Anda di halaman 1dari 10

TUGAS RUTIN

PENGENDALIAN MUTU

Disusun Oleh :

SUTEZA ANDRIAN PERANGIN ANGIN

5173520030

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berkembangnya sebuah perusahaan merupakan keinginan bagi setiap pemilik perusahaan
dan juga karyawannya. Kemajuan sebuah perusahaan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal baik
internal maupun eksternal. Salah satu hal yang sangat berpengaruh bagi kemajuan sebuah
perusahan adalah kualitas produk yang dihasilkan.. Konsumen memiliki peran penting dalam
penilaian mutu produk yang dihasilkan sebuah peruahaan. Jika produk memiliki kulitas yang
tinggi dan berhasil memenuhi kebutuhan konsumen, maka  perusahaan berhasil meraih citra
yang baik di mata konsumen. Selain itu mutu produk yang dihasilkan juga sangat menentukan
daya saing sebuah perusahaan terhadap perusahaan lainnya. Pada era global perkembangan
teknologi dan informasi membuat persaingan perusahaan yang bergerak di bidang yang sama
semakin pesat. Untuk menyiasati hal ini, perusahaan dituntut untuk terus memperhatikan kulitas
produknya. Hal ini bertujuan agar perusahaan tidak hanya dapat bersaing pada tingkat lokal dan
global, namun juga internasional.
Jika sebuah perusahaan tidak dapat menghasilkan produk dengan kualitas yang tinggi, hal ini
tidak hanya akan berdampak pada konsumen namun juga akan berdampak pada perusahaan.
Beberapa dampak yang timbul pada konsumen adalah seperti ketidakpuasan, kekecewaan,
bahkan masalah kesehatan dapat terjadi jika perusahaan tersebut  memproduksi makanan dan
minuman. Jika hal ini terjadi pada konsumen maka besar kemungkinan akan terjadi penurunan
kepercayaan konsumen pada perusahaan, sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi
perusahaan.
Untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi perusahaan terlebih dahulu harus memahami
definisi mutu. Salah satu hal yang harus diketahui perusahaan dalam pengendalian mutu produk
adalah standarisasi. Standarisasi dapat diartikan sebagai penetapan-penetapan norma dan aturan
mutu produk yang ditetapkan bersama dengan tujuan menghasilkan produk dengan mutu yang
dapat dideskripsikan  dan diukur dengan perolehan mutu yang seragam.
Untuk lebih memahami mengenai standarisasi, maka dalam makalah ini akan dijelaskan
mengenai definisi standarisasi, kelebihan dan juga kekurangan standarisasi.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan standarisasi?
2.      Apa saja kelebihan menggunakan standarisasi?
3.      Apa saja kekurangan menggunakan standarisasi?
4.      Bagaimana contoh penerapan standarisasi?
5.      Bagaimana analisis studi kasus penerapan standarisasi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi standarisasi
2. Untuk mengetahui kelebihan penggunaan standarisasi
3. Untuk mengetahui kekurangan standarisasi
4. Untuk mengetahui contoh penerapan standarisasi
5. Untuk mengetahui analisis studi kasus penerapan standarisasi
BAB II
PENGERTIAN ISO 9000
2.1 Organisasi Internasional dalam Standarisasi
Organisasi Internasional untuk Standarisasi yaitu International Organization for
Standardization atau disingkat ISO. ISO didirikan pada 23 Februari 1947 yang merupakan
jaringan  badan standar nasional, saat ini berjumlah 162 anggota dari 205 negara yang ada di
dunia, berpusat di Geneva.
ISO merupakan organisasi non pemerintah yang menjembatani sektor publik dan swasta.
Dalam arti sektor publik karena banyak lembaga anggota merupakan badan pemerintah atau
badan yang diberi kuasa oleh pemerintah. Di segi lain, anggota lain berakar pada sektor swasta
yang didirikan oleh asosiasi industri. Maka ISO memungkinkan tercapainya konsensus untuk
memenuhi permintaan bisnis dan bidang masyarakat yang lebih luas,
Dalam menyusun standar ISO, lazimnya terdapat tiga tahap penyusunan standar. Tahap
pertama, kebutuhan akan sebuah standar diungkapkan lazimnya dari sektor industri, kemudian
dikomunikasikan ke badan negara anggota, badan negara anggota kemudian mengusulkan
butiran standar yang diperlukan ke ISO.  Bila ISO menganggap perlunya standar Internasional
dalam bidang diusulkan, maka ruang lingkup  standar yang  diusulkan diberi batasan secara jelas,
lalu dibentuk kelompok kerja pakar dari negara yang berminat pada subjek yang diusulkan.
Setelah kelompok pakar menyetujui aspek teknik, maka dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Tahap
kedua, spesifikasi standar diperiksa dan ditinjau oleh wakil negara anggota.  Pada tahap ini
diperlukan konsensus untuk menyiapkan standar yang diusulkan. Tahap ketiga permintaan
persetujuan dari negara anggota ISO. Untuk persetujuan formal diperlukan dukungan dua pertiga
anggota ISO dan 75% anggota yang menyetujui naskah standar. Setelah memperoleh
persetujuan, maka standar itu diterbitkan sebagai ISO International Standard. Sebagian besar
standar perlu direvisi secara berkala karena evolusi teknologi, material dan metode baru,
persyaratan mutu dan keselamatan. Karena itu ISO menyatakan bahwa semua standar harus
direvisi sedikit-dikitnya lima tahun sekali.
BAB III

PENGERTIAN SNI
3.1 Pengertian SNI

Standar Nasional Indonesia adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di
Indonesia. SNI dirumuskan oleh Komite Teknis (dulu disebut sebagai Panitia Teknis) dan
ditetapkan oleh BSN. Agar SNI memperoleh keterimaan yang luas antara para stakeholder, maka
SNI dirumuskan dengan memenuhi WTO Code of Good Practice, yaitu:

1.Openess (Keterbukaan)

Terbuka bagi semua stakeholder yang berkepentingan dan dapat berpartisipasi dalam
pengembangan SNI.

2.Transparency (Transparansi)

Transparan agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat mengikuti perkembangan SNI
mulai dari tahap pemrograman dan perumusan sampai ke tahap penetapannya. Dan dapat dengan
mudah memperoleh semua informsi yang berkaitan dengan pengembangan SNI.

3. Consensus and Impartiality (Konsensus dan Tidak Memihak)

Tidak memihak dan konsensus agar semua stakeholder dapat menyalurkan kepentingannya dan
diperlakukan secara adil.

4. Effectiveness and Relevance.

Efektif dan relevan agar dapat memfasilitasi perdagangan karena memperhatikan kebutuhan
pasar dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5.Coherence

Koheren dengan pengembangan standar internasional agar perkembangan pasar negara kita tidak
terisolasi dari perkembangan pasar global dan memperlancar perdagangan internasional.

6.Development Dimension (Berdimensi Pembangunan)

Berdimensi pembangunan agar memperhatikan kepentingan publik dan kepentingan nasional


dalam meningkatkan daya saing perekonomian nasional.
BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Standarisasi

Standarisasi merupakan penentuan ukuran yang harus diikuti dalam memproduksikan sesuatu.
Standarisasi juga merupakan proses pembentukan standar teknis , yang bisa menjadi standar
spesifikasi , standar cara uji , standar definisi , prosedur standar (atau praktik), dan lain-lain.

Istilah standarisasi berasal dari kata standar yang berarti satuan ukuran yang dipergunakan
sebagai dasar pembanding kuantita, kualita, nilai, dan hasil karya yang ada. Dalam arti yang
lebih luas maka standar meliputi spesifikasi baik produk, bahan maupun proses. Suatu produk
tidak boleh tidak standar, namun harus atau sedapat mungkin diikuti agar kegiatan maupun
hasilnya boleh dikatakan dapat diterima umum oleh penggunaan standee atau ukuran ini adalah
hasil kerja sama pihak-pihak yang berkepentingan dalam industri dimana perusahaan itu berada.
Misalnya jika seluruh dunia memproduksi kran dan pipa air dalam bentuk dan ukuran yang
berbeda-beda, maka tidaklah mungkin berbagai pipa saling bersambung karena masing-masing
pipa tidak serasi dengan pipa lainnya, untuk itu diperlukan adaptor. Bilamana setiap produsen
pipa dan kran air boleh memproduksi pipa semaunya tanpa memperhatikan ukuran pipa produsen
lain, maka hasilnya terjadi kekacauan.

Standardisasi diimplementasikan ketika perusahaan mengeluarkan produk baru ke pasar. Dengan


menggunakan standarisasi, kelompok dapat dengan mudah berkomunikasi melalui pedoman
yang ditetapkan dalam rangka untuk menjaga fokus. Metode ini dibuat untuk memfasilitasi
proses dan tugas, inilah mengapa interlocks dengan lean manufacturing. Terdapat empat teknik
yang berbeda untuk standardisasi, yaitu penyederhanaan atau variasi kontrol, kodifikasi, nilai
rekayasa, dan statistik proses kontrol.

4.1.1 Proses Standarisasi

Meliputi proses perencanaan kegiatan dan fungsi untuk mempersiapkan seperangkat rencana dan
instruksi untuk menghasilkan bagian. Perencanaan dimulai dengan gambar teknik, spesifikasi,
bagian atau daftar bahan dan ramalan permintaan. Hasil dari perencanaan ini adalah:

· Rute yang menetapkan operasi, operasi urutan, pusat-pusat kerja, standar, dan
perkakas. Rute ini yang menjadi masukan utama untuk sistem manufaktur perencanaan sumber
daya untuk mendefinisikan operasi untuk tujuan pengendalian produksi aktivitas dan
menentukan sumber daya yang diperlukan untuk persyaratan kapasitas perencanaan tujuan.

· Proses rencana yang biasanya menyediakan lebih rinci, instruksi kerja langkah-demi-
langkah termasuk dimensi yang terkait dengan operasi individu, parameter pemesinan, set-up
instruksi, dan pemeriksaan jaminan kualitas.
· Fabrikasi dan perakitan untuk mendukung pembuatan gambar (sebagai lawan dari
gambar teknik untuk menentukan bagian).

Perencanaan proses manual didasarkan pada pengalaman seorang insinyur manufaktur dan
pengetahuan tentang sarana produksi, peralatan, kemampuan mereka, proses, dan perkakas.
Proses perencanaan sangat memakan waktu dan hasil bervariasi berdasarkan orang yang
melakukan perencanaan.

4.1.2 Organisasi Internasional dalam Standarisasi

Organisasi Internasional untuk Standarisasi yaitu International Organization for


Standardization atau disingkat ISO. ISO didirikan pada 23 Februari 1947 yang merupakan
jaringan badan standar nasional, saat ini berjumlah 162 anggota dari 205 negara yang ada di
dunia, berpusat di Geneva.

ISO merupakan organisasi non pemerintah yang menjembatani sektor publik dan swasta.
Dalam arti sektor publik karena banyak lembaga anggota merupakan badan pemerintah atau
badan yang diberi kuasa oleh pemerintah. Di segi lain, anggota lain berakar pada sektor swasta
yang didirikan oleh asosiasi industri. Maka ISO memungkinkan tercapainya konsensus untuk
memenuhi permintaan bisnis dan bidang masyarakat yang lebih luas,

Dalam menyusun standar ISO, lazimnya terdapat tiga tahap penyusunan standar. Tahap
pertama, kebutuhan akan sebuah standar diungkapkan lazimnya dari sektor industri, kemudian
dikomunikasikan ke badan negara anggota, badan negara anggota kemudian mengusulkan
butiran standar yang diperlukan ke ISO. Bila ISO menganggap perlunya standar Internasional
dalam bidang diusulkan, maka ruang lingkup standar yang diusulkan diberi batasan secara jelas,
lalu dibentuk kelompok kerja pakar dari negara yang berminat pada subjek yang diusulkan.
Setelah kelompok pakar menyetujui aspek teknik, maka dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Tahap
kedua, spesifikasi standar diperiksa dan ditinjau oleh wakil negara anggota. Pada tahap ini
diperlukan konsensus untuk menyiapkan standar yang diusulkan. Tahap ketiga permintaan
persetujuan dari negara anggota ISO. Untuk persetujuan formal diperlukan dukungan dua pertiga
anggota ISO dan 75% anggota yang menyetujui naskah standar. Setelah memperoleh
persetujuan, maka standar itu diterbitkan sebagai ISO International Standard. Sebagian besar
standar perlu direvisi secara berkala karena evolusi teknologi, material dan metode baru,
persyaratan mutu dan keselamatan. Karena itu ISO menyatakan bahwa semua standar harus
direvisi sedikit-dikitnya lima tahun sekali.

Standarisasi teknik merupakan proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan


merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib melalui kerjasama dengan semua pihak yang
berkepentingan dalam bidang teknik. Berikut contoh standarisasi teknik:
SNI (Standar Nasional Indonesia)

Standar Nasional Indonesia adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di
Indonesia. SNI dirumuskan oleh Komite Teknis (dulu disebut sebagai Panitia Teknis) dan
ditetapkan oleh BSN. Agar SNI memperoleh keterimaan yang luas antara para stakeholder, maka
SNI dirumuskan dengan memenuhi WTO Code of Good Practice, yaitu:

Openess (Keterbukaan)

Terbuka bagi semua stakeholder yang berkepentingan dan dapat berpartisipasi dalam
pengembangan SNI.

Transparency (Transparansi)

Transparan agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat mengikuti perkembangan SNI
mulai dari tahap pemrograman dan perumusan sampai ke tahap penetapannya. Dan dapat dengan
mudah memperoleh semua informsi yang berkaitan dengan pengembangan SNI.

Consensus and Impartiality (Konsensus dan Tidak Memihak)

Tidak memihak dan konsensus agar semua stakeholder dapat menyalurkan kepentingannya dan
diperlakukan secara adil.

Effectiveness and Relevance.

Efektif dan relevan agar dapat memfasilitasi perdagangan karena memperhatikan kebutuhan
pasar dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Coherence

Koheren dengan pengembangan standar internasional agar perkembangan pasar negara kita tidak
terisolasi dari perkembangan pasar global dan memperlancar perdagangan internasional.

Development Dimension (Berdimensi Pembangunan)

Berdimensi pembangunan agar memperhatikan kepentingan publik dan kepentingan nasional


dalam meningkatkan daya saing perekonomian nasional.
BAB V

KESIMPULAN
5.1Kesimpulan

Standarisasi merupakan penentuan ukuran yang harus diikuti dalam memproduksikan


sesuatu,sedangkan pembuatan banaknya macam ukuran barang yang akan diproduksikan
merupakan usaha simplifikasi. Standarisasi juga merupakan proses pembentukan standar teknis
yang bisa menjadi standar spesifikasi, standar cara uji, standar definisi, prosedur standar ( atau
praktik), dll. Kemudian adanya empat teknik dari standarisasi yaitu peyederahanaan atau variasi
kontrol, kodifikasi, nilai rekayasa dan statistik proses kontrol. Pedoman standarisasi yang
digunakan perusahaan yaitu berdasarkan SNI. Terdapat tiga pihak yang mendapatkan manfaat
langsung dari penerapan standar nasional Indonesia yaitu pihak produsen, konsumen dan
pemerintah. Adapun keuntungannya dalam perusahaan dibidang produksi barang yaitu,
pengenalan barang lebih mudah dilakukan, tidak terjadi kesalahan spesifikasi dalam pembelian
barang, pemesanan dan pembelian barang standar dapat dilakukan dengan mudah, dan para
teknisi lebih mengenal sifat-sifat barang. Selain itu kerugian dalam perusahaan dibidang
produksi yaitu umumnya barang standar harganya mahal sehingga menyebabkan biaya tinggi,
ketergantungan pada pabrik tertentu, dan proses standarisasi lama karena membutuhkan ahli-ahli
dan waktu yang tepat untuk memenuhi kriteria suatu produk.

5.2 Saran

Standarisasi dalam perusahaan dibidang produksi barang membutuhkan standar-standar


tertentu. Standar perusahaan yang baik biasanya menggunakan SNI, ISO 9001-9004. Spesifikasi
baik produk, bahan maupun proses sedapat mungkin diikuti agar kegiatan atau hasilnya dapat
diterima umum oleh pengguna. Standarisasi produksi juga harus diimbangi dari standar SDM,
efisensi desain, fasilitasnya dan lain-lain.

\
DAFTAR ISI
Gabriel S.2016. Apa perlu SNI dan apa Manfaanya. [internet]. [diunduh 2016 sept 25].tersedia
pada: http://www.komapasiana.com//gsujayanto/apa-perlunya-sni-dan-apa-manfaatnya-
56cbe8c7597b61341daad1fc

Herta H.2007. Proses Perancangan Sistem Pemeriksaan Mutu Organoleptik Produk Bumbu
Pelezat Serbaguna Selama Proses Produksi di PT. Unilever Indonesia, Tbk, Cikarang.[skripsi].
Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Pengantar standardisasi. 2009. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

Sulistyo. 2013. Standar dan standardisasi:sebuah pengantar sangat singkat.[internet].[diunduh


2016 sept 25] tersedia pada : https://sulistyobasuki.wordpress.com/2013/10/23/standard-dan-
standardisasi-sebuah-pengantar-sangat-singkat/

Ozan.2011.standar dan standardisasi.[internet][ diunduh 2016 sept 25] tersedia


pada:http://kajianmanajemen.blogspot.co.id/2011/10/standar-dan standardisasi.html?m

Anda mungkin juga menyukai