Anda di halaman 1dari 11

TUGAS BKPM STANDARDISASI

ACARA 7 & 8

Disusun Oleh :
OKTAVIANA DIAH C. (362041311068)
AHMAD RAFFA DIMAS N (362041311069)
CHRISNA YUDITH (362041311072)
SALSABILA MAHADANI (362041311073)

Kelas : 3C
Semester V (Ganjil)

PROGRAM STUDI D-IV AGRIBISNIS


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2022/2023
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kembali salah satu pilar infrastruktur mutu
yaitu penilaian kesesuaian

2. Mahasiswa mampu menemukan contoh nyata penerapan penilaian kesesuaian dalam dunia
usaha

3. Mahasiswa mampu mempresentasikan dengan baik hasil diskusi yang telah dilakukan

B. DASAR TEORI

Penilaian kesesuaian merupakan salah satu pilar infrastruktur mutu yang bertujuan menunjukkan
kepatuhan terhadap standar. Penilaian kesesuaian merupakan seluruh kegiatan yang ditujukan
untuk memberikan bukti bahwa produk, proses atau jasa telah memenuhi persyaratan suatu
standar. Kegiatan penilaian kesesuaian meliputi inspeksi, pengujian, dan sertifikasi. Penilaian
kesesuaian jika diterapkan secara benar dapat meningkatkan daya saing produk dan
memfasilitasi perdagangan secara efektif karena konsumen memiliki keyakinan dan kepercayaan
akan barang dan jasa yang dibeli. Penilaian kesesuaian bagi produsen digunakan untuk
menciptakan keuntungan karena produk yang dijual memiliki tanda sertifikasi produk dan
sertifikat uji.Penilaian kesesuaian sangat penting bagi produsen yang melakukan kegiatan ekspor
karena standar dan peraturan teknis dalam perdagangan internasional sangat kompleks. Praktek
penilaian kesesuaian dapat dilakukan oleh pihak pertama (produsen), pihak kedua (konsumen)
atau pihak ketiga (pihak independen selain produsen dan konsumen) yang memiliki kompetensi.
Penilaian kesesuaian harus memenuhi beberapa norma meliputi: kompeten, tidak memihak,
terbuka bagi semua pihak, transparan, efektif terhadap kebutuhan pasar dan peraturan
perundang-undangan yang belaku, dan konvergen dengan pengembangan penilaian kesesuaian
internasional.

C. ALAT DAN BAHAN

1. Laptop

2. Alat Tulis

D. PROSEDUR KERJA
1. Mahasiswa bekerja secara berkelompok (4 mahasiswa)

2. Setiap mahasiswa membuat laporan praktikum berupa paper secara berkelompok

3. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi pada pertemuan selanjutnya.

E. PERTANYAAN DISKUSI

Setiap kelompok menemukan salah satu contoh nyata penerapan pilar infrastruktur mutu yaitu
penilaian kesesuaian untuk kepentingan dunia usaha yang meliputi: perdagangan, mutu,
keuntungan, manufaktur, distribusi, pengadaan, pemakaian, spesifikasi, dan kontrak. Setiap
kelompok melakukan diskusi terhadap contoh nyata penerapan yang dipilih. Pada minggu ke-8
setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

F. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penilaian kesesuaian standardisasi dibidang perdagangan

Di era bebas perdagangan internasional, kualitas barang dan jasa yang melalui lintas negara
tetap harus menjadi kriteria utama dalam bertransaksi. Selain harga, kesesuaian produk produk
yang dimaksud dengan stand yang dimaksud dengan standar yang telah ditentukar yang telah
ditentukan juga menjadi ukuran.

Perdagangan yang bebas dan terbuka sudah menjadi pilihan sejak selesainya Perang Dunia II.
Disepakatinya General Agreement on Tariff and Trade General Agreement on Tariff and
Trade(GATT) pada tahun 1947 oleh 23 negara menjadi titik awal kesepakatan perdagangan
internasional. Dalam rentang waktu sekitar setengah abad, kesepakatan ini meluas dengan
melibatkan nyaris sebagian besar negara-ne besar negara-negara yang ada di dunia. Apal gara
yang ada di dunia. Apalagi, kemudian muncul Wo agi, kemudian muncul World Trade
Organization rld Trade Organization(WTO) yang menggantikan peran GATT dalam mengatur
transaksi perdagangan antarnegara antar benua, sehingga transaksi menjadi lebih efisien dan
saling menguntungkan.

Salah satu poin terpenting dalam perdagangan antarnegara adalah adanya kesamaan standar,
kesamaan bahasa, kesamaan aturan, sehingga setiap produk barang atau jasa yang dijual di setiap
negara memberikan manfaat bagi konsumen di negara tersebut, juga menciptakan iklim
persaingan usaha yang sehat.
Banyak negara tujuan ekspor menuntut persyaratan standar. Hal itu terbukti dengan beberapa
beberapa kasus penolakan penolakan barang dari Indonesia Indonesia ke luar negeri karena
produk yang dijual tidak memenuhi persyaratan standar negara tujuan. Penolakan ikan tuna di
pasar Eropa atau mi instan di Taiwan beberapa waktu silam menunjukkan betapa negara tujuan
ekspor sangat ketat dalam menyeleksi produk yang akan masuk ke negaranya.

Untuk penerapan standar sendiri membuka peluang pasar bagi produsen. Yakni pasar yang
telah ada maupun pasar baru. Keberadaan standar mempunyai efek penting terhadap inovasi.
Standar menyediakan informasi yang mendorong proses inovasi dengan cara mengembangkan
teknologi yang dapat membuat produk lebih baik, aman dan lebih efisien.

Dalam kepentingan usaha perdagangan merupakan salah satu hal untuk meningkatkan
produktivitas usahanya. Dengan ditunjang adanya penilaian kesesuian standar dapat
berkontribusi dalam daya saing perusahaan lain, dapat membentuk produk perusahaan ketingkat
nasional dalam bersaing di pasar global, dan meningkatkan jaminan mutu produk.

Penilaian kesesuaian standardisasi dibidang mutu

Dalam penerapan SNI, baru sedikit produk yang di wajibkan (mandatory) berlabel SNI,
selebihnya masih bersifat sukarela (voluntary). Berdasar pada pasal 12 ayat (2) PP 102/2000,
SNI bersifat sukarela untuk diterapan oleh pelaku usaha. Namun, daam ha SNI berkaitan
berkaitan dengan kepentingan kepentingan keselamatan, keselamatan, keamanan, keamanan,
kesehatan kesehatan masyarakkat masyarakkat atau pelestarian pelestarian fungs lingkungan
lingkungan hidup dan/atau dan/atau pertimbangan pertimbangan ekonomis, ekonomis, instansi
instansi teknis dapat memberlakukan secara wajib sebagian atau selruh spesifikasi teknis atau
parameter dalamSNI pasal 12 ayat (3) PP 102/2000)

Ada banyak faktor yang menyebabkan penerapan SNI berjalan lambat di Indonesia.Pertama, di
sisi pengusaha, para eksportir lebih fokus untuk memenuhi persyarataninternasional atau buyer,
dibandingkan memenuhi SNI. Untuk pasar lokal, produsen pun masih kurang kesadaran untuk
menerapkan SNI yang bersifat sukarela karena dianggap menambah biaya produksi.

Apalagi untuk tingkatan UMKM yang memiliki keterbatasan modal dan proses produksi
produksi yang sederhana. sederhana. Padahal, Padahal, untuk konsumsi konsumsi sehari-hari,
sehari-hari, masyarakat masyarakat banyak memanfaatkan produk-produk dari UMKM. Kedua,
dari aspek kelembagaan yang menyertifikasi dan menetapkan surat persetujuan pemberian tanda
(SPPT) SNI. Pemberian SPPT SNI dilakukan oleh pihak ketiga (pemerintah atau swasta) yang
sudah dinilai dan diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) yang disebut sebagai
lembaga sertifikasi produk (LS Pro). J produk (LS Pro). Jumlah LS Pro yang ad umlah LS Pro
yang ada masih terbata a masih terbatas baik dari s baik dari segi kuantitas segi kuantitas dan
kualitas dan kualitas personelnya.

Hal ini berpengaruh pada pengawasan dan monitoring terhadap produk yang sudah bertanda
SNI di pasar. Berdasa bertanda SNI di pasar. Berdasarkan survei BSN, tid rkan survei BSN,
tidak sampai 50% produk yang ber ak sampai 50% produk yang bertanda SNI tanda SNI
kualitasnya sesuai dengan standar yang ditetapkan, belum lagi ditambah produk palsu dan tanda
SNI palsu.

Penilaian Kesesuaian Standarisasi di Bidang Keuntungan

Standarisasi yang dilakukan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) memberikan berbagai
keuntungan ekonomi bagi Indonesia, hususnya industri dalam negeri. Berdasarkan kajian
Litbang BSN, standarisasi telah memberikan keuntungan ekonomi terhadap industri air minum
dalam kemasan sebesar Rp 3,4 triliun, lalu terhadap industri garam beryodium Rp 547 milyar,
industri minyak sawit Rp 18,6 triliun, dan industri pupuk Rp 1,4 triliun. Standar Nasional
Indonesia (SNI) juga telah berperan berperan dalam menghasilkan menghasilkan beragam
produk bermutu karena menguatkan daya saing nasional. Dengan penerapan standar, maka
produk dan jasayang dihasilkan suatu negara akan menjadi bagus sehingga juga mampu
meningkatkan daya saing negara tersebut.

Dalam menghadapi China-ASEAN Free Trade Agreement (CAFTA), BSN sebelumnya juga
telah meluncurkan program Gerakan Nasional Penerapan SNI (Genap SNI) yang telah
dicanangkan Wakil Presiden Boediono pada 9 November 2010.

Dengan program tersebut, BSN melakukan 11 langkah antara lain menganalisis ekspor-impor
China dan ketersediaan SNI, menentukan 11 sektor prioritas produk paling terpengaruh,
mengidentifikasi SNI dalam 11 sektor prioritas, menganalisis peluang membuat national
differences, dan menganalisis kemampuan industri dalam 11 sektor prioritas.

Penilaian Kesesuaian Standarisasi di Bidang Manufaktur


Penerapan SNI wajib untuk seluruh produk manufaktur merupakan salah satu solusi guna
melindungi industri nasional. Sejumlah pelaku industri sejak tiga tahun terakhir sudah
mengusulkan hal itu. Menperin mengakui, penerapan regulasi wajib SNI mampu melindungi
konsumen serta menciptakan persaingan yang sehat. Di sisi lain, instrumen itu diyakini mampu
mempertahankan daya saing industri dalam negeri. Negeri ini mestinya sudah membenahi daya
saing industri sejak beberapa tahun lalu.

Sementara itu, Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat menjelaskan,
serbuan produk tekstil impor asal Tiongkok mulai terjadi sejak awal Februari 2010 untuk
mengantisipasi perayaan Imlek. Perayaan imlek dan implementasi AC-FTA akan menyuburkan
impor tekstil, terutama garmen. Serbuan tekstil impor asal Tiongkok didominasi produk segmen
menengah bawah (middle low) karena harganya yang murah.Berdasarkan data Asosiasi
Pertekstilan Indonesia (API) impor tekstil asal Tiongkok diprediksi meningkat dua kali lipat
dengan pemberlakuan AC-FTA. Pada 2009,

Pada 2009, impor tekstil Tiongkok mencapai impor tekstil Tiongkok mencapai US$ 1,145 m
US$ 1,145 miliar. Angka itu iliar. Angka itu meningkat meningkat dari 2008 yang mencapai
US$ 1,03 miliar. Pada 2012, jmpor tekstil Tiongkok yang masuk kepasar domestik dipredik
pasar domestik diprediksi US$ 2,3 miliar. si US$ 2,3 miliar.

Penilaian Kesesuaian Standarisasi di Bidang Distribusi

Penerapan standardisasi distibusi penting untuk segera dilakukan di Indonesia.Standardisasi


distribusi akan menjadi jalan untuk mencapai efektivitas dan efesiensi sistem distribusi. Sistem
distribusi berkontibusi penting dalam daya saing perusahaan dan negara.Distibusi menentukan
keterswdiaan dan kecepatan produ atau barang menjangkau ke pasar dan pelanggan. Distribusi
yang efektif akan mampu mengatasi persoalan kelangkaan barang dan fluktuasi harga, yang
berkontribusi terhadap inflasi.

Penerapan standardisasi distribusi dimulai dengan penetapan sasaran akhir atau servicce level
dan biaya distribusi. Pemerintah, asosiasi, peusahaan, dan akademisi perlu membangun sistem
informasi untuk mendapatkan data pencapaian service level dan biaya distribusi dari setiap
sektor industri, produk atau komoditas, moda transportasi, dan lead time transportasi origin dan
destination, dari titik okasi produsen sampai ke lokasi konsumen.Selanjutnya berdasar
standardisasi input dan proses di susun.

Pada tataran mikro, perbaikan sistem distribusi di perusahaan dilakukan dengan menerapkan
manajemen logistik, khususnya operasional transportasi dan pergudangan. Dari perspektif
perspektif makro atau nasional,distribusi penting untuk menjamin ketersediaan barang dan
stabilitas harga. Dua hal ini berkonstribusi signifikan terhadap inflasi. Kelangkaan barang dan
disparitas harga untuk barang pokok dan penting, harga satu untuk produk tertentu seperti BBM
dan semen, menjadi isu penting dalam distribusi nasional.

Penilaian Kesesuaian Standarisasi di Bidang Pengadaan

Pengadaan memainkan peran penting di semua organisasi, yang memiliki dampak yang luas
terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi. Organisasi Standardisasi Internasional (ISO)
mendefinisikan pengadaan berkelanjutan sebagai pengadaan yang memiliki dampak positif
positif terhadap terhadap lingkungan, lingkungan, sosial dan ekonomi ekonomi di seluruh
seluruh siklus kehidupan kehidupan dan yang berusaha untuk meminimal berusaha untuk
meminimalkan dampak negatif. kan dampak negatif.

ISO 20400:2017 - Pedoman Pengadaan berkelanjutan adalah Standar Internasional pertama


pertama untuk pengadaan pengadaan berkelanjutan berkelanjutan yang bertujuan bertujuan untuk
membantu membantu organisasi organisasi dalammemenuhi tanggung jawab keberlanjutan
mereka dengan memberikan panduan mengenai penerapan penerapan praktik praktik dan
kebijakan kebijakan pembelian pembelian yang efektif. efektif. ISO 20400 juga mencantumkan
mencantumkan berbagai berbagai prinsip prinsip yang harus dijunjung dijunjung tinggi jika
sebuah organisasi organisasi menerapkan menerapkan pengadaan pengadaan yang berkelanjutan,
termasuk akuntabilitas, transparansi, perilaku etis, penghormatan terhadap hak asasi manusia dan
fokus pada inovasi dan perbaikan.

Sabela Gayo, Ketua Umum Dewan Pembina Nasional Asosiasi Pengacara Pengadaan
Indonesia (APPI) berpandangan bahwa praktik-praktik penyimpangan, suap, dan tindak pidana
pidana korupsi korupsi sektor Pengadaan Pengadaan harus dicegah dicegah dan/atau dan/atau
diberantas diberantas dengan cara adopsi dan penerapan penerapan standar standar ISO 20400
on Sustainable Sustainable Procurement Procurement karena di standar standar ISO 20400
tersebut termaktub berbagai petunjuk umum (general guidance) mengenai pentingnya
akuntabilitas dalam setiap tahapan/proses Pengadaan Barang/Jasa. Dengan adanya akuntabilitas
pada setiap tahapan Pengadaan Barang/Jasa maka akan berpengaruh pada rendahnya potensi
penyimpangan (fraud) dan berkurangnya potensi tindak pidana korupsi Pengadaan

Saat ini, sudah ada Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah(LKPP). Ada
peraturan kepala LKPP hasil turunan dari Peraturan Presiden tentang pengadaan barang barang
dan jasa pemerintah. pemerintah. Namun sayangnya, sayangnya, untuk sektor swasta belum ada
panduan panduan terkait pengadaan barang dan jasa pemerintah.

Dalam kesempatan ini, Sabela juga menyatakan harapannya agar pemerintah, dalam hal ini
BSN dapat mengadopsi ISO 20400 :2017 menjadi SNI sehingga standar ini bisa dijadikan
panduan / pedoman bagi sektor swasta untuk melaksanakan proses pengadaan barang dan
barang dan jasa pemerin jasa pemerintah, sebagai tah, sebagai upaya untuk upaya untuk
menyempurnakan pr menyempurnakan proses pen oses pengadaan baran gadaan barang dan jasa.
Ia pun menyatakan bahwa APPI bersama dengan mitranya, the International Federeation of
Purchasing and Supply Management (IFPSM) siap membantu BSN dalam rangka menyusun
draft practical guidance, ataupun implementation framework bagaimana cara melaksanakan ISO
20400 tentang pengadaan berkelanjutan secara praktis di Indonesia.

Penilaian Kesesuaian Standarisasi di Bidang Pemakaian

Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian
Komunikasi dan Infromatika menekankan penilaian kesesuaian standar perangkat agar dapat
melindungi pengguna dan mendorong pengembangan industri teknologi telekomunikasi
nasional. “Standarisasi dan penilaian kesesuaian sangat penting, karena standarisasi menjadi
suatu common criteria yaitu kritera yaitu kritera umum dan umum dan bersama yang bersama
yang dikembangkan dikembangkan organisasi organisasi independen untuk menjaga kualitas
aspek tertentu bagi pengguna dan penyedia,”jelas Direktur jelas Direktur Standarisasi
Standarisasi Perangkat Perangkat Pos dan Informatika Informatika Ditjen SDPPI, Mochamad
Mochamad Hadiyana Hadiyana saat membuka saat membuka Bimbingan Teknis Peran Penilaian
Perangkat TIK Menghadapi Era Internet of Things, di IPB Convention Center Bogor, Kamis
(5/9/2019).Menurut Direktur Hadiyana, standar harus diaplikasikan dan yang menjadi domain
penilaiankesesuaian berupa sertifikasi, penetapan dan pengukuhan laboratorium. “Penilaian
kesesuaian lab dinilai dan dibandingkan dengan kriteria yang sudah ditetapkan. Semakin sesuai
dengan format maka akan semakin memudahkan bagian sertifikasi. Sampai saat ini sudah ada 9
lab yang menjadi rujukan sertifikasi,” ujarnya.

Berkaitan dengan perangkat telekomunikasi, sertifikasi ditujukan untuk menjamin


keterhubungan dalam jaringan telekomunikasi. Selain itu dapat mencegah saling mengganggu
antara alat antara alat dan perangkat telekomunikasi. "Tujuan dan perangkat telekomunikasi.
"Tujuan akhirnya bisa akhirnya bisa melindungi masyarakat dari melindungi masyarakat dari
kemungkinan kerugian yang ditimbulkan akibat pemakaian alat dan perangkat telekomunikasi
juga mendorong berkembangnya industri, inovasi dan rekayasa teknologi telekomunikasi
nasional," jelas Hadiyana.

Penilaian Kesesuaian Standarisasi di Bidang Spesifikasi

Penerapan standar akan membantu menyelaraskan spesifikasi teknis produk dan jasa
yang membuat industri lebih mudah dalam mengekspor produknya karena telah memenuhi
standar yang berlaku.

Penilaian Kesesuaian Standarisasi di Bidang Kontrak

Penerapan Perjanjian/kontrak wajib mencantumkan persyaratan penggunaan Standar


Nasional Indonesia atau standar lain yang berlaku atau standar internasional yang setara dan
ditetapkan oleh instansi terkait yang berwenang.
G. KESIMPULAN

Standardisasi dalam dunia indusrtri/usaha sangat penting sebagai sarana pendukung


keberlanjutan usaha, Standar diperlukan untuk menjamin keamanan produk, kesehatan
konsumen dan menciptakan produk yang dapat bersaing di dunia industri. Penilaian kesesuan
standar dalam dunia perdagangan, mutu, keuntungan, manufaktur, distribusi,
pengadaan,pemakaian, pemakaian, spesifikasi spesifikasi dan kontrak kontrak dapat
memberikan memberikan keuntungan keuntungan bagi perusahaan perusahaan dan konsumen.
Perusahaan mendapatkan dampak baik dari penilaian kesesuaian standard berupa pemasaran
pemasaran yang mudah, pendistribusian pendistribusian yang cepat dan produk yang dapat
berdaya berdaya saing, sedangkan dampak dari konsumen berupa produk yang diterima lebih
aman dan teruji.
H. PUSTAKA YANG DIGUNAKAN

Humas BSN. 2011. Standarisasi Yang Dilakukan Oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN)
Memberikan Berbagai Keuntung Ekonomi Bagi Indonesia, Khususnya Industri Dalam Negeri.
Diakses pada tanggal 12 November 2019.

http://buletininfo.com/?menu=news&id=5517

Humas BSN. 2016. Penerapan SNI Untuk Mutu. Diakses pada tanggal 12 November 2019 dari:
https://googleweblight.com/i?u=https://bsn.go.id/main/berita/berita_det/7578/Penerapan-SNI-
untuk-Mutu-dan-Keamanan-Pangan&hl=id-ID

Muchsin. 2019. Kesesuaian Standar untuk Lindungi Pengguna dan Kembangkan Industri
Perangkat Telekomunikasi. Diakses pada tanggal 12 November 2019.

https://kominfo.go.id/content/detail/21134/kesesuaian-standar-untuk-lindungi-pengguna-dan-
kembangkan-industri-perangkat-telekomunikasi/0/berita_satker

Anda mungkin juga menyukai