dapat dilakukan dengan
memulai pada masalah dominan yang diperlukan dan yang diperoleh dari diagram
pareto ini. Selain itu, diagram pareto juga memiliki manfaat yang lain,
diantaranya:
8
Diagram Sebab-Akibat
Menurut Poerwanto (2014) diagram sebab-akibat atau fishbone berfungsi
untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin
timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya.
Dalam penelitian ini diagram sebab akibat digunakan untuk menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi mutu produk corn chip. Bentuk umum diagram sebab
9
akibat adalah bentuk tulang ikan yang disertai berbagai tulang-tulang cabang dan
ranting seperti pada Gambar 3.
Ranting
Kepala
Ikan
Anak Cabang
ranti utama
Gambar 3. Bentuk umum diagram Sebab-Akibat atau Fishbone
ng
Sedangkan untuk mendapatkan diagram sebab akibat yang baik, penyusunan
yang lancar dan mendapatkan hubungan sebab akibat yang runut, maka beberapa
hal perlu diperhatikan dalam penyusunannya, yaitu:
1. Nyatakan masalah yang akan ditelusuri penyebabnya.
2. Tuliskan akibat utama (masalah utama) tersebut di dalam segi empat pada
posisi kepala ikan.
3. Tuliskan ke 3 faktor penyebab primer yaitu metode, material dan mesin pada
masing-masing 3 cabang utama tulang ikan.
4. Kembangkan tiap faktor primer tersebut ke dalam faktor penyebab sekunder.
Kemudian faktor penyebab sekunder di temukan dituliskan sebagai ranting
pada cabang tulang ikan.
5. Ulangi hal yang sama terhadap masing-masing ranting, yaitu kembangkan
kemungkinan penyebab tersier dan susunlah ke dalam grafik berupa anak
ranting dan seterusnya.
6. Pertimbangan untuk melakukan pemecahan ranting apabila anak ranting yang
terbentuk terlalu bertumpuk.
7. Periksa kembali semua penyebab yang telah dituliskan, hilangkan hal-hal yang
mungkin merupakan suatu akibat (dengan demikian menjadi masalah lain),
atau merupakan suatu gejala (dengan demikian menjadi tidak nyata karena
tidak dapat diukur, dikontrol atau spesifik).
8. Ulangi pemeriksaan terhadap grafik yang diperoleh, eliminasi penyebab yang
tidak dapat atau belum dapat diukur dan dikontrol atau dengan kata lain tidak
dapat dilakukan perbaikan atas penyebab tersebut karena tidak spesifik. Selain
itu lakukan penggantian istilah apabila ada istilah yang kurang tepat atau
kurang spesifik.
9. Usahakan agar penyebab-penyebab teridentifikasi yang tersisa juga merupakan
proses variabel. Sehingga peningkatan dan perbaikan terhadap proses variabel
tersebut akan dapat dipastikan memberikan dampak atau akibat yaitu
berkurangnya masalah utama atau bahkan hilangnya masalah utama (yaitu
masalah yang dituliskan pada posisi kepala tulang ikan).
10
Grafik Kendali
Suatu proses dikatakan terkendali, apabila dalam proses tersebut hanya
terdapat variasi penyebab umum dan proses dikatakan tidak terkendali apabila
terdapat penyebab khusus yang terjadi dalam proses tersebut. Grafik kendali
merupakan grafik garis yang mencantumkan batas maksimum (UCL) dan batas
minimum (LCL) yang merupakan daerah batas pengendalian. Pemilihan peta
kendali tergantung apakah kita mau menghitung jumlah cacat per item atau hanya
menghitung cacat total. Jika kita hanya akan membedakan antara cacat atau tidak
cacat, maka kita menggunakan p-chart atau np-chart. Namun jika kita
menghendaki analisis yang lebih mendalam, misal berapa banyak cacat pada
semua item, maka kita menggunakan c-chart atau u-chart. Pemilihan grafik
kendali yang tepat juga dipilih berdasarkan pada apakah ada jumlah konstan di
setiap subgrup grafik kendali. Grafik kendali atribut umumnya membutuhkan
ukuran sampel yang jauh lebih besar daripada grafik kendali variable.
Pada penelitian ini digunakan grafik kendali p (p-chart). Grafik pengendali
proporsi (p chart) digunakan karena pada penelitian ini memakai ukuran cacat
berupa proporsi produk cacat (ketidaksesuaian) dalam setiap sampel yang diambil.
Sampel yang diambil bervariasi untuk setiapkali melakukan observasi atau jumlah
sampel berubah-ubah jumlahnya. Peta pengendali model ini juga lebih banyak
digunakan daripada peta pengendali proporsi kesalahan model individu atau
harian. Langkah-langkah penyusunan grafik kendali p adalah sebagai berikut :
1. Lakukan pemeriksaan terhadap n buah item yang cacat (p). Ulangi
pemeriksaan untuk sampel lain yang diambil dari lot produksi atau waktu
produksi yang lain.
2. Untuk setiap pemeriksaan (sampel i), hitung fraksi cacat dengan rumus :
pi = jumlah yang ditolak / jumlah yang diperiksa
3. Hitung rata-rata fraksi cacat dari seluruh item yang diperiksa dengan rumus :
p = total jumlah yang ditolak / total jumlah yang diperiksa
4. Hitung standar deviasi fraksi cacat dengan rumus :
si = p(1 - p) 1/2
ni
5. Buat peta p dengan batas-batas kendali sebagai berikut :
a. Garis sentral (central limit)
CL = p
b. Batas kendali atas (Upper Control Limit) :
UCL = p + 3si
c. Batas kendali bawah (Lower Control Limit) :
LCL = p - 3si
6. Plot fraksi cacat p untuk setiap pemeriksaan (sampel) pada peta kendali yang
dibuat pada langkah 5. Pada tahap konstruksi peta ini jika terdapat data-data
yang keluar dari kontrol dan diketahui penyebabnya, buang data dan lakukan
perhitungan ulang untuk mendapatkan CL, UCL, dan LCL revisi sampai
semua data berada dalam batas kendali.
7. Interpretasikan peta kendali yang terbentuk dan lakukan analisis terhadapnya.
Mendeteksi adanya proses terkendali tidak hanya ditandai adanya
pengamatan yang jatuh di luar batas kendali. Ada delapan kriteria untuk
menyelidiki apakah proses di luar kendali yaitu (1) satu titik jatuh di luar batas
kendali 3σ, (2) sembilan titik secara berurutan jatuh di sisi yang sama dari garis
11
tengah (CL), (3) enam titik secara berurutan terus naik atau terus turun, (4)
empatbelas titik secara bergantian naik turun, (5) dua dari tiga titik jatuh diluar
batas 2σ, (6) empat dari lima titik jatuh di luar batas 1σ, (7) limabelas titik berada
dalam batas kendali 1σ dan, (8) delapan titik secara berurutan jatuh di luar batas
1σ.
Sejarah Perusahaan
PT. Anugrah Cita Era Food merupakan hasil pengembangan usaha dari PT.
Sentral Multirasa Utama untuk mengembangkan produk baru. PT. Sentral
Multirasa Utama didirikan pada tanggal 2 Mei 1986, namun pada saat itu hanya
berstatus home industry dengan nama PD Sumber Baru berdasarkan SK Menteri
Perindustrian nomor 342/32.03.15/AI/bT.1/XI/87 dengan jumlah pekerja 15
orang. Perusahaan ini memulai produksi perdana tanggal 14 Mei 1986. Jenis
produk yang dibuat pertama kali adalah keripik kentang dengan merk dagang
“TES”.
Didukung dengan kualitas produk yang baik produk PT. Sentral Multirasa
Utama mulai dikenali dan digemari masyarakat. PT. Sentral Multirasa Utama
berusaha memenuhi kepuasan pelanggan dengan memproduksi produk-produk
snack yang bermutu, aman dan sesuai persyaratan yang telah ditentukan.
Segmentasi pasarnya pun berkembang, tidak hanya untuk kalangan anak-anak tapi
juga mulai merambah ke modern market dengan brand Mr. Hottest.
Pada tahun 2008 PT. Sentral Multirasa Utama melakukan revitalisasi dan
pembaruan desain kemasan serta mutu produk. Dengan pertumbuhan yang pesat
pada tahun 2009 perusahaan melakukan ekspansi dengan menambah pabrik baru
yang diberi nama PT Anugrah Cita Era Food dikawasan Branta Mulia Citeureup
Bogor. Didasari dengan karya dan inovasi kemudian muncul beragam varian
produk dengan kualitas yang lebih baik.
Pada tahun 2010 dengan maksud dan tujuan lebih dikenal dan lebih
mendekatkan diri pada masyarakat didirikanlah ACEFOOD GROUP sebagai
holding group PT. SENTRAL MULTIRASA UTAMA dan PT. ANUGRAH
CITA ERA FOOD. Dibawah pimpinan dan direksi yang baru perusahaan
mengalami perkembangan yang pesat, berbagai inovasi produk, sistem
managemen, dan berbagai fasilitas mulai diterapkan untuk meningkatkan
kepuasan pelanggan.
Inovasi adalah kunci kesuksesan perusahaan, dengan didukung fasilitas dan
teknologi tercipta produk keripik singkong flat cut dengan brand “KRIKONG”
dan beberapa produk extrudat seperti corn stik, corn chips, snack bantal, dan
twiscorn. Distribusi produk semakin menyebar dari pasar tradisional, pasar
modern dan ekspor. Untuk mewujudkan resolusi go global, ACEFOOD telah
memenuhi pasar internasional seperti Australia, New Zealand, Filipina, Brunei
Darusalam, Malaysia, Singapura, Amerika, China dan Korea.
12
Visi Perusahaan :
Perusahaan makanan ringan dan minuman yang dikenal dan dikonsumsi di
seluruh dunia
Misi Perusahaan :
1. Memproduksi makanan dan minuman yang aman dan berkualitas tinggi.
2. Menggunakan teknologi yang canggih dan modern.
3. Mengimplementasikan dan sertifikasi Total Quality System : GMP, HACCP
dan ISO.
4. Membangun channel distribusi Nasional dan Internasional.
5. Membangun top of mind Brands yang dicintai oleh masyarakat Indonesia dan
Internasional.
6. Merekrut sumber daya manusia yang handal, terbaik dan dapat
dipertanggungjawabkan di bidangnya.
7. Membangun sumber daya manusia yang bisa berkarya dan tumbuh bersama-
sama perusahaan.
8. Menciptakan lingkungan kerja yang dinamis, tentram dan sejahtera.
9. Menjadi berkat bagi sesama dan berpartisipasi dalam kegiatan Corporate
Social Responsibility.
Perendaman (Soaking)
Pencucian (Washing)
Penggilingan (milling)
Pembentukan adonan
Pemotongan (cutting)
Penggorengan (frying)
Pendinginan (cooling)
Penyimpanan (Storege)
Tahap soaking yaitu proses perendaman selama 8-12 jam yang bertujuan
untuk meningkatkan kadar air sebesar 10% dan melunakan tekstur jagung
untuk mempermudah dalam proses penggilingan.
4. Washing
Setelah waktu perendaman telah cukup dilakuan proses pencucian yang
bertujuan untuk menghilangkan kulit ari jagung dan kontaminan. Proses
pencucian dilakukan dengan menggunakan air dengan standar air minum
yang bertekanan.
5. Milling
Proses milling yaitu proses pembuatan adonan dimana jagung yang telah
dicuci digiling dengan ketebalan yang sudah ditetapkan dan tingkat kehalusan
tertentu, yang berguna untuk mempermudah dalam proses pencetakan.
6. Pembentukan Adonan
Setelah sudah menjadi adonan, adonan tersebut dibentuk dan dimasukkan ke
dalam mesin ekstruder untuk proses pemotongan.
7. Cutting
Pada proses pemotongan panjangnya produk disesuaikan dengan kebutuhan,
2.5 - 3.5 cm untuk produk small pack dan 4 - 6 cm untuk produk medium
pack dan curah.
8. Frying
Produk yang telah dipotong akan langsung masuk ke fryer dan akan
dilakukan proses penggorengan dengan suhu 1850C-1950C selama 90-105
detik.
9. Cooling
Produk corn chips yang sudah matang harus melewati proses cooling yang
tujuan untuk menghisap minyak dan mengurangi kadar air yang terkandung
dalam produk corn chips tersebut sehingga kadar minyak dan kadar air yang
terkandung menjadi lebih rendah.
10. Seasoning
Tahapan seasoning yaitu tahapan pembumbuan, bumbu yang digunakan
aneka rasa (barbeque, keju panggang, balado padang, keju nacho, original
dan sambal limau) pada tahapan ini tingkat kerataan bumbu harus
diperhatikan agar rasa produk corn chips ini dapat diterima oleh konsumen.
11. Packing
Jika produk corn chips telah melewati proses pengecekan mutu dan
berkualitas baik, produk ini lalu dikemas dengan ukuran kemasan small pack
15 g, medium pack 90 g dan kemasan curah 2.5 kg.
12. Storage
Tahap akhir adalah tahap penyimpanan sebelum dilakukan proses
pendistribusian kepada pelanggan.
diakui oleh badan yang berwenang baik tingkat nasional, regional atau
internasional. Menurut prosedur QC PT. Anugrah Cita Era Food (2013)
pengendalian mutu adalah kegiatan terpadu mulai dari pengendalian standar mutu
bahan, standar proses produksi, barang setengah jadi, barang jadi, sampai standar
pengiriman produk akhir ke konsumen, agar barang (jasa) yang dihasilkan sesuai
dengan spesifikasi mutu yang direncanakan. Tujuan pokok dari pengendalian
mutu adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana proses dan hasil produksi
(jasa) yang dibuat sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan. Dalam
pengendalian mutu ini semua kondisi barang diperiksa berdasarkan standar yang
ditetapkan, bila terdapat penyimpangan dari standar dicatat untuk dianalisis, dan
hasil analisis tersebut digunakan untuk perbaikan sistem kerja sehingga produk
yang bersangkutan sesuai dengan standar yang ditentukan. Pelaksanaan
pengawasan mutu dan kegiatan produksi baru dilaksanakan secara terus menerus
untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan dari rencana standar
agar dapat dengan segera diperbaiki.
Untuk menjamin kesesuaian mutu barang terhadap spesifikasi, maka
dilaksanakan prosedur pengawasan mutu produk melalui inspeksi dan pengetesan.
Garis besar pelaksanaannya sebagai berikut :
1. Setiap bahan yang baru diterima dan/atau selama penyimpanan di Gudang
Bahan, akan disampling dan diperiksa oleh QC Dept sesuai spesifikasi. Hasil
pemeriksaan dilaporkan dengan kondisi status : ”diterima, dipending, dan
ditolak”.
2. QC Dept melakukan inspeksi di Gudang Bahan dan Gudang Jadi.
Pemeriksaan meliputi kelengkapan label status dan ketentuan lain yang
diperlukan. Barang yang menyimpang mutunya akan ditahan untuk dilakukan
pemeriksaan ulang, melalui koordinasi dengan R&D Dept. Hasil pemeriksaan
dilaporkan dengan kondisi status : ”diterima, dipending, dan ditolak”
3. Setiap batch produk dalam proses disampling dan diperiksa oleh QC Dept
sesuai spesifikasi. Hasil pemeriksaan dilaporkan dengan kondisi status :
”diterima, reproses, dipending, dan ditolak”.
4. Selama proses produksi QC Dept. melakukan inspeksi proses pengolahan.
Bila ditemukan penyimpangan mutu, maka QC Dept. memutuskan menahan
barang dalam proses dan proses produksinya dengan koordinasi Dept.
produksi.
5. Barang jadi di Gudang Jadi adalah produk yang telah lolos proses inspeksi dan
pengetesan.
6. Dalam pelaksanaan inspeksi dan pengetesan, QC Dept. memberi label tanda
status pemeriksaan barang.
7. Secara periodik dilakukan kalibrasi alat ukur untuk menjamin keandalan
peralatan inspeksi dan tes yang dipakai.
8. Untuk membantu menjamin barang dan setiap tahap proses memenuhi
spesifikasi, perlu dilakukan GMP di lapangan dengan baik.
9. QC Dept. juga mengontrol bahaya pest melalui pelaksanaan Pest Control.
10. Setiap dokumen/catatan yang dipakai harus terkendali.
11. Dalam menangani keluhan konsumen, QC Dept. mempunyai referen sampel
yang selalu disampling setiap batchnya.
12. Bila ada penyimpangan terhadap mutu produk / proses, QC memastikan
penahanan sementara sampai ditemukan tindakan perbaikannya.
16
PT. Anugrah Cita Era Food menetapkan standar mutu untuk produk yang
dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen. Standar
mutu produk corn chips harus dapat tercapai mulai pada saat penerimaan bahan
baku, proses produksi, proses pengemasan dan sebelum produk sampai di
konsumen. Pada saat penerimaan bahan baku dilakukan pengawasan mutu bahan
baku, pengawasan mutu yang dilakukan untuk bumbu dari segi penampakkan
(warna dan aroma) serta kadar garam, untuk jagung pipil dari segi jumlah butir
rusak (jamur), butir warna lain, butir pecah (patahan), kontaminan, pest serta
kadar air, sedangkan pengawasan mutu untuk minyak sawit dari segi warna,
aroma, kontaminan, pest serta % FFA (Free Fatty Acid). Standar mutu bahan
baku dapat dilihat pada Tabel 2.
Pada saat proses produksi corn chips juga dilakukan pengawasan mutu,
setiap tahapan proses terdapat titik kritis yang harus diperhatikan dan
dikendalikan untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan standar. Pengawasan
mutu dilakukan dengan interval 1 batch sekali, dengan melakukan pengecekan
visual, pengecekan sensori, pengecekan suhu yang dilakukan dengan
menggunakan termometer celup, pengecekan kadar air yang dilakukan dengan
menggunakan moister analaizer, kadar minyak yang dilakuakn dengan
menggunakan press laboratory serta pengecekan kadar garam yang dilakukan
dengan menggunakan salt analaizer.
Produk dinyatakan rusak apabila produk tersebut tidak memenuhi standar
mutu yang telah dibuat oleh PT. Anugrah Cita Era Food. Produk yang dinyatakan
tidak memenuhi standar akan diolah ulang atau tidak akan melanjutkan ke proses
selanjutnya. Standar mutu proses produksi dapat dilihat pada Tabel 3.
Lanjutan Tabel 3
Pencucian Kebersihan Analisis visual Tidak ada batu, logam,
(washing) kulit jagung dan kayu
Penggilingan Suhu adonan Analisis suhu 40% - 55%
(milling)
Pemotongan Penampakan Analisis visual Hasil potongan rapi dan
(cutting) tidak geradak
Dimensi Analisis dimensi Chuba = 2.5 – 3.5 cm
Maitos = 4 – 6 cm
Penggorengan Organoleptik Analisis visual Potongan rapi dan tidak
(frying) geradak, rasa khas jagung,
aroma tidak ada
penyimpangan dan tekstur
renyah
Produk yang sudah jadi dan sudah lolos pengecekan QC, lalu dikemas.
Kemasan yang digunakan adalah small pack ukuran 15 gr, medium pack ukuran
90g dan kemasan curah ukuran 2.5kg. Pada tahapan akhir ini dilakukan juga
pengendalian mutu kemasan dengan interval pengecekan 30-45 menit sekali untuk
setiap mesin packing. Pengendalian mutu dilakukan dengan cara pengambilan
sampel sebanyak 10 pcs dari setiap mesin packing lalu dilakukan pengecekan
frame, sealing, kekembungan, kebocoran dan berat. Jika hasil yang diperoleh
tidak sesuai dengan target maka dilakukan tindak perbaikan, lalu dilakukan
pengecekan ulang dengan mengambil sampel lebih banyak dari sebelumnya.
Standar mutu proses pengemasan dapat dilihat pada Tabel 4.
180
160
100
140
80
120
Percent
Count
100 60
80
40
60
40
20
20
0 0
) i )
ain n
Jenis Reject
an gg ur na
tah aL T in Jam mi
( Pa ar n rA
ir
ak
( nta
ah W
da us Ko
c ti r Ka rR
Pe Bu ti
utir Bu
B
Count 83 34 33 12 3
Percent 50.3 20.6 20.0 7.3 1.8
Cum % 50.3 70.9 90.9 98.2 100.0
Material
Kualitas
Bahan Baku
Kualitas bahan
baku tidak
konsisten Butir Pecah
(Patahan)
Jagung
Pipil Tinggi
Kesalahan dalam
Tidak diservice secara rutin pengambilan
sampel
Mesin Metode
Pada bagan kendali (control chart) penerimaan bahan baku jagung pipil
di atas didapatkan nilai rata-rata batas kendali atas (UCL) sebesar 0.794, rata-
rata batas kendali bawah sebesar (LCL) sebesar 0.044 sedangkan nilai garis
tengah (CL) adalah sebesar 0.419. Dapat dilihat bahwa ketidaksesuaian proses
penerimaan bahan baku jagung pipil tidak terkendali karena titik pada bulan
April berada di luar nilai batas kendali bawah (LCL) dengan nilai proporsi
cacat (ketidaksesuaian) adalah 0.000 dan pada bulan Desember berada di luar
nilai batas kendali atas (UCL) dengan nilai proporsi cacat (ketidaksesuaian)
adalah 0.800. Perhitungan pengolahan data penerimaan bahan baku dengan
Microsoft Excel dapat dilihat pada Lampiran 3.
22
Tabel 7. Ketidaksesuaian proses produksi corn chips
Jenis Bulan Jumlah
No
Ketidaksesuaian Jan Feb Mar Aprl May Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Frekuensi %
1800
1600 100
1400
80
1200
Percent
1000
Count
60
800
600 40
400
20
200
0 0
Jenis Reject i i ek t l ng k al
gg gg ke pa da eb
T in T in mb ng um nj a ra T
. . Le Le g Pa Ge
K.M K.A ng
Me
Count 480 380 227 146 133 126 124 5
Percent 29.6 23.4 14.0 9.0 8.2 7.8 7.6 0.3
Cum % 29.6 53.1 67.1 76.1 84.3 92.0 99.7 100.0
Material
Kualitas bahan
baku
Kadar minyak
corn chips
Sparepart mesin tinggi
Pemasakan jagung
Tidak sesuai pipil
mesin
Tidak sesuai
SOP
Mesin Metode
Pada bagan kendali (control chart) proses produksi corn chips di atas
didapat nilai tengah (CL) adalah sebesar 0.123 dan nilai rata-rata batas
kendali atas (UCL) adalah sebesar 0.179 sedangkan nilai rata-rata batas
kendali bawah (LCL) sebesar 0.067. Dapat dilihat bahwa ketidaksesuaian
proses produksi corn chips tidak terkendali karena titik pada bulan Mei dan
Agustus berada di luar batas kendali atas (UCL) dengan nilai proporsi yang
didapat adalah sebesar 0.184 untuk bulan Mei dan 0.188 untuk bulan
Agustus. Perhitungan pengolahan data proses produksi corn chips dengan
Microsoft Excel dapat dilihat pada Lampiran 2.
26
Tabel 9. Ketidaksesuaian proses pengemasan corn chips
Bulan Jumlah
No Jenis Ketidaksesuaian
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Frekuensi %
Mesin Packing A
1 Kekembungan kurang 14 10 7 5 17 3 16 4 16 4 4 7 107 5.00
2 Jepit bumbu 2 14 2 15 6 23 13 12 26 9 28 18 178 8.33
3 Bocor sambungan 3 30 12 48 36 127 24 32 6 25 12 30 385 18.02
4 Berat over-under 49 108 93 162 127 132 147 74 202 155 121 96 1467 68.65
TOTAL 2137 100
Mesin Packing B
1 Kekembungan kurang 67 69 92 69 124 10 27 15 7 60 19 13 572 17.45
2 Jepit bumbu 12 28 8 19 15 33 41 24 32 23 41 35 311 9.50
3 Bocor sambungan 18 22 23 28 39 13 49 20 25 26 19 29 311 9.49
4 Berat over-under 112 175 134 242 184 176 202 92 227 222 140 177 2083 63.56
TOTAL 3277 100
Mesin Packing C
1 Kekembungan kurang 102 86 7 3 22 10 19 6 6 4 3 7 275 8.67
2 Jepit bumbu 10 4 5 6 10 27 54 27 67 31 61 72 374 11.79
3 Bocor sambungan 21 56 17 31 40 16 40 25 54 46 51 34 431 13.59
4 Berat over-under 107 113 135 141 166 166 224 165 243 222 187 223 2092 65.95
TOTAL 3172 100
Mesin Packing D
1 Kekembungan kurang 18 21 53 45 57 26 21 0 10 0 0 3 254 11.80
2 Jepit bumbu 13 6 3 10 17 22 39 27 23 20 36 60 276 12.82
3 Bocor sambungan 16 9 11 15 41 43 21 18 18 27 12 35 266 12.35
4 Berat over-under 78 89 59 86 126 156 108 108 135 137 126 149 1357 63.03
TOTAL 2153 100
Sumber : PT. Anugrah Cita Era Food, 2013.
27
100
2000
80
1500
Percent
60
Count
1000
40
500 20
0 0
Jenis Reject er an u g
nd ng mb r an
r- U bu it Bu Ku
ve Sa
m
Jep ga
n
ra tO or bun
Be c
Bo ke
m
Ke
Count 1467 385 178 107
Percent 68.6 18.0 8.3 5.0
Cum % 68.6 86.7 95.0 100.0
3500
100
3000
2500 80
Percent
2000 60
Count
1500
40
1000
20
500
0 0
Jenis Reject er an
g
ga
n u
nd ur un mb
r- U Bu
e nK am
b it
Ov ga rS Jep
rat un co
Be mb Bo
ke
Ke
Count 2083 572 311 311
Percent 63.6 17.5 9.5 9.5
Cum % 63.6 81.0 90.5 100.0
3500
100
3000
2500 80
Percent
2000
Count
60
1500
40
1000
20
500
0 0
Jenis Reject r n u g
de ga mb an
- Un bun Bu Kur
er m it an
Ov rS
a Jep ng
r at co bu
Be Bo
ke
m
Ke
Count 2092 431 374 275
Percent 66.0 13.6 11.8 8.7
Cum % 66.0 79.5 91.3 100.0
100
2000
80
1500
Percent
60
Count
1000
40
500 20
0 0
Jenis Reject er bu ga
n
an
g
nd um un ur
r-U it B b K
v e am n
tO Jep S ng
a
ra c or bu
Be Bo k e m
Ke
Count 1357 276 266 254
Percent 63.0 12.8 12.4 11.8
Cum % 63.0 75.8 88.2 100.0
Material
Kualitas Film
Tidak konsisten
Berat Produk
Over-Under
Parameter mesin
Tidak sesuai
standar
Mesin
Pada bagan kendali (control chart) proses pengemasan corn chips pada
mesin packing C didapatkan nilai tengah (CL) sebesar 0.025 dan nilai rata-
rata batas kendali atas (UCL) sebesar 0.030 sedangkan nilai rata-rata batas
kendali bawah (LCL) sebesar 0.020. Dapat diketahui ketidaksesuaian yang
terjadi pada mesin packing C dalam keadaan tidak terkendali karena titik
pada bulan Januari berada di luar LCL dengan nilai 0.019. Perhitungan
pengolahan data proses pengemasan corn chips mesin packing C dengan
Microsoft Excel dapat dilihat pada Lampiran 3.
32
Pada bagan kendali (control chart) proses pengemasan corn chips pada
mesin packing D didapatkan nilai tengah (CL) sebesar 0.023 dan nilai rata-
rata batas kendali atas (UCL) sebesar 0.030 sedangkan nilai rata-rata batas
kendali bawah (LCL) sebesar 0.016. Dapat dilihat ketidaksesuaian yang
terjadi pada mesin packing D dalam keadaan terkendali karena semua titik
berada diantara batas kendali. Perhitungan pengolahan data proses
pengemasan corn chips mesin packing D dapat dilihat pada Lampiran 3.
Secara keseluruhan prioritas ketidaksesuaian yang terjadi pada proses
penerimaan bahan baku jagung pipil, proses produksi dan proses pengemasan
corn chips dapat dilihat pada Tabel 11.
Lanjutan Tabel 11
No. Jenis Faktor Faktor Sekunder Terkendali /
Ketidaksesuaian Primer Tidak
Terkendali
3. Proses Pengemasan Corn Chips
Berat produk over- Material Kualitas bahan pengemas (film) tidak Pada mesin
under konsisten. packing A, B dan
Mesin Kerusakan mesin karena tidak diservice C tidak terkendali
secara berkala sedangkan mesin
Parameter mesin (getaran dan kecepatan) packing D
yang berubah-ubah. terkendali
Langkah-langkah perbaikan mutu yang akan dibuat tim atau unit atau
manajer yang menangani pengendalian mutu adalah menggunakan siklus PDCA
Deming. Menurut Nasution (2004) siklus PDCA merupakan siklus untuk
melakukan perbaikan proses kontinu dan pengendalian, meliputi atas delapan
langkah. Langkah perbaikan tersebut yaitu (1) identifikasi masalah utama, (2)
meneliti penyebab utama, (3) menentukan penyebab yang paling berpengaruh, (4)
menyusun rencana perbaikan dan menetapkan sasaran, (5) menentukan tanggung
jawab, mengapa, apa dan bagaimana melaksanakan tanggung jawab, (6) evaluasi
dan validasi pelaksanaan, (7) kaji semua feedback dan lakukan perbaikan, serta
(8) memperbaiki standar.
Dalam jangka pendek, langkah perbaikan mutu yang perlu diprioritaskan
adalah identifikasi masalah utama terjadinya ketidaksesuaian disetiap proses.
Dalam proses pengambilan keputusan, kita selalu berfikir untuk menentukan
kegiatan apa yang pertama-tama harus dilakukan, dan selanjutnya kegiatan apa
kembali yang perlu diambil, sehingga masalah yang dihadapi akan dapat
dipecahkan. Dalam hal ini akan dipelajari terlebih dahulu karakteristik produk.
Kemudian uraikan berbagai kemungkinan yang diduga menjadi penyebab
terjadinya ketidaksesuaian. Untuk itu akan dimanfaatkan salah satu alat bantu dari
seven tools yaitu diagram sebab akibat (fishbone). Fungsi alat ini adalah
mengeksplorasi semua komponen sistem sebagai basis pencarian akar masalah.
Pada langkah selanjutnya dilakukan wawancara dan pengamatan ke lokasi secara
intensif untuk mendapatkan sebab-sebab yang paling berpengaruh kemudian
menyusus langkah perbaikan dan menetapkan sasaran.
Rancangan perbaikan yang telah disusun segera dijalankan sesuai dengan
waktu, tempat, metode maupun personel yang bertanggung jawab. Selanjutnya
dilakukan evaluasi terhadap tindakan perbaikan tersebut untuk terus memonitor
perbaikan yang dilakukan. Pada langkah selanjutnya mengkaji semua feedback
dan lakukan perbaikan. Dalam hal ini, apakah langkah-langkah perbaikan ternyata
memberikan dampak positif terhadap proses produksi, maka langkah tersebut
sebaiknya segera dirumuskan sebagai ketetapan atau kebijakan perusahaan.
Dengan demikian di masa mendatang permasalahan yang berkaitan dengan
ketidaksesuaian proses dapat dicegah. Akhir dari delapan langkah adalah
memperbaiki standar. Secara rinci langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
rangka untuk memperbaiki mutu dapat dilihat pada Tabel 12.
33
Tabel 12. Langkah perbaikan mutu dengan siklus Deming
Langkah Pemecahan Masalah Tujuan Uraian Kegiatan
Plan 1. Identifikasi masalah utama Untuk menentukan tema yang Terjadi ketidaksesuaian antara hasil analisis dengan standar yang telah ditentukan pada proses
akan dibahas penerimaan bahan baku jagung pipil, proses produksi dan proses pengemasan corn chips.
2. Meneliti penyebab utama Mencari penyebab dari a. Proses penerimaan bahan baku :
permasalahan 1) Kualitas bahan baku yang tidak
konsisten.
2) Motivasi kerja operator bongkar yang kurang.
3) Motivasi kerja karu (kepala regu) dan jiwa kepemimpina dalam mengatur operator yang
kurang.
4) Cara bongkar jagung yang tidak sesuai dengan IK (Instruksi Kerja).
5) Kerusakan mesin karena kondisi mesin yang sudah tua dan tidak diservice secara berkala.
b. Proses produksi corn chips :
1) Kualitas bahan baku yang tidak sesuai standar tetapi tetap dipergunakan.
2) Kemampuan operator yang kurang keterampilan dan pelatihan dalam bekerja.
3) Kemampuan karu (ketua regu) yang kurang pelatihan dalam mengoprasikan mesin dan
kurangnya jiwa kepemimpinan dalam mengawasi operator.
4) Kesalahan QC dalam pengambilan sampel.
5) Alat analisis yang digunakan tidak dikalibrasi secara berkala yang menyebabkan hasil analisis
tidak akurat.
6) Kerusakan mesin yang karena tidak diservice secara berkala.
7) Penggunaan sparepart yang tidak sesuai dengan mesin.
c. Proses pengemasan corn chips :
1) Kualitas bahan pengemas (film) tidak konsisten.
2) Kemampuan operator yang kurang keterampilan dan pelatihan dalam bekerja.
3) Kemampuan karu (ketua regu) yang kurang pelatihan dalam mengoprasikan mesin dan
kurangnya jiwa kepemimpinan dalam mengatur operator.
4) Kesalahan QC dalam pengambilan sampel.
5) Alat analisis yang digunakan tidak dikalibrasi secara berkala yang menyebabkan hasil analisis
tidak akurat.
6) Kerusakan mesin karena tidak diservice secara berkala dan parameter mesinyang berubah-
ubah.
3. Menemukan penyebab yang Menguji kebenaran penyebab a. Proses penerimaan bahan baku :
sangat berpengaruh dengan data Kualitas bahan baku yang tidak konsisten.
b. Proses produksi corn chips :
Kualitas bahan baku yang tidak sesuai standar tetapi tetap dipergunakan.
Lanjutan Tabel 12
Langkah Pemecahan Masalah Tujuan Uraian Kegiatan
c. Proses pengemasan corn chips :
Parameter mesin (getaran dan kecepatan) yang berubah-ubah.
4. Menyusun rencana Membuat rencana guna mengatasi a. Proses penerimaan bahan baku:
perbaikan dan menetapkan penyebab 1) Melakukan evaluasi supplier secara berkala (sebulan sekali).
sasaran 2) Membuat kesepakatan standar mutu jagung pipil dengan supplier.
b. Proses produksi corn chips :
1) Merevisi IK (instruksi Kerja) dan SOP (Standard Operating Procedure) pemasakan jagung
pipil agar mudah dipahami oleh operator.
2) Memberikan pelatihan yang terkait penerapan standar mutu proses produksi kepada operator
yang bertugas.
c. Proses pengemasan corn chips :
1) Pembuatan jadwal service dan kalibrasi mesin packing.
2) Menetapkan parameter mesin.
Do 5. Melaksanakan langkah Melaksanakan apa yang telah a. Proses penerimaan bahan baku :
perbaikan direncanakan 1) Evaluasi supplier dilaksanakan oleh departemen QA/QC dan dilaksanakan setiap akhir bulan.
2) Setiap pengiriman bahan baku jagung pipil, supplier diharuskan melampirkan CoA.
b. Proses produksi corn chips :
1) IK dan SOP direvisi oleh departemen produksi divisi corn chips untuk selanjutnya
dilaksanakan oleh operator.
2) Bagian HRD memberikan pelatihan kepada operator mengenai penerapan standar mutu
sekurang-kurangnya enam bulan sekali.
c. Proses pengemasan corn chips :
1) Departemen QA/QC memetapkan jadwal service dan kalibrasi sebulan sekali untuk
dilaksanakan oleh departemen maintenance.
2) Departemen R&D menetapkan parameter mesin packing untuk dilaksanakan oleh departemen
produksi.
Check 6. Evaluasi dan validasi Mengkonfirmasi hasil antara Hasil pelaksanaan perbaikan mutu diamati oleh departemen QA/QC untuk selanjutnya dilakukan
pelaksanaan sebelum dan setelah langkah evaluasi.
Perbaikan
Action 7. Kaji feedback dan lakukan Melakukan prosedur sesuai Langkah perbaikan mutu dibuat standar kerja untuk mencegah terulangnya masalah.
perbaikan langkah 5
8. Memperbaiki standar Merencanakan kegiatan Departemen QA/QC membuat jadwal rencana kegiatan dan memilih pokok permasalahan yang
selanjutnya akan diselesaikan selanjutnya.
34
36
IMPLIKASI MENEJERIAL
Simpulan
1. Proses produksi di PT. Anugrah Cita Era Food dilakukan setiap hari dan untuk
menghasilkan produk corn chips terdiri dari beberapa tahap proses produksi.
Proses diawali dari penerimaan bahan baku yang berupa jagung pipil, bumbu,
minyak sawit dan calcium hydroxyde, kemudian tahap persiapan (proses
sortasi, perebusan, perendaman, pencucian dan penggilingan) dilanjutkan ke
tahap produksi (proses pembentukan adonan, pemotongan, penggorengan,
pendinginan dan pembumbuan) dan yang terakhir tahap pengemasan. Setiap
tahapan proses dilakukan pengendalian mutu yang dilakukan oleh Quality
Control (QC).
37
2. Pengendalian mutu produk corn chips di PT. Anugrah Cita Era Food
dilakukan dari mulai tahap peneriaan bahan baku yang berupa jagung pipil,
proses produksi serta proses pengemasan (packing). Tujuan pokok dari
pengendalian mutu adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana proses dan
hasil produksi corn chips yang dihasilkan sesuai dengan standar yang
ditetapkan perusahaan. Dalam pengendalian mutu ini semua kondisi barang
diperiksa berdasarkan standar yang ditetapkan, bila terdapat penyimpangan
dari standar dicatat untuk dianalisis, dan hasil analisis tersebut digunakan
untuk perbaikan sistem kerja sehingga produk yang bersangkutan sesuai
dengan standar yang ditentukan.
3. Ketidaksesuaian yang menjadi prioritas permasalahan yang menyebabkan
produk corn chips tidak sesuai dengan standar adalah butiran jagung pecah
(patahan) yang tinggi pada proses penerimaan bahan baku jagung pipil, kadar
minyak yang tinggi pada proses produksi corn chips serta berat produk setelah
dikemas yang over-under pada proses pengemasan corn chips. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor primer yaitu faktor material, mesin dan
metode.
4. Pada analisis pengendalian mutu dengan menggunakan bagan kendali
didapatkan hasil yang berbeda-beda dari setiap proses. Pada proses
penerimaan bahan baku tidak terkendali pada bulan April dan Desember, pada
proses produksi tidak terkendali pada bulan Mei dan Agustus, sedangkan pada
proses pengemasan di mesin packing A, B dan C dalam keadaan tidak
terkendali sedangkan pada mesin packing D terkendali.
Saran
1. Untuk dapat menjamin kualitas mutu bahan baku yang dibeli, perusahaan
harus dapat memilih supplier secara selektif dan tidak hanya menggunakan
satu supplier. Pada saat pembukaan Purchase Order (PO), sebaiknya
perusahaan harus mencantumkan standar yang telah ditentukan terlebih
dahulu dan tindakan atas ketidaksesuaian dari kedatangan produk tersebut.
Selain itu, perusahaan sebaiknya melakukan evaluasi supplier secara berkala
(sebulan sekali) dalam rangka mewujudnya jaminan mutu bahan baku.
2. Untuk menjamin kualitas mutu produk corn chips sebaiknya perusahaan
memberikan pelatihan khusus bagi operator dan karu (kepala regu) yang
terkait, sehingga standar spesifikasi yang ada dalam prosedur dapat
diterapkan demi terwujudnya jaminan mutu bahan baku, proses produksi dan
proses pengemasan, selain itu, sebaiknya dilakukan evaluasi hasil pelatihan
terkait kinerja personil.
3. Perusahaan sebaiknya melakukan perawatan mesin yang digunakan secara
berkala dan alat yang digunakan untuk analisis di kalibrasi dari pihak internal
perusahaan maupun eksternal oleh lembaga yang kompeten.
38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
40
Production Mgr. Kasie QC Mgr. RnD Mgr Maintenance/Eng.Mgr Kasie Gudang HRD Mgr. Kasie
PPIC/PPAD Finance/Acc
PPADM Spvsr Kasie QC
M Staff RnD Kasie Teknisi Staff ADM Staff Personalia
Staff PPADM
Staff ADM/Audit Development gudang Staff ADM
Staff QC Staff Recruiting
Staff Teknisi
Intern sales
Kasie Cooker RM&Fiel Staff Ekspedisi
Staff RnD
d
Wakasie Cooker Staff QC Regulation Staff ADM
Forman Gudang
Analytical Finance
Operator Cooker Staff RnD
Karw.Gudang 1
Technical
Karywn Cooker Staff QC Staff
Packing Karw.Gudang 2 Accounting
FAQC/Kasie Bumbu
Karyw. Karw.Gudang 3
Wakasie Bumbu
Kebersihan
Karw.Gudang 4
Op. Bumbu
Karyw.
Op. Ekstruder
Krywn Ekstruder
HO. Packing
Op. Packing 1
41
Krywn Packing
42
Lanjutan Lampiran 3
Lanjutan Lampiran 3
RIWAYAT HIDUP