Anda di halaman 1dari 62

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU UNTUK MENCAPAI

STANDAR KUALITAS PRODUK CORN CHIPS


DI PT. ANUGRAH CITA ERA FOOD

ZULFANI NOOR

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengendalian
Mutu Untuk Mencapai Standar Kualitas Produk Corn Chips di PT. Anugrah Cita
Era Food adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015

Zulfani Noor
NIM H24114086

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRAK

ZULFANI NOOR. Analisis Pengendalian Mutu Untuk Mencapai Standar Kualitas


Produk Corn Chips di PT. Anugrah Cita Era Food. Dibimbing oleh ALIM
SETIAWAN S.

PT. Anugrah Cita Era Food merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
di bidang manufaktur dan produk yang dihasilkan yaitu makanan ringan ekstrudat
keripik jagung (corn chips). Perusahaan ini berusaha menghasilkan produk yang
sesuai dengan tuntutan konsumen dengan mempertahankan kualitas mutu produk.
Tetapi untuk mendapatkan kualitas terbaik yang sesuai dengan standar yang di
inginkan konsumen dibutuhkan pengendalian mutu, yang bertujuan untuk
meminimalisir penyimpangan-penyimpangan yang tidak sesuai dengan standar
yang telah di tentukan oleh perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah (1)
Mengetahui proses produksi corn chips dalam usaha menghasilkan produk yang
bermutu dan aman untuk dikonsumsi, (2) Menganalisa pengendalian mutu pada
keseluruhan proses produksi corn chips, (3) Mengidentifikasi sebab-sebab
potensial yang mempengaruhi mutu corn chips, dan (4) Membuktikan apakah
pengendalian mutu pada proses produksi tersebut terkendali ataupun tidak
terkendali. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Proses analisis yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan Statistical Quality Control (SQC) untuk pengendalian
produk rusak corn chips. Prioritas masalah yang dipilih berdasarkan hasil analisis
dengan menggunakan diagram pareto adalah butir jagung pecah (patahan) pada
proses penerimaan bahan baku jagung pipil dengan nilai frekuensi 50.30%, kadar
air yang tinggi pada proses produksi dengan nilai frekuensi 29.6% serta berat
produk setelah dikemas yang over-under dengan nilai frekuensi pada mesin
packing A 68.65%, B 63.56%, C 65.95% dan D 63.03%. Keseluruhan
ketidaksesuaian yang terjadi disebabkan oleh 3 faktor utama yaitu material,
metode dan mesin.

Kata kunci : mutu, pengendalian mutu, Statistical Quality Control (SQC)


ABSTRACT

ZULFANI NOOR. Analysis of Quality Control Standards To Achieve Product


Quality Corn Chips in PT. Anugrah Cita Era Food. Supervised by ALIM
SETIAWAN S.

PT. Anugrah Cita Era Food is one of the manufacturing companies and the
resulting product is a snack extrudates (corn chips). This company is trying to
produce products according to costomer demands by maintaining the quality of
the product. But to get the best quality in accordance with the required standards
of consumer needs quality control, which aims to minimize the deviations that
does not comply with the standards set by the company. The objectives of this
research are (1) outline the production process of corn to produce a qualified
product and safe to consume, (2) analyze quality control in the whole production
process of corn chips, (3) identify potential causes that affect the quality of corn
chips, and (4) proving whether quality control in the production process is
controlled or uncontrolled. Type of data used in this research are primary data and
secondary data. The process of the analysis conduted in this research using
Statistical Quality Control (SQC) approach for controlling the defective product
corn chips. Priority are selected based on the result of the analysis using pareto
diagram is corn grain repture (fracture) on the receipt of raw materials with a
frequency value 50.30%, high water levels on the production process with a
frequency value 29.6%, and weight of product which is not accordance (over-
under) with the frequency value at A packing machine 68.65%, B 63.56%, C
65.95% dan D 63.03%. All nonconformities caused by three main factors are
materials factors, methods and machine.

Keyword : quality, quality control, Statistical Quality Control (SQC)


ANALISIS PENGENDALIAN MUTU UNTUK MENCAPAI
STANDAR KUALITAS PRODUK CORN CHIPS
DI PT. ANUGRAH CITA ERA FOOD

ZULFANI NOOR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi : Analisis Pengendalian Mutu Untuk Mencapai Standar
Kualitas Produk Corn Chips di PT. Anugrah Cita Era Food
Nama : Zulfani Noor
NIM : H24114086

Disetujui Oleh

Alim Setiawan S, STP, MSi


Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr. Mukhamad Najib, STP,MM


Ketua Departemen

Tanggal Lulus :
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T atas segala karunia-
NYA sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 sampai Februari 2014
ini ialah Analisis Pengendalian Mutu Untuk Mencapai Standar Kualitas Produk
Corn Chips di PT. Anugrah Cita Era Food.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Alim Setiawan S, STP, Msi
selaku dosen pembimbing. Selain itu ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada pihak PT. Anugrah Cita Era Food khususnya kepada Ibu Eiilen Salim
selaku Plan Director, Ibu Lilis Herawati selaku Factory Manager, Ibu Adelita
Bawinto selaku Supervisor PPAdm, Bapak Alamsyah selaku Supervisor Produksi
Divisi Corn Chips , Bapak Nanang Santoso selaku Supervisor Packing, Bapak
Deni Gunawan selaku Supervisor R&D dan Bapak Riki Hidayat selaku
Supervisor QA/QC, yang telah membantu saya dalam pengumpulan data. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada orang tua (Sobirin dan Endang), suami
(Zuliyanto) atas segala doa dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini, serta sahabat-sahabat terbaik atas dukungannya.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penulisan laporan ini
masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca sekalian, agar skripsi ini lebih baik lagi pada masa mendatang.
Penulis juga mengharapkan hasil dari penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Atas perhatiannya
penulis mengucapkan terima kasih.

Bogor, Oktober 2014

Zulfani Noor
H24114086
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
METODE 4
Kerangka Pemikiran 4
Lokasi dan Waktu Penelitian 6
Metode Pengambilan Data 6
Teknik Pengambilan Sampel 7
Pengolahan dan Analisis Data 7
Diagram Pareto 7
Diagram Sebab-Akibat 8
Grafik Kendali 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Gambaran Umum Perusahaan 11
Sejarah Perusahaan 11
Visi Perusahaan 12
Misi Perusahaan 12
Struktur Organisasi Perusahaan 12
Proses Produksi Corn Chips 12
Standar Mutu Produk Corn Chips 14
Analisis Hasil Penelitian 18
Langkah Perbaikan Mutu 33
IMPLIKASI MENEJERIAL 36
SIMPULAN DAN SARAN 36
DAFTAR PUSTAKA 38
RIWAYAT HIDUP 45
DAFTAR TABEL
1. Proses pengumpulan data 6
2. Standar mutu bahan baku 16
3. Standar mutu pada proses produksi 16
4. Standar mutu pada proses pengemasan 17
5. Ketidaksesuaian jagung pipil 18
6. Urutan ketidaksesuaian jagung pipil 19
7. Ketidaksesuaian proses produksi corn chips 22
8. Urutan ketidaksesuaian proses produksi corn chips 23
9. Ketidaksesuaian proses pengemasan corn chips 26
10. Urutan ketidaksesuaian proses pengemasan bulan Januari-Juni 2013 27
11. Ketidaksesuaian pada keseluruhan proses produksi corn chips 32
12. Langkah perbaikan mutu dengan siklus Deming 34

DAFTAR GAMBAR
1. Jumlah produk kembalian (Reture) 2
2. Kerangka pemikiran penelitian 5
3. Bentuk umum diagram Sebab-Akibat atau Fishbone 9
4. Diagram alir proses produksi Corn Chips 13
5. Diagram pareto proses penerimaan bahan baku jagung pipil 19
6. Diagaram sebab akibat proses penerimaan bahan baku 20
7. Bagan kendali proses penerimaan bahan baku 21
8. Diagram pareto proses produksi Corn Chips 23
9. Diagram sebab akibat proses produksi Corn Chips 24
10. Bagan kendali proses produksi Corn Chips 25
11. Diagram pareto proses pengemasan Mesin Packing A 27
12. Diagram pareto proses pengemasan Mesin Packing B 28
13. Diagram pareto proses pengemasan Mesin Packing C 28
14. Diagram pareto proses pengemasan Mesin Packing D 29
15. Diagram sebab akibat proses pengemasan Corn Chips 29
16. Bagan kendali proses pengemasan Mesin Packing A 30
17. Bagan kendali proses pengemasan Mesin Packing B 31
18. Bagan kendali proses pengemasan Mesin Packing C 31
19. Bagan kendali proses pengemasan Mesin Packing D 32

DAFTAR LAMPIRAN
1. Syarat mutu makanan ringan ekstrudat 40
2. Struktur organisasi PT. Anugrah Cita Era Food 41
3. Perhitungan pengolahan data dengan Microsoft Excel 42
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang masuk dalam kelompok
serealia, dan merupakan salah satu bahan pangan dunia yang penting selain
gandum dan padi. Warna, tekstur dan rasa bulir jagung ditentukan oleh sifat bulir
jagung dan lapisan terluarnya yang membentuk variasi warna bulir mulai dari
putih, kuning, jingga, merah cerah, merah darah, ungu, hingga ungu kehitaman,
serta rasa manis dan tekstur ketan pada jagung. Bagi penduduk di Amerika
Tengah dan Amerika Selatan, jagung merupakan sumber karbohidrat utama. Di
Amerika Serikat, jagung menjadi sumber pangan alternatif. Terbukti, bulir jagung
juga dapat diolah untuk diambil minyaknya, dibuat tepung jagung (maizena), gula
jagung, dan minuman.
Bulir jagung banyak mengandung karbohidrat, mencapai 80% dari seluruh
bahan bulir kering. Kandungan karbohidrat pada jagung lebih rendah daripada
beras. Untuk setiap 100 g jagung (pipil/giling) mengandung 307 kalori. Namun
jagung mengandung serat dan karoten yang lebih tinggi daripada beras. Karoten
adalah zat yang penting dalam pembentukan vitamin A. Jagung dengan bulir
berwarna kuning lebih banyak mengandung protein dan vitamin A.
Semakin meningkatnya pengetahuan konsumen, tuntutan terhadap variasi
dan mutu olahan juga makin meningkat. Oleh karena itu, perlu adanya pengenalan
dan inovasi teknologi pengolahan hasil pertanian guna meningkatkan mutu
produk. Konsumen saat ini menuntut pangan yang bermutu dan terjamin
keamanannya. Menurut Muhandri dan Kadarisman (2006), mutu atau kualitas
merupakan suatu rangkaian karakteristik produk atau jasa dengan standar yang
ditetapkan perusahaan berdasarkan syarat, kebutuhan dan keinginan konsumen.
Kualitas atau mutu yang baik dari sebuah produk, dapat diperoleh jika
perusahaan memiliki manajemen mutu yang baik. Menurut Gaspersz (2005),
Manajemen Mutu atau Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management =
TQM) didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performansi secara terus
menerus (continuous performance improvement) pada setiap level operasi atau
proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan
semua sumber daya manusia (SDM) dan modal yang tersedia. Sedangkan menurut
Juran dalam Nasution (2004:1), mutu produk adalah kecocokan penggunaan
produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
Mutu produk yang baik akan memberikan kepuasan bagi konsumen dan
merupakan modal utama bagi pelaku usaha untuk berkembang dan bertahan
dalam menghadapi persaingan usaha. Dalam pecapaian peningkatan kualitas pada
produk, diperlukan penerapan sistem jaminan keamanan pangan yang optimal
mulai dari penerimaan bahan baku hingga produk sampai ketangan konsumen.
PT Anugrah Cita Era Food merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
di bidang manufaktur. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini adalah
makanan ringan ekstrudat yaitu keripik jagung (corn chips) dengan berbagai rasa
seperti barbaque, keju panggang, balado padang, original, jagung bakar, sambal
limau dan keju nacho. PT Anugrah Cita Era Food berupaya untuk dapat
mempertahankan kandungan-kandungan gizi yang terdapat dalam jagung dan
2

ingin meningkatkan mutu produk tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah dengan cara mengendalikan proses produksinya. Pada dasarnya
pengendalian terhadap mutu produk corn chips tersebut sudah dilakukan oleh PT
Anugrah Cita Era Food, namun masih belum maksimal dan hasil yang diperoleh
tidak memuaskan, pada produk akhir masih ditemukan produk yang tidak sesuai
dengan standar yang diinginkan perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada produk
pengembalian (reture) yang dilakukan oleh distributor, data produk pengembalian
dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Jumlah produk pengembalian (Reture)

Hal tersebut mendorong perusahaan untuk terus menerus berupaya


melaksanakan pengendalian mutu yang mencakup menjaga kestabilan produk
corn chips mulai dari bahan baku, proses produksi hingga pengemasan sehingga
meningkatkan mutu produk yang dihasilkan dan pelanggan mendapatkan
kepuasan. Menurut BSN (2000) Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2886-2000
mengenai makanan ringan ekstrudat, kualitas corn chips (makanan ringan
ekstrudat) yang baik harus sesuai dengan standar atau syarat mutu yang
ditetapkan. Syarat mutu makanan ringan ekstrudat yang baik dapat dilihat pada
Lampiran 1. Dengan penelitian ini diharapkan PT Anugrah Cita Era Food dapat
mempertahankan kualitas yang telah dicapai perusahaan dan mencapai
keunggulan bersaing produk yang sejenis dipasaran.

Perumusan Masalah

Pengendalian mutu untuk mencapai standar kualitas sangat berperan penting


bagi perusahaan dalam memenuhi produk yang bermutu dan terjamin keamannya
untuk dikonsumsi. Atas dasar tersebut, rumusan masalah yang berkaitan dengan
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses produksi corn chips di PT Anugrah Cita Era Food dalam
usaha menghasilkan produk yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi?
2. Bagaimana pengendalian mutu pada proses produksi corn chips?
3

3. Apakah sebab-sebab yang potensial yang mempengaruhi mutu corn chips di


PT Anugrah Cita Era Food?
4. Apakah pengendalian mutu pada proses produksi tersebut terkendali ataupun
tidak terkendali?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan


penelitian ini adalah :
1. Mengetahui proses produksi corn chips dalam usaha menghasilkan produk
yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi.
2. Menganalisa pengendalian mutu pada proses produksi corn chips.
3. Mengidentifikasi sebab-sebab potensial yang mempengaruhi mutu corn chips.
4. Membuktikan apakah pengendalian mutu pada proses produksi tersebut
terkendali ataupun tidak terkendali.

Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca,
peneliti selanjutnya dan bagi perusahaan sendiri sebagai referensi dan masukan
tentang pengendalian mutu. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Dengan penelitian yang dilakukan, penulis menjadi lebih mengetahui secara
mendalam mengenai pengendalian mutu, sehingga menambah pengetahuan
dan bekal untuk terjun ke dunia kerja.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan
informasi dan referensi untuk penelitian yang lebih mendalam.
3. Bagi Perusahaan (PT Anugrah Cita Era Food)
Untuk perusahaan, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan tentang
pengendalian mutu serta sebagai masukan untuk sistem penunjang keputusan
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan akhir.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang analisis pengendalian mutu proses


produksi corn chips di PT Anugrah Cita Era Food mulai dari proses penerimaan
bahan baku jagung pipil, proses produksi sampai dengan proses pengemasan
(packing). Penelitian ini berfokus pada penyebab-penyebab yang mempengaruhi
mutu produk yang disebabkan oleh manusia, bahan baku, mesin serta metode.
Penelitian ini hanya membahas produk corn chips kemasan 15g dan 90g karena
produk ini memberikan kontribusi paling besar terhadap penyimpangan mutu
pada proses produksi.
4

Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan berkaitan dengan


pengendalian mutu dijadikan bahan pertimbangan dalam penelitian ini, antara
lain:
Amelia (2006), dengan penelitian yang berjudul Analisis Pengendalian
Mutu Gaun Pengantin di PT.Kenlee Indonesia-Bogor. Hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas gaun
pengantin adalah mutu bahan baku, mesin dan peralatan, metode, tenaga kerja dan
lingkungan. Pengendalian mutu juga dipengaruhi oleh penggunaan mesin dan
peralatan, dalam menggunakannya harus diperhatikan kebersihannya dan
kehandalan operator dalam pengoperasian alat. Pentingnya perawatan mesin agar
tidak mudah rusak, metode pengerjaan yang salah mengakibatkan kualitas gaun
pengantin tidak sesuai standar ketentuan perusahaan. Sedangkan faktor lainnya
yaitu tenaga kerja yang tidak teliti, tidak menjaga kebersihan kain menyebabkan
gaun kotor dan kebersihannya tidak sesuai standar.
Admiraldi (2011), dengan penelitian yang berjudul Kajian Proses Produksi
dan Pengendalian Mutu Proses Pengemasan Pupuk Urea di PT. Pupuk Kujang.
Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis yang dilakukan
menggunakan metode Statistical Quality Control yaitu Diagram Pareto, Grafik
Kendali dan Diagram sebab-akibat. Permasalahan yang timbul berasal dari 4
faktor, yaitu; Manusia (skill, konsentrasi, faktor internal dan kondisi fisik pekerja
itu sendiri), mesin (umur, perbaikan, kerusakan dan kelebihan takaran mesin itu
sendiri), metode (jam shift, jam istirahat, dan efektifitas metode yang diterapkan)
dan terakhir bahan baku (mutu karung yang dipakai).
Okta (2012), melakukan penelitian berjudul Analisis Pengendalian Mutu
Produk Corn Chips pada PT Anugrah Cita Era Food . Hasil dari penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa produk corn chips di PT Anugrah Cita Era
Food masih masuk ke dalam standar mutu yang telah ditetapkan. Hal tersebut
terlihat pada grafik Kendali dari bulan Januari hingga Maret 2012.

METODE

Kerangka Pemikiran

Proses produksi merupakan suatu cara, metode ataupun teknik penambahan


kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.
PT Anugrah Cita Era Food memproduksi keripik jagung (corn chips) dengan
berbagai rasa dan ukuran kemasan. Perusahaan ini sangat mementingkan kualitas
produk, karena perusahaan ini berprinsip bahwa proses produksi yang
memperhatikan kualitas akan menghasilkan produk yang berkualitas juga. Tetapi
untuk mendapatkan kualitas terbaik yang sesuai dengan standar yang telah di
tetapkan oleh perusahaan dibutuhkan pengendalian mutu, yang bertujuan untuk
menganalisis penyimpangan-penyimpangan yang tidak sesuai dengan standar
yang telah di tentukan oleh perusahaan.
5

Program pengendalian dan peningkatan mutu di perusahaan tidak dapat


terlaksana dengan baik jika tidak didasarkan pada data kondisi kinerja nyata
perusahaan tersebut. Untuk memperoleh data yang akurat dan sekaligus untuk
analisis yang valid, digunakan alat bantu analisis. Pada penelitian ini digunakan
alat bantu analisis yaitu statistical quality control (SQC), lembar pengecekkan,
grafik kendali, diagram pareto, serta diagram sebab-akibat.
Kerangka pemikiran digunakan untuk menggambarkan bagaimana analisis
pengendalian mutu proses produksi corn chips di PT. Anugrah Cita Era Food,
serta mengidentifikasi penyebab-penyebab potensial yang mempengaruhi mutu.
Kemudian ditelusuri solusi penyelesaian masalah tersebut sehingga menghasilkan
saran atau rekomendasi perbaikan kualitas mutu produk di masa mendatang.
Berdasarkan tinjauan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat disusun
kerangka dalam penelitian ini, seperti tersaji dalam Gambar 2.

Standar Kualitas Produk


Corn Chips

Kepuasan
Hasil Produksi Produk Baik Konsumen

Produk Rusak

Analisis

Menentukan Penyebab Kerusakan

Faktor yang Paling Diagram


Mempengaruhi Mutu Pareto
Pendekatan
Tools
Penyebab Diagram
Statistical
Masalah Sebab-Akibat
Quality
Control
Terkendali atau Grafik
tidak Terkendali Kendali

Hasil Analisis
Rekomendasi
Pengendalian Mutu

Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian


6

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama tiga bulan dimulai dari bulan Desember 2013
sampai dengan Februari 2014. Tempat penelitian dilaksanakan di Bogor, tepatnya
di PT Anugrah Cita Era Food yang terletak di Jl. Branta Mulia Desa Sukahati RT
003 RW 002 Sukahati – Citeureup. Objek penelitian ini adalah makanan ringan
ekstrudat jagung (corn chips) yang di produksi dan didistribusikan oleh PT
Anugrah Cita Era Food.

Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer dikumpulkan berdasarkan observasi dan wawancara
dengan responden yang merupakan pihak manajemen perusahaan. Data sekunder
didapatkan dari skripsi, buku, website, gambaran umum perusahaan, data divisi
produksi, data standar mutu, data divisi QC terkait dengan standar mutu serta
literatur-literatur perusahaan.

Tabel 1. Proses pengumpulan data


Metode Arah
Sumber Data yang Metode
No Tujuan Penelitian Pengumpulan Analisis
Data Dibutuhkan Analisis
Data (output)
1 Mengetahui proses Bagian Proses 1.Pengamatan Studi Mengetahui
produksi corn chips produksi produksi 2.Wawancara literatur proses
di PT. Anugrah Cita dan 3.Data perusahaan produksi
Era Food dalam bagian QC sekunder
usaha menghasilkan
produk yang
bermutu dan aman
untuk dikonsumsi
2 Menganalisa Bagian Sistem 1.Pengamatan 1.Studi Mengetahui
pengendalian mutu produksi pengendalian 2.Wawancara literatur pelaksanaan
pada proses dan QC mutu 3.Data perusahaan pengendalia
produksi corn chips sekunder 2.Analisis n mutu
deskriptif
3 Mengidentifikasi Bagian 1. Jenis-jenis 1. Pengamatan 1.Diagram 1.Faktor yang
sebab-sebab QC permasalaha 2. Wawancara pareto paling
potensial yang n 3. Data sekunder 2.Diagram mempengar
mempengaruhi 2. Penyebab sebab- uhi mutu
mutu corn chips masalah akibat 2.Penyebab
masalah
4 Membuktikan Bagian Data hasil Data sekunder Bagan Mengetahui
apakah QC pengukuran kendali keterkendali
pengendalian mutu yang an proses
pada proses berkaitan produksi
produksi dengan terkendali/ti
terkendali/tidak standar mutu dak
terkendali terkendali
7

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara untuk memperoleh data yang


diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode
pengumpulan data, diantaranya sebagai berikut :
1. Metode Pengamatan atau Observasi
Metode pengamatan atau observasi merupakan pengamatan langsung pada
objek penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang
akurat. Dalam hal ini mengamati proses produksi, pengumpulan data inspeksi
dan pengujian mutu produk corn chips di PT Anugrah Cita Era Food.
2. Metode Wawancara
Metode wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab langsung dari
berbagai sumber yaitu dengan pihak-pihak yang terkait dalam proses produksi
di PT Anugrah Cita Era Food mengenai bahan baku, proses produksi, standar
pengendalian mutu, serta proses pengendalian mutu. Selain itu mendapatkan
data time series perusahaan berupa arsip laporan hasil produksi, data inspeksi
pengendalian mutu, data pengujian mutu produk serta data inspeksi
pengemasan produk corn chips.
3. Metode Studi Literatur
Metode yang dilakukan berdasarkan pengetahuan dan informasi yang didapat
dari beberapa buku, perpustakaan maupun sumber internet.

Pengolahan dan Analisis Data

Proses analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan


pendekatan Statistical Quality Control (SQC) untuk pengendalian produk rusak
corn chips. Dalam SQC terdapat tujuh alat bantu (seven tools) untuk membantu
memecahkan permasalahan yaitu lembar periksa (check sheet), histogram,
stratifikasi, diagram pencar, diagram pareto, diagam sebab akibat (fishbone) dan
grafik kendali. Pada penelitian ini tidak menggunakan semua tools yang ada pada
SQC, hanya digunakan jenis tools yang sesuai dangan kondisi permasalahan yang
akan dipecahkan yaitu diagram pareto, diagram sebab akibat (fishbone) dan grafik
kendali. Untuk mengolah data hasil penelitian ini digunakan software minitab dan
microsoft exel.

Diagram Pareto
Menurut Heizer dan Render (2009: 319), Diagram Pareto (Pareto Chart)
adalah sebuah metode untuk mengelola kesalahan, masalah, atau cacat guna
membantu memusatkan perhatian untuk upaya penyelesaian masalahnya. Diagram
ini dibuat berdasarkan karya Vilfredo Pareto, seorang pakar ekonomi di abad ke-
19 dan Joseph M. Juran mempopulerkan pekerjaan Pareto dengan menyatakan
80% permasalahan perusahaan merupakan hasil dari penyebab yang 20%. Urutan-
urutan prioritas perbaikan untuk mengatasi permasalahan dapat dilakukan dengan
memulai pada masalah dominan yang diperlukan dan yang diperoleh dari diagram
pareto ini. Selain itu, diagram pareto juga memiliki manfaat yang lain,
diantaranya:
8

1. Menunjukan masalah utama


2. Menyatakan perbandingan masing-masing masalah terhadap keseluruhan
3. Menunjukan tingkat perbaikan setelah dilakukan tindakan pada masalah
terpilih
4. Menunjukan perbandingan masing-masing masalah sebelum dan sesudah
perbaikan.
Pada penelitian ini dilakukan analisis ketidaksesuaian produk dengan
standar yang telah ditetapkan oleh PT Anugrah Cita Era Food mulai dari proses
penerimaan bahan baku yang berupa jagung pipil, proses produksi serta proses
pengemasan. Pada proses penerimaan bahan baku parameter yang di analisis
antara lain kadar air, persentase butir pecah (patahan), persentase butir rusak
(jamur), persentase butir warna lain dan persentase kontaminan, pada proses
produksi parameter yang di analisis antara lain tekstur adonan (lengket dan
lembek), hasil potongan (menggumpal dan geradak), dimensi (panjang dan tebal),
kadar air dan kadar minyak, sedangkan pada proses pengemasan parameter yang
dianalisis diantaranya kekembungan, jepit bumbu, bocor sambungan serta berat
(over-under). Sebelum membuat diagram pareto terlebih dahulu mengumpulkan
data yang berkaitan dari masing-masing area tersebut berupa data penerimaan
bahan baku, data inspeksi & pengujian proses produksi serta data inspeksi proses
pengemasan.
Alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini
adalah check sheet atau lembar pengumpulan data. Menurut Muhandri dan
Kadarisman (2006) lembar pengumpulan data merupakan alat bantu untuk
memudahkan dalam pengumpulan data. Data sendiri merupakan unsur terpenting
dalam pelaksanaan pengendalian dan perbaikan mutu.
Rincian penyusunan diagram pareto sebagai berikut :
a. Menentukan metode atau arti dari pengklarifikasian data, misalnya
berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya.
b. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-
karakteristik tersebut.
c. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.
d. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari terbesar
hingga terkecil.
e. Menghitung frekuensi atau persentase komulatif yang digunakan.
f. Menggambar diagram batang, menunjukan tingkat kepentingan relatif masing-
masing masalah, dengan cara mengidentifikasi beberapa hal yang penting
untuk mendapat perhatian.
Perhitungan dan pengurutan kesalahan dapat menggunakan grafik histogram
terlebih dulu, sehingga dapat dilihat faktor manakah yang paling dominan dalam
kesalahan suatu produksi.

Diagram Sebab-Akibat
Menurut Poerwanto (2014) diagram sebab-akibat atau fishbone berfungsi
untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin
timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya.
Dalam penelitian ini diagram sebab akibat digunakan untuk menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi mutu produk corn chip. Bentuk umum diagram sebab
9

akibat adalah bentuk tulang ikan yang disertai berbagai tulang-tulang cabang dan
ranting seperti pada Gambar 3.

Ranting
Kepala
Ikan

Anak Cabang

ranti utama
Gambar 3. Bentuk umum diagram Sebab-Akibat atau Fishbone
ng
Sedangkan untuk mendapatkan diagram sebab akibat yang baik, penyusunan
yang lancar dan mendapatkan hubungan sebab akibat yang runut, maka beberapa
hal perlu diperhatikan dalam penyusunannya, yaitu:
1. Nyatakan masalah yang akan ditelusuri penyebabnya.
2. Tuliskan akibat utama (masalah utama) tersebut di dalam segi empat pada
posisi kepala ikan.
3. Tuliskan ke 3 faktor penyebab primer yaitu metode, material dan mesin pada
masing-masing 3 cabang utama tulang ikan.
4. Kembangkan tiap faktor primer tersebut ke dalam faktor penyebab sekunder.
Kemudian faktor penyebab sekunder di temukan dituliskan sebagai ranting
pada cabang tulang ikan.
5. Ulangi hal yang sama terhadap masing-masing ranting, yaitu kembangkan
kemungkinan penyebab tersier dan susunlah ke dalam grafik berupa anak
ranting dan seterusnya.
6. Pertimbangan untuk melakukan pemecahan ranting apabila anak ranting yang
terbentuk terlalu bertumpuk.
7. Periksa kembali semua penyebab yang telah dituliskan, hilangkan hal-hal yang
mungkin merupakan suatu akibat (dengan demikian menjadi masalah lain),
atau merupakan suatu gejala (dengan demikian menjadi tidak nyata karena
tidak dapat diukur, dikontrol atau spesifik).
8. Ulangi pemeriksaan terhadap grafik yang diperoleh, eliminasi penyebab yang
tidak dapat atau belum dapat diukur dan dikontrol atau dengan kata lain tidak
dapat dilakukan perbaikan atas penyebab tersebut karena tidak spesifik. Selain
itu lakukan penggantian istilah apabila ada istilah yang kurang tepat atau
kurang spesifik.
9. Usahakan agar penyebab-penyebab teridentifikasi yang tersisa juga merupakan
proses variabel. Sehingga peningkatan dan perbaikan terhadap proses variabel
tersebut akan dapat dipastikan memberikan dampak atau akibat yaitu
berkurangnya masalah utama atau bahkan hilangnya masalah utama (yaitu
masalah yang dituliskan pada posisi kepala tulang ikan).
10

Grafik Kendali
Suatu proses dikatakan terkendali, apabila dalam proses tersebut hanya
terdapat variasi penyebab umum dan proses dikatakan tidak terkendali apabila
terdapat penyebab khusus yang terjadi dalam proses tersebut. Grafik kendali
merupakan grafik garis yang mencantumkan batas maksimum (UCL) dan batas
minimum (LCL) yang merupakan daerah batas pengendalian. Pemilihan peta
kendali tergantung apakah kita mau menghitung jumlah cacat per item atau hanya
menghitung cacat total. Jika kita hanya akan membedakan antara cacat atau tidak
cacat, maka kita menggunakan p-chart atau np-chart. Namun jika kita
menghendaki analisis yang lebih mendalam, misal berapa banyak cacat pada
semua item, maka kita menggunakan c-chart atau u-chart. Pemilihan grafik
kendali yang tepat juga dipilih berdasarkan pada apakah ada jumlah konstan di
setiap subgrup grafik kendali. Grafik kendali atribut umumnya membutuhkan
ukuran sampel yang jauh lebih besar daripada grafik kendali variable.
Pada penelitian ini digunakan grafik kendali p (p-chart). Grafik pengendali
proporsi (p chart) digunakan karena pada penelitian ini memakai ukuran cacat
berupa proporsi produk cacat (ketidaksesuaian) dalam setiap sampel yang diambil.
Sampel yang diambil bervariasi untuk setiapkali melakukan observasi atau jumlah
sampel berubah-ubah jumlahnya. Peta pengendali model ini juga lebih banyak
digunakan daripada peta pengendali proporsi kesalahan model individu atau
harian. Langkah-langkah penyusunan grafik kendali p adalah sebagai berikut :
1. Lakukan pemeriksaan terhadap n buah item yang cacat (p). Ulangi
pemeriksaan untuk sampel lain yang diambil dari lot produksi atau waktu
produksi yang lain.
2. Untuk setiap pemeriksaan (sampel i), hitung fraksi cacat dengan rumus :
pi = jumlah yang ditolak / jumlah yang diperiksa
3. Hitung rata-rata fraksi cacat dari seluruh item yang diperiksa dengan rumus :
p = total jumlah yang ditolak / total jumlah yang diperiksa
4. Hitung standar deviasi fraksi cacat dengan rumus :
si = p(1 - p) 1/2
ni
5. Buat peta p dengan batas-batas kendali sebagai berikut :
a. Garis sentral (central limit)
CL = p
b. Batas kendali atas (Upper Control Limit) :
UCL = p + 3si
c. Batas kendali bawah (Lower Control Limit) :
LCL = p - 3si
6. Plot fraksi cacat p untuk setiap pemeriksaan (sampel) pada peta kendali yang
dibuat pada langkah 5. Pada tahap konstruksi peta ini jika terdapat data-data
yang keluar dari kontrol dan diketahui penyebabnya, buang data dan lakukan
perhitungan ulang untuk mendapatkan CL, UCL, dan LCL revisi sampai
semua data berada dalam batas kendali.
7. Interpretasikan peta kendali yang terbentuk dan lakukan analisis terhadapnya.
Mendeteksi adanya proses terkendali tidak hanya ditandai adanya
pengamatan yang jatuh di luar batas kendali. Ada delapan kriteria untuk
menyelidiki apakah proses di luar kendali yaitu (1) satu titik jatuh di luar batas
kendali 3σ, (2) sembilan titik secara berurutan jatuh di sisi yang sama dari garis
11

tengah (CL), (3) enam titik secara berurutan terus naik atau terus turun, (4)
empatbelas titik secara bergantian naik turun, (5) dua dari tiga titik jatuh diluar
batas 2σ, (6) empat dari lima titik jatuh di luar batas 1σ, (7) limabelas titik berada
dalam batas kendali 1σ dan, (8) delapan titik secara berurutan jatuh di luar batas
1σ.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan

Sejarah Perusahaan
PT. Anugrah Cita Era Food merupakan hasil pengembangan usaha dari PT.
Sentral Multirasa Utama untuk mengembangkan produk baru. PT. Sentral
Multirasa Utama didirikan pada tanggal 2 Mei 1986, namun pada saat itu hanya
berstatus home industry dengan nama PD Sumber Baru berdasarkan SK Menteri
Perindustrian nomor 342/32.03.15/AI/bT.1/XI/87 dengan jumlah pekerja 15
orang. Perusahaan ini memulai produksi perdana tanggal 14 Mei 1986. Jenis
produk yang dibuat pertama kali adalah keripik kentang dengan merk dagang
“TES”.
Didukung dengan kualitas produk yang baik produk PT. Sentral Multirasa
Utama mulai dikenali dan digemari masyarakat. PT. Sentral Multirasa Utama
berusaha memenuhi kepuasan pelanggan dengan memproduksi produk-produk
snack yang bermutu, aman dan sesuai persyaratan yang telah ditentukan.
Segmentasi pasarnya pun berkembang, tidak hanya untuk kalangan anak-anak tapi
juga mulai merambah ke modern market dengan brand Mr. Hottest.
Pada tahun 2008 PT. Sentral Multirasa Utama melakukan revitalisasi dan
pembaruan desain kemasan serta mutu produk. Dengan pertumbuhan yang pesat
pada tahun 2009 perusahaan melakukan ekspansi dengan menambah pabrik baru
yang diberi nama PT Anugrah Cita Era Food dikawasan Branta Mulia Citeureup
Bogor. Didasari dengan karya dan inovasi kemudian muncul beragam varian
produk dengan kualitas yang lebih baik.
Pada tahun 2010 dengan maksud dan tujuan lebih dikenal dan lebih
mendekatkan diri pada masyarakat didirikanlah ACEFOOD GROUP sebagai
holding group PT. SENTRAL MULTIRASA UTAMA dan PT. ANUGRAH
CITA ERA FOOD. Dibawah pimpinan dan direksi yang baru perusahaan
mengalami perkembangan yang pesat, berbagai inovasi produk, sistem
managemen, dan berbagai fasilitas mulai diterapkan untuk meningkatkan
kepuasan pelanggan.
Inovasi adalah kunci kesuksesan perusahaan, dengan didukung fasilitas dan
teknologi tercipta produk keripik singkong flat cut dengan brand “KRIKONG”
dan beberapa produk extrudat seperti corn stik, corn chips, snack bantal, dan
twiscorn. Distribusi produk semakin menyebar dari pasar tradisional, pasar
modern dan ekspor. Untuk mewujudkan resolusi go global, ACEFOOD telah
memenuhi pasar internasional seperti Australia, New Zealand, Filipina, Brunei
Darusalam, Malaysia, Singapura, Amerika, China dan Korea.
12

Visi Perusahaan :
Perusahaan makanan ringan dan minuman yang dikenal dan dikonsumsi di
seluruh dunia

Misi Perusahaan :
1. Memproduksi makanan dan minuman yang aman dan berkualitas tinggi.
2. Menggunakan teknologi yang canggih dan modern.
3. Mengimplementasikan dan sertifikasi Total Quality System : GMP, HACCP
dan ISO.
4. Membangun channel distribusi Nasional dan Internasional.
5. Membangun top of mind Brands yang dicintai oleh masyarakat Indonesia dan
Internasional.
6. Merekrut sumber daya manusia yang handal, terbaik dan dapat
dipertanggungjawabkan di bidangnya.
7. Membangun sumber daya manusia yang bisa berkarya dan tumbuh bersama-
sama perusahaan.
8. Menciptakan lingkungan kerja yang dinamis, tentram dan sejahtera.
9. Menjadi berkat bagi sesama dan berpartisipasi dalam kegiatan Corporate
Social Responsibility.

Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi PT Anugrah Cita Era Food disusun berdasarkan


kepentingan perusahan yang dituangkan ke dalam bagian-bagian operasional dan
fungsional. Setiap bagian-bagian tersebut bertanggung jawab pada setiap satu
level di atasnya dengan pimpinan tertinggi dipegang jabatan manager. Setiap
bagian di bawahnya akan dipimpin oleh seorang supervisor agar dapat saling
berkoordinasi antar departemen ataupun antar bagian dalam satu departemen.
Struktur organisasi PT. Anugrah Cita Era Food dapat dilihat pada Lampiran 2.

Proses Produksi Corn Chips

Proses produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah


kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada
seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi
kebutuhan manusia. Pada perusahaan ini proses produksi dilakukan setiap hari
dan untuk menghasilkan produk corn chips terdiri dari beberapa tahap proses
produksi. Proses diawali dari penerimaan bahan baku, kemudian tahap persiapan
dilanjutkan ke tahap produksi dan yang terakhir tahap pengemasan. Setiap
tahapan proses dilakukan pengendalian mutu yang dilakukan oleh Quality Control
(QC). Proses produksi corn chips dapat dilihat pada Gambar 4.
13

Kedatangan bumbu Kedatangan jagung Kedatangan Calsium Kedatangan minyak


hydroxyde sawit
pipil

Jagung pipil (Raw) Pengecekan Quality Control (QC)


material)
Sortasi (distoner) Pengendalian Mutu Bahan Baku
Perebusan (cooking)

Perendaman (Soaking)

Pencucian (Washing)

Penggilingan (milling)

Pembentukan adonan

Pemotongan (cutting)

Penggorengan (frying)

Pendinginan (cooling)

Sesuai Tidak Reject/Rework


standar Pengendalian Mutu Pada Proses
ya
Pengecekan Quality Control (QC)
Pembumbuan (Seasoning)

Pengecekan Quality Control (QC)


Pengemasan (Packing)
Pengendalian Mutu Kemasan

Penyimpanan (Storege)

Gambar 4. Diagram alir proses produksi Corn Chips


Tahapan proses produksi corn chips sebagai berikut :
1. Sortasi
Pada tahap sortasi yaitu jagung diayak menggunakan alat distoner yang
bertujuan untuk memisahkan jagung dari kontaminasi seperti bonggol jagung,
batu, logam, serangga dan lainnya.
2. Cooking
Tahap cooking yaitu jagung direbus dengan ditambahkan dengan Calsium
Hydroxyde yang bertujuan agar kulit ari jagung mengelupas. Penambahan
Calsium Hydroxyde sebanyak 1% dari jumlah bahan baku (jagung pipil).
3. Soaking
14

Tahap soaking yaitu proses perendaman selama 8-12 jam yang bertujuan
untuk meningkatkan kadar air sebesar 10% dan melunakan tekstur jagung
untuk mempermudah dalam proses penggilingan.
4. Washing
Setelah waktu perendaman telah cukup dilakuan proses pencucian yang
bertujuan untuk menghilangkan kulit ari jagung dan kontaminan. Proses
pencucian dilakukan dengan menggunakan air dengan standar air minum
yang bertekanan.
5. Milling
Proses milling yaitu proses pembuatan adonan dimana jagung yang telah
dicuci digiling dengan ketebalan yang sudah ditetapkan dan tingkat kehalusan
tertentu, yang berguna untuk mempermudah dalam proses pencetakan.
6. Pembentukan Adonan
Setelah sudah menjadi adonan, adonan tersebut dibentuk dan dimasukkan ke
dalam mesin ekstruder untuk proses pemotongan.
7. Cutting
Pada proses pemotongan panjangnya produk disesuaikan dengan kebutuhan,
2.5 - 3.5 cm untuk produk small pack dan 4 - 6 cm untuk produk medium
pack dan curah.
8. Frying
Produk yang telah dipotong akan langsung masuk ke fryer dan akan
dilakukan proses penggorengan dengan suhu 1850C-1950C selama 90-105
detik.
9. Cooling
Produk corn chips yang sudah matang harus melewati proses cooling yang
tujuan untuk menghisap minyak dan mengurangi kadar air yang terkandung
dalam produk corn chips tersebut sehingga kadar minyak dan kadar air yang
terkandung menjadi lebih rendah.
10. Seasoning
Tahapan seasoning yaitu tahapan pembumbuan, bumbu yang digunakan
aneka rasa (barbeque, keju panggang, balado padang, keju nacho, original
dan sambal limau) pada tahapan ini tingkat kerataan bumbu harus
diperhatikan agar rasa produk corn chips ini dapat diterima oleh konsumen.
11. Packing
Jika produk corn chips telah melewati proses pengecekan mutu dan
berkualitas baik, produk ini lalu dikemas dengan ukuran kemasan small pack
15 g, medium pack 90 g dan kemasan curah 2.5 kg.
12. Storage
Tahap akhir adalah tahap penyimpanan sebelum dilakukan proses
pendistribusian kepada pelanggan.

Standar Mutu Produk Corn Chips

Menurut ISO (International Organization for Standardization) standar


adalalah spesifikasi teknis atau dokumen setara yang tersedia untuk masyarakat,
dihasilkan dari konsesus atau persetujuan umum yang didasarkan kepada IPTEK
atau pengalaman agar dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat serta
15

diakui oleh badan yang berwenang baik tingkat nasional, regional atau
internasional. Menurut prosedur QC PT. Anugrah Cita Era Food (2013)
pengendalian mutu adalah kegiatan terpadu mulai dari pengendalian standar mutu
bahan, standar proses produksi, barang setengah jadi, barang jadi, sampai standar
pengiriman produk akhir ke konsumen, agar barang (jasa) yang dihasilkan sesuai
dengan spesifikasi mutu yang direncanakan. Tujuan pokok dari pengendalian
mutu adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana proses dan hasil produksi
(jasa) yang dibuat sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan. Dalam
pengendalian mutu ini semua kondisi barang diperiksa berdasarkan standar yang
ditetapkan, bila terdapat penyimpangan dari standar dicatat untuk dianalisis, dan
hasil analisis tersebut digunakan untuk perbaikan sistem kerja sehingga produk
yang bersangkutan sesuai dengan standar yang ditentukan. Pelaksanaan
pengawasan mutu dan kegiatan produksi baru dilaksanakan secara terus menerus
untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan dari rencana standar
agar dapat dengan segera diperbaiki.
Untuk menjamin kesesuaian mutu barang terhadap spesifikasi, maka
dilaksanakan prosedur pengawasan mutu produk melalui inspeksi dan pengetesan.
Garis besar pelaksanaannya sebagai berikut :
1. Setiap bahan yang baru diterima dan/atau selama penyimpanan di Gudang
Bahan, akan disampling dan diperiksa oleh QC Dept sesuai spesifikasi. Hasil
pemeriksaan dilaporkan dengan kondisi status : ”diterima, dipending, dan
ditolak”.
2. QC Dept melakukan inspeksi di Gudang Bahan dan Gudang Jadi.
Pemeriksaan meliputi kelengkapan label status dan ketentuan lain yang
diperlukan. Barang yang menyimpang mutunya akan ditahan untuk dilakukan
pemeriksaan ulang, melalui koordinasi dengan R&D Dept. Hasil pemeriksaan
dilaporkan dengan kondisi status : ”diterima, dipending, dan ditolak”
3. Setiap batch produk dalam proses disampling dan diperiksa oleh QC Dept
sesuai spesifikasi. Hasil pemeriksaan dilaporkan dengan kondisi status :
”diterima, reproses, dipending, dan ditolak”.
4. Selama proses produksi QC Dept. melakukan inspeksi proses pengolahan.
Bila ditemukan penyimpangan mutu, maka QC Dept. memutuskan menahan
barang dalam proses dan proses produksinya dengan koordinasi Dept.
produksi.
5. Barang jadi di Gudang Jadi adalah produk yang telah lolos proses inspeksi dan
pengetesan.
6. Dalam pelaksanaan inspeksi dan pengetesan, QC Dept. memberi label tanda
status pemeriksaan barang.
7. Secara periodik dilakukan kalibrasi alat ukur untuk menjamin keandalan
peralatan inspeksi dan tes yang dipakai.
8. Untuk membantu menjamin barang dan setiap tahap proses memenuhi
spesifikasi, perlu dilakukan GMP di lapangan dengan baik.
9. QC Dept. juga mengontrol bahaya pest melalui pelaksanaan Pest Control.
10. Setiap dokumen/catatan yang dipakai harus terkendali.
11. Dalam menangani keluhan konsumen, QC Dept. mempunyai referen sampel
yang selalu disampling setiap batchnya.
12. Bila ada penyimpangan terhadap mutu produk / proses, QC memastikan
penahanan sementara sampai ditemukan tindakan perbaikannya.
16

PT. Anugrah Cita Era Food menetapkan standar mutu untuk produk yang
dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen. Standar
mutu produk corn chips harus dapat tercapai mulai pada saat penerimaan bahan
baku, proses produksi, proses pengemasan dan sebelum produk sampai di
konsumen. Pada saat penerimaan bahan baku dilakukan pengawasan mutu bahan
baku, pengawasan mutu yang dilakukan untuk bumbu dari segi penampakkan
(warna dan aroma) serta kadar garam, untuk jagung pipil dari segi jumlah butir
rusak (jamur), butir warna lain, butir pecah (patahan), kontaminan, pest serta
kadar air, sedangkan pengawasan mutu untuk minyak sawit dari segi warna,
aroma, kontaminan, pest serta % FFA (Free Fatty Acid). Standar mutu bahan
baku dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Standar mutu bahan baku


Bahan Baku Indikator Standar Pengujian Target
Bumbu Warna Analisis sensori Sesuai dengan kriteria
Aroma Analisis sensori bumbu
Kadar garam Analisis kadar garam
Jagung Pipil Butir rusak (jamur) Analisis visual 4%
Butir warna lain Analisis visual 3%
Butir pecah (patahan) Analisis visual 2%
Kontaminan Analisis visual 1%
Pest Analisis visual Negatif
Kadar air Analisis kadar air Maks. 14 %
Minyak Sawit Warna Analisis visual Kuning bening
Aroma Analisis sensori Khas minyak sawit
Kontaminan Analisis sensori Negatif
Pest Analisis visual Negatif
% FFA Analisis FFA Max 0.1 %
Sumber : PT. Anugrah Cita Era Food, 2010.

Pada saat proses produksi corn chips juga dilakukan pengawasan mutu,
setiap tahapan proses terdapat titik kritis yang harus diperhatikan dan
dikendalikan untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan standar. Pengawasan
mutu dilakukan dengan interval 1 batch sekali, dengan melakukan pengecekan
visual, pengecekan sensori, pengecekan suhu yang dilakukan dengan
menggunakan termometer celup, pengecekan kadar air yang dilakukan dengan
menggunakan moister analaizer, kadar minyak yang dilakuakn dengan
menggunakan press laboratory serta pengecekan kadar garam yang dilakukan
dengan menggunakan salt analaizer.
Produk dinyatakan rusak apabila produk tersebut tidak memenuhi standar
mutu yang telah dibuat oleh PT. Anugrah Cita Era Food. Produk yang dinyatakan
tidak memenuhi standar akan diolah ulang atau tidak akan melanjutkan ke proses
selanjutnya. Standar mutu proses produksi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Standar mutu pada proses produksi


Proses Indikator Standar Pengujian Target
Pengayakan Kebersihan Analisis visual Tidak ada batu, logam,
bonggol jagung, kayu dan
serangga
Perebusan Kadar air Analisis kadar air 40% – 43%
(cooking)
Perendaman Kadar air Analisis kadar air 50% - 55%
(soaking)
17

Lanjutan Tabel 3
Pencucian Kebersihan Analisis visual Tidak ada batu, logam,
(washing) kulit jagung dan kayu
Penggilingan Suhu adonan Analisis suhu 40% - 55%
(milling)
Pemotongan Penampakan Analisis visual Hasil potongan rapi dan
(cutting) tidak geradak
Dimensi Analisis dimensi Chuba = 2.5 – 3.5 cm
Maitos = 4 – 6 cm
Penggorengan Organoleptik Analisis visual Potongan rapi dan tidak
(frying) geradak, rasa khas jagung,
aroma tidak ada
penyimpangan dan tekstur
renyah

Kadar air Analisis kadar air Max 1%


Kadar minyak Analisis kadar minyak Chuba = max 30%
Maitos = max 28%
Pembumbuan Organoleptik Analisis visual dan sensori Penampakan bumbu
(seasoning) merata, rasa tidak ada
penyimpangan, aroma
khas bumbu
dan tekstur renyah
Kadar garam Analisis kadar garam Barbeque=
1.11 – 1.33 %
Keju panggang=
1.38 – 1.83 %
Sambal balado=
1.11 – 1.33 %
Keju nacho=
1.15 – 1.31 %
Original=
1.11 – 1.55 %
Sambal limau=
1.36 – 1.60 %
Sumber : PT Anugrah Cita Era Food, 2010.

Produk yang sudah jadi dan sudah lolos pengecekan QC, lalu dikemas.
Kemasan yang digunakan adalah small pack ukuran 15 gr, medium pack ukuran
90g dan kemasan curah ukuran 2.5kg. Pada tahapan akhir ini dilakukan juga
pengendalian mutu kemasan dengan interval pengecekan 30-45 menit sekali untuk
setiap mesin packing. Pengendalian mutu dilakukan dengan cara pengambilan
sampel sebanyak 10 pcs dari setiap mesin packing lalu dilakukan pengecekan
frame, sealing, kekembungan, kebocoran dan berat. Jika hasil yang diperoleh
tidak sesuai dengan target maka dilakukan tindak perbaikan, lalu dilakukan
pengecekan ulang dengan mengambil sampel lebih banyak dari sebelumnya.
Standar mutu proses pengemasan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Standar mutu pada proses pengemasan


Indikator Standar Pengujian Target

Kekembungan Analisis kekembungan Hot = 44 - 46mm


Cold = 39 – 41mm
Kebocoran Analisis kebocoran Negatif
Berat Analisis berat Small pack :
Berat/pc = 13.25 – 14.05 g
Medium pack :
Berat/pc = 95.9 – 98.1 g
Sumber : PT Anugrah Cita Era Food, 2010.
18

Analisis Hasil Penelitian

Proses analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan


pendekatan Statistical Quality Control (SQC) untuk pengendalian produk rusak
corn chips. Pada penelitian ini tidak menggunakan semua tools yang ada pada
SQC, hanya digunakan jenis tools yang sesuai dangan kondisi permasalahan yang
akan dipecahkan yaitu diagram pareto yang merupakan diagram yang terdiri atas
grafik balok dan garis yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis
data terhadap keseluruhan sehingga dapat diketahui penyebab yang paling
potensial, diagram sebab-akibat yang digunakan untuk mencari faktor-faktor yang
menjadi sumber masalah dalam pengendalian mutu, serta grafik kendali yang
merupakan grafik garis yang mencantumkan batas maksimum dan batas minimum
sebagai batas pengendalian sehingga dapat diketahui apakah penyebab-penyebab
yang mempengaruhi mutu dalam keadaan terkendali atau tidak terkendali. Berikut
adalah analisis hasil penelitian corn chips di PT. Anugrah Cita Era Food :

1. Proses Penerimaan Bahan Baku Jagung Pipil


Pada saat penerimaan bahan baku jagung pipil parameter mutu yang
harus dianalisis adalah kadar air, persentase butir jagung rusak (jamur),
persentase butir jagung dengan warna lain, persentase butir jagung pecah
(patahan) serta kotoran (kontaminan). Menurut BSN (2013) Standar Nasional
Indonesia (SNI) 3920:2013 mengenai jagung pipil, parameter mutu jagung
pipil yang digunakan PT. Anugrah Cita Era Food menggunakan standar mutu
jagung pipil jenis Mutu II (grade 2).
Untuk mempermudah dalam perbandingan, data analisis bahan baku
jagung pipil dibuat dalam jangka waktu bulanan. Berikut adalah tahapan
penyusunan diagram pareto proses penerimaan bahan baku jagung pipil
dengan menggunakan software minitab versi 14. Check sheet ketidaksesuaian
jagung pipil dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Ketidaksesuaian jagung pipil


No Jenis Bulan Jumlah
Ketidaksesuaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 ∑ %

1 Kadar Air 2 10 6 3 2 1 1 1 0 1 2 4 33 20.00


2 Butir Rusak 1 0 1 2 0 1 0 0 1 0 2 4 12 7.27
3 Butir Warna Lain 0 3 9 6 6 0 1 1 1 2 2 3 34 20.61
4 Butir Pecah 9 12 2 0 5 13 5 5 3 6 7 16 83 50.30
5 Kontaminan 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 3 1.82
TOTAL 165 100
Sumber : PT. Anugrah Cita Era Food, 2013.

Setelah data terkumpul pada Table 5, jenis ketidaksesuaian diurutkan


sesuai dengan besarnya nilai frekuensi dari yang tertinggi sampai dengan yang
terendah. Data jenis dan jumlah ketidaksesuaian yang telah diurutkan dapat
dilihat pada Tabel 6.
19

Tabel 6. Urutan ketidaksesuaian jagung pipil


Akumulasi Persentase Akumulasi
No Jenis Ketidaksesuaian Frekuensi
Frekuensi Total Persentase
1 Butiran Pecah (Patahan) 83 83 50.30 50.30
2 Butir Warna Lain 34 117 20.61 70.91
3 Kadar Air 33 150 20.00 90.91
4 Butir Rusak (Jamur) 12 162 7.27 98.18
5 Kontaminan 3 165 1.82 100.00
TOTAL 165 100.00

Kemudian data tersebut disusun menjadi diagram pareto untuk


mengetahuai permasalahan mana yang menjadi prioritas masalah yang akan
diselesaikan. Gambar diagram pareto dapat dilihat pada Gambar 5.

180
160
100

140
80
120

Percent
Count

100 60
80
40
60
40
20
20
0 0
) i )
ain n
Jenis Reject
an gg ur na
tah aL T in Jam mi
( Pa ar n rA
ir
ak
( nta
ah W
da us Ko
c ti r Ka rR
Pe Bu ti
utir Bu
B
Count 83 34 33 12 3
Percent 50.3 20.6 20.0 7.3 1.8
Cum % 50.3 70.9 90.9 98.2 100.0

Gambar 5 . Diagram pareto proses penerimaan bahan baku jagung pipil


Pada diagram pareto tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis
ketidaksesuaian yang menjadi prioritas permasalahan yang harus diatasi agar
hasil akhir produk corn chips sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
adalah butiran jagung pecah (patahan) dengan nilai frekuensi 50.30% dari
total keseluruhan permasalahan. Berdasarkan prioritas permasalahan yang
didapat dari diagram pareto tersebut kemudian disusun kembali menjadi
diagram sebab akibat atau fishbone untuk mengetahui akar masalah ataupun
sebab dan akibat dari permasalahan yang terjadi dengan adanya
ketidaksesuaian antara penerimaan bahan baku jagung pipil dengan standar
yang ada. Gambar diagram sebab akibat atau fishbone dapat dilihat pada
Gambar 6.
20

Material

Kualitas
Bahan Baku

Kualitas bahan
baku tidak
konsisten Butir Pecah
(Patahan)
Jagung
Pipil Tinggi

Kerusakan mesin Sampling

Kesalahan dalam
Tidak diservice secara rutin pengambilan
sampel

Mesin Metode

Gambar 6. Diagaram sebab akibat proses penerimaan bahan baku


Diagram tulang ikan di atas didapat dari hasil pengamatan langsung di
lapangan dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait. Berikut adalah
hasil penilaian permasalahan yang teridentifikasi berdasarkan hasil
pengamatan dan wawancara.
1. Material (bahan baku)
Kualitas bahan baku yang tidak konsisten yang disebabkan sumber bahan
baku (jagung pipil) berasal dari beberapa petani. Hal ini terlihat dari data
ketidaksesuaian bahan baku dari bulan Januari sampai dengan Desember
yang selalu terjadi ketidaksesuaian antara bahan baku dengan standar yang
telah ditetapkan.
2. Metode
Menurut QC Raw Material sampel diambil ketika bahan baku masih
berada di mobil pengangkut, hal ini menyebabkan sampel yang terambil
tidak mewakili populasi jagung pipil yang diterima.
3. Mesin
Menurut bagian Manantenance, mesin yang digunakan untuk mengayak
(distoner) tidak diservice secara berkala. Hal ini menyebabkan getaran
mesin berubah dan menyebabkan hasil dari ayakan jagung pipil tidak
maksimal.
Untuk mengetahui apakah ketidaksesuaian yang terjadi pada proses
penerimaan bahan baku jagung pipil masih dalam keadaan terkendali atau
tidak terkendali maka data penerimaan bahan baku jagung pipil disusun
menjadi bagan kendali (control chart). Gambar bagan kendali proses
penerimaan bahan baku jagung pipil dapat dilihat pada Gambar 7.
21

Gambar 7. Bagan kendali proses penerimaan bahan baku

Pada bagan kendali (control chart) penerimaan bahan baku jagung pipil
di atas didapatkan nilai rata-rata batas kendali atas (UCL) sebesar 0.794, rata-
rata batas kendali bawah sebesar (LCL) sebesar 0.044 sedangkan nilai garis
tengah (CL) adalah sebesar 0.419. Dapat dilihat bahwa ketidaksesuaian proses
penerimaan bahan baku jagung pipil tidak terkendali karena titik pada bulan
April berada di luar nilai batas kendali bawah (LCL) dengan nilai proporsi
cacat (ketidaksesuaian) adalah 0.000 dan pada bulan Desember berada di luar
nilai batas kendali atas (UCL) dengan nilai proporsi cacat (ketidaksesuaian)
adalah 0.800. Perhitungan pengolahan data penerimaan bahan baku dengan
Microsoft Excel dapat dilihat pada Lampiran 3.

2. Proses Produksi Corn Chips


Pada saat proses produksi parameter mutu yang harus dianalisis adalah
tekstur adonan (lembek & lengket), hasil potongan (geradak & menggumpal),
dimensi (panjang & tebal), kadar air serta kadar minyak. Proses analisis ini
dilakukan oleh QC (Quality Control) dengan interval 1 batch sekali. Pada
proses analisis tekstur adonan dilakukan juga pengecekan suhu adonan karena
suhu adonan berpengaruh terhadap hasil potongan. Untuk analisis kadar air
dan kadar minyak sampel diambil dari produk corn chips yang belum dan
telah dibumbui. Cara pengambilan sampel untuk analisis yaitu dengan
mengambil sampel sebanyak 10 chips kemudian menggunakan micrometer
untuk analisis dimensi, sedangkan untuk kadar air dan kadar minyak sampel
yang diambil secukupnya kemudian dihaluskan dan analisis dilakukan dengan
menggunakan Moisture Analyzer untuk analisis kadar air dan Laboratory
Press untuk analisis kadar minyak. Check sheet jenis dan jumlah
ketidaksesuaian proses produksi corn chips dapat dilihat pada Tabel 7.
22

22
Tabel 7. Ketidaksesuaian proses produksi corn chips
Jenis Bulan Jumlah
No
Ketidaksesuaian Jan Feb Mar Aprl May Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Frekuensi %

1 Lembek 32 40 18 14 10 13 3 14 45 14 9 15 227 14.00


2 Lengket 33 45 6 15 3 2 2 5 14 9 1 11 146 9.01
3 Menggumpal 45 29 16 0 3 2 3 3 11 6 4 11 133 8.20
4 Geradak 22 27 5 18 5 17 4 3 6 7 7 3 124 7.65
5 Panjang 7 8 0 0 5 63 19 2 0 3 18 1 126 7.77
6 Tebal 0 0 0 0 3 2 0 0 0 0 0 0 5 0.32
7 Kadar Air Tinggi 84 113 37 33 20 18 11 11 9 8 14 22 380 23.44
8 Kadar Minyak Tinggi 41 59 35 33 46 22 63 35 48 45 22 31 480 29.61
TOTAL 1621 100
Sumber : PT. Anugrah Cita Era Food, 2013.
23

Setelah data terkumpul pada Table 7, jenis ketidaksesuaian diurutkan


sesuai dengan besarnya nilai frekuensi dari yang tertinggi sampai dengan yang
terendah. Data jenis dan jumlah ketidaksesuaian yang telah diurutkan dapat
dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Urutan ketidaksesuaian proses produksi corn chips


Akumulasi Akumulasi
No Jenis Ketidaksesuaian Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
1 Kadar Minyak Tinggi 480 480 29.61 29.61
2 Kadar Air Tinggi 380 860 23.44 53.05
3 Lembek 227 1087 14.00 67.05
4 Lengket 146 1233 9.01 76.06
5 Menggumpal 133 1366 8.20 84.26
6 Panjang 126 1492 7.77 92.03
7 Geradak 124 1616 7.65 99.68
8 Tebal 5 1621 0.32 100.00
TOTAL 1621 100.00

Kemudian data tersebut disusun menjadi diagram pareto untuk


mengetahuai permasalahan mana yang menjadi prioritas masalah yang akan
diselesaikan. Gambar diagram pareto proses produksi corn chips dapat dilihat
pada Gambar 8.

1800
1600 100

1400
80
1200

Percent
1000
Count

60
800
600 40

400
20
200
0 0
Jenis Reject i i ek t l ng k al
gg gg ke pa da eb
T in T in mb ng um nj a ra T
. . Le Le g Pa Ge
K.M K.A ng
Me
Count 480 380 227 146 133 126 124 5
Percent 29.6 23.4 14.0 9.0 8.2 7.8 7.6 0.3
Cum % 29.6 53.1 67.1 76.1 84.3 92.0 99.7 100.0

Gambar 8. Diagram pareto proses produksi Corn Chips


Pada diagram pareto di atas dapat disimpulkan bahwa jenis
ketidaksesuaian yang menjadi prioritas permasalahan yang harus diatasi agar
hasil akhir produk corn chips sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
adalah kadar minyak produk yang tinggi dengan nilai frekuensi 29.6% dari
total keseluruhan permasalahan. Berdasarkan prioritas permasalahan yang
didapat dari diagram pareto tersebut kemudian disusun kembali menjadi
diagram sebab akibat atau fishbone untuk mengetahui faktor-faktor penyebab
dari permasalahan yang terjadi. Gambar diagram sebab akibat atau fishbone
dapat dilihat pada Gambar 9.
24

Material

Kualitas bahan
baku

Tidak sesuai dengan


standar

Kadar minyak
corn chips
Sparepart mesin tinggi
Pemasakan jagung
Tidak sesuai pipil
mesin
Tidak sesuai
SOP
Mesin Metode

Gambar 9. Diagram sebab akibat proses produksi Corn Chips

Diagram tulang ikan di atas didapat dari hasil pengamatan langsung di


lapangan dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait. Berikut adalah
hasil penilaian permasalahan yang teridentifikasi :
1. Material (bahan baku)
Kualitas bahan baku dengan standar rendah tetap dipergunakan sehingga
produk akhir corn chips tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Hal
ini ditunjukan dengan data ketidaksesuaian produk yang tinggi pada setiap
bulannya.
2. Mesin
Mutu produk corn chips juga dapat dipengaruhi oleh mesin. Menurut
bagian Mentainance penggunaan spearpart yang tidak sesuai dengan
mesin menyebabkan parameter (suhu dan waktu cooking) dapat berubah-
rubah, hal ini menyebabkan kadar minyak corn chips tinggi.
3. Metode
Menurut QC Produksi kadar minyak corn chips yang tinggi disebabkan
oleh metode pemasakan jagung pipil yang tidak sesuai dengan SOP.
Pemasakan jagung pipil dengan suhu dan waktu yang tidak tepat
menyebabkan kadar air jagung cooking dan soaking tidak sesuai dengan
standar.
Untuk mengetahui apakah ketidaksesuaian yang terjadi pada proses
produksi corn chips masih dalam keadaan terkendali atau tidak terkendali
maka data inspeksi proses produksi selama bulan Januari sampai dengan Juni
disusun menjadi bagan kendali (control chart). Pada penelitian ini digunakan
jenis bagan kendali p (p-chart). Gambar bagan kendali proses produksi corn
chips dapat dilihat pada Gambar 10.
25

Gambar 10. Bagan kendali proses produksi Corn Chips

Pada bagan kendali (control chart) proses produksi corn chips di atas
didapat nilai tengah (CL) adalah sebesar 0.123 dan nilai rata-rata batas
kendali atas (UCL) adalah sebesar 0.179 sedangkan nilai rata-rata batas
kendali bawah (LCL) sebesar 0.067. Dapat dilihat bahwa ketidaksesuaian
proses produksi corn chips tidak terkendali karena titik pada bulan Mei dan
Agustus berada di luar batas kendali atas (UCL) dengan nilai proporsi yang
didapat adalah sebesar 0.184 untuk bulan Mei dan 0.188 untuk bulan
Agustus. Perhitungan pengolahan data proses produksi corn chips dengan
Microsoft Excel dapat dilihat pada Lampiran 2.

3. Proses Pengemasan Corn Chips


Produk yang sudah jadi dan sudah lolos QC (Quality Control) pada
proses produksi, lalu dikemas. Kemasan yang digunakan adalah small pack
ukuran 15 gr dan medium pack ukuran 90 gr. Pada tahapan akhir ini
dilakukan juga pengendalian mutu proses packing. Pengendalian mutu
dengan cara pengambilan sampel sebanyak 10 pcs untuk semua produk dari
setiap mesin packing A,B,C,D lalu dilakukan pengecekan dengan parameter
mutu yang di analisis yaitu kekembungan, kebocoran (jepit bumbu & bocor
sambungan) dan berat (over-under). Jika hasil analisis yang diperoleh tidak
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan maka dilakukan tindakan
perbaikan, lalu dilakukan lagi analisis ulang dengan mengambil sampel lebih
banyak dari sebelumnya. Dan apabila ketidaksesuaian mutu masih terjadi
maka dilakukan tindakan perbaikan pada mesin packing tersebut sampai
produk yang dihasilkan sesuai dengan standar. Check sheet jenis dan jumlah
ketidaksesuaian proses pengemasan corn chips pada mesin packing A, B, C
dan D dapat dilihat pada Tabel 9.
26

26
Tabel 9. Ketidaksesuaian proses pengemasan corn chips
Bulan Jumlah
No Jenis Ketidaksesuaian
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Frekuensi %

Mesin Packing A
1 Kekembungan kurang 14 10 7 5 17 3 16 4 16 4 4 7 107 5.00
2 Jepit bumbu 2 14 2 15 6 23 13 12 26 9 28 18 178 8.33
3 Bocor sambungan 3 30 12 48 36 127 24 32 6 25 12 30 385 18.02
4 Berat over-under 49 108 93 162 127 132 147 74 202 155 121 96 1467 68.65
TOTAL 2137 100
Mesin Packing B
1 Kekembungan kurang 67 69 92 69 124 10 27 15 7 60 19 13 572 17.45
2 Jepit bumbu 12 28 8 19 15 33 41 24 32 23 41 35 311 9.50
3 Bocor sambungan 18 22 23 28 39 13 49 20 25 26 19 29 311 9.49
4 Berat over-under 112 175 134 242 184 176 202 92 227 222 140 177 2083 63.56
TOTAL 3277 100
Mesin Packing C
1 Kekembungan kurang 102 86 7 3 22 10 19 6 6 4 3 7 275 8.67
2 Jepit bumbu 10 4 5 6 10 27 54 27 67 31 61 72 374 11.79
3 Bocor sambungan 21 56 17 31 40 16 40 25 54 46 51 34 431 13.59
4 Berat over-under 107 113 135 141 166 166 224 165 243 222 187 223 2092 65.95
TOTAL 3172 100
Mesin Packing D
1 Kekembungan kurang 18 21 53 45 57 26 21 0 10 0 0 3 254 11.80
2 Jepit bumbu 13 6 3 10 17 22 39 27 23 20 36 60 276 12.82
3 Bocor sambungan 16 9 11 15 41 43 21 18 18 27 12 35 266 12.35
4 Berat over-under 78 89 59 86 126 156 108 108 135 137 126 149 1357 63.03
TOTAL 2153 100
Sumber : PT. Anugrah Cita Era Food, 2013.
27

Setelah data terkumpul, jenis ketidaksesuaian diurutkan sesuai dengan


besarnya nilai frekuensi dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah.
Data jenis dan jumlah ketidaksesuaian yang telah diurutkan dapat dilihat pada
Tabel 10.

Tabel 10. Urutan ketidaksesuaian proses pengemasan bulan Januari-Juni 2013


Akumulasi Akumulasi
No Jenis Ketidaksesuaian Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
Mesin Packing A
1 Berat over-under 1467 1467 68.65 68.65
2 Bocor sambungan 385 1852 18.02 86.67
3 Jepit bumbu 178 2030 8.33 95.00
4 Kekembungan kurang 107 2137 5.00 100.00
TOTAL 2137 100.00
Mesin Packing B
1 Berat over-under 2083 2083 63.56 63.56
2 Kekembungan kurang 572 2655 17.45 81.01
3 Jepit bumbu 311 2966 9.50 90.51
4 Bocor sambungan 311 3277 9.49 100.00
TOTAL 3277 100.00
Mesin Packing C
1 Berat over-under 2092 2092 65.95 65.95
2 Bocor sambungan 431 2523 13.59 79.54
3 Jepit bumbu 374 2897 11.79 91.33
4 Kekembungan kurang 275 3172 8.67 100.00
TOTAL 3172 100.00
Mesin Packing D
1 Berat over-under 1357 1357 63.03 63.03
2 Jepit bumbu 276 1633 12.82 75.85
3 Bocor sambungan 266 1899 12.35 88.20
4 Kekembungan kurang 254 2153 11.80 100.00
TOTAL 2153 100.00

Kemudian data jenis dan jumlah ketidaksesuaian proses pengemasan


yang telah disusun berdasarkan frekuensi dari mesin packing A, B, C dan D
disusun menjadi diagram pareto untuk mengetahuai permasalahan mana yang
menjadi prioritas masalah yang akan diselesaikan. Gambar diagram pareto
proses produksi corn chips dapat dilihat pada Gambar berikut.

100
2000
80
1500
Percent

60
Count

1000
40

500 20

0 0
Jenis Reject er an u g
nd ng mb r an
r- U bu it Bu Ku
ve Sa
m
Jep ga
n
ra tO or bun
Be c
Bo ke
m
Ke
Count 1467 385 178 107
Percent 68.6 18.0 8.3 5.0
Cum % 68.6 86.7 95.0 100.0

Gambar 11. Diagram pareto proses pengemasan Mesin Packing A


28

Pada diagram pareto di atas dapat disimpulkan bahwa jenis


ketidaksesuaian yang menjadi prioritas permasalahan pada mesin packing A
yang harus diatasi agar hasil akhir produk corn chips sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan adalah berat produk setelah dikemas yang over-under
dengan nilai frekuensi 68.65% dari total keseluruhan permasalahan.

3500
100
3000
2500 80

Percent
2000 60
Count

1500
40
1000
20
500

0 0
Jenis Reject er an
g
ga
n u
nd ur un mb
r- U Bu
e nK am
b it
Ov ga rS Jep
rat un co
Be mb Bo
ke
Ke
Count 2083 572 311 311
Percent 63.6 17.5 9.5 9.5
Cum % 63.6 81.0 90.5 100.0

Gambar 12. Diagram pareto proses pengemasan Mesin Packing B

Pada diagram pareto di atas dapat disimpulkan bahwa jenis


ketidaksesuaian yang menjadi prioritas permasalahan pada mesin packing B
yang harus diatasi agar hasil akhir produk corn chips sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan adalah berat produk setelah dikemas yang over-under
dengan nilai frekuensi 63.56% dari total keseluruhan permasalahan.

3500
100
3000
2500 80
Percent

2000
Count

60
1500
40
1000
20
500

0 0
Jenis Reject r n u g
de ga mb an
- Un bun Bu Kur
er m it an
Ov rS
a Jep ng
r at co bu
Be Bo
ke
m
Ke
Count 2092 431 374 275
Percent 66.0 13.6 11.8 8.7
Cum % 66.0 79.5 91.3 100.0

Gambar 13. Diagram pareto proses pengemasan Mesin Packing C

Pada diagram pareto di atas dapat disimpulkan bahwa jenis


ketidaksesuaian yang menjadi prioritas permasalahan pada mesin packing C
yang harus diatasi agar hasil akhir produk corn chips sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan adalah berat produk setelah dikemas yang over-under
dengan nilai frekuensi 65.95% dari total keseluruhan permasalahan.
29

100
2000
80
1500

Percent
60

Count
1000
40

500 20

0 0
Jenis Reject er bu ga
n
an
g
nd um un ur
r-U it B b K
v e am n
tO Jep S ng
a
ra c or bu
Be Bo k e m
Ke
Count 1357 276 266 254
Percent 63.0 12.8 12.4 11.8
Cum % 63.0 75.8 88.2 100.0

Gambar 14. Diagram pareto proses pengemasan Mesin Packing D

Pada diagram pareto di atas dapat disimpulkan bahwa jenis


ketidaksesuaian yang menjadi prioritas permasalahan pada mesin packing D
yang harus diatasi agar hasil akhir produk corn chips sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan adalah berat produk setelah dikemas yang over-under
dengan nilai frekuensi 63.03% dari total keseluruhan permasalahan.
Dari diagram pareto proses pengemasan mesin packing A, B, C dan D
dapat disimpulkan bahwa semua diagram menunjukan berat over-under yang
menjadi prioritas permasalahan yang harus diselesaikan agar produk corn
chips sesuai dengan standar. Berdasarkan prioritas permasalahan yang
didapat dari diagram pareto tersebut kemudian disusun menjadi diagram
sebab akibat atau fishbone untuk mengetahui faktor penyebab dari
permasalahan yang terjadi. Gambar diagram sebab akibat atau fishbone dapat
dilihat pada Gambar 15.

Material

Kualitas Film

Tidak konsisten

Berat Produk
Over-Under

Parameter mesin

Tidak sesuai
standar

Mesin

Gambar 15. Diagram sebab akibat proses pengemasan Corn Chips


30

Diagram tulang ikan di atas didapat dari hasil pengamatan langsung di


lapangan dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait. Berikut adalah
hasil penilaian permasalahan yang teridentifikasi :
1. Material (bahan baku)
Menurut QC Packing berat produk setelah dikemas over-under
dikarenakan oleh kualitas film yang tidak konsisten, hal ini disebabkan
pengguna tiga supplier yang berbeda.
2. Mesin
Berat produk corn chips juga dipengaruhi oleh parameter mesin (getaran
dan kecepatan mesin). Menurut QC Packing parameter mesin yang
berubah-ubah menyebabkan berat produk yang akan dikemas tidak sesuai
dengan standar.
Untuk mengetahui apakah ketidaksesuaian yang terjadi pada proses
pengemasan (packing) corn chips masih dalam keadaan terkendali atau tidak
terkendali maka data penerimaan bahan baku jagung pipil selama bulan
Januari sampai dengan Juni disusun menjadi bagan kendali (control chart).
Gambar bagan kendali proses pengemasan corn chips pada mesin packing A
dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar16. Bagan kendali proses pengemasan Mesin Packing A

Pada bagan kendali proses pengemasan corn chips di atas didapatkan


nilai tengah sebesar 0.023 dan nilai rata-rata batas kendali atas (UCL) sebesar
0.029, sedangkan nilai rata-rata batas kendali bawah (LCL) sebesar 0.017.
Dapat dilihat bahwa ketidaksesuaian yang terjadi pada mesin packing A
dalam keadaan tidak terkendali karena titik pada bulan Februari dan
September berada di keluar batas kendali. Pada bulan Februari berada di luar
LCL dengan nilai 0.016 sedangkan titik pada bulan September berada di luar
UCL dengan nilai 0.032. Perhitungan pengolahan data proses pengemasan
corn chips dengan Microsoft Excel dapat dilihat pada Lampiran 3.
31

Gambar 17. Bagan kendali proses pengemasan Mesin Packing B

Pada bagan kendali (control chart) proses pengemasan corn chips di


atas didapatkan nilai tengah (CL) sebesar 0.023 dan nilai rata-rata batas
kendali atas (UCL) sebesar 0.029 sedangkan nilai rata-rata batas kendali
bawah (LCL) sebesar 0.017. Dapat dilihat ketidaksesuaian yang terjadi pada
mesin packing B dalam keadaan tidak terkendali karena titik pada bulan
November berada di luar LCL dengan nilai 0.016. Perhitungan pengolahan
data proses pengemasan corn chips mesin packing B dengan Microsoft Excel
dapat dilihat pada Lampiran 3.

Gambar 18. Bagan kendali proses pengemasan Mesin Packing C

Pada bagan kendali (control chart) proses pengemasan corn chips pada
mesin packing C didapatkan nilai tengah (CL) sebesar 0.025 dan nilai rata-
rata batas kendali atas (UCL) sebesar 0.030 sedangkan nilai rata-rata batas
kendali bawah (LCL) sebesar 0.020. Dapat diketahui ketidaksesuaian yang
terjadi pada mesin packing C dalam keadaan tidak terkendali karena titik
pada bulan Januari berada di luar LCL dengan nilai 0.019. Perhitungan
pengolahan data proses pengemasan corn chips mesin packing C dengan
Microsoft Excel dapat dilihat pada Lampiran 3.
32

Gambar 19. Bagan kendali proses pengemasan Mesin Packing D

Pada bagan kendali (control chart) proses pengemasan corn chips pada
mesin packing D didapatkan nilai tengah (CL) sebesar 0.023 dan nilai rata-
rata batas kendali atas (UCL) sebesar 0.030 sedangkan nilai rata-rata batas
kendali bawah (LCL) sebesar 0.016. Dapat dilihat ketidaksesuaian yang
terjadi pada mesin packing D dalam keadaan terkendali karena semua titik
berada diantara batas kendali. Perhitungan pengolahan data proses
pengemasan corn chips mesin packing D dapat dilihat pada Lampiran 3.
Secara keseluruhan prioritas ketidaksesuaian yang terjadi pada proses
penerimaan bahan baku jagung pipil, proses produksi dan proses pengemasan
corn chips dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Ketidaksesuaian pada keseluruhan proses produksi corn chips


No. Jenis Faktor Faktor Sekunder Terkendali /
Ketidaksesuaian Primer Tidak
Terkendali
1. Proses Penerimaan Bahan Baku Jagung Pipil
Butir jagung pecah Material Kualitas bahan baku yang tidak Tidak
(patahan) yang konsisten dan penggunaan supplier terkendali
tinggi tunggal.
Metode Kesalahan QC dalam pengambilan
sampel.
Mesin Kerusakan mesin karena kondisi mesin
yang sudah tua dan tidak diservice
secara berkala.
2. Proses Produksi Corn Chips
Kadar air corn chips Material Kualitas bahan baku yang tidak sesuai Tidak
yang tinggi standar tetapi tetap dipergunakan. terkendali
Metode Kesalahan QC dalam pengambilan
sampel.
Mesin Kerusakan mesin yang karena tidak
diservice secara berkala.
Penggunaan sparepart yang tidak
sesuai dengan mesin.
Alat analisis yang digunakan tidak
dikalibrasi secara berkala yang
menyebabkan hasil analisis tidak
akurat.
33

Lanjutan Tabel 11
No. Jenis Faktor Faktor Sekunder Terkendali /
Ketidaksesuaian Primer Tidak
Terkendali
3. Proses Pengemasan Corn Chips
Berat produk over- Material Kualitas bahan pengemas (film) tidak Pada mesin
under konsisten. packing A, B dan
Mesin Kerusakan mesin karena tidak diservice C tidak terkendali
secara berkala sedangkan mesin
Parameter mesin (getaran dan kecepatan) packing D
yang berubah-ubah. terkendali

Langkah Perbaikan Mutu

Langkah-langkah perbaikan mutu yang akan dibuat tim atau unit atau
manajer yang menangani pengendalian mutu adalah menggunakan siklus PDCA
Deming. Menurut Nasution (2004) siklus PDCA merupakan siklus untuk
melakukan perbaikan proses kontinu dan pengendalian, meliputi atas delapan
langkah. Langkah perbaikan tersebut yaitu (1) identifikasi masalah utama, (2)
meneliti penyebab utama, (3) menentukan penyebab yang paling berpengaruh, (4)
menyusun rencana perbaikan dan menetapkan sasaran, (5) menentukan tanggung
jawab, mengapa, apa dan bagaimana melaksanakan tanggung jawab, (6) evaluasi
dan validasi pelaksanaan, (7) kaji semua feedback dan lakukan perbaikan, serta
(8) memperbaiki standar.
Dalam jangka pendek, langkah perbaikan mutu yang perlu diprioritaskan
adalah identifikasi masalah utama terjadinya ketidaksesuaian disetiap proses.
Dalam proses pengambilan keputusan, kita selalu berfikir untuk menentukan
kegiatan apa yang pertama-tama harus dilakukan, dan selanjutnya kegiatan apa
kembali yang perlu diambil, sehingga masalah yang dihadapi akan dapat
dipecahkan. Dalam hal ini akan dipelajari terlebih dahulu karakteristik produk.
Kemudian uraikan berbagai kemungkinan yang diduga menjadi penyebab
terjadinya ketidaksesuaian. Untuk itu akan dimanfaatkan salah satu alat bantu dari
seven tools yaitu diagram sebab akibat (fishbone). Fungsi alat ini adalah
mengeksplorasi semua komponen sistem sebagai basis pencarian akar masalah.
Pada langkah selanjutnya dilakukan wawancara dan pengamatan ke lokasi secara
intensif untuk mendapatkan sebab-sebab yang paling berpengaruh kemudian
menyusus langkah perbaikan dan menetapkan sasaran.
Rancangan perbaikan yang telah disusun segera dijalankan sesuai dengan
waktu, tempat, metode maupun personel yang bertanggung jawab. Selanjutnya
dilakukan evaluasi terhadap tindakan perbaikan tersebut untuk terus memonitor
perbaikan yang dilakukan. Pada langkah selanjutnya mengkaji semua feedback
dan lakukan perbaikan. Dalam hal ini, apakah langkah-langkah perbaikan ternyata
memberikan dampak positif terhadap proses produksi, maka langkah tersebut
sebaiknya segera dirumuskan sebagai ketetapan atau kebijakan perusahaan.
Dengan demikian di masa mendatang permasalahan yang berkaitan dengan
ketidaksesuaian proses dapat dicegah. Akhir dari delapan langkah adalah
memperbaiki standar. Secara rinci langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
rangka untuk memperbaiki mutu dapat dilihat pada Tabel 12.
33
Tabel 12. Langkah perbaikan mutu dengan siklus Deming
Langkah Pemecahan Masalah Tujuan Uraian Kegiatan
Plan 1. Identifikasi masalah utama Untuk menentukan tema yang Terjadi ketidaksesuaian antara hasil analisis dengan standar yang telah ditentukan pada proses
akan dibahas penerimaan bahan baku jagung pipil, proses produksi dan proses pengemasan corn chips.

2. Meneliti penyebab utama Mencari penyebab dari a. Proses penerimaan bahan baku :
permasalahan 1) Kualitas bahan baku yang tidak
konsisten.
2) Motivasi kerja operator bongkar yang kurang.
3) Motivasi kerja karu (kepala regu) dan jiwa kepemimpina dalam mengatur operator yang
kurang.
4) Cara bongkar jagung yang tidak sesuai dengan IK (Instruksi Kerja).
5) Kerusakan mesin karena kondisi mesin yang sudah tua dan tidak diservice secara berkala.
b. Proses produksi corn chips :
1) Kualitas bahan baku yang tidak sesuai standar tetapi tetap dipergunakan.
2) Kemampuan operator yang kurang keterampilan dan pelatihan dalam bekerja.
3) Kemampuan karu (ketua regu) yang kurang pelatihan dalam mengoprasikan mesin dan
kurangnya jiwa kepemimpinan dalam mengawasi operator.
4) Kesalahan QC dalam pengambilan sampel.
5) Alat analisis yang digunakan tidak dikalibrasi secara berkala yang menyebabkan hasil analisis
tidak akurat.
6) Kerusakan mesin yang karena tidak diservice secara berkala.
7) Penggunaan sparepart yang tidak sesuai dengan mesin.
c. Proses pengemasan corn chips :
1) Kualitas bahan pengemas (film) tidak konsisten.
2) Kemampuan operator yang kurang keterampilan dan pelatihan dalam bekerja.
3) Kemampuan karu (ketua regu) yang kurang pelatihan dalam mengoprasikan mesin dan
kurangnya jiwa kepemimpinan dalam mengatur operator.
4) Kesalahan QC dalam pengambilan sampel.
5) Alat analisis yang digunakan tidak dikalibrasi secara berkala yang menyebabkan hasil analisis
tidak akurat.
6) Kerusakan mesin karena tidak diservice secara berkala dan parameter mesinyang berubah-
ubah.
3. Menemukan penyebab yang Menguji kebenaran penyebab a. Proses penerimaan bahan baku :
sangat berpengaruh dengan data Kualitas bahan baku yang tidak konsisten.
b. Proses produksi corn chips :
Kualitas bahan baku yang tidak sesuai standar tetapi tetap dipergunakan.
Lanjutan Tabel 12
Langkah Pemecahan Masalah Tujuan Uraian Kegiatan
c. Proses pengemasan corn chips :
Parameter mesin (getaran dan kecepatan) yang berubah-ubah.
4. Menyusun rencana Membuat rencana guna mengatasi a. Proses penerimaan bahan baku:
perbaikan dan menetapkan penyebab 1) Melakukan evaluasi supplier secara berkala (sebulan sekali).
sasaran 2) Membuat kesepakatan standar mutu jagung pipil dengan supplier.
b. Proses produksi corn chips :
1) Merevisi IK (instruksi Kerja) dan SOP (Standard Operating Procedure) pemasakan jagung
pipil agar mudah dipahami oleh operator.
2) Memberikan pelatihan yang terkait penerapan standar mutu proses produksi kepada operator
yang bertugas.
c. Proses pengemasan corn chips :
1) Pembuatan jadwal service dan kalibrasi mesin packing.
2) Menetapkan parameter mesin.
Do 5. Melaksanakan langkah Melaksanakan apa yang telah a. Proses penerimaan bahan baku :
perbaikan direncanakan 1) Evaluasi supplier dilaksanakan oleh departemen QA/QC dan dilaksanakan setiap akhir bulan.
2) Setiap pengiriman bahan baku jagung pipil, supplier diharuskan melampirkan CoA.
b. Proses produksi corn chips :
1) IK dan SOP direvisi oleh departemen produksi divisi corn chips untuk selanjutnya
dilaksanakan oleh operator.
2) Bagian HRD memberikan pelatihan kepada operator mengenai penerapan standar mutu
sekurang-kurangnya enam bulan sekali.
c. Proses pengemasan corn chips :
1) Departemen QA/QC memetapkan jadwal service dan kalibrasi sebulan sekali untuk
dilaksanakan oleh departemen maintenance.
2) Departemen R&D menetapkan parameter mesin packing untuk dilaksanakan oleh departemen
produksi.
Check 6. Evaluasi dan validasi Mengkonfirmasi hasil antara Hasil pelaksanaan perbaikan mutu diamati oleh departemen QA/QC untuk selanjutnya dilakukan
pelaksanaan sebelum dan setelah langkah evaluasi.
Perbaikan
Action 7. Kaji feedback dan lakukan Melakukan prosedur sesuai Langkah perbaikan mutu dibuat standar kerja untuk mencegah terulangnya masalah.
perbaikan langkah 5
8. Memperbaiki standar Merencanakan kegiatan Departemen QA/QC membuat jadwal rencana kegiatan dan memilih pokok permasalahan yang
selanjutnya akan diselesaikan selanjutnya.

34
36

IMPLIKASI MENEJERIAL

Berdasarkan hasil penelitian ini didapat beberapa permasalahan yang


menjadi kendala dalam memproduksi corn chips yang sesuai dengan standar.
Kendala tersebut disebabkan oleh empat faktor primer yaitu faktor bahan baku
(material), manusia (tenaga kerja), metode dan mesin. Penelitian ini memberi
beberapa rekomendasi yang terkait dengan perencanaan dan pengendalian
(controlling) produksi bagi perusahaan untuk lebih menjaga dan meningkatkan
mutu produk corn chips agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dalam
hal ini pihak QC (Quality Control) yang digunakan sebagai pengendalian mutu
tersebut, karena QC berperan menjamin kesesuaian mutu produk terhadap standar
yang telah ditetapkan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh perusahaan
yaitu (1) identifikasi masalah utama, (2) meneliti penyebab utama, (3)
menemukan penyebab yang sangat berpengaruh, (4) menyususn rencana
perbaikan dan menetapkan sasaran, (5) melaksanakan langkah perbaikan, (6)
evaluasi dan validasi pelaksanaan, (7) mengkaji feedback dan lakukam perbaikan,
serta (8) memperbaiki standar.
Hasil penelitian ini memberikan beberapa implikasi, antara lain dapat
meningkatkan partisipasi dan kerja sama yang baik antara seluruh karyawan
maupun pihak manajemen dalam memproduksi corn chips yang sesuai dengan
standar. Kemudian dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan dengan
menghasilkan produk yang berkualitas dan aman untuk dikonsumsi melalui
jaminan mutu yang diberikan oleh perusahaan. Untuk pengendalian mutunya
harus dapat mengarahkan ke arah tujuan terpadu, sehingga konsumen atau
pelanggan akan merasa puas mengkonsumsi produk ini. Selain itu, penelitian ini
juga dapat meningkatkan pemahaman karyawan mengenai penetapan standar yang
sesuai dengan SOP dan aturan terkait lainnya serta juga meningkatkan kesadaran
karyawan akan pentingnya dalam penerapannya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Proses produksi di PT. Anugrah Cita Era Food dilakukan setiap hari dan untuk
menghasilkan produk corn chips terdiri dari beberapa tahap proses produksi.
Proses diawali dari penerimaan bahan baku yang berupa jagung pipil, bumbu,
minyak sawit dan calcium hydroxyde, kemudian tahap persiapan (proses
sortasi, perebusan, perendaman, pencucian dan penggilingan) dilanjutkan ke
tahap produksi (proses pembentukan adonan, pemotongan, penggorengan,
pendinginan dan pembumbuan) dan yang terakhir tahap pengemasan. Setiap
tahapan proses dilakukan pengendalian mutu yang dilakukan oleh Quality
Control (QC).
37

2. Pengendalian mutu produk corn chips di PT. Anugrah Cita Era Food
dilakukan dari mulai tahap peneriaan bahan baku yang berupa jagung pipil,
proses produksi serta proses pengemasan (packing). Tujuan pokok dari
pengendalian mutu adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana proses dan
hasil produksi corn chips yang dihasilkan sesuai dengan standar yang
ditetapkan perusahaan. Dalam pengendalian mutu ini semua kondisi barang
diperiksa berdasarkan standar yang ditetapkan, bila terdapat penyimpangan
dari standar dicatat untuk dianalisis, dan hasil analisis tersebut digunakan
untuk perbaikan sistem kerja sehingga produk yang bersangkutan sesuai
dengan standar yang ditentukan.
3. Ketidaksesuaian yang menjadi prioritas permasalahan yang menyebabkan
produk corn chips tidak sesuai dengan standar adalah butiran jagung pecah
(patahan) yang tinggi pada proses penerimaan bahan baku jagung pipil, kadar
minyak yang tinggi pada proses produksi corn chips serta berat produk setelah
dikemas yang over-under pada proses pengemasan corn chips. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor primer yaitu faktor material, mesin dan
metode.
4. Pada analisis pengendalian mutu dengan menggunakan bagan kendali
didapatkan hasil yang berbeda-beda dari setiap proses. Pada proses
penerimaan bahan baku tidak terkendali pada bulan April dan Desember, pada
proses produksi tidak terkendali pada bulan Mei dan Agustus, sedangkan pada
proses pengemasan di mesin packing A, B dan C dalam keadaan tidak
terkendali sedangkan pada mesin packing D terkendali.

Saran

1. Untuk dapat menjamin kualitas mutu bahan baku yang dibeli, perusahaan
harus dapat memilih supplier secara selektif dan tidak hanya menggunakan
satu supplier. Pada saat pembukaan Purchase Order (PO), sebaiknya
perusahaan harus mencantumkan standar yang telah ditentukan terlebih
dahulu dan tindakan atas ketidaksesuaian dari kedatangan produk tersebut.
Selain itu, perusahaan sebaiknya melakukan evaluasi supplier secara berkala
(sebulan sekali) dalam rangka mewujudnya jaminan mutu bahan baku.
2. Untuk menjamin kualitas mutu produk corn chips sebaiknya perusahaan
memberikan pelatihan khusus bagi operator dan karu (kepala regu) yang
terkait, sehingga standar spesifikasi yang ada dalam prosedur dapat
diterapkan demi terwujudnya jaminan mutu bahan baku, proses produksi dan
proses pengemasan, selain itu, sebaiknya dilakukan evaluasi hasil pelatihan
terkait kinerja personil.
3. Perusahaan sebaiknya melakukan perawatan mesin yang digunakan secara
berkala dan alat yang digunakan untuk analisis di kalibrasi dari pihak internal
perusahaan maupun eksternal oleh lembaga yang kompeten.
38

DAFTAR PUSTAKA

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2000. SNI 01-2886-2000 Syarat Mutu


Makanan Ringan Ekstrudat. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2013. SNI 3920:2013 Jagung. Jakarta (ID):
Badan Standarisasi Nasional.
Admiraldi. 2011. Kajian Proses Produksi Dan Pengendalian Mutu Proses
Pengemasan Pupuk Urea Di PT. Pupuk Kujang [skripsi]. Bogor
(ID):Institut Pertanian Bogor.
Amelia. 2006. Analisis Pengendalian Mutu Gaun Pengantin di PT.Kenlee
Indonesia-Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Dianfenti, Okta Nila. 2012. Analisis Pengendalian Mutu Produk Corn Chips pada
PT. Anugrah Cita Era Food [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Gaspersz, Vincent. 2005. Total Quality Manajement. Jakarta (ID): Gramedia
Pustaka Utama.
Heizer J, Render B. 2009. Manajemen Operasi.Buku ke-1. Sungkono C,
penerjemah; Alfiah L, editor. Jakarta (ID): Salemba Empat. Terjemahan
dari: Operations Management. Edisi ke-9.
Muhandri dan Kadarisman. 2006. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. Bogor
(ID): IPB Press.
Nasution MN. 2004. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).
Bogor (ID): Ghalia Indonesia.
Poerwanto G, Hendra. [Tahun tidak diketahui]. Diagram Fishbone [Internet].
[diunduh 2014 September 16]; Tersedia pada:
https://sites.google.com/site/kelolakualitas/Diagram-Fishbone
PT Anugrah Cita Era Food. 2013. Pengendalian Mutu Produk Corn Chips dan
Data Produksi. Bogor (ID) : PT Anugrah Cita Era Food.
39

LAMPIRAN
40

Lampiran 1. Syarat mutu makanan ringan ekstrudat


Kriteria Uji Satuan Spesifikasi
1. Keadaan
1.1. Bau - Normal
1.2. Rasa - Normal
1.3. Warna - Normal
2. Air % b/b Maks. 4
3. Kadar Lemak
3.1. Tanpa Proses Penggorengan % b/b Maks. 30
3.2. Dengan Proses Penggorengan % b/b Maks. 38
4. Bahan tambahan makanan Sesuai SNI No. 01-0222-1995 &
4.1. Pemanis buatan - Permenkes No.
722/Menkes/Per/IX/1988 Tidak boleh
4.2. Pewarna -
ada
Sumber : SNI 01-2886 tahun 2000
41

Lampiran 2. Struktur organisasi PT. Anugrah Cita Era Food


Plant Manager

Production Mgr. Kasie QC Mgr. RnD Mgr Maintenance/Eng.Mgr Kasie Gudang HRD Mgr. Kasie
PPIC/PPAD Finance/Acc
PPADM Spvsr Kasie QC
M Staff RnD Kasie Teknisi Staff ADM Staff Personalia
Staff PPADM
Staff ADM/Audit Development gudang Staff ADM
Staff QC Staff Recruiting
Staff Teknisi
Intern sales
Kasie Cooker RM&Fiel Staff Ekspedisi
Staff RnD
d
Wakasie Cooker Staff QC Regulation Staff ADM
Forman Gudang
Analytical Finance
Operator Cooker Staff RnD
Karw.Gudang 1
Technical
Karywn Cooker Staff QC Staff
Packing Karw.Gudang 2 Accounting
FAQC/Kasie Bumbu
Karyw. Karw.Gudang 3
Wakasie Bumbu
Kebersihan
Karw.Gudang 4
Op. Bumbu
Karyw.

Kasie Ekstruder Limbah

Op. Ekstruder

Krywn Ekstruder

HO. Packing

Op. Packing 1

41
Krywn Packing
42

Lampiran 3. Perhitungan pengolahan data dengan Microsoft Excel


1. Pengolahan data proses penerimaan bahan baku jagung pipil
Bulan N Np p UCL CL LCL
1 13 9 0.692 0.830 0.419 0.008
2 24 12 0.500 0.721 0.419 0.117
3 17 2 0.118 0.778 0.419 0.060
4 15 0 0.000 0.801 0.419 0.037
5 24 5 0.208 0.721 0.419 0.117
6 21 13 0.619 0.742 0.419 0.096
7 11 5 0.455 0.865 0.419 -0.027
8 15 5 0.333 0.801 0.419 0.037
9 10 3 0.300 0.887 0.419 -0.049
10 13 6 0.462 0.830 0.419 0.008
11 15 7 0.467 0.801 0.419 0.037
12 20 16 0.800 0.750 0.419 0.088
Total 198 83 4.953 9.527 0.529
Rata-Rata 0.413 0.794 0.044

2. Pengolahan data proses produksi corn chips


Bulan n Np p UCL CL LCL
1 480 41 0.085 0.168 0.123 0.078
2 389 59 0.152 0.173 0.123 0.073
3 222 35 0.158 0.189 0.123 0.057
4 261 33 0.126 0.184 0.123 0.062
5 250 46 0.184 0.185 0.123 0.061
6 296 22 0.074 0.180 0.123 0.066
7 370 63 0.170 0.174 0.123 0.072
8 186 35 0.188 0.195 0.123 0.051
9 360 48 0.133 0.175 0.123 0.071
10 366 45 0.123 0.175 0.123 0.071
11 324 22 0.068 0.178 0.123 0.068
12 407 31 0.076 0.172 0.123 0.074
Total 3911 480 1.538 2.148 0.804
Rata-Rata 0.128 0.179 0.067
43

Lanjutan Lampiran 3

3. Pengolahan data proses pengemasan corn chips mesin packing A


Bulan n np p UCL CL LCL
1 2430 49 0.020 0.032 0.023 0.014
2 6720 108 0.016 0.028 0.023 0.018
3 3880 93 0.024 0.030 0.023 0.016
4 7712 162 0.021 0.028 0.023 0.018
5 5524 127 0.023 0.029 0.023 0.017
6 5045 132 0.026 0.029 0.023 0.017
7 5865 147 0.025 0.029 0.023 0.017
8 3955 74 0.019 0.030 0.023 0.016
9 6390 202 0.032 0.029 0.023 0.017
10 6525 155 0.024 0.029 0.023 0.017
11 5600 121 0.022 0.029 0.023 0.017
12 5130 97 0.019 0.029 0.023 0.017
Total 64776 1467 0.270 0.351 0.201
Rata-Rata 0.045 0.029 0.017

4. Pengolahan data proses pengemasan corn chips mesin packing B


Bulan n np p UCL CL LCL
1 6150 112 0.018 0.029 0.023 0.017
2 5650 113 0.020 0.029 0.023 0.017
3 5233 135 0.026 0.029 0.023 0.017
4 5791 141 0.024 0.029 0.023 0.017
5 6146 166 0.027 0.029 0.023 0.017
6 6315 166 0.026 0.029 0.023 0.017
7 9240 202 0.022 0.028 0.023 0.018
8 4810 92 0.019 0.029 0.023 0.017
9 8425 227 0.027 0.028 0.023 0.018
10 8790 222 0.025 0.028 0.023 0.018
11 8520 140 0.016 0.028 0.023 0.018
12 8055 177 0.022 0.028 0.023 0.018
Total 83125 1893 0.273 0.343 0.209
Rata-Rata 0.046 0.029 0.017
44

Lanjutan Lampiran 3

5. Pengolahan data proses pengemasan corn chips mesin packing C


Bulan N np p UCL CL LCL
1 5620 107 0.019 0.031 0.025 0.019
2 7890 175 0.022 0.030 0.025 0.020
3 6228 134 0.022 0.031 0.025 0.019
4 8168 242 0.030 0.030 0.025 0.020
5 6872 184 0.027 0.031 0.025 0.019
6 6605 176 0.027 0.031 0.025 0.019
7 7615 224 0.029 0.030 0.025 0.020
8 5960 165 0.028 0.031 0.025 0.019
9 8925 243 0.027 0.030 0.025 0.020
10 9040 222 0.025 0.030 0.025 0.020
11 8905 187 0.021 0.030 0.025 0.020
12 8830 223 0.025 0.030 0.025 0.020
Total 90658 2282 0.301 0.365 0.235
Rata-Rata 0.050 0.030 0.020

6. Pengolahan data proses pengemasan corn chips mesin packing D


Bulan N np p UCL CL LCL
1 4755 78 0.016 0.030 0.023 0.016
2 3610 89 0.025 0.030 0.023 0.016
3 2237 59 0.026 0.033 0.023 0.013
4 3301 86 0.026 0.031 0.023 0.015
5 4163 126 0.030 0.030 0.023 0.016
6 5200 156 0.030 0.029 0.023 0.017
7 4545 108 0.024 0.030 0.023 0.016
8 4090 108 0.026 0.030 0.023 0.016
9 6045 135 0.022 0.029 0.023 0.017
10 7045 137 0.019 0.028 0.023 0.018
11 7175 126 0.018 0.028 0.023 0.018
12 7915 149 0.019 0.028 0.023 0.018
Total 60081 1357 0.282 0.356 0.196
Rata-Rata 0.047 0.030 0.016
45

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banjarnegara tanggal 30 Juli 1987, merupakan anak


keempat dari enam bersaudara dari pasangan bapak Much. Sobirin dan ibu
Endang Budhi Hastuti. Menempuh pendidikan formal pada Sekolah Dasar
Muhammadiyah IV Banjarnegara tahun 1993 dan lulus pada tahun 1999.
Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Banjarnegara dan lulus pada tahun 2002. Kemudian melanjutkan kembali
pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banjarnegara dan lulus pada tahun
2005.
Pada tahun 2005, diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Diploma Tiga pada Program
Keahlian Supervisor Jaminan Mutu Pangan dan lulus pada tahun 2008. Setelah
lulus, penulis bekerja di CV. Fiva Food & Meat Supply sebagai Supervisor
Produksi sejak Desember 2008. Kemudian penulis melanjutkan kuliah di Program
Alih Jenis Manajemen IPB jurusan Manajemen pada tahun 2011. Pada akhir
studinya, penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengendalian
Mutu Untuk Mencapai Standar Kualitas Produk Corn Chips di PT. Anugrah Cita
Era Food”.

Anda mungkin juga menyukai