Anda di halaman 1dari 10

RENCANA ISO (INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR

STANDARITATION ) DALAM INDUSTRI PEMBUATAN PAKAN


PELLET AS101 PT SIERAD

Disusun Oleh :

1. Kurnia Laila F D24160023


2. Laily Rinda A D24160057
3. Mirsa Wahyuni D24160063
4. M Yasin D24160068
5. Fathur Yusron D24160103
6. Hanik Saidah D24160123

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
Latar Belakang

Standar adalah kesepakatan-kesepakatan yang telah didokumentasikan


yang di dalamnya terdiri antara lain mengenai spesifikasi-spesifikasi teknis atau
kriteria-kriteria yang akurat yang digunakan sebagai peraturan, petunjuk, atau
definisi-definisi tertentu untuk menjamin suatu barang, produk, proses, atau jasa
sesuai dengan yang telah dinyatakan.
ISO (The Internasional Organization for Standardization) adalah badan
standar dunia yang dibentuk untuk meningkatkan perdagangan internasional yang
berkaitan dengan standar barang dan jasa. Organisasi Standar Internasional (ISO)
adalah suatu asosiasi global yang terdiri dari badan-badan standardisasi nasional
yang beranggotakan tidak kurang dari 140 negara. ISO merupakan suatu
organisasi di luar pemerintahan (Non-Government Organization/NGO) yang
berdiri sejak tahun 1947.
Misi dari ISO adalah untuk mendukung pengembangan standardisasi dan
kegiatan-kegiatan terkait lainnya dengan harapan untuk membantu perdagangan
internasional, dan juga untuk membantu pengembangan kerjasama secara global
di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan kegiatan ekonomi. Kegiatan pokok
ISO adalah menghasilkan kesepakatan-kesepakatan internasional yang kemudian
dipublikasikan sebagai standar internasionalDi era modern saat ini, standar
merupakan hal yang sangat di cari oleh pelanggan selain kualitas produk yang di
produksi. Salah satu contohnya adalah penetapan standar ukuran dan format kartu
kredit, atau kartu-kartu “pintar” (smart) lainnya yang telah mengikuti standar
internasional ISO dan dapat digunakan di berbagai mesin anjungan tunai mandiri
(ATM) di seluruh dunia, dan banyak contoh-contoh lainnya. Dengan demikian
standar internasional telah membantu kehidupan manusia menjadi lebih mudah,
serta lebih meningkatkan keandalan dan kegunaan barang dan jasa.
Organisasi Standar Internasional (ISO) adalah suatu asosiasi global yang
terdiri dari badan-badan standardisasi nasional yang beranggotakan tidak kurang
dari 140 negara. ISO merupakan suatu organisasi di luar pemerintahan (Non-
Government Organization/NGO) yang berdiri sejak tahun 1947. ISO sebagai
nama organisasi juga dalam rangka menghindari penyingkatan kependekannya
bila diterjemahkan ke dalam bahasa lain dari negara anggota, misalnya IOS dalam
bahasa Inggris, atau OIN (Organisation Internationale de Normalisation) dalam
bahasa Perancis, atau OSI (Organsiasi Standardisasi Internasional) dalam bahasa
Indonesia. Dengan demikian apapun bahasa yang digunakan, organisasi ini
namanya tetap ISO.

Tujuan
Tujuan praktkum agar mengetahui pengetian standar dan ISO, Apa saja
macam-macam dari ISO dan prinsip manajemen mutu ISO.
PEMBAHASAN

Kebutuhan Standar Internasional

Dengan adanya standar-standar yang belum diharmonisasikan terhadap


teknologi yang sama dari beberapa negara atau wilayah yang berbeda, kiranya
dapat berakibat timbulnya semacam “technical barriers to trade (TBT)” atau
“hambatan teknis perdagangan”. Industri-industri pengekspor telah lama
merasakan perlunya persetujuan terhadap standar dunia yang dapat membantu
mengatasi hambatan-hambatan tersebut dalam proses perdagangan internasional.
Dari timbulnya permasalahan inilah awalnya organisasi ISO
didirikan. Standardisasi internasional dibentuk untuk berbagai teknologi yang
mencakup berbagai bidang, antara lain bidang informasi dan telekomunikasi,
tekstil, pengemasan, distribusi barang, pembangkit energi dan pemanfaatannya,
pembuatan kapal, perbankan dan jasa keuangan, dan masih banyak lagi. Hal ini
akan terus berkembang untuk kepentingan berbagai sektor kegiatan industri pada
masa-masa yang akan datang.
Perkembangan ini diperkirakan semakin pesat antara lain karena hal-hal
sebagai berikut :
• Kemajuan dalam perdagangan bebas di seluruh dunia
• Penetrasi teknologi antar sektor
• Sistem komunikasi di seluruh dunia
• Standar global untuk pengembangan teknologi
• Pembangunan di negara-negara berkembang
Standardisasi industri adalah suatu kenyataan yang diperlukan di dalam
suatu sektor industri tertentu bila mayoritas barang dan jasa yang dihasilkan harus
memenuhi suatu standar yang telah dikenal. Standar seperti ini perlu disusun dari
kesepakatan-kesepakatan melalui konsensus dari semua pihak yang berperan
dalam sektor tersebut, terutama dari pihak produsen, konsumen, dan seringkali
juga pihak pemerintah. Mereka menyepakati berbagai spesifikasi dan kriteria
untuk diaplikasikan secara konsisten dalam memilih dan mengklasifikasikan
barang, sarana produksi, dan persyaratan dari jasa yang ditawarkan. Berdasarkan
keputusan Presiden No. 20 tahun 1984 tentang Dewan Standarisasi Nasional
(DSN) yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan Presiden No. 7 tahun
1989, stndarisasi merupakan sarana penunjang yang mendayagunakan secara
optimal sumber daya alam dan manusia dengan selalu memperhatikan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kesehatan dan keselamatan.
Berdasarkan Keputusan Presiden tersebut, maka ruang lingkup penerapan
SNI adalah mencakup semua kegiatan pemberlakuan SNI, akreditasi, pengujian,
sertifikasi, penandaan, inspeksi teknis, pengawasan, dan sanksi terhadap
pelanggaran. Dengan demikian, dalam penerapan SNI perlu adanya suatu panduan
atau pedoman penerapan SNI yang disusun dengan mempertimbangkan
penahapan pelaksanaan SNI menuju suatu Sistem Standarisasi Nasional (SSN)
yang baik.
Berdasarkan Peratuaran Pemerintah No. 15 tahun 1991 tentang Standar
Nasional Indonesia dan Keputusan Presiden No. 12 tahun 1991, tentang
penyusunan, penerapan, dan pengawasan Standar Nasional Indonesia, maka
Dewan Standarisasi Nsional (DSN) mengadopsi secara total seri ISO 9000
menjadi standar seri SNI I9-9000.[3]

Macam - Macam ISO

· ISO 9000 : dasar kosakata sistem manajemen mutu


· ISO 9001 : model sistem jaminan kualitas dalam desain / pengembangan.
· ISO 9002 : model sistem jaminan kualitas dalam produksi dan instalasi.
· ISO 9003 : model sistem jaminan kualitas dalam inspeksi dan pengujian akhir.
· ISO 9004 : pedoman untuk kinerja peningkatan sistem manajemen mutu
· ISO 10005 : manajemen mutu, pedoman untuk rencana mutu, pedoman untuk
membantu dalam persiapan, peninjauan, penerimaan, dan revisi rencana mutu
· ISO 10006 : pedoman mutu dalam proyek, untuk membantu memastikan mutu
dari proses dan produk proyek
· ISO 10007 : pedoman untuk susunan manajemen
· ISO/DIS 10012 : persyaratan jaminan mutuuntuk pengukuran peralatan
· ISO 10013 : pedoman untuk mengembangkan manual mutu, Memberikan
pedoman dalam mengembangkan dan memelihara manual mutu.

Prinsip Manajemen Mutu ISO

Prinsip manajemen mutu ISO 9001:2000 disusun berlandaskan pada


delapan prinsip manajemen kualitas. Prinsip- prinsip ini dapat digunakan oleh
manajemen senior sebagai suatu kerangka kerja (frame work) yang membimbing
organisasi pada peningkatan kinerja.

1. Fokus Pada Pelanggan


Organisasi bergantung pada pelanggan mereka, karena itu manajemen
organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan sekarang dan yang akan datang.
Organisasi harus memenuhi kebutuhan pelanggan dan giat berusaha melebihi
ekspektasi pelanggan. Perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu
yang diharuskan memiliki strategi khusus untuk terus - menerus memantau
kepuasan pelanggan.

2. Kepemimpinan
Pemimpin organisasi harus menetapkan kesatuan tujuan dan arah dari
organisasi. Mereka harus menciptakan dan memelihara lingkungan internal agar
orang- orang dapat menjadi terlibat secara penuh dalam pencapaian tujuan- tujuan
organisasi.
3. Keterlibatan Orang Dalam Membangun Misi Perusahaan
Orang atau karyawan pada semua tingkatan merupakan faktor yang sangat
penting dari suatu organisasi dan keterlibatan mereka secara penuh akan
memungkinkan kemampuan mereka digunakan untuk manfaat organisasi.
Organisasi – organisasimengembangkan pernyataan misi untuk membaginya
dengan manajer, karyawan, dan pelanggan. Misi yang baik akan memberikan
kepada karyawan rasa kebersamaan dalam tujuan, arah, dan peluang perusahaan.

4. Pendekatan Proses
Suatu hasil yang diinginkan akan tercapai secara efisien, apabila aktivitas
dan sumber- sumber daya yang berkaitan dikelola sebagai suatu proses. Suatu
proses dapat didefinisikan sebagai integrasi sekuensial dari orang, material,
metode, mesin dan peralatan, dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai
tambah output bagi pelanggan. Beberapa hal yang harus dilakukan terkait prinsip
ini adalah.

5. Pendekatan Sistem Terhadap Manajemen


Pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan, dari proses- proses yang
saling berkaitan sebagai suatu sistem, akan memberikan kontribusi pada
efektifitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan- tujuannya.

6. Peningkatan Berkesinambungan
Peningkatan terus- menerus dari kinerja organisasi secara keseluruhan
harus menjadi tujuan tetap dari organisasi. Peningkatan terus- menerus
didefinisikan sebagai suatu proses sebagai suatu proses yang berfokus pada upaya
terus- menerus meningkatkan efektifitas dan atau efisiensi organisasi untuk
memenuhi kebijakan dan tujuan dari organisasi itu. Peningkatan terus- menerus
mambutuhkan langkah- langkah konsolodasi progresif, menanggapi
perkembangan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan, dan akan menjamin suatu
evolusi dinamik dari sistem manajemen mutu.

7. Pendekatan Faktual Dalam Pembuatan Keputusan


Keputusan yang efektif adalah keputusan yang berdasarkan pada analisis
data dan informasi untuk menghilangkan akar penyebab masalah, sehingga
masalah- masalah kualitas dapat terselesaikan secara efektif dan efisien.

8. Hubungan Dengan Pemasok Yang Saling Menguntungkan


Suatu organisasi dan pemasok adalah saling tergantung, dan suatu
hubungan yang saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan bersama
dalam menciptakan nilai tambah. Mutu produk atau jasa yang diberikan oleh
pihak ketiga (vendor, rekanan, supplier) sangat mempengaruhi mutu akhir produk
(barang maupun jasa) suatu organisasi. Oleh karena itu, memantau kinerja
pemasok merupakan hal yang sangat ditekankan dalam Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2000.
Menentukan Pre-Requisite Program

PRP (Pre-Requisite Program) ditetapkan sebagai prosedur yang digunakan untuk


mengontrol kondisi di lingkungan perusahaan dalam memberikan kontribusi
keamanan semua produk untuk memastikan bahwa makanan atau produk tersebut
aman dikonsumsi (PRP) PRP (Pre-Requisite Program) manusia setiap saat. PT X
mempertimbangkan dokumentasi PRP sebagai pondasi dari Food Safety
Management. HACCP bukan suatu program yang berdiri sendiri melainkan
bagian terbesar dari kontrol program. Implementasi dari HACCP sangat
bergantung pada pelaksanaan PRP. PRP harus dikembangkan, diimplementasikan
dan didokumentasikan. Jika ada beberapa bagian dari PRP tidak memenuhi
pengontrolan, penambahan CCP harus diidentifikasikan. PRP diimplementasikan
di area produksi/sistem pemroseasan makanan (food manufacturer) dan
lingkungan sekitar pabrik.

Survey Pendahuluan Studi Literatur

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Pengumpulan Data Observasi, Wawancara, dan


Dokumentasi

Pengolahan dan Analisa Data


Menetapkan Pre-requisite Program (PRP)
- Penentuan langkah pendahuluan untuk analisa bahaya
- Melakukan analisa bahaya produk berdasarkan jenis bahaya,
pengendalian bahaya dan menetukan penilaian dengan Matrik
Analisa Boevee
- Menentukan OPRP berdasarkan pohon keputusan CCP dan hasil penilaian
Matrik
Analisa
Boevee
- Menetapkan HACCP plan
- Melakukan pengendalian ketidaksesuaian produk dari hasil
report custumer complaint dan memberikan rekomendasi untuk
penanganan ketidaksesuaian dan keamanan produk untuk
menjamin realisasi produk aman sampai pada konsumen.

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 1. Diagram Alir

Analisa Bahaya
Analisa bahaya bertujuan mengetahui bahaya apa saja yang terjadi dalam proses
produksi. Proses produksi pakan ayam petelur adalah intake, grinding, extrusion,
mixing, pelletizing, dan packing. Penentuan peluang, konsekuensi, deteksi, dan
signifikansi bahaya perlu dilakukan pada analisa bahaya. Penentuan peluang,
konsekuensi, deteksi, dan signifikansi diperlukan untuk melakukan penentuan CCP.
Tabel 1 Analisa bahaya
Analisa Potensi Akibat Penyebab Deteksi Peluang Konsekuen Signifikans
bahaya Bahaya si i
Proses
Intake Kontamina Tembolok Benda Low Low Low Tidak
si benda membesar asing yang Signifikan
asing jatuh ke
bahan baku
Grinding Kontamina Tembolok Benda Low Low Low Tidak
si benda membesar asing Signifikan
asing terbawa
proses
sebelumny
a
Extrusion Kadar UA Gangguan Mesin tidak Low Low Low Tidak
terlalu pencernaan bekerja Signifikan
rendah / optimal
tinggi
Mixing Nutrisi Gangguan Salah tuang Low Low Low Tidak
tidak metabolis pada proses Signifikan
sesuai me dan hand add
defisiensi
nutrisi
Timbangan Low Low Low Tidak
tidak Signifikan
akurat
Pencampur Low Low Low Tidak
an tidak Signifikan
rata
Kontamina Tembolok Benda Low Low Low Tidak
si benda membesar asing Signifikan
asing terbawa
proses
sebelumny
a
Pelletizing Pakan Nutrisi Peforma Low Low Low Tidak
kurang / tidak mesin Signifikan
terlalu sesuai tidak
matang optimal
Pendingina Menimbul Sensor Low Low Low Tidak
n tidak kan jamur pendingina Signifikan
maksimal n kotor
Packing Kesalahan Gangguan Human Low Low Low Tidak
pemberian nutrisi error Signifikan
label
Kontamina Kerusakan Alfatoxin Low Low Medium Signifikan
si alfatoxin alat vital yang
terbawa
dari proses
sebelumny
a
Penetapan CCP dan OPRP

Bahaya yang termasuk bahaya signifikan adalah kontaminasi aflatoxin pada


proses packing. Penentuan CCP dan Operational Pre Requisite Program (OPRP)
dilakukan dengan menjawab pertanyaan berdasarkan decision tree. Decision tree berisi
urutan pertanyaan mengenai bahaya yang mungkin muncul dalam suatu langkah proses.
Pre Requisite Program (PRP) perusahaan adalah persyaratan dasar yang berlaku di
perusahaan yang dapat mengendalikan bahaya yang mungkin terjadi. PRP dibuat sejak
awal perusahaan berdiri, dan juga digunakan sebagai syarat untuk memulai aktivitas
produksi. OPRP adalah tindakan pengendali khusus yang didesain untuk dapat
memastikan bahwa bahaya pada proses produksi dapat terkendali.
1. PRP untuk mengendalikan bahaya kontaminasi benda asing adalah dengan
menggunakan spot magnet dan drum sieve pada beberapa proses produksi.
2. PRP untuk mengendalikan bahaya kadar UA terlalu rendah dan terlalu tinggi adalah
dengan melakukan set up mesin tepat waktu sesuai dengan jadwalnya.
3. PRP untuk masalah salah tuang adalah dengan melakukan pengkhususan kontainer
dengan pemberian warna untuk bahan hand add ayam petelur.
4. PRP untuk masalah kesalahan timbangan tidak akurat adalah dengan melakukan
kalibrasi, dan juga melakukan verifikasi setiap kali hendak melakukan proses
pengukuran.
5. PRP untuk masalah pencampuran tidak rata adalah dengan melakukan pengujian
mixing time secara tepat waktu.
6. PRP untuk mengendalikan bahaya kurang matang atau terlalu matang pada proses
pelletizing adalah dengan melakukan pengecekan dan pengaturan secara rutin pada
suhu mesin pematangan.
7. PRP untuk mengendalikan bahaya pendinginan tidak maksimal pada proses
pelletizing adalah dengan melakukan pengecekan dan pembersihan sensor secara
rutin.
8. PRP untuk mengendalikan bahaya kesalahan pemberian label pada proses packing
adalah dengan melakukan pengecekkan ulang pada pakan yang telah dikemas dan
diberi label.
9. PRP untuk mengendalikan bahaya kontaminasi aflatoxin pada proses packing
adalah dengan melakukan pengambilan sampel jagung menggunakan UV light
secara periodik pada penerimaan bahan baku jagung.
10. OPRP untuk mengendalikan bahaya kontaminasi aflatoxin adalah dengan menguji
kandungan aflatoxin yang ada pada pakan ternak yang sudah jadi.

Penentuan Critical Limit

Critical limit akan ditentukan kedalam bahaya yang termasuk kedalam OPRP,
yaitu bahaya kontaminasi aflatoxin yang ada pada proses packing. Bahaya kontaminasi
aflatoxin pada pakan ternak bukan merupakan bahaya yang kritis, akan tetapi diperlukan
pengendalian karena dapat membahayakan ayam petelur yang mengkonsumsi pakan
mengandung aflatoxin. CL yang diperbolehkan untuk kontaminasi aflatoxin pada ayam
petelur yaitu maximum 50 ppb menurut Standar Nasional Indonesia (SNI).
Sistem Pemantauan (Monitoring)

Kontaminasi aflatoxin pada proses packing dilakukan pemantauan


dengan melakukan pengambilan sampel. Pengambilan sampel dilakukan pada
setiap jenis pakan dengan mengambil 5 gram pakan yang pertama kali selesai
diproduksi. Pengujian sampel untuk kontaminasi aflatoxin pada proses packing
dilakukan dengan menggunakan alat accu scan. Accu scan yang digunakan adalah
Accu Scan Gold yang tercantum dalam Work Instruction Pengujian Kadar Alfatoxin.
Pengujian kadar aflatoxin dilakukan sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP)
Departemen QC mengenai metode dan pengujian.

Tindakan Perbaikan atau Koreksi

Tindakan koreksi adalah tindakan yang harus diambil apabila hasil pemantauan
melebihi batas critical limit (CL) yang telah ditetapkan. Tindakan koreksi yang
dilakukan pada bahaya kontaminasi aflatoxin apabila melebihi batas CL yang telah
ditetapkan adalah pakan akan dipisahkan dari pakan lain. Pakan akan dipisahkan dan
disimpan di tempat khusus yang telah disiapkan oleh perusahaan untuk mencegah agar
pakan tidak terkirim ke pelanggan. Pakan yang sudah jadi dan terkontaminasi aflatoxin
akan dilakukan analisa dan dicari akar penyebab permasalahannya agar tidak dapat
terulang lagi. Analisa dan pencarian akar penyebab masalah dilakukan dengan cara
mengisi form analisa akar penyebab masalah pada kontaminasi aflatoxin yang ada pada
proses packing. Adapun pakan yang sudah terlanjur terkirimkan ke pelanggan akan
dilakukan mock recall. Mock recall berguna untuk penarikan produk yang sudah
terkirimkan. Prosedur mock recall dilakukan sesuai dengan SOP yang ada pada
perusahaan.

Verifikasi ISO

Verifikasi berguna untuk mengetahui apakah rancangan yang dilakukan sudah benar
atau tidak. Verifikasi ini dilakukan untuk menjamin bahwa rancangan dapat mencegah
timbulnya bahaya. Verifikasi yang dilakukan pada perancangan OPRP adalah sebagai
berikut:

1. Melakukan konfirmasi untuk identifikasi semua bahaya pada setiap proses produksi
apakah sudah benar atau belum. Konfirmasi dilakukan dengan bertanya kepada
departemen yang berhubungan dengan proses produksi seperti Departemen Feed
Processing, Departemen QC, Departemen QA, dan Departemen Warehouse. Hasil
konfirmasi untuk identifikasi semua bahaya telah dikatakan sudah benar oleh yang
bersangkutan.
2. Melakukan konfirmasi bahwa CL yang sudah benar untuk menghilangkan bahaya.
Konfirmasi dilakukan dengan bertanya kepada Departemen QC. Hasil konfirmasi
untuk batas CL telah dinyatakan sudah benar oleh yang bersangkutan.
3. Melakukan konfirmasi bahwa pemantauan yang dilakukan memungkinkan untuk
dilakukan dan dapat menghilangkan bahaya. Konfirmasi dilakukan dengan bertanya
kepada Departemen QC. Hasil konfirmasi untuk pemantauan yang ditetapkan telah
dinyatakan sudah benar oleh yang bersangkutan dan dapat diterapkan.
4. Melakukan konfirmasi bahwa tindakan perbaikan yang telah disiapkan
memungkinkan untuk dilakukan atau tidak. Konfirmasi dilakukan dengan bertanya
kepada Departemen Feed Processing, dan Departemen QC. Hasil konfirmasi untuk
tindakan perbaikan yang telah disiapkan telah dinyatakan dapat diterapkan oleh
pihak yang bersangkutan

Dokumentasi ISO

Dokumentasi berguna untuk membuktikan bahwa sistem telah dijalankan untuk


menolong dalam identifikasi penyebab masalah. OPRP pada bahaya kontaminasi
aflatoxin yang sudah diverifikasi akan dilakukan dokumentasinya. Dokumentasi yang
akan dilakukan pada sistem OPRP kontaminasi aflatoxin adalah aktivitas
pemantauannya (monitoring). Dokumentasi OPRP dilakukan dengan memasukkan ke
dalam SOP perusahaan, yaitu menjadi SOP Metode dan Pengujian.

SIMPULAN

Standar adalah kesepakatan-kesepakatan yang telah didokumentasikan


yang di dalamnya terdiri antara lain mengenai spesifikasi-spesifikasi teknis atau
kriteria-kriteria yang akurat yang digunakan sebagai peraturan, petunjuk, atau
definisi-definisi tertentu untuk menjamin suatu barang, produk, proses, atau jasa
sesuai dengan yang telah dinyatakan. ISO (The Internasional Organization for
Standardization) adalah badan standar dunia yang dibentuk untuk meningkatkan
perdagangan internasional yang berkaitan dengan standar barang dan jasa.

Anda mungkin juga menyukai